Anda di halaman 1dari 313

BAB I

ILMU ASHWAT
Oleh : Rima Yahdiyani

1
Fungsi Pragmatika Intonasi

1. Pengertian Ilmu Ashwat

Pengertian ashwat atau suara menurut ahli bahasa pada


zaman dahulu, yaitu Ibnu Sina adalah: “Gelombang udara dan
tekananannya yang kuat dan cepat yang disebabkan oleh berbagai
faktor”1. Sedangkan menurut para ahli bahasa kontemporer yaitu
Ibrahim Anis adalah: “Tabiat yang tampak yang dapat ditemukan
pengaruhnya tanpa ditemukan esensinya (keberadaannya).” 2

Ilmu ashwat disebut juga Fonologi yang secara bahasa


memiliki makna ilmu tentang bunyi. Hal ini sesuai dengan makna
dari kata Fonologi itu sendiri yang terdiri atas fon yang artinya
adalah bunyi dan logos yang artinya adalah ilmu.

Bunyi yang dipelajari dalam Fonologi bukan hanya


sembarang bunyi, melainkan bunyi bahasa yang dapat
membedakan arti dalam bahasa lisan ataupun tulisan yang
digunakan oleh manusia. Bunyi yang dipelajari dalam Fonologi
disebut dengan istilah fonem.

Bahasa adalah sistem dan bahasa adalah lambang, maka


bahasa adalah bunyi, seluruhnya dapat dikatakan bahwa bahasa
adalah sistem lambang bunyi.

1
Manaf Mahdi Muhammad, Ilmu al-Ashwat al-Lughawiyyah (Libia: ‘Alimul
Kutub, 1998), 13.
2
Ibrahim Anis, Al – Ashwat Al – Lughawiyah (Kairo: Maktabah Al – Anjalu Al –
Mishriyyah, 1999), 9.

2
Fungsi Pragmatika Intonasi

Jadi, sistem bahasa itu berupa lambang yang wujudnya


berupa bunyi. Kata bunyi yang sering sukar dibedakan dengan
kata suara, sudah biasa kita dengar dalam kehidupan sehari-hari.
Secara teknis, menurut Kridalaksana bunyi adalah: “Kesan pada
pusat saraf sebagai akibat dari getaran gendang telinga yang
bereaksi karena perubahan-peribahan dalam tekanan udara.”
Bunyi ini bisa bersumber pada gesekan atau benturan benda-
benda, alat suara pada binatang dan manusia.

Sedangkan yang dimaksud dengan bunyi pada bahasa


atau yang termasuk lambang bahasa adalah bunyi-bunyi yang
dihasilkan oleh alat ucap manusia. Jadi, bunyi yang bukan
dihasilkan oleh alat ucap manusia tidak termasuk bunyi bahasa.
Tetapi juga tidak semua bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap
manusia termasuk bunyi bahasa. Bunyi teriak, bersin, dan batuk-
batuk bukan termsauk bunyi bahasa. Meskipun dihasilkan oleh
alat ucap manusia, karena semuanya itu tidak termasuk ke dalam
sistem bunyi bahasa. Teriakan, bersin, dan batuk-batuk terjadinya
bisa disadari dan kadang-kadang dapat juga dijadikan untuk
menyampaikan pesan, sama halnya dengan bahasa, tetapi juga
bukan bunyi bahasa karena tidak dapat dikombinasikan dengan
bunyi-bunyi lain untuk menyampaikan pesan.

Jika bahasa itu berupa bunyi, bagaimanakah masalahnya


dengan bahasa tulisan? Dalam linguistik yang disebut bahasa
yang primer adalah yang diucapkan. Bahasa yang dilisankan
inilah yang pertama-tama menjadi objek linguistik.

3
Fungsi Pragmatika Intonasi

Sedangkan bahasa tulis, meskipun tidak dilupakan dalam


kajian linguistik, hanyalah bersifat sekunder. Bahasa tulis
sebenarnya hanyalah rekaman dari bahasa lisan.

Hakikat bahasa adalah bunyi, atau bahasa lisan. Manfaat


Fonologi dalam Penyusunan Bahasa tidak hanya mempelajari
bagaimana cara melambangkan bunyi- bunyi ujar dalam bentuk
tulisan atau huruf, tetapi juga mempelajari bagaimana cara
menuliskan bunyi-bunyi ujar dalam bentuk kata, frase, klausa,
dan kalimat, cara memenggal suku kata, menuliskan singkatan,
menulis nama orang, lambang-lambang teknis keilmuan dan
sebagainya.

Ibnu Jinni, seorang ahli bahasa arab mendefinisikan bahasa


sebagai berikut:

"‫"اللغة هي أصوات يعبر بها ك ّل قوم عن أغراضهم‬

“Bahasa adalah bunyi – bunyi yang diucapkan oleh setiap


kelompok masyarakat untuk menyampaikan maksud
mereka.”

Al – Rajihi memberikan penjelasan mengenai definisi tersebut:


a. Ibnu Jinni membatasi Bahasa hanya berupa bunyi. Hal ini
menunjukkan bahwa ulama arab tidak mempelajari
Bahasa tulisan tetapi mereka hanya mempelajari Bahasa
lisan yang didasari pada bunyi
b. Bahasa berfungsi sebagai ta’bir (mengungkapkan) atau
mengkomunikasikan apa yang ada di hati kepada orang
lain

4
Fungsi Pragmatika Intonasi

c. Bahasa digunakan oleh sekelompok masyarakat


d. Bahasa merupakan alat untuk ta’bir dari aghradh yang
artinya Bahasa itu tidak hanya berupa bunyi ataupun
ta’bir saja, tetapi juga mencakup aghradh yaitu berpikir

Bunyi merupakan hal yang paling pokok dalam bahasa,


karena perkembangan Bahasa pertama kali tampak pada bunyi
yang diucapkan.

Pemahaman pada kalimat yang dipotong juga hanya dapat


dipahami dari intonasi kalimat tersebut. Contoh kalimatnya
adalah: “Ahmad pergi ke Suriah”. Apabila diucapkan dengan
intonasi tinggi ke rendah, maka kalimat tersebut menunjukkan
realita bahwa ahmad memang telah pergi ke Suriah. Namun
apabila diucapkan dari nada rendah ke nada tinggi maka
menunjukkan pernyataan pengingkaran yang menunjukan
pertanyaan.

Mansoer Pateda dalam bukunya “Linguistik” memberikan


definisi Bahasa sebagai berikut: “Bahasa adalah bunyi – bunyi
yang bermakna”. Sedangkan G.A Miller menyebutkan bahwa
Bahasa yang berwujud bunyi itu berisi:

a. Phonological Information yaitu informasi yang bersifat


fonologi yang bermakna
b. Syntactic Information yaitu informasi yang disampaikan
itu berwujud kalimat
c. Lexical Information yaitu informasi yang terdapat dalam
setiap leksem (kamus)

5
Fungsi Pragmatika Intonasi

d. Conseptual Knowledge yaitu konsep – konsep


pengetahuan

Di dunia ini terdapat beribu – ribu Bahasa. Indonesia


sendiri memiliki beragam Bahasa yang berbeda – beda di setiap
daerahnya.
Walaupun di dunia ini terdapat beragam Bahasa, namun
masing – masing mempunyai ciri khas tertentu. Dengan kata lain
terdapat ciri dalam setiap bahasa yang disebut dengan kemestaan
bahasa atau universalia Bahasa (language universals).

Diantara ciri – ciri kemestaan itu adalah sebagai berikut :


a) Fungsi utama Bahasa adalah sebagai sarana komunikasi
b) Media utama Bahasa adalah bunyi ujaran (vocal sound)
c) Semua Bahasa memiliki leksikon atau kosa kata yang
memiliki kandungan makna
d) Semua Bahasa memiliki tata Bahasa atau grammar (Elson
& Picker, 1962 : 1)
Didalam tata Bahasa terdapat (Fromkin & Rodman, 1983 : 15) :
1 Fonologi
2 Semantik
3 Morfologi
4 Sintaksis
5 Leksion

Ada juga yang berpendapat bahwa dalam tata Bahasa


(grammar) hanya terdapat morfologi dan sintaksis (Gleason,
1970 : 11), (Francis, 1958 : 4), (Taringan, 1984 : 74).

6
Fungsi Pragmatika Intonasi

2. Pengertian Morfologi

Morfologi adalah bagian dari ilmu bahasa yang


membicarakan seluk beluk bentuk kata serta pengaruh perubahan
– perubahan bentuk kata, baik itu fungsi gramatik maupun fungsi
semantik (Ramlan, 1983 : 16 – 17).
Morfologi atau morfemik adalah telaah dari morfem.
Morfologi dibagi menjadi dua tipe analisis, yaitu :
a. Morfologi Sinkronik
b. Morfologi Diakronik

Morfologi sinkronik menelaah morfem – morfem dalam


satuan waktu tertentu. Sedangkan morfologi diakronik menelaah
sejarah serta asal – usul kata.
Setiap orang yang menaruh perhatian besar terhadap
masalah kata dan morfem beserta maknanya maka bisa
menelusuri permasalahan mengenai sinkronik dan diakronik.
Morfem adalah satuan gramatik yang paling kecil yang
tidak mempunyai satuan lain sebagai unsurnya sedangkan kata
adalah satuan bebas yang paling kecil atau dengan kata lain setiap
satuan bebas adalah kata.
Kata terdiri dari dua macam satuan, yaitu satuan
fonologik dan gramatik. Sebagai satuan gramatik, kata terdiri dari
satu atau beberapa morfem (Ramlan, 1983, 26 – 28).
3. Syarat Terjadinya Bunyi dan Implikasinya
Proses terjadinya bunyi tidak datang sendirinya, namun
mempunyai tiga syarat yaitu :

7
Fungsi Pragmatika Intonasi

1. Ada sumber energi. Sumber energi itu berupa kekuatan,


gerakan atau pukulan yang menyebabkan benda tersebut
bergerak atau bergelombang.
2. Adanya benda yang bergetar yang disebabkan oleh
adanya gerakan atau pukulan yang menimpa benda
tersebut
3. Adanya ruang resonansi. Ruang resonansi adalah sarana
dari benda yang bergetar, baik itu berupa benda cair
maupun benda padat. Dengan adanya ruang resonansi
sebagai sarana penghantar bunyi, maka keluarlah bunyi
yang bisa didengar oleh telinga manusia.

Sebagai contoh dari implikasi ketiga syarat tersebut


adalah terjadinya bunyi pada alat musik gitar. Ketika gitar
tersebut dipetik, maka bergetarlah senar – senar dari gitar
tersebut. Petikan dari senar gitar tersebut beserta pukulannya
merupakan sumber energi, adapun senar – senar gitar yang
bergetar merupakan benda yang bergetar dan tabung pada gitar
yang ikut bergetar sehingga keluarlah bunyi dari gitar tersebut
merupakan ruang resonansi.

4. Proses Terjadinya Bunyi Berdasarkan Ilmu Fisika


Bunyi merupakan salah satu jenis gelombang yang dapat
dirasakan oleh indra pendengaran (telinga). Setiap bunyi yang
kita dengar berasal dari alat atau benda tertentu yang mampu
menghasilkan bunyi baik itu bunyi yang bernada atau hanya
sekedar desah.

8
Fungsi Pragmatika Intonasi

Proses ketika bunyi dapat didengar oleh manusia dimulai


dengan sumber bunyi yang bergetar akan menggetarkan molekul
- molekul udara yang ada di sekitarnya.

Selanjutnya, molekul - molekul udara yang bergetar akan


menjalarkan getarannya ke molekul - molekul udara di dekatnya.
Demikian seterusnya, sampai molekul - molekul udara yang ada
di sekitar telinga kita ikut bergetar sehingga kita dapat mendengar
bunyi.
Medium perantara diperlukan pada perambatan bunyi
karena bunyi termasuk gelomang mekanik.
Manusia dapat mendengar bunyi karena memiliki telinga
sebagai alat pendengaran untuk menangkap bunyi. Namun tidak
semua jenis bunyi dapat didengar oleh manusia karena
pendengaran manusia yang terbatas pada bunyi dengan frekuensi
tertentu. berdasarkan frekuensinya, bunyi dibedakan menjadi 3
jenis yaitu:
1. Infrasonik adalah jenis bunyi yang memilki jumlah
getaran bunyinya kurang dari 20 Hz getaran per detik.
bunyi infrasonik dihasilkan oleh benda - benda berukuran
besar seperti gempa bumi dan getaran mesin - mesin besar
di pabrik. Bunyi ini dapat menyebabkan benda - benda
lain disekitarnya ikut bergetar.
2. Audiosonik adalah jenis bunyi yang dapat didengar oleh
manusia. Jumlah getaran bunyinya berkisar antara 20 –
20.000 Hz per detik. Gendang telinga hanya dapat
menghasilkan gelombang listrik syaraf yang dapat

9
Fungsi Pragmatika Intonasi

diterjemahkan otak jika bergetar dengan frekuensi dalam


jangkauan audiosonik.
3. Ultrasonik adalah jenis bunyi yang sangat kuat, dengan
jumlah getarannya lebih dari 20.000 Hz per detik. Bunyi
ini tidak dapat didengar oleh manusia, melainkan oleh
beberapa hewan tertentu seperti kelelawar dan lumba -
lumba yang mampu mendengar bunyi ini.
5. Perambatan Energi Bunyi
Cepat rambat bunyi menyatakan jarak yang ditempuh
bunyi dalam waktu sekon. Ketika kita mendengar bunyi guntur
yang sangat keras terkadang dikala itu jendela juga ikut bergetar.
Hal ini disebabkan karena bunyi sebagai salah satu bentuk energi
yang merambatkan energinya melalui udara.
Suara tidak akan bisa didengar dalam ruangan vakum
(hampa udara) karena proses transmisi membutuhkan suatu
medium dimana partikel – parikel zat didalam medium tersebut
dapat dikompresi dan diekspansi (dimuaikan).
Getaran bunyi dapat merambat dalam bentuk gelombang
yang disebut gelombang longitudinal. Gelombang bunyi dapat
merambat melalui zat padat, cair dan gas. Gelombang merupakan
getaran yang merambat yang didalamnya dikenal dengan istilah
frekuensi, periode, panjang gelombang, dan cepat rambat
gelombang. (Agus Kriono, dkk, 2008 : 261).

6. Proses Terjadinya Suara pada Manusia

Ilmu fonetik (artikulatoris) mengkaji cara membentuk


bunyi-bunyi bahasa. Adapun sumber kakuatan utama untuk

10
Fungsi Pragmatika Intonasi

membentuk bunyi bahasa yaitu udara yang keluar dari paru-paru.


Udara tersebut dihisap ke dalam paru-paru, kemudian dikeluarkan
ketika bernafas. Ketika udara keluar dari paru-paru melalui
tenggorokan, ada yang mendapat hambatan dan ada yang tidak.
Proses membentuk dan mengucapkan bunyi berlangsung dalam
suatu kontinuum.

Menurut analisis bunyi fungsional, arus bunyi yang


kontinuum tersebut bisa dikategorisasikan berdasarkan segmen
tertentu. Walaupun demikian, ada pula bunyi yang tidak dapat
dikategorisasikan menjadi segmen-segmen tertentu yang disebut
bunyi suprasegmental. Oleh sebab itu, bunyi bahasa dapat dibagi
menjadi :
a. Bunyi segmental
b. Bunyi suprasegmental.
Proses terbentuknya bunyi bahasa secara garis besarnya terbagi
atas 4 macam, yakni:
1. Proses keluarnya bunyi dari paru-paru
2. Proses fonasi, yaitu lewatnya bunyi dalam tenggorokan
3. Proses artikulasi yaitu proses terbentuknya bunyi oleh
artikulator
4. Proses oro-nasal, proses keluarnya bunyi melalui mulut
atau hidung (ladefoged, 1973: 2-3).
Proses Terjadinya Bunyi:
1. Sumber energi utama terjadinya bunyi bunyi bahasa
adalah adanya udara dari paru-paru

11
Fungsi Pragmatika Intonasi

2. Udara dihirup ke dalam paru-paru kemudian dihembuskan


keluar bersama-sama waktu sedang bernapas
3. Udara yang dihembuskan (atau dihirup untuk sebagaian
kecil bunyi bahasa) mendapat hambatan di berbagai
tempat alat-alat bicara dengan berbagai cara sehingga
terjadi bunyi bahasa.
4. Tempat atau alat bicara yang dilewati diantaranya batang
tenggorok, pangkal tenggorok, kerongkongan, rongga
mulut, rongga hidung

5. Pada waktu udara mengalir keluar pita suara harus dalam


keadaan terbuka
6. Bunyi suara akan terdengar sampai ke telinga manusia

Organ tubuh yang berperan dalam prses terjadinya suara pada


manusia:
a. Paru-paru (lungs)
b. Batang tenggorok (trachea)
c. Pangkal tenggorok (larynx)
d. Pita-pita suara (vocal cords)
e. Krikoid (cricoid)
f. Tiroid (thyroid/lekum)
g. Aritenoid (arythenoids)
h. Dinding rongga kerongkongan (wall of pharynx)
i. Epiglotis (epiglottis)
j. Akar lidah (root of the tongue)
k. Punggung lidah/ pangkal lidah (dorsum)

12
Fungsi Pragmatika Intonasi

l. Tengah lidah (medium)


m. Daun lidah (lamina)
n. Ujung lidah (apex)
o. Anak tekak (uvula)
p. Langit-langit lunak (velum)
q. Langit-langit keras (palatum)
r. Gusi dalam/ ceruk gigi (alveolae)
s. Gigi atas (denta)
t. Gigi bawah (denta)
u. Bibir atas (labia)

v. Bibir bawah (labia)


w. Mulut
x. Rongga mulut (oral cavity)
y. Rongga hidung (nasal cavity)

7. Perbedaan Antara Suara Laki – Laki dan Perempuan


Frekuensi suara pria berada pada rentang 65 hingga 260
Hertz. Sementara frekuensi suara wanita tercatat pada rentang
100 sampai 525 Hertz. Ini berarti pria dan wanita dengan
frekuensi suara 100 sampai 260 Hertz seharusnya sulit dibedakan
kalau hanya didengar dari suaranya saja.
“Mengapa suara wanita dan pria berbeda ?”
Bila suara manusia pada dasarnya berada dalam frekuensi
yang selisihnya tidak begitu jauh, lalu apa yang membuat suara
wanita dan pria terdengar berbeda? Jawabannya berikut :
a. Nada suara

13
Fungsi Pragmatika Intonasi

Nada suara manusia atau pitch ditentukan oleh bentuk dan


tekanan pada pita suara Anda. Tekanan pita suara sendiri
dikendalikan oleh otot-otot laring (pangkal tenggorokan).
Semakin besar tekanan pada laring, getaran yang dihasilkan juga
semakin cepat. Semakin cepat getarannya, semakin tinggi pula
nada suara Anda.
Wanita memang memiliki bentuk dan getaran pita suara
yang bisa membuatnya menghasilkan suara dengan nada tinggi.
Pita suara milik wanita lebih kecil dari pada milik laki - laki.
Itulah sebabnya tidak ada wanita yang mempunyai jakun.
Karena pita suara yang lebih kecil, celah yang ada juga lebih
sempit, sehingga udara yang keluar seakan terjepit dan
mengeluarkan suara yang tinggi dan melengking. Sedangkan
pada pria, getaran yang lebih lambat membuatnya menghasilkan
suara dengan nada rendah.

b. Hormon
Berbagai hormon dalam tubuh Anda berperan penting
bagi banyak hal. Salah satunya adalah suara manusia. Pasalnya,
sejumlah penelitian membuktikan bahwa pria dengan kadar
testosteron tinggi memiliki nada suara lebih rendah.
Hal yang sama bisa diamati pada wanita. Keseimbangan
hormon akan mepengaruhi apakah pita suara dan tenggorokan
Anda kering atau cukup lembap. Selain itu, hormon jadi salah
satu penentu kekuatan otot-otot laring dan paru-paru untuk
memompa udara jadi suara. Karena keseimbangan hormon dalam
tubuh pria dan wanita berbeda, karakter suara yang dihasilkan
pun jadi berbeda pula.

14
Fungsi Pragmatika Intonasi

Mengetahui range suara manusia sangat penting.


Perbedaan suara laki-laki dan perempuan adalah 1 oktaf. Laki-
laki memiliki satu oktaf lebih rendah dari suara perempuan.
suara wanita ada 3 jenis terdiri dari sopran, mezzo sopran dan alto
:
1. Sopran adalah suara tertinggi dalam klarifikasi vokal
didalam budaya musik klasik barat. istilah sopran berasal
dari bahasa italia ‘sopra’ yang berarti melampaui dan juga
bahasa latin ‘supra’ yang berarti super.
Dalam masa kini, istilah sopran hanya digunakan untuk
penyanyi wanita yang memiliki jarak suara sopran. Dalam
paduan suara, standar jarak suara sopran adalah yaitu dari
C4 hingga satu setengah oktaf keatas mencapai G5/A5.
2. Mezzo-sopran adalah suara wanita yang lebih rendah dari
sopran namun lebih tinggi dari kontralto Secara umum
suara mezzo-sopran masuk di antara nada A3 (di bawah C
natural) sampai A5. Namun ada juga suara mezzo-soprano
yang jangkauannya cukup ekstrim dari (G3) sampai (C6).
3. alto atau kontralto ialah suara di antara suara tenor dan
mezzo soprano. Istilah ini biasanya dirujukkan kepada
suara wanita terendah dalam nada nyanyian atau suara
nyanyian lelaki yang menggunakan teknik pemalsuan
suara (falseto) yang juga dikenali sebagai penyanyi
kuantertenor. Nota penyanyi alto kebiasaanya meliputi di
antara G di bawah C tengah hingga ke E sepuluh di bawah
C tengah (G3-E5). Di dalam suara terendah dalam

15
Fungsi Pragmatika Intonasi

lingkungan suara mereka, suara penyanyi alto lelaki


adalah hampir sama dengan suara penyanyi tenor.
Suara pria ada 3 jenis terdiri dari tenor, bariton, dan bass
1. Tenor adalah suara tinggi pada penyanyi pria , secara
umum tenor terletak diantara nada C3 (nada C satu oktaf
diatas nada C natural) sampai nada A4 (nada A di atas
nada C tengah) dalam paduan suara dan sampai C5 untuk
penyanyi solo. Ada beberapa penyanyi tenor yang
memiliki rentang suara lebih ekstim yakni dari B♭2 (dua
B♭ di bawah C natural) sampai ke nada F5 (dua F di atas
C tengah).
2. Bariton adalah jenis suara yang umum bagi pria dewasa
antara suara bass dan tenor. kata ini bahasa yunani yang
berarti “suara dalam”. Dalam musik suara ini biasanya
ditulis dalam nada A dibawah nada C tengah (A2) hingga
ke nada F di atas nada C tengah(F4), tergantung pada
keadaan sejarah.
3. Bass adalah jenis suara terendah penyanyi pria, biasanya
mempunyai jangkauan dari nada E2 sampai E4. Walaupun
demikian, beberapa penyanyi memiliki nada rendah yang
sangat ekstrim, bisa mencapai nada C2.
Unsur - Unsur Teknik Vokal :
1. Artikulasi adalah cara pengucapan kata demi kata yang
baik dan jelas.
2. Pernafasan adalah usaha untuk menghirup udara
sebanyak-banyaknya, kemudian disimpan, dan
dikeluarkan sedikit demi sedikit sesuai dengan keperluan.

16
Fungsi Pragmatika Intonasi

Pernafasan di bagi tiga jenis, yaitu :


1. Pernafasan Dada: Digunakan untuk nada-nada rendah,
penyanyi mudah lelah.
2. Pernafasan Perut: Udara cepat habis, kurang cocok
digunakan dalam menyanyi, karena akan cepat lelah.
3. Pernafasan Diafragma : Adalah pernafasan yang paling
cocok digunakan untuk menyanyi, karena udara yang
digunakan akan mudah diatur pemakaiannya, mempunyai
power dan stabilitas vokal yang baik.

17
Fungsi Pragmatika Intonasi

BAB II

FONOLOGI

Oleh : Ririn Ulpina

18
Fungsi Pragmatika Intonasi

A. Pengertian Ilmu Ashwat (Fonologi)

Dalam bahasa Arab Ilmu bunyi diistilahkan dengan ilmu al


ashwat (‫وات‬ggg‫)علم األص‬ ,adalah sebuah ilmu yang mempelajari
tentang penuturan bunyi bahasa, perpindahan dan penerimaannya.

Ilmu fonologi merupakan salah satu cabang dari ilmu


ashwat/ilmu bunyi. Ilmu ashwat fonologi adalah ilmu bunyi yang
membahas tentang bunyi bahasa tertentu dengan
mempertimbangkan fungsi dan makna yang dikandung oleh
bunyi itu. Sedangkan menurut Abdul chaer (2012), dalam
bukunya menyebutkan bahwa fonologi adalah bidang linguistik
yang mempelajari, menganalisis, dan membicarakan runtunan
bunyi-bunyi bahasa. yang secara etimologi terbentuk dari kata
fon yaitu bunyi,dan logi yaitu ilmu.

Adapun ilmu Ashwat (Fonologi) adalah ilmu yang


mempelajari bunyi kebahasaan dari sisi sifat keluarnya bunyi,
cara mengucapkannya, dan membedakan satu suara dengan suara
yang lain karena sifat-sifatnya yang bermacam-macam. (Abdul
wahab Rasyidi: 1)

Fonologi adalah ilmu yang mempelajari tentang system


bunyi bahasa. Fonologi merupakan studi ilmu yang membahas
tentang suara dan bunyi-bunyi yang terucap dari alat ucap
manusia. Bahwa bahasa adalah sistem bunyi ujar sudah disadari
oleh para linguis. Oleh karena itu, objek utama kajian linguistik
adalah bahasa lisan, yaitu bahasa dalam bentuk bunyi ujar. Kalau
toh dalam praktik berbahasa dijumpai ragam bahasa tulis,

19
Fungsi Pragmatika Intonasi

dianggap sebagai Bahasa sekunder, yaitu "rekaman" dari bahasa


lisan. Oleh karena itu, bahasa tulis bukan menjadi sasaran utama
kajian linguistik.

Konsekuensi logis dari anggapan-bahkan keyakinan-ini


adalah dasar analisis cabang-cabang linguistik apa pun (fonologi,
morfologi, sintaksis, semantik, leksikologi, dan lainnya) berkiblat
pada korpus data yang bersumber dari bahasa lisan, walaupun
yang dikaji sesuai dengan konsentrasinya masing-masing.
Misalnya, fonologi berkonsentrasi pada persoalan bunyi,
morfologi pada persoalan struktur internal kata, sintaksis pada
persoalan susunan kata dalam kalimat, semantik pada persoalan
makna kata, dan leksikologi pada persoalan perbendaharaan kata.

Dari sini dapat dipahami bahwa material bahasa adalah


bunyi-bunyi ujar ini diselidiki oleh cabang linguistik yang disebut
fonologi, Oleh fonologi, bunyi-bunyi ujar ini dapat dipelajari
dengan dua sudut pandang.

Pertama, bunyi-bunyi ujar dipandang sebagai media bahasa


semata, tak ubahnya seperti benda atau zat. Dengan demikian,
bunyi-bunyi dianggap sebagai bahan mentah bangunan rumah.
Fonologi yang memandang bunyi-bunyi ujar demikian lazim
disebut fonetik.

Kedua, bunyi-bunyi ujar dipandang sebagai bagian dari sistem


bahasa. Bunyi-bunyi ujar merupakan unsur-unsur bahasa terkecil
yang merupakan bagian dari struktur kata dan yang sekaligus
berfungsi untuk membedakan makna. Fonologi yang memandang

20
Fungsi Pragmatika Intonasi

bunyi-bunyi ujar itu sebagai bagian dari sistem bahasa lazim


disebut fonemik.

Dari dua sudut pandang tentang bunyi ujar tersebut dapat


disimpulkan bahwa fonologi mempunyai dua cabang kajian, yaitu
(1) fonetik, dan (2) fonemik.

Menurut Dr. Ahmad Suyuti, ilmu Ashwat (Fonologi) adalah


ilmu yang mempelajari keluarnya bunyi, perpinadahan bunyi dan
penerimaan bunyi. Adapun menurut Dr. Jamil Uluwisy, Ilmu
Ashwat (Fonologi) yaitu dalam tinggkatan bunyi yang
mempelajari huruf-huruf yang merupakan bagian bunyi dipelajari
dari segi keluarnya bunyi, sifat bunyi, aturan-aturan
menggantinya, dan perkembanganya yang dilihat di setiap bahasa
dari bahasa-bahasa dan didalam kumpulan bahasa-bahasa yang
lama dan baru. (Abdul wahab Rasyidi: 1)

Dalam menggunakan bahasa Arab, bunyi yang diucapkan


berhubungan dengan arti tertentu. Seseorang yang menguasai
bahasa tertentu dapat mengenal bunyi-bunyi itu dirangkaikan,
sehingga merupakan ujaran yang bermakna. Dalam hal ini,
fonologi adalah cabang ilmu bahasa yang membicarakan bunyi
bahasa yang mampu membedakan makna suatu kata. Masalah
yang pertama kali dihadapi oleh seseorang dalam mempelajari
bahasa lisan, terutama bahasa asing dan bahasa daerah, ialah
masalah ucapannya. Sebelum mempelajari makna berbagai kata
dan tata Bahasa yang akan dihadapinya, terlebih dahulu ia harus
mengenali bunyi-bunyi yang digunakan di dalamnya.

21
Fungsi Pragmatika Intonasi

Dari beberapa, pengertian fonologi dapat dikemukakan


sebagai berikut:

1. Fonologi ialah bagian dari tata bahasa yang mempelajari


bunyi-bunyi bahasa3.

2. Fonologi ialah bidang linguistik yang mempelajari,


menganalisis, dan membicarakan runtutan bunyi-bunyi bahasa,
yang secara etimologi terbentuk dari kata fon yaitu bunyi dan logi
yaitu ilmu4.

Dari penjelasan diatas dapat diketahui bahwa ilmu Ashwat


merupakan cabang dari ilmu linguistic umum yang menitik
beratkan pada kajian pengucapan. Pengucaan adalah perantara
kebahasaan yang bersatu yang telah digunakan atau diucapkan
secara alami untuk berhubungan dan interaksi antara satu dengan
manusia lainya, yang dalam hal ini ada pengecualian, mereka
adalah anak kecik dengan gangguan pengucapan atau
pendengaran atau akalnya. (Abdul wahab Rasyidi: 2)

Pengucapan apa yang sebenarnya hanya gerakan yang


dimulai diafragma dan yang berkaitan dengan diafragma anggota
dalam atau yang lainya dirongga yang melingkar, mulut dan
hidung. Dan gerakan ini menimbulkan kebisingan yang
memenuhi udara sekitar. Dan mungkin dengan jalan udara atau
perantara yang lain yang menghubungkan ketelinga pendengar,
dan dengan cara itu juga perangkat pendengaran yang lain akan
menghubungkan ke otak. Apabila sang pendengar ada di
3
Gorys Keraf, Linguistik bandingan tipologis, (Jakarta: Gramedia, 1990), 30.
4
Abdul Chaer, Linguistik Umum, (Jakarta: Rineka Cipta, 1194), 102.

22
Fungsi Pragmatika Intonasi

sekumpulan orang yang berbicara maka mungkin akan


meresponnya dari kebisingan yang ada disitu karena dia
memahaminya. (Abdul wahab Rasyidi: 2)

Oleh karena itu, mungkin saja mempelajari ucapan dari tiga


sudut yang berbeda-beda dan setiap sudut dari tiga tersebut
mempunyai cabang yang independen dari ilmu Ashwat seperti
yang sudah disepakati oleh ahli bahasa atau ulama’ Bahasa.

B. Cabang Cabang Ilmu Ashwat


Menurut Hierarki dalam bukunya abdul chaer (2012)
membedakan fonologi menjadi fonetik dan fonemik.
1. Klasifikasi ilmu ashwat berdasarkan fungsinya
a. Fonetik

Fonetik adalah bidang linguistik yang mempelajari


bunyi bahasa tanpa memperhatikan apakah bunyi tersebut
mempunyai fungsi sebagai pembeda makna atau tidak. Fonetik
adalah Ilmu yang menyelidiki bunyi bahasa tanpa melihat fungsi
bunyi itu sebagai pembeda makna atau tidak dalam suatu bahasa.
Fonetik adalah Ilmu yang menyelidiki penghasilan, penyampaian,
dan penerimaan bunyi bahasa. Ketidaklancaran berujar Yang
terkait dengan kajian fonetik5 :

a. Kegagapan(Stuttering)

b. Kelumpuhan Saraf Otak (Cerebol Palsied)

c. Belahan Langit-Langit Mulut (Cleft Palate)


5
Masnur Muslich, Fonologi Bahasa Indonesia, (Jakarta: Bumi Aksara, 2014),
190

23
Fungsi Pragmatika Intonasi

d. Rusak Pendengaran (Hearing Impaired)

Kemudian menurut urutan proses terjadinya bunyi


bahasa itu dibedakan adanya tiga jenis fonetik,yaitu :

1) Fonetik Artikulatoris (‫)علم األصوات النطقية‬


Yaitu mempelajari bagaimana mekanisme
alat-alat bicara manusia bekerja dalam
menghasilkan bunyi bahasa, serta bagaimana
bunyi-bunyi itu diklasifikasikan.
Fonetik artikulatoris adalah cabang fonetik
yang mempelajari tentang mekanisme alat-alat
bicara manusia yang bekerja dalam
menghasilkan bunyi bahasa serta bagaimana
bunyi-bunyi bahasa itu diklasifikasikan.
Fonetik ini banyak berkaitan dengan bidang
kajian linguistik.
Fonetik artikulatoris meneliti alat-alat
organik manakah yang kita pakai untuk
menghasilkan bunyi bahasa. Bila kita bicara,
kita akan menghasilkan bunyi bahasa. Tentu
saja, kita bisa menghasilkan bunyi-bunyi lain
juga dengan alat-alat itu, seperti kita berteriak,
bernyanyi, batuk, dan lain sebagainya.
Bila kita bicara, udara dipompakan dari
paru-paru, melalui batang tenggorokan
kepangkal tenggorokan yang didalamnya

24
Fungsi Pragmatika Intonasi

terdapat pita-pita suara. Pita-pita itu harus


terbuka agar udara bisa keluar dari rongga
mulut atau rongga hidung ( atau kedua-
duanya). Apabila udara keluar tanpa hambatan
apa-apa disana-sini, kita tidak menghasilkan
bunyi bahasa; contoh adalah bernafas saja.
Hambatan yang perlu untuk menghasilkan
bunyi bahasa dapat ada pada pita-pita suara,
dan pada berbagai tempat “artikulasi” di atas
bagian lidah dan salah satu tempat lain; seperti
langit-langit, gusi, gigi, dan lain sebagainya.
2) Fonetik Akustik (‫)علم األصوات الفيزيائى‬
Fonetik akustik mempelajari bunyi bahasa
sebagai peristiwa fisis atau fenomena alam.
Bunyi-bunyi itu diselidiki frekuensi
getarannya, amplitudonya, intensitasnya,dan
timbrenya.
Fonetik akustik adalah cabang fonetik yang
mempelajari bunyi bahasa dari segi bunyi
sebagai gejala fisik (frekuensi getaran,
amplitudo, intensitas, timbre). Fonetik akustik
banyak berkaitan dengan bidang fisika.
Fonetik akustik meneliti bunyi menurut
sifat-sifatnya sebagai getaran udara. Udara
yang bergetar adalah udara yang bergerak
dalam gelombang-gelombang. Artinya
partikel-partikel udara dibuat bergerak, dan

25
Fungsi Pragmatika Intonasi

gerakan itu mendesak partikel-partikel yang


lain, dan partikel yang lain itu mendesak
partikel udara yang lain lagi, dan begitu terus
sampai membentuk “gelombang”. Arah
gerakan ini kemana saja –bebas- jika tiada
hambatan sama sekali (misalnya dinding) atau,
jika tidak ada sesuatu yang mengganggu
perjalanan (misalnya, permukaan yang tidak
rata).
Ada tiga istilah terkait dengan akustik ini
yaitu: titinada, amplitudo dan resonansi.
Gerakan partikel-partikel secara “gelombang”
itu berirama artinya berjalan secara ritmis.
Ritmenya diukur dengan frekuensi persatuan
waktu. Kita menangkap frekuensi gelombang
sebagai “titinada”. Sebaliknya, apa yang
ditangkap telinga kita sebagai “kerasnya” atau
“nyaringnya” atau “intensitas” bunyi secara
akustik berpangkal pada luasnya atau lebarnya
gelombang udara disebut amplitudo. Selain
dari frekuensi, titinada dan amplitudo secara
akustik dan juga “resonansi”. Resonansi
terjadi apabila suatu benda bergetar karena
pengaruh suatu bunyi, yaitu yang dihasilkan
oleh suatu sumber.

26
Fungsi Pragmatika Intonasi

Kajian fonetik akustis bertumpu pada struktur fisik bunyi-


bunyi bahasa dan bagaimana alat pendengaran manusia
memberikan reaksi kepada bunyi-bunyi bahasa yang di terima
(Malmberg, 1963). Ada tiga ciri utama bunyi-bunyi bahasa yang
mendapatkan penekanan dalam kajian fonetik akustis, yaitu
frekuensi, tempo, dan kenyaringan. Alat-alat yang digunakan
untuk mengkaji gelombang bunyi bahasa dan mengukur
pergerakan udara antara lain, spektograf (alat untuk menganalisis
dan memaparkan frekuensi dan tekanan, oscilloskop (alat untuk
memaparkan ciri-ciri kenyaringan bunyi).

3) Fonetik Audiotoris (‫)علم األصوات السمعى‬


Fonetik audiotoris mempelajari bagaimana
mekanisme penerimaan bunyi bahasa oleh
telinga atau alat dengar.
Fonetik auditoris dalam cabang fonetik
yang mempelajari bunyi bahasa ketika bunyi
tersebut sampai ke telinga pendengar, baik
dari segi psikologi maupun jiwa.

fonetik auditoris adalah kajian terhadap respons sistem


pendengaran terhadap rangsangan gelombang bunyi yang
diterima.

Dari ketiga jenis fonetik tersebut yang paling berurusan


dengan dunia lingusitik adalah fonetik artikulatoris, sebab fonetik
inilah yang berkenaan dengan masalah bagaimana bunyi-bunyi
bahasa itu dihasilkan atau diucapkan manusia. Sedangkan fonetik

27
Fungsi Pragmatika Intonasi

akustik lebih berkenaan dengan bidang fisika, dan fonetik


auditoris berkenaan dengan bidang kedokteran.

Kondisi Kajian Fonetik :

1. Kajian Fonetik di Barat

Di Barat, kajian linguistik dilakukan dengan cara


scientific atau ilmiah. Berbagai alat pemeriksaan, penyelidikan,
dan percobaan diadakan. Umpamanya, apabila diteliti dengan
alat-alat tertentu dapatlah diketahui bagaimana kedudukan lidah
ketika bertutur; peranan yang dimainkan langit-langit lembut
ketika menyebutkan bunyi-bunyi sengau seperti [m], [n], [ñ],
peranan suara ketika menyebutkan bunyi suara [b], [d], [g], [v].

Selama ini, kajian fonetik ilmiah ini belum berkembang


dengan baik. Hasil kajian hanya memberikan penjelasan kepada
kita mengenai bagaimana gerakan alat-alat bicara dan hasil-hasil
yang diperolehnya. Penjelasan-penjelasan ini belum sampai
kepada kegunaan praktis dalam kehidupan berbahasa sehari-hari,
termasuk, misalnya bagaimana menangani penutur yang
mempunyai cacat wicara.

2. Sejarah Perkembangan Kajian Fonetik

Pengkajian fonetik ditangani secara serius sejak


terbentuknya International Phonetic Assosiation (IPA) pada tahun
1886 do Barat, walaupun buku-buku yang membicarakan bunyi
bahasa telah terbit sejak tahun 1569.

28
Fungsi Pragmatika Intonasi

Dengan terbentuknya Asosiasi Fonetik Internasional ini


banyak kemajuan yang dihasilkan, terutama antara tahun 1910-
1930. Diantara mereka merasa perlu pertemuan para fonetisi
dunia. Akhirnya berlangsunglah kongres pertama dengan nama
"Internasional Congress of Phonetic Sciences" pada tahun 1932
di Amsterdam. Kongres yang kedua diadakan di London pada
tahun 1935, yang dihadiri oleh 262 orang ahli dari 29 negara, dan
kongres ketiga diadakan di Ghent (Belgia).

Lambang-lambang fonetik telah di buat oleh asosiasi ini.


sampai sekarang, setiap kajian bunyi suatu bahasa yang dilakukan
oleh ahli bahasa, khususnya fonetisi, pada umumnya
menggunakan transkripsi fonetik yang dikembangkan oleh IPA.

3. Beberapa Tokoh Ilmu Fonetik :

a. Bertil Malmbreg (1968), seorang fonetisi Prancis,


mendefinikan fonetik sebagai pengkajian bunyi-bunyi bahasa.
Yang di pentingkan adalah bunyi-bunyi bahasa yang dihasilakan
penutur, bukan makna yang ingin disampaikan.

b. J.D.O'Connor, Menurutnya fonetik ialah ilmu yang bersangkut


paut dengan bunyi-bunyi ujar yang dihasilkan oleh alat ucap
manusia.

c. David Abercrombie (1971). Ia berpendapat bahwa fonetik


adalah ilmu yang bersifat teknis. Dalam ilmu ini, suatu bahasa
akan dilihat secara analitis, yaitu tidak saja mendengar

29
Fungsi Pragmatika Intonasi

percakapan, tetapi juga menyadari setiap gerak jasmani yang


melatar-belakanginya.

4. Skop (Bidang Cakupan), Tugas, dan Tanggung Jawab


Fonetisi

Fonetisi lebih berminat untuk melihat bagaimana pergerakan


udara dihubungkan dengan pergerakan organ-organ pertuturan
dan koordinasi semua pergerakan ini sehingga menghasilkan
bunyi. Yang diperhatikan oleh fonetisi adalah pergerakan lidah,
rahang, bibir, dan sebagainya ketika menghasilkan bunyi bahasa
dengan bantuan alat sinar-X (X-ray).

Fonetisi juga berminat bagaimana arus udara bergetar antara


mulut penutur dan telinga pendengar. Bidang fonetik ini
berkaitan dengan bidang ilmu fisika yang mengkaji masalah
akustik. Alat yang digunakan adalah alat yang biasa digunakan
oleh ahli fisika, yaitu spektogram.

Tujuan umum penggunaan alat ini ialah untuk mengukur


kekerapan atau frekuensi dan luas getaran bunyi dalam jangka
waktu tertentu. Skop fonetisi juga melibatkan minat dalam proses
pendengaran, ilmu ini lebih pada kepekaan pendengaran. Fonetisi
lebih memberikan perhatian pada kepekaan terhadap nada,
kenyaringan, tempo, dan kualitas bunyi.

Fonetik : Tahapan Komunikasi, Proses Pembentukan,


Transkripsi Fonetis

a. Tahapan Komunikasi

30
Fungsi Pragmatika Intonasi

Pembicaraan (O1) : Otak; Saraf Motoris(Tahap Linguistik) Alat


Ucap (Tahap Fisiologis)

Jarak : Gelombang Udara(Tahap Akustis)

Pendengaran (O2) : Otak; Alat Dengar (Tahap Fisiologis) Saraf


Sensoris (Tahap Linguistik)

b. Proses Pembentukan Bunyi

1. arus Udara

2. Pita Suara

3. Alat-Alat Ucap

c. Transkripsi Fonetis

Transkripsi fonetis adalah perekaman bunyi dalam bentuk


lambang tulis. Lambang bunyi atau lambang fonestis (phonetic
symbol) yang sering dipakai adalah lambang bunyi yang
ditetapkan oleh The International Phonetic Assosiation (IPA),
yaitu persatuan para guru bahasa yang berdiri sejak akhir abad
ke-19, yang didirikan untuk mempopulerkan metode baru dalam
pengajaran bahasa yang lebih menekankan pada pengajaran
bahasa lisan.

contoh :

Lambang Fonetis : [i]

Alfabet Latin : Sama dengan huruf i

31
Fungsi Pragmatika Intonasi

contoh : [bi+sa]'bisa', [sa+dis]'sadis'

b. Fonemik

Fonemik yaitu kesatuan bunyi terkecil suatu


bahasa yang berfungsi membedakan makna. Chaer
(2007) mengatakan bahwa fonemik mengkaji bunyi
bahasa yang dapat atau berfungsi membedakan makna
kata. Misalnya bunyi [l], [a], [b] dan [u]; dan [r], [a],
[b] dan [u] jika dibandingkan perbedaannya hanya
pada bunyi yang pertama, yaitu bunyi [l] dan
bunyi [r].Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
kedua bunyi tersebut adalah fonem yang berbeda
dalam bahasa Indonesia, yaitu fonem /l/ dan fonem /r/.
Fonemik adalah bagian fonologi yang mempelajari
bunyi ujaran menurut fungsinya sebagai pembeda arti.

Dalam kajiannya, fonetik akan berusaha mendeskripsikan


perbedaan bunyi-bunyi itu serta menjelaskan sebab-sebabnya.
Sebaliknya, perbedaan bunyi [p] dan [b] yang terdapat, misalnya,
pada kata [paru] dan [baru] adalah menjadi contoh sasaran studi
fonemik, sebab perbedaan bunyi [p] dan [b] itu menyebabkan
berbedanya makna kata [paru] dan [baru] itu (Chaer, 1994: 102) 

Fonemik adalah cabang studi fonologi yang mempelajari


bunyi bahasa dengan memperhatikan fungsi bunyi tersebut
sebagai pembeda makna. Untuk jelasnya kalau kita perhatikan
baik-baik ternyata bunyi [i] yang terdapat pada kata-kata [intan],
[angin], dan [batik] adalah tidak sama. Begitu juga bunyi [p] pada

32
Fungsi Pragmatika Intonasi

kata inggris [pace], [space], dan [map], juga tidak sama.


Ketidaksamaan bunyi [i] dan bunyi [p] pada deretan kata-kata di
atas itulah salah satu contoh obyek atau sasaran studi fonemik.

Dalam Kajiannya, fonemik akan berusaha


mendeskripsikan perbedaan bunyi-bunyi itu serta menjelaskan
sebab-sebabnya. Sebaliknya, perbedaan bunyi [p] dan [b] yang
terdapat, misalnya, pada kata [paru] dan [baru] adalah menjadi
contoh sasaran studi fonemik, sebab perbedaan bunyi [p] dan [b]
itu menyebabkan berbedanya makna kata [paru] dan [baru] itu.

Fonemik adalah ilmu yang mempelajari bunyi ujaran


dalam fungsinya sebagai pembeda arti. Jadi, jelaslah bahwa
fonemik itu adalah cabang studi fonologi yang menyelidiki dan
mempelajari bunyi ujaran/bahasa atau sistem fonem suatu bahasa
dalam fungsinya sebagai pembeda arti.

2. Klasifikasi ilmu ashwat berdasarkan metodologi yang


digunakan
a. Cabang ilmu ashwat deskriptif&preskriptif
1) Cabang ilmu ashwat deskriptif
Bunyi bahasa tertentu sebagaimana
pengucapannya. contoh Bagaimana orang arab
mengucapkan huruf hijaiyah
2) Cabang ilmu ashwat Normatif / preskriptif
b. Cabang ilmu ashwat sinkronik&diakronik
1) Ilmu ashwat sinkronik

33
Fungsi Pragmatika Intonasi

Ilmu mempelajari bunyi bahasa tertentu


melalui masa atau tertentu di tempat atau
waktu atau zaman tertentu. Misal The jogja
2) Ilmu ashwat diakronik
Ilmu mempelajari bunyi bahasa tertentu
berdasarkan perkembangan. contoh : lafadz
‫ سيّارة‬di arab bukan ‫سيّارة‬lagi.
c. Cabang ilmu ashwat komparatif/perbandingan &
Ashwat kontrastif
1) Cabang ilmu ashwat komparatif
Yaitu ilmu yang mempelajari kesamaan
bunyi dan perbedaannya pada bahasa-bahasa
yang termasuk kelompok bahasa satu bahasa.
Misalnya perbandingan bunyi antara dua
bahasa inggris dan prancis atau yang satu
bahasa.
2) Cabang ilmu ashwat kontrastif
Ilmu yang mempelajari bunyi bahasa yang
termasuk kelompok bahasa yang berbeda
dengan tujuan menemukan persamaan dan
perbedaan antara keduanya. Misalnya
perbandingan bunyi bahasa arab dengan
Bahasa Indonesia.

C. Perbedaan Fonetis dan Fonemis

1. Perbedaan Fonetis

34
Fungsi Pragmatika Intonasi

Perbedaan fonetis adalah perbedaan yang tidak


mempengaruhi atau tidak mengubah makna. Jika misalnya
peserta didik mengucapkan [‫ ]ت‬dengan cara apicoaveolar,
yang seharusnya dental, maka perbedaan yang terjadi dalam
kasus ini adalah perbedaan bunyi, karena tidak menimbulkan
perubahan makna. Dalam kasus seperti ini, seorang
guru/pengajar boleh sedikit mengesampingkan. Namun,
bukan berarti membiarkan peserta didik dalam kondisi seperti
ini terus menerus, atau justru mendorongnya sehingga
menjadi kebiasaan yang melekat. Hal ini boleh sedikit
dikesampingkan untuk lebih memperhatikan dan konsentrasi
pada perbaikan kesalahan kesalahan yang agak fatal.

2. Perbedaan Fonemis

Perbedaan fonemis adalah perbedaan yang menyebabkan


perubahan makna. Perbedaan antara [‫ ]ت‬dengan [‫ ]ط‬dalam
bahasa Arab merupakan perbedaan fonemis yang akan
menimbulkan perbedaan makna. Perbedaan fonemis seperti
ini merupakan masalah yang penting dan perlu diperhatikan
dalam pengajaran bahasa Arab baik kosakatanya maupun
pelafalannya.

D. Kedudukan Ilmu Bunyi dan Pentingnya dalam


Kegiatan Bahasa

1. Kedudukan ilmu ashwat


a. Bidang morfologi (penafsiran struktur kata &
perubahannya) yang berkonstrentrasi analisisnya

35
Fungsi Pragmatika Intonasi

pada tataran struktur internal kata (mulai dari


perilaku kata, proses pembentukan kata, sampai
dengan nosi yang timbulakibat pembentukan kata)
sering memanfaatkan hasil study fonologi. ketika
ingin menjelaskan., mengapa morfen dasar
{pukul} diucapkan secara bervariasi antara
[pukUl] dan [pUkUl], serta di ucapkan [pukulan]
setelah mendapatkan proses morfologis dengan
penambahan moorfen sufiks {-an}, praktis "minta
bantuan"hasil studi fonologi .
berikut bidang-bidang dalam fonologi.
Ilmu ashwat memberikan kontribusi yang sangat
penting dalam pembelajaran sharaf (morfologi),
khususnya dalam menjelaskan bentuk-bentuk
kalimat dan perubahannya, misalnya dari kalimat
‫ سراط‬berubah menjadi ‫ صراط‬atau perubahan dari
kalimat ‫ اصتبر‬menjadi kalimat ‫ اصطبر‬, dalam ilmu
ashwat dapat dipelajari dengan membandingkan
huruf-huruf yang berdekatan makhroj dan sipat
hurufnya.
b. Bidang Sintaksis (Menentukan fungsi kalimat)
yang konsentrasi analisisnya pada tataran kalimat
ketika bkamu di sini!erhadapan dengan
kalimat kamu di sini. (kalimat berita), kamu di
sini? (kalimat tanya),kami di sisni! (kalimat
seru/perintah) yang kegiatannya mempuyai
maksud yang berbeda, bisa di jelaskan dengan

36
Fungsi Pragmatika Intonasi

memanfaatkan hasil analisis fonologi, yaitu


tentang intonasi. begitu juga persoalan jeda dan
tekanan pada kalimat, yang ternyata bisa
membedakan maksudkaliat, terutama dalam
bahasa Indonesia.
Dalam pembelajaran nahwu (Sintaksis), ilmu
ashwat juga memberikan kontribusi penting
khususnya dalam menjelaskan fungsi dari suatu
kalimat dan jenis kalimat tersebut, misalnya
kalimat “‫وم‬gg‫“ االستاذ ال يحضر هذا الي‬, apakah kalimat
itu kalimat berita atau kalimat tanya, maka dalam
ilmu ashwat kita bisa mengetahui fungsi dan jenis
kalimat tersebut dari intonasi dan nada kalimat
tersebut.
c. Bidang Semantik (Menentukan makna kalimat)
yang berkonsentrasi pada persoalan makna kata
pun tidak jarang memnafaatkan hasil telaah
fonologi. kapan sebuah kata bisa di divariasikan
ucapannya, dan kapan tidak. mengapa kata tahu
tan terasa kalau di ucapkan secara bervariasi
[tahu], [tau], [terasa], dan  [tƏrasa]akan bermakna
lain. 
Dalam pembelajaran makna kalimat (semantik),
ilmu ashwat juga memberikan kontribusi penting,
khususnya dalam menjelaskan makna kalimat
yang memiliki makna yang berbeda-beda, contoh
g‫ مديرة المدرسة الجديدة‬, kapan kalimat ‫ الجديدة‬menjadi

37
Fungsi Pragmatika Intonasi

sipat untuk kalimat ‫ مديرة‬dan kapan menjadi sipat


untuk kalimat ‫ المدرسة‬, dalam ilmu ashwat bisa
diketahui dengan mempelajari jeda kalimat.
d. Bidang Leksikologi, juga leksikografi, yang
berkonsenytasi pada persoalan pendaharaan kata
suatu bahasa, baik dalam rangka penyusunan
kamus maupun tidak, sering memanfaatkan hasil
kajian fonologi. cara-cara pengucapan yang khas
suatu kata dan variasi pengucapan hanya bisa di
deskripsikan secara cermat lewat transkripsi
fonetis.
2. Pentingnya Ilmu Ashwat
a. Pelafalan , ilmu ashwat sangat penting dalam
pelafalan karena jika salah dalam melafalkan
maka akan berpengaruh pada makna yang
dimaksud
b. Fungsional , ilmu ashwat sangat berperan
penting dalam fungsinya. Misal penjedaan,
intonasi, dll. jika salah menjeda kalimat yang
kita ucapkan, maka maksud yang kita
sampaikan pun tidak tepat.
c. Edukatif, ilmu ashwat sangat berperan dalam
bidang edukasi, karena ilmua shwat menjadi
pokok atau dasar keterampilan yang lainnya.

38
Fungsi Pragmatika Intonasi

BAB III

ORGAN BICARA

Oleh : M.Fadhil Yaumil Ramadhan

39
Fungsi Pragmatika Intonasi

A. PENGERTIAN ORGAN BICARA

Alat ucap adalah istilah yang merujuk pada perangkat


manusia yang terdapat diantara dua bibir dan dua paru-paru
yang berkontribusi sehingga menyebabkan terbentuknya
suara. Alat ucap mencakup dari organ bicara yaitu, orga-
organ yang menyertai secara langsung dalam proses
pengeluaran suara. Alat ucap dan organnya terdapat juga
pada kepala, punduk, dan dada. Para ahli bahasa telah
membatasi bahwa alat ucap dibatasi oleh apa yang terdapat
antara dua bibir pada kepala dan paru-paru di dada.

Alat ucap dan organ-organnya merupakan salah satu


bahsan pelajaran yang sangat penting, dimana ia merupakan
sumber keluarnya suara linguistic atau satu titik dimana suara
itu terbentuk dan disebut ucapan. Pengucapan itu
membutuhkan tempat yang khusus dari organ-organ bicara
atau dengan cara menggerakan organ bicara dan
mengaktifkannya dengan cara yang telah ditentukan.

Perbedaan dari cara menggunaka organ bicara atau


perbedaan tempat menyebabkan perbedaan pada keluarnya
suara dan sifat-sifatnya, dan dissna ada perbedaan-perbedaan
suara linguistic dan bagian-bagiannya.

Kamal Basyar (133-132:2000 M), telah menjlaskan


bahwasanya ada bebrapa poin yang dapt digunakan untuk
mendeteksi hal apa saja yang mengeni organ bicara yaitu, :

40
Fungsi Pragmatika Intonasi

1. Penamaan organ bicara bersifat majas. Organ bicara


tidak mengeluarkan bunyi perkataan melainkan ia
memilik fungsi lain yang juga sangat penting.
Umpamanya lidah, fungsi lidah yang lainnya yaitu
merasakan dan menggerakan makanan dan gigi
memiliki fungsi lain yaitu mengigigit dan mengunyah,
hidung untuk menghidu dan bernafas,begitu juga
dengan paru-paru. Mengeluarkan suara merupakan
satu dari banyaknya fungsi-fungsi yang dilakukan
oleh organ bicara ini. Alat ucap sebenarnya diciptakan
untuk manusia agar digunakan dengan sekehendak
manusia itu sendiri, maka penamaan ini bukan hanya
ekspansi dan metafora
2. Organ bicara terdiri dari organ-organ yang tidak
banya, tapi mereka saling menyempurnakan. Ia
merupakan sistem yang memiliki tingkat presisi dan
disiplin yang tinggi. Bunyi menjelaskan secara
spesifik mengenai segala hal, seperti ‘ba’ misalnya,
karena ‘ba’ itu merupakan suara yang timbul dari
bibir, dan bibir ini sendiri yang menjadi paa suara ini
dengan karakteristiknya. Maka ketika dikeluarkan
huruf ‘ba’, maka udara akan berhenti oleh terkatupnya
bibir dan kemudian dengan cepat. Pita suara
cenderung bergetar dengan cara tertentu dengan
demikian bunyi digambarkan sebagi stabil eksplosif
lisani luar biasa.

