Anda di halaman 1dari 235

ILMU ASWAT

(FONOLOGI)
ILMU ASWAT (FONOLOGI)

Penulis :
Muhammad Azis Ramadhan
Muhammad Fakhri Naufal
Muhammad Rizki Setiawan
Nifar Izzudin Amrullah
Rahman Nulhakim
Marini Efriyenti
Murni Amalia
Neng Fatimah
Nisa Muannah Syarifah
Nurhamidah
Ratu Widda Inda Dhiya Nadiya
Rika Indri Cahyani

Editor :
Nifar Izzudin Amrullah

Desain Cover :
Nifar Izzudin Amrullah

©2018
Hak cipta dilindungi Undang-Undang
Diterbitkan pertma kali oleh
HAIBAH Media, Bandung
Bandung, 2018

Cetakan I : Desember 2018


KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan nikmat


serta hidayah-Nya terutama nikmat kesempatan dan kesehatan,
sehingga penyusun dapat menyelesaikan buku ini. Shalawat
beserta salam semoga tercurah limpahkan kepada Nabi besar
Muhammad Saw yang telah memberikan pedoman hidup yakni
Al-Qur’an dan Sunnah untuk keselamatan umat di dunia.
Alhamdulillah penyusun dapat menyelesaikan buku yang
berjudul Ilmu Ashwat (Fonologi).

Buku ini merupakan salah satu tugas mata kuliah Ilmu


Ashwat jurusan Pendidikan Bahasa Arab (PBA) semester tiga
kelas C di Universitas Islam Negri Sunan Gunung Djati Bandung.
Ilmu yang sangat penting dipelajari dikalangan pelajarar
terkhusus yang mempelajari bahasa, karena sebagaimana
diketahui bahwa bahasa merupakan aspek sentral untuk
keberlangsungan komunikasi yang baik dalam segala aspek-aspek
kehidupan.

Selanjutnya penyusun mengucapkan terima kasih yang


sebesar-besarnya kepada Ibu Lina Marlina M,Ag. sebagai dosen
mata kuliah Ashwat yang telah memberikan tugas tersebut
sebagai pembelajaran.

Penyusun yang terdiri dari sebagian anggota mahasiswa


semester tiga diantaranya, M Rizki Setiwan, M Azis Ramadhan,
M Fakhri Naufal, Nifar Izzudin Amrullah, Rahman Nulhkim,
Marini Efriyenti, Murni Amalia, Nisa Muannah Syarifah, Neng
Fatimah, Nurhamidah, Ratu Widda Inda Dhiya Nadiya, Rika
Indri Cahyani, sangat menyadari bahwa banyak kekurangan
dalam penyusunan buku ini, maka dari itu penyusun
mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca demi
kesempurnaan buku ini.

Bandung, Desember
2018

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI iii

BAB I
BUNYI DAN BAHASA 1
Pengertian Bunyi ………………………………………. 2
Syarat Terjadinya Bunyi dan Implikasinya ……………. 8
Proses Terjadinya Bunyi Berdasarkan Ilmu Fisika ……. 9
Perambatan Energi Bunyi ……………………………… 10
Proses Terjadinya Suara pada Manusia ………………... 10

BAB II
FONOLOGI/ILMU BUNYI 13
Pengertian Fonologi/Ilmu Bunyi ………………………. 14
Cabang-Cabang Fonologi/Ilmu Bunyi …………………. 16
Kedudukan Ilmu Bunyi dan Pentingnya dalam Kegiatan
Bahasa ………………………………………………….. 25
Manfaat Fonologi dalam Penyusunan Bahasa …………. 30
Urgensi Fonologi dalam Pembelajaran Ilmu Bahasa …... 31

BAB III
ALAT UCAP DAN ORGAN BICARA 35
Pengertian Organ Bicara ……………………………….. 36
Alat Ucap dan Organ Bicara …………………………… 40

