Anda di halaman 1dari 11

HIJRAH SEBAGAI AWAL KEBANGKITAN ISLAM DAN

KOMUNITAS MUSLIM

Hijrah menurut bahasa memiliki dua arti, pertama secara zhahiriy,


yaitu perpindahan dari suatu tempat menuju ke tempat yang lebih baik. Dan kedua
secara ma'nawiy, yaitu perubahan dari satu kondisi kepada kondisi yang lebih baik.
Hijrah yang berakar kata hajara juga memiliki arti meninggalkan/menjauhkan diri.

Pengertian hijrah merupakan bagian dari sejarah Islam. Hijrah merupakan peristiwa
yang dilakukan Nabi Muhammad SAW dan pengikutnya untuk menyelamatkan diri dari
ancaman Quraisy. Pengertian hijrah secara khusus berkaitan dengan migrasi umat.

Hijrah menyalakan cahaya harapan di hati para Muslim. Kini, pengertian hijrah
digunakan sebagai istilah perubahan ke arah yang lebih baik. Pengertian hijrah
dijelaskan sebagai contoh cemerlang bagi semua Muslim, di setiap generasi.

Waktu adalah perubahan menuju yang lebih baik

Pengertian hijrah menjadi bagian penting dalam dakwah Islam. Kini pengertian hijrah digambarkan
sebagai transisi dari satu fase ke fase yang lebih baik.
Menurut KBBI, hijrah berasal dari bahasa Arab ‫ ِهْج َر ٌة‬yang berarti perpindahan.
Kata ini berakar dari bahasa Arab hājara ‫ َه اَج َر‬yang berarti berpindah.
Secara khusus, pengertian hijrah didefinisikan sebagai perpindahan Nabi Muhammad
saw. bersama sebagian pengikutnya dari Makkah ke Madinah untuk
menyelamatkan diri dan sebagainya dari tekanan kaum kafir Quraisy.

Secara umum, pengertian hijrah adalah berpindah atau menyingkir untuk sementara
waktu dari suatu tempat ke tempat lain yang lebih baik dengan alasan tertentu, baik itu
untuk keselamatan, kebaikan, dan sebagainya. Hijrah juga berari perubahan entah
itu sikap, tingkah laku, dan sebagainya ke arah yang lebih baik.

Mengutip artikel Mardan dari Alauddin Makassar, kata hijrah digunakan sebanyak 31
kali. Makna pengertian hijrah dalam Al Qur'an adalah:

QS al-Muddatstsir,74:5 - perintah meninggalkan keburukan dan kemaksiatan

"dan tinggalkanlah segala (perbuatan) yang keji,"

QS an-Nisâ',4:34 - berpaling dari isteri yang tidak patuh

"Laki-laki (suami) itu pelindung bagi perempuan (istri), karena Allah telah melebihkan
sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain (perempuan), dan karena mereka
(laki-laki) telah memberikan nafkah dari hartanya. Maka perempuan-perempuan yang
saleh adalah mereka yang taat (kepada Allah) dan menjaga diri ketika (suaminya) tidak
ada, karena Allah telah menjaga (mereka). Perempuan-perempuan yang kamu
khawatirkan akan nusyuz, hendaklah kamu beri nasihat kepada mereka, tinggalkanlah
mereka di tempat tidur (pisah ranjang), dan (kalau perlu) pukullah mereka. Tetapi jika
mereka menaatimu, maka janganlah kamu mencari-cari alasan untuk menyusahkannya.
Sungguh, Allah Mahatinggi, Mahabesar."

QS al-Muzammil,73:10 - meninggalkan orang-orang yang tidak beriman dengan


cara yang baik, tanpa melukai hati mereka

"Dan bersabarlah (Muhammad) terhadap apa yang mereka katakan dan tinggalkanlah
mereka dengan cara yang baik."

QS al-Ankabût,29:26 - Kembali kepada Allah dengan harapan mendapatkan


hidayah-Nya

"Maka Lut membenarkan (kenabian Ibrahim). Dan dia (Ibrahim) berkata, “Sesungguhnya
aku harus berpindah ke (tempat yang diperintahkan) Tuhanku; sungguh, Dialah Yang
Mahaperkasa, Mahabijaksana.”

QS al-Nisâ'/4:89 - meninggalkan tempat, keadaan, atau sifat, karena menuntut


ridha' Allah.