41
Fungsi Pragmatika Intonasi

3. Tidak semua organ bicara itu bergerak atau menerima


pergerakan, kebanyakan organ bicara itu tetap (tidak
bergerak) atau sedikit pergerakannya.
4. Alat ucap terhadap organ bicara dan struktur
dasarnya itu sama bagi setiap manusia tidak berbeda
dari satu dan yang lainnya atau dari satu golongan
dengan golongan lainnya. Alat ucap terbagi
berdasarkan sifatnya pada organ yang bergerak dan
organ yang tidak bergerak. Organ yang bergerak
yaitu, bibir, lidah, langit-langit lunak, anak lidah, dan
pipa suara yang ada didalam tenggorokan. Adapun
organ yang tidak bergerak yaitu, gigi, gusi, dan langit-
langit keras.
Alat ucap ditinjau dari segi penempatannya
terbagi kepada : supraglottal/ di atas kerongkongan,
glottal/dalam kerongkongan, subglottal/di bawah
kerongkongan. Dan di bawah ini merupakan gambar
yang menjelaskan tentang alat ucap dan organ bicara :

42
Fungsi Pragmatika Intonasi

B. ALAT UCAP DAN ORGAN BICARA

1. Paru-paru, Paru-paru adalah organ yang bersifat elastis


yang dapat berkembang dan mengempis . Organ ini terdiri
dari penampung udara, saluran udara, dan pembuluh darah.
Paru-paru yang terdiri dari bagian kiri dan kanan
dihubungkan dengan saluran udara oleh dua cabang
penyalur udara. Pengembangan dan pengempisan paru-paru
terjadi akibat tekanan yang dilakukan oleh rongga dada dan
sekat rongga dada secara serempak.6

Gerakan paru-paru ini terjadi sesuai dengan


perimbangan temperatur udara di dalam rongga dada
dengan temperatur udara di luar tubuh manusia. Apabila
temperatur didalam paru lebih tinggi dari temperatur diluar
tubuh manusia maka pengeluaran udara atau pengembusan
6
Kamal Muhammad bisyr. Al-Ashwat Al-Arabiyah.1991. hal 34

43
Fungsi Pragmatika Intonasi

napas akan terjadi leluasa.Sebaliknya, apabila temperatur


udara udara diluar tubuh manusia lebih tinggi dari
temperatur didalam rongga dadanya maka pengeluaran
udara atau penghirupan udara atau penarikan napas.

Oleh karena itu. Didalam ruangan yang sempit dan


penuh sesak dengan manusia, akan terasa sulit bernapas
karena temperatur diluar sudah lebih tinggi dari dalam
dada,sehingga paru-paru yang ingin mengeluarkan udara
yang ada didalamnya akan mendapat penolakan dari luar.

Dalam berbicara udara yang berasal dan keluar


dari paru-paru mutlak sangat diperlukan, mengingat bahwa
bunyi bahasa Indonesia dan bahasa Arab tidak ada yang
menggunakan udara yang berasal dari luar, tetapi semua
menggunakan udara yang keluar dari paru-paru. Tempo
yang digunakan dalam penarikan dan penghembusan napas
adalah sama ketika tidur atau istirahat, sedangkan saat lelah
dan sakit tempo untuk menarik napas tampak lebih panjang.

Paru-paru umpama dua bentuk kerucut yang


didalamnya ada pergantian oksigen yang bertukar
dengan keluarnya karbondioksida. Dan cara
menggerakan kedua paru yaitu dengan cara ditekan
dan dikontrol oleh diafragma dan torks.

44
Fungsi Pragmatika Intonasi

2. Pipa udara, merupakan tabung yang terbuat dari


tulang rawan dalam bentuk cincin yang tidak
sempurna, yang terhubung satu sama lain melalui
selaput lender. Diameter pipa yaitu, 2cm dan 2,5cm
panjangnya sekitar 11cm dan dibagi menjadi dua
cabang, masing-masing cabang menuju paru-paru

45
Fungsi Pragmatika Intonasi

(kanan kiri)

3. Tenggorokan adalah adalah sebuah rongga yang terletak


di antara kerongkongan dengan mulut yang bentuknya
mirip dengan pipa. Apabila pangkal lidah mundur dan
menekan dinding tenggorokan maka rongga tengorokan
tersebut menjadi menyempit, sehingga memperngaruhi
arus udara yang datang dari paru-paru. Tenggorokan ini
merupakan makhraj dari beberapa bunyi Arab, seperti
(‘Ain-Ha), dalam ilmu tajwid huruf-huruf tersebut disebut
huruf halaqiah (bunyi-bunyi tenggorokan).Tenggorokan
juga merupakan kotak kartilago yang terletak pada pipa
atas dan terdiri dari tiga kartilago, yaitu :
3. Tiroid, kurang membulat dari belakang, dan lebar
menonjol dari depan. Bagian yang paling menonjol
itu disebut jakun, ia lebih menonjol pada pria
disbanding wanita.

46
Fungsi Pragmatika Intonasi

4. Krikoid, bentuk cincin dan merupakan satu-satunya


cincin lengkap di seluruh saluran pernafasan.
Bagian posterior lebih tinggi dari pada bagian
anterior dari cincin.
5. Aritenoid, ini merupakan dua buah di atas tulang
rawan kedua dari belakang dan dapat meluncur
kebawah, dan memutar dalam posisi berbeda.
Ketiga aspek ini, terdapat di tenggorokan pita suara.
Tenggorokan dan pita suara sebenarnya adalah dua
batang dari otot yang terhubung menjadi suatu tekstur.
Keduanya memanjang secara horizontal dari belakang ke
depan, dimana mereka bertemu mereka terhubung ke
jaringan luar melalui jaringan hierarkis yang disebut
jakun, keduanya dipenuhi oleh gerakan horizontal.
Dan diantara pita suara terdapat fakum atau slot
yang disebut dengan glottis.dan pembukaan glottis
menyebr dan berkontraksi dalam proporsi berbeda
dengan bunyi. Maka dari itu ketegangan pita dan
kesiapan mereka bergetar, maka setiap bertambahnya
tegangan akan bertambah pula tegangan dikali kedua.
Maka dari itu berbedalah tingkatan bunyi.

47
Fungsi Pragmatika Intonasi

Glottis mempunyai tutup yang dinamakan


corong, dan fungsi aslinya biasanya disebut katup,
yang melindungi jalan pernafasan ketika menelan
( anis, 19:1999 M)
Kedua pita suara bergetar melalui diafragma
dan konstriksi. Ketika dua falps meninggalkan celah
atau flute yang disebut glottis. Penggunaan pita suara
dan penyempitannya disebut getaran pembuangan
yang akan mengikutinya pembuangan yang setara
dengan satu getaran yang sama.
Frekuensi getaran di kali kedua disebut
frekuensi bunyi. Maka ketika dikatakan bahwasannya

48
Fungsi Pragmatika Intonasi

bunyi itu memiliki 141 derajat, maksudnya bahwa


pita suara bergetar 141 kali di kali kedua ketika
menyuarakan bunyi tersebut ( Muslih, 33: 2011 M )

Pita suara memiliki tiga situasi yang masing-masing


menghasilkan berbagai jenis suara yaitu :

 Kondisi renggang ( pembukaan laring ). Pita suara


dalam kedaan menjauh, udara masuk ke paru-paru
melalui tenggorokan tanpa adanya halangan, dalam
hal ini disebut tidak bersuara seperti
‫ث‬,‫ف‬,‫ت‬,‫ط‬,‫ص‬,‫ش‬,‫ك‬,‫خ‬,‫ق‬,‫ح‬,‫ه‬. Atau p,f,t,s,c,sy,k,h dalam
bahasa Indonesia.
 Kondisi bergetar, pita suara berada dalam keadaan
bergetar dan pita dalam keadaan ini tidak terkatup dan
udara dari dua paru-paru akan dibuka dan ditutup oleh
glottis dengan mudah. Maka dalam keadaan ini
disebut bersuara seperti .‫ب‬,‫م‬,‫و‬,‫ذ‬,‫ظ‬,‫ض‬,‫د‬,‫ز‬,‫ل‬,‫ن‬,‫ر‬,‫ج‬,‫غ‬,‫ع‬,
Atau n,l,z,d,v,w,m,b,g,j,r dalam bahasa Indonesia.
 Kondisi rapat, pita suara tertutup, udara dari paru-paru
tidak bisa keluar kecuali apabila ditekan dengan kuat,
maka dalam keadaan ini disebut tekanan kuat, suara
keras, seperti hamzah dalam bahasa arab dan k dalam
bahasa Indonesia dan inggris.

49
Fungsi Pragmatika Intonasi

4. Rongga di atas Kerongkongan

Ini merupakan titik dering yang menguatkan bunyi


setelah melewati pita suara di tenggorokan. Dan rongga yang
terletak di atas tenggorokan dibagi menjadi tiga bagian yaitu :

1) Rongga Hidung
2) Rongga Mulut
3) Rongga Tenggorokan

50
Fungsi Pragmatika Intonasi

5. Lidah, merupakan organ yang paling penting dalam


pengucapan bunyi. Lidah merupakan organ yang
fleksibel yang paling banyak di dalam mulut.Ia terdiri
dari sejumlah besar otot yang memungkinkannya
untuk bergerak, menyusut, merenggang, dan
memelintir ke setiap arah. Fleksibilitas lidah menjadi
titik focus untuk mengeluarkan sebagian besar suara
linguistic ketika bertemu dengan organ manapun.
Lidah memiliki lima unsur yaitu :
4) Ujung lidah
5) Pinggir lidah
6) Tengah lidah
7) Pangkal lidah
8) Akar lidah

51
Fungsi Pragmatika Intonasi

Kelima bagian dari lidah ini seperti organ bicara


lainnya yang bergerak ketika mengucapkan sebagian besar
suara.

Table berikut ini menunjukan suara yang masig –


masing saling mengikuti dan ditunjukan tiga bagian di bawah
ini:

No Bagian Organ yang Suara yang


Mulut berkontribusi dihasilkan
dengan Lidah

1 Ujung Gigi atas & ‫ظ‬,‫ذ‬,‫ث‬


Lidah bawah

Gigi atas & gusi ‫ن‬,‫ل‬,‫ص‬,‫ط‬,‫د‬,‫ت‬

Gusi ‫ر‬,‫ص‬,‫س‬,‫ز‬

2 Pinggir Langit-langit ‫ش‬,‫ج‬


Lidah Keras

52
Fungsi Pragmatika Intonasi

3 Tengah Langit-langit ‫ي‬


Lidah Keras

4 Pangkal Langit-langit ‫و‬,‫خ‬,‫غ‬,‫ك‬


lidah Lunak

Anak Lidah ‫ق‬

5 Akar Dinding ‫ع‬,‫ح‬


Lidah Tenggorokan

Catatan: ada beberapa bunyi yang tidak menyertakan lidah


dalam pembenntukannya secara langsung, yaitu: dua huruf
yang timbul dari bibir (‫ب‬,‫ )م‬, dan suara yang timbul dari gigi
dan bibir bawah (‫)ف‬, dan suara tenggorokan (‫ء‬,‫)ه‬.

6. Langit langit mulut, yaitu bagian yang setara dengan


lidah dan terkait dengannya dalam situasi tertentu dalam
menghasilkan bunyi tertentu. Langit-langit termasuk
organ yang pasif, kecuali langit-langit lunak yang bisa
bergerak mundur ke belakang dan bekerja sama dengan
tekak untuk membuka dan menutup saluran udara ke
hidung.

53
Fungsi Pragmatika Intonasi

Langit-langit mulut terbagi kepada 4 bagian:


1) Gusi
2) Langit-langit keras
3) Langit-langit lunak
4) Anak lidah / tekak, yaitu bagian terakhir dari langit
langit mulut, ia bergerak ketika bertemu dengan
dinding tenggorokan yang menyempurnakan
pemblokiran rongga helum, maka keluarlah semua
udara dari paru-paru melalui mulut. Dan ketika suara
itu jatuh, biarkan udara melewati rogga hidung itu
menyebabkan keluarnya suara yang bersumber dari
hidung.

Empat bagian dari langit-langit mulut ini ialah organ


bicara yang tetap yang saling membantu dengan organ bicara

54
Fungsi Pragmatika Intonasi

yang lain dalam pembentukan suara, seperti yang sudah


dijelaskan dalam tabel di bawah ini

N Bagian Organ yang Suara-suara


o palate berkontribus yang timbul
i

1 Gusi Ujung lidah ‫ر‬,‫ص‬,‫ث‬,‫ز‬

Ujung lidah ,‫ل‬,‫ض‬,‫ط‬,‫د‬,‫ت‬


& gigi ‫ن‬

2 Langit Pinggir lidah ‫ش‬,‫خ‬


-langit
keras

Tengah ‫ي‬
lidah

3 Langit Pangkal ‫و‬,‫خ‬,‫غ‬,‫ك‬


-langit lidah
lunak

4 Anak Pangkal ‫ق‬


lidah lidah

7. Gigi, yaitu gigi atas yang merupakan organ bicara yang


tetap. Dan gigi bawah merupakan organ bicara yang
bergerak, setiap dari keduanya memiliki tugas yang
penting dalam pembentukan suara atau bunyi. Fungsi gigi
sebagai organ bicara sangat jelas karena merupakan

55
Fungsi Pragmatika Intonasi

penghambat udara yang datang dari paru-paru,sehingga


tidak keluar secara serentak dari rongga mulut.

Maka suara tidak akan ada hanya dengan satu organ saja
dari organ-organ yang lainnya, melainkan saling
membantu dengan organ bicara yang lain. Tabel di bawah
ini menunjukan kontribusi antara gigi dan bunyi.

No GIGI Organ yang saling Suara yang Diben


. Berkontribusi

1. Gigi Atas Bibir bawah ‫ف‬

2. Gigi atas & bawah Ujung lidah ‫ ظ‬,‫ ذ‬,‫ث‬

3. Gigi Ujung lidah dan gusi ‫ ن‬,‫ ل‬,‫ ض‬,‫ ط‬,‫ د‬,‫ت‬

8. Bibir
Merupakan organ bicara yang dapat bergerak
ke setiap arah dan memiliki situasi berbeda-beda
ketika berbicara. Maka ketika bibir merapat udara
tidak mungkin keluar kemudian udara dilepaskan
secara sekaligus dan udara bertiup keluar melalui
bibir, menghasilkan suara yang eksplosif seperti
halnya ketika mengucapkan huruf ‫ب‬. Dan melingkar
ketika dalam keadaan pengucapan dhomah, maka
yang lainnya terbuka dengan besar ketika
mengucapkan fathah dan kasroh.

56
Fungsi Pragmatika Intonasi

Bibir telah menjadi tempat keluarnya beberapa


suara karena keduanya secara langsung berkontribusi
dalam pembentukan suara yang bersumber dari bibir
yaitu ‫ ب‬dan ‫ م‬. Kadang keduanya bergerak
mengambil bentuk dan situasi tertentu yang
menjadikan pembentukan sebagian suara seperti
membulat ketika mengucapkan wawu dan dhommah,
dan terbuka ketika mengucapkan fathah dan kasroh.

Tabel dibawah ini menjelaskan pergerakan bibir dan


keadaan bibir dengan suara yang kemudian terbentuk :

No Keadaan Suara yang Terbentuk


Bibir

1 Terkatup ‫م‬,‫ب‬

2 Melingkar ‫الضمة‬,‫و‬,‫ظ‬,‫ط‬,‫ض‬,‫ص‬

3 Terbuka Sisa huruf dan harakat

57
Fungsi Pragmatika Intonasi

fathah dan kasroh

B. PEMBENTUKAN BUNYI BAHASA

Pembentukan bunyi bahasa terjadi melalui 4 tahapan utama


yaitu sebagai berikut:

1. Proses Pembentukan(initiation)

Proses pembentukan ini di sebut juga dengan proses arus


udara(air stream mechanism), proses ini terjadi dengan
memasukkan udara keparu-paru sebagai akibat pembesaran
rongga dada dan turunya sekat rongga dada sehingga
mengakibatkan paru-paru mengembang dan udara dari luar
masuk kedalam paru-paru.7

Setalah paru-paru penuh dengan udara , posisi rongga


dada dan sekat rongga dada kembali dengan teratur pada
posisi semula yang mengakibatkan udara di dalamnya
tertekan, keluar sedikit demi sedikit sesuai tekanan yang
dibuat.

Proses keluarnya udara dari paru-paru inilah yang di


anggap sebagai proses pembentukan bunyi bahasa,
mengingat karena kebanyakan bunyi bahasa di
dunia(termasuk Indonesia dan Arab)terjadi dengan udara
yang keluar dari paru-paru (eksplosif ), walapun ada
beberapa bahasa, seperti bahasa Zolo di Afrika Selatan,

7
Ahmad Mukhtar Umar. 1991. Dirasat Ash-shaut Al-Lughowi. Hal 140

58
Fungsi Pragmatika Intonasi

Jawa, dan Melayu di Indonesia yang menggunakan udara


yang masuk dari luar (implosif) sebagai pembentukan
beberapa bunyi bahasanya, di samping udara yang keluar
dari paru-paru.

Diantara makhraj bunyi implosif terdapat di daerah langit-


langit keras dan lunak serta di daerah kerongkongan yang
dapat mengeluarkan bunyi yang mirip dengan d, b , k , ts .
Sudan disebut dengan istilah bahasa Taktakah sedangkan di
Afrika Selatan disebut dengan Click.

Tampaknya tidak ada satu bunyi pun yang keluar dengan


cara seperti ini yang dapat digunakan dalam membaca
Alquran.Oleh karena itu, ulama tajwid sangat konsisten agar
dalam membaca Alquran sifat-sifat bunyi harus diperhatikan
dan tidak diperkenalkan mengambil napas .Kemungkinan hal
ini pula yang membuat ahli tajwid menyebutakn bahwa kata
“ hawa” dengan maksud udara yang keluar dari paru-paru,
bukan yang ke paru-paru.

2. Proses pembunyian(phonation)

Proses pembunyian ini terjadi di daerah kerongkongan ,


organ bicaranya yang paling utama adalah dua buah pita
suara. Jenis pembunyian yang terjadi berbeda-beda sesuai
dengan kondisi pita suara dalam menghadapi udara yang
datang dari paru-paru.

59
Fungsi Pragmatika Intonasi

Seperti diketahui bahwa paling tidak terdapat empat


kondisi pita suara dalam menghadapi udara yang datang dari
paru-paru, yaitu

a) Kondisi rapat (tertutup), yang menghasilkan bunyi


letupan.

b) Kondisi bersentuhan , yang menghasilkan bunyi


bersuara.

c) Kondisi berjauhan , yang menghasilkan bunyi tidak


bersuara.

60
Fungsi Pragmatika Intonasi

d) Kondisi berdekatan , yang menghasilkan bunyi bisikan.


Sedangkan kondisi terbuka lebar adalah kondisi untuk
bernapas biasa.

Perbedaan antara pengeluaran udara dari paru-paru untuk


tujuan bicara dengan pengeluaran udara dari paru-paru untuk
tujuan istirahat/diam.

Pengeluaran Udara Untuk Pengeluaran Udara Untuk


Istirahat Bicara

Terjadi, tidak sengaja. Terjadi dengan sengaja

Terjadi karena aspek biologis Terjadi karena ketentuan


tertentu

Volume udara sekitar 500 cm. Volume udara 1500-200 cm


untuk membaca al-quran atau
menyanyi

Gerakan otot atau organ Gerakan otot atau organ


pernafasan terbatas pernafasan signifikan.

Getaran 15-20 per detik. Getaran per detik lebih besar

Waktu menghisap dan Waktu mengeluarkan udara


mengeluarkan udara sama. lebih panjang

Masuk dan keluar udara dari Masuk udara dari hidung.


hidung. Keluar dari mulut atau hidung

Tidak terdapat hambatan udara.

61
Fungsi Pragmatika Intonasi

3. Proses nasalisasi(Oro Nasal)

Lewat proses inilah ditentukan apakah suatu bunyi


tergolong bunyi mulut murni atau bunyi hidung termasuk
salah satu unsurnya.Apabila langit-langit lunak atau anak
lidah (tekak)menutup saluran yang mengarah ke rongga
hidung, maka bunyi yang akan terjadi adalah mulut murni,
seperti bunyi( ha, kha, kaf, jim, ta, sin, tsa, ta) dalam bahasa
Arab dan seperti bunyi b, t, s, j, h, d dalam bahasa Indonesia.

Apabila langit-langit lunak atau anak lidah tidak menutup


lubang rongga hidung, maka bunyi yang terjadi akan menjadi
bunyi hidung, seperti bunyi (mim-nun) dalam bahasa Arab
dan bunyi ng dan ny dalam bahasa Indonesia.

Apabila sebagian udara keluar dari rongga mulut dan


sebagian keluar dari rongga hidung , maka akan menjadi
bunyi dengung (ghunnah) seperti bunyi paduan dari nun dan
ya
pada kalimat: ‫من يعمل‬

4. Proses artikulasi(articulation)

Setelah udara yang keluar dari paru-paru mengambil


bentuknya di kerongkongan ,kemudian menetukan
arahnya ,apakah akan keluar dari rongga hidung atau semi,
udara tersebut meneruskan prosenya kepada prosesartikulasi
final, sesuai dengna bentuk dan sifat dari bunyi yang akan
dituturkan.

62
Fungsi Pragmatika Intonasi

Proses ini terjadi dengan kerja sama antara organ bicara


aktif dengan organ bicara pasif. Termasuk organ bicara aktif
adalah bibir bawah, lidah, tekak dan tenggorokan, sedangkan
yang termasuk organ bicara pasif adalah belahan mulut atas
termasuk gigi atas, gusi, langit-langit keras.

Dalam proses ini peran organ bicara yang terdapat di


rongga mulut sangat signifikan dalm menetukan corak bunyi
yang akan dihasilkan .Apabila organ bicara menghadapi
menghadapi udara yang datang dari paru-paru tersebut
dengan hambatan yang kuat dan menyeluruh, maka terjadilah
bunyi letupan, seperti bunyi ( da, qof, tho, ta, ba ),jika
dihadapi dengan hambatan parsial ,akan terjadi bunyi geseran
seperti bunyi( ha, ghoin, kho, shod, fa, dza, tsa) .

Adapun jika dihadapi dengan hambatan akan memberi


peluang untuk udara keluar dari tempat lain di bagian mulut ,
akan terjadilah bunyi sampingan , seperti bunyi( dhad-lam)
dan seterusnya.

63
Fungsi Pragmatika Intonasi

64
Fungsi Pragmatika Intonasi

BAB IV
DESKRIPSI BUNYI BAHASA ARAB

Oleh : Najma Wahdah Shibhiyah

Deskripsi bunyi bahasa Arab terbagi menjadi empat


bagian:

1. Tempat keluar bunyi (makhraj),


2. cara keluar udara ketika mengucapkan bunyi,
3. keadaan vital suara ketika mengucapkan bunyi, dan
4. keadaan ujung lisan ketika mengucapkan bunyi.

A. Deskripsi Bunyi Menurut Tempat Keluarnya

Tempat keluar dapat didefinisikan sebagai posisi


dimana udara terperangkap atau menyempit ketika berbicara

65
Fungsi Pragmatika Intonasi

(Mahdi Muhamad 1998:42). Contohnya dua bibir adalah


tempat keluar huruf ‫( ب‬ba) karena ketika mengucapkan bunyi
ini kedua bibir melebur kemudian udara naik dari paru-paru
terperangkap di belakang bibir. Bibir dan gigi adalah tempat
keluar huruf ‫( ف‬fa) karena ketika mengucapkan bunyi ini
bibir bawah saling berdecatan dengan gigi atas sehingga
sempit untuk lewatnya udara dari paru-paru.

Kebanyakan para ulama berbeda pendapat


(pandangan) mengenai tempat keluarnya bunyi, terutama
dalam hal penamaan, jumlahnya, dan bunyi-bunyi yang
diucapkan atau dikeluarkan dari makhraj (tempat keluar
bunyi). Adapun dari segi penamaan ada penamaan yang lain
pada aspek makhraj seperti ‫المحبس و المجاري‬, kecuali sebagian
ulama lebih memilih memberi nama makhraj. Adapun dari
segi jumlah makhraj (tempat keluar bunyi) ada dua pendapat
ahli bunyi, ahl bunyi terdahulu berpendapat bahwa jumlah
makhraj ada delapan, sebagian tim lain melihatnya sebagai
empat belas suara yang keluar, dan tim ketiga melihatnya
sebagai enam belas suara yang keluar. Kaum modernis
menggunakan tes suara laboratorium terbukti suara sebelas
suara mereka yang keluar. Dalam hal suara yang keluar dari
masing-masing sutradara, itu adanya perbedaan antara dua
pembayar - misalnya, narator - suara yang keluar dari bibir.
Beberapa orang melihat bahwa mereka adalah dua suara, B /
B, dan M / M, dan yang lain melihat bahwa mereka adalah
tiga suara adalah B / B, / M / M / dan / dan / /. Pendapat

66
Fungsi Pragmatika Intonasi

pertama adalah yang paling akurat dengan prevalensi kedua,


dan itu diperbarui dan mengikuti buku ini.

Sebagian besar sarjana modern telah menunjukkan


bahwa sepuluh suara Arab adalah: (1) bibir, (2) bibir dan
gigi, (3) antara gigi, (4) gigi dan gusi, (5) gusi, (9)
tenggorokan, (10) tenggorokan

Perhatikan bahwa jalan keluar adalah anggota


pengucapan yang merupakan titik pengucapan dari bunyi-
bunyi tertentu. Pada sepuluh pintu keluar ini, bunyi Arab
dapat digambarkan dan diberi label dengan anggota tetap,
karena pelafalan suara spesifik adalah hasil kerja sama dan
sinergi antara anggota pelafalan ponsel atau pembicara dan
anggota pelafalan dan titik pengucapan yang tetap, perlu
untuk menggambarkan retensi kedua anggota ini dan
referensi kepada mereka. Output dalam cahaya ini berarti
persimpangan maksimum antara organ bergerak dan anggota
tetap rongga mulut (Badri, 1982: 53). Misalnya, bibir bawah
sebagai anggota pelafalan ponsel dan bibir atas sebagai
anggota pengucapan yang tetap dijelaskan dalam suara ini
sebagai chafatani. Walt, misalnya-
Menggunakan lidah yang multifungsi sebagai
komponen utamanya adalah anggota yang bergerak dan gigi
dan gusinya sebagai anggota tetap. Suara ini digambarkan
sebagai suara lumbal-gigi-guttural.Berikut ini adalah

67
Fungsi Pragmatika Intonasi

klasifikasi suara Arab dan deskripsi mereka berdasarkan


keluarnya suara :

1. Kedua suara itu adalah dua suara: / b /, / m /. Bagikan


pengucapan mereka Bibir bawah dan bibir atas, dan
mengucapkan aplikasinya dan kemudian
melepaskannya.
2. Lisan - Suara Gigi: Kelompok ini hanya terdiri dari
satu suara, yaitu / P /.Bibir bawah dibagi dengan gigi
atas.Bibir bawah diucapkan oleh gigi atas.
3. Suara-suara di antara gigi: tiga suara: / w /,
y /, / /.Lidah lidah, gigi bawah dan gigi atas
terlibat.Lidah ditempatkan di antara gigi atas dan
bawah.
4. Bunyinya bersifat bawaan.Gigi.Untuk periode: enam
suara: /t / /, /d /, /tha / /dha / /L / /n / / / /.Diucapkan
lidah lidah dan gigi gusi atas.Dikatakan bahwa lidah
ditempatkan di pertemuan gusi atas dan atas.
5. Suara faring: empat suara: / g /, / o /, / r /, / t /.Lidah
dan lidah lidah gusi.Suara-suara ini diucapkan dengan
meletakkan lidah pada permen karet.
6. Alveloar palatol (Litsawiyyah Gharyah) :‫ج‬،‫ش‬. Bunyi
yang keluar lewat ujung lidah mendekati gusi.
7. Palatal ( Ghariyyah ) : ‫ي‬. Bunyi yang dihasilkan oleh
berdekatanya atau bersentuhanya ujung lidah dengan
langit-langit mulut.

68
Fungsi Pragmatika Intonasi

8. Velar ( Thabaqiyyah ) ‫كغوخ‬. Bunyi yang keluar lewat


pangkal lidah dan belakang pangkal langit-langit.
9. Uvula (Al-lahwiyah) ‫ق‬. Bagian langit-langit mulut
yang menonjol ke bawah sedang bagian belakang
lidah tidak sampai pada persentuhan bagian atas-atas
langit.
10. Rooto-Pharyngeals (Halqiyah)‫حع‬. Bagian ini
terbentuk atau terdiri dari 2 suara yaitu ha dan a’in
bunyinya keluar pada pangkal lidah dan
kerongkongan, dan berbunyi dengan menyempitan
aliran pada keronkongan dengan dekatnya pangkal
lidah dengan dingding kerongkongan dengan tanpa
ada sentuhan.

11. Glottar ( Hanjariyyah )‫ءه‬. Bunyi yang keluar melalui


tenggorokan.
Berikut table mengenai sifat aswat al-a’rabiyah
dan pembagianya sesuai tempat keluarnya beserta
penjelasan bagian-bagian pelafalannya :

69
Fungsi Pragmatika Intonasi

Interdental
labiodental

Alveolar

Glottar
Uvuler
Bilabial

dental

Palatal

Velar
Cara Artikulasi

Stop/
Tak Bersuara ‫ت‬,‫ط‬ ‫ك‬ ‫ء‬
Hambat
Bersuara ‫ب‬ ‫ض‬,‫د‬ ‫ق‬

Affrikatif / Tak Bersuara


Paduan
Bersuara

Frikatif/
Tak Bersuara ‫ف‬ ‫ظ‬,‫ث‬ ‫ص‬ ‫ش‬ ‫خ ح‬ ‫ع‬ ‫ه‬
Geseran
Bersuara ‫ذ‬ ‫ز‬ ‫غ‬

Tak Bersuara
Nasal /
Sengauan
Bersuara ‫م‬ ‫ن‬

Lateral/ Tak Bersuara


Sampingan
Bersuara ‫ل‬
Tak Bersuara
Getar
Bersuara ‫ر‬

Tak Bersuara
Semivokal
Bersuara ‫و‬ ‫و‬

Dalam pembentukan bunyi bahasa ada tiga faktor utama yang


terlibat, yakni sumber energi, alat ucap yang menimbulkan
getaran, dan rongga pengubah getaran. Proses pembentukan
bunyi bahasa dimulai dengan memanfaatkan pernapasan sebagai
sumber tenaganya. Sumber energi itu berupa udara yang keluar
dari paru-paru.Pada awalnya udara dihisap oleh paru-paru,
kemudian dihembuskan sewaktu bernafas.Udara yang
dihembuskan (atau dihisap untuk sebagian kecil bunyi bahasa) itu
mengalami perubahan pada pita suara yang terletak pada pangkal

70
Fungsi Pragmatika Intonasi

tenggorokan. Arus udara yang keluar dari paru-paru itu dapat


membuka kedua pita suara yang merapat sehingga
mengakibatkan pola bunyi bahasa tertentu.Gerakan membuka dan
menutup pita suara itu menyebabkan arus udara dan udara
disekitar pita suara itu berubah tekanannya dan
bergetar.Perubahan bentuk saluran udara itulah yang
menghasilkan suara yang berbeda-beda.
Tempat atau alat ucap yang dilewati udara dari paru-paru,
antara lain: batang tenggorok, pangkal tenggorokan,
kerongkongan, rongga mulut, rongga hidumg, atau bersama alat
ucap yang lain. Alat ucap sebagai organ tubuh memiliki fungsi
dan kerja tertentu, antara lain:
a.       Paru-paru berfungsi untuk pernafasan.
b.      Pangkal tenggorok adalah rongga pada ujung pipa
pernafasan.
c.       Epiglottis (katup pangkal tenggorok berfungsi untuk
melindungi masuknya makanan atau minuman ke batang
tenggorok.
d.      Rongga kerongkongan berfungsi sebagai saluran makanan
dan minuman.
e.       Langit-langit lunak atau velum berfungsi sebagai articulator
pasif (atau titk artikulasinya), sedangkan artikulator aktifnya
adalah pangkal lidah.
f.       Langi-langit keras atau palatum merupakan susunan tulang.
g.      Gusi dalam atau alveolum berfungsi sebagai artikulator
pasif, sedangkan articulator aktifnya adalah ujung lidah.
Suara yang dihasilkan oleh gusi disebut bunyi alveoral.

71
Fungsi Pragmatika Intonasi

h.      Gigi atau Denta dibedakan atas gigi atas dan gigi bawah.
i.        Bibir adalah sebagai pintu penjaga rongga mulut.
j.        Lidah berfungsi sebagai alat perasa dan pemindah makanan
yang akan atau sedang dikunyah. Lidah berfungsi sebagai
artikulator aktif.
B. Deskripsi suara dari arah bagaimana keluarnya udara seperti
yang diucapkan / cara artikulasi

Konsonan adalah “bunyi bahasa yang dihasilkan


denganmenghambat aliran udara pada salah satu tempat di
asaluran suara di atas glotis”8. Dari sumber yang lain, konsonan
adalah fonem yang bukan vokal dan dengan kata lain di
realisasikan dengan obstruksi .jadi aliran yang melewati mulut di
hambat pada tempat-tempat artikulasi9.
a. Bunyi–bunyi konsonan biasanya di bedakan berdasarkan
tiga patokan atau kriteria yaitu pita suara, tempat
artikulasi dan cara artikulasi. Dengan ketiga kriteria itu,
juga orang memberi nama akan konsonan itu.
b. Berdasarkan posisi pita suara dibedakan adanya bunyi
bersuara dan tak bersuara. Bunyi bersuara, terjadi apabila
pita suara hanya terbuka sedikit, sehingga terjadilah
getaran pada pita suara itu. Yang termasuk bunyi
bersuara, antara lain, bunyi [b],[d],[g], dan [c]. bunyi tidak
bersuara terjadi apabila pita suara terbuka agak lebar,

8
 Sakholid,Pengantar Linguistik ,analisis teori-teori linguistic dalam
bahasa arab,(Medan,Nara Press,2006) hal. 73
9
 http://en-us.start2.mozilla.com/firefox?client=firefox-
a&rls=org.mozilla:en-US:official

72
Fungsi Pragmatika Intonasi

sehingga tidak ada getaran pada pita suara itu. Yang


termasuk tidak bersuara, antara lain, bunyi [s],[k], [p].
Bila ditinjau dari faktor daerah artikulasinya kosonan
dapat bersifat sebagai berikut:
1. Bunyi bilabial (huruf bibir) yaitu bunyi yang
dihasilkan dengan cara mempertemukan an tara bibir
atas dengan bibir bawah. Kedua bibir tersebut terkatup
rapat sehingga udara dari paru-paru tertahan untuk
sementara waktu sebelum katupan itu dilepaskan.
Huruf-huruf yang dihasilkan adalah : [b], [p], [m] dan
[w]
2. Bunyi labiodental, yakni konsonan yang terjadi pada
gigi bawah dan bibir atas ; gigi bawah merapat pada
bibir atas. Yang termasuk konsonan adalah [v].
3. Bunyi laminoalveolar, yakni konsonan yang terjadi
pada daun lidah dan gusi. Dalam hal ini daun lidah
menempel pada gusi. Yang termaasuk konsonan
laminoaveolar adalah bunyi [t] dan [d].
4. Bunyi dorsovelar, yakni konsonan yang terjadi pada
pangkal lidah dan velum atau langit-langit lunak.
Yabg termasuk konsonan dorsovelar adalah bunyi [k]
dan [g].
5. Bunyi avico-alveolars, yaitu bunyi yang dihasilkan
melalui sentuhan ujung lidah kepada gusi, sehingga
menyebabkan penyempitan keluarnya udara yang
kemudian keluar secara pelan-pelan tanpa letupan.

73
Fungsi Pragmatika Intonasi

Proses artikulasi ini melahirkan beberapa konsonan,


dalam bahasa indonesia yaitu bunyi : [s], [r], dan [z].
6. Bunyi inter-dental adalah bunyi yang dihasilkan
dengan cara meletakkan ujung lidah antara gigi atas
dan gigi bawah, tanpa menutup arus udara secara
sempurna.
7. Bunyi foronto- palatal, yaitu bunyi yang dihasilkan
menekan daun lidah pada langit-langit keras. Bunyi
yang dhasilkan adalah [sy], [ny].
8. Bunyi dorso-uvulars, yaitu bunyi konsonan yang di
hasilkan melalui pertemuan antara pangkal -maka
terjadi letupan.
9. Bunyi root- pharyngeals, adalah bunyi yang dihasilkan
dengan cara mendekatkan akar lidah kepada dinding
rongga, tetapi tidak sampai menyentuhnya.
10. Bunyi golotals atau faringal, yaitu bunyi yang
dihasilakan dengan cara merapatkan dua pita suara
sehingga udara dari paru-paru yang melewati antara
akar lidah dan dinding belakang rongga terhambat.
Proses artikulasi ini melahirkan huruf [h].
11. Bunyi madio-patatals, yaitu bunyi yang dihasilkan
dengan cara menaikkan lidah bagian tengah kearah
langit-langit keras tanpa menyentuhnya. proses
artikulasi ini dalam bahasa Indonesia melahirkan
huruf [y]10.

10
Chaer,Abdul., linguistik  umum (Jakarta, PT. Rineka Cipta, 1994) hal.
117-118

74
Fungsi Pragmatika Intonasi

Berdasarkan proses artikulasinya, artinya bagaimana atau


hambatan yang dilakukan terhadap arus udara itu, dapatlah kita
bedakan adanya konsonan :
1. Hambat (letupan, plosif, stop)
2. geseran atau flikatif
3. paduan atau frikatif
4. sengawan atau nasal
5. getaran atau trill
6. sampingan atau lateral
7. hampiran atau oproksiman

Bunyi konsonan menurut cara artikulasi yaitu


bagaimana tinfakan atau perlakuan terhadap arus udara yang
baru keluar dari glottis dalam menghasilkan bunyi konsonan
itu , dan kriteria suara ini terbagi sebagaimana berikut :

1. Bunyi Letupan, Hambatan


Konsonan letupan adalah bunyi yang ketika
diartikalusikan mendapat hambatan kuat dari organ bicara
dan tidak terdapat jalan keluar udara, baik dari hidung
atau dari samping kiri dan kanan mulut sehingga udara
terkepung dibelakang organ bicara tersebut. Kemudian
organ bicara tersebut membuka jalan udara dengan cepat,
yang mengakibatkan terdengarnya bunyi seperti letupan.
Konsonan yang terjadi dengan cara inilah yang disebut
dengan bunyi letupan. Yang termasuk konsonan ini dalam
bahasa Arab adalah ‫ء‬-‫غ‬-‫ق‬-‫ك‬-‫د‬-‫ط‬-‫ت‬-‫ب‬.

75
Fungsi Pragmatika Intonasi

2. Bunyi geseran, frikatif


Konsonan geseran adalah bunyi yang ketika
diartikulasikan organ bicara tidak merapat kuat, tetapi
memberikan peluang untuk udara agar dapat lewat dengan
leluasa di areal itu, walaupun harus mengakibatkan
terjadinya semacam getaran. Konsonan dengan kondisi
seperti inilah yang di sebut dengan konsonan geseran.
Adapun yang termasuk dalam konsonan geseran dalam
bahasa Arab adalah ‫ه‬-‫ع‬-‫ح‬-‫غ‬-‫خ‬-‫ز‬-‫ش‬-‫ص‬-‫ظ‬-‫ذ‬-‫ث‬-‫ف‬
3. Bunyi Paduan
Konsonan gabungan adalah bunyi yang ketika
diartikulasikan udara yang datang dari paru-paru mendapat
hambatan kuat dari organ bicara, tetapi ketika organ bicara
tersebut memberikan kesempatan untuk lewatnya udara,
hal tersebut tidak terjadi secara cepat sehingga tidak terjadi
semacam letupan. Konsonan letupan dalam bahasa Arab
adalah ‫ج‬.
4. Bunyi Samping
Yaitu bunyi yang dihasilkan dengan cara arus udara
ditutup sedemikian rupa sehingga udala masih bisa keluar
melalui salah satu atau kedua sisinya, contoh huruf “Lam”
‫ل‬.
5. Bunyi Nasal
Yaitu bunyi yang dihasilkan dengan cara arus udara yang
lewat rongga mulut ditutup rapat tetapi arus udara

76
Fungsi Pragmatika Intonasi

dialirkan lewat rongga hidung, contoh huruf : “mim” ‫م‬dan

“nun” ‫ن‬
Catatan: Dalam pelafalan ba’ infijariyah, rongga hidung
menutup dan udara keluar dari rongga mulut.Sedangkan
pada pelafalan mim anfiyah, rongga hidung memancarkan
udara.
6. Suara diulang atau disempurnakan (bunyi bergetar). Ini
adalah suara yang terjadi ketika pengetatan tidak stabil dan
diulang dengan lidah licin menyentuh gusi. Dengan kata
lain, itu adalah suara bahwa pukulan lidah yang menusuk
diulang ke gusi ketika mereka menyentuh gusi dalam
posisi yang memungkinkan udara untuk lewat pada titik
pertemuan. Dan itu adalah satu-satunya suara berulang
dalam bahasa Arab.

Para ahli fonologi modern pada tiga suara terakhir ini ( ,‫ل‬

‫ ر‬,‫ ن‬,‫ )م‬disebut "suara menengah" atau "suara interstisial"


karena mereka memiliki karakteristik tanpa kekerasan,
intensitas, gesekan atau pelonggaran, atau untuk
memediasi antara dua bagian ini, Dalam kata-kata mereka
"‫( "لم نر‬Muhammad, 1998: 46).

Simbol
Jenis Hambatan Keterangan Bunyi
No.
‫نوع العقبة‬ ‫معلومات‬ ‫رموص‬
‫األصوات‬

77
Fungsi Pragmatika Intonasi

Bunyi yang
berhenti setelah
pengucapannya
dengan cara
-‫ك‬-‫د‬-‫ط‬-‫ت‬-‫ب‬
1. Stop/hambar menahan nafas
‫ء‬-‫غ‬-‫ق‬
dengan dua bibir
atau lidah lalu
dilepaskan
sekaligus.

Bunyi hambat
Affrikat/paduan
2. yang diikuti bunyi ‫ج‬
(majziyah)
desis.

Pada bunyi -‫ف‬


bahasa ini, arus -‫ذ‬-‫ث‬
udara melalui -‫ظ‬
saluran sempit -‫ص‬

3. Frikatif/geseran lalu akan -‫ز‬-‫ش‬


terdengar bunyi -‫غ‬-‫خ‬
desis. -‫ع‬-‫ح‬
‫ه‬

Bunyi yang keluar


4. Nasal/sengawuan lewat hembusan ‫م‬
udara dari hidung.

5. Lateral/sampingan Bunyi yang keluar ‫ن‬

78
Fungsi Pragmatika Intonasi

melalui hembusan
udara dari
samping mulut.

Bunyi yang keluar


melalui getaran
lidah sebagai
6. Getar akibat ‫ر‬-‫ل‬
bersentuhannya
ujung lidah
dengan gigi.

Bunyi yang
diucapkan seperti
bunyi vokal,
7. Semivokal ‫و‬-‫ي‬
tetapi bunyinya
pecah seperti
huruf konsonan.

C. Deskripsi suara dalam hal keadaan vokal dari vibrator vokal

Kriteria ketiga untuk mendeskripsikan bunyi Arab


adalah keadaan vokal dari vibrator vokal. Dalam hal ini,
suara-suara Arab dibagi menjadi berikut:

1. Bunyi-bunyinya mikroskopik (bunyi bersuara, hidup),


bunyi yang menggetarkan senar vokal ketika diucapkan,
yang berarti bahwa vibrator vokal selama suara bunyi-

79
Fungsi Pragmatika Intonasi

bunyian ini dalam kasus kontak dan penghindaran yang


sering terjadi. Yang 13 suara adalah: ( ،‫ ز‬،‫ ذ‬،‫ ج‬،‫ ض‬،‫ د‬،‫ب‬

‫ ر‬،‫ ل‬،‫ ن‬،‫ م‬،‫ ع‬،‫ غ‬،‫)ظ‬. Semua suara atau gerakan
ditambahkan ke suara (diam) ini.
2. Bunyi tidak bersuara. Suara yang tidak digetarkan dua
senar yang bunyi ketika diucapkan, yang berarti bahwa
selama pengucapan bunyi-bunyi ini ‫ار‬gg‫ة المزم‬gg‫ فتح‬dalam
keadaan keterbukaan tidak menyatukan ‫الوتران‬suara. Ada
perbedaan di antara para ilmuwan dalam mengidentifikasi
bunyi tidak bersuara.Para ulama dahulu mengatakan
bahwa mereka sepuluh:(،‫ ك‬،‫ ف‬،‫ ص‬،‫ ش‬،‫ س‬،‫ خ‬،‫ ح‬،‫ ث‬،‫ت‬

‫ه‬yang dikumpulkan dalam kata-kata mereka "‫ه‬gg‫كت فحث‬gg‫س‬


‫شخص‬." Para ulama sekarang ditambahkan - sebagai hasil
dari studi yang cermat di laboratorium suara -Tiga suara
lainnya adalah: ‫ ء‬،‫ ق‬،‫ط‬,sehingga jumlahnya menjadi 13
yang dapat dikumpulkan dengan kata-kata "
‫ٌحثَّه َس َكتَفَقَط؟‬
َ ‫"أ ٌش ْخص‬

 Bagaimana mengenali aliran suara


Untuk menguji apakah termasuk bunyi bersuara, dapat
melakukan salah satu langkah-langkah berikut:
1. Letakkan jari di telinga, dan kemudian ucapkan suara
yang akan diuji letaknya setelah hamzah manshubah,
ْ ،‫أت‬
ْ ‫ أ‬،‫أخ‬
contohnya: ‫ أغ‬،‫ع‬ ْ ، ْ‫أب‬. Jika gema muncul di
kepala, bunyi itu adalah bunyi bersuara dan, jika
sebaliknya terjadi, bunyinyaadalah bunyi tidak bersuara.

80
Fungsi Pragmatika Intonasi

2. Letakkan telapak tangan diatas dahi ketika mengucapkan


suara atau bunyi yang dimaksud seperti cara yang diatas,
apabila merasakan resonansi atau getaran suara di kepala
maka itu adalah bunyi bersuara, dan bila terjadi
sebaliknya itu adalah bunyi tidak bersuara.
3. Letakkan jari diatas jakun, kemudian ucapkan bunyi yang
dimaksud seperti cara yang diatas, apabila terjadi getaran
dijakun itu adalah bunyi bersuara, sedangkan bila terjadi
sebaliknya itu adalah bunyi tidak bersuara.

D. Deskripsi suara dalam keadaan bagian belakang lidah saat


diucapkan

Ada empat kriteria suara arab dalam keadaan bagian


belakang lidah saat diucapkan. Pembagian kriteria suara arab
tersebut adalah sebagai berikut:

1. Suara yang diterapkan (yang tebal), yaitu suara yang


mengangkat bagian belakang lidah saat mengucapkan
huruf yang dituju bagian yang lembut langit-langit
mulu. Dan hal ini disebut dengan velarisasi. Velarisasi
mengarah kepada amplifikasi suara, dan hal ini
disebut juga fenomena amplifikasi. Dan velarisasi
terjadi dengan mempersempit tenggorokan, dan hal
tersebut disebut dengan Fenomena Oklusi. Dan daerah
suara dengan cara ini disebut bunyi yang diterapkan,
yang tebal, dan hurufnya itu ada empat yaitu; /
‫ظ‬/‫ط‬/‫ض‬/‫ص‬/.

81
Fungsi Pragmatika Intonasi

Terjadinya pengucapan bunyi ini –seperti yang


dijelaskan diatas- velarisasi, adalah gerakan kompulsif
untuk pengucapan yang baru di tempat keluar yang
lain dan menghasilkan kualitas suara yang spesifik
yang mengikuti suara operatif dengan resonansi yang
khusus. Dengan kata lain velarisasi terjadi bersamaan
dengan pengucapan bunyi di tempat keluar yang tidak
sesuai. ‫( األصوات المطبقة‬velarized) berbeda dari ‫األصوات‬
‫( الطبقية‬verals). Adapun ‫وات المطبقة‬ggggggg‫ األص‬tempat
keluarnya tidak berhubungan dengan bagian atas lidah
yang lembut: seperti shad /‫ص‬/ tempat keluarnya
adalah gusi, dan dhad /‫ض‬/ serta tha /‫ط‬/ tempat
keluarnya adalah gigi dan gusi, sedangkan dzha /‫ظ‬/
tempat keluarnya adalah gigi. Akan tetapi velarisasi
karena tempat keluar pengucapan bunyi ini dengan
mengangkat bagian belakang lidah ke bagian atas
lidah yang lembut. Adapun velars tempat keluarnya
adalahbagian belakang lidah yang lembut,
contohnya: /‫و‬/ ,/‫ك‬/ ,/‫غ‬/ ,/‫خ‬/,dan mengangkat bagian
belakang lidah ke bagian atas lidah yang lembut ketika
pengucapannya, oleh karena itu tidak disebut suara
yang diterapkan atau tebal karena pengangkatan ini
bukan gerakan yang mengikuti pengucapan di tempat
keluar yang lain , sesungguhnya hal itu adalah gerakan
pengucapan di tempat yang sama. Dari gambar
dibawah dapat diketahui lebih jelas mengenai
perbedaan ‫ األصوات المطبقة‬dan ‫األصوات الطبقية‬.

82
Fungsi Pragmatika Intonasi

Catatan: dalam pengucapan dha /‫ض‬/ suara yang


diterapkan mengangkat bagian belakang lidah ke
bagian atas lidah yang lembut bersamaan dengan
pengucapan di tempat keluarnya (gigi dan gusi).
Adapun pengucapan ghain /‫غ‬/ verals maka
mengangkat bagian belakang lidah ke bagian atas
lidah yang lembut seperti proses pengucapannya dan
bukan bersamaan proses pengucapan bunyi di tempat
keluar yang lain.
2. Bunyi yang tipis adalah bunyi yang ketika
pengucapannya tidak mengangkat bagian belakang
lidah bertemu langsung dengan bagian atas lidah yang
lembut. Bunyi yang tipis adalah semua bunyi kecuali
empat suara yang disebutkan tadi.
3. Bunyi pertengahan adalah suara yang keadaan
amplifikasi dan menipis sama saja, yaitu ada tiga
huruf; /‫ق‬/ ,/‫غ‬/ ,/‫خ‬/, asalnya adalah huruf yang
pengucapannya tipis karena bukan termasuk bunyi
yang empat tadi, akan tetapi pelafalannya tebal dalam
konteks yang khusus. Dari konteks yang khusus ini
pelafalannya harus tebal apabila diikuti fathah atau
dhammah (baik pendek atau pun panjang) seperti;
‫ول‬ggg‫وا – يق‬ggg‫أخوذ – بلغ‬ggg‫ل – م‬ggg‫ر – قت‬ggg‫خلص – غف‬. Dan
pelafalannya harus tipis apabila diikuti tanda kasrah,
seperti; ‫خيار – غالف – قتال – بخيل – رغيب – شقيق‬.

83
Fungsi Pragmatika Intonasi

Adapun sebagian ulama menggabungkan atau


mengkombinasikan bunyi pertengahan ke suara yang
diterapkan dan semua hurufnya (/,/‫ظ‬/ ,/‫ط‬/ ,/‫ض‬/ ,/‫ص‬

‫ق‬/ ,/‫غ‬/ ,/‫خ‬//) tergabung dalam ucapan "‫ظ خص‬ggg‫ق‬


‫غط‬gg‫"ض‬dan disebut juga dengan "‫تعالء‬gg‫وات االس‬gg‫"أص‬
tanda mengangkat bagian belakang lidah ke bagian
atas lidah yang lembut ketika pengucapannya.
E. Bunyi dengan Arus Udara Egresif dan Bunyi dengan Arus Ingresif 
 
Arah arus udara dalam pembentukan bunyi bahasa dapat
dibedakan atas egresif dan in-gresif. Dalam kebanyakan bunyi
bahasa, pembentukan bunyi itu dilaksanakan dengan arus udara
keluar dari paru-paru, arus udara demikian disebut egresif.
Namun, dalam bahasa-bahasa tertentu dapat juga bunyi itu
terbentuk dengan arah udara masuk ke dalam paru-paru, jika
demikian arah udara itu disebut in-gresif. Arus udara egresif
dapat dibagi lagi menjadi dua yaitu egrsif pulmonik dan egresif
glotalik. Begitu juga arus udara in-gresif dapat dibagi menjadi
dua yaitu, in-gresif glotalik dan in-gresif velarik.
a. Egresif pulmonik adalah bunyi yang terbentuk dengan
arus udara egresif (keluar) dengan mekanisme pulmonik.
Mekanisme udara pulmonik ialah udara dari paru-paru
sebagai sumber utamanya dihembuskan keluar dengan
cara mengecilkan ruangan paru-paru, otot perut dan
rongga dada.

84
Fungsi Pragmatika Intonasi

b. Egresif glotalik adalah bunyi yang terbentuk dengan arus


udara egresif (keluar) dengan mekanisme glotalik.
Mekanisme glotalik terjadi dengan cara merapatkan pita-
pita suara sehingga glotis dalam keadaan tertutup rapat
sekali.
c. Ingresif glotalik adalah bunyi bahasa yang terbentuk
dengan arus udara ingresif (masuk) dengan mekanisme
glotalik. Bunyi dengan arus udara ingresif mekanisme
glotalik ini mungkin secara sempurna prosesnya sama
dengan egresif glotalik diatas. Jadi, merapatkan pita-pita
suara sehingga glotis tertutup rapat sekali. Hanya
bersama-sama dengan itu rongga pangkal tenggorok yang
disempitkan itu diturunkan tidak dinaikan, kemudian
udara masuk.
d. Ingresif velarik adalah bunyi bahasa yang terbentuk
dengan arus udara ingresif (masuk) dengan mekanisme
velarik. Mekanisme udara velarik terjadi dengan
menaikkan pangkal lidah ditempelkan pada langit-langit
lunak. Bersama-sama dengan itu kedua bibir ditutup rapat
kemudian ujung lidah dankedua sisi lidah merapat pada
gigi atau gusi dalam itu dilepaskan turun serta di
kebelakangkan, bibir dibuka sehingga ada kerenggangan
ruangan udara pada rongga mulut.
Dengan demikian memungkinkan udara luar untuk
masuk.

85
Fungsi Pragmatika Intonasi

BAB V

BUNYI KONSONAN
Oleh : Mela Liani

A. Pengertian Bunyi Konsonan

86
Fungsi Pragmatika Intonasi

konsonan adalah bunyi letupan, bunyi geseran, bunyi


bersuara, atau bisa juga bunyi tidak bersuara. konsonan
selalu mendapat hambatan di saluran udara, baik hambatan
kuat atau lemah, sehingga mengakibatkan adanya letupan
atau geseran. Yang termasuk konsonan juga adalah semu
bunyi yang udaranya keluar dari hidung ketika
diartikulasikan atau bunyi yang udaranya keluar dari
samping kiri atau kanan mulut.

Sebagian pakar fonetik bahasa Arab menyebutkan


bahwa konsonan dalam bahasa Arab terdiri dari 28
konsonan, sebagian lagi menyebutkan 26 konsonan. Yang
menyebutkan 28 konsonan adalah yang memasukan dua
buah semivokal ke dalam konsonan, sedangkan yang
berpendapat 26 konsonan tidak memasukan semivokal ke
dalam konsonan. Para ahli fonetik membagi konsonan
menjadi beberapa bagian berdasarkan sudut pandang yang
berbeda-beda.

Bunyi adalah pemampatan mekanis atau gelombang


longitudinal yang merambat melalui medium. Konsonan
adalah fonem yang bukan vokal dan dengan kata lain
direalisasikan dengan obstruksi. Bunyi konsonan adalah
“bunyi bahasa yang dihasilkan dengan menghambat aliran
udara pada satu tempat disaluran suara diatas glotis”. Dalam
sumber lain konsonan adalah fonem yang bukan vokal dan
dengan kat lain direalisasikan dengan instruksi. Jadi aliran
yang melewati mulut dihambat pada tempat-tempat artikulasi.
Dan Bunyi konsonan adalah bunyi bahasa arus udaranya
mengalami rintangan dan kualitasnya ditentukan oleh tiga
faktor : 1) keadaan pita suara ( merapat atau merenggang –
bersuara atau tak bersuara ). 2) penyentuhan atau pendekatan
berbagai alat ucap / articulator ( bibir, gigi, gusi, lidah, langit
– langit ). 3) cara alat ucap tersebut bersentuhan / berdekatan.
Artikulator adalah alat ucap yang bersentuhan atau yang
didekatkan untuk membentuk bunyi bahasa. dan daerah
artikulasi adalah daerah pertemuan antara dua articulator.

87
Fungsi Pragmatika Intonasi

Bunyi konsonan (disebut juga bunyi sukun) yaitu bunyi


yang terjadi ketika diucapkan dengan keadaan sebagian/
seluruh tempat keluarnya huruf tersumbat. Bunyi konsonan
dalam bahasa arab terdapat 28 bunyi.

No Nama suara simbol No Nama Symbol


suara
1. Hamzah ‫ ء‬15. Dhod ‫ض‬
2. Ba’ ‫ب‬ 16. Tho ‫ط‬
3. Ta’ ‫ت‬ 17. Dhlo ‫ظ‬
4. Tsa ‫ث‬ 18. ‘ain ‫ع‬
5. Jim ‫ج‬ 19. Ghoin ‫غ‬
6. Kha ‫ح‬ 20. Fa ‫ف‬
7. Kho ‫خ‬ 21. Qof ‫ق‬
8. Dal ‫د‬ 22. Kaf ‫ك‬
9. Dzal ‫ذ‬ 23. Lam ‫ل‬
10. Ro ‫ر‬ 24. Mim ‫م‬
11. Za ‫ز‬ 25. Nun ‫ن‬
12. Sin ‫س‬ 26. Wawu ‫و‬
13. Syin ‫ش‬ 27. Ha ‫ه‬
14. Shod ‫ص‬ 28. Ya ‫ي‬

B. Deskripsi Bunyi Konsonan Bahasa Arab dan Sifatnya

Ditinjau dari segi cakupannya yang luas, ilmu bunyi


terbagi menjadi 2 macam, yaitu : ilmu bunyi umum dan

88
Fungsi Pragmatika Intonasi

ilmu bunyi khusus. ilmu bunyi umum adalah ilmu bunyi


yang pembhasannya masih bersifat umum dan tidak
terbatas pada bunyi bahasa tertentu. sedangkan ilmu bunyi
khusus adalah ilmu yang meneliti bunyi bunyi bahasa
tertentu secara khusus dengan mendeskripsikan makhraj
dan sifat konsonan serta vokalnya, penggalan kata dan
supra segmentalnya, yang semua ini hanya terdapat dalam
bahasa arab dan kemungkinan tidak terdapat dalam
bahasa lain.

1) Klasifikasi Menurut Artikulasiaanya

Dasar yang menjadi pertimbangan dalam pembagian


ini adalah tingkat hambatan yang terjadi terhadap arus
udara, hambatan total, atau hambatan parsial dan distori
yang terjadi terhadap jaan keluar udara sebagai akibat
kuatnya hambatan yang terjadi setiap terhadap arus
udara, sehingga udara terpaksa mencari jalan keluar
melalui rongga hidung atau melalui celah-celah di
pinggir mulut.

Dalam sudut pandang ini konsonan Arab dibagi


menjadi tiga macam, sebagai berikut.

a. Konsonan Letupan ( ‫) األصوات االنفجارية‬


Konsonan letupan adalah bunyi yang ketika
diartikulasikan mendapat hambatan kuat dari organ
bicara dan tidak terdapat jalan keluar udara, baik dari
hidung atau dari samping kiri dan kanan mulut
sehingga udara terkepung dibelakang organ bicara
tersebut. Kemudian organ bicara tersebut membuka
jalan udara dengan cepat, yang mengakibatkan
terdengarnya bunyi seperti letupan. Konsonan yang
terjadi dengan cara inilah yang disebut dengan bunyi
letupan. Yang termasuk kedalam konsonan ini dalam
bahasa Arab adalah ‫ب – ت – ط – د – ك – ق – ض – ء‬

89
Fungsi Pragmatika Intonasi

b. Konsonan Geseran ( ‫) األصوات االحتكاكية‬


Konsonan geseran adalah bunyi yang ketika
diartikulasikan organ bicara tidak merapat kuat, tetapi
memberikan peluang untuk udara agar dapat lewat
dengan leluasa di areal itu, walaupun harus
mengakibatkan terjadinya semacam getaran.
Konsonan dengan kondisi seperti inilah yang disebut
konsonan geseran. Adapun yang termasuk kedalam
konsonan geseran dalam bahasa Arab adalah – ‫ف – ث‬
‫ه‬-‫ذ–ظ–ص–ش–ز–خ–غ–ح–ع‬

c. Konsonan Gabungan ( ‫) األصوات المركبة‬


Konsonan gabungan adalah bunyi yang ketika
diartikulasikan udara yang datang dari paru-paru
mendapat hambatan kuat dari organ bicara, tetai
ketika organ bicara tersebut memberikan kesepatan
untuk lewatnya udara, hal tersebut tidak terjadi secara
cepat sehingga tidak terjadi semacam letupan.
Konsonan letupan dalam bahasa Arab adalah ‫ج‬

Menurut dalam buku Ilmu Aswat (fonologi) yang di tulis


oleh Lina Marlina disebutkan bahwa ada tujuh pembagian
dalam konsonan bahasa Arab dilihat dari artikulasi
pelafalannya, berikut

a. Hambat/Stop (Waqfiyyah)
Bunyi yang berhenti elepas pengucapannya dengan
cara menahan hambusan nafas dengan dua bibir atau
lidah lalu dilepaskan sekaligus. Berikut yang termasuk
kedalam konsonan stop,‫ ء‬, ‫ ق‬, ‫ ك‬, ‫ ض‬, ‫ ط‬, ‫ د‬, ‫ ت‬, ‫ب‬

b. Affrikatif/Paduan (Mazjiyyah)
Bunyi hambat yang diikuti bunyi desis. Berikut yang
termasuk kedalam konsonan paduan,‫ج‬

c. Frikatif/Geseran (Ihtikakiyyah)

90
Fungsi Pragmatika Intonasi

Pada bunyi bahasa ini, arus udara melalui saluran


sempit lalu akan terdengar bunyi desis. Berikut yang
temasuk kedalam konsonan geseran,, ‫ ز‬, ‫ س‬, ‫ ذ‬, ‫ ث‬, ‫ف‬
‫ه‬,‫ع‬,‫ح‬,‫غ‬,‫خ‬,‫ش‬,‫ظ‬,‫ص‬

d. Nasal/Sengauan (Anfiyyah)
Bunyi yang keluar lewat hembusan udara dari hidung.
Berikut yang termasuk kedalam konsonan sengauan,
‫ن‬,‫م‬

e. Lateral/Sampingan (Janibiyyah)
Bunyi yang keluar melalui hembusan udara dari
samping mulut. Berikut yang termasuk kedalam
konsonan sampingan,‫ل‬

f. Getar (Tikrariyah)
Bunyi yang keluar melalui getaran lidah sebagai
bersentuhnya ujung lidah dengan gigi. Berikut yang
termasuk kedalam konsonan getar, ‫ر‬

g. Semivokal (Syibh Sha’itah)


Bunyi yang diucapkan seperti huruf vocal, tetapi
bunyinya pecah seperti huruf konsonan. Berikut yang
termasuk kedalam konsonan semivokal, ‫ ي‬, ‫و‬

2) Klasifikasi menurut Posisi Pita Suara

Dalam sudut pandang ini, konsonan terbagi menjadi dua


bagian,
a. Konsonan Bersuara ( ‫) األصوات المجهورة‬
Konsonan bersuaraadalah bunyi yang terjadi ketika
udara datang dari paru-paru disambut oleh dua pita
suara yang dengan kondisi nbersentuhan (tidak
merapat) sehingga udara tetap saja bisa keluar masuk
diantara kedua pita suara tersebut, tetapi dengan
mengakibatkan terjadinya gesekan yang teratur antara
dua pita suara tersebut. Konsonan bersuara dalam

91
Fungsi Pragmatika Intonasi

bahasa Arab adalah , ‫ ن‬, ‫ م‬, ‫ ع‬, ‫ غ‬, ‫ ظ‬, ‫ ز‬, ‫ ج‬, ‫ ض‬, ‫ ذ‬, ‫ب‬
‫ي‬,‫و‬,‫ر‬,‫ل‬

b. Konsonan Tidak Bersuara ( ‫) األصوات المهموسة‬


Konsonan tidak bersuara adalah konsonan yang
terjadi tidak ada hambatan terhadap udara yang
datang dari paru-paru, karena kedua pita suara
menyambutnya dengan kondisi berjauhan sehingga
udara dengan leluasa keluar masuk tanpa
mengakibatkan adanya pergesekan antara dua pita
suara tersebut. Konsonan bahasa Arab yang tak
bersuara adalah , ‫ ش‬, ‫ ص‬, ‫ س‬, ‫ ث‬, ‫ ف‬, ‫ ء‬, ‫ ق‬, ‫ ك‬, ‫ ط‬, ‫ت‬
‫ه‬,‫ح‬,‫خ‬

3) Klasifikasi Menurut Mahkraj dan Organ Bicara Aktif

Berikut ini klasifikasi bunyi bahasa Arab berdasarkan


tempat keluarnya udara (Makhraj) dan sifatnya (Organ
bicara aktif) keadaan anggota pelafalan ketika dilafalkan.

Makhraj adalah tempat tertentu di saluran udara yang


mengalami pengejaan lebih keras dari yang lain dan
merupakan tempat penuturan suatu konsonan. Dalam
sudut pandang Organ bicara aktif (sifatnya) yang
difungsikan dalam menghambat atau menekan saluran
udara ketia mengartikulasikannya, konsonan dapat dibagi
menjadi beberapa bagian. Yang dimaksud dengan organ
bicara aktif adalah bibir bawah (labial), ujung lidah
(apiko), tengah lidah (medio), pinggir lidah (lamino), dan
belakang lidah (dorso).
Berikut ini menurut / berdasarkan keluarnya, sifatnya
dan bagaimana cara tempat keluarnya udara, dan keadaan
anggota pelafalan ketika dilafalkan.
1. Bunyi bibir (‫ )السفتان‬: Mim (‫)م‬, Ba’ (‫)ب‬

 Bunyi Huruf Ba’ (‫ )ب‬: konsonan bilabial / labial

92
Fungsi Pragmatika Intonasi

Langkah-langkah pelafalannya :
a. Tutup kedua bibir anda dengan sempurna,
sehingga udara tertangkap didalamnya.
b. Letupkan 2 bibir secara langsung sehingga keluar
udara yang terangkap secara keras.
c. Piringan (langit-langit yang lunak) terangkat
karena tersumbatnya aliran udara yang mengalir
kehidung sehingga keluar udara dari mulut.
d. Dua pita suara bergetar

 Bunyi Huruf Mim (‫ )م‬: Merupakan bunyi, bibir,


hidung jelas : konsonan bilabial / labial
Langkah-langkah pelafalannya :
a. Dua bibir tertutup dengan sempurna, sehingga
udara terperangkap didalamnya.
b. Piringan tertekan karena tersumbatnya aliran udara
di mulut sehingga udara keluar dari hidung.
c. Dua pita suara bergetar.

2. Bunyi bibir – gigi (‫ األسنان‬- ‫ )الشفهية‬: Fa (‫)ف‬

 Bunyi Huruf Fa’ (‫ )ف‬: merupakan bunyi bibir – gigi


yang tergesek secara halus : konsonan labio - dentals
Langkah-langkah pelafalan :
a. Bibir bagian bawah bertemu dengan gigi seri atas.
b. Udara keluar dengan terjadi gesekan di tempat
keluarnya bunyi yang sempit, yaitu antara gigi dan
mulut.
c. Dua pita suara tidak bergetar.

3. Bunyi antara dua gigi (‫ )الصوامت بين األسنانية‬: tsa (‫)ث‬,


dzal (‫)ذ‬, dhlo (‫)ظ‬
 Bunyi huruf Tsa ‫ )) ث‬: merupakan bunyi antara dua
gigi, yang bergesek secara halus : Konsonan
Interdentals

93
Fungsi Pragmatika Intonasi

Langkah-langkah pelafalan :
a. Ujung lidah diletakan antara gigi atas dan gigi bawah
dengan cara menyentuh udara yang melewatinya.
b. Udara melewati tempat yang sempit, sehingga keluar
dengan menghasilkan gesekan.
c. Dua pita suara tidak bergetar.

 Bunyi huruf Dzal (‫ )ذ‬: merupakan bunyi antara dua


gigi yang bergesek secara jelas : Konsonan
Interdentals
Langkah-langkah pelafalan :
a. Ujung lidah diletakan antara gigi atas dan gigi bawah
dengan cara menyentuh udara yang melewatinya.
b. Udara melewati tempat yang sempit, sehingga keluar
dengan menghasilkan gesekan.
c. Dua pita suara tidak bergetar.
d. Ujung lidah terangkat pada piringan (langit-langit
mulut yang lunak).
 Bunyi huruf dhlo (‫ )ظ‬: merupakan bunyi antara dua
gigi yang bergesek dengan jelas secara tertutup :
Konsonan Interdentals
Langkah-langkah pelafalan :
a. Ujung lidah diletakan antara gigi atas dan gigi bawah
dengan cara menyentuh udara yang melewatinya.
b. Udara melewati tempat yang sempit, sehingga keluar
dengan menghasilkan gesekan.
c. Dua pita suara tidak bergetar.
d. Ujung lidah terangkat pada piringan (langit-langit
mulut yang lunak).

4. Bunyi yang ujung lidah – gigi – gusi : Ta (‫)ت‬, Dal (


‫)د‬, To (‫)ط‬, Dhod (‫)ض‬, Lam (‫)ل‬, Nun (‫)ن‬

 Bunyi huruf Ta (‫ )ت‬: merupakan bunyi ujung lidah,


gigi, gusi, sifatnya meletup dan samar : Konsonan

94
Fungsi Pragmatika Intonasi

Aveco – dento – alveolars


Langkah-langkah pelafalan :
a. Ujung lidah bertemu dengan pangkal gigi seri atas dan
bertemu juga dengan gusi sehingga udara
terperangkap dibelakangnya.
b. Ujung lidah terpisah secara tiba-tiba sehingga terbuka
lebar dan keluar udara dengan meletup.
c. Dua pita suara tidak bergetar.

 Bunyi huruf Dal (‫ )د‬: merupakan bunyi ujung lidah,


gigi, gusi, sifatnya meletup dan jelas : Konsonan
Aveco – dento - alveolars
Langkah-langkah pelafalan :
a. Ujung lidah bertemu dengadan bertemu pangkal gigi
seri atas dan bertemu juga dengan gusi sehingga udara
terperangkap dibelakangnya.
b. Ujung lidah terpisah secara tiba-tiba sehingga terbuka
lebar dan keluar udara dengan meletup.
c. Dua pita suara bergetar.

 Bunyi huruf Dhod (‫ )ض‬: merupakan bunyi ujung


lidah, gigi, gusi, sifatnya meletup, jelas dan tertutup11 :
Konsonan Aveco – dento - alveolars
Langkah-langkah pelafalan :
a. Ujung lidah bertemu dengadan bertemu pangkal gigi
seri atas dan bertemu juga dengan gusi sehingga udara
terperangkap dibelakangnya.
b. Ujung lidah terpisah secara tiba-tiba sehingga terbuka
lebar dan keluar udara dengan meletup.

11
Tidak ada perbedaan antara dhod (‫ )ض‬dan tho (‫ )ط‬kecuali dhod (‫)ض‬
bersuara (dua pita suara bergetar ketika melafalkannya) dan tho (‫ )ط‬tak
bersuara (kedua pita suara tidak bergetar ketika melafalkannya), dan perbedaan
antara bersuara dan tak bersuara tidak tampak.

95
Fungsi Pragmatika Intonasi

c. Dua pita suara bergetar.


d. Ujung lidah terangkat kearah piringan (langit – langit
mulut yang lunak / pangkal langit mulut).

 Bunyi huruf Tho (‫ )ط‬: merupakan bunyi ujung lidah,


gigi, gusi, sifatnya meletup, sifatnya samar dan
tertutup : Konsonan Aveco – dento – alveolars
Langkah-langkah pelafalan :
a. Ujung lidah bertemu dengadan bertemu pangkal gigi
seri atas dan bertemu juga dengan gusi sehingga udara
terperangkap dibelakangnya.
b. Ujung lidah terpisah secara tiba-tiba sehingga terbuka
lebar dan keluar udara dengan meletup.
c. Dua pita suara tidak bergetar.
d. Ujung lidah lidah terangkat kearah piringan (langit –
langit mulut yang lunak / pangkal langit mulut).12

 Bunyi huruf Lam (‫)ل‬: merupakan bunyi ujung lidah,


gigi, gusi yang terjadi di pinggir dan jelas : Konsonan
Aveco – dento - alveolars
Langkah-langkah pelafalan :
a. Ujung lidah bertemu dengan pangkal gigi seri atas dan
bertemu dengan gusi yang mencegah udara yang
lewat.

12
Tidak ada perbedaan antara huruf To (‫ )ط‬dan Ta (‫ )ت‬kecuali bunyi To
tertutup (ujung lidah terangkat ketika melafalkannya) dan bunyi Ta itu tipis
(ujung lidah tidak terangkat ketika melafalkannya).

96
Fungsi Pragmatika Intonasi

b. Udara menyusup dari pinggir mulut.


c. Dua pita suara bergetar.13
 Bunyi huruf nun (‫ )ن‬: merupkan bunyi ujung lidah,
gigi, gusi, hidung, sifatnya jelas : Konsonan Aveco –
dento – alveolars
Langkah-langkah pelafalannya :
a. Ujung lidah bertemu dengan pangkal gigi seri atas dan
bertemu gusi sehingga udara keluar dari rongga
hidung.
b. Piringan tertukar karena tersumbatnya aliran udara
dimulut sehingga udara keluar dari rongga hidung.
c. Dua pita suara bergetar.

5. Bunyi ujung lidah – gusi : Ro (‫)ر‬, Shod (‫)ص‬, Sin (


‫)س‬, Za (‫)ز‬

 Bunyi huruf Za (‫ )ز‬: merupakan bunyi ujung lidah,


gusi, yangb bergesek dan bersifat jelas : Konsonan
Apico – alveolars
Langkah-langkah pelafalannya :
a. Ujung lidah menyentuh gusi dengan cara keluar dari
tempat udara yang sempit.
b. Udara keluar dengan gesekan pada tempat udara
sempit.
c. Dua pita suara bergetar.

13
Sebagian ulama ahli bunyi menambahkan untuk sifat huruf Lam (‫)ل‬. Dengan
sifat tebal dan tipis (tafkhim dan tarqiq). Karna jumhur ulama ahli qiro’ah
berkata bahwa sesungguhnya sifat asli huruf Lam itu adalah tipis (tarqiq). Dan
wajib di tebalkan huruf lam tersebut jika berharakat fathah dan terletak setelah
bunyi yang bersifat isti’la (tinggi), contohnya : Shod (‫)ص‬, Dhod (‫)ض‬, To (‫)ط‬,
Dhlo (‫)ظ‬, kha (‫)ح‬, Ghain (‫)غ‬, Fa (‫)ف‬. Baik huruf yang bersifat isti’la itu mati
atau berharakat fathah. Seperti dalam kalimat (‫ أظلم‬،‫ طالق‬،‫ ضالل‬،‫ )صالة‬atau
ketika lam tersebut terletak dalam kalimat lafdzul jalalah ( ‫ )هللا‬dan tidak
didahului oleh harakat kasrah, seperti dalam contoh (‫) وأحل هللا البيع‬. Adapun
jika di dahului harakat kasrah maka lam tersebut bersifat tipis (tarqiq)
contohnya (‫ )بسم هللا‬Muhammad, 1998 M : 69

97
Fungsi Pragmatika Intonasi

 Bunyi huruf Sin (‫ )س‬: merupakan bunyi ujung lidah –


gusi yang bergesek dan bersifat samar : Konsonan
Apico – alveolars
Langkah-langkah pelafalannya :
a. Ujung lidah menyentuh gusi dengan cara keluar dari
tempat udara yang sempit.
b. Udara keluar dengan gesekan pada tempat udara
sempit.
c. Dua pita suara tidak bergetar.14

 Bunyi huruf Shod (‫ )ص‬: merupakan bunyi ujung


lidah, gusi, bergesek, bersifat samar dan tertutup 15 :
Konsonan Apico – alveolars
Langkah-langkah pelafalannya :
a. Ujung lidah menyentuh gusi dengan cara keluar dari
tempat udara yang sempit.
b. Udara keluar dengan gesekan pada tempat udara
sempit.
c. Dua pita suara tidak bergetar.
d. Ujung lidah terangkat kearah piringan.

 Bunyi huruf Ro (‫ )ر‬: merupakan bunyi ujung lidah,


gusi, bergesek sifatnya berulang dan jelas : Konsonan
Apico – alveolars
Langkah-langkah pelafalannya :
a. Ujung lidah bergetar dengan beberapa kali getaran
pada gusi.
b. Udara yang keluar pada saat terjadinya getaran secara
bebas.
c. Dua pita suara bergetar.16
14
Tidak ada perbedaan antara bunyi huruf Sin (‫ )س‬dan Za (‫)ز‬. Kecuali pada
huruf Sin bersifat samar sedangkan Za bersifat jelas.
15
Tidak ada perbedaan antara shod (‫ )ص‬dan sin (‫ )س‬kecuali shod (‫ )ص‬suara
terbuka dan sin (‫ )س‬suara tertutup.
16
Ulama ahli qira’ah berpendapat terkadang huruf Ro (‫ )ر‬terkadang tipis dan
terkadang tebal. Huruf Ro bersifat tipis ketika berharkat kasrah (‫)رزق‬, atau

98
Fungsi Pragmatika Intonasi

6. Bunyi ujung – lobang mulut : Syin (‫)ش‬, Jim (‫)ج‬

 Bunyi huruf Jim (‫ )ج‬: merupakan bunyi ujung lidah,


lubang mulut, tersusun dan bersifat jelas : Konsonan
Froto – falatals
Langkah-langkah pelafalannya :
a. Ujung lidah bagian depan bertemu dengan lubang
mulut, sehingga udara terperangkap (seperti yang
terdapat pada bunyi letupan).
b. Ujung lidah terpisah dari lubang mulut secara pelan-
pelan sehingga keluar udara dengan menghasilkan
gesekan (seperti yang terdapat pada bunyi gesekan).
c. Dua pita suara bergetar.

 Bunyi huruf Syin (‫ )ش‬: merupakan bunyi ujung lidah,


lubang mulut, yang bergesek dan bersifat samar :
Konsonan Froto – falatals
Langkah-langkah pelafalannya :
a. Ujung lidah bertemu dengan piringan dengan keadaan
menjauhi tempat keluarnya udara yang sempit.
b. Udara keluar pada tempat yang sempit dengan
terjadinya gesekan.
c. Dua pita suara tidak bergetar.

7. Bunyi pertengahan (tengah lidah) – lubang mulut :


Ya’ (‫)ي‬

 Bunyi huruf Ya’ (‫ )ي‬: merupakan bunyi yang terletak


pada tengah lidah, lubang mulut, yang bersifat
gesekan dan jelas, semi vowel : Konsonan Cetro –
falatals
Langkah-langkah pelafalannya :
mati setelah kasrah (‫)فرقة‬. Dan menjadi tebal ketika pada saat dhommah, fathah
sukun setelah dhommah, sukun setelah fathah. Manaf Mahdi Muhammad
mengutip referensi tersebut, ilmu kitab, Bairut Libanon, 1998 m, hal: 72.

99
Fungsi Pragmatika Intonasi

a. Tengah lidah terangkat pada lubang mulut tanpa


adanya sentuhan/ bertemu degan lubang mulut
tersebut.
b. Arus udara bergesek pada tempat keluarnya antara
tengah lidah dan lubang mulut.
c. Dua bibir terpisah belah dari posisi awalnya (posisi
awalnya tertutup) pada saat mengucapkan huruf yang
berharakat kasrah.

8. Bunyi pangkal lidah – piringan : Kho (‫)خ‬,Ghoin (‫)غ‬


, Kaf (‫)ك‬, Wawu (‫)و‬

 Bunyi huruf Kho (‫ )خ‬: merupakan bunyi yang terletak


pada pangkal lidah, piringan yang bersifat gesekan
dan samar : Konsonan Dorso – velars
Langkah-langkah pelafalannya :
a. Ujung lidah terangkat, sehingga ujung lidah tersebut
sampai melekat pada piringan.
b. Udara keluar sambil terjadinya gesekan pada tempat
keluarnya udara yang sempit antara ujung lidah dan
piringan.
c. Dua pita suara tersebut bergetar.

 Bunyi huruf Ghoin (‫ )غ‬: merupakan bunyi yang


terletak pada pangkal lidah, piringan yang bersifat
gesekan dan jelas : Konsonan Dorso – velars
Langkah-langkah pelafalannya :
a. Ujung lidah terangkat, sehingga ujung lidah tersebut
sampai melekat pada piringan.
b. Udara keluar sambil terjadinya gesekan pada tempat
keluarnya udara yang sempit antara ujung lidah dan
piringan.

100
Fungsi Pragmatika Intonasi

c. Dua pita suara bergetar.17

 Bunyi huruf Kaf (‫ )ك‬: merupakan bunyi yang terletak


pada pangkal lidah – piringan – letupan dan bersifat
samar : Konsonan Dorso – velars
Langkah-langkah pelafalannya :
a. Ujung lidah bertemu dengan piringan sehingga aliran
udara terperangkap didalamnya.
b. Lidah terpisah dari piringan secara tiba-tiba sehingga
udara keluar dengan keras.
c. Dua pita suara tidak bergetar.

 Bunyi huruf Wawu (‫ )و‬: merupakan bunyi yang


terletak pada pangkal lidah, piringan bersifat gesekan,
jelas dan semi vowel : Konsonan Dorso – velars
Langkah-langkah pelafalannya :
a. Ujung lidh terangkat kearah piringan sehingga hamper
sampai menyentuhnya.
b. Kedua mulut menjadi bulat (monyong) seperti ketika
melafalkan huruf yang berharakat dhommah.
c. Kedua pita suara bergetar.

9. Bunyi pangkal lidah dan uvular (bunyi yang


terjadi karena penyempitan antara laklakan
belakang lidah) : Kof (‫)ق‬

 Bunyi huruf Kof (‫ )ق‬: merupakan bunyi yang terletak


pada pangkal lidah, letupan dan bersifat samar :
Konsonan dorso - uvulars
Langkah-langkah pelafalannya :

17
Tidak ada perbedaan antara bunyi huruf Ghoin (‫ )غ‬dan Kho (‫)خ‬. Kecuali
huruf Ghain bersifat jelas dan Kho bersifat samar

101
Fungsi Pragmatika Intonasi

a. Ujung lidah terangkat sampai bertemu denga uvular


sehingga aliran udara dari paru-paru terperangkap
dibelakangnya.
b. Udara keluar setelah lidah terpisah dengan uvular
sehingga terdengar bunyi letupan secara tiba-tiba.
c. Dua pita suara tidak bergetar.

10. Bunyi akar lidah – tenggorokan : Kha (‫)ح‬, ‘Ain (‫)ع‬

 Bunyi huruf Kha (‫ )ح‬: merupakan bunyi yang terletak


pada akar lidah – tenggorokan yang bersifat gesekan,
samar : Konsonan Rooto - pharyngeals
Langkah – langkah pelafalannya :
a. Akar lidah mendekati dinding tenggorokan sehingga
terjadinya penyempitan udara di tenggorokan.
b. Aliran udara dari paru-paru berjalan sambil terjadinya
gesekan.
c. Dua pita suara tidak bergetar.

 Bunyi huruf ), ‘Ain (‫ )ع‬: merupakan bunyi yang


terletak pada akar lidah tenggorokan, yang bersifat
gesekan, jelas : Konsonan Rooto – pharyngeal
Langkah-langkah pelafalan :
a. Akar lidah mendekati dinding tenggorokan sehingga
terjadinya penyempitan udara di area tenggorokan.
b. Aliran udara dari paru-paru mengalir sambil terjadinya
gesekan.
c. Dua pita suara bergetar.

11. Bunyi kerongkongan : Hamzah (‫ )ء‬dan Ha’ (‫)ه‬

 Bunyi huruf Hamzah (‫)ء‬, merupakan bunyi yang


keluar dari kerongkongan yang berupa letupan , juga
bersifat pertengahan antara jelas dan samar :
Konsonan Glottals

102
Fungsi Pragmatika Intonasi

Langkah-langkah pelafalannya :
a. Dua pita suara di lafalkan dengan letupan secara
sempurna, sehingga aliran udara terperangkap secara
sempurna.
b. Dua pita suara bergetar secara tiba tiba sehingga udara
keluar dengan keras.
c. Posisi dua pita suara tidak ikut campur dalam
pelafalan huruf hamzah karena dua pita suara tersebut
bergetar ataupun tidak bergetar.

 Bunyi huruf Ha’ (‫)ه‬, merupakan bunyi yang keluar


dari kerongkongan, yang bersifat gesekan dan samar :
Konsonan Glottals
Langkah-langkah pelafalannya :
a. Dua pita suara bergetar sehingga udara keluar diantara
dua pita tersebut.
b. Mulut terbuka sama halnya ketika kita mengucapkan
bunyi huruf yang berharokat fatah.
c. Dua pita suara tidak bergetar.

C. Jadwal suara-suara Arab dan sifatnya :

Diskripsi ‫وصف‬ ‫الصوت‬

Bilabial, hambat, bersuara


‫ مجهور‬،‫ انفجاري‬،‫شفتانى‬
‫ب‬

103
Fungsi Pragmatika Intonasi

Bilabial, nasal, bersuara ‫ مجهور‬،‫ أنفي‬،‫شفتاني‬


‫م‬

Labio-dental, geseran, tak bersuara ‫ مهموس‬،‫ احتكاكي‬،‫ أسناني‬،‫شفوي‬


‫ف‬

Inter-dentals, geseran, tak bersuara ‫ مهموس‬،‫ احتكاكي‬،‫بين أسناني‬


‫ث‬

Inter-dentals, geseran, bersuara ‫ مجهور‬،‫ ااحتكاكي‬،‫بين أسناني‬


‫ذ‬

Inter-dentals, geseran, bersuara,


‫ مطبق‬،‫ مجهور‬،‫ ااحتكاكي‬،‫بين أسناني‬
velarized ‫ظ‬

Apiko-alveo,-dental, hambat, tak


‫ مهموس‬،‫ انفجاري‬،‫دلقي؛ اسناني لسوي‬
bersuara ‫ت‬

Apiko-alveo,-dental, hambat,
‫ مجهور‬،‫ انفجاري‬،‫دلقي؛ اسناني لسوي‬
bersuara ‫د‬

،‫ مهموس‬،‫ انفجاري‬،‫دلقي؛ اسناني لسوي‬


Apiko-alveo,-dental, hambat, tak ‫مطبق‬ ‫ط‬
bersuara, velarized

Apiko-alveo,-dental, hambat, ،‫ مجهور‬،‫ انفجاري‬،‫دلقي؛ اسناني لسوي‬


bersuara, velarized ‫مطبق‬ ‫ض‬

Apiko-alveo,-dental, samping,
‫ مجهور‬،‫ جانبي‬،‫ لثوي‬،‫ أسناني‬،‫ذلقي‬
bersuara ‫ل‬

Apiko-alveo,-dental, nasal,
‫ مجهور‬،‫ أنفي‬،‫ لثوي‬،‫ أسناني‬،‫ذلقي‬ ‫ن‬
bersuara

104
Fungsi Pragmatika Intonasi

Apiko-alveolar, geseran, bersuara ‫ مجهور‬،‫احتكاكي‬،‫ لثوي‬،‫ذلقي‬ ‫ز‬

Apiko-alveolar, geseran, tak


‫ مهموس‬،‫احتكاكي‬،‫ لثوي‬،‫ذلقي‬ ‫س‬
bersuara

Apiko-alveolar, geseran, tak


‫ مطبق‬،‫ مهموس‬،‫احتكاكي‬،‫ لثوي‬،‫ذلقي‬ ‫ص‬
bersuara, velarized

Apiko-alveolar, getar, bersuara, ‫ مجهور‬،‫ تكراري‬،‫ لثوي‬،‫ذلقي‬ ‫ر‬

Lamino-patalan, paduan, bersuara ‫ مجهور‬،‫ مركب‬،‫ غاري‬،‫طرفي‬ ‫ج‬

Lamino-patalan, geseran, tak


‫ مهموس‬،‫احتكاكي‬،‫ غاري‬،‫طرفي‬ ‫ش‬
bersuara

Medio-patalan, geseran, bersuara ‫ مجهور‬،‫ احتكاكي‬،‫ غاري‬،‫وسطي‬ ‫ي‬

Darso-velar, geseran, tak bersuara ‫ مهموس‬،‫ انفجاري‬،‫ طبقي‬،‫قصي‬ ‫خ‬

Darso-velar, geseran, bersuara ‫ مجهور‬،‫ انفجاري‬،،‫ طبقي‬،‫قصي‬ ‫غ‬

Darso-velar, hambat, tak bersuara ‫ مهموس‬،‫ انفجاري‬،‫ طبقي‬،‫قصي‬ ‫ك‬

Darso-velar, geseran, bersuara ‫ مجهور‬،‫ انفجاري‬،‫ لهوي‬،‫قصي‬ ‫و‬

Darso-velar, hambat, tak bersuara ‫ مهموس‬،‫ انفجاري‬،‫ لهوي‬،‫قصي‬ ‫ق‬

Rooto-pharyngetal, geseran, tak


‫ مهموس‬،‫ احتكاكي‬،‫ حلقي‬،‫جذري‬ ‫ح‬
bersuara

105
Fungsi Pragmatika Intonasi

Rooto-pharyngetal, geseran,
‫ مجهور‬،‫ احتكاكي‬،‫ حلقي‬،‫جذري‬ ‫ع‬
bersuara

Ghotal, hambat, antara bersuara ‫ بين بين[ ال بالمهجور‬،‫ انفجري‬،‫حنجري‬


‫ء‬
dan tak bersuara ]‫وال بالمهموس‬

Ghotal, hambat, tak bersuara ‫ مهموس‬،‫ احتكاكي‬،‫حنجري‬ ‫ه‬

BAB VI
BUNYI VOKAL
Oleh : Nurul Azizah

106
Fungsi Pragmatika Intonasi

A. Pengertian bunyi vokal


Dalam bahasa inggris istilah vokal disebut
voweles, dan dalam bahasa prancis voyelle, begitu juga
dalam pelajaran bunyi bahasa arab, bunyi vokal
mempunyai istilah yang sangat beragam. Seperti
‫ أصوات‬,‫ المصوتت‬, ‫الصوائت‬.
Selain istilah Kata sowait, ada kata juga istilah
yang lebih populer dalam dunia ilmu bunyi bahasa arab,
disebabkan karena banyak digunakannya kata itu oleh
ulama-ulama ashwat, yaitu kata al- harokat (‫ات‬gg‫)الحرك‬.
Disebut al- harokat karena sebagaimana yang dikutip oleh
kamal basyar dari pendapatnya ibnu jini, yaitu karena
bunyi vokal bisa menjadikan huruf dapat bergerak
( dilafalkan). Bunyi huruf ba (‫ )ب‬tidak bisa dilafalkan
tanpa adanya harokat, namun ketika huruf ba tersebut
diikuti oleh salah satu harokat ( fathah, atau domah diatas
huruf ba tersebut atau dengan harokat kasrah dibawah
huruf ba tersebut) maka huruf tersebut menjadi hidup dan
bisa dilafalkan ( ba, bi, bu).

107
Fungsi Pragmatika Intonasi

Bunyi vokal dapat diketahui atau didefinisikan


karena bunyi vokal tersebut merupakan bunyi yang ketika
dilafalkan udara bergerak secara tiba-tiba dari paru-paru
melewati laring selajutnya menempati tempat berjalannya
udara, baik dalam tenggorokan, mulut dan tidak terdapat
hambatan yang dapat menyebabkan tempat keluarnya
udara tersebut menyempit seperti halnya yang terjadi
dalam bunyi rikhwah ( gesekan ), atau nafas terperangkat
dan tidak bisa keluar seperti halnya yang terjadi dalam
bunyi syidah ( letupan). ( Annis 1999 : 26 )
Pengertian yang lebih akurat mengenai bunyi
vokal sebagaimana yang di kemukakan oleh ( Muhammad
1998 M : 91 ) yaitu bunyi-bunyi jelas, yang ketika
dilafalkan udara keluar secara terus menerus dari hulu
kerongkongan dan mulut tanpa adanya hambatan pada
alat ucap yang memasuki hulu kerongkongan dan mulut
tersebut, yang dapat menyebabkan terhalang keluarnya
udara atau menyebabkan gesekan ketika didengar.
Perbedaan bunyi vokal dengan konsonan adalah
sebagai berikut :
1. Bunyi vokal lebih jelas daripada konsonan
ketika didengar.
2. Di seluruh bahasa jumlah bunyi vokal lebih
sedikit dari pada konsonan.
3. Tidak mempunyai hambatan pada alat bicara.
4. Tidak terdapat artikulasi.
5. Hambatan hanya pada pita suara.

108
Fungsi Pragmatika Intonasi

6. Glotis dalam keadaan tertutup.


7. Pita suara bergetar.
8. Konsonan tidak mempunyai makhroj huruf
tertentu seperti halnya konsonan .
9. Bunyi vokal tidak mempunyai sifat huruf
tertentu, yaitu dari segi bagaimanna cara
keluarnya udara dari paru-paru. Sewaktu
waktu bunyi vokal bercabang dari standar
sifatnya sendiri pada sifat lain seperti pada
letupan, gesekan, ganda, pengulangan,
sampingan, dan khoisyum ( keluarnya huruf
dari hidung).
10. Bunyi vokal jelas karena adanya kebutuhan
(Keadaan Darurat), adapun bunyi konsonan
terkadang jelas juga terkadang samar.
11. Ketika melafalkan bunyi vokal tidak terjadinya
hambatan terhadap udara yang melewat atau
keluar dari paru-paru, berbeda dengan bunyi
konsonan yang ketika dilafalkan terkadang
terjadinya hambatan terhadap udara ( udara
terperangkap).

Terdapat tiga bunyi vokal pokok dalam bahasa


arab, yaitu Kasrah, dhomah, dan fathah. Penamaan
terhadap ketiga bunyi vokal ini dikemukakan atas inovasi
seorang pelopor ahli bunyi-bunyi bahasa arab yang jenius
yaitu Abu Aswad Ad-duwali, yang telah menentukan

109
Fungsi Pragmatika Intonasi

kriteria atau standar untuk spesifikasi bunyi vokal bahasa


arab berdasarkan kedua mulutnya, Abu Aswad berkata “
Saya akan membaca Al-qur’an, dan jika kedua mulutku
terbuka saat mengucapkan suatu huruf maka simpanlah
tanda titik diatas huruf tersebut, dan untuk kasrahnya
maka berikanlah tanda titik dibawah huruf tersebut, dan
jika kedua mulutku mendekap ( bibir bawah dan atas
merangkap, monyong) maka berikanlah tanda titik di atas
sisi kiri huruf tersebut. (Basyar, 2000 M :22 ) perbuatan
yang dilakukan abu aswad ini untuk membedakan
diantara bunyi vokal. Jadi, bedasarkan keadaan mulut
tersebut, vokal fatah karena terbukanya kedua mulut, dan
kasrah karena melebar dan terbuka lebarnya mulutt, dan
dhomah karena terhimpunyya mulut. Maka dari itu, bunyi
vokal disebut juga ( As-Showait) yaitu, Fathah, dhomah,
dan kasrah.

Untuk bunyi vokal ini diberikan kode atau tanda


yang simple yaitu (َُِ) tanda ini merupakan inovasi dari
seorang jenius yaitu Syekh Kholil bin ahmad Al-farohidi,
ia berpendapat bahwa sesungguhnya bunyi vokal yang
pendek pada hakikatnya merupakan sebagian huruf mad
(vokal panjang) dari segi pelafalannya. Yakni bahwasanya
bunyi vokal panjang dan vokal pendek merupakan
representasi dari bagaimana cara melafalkannya, dan
kedua vokal tersebut hanya berbeda dari segi durasi atau
lamanya pelafalan, karena dalam kedua vokal tersebut

110
Fungsi Pragmatika Intonasi

terdapat hubungan individu – keseluruhan. Fathah setelah


alif, kasrah setelah iya dan dhomah setelah wau, maka
berdasarkan hubungan ini maka wajib dalam penulisan
harkat (vokal) diambil dari bagian suatu huruf atau dari
satu huruf secara utuh. Maka berdasarkan hal ini, tanda
atau ciri untuk vokal pendek adalah (َُِ) akan tetapi perlu
diperhatikan, banhwasanya tanda ini diambil dari huruf
mad jadi hanya bertidak sebagai tanda , kode, yang
tertulis saja, bukan dzat atau bentuk vokal itu sendiri.
Bunyi vokal berdeda dengan tanda atau ciri vokal itu
sendiri, adapun vokal yaitu fathah, dhomah, dan kasrah,
kalau tanda atau ciri vokal yaitu (َُِ) .

Adapun harkat panjang untuk bunyi vokal yang


tiga tadi yaitu fathah panjang ( Al- Alif Al-madd), kasrah
panjang ( Al- ya Al-madd), dan dhomah panjang ( Al-
waw al madd) . Ibu jinni mengisyaratkan terhadap ketiga
vokal panjang ini pada tiga huruf yaitu (‫ )ا و ي‬yaitu huruf
yang meluas makhroj hurufnya sehingga udara tidak
terputus ketika melafalkannya ( Basyar 2000 M : 221).

VOKAL KRITERIA CONTOH KATA


[i] Vokal depan, <ini>;[i-ni], <ibu>;
tinggi (atas), tak [i-bu], <cari>;[ca-
bundar, tertutup. ri], <lari>;[la-ri]
[I] Vokal depan, <pinggir>;[pIng-
tinggi (bawah), gIr], <adik>;[a-
tak bundar, dI?]

111
Fungsi Pragmatika Intonasi

tertutup.
[u] Vokal belakang, <udara>;[u-da-ra],
tinggi (atas), <utara>;[u-ta-ra]
bundar, tertutup.
[U] Vokal belakang, <ukur>;[u-kUr],
tinggi (bawah), <urus>;[u-rUs],
bundar, tertutup. <turun>;[tu-rUn]
[e] Vokal depan, <ekor> ; [e-kor]
sedang (atas), tak
bundar, semi
tertutup.
[ɛ] Vokal depan, <nenek>;[ne-nɛ?],
sedang (bawah), <dendeng> ; [dɛn-
tak bundar, semi dɛŋ]
terbuka.
[ə] Vokal tengah, <elang>;[ə-laŋ],
sedang, tak <emas>;[ə-mas]
bundar, semi
tertutup.
[o] Vokal belakang, <toko>;[to-ko]
sedang (atas),
bundar, semi
tertutup.
[ɔ] Vokal belakang, <tokoh>;[to-kɔh]
sedang (bawah),
bundar, semi

112
Fungsi Pragmatika Intonasi

terbuka.
[a] Vokal belakang, <cari> ; [ca-ri]
rendah, netral,
terbuka

B. Macam- Macam Bunyi Vokal Dalam Bahasa Arab

Bunyi vokal dalam bahasa arab ada 6, yaitu :

1. Fathah pendek / َ/Seperti ‫لَن‬

2. Kasrah pendek / ِ/Seperti ‫قِف‬

3. Dhomah pendek/ُ / Seperti‫قُم‬

4. Fathah panjang/َ‫ا‬/seperti ‫صاد‬


َ

5. Kasrah Panjang/ِ‫ي‬/ seperti‫ِميم‬

6. Dhomah panjang/ُ‫و‬/Seperti‫نُون‬

Dari seluruh vokal diatas semuanya memiliki sifat-


siafat tersendiri, mungkin ada yang bersifat tebal, tipis,
ataupun sedang. Sebagaimana yang telah kita ketahui
bahwasanya vokal dilihat dari segi sifatnya ada 18 bunyi.
Bunyi vokal menjadi tipis jika di ikuti bunyi- bunyi yang
bersifat tipis (‫ ه‬,‫ ح‬,‫ ش‬,‫ س‬,‫ ث‬,‫ ف‬,‫ ع‬,‫ ز‬,‫ ذ‬,‫ء‬, ‫ت‬, ‫د‬, ‫ب‬, ), dan
vokal tersebut menjadi tebal jika di ikuti oleh bunyi-bunyi
yang bersifat tebal (‫ ظ‬,‫ ط‬,‫ ض‬,‫ص‬, ), dan vokal tersebut bisa
menjadi sedang jika diikuti oleh huruf ( ‫ خ‬,‫ غ‬,‫ )ق‬. Berikut

113
Fungsi Pragmatika Intonasi

ini penjelasan vokal beserta contohnya dalam sebuah


kalimat :

1. Fathah pendek tipis, seperti ‫ك‬


َ ‫يَ َر‬

2. Fathah pendek tebal, seperti ‫صبَ َر‬


َ

3. Fathah pendek sedang, seperti ‫قَ َع َد‬

4. Kasrah pendek tipis, seperti َ‫بِرْ َكة‬

5. Kasroh pendek yang tebal, seperti ‫صحة‬

6. Kasroh pendek yang sedang, seperti ‫ قبلة‬:

7. Domah pendek yang tipis, seperti ‫يرك‬

8. Domah pendek yang tebal, seperti‫ظلم‬

9. Domah pendek yang sedang, seperti ‫قتل‬

10. Fathah panjang yang tipis, seperti‫يارك‬

11. Fathah panjang yang tebal, seperti‫صافح‬

12. Fathah panjang yang sedang, seperti‫قاتل‬

13. Kasroh panjang yang tipis, seperti‫دين‬

14. Kasroh panjang yang tebal, seperti‫طين‬

15. Kasroh panjang yang sedang, seperti‫غيبة‬

16. Domah panjang yang tipis, seperti ‫مقتول‬

17. Domah panjang yang tebal, seperti‫مغضوب‬

18. Domah panjang yang sedang, seperti ‫مأخوذ‬

114
Fungsi Pragmatika Intonasi

Bunyi vokal bahasa arab dilihat dari segi panjang,


pendeknya terbagi menjadi dua bagian:

1. Vokal pendek yaitu domah pendek, kasroh


pendek, fathah pendek. Yang dapat kita jumpai
dalam kalimat ‫ ُكتِب‬. Jika para ahli fonetik
menamakan vokal panjang dengan sebutan mad,
maka vokal pendek disebut dengan harakat.
2. Vokal panjang yaitu terdapat dalam domah
panjang, fathah panjang, kasroh panjang. Para
ulama ahli bahasa arab menamakan vokal panjang
dengan huruf mad yang terdiri dari tiga, yaitu alif
yang didahului oleh fathah seperti ‫اء‬ggg‫ ج‬,‫ام‬ggg‫ق‬
kemudian wawu yang didahului oleh dhommah
Seperti ‫ ُكونوا صابرين‬dan yang terakhir adalah ya
yang didahului oleh kasroh sepert ‫ مؤمنين‬,‫ ألِ ْي ًما‬.

Selain itu vokal pendek dan panjang terdapat


perbedaannya. Berikut ini Tanda baca vokal ada: dhamah
(‫)ـِــ‬,  fathah (‫)ـَــ‬, dan kasrah (‫)ـِــ‬. Masing-masing tanda
memberikan vokal  vokal "u" ( ُ‫ ف‬/fu/), "a" (‫ َم‬/ma/), dan
vokal "i" (ِ‫ ك‬/ki/).Huruf vokal dari huruf hijaiyah, yaitu: , ‫و‬
‫ ي‬, ‫ا‬. Ketiga huruf tersebut apabila bertanda baca diam
atau sukun (‫ )ـْــ‬dan bertemu dengan tanda
baca pasangannya pada huruf sebelumnya, akan
menghasilkan vokal panjang. Pasangan vokal:            
          1. wau (‫ )و‬dengan dhamah (‫)ـُــ‬
         2. alif (‫ )ا‬dengan fathah (‫)ـَــ‬ 

115
Fungsi Pragmatika Intonasi

         3. ya  (‫ )ي‬dengan kasrah (‫)ـِــ‬


Dengan demikian, dalam sudut pandang ini
terdapat enam buah vokal, yaitu kasrah pendek, dhammah
pendek, fathah pendek, domah panjang, fathah panjang,
dan kasrah panjang. Berikut merupakan sudut pandang
tentang vokal arab.

Vokal bahasa arab dilihat dari segi bulatnya mulut


ketika melafalkannya terbagi menjadi dua bagian:
1.Vokal bulat yaitu vokal ketika melafalkannya
mulut menjadi bulat, yaitu domah panjang dan
domah pendek. Dalam hal ini ada yang bulat
terbuka seperti bunyi [ɔ], dan yang bulat tertutup
seperti bunyi [o] dan bunyi [u].

116
Fungsi Pragmatika Intonasi

2. Vokal tidak bulat yaitu vokal ketika dilafalkan


dua mulut tidak menjadi bulat. Terdapat diselain
domah pendek dan domah panjang. melainkan
terbentang melebar, seperti bunyi [i], bunyi [e],
dan bunyi [ɛ]
Berikut gambar yang menggambarkan
vokal bulat dan vokal tidak bulat:

Vokal bahasa arab dilihat dari segi terangkatnya


lidah didalam mulut terbagi menjadi tiga bagian:

1. Vokal tinggi yaitu vokal yang ketika dilafalkan


lidah terangkat keatas rongga mulut, yaitu domah pendek,
domah panjang, kasroh pendek, kasroh panjang.

117
Fungsi Pragmatika Intonasi

2. Vokal sedang yaitu vokal yang ketika dilafalkan


lidah terangkat ke lubang mulut yaitu terdapat dalam
fathah pendek.
3. Vokal rendah yaitu vokal yang ketika dilafalkan
lidah terdapat dibawah lubang mulut (tidak terangkat)
yaitu terdapat dalam fathah panjang.

Vokal dalam bahasa arab dilihat dari segi bagian


lidah yang terangkat ketika dilafalkannya terbagi menjadi
tiga bagian:

1. Vokal depan yaitu vokal yang ketika dilafalkan


pangkal lidah terangkat yaitu terdapat dalam kasroh
pendek, kasroh panjang, dan fathah panjang.
2. Vokal tengah yaitu vokal yang ketika
dilafalkannya tengah lidah terangkat yaitu terdapat dalam
fathah pendek.
3. Vokal belakang yaitu vokal yang ketika
dilafalkan ujung lidah menjadi terangkat. Terdapat dalam
domah pendek dan domah panjang.

C. Macam-Macam BUNYI-BUNYI VOKAL :

Dalam bahasa Indonesia dikenal 8 (delapan) bunyi


vokal yakni, [i, a, u, o,e] berikut merupakan gambar
bunyi-bunyi vokal beserta penjelasannya lebih lanjut
berikut ini :

118
Fungsi Pragmatika Intonasi

Huruf Vokal Posisi Awal Posisi Tengah Posisi Akhir

A api padi lusa

e* enak petak sore

ember pendek -

emas kena tipe

I itu simpan murni

O oleh kota radio

U Ulang bumi ibu

A. Bunyi Vokal [ I ]

i adalah alofon dari fonem yang dipakai kalau


bunyi vokal itu relatif pendek. Dalam mengucapkan bunyi
ini, posisi umum dari lidah dan bibir adalah mengambil
posisi lebih rendah dan ditarik kedalam.

Misalnya : [ini ]

[ ubi ]

[ bini ]

B. Bunyi Vokal [ E ]

Posisi lidah dalam pembentukan [ e ] yang paling


utama ditunjukkan oleh titik [ . ] di bawah ini tentang
pembentukannya :

119
Fungsi Pragmatika Intonasi

1. Tinggi lidah : pertengahan antara setengah


tertutup dengan setengah terbuka.

2. Bagian lidah : diangkat ke depan.

3. Posisi bibir : tidak bulat atau netral.

4. Celah antara rahang : sedang

Misalnya : [ pete ]

[ cabe ]

[ sate ]

C. Bunyi Vokal [ A ]

Posisi lidah pembentukan bunyi [ A ] adalah


sebagai berikut :

1. Posisi lidah : pertengahan antara setengah


tertutup dengan setengah terbuka dan posisi bundar.

2. Bagian lidah depan lidah turun : depan.

3. Posisi bibir : bulat (bundar)

4. Celah antara rahang : sedang.

Misalnya : [ kami ]

[ bias ]

D. Bunyi Vokal [ U ]

Posisi lidah pada pembentukan vokal ini adalah


lebih tinggi dan maju. Bibir bulat dan cukup dekat dan

120
Fungsi Pragmatika Intonasi

sedikit tertutup. Berikut Deskripsi pembentukannya:

1. Bagian lidah yang lebih tinggi : bagian depan


dan belakang.

2. Posisi bibir : bulat agak tertutup.

3. Celah di antara rahang : pertengahan. Ujung


lidah umumnya agak ditarik dari gigi depan, bawah :
langit-langit lembut diangkat dan pita suara bergetar.

Misalnya : [ buku ]

[ ibu ]

E. Bunyi Vokal [ o ]

Posisi alat artikulator pada pembentukan bunyi


[ o ] dapat dilihat :

1. Tinggi lidah pertengahan antara setengah


tertutup dan setengah terbuka.

2. Bagian lidah diangkat : belakang

3. Posisi bibir : bulat.

4. Celah antara rahang : pertengahan

Dan berikut pembagian vokal menurut tebal,


tipisnya :

1. Vokal tebal/ mufakhomah yaitu apabila vokal


tersebut terdapat pada konsonan palatal yang 4 ,‫ط‬
‫ض‬, ‫ص‬, ‫ ظ‬seperti :

121
Fungsi Pragmatika Intonasi

2. Vokal semitebal yaitu terdapat pada konsonan


velar seperti ‫ ق‬,‫ خ‬,‫ع‬

3. Vokal tipis yaitu semua vokal yang terdapat


dalkonsonan seperti ‫سفر‬

C. Bunyi vokal diftong

Vokal (vowel) adalah bunyi bahasa yang


dihasilkan dengan getaran pita suara dan tanpa
penyempitan dalam saluran suara diatas glotis dan satuan
fonologis yang diwujudkan dalam lafal tanpa pergeseran
misalnya, (a,i,u,e,o).

diftong atau vokal rangkap karena posisi lidah


ketika memproduksi bunyi ini pada bagian awalnya dan
bagian akhirnya tidak sama. Ketidaksamaan itu
menyangkut tinggi rendahnya lidah, bagian lidah, dan
strikturnya. Namun bunyi yang dihasilkan bukan dua

122
Fungsi Pragmatika Intonasi

bunyi melainkan satu bunyi karena berada dalam satu


silabel. Contoh diftong dalam bahasa Arab adalah [au],
seprti terdapat dalam kata yaum. Contoh lain adalah bunyi
[ai] seperti terdapat dalam kata iftong ialah waktu
diucakannya bunyi bahasa posisi lidah yang satu dengan
yang lain saling berbeda. Perbedaan itu menyangkut tinggi
rendahnya lidah, bagian lidah yang bergerak, serta
strikturya (jarak lidah dengan langit-langit)

Berdasarkan perbedaanya itulah maka diftong


diklasifikasikan menjadi diftong naik dan diftong turun
dan diftong memusat.

1. Diftong Naik
Diftong naik adalah vokal yang kedua diucapkan dengan posisi
lidah lebih tinggi dari yang pertama. Posisi lidah semakin menaik
sehingga strikturnya semakin tertutup. Berdasarkan posisi di atas
diftong naik disebut juga sebagai diftong tertutup.
Bahasa Indonesia mempunyai tiga jenis diftong naik:

a. Diftong naik menutup maju (al) misalnya dalam kata :


pakai, lalai, nilai, sampai, pandal dll.

b. Diftong naik menutup maju (oi) misalnya pada kata :


amboi, angin sepoi-sepoi dll.

c. Diftong naik menutup mundur (au) misalnya pada kata :


saudara, saudagar, pulau, kacau, surau, dll.

2. Diftong Turun
Disebut diftong turun karena posisi bunyi pertama lebih tinggi
dari bunyi kedua.Dalam bahasa Indonesia tidak ada diftong
turun.Dalam bahasa Inggris ada dua jenis diftong turun, yaitu:

123
Fungsi Pragmatika Intonasi

a. Diftong turun membuka-memusat (uә), misalnya dalam


kata poor.

b. Diftong turun membuka-memusat (iә), misalnya dalam


kata ear.

3. Diftong memusat
Yaitu terjadi jika vocal kedua diacu oleh sebuah atau lebih
volak yang lebih tingggi, dan juga diacu oleh sebuah atau
lebih vocal yang lebih rendah. Diftong jenis ini terdapat di
dalam bahasa Inggris, seperti [oα]  contohnya  kata [more]
yang secara fonetis diucapkan dengan [moα]
maidan.

Terkadang bunyi vokal dalam kebanyakan bahasa


itu terdapat monoftong juga terkadang diftong dalam
bahasa inggris bunyi vokal diftong dapat kita ketahui.
Contohnya seperti far dan vokal diftong seperti fair.

Dalam bahasa Arab, diftong dikenal dengan


istilah nisful kharakat/semi vokal. Hal ini berarti bahwa ia
bukan sepenuhnya vokal (harakat) dan sekaligus bukan
sepenuhnya pula ia termasuk konsonan (huruf). Hal
tersebut terjadi karena dilihat dari proses fonasinya ia
mendapatkan hambatan yang berarti ia juga
memiliki makhraj khusus yang kedua hal ini melekat pada
ciri-ciri huruf.

124
Fungsi Pragmatika Intonasi

Akan tetapi jika kita cermati dari cara


pengartikulasiannya diftong tidak sampai sempurna
seperti halnya yang terjadi didalam huruf, bahkan lebih
mirip dengan penuturan vokal dari segi bentuk bibir
ketika mengucapkannya.Ibnu jizri memasukan diftong
kedalam kelompok sukun, karena menurut beliau bunyi
dalam bahasa Arab diklasifikasikan menjadi tiga
yaitu: huruf, harokat, sukun.

Adapun dalam bahasa indonesia dapat kita jumpai


seperti contoh nak dan vokal diftong contohnya naik.
Dalam bahasa arab seluruh ulama ahli aswat bersepakat
َ َ‫َجل‬
terhadap adanya bunyi vokal monoftong seperti – ‫س‬
‫ضرب‬.

Adapun dalam bunyi vokal diftong mereka


berbeda pendapat, bahwasanya dalam bahasa arab juga
terdapat bunyi vokal diftong seperti contoh dalam lafadz
‫ون‬gg‫ون – ب‬gg‫وت – ل‬gg‫( م‬aw), juga dalam lafadz ‫ل – بيت – ليت‬gg‫مي‬
( ay).Dan sebagian ulama ahli aswat berpendapat dan
pendapat mereka jelas, kuat, dan lebih utama.
Bahwasanya dalam bahasa arab tidak terdapat bunyi
diftong, karena vokal diftong yaitu vokal yang merupakan
satu kesatuan yang terdiri dari dua harokat. Adapun dalam
kalimat tadi bukanlah satu kesatuan, akan tetapi dua
vokal. Yang pertama berharakat dan yang kedua sukun.
( fathah + wawu dalam lafadz mautun, launun, baunun,

125
Fungsi Pragmatika Intonasi

dan fathah ditambah ya dalam lafadz mailun, laitun,


baitun.

Wawu dan ya terkadang keduanya berharakat dan


juga terkadang mati. Ibnu jizri memasukan diftong
kedalam kelompok sukun, karena menurut beliau bunyi
dalam bahasa Arab diklasifikasikan menjadi tiga
yaitu: huruf, harokat, sukun. iftong ialah waktu
diucakannya bunyi bahasa posisi lidah yang satu dengan
yang lain saling berbeda. Perbedaan itu menyangkut
tinggi rendahnya lidah, bagian lidah yang bergerak, serta
strikturya (jarak lidah dengan langit-langit)

Berdasarkan perbedaanya maka diftong


diklasifikasikan menjadi diftong naik dan diftong turun
dan diftong memusat:
1. Diftong Naik
Diftong naik adalah vokal yang kedua
diucapkan dengan posisi lidah lebih tinggi dari
yang pertama. Posisi lidah semakin menaik
sehingga strikturnya semakin tertutup.
Berdasarkan posisi di atas diftong naik disebut
juga sebagai diftong tertutup.Bahasa Indonesia
mempunyai tiga jenis diftong naik:

a. Diftong naik menutup maju (al) misalnya dalam


kata : pakai, lalai, nilai, sampai, pandal dll.

126
Fungsi Pragmatika Intonasi

b. Diftong naik menutup maju (oi) misalnya pada


kata : amboi, angin sepoi-sepoi dll.

c. Diftong naik menutup mundur (au) misalnya


pada kata : saudara, saudagar, pulau, kacau, surau,
dll.

2. Diftong Turun
Disebut diftong turun karena posisi bunyi
pertama lebih tinggi dari bunyi kedua.Dalam
bahasa Indonesia tidak ada diftong turun.Dalam
bahaa Inggris ada dua jenis diftong turun, yaitu:
a. Diftong turun membuka-memusat (uә),
misalnya dalam kata poor.

b. Diftong turun membuka-memusat (iә), misalnya


dalam kata ear.

3. Diftong memusat
Yaitu terjadi jika vocal kedua diacu oleh
sebuah atau lebih volak yang lebih tingggi, dan
juga diacu oleh sebuah atau lebih vocal yang lebih
rendah. Diftong jenis ini terdapat di dalam bahasa
Inggris, seperti [oα]  contohnya  kata [more] yang
secara fonetis diucapkan dengan [moα]

127
Fungsi Pragmatika Intonasi

Maka dari itu ulama ahli ashwat


menamainya dengan semi vokal. Adapun wawu
dan ya, keduanya menjadi konsonn ketika dalam
konteks berikut ini. (Basyar, 2000 M : 167, 168,
222 )

1. Jika wawu dan ya terletak di awal kalimat ( -َ‫َو َجد‬


‫)يَ ِج ُد‬

2. Jika wawu dan ya tersebut di ikuti oleh hakat


ِ َ‫ ز‬-‫)ح َوار‬
apapun ‫ قيام‬-‫اوية – تعاون‬ ِ )

3. Jika wawu dan ya tersebut mati setelah fathah (


‫)موت – بيت‬

Macam-macam diftong.Seperti yang telah


dipaparkan bahwa diftong juga dikenal dengan
istilah vokal rangkap karena ia terdiri dari dua
vokal akan tetapi membentuk satu bunyi karena
bunyi tersebut berada dalam satu silabel. Karena
terdiri dari dua vokal itulah nantinya kita bisa
membuat pengklasifikasian diftong. Dari sana kita
akan dapatkan macam-macam diftong nantinya.

Diftong sering dibedakan berdasarkan letak


atau posisi unsur-unsurnya.[8] Yang dimaksud
unsur-unsur tersebut ialah dua vokal yang
menyusun suatu diftong itu sendiri. Sedangkan

128
Fungsi Pragmatika Intonasi

yang dimaksud letak atau posisi disini adalah


tinggi rendahnya suatu vokal. Berikut gambaran
tingkatan posisi suatu vokal. Dari yang tertinggi ke
terendah.

D. fungsi vokal dalam sebuah bahasa ( linguistik)

Vokal mempunyai fungsi sebagai perubah makna


kalimat atau perbeaan suara yang mengakibatkan pebedaan
pada makna, seperti yang akan dijelaskan berikut:

- “ ‫ “حلم‬dengan mendomahkan ha’ tersebut


akan berbeda maknanya ketika ha’ nya
dikasrahkan. Serta lafadz “‫ “ حمل‬dengan
memfathahkan mimnya akan berbda
ketika mim nya dikasrah.
- Lafadz “‫“ بر‬ dengan megkasrahkan ba’
nya akan berbeda maknanya ketika ba’ nya
difathahkan atau didomahkan.
- Lafadz “‫مطر‬ “ dengan memfathah
pendekkan tha’ nya akan berbeda
maknanya ketika tha’ nya difathah
panjangkan. Sama berbedanya denga
lafadz “‫ “ قتل‬dengan memfathah pendekkan
qof dengan memfathah panjangkan qof
trsebut.
- Lafadz “ ‫ال‬gggggg‫ “ق‬dengan memfathah
panjangkan qof nya akan berbeda
maknanya ketika qof nya dikasrah panjang.

129
Fungsi Pragmatika Intonasi

Maka dari itu vokal merupakan bagian fonem


yang menjadi satuan terkecil dalam linguistik yang
tidak memiliki makna akan tetapi mampu merubah
makna atau menjadi pembeda makna dalam
sebuah kalimat. Dapat kita perhatikan dalam
contoh pertama, bahwasannya dommah dalam
lafadz “ ‫ “حلم‬dan kasrah dalam lafaz “ ‫“حلم‬
keduanya memiliki makkna yang berbeda. Sama
halnya dengan fathah dalam lafadz “‫ “ حمل‬dan
kasrah dalam lafadz “‫ “ حمل‬keduanya mempunyai
makna yang bebeda.

Vokal dalam bahasa arab dilihat dari segi


bagian lidah yang terangkat ketika dilafalkannya
Maka dalam hal ini, kita mesti hati-hati
bahwasannya vokal yang berperan diwilayah
fonem terdapat 6 dasar bunyi ( fathah pendek,
fathah panjang, kasrah pendek, kasrah panjang,
domah pendek, dan domah panjang). Adapun
vokal dilihat dari segi tipis, tebal dan sedangnya,
bukan merupakan tugas fonem , karena tidak
menjadi pembeda makna diantara kalimat.
Berbeda antara lafadz “ ‫ “ طال‬, “‫ “بال‬, dan “‫ال‬gg‫”ق‬,
perbedaan tersebut bukan di sebabakan harokat
yang terdapat dalam kalimat tersebut (fathah
panjang tipis dalam lafadz “‫ ”بال‬, fathah panjang
tebal daam lafadz”‫ال‬gg‫”ط‬, dan fathah panjang

130
Fungsi Pragmatika Intonasi

sedang dalam lafadz “‫)”قال‬, akan tetapi perbedaan


tersebut di sebabkan karena perbedaan vokal yang
terdapat dalam kalimat tersebut ( [‫ ]ب‬lafadz “,”‫بال‬
]‫ [ط‬lafadz “‫”طال‬, dan [‫ ]ق‬lafadz “‫)”قال‬, begitu juga
berbeda diantar kalimat “‫”صم‬,”‫”دم‬, dan “‫”قم‬, bukan
disebabkan prbedaan harokat akan tetapi
disebabkan perbedaan vokal dalam kalimat
tersebut (domah pendek tipis lafadz “‫”دم‬, dommah
tebal lafdz “‫”صم‬, dan dommah sedang lafadz “‫)”قم‬.

Begitu juga perlu diperhatikan bahwasanya


bunyi vokal dalam konteks nahwu ( gramer) yang
baku, itu mengeluarkan fungsi fonem untuk
melangsungkannya fungsi dari morfin. Jika vokal
berfonem tidak membawa dan merubah makna, itu
dikarenakan adanya morfhin yang membawanya
pada makna yang telah lain yang telah ditentukan.
ُ
Seperti dalam kata kerja (fiil) berikut ini ( ‫كتبت‬ ,‫كتبت‬
‫ت‬
ِ ‫( كتب‬, maka makna dari kata tersebut berbeda
secara grammer karena perbedaanya harkat yang
terkandungnya sehingga membawanya pada
makna lain yang berbeda. Adapun dhomah
menunjukan pada(‫ذكر‬gg‫رد الم‬gg‫ )المتكلم المف‬, dan pada
menunjukan pada (‫) المخطب المفرد المذكر‬, dan kasrah
menunjukan pada(‫)المخطب المفرد المؤنث‬

Berikut merupakan gambarannya :

131
Fungsi Pragmatika Intonasi

132
Fungsi Pragmatika Intonasi

BAB VII

SUKU KATA

Oleh : Nurlaeli Pratiwi

133
Fungsi Pragmatika Intonasi

A. Pengertian

Silabel atau suku kata itu adalah satuan ritmis terkecil dalam
suatu arus ujaran atau runtutan bunyi ujaran. Satu silabel biasanya
meliputi satu vocal, atau satu vocal dan satu konsonan atau lebih.
Silabel sebagai satuan ritmis mempunyai puncak kenyaringan
atau sonoritas yang biasanya jatuh pada sebuah vocal.
Kenyaringan atau sonoritas, yang menjadi puncak silabel terjadi
karena adanya ruang resonasi berupa rongga mulut, rongga
hidung, atau rongga-rongga lain didalam kepala dan dada. 18

Suku kata juga adalah satu fonem atau lebih yang ditandai
oleh satu puncak kenyaringan fonem yang terletak pada vokal.
Setiap kata yang kita ucapkan umumnya dibangun oleh bunyi-
bunyi bahasa baik berupa bunyi vokal konsonan maupun berupa
bunyi semi konsonan.kata yang dibangun tadi dapat terdiri atas
satu segmen atau lebih. Didalam kajian fonologi segmen tersebut
disebut suku. Suku kata merupakan bagian atau unsure
pembentuk suku kata. Setiap suku paling tidak harus terdiri atas
sebuah bunyi vokal atau merupakan gabungan antara bunyi vokal
dan konsonan.

Bunyi vokal dalam sebuah suku kata merupakan puncak


penyaringan atau sonority, sedangkan bunyi konsonan bertindak
sebagai lembah suku. Di dalam sebuah suku hanya ada sebuah
puncak suku dan puncan iniditandai dengan bunyi vokal. Lembah
suku yang ditandai dengan bunyi konsonan bisa lebih dari satu
jumlahnya. Bunyi konsonan yang berada di depan bunyi vokal
18
Abdul Chaer, Linguistik umum (Jakarta : Rineka Cipta, 2007), 18

134
Fungsi Pragmatika Intonasi

disebut tumpu suku, sedangkan bunyi konsonan yang berada di


belakang bunyi disebut koda suku. Jumlah suku didalam sebuah
kata dapat dihitung dengan melihat jumlah bunyi vokal yang ada
dalam kata itu. Dengan demikian, jika ada kata yang berisi tiga
buah bunyi vokal maka dapat ditentukan bahwa kata itu terdiri
atas tiga suku kata saja. Misalnya kata teller adalah kata yang
terdiri atas dua suku (te) dan (ler) masing-masing suku berisi
sebuah bunyi vokal yaitu bunyi (e).

Dalam penguraian kata atas suku-sukunya ada beberapa hal


yang mesti diperhatikan, antara lain :

1. jika sebuah konsonan diapit dua vokal maka konsonan tersebut


ikut vokal dibelakangnya. Contoh : ibu menjadi I – bu

2. awalan dan akhiran harus dituliskan tercerai dari kata dasarnya.

Contoh :

a) pelaksanaan, menjadi pe – lak – sa – na – an

b) memerbaiki, menjadi mem – per – ba – ik – i

3. jika dua konsonan diapit dua vokal maka kedua vokal tersebut
harus diceraikan

Contoh :

a) Anda menjadi an – da

b) bantu menjadi ban - tu

Untuk memahami tentang suku kata ini, para linguis atau


fonetisi berdasarkan pada dua teori, yaitu teori sonoritas, dan

135
Fungsi Pragmatika Intonasi

teori prominans. Teori sonoritas menjelaskan bahwa suatu


rangkaian bunyi bahasa yang diucapkan oleh penutur selalu
terdapat puncak-puncak kenyaringan (sonoritas) diantara bunyi-
bunyi yang diucapkan. Puncak kenyaringan ini ditandai dengan
denyutan dada yang menyebabkan paru-paru mendorong udara ke
luar. Satuan kenyaringan bunyi yang diikuti dengan satuan
denyutan dada yang menyebabkan udara keluar dari paru-paru
inilah yang disebut satuan silaba atau suku kata.19

Misalnya, ucapan kata bahasa Indonesia (mₔndaki) terdiri


atas tiga puncak kenyaringan yang ditandai dengan tiga denyutan
dada ketika kata itu diucapkan. Puncak kenyaringan itu adalah [ₔ]
pada [mₔn], [a] pada [da], dan [i] pada [ki]. Dengan demikian kata
[mₔndaki] mempunyai tiga suku kata. Suku kata pertama berupa
bunyi sonor [ₔ] yang didahului kontoid [m] dan diikuti kontoid
[n], suku kata kedua berupa bunyi sonor [a] yang didahului
kontoid [d] dan suku kata ketiga berupa bunyi sonor [i] yang
didahului kontoid [k].

Teori prominans menitikberatkan pada gabungan sonoritas


dan ciri-ciri suprasegmental, terutama jeda. Ketika rangkaian
bunyi itu diucapkan, selain terdengar satuan kenyaringan bunyi
juga terasa adanya jeda diantaranya, yaitu kesenyapan sebelum
dan sesudah puncak kenyaringan. Atas anjuran teori ini, batas
diantara bunyi-bunyi puncak itu diberi tanda tambah [+]. Jadi,
kata [mendaki] ditranskripsikan menjadi [mₔn+da+ki]. Ini berarti,

19
Masnur Muslich, Fonologi bahasa Indonesia ( Jakarta : PT : Bumi Aksara),
73

136
Fungsi Pragmatika Intonasi

kata tersebut terdiri atas tiga suku kata. Dan, dari sinilah silabisasi
bisa diterapkan secara fonetis.

Berdasarkan teori sonoritas dan teori prominans diketahui


bahwa sebagian besar struktur kata terdiri atas satu bunyi sonor
yang berupa vokoid, baik tidak didahului dan diikuti kontoid,
didahului dan diikuti kontoid, didahului kontoid saja, atau diikuti
oleh kontoid saja. Pernyataan itu bisa dirumuskan sebagai berikut
:
(C) V (C) (‫ح (ص) ) ص‬
/

Keterangan

1. Vocal )V) / (‫ )ح‬Merupakan unsur yang harus ada pada setiap


suku kata, yaitu mewakili inti suku kata (Neucleus/nuklus) yang
ada pada setiap suku kata. Pada setiap suku kata terdapat satu
vocal saja baik vocal pendek ( fathah, kasrah, dhommah )
maupun vocal panjang (fathah panjang, kasrah panjang,dhommah
panjang).

2. konsonan (c) / (‫ )ص‬berada pada suku kata yang tidak tetap.


Konsonan dianggap margin dalam sebuah suku kata. Terkadang
ia berada sebelum dan sesudah inti suku kata (Neuclus/nuklus)
dan terkadang berada sebelum inti suku kata (Neuclus/nuklus)
saja. Konsonan yang terletak sebelum inti suku kata
(Neuclus/nuklus) disebut margin pertama (Onset) dan konsonan
yang terletak sesudah inti suku kata (Neuclus/nuklus) disebut
margin kedua (Coda/koda). Jumlah onset dan koda dalam
berbagai macam bahasa rentang antara 0 sampai 3. Dalam bahasa

137
Fungsi Pragmatika Intonasi

inggris, terkadang onset terdiri dari tiga konsonan seperti pada


kata strategi dan skripsi dan terkadang koda terdiri dari tiga
konsonan seperti pada kata night dan flight.

Dalam bahasa arab (kedudukan mayoritas berbagai bahasa)


suku kata terdiri dari satu vocal baik vocal pendek maupun vocal
panjang. Setiap vocal didahului oleh konsonan dan tidak ada
vocal yang terlewat diawal suku kata atau yang dimaksudkan
adalah tidak ditemukan suku kata dalam bahasa arab yang diawali
vocal. Adapun yang sesuai dengan margin itu termasuk fitur-fitur
suku kata dalam bahasa arab bahwa onset tidak menambah bunyi
satu konsonan dan koda tidak menambah dua bunyi konsonan.
Sebagaimana dijelaskan dalam tabel dibawah ini

Suku Kata Bent Onse Nuklu Koda


uk t s
َ
‫ ك‬pada ‫ك َت َب‬ CV ‫ك‬ Fathah -

َْ
ْ‫ َتك‬pada ‫تك ُت ُب‬ CVC ‫ت‬ Fathah -

‫ َكا‬pada ‫كاتب‬ CVV ‫ك‬ Fathah ‫ك‬


panjang

‫ ميم‬Pada ‫ح ِميم‬ CVVC ‫م‬ Kashrah ‫م‬


panjang

ْ‫قلب‬Ketika CVCC ‫ق‬ Fathah ‫ب‬/‫ل‬


diwaqafkan

‫ا ّر‬gggggggggg‫ض‬
َ Ketika C V V C ‫ض‬ Fathah ‫ر‬/‫ر‬

138
Fungsi Pragmatika Intonasi

diwaqafkan C panjang

B. Macam-macam suku kata

Suku kata dari segi bunyi yang berhenti (bunyi akhir) terbagi
menjadi dua macam, yaitu

1. Suku kata terbuka (‫)المقطع المنفتح‬

Yaitu suku kata yang berhenti pada vocal pendek atau


panjang. Pada vocal pendek seperti : (‫س‬/‫ر‬/‫ )د‬pada ‫ درس‬, pada
vocal panjang seperti (‫)في َما ال‬

2. Suku kata tertutup (‫)المقطع المنغلق‬

Yaitu suku kata yang berhenti pada satu huruf konsonan atau
dua huruf konsonan. Berhenti pada satu huruf konsonan seperti (
‫ ) ِم ْن َم ْن لَ ْم‬. Berhenti pada dua huruf konsonan seperti ( ، َ‫ َأ ْنت‬,‫)قَ ْل ْببِ ْنت‬

Suku kata terbuka dan tertutup dalam bahasa Indonesia

1) suku kata terbuka adalah suku kata yang diakhiri oleh vokal A,
I, U, E, O

Contoh : Aku, ubi, saya, mereka, bola

2) suku kata tertutup adalah suku kata yang diakhiri oleh


konsonan

Contoh : kambing, untuk, rumah, pokok

Suku kata ditinjau dari segi panjang dan pendeknya terbagi


menjadi dua macam yaitu :

139
Fungsi Pragmatika Intonasi

1. Suku kata pendek ( ‫) القصيرالمقطع‬

Yaitu suku kata yang berhenti pada vocal yang pendek


seperti /‫ َس َد‬/‫َر‬

2. Suku kata panjang ( ‫) الطويلالمقطع‬

Yaitu suku kata yang berhenti pada vocal yang panjang


seperti ‫ فِ ْي‬atau pada satu konsonan seperti ( ‫ ِم ْن‬،‫)ع َْن‬

Suku kata ditinjau dari segi tekanannya terbagi menjadi dua


macam, yaitu :

1.Suku kata yang ditekankan,

Yaitu suku kata yang menerima tekanan utama dalam kata.


Dengan demikian lebih jelas dan lebih muncul suaranya dari sisa
suku kata dalam sebuah kata. Dan dalam satu kata hanya ada satu
suku kata yang ditekankan. Pada kata ‫تغفر‬g‫ اس‬bagian suku kata
yang kedua (‫ )تغ‬suku kata yang ditekankan satu.

2. Suku kata yang tidak ditekankan

Yaitu suku kata yang menerima tekanan tidak utama, dan menjadi
sedikit jelas dan lebih lemah suaranya dari suku kata yang ditekankan
dan dia mewakili dalam seluruh suku kata kecuali suku kata yang
ditekankan. Pada kata ‫ استغفر‬bagian suku kata yang pertama ( ْ‫)اِس‬
yang ketiga ( َ‫)ف‬ yang keempat (‫ )ر‬suku kata yang tidak
ditekankan.

C. Simbol-simbol Syllable / suku kata

140
Fungsi Pragmatika Intonasi

Dalam analisis suku kata menggunakan symbol-simbol yang


merupakan lambang dari konsonan dan vocal yang merupakan
unsure dari kalimat tersebut. Pada umumnya analisis suku kata
menggunakan symbol (C) untuk konsonan dan (V) untuk vocal
latin, atau ‫ ص‬untuk konsonan dan ‫ ح‬untuk vocal dalam bahasa
arab. Analisis suku kata biasanya menggunakan simbol-simbol
sebagai berikut

‫ص‬ : satu bunyi konsonan (C)

‫ ص ص‬: dua bunyi konsonan (CC)

‫ح‬ : satu vocal pendek (V)

‫حح‬ : dua vokal : ‫( ا و ي‬VV)

D. Karakteristik suku kata dalam bahasa arab

Para peneliti menunjukkan pada bidang atau ahli aswat


bahasa arab kepada kelompok dari karakteristik umum untuk
suku kata bahasa arab, diantaranya sebagai berikut

1. Suku kata bahasa arab terdiri paling sedikit dari dua unit bunyi
konsonan dan vokal (CV) dan paling banyak terdiri dari lima
unit bunyi (CVVCC).

2. Suku kata bahasa arab tidak terlepas dari vokal.

141
Fungsi Pragmatika Intonasi

3. Suku kata bahasa arab tidak diawali dengan vokal seperti yang
ditemukan dalam bahasa inggris (art, ill, upp) dalam bahasa
Indonesia (alam, ikan, ubi).

4. Suku kata dalam bahasa arab selalu diawali dengan konsonan


dan diikuti dengan vokal.

5. Suku kata dalam bahasa arab tidak diawali dua konsonan yang
berurutan seperti yang ditemukan dalam bahasa inggris
( street, practice) atau dalam bahasa indonesia (praktek) atau
dalam bahasa jawa (mlaku). Jelas sesuatu menunjukkan
ketidakadaan posisi dua konsonan pada permulaan kata-kata
bahasa arab yaitu adanya hamzah washol dipermulaan kata
kerja perintah seperti (‫ )اجلس‬pengganti dari ( ْ‫)جْ لِس‬.

6. Suku kata dalam bahasa arab tidak diakhiri dengan dua bunyi
konsonan kecuali dalam keadaan waqaf atau pengabaian bunyi
akhir kata.

7. Suku kata bahasa arab terkadang terdiri dari dua vokal yang
berurutan.

Suku kata dalam fitur-fitur ini terkadang terdaftar dalam kata


dalam jumlah paling sedikitnya yaitu satu suku kata yang disebut
dengan “Satu kata” dan terkadang juga terdaftar dalam jumlah
paling banyaknya yaitu tujuh suku kata yang disebut dengan
“tujuh kata” . Adapun satu suku kata seperti : ‫ ضار‬,ّ‫ بر‬,‫ دين‬,‫ لم‬,‫ال‬
ُ ‫ َك‬+ ‫ َف‬+ ‫س َي ْك‬
ُ ‫ه‬+ َ ُ َُُ َْ َ َ
َ + ‫(ف‬
adapun tujuh suku kata seperti )‫م‬+ ‫فس يك ِفيكهم‬

suku kata terbanyak dalam bahasa arab dan tidak ditemukan kata

142
Fungsi Pragmatika Intonasi

yang terdiri dari delapan suku kata atau lebih . dibawah ini kata-
kata bahasa arab sesuai dengan jumlah suku kata.

1. Kata bersuku kata satu seperti : ‫ قم‬,‫ لم‬,‫ ال‬,‫ َمن‬,‫ ِمن‬,‫فِ ْي‬,‫ما‬

2. Kata bersuku kata dua seperti : ‫ اجلس‬,‫ مات‬,‫ متى‬,‫ على‬,‫ادخل‬

3. Kata bersuku kata tiga seperti : ,‫ مسلم‬,‫ مسح‬,‫ مسجد‬,‫ قاتل‬, ‫صابرون‬
‫مستشفى‬

4. Kata bersuku kata empat seperti : ,‫ كرَّاسة‬,‫ مح َّمد‬,‫اجتهد‬,‫ مكتبة‬,‫خالصة‬


‫استغفار‬

ٌ
5. Kata bersuku kata lima, seperti : ‫متشابهات‬ ُ
,‫مالحضات‬

6. Kata bersuku kata enam, seperti : ‫ متثابهلت‬,‫مالحضاتكم‬

7. Kata bersuku kata tujuh, seperti : ‫ فَ َسيَ ْكفِيِهُ ُم‬,‫مالحضاتهن‬


ّ

E. Pola-pola dalam suku kata dalam bahasa arab jumlah suku kata
pada bahasa Indonesia, dan aturan pemenggalan atau penyukuan
kata

Menurut karakteristik umum yang telah dituturkan, maka


kebanyakan jumhur atau peneliti dan pengajar bunyi bahasa
sepakat bahwa suku kata dalam bahasa arab mempunyai 6 pola
atau bentuk. Tetapi mereka berpendapat dalam
mengklasifikasikan dan menamai suku kata bahasa arab tersebut.
Berikut ini konsep pengklasifikasian suku kata yang dituturkan
oleh Kamal Basyar ( 200 : 510 ) . pendapat ini merupakan
pendapat yang paling simpel dan paling jelas. Dalam
pengklasifikasian suku kata bahasa arab :

143
Fungsi Pragmatika Intonasi

1. Suku kata pendek yang memiliki satu pola :

 )CV / (‫ ص ح‬Seperti
- Suku kata yang ketiga “‫ ) ”كتب‬ka + ta + ba)
- ْ َ‫( كتب‬ka + ta +
Suku kata yang pertama dan kedua “" ‫ت‬
bat)
- Suku kata yang kedua dan ketiga “ "‫( يكتب‬yak + tu +
bu)
2. Suku kata tengah yang memiliki dua pola :
 )CVC / (‫ ص ح ص‬Seperti
- Suku kata yang pertama “‫( ”تكتب‬tak + tu + bu)
- Suku kata yang kedua “ َ‫( ” َكتَبْت‬ka + tab + ta )
- ْ َ‫( ” َكتَب‬ka + ta + bat)
Suku kata yang terakhir “‫ت‬
 )CVV / ‫ (ح حص‬seperti
- Suku kata yang pertama “‫( ”قابل‬qaa + ba + la)
- Suku kata yang kedua “‫( ”يقابل‬yuu + qaa + bi + lu)
- Suku kata yang terakhir “‫( ”جلسا‬ja + la + saa)
3. Suku kata panjang yang memiliki tiga pola
 )CVVC / (‫ ص ح ح ص‬Seperti
- Suku kata yang pertama “‫( ”ضالين‬daal + liin)
- Suku kata yang kedua “ ُّ‫( ”يُضار‬yu + daar + ra)
- Suku kata yang terakhir “‫( ”حميم‬ha + miim) dalam
keadaan berhenti atau mengabaikan I’rob.
 (CVCC / ‫ )ص ح ص ص‬dalam keadaan berhenti :
- “‫”ب ّر‬ (barr)
- “‫”بِ ّر‬ (birr)
- “‫”بُ ّر‬ (burr)

144
Fungsi Pragmatika Intonasi

- “‫”قلب‬ (qalb)
- “‫”مد‬ (madd)
- “‫”شمس‬ (Syams)
 (CVCC C / ‫ ) ح ح صصص‬dalam keadaan berhenti :
- Suku kata yang satu “‫( ”ضا ّر‬daarr)
- Suku kata yang akhir “‫( ”مهام‬ma + haam)
- Suku kata akhir “‫( ”يضا ّر‬yuu + daar)

Jumlah suku kata pada bahasa indonesia

Setiap kata dalam bahasa Indonesia memiliki suku kata yang


berbeda-beda :

1) terdiri dari satu suku kata, contoh : cat, bor, bom, lap

2) terdiri dari dua suku kata. Contoh : pa –gi , ru – mah, a – ku ,


ka – mu

3) terdiri dari tiga suku kata, contoh : me – re – ka, ke – ma – ri,


sa – ra – pan

4) terdiri dari empat suku kata, contoh : tu – na – wis – ma, da –


sa –war – sa

5) terdiri dari lima suku kata, contoh : pra - mu – ni – a – ga, dar


– ma – wi –sa - ta

Pola suku kata dalam bahasa Indonesia


Jika jumlah suku dan penentuan suku pada sebuah kata
daapt ditentukan, maka untuk mengetahui pola persukuannya
amat mudah. Pola persukuan diambil dengan merumuskan setiap

145
Fungsi Pragmatika Intonasi

suku kata yang ada dalam kata. Bunyi vokal (V) dan bunyi
konsona (K) serta bunyi semi konsonan akan menjadi rumusan
pola disetiap suku. Di dalam bahasa Indonesia ditemukan kata-
kata yang setiap sukunya bisa hanya berupa sebuah bunyi vokal,
bunyi vokal dengan bunyi semi konsonan, satu vokal dengan
sebuah bunyi semi konsonan, satu vokal dengan sebuah bunyi
konsonan dan sebuah vokal dengan dua buah bunyi konsonan.
Berdasarkan ketentuan inilah, maka didalam bahasa Indonesia
ditemukan beberapa jenis pola persukuan. Jenis-jenis pola
persukuan ini daapt dilihat dibawah ini
1.suku kata berpola V, suku kata ini dibangun oleh sebuah
bunyi vokal saja sebagai puncak
contoh : l bu (I) + (bu)
anak (a) + (nak)
2. suku kata berpola VK, suku ini dibangun oleh sebuah bunyi
vokal sebagai puncak dan sebuah bunyi konsonan sebagai kode
contoh : antar (an) + (tar)
indah (in) + (dah)
3.Suku kata berpola KV, suku ini dibangun oleh sebuah bunyi
konsonan, sebagai tumpu suku dan sebuah bunyi vokal sebagai
puncak
Contoh : Punah (pu) + (nah)
Mual (mu) + (al)
4.Suku kata yang berpola KVK, suku ini dibangun oleh sebuah
bunyi konsonan sebagai tumpu suku, sebuah bunyi vokal ,
sebagai puncak sebuah bunyi konsonan sebagai koda suku.
Contoh : pindah (pin) + (dah)

146
Fungsi Pragmatika Intonasi

Takdir (tak) + (dir)


5. Suku kata yang berpola KKV, suku ini dibangun oleh dua
buah bunyi konsona sebagai tumpu suku dan sebuah bunyi vokal
sebagai puncak suku
Contoh :drama (dra) + (ma)
Gratis (gra) + (tis)

6.Suku kata yang berpola KKVK, Suku ini dibangun oleh dua
buah bunyi konsonan yang bertindak sebagai tumpu suku, sebuah
bunyi vokal sebagai puncaknya dan sebuah bunyi konsonan
sebagai koda suku

Contoh : praktik (prak) + (tik)

Drastis (dras) + (tis)

7.Suku kata yang berpola ½ KV ,Suku ini dibangun oleh sebuah


bunyi semi konsonan sebagai tumpu suku dan sebuah bunyi vokal
sebagai puncak

Contoh : wajah (wa) + (jah)

Yakin (ya) + (kin)

8. Suku kata yang berpola ½ KVK, yaitu sebuah suku kata yang
dibangun oleh bunyi semi konsonan sebagai tumpu suku, sebuah
bunyi vokal sebagai puncak dan sebuah bunyi konsonan sebagai
koda suku.

Contoh : waktu (wak) + (tu)

Sawah (sa) + (wah)

147
Fungsi Pragmatika Intonasi

9.Suku kata yang berpola KKVKK , yaitu sebuah suku kata yang
dibangun oleh dua buah bunyi konsonan yang bertindak sebagai
tumpu suku, sebuah bunyi vokal sebagai sonority dan dua buah
bunyi konsonan yang bertindak sebagai koda suku

Contoh : Transmigrasi (trans) + (mi) + (gra) + (si)

Bunyi yang paling banyak menggunakan ruang resonasi itu


adalah bunyi vokal, dan bukan bunyi konsonan. Karena itulah
yang dapat disebut bunyi silabis atau puncak silabis adalah bunyi
vokal. Umpamanya dan. Kata itu terjadi dari bunyi [d] , bunyi
[a], dan bunyi [n]. bunyi [d] dan [n] adalah bunyi konsonan,
sedangkan bunyi [a] adalah bunyi vokal. Bunyi [a] pada kata
[dan] itu menjadi puncak silabis dan puncak kenyaringan.

Aturan pemenggalan atau penyukuan kata dan kesalahan


pemenggalan kata
A. pemenggalan kata pada kata dasar
1) jika ditengah kata ada vokal yang berurutan, pemenggalan itu
dilakukan diantara kedua huruf vokal itu.
contoh : main dipenggal ma-in

2) Jika ditengah kata ada huruf konsonan termasuk gabungan


huruf konsonan, diantara dua huruf vokal, pemenggalan
dilakukan sebelum huruf konsonan
Contoh : su - lit, ba – pak
Ada beberapa kesalahan , contoh
Den-gan = de-ngan

148
Fungsi Pragmatika Intonasi

Pal-ing = pa-ling

3) jika di tengah kata ada dua huruf konsonan yang berurutan,


pemenggalan dilakukan diantara kedua huruf konsonan itu.
Gabungan huruf konsonan tidak pernah diceraikan
contoh : man – di, bang – sa, ap – ril
ada beberapa kata yang pemenggalannnya salah. Contoh
pro – gram = prog-ram
pent-ing = pen-ting
mi-tra = mit-ra
res-ponden = res-pon-den
raky-at = rak-yat

4) Jika ditengah kata terdapat tiga konsonan atau lebih,


pemenggalan dilakukan diantara huruf konsonan pertama dan
kedua
Contoh : bentrok menjadi ben – trok

5) suku kata yang berupa satu huruf vokal yang terdapat pada
awal atau akhir tema pokok. Contohnya amil, elaborasi, uiban,
via, dan vibrio tidak dipenggal (KBBI, 2005:xxvi). Mengacu
ketentuan tersebut penulis menemukan beberapa kesalahan
pemenggalan kata :
In-gin = ingin
Up-aya = upaya
Ay-at = ayat
In-ovasi = inovasi

149
Fungsi Pragmatika Intonasi

Am-at = amat
Iu-ran = iuran

B. Imbuhan akhiran dan imbuhan awalan


1) imbuhan awalan , ada beberapa kesalahan, contohnya
Be-rasal = ber-asal
Men-gajar = meng-ajar
Pen-ganggur = peng-anggur
Men-gatakan = me-ngatakan
Meny-atakan = me-nyatakan
Dim-ulai = di-mulai
2) imbuhan akhiran, ada ketentuan bahwa akhiran bisa dipenggal
kecuali akhiran i. contoh kesalahan pemenggalan kata yang
berakhiran
Tahu-nan = tahun-an
Uku-rannya = ukura-nnya
Contoh pemenggalan kata yang berakhiran –i
Mengiku-ti = meng-i-kuti
Melebi-hi = me-le-bihi
Terlindun-gi = ter-lin-dungi
3) pada kata yang berimbuhan sisipan
Pemenggalan kata dilakukan sebagai bagian dari kata dan tidak
diperhitungkan sebagai satu kesatuan. Contoh : ge – me – tar, te-
lun-juk

C. Pemenggalan kata-kata tertentu yang berasal dari bahasa arab


yang mengandung ain atau hamzah yang didahului oleh konsonan

150
Fungsi Pragmatika Intonasi

seperti al qur’an, bid’ah, juma’t dan mut’ah dipenggal sebagai


berikut al-qur-an, bid-ah, jum-at, mut-ah. (KBBI, 2005:xxvi)

F. Penerapan karakteristik unik bahasa arab dalam pengajaran


bahasa arab bagi non arab

Pada bagian ini penulis akan mengetengahkan beberapa ciri-


ciri khusus bahasa arab yang dianggap unik dan tidak dimiliki
bahasa-bahasa lain di dunia terutama bahasa Indonesia. Cirri-ciri
khusus ini perlu diketahui oleh para pengajar bahasa agar
memudahkannya dalam menyusun dan mengembangkan
berbagai strategi pembelajaran bahasa arab khususnya bagi non
arab. Ciri-ciri khusus tersebut dapat ditemui dalam aspek-aspek
bahasa sebagai berikut
1. aspek bunyi
Bahasa pada hakekatnya adanya bunyi, yaitu berupa
gelombang udara yang keluar dari paru-paru melalui pipa suara
dan melintasi organ-organ speech atau alat bunyi. Proses
terjadinya bahasa apapun di dunia ini adalah sama, maka tidak
asing apabila ada beberapa bunyi bahasa yang hamper dimiliki
oleh bebearapa bahasa di dunia seperti bunyi M, N, L, K, dan S.
bahasa arab sebagai salah satu rumpun bahasa semit, memilliki
cirri-ciri khusus dalam aspek bunyi yang tidak dimiliki bahasa
lain, terutama bila dibandingkan dengan bahasa Indonesia atau
bahasa-bahasa daerah yang banyak digunakan diseluruh pelosok
tanah air Indonesia. Ciri-ciri khusus itu adalah :
1. Vokal panjang dianggap sebagai fonem (‫ أ‬,‫ ي‬, ‫)أو‬

151
Fungsi Pragmatika Intonasi

2. Bunyi tenggorokan (‫ )أصوات الحلق‬yaitu ‫ ح‬dan ‫ع‬


3. Bunyi tebal (‫ )أصوات المطبقة‬yaitu ‫ ط‬,‫ ص‬,‫ض‬, dan ‫ظ‬
4. Tekanan bunyi dalam kata atau stress (‫)النبر‬
5. Bunyi bilabial dental (‫نان‬ggg‫فوى أس‬ggg‫)ش‬ yaitu ‫ ف‬dan untuk
mengetahui dimana letak ‫بر‬ggg‫ ن‬dalam suku kata, kita harus
mengetahui jenis syllable atau suku kata dalam bahasa arab. Ada
lima macam syllable atau ‫ مقطع‬yang berlaku dalam bahasa arab
fusha yaitu :
1. CV (‫ )ص ح‬seperti ‫ب‬
2. CVV (‫ )ص ح ح‬Seperti ‫فِي‬
3. CVC (‫ ) ص ح ص‬seperti ‫خل‬
4. CVVC (‫ )ص ح ح ص‬seperti ‫عين‬
5. CVCC (‫ )ص ح ص ص‬seperti ‫بنت‬
Untuk menentukan letak ‫ نبر‬dalam suatu kata , para ahli
berbeda pendapat, sebagai contoh menurut Ibrahim Anis letak ‫نبر‬
dalam suatu kata bahasa arab daapt dilihat dari macam atau jenis
suku kata atau syllable yang paling akhir dari kata itu. Bila suku
kata akhir itu berupa jenis keempat atau kelima ( CVVC atau
CVCC ) maka disitulah letak nabr nya . contoh : ‫ نستعين‬dan ‫مستقر‬
nabr nya ada pada suku kata ‫ عين‬dan ‫ ّرق‬.
Apabila suku kata terakhir dari jenis keempat atau kelima,
lihat suku kata sebelum akhir. Bila ia berupa jenis syllable kedua
atau ketiga (CVV atau CVC) maka disitu letak nabr nya. Contoh
pada kata ‫ استغفر‬dan ‫ يستحيل‬letak nabr nya pada suku kata ‫ حي‬dan
‫ تغ‬.

152
Fungsi Pragmatika Intonasi

Dan apabila suku kata sebelum akhir bukan dari jenis kedua
atau ketiga, artinya jenis pertama. Maka lihat kembali suku kata
ketiga dari akhir seperti pada kata ‫ جلس‬dan ‫اجتمعز‬
Menurut Brockelmann ,‫ نبر‬dalam kata bahasa arab bisa
diketahui dengan cara menelusuri jenis suku kata dari akhir
suatu kata sampai awal. Kapan kita menemui suku kata atau ‫مقطع‬
panjang yaitu jenis kedua, letiga, keempat, atau kelima dalam
kata itu maka disitulah nabr nya. Dan bila tidak ditemui suku
kata panjang pada kata tersebut berarti nabr nya ada pada suku
kata pertama dari depan dalam kata tersebut.

153
Fungsi Pragmatika Intonasi

BAB VIII

TEKANAN

Oleh : Sarah Yustika

A. Pengertian Tekanan

Tekanan (nabr) atau dalam bahasa Inggris


disebut stress adalah aktivitas seluruh organ bunyi
(speech organs) di waktu yang bersamaan. Pada saat

154
Fungsi Pragmatika Intonasi

pengucapan suku kata yang diberi tekanan, kita dapat


menyaksikan bahwa seluruh organ bunyi beraktivitas
secara penuh, dimana otot-otot paru-paru mengencang.
Demikian pula halnya dengan gerakan dua pita suara
(vocal cords), keduanya meregang dan saling mendekat
satu sama lain untuk meminimalisir kadar udara yang
keluar sehingga frekuensi getaran pun bertambah.
Efeknya, bunyi yang dihasilkan menjadi kuat dan jelas di
pendengaran. Situasi ini terjadi pada saat pengucapan
buny-bunyi bersuara (majhur). Sedangkan pada bunyi-
bunyi tak bersuara (mahmus), yang terjadi adalah
kebalikannya, yakni kedua pita suara saling menjauh lebih
daripada saat produksi bunyi tak bersuara yang tidak
ditekan. Karenanya kadar udara yang dikeluarkan relatif
lebih besar. 20

Selain itu, dapat ditemukan pula adanya aktivitas


yang ekstra dari organ-organ bunyi lain saat pengucapan
bunyi yang ditekan, seperti pada langit-langit (palate),
lidah (tongue), dan kedua bibir (lips). Lain halnya saat
produksi bunyi yang tidak mendapat tekanan, dimana
jarak antara kedua pita suara relatif melebar sehingga
tekanan udara pun ikut mengendor, dan pada gilirannya
frekuensi bunyi ikut berkurang. Hal yang sama juga
terjadi saat produksi bunyi tak bersuara, jarak kedua pita

20
Kholisin dan Yusuf Hanafi, Buku Ajar Fonologi Bahasa Arab,
(Malang: JSA FS UM, 2005), hlm. 68

155
Fungsi Pragmatika Intonasi

suara tidak terlalu lebar sehingga memungkinkan


keluarnya udara dalam kadar besar. Organ-organ bunyi
lain dalam situasi ini menjadi pasif dengan indikator
langit-langit yang tidak menutupi rongga hidung (nasal
cavity) secara maksimal seperti terjadi saat produksi bunyi
yag mendapat nabr (stress). Jika dapat dilihat posisi lidah
yang kurang stabil dan mapan, serta melemahnya
agresivitas gerak kedua lidah (lips). Imbasnya, bunyi yang
diproduksi pun tidak begitu jelas di pendengaran, bernada
rendah, dan sukar ditangkap dari jarak dimana bunyi yang
mendapatnabr (stress) dapat ditangkap dengan baik dari
jarak itu.  Biasanya, seseorang ketika bertutur cenderung
memberikan tekanan pada bagian tertentu dari kata-kata
yang diucapkannya. Tujuannya, untuk memperjelas
bagian-bagian itu di telinga pendengar. Tekanan inilah
yang diesbut dengan nabr atau stress.

Tekanan menyangkut masalah keras lunaknya


bunyi. Suatu bunyi segmental yang diucapkan dengan
arus udara yang kuat sehingga menyebabkan
amplitudonya melebar, pasti dibarengi dengan tekanan
keras. Sebaliknya, sebuah bunyi segmental yang
diucapkan dengan dengan arus udara yang tidak kuat
sehingga amplitudonya menyempit, pasti dibarengi
dengan tekanan lunak. Tekanan ini mungkin terjadi secara
sporadis, mungkin juga telah berpola, mungkin juga

156
Fungsi Pragmatika Intonasi

bersifat distingtif sehingga dapat membedakan makna,


mungkin juga tidak distingtif.21

Berbeda dengan nada, tekanan dalam tuturan


bahasa Indonesia berfungsi membedakan maksud dalam
tataran kalimat (sintaksis), tetapi tidak berfungsi
membedakan makna dalam tataran kata (leksis). Dalam
tataran kalimat tidak semua kata mendapatkna yang sama.
Hanya kata-kata yang dipentingkan atau dianggap penting
saja yang mendapatkan tekanan (aksen). Oleh karena itu,
pendengar atau 02 harus mengetahui maksud di balik
makna tuturan yang didengarnya.22

Menurut kamal basyar (2000:512) tekanan itu


adalah pelafalan satu suku kata pada sebuah kalimat
dengan pelafalan yang paling jelas dan yang paling nyata
atau tampak rasionya lalu pengertian diatas dijelaskan
(1973:162) bahwasanya dalam pelafalan antara satu suku
kata dengan suku kata yang lain itu berbeda-beda ada
yang kuat dan ada juga yang lemah maka bunyi atau
suku kata yang ditekan itu dilafalkan dengan memberikan
proporsi pelafalan yang lebih banyak dan alat ucap

21
Abdul Chaer, Linguistik Umum, (Jakarta: Rineka Cipta, 2007) , hlm.
120-121

22
Masnur Muslich, Fonologi Bahasa Indonesia: Tinjauan Deskriptif Sistem
Bunyi Bahasa Indonesia, (Jakarta: Bumi Aksara, 2012), hlm. 113

157
Fungsi Pragmatika Intonasi

dituntut untuk memberikan kekuatan lebih dalam


pelafalannya
Perhatikan contoh perbedaan antara kuat dan lemahnya
pada suku kata lafadz
)‫ب‬-‫ر‬-‫ضرب (ض‬
Dapat diamati bahwasanya suku kata pertama (‫ )ض‬itu
diucapkan dengan tekanan lebih dibandingkan suku kata
yang lain (‫ب‬-‫)ر‬

Menurut tamam hasan (1979:194) bahwasanya


tekanan itu adalah jelasnya pelafalan suatu bunyi atau
suku kata dibandingkan suku kata yang lain dalam sebuah
ucapan. Menurut manaf mahdi muhammad (1998:125)
tekanan itu adalah pelafalan satu suku kata yang
ditentukan dengan kekuatan pelafalan yang lebih besar
dibandingkan suku kata yang lain dalam sebuah kata atau
kalimat. Menurut kamal Ibrahim (1982:139) bahwasanya
tekanan itu adalah proporsi kekuatan yang diberikan
untuk melafalkan satu suku kata agar bisa didengar lebih
jelas dibandingkan suku kata yang lain. Menurut
Muhammad ali al-huli (1987:158) tekanan adalah proporsi
kekuatan pelafalan yang diberikan pada bunyi konsonan
dalam satu suku kata sebuah kalimat atau jumlah. Jadi
suku kata yang ditekan itu memerlukan tekanan pelafalan
yang lebih dibandingkan suku kata yang tidak ditekan.

158
Fungsi Pragmatika Intonasi

Berdasarkan pengertian diatas terdapat beberapa


perbedaan bentuk tekanan yang akan dijelaskan dalam
poin-poin berikut ini :
1. Tekanan itu terilustrasi dalam jelasnya pelafalan atau
jelasnya tekanan dalam satu suku kata sebuah kata
2. Tekanan itu terdapat dalam bunyi vocal bukan dalam
bunyi konsonan
3. Proporsi tekanan itu tidaklah mutlak, jika suku kata
pertama (‫ )ك‬dalam kata ‫ كتب‬itu merupakan suku kata
yang ditekan dan dilafalkan dengan kekuatan yang
paling besar dan paling jelas karna sesungguhnya (‫)ك‬
tersebut jika dibarengi dengan suku kata (‫ )ت( )ب‬yakni
bahwasanya suku kata (‫ )ك‬yang ditekan itu lebih jelas
terdengarnya dab lebih kuat pelafalannya
dibandingkan dua suku kata yang lainnya (‫ب‬,‫) ت‬
ketika pelafalan nya.
4. Tekanan itu terjadi dalam pelafalan sebuah suku kata
dengan mengerahkan tekanan yang lebih lebih dari
pembicara.

Dan diperjelas poin no. 4 tadi oleh muhammad ali


al-huli (1987:160) pada beberapa aktivitas fisiologi
yaitu :
 Aktifnya seluruh organ bicara yang terlibat
dalam pelafalan suku kata tersebut.

159
Fungsi Pragmatika Intonasi

 Aktifnya urat-urat paru-paru dengan bentuk


yang berbeda-beda untuk menahan udara
dengan aktifitas yang besar
 Kuatnya gerakan dua pita suara dan dua pita
suara tersebut memperluas getarannya, dan dua
pita suara tersebut sering saling berdekatan
pada saat melafalkan bunyi huruf yang bersifat
majhur (jelas) dan dua pita suara tersebut
saling berjauhan pada saat melafalkan bunyi
huruf yang bersifat mahmus (samar)
 Bertambahnya gerakan dua bibir jika
dikeduanya dilibatkan ketika pelafalan
 Bertambahnya power atau kekuatan urat-urat
organ bicara secara umum.

Adapun dalam keadaan suku kata yang tidak ditekan,


maka terjadi sebaliknya lemah dan kurang aktifnya organ
bicara, kurang meluasnya geratan bunyi, sedikitnya
tekanan udara yang keluar dari paru-paru, melemahnya
intensitas bunyi, dan kurang jelasnya (samar) bunyi
tersebut.

B. Tingkatan Tekanan
Dalam pelafalan setiap suku kata itu terdapat tingkatan
tekanan yang berbeda-beda yang tampak jelas dari segi
kuatnya pelafalan suku kata tersebut. Setiap satu suku

160
Fungsi Pragmatika Intonasi

kata itu mempunyai tingkatan tekanan yang sesuai, maka


dari itu, suku kata – suku kata sebuah kata itu tidak dalam
satu tingkatan yang sama dari segi tinggi dan jelasnya
bunyi huruf tersebut.

Ahli linguistik membaginya pada 4 (empat) tingkatan


dilihat dari segi kuatnya pelafalan sebuah bunyi :

1. Pertama yaitu tingkatan yang paling tinggi diberi tanda ‫ﺒ‬


/’/
2. Tekanan sekunder yaitu tingkatan ke dua dari segi
kekuatannya diberi tanda ‫ ﺒ‬/ ^/
3. Tekanan sedang, yaitu tingkatan yang ketiga dari segi
kekuatannya diberi tanda ‫ ألو‬g/’/ ‫ ﺒ‬atau tidak diberi tanda
sama sekali.
4. Tekanan lemah, yaitu tingkatan ke empat dari segi
kekuatannya diberi tanda ‫ ﺒ‬/ˇ/

Jika tingkatan tekanan diatas di aplikasikan pada sebuah


kalimat ‫ كيف حالك‬maka pembagiannya seperti berikut ini.

‫ڲ ف حا لك ؟‬

Catatan :

 Suku kata pertama( ‫ ) ڲ‬adalah tempatnya tekanan


pertama
 Suku kata ke dua( ‫ ) ف‬adalah tempatnya tekanan lemah
 Suku kata ke tiga (‫ )حا‬adalah tempatnya tekanan sekunder

161
Fungsi Pragmatika Intonasi

 Suku kata ke empat ( ‫ ) لك‬adalah tempatnya tekanan


sedang

Pembagian ini dikalkulasikan untuk tingkatan tekanan


dengan pembagian yang detail akan tetapi sulit sekali
membedakannya pada saat mempraktekannya

Terutama pada tingkatan yang sedang. Maka dari itu


sebagian ahli linguistik mempunyai pengklasifikasian
yang lain dan yang paling mudah karena mereka tidak
membutuhkan terhadap tingkatan tekanan yang sedang,
dan mereka menganggap cukup dengan 3 (tiga) tingkatan
tekanan saja, yaitu :
1. Tekanan pokok
2. Tekanan sekunder
3. Tekanan lemah

Pembagian ini lebih mudah dari segi membedakan dan


mempraktekan antar tingkatan meskipun tidak terlalu detail
dalam hal perinciannya akan tetapi ahli linguistik yang
lainnya juga berpendapat bahwasanya pembagian ini juga
sulit dalam hal pembedaan dan praktiknya terutama pada
tingkatan tekanan sekunder, sehingga mereka membaginya
keadaan 2 tingkatan saja yaitu

1. Tekanan pokok
2. Tekanan lemah
Merupakan pengklasifikasian tekanan yang paling ringkas
hanya saja analisis tekanan nya terfokus pada tekanan

162
Fungsi Pragmatika Intonasi

pokok dan mengabaikan pada tekanan selain tekanan


pokok

Oleh karena itu analisa stresing (tekanan) hanya dapat


dilakukan pada suku kata yang memiliki stresing inti.Ketika
kita menyebutkan kata (‫ )كتب‬maka stresing pusatnya pada
huruf pertama (‫)ك‬, adapun pada kata (‫ )كتاب‬stresing kata nya
pada kata kedua (‫)تا‬.

C. Macam-Macam Tekanan dan Fungsinya

Tekanan terbagi menjadi 2 : tekanan dalam kata dan


tekanan dalam kalimat. Adapun tekanan dalam kata terdapat
pada satuan setiap kata.Misalkan potongan kata ke 1 (‫ )غ‬pada
kalimat (‫ )غفر‬potongan kata ke 2 (‫ )تغ‬pada kalimat (‫)استغفر‬,
potongan kata ke 3 (‫ )قون‬pada kaliamat (‫)منافقون‬.Adapun
tekanan dalam kalimat berada pada kata yang terdapat pada
kalimat tersebut.Misalkan pada kata (‫ )المبتداء( )محمد‬dalam
kalimat (‫ )محمد طالب نشيط‬atau (‫ )ما‬terdapat pada kalimat nafi (‫)ما‬
dalam kalimat (‫)ما تأخر محمد‬.

