Anda di halaman 1dari 7

LATAR BELAKANG HIJRAH NABI DAN SOSIAL BUDAYA MASYARAKAT

MADINAH (WAHYU YANG TURUN PADA MASA HIJRAH DAN SETELAHNYA )


Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ulumul Qur’an 3

Dosen Pengampu :
Dr. Anwar Mujahidin, S. Ag, M.A.
Disusun Oleh :
Aniza Dwiari Safitri
(301200029)

PROGRAM STUDI ILMU AL –QUR’AN DAN TAFSIR


FAKULTAS USHULLUDIN ADAB DAN DAKWAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONOROGO
TAHUN 2021

1
PEMBAHASAN
Sebelum membahas tentang latar belakang Nabi SAW hijrah ke Madinah, hendaknya kita
mengetahui makna dari kata Hijrah tersebut. Berikut uraian singkat mengenai makna dari
kata hijrah.
PENGERTIAN HIJRAH
Secara bahasa kata hijrah berasal dari bahas Arab yang berbentuk kata benda (isim)
dari kata kerja (fi’il) kata ‫هجر‬- ‫ر‬,‫ يهج‬, yang berarti memutuskan1. Ada beberapa pengertian
tentang hijrah dalam beberapa buku, diantaranya dalam kamus Al-Munir pengertian hijrah
adalah memutuskan suatu hubungan2. Sedangkan dalam buku kamus umum Bahasa Indonesia
arti kata hijrah adalah berpindah atau menyingkir dari satu tempat ke tempat lain yang lebih
baik. Sedangkan menurut mu’jam mufrodat al-fazul Qur’an makna hijrah adalah berpisahnya
seseorang dari orang lain baik secara fisik, dengan lisan (mulut) atau dengan hati (perasaan).
Hal ini sebagaimana dijelaskan dalam firman Allah diQS. An-Nisa’ (4): 34
Artinya : “Tinggalkanlah mereka di tempat tidur.”
Ayat tersebut memiliki makna kias agar tidak mendekati mereka. Siapa yang di maks
ud dengan mereka di dalam potongan ayat tersebut?, mereka di sini dapat diartikan sebagai g
olongan jahiliyah.
Menurut Ar-Raghib Al-Asfahani hijrah adalah seseorang yang meninggalkan
yang lainnya, baik secara fisik, perkataan, bahkan hati.Sedangkan menurut Kamus
Lisanul Arab kata ha-ja-ra didapati tujuh makna yaitu:
1) Perkataan yang tidak semestinya yaitu jauh dari kebenaran.
2) Menjauhi sesuatu yaitu jauh dari sesuatu yang satu tetapi dekat kepada sesuatu yang
lain.
3) Igauan orang sakit yaitu jauh dari kata-kata yang teratur.
4) Penghujung siang yaitu jauh dari kesejukan udara.
5) Pemuda yang baik yaitu orang yang menjauhi banyak bermain dan berhura-hura.
6) Tali yang terikat pada pundak binatang tunggangan kemudian diikatkan pada bagian
ujung sepatu binatang tersebut yaitu menjauhi gerakan yang terlalu banyak dari
binatang itu.3

Selain bebrapa pengertian mengenai kata Hijrah, ada beberapa ungkapan pendapat
mengenai Hijrah di mata para tokoh ulama berbeda-beda dikarenakan makna hijrah sendiri
juga banyak sehingga menghaslkan pemaknaan yang berbeda di dalam mata tokoh atau
ulama. Berikut beberapa pendapat tokoh ulama mengenai kata hijrah.
Pendapat pertama oleh Ibnu Arabi, Ibnu Hajar al-Asqalani, dan Ibnu Taimiyah. Hijrah
adalah perpindahan dari negeri kaum kafir atau kondisi peperangan (daarul kufri wal harbi)
ke negeri muslim (daarul Islam). Maksudnya dari negeri kaum kafir dalam konteks ini bias
dimaknai dengan Negara yang dikuasai dan diperintah oleh orang-orang kafir atau musryik
dengan hukum yang diterapkan sesuai dengan hukum mereka yakni orang kafir, sebaliknya
dengan pemaknaan negeri muslim disini bias di mengerti bahwa Negara yang dikuasai dan
1
Achmad Warson Munawwir, Muhammad Fairuz, Al-Munawwir, (Surabaya: Pustaka Progressif , 2007), 320.
2
Tim Kashiko, Kamus Al-Munir, (Surabaya: Kashiko, 2000), 569
3
Ibnu Manzhur, Lisanul ‘Arab (Bairut: Darul Ma’arif, 1999)., 4616- 4620.

