Pengertian Hijrah
Secara bahasa, hijrah berasal dari Bahasa Arab: hijrah. Akar kata dari
fi’il (kata kerja); (hâjara–yuhâjiru–muhâjarat[an] wa hijrat[an]–
muhâjir[un]–muhâjar[un]). Artinya: keluar, berpindah, menjauhi,
meninggalkan. Hâjara min makânin kadzâ (berpindah dari tempat ini), wa
hâjara ‘anhu (meninggalkan dan keluar darinya menuju tempat lain).1
٥ ُر
ۡ هج
َۡٱ
َ ف
ۡزُّج
َٱلر
و
…dan perbuatan dosa (menyembah berhala), tinggalkanlah (QS al-
Mudatstsir [74]: 5).
ه
َُْن
ُ ع
هى هَّللا
َنَ ما َر
َ َ هج من
َ ْ هاجِر
َ ُ َُالم
ْ َو
Orang yang berhijrah adalah orang yang meninggalkan apa saja yang
dilarang oleh Allah (HR al-Bukhari).
Nabi saw. bersabda, “Lâ hijrata ba’da al-fath (Tak ada hijrah setelah
pembebasan).”
Ada pula riwayat tentang Sofwan ibn Umayyah ketika ia masuk Islam. Ia
mendapat informasi bahwa tak ada agama bagi seseorang yang tidak
berhijrah. Ia lalu datang ke Madinah. Nabi saw. kemudian bertanya,
“Apa yang membawa kamu kemari, wahai Abu Wahb? Sofwan menjawab bahwa
seseorang mengatakan: tiada agama bagi orang yang tidak berhijrah.
Lalu Nabi saw. bersabda, “Kembalilah Abu Wahb ke dataran Makkah yang
luas! Tinggalilah rumah kalian semua. Hijrah telah tiada. Yang ada
hanya jihad dan niat. Jika kalian ingin lari maka larilah!”
Adapun sabda Nabi saw. kepada Sofwan “hijrah telah selesai”, artinya
hijrah dari Makkah setelah kota tersebut dibebaskan telah berakhir.
Pasalnya, yang namanya hijrah adalah keluar dari negeri kafir atau
wilayah kafir. Saat itu Makkah telah dibebaskan dan statusnya menjadi
wilayah Islam. Jadi tidak ada lagi negeri kafir atau wilayah kafir
Dengan demikian sejak itu tak ada lagi hijrah. Itu berlaku pada semua
negeri yang dibebaskan. Tak ada lagi hijrah dari wilayah tersebut. Ini
didukung oleh hadis dari Mu’awiyah ra. yang berkata bahwa ia mendengar
Rasulullah saw. bersabda, “Hijrah tak pernah berhenti selamat tobat
masih diterima. Tobat akan terus diterima sampai matahari terbit dari
barat.” (HR Ahmad).
Ada juga Hadis Nabi saw., “Hijrah tak akan pernah berhenti selama
masih ada jihad.”
Dalam riwayat lain juga dinyatakan, “Hijrah tak akan pernah berhenti
selama orang-orang kafir masih diperangi.”
Semua itu menunjukkan bahwa hijrah dari wilayah kafir menuju wilayah
Islam masih ada dan tidak berhenti.
َ؟
لمَِ
و,ِ
ل هللا
ََْسُو
يا ر:ْ َالو
ُ ق,َ
ْنِي
ِكُشْر
الم هر
ْ ِ َ َأظ
ُْ ْنبي ْم
َ ُ ِي
يق ِم
ُ ٍ مسْل ُل
ُ ِّ ِن
ْ ك ء م
ٌِي
بر َأن
َ َا
هم
َ َُا
َار
ءى ن ََا تر
َ َ ال:ل
ََا
ق
“Saya berlepas diri dari setiap Muslim yang berada di tengah-tengah
kaum musyrik.” Para sahabat bertanya, “Mengapa, ya Rasulullah?” Beliau
menjawab, “Cahaya keduanya tak tampak.” (HR Abu Dawud).
Istilah ad-dâr secara bahasa adalah tempat, rumah dan daerah atau
wilayah. Bisa juga berarti suku. Dârul harbi berarti daerah musuh.
Tidak ada perbedaan pendapat bahwa daerah kafir yang dihuni kaum kafir
dengan aturan yang mereka terapkan adalah daerah harbi dan kufr.
Begitu juga arena peperangan yang sudah dijadikan ghanimah oleh kaum
Muslim, tetapi belum diterapkan hukum-hukum Islam. Statusnya adalah
daerah musuh dan daerah kafir meskipun berada di bawah kekuasaan kaum
Muslim. Kalimat dârul harbi dan dârul kufr artinya sama; ditujukan
pada daerah musuh dan daerah pertempuran. Begitu pula tidak ada
perbedaan, daerah Islam adalah daerah yang tunduk pada hukum Islam dan
diatur oleh kaum Muslim, baik dihuni kaum Muslim atau kaum dzimmi.