Dan mengatur pada tingkatan kalimat fonem dari beberapa


fonem suprasegmental apabila tekanan tersebut digunakan
fungsinya untuk membedakan antara pembagian tanda
kalimat. Dan tekanan dengan sifat fonem suprasegmental
terdapat pada kata yang mengikuti pada konteks bahasa yang
dinyatakan didalamnya, seperti pada dua kalimat ini :

163
Fungsi Pragmatika Intonasi

‫هذا ما طاب لكم‬

‫هذا ما طاب لكم‬

Tekanan yang terdapat pada jumlah pertama ‫ ما‬maka


menjadi ‫ ما نافية‬dan menjadi ‫ جملة منفية‬dan bermakna ‫هذا ال‬
‫( يطيب لكم‬ini tidak bermanfa`at bagi kalian) dan tekanan
yang kedua terdapat pada kalimat ‫ طاب‬maka menjadi ‫ما‬
‫ولة‬gg‫ موص‬dan menjadi jumlah ‫ة مثبتة‬gg‫ جمل‬dan bermakna ‫ذا‬gg‫ه‬
‫( يطيب لكم‬ini bermanfa`at bagi kalian). Perbedaan arti dari
kedua jumlah itu karena berbedannya pengucapan tekanan
pada kaliamt tersebut.

Pada setiap pelafalan bahasa Arab memiliki tingakatan


tekanan yang berbeda-beda selama pelafalan ini berada dalam
kata. Seperti dalam contoh kalimat ‫ك؟‬gg‫ف حال‬gg‫كي‬ .kalimat tersebut
mengantung 4 tingkatan dalam tekanan. Adapun kata ‫كيف‬ (kayfa)
terdiri atas dua satuan atau dua suku kata yaitu ‫كي‬ (kay)
dan ‫ف‬ (fa). Satuan atau suku kata yang pertama mengandung
tekanan yang lebih kuat dari pada satauan-satuan atau suku kata
yang lain dalam kalimat tersebut.23

Tekanan yang kuat disebut dengan tekanan pertama.


Tekanan ini disimbolkan dengan simbol: / \ /. Adapun satuan
yang ketiga dari kalimat di atas termasuk jenis yang pendek tetapi
memanjang yang mendapatkan tingkatan yang lebih tinggi dari

:‫ (اململكة العربية السعودية‬،‫ علم اللغة املربمج‬،‫كمال إبراهيم بدري‬ 23

.148 .‫ ص‬،)1988 ،‫مطابع جامعة امللك السعود‬

164
Fungsi Pragmatika Intonasi

satuan-satuan sebelumnya kecuali terhadap tekanan yang


pertama. Tekanan yang berada pada tingkatan setelah tekanan
pertama dari segi kuatnya tekanan disebut dengan tekanan kedua.
Tekanan kedua ini disimbolkan dengan simbol / ˄ /.24

Tekanan yang terletak pada suku kata yang keempat


merupakan tekanan yang tingkatanya berada posisi ketiga dari
segi kekuatannya. Tekanan ini disebut dengan tekanan
pertengahan yang disimbolkan dengan / / / atau biasanya juga
tanpa menggunakan simbol. Adapun tekanan yang terletak pada
suku kata yang kedua merupakan tekanan lemah dan disimbolkan
dengan / ˅ /. Maka jika disimbolkan kalimat ‫كيف حالك‬ adalah
sebagai berikut: 25

/    ˄          ˅             \

‫ لك ؟‬،  ‫ حا‬         ،  ‫ ف‬،  ‫كي‬

4       3        2       1

Tekanan paling tinggi biasanya terletak pada instrumen-


instrumen tertentu. Instrumen-instrumen syarat juga
menunjukkan adanya tekanan yang pertama atau tekanan yang
paling kuat. Kata-kata yang meminta adanya perbuatan ataupun
nama-nama dari kata kerja juga menunjukkan tekanan yang kuat
dalam sebuah kalimat. Contohnya pada kalimat‫توكلْ على هللا‬ . Kata
yang pertama menunjukkan tekanan yang paling kuat
dibandingkan kata lainnya. Selain itu, kata-kata yang
24
‫املرجع السابق‬
25
‫املرجع السابق‬

165
Fungsi Pragmatika Intonasi

menunjukkan kata tanya, kata negasi, dan kata larangan juga


menunjukkan bahwa tekanan yang paling kuat berada dalam kata
tersebut.

Terkait dengan tekanan, tidak mungkin mubtada’ dalam


sebuah kalimat merupakan tekanan yang paling kuat, melainkan
kata yang menunjukkan tempat dari kalimat tersebut. Contohnya
pada kalimat ‫محمد في الدار‬. Tekanan dalam kalimat tersebut bukan
terletak padamubtada’nya melainkan terletak pada khabarnya
yang menunukkan tempat. 26

Kuatnya dan lemahnya tekanan merupakan perkara yang


dipengaruhi oleh makna. Jika kita mengatakan suatu suku kata
tertentu atau yang spesifik maka sesungguhnya suku kata
tersebutlah yang memiliki tekanan paling kuat. Akan tetapi
makna disini tidak kita hukumi sebagai tekanan. Sebagaimana
disebutkan di atas, tekanan dalam bahasa Arab terbagi menjadi 4
yaitu tekanan pertama, kedua, pertengahan dan lemah. Tekanan-
tekanan tersebut memiliki simbol yang membedakan tekanan
yang satu dengan yang lainnya.

Tekanan merupakan bagian dari fonem. Dalil ini bisa


dipahami mengingat dua kalimat bisa dikatakan serupa jika
memiliki kesamaan dari segi kosa katanya dan urutanya. Adapun
dua kalimat bisa dikatakan berbeda jika berbeda dari segi tekanan
dan maknanya. 27

26
150 .‫ ص‬،.‫املرجع السابق‬.
.151 .‫ ص‬،.‫ املرجع السابق‬27

166
Fungsi Pragmatika Intonasi

D. Kaidah-Kaidah Tekanan Dalam Bahasa Arab

Kaidah-kaidah tekanan dalam bahasa arab berbeda


pendapat antara ulama dan pembaharu dan bisa jadi ini
dikembalikan pada kejelasan tekanan . dalam cakupan suara-
suara bahasa arab belum ditentukan secara teori dan tidak di
tetapkan kaidah-kaidahnya. Mencoba garis-garis yang
bermanfaat dan keuntungan dari apa yang dinyatakan para
ulama dan para pembicara dari kaidah-kaidah tekanan pada
tingkatan kata dan kalimat.

 Kaidah-kaidah tekanan pada tingkatan kata


Mungkin penetapan tempat tekanan dalam kata-kata dasar
bahasa arab, yaitu :
1. Apabila ada kata dari satu suku kata,
menempatkan tekanan pada suku katanya yang
satu dengan penetapan pada intinya yaitu
vokal, seperti :
‫ في‬, ‫ ما‬, ‫ ال‬, ‫ لن‬, ‫ لم‬, ‫ من‬, ‫عن‬
2. Apabila ada kata dari suku kata yang pendek,
menempatkan tekanan pada suku katanya yang
awal, seperti :
) ‫ س‬+ ‫ ل‬+ ‫جلس ( ج‬

) ‫ س‬+ ‫ ر‬+ ‫درس ( د‬

167
Fungsi Pragmatika Intonasi

) ‫ ب‬+ ‫ ت‬+ ‫كتب ( ك‬

) ‫ ج‬+ ‫ ر‬+ ‫خرج ( خ‬

) ‫ ب‬+ ‫ ه‬+ ‫ذهب ( ذ‬

3. Apabila ada kata dari suku kata yang panjang,


menempatkan tekanan pada suku kata
akhirnya, seperti :
) ‫ موس‬+ ‫جاموس ( ج‬

) ‫ قين‬+ ‫باقين ( با‬

) ‫ عون‬+ ‫ نو‬+ ‫ممنوعون ( مم‬

) ‫ بين‬+ ‫ ضو‬+ ‫مغضوبين ( مغ‬


4. Apabila ada kata dari suku kata campuran
( pendek dan panjang ) , menempatkan
tekanan pada suku kata panjang yang lain,
seperti :

) ‫ م‬+ ‫ ئ‬+ ‫صائم ( صا‬

) ‫ ن‬+ ‫ ما‬+ ‫ ئ‬+ ‫صا ئمان ( صا‬

) ‫ مون‬+ ‫ ئ‬+ ‫صائمون ( صا‬

168
Fungsi Pragmatika Intonasi

) ‫ م‬+ ‫ ل‬+ ‫ عل‬+ ‫معلم ( م‬


5. Apabila ada kata dari wazan “ ‫“ افتعل او انفعل‬
menempatkan tekanan pada

) ‫ ل‬+ ‫ م‬+ ‫ ت‬+ ‫اشتمل ( اش‬

) ‫ ب‬+ ‫ ك‬+ ‫ ت‬+ ‫ارتكب ( ار‬

) ‫ ل‬+ ‫ ق‬+ ‫ ت‬+ ‫انتقل ( ان‬

) ‫ ع‬+ ‫ ط‬+ ‫ ق‬+ ‫انقطع ( ان‬


6. Apabila pemberhentian kata dengan dhomir
nashab muttashil, tekanannya terdapat pada
suku kata sebelum akhir apabila panjang .
adapun bila pendek maka menempatkan
tekanan pada suku kata ketiga dari berhentinya
kata.
) ‫ ها‬+ ‫ بت‬+ ‫ ك‬+ ‫ ت‬+ ‫ارتكبتها ( ار‬

) ‫ ها‬+ ‫ بت‬+ ‫ ت‬+ ‫كتبتها ( ك‬

) ‫ ها‬+ ‫ ب‬+ ‫ ت‬+ ‫ارتكبها ( ار‬

) ‫ ها‬+ ‫ ب‬+ ‫ ت‬+ ‫كتبها ( ك‬

 Kaidah- kaidah tekanan pada tingkatan kalimat

169
Fungsi Pragmatika Intonasi

Tekanan mengalami pelaksanaan pada kalimat arab


terhadap kaidah-kaidah dibawah ini :
1. Tekananterdapat pada kalimat –kalimat istifham, dan
Nafi , dan Nahyi dan syarat. Seperti :
‫هل كتبت رسالة ؟‬

‫ما كتبت رسالة ؟‬

‫ال كتبت رسالة‬

‫ان كتبت رسالة لكان خيرا‬

2. Tekanan terdapat pada kata yang menyempurnakan/


tambahan , seperti :
‫ البتة‬, ‫ فقط‬, ‫ فحسب‬. seperti contoh ini :
‫ليس هذا فحسب‬

‫سكنت هناك شهرين فقط‬

‫ما زرته قط‬

‫هذا ال ينفعنا البتة‬

3. Tekanan terletak pada kata-kata tuntutan, kata kerja atau kata


benda seperti :

- ‫اتق هّللا‬

- ‫حذار من المخدرات‬

170
Fungsi Pragmatika Intonasi

4. tekanan terletak pada mubtada atau khobar yang menurut


konteks bahasa menerima kalimat di dalamnya, seperti :

-‫محمد في البيت‬- ( tekanan terdapat pada mubtada apabila kalimat


ini positif menjawab pertanyaan << siapa di dalam rumah ? >> )

- ‫ ( محمد في البيت‬tekanan terdapat pada khobar apabila kalimat


positif ini menjawab pertanyaan << Dimana Muhamad ?>>

5. Tekanan terletak pada kata atau kalimat yang menguatkan


maknanya, seperti pada kalimat dibawah ini :

- ‫ ( اشترى محمد كتب اللغة أمس‬tekanan terdapat pada kata awal (


‫ ) اشترى‬Untuk menguatkan fiil ‫ اشترى‬bukan fiil ‫البيع أو االستعارة‬

- ‫ (اشترى محمد كتب اللغة أمس‬tekanan terdapat pada kata kedua (‫محمد‬
) untuk menguatkan bahwa ‫ محمد‬itu ‫ الفاعل‬bukan ‫ أحمد‬dan bukan
‫ محمود‬dan bukan yang lainnya.

- ‫ ( اشترى محمد كتب اللغة أمس‬tekanan terdapat pada kata ketiga ( ‫كتب‬
) untuk menguatkan bahwasannya ‫ الكتاب‬itu yang dibelinya bukan
‫ مجلة‬dan yang lainnya.

- ‫ (اشترى محمد كتب اللغة أمس‬tekanan terdapat pada kata keempat (


‫ ) اللغة‬untuk menguatkan ‫ انتساب الكتب اللغة‬yaitu yang dibelinya
adalah ‫ كتب اللغة‬dan bukan ‫ كتب التاريخ‬dan bukan ‫ كتب الفقه‬dan
bukan yang lainnya.

- ‫ (اشترى محمد كتب اللغة أمس‬tekanan terdapat pada kata kelima (‫أمس‬
) untuk menguatkan bahwa membelinya itu (‫ ) أمس‬kemarin , dan
bukan ‫ قبل يومين‬dan bukan ‫في االسبوع الماضي‬

171
Fungsi Pragmatika Intonasi

Pada bagian ini kita akan memfokuskan pembahasan


terkait kaidah tekanan pada tekanan yang paling kuat atau
tekanan pertama.  Tidak ada hubungan antara ukuran suku kata
dengan ukuran sharaf dan tidak ada hubungan juga antara
tekanan dengan ukuran sharaf. Tekanan disusun berdasarkan
ukuran suku kata. Maka wajib dalam pembelajaran tekanan untuk
meletakkan ukuran-ukuran suku kata bukan pada tatanan sharaf.
Setiap kata –yang terpenting terdiri atas suku-kata- memiliki satu
tekanan pertama saja. Berikut ini adalah kaidah-kaidah tekanan
dalam bahasa Arab. 28
1.      Kata-kata pada suku kata yang pertama        
Suku kata pertama yang menunjukkan suara diam termasuk pada
tekanan kuat.
2.      Kata-kata pada suku kata yang kedua
Suku kata yang kedua dikatakan memiliki tekanan apabila
termasuk dari jenis yang panjang atau salah satu  serangkai.
3.      Suku kata yang ketiga
Tekanan terletak pada suku kata yang akhir jika termasuk jenis
panjang dan serangkaian.
4.      Suku kata yang keempat
Tekanan terletak pada suku kata yang akhir jika termasuk pada
jenis panjang.
Adapun Kholisin menjelaskan bahwa tekanan dalam
bahasa Arab memiliki empat posisi.[10] Yang paling populer
adalah suku kata sebelum suku kata terakhir. Ringkasannya ialah
sebagai berikut:
1.      Untuk mengetahui posisi tekanan dalam kosakata Arab,
pertama kali denagn melihat suku kata terakhir. Jika sebuah kata
.154 .‫ ص‬،.‫ املرجع السابق‬28

172
Fungsi Pragmatika Intonasi

itu tersusun dari empat atau lima suku kata, maka tekanan berada
pada suku kata terakhir itu.
2.      Jika tersusun dari dua atau tiga suku kata, maka dengan melihat
suku kata sebelum suku kata terakhir. Di situlah tekanan itu
terletak.
3.      Jika hanya tersusun dari satu suku kata, maka tekanan terletak
pada huurf pertama.
4.      Tekanan tidak akan pernah berada pada suku kata keempat
dihitung dari akhir kata kecuali dalam satu kasus, yakni ketiga
suku kata sebelum terakhir itu sejenis.
Demikianlah posisi-posisi tekanan dalam bahasa Arab
seperti dirumuskan oleh para pakar qira’at di Kairo Mesir. Perlu
dicatat, posisi tekanan dalam dialek-dialek bahasa Arab
kontemporer memiliki acuan kaidah yang berbeda-beda.
Misalnya, kita kadang mendengar warga masyarakat yang
berdiam di daerah pegunungan memiliki perbedaan dari warga
perkotaan (Kairo) dalam meletakkan tekanan. Mereka, bahkan
saat membaca al-Qur’an cenderung memberikan stress pada suku
kata ketiga dihitung dari suku kata terakhir.
Selain tekanan dalam kata, ada juga tekanan dalam
kalimat, dimana si penutur memberikan stress pada salah satu
kata dalam kalimat yang diucapkannya dengan maksud
memberikan kesan khusus yang membedakannya dari kata-kata
lain dalam kalimat itu. Tujuannya sangat banyak, diantaranya:
1.      Penekanan perihal arti pentingnya atau isyarat akan muatan
khusus di dalamnya.
2.      Pesan yang dikandung dalam kalimat terkadang berlainan
seiring dengan perbedaan kata yang memperoleh stress. Tekanan
dalam kalimat itu amat populer dalam banyak bahasa di dunia ini.
Nabr (stress) baik dalam kata maupun kalimat ini tidak
lain merupakan peninggian tingkat kenyaringan bunyi.
Kenyaringan dan ketinggian itu tergantung kepada kadar tekanan

173
Fungsi Pragmatika Intonasi

udara yang dipompa dari paru-paru. Ini semua sama sekali tidak
memiliki kaitan dengan nada bunyi atau intonasi.

E. Perpindahan Tekanan

Bahasa Arab adalah salah satu bahasa yang


membebeaskan penekanan dalam berbicara. Dimana ia tidak
menekan pada satu suku kata saja ketika menurunkan kata dari
yang lain. Dan tekanan berpindah mengikuti pada beberapa suku
kata dalam setiap kata. Seperti :

- Tekanan terdapat pada suku kata awal (‫ ) د‬+ ‫ ر‬+ ‫درس ( د‬


َ
)‫س‬:
- Tekanan terdapat pada suku kata awal (‫ ) د ر‬+ ‫درْ سٌ ( د ر‬
)‫س‬:
- Tekanan terdapat suku kata akhir ( ‫ روس ) روس‬+ ‫دروس ( د‬
):
- Tekanan terdapat pada suku kata awal ( ‫ ر ) دا‬+ ‫دا رس ( دا‬
)‫س‬+:
- Tekanan terdapat pada suku kata akhir ( ‫دا رسون ( دا ) سون‬
) ‫ سون‬+ ‫ ر‬+ :
- Tekanan terdapat pada suku kata kedua ( ‫ ) در‬+ ‫مدرّس ( م‬
) ‫ س‬+ ‫ ر‬+ ‫ در‬:
- Tekanan terdapat pada suku kata akhir ( ‫مدرّسون ( م ) سون‬
) ‫ سون‬+ ‫ ر‬+ ‫ در‬+ :
- Tekanan terdapat pada suku kata awal (‫ ر ) مد‬+ ‫مدرسة ( مد‬
)‫ة‬+‫س‬+:

174
Fungsi Pragmatika Intonasi

- Tekanan terdapat pada suku kata kedua ( ‫ ) دا‬+ ‫مدا رس ( م‬


) ‫ س‬+ ‫ ر‬+ ‫ دا‬:
- Tekanan terdapat pada suku kata akhir ( ‫تدريس ( تد ) ريس‬
) ‫ ريس‬+ :

Begitu juga tekanan pada tingkatan kalimat yaitu :


tekanan berpindah dalam satu kalimat dari kata yang satu ke
kata yang lain, tergantung pada makna yang ingin di kuatkan
oleh pembicara , seperti :

‫قرأ محمد كتابا‬

Menempatkan tekanan pada kalimat awal ( ‫ ) فعل‬menguatkan


bahwasannya pembahasan dia bacaan ( ‫ ) قراءة‬dan bukan
tulisan ( ‫ ) كتابة‬dan bukan perkataan ( ‫ ) كالما‬.

‫قرأ محمد كتابا‬

Menempatkan tekanan pada kata kedua ( ‫ )فاعل‬menguatkan


bahwasanya ‫ محمد‬dia yang membaca dan bukan ‫أحمد أو‬
‫محمود‬

‫قرأ محمد كتابا‬

Menempatkan tekanan pada kata ketiga ( ‫ )مفعول‬menguatkan


bahwasannya yang sempurna dibacanya dan bukan majalah (
‫ ) مجلة‬dan bukan koran ( ‫) جريدة‬

F. Pola Nabr dan Tanghim yang sering Mengalami


Kesalahan Dalam Percakapan Bahasa Arab
Mahasiswa

175
Fungsi Pragmatika Intonasi

Ungakapan yang sering Perubahan Nabr dan


mengalami kesalahan dalam Tanghim
penerapan Nabr dan
Tanghim
َ‫َكيْف‬ Ungkapan kaifa dalam dialog
ini menentukan intonasi dalam
kalimat tanya. Kata kaifa yang
sering diucapkan secara
mendatar menjadikan intonasi
kalimat tanya pada kata
akhirnya menjadi panjang
melembut.
‫ش ْك ًرا‬
ُ Perubahan ungkapan ini sering
diucapkan dengan pola intonasi
bahasa indonesia atau Jawa,
sehingga ungkapan ini
keehilangan ciri dan
karakternya. Yang seharusnya
diucapkan dengan memberikan
tekanan pada maqtho’ yang
pertama, karena ungkapan ini
terdiri dari dua maqtho’ yang
pendek.
‫َع ْف ًوا‬ Perubahan yang sama terjadi
pada ungkapan ‘afwan,
sebagaimana ungkapan syukron
diatas.
‫ماذا‬ Kata maadza merupakan kata
tanya, dan ketika kata ini tidak
ditekan pada maqtho’ yang
pertama maka akan terjadi
pemanjangan bunyi pada akhir
kalimat tanya dan kehilangan
intonasi yang sebenarnya.

176
Fungsi Pragmatika Intonasi

‫إلى للقاء‬ Ungkapan ini sebenarnya


ditekan pada maqtho’ terakhir,
bukan dipanjangkan.
‫أهال بك‬ Ungkapan ini salah dalam
penerapan tekanan, maqtho’
yang seharusnya ditekan tidak
dipanjangkan.
‫يا أخت صباح الخير‬ Kesalahan terjadi pada kata
khoir, lagi-lagi tidak ditekan
dan panjang sehingga
intonasinya salah.

Dalam tabel tersebut diatas ada tujuh ungkapan yang


dalam penerapan pola nabr dab tanghim kurang tepat. Kurang
tepatnya terletak pada peletakan tekanan dan tataran kata dan
intonasi pada akhir kalimat. Kesalahan tersebut tidak berpotensi
menimbulkan perubahan makna yang dikandung, akan tetaoi
memberikan dampak pada hilangnya ciri dan karakter bahasa
Arab. Tujuh kata tersebut diucapkan dengan pola nabr dan
tanghim Bahasa Indonesia atau Jawa sehingga pengucapannya
cenderung lemah dan mendatar, serta lembek tidak terlihat
tekanan pada sebuah kata satu dengan kata lain.

G. Kesalahan Penerapan Pola Nabr dan Tanghim dalam


Percakapan Bahasa Arab Mahasiswa

Salah satu unsur suprasegmental yang memiliki


pengaruh dalam pembeda arti adalah tekanan (nabr) dan
intonasi (tanghim). Dalam bahasa Arab ada sejumlah kata
dan kalimat yang memiliki makna berbeda apabila diberi
tekanan dan intonasi yang berbeda. Secara umum
kesalahan penerapan Nabr dan Tanghim pada kata atau
kalimat belum sepenuhnya dapat merubah makna.
Adapun kesalahan penerapan pola nabr dan tanghim

177
Fungsi Pragmatika Intonasi

dalam maharoh al kalam mahasiswa jurusan pendidikan


Bahasa Arab yang dapat menimbulkan perubahan makna
adalah sebagai berikut :
Kesalahan Nabr dan Perubahan Makna
Tanghim
َ ‫َو َعلَ ْي ُك ُم ال‬
‫ساَل ْم‬ Dalam ungkapan ini terdapat
tiga kata; kata pertama satu
maqtho’ mendapat tekanan,
sedangkan kata yang kedua
mengalami perpindahan
tekanan disebabkan karena
maqtho terbuka yang tidak
boleh disukun, sehingga
harus meletakkan nabr pada
maqtho terbuka tersebut
untuk menyelamatkan
makna yang terkandung.
Sedangkan untuk kata yang
ketiga jelas nabr terletak
pada akhir maqtho, karena
terdiri dari dua maqtho
sedangkan maqtho’ terakhir
dari jenis maqtho’ panjang.
Perubahan makna dari
ungkapan ini karena
kesalahan dalam
penempatan nabr sangat
berarti, dari kata yang
memiliki makna yang
khusus menjadi makna yang
luas karena kehilangan
partikel al. Makna salam dari
Alloh berubah menjadi
salam dari siapapun.
َ‫َكيْف‬ Kata ini tidak memiliki

178
Fungsi Pragmatika Intonasi

perubahan makna, akan


tetapi kehilangan ciri dan
karakter bahasa pada kata
tersebut.
‫ش ْك ًرا‬
ُ Kata ini tidak memiliki
perubahan makna, akan
tetapi kehilangan ciri dan
karakter bahasa pada kata
tersebut.
‫َع ْف ًوا‬ Kata ini tidak memiliki
perubahan makna, akan
tetapi kehilangan ciri dan
karakter bahasa pada kata
tersebut.
‫َما َذا‬ Kata ini tidak memiliki
perubahan makna, akan
tetapi kehilangan ciri dan
karakter bahasa pada kata
tersebut.
‫إلى للقاء‬ Kata ini tidak memiliki
perubahan makna, akan
tetapi kehilangan ciri dan
karakter bahasa pada kata
tersebut.
‫أهال بك‬ Kata ini tidak mengalami
perubahan makna, akan
tetapi kehilangan ciri dan
karakter dari bahasa
tersebut, sehingga terasa
aneh apabila didengar oleh
pemilik bahasa.

179
Fungsi Pragmatika Intonasi

Dalam ungkapan nomor satu terdapat tiga kata,


kata pertama satu maqtho’ mendapat tekanan, sedangkan
kata yang kedua mengalami perpindahan tekanan
disebabkan karena maqtho’ yang terakhir merupakan
maqtho terbuka yang tidak boleh disukun, sehingga harus
meletakkan nabr pada maqtho’ terbuka tersebut untuk
menyelamatkan makna yang terkandung. Atau dengan
cara menjadikan kata kedua menjadi dua maqtho dan kata
ketiga menjadi tiga maqtho’. Sedangkan untuk kata yang
ketiga jelas nabr terletak pada akhir maqtho’, karena
terdiri dari dua maqtho’ sedangkan maqtho terakhir dari
jenis maqtho panjang. Perubahan makna dari ungkapan ini
karena kesalahan dalam penempatan nabr sangat berarti,
dari kata yang memiliki makna yang khusus menjadi
makna yang luas karena kehilangan partikel al.
Sedangkan untuk ungkapan-ungkapan yang lain
yang tidak mengindahkan kaidah nabr dan tanghim yang
telah dibuat oleh para linguist Arab, hanya kehilangan ciri
dan karakter bahasa tersebut, dan hal tersebut juga akan
berdampak pada pendengaran pemilik bahasa yang
merasa asing dengan ungkapan tersebut.

180
Fungsi Pragmatika Intonasi

BAB IX
NADA DAN INTONASI
Oleh:Ririn Siti Aisyah

A. PENGERTIAN NADA DAN INTONASI

181
Fungsi Pragmatika Intonasi

Dalam ilmu aswat terdapat dua istilah yang saling


berhubungan dan tidak bisa dipisahkan, juga harus terdapat
ciri atau petunjuk ketika mengucapkan keduanya agar tidak
tertukar yaitu, Nada dan Intonasi.
Menurut ahmad mukhtar amir (220: 1990)
mengatakan bahwa perbedaan antara nada dan intonasi yaitu,
Nada adalah tingkatan bunyi atau tingkatan-tingkatannya
terhadap kata atau di sebut dengan word tone. Sedangkan
intonasi adalah tingkatan bunyi terhadap kalimat, ungkapan
atau kumpulan-kumpulan kalimat.29
Banyak sekali ulama yang mengemukakan pendapat nya
tentang kedua istilah ini diantaranya, Tamam hasan. Ia
berpendapat bahwa intonasi adalah naik turunnya suara saat
berbicara. Sedangkan, nada adalah intonasi suku kata atau
dalam kalimah saat sedang berbicara (1999: 164-166). Maka
ditetapkan atau disebutlah istilah nada sebagai naik turun dan
tetapnya suara. Kemudian ada juga pendapat dari seorang
tokoh ulama yaitu yang membedakan kedua istilah tersebut
yaitu, ahmad mukhtar umar, ia memaknai secara sederhana
kedua istilah tersebut. Menurutnya, nada adalah tingkatan
atau level suara dalam kata. Nada sering disebut juga tones
word atau nada kata. Adapun intonasi adalah tingkatan suara
atau level suara dalam kalimat atau ungkapan atau juga
kumpulan kata. Dan sebagai tambahan yang kami dapat
dalam sebuah artikel tentang ilmu aswat yang mengatakan
bahwa nada adalah tinggi rendahnya pengucapan suatu kata.
29
www.temukanpengertian.com/2013/09/pengertian-nada.

182
Fungsi Pragmatika Intonasi

Sedangkan intonasi adalah tinggi rendahnya pengucapan


suatu kalilmat (brainly.co.id)

1. Nada

Nada atau terkadang disebut tone atau level suara atau


tingkatan suara dan nada tersebut sangat mempengaruhi
makna yang dimaksud dan bisa merubah makna. Juga sebuah
bahasa yang menggunakan nada untuk membedakan makna
bahasa tersebut dinamakan bahasa-bahasa nada. Atau
tauniyyah ( tone languages ). Seperti contoh nya kata annur
(cahaya), wijjiyah(wig), saudiyyah(saudi), dan
siiniyyah(cina) dan bahasa atau kata yang lain memakai nada
untuk membedakan makna kata demi kata.

Nada yang menggunakan nada atau tingkatan (level) suara


yang berbeda-beda dan juga dengan pelafalan yang berbeda-
beda itu sangat bisa mempengaruhi makna dari sebuah kata.
Contohnya seperti kata ma dalam bahasa cina yang berarti al-
um(ibu) jika dikatakan dengan nada yang sama atau level
suara yang sama tetapi jika dilafalkan dan menggunakan nada
yang turun naik mmaa itu bermakna kuda jantan yang sedang
meringkik. Juga sebagai tambahan dari pemakalah juga
menemukan pengertian lain tentang nada ini. Jadi, nada
ditunjukan atau didengar tentang bagaimana sesuatu
dikatakan. Ini lebih seperti sikap daripada menjadi pola suara.
Ini adalah suara umum seseorang yang mungkin terdengar
bahagia, sedih, gembira dan marah diantara suasana hatinya.

183
Fungsi Pragmatika Intonasi

Dengan demikian nada merupakan bagian dari komunikasi


pragmatis. Itu berarti emosi seseorang berdampak besar
terhadap nada seseorang dan nada berdampak besar pada
makna yang dikatakan.

kecuali dalam bahasa yang tidak menggunakan nada yang


pasti karena sudah diketahui makna nya. kita tidak bisa
membedakan makna kata nya karena sama meskipun
menggunakan nada apapun. seperti kata no dalam bahasa
inggris yang bisa diucapkan dengan nada rata (datar), tinggi,
dan rendah. Menggunakan nada-nada tersebut tidak
mengubabh makna dasar dari kata tersebut. Sesungguhnya
bisa menambahkan makna tambahan pada nada seperti makna
keraguan, menegaskan atau menguatkan, pertanyaan, dan
ketidakpedulian (umar:1991:227).

 Dalam bahasa-bahasa bernada atau tonal, seperti bahasa


Thai, Vietnam, Mandarin, nadanya bersifat morfemis
(merubah makna). Dalam bahasa tonal biasanya dikenal lima
macam nada, yaitu:
a. Nada naik atau meninggi, biasanya diberi tanda garis ke
atas (/)
b. Nada datar, biasanya diberi tanda garis lurus mendatar (-)
c. Nada turun atau merendah , biasanya diberi tanda (\)
d. Nada turun naik, yakni nada yang merendah lalu meninggi,
biasanya diberi tanda (\/)
e. nada naik turun, yaitu nada yang meninggi lalu merendah,
biasanya diberi tanda (/\)

184
Fungsi Pragmatika Intonasi

         
  Nada yang menyertai bunyi segmental di dalam kalimat
disebut intonasi. Dalam hal ini, dibedakan menjadi 4 macam
angka. Nada yang paling tinggi diberi tanda dengan angka 4
terus menurun hingga nada yang paling rendah diberi tanda
angka 1. Secara umum, nada yang normal yang digunakan
oleh seorang pembicara adalah nada (2). Nada (4) sangat
jarang digunakan oleh seorang penutur kecuali jika ia
meluapkan emosinya seperti marah, terkejut, kesakitan atau
sangat bahagia.

Sebuah nada selalu mengandung suatu gerakan berlagu


dengan jarak waktu yang bervariasi. Namun, tidak selalu
keseluruhan gerakan itu yang penting, artinya yang dapat
membedakan nada itu dari nada-nada yang lain yang
digunakan oleh bahasa. Ada bahasa nada yang
nadanya pungtual,  artinya hanya satu unsur yang
diperhatikan untuk identifikasi, yaitu suatu titik dilengkung
lagu, misalnya titik tertinggi atau titik yang paling rendah. 
Didalam sebagian besar bahasa bernada pungtual, nada
menandai  sebuah suku kata dan setiap suku kata memiliki
nada. Seperti pada bahasa mandarin contohnya, kata “mà”
artinya  marah, Sedang kan “má” artinya kuda dan “mǎ”
artinya ibu.30

Nada terbagi menjadi empat macam :


30
Siregar,Sonang. Analisis Kontrasif Bahasa. Jakarta. 2009.

185
Fungsi Pragmatika Intonasi

a. Nada rendah

Nada rendah dan menunjukan fonemi satu (1). Nada ini


adalah nada yang dilarang atau tidak diperbolehkan berbicara
atau pengucapan yang tinggi atau keras tanpa emosi. Contoh
seperti dalam kalimat berita atau memberitahu “ 2 ‫جاء األستاذ‬
1” (diakhiri dengan nada yang rendah dengan kode 1 )

b. Nada sedang

Nada sedang dan menunjukan fonemi dua (2). Nada ini


adalah nada yang diawali dengan berbicara disertai nada
sedang tanpa emosi. Seperti contoh kalimat berita berikut ini :
“ 2 1 ‫(”جاء األستاذ‬dimulai dengan nada sedang tanpa emosi)

c. Nada tinggi

Nada ini menunjukan fonemi 3. Itu adalah nada yang


diucapkan sebelum berakhirnya bicara. Itu dibarengi dengan
nada tinggi seperti dalam contoh berikut :

“ 2 1 ‫”جاء األستاذ‬
d. Nada sangat tinggi

nada ini menunjukan fonemi 4, itu kalimat yang dibarengi


dengan nada terkejut biasanya atau perintah atau emosi
seperti dalam kalimat, ‫!! اخرج‬

2. Intonasi
Intonasi atau disebut juga musik bahasa yang sangat
berpengaruh sekali dalam membedakan dan menentukan

186
Fungsi Pragmatika Intonasi

makna perkataan. Juga intonasi disebut sebagai tingkat suara


atau level suara dalam kalimat atau tinggi rendahnya nada
pada kalimat yang memberikan penekanan pada kata kata
tertentu didalam kalimat.

Intonasi adalah sebuah unsure dalam ucapan yang


dapat membantu seseorang untuk mengekspresikan sesuatu
yang terdapat dalam hati dan perasaannya. Yang terjadi
dengan naik turunnya suara. Intonasi dalam banyak hal
mempunyai fungsi kebahasaan yang sangat penting, dengan
intonasi makna suatu kalimat dapat berbeda.
Intonasi dapat terjadi dalam perpindahan dari suatu bunyi ke
bunyi yang lain, sebagaimana terjadi dalam perpindahan dari
kalimat ke kalimat lain dengan naik, turun atau samanya
intonasi suara disbanding dengan suara yang sebelum atau
sesudahnya.
Ada sebuah penelitian yang menyebutkan bahwa
intonasi suara berkontribusi sebesar 37% dari pesan yang
ingin kita sampaikan, sedangkan isi pesan tersebut hanyalah
7% (sisanya sebesar 56% adalah bahasa tubuh).31

B. PELANTUNAN INTONASI

Dalam menghubungkan bahasa efektif atas pola – polanya yang


beraneka ragam menurut konteks-konteks bahasa atau selain bahasa
yang mana keduanya seorang pembicara akan berbicara ,berarti
bahwasannya konteks-konteks Intonasi beraneka ragam,
dicontohkan dalam intonasi yang jelas yang dipilih darinya tujuan
31
David, Bagaimana Mengatur Intonasi Suara, hlm,14.

187
Fungsi Pragmatika Intonasi

pembicara adalah untuk berkomunikasi namun disamping itu


melampirkan variasi intonasi dalam beberapa baris yaitu sebagai
berikut:

1.Baris / 132i/ : Intonasi baris yang diterapkan/berlaku atas kalimat


laporan ,pemberitahuan dan kalimat pemahaman yang tidak
dijawab dengan ya/tidak
contoh :

(2 Saya 3 Sukses 1), (2 Muhammad 3 Absen1 ), (2 Apa 3 Yang


sedang kamu lakukan 1), (2 Dimana 3 Kamu tinggal 1)

2.Baris /j332/ : Intonasi baris ini diterapkan/ berlaku atas kalimat


pertanyaan yang jawabannya ya/tidak contoh:

(2 Muhammad 3 Telah pergi ? 3), (2 Ustadnya 3 Tidak hadir ? 3),


(2 Kamu 3 Telah berhasil? 3). Seperti yang diterapkan baris
intonasi terrhadap kalimat bersyarat ( Bagian pertama atau kata
kerja bersyarat )

Contoh: “ 2 apabila 3 kamu tidak mengetahui 3, maka tanyakan


kepada guru “ , “2 seandainya kamu mengendarai 3 sepeda 3,maka
tak lain kamu akan terlambat” , 2 seandainya kalau bukan petunjuk
AL-QUR’AN kami akan tersesat “

3. Baris /442 h/ : Intonasi baris ini diterapkan/berlaku atas kalimat


Ta’ajub (2 Kamu 4 telah sukses!4), (2 Ini 4 mobilmu!4), (2 Ahmad
4 meninggal!4).

Disamping 3 baris sebelumnya terdapat baris akhir yang


memperlihatkan didalamnya intonasi rendah ,tinggi bersamaan
pada satu kalimat ( kumpulan makna-makna) seoalah mengakhiri

188
Fungsi Pragmatika Intonasi

awal kalimat atau bagiannya yang dalam dengan intonasi


meningkat ,dan mengakhiri akhirannya dengan intonasi rendah .

Seperti yang terlihat dalam kalimat dibawah ini ;

- Seandainya bukan karena Al-Qur’an kami belum


mengetahui bahasa arab.
- Barang siapa yang bertaqwa kepada Allah,niscaya Dia akan
memberikan baginya jalan keluar
- Halaman pertama, halaman ketiga,halaman kelima,halaman
ketujuh.
- Fiqh,hadits,tafsir,bahasa arab.

Awal dari kalimat-kalimat ini berakhir atau bagian dalamnya


dengan Intonasi tinggi bertanda bahwasannya kalimat belum
sempurna dan berkaitan dengan kalimat setelahnya ,dan mengakhiri
akhir kalimat dengan Intonasi rendah bertanda telah sempurna
kalimat tersebut beserta maksud artinya.

C. FUNGSI INTONASI

Intonasi selalu mengiringi disetiap bahasa tanpa terkecuali


karena pengucapan atau pelaksanaanya dalam seriap bahasa yaitu
sebenar –benarnya pengekspresian makna dan Intonasi bukan
hanya salah satu cara dari berbagai cara pengekspresian makna .
Dan para pembicara (native speaker) dengan bahasa yang beraneka
ragam sesuai dengan logat bahasa yang mengiringi yaitu agar
condong kepada perkataan dengan intonasi yang berbeda-beda
untuk mencapai maksud makna/arti khusus yang diucapkan.
Apabila menunjukkan atas sesuatu berarti menunjukkan
bahwasannya intonasi merupakan bagian yang berhubungan dari
segala aspek bahasa,dan juga intonasi memiliki fungsi yang

189
Fungsi Pragmatika Intonasi

berpengaruh terhadap bahasa. Maka dari itu para ulama


berpendapat bahasa manusia itu bahasa (intonation language ) yang
digunakan dengan berbagai variasi intonasi untuk membedakan
antar arti-arti/makna-makananya.

Dan intonasi sebagai sifatnya cara untuk mengekspresikan


berbeda-beda pola tinggi dan rendah sesuai dengan pola dan
posisinya .Maka dari itu menunjukkkan arti-arti/makna khusus
dalam kelompok kata-kata ( kata maupun kalimat) dan juga
membantu untuk membatasi jenis kalimat ,maupun kalimat
istifham (pertanyaan),laporan/pemberitahuan,pengesanan atau
ironisnya . Dan semua macam ini dibatasi dari kalimat dan dari
aspek jenis intonasi yang dibaca maupun diucapkan kalimat
perkalimat sebagai contoh ( Ahmad membeli mobil baru kemaren)
mengindikasikan semantik yang berbeda ketika mengucapkan
dengan intonasi yang berbeda-beda.

Seperti yang dijelaskan berbagai maksud dibawah ini :

1. Pertanyaan lalu pemberitahuan pembelian


2. Pemberitahuan lalu pertanyaan tentang siapa orang yang
membelinya
3. Pemberitahuan lalu pertanyaan apa yang telah dibeli
4. Pemberitahuan lalu pertanyaan jenis mobil yang telah
dibelinya
5. Pemberitahuan lalu Pertanyaan kapan waktu pembelian
mobil tersebut

Para peneliti dalam bidang suara, melihat jenis


intonasi dari fonemnya supra segmental atau secondary
phonemas . itu artinya fungsi Bahasa dalam ungkapan Kemal

190
Fungsi Pragmatika Intonasi

Basyri menjelaskan intonasi berfungsi sebagai analisis Bahasa


dan hubungan social antara penggunaan bahasanya terbagi
menjadi empat fungsi antara lain:

1. Fungsi Sintaksis

Intonasi secara aktual atau nyata berfungsi untuk


menguatkan dan membedakan struktur bentuk sintaksis.
Selain itu Intonasi berfungsi membedakan antara sesuatu
yang ungkapan pelapalannya sempurna atau tidak senpurna
dalam gaya dan bentuk kalimat tersebut. Seperti dalam
kalimat bersyarat ‫رك‬ggggg‫د مايس‬ggggg‫ تج‬,‫أت‬ggggg‫ إن ت‬jumlah kalimat
bersyaratnya adalah ‫أت‬gg‫ إن ت‬diucapkan dengan nada tinggi,
kalimat tersebut belum sempurna maknannya. Kemudian
datang kalimat jawaban yaitu ‫رك‬gg‫د مايس‬gg‫ تج‬yang diucapkan
dengan intonasi rendah maka kalimat tersebut menjadi
sempurna antara arti dan bentuknnya. Seperti intonasi yang
membedakan antara kalimat keterangan dan kalimat
pertanyaan. Dimana ada nada tinggi dan nada rendah.

2. Fungsi Semantik Kontekstual

Gaya intonasi ini membedakan intonasi dalam ungkapan


atau frase dengan intonasi yang membedakan dalam makna
dan bentuk urutan.

3. Fungsi sosoal budaya

Intonasi yang menerapkan fungsi social budaya dalam


kehidupan masyarakart, semua orang menerapkan fungsi

191
Fungsi Pragmatika Intonasi

social budaya dalam cara berbicara yang khusus dan


perbedaannya terhadap pengaplikasiannya.

4. Fungsi Leksikal
Gaya intonasi yang khusus yang membedakan antara
fungsi tingkatan kalimat dalam kamus Bahasa dan fungsi
nadanya Lexical Tone.
Maka kalimat “ma” dalam Bahasa ilmiah artinya “kuda”

Intonasi Bahasa Indonesia


a. Fungsi pragmatika intonasi

Pola perubahan nada ini membagi suatu ujaran


kedalan satuan yang secara gramatikal yang bermakna dan
dapat menunjukan penggunaan yang khusus. Karena
perubahan nada itu berkaitan dengan penggunaan Bahasa
maka tiap-tiap pola pengubahan nada itu selain menyatakan
informasi sintaksis dan informasi semantik juga menyatakan
informasi pragmatika tertentu.

Dari segi pragmatika, sejumlah pertanyaan yang


menarik dapat diajukan tentang intonasi kalimat di dalam
Bahasa Indonesia. Misalnya, apakah intonasi kalimat dapat
membawa informasi kesatuan Bahasa? Bagaimanakah
penutur memenuhi tujuan-tujuan efektif dan bagaimanakah
intonasi kalimat mengatur penutur membuat pilihan-pilihan
yang santun. Apakah intonasi berhubungan dengan makna
penutur Bahasa? Apakah intonasi kalimat berhubungan

192
Fungsi Pragmatika Intonasi

dengan kategori ilokusi? Bagaimana peran intonasi kalimat


didalam siratan(inpikasi) percakapan?

Menurut Alisjahbana (1953) terdapat hubungan yang


eksklusif diantara intonasi kalimat dengan bentuk kalimat di
dalam Bahasa Indonesia. Dengan demikian intonasi tersebut
membedakan tiga jenis intonasi kalimat berdasarkan tiga
bentuk kalimat, yaitu lagu dasar kalimat berita, lagu dasar
kalimat tanya, dan lagu dasar kalimat perintah 32 Dengan
menggunakan notasi garis naik untuk nada naik, garis turun
untuk nada turun, titik-titik atau garis tegak lurus untuk jeda,
dan garis lengkung untuk pemarka interogatif(gelar tanya),
Alisjahbana menggambarkan bahwa intonasi dasar kalimat
didalam Bahasa Indonesia terdiri dari dua bagian.

Intonasi dasar kalimat deklaratif digambarkan dengan


pola intonasi garis naik + jeda+garis turun. Intonasi kalimat
interogatif memiliki pola garis naik+jeda+garis naik, yang
diikuti dengan garis-garis lengkung. Sementara itu, kalimat
imperatif memiliki pola garis naik+jeda+garis turun.33

Seperti yang disebutkan Halim (1950) berpendapat


bahwa intonasi kalimat, yang disebutnya sebagai tekanan
kalimat terdiri dari lagu kalimat dan irama kalimat
selanjutnya dia mengatakan bahwa lagu kalimat

32
Alisjahbana, S.T. 1953. Tata Bahasa Baru Bahasa Indonesia. Djakarta:
Pustaka Rakjat.

33
Ibid

193
Fungsi Pragmatika Intonasi

mengungkapkan makna emosional, sedangkan irama kalimat,


sebaliknya mengungkapkan makna gramatikal. Dengan
demikian sebuah kalimat didalam Bahasa Indonesia dapat
memiliki pola intonasi lagu kalimat ataupun irama kalimat
tergantung pada kalimat tersebut mengungkapkan makna
emosional atau makna gramatikal.

Menurut Pane intonasi kalimat didalam Bahasa


Indonesia berhubungan erat dengan sintaksis Bahasa
Indonesia. Secara fungsional pola intonasi kalimat disebut
sebagai tekanan kalimat dari dua irama kalimat berhubungan
dengan konstituen subyek dan predikat kalimat. Subyek,
predikat kalimat, serta hubungan diantara keduanya ditandai
tidak hanya oleh ciri sintaksis, tetapi juga oleh pola intonasi.
Subyek kalimat ditandai dengan ciri nada tinggi, sementara
predikat oleh nada naik atau, menurut Pane suara naik.34

Predikat kalimat mendapatkan pola intonasi dengan


nada yang lebih rendah daripada subyek serta nada turun jika
kalimat tersebut kalimat deklaratif. Sebaliknya, presikaat
mendapat nada naik jika nada tersebut kalimat interogatif.

Fokker (1960) juga cenderung berpendapat bahwa di


antara intonasi kalimat dengan sintaksis kalimat terdapat
hubungan yang sangat erat, sehingga pola intonasi
menentukan tipe atau jenis sebuah kalimat, 35 Selanjutnya
menunłt Fokker, intonasi turun merupakan ciri dasar kalimat

34
Pane, A. 1950. Mentjari Send' Baru Tata Bahma Indonesla. Djakarta:
Balai Pustaka.

194
Fungsi Pragmatika Intonasi

deklaratif, sementara kalimat interogatif memiliki pola


intonasi naik. Dengan demikian, kalimat deklaratif yang
memiliki intonasi pertanyaan seperti kalimat (7) bagi Fokker
hukanlah merupakan kalimat yang lengkap, apabila tidak
diikuti dengan jawabannya. Jawaban yang menyertai kalimat
(8) dianggap melengkapi kalimat tersebut sehingga
memperoleh pola intonasi kalimat deklaratif.

4. Orang itu sahdbat tuan?


5. Orang itu sahabat tuan? Bukan.

Teriepas dari bagaimana intonasi kalimat diperikan


secara analitis, terdapat kesamaan yang paling mendasar pada
karya-karya yang ditelaah secara ringkas di atas, yaitu
intonasi kalimat memiliki hubungan yang erat dengan
sintaksis kalimat. Hal ini sejalan pula dengan Wojowasito
(1978) yang menganggap bahwa intonasi kalimat mcrupakan
lapisan subyektif kalimat„ Megkipun intonasi kalimat
penting, bentuk forrnal sintaksis atau perkataan lebih sentral
dari pada intonasi kalimat. Selain menganggap bahwa
intonasi adalah bagian dari sintaksis, Wojowasito
menambahkan bahwa dengan perantaraan intonasi kalimat
penutur dapat menyatakan reaksi dari diri pribadinya
terhadap 'sesuatu di dalam kenyataan'. Wojowasito juga
menyatakan:
35
Fokker, A.A. 1960, Pengantar Sintaksis Indonesia. Jakarta: Pradnja
Paramita

195
Fungsi Pragmatika Intonasi

'Intonasi kalimat adalah unsur kalimat, yang hingga


sekarang belum diakui, dihargai dan dibicarakan lebih
mendalam. Di sini kita ingin menunjukkan fungsi
intonasi di dalam struktur kalimať (Wojowasito 1978:
4).

Samsuri (1982), sama halnya dengan yang lain-lainnya,


juga melihat intonasi kalimat dari segi sintaksis dengan
menggunakan pendekatan tata bahasa transformasi36. Beliau
misalnya, membagi intonasi kalimat menjadi (a) pola-pola
dasar, (b) pola-pola tambahan, dan (c) pola-pola
transformasi, Pola-pola dasar berupa kalimat-kalimat dasar,
yang panjangnya sangat terbatas. Sementara pola-pola
tambahan merupakan pola-pola intonasi manasuka, yaitu
boleh terdapat pada kalimat dasar, boleh pula tidak; pola-
pola transformasi merupakan penggabungan di antara pola-
pola dasar dengan atau tanpa pola-pola tambahan.
Buku Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia yang disusun
oleh Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, baik
Edisi Pertama maupun Edisi Kedua, yang diterbitkan
masing-masing pada tahun 1988 dan 1993 itu hanya
menyediakan Iebih kurang tiga halaman tempat membahas
intonasi kalimat. Meskipun terdapat perbedaan materi
pembahasan di dalam kedua edisi tersebut, pada dasarnya
kedua-duanya menekankan mngsj sintaksis dan semantik

36
Samsuri. 1982. Analisis Bahasa. Jakarta: Erlangga.

196
Fungsi Pragmatika Intonasi

intonasi kalimat di dalam bahasa Indonesia. Intonasi kalimat


disebutkan berfungsi sebagai pemarka semantis pada
pembalikan urutan kata (1988) serta berfungsi sintaktis
untuk membentuk kalimat interogatif dari kalimat deklaratif
(1988, 1993) dan untuk kategori apositif (1988). Selain itu,
di dalam edisi (1993) juga disinggung hubungan intonasi
kalimat dengan jenis-jenis kalimat seperti kalimat deklaratif,
imperatif, dan interogatif secara sepintas. Kalimat deklaratif
memiiiki nada turun. Kalimat imperatif ditandai dengan nada
turun atau turun lalu sedikit naik. Kalimat interogatif
memiliki nada naik, khususnya pada kalimat interogatif
tanpa kata tanya, dan juga memiliki nada turun.
Dari telaah ringkas terhadap beberapa sumber pustaka di
atas dapat disimpulkan bahwa intonasi kalimat di dalam
bahasa Indonesia membawa informasi sintaksis dan semantik.
Selain kedua macam inforrnasi ini apakah ada informasi lain
yang dapat dihubungkan dengan intonasi kalimat di dalam
bahasa Indonesia? Beberapa karya seperti diuraikan di atas
memang menyebut secara sepintas informasi seperti keadaan
emosional dan sikap penutur pada saat berbicara, Apakah
informasi ini dapat digambarkan secara analitis dan
dihubungkan dengan aspek penggunaan bahasa?
Kelihatannya, jawaban untuk semua pertanyaan ini telah
membawa kita kepada ranah praynatika bahasa.

Kalimat-kalimat bahasa pada umumnya memiliki fungsi


pragrnatika. Penutur bahasa dapat melakukan sejumlah besar

197
Fungsi Pragmatika Intonasi

tugas-tugas komunikasi dengan menggunakan kalimatkalimat


bahasanya. Dia dapat memulai suatu percakapan, menyuruh
seseorang melakukan sesuatu, bercerita, meminta informasi,
berjanji, menyarnpaikan sesuatu yang diketahui atau
didengamya, mengungkapkan keheranan atau kebencian
terhadap sesuatu yang terjadi padanya, memberi saran,
bertaruh, menawarkan sesuatu, memberi izin terhadap
seseorang untuk melakukan sesuatu, dan sebagainya. Menurut
Saddock dan Zwicky 0985) beberapa dari penggunaan bahasa
ini memiliki konstruksi sintaksis tertentu atau bahkan bentuk
tertentu, yang disiapkan untuk itu, seperti partikel khusus,
afiks, untan kata, intonasi, pelesapan, atau pen.lbahan
fonologis. Menurut keduanya kebersarnaan struktur
gramatika dan penggunaan bahasa ini disebut tipe kalimat.
Bahasa digunakan untuk beraneka ragam tujuan dan
dilakukan dengan memanfaatkan seluruh zat bahasa yang
bergayut dengan pengungkapan tujuan tersebut.
Seperti yang disebutkan di atas, salah satu zat
bahasa yang dapat dimanfaatkan untuk itu adalah
intonasi, termasuk zat-zat yang berhubungan
dengannya seperti aksen, yaitu unsur ritme yang
meliputi tekanan, sendi, dan nada. Aksen,
misalnya, memiliki fimgsi kepentingan dan fungsi
kekuasaan (Bolinger 1987). Fungsi yang pertama
benalian dengan pengertian fokus, informasi, dan
hubungan tematis, harus diuraikan untuk
menjelaskan bagaimana sebuah ujaran dipahami,

198
Fungsi Pragmatika Intonasi

sedangkan fixngsi yang kedua adalah untuk


menciptakan kewenangan.
Secara sintaksis, intonasi di dalam bahasa
Indonesia dapat memiliki beberapa ciri yang
berhubungan dengan kategori dan fungsi kalimat.
Intonasi dapat memberikan informasi kategorial,
misalnya, intonasi deklaratif, interogatif, dan
imperatif. Intonasi dapat juga memberikan
informasi fungsional. Sendi, apakah sendi tunggal
atau sendi rangkap. misalnyas dapat berfungsi
untuk mengelompokkan bagian kalimat ke dalam
kelompok subyek dan predikat kalimat dan ke
dalam kelompok klausa utama dan klausa rendah
seperti yang dapat kita amati dalam beberapa
contoh di bawah ini:

Mereka / menebang pohon itu.


Deklaratif

23 It
Anak yang berumur IO tahun itu / menebang pohon
itu.
Deklaratif

233n / 23
Saya datang // dia pulang

199
Fungsi Pragmatika Intonasi

Deklaratif
233n // 23

Apakah mereka / menebang pohon?


InterogatiÉ
332n / 223n

/ 23 It

Potonglah / pohon itu!


Imperatif

2330 23 I l

Intonasi secara semantis dapat mengubah makna


kalimat. Seperti yang disebutkan oleh Samsuri (1982),
penempatan unsur intonasi seperti sendi pada bagian
kalimat yang berbeda dapat menyebabkan perbedaan
makna. Penempatan sendi rangkap atau sendi tunggal
pada tempat yang sesuai seperti pada kaiimat
memberikan makna yang berbeda pada keduanya,
meskipun kedua kalimat tersebut mengandung unsur
leksikal dan struktur sintaksis (urutan kata) yang
sama. Pada kalimat (12) pokok pembicaraan adalah
ıerang bulan, sementara pada kalimat (13) pokok
persoalan adalah bulan.

12. ini terang bulan

200
Fungsi Pragmatika Intonasi

2 3 // 2 2 / 3 1
13. İni terang bulan

2 3 // 2 3 // 1 1

Selain tekanan, sendi ataupun jeda di dalam


pola intonasi kalimat biasanya tidak memiliki
makna sincaksis ataupun semantis tenentu. Namun
berdasarkan pengamatan kasar terhadap data yang
dikumpulkan untuk keperluan makalah ini, jeda
kelihatannya membawa informasi pragınatika
tertentu, yang menyiratkan: 'tahu?', 'mengeni?',
'sudah paham?' , dan sebagainya.5 Dalam interaksi
kelas, misalnya, guru sering memperpanjang sendi
suku kata terakhir kalimamya menjadi jeda, yang
di sini ditafsirkan memiliki fungsi pragınatika
seperti yang disebutkan di ataş.

Satü tambah satu sama dcngan du //// a.