2
diperintah oleh kaum muslim dan hukum yang diterapkan dan di jalankan bedasar oleh
hukum yanga ada di dalam islam, meskipun dalam Negeri muslim tersebut mayoritas
penduduknya adalah kaum kafir.Sebagaimana dijelaskan dalam Al-Qur’an surah An-Nisa’
ayat 97 yang berbunyi:
“Sesungguhnya orang-orang yang diwafatkan Malaikat dalam Keadaan Menganiaya
diri sendiri (kepada mereka) Malaikat bertanya : "Dalam Keadaan bagaimana kamu ini?".
mereka menjawab: "Adalah Kami orang orang yang tertindas di negeri (Mekah)". Para
Malaikat berkata: "Bukankah bumi Allah itu luas, sehingga kamu dapat berhijrah di bumi
itu?". orang-orang itu tempatnya neraka Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat
kembali”.
Menurut kebanyakan ulama kholaf. Hijrah adalah perpindahan dari negeri orang-
orang zalim (daarud dzulmi) ke negeri orang-orang adil (daarul adli) dengan maksud untuk
menyelamatkan agama. Yang dimaksud dengan daarul adli adalah suatu negeri yang
dipimpin oleh orang kafir akan tetapi ia memberi toleransi yang tinggi.4
Dengan demikian jika dilihat dari beberapa pendapat ulama maupun makna global
dari kata hijrah sendiri tidak bias di pungkiri hubungan dengan kata pindah , pergi, beralih.
Dengan kata lain intinya kondisi dimana seseorang ingin menemukan suasana baru di
hidupnya dengan melakukan perpindahan dari temat asalnya ke tempat lain.
Menuju ke pambahasn berikutnya yaitu
LATAR BELAKANG NABI HIJRAH KE MADINAH
Secara umu orang pasti mengetahui latar belakang dari hijrah Nabi dan para sahabat
ke Madinah, tidak lain yaitu ingin menyelatmatkan diri dan Agama Allah (Islam) dari
tekanan dan ancaman kaum kafir Quraisy. Penolakan,ancaman dan kekerasan telah dilakukan
oleh Kafir Quraisy, sehingga Allah SWT memberikan perintah kepada kaum muslimin agar
Hijrah kali kedua ke Madinah ( Tha if ). Sebelum terjadinya baiat Al-Aqabah, Rasulullah
Saw. tidak diizinkan berperang dan darah tidak dihalalkan bagi beliau. Beliau hanya
diperintahkan berdakwah kepada Allah SWT. Selama itu Allah memerintahkan kepada kaum
muslim untuk bersabar ketika banyak dari kaum musyikin kafir Quraisy berbuat kedhaliman
terhadap kaum muslim yang ada saat itu. Bahkan belum ada juga perintah untuk berperang
melawan kaum kafir Quraisy.
Hingga suatu ketika kafir Quraisy semakin membangkang kepada Allah SWT,
sehingga Allah pun mengizinkan Rasulullah SAW untuk berperang melawan orang-orang
yang mendzalimi kaum muslim dan menganiaya mereka.
Ketika itu kaum anshar secara berbondong-bondong masuk Islam, untuk menolong
kaum muslim dan agama Allah . RAsulullah memerintahkan kaum muslim MIhajirin dan
muslim lainnya yang berada di Makkah untuk segera menyusul kaum Anshar ke Yatsrib
(Madinah) hijrah, dengan cara berpencar-pencar tidak secara bersamaan agar tidak
menimbulkan kepanikan di kalangan kafir Quraisy. Kaum muslim pun mulai melakukan
hijrah dengan sendiri-sendiri atau kelompok-kelompok kecil. Akan tetapi hal tersebut
diketahui oleh kaum kafir Quraisy, mereke berupaya mengembalikan kaum muslim yang
memungkinkan untuk dikembalikan ke Makkah, dan membujuk mereka supaya kembali
kepada ajaran nenek moyang mereka , jika tidak menurut maka akan disiksa dengan siksaan
yang sedemikian rupa.
4
Ahzami Samiun Jazuli, Hijrah dalam Pandangan Al-Qur’an. 2006, 18