BAB IV
DESKRIPSI BUNYI BAHASA ARAB 51
Deskripsi Bunyi Menurut Tempat Keluarnya ………….. 52
Deskripsi Bunyi-Bunyi dalam Hal Cara Keluarnya
Udara Ketka Diucapkan ……………………………… 56
Deskripsi Bunyi Dilihat dari Pita Suara Ketika
Menglafalkannya ………………………………………. 58
Bagaimana Cara Mengetahui Suara Jelas atau Hidup? .. 59
Deskripsi Bunyi Dilihat dari Kondisi Ujung Lidah saat
Pengucapan …………………………………………….. 59

BAB V
KONSONAN 61
Pengertian Bunyi Konsonan …………………………… 62
Klasifikasi Bunyi Konsonan …………………………… 63

BAB VI
BUNYI VOKAL 79
Pengertian Bunyi Vokal ……………………………...… 80
Macam-Macam Bunyi Vokal dalam Bahasa Arab …….. 83
Bunyi Vokal Diftong …………………………………... 88
Fungsi Vokal dalam Sebuah Bahasa (Linguistik) ……... 92

BAB VII
SUKU KATA 95
Pengertian Syllable/Suku Kata ………………………… 96
Teori Tentang Syllable/Suku Kata ……………………... 104
Macam-Macam Syllable/Suku Kata …………………… 105
Karakteristik Suku Kata dalam Bahasa Arab ………….. 109
Simbol-Simbol Syllable/Suku Kata ……………………. 111
Struktur dan Pola-pola dalam Suku Kata Bahasa
Indonesia dan Bahasa Arab ……………………………. 112

BAB VIII
TEKANAN 119
Pengertian Tekanan/Stress ……………………………... 121
Tingkatan Tekanan …………………………………….. 125
Macam-Macam Tekanan dan Fungsinya ………………. 127
Kaidah-Kaidah Tekanan dalam Bahasa Arab ………….. 128
Perpindahan Tekanan …………………………………... 134

BAB IX
NADA-INTONASI 137
Konsep Nada dan Intonasi ……………………………... 138
Nada ……………………………………………………. 139
Intonasi ………………………………………………… 145
Fungsi Intonasi dalam Bahasa Arab …………………… 150

BAB X
JEDA/PERSENDIAN 157
Pengertian Jeda/Persendian ……………………………. 158
Jenis-Jenis Jeda/Persendian ……………………………. 159
Fungsi Jeda Bahasa …………………………………….. 161
Pandangan Fonologi Prosodi terhadap Jeda …………… 167
Jeda dalam Bahasa Arab Tulis …………………………. 169
Perbedaan Cara Membaca Jeda dalam Bahasa Indonesia 170
Jeda dalam Bahasa Arab ……………………………….. 172

BAB XI
FONEM DAN ALOFON 175
Pengertian Fonem ……………………………………… 176
Pengujian atau Percobaan Fonem Sebuah Bunyi ……… 180
Pembelajarab Fonem dan Alofon ……………………… 182
Macam-Macam Fonem ………………………………… 184
Fonem-Fonem Bahasa Arab …………………………… 186
Hubungan Antar Satu Fonem dengan Fonem Lain ……. 188
Deskripsi Fonem Vokal Bahasa Arab ………………….. 190
Perbedaan Alofon dan Fonem …………………………. 191

BAB XII
ASIMILASI DAN DISIMILASI 193
Asimilasi ……………………………………………….. 194
Desimilasi ……………………………………………… 202

BAB XIII
ANALISIS KONTRASTIF BUNYI BAHASA ARAB
DAN BAHASA INDONESIA 209
Pengertian Analisis Kontrastif (Contrastive Analysis) … 210
Analisis Kontrastif antara Bunyi-Bunyi Bahasa Arab
211
dan Bahasa Indonesia …………………………………
Intervensi antara Bunyi-bunyi Bahasa Arab dan Bahasa
Indonesia ……………………………………………… 215
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
‫الصوت و اللغة‬
(BUNYI DAN BAHASA)
Oleh : Muhammad Rizki Setiawan

Pengertian Bunyi
Ilmu ashwat disebut juga Fonologi yang secara bahasa
memiliki makna ilmu tentang bunyi. Hal ini sesuai dengan makna
dari kata Fonologi itu sendiri yang terdiri atas fon yang artinya
adalah bunyi dan logos yang artinya adalah ilmu.

