Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH AGAMA

Peristiwa hijrahnya Nabi Muhammmad SAW di Madinah


Disusun untuk memenuhi tugas
Mata Pelajaran : Agama
Guru : Hana Faizah

Oleh : Hana Titania Sastrian (13)


KELAS X MIPA F
SMA NEGERI 1 KEDIRI ANGKATAN 23
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Peristiwa Hijrahnya
Nabi Muhammad SAW di Madinah ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Bu
Hana pada pelajaran agama KBM ke 6.

Saya mengucapkan terima kasih kepada Ibu Hana selaku guru mata kuliah agama yang
telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai
dengan bidang studi yang saya tekuni.

Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.

Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan makalah
ini.

Kediri, 7 April 2021

Hana Titania Sastrian


DAFTAR ISI

A. KATA PENGANTAR
B. DAFTAR ISI
C. PENDAHULUAN
D. PEMBAHASAN
1. Makna dan Keutamaan HIjrah
2. Sejarah Hijrah
3. Hijrah sebagai Awal Kebangkitan
4. Hikmah Hijrah
5. Sejarah Hijrah Rasulullah ke Madinah
E. PENUTUP
1. KESIMPULAN
2. SARAN
F. DAFTAR ISI
PENDAHULUAN
Disetiap buku pasti ada BAB yang harus kita pelajari,salah satu judul BAB yaitu
Peristiwa hijrahnya Nabi Muhammmad SAW di Madinah. tugas KBM 6 adalah
membuat makalah tentang BAB tersebut dengna tenggat 15 April 2021.
Makalah adalah karya ilmiah membahas sebuah permasalahan dan pembahasannya
berdasarkan analisis secara objektif yang ditulis oleh seseorang atau
kelompok. Makalah biasanya dipresentasikan dalam perkuliahan, seminar, ataupun
symposium. Saya akan berusaha semaksimal mungkin agar makalah yang saya buat
memenuhi ekspektasi ibu guru.
PEMBAHASAN
A. Makna dan Keutamaan Hijrah
Kata hijrah (ٌ‫ ) ِه ْج َرة‬berasal dari akar kata hajara (‫ )ه ََج َر‬yang berarti berpindah (tempat,
keadaan, atau sifat), atau memutuskan, yakni memutuskan hubungan antara dirinya
dengan pihak lain, atau panas menyengat, yang memaksa pekerja meninggalkan
pekerjaannya. Dalam pengertian syar'iy, hijrah berarti, "perpindahan Rasulullah saw.
bersama sahabat-sahabatnya dari Mekkah menuju Madinah, kira-kira tahun ke-13 dari
masa kenabiannya". Atau "perpindahan dalam rangka meninggalkan kampung
kemusyrikan menuju suatu kampung keimanan, dalam rangka melakukan pembinaan dan
pendirian masyarakat Islam yang sebenar-benarnya. Atau meninggalkan tempat, keadaan,
atau sifat yang tidak baik, menuju yang baik di sisi Allah dan Rasul-Nya (kembali kepada
al-Qur’an dan Sunnah Nabi saw.).
Dalam al-Qur’an, kata hijrah dengan segala bentuk kata jadiannya, digunakan sebanyak
31 kali, dengan mengacu kepada makna-makna sebagai berikut: (1) perintah
meninggalkan keburukan dan kemaksiatan (QS al-Muddatstsir,74:5); (2) berpaling dari
isteri yang tidak patuh (QS al-Nisâ',4:34); (3) meninggalkan orang-orang yang tidak
beriman dengan cara  yang baik, tanpa melukai hati mereka (QS al-Muzammil,73:10); (4)
Kembali kepada  Allah dengan harapan mendapatkan hidayah-Nya (QS al-
Ankabût,29:26); (5) meninggalkan tempat, keadaan, atai sifat, karena menuntut ridha'
Allah. (QS al-Nisâ'/4:89). Yang menarik pada ayat-ayat di atas, adalah Allah
menggandengkan term hijrah dengan term jihad. Hal ini menunjukkan bahwa tercapai
atau tidaknya tujuan hijrah adalah sangat bergantung pada sejauh mana dan sebesar apa
semangat kejuangan yang diberikan ketika berhijrah. Dengan demikian, hijrah
membutuhkan jihad dan niat yang benar karena Allah swt. Hijrah yang benar adalah yang
didasarkan atas niat yang benar karena Allah, sebagaimana ditegaskan dalam HR. al-
Bukhari dan Muslim dari Umar bin al-Khattab, seperti tersebut di atas.
Berhijrah dari keburukan menuju kebaikan, dari kebodohan menuju ilmu, dari
kebohongan menuju kejujuran, dari kesewenang-wenangan menuju keadilan, dari
arogansi menuju kelemah-lembutan, dari permusuhan menuju perdamaian, dari saling
menjatuhkan menuju saling membangun.