Status daerah sebagai daerah Islam atau daerah kafir ditentukan oleh
dua hal: Pertama, penerapan hukum Islam. Kedua, adanya jaminan
keamanan dengan kekuasaan kaum Muslim.
Kalau dalam suatu daerah terdapat dua unsur di atas, maka daerah
tersebut adalah daerah Islam, dan beralih dari daerah kafir menjadi
daerah Islam. Namun, jika salah satu unsur di atas tidak terpenuhi,
maka tidak bisa dianggap sebagai daerah Islam. Artinya, daerah yang
tidak menerapkan hukum-hukum Islam itu adalah daerah kafir. Sama
halnya ketika suatu daerah menerapkan hukum-hukum Islam, tetapi
keamanannya tidak dalam kekuasaan kaum Muslim. Kedua unsur diatas
adalah syarat mutlak agar sebuah daerah tetap dianggap sebagai daerah
Islam.
Hukum orang yang tidak berhijrah ditentukan dengan kemampuan yang ada
pada dirinya. Dalam kondisi tertentu bisa wajib, sunnah atau mubah
(boleh), dan bisa haram baginya berhijrah.4
Seseorang wajib berhijrah jika mampu melakukan hijrah dan dia tidak
mampu menampilkan agamanya, tidak dapat melaksanakan hukum-hukum Islam
yang harus dilaksanakan. Allah SWT berfirman:
ۖ َأنف ٓٱلم
ٰ
َّا
ُنْ كالواƒَ
ُ ۡ ق ُمُنتَ ك
ِيم ْ فالواƒَ
ُ ۡ ق ِم
هƒس ُِ ِي
ٓ ِاƒَ
لم ة ظ َُ َ
لِئكَۡ ُ همَُّٰى
َفتو ِين
َ َ ٱلذ
َّ ن َِّإ
ٓ
ٰ ُأ ۚ ْ ف ٗ َأر ۡ َأ
ْ َلم َأۡل
ََْلِئك
َ و ا فƒƒه
َِي ُوا
هاجِرََُت
َة ف ِع
ٰسِ و
َ ۡضُ ٱهَّلل ُنتك
َ ۡ ٓاَالو
ُ ضۚ ق
ِِۡي ٱ ر َ ف
ِين
َفۡعَض
مسۡتُ
٩٧ ًا ِير مص ءت
َ ۡ ََسَٓا ۖ
ُ و
َّم
هن ۡ ج
ََ همُٰ
َى ۡ
مأوَ
Sungguh orang-orang yang dicabut nyawanya oleh malaikat dalam keadaan
menzalimi diri sendiri, (kepada mereka) malaikat bertanya, “Dalam
keadaan bagaimana kalian ini?” Mereka menjawab, “Kami orang-orang yang
tertindas di negeri (Makkah).” Mereka (para malaikat) bertanya,
“Bukankah bumi Allah itu luas, sehingga kalian dapat berhijrah di bumi
itu?” Orang-orang itu tempatnya di Neraka Jahanam dan Jahanam itu
seburuk-buruk tempat kembali (QS an-Nisa’ [4]: 97).
Hijrah menjadi mubah atau boleh tidak berhijrah jika kaum Muslim tidak
mampu dan tak berdaya melakukan hijrah karena sakit, misalnya, atau
dipaksa untuk tidak hijrah atau lemah, seperti para wanita, anak-anak
dan yang menyamai mereka. Ini seperti yang tertuang dalam QS an-Nisa’
[4]: 98-99. Dalam hal ini Allah memaafkan mereka dan mereka tidak
dituntut melakukan hijrah.
Hijrah menjadi sunnah atau anjuran jika kaum Muslim mampu berhijrah,
juga mampu mengekspresikan agamanya dan melaksanakan tuntutan-tuntutan
syariah. Disunahkan karena Rasulullah saw. memilih hijrah dari Makkah
sebelum dibebaskan dan statusnya masih sebagai wilayah kafir. Ini juga
berdasarkan firman Allah dalam QS 2: 218, 9: 20 dan 8: 72,75.
Hijrah menjadi haram jika kaum Muslim mampu menampilkan agamanya dan
menjalankan hukum-hukum syariah, juga sanggup mengubah status wilayah
yang mereka tempati dari wilayah kafir menjadi wilayah Islam. Saat
tidak berhijrah dalam kondisi seperti ini mereka dianggap lari dari
kewajiban berjihad.
Khatimah
Semoga momentum makna hijrah tahun ini menjadikan kita tetap istiqamah
berjuang dan berkorban hingga terwujud Dâr Islâm sebagai wadah
berhijrah membangun ukhuwah islamiyah serta kejayaan Islam dan kaum
Muslim.