Bunyi yang dipelajari dalam Fonologi bukan hanya


sembarang bunyi, melainkan bunyi bahasa yang dapat
membedakan arti dalam bahasa lisan ataupun tulisan yang
digunakan oleh manusia. Bunyi yang dipelajari dalam Fonologi
disebut dengan istilah fonem.

Menurut KBBI (DEPDIKBUD,1998:244) ,fonologi sebagai


ilmu tentang bunyi bahasa terutama mencakup tentang sejarah
dan teori bunyi.

Menurut Kridalaksana (2002) dalam kamus linguistik


fonologi adalah bidang linguistik yang menyelidiki bunyi bunyi
bahasa menurut fungsinya.

1. Menurut Para Ahli

Menurut doktor Muhamad Ali Al-Khuli :


‫علم االصوات علم يبحث في اصوات اللغة من حيث انتاجها و من‬
‫حيث انتقالها ومن حيثث ادراكها‬.

Menurut Abdul Wahab Rasyid :


‫انتقالها و استقبالها‬, ‫هو علم الذي يدرس القاء الصوت‬

Menurut Ibnu Sina adalah: “Gelombang udara dan


tekananannya yang kuat dan cepat yang disebabkan oleh
berbagai faktor”1. Sedangkan menurut para ahli bahasa
kontemporer yaitu Ibrahim Anis adalah: “Tabiat yang tampak
yang dapat ditemukan pengaruhnya tanpa ditemukan
esensinya (keberadaannya).” 2

1
Manaf Mahdi Muhammad, Ilmu al-Ashwat al-Lughawiyyah (Libia: ‘Alimul
Kutub, 1998), 13.
Menurut Verhaar (1984:36) mengatakan bahwa fonologi
merupakan bidang khusus dalam linguistik yang mengamati
bunyi bunyi suatu bahasa tertentu sesuai dengan fungsinya
untuk membedakan makna leksikal dalam suatu bahasa.

Menurut Fromkin dan Rodman (1998:96) fonologi adalah


bidang yang mempeljari ,menganalisis dan membicarakan
runtutan bunyi bunyi bahasa.

Menurut Trubetzkoy (1962:11-12), fonologi merupakan


studi bahasa yang berkenaan dengan dengan sistem
bahasa ,organisasi bahasa ,serta merupakan suatu fungsi
linguistik Bahasa.

Menurut Daniel Jones, sarjana fonologi inggris ialah


bunyi sebuah bahasa.

Dengan demikian ,ilmu ashwat adalah suatu kajian


penerimaan bunyi ujar dengan mempertimbangkan dan
makna yang di kandung oleh bunyi itu.

2. Menurut Ahli Fisika

Bunyi menurut Ahli Fisika adalah salah satu jenis


gelombang yang di rasakan oleh indra pendengaran (telinga).
Dalam ilmu fisika, pengertian bahasa adalah sesuatu yang di
hasilkan dari bwnda yang bergetar.bunyi yang menghasilkan
bunyi di sebut sumber bunyi. Dengan demikian, syarat
terjadinya bunyi harus ada benda yang bergetar .perambatan
bunyi memerlukan medium.kita dapat mendengar jika ada
medium yang merambatkan bunyi. Ada beberapa syarat yang
di penuhi agar bunyi dapat terdengar. Syaratnya dalah :

a. Ada benda yang bergetar ( sumber bunyi ).


b. Ada medium yang merambatkan bunyi.
c. Ada penerima yang berada di jangkauan sumber bunyi.