Lalu, dari yang biasanya minta dilayani menuju berlomba saling melayani, dan begitu
seterusnya. Intinya, berhijrah menuju kehidupan yang lebih baik dan memberi manfaat
yang lebih besar kepada umat, bangsa, dan negara.

Dengan berhijrah di jalan Allah dan Rasul-Nya maka seseorang akan memperoleh
banyak keutamaan. Karenanya semangat hijrah tersebut hendaknya terus terjaga hingga
maut menjemput kita.

Pertama, akan diberikan keluasan rezeki. ”Barang siapa berhijrah di jalan Allah, niscaya
mereka mendapati di muka bumi ini tempat hijrah yang luas dan rezeki yang banyak.
Barang siapa keluar dari rumahnya dengan maksud berhijrah kepada Allah dan Rasul-
Nya, kemudian kematian menimpanya (sebelum sampai ke tempat yang dituju), maka
sungguh telah tetap pahalanya di sisi Allah. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi
Maha Penyayang.” (QS an-Nisa’ [4]: 100).

Kedua, dihapuskan kesalahan-kesalahannya. ”Maka, orang-orang yang berhijrah, yang


diusir dari kampung halamannya, yang disakiti pada jalan-Ku, yang berperang dan yang
dibunuh, pastilah akan Ku-hapuskan kesalahan-kesalahan mereka dan pastilah Aku
masukkan mereka ke dalam surga yang mengalir sungai-sungai di bawahnya, sebagai
pahala di sisi Allah. Pada sisi-Nya pahala yang baik.” (QS Ali Imran [3]: 195).

Ketiga, ditinggikan derajatnya di sisi Allah dan mendapatkan jaminan surga-Nya.


”Orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad di jalan Allah dengan harta,
benda dan diri mereka, adalah lebih tinggi derajatnya di sisi Allah; dan itulah orang-
orang yang mendapat kemenangan. Tuhan mereka menggembirakan mereka dengan
memberikan rahmat dari padanya, keridhaan dan surga, mereka memperoleh di
dalamnya kesenangan yang kekal. Mereka kekal di dalamnya selama-lamanya.
Sesungguhnya di sisi Allah-lah pahala yang besar.” (QS at-Taubah [9]: 20-22).

Keempat, diberikan kemenangan dan meraih keridhaan-Nya. ”Orang-orang yang


terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) dari golongan Muhajirin dan Anshar
dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan
merekapun ridha kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang
mengalir sungai-sungai di dalamnya selama-lamanya. mereka kekal di dalamnya. Itulah
kemenangan yang besar.” (QS at-Taubah [9]: 100).
B. Sejarah Hijrah