"Mereka ingin agar kamu menjadi kafir sebagaimana mereka telah menjadi kafir,
sehingga kamu menjadi sama (dengan mereka). Janganlah kamu jadikan dari antara
mereka sebagai teman-teman(mu), sebelum mereka berpindah pada jalan Allah.
Apabila mereka berpaling, maka tawanlah mereka dan bunuhlah mereka di mana pun
mereka kamu temukan, dan janganlah kamu jadikan seorang pun di antara mereka
sebagai teman setia dan penolong."

SEJARAH HIJRAH RASULULLAH

Hijrah adalah perjalanan nabi Muhammad dan para pengikutnya dari Mekah ke
Madinah pada tahun 622. Pada awal dakwah Islam Muhammad, para pengikutnya
hanya termasuk teman dekat dan kerabatnya. Setelah penyebaran Islam,
Muhammad dan faksi kecil Muslim menghadapi beberapa tantangan termasuk
boikot klan Muhammad, penyiksaan, pembunuhan, dan bentuk lain dari
penganiayaan agama oleh orang Mekah.

Menjelang akhir dekade, Abu Thalib, paman Muhammad yang mendukungnya di


tengah para pemimpin Mekah, meninggal. Akhirnya, para pemimpin Mekah
memerintahkan pembunuhan Muhammad. Pada bulan Mei 622, setelah bertemu
dua kali dengan anggota suku Medina Aws dan Khazraj di al-'Aqabah dekat Mina,
Muhammad diam-diam meninggalkan rumahnya di Mekah untuk pindah ke Yathrib,
bersama dengan temannya, ayah mertua dan pendamping Abu Bakar.

Kedatangan Nabi Muhammad di Madinah disambut dengan hangat, sehingga


mengubah nama kota dari Yathrib menjadi Al Madinah Al Munawwarah yang berarti
'Kota yang Tercerahkan'.
MAKNA HIJRAH

Pada intinya, pengertian hijrah menandakan transisi dari satu fase ke fase lainnya. Melansir
History of Islam, pengertian hijrah pada hakekatnya adalah proses perpindahan ke keadaan yang
lebih baik. Ini tidak dimaksudkan untuk menemukan tempat yang nyaman di mana seseorang
akan bersantai dan berhenti berusaha (berusaha). Sebaliknya, ini adalah pencarian lingkungan
yang lebih menguntungkan untuk upaya yang berkelanjutan dan konstruktif.

Segera setelah mencapai Madinah, Nabi melakukan proses menyeluruh untuk membangun
masyarakat yang beriman dan kuat. Ini adalah aspek penting dan pelajaran penting untuk
dipelajari dari hijrah.

Secara fisik, hijrah adalah perjalanan antara dua kota yang jaraknya sekitar 200 mil, tetapi dalam
makna besarnya, hijrah menandai awal dari sebuah era, peradaban, budaya, dan sejarah bagi
seluruh umat manusia. Islam berkembang tidak hanya dari hijrah fisik, tetapi karena umat Islam
berhijrah secara serius dalam segala aspek dan dimensinya.

HIJRAH SEBAGAI AWAL KEBANGKITAN ISLAM DAN KOMUNITAS


MUSLIM

QS al-Baqarah,2:218.

. ‫ِإَّن اَّلِذ يَن آَم ُنوا َو اَّلِذ يَن َهاَج ُروا َو َج اَهُدوا ِفي َس ِبيِل ِهَّللا ُأْو َلِئَك َيْر ُجوَن َر ْح َم َة ِهَّللا َو ُهَّللا َغ ُفوٌر َر ِح يٌم‬

Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang yang berhijrah dan berjihad


di jalan Allah, mereka itu mengharapkan rahmat Allah, dan Allah Maha Pengampun
lagi Maha Penyayang.