2
Ibrahim Anis, Al – Ashwat Al – Lughawiyah (Kairo: Maktabah Al – Anjalu Al –
Mishriyyah, 1999), 9.
Bunyi memiliki cepat rambat yang terbatas .bunyi
memerlukan waktu untuk merambat dari satu tempat ke
tempat yang lain.cepatt rambat bunyi sebenarnya tidak terlalu
besar.cepat rambat bunyi jauh lebih kecil di bandingkan
dengan cepat rambat cahaya. bahkan orang sekarang dapat
membuat pesawat yang kecepatanya jauh lebih cepaat di
banding kan dengan kecepatan bunyi.cepat rambut bunyi
sering di rumuskan dengan :

V = s/t
V = kecepatan (m/s)
S = jarak sumber ke pengamat (m)
t = selang waktu

Bunyi memiliki sifat sifat tertentu .sifat sifat bunyi


sebagai berikut :

a. Memiliki gelombang longitudinal.


b. Tidak bias merambat pada ruang hampa.
c. Kecepatanya di pengaruhi kerapatan medium rambatnya 9
padat, cair ,gas ) paling cepat pada benda yang
kerapatanya tinggi.
d. Dapat mengalami resonansi dan pantulan.

Bunyi dapat mengalami resonansi. Apa itu resonansi ??


Resonansi adalah peristiwa bergetarnya suatu benda akibat
getaran benda lain karena frekuensinya sama.bunyi dapan
mengalami pemantulan . proses pemanntulan bunyi di
manfaatkan pada :

a. Penentuan cepat rambat bunyi.


b. Pendeteksi cacat dan retak suatu logam.
c. Survey geofisika.
d. Pengukuran ketebalan pelat logam.
e. Pengukuran kedalamn tempat.

Bunyi di kategorikan ke dalam beberapa jenis . jenis jenis


bunyi :
a. Bunyi infrasonic yaitu bunyi yang frekuensinya kurang
dari 20HZ, dan dapat di dengar oleh anjing ,jangkrik dan
kuda.
b. Bunyi audiosonik yaitu bunyi yang frekuensinya berada
antara 20HZ- 20.000 Hz dan dapat di dengar manusia.
c. Bunyi ultrasonic itu frekuensinya berada di atas
20.000Hz , dapat di dengar oleh kelalawar dan lumba
lumba.
d. Nada yaitu yang frekuensinya beraturan.
e. Desah ,yaitu yang frekuensinya tidak teratur.
f. Gaung atau kerdam ,bunyi pantul yang sebagian dating
bersamaan dengan bunyi asli sehingga mengganggu
bunyi asli.
g. Gema yaitu bunyi yang dating setelah bunyi asli sehingga
memperkuat bunyi asli.

Manfaat Fonologi dalam Penyusunan Bahasa tidak hanya


mempelajari bagaimana cara melambangkan bunyi- bunyi ujar
dalam bentuk tulisan atau huruf, tetapi juga mempelajari
bagaimana cara menuliskan bunyi-bunyi ujar dalam bentuk kata,
frase, klausa, dan kalimat, cara memenggal suku kata, menuliskan
singkatan, menulis nama orang, lambang-lambang teknis
keilmuan dan sebagainya.

Ibnu Jinni, seorang ahli bahasa arab mendefinisikan bahasa


sebagai berikut:
"‫كل قوم عن أغراضهم‬ ّ ‫"اللغة هي أصوات يعبر بها‬
“Bahasa adalah bunyi – bunyi yang diucapkan oleh setiap
kelompok masyarakat untuk menyampaikan maksud mereka.”

Al – Rajihi memberikan penjelasan mengenai definisi


tersebut:

1. Ibnu Jinni membatasi Bahasa hanya berupa bunyi. Hal ini


menunjukkan bahwa ulama arab tidak mempelajari Bahasa
tulisan tetapi mereka hanya mempelajari Bahasa lisan yang
didasari pada bunyi.
2. Bahasa berfungsi sebagai ta’bir (mengungkapkan) atau
mengkomunikasikan apa yang ada di hati kepada orang lain.
3. Bahasa digunakan oleh sekelompok masyarakat.
4. Bahasa merupakan alat untuk ta’bir dari aghradh yang
artinya Bahasa itu tidak hanya berupa bunyi ataupun ta’bir
saja, tetapi juga mencakup aghradh yaitu berpikir

Bunyi merupakan hal yang paling pokok dalam bahasa,


karena perkembangan Bahasa pertama kali tampak pada bunyi
yang diucapkan.