Ebu kota Republik Indonesia adalah Jakar //// ta,

Kategori Pola Intonnsi

dapat dikenali dan diuraikan secara


sistematis melalui pengkategorian pola intonasi
menjadi pola intonasi tak bcrmałka dan pola
intonasi bermarka. Secara pragnatis kalimat
deklaratif yang memiliki pola intonasi AN adalah
pola intonasi tak bermarka. Terrnasuk ke dalam
kelompok ini adalah kalimat interogatif dengan
pola intonasi AN dan AT dan kalimat imperatif
dengan pola intonasi AT. Pola intonasi kalimat
yang kemudian diubah untuk tujuan-tujuan
pragmatis tertentu termasuk ke dalam kelompok
pola intonasi bermarka, Pemerian

201
Fungsi Pragmatika Intonasi

Konteks Penuturan Mengubah Pola Intonasi

Fungsi pragnatika İntonasi bahasa Indonesia yang


paling akrab dengan kita adalah fungsi intonasi yang
mengubah kategori deklaratif dari kalimat pemyataan
menjadi kalimat pertanyaan. Secara semantis dengan
demikian perubahan pola intonasi ini juga dapat
menyebabkan perubahan maha dari makna deklaraıif
menjadi makna interogatif.

Dia / sudah membaca makalahnya.

233„ / 23 1,
Dia / sudah membaca makalahnya?

233n / 233„

Makna sebuah kalimat dapat dianggap sebagai


seperangkat proposisi. Proposisi semantik sebuah
kalinıat adalah bentuk abstrak yang melambangkan
struktur makna kalimat itü tanpa memperhatikan
bentuk fonologis dan sintaktisnya. Dengan demikian
kalimat secara semantis dapat menurunkan proposisi-
proposisi seperti:

Dia melemparkan kayu itü ke pohon.


Seseorang melemparkan koyu itü ke pohon.

Seseorang melemparkan sesuatu ke pohon.

202
Fungsi Pragmatika Intonasi

Sesuatu terjadi,

Namun, pada situasi percakapan tertentu, kalimat


(16) dapat memberikan infomasi lebih jauh, yang
secara semantis tidak berhubungan dengan
proposisipropusisi di am. Dengan member[kan aksen
(tekanan kalimat) yang berbeda pada kelompok ton
tertentu pada kalimat (16) seperti yang kita peroleh
pada kalimat ( i 7), (18), dan (19), paling tidak
kalimat tersebut dapat memberikan tiga jenis
informasi pragırıatika yang berbeda.

1. Dengan memberikan penekanan pada Dia, kalimat


itü dapat memberikan informasi bahwa penutumya
menolak tuduhan melakukan pelemparan.

2. Penekanan pada kaya ilu dapat memberikan


informasi bahwa penutumya menolak bahwa pelaku
pelemparan itü menggunakan batu, bom, dan
sebagainya.

3. Penekanan ditempatkan pada pohon menunjukkan


bahwa penutumya meneoba menolak tuduhan bahwa
pelemparan itü ditujukan ke kaca jendela

Intonasi Bahasa Melayu

Intonasi bahasa Melayu mempunyai hubungan


yang rapat dengan sintaksis, yaitu dapat membedakan
jenis dan bentuk kata. Intonasi dilihat dalam bahasa

203
Fungsi Pragmatika Intonasi

Melayu menandai dan memisahkan frasa berbagai


jenis dan bentuknya. Ada beberapa fungsi intonasi.
diantaranya:

1 .Fungsi emosional: Untuk menyatakan pelbagai


makna sikap, sepertikegembiraan, kebosanan,
kemarahan, kekejutan, keakraban,kekecualian,
ketakutan dan ratusan sikap yang lain.
2. Fungsi gramatis: Untuk menandakan kontras dari
segi tatabahasaterhadap sesuatu ujaran, sama ada
sesebuah klausa atau ayat itu berupapertanyaan atau
pernyataan, positif atau negatif dan seumpamanya.
3. Fungsi struktur informasi: Untuk memberikan
sesuatu yang baruberbanding dengan yang telah
dimaklumi dalam makna sesebuah ujaraniaitu dengan
menekankan kata yang membawa makna tersebut.
4. .Fungsi tekstual: Untuk membentuk nada dan gaya
suara yang turun naikbagi wacana yang lebih luas
seperti pembacaan teks berita yangmembezakan satu
berita dengan berita yang lain.
5. .Fungsi psikologi: Untuk membantu menggubah
bahasa menjadi unit-unitujaran yang mudah dilihat
dan diingat, seperti belajar urutan nombor
yangpanjang atau ungkapan dalam ucapan.
6. .Fungsi ‘indexical’: Untuk menandai identiti
seseorang, iaitu membantumengenali seseorang sama
ada tergolong dalam kumpulan sosial ataupekerjaan

204
Fungsi Pragmatika Intonasi

yang berbeza, seperti khatib, penjual ubat atau sarjan


tentera.

D. PERSAMAAN DAN PERBEDAAN


NADA/INTONASI DALAM BAHASA
INDONESIA DAN BAHASA ARAB
1.Persamaan Nada dalam Bahasa Indonesia dan
Bahasa Arab

Bahasa Indonesia dan Bahasa Arab bukanlah


bahasa intonasi, oleh karena itu, perubahan intonasi /
nada pada kedua bahasa ini tidak selamanya
mengubah pengertian. Intonasi terjadi karena
pengaruh dialek seseorang atau kebiasaan seseorang
yang berbahasa. Namun dalam beberapa kondisi,
intonasi / nada dapat berfungsi sebagai pembeda
antara kalimat positif dengan kalimat Tanya,
menyatakan persetujuan, penolakan, keheranan atau
ketakjuban
Berikut beberapa fungsi kebahasaan yang
sama dari kedua bahasa tersebut:
1. Fungsi Semantik yang membedakan makna kalimat.
Seperti kata ‫اء هللا‬ggg‫ا ش‬ggg‫م‬ jika diucapkan dengan nada
menurun, artinya bisa menunjukkan rasa menahan
amarah, dan bila diucapkan dengan nada yang agak
tinggi artinya bisa menunjukkan rasa takjub

205
Fungsi Pragmatika Intonasi

2. Fungsi Ketatabahasaan, yang membedakan bentuk


kalimat. Seperti kalmat ‫اهر‬ggg‫ذا لمظ‬ggg‫ل ه‬ggg‫ا أجم‬ggg‫م‬ apabila
dituturkan dengan nada biasa, maka akan menjadi
kalimat takjub. Namun jika dituturkan dengan intonasi
naik-turun maka akan menjadi kalimat
Tanya.                                                                             
   
2.Perbedaan Nada dalam Bahasa Indonesia dan
Bahasa Arab
Tidak ada perbedaan secara signifikan antara
nada dalam bahasa Arab dan dalam bahasa Indonesia.
Perbedaan mendasar dari kedua bahasa ini adalah jika
dalam bahasa Indonesia, satu struktur bisa berubah
artinya menjadi kalimat Tanya dengan nada tanpa
penambahan kata, maka dalam bahasa Arab,
umumnya selain mengubah nada, bahasa Arab
memerlukan kata Tanya“istifham” sebagai
tambahannya.37

37
Siregar,Sonang. Analisis Kontrasif Bahasa. Jakarta. 2009.

206
Fungsi Pragmatika Intonasi

Bab X
JEDA

207
Fungsi Pragmatika Intonasi

Oleh : M.Nur Zaeni

PENGERTIAN JEDA
Jeda atau Perhentian merupakan pemutusan suatu arus
ujaran yang sedang berlangsung. Perhentian
berkaitan dengan bidang tutur berupa kalimat atau
wacana. Perhentian dapat dibedakan menjadi dua.

a. Perhentian antara atau nonfinal, biasanya dilambangkan


dengan tanda koma (,). Perhentian macam itu disebut juga
jeda. Jeda terjadi karena kebulatan amanat suatu tuturan
belum terjadi. Penggunaan jeda, selain memudahkan kalian
memahami ketepatan pesan/informasi, jeda juga dapat kita
gunakan untuk membedakan makna.

208
Fungsi Pragmatika Intonasi

b. Perhentian akhir atau final, biasanya dilambangkan dengan


tanda titik (.), tanda seru (!), atau tanda tanya (?).
 Jeda adalah hentian sebentar dalam ujuran (sering terjadi di
depan unsur kalimat yang mempunyai isi informasiyang
tinggi atau kemungkinan yang rendah).
Contoh:
Anda menulis skenario/ kami yang akan mementaskannya.
 Jeda adalah diam sebentar diantara kata-kata atau diantara
beberapa suku kata
Di dalam sebuah ucapan dengan tujuan untuk
menunjukkan terhadap kedudukan akhir lafadz atau suku kata
lalu akan memulainya kembali ucapan ( Umar, 1991:231 ). Ada
beberapa penamaan lain terhadap topik pembahasan ini seperti
dikemukakan oleh peneliti ilmu bunyi seperti ‫( انتقال‬perpindahan),
‫( فاصل‬Pemisah), dan ‫ ( سكتة‬diam sebentar ).

Disebut ‫ فاصل‬atau ‫ سكتة‬karena untuk menunjukkan


bahwasanya ‫( مفصل‬jeda) merupakan bagian dari diamnya suara di
dalam ucapan. Disebut ‫( انتقال‬perpindahan) karena unttuk
menunjukan bahwa jeda merupakan bagian dari diamnya suara di
dalam ucapan dalam satu waktu yang sama.

B. MACAM-MACAM JEDA

Jeda terkadang terjadi secara tertutup dan kadang secara


terbuka, oleh karena itu

jeda terbagi menjadi dua macam :

1. Jeda Tertutup ( Close Juncture )

209
Fungsi Pragmatika Intonasi

Yaitu jeda yang terjadi diantara suku kata dalam suatu kata
dimana jika

dituangkan dalam tulisan maka ditandai dengan (-), contoh : ‫كتب‬


) ‫ك‬- ‫(ب – ت‬,

atau mungkin cukup dengan petunjuk ,( ‫(ك – تا ) مك – ت – ب‬, ‫مكتب‬


‫ – ب ) كتاب‬spasi (spase) antara suku kata tanpa adanya tanda.

2. Jeda Terbuka ( open Juncture )

Yaitu jeda yang terjadi antara beberapa kalimat atau beberapa

ungkapan, dan dimana jika dituangkan dalam tulisan maka


ditandai dengan

‫ المدرسة الجدیدة‬+ ‫مدیرة‬atau (‫ الجدیدة‬+ ‫ ) مدیرة المدرسة‬,( ‫ َم ْتنِي‬+ ‫كل‬


َ ):
contoh ,(+)
C. FUNGSI JEDA

Jeda dengan bentuk fonem itu memiliki tujuan untuk


pembeda makna, dengan maksud bahwa terjadinya jeda diantara
beberapa kalimat itu dapat mempengaruhi.

DEFINISI JEDA DAN FUNGSI JEDA DALAM BAHASA


INDONESIA

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, jeda adalah


hentian sebentar dalam ujaran (sering terjadi di depan unsur
kalimat yang mempunyai isi informasi yang tinggi atau
kemungkinan yang rendah). Muslich (2008:114--115)
menyatakan bahwa jeda atau kesenyapan terjadi diantara dua

210
Fungsi Pragmatika Intonasi

bentuk linguistik, baik antar kalimat, antarfrase, antarkata,


antarmorfem, antarsilaba, maupun antar fonem. Jeda antara dua
bentuk linguistik yang lebih tinggi tatarannya lebih lama
kesenyapannya bila dibanding dengan yang lebih rendah
tatarannya. Jeda antar kalimat lebih lama kesenyapannya bila
dibanding dengan jeda antar frase. Jeda antar frase lebih lama bila
dibanding dengan jeda antarkata. Begitu juga seterusnya. 
Dalam bahasa Indonesia, jeda ini terasa lebih fungsional bila
dibanding dengan suprasegmantal yang lain. Perhatikan
perbedaan jeda pada kalimat berikut.
(1) Anak / pejabat yang nakal itu telah dimejahijaukan.
(2) Anak pejabat / yang nakal itu telah dimejahijaukan.
Dengan perbedaan jeda yang agak lama antara anak dan
pejabat (kalimat 1) dan antara pejabat dan yang (kalimat 2)
makna kalimat itu berbeda. Pada kalimat (1) ‘yang nakal adalah
pejabat’, sedangkan pada kalimat (2) ‘yang nakal adalah anak
pejabat’.
Dengan begitu frase buku sejarah baru pada kalimat berikut.
(3) Ia membeli buku / sejarah baru 
(4) Ia membeli buku sejarah / baru
Dengan perbedaan jeda yang agak lama antara buku dan
sejarah (kalimat 3) dan antara buku dan sejarah (kalimat 4)
makna kalimat itu berbeda. Pada kalimat (3) ‘yang baru adalah
sejarahnya’, sedangkan pada kalimat (2) ‘yang baru adalah
bukunya’
Jeda merupakan fonem dalam bahasa Indonesia. Apabila kita
bandingkan satuan gramatik rekreasi dan re//kreasi, terlihat jelas

211
Fungsi Pragmatika Intonasi

terjadi perbedaan makna. Satuan gramatik rekreasi mempunyai


makna ‘berwisata’, sedangkan satuan gramatik re//kreasi
bermakna ‘kreasi ulang’. Perbedaan makna dua satuan gramatik
tersebut terjadi karena hadirnya jeda pada re//kreasi. Dengan
demikian jelaslah bahwa jeda merupakan fonem suprasegmental
bahasa Indonesia (Sumadi, 2010)
Berdasarkan uraian di atas, jelaslah bahwa jeda dalam bahasa
Indonesia merupakan salah satu bunyi suprasegmental yang
berfungsi sebagai pembeda makna. Dapat pula dikatakan bahwa
jeda dalam bahasa Indonesia bersifat distingtif (pembeda makna)

MACAM JEDA ATAU PERSENDIAN DALAM BAHASA


INDONESIA 

Beberapa referensi menyatakan menyebutkan istilah jeda


dengan istilah persendian. Dengan kata lain, jeda dikenal
juga dengan istilah persendian. Jeda atau persendian
berkenaan dengan hentian bunyi dalam arus ujar. Disebut
jeda karena adanya hentian itu, dan disebut persendian
karena di tempat perhentian itulah terjadinya persambungan
antara segmen yang satu dengan segmen yang lain. Jeda ada
yang bersifat penuh juga ada yang sementara. Sedangkan
jeda dibedakan karena adanya sendi dalam dan sendi luar.
Sendi dalam merupakan jeda yang bersifat sementara. Sendi
dalam menunjukkan batas antara satu suku kata dengan suku
kata yang lain.
Contoh: /am+bil/ /lam+pu/ /pe+lak+sa+na/ 
Tanda (+) dalam pengucapan di atas menunjukkan jeda

212
Fungsi Pragmatika Intonasi

(sendi dalam). Sendi luar menunjukkan batas yang lebih


besar dari 
suku kata. Sendi luar memberi jeda antarkata dalam frase,
antarfrase dalam klausa, dan antarkalimat dalam wacana. . 
Macam jeda dan persendian yang penulis sampaikan,
berdasarkan pendapat Uliyati (2009). Dalam penjenisan jeda
dalam bahasa Indonesia, Uliyati membedakan antara istilah
jeda dan sendi.
Adapun penjelasan lebih lanjut mengenai macam jeda dan
persendian dalam bahasa Indonesia adalah sebagai berikut.
Sendi (Juncture) adalah peralihan dari satu bunyi ke bunyi
yang lain dengan terdapat perhentian sejenak. Sendi berada
dalam tataran kata.
Macam-macam sendi:
1. Sendi tutup (close juncture) yaitu sendi yang ada di dalam
kata
2. Sendi buka (open juncture) yaitu sendi yang mengakhiri
kata
3. Sendi buka dalam (internal open juncture) yaitu sendi buka
yang menandai peralihan di dalam kata

Contoh:
1. Kemeja
Sendi yang terjadi yaitu /ke/ dengan /me/ dan /me/ dengan
/ja/.Sendi /ke/ dengan /me/ dan /me/ dengan /ja/ disebut sendi
tutup.Sedangkan sendi sebelum /ke/ dan sesudah /ja/ disebut
sendi buka.

213
Fungsi Pragmatika Intonasi

2. Beruang → memiliki uang


Beruang → nama binatang
Sendi sebelum /u/ lebih panjang untuk kata pertama daripada
kata kedua.
Simbol secara fonetis untuk menandakan sendi:
1. Sendi tutup → tanda palang (+)
2. Sendi buka → tanpa symbol
Misal: ke + meja (ia melempar uang logam ke meja itu)
Berdasarkan transkripsi fonetisnya, sendi dibedakan
menjadi:
- Sendi tambah (+), yaitu jeda yang berada di antara dua suku
kata. Ukuran panjangnya kurang dari satu fonem.
- Sendi tunggal (/), yaitu jeda yang berada di antara dua kata
dalam frasa dengan ukuran panjang satu fonem.
- Sendi rangkap (//), yaitu jeda yang berada diantara dua
fungsi unsur klausa atau kalimat, di antara subjek dan
predikat.
- Sendi kepang rangkap (#), yaitu jeda yang berada sebelum
dan sesudah tuturan sebagai tanda diawali dan diakhirinya
tuturan.

Jeda adalah perhentian yang menandai batas terminal


intonasi kalimat. Jeda berada dalam tataran kalimat.
Macam-macam jeda:
1. Jeda final yaitu perhentian berada di akhir kalimat dan
menandai intonasi berakhir.
2. Jeda nonfinal yaitu perhentian berada di tengah kalimat

214
Fungsi Pragmatika Intonasi

yang menandai frase tertentu.


Notasi yang digunakan:
1. Jeda final → palang ganda ( # )
2. Jeda nonfinal → garis miring ( / )
Contoh:
# guru / baru datang #
# guru baru / datang #

PANDANGAN FONOLOGI PROSODI TERHADAP JEDA


Dalam pembahasan jeda bahasa Indonesia, pembahasan
tentang fonologi prosodi terasa perlu. Hal ini dikarenakan
jeda merupakan salah satu bunyi suprasegmental. Fonologi
prosodi membahas tentang bunyi segmental yang pada
pokok-pokok prosodinya diungkap mengenai bunyi
suprasegmental terutama jeda. Adapun penjelasan lebih
lanjut mengenai fonologi prosodi menurut Abied (2011)
sebagai berikut.
Pada tahun (1890-1960) seorang guru besar pada
Universitas London yang bernama John R. Firth telah
mengemukakan sebuah teorinya mengenai fonologi prosodi.
Karena itulah, teori yang dikembangkannya tersebut
kemudian dikenal dengan nama aliran Porosodi; tetapi
disamping itu dikenal pula dengan nama aliran firth, atau
aliran Firthian, atau aliran London.
Fonologi prosodi adalah suatu cara untuk menentukan arti
pada tataran fonetis. Fonologi prosodi tersebut terdiri dari
satuan-satuan fonematis berupa unsur-unsur segemental;

215
Fungsi Pragmatika Intonasi

yakni konsonan, vokal, sedangkan satuan prosodi berupa ciri-


ciri atau sifat-sifat struktur yang lebih panjang daripada suatu
segmen tunggal. 
Aliran London atau biasa juga disebut fonologi prosodi
adalah suatu cara untuk menentukan arti pada tataran fonetis.
Arti pada pokok tataran fonematis tersebut yaitu berupa
unsur-unsur segmental. 
Adapun pokok-pokok prosodi tersebut terbagi atas tiga
macam yakni sebagai berikut:
1) Prosodi yang menyangkut gabungan fonem; struktur kata,
struktur suku kata, gabungan konsonan dan gabungan vokal
2) Prosodi yang terbentuk oleh sendi atau jeda. Artinya jeda
atau persendian mempunyai hubungan erat dengan hentian
bunyi dalam arus ujar. Mengapa disebut jeda? Yakni karena
ditempat perhentian itulah terjadinya persambungan antara
segmen yang satu dengan segmen yang lainnya.
Jeda ini bersifat penuh dan dapat juga bersifat sementara,
sedangkan sendi biasanya dibedakan adanya sendi dalam
(internal juncture) atau sendi luar (open juncture), sendi
dalam menunjukkan batas yang lebih besar dari segmen
silabel. Dalam hal ini, biasanya dibedakan:
Ø Jeda antara kata dalam frase diberi tanda berupa garis
miring tunggal (/)
Ø Jeda antara frase dalam klausa diberi tanda berupa garis
miring ganda (//)
Ø Jeda antara kalimat dalam wacana diberi tanda berupa
garis silang ganda (#)

216
Fungsi Pragmatika Intonasi

Sehingga dapat diketahui bersama bahwa dalam bahasa


Indonesia sangat penting karena tekanan dan jeda itu dapat
mengubah makna kalimat.
3) Prosodi yang realisasi fonetisnya melampaui yang lebih
besar dari pada fonem-fonem suprasegmental. Artinya bahwa
arus ujaran merupakan tuntutan bunyi sambung bersambung
terus menerus diselang-seling dengan jeda singkat atau jeda
agak singkat, disertai dengan keras lembut bunyi, tinggi
rendah bunyi, panjang pendek bunyi dan sebagainya. Dalam
arus ujaran itu ada bunyi yang dapat disegmentasikan
sehingga disebut bunyi segmental; tetapi berkenaan dengan
keras lembut, panjang pendek, dan jeda bunyi tidak dapat
disegmentasikan. Bagian dari bunyi tersebut disebut bunyi
supra segmental atau prosodi. Dalam studi mengenai bunyi
atau unsur suprasegmental ini biasanya dibedakan pula atas;
tekanan atau stress, nada atau pitch, jeda atau persendian.

JEDA DALAM BAHASA INDONESIA TULIS

Sebagaimana pembahasan dalam latar belakang bahwa


penggunaan jeda dalam bahasa Indonesia lisan lebih mudah
diterapkan daripada dalam bahasa Indonesia tulis. Dalam bahasa
Indonesia tulis, terlebih dalam tataran kalimat, perbedaan jeda
sering menimbulkan kerancuan makna, kekaburan makna, atau
makna ambigu.
Sebagai antisipasi hal tersebut, perlu dilakukan pengkajian
mengenai tata bahasa tulis mengenai penggunaan jeda dalam
bahasa Indonesia tulis. Mengingat jeda memiliki fungsi sebagai

217
Fungsi Pragmatika Intonasi

pembeda makna. Selain itu, yang lebih penting lagi adalah agar
tidak terjadi kekaburan makna. Bunyi suprasegmental lain seperti
nada, sudah memiliki aturan mengenai penulisannya. Untuk
menunjukkan nada tanya, menggunakan tanda tanya (?), untuk
menunjukkan kalimat seru, perintah menggunkan tanda seru (!),
dan untuk menunjukkan kalimat berita menggunakan tanda titik
(.). Sedangkan untuk penulisan bunyi suprasegmental yang
berupa jeda dalam bahasa Indonesia masih belum jelas.
Untuk mengkaji penggunaan jeda dalam bahasa Indonesia
tulis perlu dikaji terlebih daulu mengenai tanda baca. Tanda baca
merupakan bunyi suprasegmental dalam bahasa lisan. Bunyi
suprasegmental merupakan fonem karena membedakan makna.
Selain mengenal huruf sebagian grafem, dalam bahasa Indonesia
juga mengenal 15 tanda baca. Tanda bunyi tersebut yaitu sebagai
berikut.
a. titik
b. koma 
c. titik koma
d. titik dua
e. tanda hubung
f. tanda pisah
g. tanda elipsis
h. tanda tanya
i. tanda seru
j. tanda kurung
k. tanda kurung siku
l. tanda petik

218
Fungsi Pragmatika Intonasi

m. tanda petik tunggal


n. tanda garis miring
Dari kelima belas tanda baca yang ada dalam bahasa
Indonesia, tidak semuanya bisa digunakan untuk member tanda
adanya jeda. Dari kelimabelas tanda di atas, terdapat beberapa
tanda baca yang bisa digunakan untuk menandakan adanya jeda.

TANDA TITIK

Dalam EYD, penggunaan tanda titik sebagai berikut:


1. Tanda titik dipakai pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan
atau seruan.
2. Tanda titik dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu
bagan, ikhtisar, atau daftar.
3. Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan
detik yang menunjukkanwaktu.
4. Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan
detik yang menunjukkan jangka waktu.
5. Tanda titik dipakai dalam daftar pustaka di antara nama
penulis, judul tulisan yang tidak berakhir dengan tanda tanya atau
tanda seru, dan tempat terbit.
6. Tanda titik dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau
kelipatannya.
Berdasarkan penjelasan di atas, tanda titik dalam penjedaan ini
mengacu pada pola pertama. Tanda titik dipakai pada akhir
kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan. Sudah cukup jelas
bahwa tanda titik bisa dipakai dalam penulisan jeda yang bersifat
final. Tanda ini selalu digunakan pada setiap akhir kalimat berita. 

219
Fungsi Pragmatika Intonasi

TANDA HUBUNG

Muslich (2008:115) mengemukakan bahwa dalam penulisan,


untuk membedakan kekaburan makna pada frase-frase diberi
tanda hubung (-) diantara kata yang merupakan penjelas
langsungnya. Perhatikan perbedaan jeda pada kalimat berikut.
(1) Anak / pejabat yang nakal itu telah dimejahijaukan.
(2) Anak pejabat / yang nakal itu telah dimejahijaukan.
(3) Ia membeli buku / sejarah baru 
(4) Ia membeli buku sejarah / baru
Dengan demikian, keempat frase pada kalimat tersebut
ditulis sebagai berikut.
(1a) Anak - pejabat yang nakal itu telah dimejahijaukan.
(2a) Anak pejabat - yang nakal itu telah dimejahijaukan.
(3a) Ia membeli buku - sejarah baru.
(4a) Ia membeli buku sejarah - baru.
Adapun penggunaan tanda hubung yang terdapat dalam
pedoman umum ejaan yang disempurnakan (EYD) sebagai
berikut.
1. Tanda hubung menyambung suku-suku kata dasar yang
terpisah oleh pergantian baris.
2. Tanda hubung menyambung awalan dengan bagian kata di
belakangnya atau akhiran dengan bagian kata di depannya pada
pergantian baris.
3. Tanda hubung meyambung unsur-unsur kata ulang.
4. Tanda hubung menyambung huruf kata yang dieja satu-satu
dan bagian-bagian tanggal.

220
Fungsi Pragmatika Intonasi

5. Tanda hubung boleh dipakai untuk memperjelas (i) hubungan


bagian-bagian kata atau ungkapan, dan (ii) penghilangan bagian
kelompok kata.
6. Tanda hubung dipakai untuk merangkai (i) se- dengan kata
berikutnya yang dimulai dengan huruf kapital, (ii) ke- dengan
angka, (iii) angka dengan -an, (iv) singkatanberhuruf kapital
dengan imbuhan atau kata, dan (v) nama jabatan rangkap.
7. Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan unsur bahasa
Indonesia dengan unsur bahasa asing. 
Berdasarkan penjelaan di atas, penggunaan tanda hubung
yang digunakan untuk menghindari kekaburan makna tidak
terdapat dalam pedoman umum ejaan yang disempurnakan
(EYD). Dari ketujuh pola penggunaan tanda hubung dalam EYD,
penggunaan tanda hubung untuk menghindari kekaburan makna
bisa hampir bisa dikategorikan dalam pola ke-lima sebagai
berikut.
5. Tanda hubung boleh dipakai untuk memperjelas (i) hubungan
bagian-bagian kata atau ungkapan, dan (ii) penghilangan bagian
kelompok kata.
Misalnya:
ber-evolusi, dua puluh lima-ribuan (20 x 5.000), tanggung jawab-
dan
kesetiakawanan-sosial
Bandingkan dengan:
Be-revolusi, dua-puluh-lima-ribuan (1 x 25.000), tanggung jawab
dan
kesetiakawanan sosial

221
Fungsi Pragmatika Intonasi

Dalam pola ke-lima tersebut tanda hubung boleh dipakai unuk


memperjelas dua hal, yakni hubungan bagian kata atau ungkapan
dan penghilangan bagian kelompok kata. Dalam pola ke-lima
tersebut bisa ditambahkan satu pemerian lagi, sehingga berbunyi
sebagai berikut. 
Tanda hubung boleh dipakai untuk memperjelas (i) hubungan
bagian-bagian kata atau ungkapan, dan (ii) penghilangan bagian
kelompok kata (iii) hubungan kata dalam kalimat untuk
menghindari makna ambigu.
Misalnya:
Dosen - baru datang.
Dosen baru – datang.

TANDA KOMA

Selain tanda hubung (-), penggunaan jeda dalam bahasa


Indonesia tulis bisa menggunakan penulisan tanda koma. Adapun
pola penggunaan tanda koma (,) dalam pedoman EYD ialah
sebagai berikut.
1. Tanda koma dipakai diantara unsur-unsur dalam suatu
perincian atau pembilangan.
2. Tanda koma dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang
satu dari kalimat setara berikutnya yang didahului oleh kata
seperti tetapi, atau melainkan.
a. Tanda koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari
induk kalimat jika anak kalimat itu mendahului indukn
kalimatnya.
b. Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari

222
Fungsi Pragmatika Intonasi

induk kalimat jika anak kalimat itu mengiringi induk kalimatnya.


3. Tanda koma dipakai di belakang kata atau ungkapan
penghubung antarkalimat yang terdapat pada awal kalimat.
Termasuk di dalamnya oleh karena itu, jadi, lagi pula, meskipun
begitu, akan tetapi.
4. Tanda koma dipakai untuk memisahkan kata seperti o, ya, wah,
aduh, kasihan dari kata lain yang terdapat di dalam kalimat.
5. Tanda koma dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari
bagian lain dalam kalimat.
6. Tanda koma dipakai di antara (i) nama dan alamat, (ii) bagian-
bagian alamat, (iii) tempat dan tanggal, dan (iv) nama tempat dan
wilayah atau negeri yang ditulis berurutan.
7. Tanda koma dipakai untuk menceraikan bagian nama yang
dibalik susunannya dalam daftar pustaka.
8. Tanda koma dipakai di antara bagian-bagian dalam catatan
kaki. 9. Tanda koma dipakai di antara nama orang dan gelar
akademik yang mengikutinya untuk membedakannya dari
singkatan nama diri, keluarga, atau marga.
10. Tanda koma dipakai di muka angka persepuluh atau di antara
rupiah dan sen yang dinyatakan dengan angka.
11. Tanda koma dipakai untuk mengapit keterangan tambahan
yang sifatnya tidak membatasi.
12.Tanda koma dapat dipakai―untuk menghindari salah
baca―di belakang keterangan yang terdapat pada awal kalimat.
13. Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan petikan
langsung dari bagian lain yang mengiringinya dalam kalimat jika
petikan langung itu berakhir dengan tanda tanya atau seru.

223
Fungsi Pragmatika Intonasi

Dalam penjabaran penggunaan tanda koma di atas, pada pola


ke-dua belas dinyatakan bahwa tanda koma dapat dipakai untuk
menghindari salah baca. Salah baca bisa diartikan sebagai
kekaburan makna, kerancuan makna, atau makna ambigu. Hal ini
menunjukkan bahwa tanda koma bisa digunakan untuk
menggantikan jeda dalam bahasa Indonesia tulis. Penggunaaan
tanda koma ini terasa lebih efektif digunakan daripada
penggunaan tanda hubung.
Misalnya:
Siti / istri / pak lurah yang baru itu / cantik.
Siti/ istri pak lurah / yang baru itu / cantik. 
Kalimat-kalimat tersebut berubah menjadi sebagai berikut. 
Siti, istri pak lurah yang baru itu, cantik.
Siti, istri pak lurah, yang baru itu, cantik.
Dengan demikian dapat diketahui bahwa dalam penulisannya,
jeda dalam bahsa Indonesia bisa menggunakan tanda baca titik
(.), tanda baca hubung (-), dan tanda baca koma (,).

Jeda dalam bahasa Indonesia terasa lebih fungsional jika


dibandingkan dengan unsur suprasegmental lainnya. Jeda
berfunsi sebagai pembeda makna. Jeda atau persendiaan ini
memiliki macam-macam bentuk, antara lain jeda final dan jeda
non final. 
Dalam tataran kalimat, penggunaaan jeda dalam bahasa Indonesia
tulis sering menimbulkan kekaburan makna. Oleh karena itu,
penulis memberikan solusi penggunaan tanda hubung atau tanda
koma pada kalimat yang berpeluang menimbulkan kalimat

224
Fungsi Pragmatika Intonasi

ambigu. Dalam penulisannya, jeda final ditulis dengan tanda titik.


Sedangkan untuk jeda non final dapat menggunakan tanda
hubung atau tanda koma. 

BAB XI

FONEM DAN ALOFON

Oleh : Rian Rahmat Patoni

225
Fungsi Pragmatika Intonasi

A. Fonem
1. Pengertian Fonem

Istilah fonem berasal dari bahasa inggris (phoneme). Dalam ilmu


bunyi bahasa arab banyak sekali istilah mengenai fonem ini,
seperti : ‫ الفظ‬,‫ فونيمي ة‬,‫ مستص وت‬,‫ ص وتية‬,‫ ص وت مج رد‬,‫ ص وت‬,‫ص وتيم‬.
Akan tetapi istilah yang lebih populernya yaitu ‫ ف ونيم‬karena
banyak digunakannya dalam tulisan dan yang paling disukai oleh
para ulama ahli bunyi dan 2 Fonem menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia (KBBI) adalah satuan bunyi terkecil yg mampu
menunjukkan kontras makna.  Sedangkan menurut Abdul Chaer
mengemukakan pendapat bahwa Fonem itu adalah bunyi bahasa
yang dapat atau berfungsi sebagai pembeda makna dua satuan
bahasa. Untuk memperjelas maksud dari pengertian fonem yang
dikemukakan Abdul Chaer, saya memberikan contoh dalam
bahasa Indonesia seperti kata ‘baru’ dan ‘bahu’ yang masing-
masing terdiri dari empat buah bunyi, dan perbedaannya hanya
pada bunyi ke tiga, yakni [r] dan [h].  Maka dapat disimpulkan
bahwa bunyi [r] dan [h] adalah dua fonem yang berbeda di dalam
bahasa Indonesia, yaitu fonem [r] dan fonem [h].
Dua buah kata yang hampir sama seperti kata baru dan bahu
tersebut, disebut sebagai pasangan minimal, maka untuk bisa

226
Fungsi Pragmatika Intonasi

membuktikan sebuah bunyi itu fonem atau bukan kita harus


mencari pasangan minimalnya. Jadi, untuk menentukan sebuah
bunyi itu merupakan fonem atau bukan dapat diketahui dengan
membuat pasangan minimal dan kontrasnya.
Dalam bahasa Arab contoh fonem yang diidentifikasikan dengan
pasangan minimal itu seperti /‫ح َس َب‬/ َ ‫ و‬/‫حس َب‬/
َ perbedaannya dari
ِ
kedua kata tersebut terdapat pada bunyi ke dua yang masing-
masing memilki harakat yang berbeda, yakni [ ِ ] ‫] َ [ و‬. Contoh
lain seperti / ‫ ِم ْن‬/ ‫ و‬/ ‫ َم ْن‬/, dan perbedaannya terletak pada bunyi
pertama [ َ ] ‫ ] ِ [ و‬. Sedangkan contoh fonem yang
َ َ
diidentifikasikan secara kontras adalah / ‫ ص ا َح‬/ ‫ و‬/ ‫ س ا َح‬/,
perbedaanya terletak pada bunyi pertama yang masing-masing
memilki huruf yang berbeda, yakni / ‫ ص‬/ ‫ و‬/ ‫ س‬/ . contoh lainnya
َ / , perbedaannya juga terletak pada bunyi
seperti / ‫ َد َر َب‬/ ‫ و‬/ ‫ض َر َب‬
pertama [ ‫ و [ د ] ] ض‬.

Banyak sekali pengertian-pengertian yang merujuk pada


fonem ini sebagaimana yang telah di paparkan oleh ulama ahli
bahasa dan ahli bunyi dalam karya-karyanya. Pemabahasan
fonem ini dibahas dalam satu sub-bab khusus yang mencakup
pengertian dan teori-terori fonem. Berikut ini deskripsi dan
pengertian fonem,

 Definisi abstrak fonem : fonem yaitu gambaran pemikiran


terhadap suatu bunyi yang tidak berwujud nyata ketika
sebuah komunikasi berlangsung, adapun apa yang
diucapkan oleh si pembicara itu bukanlah fonem akan
tetapi itu adalah alofon. Dengan kata lain fonem adalah
sebuah perumpamaan atau model yang terdapat dalam
pemikiran yang dilafalkan oleh si pembicara dengan
konteks perkataan yang berbeda-beda melalui alofon.

227
Fungsi Pragmatika Intonasi

Fonem /n/ dalam bahasa indonesia merupakan model


bunyi yang dapat dilafalkan dengan bentuk yang
bermacam-macam sesuai dengan konteks pembicaraan,
seperti ( nama, tanpa, untuk, uang, tanya) , begitu juga
fonem / ‫ ن‬/ dalam bahasa arab itu merupakan model
sebuah bunyi yang terdapat dalam pemikiran atau benak
si pembicara yang dapat dilafalkan sesuai dengan konteks
kata atau kalimat yang berbeda, seperti ( ‫) ينقل‬, ( ‫) ينبت‬, (

‫) ينفي‬, dan ( ‫) ينحرف‬, dll.

 Definisi fonem dari segi fungsi : fonem yaitu bunyi yang


memiliki kemampuan mengubah suatu makna. Bunyi / t /
dan / k / dalam contoh kata ( tuli), dan (kuli), merupakan
dua fonem yang mampu menjadi pembeda antara dua kata
tersebut, begitu juga bunyi ba / ‫ ب‬/ dan mim / ‫ م‬/ dalam

contoh kata / ‫ مال‬/, dan kata / ‫ بال‬/ mampu membedakan


kedua makan kata tersebut.

Definisi mengenai fonem ini sangatlah banyak dan


bervariasi, akan tetapi berikut ini titik temu mengenai definisi
fonem, yang disepakati oleh para ulama, dan definisi ini juga
merupakan definisi yang paling populer bahwasanya fonem
adalah unit terkecil bunyi yang mampu membedakan makna
dalam sebuah kata. Ba / ‫ ب‬/, dan mim / ‫ م‬/ dalam conoh kata /

‫ ب ال‬/ dan / ‫ م ال‬/ merupakan dua unit bunyi yang tidak dapat

dibagi lagi, dan mampu menjadi pembeda terhadap kedua

228
Fungsi Pragmatika Intonasi

kata tersebut. Dalam tulisan, fonem ini ditulis diantara dua


garis miring.

Fonem adalah bunyi bahasa yang berbeda atau irip satu


sama lain dalam sebuah penggunaan bahasa yang sama.
Dalam ilmu bahasa, fonem itu ditulis diantara dua garis
miring: /…/. Jadi dalam bahasa indonesia /p/ dan /b/
merupakan dua fonem yang kedua bunyi ini membedakan
arti.

Contoh Fonem:

Pola - /pola/

Parang - /parang/

Beras - /beras/

Fonem dalam bahasa dapat mempunyai beberapa macam


lafal yang bergantung pada tempatnya dalam kata atau suku
kata. Fonem /p/ dalam bahasa Indonesia misalnya, dapat
mempunyai dua macam dua macam lafal. Bila berada pada
awal kata atau suku kata, fonem dilafalkan secara lepas. Pada
kata /pola/ misalnya, fonem /p/ diucapkan secara lepas
kemudian diikuti oleh fonem /o/. Bila berada diakhir kata,
fonem /p/ sudah jelas tidak bisa diucapkan secara lepas. Bibir
kita akan tertutup untuk mengucapkan bunyi ini. Dengan
demikian, fonem /p/ dalam Bahasa Indonesia memiliki dua
variasi.

229
Fungsi Pragmatika Intonasi

Dalam buku Introducing Phonology, Odden (2007:44)


menyebutkan bahwa ketika ada dua kata yang hanya memiliki
satu perbedaan bunyi sementara bunyi lainnya sama, maka
disebut dengan pasangan minimal. Pasangan minimal
digunakan untuk menguji sebuah status fonem. Perhatikan
contohnya sebagai berikut:

/d/ /t/

d ire t ire

b end b ent

h ad h at

Perbedaan antara [t] dan [d] disebut kontrastif atau


distingtif. Karena selain berbeda bunyi, keduanya juga
membentuk kata dengan makna yang berbeda. Yang demikian
selanjutnya disebut dengan fonem. Dalam kamus linguistic,
kridalaksana (2009:62) merumuskan bahwa yang dimaksud
dengan fonem adalah satuan bunyi terkecil yang mampu
menunjukkan kontras makna. Verhaar (2012:68) juga
menjelaskan mengenai “fungsi pembeda” sebagai sifat khas
fonem, misalnya saja kata rupa dan lupa. Satu-satunya
perbedaan diantara kedua kata Indonesia itu ialah
menyangkut bunyi pertama, [l] dan [r]. selain bunyi pertama,
semua yang ada pada dua kata tersebut adalah sama, maka
pasangan [l] dan [r] disebut “pasangan minimal”. Maka dari
itu, /l/ dan /r/, dalam bahasa Indonesia, merupakan fonem-
fonem yang berbeda identitasnya. Sebaliknya, dalam bahasa

230
Fungsi Pragmatika Intonasi

jepang, bunyi yang secara fonetis dapat berupa [l] dapat juga
berupa [r] tidak pernah membedakan dua kata dalam
pasangan minimal. Maka dari itu, kedua bunyi tersebut bukan
merupakan fonem-fonem yang berbeda dalam bahasa jepang.

Fonem-fonem dalam tiap bahasa dapat ditemukan dengan


pasangan minimal. Namun, ada bunyi-bunyi yang secara
fonetis berbeda, tetapi tidak ditemukan pasangan minimal
yang membedakan arti sehingga tidak bias disebut fonem.
Secara umum, para ahli menyebutkan bahwa bunyi yang tidak
memiliki fungsi pembeda dan merupakan variasi dari fonem
dan alofon.

2. Pengujian atau percobaan fonem sebuah bunyi

Tidak setiap bunyi itu fonem, lalu bagaimana


mengidentifikasi sebuah bunyi apakah itu bunyi fonem atau
bukan ? sebagaimana yang telah kita ketahui tadi, bahwa fonem
itu mampu menjadi pembeda sebuah makna antar kata atau
merubah makna kata tersebut. Jadi, kemampuan membedakan
makna atau merubah makna merupakan kriteria mendasar yang
dapat digunakan dalam mengidentifikasi fonem suatu bunyi.
Maka dari itu, melalui percobaan penggantian sebuah bunyi, atau
pengujian terhadap dua buah bunyi dalam sebuah kata, melalui
dua langkah :

 Mencari dua kata yang komponen bunyi nya sama atau


serupa kecuali bunyi yang ingin di uji ( minimal pair atau
pasangan minimal). Untuk menguji bunyi sin / ‫ س‬/, dan

231
Fungsi Pragmatika Intonasi

shod / ‫ ص‬/, keduanya harus disimpan dalam dua kata yang


semua komponen bunyi nya sama atau serupa, seperti ( ‫سار‬

) dan ( ‫) ص ار‬. Berikut ini tambahan mengenai contoh

minimal pair yang bisa digunakan dalam pengujian fonem


suatu bunyi.

‫األصوات املرد اختبارها‬ ‫الثنائيات الصغرى‬ ‫ال رق‬

‫م‬

‫الهمزة والعين‬ ‫أليم – عليم‬ 1

‫التاء والطاء‬ ‫تاب – طاب‬ 2

‫الجيم والظاء‬ ‫ ظهر‬-‫جهر‬ 3

‫الكاف ةالقاف‬ ‫كلب – قلب‬ 4

‫الالم والراء‬ ‫ جرس‬-‫جلس‬ 5

‫الصاد والظاء‬ ‫ نظر‬-‫نصر‬ 6

‫الفاء والهاء‬ ‫نفى – نهى‬ 7

‫التاء والالم‬ ‫بات – بال‬ 8

‫امليم والراء‬ ‫دام – دار‬ 9

‫الراء والنون‬ ‫حضر – حضن‬ 10

 Melihat pada pergantian dua bunyi dalam setiap pasangan


kata, apakah pergantian terhadap dua bunyi tersebut
menyebabkan terhadap perubahan makna atau tidak. Jadi,

232
Fungsi Pragmatika Intonasi

jika kedua bunyi tersebut menyebabkan kedua makna kata


tersebut berubah, maka kedua bunyi tersebut adalah
fonem, seperti hamzah / ‫ ء‬/ dan ‘ain / ‫ ع‬/ dalam pasangan

kata ( ‫ أليم‬- ‫ ) عليم‬dan contoh-contoh yang telah dipaparkan

dalam tabel tadi. Akan tetapi, jika dalam pergantian dua


bunyi tersebut tidak menyebabkann perubahan makna,
maka dua bunyi tersebut bukanlah fonem, tapi itu adalah
alofon seperti sin / ‫ س‬/ dan shod / ‫ ص‬/ dalam contoh ( ‫صراط‬

‫ س راط‬- ) kedua bunyi dalam pasangan tersebut adalah

alofon

3. Macam-macam fonem

Fonem itu bermacam-macam, tapi intinya fonem itu


terbagi menjadi dua bagian:

1. Fonem segmental, yaitu bunyi konsonan dan bunyi vokal.


Disebut segmental, disebut segmental karena fonem
tesebut bisa di pecah lagi menjadi unit-unit terkecil,
seperti dalam kata ( ‫ ) كتب‬yang bisa di pecah menjadi

komponen terkecilnya yaitu ( ‫فتحة‬+‫ب‬+‫فتح ة‬+‫ت‬+‫ فتح ة‬+‫) ك‬.

Fonemm ini disebut juga fonem bersusun (

‫فتحة‬+‫ب‬+‫فتحة‬+‫ت‬+‫فتحة‬+‫ ) ك‬karena karena fonem ini ada dalam

sebuah ungkapan dengan bentuk bersusun sehingga


membentuk sebuah ungkapan, seperti kata tadi (
َ ‫) َك‬. ( Menulis ),
َ ‫ت‬+
‫فتحة‬+‫ب‬+‫فتح ة‬+‫ت‬+‫فتح ة‬+‫ ) ك‬menjadi ( ‫ب‬+

menjadi (me+nu+lis), menjadi (m+e+n+u+l+i+s).

233
Fungsi Pragmatika Intonasi

2. Fonem Suprasegmental yaitu fonem yang menyertai bunyi


segmental . Disebut juga fonem suprasusun. Yang
termasuk fonem suprasegmenal diantaranya yaitu tekanan,
nada, intonasi, jeda. Seperti dalam contoh berikut ini
berbeda makna nya disebabkan karena bedanya jeda
terhadap kalimat tersebut,
)‫املدرسة الجديدة (" الجديدة" وصف للمدرسة‬+ ‫مدير‬ -

)‫ الجديدة (" الجديدة" وصف للمدير‬+ ‫مدير املدرسة‬ -

- Anak + pejabat yang nakal ( “yang nakal”


merupakn sifat untuk pejabat)
- Anak pejabat + yang nakal (“ yang nakal”
merupakan sifat untuk anak pejabat).
1. Fonem-fonem Bahasa Arab
Bahasa arab memiliki 34 fonem segmental, yang terdiri
dari 28 konsonan dan 6 vokal, seperti yang terdapat dalam
tabel berikut ini :

No. Nama Bunyi Penulisan Penulisan Posisi


arab latin Awal kata Tengah kata Akhi
kata
1. ‫الهمزة‬ ‫ء‬ A ‫أخد‬ ‫سأل‬ ‫بدأ‬

2 ‫الباء‬ ‫ب‬ B ‫برك‬ ‫سبق‬ ‫كتب‬

3 ‫التاء‬ ‫ت‬ T ‫ترك‬ ‫فتح‬ ‫مات‬

4 ‫الثاء‬ ‫ث‬ Ts ‫ثبت‬ ‫كثر‬ ‫رفث‬

5 ‫الجاء‬ ‫ج‬ J ‫جلس‬ ‫فجأ‬ ‫خرج‬

6 ‫الحاء‬ ‫ح‬ H

234
‫‪Fungsi Pragmatika Intonasi‬‬

‫‪7‬‬ ‫الخاء‬ ‫خ‬ ‫‪Kh‬‬

‫‪8‬‬ ‫الدال‬ ‫د‬ ‫‪D‬‬

‫‪9‬‬ ‫الذال‬ ‫ذ‬ ‫‪Dz‬‬

‫‪10‬‬ ‫الراء‬ ‫ر‬ ‫‪R‬‬

‫‪11‬‬ ‫الزاي‬ ‫ز‬ ‫‪Z‬‬

‫‪12‬‬ ‫السين‬ ‫س‬ ‫‪S‬‬

‫‪13‬‬ ‫الشين‬ ‫ش‬ ‫‪Sy‬‬

‫‪14‬‬ ‫الصاد‬ ‫ص‬ ‫‪Sh‬‬

‫‪15‬‬ ‫الضاد‬ ‫ض‬ ‫‪Dh‬‬

‫‪16‬‬ ‫الطاء‬ ‫ط‬ ‫‪T‬‬

‫‪17‬‬ ‫الظاء‬ ‫ظ‬ ‫‪Dz‬‬

‫‪18‬‬ ‫العين‬ ‫ع‬

‫‪19‬‬ ‫الغين‬ ‫غ‬


‫‪20‬‬ ‫الفاء‬ ‫ف‬
‫‪21‬‬ ‫القاف‬ ‫ق‬
‫‪22‬‬ ‫الكاف‬ ‫ك‬
‫‪23‬‬ ‫الالم‬ ‫ل‬
‫‪24‬‬ ‫الميم‬ ‫م‬
‫‪25‬‬ ‫النون‬ ‫ن‬
‫‪26‬‬ ‫الهاء‬ ‫ه‬
‫‪27‬‬ ‫الواو‬ ‫و‬
‫‪28‬‬ ‫الياء‬ ‫ي‬
‫‪29‬‬ ‫الكسرة القصيرة‬ ‫ِ‬
‫‪30‬‬ ‫الضمة القصيرة‬ ‫ُ‬

‫‪235‬‬
Fungsi Pragmatika Intonasi

31 ‫الفتحة القصيرة‬ َ
32 ‫الكسرة الطويلة‬ ‫ي‬
33 ‫الواو الطويلة‬ ‫و‬
34 ‫االلف الطويلة‬ ‫ا‬

2. Fonem-fonem resmi bahasa Indonesia


a. Fonem Vokal
Nama-nama fonem vocal yang ada dalam bahasa
Indonesia yaitu sebagai berikut:
1. /i/ vocal depan, tinggi, tak bundar
2. /e/ vocal depan, sedang, atas, tak bundar
3. /a/ vocal depan, rendah, tak bundar
4. /u/ vocal belakang, atas, bundar
5. /o/ vocal belakang, sedang, bundar

Status fonem-fonem vocal itu dapat dibuktikan


dengan pasangan minimal berikut ini:

Posisi dalam kata


Fonem Awal Tengah Akhir
/i/ Ikan x akan Makin x makan Dari x dara
/e/ Enak x anak Raket x rakit Sate x satu
/a/ Alam x ulam Alih x alah Para x pari
/u/ Udan x adan Kasur x kasar Labu x laba
/o/ Onak x anak Kalon x kalan Toko x tokoh

b. Fonem diftong

236
Fungsi Pragmatika Intonasi

Fonem diftong yang ada dalam bahasa Indonesia


adalah fonem diftong /ay/, diftong /aw/ dan diftong
/oy/. Ketiganya dapat dibuktikan dengan pasangan
minimal.
/ay/ gulai x gula (gulay x gula)
/aw/ pulau x pula (pulaw x pul)
/oi/ sekoi x seka (sekoy x seka)
c. Fonem Konsonan
Nama-nama fonem konsonan bahasa Indonesia adalah
sebagai berikut:
1. /b/ konsonan bilabial, hambat, bersuara
2. /p/ konsonan bilabial, hambat, tak bersuara
3. /m/ konsonan bilabial, nasal
4. /w/ konsonan bilabial, semi vocal
5. /f/ konsonan labiodentals, geseran, tak bersuara
6. /d/ konsonan apikoalveolar, hambat, bersuara
7. /t/ konsonan apikoaveolar, sampingan
8. /n/ konsonan apikoaveolar, nasal
9. /t/ konsonan apikoaveolar, sampingan
10. /r/ konsonan apikoaveolar, getar
11. /z/ konsonan laminoveolar, geseran, bersuara
12. /s/ konsonan laminoveolar, geseran, tak bersuara
13. /j/ konsonan laminopalatal, paduan, bersuara
14. /c/ konsonan laminopalatal, paduan, tak bersuara
15. /y/ konsonan laminopalatal, semivokal
16. /g/ konsonan dorsevelar, hambat, bersuara
17. /k/ konsonan dorsevelar, hambat, tak bersuara

237
Fungsi Pragmatika Intonasi

18. /x/ konsonan dorsevelar, geseran, bersuara

Realisasi fonem sebenarnya sama dengan


bagaimana fonem itu dilafalkan. Hanya masalahnya
kalau orang Indonesia melafalkan fonem-fonem
bahasa Indonesia sangat banyak sekali variasinya. Hal
ini berkenaan bahwa bangsa Indonesia terdiri dari
berbagai etnis dan berbagai daerah, sehingga
melafalkan fonem-fonem bahasa Indonesia pasti
dipengaruhi oleh fistem fonologi bahasa daerahnya.

a. Realisasi fonem vocal


Secara umum realisasi fonem vocal bahasa
Indonesia adalah sebagai berikut:
1. Fonem /i/
Fonem ini mempunyai dua macam
realisasi, yaitu: pertama, direalisasikan
seperti bunyi [i] apabila berada pada silabel
terbuka atau silabel tak berkoda seperti
kata [kini], [lidi] dan [sapi]. Kedua,
direalisasikan seperti bunyi [I] apabila
berada pada silabel tertutup atau silabel
berkoda seperti pada kata [batIk], [ambIl]
dan [lirIk].
2. Fonem /e/
Fonem /e/ mempunyai dua macam
realisasi, yaitu: pertama, direalisasikan
seperti bunyi [e] apabila berada pada

238
Fungsi Pragmatika Intonasi

silabel terbuka, seperti pada kata [sate],


[pete] dan [barabe]. Kedua, direalisasikan
seperti bunyi [E] apabila berada pada
silabel tertutup, seperti pada kata
[magnEt], [karEt] dan [EmbEr].
3. Fonem /a/
Secara umum fonem /a/ direalisasikan
sebagai bunyi [a], baik pada posisi awal
kata, tengah kata, maupun akhir kata
seperti pada kata, dan.
4. Fonem /u/
Fonem /u/ ini mempunyai dua macam
realisasi, yaitu: pertama, dilafalkan sebagai
bunyi [u] apabila berada pada silabel
terbuka. Kedua, direalisasikan sebagai
bunyi [U] apabila berada pada silabel
tertutup.

5. Fonem /o/
Fonem ini juga mempunyai dua macam
realisasi yaitu: pertama, direalisasikan
sebagai bunyi [o] apabila berada pada
silabel terbuka. Kedua, direalisasikan
sebagai bunyi [O] apabila berada pada
silabel tertutup.
b. Lafal Fonem Konsonan
1. Fonem /b/

239
Fungsi Pragmatika Intonasi

Fonem ini direalisasikan sebagai bunyi /b/


apabila berada pada awal silabel, baik
silabel terbuka maupun silabel tertutup
ysng buka ditutup oleh fonem konsonan /b/
2. Fonem /p/
Fonem ini secara umum direalisasikan
sebagai bunyi /p/ baik secara onset pada
sebuah silabel maupun sebagai koda.
3. Fonem /n/
Fonem ini secara umum direalisasikan
sebagai bunyi [n], seperti pada kata
[nanas].
4. Fonem /w/
5. Fonem /f/
6. Fonem /d/
Fonem ini mempunyai dua macam realisasi
yaitu sebagai berikut: pertama,
direalisasikan sebagai bunyi [d] apabila
berposisi sebai onset pada sebuah silabel.
Kedua, diralisasikan sebagai bunyi [t] dan
[d] bila berposisi sebagai koda pada sebuah
silabel.
7. Fonem /t/
Fonem ini secara umum direalisasikan
sebagai bunyi [t], namun perlu dicatat
fonem /t/ pada posisi awal bila diberi
prefiks me- atau prefiks pe- akan luluh dan

240
Fungsi Pragmatika Intonasi

bersenyawa dengan bunyi nasal yang


homorgan dengan fonem /t/ itu.
8. Fonem /n/
Fonem ini direalisasikan sebagai bunyi [n],
baik sebagai onset maupun sebagai koda
dalam sebuah silabel.
9. Fonem /l/
Fonem ini direalisasikan sebagai bunyi [l]
baik sebagai onset maupun sebagai koda
pada sebuah silabel.
10. Fonem /r/
11. Fonem /z/
12. Fonem /s/
13. Fonem /j/
14. Fonem /c/
15. Fonem /y/
16. Fonem /g/
Fonem ini mempunyai dua macam realisasi
yaitu sebagai berikut: pertama,
direalisasikan sebagai bunyi [g] apabila
berposisi sebagai onset. Kedua,
direalisasikan sebagai bunyi [g] atau [k]
apabila berposisi sebagai koda.
17. Fonem /k/
Fonem ini mempunyai tiga macam
realisasi yaitu sebagai berikut: pertama,
direalisasikan sebagai bunyi [k] apabila

241
Fungsi Pragmatika Intonasi

berposisi sebagai onset pada sebuah


silabel. Kedua, direalisasikan sebagai
bunyi [?] apabila berposisi sebagai koda
pada sebuah silabel. Ketiga, direalisasikan
sebagai bunyi [g] bila berposisi sebagai
koda.
18. Fonem /n/
Fonem ini direalisasikan sebagai bunyi-
bunyi [n] baik berposisi sebagai onset
maupun sebagai koda pada sebuah silabel.
19. Fonem /x/
20. Fonem /h/
21. Fonnem /?/
Fonem ini direalisasikan sebagai bunyi [?]
yang muncul pada: pertama, silabel
pertama dari sebuah kata yang berupa
vonem vocal. Kedua, diantara dua buah
silabel pertama dan nuklus silabel kedua
berupa fonem vocal yang sama.