3
Sementara kaum muslim berbondong-bondong hijrah ke Yatsirb Rasulullah SAW
masih menetap di Mekkah melanjutkan dakwahnya. Orang kafir Quraisy tidak ada yang
mengetahui kapan Nabi SAW akan hijrah ke Madinah, namun mereka memperhitungkan
kapan NAbi SAW akan hijrah Mereka mengadakan sebuah pertemuan di Dar An-Nadwah
untuk membuat rencana untuk membunuh Nabi Muhammad pada malam hari karena mereka
khawatir Nabi Muhammad akan hijrah ke Yasrib, akan tetapi berita tersebut sampai kepada
Nabi Muhammad SAW. Setelah ummat Islam sudah tidak ada lagi yang tinggal di Makkah
kecuali sebagian kecil dan Nabi Muhammad menantikan wahyu Allah yang
memerintahkannya untuk berhijrah. Ketika itu datanglah wahyu yang memerintahkan Nabi
untuk hijrah dalam surah An-Nisa’ ayat 97:
“Sesungguhnya orang-orang yang diwafatkan Malaikat dalam Keadaan Menganiaya diri
sendiri, (kepada mereka) Malaikat bertanya : "Dalam Keadaan bagaimana kamu ini?".
mereka menjawab: "Adalah Kami orang orang yang tertindas di negeri (Mekah)".
ParaMalaikat berkata: "Bukankah bumi Allah itu luas, sehingga kamu dapat berhijrah di
bumi itu?". orang-orang itu tempatnya neraka Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruk
tempat kembali.”
Dalam kaidah tafsir makna orang-orang yang menganiaya diri sendiri didalam ayat ini adalah
orang muslim yang enggan di ajak untuk berhijrah Nabi ke Madinah padahal mereka sanggup
dan mampu. Mereka di tangkap kafir Quraisy dan di siksa, ada yang di paksa untuk ikut ke
perang Badar dan terbunuh di peperangan itu.
Maka setelah turun ayat diatas Nabi pergi kerumah Abu Bakar dan memberi tahukan,
bahwa Allah telah mengizinkannya untuk berhijrah. Dan Nabi Muhammad Saw. Hijrah
bersama Abu Bakar meninggalkan kota Makkah menuju Madinah, pada suatu malam di
bulan Rabi’ul Awal (September 622 M). Dari tahun ini dimulai perhitungan tahun Hijriyah,
yaitu dari bulam Muharram tahun itu. Orang-orang yang berpindah dari Makkah ke Madinah
dinamakan Muhajirin, sedangkan penduduk Madinah yang menerima dan membantu kaum
Muhajirin disebut Anshar. Antara kedua golongan ini dihubungkan oleh Nabi dengan
persaudaraan yang sejati, berdasarkan iman dan Ukhuwwah Islamiyah.5

LATAR BELAKANG SOSIAL DAN BUDAYA MASYARAKAT MADINAH

Dalam sebuah catatan masyarakat Madinah adalah masyarakat dengan keberagaman


suku dna agama. Suku yang ada di Madinah adalah suku bangsa Arab yang terkenal
diantaranya Aus dan khazraj. Bangsa Yahudi terdiri dari tiga suku utama Bani Quraizah, Bani
Nadhir, dan Bani Qainuqa’ . Dalam segi Agama, masyarakat Madinah menganut beberapa
agama yaitu agama paganisme (menyembah berhala) agama Yahudi dan agama kristen tetapi
minoritas. Sejarah masuknya orang Yahudi ke Madinah gelombang pertama tidak banyak
diketahui dengan pasti. Bisa jadi mereka tinggal tinggal di Madinah sejak sebelum masehi,
tetapi gelombang perpindahan mereka yang utama terjadi akibat pengusiran oleh Kaisar
Hardian (Kaisar Romawi) pada tahun 135M6.

5
Muhammad Husain Haekal, Sejarah Hidup Muhammad.1935, hal. 180
6
Armstrong, K. (2002).Muhammad A Biografi of the prophet, di terjemahkan oleh Sirikit Syah, “ Muhammad
Sang Nabi, Sebuah Biografi Kritis. Surabaya: Risalah Gusti.

4
Dalam periode dalwah Nabi Muhammad Saw di madinah terjadi selama 9 tahun, 9
bulan, dan 9 hari ( menurut syeikh Muhammad al- Khudhari) 7. Komposisi penduduk di
Madinah sebelum Islam Masuk berbeda dengan kota Mekah. Mekah yang yang berpenduduk
bersuku-suku, bila dilihat dari karakteristik budaya agama memiliki sifat yang relatif
homogen, yaitu sebagai penyembah berhala, sedangkan wilayah Madinah memiliki penduduk
yang berasal dari berbagai suku, yang terdiri dari bangsa Arab yang terbagi dalam dua suku
besar yaitu suku Aus dan Suku Khazraj yang bermigrasi dari Arabia selatan, dan bangsa
Yahudi yang terbagi dalam beberapa suku. Yaitu Bani Quraizhat, Bani Nadhir, Bani
Qunaiqa’ , Bani Tsa’ labat, Bani Hadh. Mengenai asal usul mereka di Madinah, terdapat teori
yang menyebutkan bahwa mereka bermigrasi dari Syam (syiria besar) pada abad I dan II
Masehi, yaitu sesudah orang-orang Romawi menguasai Syiria dan Mesir pada abad I dan II
sebelum Masehi, kehadiran mereka di Syiria dan Mesir membuat orang-orang Yahudi pindah
ke Jazirah Arab.
Dalam aspek keagamaan masyarakat Arab Madinah dan masyarakat Arab Makkah
sama-sama menyembah berhala. Akan tetapi di Madinah lebih beragam lagi karena ada
Masyarakat Yahudi yang menganut agama Yahudi. Sebagai seorang Ahli Kitab dan
pendukung monoteisme,Mereka mengutuk tetangga mereka orang Arab pagan Dekat dengan
Tuhan. Mereka juga memperingatkan orang-orang Arab Suatu hari, seorang nabi akan lahir,
dia akan membunuh mereka dan mendukung orang-orang Yahudi. Juga beri tahu orang-orang
tentang ajaran Taurat Bahasa Arab pada hari kiamat, pembalasan, dan hukuman Perilaku
manusia, nabi terakhir yang lahir adalah pendukung ketauhidan.
Pegaruh orang Yahudi tidak terlalu berkembang. Akan tetatapi pengetahuan
masyarakat terhadap ajaran agama itulah yang menghantarkan mereka kepada penerimaan
terhadap ajaran agama Islam, yang disampaikan oleh Nabi Muhammad SAW. Jika dilihat
dari struktur sosial dan kultur mereka, penduduk Madinah lebih cenderung bersifat majemuk
dibanding Mekah. Mereka terdiri dari berbagai macam etnis dan kepercayaan serta memiliki
tradisi adat istiadat tersendiri dari tiap-tiap sukunya.
Corak masyarakat Madinah yang majemuk ini semakin bertambah dengan datangnya
Islam di tengah-tengah mereka ( setelah hijrah ). kelompok keyakinan masyarakat Madinah
di jelaskan dalam Al-Qur’an QS. Al-Maidah (05) : 82 dan QS. At-Taubah (09) : 100-101 dan
117.
Kemajemukan penduduk Madinah adalah dilihat dari berbagai segi yaitu:
1. Dilihat dari segi kebangsaan, penduduk Madinah terdiri dari atas bangsa Arab dan
bangsa Yahudi yang masing-masing terbagi dalam ke dalam beberapa suku.
2. Dilihat dari segi daerah, mereka adalah orang-orang Arab Mekah , orang-orang Arab
dan Yahudi Madinah.
3. Dilihat dari struktur sosial dan kultur, mereka sama-sama menganut system
kesukuan tapi berbeda dalam adat istiadat.
4. Dilihat dari segi ekonomi, bangsa Yahudi adalah golongan ekonomi kuat yang
menguasai pertanian, perdagangan dan keuangan, sedangkan orang Arab adalah
golongan kelas dua.

7
Cholil, M. (2006). Kelengkapan Tarikh Nabi Muhammad, Jil. 1. Jakarta: Gema Insani Press.

5
5. Dilihat dari segi agama dan keyakinan, mereka terdiri dari atas penganut agama
Yahudi, pengabut agama Kristen minoritas, penganut agama Islam, golongan
Munafiqun dan penganut paganisme (Musyrik)