Dalam menguraikan peristiwa hijrah, ada yang menekankan segi-segi suprarasional—


kalau enggan berkata irrasional—yang terjadi ketika itu, seperti ditutupnya pandangan
gerombolan yang mengepung rumah Nabi Muhammad saw. saat menjelang Hijrah,
karena Rasulullah saw. membaca QS Yaasin/36:09, yang menegaskan bahwa saat itu,
Allah swt. menghadirkan seekor burung merpati yang sedang mengeram dan hadirnya
sarang laba-laba di pintu guwa Tsur itu, tempat Nabi Muhammad saw. bersama
sahabatnya Abu Bakar al-Shiddiq bersembunyi, dan lain-lain, yang sebahagian dari
padanya lahir dari kekayaan imajinasi para perawi. Kita bukannya mengingkari riwayat-
riwayat yang shahih itu, akan tetapi menekankan uraian pada segi-segi seperti disebut di
atas, tidak menunjang tugas kekhalifahan manusia di pentas bumi ini, bahkan uraian
semacam itu dapat menimbulkan image bahwa suksesnya peristiwa tersebut semata-mata
karena campur tangan kekuasaan Allah, terlepas sama sekali dari upaya dan perjuangan
Nabi Muhammad saw. bersama sahabat-sahabatnya.

Menurut M. Quraish Shihab, uraian tentang sejarah hijrah seyogianya menonjolkan


upaya-upaya Nabi Muhammad saw. dalam perencanaan dan pelaksanaan hijrah dimulai
dari mempersiapkan kendaraan, yang dilakukan oleh Abu Bakar al-Shiddiq ra., penetapan
route perjalanan yang tidak biasa dilalui dengan panduan seorang non-muslim, persiapan
kelangsungan perbekalan yang dilakukan oleh Aisyah ra. dan saudaranya Asma ra.,
penugasan informan untuk mengetahui gerak-gerik lawan yang dilaksanakan oleh ‘Amir
dan Fuhairah, dan pengelabuan yang dilakukan oleh Ali bin Abiy Thalib; yang
kesemuanya menunjukkan upaya manusia, serta membuktikan bahwa mukjizat tidak
boleh diandalkan dalam mencapai suatu tujuan, dan bahwa perencanaan dan persiapan
yang matang dan strategis itulah kunci keberhasilan suatu program.

Bahkan uraian tentang sejarah hijrah seyogianya melampaui batas-batas penggambaran


peristiwanya, akan tetapi mencakup makna-makna yang harus ditarik dari padanya apa
yang dapat mengantar umat Islam kepada perubahan-perubahan positif, karena demikian
itulah seharusnya uraian sejarah. Memang dahulu, sejarah merupakan uraian peristiwa,
pelaku, dan masa kejadiannya. Akan tetapi kini, sejarah tidak lagi terbatas pada hal-hal
tersebut. Sejarah dipelajari dan diuraikan dalam rangka menciptakan masa depan
gemilang, yang kelak akan menjadi sejarah dan untuk maksud tersebut, setiap
peristiwanya dianalisis, sehingga dipahami latar belakangnya dan faktor-faktor yang
mengantar kepada kejadiannya. Dan ini pada gilirannya harus mampu melahirkan sikap
yang mengantar kepada keberhasilan dan kemajuan lahir dan batin.
C. Hijrah sebagai Awal Kebangkitan

Menurut Prof. Dr. Harun Nasution dan KH. Prof. Ibrahim Hosen, keduanya menegaskan
betapa pentingnya pemahaman sejarah Islam, lebih-lebih lagi dalam memahami makna
dan hikmah di balik memperingati peristiwa Tahun Baru Islam. Satu Muharram selain
dinilai sebagai tonggak sejarah kebangkitan Islam dan umat Islam, juga sebagai awal
kalender Islam yang berdasarkan peredaran bulan. Akan tetapi disayangkan jika sebagian
besar umat Islam belum memahami makna penting di balik Tahun Baru Islam itu dan
tidak dijadikan sebagai momentum dalam menyemarakkan, memperkokoh dan
menyuburkan syiar-syiar Islam pada setiap komunitas muslim.