HR. al-Bukhari dan Muslim dari Umar bin al-Khattab berkata: Aku mendengar
Rasulullah saw. bersabda;

‫ِإَّنَم ا اَأْلْع َم اُل ِبالِّنَّياِت َو ِإَّنَم ا ِلُك ِّل اْمِرٍئ َم ا َنَو ى َفَم ْن َك اَنْت ِهْج َر ُتُه ِإَلى ِهَّللا َو َرُس وِلِه َفِهْج َر ُتُه‬
‫ِإَلى ِهَّللا َو َرُس وِلِه َو َم ْن َك اَنْت ِهْج َر ُتُه ِإَلى ُد ْنَيا ُيِص يُبَها َأْو ِإَلى اْم َر َأٍة َيْنِكُح َها َفِهْج َر ُتُه ِإَلى َم ا‬
.‫َهاَج َر ِإَلْيِه‬
Perbuatan-perbuatan itu hanyalah dengan niat dan bagi setiap orang hanyalah
menurut apa yang diniatkan. Karena itu, siapa yang hijrahnya itu kepada kerelaan
Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya ialah kepada Allah dan Rasul-Nya, dan barang
siapa hijrahnya untuk memperoleh keduniaan atau wanita yang bakal dikawininya,
maka hijrahnya itu ialah kepada apa yang telah dihijrahi.

MAKNA HIJRAH.
Kata hijrah (‫َر ٌة‬ ‫)ِهْج‬ berasal dari akar kata hajara ( ‫َر‬ ‫)َهَج‬ yang

berarti berpindah (tempat, keadaan, atau sifat), atau memutuskan, yakni

memutuskan hubungan antara dirinya dengan pihak lain, atau panas

menyengat, yang memaksa pekerja meninggalkan pekerjaannya.

Dalam pengertian syar'iy, hijrah berarti, "perpindahan Rasulullah saw.

bersama sahabat-sahabatnya dari Mekkah menuju Madinah, kira-kira

tahun ke-13 dari masa kenabiannya". Atau "perpindahan dalam rangka

meninggalkan kampung kemusyrikan menuju suatu kampung keimanan,

dalam rangka melakukan pembinaan dan pendirian masyarakat Islam

yang sebenar-benarnya. Atau meninggalkan tempat, keadaan, atau sifat

yang tidak baik, menuju yang baik di sisi Allah dan Rasul-Nya (kembali

kepada al-Qur’an dan Sunnah Nabi saw.).

Dalam al-Qur’an, kata hijrah dengan segala bentuk kata jadiannya,

digunakan sebanyak 31 kali, dengan mengacu kepada makna-makna

sebagai berikut:

(1) perintah meninggalkan keburukan dan kemaksiatan (QS al-


Muddatstsir,74:5);

(2) berpaling dari isteri yang tidak patuh (QS al-Nisâ',4:34);

(3) meninggalkan orang-orang yang tidak beriman dengan cara yang baik,
tanpa melukai hati mereka (QS al-Muzammil,73:10);

(4) Kembali kepada Allah dengan harapan mendapatkan hidayah-Nya (QS


al-Ankabût,29:26);

(5) meninggalkan tempat, keadaan, atai sifat, karena menuntut ridha'


Allah. (QS al-Nisâ'/4:89). Yang menarik pada ayat-ayat di atas, adalah Allah
menggandengkan term hijrah dengan term jihad.

Hal ini menunjukkan bahwa tercapai atau tidaknya tujuan hijrah adalah
sangat bergantung pada sejauh mana dan sebesar apa semangat
kejuangan yang diberikan ketika berhijrah. Dengan demikian, hijrah
membutuhkan jihad dan niat yang benar karena Allah swt. Hijrah yang
benar adalah yang didasarkan atas niat yang benar karena Allah,
sebagaimana ditegaskan dalam HR. al-Bukhari dan Muslim dari Umar bin
al-Khattab, seperti tersebut di atas.

SEJARAH HIJRAH.

Beberapa jam lagi, Kamis tanggal 19 Juli 2023 M., kita memasuki Tahun Baru

Hijrih. Komunitas Muslim telah menyiapkan berbagai persiapan untuk

menyambutnya. Hal ini wajar bila kehadirannya disambut dan dirayakan

sesemarak dengan menyambut tahun baru Miladiyah. Bukankah peristiwa

Hijrah yang dijadikan tanda bagi penanggalan awal tahun hijriah, tentu sarat

dengan nilai-nilai, yang dapat mengantar kepada kebahagiaan duniawi dan

ukhrawi?