6. Hubungan antar satu fonem dengan fonem lain


1. Hubungan Horizontal yaitu fonem yang berturut-turut dan
berkesinambungan dengan fonem yang lain secara
horizontal ( dari kiri ke kanan dalam bahasa indonesia,
dan dari kanan ke kiri dalam bahasa arab ) untuk
membentuk suku kata, lalu suku kata- suku kata tersebut
berkesinambungan membentuk morfem, lalu morfem

242
Fungsi Pragmatika Intonasi

tersebut berkesinambungan membentuk kata. Seperti Kata


( ‫ ) مس جد‬kata tersebut tersusun oleh beberapa fonem

sebagai berikut : ( ‫ضمة‬+‫د‬+‫كسرة‬+‫ج‬+‫س‬+‫فتحة‬+‫ ) م‬lalu ( ‫د‬+‫ج‬+‫) مس‬

lalu ( ‫) مس جد‬. ( m+a+s+j+i+d), lalu (mas+jid), lalu

(Masjid).
2. Hubungan vertikal, yaitu hubungan yang nampak ketika
satu tempat fonem diganti oleh fonem yang lain didalam
sebuah kata (baik diawal, ditengah, maupun diakhir),
sehingga dengan pergantian fonem tersebut menyebabkan
makna yang berbeda, seperti dalam contoh berikut ini :

t A L i = Tali
k - - - = Kali

T A L i = Tali
- - P - = Tapi

T a L i = Tali
- - - u = Talu

B. Alofon

Menurut kamus besar bahasa Indonesia mengemukakan


bahwa Alofon adalah fonem berdasarkan posisi didalam kata,
missal fonem pertama pada kita dan kata secara fonetis berbeda,

243
Fungsi Pragmatika Intonasi

tetapi, masing-masing adalan alofon dan fonem. Anneke Neijit


dalam bukunya “Universele Fonologi” mengemukakan bahwa
bunyi yang merupakan wujud lahiriah suatu fonem disebut
alofon, anggota fonem atau uraian fonem. Alofon suatu fonem
dapat mencirikan hubungan yang disebut variasi bebas. Alofon
demikian dapat dipertukarkan ditempat yang sama. Alofon
bukanlah fonem, melainkan realisasi dari fonem.

Setiap fon atau bunyi mempunyai bunyi asli sebelum


dirangkaikan pada bunyi yang lain. Contoh dari alofon itu / - / ‫ينقع‬
‫ ينذر‬/ - / ‫ ينقلب‬/ - / ‫ ينظلم‬/ / . Jadi dari contoh tersebut alofon ini tidak
bersifat fungsional karena tidak merubah makna. Alofon dapat
dipertukarkan ditempat yang sama, sedangkan fonem tidak. Dan
bunyi alofon adalah bunyi yang terpengaruh dari bunyi yang lain,
pada contoh diatas bunyi / ‫ ن‬/ terpengaruh oleh bunyi setelahnya,
yakni / / ، / ‫ ق ظ‬/ ‫ ذ‬/ .

Alofon adalah variasi fonem karena pengaruh lingkungan


suku kata. Contoh: simpul-simpulan. Fonem /u/ pada kata
[simpul] berada pada lingkungan suku tertutup dan fonem /u/
pada kata [simpulan] berada pada lingkungan suku terbuka. Jadi,
fonem /u/ mempunyai dua alofon, yaitu [u] dan (u).

Menurut Clark dan Yallop (2004:93) Alofon adalah bunyi


yang merupakan alternatif lain untuk menyebutkan fonem
tertentu. Verhaar (2012:71) kemudian menyebutkan bahwa
kemunculan alofon sebagai variasi dari sebuah fonem disebabkan
oleh lingkungan fonem tersebut. Misalnya pada fonem /t/ dalam
bahasa inggris yang memiliki beberapa alofon. Fonem /t/ pada

244
Fungsi Pragmatika Intonasi

awal kata, langsung disusul vocal, seperti pada kata top yang
kemudian diucapkan dan diberikan lambing bunyi [th]. Bila tidak
pada awal kata, seperti kata stop, pengucapannya adalah [t].
dalam kata butler /t/ mempunyai plosi lateral karena setelahnya
disusul dengan /l/, sehingga /t/ tidak perlu dilepaskan plosinya
dengan melepaskan ujung lidah, tapi cukup dengan menurunkan
sisi-sisi lidah saja.

Sebagaimana yang telah kita ketahui tadi bahwa fonem


merupakan perumpamaan sebuah bunyi yang dapat diusahakan
oleh si pembicara agar dapat dilafalkan sesuai dengan konteks
tertentu. Jika fonem merupakan sebuah perumpamaan bunyi yang
terinterpretasikan dalam proses komunikasi, lalu memunculkan
bunyi-bunyi, lalu bunyi-bunyi inilah yang disebut alofon.

Alofon yaitu gambaran yang tampak jelas dari sebuah


fonem. Jika fonem ditulis diantara dua garis miring, maka alofon
ditulis diantara dua buak kurung. Seperti contoh fonem nun / ‫ ن‬/
yang menjadi contoh dalam beberapa alopon berikut ini :

- Alopon ( ‫ ) ن‬merupakan bunyi bibir ( ‫فوي‬gg‫ ) الش‬jika


dalam kata ( ‫) ينبت‬
- Alopon ( ‫ ) ن‬merupakan bunyi rongga mulut ( ‫) الشفوي‬
dalam kata( ‫) ينقل‬
- Alopon (‫ )م‬merupakan bunyi bibir dalam kata ( ‫) من بعد‬

Perhatikan lah ketiga konteks kata diatas, bahwasanya


fonem nun merupakan bunyi gusi dan gigi, dan menjadi bunyi
bibir ketika dilafalkan dalam konteks kata (‫ ) ينبت‬, dan menjadi

245
Fungsi Pragmatika Intonasi

bunyi rongga mulut ketika dilafalkan dalam konteks kata ( ‫) ينقل‬


dan berpindah menjadi mim ( ‫ ) م‬bunyi bibir ketika dilafalkan
dalam konteks kata (‫ ) من بعد‬. jadi, nun bunyi bibir, nun bunyi
rongga mulut, dan mim bunyi bibir, ini semua adalah alofon
untuk fonem nun ( ‫) ن‬.

Alofon adalah variasi fonem yang tidak membedakan arti.


Alofon dituliskan diantara dua kurung siku […]. Kalau [p] yang
lepas kita tandai dengan [p], sedangkan [p] yang tidak lepas kita
tandai dengan [p’], maka dapat dikatakan bahwa dalam bahasa
Indonesia, fonem /p/ memiliki dua alofon, yakni [p] dan [p’].

Alofon adalah pembedaan realisasi pelafazan fonem


karena posisi yang berbeda dalam kata. Misalkan fonem /b/
dalam bahasa Indonesia dilafazkan pada posisi awal (besar) dan
tengah (kabel) berbeda dengan fonem ini pada posisi akhir
(jawab).

Kalau kita melihat kembali pembicaraan mengenai vocal


maka kita melihat bunyi vocal depan tinggi ada dua, yaitu: vocal
depan tinggi atas [i] dan vocal depan tinggi bawah [I]. begitu juga
vocal belakang tinggi ada dua, yaitu: vocal belakang tinggi atas
[u] dan vocal belakang tinggi bawah [U]. demikian juga vocal
belakang sedang ada dua, yaitu vocal belakang sedang atas [o]
dan vocal belakang sedang bawah [O].

Persoalan kita sekarang apakah bunyi vocal [i] dan vocal


[I] dua buah fonem atau sebuah fonem. Kalau kita menggunakan
cara dengan mencari pasangan minimal untuk kedua bunyi vocal

246
Fungsi Pragmatika Intonasi

itu dalam bahasa Indonesia ternyata sampai saat ini tidak ada.
Yang menjadi kenyataan adalah bahwa kedua vocal itu. [i] dan [I]
memiliki distribusi yang berbeda. Vocal [i] menempati posisi
pada silabels (suku kata) terbuka, silabel yang tidak memiliki
koda, sedangkan vocal [I] menempati silabel yang mempunyai
koda. Simak:

Vokal [i] pada kata [ini]; [titi]; dan [isi]

Vokal [I] pada kata [banIh]; [batik]; dan [tasIk]

Oleh karena itu bisa disimpulkan bahwa:

a. Vocal [i] dan [I] bukanlah merupakan dua fonem,


melainkan Cuma anggota dari sebuah fonem yang
sama yaitu fonem /i/.
b. Vocal [i] dan vocal [I] distribusinya tidak sama: vocal
[i] berdistribusi pada silabel terbuka atau silabel tidak
berkoda; sedangkan vocal [I] berdistribusi pada silabel
tertutup atau silabel berkoda.
c. Vocal [i] dan vocal [I] memiliki distribusi
komplementer, berdistribusi yang aling melengkapi.

Analog dengan kasus vojal [i] dan vocal [I], maka


dapat dikatakan vocal [u] dan vocal [U] juga
merupakan anggota dari satu fonem yang sama, yaitu
fonem /u/, yang juga berdistribusi secara
komplementer. Vocal [u] untuk silabel terbuka (tak

247
Fungsi Pragmatika Intonasi

berkoda), dan vocal [U] untuk silabel tertutup


(berkoda). Seperti yang tertera dibawah ini, yaitu
sebagai berikut:

Vokal [u] pada kata [buku]; [ibu]; dan [itu]


Vokal [U] pada kata [akUr]; [libUr]; dan [atUr]

Hal yang sama terjadi juga pada kasus vocal [o]


dan vocal [O]. dimana vocal [o] untuk silabel terbuka,
seperti pada kata [took] dan [bodo], sedangkan vocal
[O] untuk silabel tertutup seperti [tOkOh] dan
[bOdOh].
Vokal-vokal yang menjadi anggota dari sebuah
fonem, seperti [u] dan [U] untuk fonem /u/ disebut
dengan istilah alofon. Dengan demikian kalau dibalik,
bisa dikatakan alofon adalah anggota dari sebuah
fonem atau varian dari sebuah fonem.
Dari pembicaraan tentang fonem dan alofon
diatas, dapat dikatakan bahwa fonem konsep abstrak
karena kehadirannya dalam ujaran dia diwakili oleh
alofon yang sifatnya konkrit, dapat diamati (didengar)
secara empiris. Jadi, misalnya fonem /i/ pada kata
diwakili oleh alofon [i], karena lafal kata itu adalah
[tani], sedangkan pada kata diwakili oleh alofon [I],
karena lafalnya adalah [tarIk]. Contoh fonem /k/ pada
kata diwakili oleh alofon [k] karena lafalnya adalah

248
Fungsi Pragmatika Intonasi

[baku], sedangkan pada kata diwakili oleh alofon (?)


karena lafalnya [bapa?]
Dengan perkataan lain, fonem /i/ direalisasikan
oleh alofon [i] dan alofon [I[, fonem /u/ direalisasikan
oleh alofon [u] dan alofon [U], sedangkan fonem /o/
direalisasikan oleh alofon [o] dan alofon [O].

Kesimpulannya,
Dari pengertian dan contoh diatas dapat
diambil kesimpulan mengenai fonem dan
alofon dalam bahasa arab. Jika fonem bersifat
fungsional (tidak berubah makna), maka lain
halnya dengan alofon, karena alofon tidak
bersifat fungsional (tidak merubah makna).
Jika fonem dapat didentifikasi dengan
pasangan minimal dan kontras, maka alofon
dapat diidentifikasi ketika bunyi alofon
dirangkai dengan bunyi lain, dan jika bunyi
asli terpengaruh oleh bunyi yang lain maka itu
adalah alofon. Fonem realisasinya adalah
alofon, itu berarti alofon bukanlah fonem
tetapi realisasi dari fonem. Bunyi alofon dapat
dipertukarkan ditempat yang sama, sedangkan
fonem tidak. Fonem bersifat abstrak,
sedangkan alofon berabstraksi, bentuk
abstraksi alofon adalh fonem.

249
Fungsi Pragmatika Intonasi

250
Fungsi Pragmatika Intonasi

BAB XII
ASIMILASI
Oleh : Ihsan Alghifari

1. Pengertian Asimilasi

Asimilasi ini terjadi ketika suatu bunyi terkontaminasi


oleh bunyi lain didekatnya sehingga menyebabkan bunyi itu
mirip atau terdengar sama dengan bunyi lain didekatnya baik dari
segi tempat keluar bunyi ( ‫ ) مخرج‬maupun sifatnya. Dengan kata
lain Asimilasi adalah proses perubahan bunyi yang
mengakibatkannya mirip atau sama dengan bunyi lain
didekatnya. Seperti perubahan bunyi ta ( ‫ ) ت‬yang bersifat samar (

251
Fungsi Pragmatika Intonasi

‫ )المهموس‬dalam kata ( ‫ )ازتاد‬menjadi bunyi dzal (‫ )د‬yang bersifat


majhur ( ‫ )ازداد‬yang disebabkan karena dekatnya bunyi zai ( ‫) ز‬
yang bersifat majhur / jelas ( ‫ ( ) ازداد‬zai dan dzal keduanya sama
bersifat jahar/ jelas).

Peristiwa asimilasi ini tidak terjadi tanpa sebab alasan,


akan tetapi terdapat alasan-alasan linguistik, diantaranya yaitu
untuk mempermudah pelafalan dan menyesuaikan dan
menyelaraskan bunyi ( Badri, 89 :1982). Dengan kata lain,
Asimilasi merupakan cara artikulator mempermudah sulitnya
melafalkan bunyi-bunyi yang berbeda-beda dari segi tempat
keluar dan sifatnya dengan cara merubah salah satu bunyi ke
bunyi lain yang ada didekatnya. Perhatikan contoh yang tadi (
‫ ازداد‬-‫ ) ازتاد‬bahwa ta ( ‫ ) ت‬yang bersifat samar/ mahmus, berubah
menjadi dzal ( ‫ ) د‬yang bersifat jelas/ majhur, oleh karena itu
melafalkan dzal ( ‫ ) د‬yang bersifat jelas setelah zai ( ‫ )ز‬yang
bersifat jelas lebih mudah dibandingkan melafalkan ta ( ‫ ) ت‬yang
bersifat samar setelah zai ( ‫ ) ز‬yang bersifat jelas. Disamping itu,
asimilasi ini terjadi antara dua bunyi untuk menyelaraskan
pelafalan kedua bunyi tersebut. Contoh lain untuk asimilasi ini
seperti antara kata ( ‫ اصتبر‬- ‫) اصطبر‬, terdapat ta ( ‫ ) ت‬yang bersifat
tipis ( ‫ ) المرققة‬bertransformasi menjadi tho ( ‫ ) الطاء‬yang bersifat
tebal ( ‫ ) المفخمة‬untuk mempermudah pelafalan, karena melafalkan
bunyi ‫ص‬dan ‫ط‬lebih mudah karena keduanya bersifat tebal
dibandingkan melafalkan bunyi ‫ص‬dan ‫ ت‬karena satunya bersifat
tebal dan yang satunya lagi tipis.

2. Unsur-unsur Asimilasi

252
Fungsi Pragmatika Intonasi

Asimilasi berdasarkan perbedaan jenis dan bentuknya


mencakup aspek-aspek berikut ini :

a. Bunyi yang mempengaruhinya : yaitu bunyi ( vokal atau


konsonan) yang mempengaruhi bunyi lain, baik yang
terletak sebelum atau sesudahnya dan menyebabkan bunyi
yang dipengaruhinya itu berpindah , baik berpindah
sifatnya ataupun tempat keluar nya.

253
Fungsi Pragmatika Intonasi

b. Bunyi yang dipengaruhinya : yaitu bunyi ( vokal atau


konsonan) yang berpindah makhroj atau sifatnya yang
disebabkan oleh pengaruh bunyi yang mempengaruhinya.
c. Bentuk Asimilasi : yaitu bentuk perpindahan atau
perubahan bunyi yang disebabkan oleh pengaruh bunyi
pada bunyi yang dipengaruhinya, dan selalu membentuk
bunyi yang serupa dengan bunyi yang mempengaruhinya,
atau membentuk bunyi yang dekat dengan bunyi yang
mempengaruhinya dari segi sifat dan tempat keluarnya.

Untuk lebih jelasnya, perhatikan tabel dibahwah ini :

Bentuk Asimilasi Bunyi yang Bunyi yang Fenomena N0


dipengaruhi mempengaruhi Asimilasi

Ta ( ‫)ت‬ ‫ازتاد – ازداد‬ 1


bertransformasi
menjadi dzal ( ‫) د‬
karena dzal tersebut
menyerupai zai ( ‫ز‬
)pada sifat jelas (
‫ ) مجهور‬nya.

Perubahan nun ( ‫) ن‬ ‫من بعد–مم بعد‬ 2


menjadi mim ( ‫) م‬,
karena mim tersebut
serupa dengan ba (
‫ ) ب‬dalam tempat
keluarnnya yaitu

254
Fungsi Pragmatika Intonasi

bunyi dua bibir(


‫) الشفاتانية‬

3. Pembagian dan Macam-macam Asimilasi


a. Pembagian asimilasi menurut letak bunyi yang diubah,
terbagi menjadi dua bagian :
 Asimilasi Progresif, yaitu asimilasi yang mana bunyi
yang berada dibelakang mempengaruhi bunyi yang ada
setelahnya. Yakni asimilasi ini terjadi ketika Bunyi
sebelumnya mempengaruhi bunyi huruf sesudahnya.
Contohnya seperti dalam kata ( ‫اد‬gg‫ ) ازت‬yang berubah
menjadi ( ‫) ازداد‬, dalam contoh ini zai ( ‫ ) ز‬mempengarui
huruf setelahya yaitu (‫ ) ت‬sehingga berubah menjadi
dzal ( ‫) د‬, karena menyerupai zai ( ‫ ) ز‬dalam sifat
jelasnya ( ‫ ) الجهر‬.
 Asimilasi Regresif, yaitu asimilasi yang mana bunyi
yang diubahnya terletak didepan bunyi yang
mempengaruhinya. Yakni asimilasi ini terjadi ketika
bunyi setelahnya mempengaruhi bunyi sebelumnya.
Seperti dalam kata ( ‫ ) من بعد‬yang mana dalam
pelafalannya berubah menjadi ( ‫)مم بعد‬, dikarenakan ba (
‫ ) ب‬mempengaruhi nun ( ‫ ) ن‬yang berada dibelakangnya
sehingga nun ( ‫ ) ن‬ini berubah menjadi mim ( ‫ ) م‬karena
mim ( ‫ )م‬ini menyerupai ba ( ‫ ) ب‬dalam tempat
keluarnya yaitu dua bibir ( ‫) الشفتانية‬.

255
Fungsi Pragmatika Intonasi

b. Pembagian asimilasi menurut jarak kedekatan antara dua


bunyi, terbagi menajdi dua bagian :
 Asimilasi Langsung, yaitu asimilasi yang terjadi antara
dua bunyi yang berdekatan dan tidak dipisah oleh bunyi
huruf lain diantara kedua bunyi tersebut. Seperti dalam
kata ( ‫ ازدحم‬- ‫ ) ازتحم‬dan kata ( ‫ يمبت‬-‫)ينبت‬, perhatikanlah
kedua contoh asimilasi diatas, asimilasi ini terjadi antar
dua bunyi yang berdekatan yang tidak dipisah bunyi
huruf lain. Zai ( ‫ ) ز‬dan dzal (‫ )د‬dalam contoh pertama,
nun (‫ ) ن‬dan ba ( ‫ ) ب‬dalam contoh kedua.
 Asimilasi Tidak Langsung, yaitu asimilasi yang terjadi
antara dua bunyi yang diantara kedua buny tersebut
terdapat pemisah oleh satu bunyi atau lebih. Seperti
yang terdapat dalam kata ( ‫ صراط‬- ‫ )سراط‬dan ( - ‫مسيطر‬
‫يطر‬ggg‫)مص‬. Perhatikan kedua contoh asimilasi diatas,
asimilasi ini terjadi antar dua bunyi yang tidak
berdekatan, dan dipisah oleh bunyi huruf lain. Sin / ‫س‬
/dan tha / ‫ ط‬/ dalam contoh pertama( antara /‫س‬/dan /‫ط‬/
terdapat pemisah yaitu /‫ ر‬/ dan Alif. ), sin / ‫ س‬/ dan
tha / ‫ ط‬/ dalam contoh kedua ( antara keduanya terdapat
pemisah yaitu ya / ‫ ي‬/).
c. Pembagian asimilasi dari segi kekuatannya, terbagi
menjadi dua macam :
 Asimilasi Total, yaitu perubahan suatu bunyi hampir
menyerupai bunyi lain, atau pergantian bunyi yang
dupengaruhi seperti bunyi yang mempengaruhinya.
Contoh seperti dalam kata ( ‫) الشمس‬, bunyi lam ( ‫الم‬

256
Fungsi Pragmatika Intonasi

‫ )التعريف‬untuk memunjukan arti khusus (‫) للمعرفة‬


berubah dengan sempurna menjadi sya / ‫ش‬
/ .Asimilasi ini terjadi antara ( ‫ )الم التعريف‬dengan
semua huruf-huruf syamsiyah, yaitu,‫ س‬,‫ ث‬,‫ ض‬,‫ ط‬,‫ د‬,‫ت‬
‫ ر‬,‫ ن‬,‫ ظ‬,‫ ز‬,‫ ذ‬,‫ ش‬,‫ص‬. . Hal ini dikarenakan ( ‫) الم التعريف‬
ini menyerupai semua huruf-huruf syamsiyah ini
dalam tempat keluarnya, yaitu dari antara gigi atau
gusi atau gigi dengan gusi, dan lam / ‫ ل‬/ keluar dari
gusi dan gigi.
 Asimilasi Parsial, yaitu perubahan bunyi menjadi
bunyi lain yang dekat dengannya, atau pergantian
suatu bunyi yang dipengaruhi menjadi bunyi yang
dekat denganya dari bunyi yang mempengaruhinya,
seperti dalam kata ( ‫) ينبت‬, dari contoh ini terlihat
bunyi nun / ‫ ن‬/ berubah menjadi mim / ‫ م‬/ dibawah
pengaruh ba / ‫ ب‬/ yang keluar dari dua bibir ( ‫) الشفتانية‬.
Dalam contoh ini, terjadi asimilasi parsial karena nun /
‫ ن‬/ berubah menjadi mim / ‫ م‬/, buka menjadi ba / ‫ ب‬/.
Mim / ‫ م‬/ dekat dengan ba / ‫ ب‬/ karena keduanya
merupakan bunyi dua bibir.
d. Pembagian asimilasi dari segi bentuknya, terbagi menjadi
dua macam :
 Asimilasi dari segi tempat keluarnya bunyi ( ‫في المخرج‬
), yaitu perubahan suatu bunyi pada bunyi huruf lain
yang menyerupai atau dekat dengannya dari segi
tempat keluarnya. Seperti perubahan bunyi nun / ‫ ن‬/
yang keluar dari gusi dengan gigi pada makhroj bunyi

257
Fungsi Pragmatika Intonasi

huruf ba / ) ‫ ( الشفتانية‬/ ‫ ب‬dengan cara menggantikannya


menjadi mim / ‫ م‬/ yang sama keluar dari dua bibir (
‫ ) الشفتانية‬dalam kata ( ‫ امبعث‬-‫) انبعث‬, ( ‫ يمبت‬-‫) ينبت‬, ( ‫من‬
‫ مم بعد‬-‫د‬gg‫) بع‬. Dengan kata lain, perubahan nun yang
keluar dari gusi dan gigi menjadi mim yang keluar
dari dua bibir dikarenakan mim ini sama dengan bunyi
huruf ba yang keluar dari dua bibir.
 Asimilasi dari segi sifatnya bunyi, yaitu perubahan
bunyi pada bunyi huruf lain yang menyerupai atau
dekat dengannya dari segi sifatnya, seperti perubahan
bunyi huruf yang bersifat samar ( ‫وس‬gg‫ ) مهم‬menjadi
bunyi huruf yang bersifat jelas ( ‫ور‬gg‫) مجه‬. Contoh
seperti dalam kata ( ‫ ازدحام‬-‫ ) ازتحام‬dan ( ‫ ازداد‬-‫) ازتاد‬,
terlihat bunyi huruf ta / / yang bersifat samar ( ‫) مهموس‬
berubah menjadi bunyi yang bersifat jelas ( ‫ور‬g‫) مجه‬
dengan cara menggantikannya menjadi dzal ( ‫) د‬.
Dengan kata lain, perubahan bunyi ta / ‫ ت‬/ yang
bersifat samar menjadi dzal / ‫ د‬/ yang bersidat jelas
karena dzal ini menyerupai sifat bunyi zai / ‫ ز‬/ yang
jelas.
e. Pembagian asimlasi dari segi jenis-jenis bunyinya,
terbagi menjadi tiga bagian:
 Asimilasi antara bunyi konsonan, yaitu asimilasi yang
terjadi diantara bunyi-bunyi konsonan, seperti yang
terdapat antara zai / ‫ ز‬/ dengan ta / ‫ ت‬/, atau antara nun
/ ‫ ن‬/ dengan ba / ‫ ب‬/ dalam contoh-contoh sebelumnya.

258
Fungsi Pragmatika Intonasi

 Asimilasi antara bunyi vokal, yaitu asimilasi yang


terletak diantara bunyi-bunyi vokal , seperti yang
terdapat dalam contoh-contoh berikut ini ( Umar,
383 :1991) :
- ( ‫ ُد هلِل‬ggg‫ ) الحم‬Q.S. Al-baqarah: 2, sebagian orang
membacanya : ‫ ُد هلُل‬g ‫ (الحم‬Asimilasi progresif antara
dhomah dan kasrah), dan sebagian orang lain
membacanya : ‫ ِد هلِل‬gg‫ (الحم‬Asimilasi regresif antara
kasrah dan dhamah).
- ( ‫ ) فَُأِل ِّمه الثلث‬Q.s. An-nisa: 11, sebagian orang
membacanya : ‫ ( فِإِل ِّمه الثلث‬Asimilasi progresif antara
kasrah dengan dhamah).
- ( ‫) علي ِه ُم هللا‬, dibaca : ‫( عليهُ ُم هللا‬Asimilasi regresif antara
dhamah dengan kasrah).
 Asimilasi antara bunyi konsonan dengan vokal, yaitu
asimilasi yang terdapat diantara bunyi-bunyi
konsonan dan bunyi vokal, terbagi menjadi dua
macam :
- Efek bunyi konsonan terhadap vokal, seperti menjadi
tebalnya ( ‫ ) المفخمة‬bunyi-bunyi vokal yang terletak
setelah bunyi-bunyi tang bersifat tebal, seperti dalam
kata ( ,‫ياء‬gg‫ ض‬,‫ ظالل‬,‫فر‬gg‫ ص‬,‫ل‬gg‫ طف‬,‫ابط‬gg‫ ض‬,‫اهر‬gg‫ ظ‬,‫ابر‬gg‫ ص‬,‫طائر‬
‫ طموح‬,‫ طين‬,‫طير‬. ), dan menjadi tipisnya bunyi vokal
yang terletak setelah bunyi-bunyi konsona yang
bersifat tipis ( ‫) المرققة‬, seperti dalam kata ( ,‫ عابر‬,‫دائر‬
‫ سموح‬,‫ تين‬,‫ خير‬,‫ حفر‬,‫ بالل‬,‫) ماهر‬.

259
Fungsi Pragmatika Intonasi

- Efek bunyi vokal terhadap bunyi konsonan, seperti


menjadi lebih majunya tempat keluar huruf qof / ‫ ق‬/
dibawah pengaruh vokal kasrah, seperti dalam kata (
ْ ِ‫) ق‬, dan menjadi lebih terabaikannya tempat keluar
‫ف‬
bunyi ‘ain / ‫ ع‬/ dibawah pengaruh vokal dhamah
panjang , seperti dalam kata ( ‫) ُعوْ لج‬.
A. Disimilasi
1. Pengertian Disimilasi

Disimilasi merupakan kebalikan dari asimilasi, yaitu


fenomena yang terjadi ketika satu bunyi mempengaruhi bunyi
lain yang ada didekatnya sehingga bunyi tersebut berubah atau
diganti menjadi bunyi huruf lain, akan tetapi perubahanya ini
berbeda dengan bunyi yang berada didekatnya dari segi tempat
keluarnyaatau dari segi sifatnya. Dengan kata lain, desimilasi ini
merupakan perubahan suatu bunyi karena adanya pengaruh bunyi
yang ada didekatnya, akan tetapi perubahannya ini berbeda
dengan bunyi yang ada didekatnya tersebut. Meskipun demikian,
desimilasi ini kurang populer dibandingkan dengan asimilasi.
Begitupun demikian, desimilasi ini mempunyai tujuan tersendiri
sama halnya dengan tujuan asimilasi yaitu untuk mempermudah
pelafalan bunyi dan untuk memperluas fleksibelitas otot ketika
melafalkannya.

Desimilasi dalam bahasa arab terjadi dalam keadaan jika


dalam satu kata terdapat dua atau lebih dari bunyi konsonan.
Umumnya, bunyi yang paling akhir dari kedua bunyi tersebut
digantikan menjadi bunyi layin ( ‫ ) لين‬panjang. Seperti yang

260
Fungsi Pragmatika Intonasi

terdapat dalam kata ( ‫َّس‬


َ ‫ ) دس‬dalam kata ini terkumpul tiga bunyi
konsonan yaitu sin / ‫ س‬/ yang bertasydid dan sin / ‫ س‬/yang
terakhir. Maka sin / ‫ س‬/ yang terakhir digantikan menjadi bunyi
layn ( ‫ ) لين‬panjang, yaitu alif panjang ( ‫) الف مد‬, sehingga kata
tersebut menjadi ( ‫) َدسَّى‬, seperti yang terdapat dalam firman Allah
Swt ( ‫ ) وقد خاب من دسَّها‬Q.S. Asy-syamsi :10. Sebagaimana yang
dikemukakan oleh Badri ( 84-85 : 1982 M) mengenai contoh-
contoh desimilasi ini terdapat dalam kata-kata (‫ تسرَّى‬- ‫) تسرَّر‬, (
‫ تمطَّى‬-‫) تمطَّطى‬, ( ‫ تظنَّى‬-‫) تظنَّن‬.

2. Unsur-unsur Disimilasi

Seperti halnya asimilasi, desimilasi ini mempunyai unsur-


unsur yang mencakup unsur berikut ini :

Gejala yang yang


No
Disimilasi mempengaruhi dipengaruhi Objek Disimilasi
mengubah fatah
pendek ke kasroh
– ‫دَا ِن‬gggggggggَ‫َول‬ pendek karena
1 fatah panjang fatah pendek
‫َولِدَا ِن‬ bertentangan
dengan fatah
panjang
mengubah sin
–‫س‬ َّ ‫د‬
َ ggggggggg‫َس‬ ketiga ke alif mad
2 sin kedua sin ketiga
‫َدسَّى‬ karena bertentangan
dengan sin kedua

3 ‫ ج َّم َد – َج ْل َم َد‬mim kedua mim pertama mengubah mim

261
Fungsi Pragmatika Intonasi

pertama ke lam
karena bertentangan
dengan mim kedua
mengubah dal
kedua ke nun
4 ‫ بَ ْغدَا ِد – بَ ْغد َِن‬dal pertama dal kedua
karena bertentangan
dengan dal pertama

a. Bunyi yang mempengaruhi : yaitu bunyi ( vokal atau


konsonan ) yang mempengaruhi bunyi lain,yaitu
sebelumnya atau sesudahnya dan menyebabkan
perubahan tempat keluarnya atau sifatnya.
b. Bunyi yang dipengaruhi : yaitu bunyi ( vokal atau
konsonan ) yang merubah tempat keluarnya atau sifatnya
disebabkan dari bunyi yang mempengaruhinya.
c. Bentuk Disimilasi ( mempengaruhi dan dipengaruhi ) :
yaitu bentuk perpindahan atau perubahan bunyi yang
disebabkan oleh pengaruh bunyi pada bunyi yang
dipengaruhinya, dan selalu membentuk bunyi yang
berbeda dengan bunyi yang mempengaruhinya.

Untuk menggambarkan tiga komponen ini dibuat dalam tabel,


dibawah ini beberapa jenis disimilasi dengan menggambarkan
apa yang dikandungnya

3. Pembagian Disimilasi

Jenis disimilasi pembagiannya sebagai berikut, ( Al-Khuli, 1987


M : 221-222) :

262
Fungsi Pragmatika Intonasi

a. Pembagian desimilasi dari segi letak pengaruhnya,


dibagi mejadi dua bagian:
 Disimilasi progresif : yaitu yang mana bunyi yang
berada dibelakang mempengaruhi bunyi yang ada
setelahnya, sehingga berubah dan berbeda dengan
bunyi yang mempengaruhinya. Ini berarti, pengaruhnya
mengarah kedepan, dari bunyi sebelumnya ke bunyi
setelahnya. Contoh : ‫) ) ِكتَابَانَ – ِكتَابَا ِن‬. Memperhatikan
disana bunyi yang mempengaruhi adalah fatah panjang
( alif mad ) dan bunyi yang dipengaruhi adalah fatah
pendek yang berubah menjadi kasroh
pendek ,perubahan ini berbeda dengan bunyi yang
mempengaruhinya yaitu fathah panjang..
 Disimilasi Regresif : yaitu desimilasi yang mana suatu
bunyi mempengaruhi bunyi huruf yang berada
sebelumnya. Ini berarti bahwa pengaruhnya mengarah
ke belakang, dari bunyi didepan mempengaruhi bunyi
dibelakang. Contoh : ( ‫ َج َّم َد‬-َ‫ د‬g‫) َج ْل َم‬. Memperhatikan
disana bunyi yang mempengaruhi adalah ‘mim’ kedua
dan bunyi yang dipengaruhi adalah ‘mim’ pertama
yang berubah disebabkan pengaruh ke ‘lam’ agar
berbeda dari ‘mim’ dalam segi tempat keluar atau sifat
( bunyi ‘mim’ dua bibir hidung, sedangkan lam bunyi
gusi – gigi samping ).
b. Pembagian disismilasi berdasarkan cakupan antara
bunyi yang mempengaruhi dan bunyi yang dipengaruhi
sebagai berikut :

263
Fungsi Pragmatika Intonasi

 Disimilasi langsung : yaitu disimilasi bunyi yang


mempengaruhinya berdekatan sempurna dengan bunyi
yang dipengaruhi. Contoh :( ‫) ص اِجَّاص – اِنجا‬.
Memperhatikan disini bahwa bunyi yang
mempengaruhi adalah ‘jim’ kedua dan bunyi yang
dipengaruhi adalah ‘jim’ pertama yang berubah
menjadi ‘nun’.
 Disimilasi tidak langsung : yaitu bunyi yang
mempengaruhi tidak berdekatan dengan bunyi yang
dipengaruhi. Contoh : ( ‫داد‬gg‫ بَ ْغ‬- ‫دان‬gg‫( ب ْغ‬. Memperhatian
disini bahwa bunyi yang mempengaruhi adalah ‘dal’
pertama dan bunyi yang dipengaruhi adalah ‘dal’ kedua
yang berubah menjadi ‘nun’ , dan keduanya ( dal
pertama dan kedua ) tidak berdekatan karena terpisah
oleh fatah panjang ( alif mad )

4. Hal-hal yang terdapat antara Asimilasi dan Disimilasi

Antara asimilasi dan disimilasi poin persamaan dan perbedaan


mungkin diringkas sebagai berikut :
a. Asimilasi dalam bahasa lebih banyak bercerita daripada
disimilasi yang lebih banyak golongan darinya.
b. Asimilasi dan disimilasi keduaya bermaksud untuk
memudahkan dan meringankan dalam ucapan.
c. Persamaan asimilasi dan disimilasi bahwa keduanya
menyerupai dalam mempengaruhi dan terpengaruh antara
dua bunyi yang berdampingan.

264
Fungsi Pragmatika Intonasi

d. Perbedaan asmilasi dengan disimilasi bahwa asimilasi


menyerupai perubahan bunyi terhadap bunyi yang
berdampingan dengannya, ketia disimilasi menyerupai
perubahan bunyi terhadap apa yang bertentangan dengan
bunyi yang berdampingan dengannya.
e. Asimilasi terkadang merubah bunyi tanpa merubahnya
pada fonem lain, sedangkan disimilasi mengarah pada
perubahan bunyi terhadap fonem lain. Maksudnya bahwa
asimilasi tidak memperhatikan ketentuan makna tetapi
memperhatikan pada ucapan, sedangkan disimilasi lebih
banyak memperhatikan makna dari memperhatikan
ucapan.
f. Asimilasi menjadi terpotong atau sempurna. Sedangkan
disimilasi itu sempurna dalam sebagian besar kondisi, jika
tidak menjadi dalam jama’nya.

265
Fungsi Pragmatika Intonasi

PerubahanBunyi Asimilasi dan Disimilasi

A.      Asimilasi

         Asimilasi merupakan proses perubahan bunyi yang


mengakibatkan suatu bunyi menjadi mirip atau sama dengan
bunyi lain di dekatnya. Perubahan bunyi asimilasi ini
didikotomikan menjadi tiga, yaitu total-partial, contact-
distantdan regressive-progressive.

1. Perubahan asimilasi total adalah perubahan bunyi


menjadi identik atau sama dengan yang lain dengan
mengambil semua fitur fonetiknya.
2. Perubahan parsial (sebagian) adalah perubahan bunyi
asimilasi dengan mengakuisisi beberapa ciri bunyi yang
diikuti, tetapi tidak menjadi sepenuhnya identik.
3. Perubahan asimilasi regresif terjadi jika perubahan
bunyi berupa bunyi yang berubah berada pada posisi lebih
awal (lebih kiri) dari bunyi yang menyebabkan terjadinya
perubahan bunyi asimilasi.  Jadi, bunyi (fon) yang lebih
awal menyesuaikan bunyi yang mengikutinya.
4. Perubahan asimilasi progresif merupakan kebalikan
dari regresif, yaitu perubahan bunyi dengan bunyi yang
berada di belakang (lebih kanan) mengikuti bunyi yang
berada di depannya (di kirinya)
Dikotomi tersebut bukan merupakan proses perubahan yang
berdiri sendiri-sendiri, melainkan proses yang berkombinasi.

266
Fungsi Pragmatika Intonasi

Berikut contoh perubahan bunyi asimilasi.

Total contact regressive assimilation

No Kata asal Setelah terjadi Arti


asimilasi

1. Octo (Latin) Otto (Italy) Delapan

Partial contact regressive assimilation

No Kata asal Setelah terjadi Arti


asimilasi

1. Minbar (Arab) Mimbar (Indonesia) Podium/


tempat
ceramah

2. Mumkin (Arab) Mungkin -


(Indonesia)

Dari contoh di atas, yang membedakan antara partial dan


total adalah ada tidaknya kemiripan dari bunyi yang berubah
dengan bunyi yang diikuti. Pada contoh pertama, perubahan  /c/
menjadi /t/ merupakan perubahan yang total karena keduanya
tidak memiliki kemiripan atau keindentikkan. Itu berbeda dengan
perubahan partial (contoh 2), yaitu [MINBAR] menjadi
[MIMBAR], bunyi /n/ menjadi /m/ terpengaruh oleh bunyi /b/

267
Fungsi Pragmatika Intonasi

yang berada di belakangnya yang sama-sama merupakan bunyi


bilabial (/m/ dan /b/). Antara /m/ dan /b/ masih memiliki
keindentiikan sehingga disebut perubahan bunyi asimilasi yang
parsial, bukan total.

Secara umum, perubahan asimilasi terjadi pada bunyi


yang berdekatan (contact). Contoh-contoh di atas semuanya
merupakan perubahan bunyi asimilasi yang berdekatan (contact).
Sangat jarang asimilasi terjadi pada bunyi yang berjarak (distant).
Namun demikian, perubahan bunyi asimilasi distant juga terdapat
pada bahasa-bahasa tertentu, misalnya

No Kata asal Setelah terjadi Arti


asimilasi

1. Penkwe (Proto-Indo- kWinkwe (Latin) To cook


European)

    B. Disimilasi

          Disimilasi adalah perubahan bunyi yang terjadi jika dua


bunyi yang sama/ mirip berubah menjadi tidak sama atau
berbeda.

Contoh perubahan disimilasi.

No Kata asal Setelah terjadi Arti

268
Fungsi Pragmatika Intonasi

disimilasi

1. Chimney (English) Chim(b)ley Cerobong


(dialect in English) asap

2. Afshah (Arab) Absah (Indonesia) Sah

3. Sajjana Sarjana
(Sansekerta)

            Proses disimilasi terjadi dengan jelas pada contoh kata-


kata di atas. Bunyi yang sama /j/ dan /j/ pada [SAJJANA] salah
satunya diubah menjadi bunyi yang tidak sama, yaitu /r/ sehingga
menjadi [SARJANA]. Proses yang mirip juga terjadi pada
kata afsah. Bunyi /f/ dan /s/ adalah dua bunyi yang memiliki
kemiripan. Bunyi /f/ dan /s/ sama-sama merupakan bunyi geser
(bunyi yang dihasilkan oleh udara yang melalui celah sempit).
Kedua bunyi yang sama-sama berupa bunyi geser kemudian
diubah salah satunya, yaitu bunyi /f/ diubah menjadi /b/ yang
merupakan bunyi bilabial sehingga menjadi [ABSAH].

269
Fungsi Pragmatika Intonasi

BAB 13
ANALISIS KONTRASTIF
Oleh : Rifki Maulana

270
Fungsi Pragmatika Intonasi

1. Pengertian Analisis Kontrastif (Contrastive Analysis)


Analisis kontrastif (Contrastive analysis) adalah suatu
studi kajian yang membandingkan antara dua bahasa atau
lebih mengenai aspek-aspek kebahasaan yang beraneka
ragam dengan tujuan untuk menemukan unsur-unsur
persamaan dan perbedaan antara kedua bahasa tersebut pada
objek kajian tertentu. Seperti Fonologi, morfologi, sintaksis,
semantik. Analisis kontrastif bunyi dua bahasa yaitu
perbandingan bunyi-bunyi kedua bahasa tersebut untuk
menemukan bunyi yang sama atau sesuai, bunyi yang
menyerupai dan bunyi yang berbeda.
Analisis kontrastif antara bunyi-bunyi bahasa Arab dan
bahasa Indonesia disimpulkan melalui perbandingan bunyi-
bunyi dua bahasa tersebut baik itu konsonan, vokal, dan
fonem. Atau dari sebagian karakteristik bunyi seperti
persamaan dan perbedaan untuk membatasi unsur-unsur
bunyi keduanya yang identik, serupa dan berbeda, itu semua
bertujuan untuk mengamati suatu yang mungkin dapat di
peroleh dalam pembelajaran dua bahasa (Pembelajaran
Bahasa Arab untuk orang indonesia dan pembelajaran bahasa
indonesia untuk orang Arab)
Tujuan Analisis Kontrastif dakam pembelajaran bahasa
diantaranya: a) menganalisis perbedaan antara bahasa ibu
dengan bahasa yang sedang dipelajari agar pembelajaran
bahasa lebih baik, b)menganalisis perbedaan antara bahasa
ibu dengan bahasa yang sedang dipelajari agar kesalahan
berbahasa peserta didik dapat diramalkan yang pada

271
Fungsi Pragmatika Intonasi

gilirannya kesalahan yang dipengaruhi bahasa ibu dapat


diperbaiki, c) hasil dari analisis digunakan untuk
menuntaskan keterampilan berbahasa peserta didik, d)
membantu peserta didik menyadari kesalahan nya dalam
berbahasa sehingga dengan demikian ia dapat menguasai
bahasa yang di pelajarinya dalam waktu tidak lama.

2 . Aspek Penting Konstrastif

Analisis kontrastif memiliki dua aspek penting, yaitu hakikat


linguistik kontrastif dan analisis linguistik kontrastif.

1.    Hakikat Linguistik Kontrastif

Linguistik kontrastif adalah ilmu bahasa yang meneliti


perbedaanperbedaan, persamaan, dan keterkaitan yang terdapat
dalam dua bahasa atau lebih. Meoliono (1988:32)
mengungkapkan bahwa linguistik kontrastif adalah
membandingkan dua bahasa (atau lebih) dari segala
komponennya secara sinkronis sehingga ditemukan perbedaan,
persamaan atau kemiripan, dan perbedaan yang ada pada bahasa
yang diperbandingkan. Kridalaksana (2008:145) mengungkapkan
bahwa linguistik kontrastif adalah metode sinkronis yang
digunakan untuk menganalisis bahasa yang bertujuan untuk
memperlihatkan perbedaan dan persamaan antara bahasa-bahasa
atau dialek-dialek untuk mencari prinsip yang dapat diterapkan
secara praktis, seperti pengajaran berbahasa dan penerjemahan.

Bapak linguistik kontrastif yaitu Robert Lado menyatakan bahwa


linguistik kontrastif adalah perbandingan bahasa-bahasa pada
periode tertentu atau satu zaman. Contohnya membandingkan
kosakata bahasa Madura, Jawa, dan Sunda pada zaman Majapahit
(Pateda 1988:48). Selain itu, Pateda (1994:48) mengungkapkan
bahwa kontrastif adalah suatu cara yang digunakan untuk
menganilis bahasa yang dilihat dari satu kurun waktu. Linguistik
kontrastif membatasi pada pembangunan bahasa pada periode-
periode tertentu atau satu zaman.

272
Fungsi Pragmatika Intonasi

Analisis kontrastif adalah suatu kajian terhadap unsur-unsur


kebahasaan. Menurut Lado (1975), analisis kontrastif adalah cara
untuk mendeskripsikan kesulitan atau kemudahan pembelajar
bahasa dalam belajar bahasa kedua dan bahasa asing. Analisis
kontrastif bukan saja untuk membandingkan unsur-unsur
kebahasaan dan sistem kebahasaan dalam bahasa pertama (B1)
dengan bahasa kedua (B2), tetapi sekaligus untuk
membandingkan dan mendeskripsikan latar belakang budaya dari
kedua bahasa tersebut sehingga hasilnya dapat digunakan
pengajaran bahasa kedua atau bahasa asing. Dalam buku
Linguistic Across Cultures, Lado (1975) mengatakan bahwa:

    On the assumption that we can predict and describe


the pattern that will cause difficulty in learning, and
those that will not cause difficulty, by comparing
systematically the language and culture to be learned
with the native language and culture of the student.

Kajian terhadap unsur-unsur kebahasaan itu dilakukan dengan


cara membandingkan dua data kebahasaan, yakni data bahasa
pertama (B1) dengan data bahasa kedua (B2). Kedua data bahasa
itu dideskripsikan atau dianalisis, hasilnya akan diperoleh suatu
penjelasan yang menggambarkan perbedaan dan kesamaan dari
kedua bahasa itu. Pembahasan data itu harus juga
mempertimbangkan faktor budaya, baik budaya bahasa maupun
budaya siswa. Hasil dari pembahasan tersebut akan diperoleh
gambaran kesulitan dan kemudahan siswa dalam belajar suatu
bahasa.

Menurut Brown (1980); Ellis (1986), dalam analisis kontrastif


ada empat langkah yang harus dilakukan. Keempat langkah
tersebut adalah:

1)  mendeskripsikan unsur-unsur bahasa pertama (B1)


dan bahasa kedua (B2),
2)  menyeleksi unsur-unsur bahasa (B1 dan B2) yang
akan dibandingkan atau dianalisis,
3) mengontraskan unsur-unsur bahasa (B1 dan B2)
dengan cara memetakan unsur-unsur dari kedua
bahasa yang dianalisis,

273
Fungsi Pragmatika Intonasi

4) memprediksikan unsur-unsur bahasa (B1 dan B2)


untuk keperluan pengajaran bahasa di sekolah.

Analisis kontrastif menurut Tarigan (1997), adalah suatu prosedur


kerja yang memiliki empat langkah, yakni: (1)
memperbandingkan B1 dengan B2, (2) memprediksi atau
memperkirakan kesulitan belajar dan kesalahan berbahasa, (3)
menyusun atau merumuskan bahan yang akan diajarkan, dan (4)
memilih cara (teknik) untuk menyajikan pengajaran bahasa
kedua. Dengan analisis kontrastif, diharapkan pengajaran bahasa
kedua (B2) atau bahasa asing (BA) menjadi lebih baik. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa analisis kontrastif adalah
suatu kajian terhadap unsur-unsur kebahasaan untuk keperluan
pengajaran bahasa kedua, terutama untuk mengatasi kesulitan dan
kesalahan berbahasa yang dilakukan oleh siswa.

2.    Analisis Linguistik Kontrastif

Analisis kontrastif adalah sebuah metode yang digunakan untuk


mencari satu perbedaan antara bahasa pertama dan bahasa kedua.
Secara umum memahami pengertian analisis kontrastif dapat
dipahami sebagai pembahasan atau uraian. Yang dimaksud
dengan pembahasan adalah proses atau cara membahas yang
bertujuan untuk mengetahui sesuatu dan memungkinkan dapat
menemukan inti permasalahannya. Permasalahan itu kemudian
dikupas, dikritik, diulas, dan ahirnya disimpulkan dengan hasil
analisis yang sudah dilakukan. Moeliono (1988:32) menjelaskan
bahwa analisis adalah penguraian suatu pokok atas berbagai
bagiannya dan penelaahan itu sendiri.

Analisis kontrastif (contrastive analysis) adalah sebuah metode


yang digunakan dalam mencari suatu perbedaan antara bahasa
pertama (B1) dan Bahasa target (B2) yang sering membuat
pembelajar bahasa kedua mengalami kesulitan dalam memahami
suatu materi bahasa kedua yang dipelajarinya tersebut (Brown,
1973). Dengan adanya analisis kontrastif ini diharapkan
pembelajar dapat memahami bahasa kedua atau bahasa asing
dengan lebih mudah.

274
Fungsi Pragmatika Intonasi

Secara umum memahami pengertian analisis kontrastif dapat


ditelusuri melaui makna kedua kata tersebut. Analisis diartikan
sebagai semacam pembahasan atau uraian. Yang dimaksud
dengan pembahasan adalah proses atau cara membahas yang
bertujuan untuk mengetahui sesuatu dan memungkmkan dapat
menemukan inti permasalahannya. Permasalahan yang ditemukan
itu kemudian dikupas, dikritik, diulas, dan akhirnya disimpulkan
untuk dipahami. Moeliono (1988:32) menjelaskan bahwa analisis
adalah penguraian suatu pokok atas berbagai bagiannya dan
penelaahan bagian itu sendiri serta hubungan antarbagian untuk
memperoleh pengertian yang tepat dan pemahaman arti
keseluruhan.

Sedangkan kontrastif diartikan sebagai perbedaan atau


pertentangan antara dua hal. Perbedaan inilah yang menarik
untuk dibicarakan, diteliti, dan dipahami. Moeliono menjelaskan
bahwa kontrastif diartikan sebagai bersifat membandingkan
perbedaan. Istilah kontrastif lebih dikenal dalam ranah
kebahasaan (linguistik). Sehubungan dengan ini kemudian
muncul istilah linguistik kontrastif yang merupakan cabang ilmu
bahasa.

Objek kajian linguistik kontrastif adalah perbandingan


antarbahasa, antardialek, termasuk bahasa baku meliputi (1)
sistem fonologis, (2) sistem morfologis, (3) sistem fraseologi, (4)
sistem tata kalimat, dan (5) sistem tata makna leksikal. Analisis
kontrastif disebut pula linguistik kontrastif (Hamied dalam
Pranowo 1996: 42). Kridalaksana (1983: 11) mengungkapkan
bahwa analisis kontrastif merupakan metode sinkronis dalam
analisis bahasa untuk menunjukkan persamaan dan perbedaan
antara bahasa-bahasa atau dialek-dialek untuk mencari prinsip
yang dapat diterapkan dalam masalah praktis, seperti pengajaran
bahasa dan penerjemahan.

Analisis kontrastif dalam kajian linguistik adalah suatu cabang


ilmu bahasa yang tugasnya membandingkan secara sinkronis dua
bahasa sedemikian rupa sehingga kemiripan dan perbedaan kedua
bahasa itu dapat terlihat (Lado dalam Pranowo, 1996: 42). Pada
proses perbandingan sendiri adalah suatu hal yang
memungkinkan untuk menemukan persamaan atau perbedaan.

275
Fungsi Pragmatika Intonasi

Analisis kontrastif berkaitan dengan dua aspek penting, yakni


aspek linguistik dan aspek psikolinguistik. Aspek linguistik
berkaitan dengan masalah perbandingan dua bahasa. Dalam hal
ini, tersirat dua hal penting, yaitu (1) apa yang akan
diperbandingkan, dan (2) bagaimana cara
memperbandingkannya. Aspek psikolinguistik, analisis kontrastif
menyangkut kesukaran belajar, cara menyusun bahan pengajaran,
dan cara menyampaikan bahan pengajaran (Tarigan, 2009: 19).

Analisis kontrastif, berupa prosedur kerja, yaitu aktivitas atau


kegiatan yang mencoba membandingkan struktur B1 dengan
struktur B2 untuk mengidentifikasi perbedaan-perbedaan antara
kedua bahasa. Perbedaan-perbedaan antara dua bahasa yang
diperoleh dan dihasilkan melalui anakon, dapat digunakan
sebagai landasan dalam meramalkan atau memprediksi kesulitan-
kesulitan atau kendala-kendala belajar berbahasa yang akan
dihadapi para siswa di sekolah, terlebih-lebih dalam belajar B2
(Tarigan, 2009: 5).

Analisis kontrastif dikembangkan dan dipraktikkan pada tahun


1950-an dan 1960-an, sebagai suatu aplikasi linguisik struktural
pada pengajaran bahasa, dan didasarkan pada asumsi-asumsi
berikut ini.

a. Kesukaran-kesukaran utama dalam mempelajari suatu


bahasa yang baru disebabkan oleh inteferensi dari
bahasa pertama.
b. Kesukaran-kesukaran tersebut dapat diprediksi atau
diprakirakan oleh analisis kontrastif.
c.  Materi atau bahan pengajaran dapat memanfaatkan
analisis kontrastif untuk mengurangi efek-efek
interferensi. (Richard, et al dalam Tarigan, 2009: 5).

Berdasarkan penjelasan-penjelasan di atas dapat disimpulkan


bahwa analisis kontrastif adalah kegiatan yang mencoba
membandingkan struktur B1 (bahasa pertama) dan struktur B2
(bahasa kedua) untuk mengidentifikasi perbedaan kedua bahasa
tersebut

3 . Tujuan Analisis Konstrastif

276
Fungsi Pragmatika Intonasi

Tujuan analisis kontrastif ini dilihat dari koteks


pengajaran bahasa kedua. Dalam hal ini adalah pengajaran bahasa
Indonesia di Sekolah Dasar. Tujuan utama analisis kontrastif
adalah mengatasi (solusi) masalah yang dihadapi oleh guru dan
dialami oleh siswa dalam proses pemerolehan bahasa kedua. Di
awal, anda sudah mengetahui bahwa masalah yang dihadapi oleh
siswa dalam belajar bahasa kedua itu antara lain: (1) siswa sering
menghadapi kesulitan dalam pemerolehan bahasa kedua, dan (2)
siswa sering menghadapi kesalahan berbahasa dalam proses
pembelajaran bahasa kedua.

Analisis kontrastif berusaha mendeskripsikan masalah


yang dihadapi siswa tersebut. Jadi, hasil analisis kontrastif adalah
deskripsi data empiris tentang: (1) kesulitan siswa dalam
pemerolehan bahasa kedua, dan (2) kesalahan siswa dalam proses
pembelajaran berbahasa kedua. Merujuk pada pendapat Lado,
deskripsi analisis kontrastif itu ditujukan untuk memprediksi atau
meramalkan kesulitan dan kemudahan siswa (pembelajar bahasa)
dalam belajar bahasa kedua.

Tujuan analisis kontrastif, selain untuk membantu siswa


dalam pembelajar bahasa, juga untuk membantu para pakar
pengajaran bahasa. Menurut James (1980) kajian kebahasaan
dalam analisis kontrastif biasanya dilaksanakan oleh para pakar
kebahasaan (linguistik), sedangkan penerapannya diserahkan
kepada para pakar pengajaran atau pembelajaran bahasa. Tetapi
tidak menutup kemungkinan kedua ilmu (pakar kebahasaan dan
pakar pembelajaran bahasa) itu ditangani bersama-sama, atau
oleh seorang pakar yang menguasai keduanya. Untuk itu, tujuan
analisis kontrastif selain untuk membantu pengajaran bahasa,
juga untuk memperkuat kedudukan kedua ilmu itu, pendidikan
(pengajaran bahasa) dan linguistik (linguistik terapan).