Islam sebagai satu-satunya agama yang memiliki keistimewaan, antara lain, karena
langsung diberi nama oleh Allah swt. Sedangkan agama lain, seperti “Nasrani”, nama ini
berasal dari nama desa kelahiran Nabi Isa as.; serta agama lainnya berdasarkan nama
Kitabnya, seperti Taurat. Dan keistimewaan lainnya agama Islam yang lahir di Mekkah,
namun lebih berkembang setelah hijrah ke Madinah, sebab ia agama terakhir yang
disempurnakan Allah dari agama-agama yang diturunkan kepada para nabi dan rasul
Allah sebelum Nabi Muhammad saw.

Kenyataan historis itulah yang membuat agama Islam survive sampai 1442 Tahun Hijriah
ini, sejak Nabi Muhammad saw. hijrah. Memang masih sangat banyak faktor lain, yang
menyebabkan Islam dan umat Islam dapat bertahan dan berkembang sampai kurun waktu
ini, antara lain, karena umatnya secara fundamental bersikukuh pada fondasi al-Qur’an
dan Hadis Nabi Muhammad saw.

Makna hakiki kebangkitan Islam dan umat Islam sesungguhnya belum dapat dipahami
oleh sebagian besar umat Islam. Hal ini terjadi karena umat Islam belum menyadari
makna keberagamaan, sebagai satu-satunya jalan menuju kebahagiaan hidup di dunia dan
di akhirat. Pengaruh Westernalisasi dan modernisasi menghentak sebagian umat untuk
menempatkan iptek lebih penting di dalam mencapai kebahagiaan hidup umat. Pengaruh
modernisasi itulah dikira mereka sebagai satu-satunya jalan menuju kebanggaan duniawi.
Mereka mengira hanya dengan menguasai Ipteklah kebahagiaan itu tercapai.
Lantas agama Islam di mana, ya cukup di masjid sajalah.

Keberislaman bagi mereka hanya terbatas di dalam masjid. Di luar masjid, aturan 
keberagamaan sama sekali diabaikan atau terabaikan. Di luar masjid segala “jalan pintas”
menuju kebahagiaan duniawi dipraktekkan agar cepat kaya dan cepat pula bahagia,
sehingga makna kebahagiaan di dunia dipahami secara materialistik. Sesungguhnya
penguasaan ipteks hanya sebagai alat untuk memudahkan kehidupan umat manusia. Dan
kekayaan hanya merupakan alat untuk kemudahan hidup manusia. Uang pada hakekatnya
hanya merupakan alat tukar dalam sistem perekonomian. Satu-satunya cara mencapai
kebahagiaan hidup di dunia dan juga di akhirat hanya melalui pengamalan ajaran agama.
D. Hikmah Hijrah

Tujuan utama dari perayaan hijrah tidak mungkin dicapai kalau peristiwa itu dipahami
hanya sebagai rekayasa Allah swt. sendiri. Akan tetapi dengan mengungkapkan aspek
historisnya secara objektif, pasti akan membuahkan sejumlah hikmah kehidupan
dalam membangun peradaban komunitas Muslim, paling tidak sebagai awal
kebangkitan Islam dan umat Islam. Hikmah-hikmah dimaksud, antara lain, adalah
sebagai berikut;

1. Dalam QS al-Baqarah,2:218, seperti tersebut di atas menegaskan bahwa orang-


orang beriman, berhijrah, dan berjihad di jalan Allah, pada hakekatnya, adalah
orang-orang yang akan mendapatkan rahmat dan ampunan Allah secara sempurna.
2. Hijrah dari kekufuran, yang didasari iman yang benar kepada Allah, akan diberi
kemerdekaan dan kelapangan rezeki. Dalam QS al-Nisâ'/4:100 ditegaskan,
 ‫ض ُم َرا َغ ًما َكثِيرًا َو َس َعة‬ ِ ْ‫اجرْ فِي َسبِي ِل هَّللا ِ يَ ِج ْد فِي اَأْلر‬ ِ َ‫ َو َم ْن يُه‬.
Siapa yang berhijrah di jalan Allah, niscaya mereka mendapati di bumi ini tempat
yang luas dan rezeki yang banyak).
3. Berhijrah karena Allah, rezeki dunia dan akhirat (surga) akan menjadi tebusannya.
Dalam QS al-Hajj, 22:58 ditegaskan,
‫يل هَّللا ِ ثُ َّم قُتِلُوا َأوْ َماتُوا لَيَرْ ُزقَنَّهُ ْم هَّللا ُ ِر ْزقًا َح َسنًا‬
ِ ِ‫والَّ ِذينَ هَا َجرُوا فِي َسب‬.
َ
 Dan orang-orang yang berhijrah di jalan Allah kemudian mereka dibunuh atau
mati, maka Allah pasti akan memberikan mereka rezeki yang baik.
4. Dalam perspektif historis, hijrah Nabi saw., pada hakekatnya, merupakan langkah
strategis untuk membela dan menegakkan nilai-nilai tauhid kepada Allah, serta
membersihkan dunia dari kejahatan dan kezaliman, sekaligus sebagai awal
kebangkitan Islam dan kaum Muslimin.
5. Hijraturrasul mendidik manusia, bahwa untuk mencapai suatu kesuksesan yang
besar, memerlukan pengorbanan yang besar pula, serta menjelaskan bahwa esensi
hidup dalam perspektif al-Qur’an, bukan semata menarik dan menghembuskan
nafas, tetapi untuk membela dan mengembangkan agama  Allah, yang diawali
dengan sikap optimis dan kerja keras kemudian tawakkal.
6. Makna hakiki kebangkitan Islam dan umat Islam sesungguhnya belum dapat
dipahami oleh sebagian besar umat Islam. Hal ini terjadi karena umat Islam belum
menyadari makna keberagamaan, sebagai satu-satunya jalan menuju kebahagiaan
hidup di dunia dan di akhirat.
7. Sesungguhnya penguasaan ipteks hanya sebagai alat untuk memudahkan
kehidupan umat manusia. Dan kekayaan hanya merupakan alat untuk kemudahan
hidup manusia. Uang pada hakekatnya hanya merupakan alat tukar dalam sistem
perekonomian. Satu-satunya cara mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan juga
di akhirat hanya melalui agama.
8. Kesadaran keberagamaan atau religiositas seperti di atas tentu perlu bagi umat
Islam. Karena semakin banyak agenda keberhasilan umat Islam di masa depan,
terutama dalam menguasai ipteks dan perekonomian, maka eksistensi Islam
semakin disegani. Meskipun Islam pernah mengalami kejayaan di abad ke-19 s,d,
abad ke-11 Masehi, membuktikan bahwa Islam dan umat Islam sangat terbuka
bagi kemajuan peradaban dunia.

Akhirnya, kesadaran keberagamaan atau religiositas seperti di atas tentu perlu bagi
umat Islam. Karena semakin banyak agenda keberhasilan umat Islam di masa depan,
terutama dalam menguasai iptek dan perekonomian, maka eksistensi Islam akan
semakin disegani. Secara historis, Islam pernah mengalami kejayaan di abad ke-9 s,d,
abad ke-11 Masehi, membuktikan bahwa Islam dan umat Islam sangat terbuka bagi
kemajuan peradaban dunia. Tahun Baru Islam kali ini hendaknya dapat menjadi
momentum dan renungan, sudah seberapa jauh Islam dan umat Islam dapat
memberikan kedamaian dan kesejahteraan bagi umat manusia? Sudahkah lapisan
masyarakat menengah Islam memiliki kepedulian terhadap lapisan bawah umat yang
fakir dan tertindas? Mengapa Nabi Muhammad saw. memilih non-Muslim sebagai
pemandunya ketika hijrah? Mengapa beliau berkeras untuk membayar upah
kendaraan, yang dihadiahkan oleh sahabatnya? Mengapa beliau begitu tenang, ketika
musuh berada di mulut guwa, dan begitu gusar ketika berkecamuknya peperangan
Bader? Itu dan lainnya, bila dianalisis dapat memberi jawaban-jawaban tentang
hakekat ajaran agama sekaligus menunjang suksesnya tugas kekhalifahan manusia
sebagai khalifatullah fi al-‘ardh (tugas pembangun peradaban dunia ini). Pertanyaan-
pertanyaan itu dan lainnya bila dianalisis dapat memberi jawaban-jawaban tentang
hakekat ajaran agama sekaligus menunjang tugas manusia sebagai pembangun dunia
ini.
E. Sejarah Hijrah Rasulullah ke Madinah