Dalam menguraikan peristiwa hijrah, ada yang menekankan segi-segi

suprarasional—kalau enggan berkata irrasional—yang terjadi ketika itu, seperti

ditutupnya pandangan gerombolan yang mengepung rumah Nabi Muhammad

saw. saat menjelang Hijrah, karena Rasulullah saw. membaca QS Yaasin/36:09,

yang menegaskan bahwa saat itu, Allah swt. menghadirkan seekor burung

merpati yang sedang mengeram dan hadirnya sarang laba-laba di pintu guwa

Tsur itu, tempat Nabi Muhammad saw. bersama sahabatnya Abu Bakar al-

Shiddiq bersembunyi, dan lain-lain, yang sebahagian dari padanya lahir dari

kekayaan imajinasi para perawi. Kita bukannya mengingkari riwayat-riwayat

yang shahih itu, akan tetapi menekankan uraian pada segi-segi seperti disebut di

atas, tidak menunjang tugas kekhalifahan manusia di pentas bumi ini, bahkan

uraian semacam itu dapat menimbulkan image bahwa suksesnya peristiwa

tersebut semata-mata karena campur tangan kekuasaan Allah, terlepas sama

sekali dari upaya dan perjuangan Nabi Muhammad saw. bersama sahabat-

sahabatnya.
Menurut M. Quraish Shihab, uraian tentang sejarah hijrah seyogianya

menonjolkan upaya-upaya Nabi Muhammad saw. dalam perencanaan dan

pelaksanaan hijrah dimulai dari mempersiapkan kendaraan, yang dilakukan oleh

Abu Bakar al-Shiddiq ra., penetapan route perjalanan yang tidak biasa dilalui

dengan panduan seorang non-muslim, persiapan kelangsungan perbekalan

yang dilakukan oleh Aisyah ra. dan saudaranya Asma ra., penugasan informan

untuk mengetahui gerak-gerik lawan yang dilaksanakan oleh ‘Amir dan Fuhairah,

dan pengelabuan yang dilakukan oleh Ali bin Abiy Thalib; yang kesemuanya

menunjukkan upaya manusia, serta membuktikan bahwa mukjizat tidak boleh

diandalkan dalam mencapai suatu tujuan, dan bahwa perencanaan dan

persiapan yang matang dan strategis itulah kunci keberhasilan suatu program.

Bahkan uraian tentang sejarah hijrah seyogianya melampaui batas-batas

penggambaran peristiwanya, akan tetapi mencakup makna-makna yang harus

ditarik dari padanya apa yang dapat mengantar umat Islam kepada perubahan-

perubahan positif, karena demikian itulah seharusnya uraian sejarah. Memang

dahulu, sejarah merupakan uraian peristiwa, pelaku, dan masa kejadiannya.

Akan tetapi kini, sejarah tidak lagi terbatas pada hal-hal tersebut. Sejarah

dipelajari dan diuraikan dalam rangka menciptakan masa depan gemilang, yang

kelak akan menjadi sejarah dan untuk maksud tersebut, setiap peristiwanya

dianalisis, sehingga dipahami latar belakangnya dan faktor-faktor yang

mengantar kepada kejadiannya. Dan ini pada gilirannya harus mampu

melahirkan sikap yang mengantar kepada keberhasilan dan kemajuan lahir dan

batin.

Hijrah sebagai Awal Kebangkitan.

Tanggal 19 Juli 2023 Masehi, hari Rabu, yang bertepatan dengan 01

Muharram 1445 Hijriah, adalah Tahun Baru Islam. Hari itu, secara historis,
merupakan tonggak sejarah penting bagi umat Islam. Pada hari itulah

Nabi Muhammad saw. melakukan hijrah dari Mekkah ke Madinah, sebagai

langkah awal strategis bagi kebangkitan Islam dan umat Islam di dunia.

Menurut Prof. Dr. Harun Nasution dan KH. Prof. Ibrahim Hosen, keduanya

menegaskan betapa pentingnya pemahaman sejarah Islam, lebih-lebih lagi

dalam memahami makna dan hikmah di balik memperingati peristiwa

Tahun Baru Islam. Satu Muharram selain dinilai sebagai tonggak sejarah

kebangkitan Islam dan umat Islam, juga sebagai awal kalender Islam yang

berdasarkan peredaran bulan. Akan tetapi disayangkan jika sebagian

besar umat Islam belum memahami makna penting di balik Tahun Baru

Islam itu dan tidak dijadikan sebagai momentum dalam menyemarakkan,

memperkokoh dan menyuburkan syiar-syiar Islam pada setiap komunitas

muslim.

Islam sebagai satu-satunya agama yang memiliki keistimewaan, antara lain,

karena langsung diberi nama oleh Allah swt. Sedangkan agama lain, seperti

“Nasrani”, nama ini berasal dari nama desa kelahiran Nabi Isa as.; serta agama

lainnya berdasarkan nama Kitabnya, seperti Taurat. Dan keistimewaan lainnya

agama Islam yang lahir di Mekkah, namun lebih berkembang setelah hijrah ke

Madinah, sebab ia agama terakhir yang disempurnakan Allah dari agama-agama

yang diturunkan kepada para nabi dan rasul Allah sebelum Nabi Muhammad

saw.

Kenyataan historis itulah yang membuat agama Islam survive sampai 1445

Tahun Hijriah ini, sejak Nabi Muhammad saw. hijrah. Memang masih sangat

banyak faktor lain, yang menyebabkan Islam dan umat Islam dapat bertahan

dan berkembang sampai kurun waktu ini, antara lain, karena umatnya secara

fundamental bersikukuh pada fondasi al-Qur’an dan Hadis Nabi Muhammad

saw.
Makna hakiki kebangkitan Islam dan umat Islam sesungguhnya belum dapat

dipahami oleh sebagian besar umat Islam. Hal ini terjadi karena umat Islam

belum menyadari makna keberagamaan, sebagai satu-satunya jalan menuju

kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat. Pengaruh Westernalisasi dan

modernisasi menghentak sebagian umat untuk menempatkan iptek lebih

penting di dalam mencapai kebahagiaan hidup umat. Pengaruh modernisasi

itulah dikira mereka sebagai satu-satunya jalan menuju kebanggaan duniawi.

Mereka mengira hanya dengan menguasai Ipteklah kebahagiaan itu tercapai.

Lantas agama Islam di mana, ya cukup di masjid sajalah.

Keberislaman bagi mereka hanya terbatas di dalam masjid. Di luar masjid,

aturan keberagamaan sama sekali diabaikan atau terabaikan. Di luar masjid

segala “jalan pintas” menuju kebahagiaan duniawi dipraktekkan agar cepat kaya

dan cepat pula bahagia, sehingga makna kebahagiaan di dunia dipahami secara

materialistik. Sesungguhnya penguasaan ipteks hanya sebagai alat untuk

memudahkan kehidupan umat manusia. Dan kekayaan hanya merupakan alat

untuk kemudahan hidup manusia. Uang pada hakekatnya hanya merupakan

alat tukar dalam sistem perekonomian. Satu-satunya cara mencapai

kebahagiaan hidup di dunia dan juga di akhirat hanya melalui pengamalan

ajaran agama.

HIKMAH HIJRAH.

Tujuan utama dari perayaan hijrah tidak mungkin dicapai kalau peristiwa itu

dipahami hanya sebagai rekayasa Allah swt. sendiri. Akan tetapi dengan

mengungkapkan aspek historisnya secara objektif, pasti akan membuahkan

sejumlah hikmah kehidupan dalam membangun peradaban komunitas Muslim,

paling tidak sebagai awal kebangkitan Islam dan umat Islam. Hikmah-hikmah

dimaksud, antara lain, adalah sebagai berikut;


1. Dalam QS al-Baqarah,2:218, seperti tersebut di atas menegaskan
bahwa orang-orang beriman, berhijrah, dan berjihad di jalan Allah, pada
hakekatnya, adalah orang-orang yang akan mendapatkan rahmat dan
ampunan Allah secara sempurna.

2. Hijrah dari kekufuran, yang didasari iman yang benar kepada

Allah, akan diberi kemerdekaan dan kelapangan rezeki. Dalam


QS al-Nisâ'/4:100 ditegaskan,

‫ َو َم ْن ُيَه اِجْر ِفي َس ِبيِل ِهَّللا َي ِج ْد ِفي اَأْلْر ِض ُم َر اَغ ًما َك ِثيًر ا َو َسَع ة‬.
Siapa yang berhijrah di jalan Allah, niscaya mereka mendapati di bumi
ini tempat yang luas dan rezeki yang banyak).