Dalam proses berdakwah Rasulullah SAW kepada masyarakat Madinah sudut


pandang dalam perspektif budaya. Karena masyarakat Madinah memiliki kemajemukkan
meliputi suku, bangsa, agama maupun adat istiadat. Kemampuan Rasulullah SAW dalam
menyampaikan pesan-pesan Allah SWT sangat baik, sehingga menghasilkan sebuah
peneriamaan kepada agama Islam meskipun seperti yang dijelaskan tadi bahwa masyarakat
Madinah adalah masyarakat yang majemuk. Nabi Muhammad dalam melakukan dakwahnya
di Madinah menghadapi masyarakat yang mempunyai latar belakang budaya yang berbeda-
beda. Karena masyarakat Madinah bersifat majemuk, kemajemukannya adalah dalam hal
etnis dan bangsa, asal daerah, ekonomi, agama dan keyakinan. Ini berarti bahwa Nabi
Muhammad secara tidak langsung melakukan proses komunikasi antarbudaya. Apa itu proses
komunikasi antar budaya? merupakan komunikasi yang dilakukan dua orang atau lebih, yang
mempunyai perbedaan latar belakang kebudayaaan.
Nabi Muhammad dalam melakukan dakwahnya di Madinah yang mempunyai latar
belakang budaya berbeda, menghindari sifat etnosentrisme, yang membawa sebuah
perpecahan, tetapi sebaliknya Nabi berinteraksi dan berkomunikasi terhadap masyarakat
Madinah penuh kasih sayang, dan dalam segala penuturannya selalu menggunakan kalimat-
kalimat yang sopan, yang mengandung hikmah nasihat, tidak membedakan dari kalangan apa
mereka berasal, sesuai dengan firman Allah Q.S. Asy-Syu’ ara: 215 yang artinya :
“ Dan rendahkanlah dirimu terhadap orang-orang yang mengikutimu, yakni orang-
orang yang beriman.”
Hal ini dapat dilihat beberapa strategi yang telah diuraikan diatas, bahwa Nabi
Muhammad berusaha mencari persamaan bukan perbedaan baik terhadap muslim maupun
non muslim. Upaya-upaya untuk mencari persamaan dapat kita temui dalam strategi yang
telah diterapkan Nabi dalam dakwahnya, sistem persaudaran yang diciptakan Nabi bukan
diikat dengan kesamaan keluarga atau keturunan tetapi diikat dengan kesatuan akidah atau
keimanan. Sementara upaya yang dilakukan Nabi untuk menyelesaikan persoalan eksternal
Nabi Muhammad membuat perjanjian yang mengikat seluruh penduduk Madinah. perjanjian
ini dikenal dengan Piagam Madinah. dalam perjanjian tersebut, Nabi Muhammad telah
mengikat dan menjamin akan keamanan jiwa,harta dan agama orang-orang non Muslim. Nabi
memperlakukan mereka sama tanpa ada perbedaan antara satu kabilah dengan kabilah
lainnya. Dalam Piagam tersebut Nabi memberikan hak dan kewajiban masing-masing kabilah
serta kebebasan beraqidah dan menekankan agar masing-masing kabilah agar saling
membantu.
Oleh karena itu, Nabi melakukan dakwah di Madinah Bahkan, masyarakat pluralistik
menggunakan aturan Komunikasi antarbudaya, yaitu ketika berkomunikasi dengan orang lain
Budaya yang berbeda, memahami budaya orang lain pada saat yang sama, dan dalam
Berharap untuk beradaptasi dengan lingkungan mereka. Adaptasi tidak Berarti menyetujui
dan mengikuti semua tindakan orang lain, tetapi Cobalah untuk bisa memahami alasan di
baliknya tanpa ditekan oleh situasi.

6
KESIMPULAN

Perjalanan dakwah Rasulullah tidaklah mudah. Tekanan dan penindasan oleh Kafir
Quraisy Makkah tiada henti, sehingga sampai pada titik Allah SWT memerintahkan kaum
muslim untuk berhjrah dan melakukan perlawanan (berperang) terhadap kaum kafir.
Perjalanan hijrah tak mudah. Yatsrib negeri dengan penuh kemajemukan masyarakatnya
membuat perjalanan dakwah Nabi Muhammad SAW terpompa dan melejit, hingga mencapai
era ke emasan bendera tahudi berdiri tegak di tengah-tengah kejahiliyyahan masyarakat Arab
pada saat itu.

DAFTAR PUSTAKA

Hayat, Nurul, Hijrah Dalam Perspektif Al-Qur’an (Studi Tafsir Tematik) Skripsi,
Jambi: Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi,2020
Ahmad Anas, Hendri Hermawan Adinugraha. "Dakwah Nabi Muhammad terhadap M
asyarakat Madinah Perspektif Komunikasi Antarbudaya." Ilmu Dakwah: Academic Journal f
or Homiletic Studies, 2017
Achmad Warson Munawwir, Muhammad Fairuz, Al-Munawwir, (Surabaya: Pustaka
Progressif , 2007), hal. 320
Tim Kashiko, Kamus Al-Munir, (Surabaya: Kashiko, 2000), hal. 569
Ibnu Manzhur, Lisanul ‘Arab (Bairut: Darul Ma’arif, 1999), hal. 4616- 4620
Ahzami Samiun Jazuli, Hijrah dalam Pandangan Al-Qur’an. 2006, hal. 18
Muhammad Husain Haekal, Sejarah Hidup Muhammad.1935, hal. 180
Armstrong, K. (2002).Muhammad A Biografi of the prophet, di terjemahkan oleh
Sirikit Syah, “ Muhammad Sang Nabi, Sebuah Biografi Kritis. Surabaya: Risalah Gusti.
Cholil, M. Kelengkapan Tarikh Nabi Muhammad, Jil. 1. Jakarta: Gema Insani
Press.2006

Anda mungkin juga menyukai