Keadaan Dakwah Islam di Mekkah

Tidak semua orang Mekkah dapat menerima syiar Islam. Bila menerima, maka
konsekuensinya adalah mereka harus meninggalkan adat dan tradisi yang telah dilakukan
secara turun temurun. Seperti berhenti menyembah berhala, api, pengundian nasib, dan
masih banyak lagi. Kaum Quraisy juga khawatir, apabila Islam terus berkembang di
Mekkah, dapat menggantikan posisi mereka yang selama ini berkuasa.

Berbagai upaya dilakukan oleh kaum kafir Quraisy untuk menghentikan dakwah
Rasulullah, dari cara yang paling halus sampai menggunakan kekerasan. mengusik umat
muslim, menyiksa para budak, melemahkan ekonomi umat muslim, hingga membuat
Mekkah menjadi tempat yang tidak aman untuk bermukim.

Rasulullah memikirkan bagaimana cara umatnya dapat hidup dengan aman memeluk
agama Islam. Ada usulan untuk menghijrahkan seluruh umat muslim ke tempat lain,
namun hijrah bukanlah hal yang dapat dilakukan semudah membalikan telapak tangan.
Perlu perencanaan, selain itu belum adanya perintah dari Allah SWT untuk melakukan
hijrah. 

Perjanjian Aqabah, Awal Mula Sejarah Hijrah Rasulullah ke Madinah

Suatu hari pada tahun kenabian yang ke-12, datang 12 rombongan jamaah haji dari Kota
Yastrib bertemu dengan Rasulullah. Rasulullah memberikan dakwah kepada mereka, dan
disambut baik. Setelah menerima dakwah dari Rasulullah, 12 jamaah ini menyatakan
keislaman dan melakukan bai’at kepada Nabi Muhammad. Bai’at atau perjanjian ini
dilakukan di Bukit Aqabah, yang menyatakan kesetiaan kepada Nabi Muhammad SAW
serta tidak akan menyekutukan Allah. Berjanji tidak akan membunuh ataupun melakukan
perbuatan curang dan dusta.

Rasulullah mengirimkan Mush’ab bin ‘Umair dan ‘Amr bin Ummi Maktum untuk pergi
ke Yatsrib, dengan tujuan mensyiarkan Islam, mengajarkan shalat dan nilai-nilai Agama
Allah. Pada tahun kenabian ke-13, Rasulullah kembali melakukan bai’at aqabah yang
kedua, kepada 73 orang pria dan dua orang wanita dari Yastrib saat tengah malam. Dalam
perjanjian kedua, perjanjian tersebut menyatakan bahwa penduduk Yastrib bersedia untuk
melindungi Nabi Muhammad SAW, ikut memajukan dan menyiarkan agama Islam, serta
menerima segala risiko.

Setelah Bai’at Aqabah kedua, Rasulullah memerintahkan umat muslim untuk hijrah
secara sembunyi-sembunyi dan berkelompok secara bergantian, agar tidak diganggu oleh
kaum kafir Quraisy. Hanya Umar bin Khattab saja yang hijrah secara terang-terangan.
Kota Yastrib merupakan nama yang digunakan sebelum ‘Madinah’. Kota di mana
terdapat dua suku yang besar, yang selalu bertengkar selama puluhan tahun. Oleh sebab
itu disebut sebagai kota Yastrib yang memiliki arti mencela dan menghardik. Saat hijrah,
Nabi Muhammad mengganti nama Yastrib menjadi al-Madinah al-Munawwarah, yang
artinya ‘Kota yang Bercahaya’.

Perjalanan Sejarah Hijrah Rasulullah ke Madinah

Informasi umat muslim melakukan hijrah, terdengar sampai ke telinga para penguasa
Mekkah. Mereka khawatir kekuatan Umat Islam semakin kuat apabila pindah ke tempat
lain, lalu kemudian suatu hari datang menyerang mereka merebut kekuasaan Mekkah.
Oleh sebab itu, mereka hendak menggagalkan perkembangan Islam. 

Ketika seluruh umat muslim telah keluar Mekkah, tinggal Nabi Muhammad dan Abu
Bakar yang belum keluar dari Mekkah. Kaum kafir Quraisy berencana menghentikan
syiar Islam dengan membunuh Nabi Muhammad.

Pada suatu malam, orang Quraisy hendak menghampiri rumah Nabi Muhammad untuk
membunuhnya. Namun, sebelum itu terjadi, Nabi Muhammad telah meminta Ali bin Abi
Thalib untuk pura-pura berbaring menggunakan mantelnya di Rumah Nabi Muhammad,
dan kemudian pergi diam-diam ke rumah Abu Bakar. Sebelumnya Abu Bakar telah
menyiapkan dua ekor unta untuk mereka pergi ke Madinah. Namun, Nabi Muhammad
lebih memilih cara lain untuk pergi ke sana. 

Pada malam hari, Rasulullah dan Abu Bakar pergi bertolak ke arah selatan menuju Gua
Tsur, tempat persembunyiannya. Tidak ada seorang pun yang tahu tempat persembunyian
mereka kecuali Abdullah bin Abu Bakar, Aisyah dan Asma binit Abu Bakar, serta Amir
bin Fuhairah.

Hampir Tertangkap Kaum Quraisy

Dalam proses perjalanan sejarah hijrah Rasulullah ke Madinah, orang-orang Quraisy


terus menyusuri Mekkah dan sekitarnya, niat mereka untuk membunuh Nabi Muhammad
sangat besar. Saat mereka tiba di depan Gua Tsur, kemudian berpapasan dengan seorang
gembala, dan bertanya kepadanya.

“Apakah kau melihat Muhammad dan pengikutnya?”

“Mungkin saja mereka ada di dalam gua itu, tapi saya tidak melihat ada orang yang
menuju ke sana.” jawab si Gembala. 

Salah satu dari orang Quraisy mendekati mulut Gua Tsur dan kembali turun lagi. Kawan-
kawannya bertanya, kenapa tidak melihat masuk ke dalam gua.
Orang tersebut menjawab, “Ada sarang laba-laba di gua itu yang masih utuh, tidak rusak,
dan memang sudah ada sejak Muhammad lahir. Aku juga melihat dua ekor burung di
gua, jadi aku tahu tidak ada orang di dalam gua.”

Kaum Quraisy sama sekali tidak tahu, bahwa di dalam Gua Tsur ada Rasulullah yang
sedang berdoa dan Abu Bakar yang sedang ketakutan, mendekatkan dirinya ke Nabi
Muhammad. “La Tahzan Innallaha Ma’ana.” bisik Rasulullah di telinga Abu Bakar yang
artinya jangan bersedih, Allah bersama kita.

Sarang laba-laba dan dua ekor burung tersebut merupakan kuasa Allah yang telah
dijelaskan dalam firman-Nya Quran Surat Al-Anfaal ayat 30 yang berbunyi, "Dan
(ingatlah), ketika orang-orang kafir (Quraisy) memikirkan daya upaya terhadapmu
untuk menangkap dan memenjarakanmu atau membunuhmu, atau mengusirmu. Mereka
memikirkan tipu daya dan Allah menggagalkan tipu daya itu. Dan Allah sebaik-baik
Pembalas tipu daya."