Kajian hasil analisis kontrastif, khususnya pada temuan


adanya perbedaan antara bahasa pertama dengan bahasa
kedua dapat digunakan untuk menentukan area isi
pembelajaran bahasa kedua. Hasil itu biasanya
mendeskripsikan tentang tingkat kesukaran dan
kemudahan yang akan dihadapi oleh pembelajar bahasa
kedua, sehingga itu mempermudah pakar pengajaran

277
Fungsi Pragmatika Intonasi

bahasa dalam merumuskan urutan area isi dan proses


pembelajaran bahasa kedua (Brown, 1980). Tujuan
analisis kontrastif dapat membantu dalam perumusan area
isi dan proses pembelajaran bahasa kedua.

Tujuan analisis kontrastif dihubungkan dengan proses belajar


mengajar bahasa kedua, antara lain adalah sebagai berikut:

a. Untuk penyusunan materi pengajaran bahasa kedua,


yang dirumuskan berdasarkan butir-butir yang
berbeda antara kaidah (struktur) bahasa pertama (B1)
dan kaidah bahasa kedua (B2) yang akan dipelajari
oleh siswa;
b. Untuk penyusunan pengajaran bahasa kedua yang
berlandastumpukan pada pandangan linguistik
strukturalis dan psikologi behavioris;
c. Untuk penyusunan kelas pembelajaran bahasa terpadu
antara bahasa pertama (B1) siswa dengan bahasa
kedua (B2) yang harus dipelajari oleh siswa;
d. Untuk penyusunan prosedur pembelajaran atau
penyajian bahan pengajaran bahasa kedua. Adapun
langkah-langkahnya adalah: (1) menunjukkan
persamaan dan perbedaan antara B1 siswa dengan B2
yang akan dipelajari oleh siswa; (2) menunjukkan
butir-butir dalam B1 siswa yang berpeluang
mengakibatkan kesulitan belajar dan kesalahan
berbahasa B2 siswa; (3) mengajukan solusi (cara-
cara) mengatasi intervensi terhadap B2 yang akan
dipelajari oleh siswa; (4) menyajikan sejumlah latihan
pada butir-butir yang memiliki perbedaan antara B1
dengan B2 yang akan dipelajari oleh siswa.

4. Ruang Lingkup Analisis Konstrastif

Analisis konstrastif merupakan cara memprediksi


kemungkinan terjadinya kesulitan ataupun kemudahan pada diri
pembelajaran (siswa) dalam memperoleh bahasa kedua. Jadi,
ruang lingkup analisis kontraftif adalah menemukan atau
menentukan pola-pola kesulitan dan kemudahan pada diri siswa
dalam mempelajari dan memperoleh bahasa kedua. Pola itu dapat

278
Fungsi Pragmatika Intonasi

ditemukan atau ditentukan apabila dilakukan (1) deskripsi


terhadap sistem bahasa pertama maupun sistem bahasa kedua (2)
seleksi terhadap butir-butir kaidah dan bentukbentuk yang ada
dalam bahasa pertama dan bahasa kedua, dan (3) kontras, yaitu:
merumuskan pola sistem kebahasaan dari yang umum sampai ke
hal yang lebih khusus ; tentu saja hasilnya menunjukkan
perbedaan dan persamaan masing-masing unsur yang
dikontraskan, dan (4) prediksi terhadap kesulitan dan kemudahan
dalam memperoleh dan mempelajari bahasa kedua.

Analisis kontrastif, menurut Tarigan (1997) muncul


sebagai jawaban atas pertanyaan Bagaimana cara mengajarkan
bahasa kedua atau bahasa asing secara efisien dan efektif? Ruang
lingkup analisis kontrastif adalah menemukan cara mengajarkan
bahasa kedua secara efisien dan efektif. Sebagai sebuah prosedur
kerja, analisis kontrastif dapat menjelaskan jawaban atas
pertanyaan itu. Langkah-langkahnya seperti disebutkan di atas,
yakni: (1) membandingkan bahasa struktur bahasa pertama (B1)
dan struktur bahasa kedua (B2) yang akan dipelajari oleh siswa
sehingga tergambar perbedaan di antara kedua bahasa itu, (2)
berdasarkan perbedaan itu diprediksi kesulitan belajar dan
kesalahan berbahasa yang akan dialami oleh siswa dalam
mempelajari bahasa kedua, (3) berdasarkan kesulitan belajar dan
kesalahan berbahasa tersebut disusunlah bahan ajar (bahan
pengajaran) yang lebih tepat, dan (4) bahan pengajaran tersebut
disajikan dengan cara-cara tertentu yang sesuai dengan keadaan
siswa.

Dalam teori interferensi, diakui bahwa kesalahan


berbahasa pada pembelajaran bahasa kedua, antara lain
diakibatkan oleh transfer negatif dari unsur-unsur bahasa pertama
(B1). Berdasarkan unsur-unsur bahasa, transfer negatif itu
dimungkinkan terjadi pada tataran: (a) fonologi, (b) morfologi,
(c) sintaksis, (d) semantik maupun (e) tataran wacana.
Berdasarkan taksonomi strategi performasi, kesalahan berbahasa
itu terjadi akibat: (a) penanggalan (omission), (b) penambahan
(addition), (c) kesalahbentukan (misformation) ataupun (d)
kesalahurutan (misordering) unsur-unsur bahasa (B1) pada
penggunaan unsur-unsur bahasa kedua (B2). Oleh karena itu,
analisis kontrastif akan mendeskripsikan hal tersebut. Jadi, itu

279
Fungsi Pragmatika Intonasi

pun dapat dipandang sebagai ruang lingkup dari analisis


kontrastif, yakni bagaimana unsur-unsur bahasa pertama (B1)
dapat menjadikan transfer negatif pada bahasa kedua (B2). Hasil
dari analisis ini, selanjutnya dapat digunakan untuk memprediksi
kesalahan dan kesulitan siswa dalam pemerolehan dan
pembelajaran bahasa kedua.

Ukuran kesahan dalam bahasa Indonesia dapat didasarkan


pada faktor-faktor penentu dalam berkomunikasi dan kaidah
kebahasaan. Ukuran itu dikembangkan dari pernyataan
Pergunakanlah Bahasa Indonesia yang baik dan benar. Apabila
bahasa Indonesia yang dipergunakan berada di luar ukuran itu,
maka itu dipandang memiliki kesalahan. Faktor-faktor penentu
dalam berkomunikasi antara lain adalah sebagai berikut.

a. Siapa yang berbahasa dengan siapa.


b. Untuk tujuan apa berbahasa.
c. Dalam situasi apa (tempat dan waktu) berbahasa.
d. Dalam konteks apa (partisipan lain, kebudayaan,
suasana) berbahasa.
e. Dengan jalur mana (lisan atau tulisan).
f.  Dengan media apa (tatap muka, bertelepon, surat,
koran, makalah, ataupun buku).
g. Dalam peristiwa apa (ceramah, upacara, pernyataan
perasaan, laporan, bercakap-cakap, lamaran
pekerjaan, ataupun pernyataan kecewa).

Ukuran kesalahan kedua berkaitan dengan penggunaan kaidah


kebahasaan (tata bahasa) yang ada dalam bahasa Indonesia.
Ukuran tersebut dapat juga dijadikan sumber analisis kontrastif.
Adapun bidang analisis kontrastif adalah sebagai berikut.

a. Analisis bidang fonologi

Analisis bidang fonologi dapat dilakukan pada tataran:


fonem, diftong, kluster dan pemenggalan kata. Hasil temuan
analisis bidang fonologi, antara lain:

Fonem /a/ diucapkan menjadi /e/.


Fonem /i/ diucapkan menjadi /e/.

280
Fungsi Pragmatika Intonasi

Fonem /e/ diucapkan menjadi /é/.


Fonem /é/ diucapkan menjadi /e/.
Fonem /u/ diucapkan menjadi /o/.
Fonem /o/ diucapkan menjadi /u/.
Fonem /c/ diucapkan menjadi /se/.
Fonem /f/ diucapkan menjadi /p/.
Fonem /k/ diucapkan menjadi /?/ bunyi hambat glotal.
Fonem /v/ diucapkan menjadi /p/.
Fonem /z/ diucapkan menjadi /j/.
Fonem /z/ diucapkan menjadi /s/.
Fonem /kh/ diucapkan menjadi /k/.
Fonem /u/ diucapkan/dituliskan menjadi /w/.
Fonem /e/ diucapkan menjadi /i/.
Fonem /ai/ diucapkan menjadi /e/.
Fonem /sy/ diucapkan menjadi /s/.
Kluster /sy/ diucapkan menjadi /s/.
Penghilangan fonem /k/.
Penyimpangan pemenggalan kata.
.

b. Analisis bidang morfologi

Analisis bidang morfologi meliputi tataran: (1) morfologi


kata, (2) morfologi frase, (3) morfologi klausa, (4) sintaksis, (5)
semantik, dan (6) wacana. Adapun hasil dari analisis bidang
morfologi, antara lain sebagai berikut.

1)    Morfologi Kata

Salah penentuan bentuk asal.


Fonem yang luluh tidak diluluhkan.
Fonem yang tidak luluh diluluhkan.
Penyingkatan morfem men-, meny-, meng-, dan menge–
menjadi n, ny, ng, dan nge-.
Perubahan morfem ber-, per-, dan ter– menjadi be-, pe-,
dan te-.
Penulisan morfem yang salah.
Pengulangan yang salah.
Penulisan kata majemuk serangkai.
Pemajemukan berafiksasi.

281
Fungsi Pragmatika Intonasi

Pemajemukan dengan afiks dan sufiks.


Perulangan kata majemuk.

2)    Morfologi Frase

Frase kata depan tidak tepat.


Salah penyusunan frase.
Penambahan kata yang dalam frase benda (nominal) (N
+ A).
Penambahan kata dari atau tentang dalam frase nominal
(N + N).
Penambahan kata kepunyaan dalam frase nominal.
Penambahan kata dari atau pada dalam frase verbal (V +
Pr).
Penambahan kata untuk atau yang dalam frase nominal
(N + V).
Penambahan kata untuk dalam frase nominal (V + yang
+ A).
Penambahan kata yang dalam frase nominal (N + yang +
V pasif).
Penghilangan preposisi dalam frase verbal (V intransitif
+ preposisi + N).
Penghilangan kata oleh dalam frase verbal pasif (V pasif
+ oleh + A).
Penghilangan kata yang dalam frase adjektif (lebih + A
+ daripada + N/Dem).

3)   Morfologi Klausa

Penambahan preposisi di antara kata kerja dan objek


dalam klausa aktif.
Penambahan kata kerja bantu adalah dalam klausa pasif.
Pemisahan pelaku dan kata kerja dalam klausa pasif.
Penghilangan kata oleh dalam klausa pasif.
Penghilangan proposisi dari kata kerja berpreposisi
dalam klausa pernyataan.
Penghilangan kata yang dalam klausa nominal.
Penghilangan kata kerja dalam klausa intransitif.
Penghilangan kata untuk dalam klausa pasif.

282
Fungsi Pragmatika Intonasi

Penggantian kata daripada dengan kata dari dalam klausa


bebas.
Pemisahan kata kerja dalam klausa medial.
Penggunaan klausa rancu.

4)   Morfologi Sintaksis

a.  Penggunaan kata perangkai, dari, pada, daripada,


kepada, dan untuk.
b. Pembentukan kalimat tidak baku, antara lain: kalimat
tidak efektif, kalimat tidak normatif, kalimat tidak
logis, kalimat rancu, kalimat ambigu, dan kalimat
pengaruh struktur bahasa asing.

5)  Morfologi Semantik

Akibat gejala hiperkorek.


Akibat gejala pleonasme.
Akibat bentukan ambiguitas.
Akibat diksi (pemilihan kata).

6)   Morfologi Wacana

Akibat syarat-syarat paragraf tidak dipenuhi.


Akibat struktur sebuah paragraf.
Akibat penggabungan paragraf.
Akibat penggunaan bahasa dalam paragraf.
Akibat pengorganisasian isi (topik-topik) dalam
paragraf.
Akibat pemilihan topik (isi) paragraf yang tidak tepat.
Akibat ketidakcermatan dalam perujukan.
Akibat penggunaan kalimat dalam paragraf yang tidak
selesai.

5 . Langkah – Langkah Analisis Konstrastif

Analisis kontrastif adalah suatu prosedur kerja yang


mempunyai empat langkah, yakni memperbandingkan B1 dan B2
memperkirakan kesulitan belajar dan kesalahan berbahasa,
menyusun bahan, dan memilih cara penyajian. Dengan

283
Fungsi Pragmatika Intonasi

menerapkan langkah-langkah kerja analisis kontrastif tersebut


diharapkan pengajaran bahasa kedua atau bahasa asing itu akan
menjadi lebih efisien dan efektif. Tarigan (1997) menjelaskan
langkah-langkah analisis kontrastif itu sebagai berikut.

Langkah Pertama, guru memperbandingkan struktur


bahasa pertama dan kedua yang akan dipelajari oleh siswa. Butir-
butir yang diperbandingkan adalah setiap tataran linguistik,
misalnya fonologi, morfologi, sintaksis, dan semantik kedua
bahasa. Melalui perbandingan itu dapat diidentifikasikan
perbedaan antara bahasa pertama dan bahasa kedua. Aliran
linguistik yang sering digunakan dalam memperbandingkan
bahasa pertama dan kedua tersebut adalah linguistik struktural.
Kadang-kadang digunakan juga linguistik generatif yang terkenal
dengan kesemestaan linguistiknya.

Langkah Kedua, adalah memprediksi kesulitan belajar


dan kesalahan berbahasa. Perkiraan ini didasarkan kepada
perbedaan antara lain bahasa pertama dan bahasa kedua yang
diperoleh dari hasil perbandingan struktur kedua bahasa itu.
Berdasarkan perbedaan-perbedaan antara kedua bahasa itu, guru
dapat memperkirakan kesulitan belajar yang akan dialami siswa
dalam mempelajari bahasa kedua. Perbedaan struktur bahasa
pertama dan kedua beserta kesulitan belajar yang ditimbulkannya
diyakini sebagai sumber dan penyebab kesalahan berbahasa yang
sering dibuat oleh siswa dalam mempelajari bahasa kedua.

Kesulitan belajar bahasa dan kesalahan berbahasa Inggris,


tidak sama pada siswa yang berbahasa ibu bahasa Indonesia
dengan siswa yang berbahasa ibu bahasa ibu. Bila dikaitkan
dengan pengajaran bahasa Indonesia sebagai bahasa kedua, dapat
dikatakan bahwa kesulitan belajar dan kesalahan berbahasa yang
dialami siswa di daerah Sunda berbeda dengan yang dialami oleh
siswa di daerah Jawa, Bali, Karo, Aceh, dan lainnya.

Langkah Ketiga, berkaitan dengan pemilihan penyusunan,


pengurutan, dan penekanan bahan pengajaran. Perbandingan
struktur bahasa pertama dengan bahasa kedua menghasilkan
deskripsi perbedaan antara bahasa pertama dan kedua. Perbedaan
bahasa pertama dan kedua dipakai sebagai dasar untuk

284
Fungsi Pragmatika Intonasi

memperkirakan kesulitan belajar yang bakal dihadapi oleh siswa


dalam mempelajari bahasa kedua . perbedaan struktur beserta
kesulitan belajar dan kesalahan berbahasa ini dipakai sebagai
dasar untuk menentukan pemilihan, pengurutan, dan penekanan
bahan pengajaran bahasa kedua.

Langkah Keempat, berkaitan dengan pemilihan cara-cara


penyajian bahan pengajaran. Siswa yang mempelajari bahasa
kedua sudah mempunyai kebiasaan tertentu dalam menggunakan
bahasa ibunya. Kebiasaan tersebut harus diatasi agar tidak
mengintervensi dalam penggunaan bahasa kedua. Pembentukan
kebiasaan yang sesuai dengan penggunaan bahasa kedua
dilakukan dengan penyajian bahan pengajaran bahasa kedua
dengan cara-cara tertentu pula.

Ada empat cara yang dianggap sesuai untuk


menumbuhkan kebiasaan dalam menggunakan bahasa kedua itu,
yakni (a) peniruan, (b) pengulangan, (c) latihan runtun, dan (d)
penguatan (hadiah dan hukuman). Dengan cara-cara tersebut di
atas dapat diharapkan siswa memiliki kebiasaan berbahasa kedua
yang kuat sehingga dapat mengatasi kebiasaan dalam bahasa
ibunya.

.
6.    Kegunaan Analisis Kontrastif

Analisis kontrastif tidak mungkin terpisah dari analisis


kesalahan berbahasa. Meskipun terdapat perbedaan namun
keduanya memiliki kesamaan yakni : membahas perihal
pemerolehan dan pengajaran bahasa dan interferensi B1 pada B2
anak. Menurut Tarigan (1997) dalam buku Analisis Kesalahan
Berbahasa, transfer negatif menyebabkan timbulnya kesalahan
dan kesulitan bagi siswa dalam pemerolehan dan pengajaran
bahasa kedua. Data kesalahan dan kesulitan siswa itu perlu
dianalisis oleh guru, diklasifikasikan, dicarikan penyebabnya dan
melalui analisis kontrastif ditemukan solusinya. Hasilnya
digunakan sebagai masukan (umpan balik/ feedback) dalam
penyempurnaan pengajaran bahasa. Kegunaan dari analisis
kontrastif tersebut dapat anda pelajari dalam sajian berikut.

285
Fungsi Pragmatika Intonasi

Analisis kontrastif sebagai jawaban atas pertanyaan


Bagaimana mengajarkan bahasa kedua atau bahasa asing efisien
dan efektif? Sebagai prosedur kerja, analisis kontrastif
mempunyai empat langkah. Langkah pertama membandingkan
struktur bahasa pertama dan struktur bahasa kedua yang akan
dipelajari oleh siswa sehingga tergambar itu diprediksi di antara
kedua bahasa yang bersangkutan. Langkah kedua, berdasarkan
perbedaan itu diprediksi kesulitan belajar dan kesalahan
berbahasa yang akan dialami oleh siswa dalam mempelajari
bahasa kedua. Langkah ketiga berdasarkan kesulitan belajar dan
kesalahan berbahasa tersebut disusunlah bahan pengajaran yang
lebih tepat.

Langkah keempat, bahan pengajaran disajikan dengan


cara-cara tertentu seperti peniruan, pengulangan, latihan runtun,
dan penguatan. Langkah pertama berkaitan dengan linguistik.
Langkah kedua, dan keempat berkaitan dengan psikologi
khususnya teori belajar. Karena itu para pakar pengajaran bahasa
menyatakan bahwa analisis kontrastif mempunyai dua aspek,
yakni, aspek linguistik dan aspek psikologis.

Aspek linguistik analisis kontrastif berkaitan dengan


perbandingan struktur dua bahasa untuk menemukan perbedaan-
perbedaannya. Model tata bahasa yang biasa digunakan adalah
model tata bahasa struktural. Linguistik menekankan
pendeskripsian bahasa secara renik, kategori deskripsi yang
berbeda, istilahnya formal, dan disusun secara induktif.

Membandingkan dua bahasa yang serumpun atau


pendekatan memang terasa mudah. Misalnya membandingkan
bahasa Belanda dengan bahasa Jerman, bahasa Portugis dengan
bahasa Spanyol, atau bahasa Sunda dengan bahasa Indonesia
belum terasa ada masalah. Hal ini disebabkan oleh adanya
kategori yang bersifat umum dalam dua bahasa yang
bersangkutan. Tetapi bila kita membandingkan dua bahasa yang
tidak serumpun misalnya, antara bahasa Sunda dengan bahasa
Rusia, maka mulai terasa ada masalah. Sebab di antara kedua
bahasa, yakni bahasa Sunda dan bahasa Rusia, tidak terdapat
kategori yang bersifat umum (Tarigan, 1997).

286
Fungsi Pragmatika Intonasi

Penggunaan linguistik struktural dalam mengidentifikasi


perbedaan antara dua bahasa lebih-lebih antara dua bahasa yang
tidak serumpun, sering mengundang kesangsian. Bagaimana
mungkin melaksanakan perbandingan yang efektif kalau dalam
setiap bahasa tidak terdapat kategori yang bersifat umum. Untuk
mengatasi hal itu Chomsky mengusulkan penggunaan tata bahasa
generatif sebagai landasan bagi pelaksanaan perbedaan dua
bahasa. Teori kesemestaan bahasa yang dianut oleh linguistik
generatif menyatakan bahwa semua bahasa mempunyai kesamaan
paling sedikit kesamaan dalam bidang teori. Kesamaan dalam
bidang teori dapat digunakan sebagai dasar perbandingan antara
dua bahasa.

Apabila teori kesemestaan bahasa yang digunakan sebagai


landasan perbandingan dua bahasa maka yang akan diperoleh
satu keuntungan. Perbandingan dua bahasa baik antara bahasa-
bahasa yang serumpun maupun bahasa-bahasa yang tidak
serumpun dapat dilaksanakan dengan cara yang sama atau
seragam. Hal tersebut tidak mungkin terlaksana apabila dasar
perbandingan dua bahasa itu adalah linguistik struktural. Apabila
dalam membandingkan dua bahasa yang tidak serumpun tidak
mungkin dilaksanakan dengan cara yang sama atau seragam.
Anehnya, walaupun linguistik struktural inilah yang
mendominasi analisis kontrastif.

Telaah analisis kontrastif belum merata dalam setiap


tataran linguistik. Bidang fonologi paling banyak
diperbandingkan dengan alasan pengaruh akses bahasa ibu sangat
besar terhadap bahasa kedua. Setelah bidang fonologi menyusul
bidang sintaksis. Bidang leksikografi, semantik, pemakaian
bahasa, dan budaya sangat kurang mendapat perhatian. Gambaran
telaah analisis kontrastif fonologi, sedikit ke arah sintaksis, dan
sangat mengabaikan leksikografi, semantik, dan pemakaian
bahasa.

Hal-hal apa saja yang mungkin diungkap melalui kegiatan


analisis kontrastif atau perbandingan struktur dan bahasa?
Melalui perbandingan struktur dua bahasa banyak yang sama
mungkin diungkapkan seperti hal-hal berikut ini.

287
Fungsi Pragmatika Intonasi

a. Tiada perbedaan

Sistem atau aspek tertentu dalam dua bahasa tidak ada


perbedaan sama sekali. Misalnya konsonan /l, m, n/ diucapkan
sama baik dalam bahasa Indonesia maupun dalam bahasa Inggris.

b. Fenomena konvergen

Dua butir atau lebih dalam bahasa pertama menjadi satu


butir dalam bahasa kedua. Misalnya, kata-kata padi, beras, dan
nasi dalam bahasa Indonesia menjadi satu kata dalam bahasa
Inggris yakni rice.

c. Ketidakadaan

Butir atau sistem tertentu dalam bahasa pertama tidak


terdapat atau tidak ada dalam bahasa kedua atau sebaliknya.
Misalnya, sistem penjamakan dengan penanda –s atau –es dalam
bahasa Inggris tidak ada dalam bahasa Indonesia. Sebaliknya,
sistem penjamakan dengan pengulangan kata dalam bahasa
Indonesia seperti meja-meja, kuda-kuda, ikan-ikan tidak ada
dalam bahasa Inggris.

d. Beda distribusi

Butir tertentu dalam bahasa pertama berbeda distribusi


dengan butir yang sama dalam bahasa kedua. Misalnya
fonem /ng/ dalam bahasa Indonesia dapat menduduki posisi awal,
tengah, dan akhir kata :

ngeri, nganga, ngarai


bangsa, bangku, tangkai
terbang, sayang, magang

Dalam bahasa Inggris fonem /ng/ hanya terdapat pada tengah dan
akhir kata

lingo, language, linguistic


sing, slang, along

288
Fungsi Pragmatika Intonasi

e. Tidak persamaan

Butir tertentu dalam bahasa pertama tidak mempunyai


persamaan dalam bahasa kedua. Misalnya, predikat kata sifat dan
kata benda dalam bahasa Indonesia tidak terdapat dalam bahasa
Inggris.

Bahasa Indonesia         Bahasa Inggris


Dia kaya                        He is rich
Dia guru                        he is a teacher

f. Fenomena divergers

Satu butir tertentu dalam bahasa pertama menjadi dua


butir dalam bahasa kedua. Kata we dalam bahasa Inggris menjadi
kita atau kami dalam bahasa Indonesia. Aspek psikologi analisis
kontrastif berkaitan dengan langkah kedua, ketiga, dan keempat
prosedur kerja analisis kontrastif. Langkah kedua, berdasarkan
perbedaan struktur bahasa pertama dan bahasa kedua yang akan
dipelajari siswa diprediksi kesulitan belajar dan kesalahan
berbahasa yang mungkin dihadapi atau dialami oleh siswa dalam
belajar bahasa kedua. Langkah ketiga berdasarkan kesulitan
belajar dan kesalahan berbahasa itu disusun bahan pengajaran
bahasa kedua yang lebih tepat susunannya, urutannya, dan
penekanannya. Langkah keempat, bahan pengajaran itu disajikan
dengan cara-cara tertentu, misalnya melalui cara peniruan,
pengulangan, latihan runtun, dan penguatan.

7.    Dasar Psikologi Analisis Kontrastif

Dasar psikologi analisis kontrastif ada dua, yakni


asosiasionisme dan teori stimulus-respons. Istilah associative
learning atau belajar secara asosiatif berarti belajar apabila terjadi
hubungan kontak, koneksi, atau asosiasi antara dua hal atau
benda. Sedangkan contoh mari kita lihat asosiasi seperti berikut.

a. Asosiasi kontak atau hubungan (association by


contiguity)

289
Fungsi Pragmatika Intonasi

Apabila seseorang mendengar kata meja maka


yang bersangkutan teringat atau berpikir kepada kata
kursi, karena kedua kata itu sering digunakan bersama-
sama atau berpasangan.

Contoh lain :
sendok – garpu
kopi – susu
kerja – lembur

Peristiwa belajar seperti contoh di atas dikenal dengan istilah


association by contiguity atau asosiasi kontak atau asosiasi
hubungan.

b. Asosiasi kesamaan (association by similarity)

Apabila seseorang mendengar kata sulit maka


yang bersangkutan segera atau berpikir kata sukar karena
kedua kata itu bersinonim.

kitab – buku
pandai – pintar
mati – meninggal

Peristiwa belajar seperti contoh di atas dikenal


dengan istilah association by similarity atau asosiasi
kesamaan.

c. Asosiasi kontras (association by contrast)

Apabila seseorang mendengar kata atas maka yang


bersangkutan teringat atau terpikir kata bawah karena
kedua kata itu mempunyai makna yang berlawanan.

susah – senang
malas – rajin
muda – tua

290
Fungsi Pragmatika Intonasi

Peristiwa belajar seperti contoh di atas dikenal


dengan istilah association by contrast atau asosiasi
kontras atau asosiasi berlawanan.

Ada dua hal yang menjadi inti teori stimulus–


respons (S-R) berdasarkan psikologi behaviorisme
(tingkah laku), yakni kebiasaan (habit) dan kesalahan
(error). Bila kedua istilah tersebut dihubungkan dengan
pemerolehan bahasa, maka diperoleh istilah kebiasaan
berbahasa (language habit) dan kesalahan berbahasa
(language error). Pengertian tingkah laku dapat
dijelaskan melalui aksi dan reaksi atau stimulus dan
responsi. Stimulus tertentu menghasilkan respons tertentu
pun. Apabila stimulus dan responsi itu dapat bersifat
mapan atau tetap maka hubungan antara stimulus dan
responsi itu disebut kebiasaan atau habit.

Kebiasaan mempunyai beberapa ciri. Ciri pertama,


kebiasaan itu bersifat observable atau dapat diamati. Apabila
kebiasaan itu berupa benda maka benda itu dapat diraba. Bila
kebiasaan itu berupa kegiatan atau aktivitas maka kegiatan itu
dapat dilihat. Ciri kedua, kebiasaan itu terjadi secara spontan
tanpa disadari. Ciri ketiga, kebiasaan itu sukar dihilangkan,
kecuali kalau lingkungannya diubah, misalnya menghilangkan
stimulus yang membangkitkan kebiasaan itu.

Cara terjadinya hubungan antara stimulus dan responsi


atau kebiasaan, menurut Watson, salah seorang penganut aliran
psikologi klasik, adalah setiap stimulus mendatangkan responsi.
Apabila stimulus berlangsung secara tetap maka, responsi pun
terlatih dan diarahkan menjadi tetap sehingga bersifat otomatis.
Menurut Skinner, salah seorang pengikut psikologi behaviorisme,
kebiasaan dapat terjadi melalui peniruan dan penguatan. Peniruan
yang tepat dikuatkan sedang peniruan yang belum tepat
disempurnakan.

Hubungan antara stimulus, responsi, dan penguatan dapat


digambarkan sebagai berikut. Stimulus adalah suatu rangsangan
atau aksi yang menuntut suatu tindakan atau reaksi pada

291
Fungsi Pragmatika Intonasi

seseorang atau organisme. Responsi adalah perilaku yang timbul


sebagai reaksi seseorang terhadap suatu aksi atau stimulus.

Penguatan atau reinforcement adalah suatu stimulus baru


yang mengikuti terjadinya suatu responsi. Stimulus baru itu dapat
membuat responsi yang telah terjadi berulang terjadi lagi atau
tidak terjadi lagi. Penguatan yang menunjang suatu responsi
berulang kembali disebut sebagai penguatan positif atau positive
reinforcement, misalnya dalam bentuk hadiah atau pujian.
Penguatan yang menghalangi terjadi kembali responsi yang tidak
diingini disebut penguatan negatif atau negative reinforcement,
misalnya hukuman.

Teori pembentukan kebiasaan itu memang bersifat umum,


namun aplikasinya dapat digunakan dalam pengajaran bahasa
pertama maupun pengajaran bahasa kedua. Dalam pengajaran
bahasa pertama anak-anak menguasai bahasa ibunya melalui
peniruan. Peniruan yang sudah sempurna biasanya diikuti oleh
pujian atau hadiah yang disebut penguatan positif. Melalui
kegiatan itulah anak-anak menguasai struktur dan kebiasaan yang
berlaku dalam bahasa ibunya. Hal yang sama juga terjadi dalam
pengajaran bahasa kedua.

Melalui kegiatan peniruan, pengulangan, latihan runtun,


dan penguatan siswa diarahkan untuk menguasai struktur dan
kebiasaan yang berlaku dalam bahasa kedua dan menghilangkan
tekanan bahasa ibu terhadap bahasa kedua. Tekanan bahasa ibu
terhadap bahasa kedua berkaitan dengan teori belajar terutama
teori transfer.

Transfer adalah suatu proses yang menggambarkan


penggunaan tingkah laku yang telah dipelajari secara spontan dan
otomatis dalam memberikan responsi baru. Transfer ini dapat
bersifat negatif dan positif. Transfer negatif terjadi apabila
tingkah laku yang telah dipelajari bertentangan dengan tingkah
laku yang sedang dipelajari. Sebaliknya, transfer positif terjadi
apabila tingkah laku yang telah dipelajari sesuai dengan tingkah
laku yang sedang dipelajari.

292
Fungsi Pragmatika Intonasi

Bila pengertian kedua transfer ini diaplikasikan ke dalam


pengajaran bahasa, maka transfer negatif terjadi kalau sistem
bahasa ibu yang telah dikuasai digunakan dalam bahasa kedua,
sedangkan sistem bahasa ibu berbeda dengan sistem bahasa
kedua. Sebaliknya, apabila sistem bahasa ibu dan bahasa kedua
sama maka terjadilah transfer positif. Transfer negatif dalam
pengajaran bahasa kedua disebut interferensi, yang menimbulkan
penyimpangan atau kesalahan berbahasa pada siswa pembelajar
bahasa kedua.

Landasan kerja analisis kontrastif ada dua yakni teori


linguistik dan teori psikologi. Langkah-langkah kerja analisis
kontrastif yang dijabarkan dari kedua landasan itu
menggambarkan dengan jelas daerah cakupan analisis kontrastif.
Cakupan pertama berkaitan dengan perbandingan dua bahasa,
yakni bahasa ibu siswa dengan bahasa kedua yang akan dipelajari
oleh siswa. Perbandingan ini dapat dilakukan pada setiap sistem
bahasa seperti sistem fonologi, sistem morfologi, sistem sintaksis,
sistem semantik, atau sistem pemakaian bahasa. Cakupan kedua
berkaitan dengan memprediksi kesulitan belajar dan kesalahan
berbahasa yang mungkin dihadapi oleh siswa dalam belajar
bahasa kedua. Hal ini didasarkan pada didasarkan kepada
perbedaan antara bahasa ibu dan bahasa kedua. Cakupan ketiga
berkaitan dengan bahan pengajaran, pemilihannya,
penyusunannya, dan penekanannya. Dasar penyusunan bahan ini
adalah kesulitan belajar dan kesalahan berbahasa yang dialami
oleh siswa. Cakupan keempat berkaitan dengan cara penyajian
bahan pengajaran bahasa. Ada empat cara penyajian bahan
pengajaran bahasa yang dianut oleh analisis kontrastif, yakni (a)
peniruan, (b) pengulangan, (c) latihan runtun, dan (d) penguatan

8. Analisis kontrastif antara Bunyi-bunyi Bahasa Arab


dan Bahasa Indonesia
a. Bunyi yang Sama atau Identik dalam Bahasa Arab dan
bahasa Indonesia

Dalam dua bahasa yang berbeda mungkin dikatakan


sama persis atau identik karena karakteristik bunyi yang

293
Fungsi Pragmatika Intonasi

mengikutinya sama baik itu dari segi tempat keluar atau


sifatnya, diantaranya:

No Bunyi-Bunyi Deskripsi

‫ب‬ /‫ مجهور‬- ‫ انفجاري‬- ‫كالهما شفتاني‬


1
B Bilabial, hambat, bersuara

‫م‬ /‫ انفي – مجهور‬- ‫كالهما شفتاني‬


2
M Bilabial, nasal, bersuara

‫و‬ /‫ نصف حركة‬- ‫كالهما شفتاني‬


3
W Bilabial, semi vokal

‫ف‬ /‫ محموس‬- ‫ احتكاكي‬- ‫ اسناني‬-‫كالهما شفتاني‬


4
F Labio-dental, geseran, tak bersuara

‫ج‬ /‫ مجهور‬- ‫ مركب‬- ‫كالهما طرفي – غاري‬


5
J Lamino-palatal, paduan, bersuara

‫ك‬ /‫ محموس‬- ‫ انفجاري‬- ‫كالهما قصي – طبقي‬


6
K Dorso-velar, hambat, tak bersuara

‫ر‬ /‫ مجهور‬- ‫ تكراري‬- ‫كالهما ذلقي – لثوي‬


7
R Apiko-alveolar, getar, bersuara

‫ز‬ /‫ حتكاكي – مجهور‬- ‫كالهما ذلقي – لثوي‬


8
Z Apiko-alveolar, geseran, tak bersuara

9 ‫س‬ /‫كالهما ذلقي – لثوي – احتكاكي – محموس‬

294
Fungsi Pragmatika Intonasi

Apiko-alveolar,geseran, tak bersuara


S

‫ه‬ ‫ محموس‬- ‫ احتكاكي‬- ‫كالهما حنجري‬


10 Glottal (laringal), geseran, tak
H
bersuara

b. Bunyi-bunyi yang menyerupai atau mirip dalam Bahasa


Arab dan bahasa Indonesia
Dalam dua bahasa yang berbeda mungkin dapat di
gambarkan sebagai serupa jika karakteristik bunyi tersebut sama
dan sesuai dalam karakteristik kecuali dalam salah satunya.
Diantaranya:

Bunyi- Deskripsi
No
Bunyi Artikulator Artikulasi Menurut pita suara

‫ت‬ Apiko-Alveolar- Dental Hambat Tak Bersuara


1
T Apiko-Alveolar Hambat Tak Bersuara

‫د‬ Apiko-Alveolar- Dental Hambat Bersuara


2
D Apiko-Alveolar Hambat Bersuara

‫ن‬ Apiko-Alveolar- Dental Nasal Bersuara


3
N Apiko-Alveolar Nasal Bersuara

4 ‫ل‬ Apiko-Alveolar- Dental Lateral Bersuara

295
Fungsi Pragmatika Intonasi

L Apiko-Alveolar Lateral Bersuara

‫ي‬ Centro-palatal Semivokal


5
Y Lamino-Palatal Semivokal

‫غ‬ Dorso-Velar Geseran Bersuara


6
G Dorso-Velar Hambat Bersuara

‫ح‬ Uvular Geseran Tak Bersuara


7
H Glottal Geseran Tak Bersuara

‫خ‬ Dorso-Velar Gesekan Tak Bersuara


8
K Dorso-Velar Hambat Tak Bersuara

‫ق‬ Dorso-Uvular Hambat Tak Bersuara


9
K Dorso-Velar Hambat Tak Bersuara

‫ش‬ Lamino-Palatal Geseran Tak Bersuara


10
S Apiko-Alveolar Geseran Tak Bersuara

‫ث‬ Interdental Geseran Tak Bersuara


11
S Apiko-Alveolar Geseran Tak Bersuara

‫ذ‬ Interdental Geseran Bersuara


12
Z Apiko-Alveolar Geseran Bersuara

13 Apiko-Alveolar/
‫ص‬ Geseran Tak Bersuara
Terkatup

S Apiko-Alveolar/Tipis Geseran Tak Bersuara

296
Fungsi Pragmatika Intonasi

c. Bunyi-bunyi yang berbeda dalam Bahasa Arab dan bahasa


Indonesia
Bunyi-bunyi dalam dua bahasa mungkin dapat di
kategorikan berbeda jika diantara kedua bahasa itu terdapat
banyak perbedaan baik dalam karakteristik bunyi, tempat keluar
atau dari segi sifat. Diantaranya:

Bunyi Deskrifsi
N
- Artikulas Berdasarka
o Artikulator
Bunyi i n Pita Suara

Apiko-Alveolar- ‫مطب‬
‫ض‬ Hambat Bersuara
1 Dental ‫ق‬

D Apiko-Alveolar Hambat Bersuara ‫مرقق‬

‫مطب‬
‫ظ‬ Interdental Geseran Bersuara
2 ‫ق‬

D Apiko-Alveolar Geseran Bersuara ‫مرقق‬

‫مطب‬
‫ظ‬ Interdental Geseran Bersuara
3 ‫ق‬

Z Apiko-Alveolar Geseran Bersuara ‫مرقق‬

4 Apiko-Alveolar- Tak ‫مطب‬


‫ط‬ Hambat
Dental Bersuara ‫ق‬

T Apiko-Alveolar Geseran Tak ‫مرقق‬

297
Fungsi Pragmatika Intonasi

Bersuara

Tak
‫خ‬ Dorso-Velar Geseran
Bersuara
5
Glottal(Laringal Tak
H Geseran
) Bersuara

d. Bunyi-bunyi Bahasa Arab yang tidak ada penggantinya


dalam bahasa Indonesia, yaitu:
No Bunyi Deskripsi

1 ‫ث‬ Interdental, geseran, tak bersuara

2 ‫ح‬ Uvular, geseran, tak bersuara

3 ‫خ‬ Dorso-velar, geseran, tak bersuara

4 ‫ذ‬ Interdental, geseran, bersuara

5 ‫ش‬ Lamino-palatal, geseran, tak bersuara

6 ‫ص‬ Apiko-alveolar, geseran, tak bersuara, terkatup

Apiko- dental- alveolar, hambat, bersuara,


7 ‫ض‬
terkatup

Apiko-Alveolar-Dental, hambat, tak bersuara,


8 ‫ط‬
terkatup

9 ‫ظ‬ Interdental, geseran, bersuara,terkatup

10 ‫ع‬ Uvular, geseran, bersuara

298
Fungsi Pragmatika Intonasi

11 ‫غ‬ Dorson-velar, geseran, bersuara

12 ‫ق‬ Dorso-Uvlar, hambat, tak bersuara

e. Bunyi-bunyi bahasa Indonesia yang tidak ada penggantinya


dalam Bahasa Arab, yaitu:
No Bunyi Deskrifsi

1 P Labio, hambat, bersuara, seperti kata “papa”

Lamino-palatal, paduan, tak bersuara, seperti


2 C
kata “cucu”

3 E Vokal atau harokat seperti “beli”

4 O Vokal atau harokat seperti pada “toko”

Lamino-palatal, nasal, bersuara, seperti pada


5 Ny
“ nyala”

Dorso- velar, nasal, bersuara seperti


6 Ng
pada”ngilu”

7 Ai Dua vokal seperti “ gulai”

8 Au Dua vokal seperti “ pulau”

9 Oi Dua vokal seperti “ sepoi”

10 Ei Dua vokal seperti “ esei”

11 Konsonan [kl] pada [klinik], [br] pada [obral], [sr] pada


dua huruf [pasrah], [sw] pada [swadaya], [kw] pada

299
Fungsi Pragmatika Intonasi

[kwintal], [pr] pada [ produksi]

Konsonan [str] pada [strategi], [ skr] pada [skripsi], [spr]


12
tiga huruf pada [sprinter]

1. Intervensi antara Bunyi-bunyi Bahasa Arab dan Bahasa


Indonesia
Ketika orang Indonesia berbicara dengan bahasa orang
Arab tentu tidak bisa mengikuti logat orang arab, orang
indonesia akan cenderung mengucapkan nya dengan logat
bahasa nya sendiri. Begitupun sebaliknya orang Arab ketika
berbicara bahasa Indonesia tentu tidak mengikuti logat orang
Indonesia, Orang Arab akan cenderung mengucapkannya
dengan logat bahasanya sendiri. Hal ini sering di sebut dengan
Intervensi Bunyi.
Perlu diketahui antara bahasa Arab dan bahasa Indonesia
banyak perbedaan dalam segi pengucapan seperti penjelasan
sebelumnya. Antara keduanya terdapat bentuk-bentuk yang
menjelaskan terjadinya Intervensi bunyi, seperti halnya
Intervensi bahasa Indonesia kedalam bahasa arab atau
intervensi bahasa arab kedalam bahasa Indonesia, seperti yang
tertera dalam tabel di bawah ini:
a. Intervensi Bunyi-bunyi Bahasa Indonesia ke dalam Bahasa
Arab
1) Pengucapan Huruf ‫ ث‬/ Diantara Dua Gigi/ Lasawiyah
Sebagaimana Kalimah Di Bawah :

No Kata Pengucapan Penjelasan

300
Fungsi Pragmatika Intonasi

Konsonan tsa /‫ث‬/ ,tidak


1 ‫حديث‬ Hadis di temukan di bahasa
Indonesia ,maka ketika
orang Indonesia
mengucapkan ‫ ث‬maka
di alihkan ke kosa kata
2 ‫وارث‬ Waris
yang lebih dekat atau
yang menyerupainya
yaitu /ts/

2) Pengucapan ‫ ص‬/Sod/ Dzalqiyah Lasawiyah – Mutbaqah


Contoh /S/ Dzalqiyah Lasawiyah Muraqaqah.
Sebagaimana Contoh Di Bawah:

No Kata Pengucapan Penjelasan

1 ‫صدقة‬ Sedekah
Sod arabiyah ( ‫ ) ص‬itu tidak
2 ‫حصيل‬ Hasil dapat di tukarkan ke konsonan
bahasa Indonesia, akan tetapi
3 ‫مصيبة‬ Musibah
orang Imengalihkanya ke
4 ‫نصيب‬ Nasib
konsonan yang lain,
5 ‫صفة‬ Sifat
yang memang lebih dekat atau
6 ‫صبر‬ Sobar lebih mudah dalam
pengucapanya /s/.
7 ‫قصة‬ Qisah

301
Fungsi Pragmatika Intonasi

3) Pengucapan / ‫ ش‬/ attarfiyah algariyyah seperti /sy/


attarfiyah allatsawiyyah, sebagaimana contoh berikut:

No Kata Pengucapan Penjelasan

1 ‫شيطان‬ Setan Syin Al-‘Arabiyyah /‫ش‬/ tidak


2 ‫شرط‬ Syarat dapat digantikan kedalam
bahasa Indonesia, tapi orang
Indonesia dalam pengucapanya
di alihkan ke huruf lain yang
3 ‫شرك‬ syirik lebih dekat atau ke huruf yang
lebih mudah pengucapanya /sy
atau s/

No Kata Pengucapan Penjelasan

1 ‫اذن‬ Izin Zal bahasa Arab itu


tidak dapat di tukarkan
2 ّ
‫مؤذن‬ Muazin
ke bahasa Indonesia,
3 ‫ذوالحجة‬ Zulhijjah tapi orang Indonesia
dalam pengucapanya di
alihkan ke huruf lain
yang lebih dekat atau
4 ‫ذكر‬ Zikir
ke huruf yang lebih
mudah
pengucapanya /z/

No Kata Pengucapan Penjelasan

302
Fungsi Pragmatika Intonasi

1 ‫سلطان‬ Sultan ‫ ط‬dalam bahasa


Arab ,tidak dapat di
2 ‫طاعة‬ Taat
tukar ke suara bahasa
3 ‫قرطاس‬ Kertas indonesia , akan tetapi

4 ‫قطب‬ Kutub dapat di alihkan kepada


bunyi lain yang lebih
dekat dari bunyi ‫ ط‬dan
5 ‫فطنة‬ Fitrah lebih mudah dalam
pengucapanya (t)

6) Pengucapan ‫ق‬ Lahawiyah /K/ Sama Kelasnya , seperti


contoh di bawah :

No Kata Pengucapan Penjelasan

1 ‫قرطاس‬ Kertas ‫ ق‬dalam bahasa Arab


itu tidak dapat di tukar
2 ‫قبر‬ Kubur
suaranya kepada bahasa
3 ‫قبلة‬ Kiblat Indonesia , tetapi dapat

4 ‫قيامة‬ Kiamat di alihkan kepada suara


lain yang terdekatnya
5 ‫قصة‬ Kisah
dan mempermudah
6 ‫قطب‬ Kutub pengucapanya, yaitu (k)

7 ‫مقبول‬ Makbul

8 ‫خالق‬ Khalik

303
Fungsi Pragmatika Intonasi

9 ‫مخلوق‬ Makhluk

7) Pengucapan ‫ ع‬Halqiah Ihtikakiyah Contoh A-I-U Al-


Hinjiriyah Al-Finjariyah ,Seperti Contoh Di Bawah :

No Kata Pengucapan Penjelasan

1 ‫علم‬ Ilmu

2 ‫عليم‬ Alim
‫ ع‬arabiyah tidak dapat
3 ‫علماء‬ Ulama
di tukar ke suara
4 ‫عالم‬ Alam Indonesia ,tapi dapat di
pindahkan
5 ‫عرب‬ Arab
pengucapanya ke suara
6 ‫عبادة‬ Ibadah lain yang lebih dekat
dan lebih mudah dalam
7 ‫عبارة‬ Ibarat
pengucapanya /a-i-u/
8 ‫عمر‬ Umur

9 ‫عموم‬ Umum

8) Pengucapan konsonan dalam bahasa Arab seperti


konsonan dalam bahasa indonesia, seperti contoh di
bawah ini:

No Kata Pengucapan Penjelasan

304
Fungsi Pragmatika Intonasi

1 ‫السالم عليكم‬ ‫ْسالَ ُم َعلَيكم‬ Kalimat kalimat ini


terputus oleh format
2 ‫صراط الذين‬ ‫صْ َراطَ الذين‬
(cv) tetapi di ucapkan
3 ‫الحمد هلل‬ ‫ْلحمد هلل‬ pada format (ccv) cv

4 ‫استغفر اللة‬ ‫ْستَ ْغفر هللا‬ itu tersebar dalam


bahasa Indonesia dan
tidak di temukan
5 ‫سبحان اللة‬ ‫سْبحان هللا‬
dalam bahasa Arab

b. Interferensi Bunyi-bunyi Bahasa Indonesia ke dalam


Bahasa Arab

Interferensi adalah masuknya unsur serapan ke dalam


bahasa lain yang bersifat melanggar kaidah gramatika bahasa
yang menyerap.

Sebagian bunyi bahasa Indonesia, sebagaimana sifatnya


yang telah disampaikan di atas, tidak dapat di tukar ke bahasa
Arab. Pengucapan bahasa Indonesia itu sangat sulit di lakukan
oleh orang Arab, dan cenderung untuk mengalihkanya ke dalam
bunyi bahasa Arab yang paling mendekati atau menyerupainya.
Maka pengucapan bahasa Arab pada saat seperti itu memiliki
bentuk yang berbeda dalam kajian fonologi sama. Sebagaiamana
daftar di bawah:

1) pengucapan suara (e) dengan kasroh (i) sebagaimana kata


di bawah ini:

305
Fungsi Pragmatika Intonasi

No Kata Pengucapan Penjelasan

1 Begitu Bigitu ketika orang Arab


mengucapkan kata
2 Belajar Bilajar
ini, maka masuk
3 Lebih Libih kasroh dalam bahasa

4 Lemari Limari arab (i) pada (e) di


bahasa Indonesia
5 Kecil Kicil
karena vokal (e)tidak
6 Belum Bilum di temukan dalam
bahasa Arab, maka di
7 Berani Birani
alihkanlah kepada
yang mendekatinya
8 Sendiri Sindiri
yaitu kasroh (i).

2) pengucapan suara (e) menjadi (a) sebagaimana kata di


bawah ini :

No Kata Pengucapan Penjelasan

1 Berkata Barkata Ketika orang Arab


mengucapkan kata
2 Bersama Barsama
ini, maka fathah
3 Termasuk Tarmasuk arabiyyah /a/
mengganti /e/ karna
vokal dalam bahasa
Arab tidak ada /e/
maka di alihkan

306
Fungsi Pragmatika Intonasi

ke /a/ karena itu


vokal yang lebih
dekat.
3) Pengucapan Bunyi /e/ menjadi dammah /u/
sebagaimana kata di bawah :

No Kata Pengucapan Penjelasan

Ketika orang Arab


1 Keluar Kuluar mengucapkan kata
tersebut, masuklah
dammah arabiyyah
2 Semua Sumua /u/ kedalam /e/ dalam
bahasa Indonesia.

4) Pengucapan Bunyi /p/ menjadi /b/ dalam bahasa Arab


sebagaimana contoh di bawah :

No Kata Pengucapan Penjelasan

Ketika orang Arab


1 Para Bara mengucapkan
kalimat tersebut
2 Pedoman Baduman maka di alihkan
kepada /B/ Karena
bunyi /P/ tidak
ditemukan dalam

307
Fungsi Pragmatika Intonasi

bahasa Arab, dan /B/


adalah yang dekat
dengan huruf P dan
paling banyak

5) Pengucapan Bunyi /ng/ menjadi /n/ sebagaimana


kata di bawah ini:

No Kata Pengucapan Penjelasan

1 Yang Yan Bunyi /ng/ itu tidak


di temukan di
2 Kurang Kuran
bahasa Arab dan
cenderung di
alihkan kedalam
3 saking Sakin bunyi yang paling
dekat darinya
yaitu /n/

6) Pengucapan Bunyi /ny/ terdiri dari dua bunyi: /n/


dan /y/. sebagaimana contoh di bawah :

No Kata Pengucapan Penjelasan

1 Bertanya Bertan+Ya Bunyi yang tersusun


seperti /ny/ tidak di

308
Fungsi Pragmatika Intonasi

temukan di dalam
bahasa Arab, maka
orang arab cenderung
memisahkanya
menjadi 2 bunyi
( n+y), menjadi
pengganti dari bunyi
yang satu

7) Pengucapan Bunyi /ng/ ada dua: nun /n/ dan gin /g/.
sebagaimana contoh di bawah :

No Kata Pengucapan Penjelasan

Bunyi yang
tersusun /ng/ tidak di
temukan didalam
bahasa Arab. Maka
orang Arab
1 sungguh Sun+guh
mengalihkannya
kedalam dua
pengucapan /n+g/
menggantikan dari
bunyi yang satu.

309
Fungsi Pragmatika Intonasi

8) Pengucapan Bunyi /o/ menjadi dammah /u/.


sebagaimana contoh di bawah :

No Kata Pengucapan Penjelasan

Vokal /o/ tidak di


temukan dalam
bahasa Arab, oleh
1 Bodoh Buduh
karna itu di alihkan
ke dalam vokal
dammah/u/

No Kata Pengucapan Penjelasan

Kata makmur berasal


dari bahasa Arab (
‫)معمور‬, maka orang
arab mengucapkan
1 Makmur Ma’mur
nya dengan karakter
bahasa Arab
menggunakan ‘ain
bukan dengan kaf.

DAFTAR PUSTAKA

Marlina, Lina. Ilmu Ashwat (fonologi). Bandung:tt

310
Fungsi Pragmatika Intonasi

http://www.academia.edu/8817441/analisis kesalahan dalam


pengucapan Bahasa

KBBI
Chaer, Abdul .2012. Linguistik Umum. Jakarta : Rineka
Cipta
Lapoliwa, Hans. 1981. Dasar-Dasar Fonetik. Penataran
Linguistik Umum Tahap1, Jakarta: Pusat Pembinaan dan
Pengembahanya Bahasa Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan.

. http://himasauai.blogspot.co.id/2010/06/fonem.html diakse
s pukul 20.00 1 Januari 2017
http://makalahmakalahq.blogspot.co.id/2014/04/fonologi-
fonem-dan-alofon.html  diakes pukul 21.36 3 Januari 2017
Supratman, Ujang.
2014. http://ujangsupratman.blogspot.co.id/2014/03/cara-
membentuk-fonem-dan-konsonan.html diakses pukul 22.00
3 Januari 2017

Abdul Chaer. 1994. Linguistik Umum. Jakarta : Rineka Cipta

Masnur Muslich, Fonologi bahasa Indonesia. Jakarta : PT. Bumi Aksara

Afwah. Syarifah.blogspot.com diakses pada tanggal 19 Desember 2018

Cara sederhanablog.blogspot.com diakses pada tanggal 19 Desember


2018

Shng2011.Blogspot.com diakses pada tanggal 19 Desember 2018

Marlina, lina. Ilmu Ashwat (Fonologi). 2018 : Bandung

Terjemahan Tugas Ilmu ashwat

Hidayatullah, Moch. Syarif dan Abdullah. 2010. Pengantar


Linguistik Bahasa Arab (Klasik Modern). Jakarta: UIN Syarif
hidayatullah

311
Fungsi Pragmatika Intonasi

https://www.google.com/search?
q=pengertian+bunyi+vokal&safe=strict&rlz=1C1CHBF_idID777
ID777&source=lnms&tbm=isch&sa=X&ved=0ahUKEwj-
zoHS1qbfAhXERY8KHXhiAWQQ_AUIDigB&biw=1032&bih
=647

http://yunus.staff.uns.ac.id/2015/03/30/vokal-dan-diftong-dalam-
bahasa-arab/

https://wahib.co.id/pembagian-vokal-dalam-bahasa-arab/

Marlina Lina. Ilmu Ashwat (Fonologi)


https://id.wikipedia.org/wiki/Konsonan
https://id.wikipedia.org/wiki/Bunyi
Kamal Muhamed bisyr. 1991. Al-Ashwat Al-Arabiyah. Tc.
Kairo:Maktabah Asy-Syabab.
Ahmad Mukhtar Umar. 1991. Dirasat Ash-Shaut Al-Lughowi, tc.
Kairo: Alam Al-Kutub.
Tagrid Sayid Anbar. 1990. Dirasat shautiyah, tc. Tunis: Alesco.
Abdullah Rabbie Mahmud, dkk. 1988. Ilmu Ash-Syautiyat .Cet
II. Mekah: Maktabat Ath-Tholib Al-Jami’i, 1988.
http://fithriaazizah.blogspot.com/2017/01/ilmu-ashwat.html

https://cak-son.blogspot.com/2016/10/pengertian-ilmu-ashwat-
dan-pembagiannya.html

http://kaligrafiiaibafa.blogspot.com/2016/04/makalah-ilimu-
ashwat.html

Muslich,Masnur,FonologiBahasaIndonesia,Jakarta:Bumi
Aksara.2014

312
Fungsi Pragmatika Intonasi

Marlina,Lina,Ilmu Ashwat(FONOLOGI),Bandung.2018

Resmini, Novi, dkk. 2006. Kebahasaan 1 (Fonologi, Morfologi


dan Semantik). Bandung: UPI PRESS.
Widagdo dan Harjono. 2007. Pokok – Pokok Fisika SMP Jilid 2.
Jakarta: Erlangga.
https://hellosehat.com/hidup-sehat/fakta-unik/suara-manusia-pria-
wanita-beda/
Chaer Abdul. 2005. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta

313

Anda mungkin juga menyukai