3. Berhijrah karena Allah, rezeki dunia dan akhirat (surga) akan

menjadi tebusannya. Dalam QS al-Hajj, 22:58 ditegaskan,

‫َو اَّلِذيَن َه اَج ُروا ِفي َس ِبيِل ِهَّللا ُثَّم ُقِتُلوا َأْو َم اُتوا َلَي ْر ُز َقَّن ُهْم ُهَّللا ِر ْز ًقا َح َس ًن ا‬.
Dan orang-orang yang berhijrah di jalan Allah kemudian mereka
dibunuh atau mati, maka Allah pasti akan memberikan mereka rezeki
yang baik.
4. Dalam perspektif historis, hijrah Nabi saw., pada hakekatnya,
merupakan langkah strategis untuk membela dan menegakkan nilai-
nilai tauhid kepada Allah, serta membersihkan dunia dari kejahatan dan
kezaliman, sekaligus sebagai awal kebangkitan Islam dan kaum
Muslimin.
5. Hijraturrasul mendidik manusia, bahwa untuk mencapai suatu
kesuksesan yang besar, memerlukan pengorbanan yang besar pula,
serta menjelaskan bahwa esensi hidup dalam perspektif al-Qur’an,
bukan semata menarik dan menghembuskan nafas, tetapi untuk
membela dan mengembangkan agama Allah, yang diawali dengan
sikap optimis dan kerja keras kemudian tawakkal.
6. Makna hakiki kebangkitan Islam dan umat Islam sesungguhnya belum
dapat dipahami oleh sebagian besar umat Islam. Hal ini terjadi karena
umat Islam belum menyadari makna keberagamaan, sebagai satu-
satunya jalan menuju kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat.
7. Sesungguhnya penguasaan ipteks hanya sebagai alat untuk
memudahkan kehidupan umat manusia. Dan kekayaan hanya
merupakan alat untuk kemudahan hidup manusia. Uang pada
hakekatnya hanya merupakan alat tukar dalam sistem perekonomian.
Satu-satunya cara mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan juga di
akhirat hanya melalui agama.
8. Kesadaran keberagamaan atau religiositas seperti di atas tentu perlu
bagi umat Islam. Karena semakin banyak agenda keberhasilan umat
Islam di masa depan, terutama dalam menguasai ipteks dan
perekonomian, maka eksistensi Islam semakin disegani. Meskipun
Islam pernah mengalami kejayaan di abad ke-19 s,d, abad ke-11
Masehi, membuktikan bahwa Islam dan umat Islam sangat terbuka bagi
kemajuan peradaban dunia.

Akhirnya, kesadaran keberagamaan atau religiositas seperti di atas tentu perlu

bagi umat Islam. Karena semakin banyak agenda keberhasilan umat Islam di

masa depan, terutama dalam menguasai iptek dan perekonomian, maka

eksistensi Islam akan semakin disegani. Secara historis, Islam pernah mengalami

kejayaan di abad ke-9 s,d, abad ke-11 Masehi, membuktikan bahwa Islam dan

umat Islam sangat terbuka bagi kemajuan peradaban dunia. Tahun Baru Islam

kali ini hendaknya dapat menjadi momentum dan renungan, sudah lapisan

awah umat yang fakir dan tertindas? Mengapa Nabi Muhammad saw. memilih

non-Muslim sebagai pemandunya ketika hijrah? Mengapa beliau berkeras untuk

membayar upah kendaraan, yang dihadiahkan oleh sahabatnya? Mengapa

beliau begitu tenang, ketika musuh berada di mulut guwa, dan begitu gusar

ketika berkecamuknya peperangan Bader? Itu dan lainnya, bila dianalisis dapat

memberi jawaban-jawaban tentang hakekat ajaran agama sekaligus menunjang

suksesnya tugas kekhalifahan manusia sebagai khalifatullah fi al-‘ardh (tugas

pembangun peradaban dunia ini). Pertanyaan-pertanyaan itu dan lainnya bila

dianalisis dapat memberi jawaban-jawaban tentang hakekat ajaran agama

sekaligus menunjang tugas manusia sebagai pembangun dunia ini. Selamat


memasuki Tahun Baru 1445 Hijriah, semoga kesehatan lahir dan batin, serta

kesuksesan dalam melaksanakan tugas dan pekerjaan senantiasa menyertai

kita. Demikian, wa Allah a'lam, semoga!

Anda mungkin juga menyukai