Pemahaman pada kalimat yang dipotong juga hanya dapat


dipahami dari intonasi kalimat tersebut. Contoh kalimatnya
adalah: “Ahmad pergi ke Suriah”. Apabila diucapkan dengan
intonasi tinggi ke rendah, maka kalimat tersebut menunjukkan
realita bahwa ahmad memang telah pergi ke Suriah. Namun
apabila diucapkan dari nada rendah ke nada tinggi maka
menunjukkan pernyataan pengingkaran yang menunjukan
pertanyaan.

Mansoer Pateda dalam bukunya “Linguistik” memberikan


definisi Bahasa sebagai berikut: “Bahasa adalah bunyi – bunyi
yang bermakna”. Sedangkan G.A Miller menyebutkan bahwa
Bahasa yang berwujud bunyi itu berisi:
Phonological Information yaitu informasi yang bersifat fonologi
yang bermakna

1. Syntactic Information yaitu informasi yang disampaikan itu


berwujud kalimat
2. Lexical Information yaitu informasi yang terdapat dalam
setiap leksem (kamus)
3. Conseptual Knowledge yaitu konsep – konsep pengetahuan

Di dunia ini terdapat beribu – ribu Bahasa. Indonesia sendiri


memiliki beragam Bahasa yang berbeda – beda di setiap
daerahnya.

Walaupun di dunia ini terdapat beragam Bahasa, namun


masing – masing mempunyai ciri khas tertentu. Dengan kata lain
terdapat ciri dalam setiap bahasa yang disebut dengan kemestaan
bahasa atau universalia Bahasa (language universals). Diantara
ciri – ciri kemestaan itu adalah sebagai berikut :

1. Fungsi utama Bahasa adalah sebagai sarana komunikasi


2. Media utama Bahasa adalah bunyi ujaran (vocal sound)
3. Semua Bahasa memiliki leksikon atau kosa kata yang
memiliki kandungan makna
4. Semua Bahasa memiliki tata Bahasa atau grammar (Elson &
Picker, 1962 : 1)

Dalam tata Bahasa terdapat (Fromkin & Rodman, 1983:15):

1. Fonologi
2. Semantik
3. Morfologi
4. Sintaksis
5. Leksion

Ada juga yang berpendapat bahwa dalam tata Bahasa


(grammar) hanya terdapat morfologi dan sintaksis (Gleason,
1970 : 11), (Francis, 1958 : 4), (Taringan, 1984 : 74).

3. Pengertian Morfologi

Morfologi adalah bagian dari ilmu bahasa yang


membicarakan seluk beluk bentuk kata serta pengaruh
perubahan – perubahan bentuk kata, baik itu fungsi gramatik
maupun fungsi semantik (Ramlan, 1983 : 16 – 17).

Morfologi atau morfemik adalah telaah dari morfem.


Morfologi dibagi menjadi dua tipe analisis, yaitu :

a. Morfologi Sinkronik
b. Morfologi Diakronik

Morfologi sinkronik menelaah morfem – morfem dalam


satuan waktu tertentu. Sedangkan morfologi diakronik
menelaah sejarah serta asal – usul kata.
Setiap orang yang menaruh perhatian besar terhadap
masalah kata dan morfem beserta maknanya maka bisa
menelusuri permasalahan mengenai sinkronik dan diakronik.

Morfem adalah satuan gramatik yang paling kecil yang


tidak mempunyai satuan lain sebagai unsurnya sedangkan
kata adalah satuan bebas yang paling kecil atau dengan kata
lain setiap satuan bebas adalah kata.

Kata terdiri dari dua macam satuan, yaitu satuan


fonologik dan gramatik. Sebagai satuan gramatik, kata terdiri
dari satu atau beberapa morfem (Ramlan, 1983, 26 – 28).

Syarat Terjadinya Bunyi dan Implikasinya

Proses terjadinya bunyi tidak datang sendirinya, namun


mempunyai tiga syarat yaitu :

1. