Dosen Pengampu:
Eddy Sugiri
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2013
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan ridho-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu. Sholawat dan salam semoga
tetap tercurahkan kepada nabi-Nya. Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Bapak Eddy
Sugiri selaku dosen pengampu mata kuliah, rekan-rekan mahasiswa, dan semua pihak yang telah
memberikan kontribusinya dalam penulisan makalah ini.
Makalah ini berjudul deret morfologik: identifikasi bentuk asal dalam morfologi bahasa
indonesia penulis susun untuk memenuhi tugas mata kuliah Morfologi II. Deret morfologik
merupakan salah satu sub bab dalam dalam kajian linguistik yang dikelompokkan dalam mata
kajian morfologi yang dapat digunakan sebagai metode identifikasi morfem. Mengetahui
morfem dalam bentuk asal memang sangat perlu dipahami oleh pengkaji bahasa karena morfem
adalah bagian dari satuan gramatik yang paling dasar.
Demikian makalah ini penulis susun, semoga dapat menambah khazanah keilmuan pembaca,
sekaligus penulis sendiri. Penulis merasa pengembangan bahasan dalam makalah ini masih
belum memenuhi sempurna sehingga penulis mengharap kritik dan saran dari pembaca dan
semua pihak demi menyempurnakan makalah ini selanjutnya.
Penulis,
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL…………………………………………………………. i
KATA PENGANTAR……………………………………………………….. ii
DAFTAR ISI………………………………………………………………….. iii
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………. 1
1.1 Latar Belakang…………………………………………………………... 1
1.2 Rumusan Masalah……………………………………………………….. 1
BAB II PEMBAHASAN……………………………………………………... 5
2.1 Deret Morfologik………………………………………………………... 5
2.2 Posisi Deret Morfologik dalam Kajian Linguistik………………………. 5
2.3 Proses Identifikasi Bentuk Asal Melalui Deret Morfologik…………….. 6
BAB III PENUTUP…………………………………………………………... 8
3.1 Simpulan…………………………………………………………………. 8
3.2 Saran……………………………………………………………………... 8
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………… 9
BAB I
PENDAHULUAN
Bahasa merupakan sebuah sistem tuturan yang memiliki otoritas struktural yang disepakati oleh
penutur komunal. Dengan demikian bahasa bersifat arbitrer sesuai konvensi sebuah komunal
penutur bahasa. Sistem yang terbentuk dalam sebuah bahasa secara struktural seringkali disebut
sebagai struktur gramatik atau tata bahasa. Dalam ilmu liguistik terdapat satu kajian yang disebut
dengan morfologi. Kajian ini membahas tentang morfem, seluk beluk, dan proses
pembentukannya. Diantara bahasan itu ada kajian yang dinamakan sebagai deret morfologik.
Deret morfologik merupakan deretan yang memuat kata-kata yang berhubungan dalam bentuk
dan artinya. Kata-kata ini dibandingkan dan diidentifikasi sehingga ditemukan bentuk asalnya.
Penjabaran tentang deret morfologik akan dijabarkan lebih detil dalam makalah ini.
BAB II
PEMBAHASAN
Deret morfologik merupakan sebuah daftar atau deretan yang memuat kata-kata yang memiliki
bentuk dan arti saling berhubungan (Ramlan, 2001: 34). Kata-kata yang saling berhubungan
bentuk dan artinya ini dijajarkan dalam sebuah deretan dan dibandingkan dengan setiap anggota
deret lainnya. Sehingga dari pembandingan itu dapat ditemukan hasil identifikasi bentuk asal dan
jumlah morfem yang membangun bentukan sebuah kata.
Deret morfologik merupakan sub bab dalam kajian linguistic yang terangkum dalam bab
morfologi. Deret ini mengidentifikasi susunan morfem dalam suatu bentuk kata. Secara luas,
bahasan yang ditelisik dalam kajian linguistik ada dua, yakni intralingual dan ekstralingual.
Intralingual adalah kajian bahasa yang meliputi aspek bahasa itu sendiri yakni struktur bahasa
dan makna sedangkan ekstralingual adalah kajian bahasa yang mengkaji aspek luar bahasa dan
mengacu pada referen (aspek benda yang dimaksud). Jadi bahasa itu menjelaskan dirinya sendiri
sebagai objek kajian. Hal inilah yang disebut dengan tata bahasa atau gramatika bahasa. Deret
morfologik merupakan bagian dari gramatika sehingga deret morfologik termasuk dalam kajian
intralingual.
Bentuk asal adalah satuan kata yang paling kecil yang menjadi asal suatu kata kompleks
(Ramlan, 2001: 49). Bentuk asal merupakan bentuk kata paling awal yang menjadi asal
terbentuknya sebuah kata yang lebih kompleks. Kekompleksan itu adalah cakupan makna yang
luas dikarenakan penambahan morfem-morfem terikat. Misalnya kata pembacaan terbentuk dari
bentuk asal baca lalu mendapatkan afiks –an menjadi bacaan, kemudian mendapatkan afiks pe-
menjadi pembacaan. Bentuk asal merupakan saudara kembar bentuk dasar. Bentuk dasar adalah
satuan, baik tunggal maupun kompleks, yang menjadi dasar bentukan satuan yang lebih besar
(Ramlan, 2001: 49). Bentuk dasar berkutat pada area yang sama dengan bentuk asal. Keduanya
sama-sama mengurai bentukan kata, hanya saja menggunakan sisi pandang yang berbeda. Misal
kata pembacaan terbentuk dari bentuk dasar bacaan dengan afiks pe-, lalu kata bacaan berasal
dari bentuk dasar baca dengan afiks –an.
Dalam hal ini deret morfologik erat kaitannya dengan bentuk asal. Deret morfologik menjajarkan
kata-kata yang sebentuk dan sejenis dengan maksud membandingkan dan menyimpulkan kata
dasar dengan memisah morfem-morfem yang melekat pada morfem bebas sehingga ditemukan
jumlah morfem yang membentuk sebuah kata. Misal kita mulai dengan kata kedekatan. Demi
mengetahui kata ini terbentuk dari satu, dua, atau tiga morfem. Di samping kata kedekatan,
terdapat kata:
Kedekatan
Berdekatan
Pendekatan
Mendekatkan
Didekatkan
Terdekatkan
Mendekat
Terdekat
Didekati
Mendekati
------------ dekat.
Dari perbandingan kata-kata diatas dapat kita katakan bahwa pada deretan tersebut terdapat
morfem dekat sebagai unsur yang terdapat dalam setiap kata yang menjadi anggota deret
tersebut. Dengan demikian kesimpulannya adalah pada kata kedekatan terdapat dua morfem
yang membangunnya yakni dekat dank ke-an.
Fenomena pada kata terlantar misal sebagai berikut. Di samping kata terlantar terdapat beberapa
kata yang dapat kita deretkan sebagai berikut:
Terlantar
Diterlantarkan
Menterlantarkan
-------------- terlantar.
Dari perbandingan tersebut dapat kita simpulkan bahwa pada kata terlantar hanya terdiri dari
satu morfem yakni terlantar karena kata ini menjadi unsur yang terkandung dalam semua
anggota deret. Sedang jika kita bandingkan dengan kata lantaran akan ditemukan deret berikut:
Terlantar
Lantaran
---------- lantar.
Secara bentukan kedua kata ini memiliki hubungan yang terkait, namun jika dilihat dari segi arti
keduanya tidak memiliki keterpautan makna. Sehingga kedua kata ni tidak dapat dikumpulkan
dalam satu deret. Selain itu juga tidak dapat dibandingkan.
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Deret morfologik adalah daftar yang berisi kata-kata yang saling berhubungan dalam bentuk dan
makna. Dengan adanya hubungan ini kata-kata tersebut dibandingkan dan diidentifikasi
morfemnya sehingga ditemukan bentuk asal sekaligus jumlah morfem yang membentuk dalam
kata tersebut.
Deret morfologik sangat berguna dalam menentukan morfem-morfem. Karenanya deret
morfologik menjadi salah satu metode mengidentifikasi morfem pada suatu kata. Dilihat dari
objeknya deret morfologik erat kaitannya dengan bentuk asal dan bentuk dasar, namun bantuk
asal memiliki hubungan yang lebih erat dengan deret morfologi daripada bentuk asal sehingga
makalah ini lebih menekankan pada bentuk asal sebuah kata.
Dalam linguistik deret morfologi berposisi sebagai bagian dari kajian gramatika atau disebut
dengan intralingual.
3.2 Saran
Dalam penulisan makalah ini, penulis masih merasa kurang dapat menyajikan data secara rinci
dan gambling karena terbatasnya pustaka yang didapatkan. Demi terciptanya tradisi akademik
yang baik, apabila dalam makalah ini ditemukan kesalahan dalam disiplin ilmu yang berkaitan
seyogyanya penulis selanjutnya dapat menyempurnakannya menjadi tulisan utuh yang dapat
menunjang perkembangan ilmu pengetahuan yang dimaksud.
DAFTAR PUSTAKA
A. Deretan Morfologis
Morfologi adalah bagian dari ilmu bahasa yang membicarakan seluk-beluk bentuk kata serta
pengaruh perubahan-perubahan bentuk kata terhadap golongan dan arti kata (Tarigan,1985 : 4)
Morfologi mengkaji tentang satuan-satuan morfologi, proses-proses morfologi, dan alat-alat
dalam proses morfologi itu. Selain objek kajian, dalam morfologi juga terdapat istilah deretan morfologis
atau disebut juga paradigma. Deretan morfologi bermanfaat bagi penentuan morfem-morfem.
(Tarigan, 1985: 9) Deretan morfologi adalah suatu daftar atau deretan yang memuat atau berisi
kata-kata yang berhubungan, baik dalam bentuk maupun dalam maknanya. Agar kita mengetahui suatu
kata terdiri dari berapa morfem, maka kita harus membandingkan kata tersebut dengan kata-kata lain
dalam deretan morfologi. Contoh dalam kata bertemu. Selain kata bertemu, kita juga lazim mendengar
kata ditemukan, menemui, temukan, ditemui, pertemuan, penemuan, penemu, menemukan, dan
menemui. Berdasarkan kata-kata tersebut maka deretan morfologinya adalah sebagai berikut.
ditemukan
bertemu
menemui
temukan
pertemuan
penemuan
penemu
menemukan
temui
temu
Berdasarkan perbandingan kata-kata yang tertera dalam deretan morfologik di atas, dapat
disimpulkan adanya morfem temu sebagai unsur yang terdapat pada tiap-tiap anggota deretan
morfologik. Sehingga dapat dipastikan kesimpulannya sebagai berikut.
kata ditemukan terdiri dari morfem di-, temu dan morfem -kan
kata ditemui terdiri dari morfem di-, temu dan morfem -i,
kata menemukan terdiri dari morfem me-, temu dan morfem kan