Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH

PENDIDIKAN AGAMA

HAKEKAT MANUSIA BERTUHAN

DOSEN PENGAMPU

Muhibbin, M.pd

Disusun oleh kelompok 1:

Nopiani Amri

S1 PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

INSTITUT PENDIDIKAN NUSANTARA GLOBAL

2022/2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat ALLAH SWT, yang atas rahmat-Nya maka
kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah Pendidikan Agama “ Hakekat Manusia
Bertuhan”.
Tak lupa pula kita kirimkan salam dan sholawat atas junjungan Nabi Besar kita
Muhammad SAW, karena Beliulah yang membawa kita dari gelapnya zaman jahiliyah
menuju zaman yang terang menderang seperti sekarang ini.
Dalam peulisan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan-kekurangan baik
pada teknis penulisan maupun materi mengingat akan kemampuan yang kami miliki. Untuk
itu kritik dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi penyempurnaan pembuatan
makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmu pendidikan tentang Isi, Metode dan
Alat pendidikan dapat bermanfaat bagi pembaca.

Suralaga, 15 september 2022

Kelompok 1
BAB I

PENDAHULUAN
1. Latar Belakang

Kata Tuhan merujuk kepada suatu zat abadi dan supranatural, biasanya
dikatakan mengawasi dan memerintah manusia dan alam semesta ataau jagat raya.
Tuhan adalah sesuatu yang terdapat dalam pikiran (mind) manusia. Manusia adalah
makhluk tuhan yang diberi potensi akal dan budi, nalar dan moral untuk dapat
menguasai makhluk lainnya demi kemakmuran dan kemaslahatannya.
Manusia bertuhan adalah manusia yang diliputi rasa prikemanusiaan, rasa
keyakinan dan rasa persaudaraan. Manusia yang tidak bertuhan adalah manusia yang
selalu terbawa oleh nafsu-nafsu (nafsu pribadi) dan watak. Tujuan manusia bertuhan
adalah karena dengan bertuhan mereka mendapat perlindungan.
Oleh karena itu ,pada waktu dan kesempatan kali ini kita akan membahas dan
mendiskusikan mengenai Hakekat Manusia Bertuhan.
2. Rumusan Masalah
a. Pengertian spiritual sebagai landasan kebertuhanan?
b. Bagaimana manusia bertuhan?
c. Apa perbedaan manusia bertuhan dan manusia tidak bertuhan?
d. Apa ciri-ciri manusia bertuhan?
e. Apa tujuan manusia bertuhan?
BAB II
PEMBAHASAN
1. Spiritual Sebagai Landasan Kebertuhanan
Dalam perspektif Islam, “spirit”sering dideskripsikan sebagai jiwa halus yang
ditiupkan oleh Tuhan ke dalam diri manusia. Al-Qusyairi dalam tafsirnya Lathā`if al-
Isyārat menunjukkan bahwa roh memang lathīfah (jiwa halus) yang ditempatkan oleh
Tuhan dalam diri manusia sebagai potensi untuk membentuk karakter yang terpuji.
Roh merupakan fitrah manusia, yang dengan roh manusia mampu berhubungan
dengan Tuhan sebagai kebenaran sejati (al-ḫaqīqah). Karena adanya roh, manusia
mempunyai bakat untuk bertuhan, artinya roh-lah yang membuat manusia mampu
mengenal Tuhan sebagai potensi bawaan sejak lahir. Dengan adanya roh, manusia
mampu merasakan dan meyakini keberadaan Tuhan dan kehadiran-Nya dalam setiap
fenomena di alam semesta ini. Atas dasar itulah, sebenarnya manusia memiliki fitrah
sebagai manusia yang bertuhan.
a. Inti spiritualitas
Jika kita bisa menerima bahwa kita adalah makhluk spiritual yang hidup
dalamtubuh fisik, maka ;spiritualitas adalah tentang persatuan, kebenaran,
tanggung jawab pribadi, pengampunan, kehendak bebas, cinta dan kedamaian.
Yang paling penting, spiritualitas adalah tentang menciptakan realitas kita
sendiri,mengalami realitas-realitas menjadi kebijaksanaan yang hidup dalam
hukumalam semesta sehingga kita dapat berkembang secara rohani dan kembali
kePenciptaan Allah SWT.
Spiritual diri kita adalah diri sejati, bukan tubuh kita. Tubuh hanya
sebagaikendaraan bagi jiwa kita. Pengalaman-pengalaman negatif dan positif
dapatmembantu jiwa kita berkembang, kearah mana yang akan di tempuh dalam
perjalanan hidup ini
b. Relasi spiritualitas dengan agama
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa spiritualitas memang
bukanagama. Akan tetapi, ia memiliki hubungan dari segi nilai-nilai keagamaaan
yang tidak dapat dipisahkan. Titik singgung antara spiritualitas dan agama
tampaknyamemang tak dapat dinafikan sepenuhnnya. Keduanya menyatu dalam
nilai-nilai moral. Adapun nilai-nilai moral itu tergolong pada katagori nilai
utama(summum bonum) dalam setiap agama.
Dorongan untuk berpegang pada nilai-nilai moral ini sudah ada dalam diri
manusia. Menurut Murthada Muthahhari, dorongan tersembunyi dalam
dirimanusia. Dalam konsep ajaran islam, nilai-nilai moral itu disebut akhlak yang
baik atau husn al-akhlaq (Muthada Muthahhari: 55).
Pemahaman ini menunjukkan, bahwa sebenarnya spiritualitas adalah potensi
batini manusia. Sebagai potensi yang memberikan dorongan bagi manusiauntuk
melakukan kebajikan. Dengan demikian, tidak mengherankan bila,spiritualitas ini
senantiasa diposisikan sebagai nilai utama dalam setiap ajaran agama.
2. Bagaimana Manusia Bertuhan
a. Perspektif Psikologis
Manusia secara nature dapat merasakan yang ghaib karena didalam
dirinya terdapat unsur spirit. Karena adanya roh,manusia mempunyai bakat
bertuhan, artinya roh-lah yang membuat manusia mengenal Tuhan sebagai
potensi bawaan lahir. Dengan adanya roh, manusia mampu merasakan dan
meyakini adanya Tuhan dalam setiap fenomena yang terjadi.
b. Perspektif Sosiologis
Konsep tentang kebertuhanan sebagai bentuk ekpresi kolektif suatu
komunitas beragama merupakan wilayah pembahasan sosiologi agama. Objek
dari penelitian sosiologi agama adalah masyarakat beragama yang memiliki
kelompok-kelompok keagamaan.
c. Perspektif Fisiolofis
Ada 3 argumen filsafat, yaitu:
1) Al-huduts : Tuhan adalah pencipta, tuhan adalah sebab pertama. Sebagai
sebab pertama, maka Tuhan sekaligus adalah sumber bagi sesuatu yang
lain, alam semesta.
2) Dalil al-ikman : Allah adalah wujud yang senantiasa ada dengan
sendirinya dan tidak membutuhkan sesuatu pun untuk mengaktualkannya.
3) Dalil al-inayah : Membuktikan Tuhan dengan 2 penjelasan, pertama,
bahwa fasilitas yang dibuat untuk kepentingan manusia dan menjadi
bukti akan adanya rahmat Tuhan. Kedua, keserasian alam seharusnya timbul
oleh sebuah agen yang sengaja melakukannya dengan tujuan tertentu dan
bukan karena kebetulan.
d. Perspektif Teologis
Kesadaran tentang Tuhan, baik-buruk, cara beragama hanya bisa diterima
kalau berasal dari Tuhan sendiri (masalah ketuhanan, kebenaran, dan
keberagamaan).
3. Perbedaan manusia bertuhan dan manusia tidak bertuhan
Manusia berTuhan adalah manusia yang diliputi rasaperikemanusiaan
rasakeyakinan dan rasa persaudaraan. Manusia yang tidak berTuhan adalah
manusiayang selaluterbawa oleh nafsu-nafsu (nafsu pribadi) dan watak.Kepercayaan
kita terhadap Tuhan sangatlah beragam, ada yang sangatmempercayai tentang adanya
Tuhan hingga ke dasar hatinya, sehingga apabiladisebutkan nama-Nya hatinya akan
bergetar. Ada juga yang hanya sekedar percaya saja tentang Tuhan mereka, tanpa
adanya pemahaman yang benar tentang Tuhan mereka.
4. Ciri-ciri manusia bertuhan
Adapun ciri-ciri manusia yang ber Tuhan yaitu:
a. Mengakui kebesaran dan keagungan Tuhan yang diwujudkan dengan berbagai
cara.
b. Menyadari bahwa dunia serta isinya adalah ciptaan Tuhan.
c. Manusia dianugerahi akal dan budi yang dapat dikembangkan secaramaksimal.
d. Manusia memiliki keterbatasan yang kadang sukar dijelaskan.
5. Tujuan manusia bertuhan
Tujuan manusia bertuhan adalah karena:
a. Mendapat perlindungan, seperti awal sejarah manusia pra sejarah, munculnya
agama adalah ketidaktahuan, dimangsa binatang buas, bencana alam, maka
mereka menerka dan mengadakan pemujaan untuk meminta perlindungan, kepada
objek-objek seperti batu besar, pohon, goa, gunung, dll.
b. Ketidaktahuan kemana ia akan pergi setelah meninggal dunia.
c. Tempat untuk meminta, menyembah, konsepnya sama biarpun agama itu tidak
menggambarkan tuhannya dalam bentuk sebuah patung, atau sepotong kayu.

Anda mungkin juga menyukai