Allah memberikan tipu daya yang kepada Kaum Quraisy, sehingga mereka tidak dapat
menangkap Nabi Muhammad dan Abu Bakar. Melalui peristiwa ini, Allah
juga menguatkan mental Nabi Muhammad dan Abu Bakar untuk melanjutkan hijrah ke
Madinah.

Pada hari ke-3, Asma puteri Abu Bakar datang menemui mereka untuk memberikan
perbekalan. Kemudian Rasulullah dan Abu Bakar berangkat ke Madinah melalui jalan
yang tidak biasa dilalui orang, bersama Abdullah bin Uraiqit, sebagai penunjuk jalan.
Mereka menuju Tihama, daerah dekat laut merah. Berjalan siang malam tanpa kenal lelah
hingga tiba di Madinah dan disambut dengan penuh kerinduan oleh Umat Muslim.

Ketika tiba di Madinah, banyak orang yang meminta Rasulullah untuk tinggal di
rumahnya. Namun Rasulullah membiarkan untanya memilih rumah. Hingga berhenti di
sebuah rumah punya dua anak yatim, Sahl dan Suhail bin Amr. Di situlah Rasulullah
tinggal dan membangun Masjid pertama di Madinah.
PENUTUP

A. Kesimpulan

Dengan begini dapat kita simpulkan bahwa hijrah sangat penting bagi kita. Banyak sekali
yang kita pelajari dari hijrah tersebut.

Politikus PKS, Hidayat Nur Wahid, menilai makna hijriah atau hijrah sebenarnya adalah
hal yang sangat diperlukan bangsa Indonesia saat ini, yakni kemampuan untuk berpindah
menyikapi hidup dengan optimis dan positive thinking. Hal ini menurutnya sesuai dalam
surat An-Nisa ayat 100.

"Hijrah adalah sesuatu yang sangat diperlukan oleh umat dan bangsa Indonesia," ujarnya,
Selasa (13/11). Menurutnya, saat ini bangsa Indonesia seolah telah dikuasai oleh sikap
apatisme dan selalu berpikiran negatif dalam menghadapi hidup.

Karena itu, dia berharap dengan adanya momen tahun baru hijriah yang mengingatkan
semua pihak pada keteladanan Rasulullah SAW yang berani hijrah dari kondisi dizalimi
dan dikalahkan. Dia menilai, mengikuti keteladanan Rasulullah dapat membuat bangsa
Indonesia menjadi bangsa yang lebih baik ke depannya.

B. Saran
Demikianlah yang dapat saya buat,semoga dapat bermanfaat bagi ibu guru dan dapat
menilai saya dengan baik. Apabila ada saran dan kritik yang ingin disampaikan, silahkan
sampaikan kepada saya.
Apabila ada terdapata kesalahan mohon dapat mema’afkan dan memaklukimya, karena
saya hamba Allah tak luput dari salah khilaf, Alfa, dan lupa.
DAFTAR PUSTAKA
1. https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20200424124009-289-496878/apa-
makna-hijrah-yang-sebenarnya-dalam-islam
2. https://www.republika.co.id/berita/nwaesy301/keutamaan-hijrah
3. https://uin-alauddin.ac.id/opini/detail/Hijrah-Sebagai-Awal-Kebangkitan--Islam-
dan-Komunitas-Muslim#:~:text=Dalam%20QS%20al-Nis%C3%A2'%2F,luas
%20dan%20rezeki%20yang%20banyak
4. https://www.dompetdhuafa.org/id/berita/detail/sejarah-hijrah-rasul-madinah
5. https://republika.co.id/berita/nasional/umum/12/11/13/mdfgrt-hidayat-hijrah-
diperlukan-bangsa-indonesia

Anda mungkin juga menyukai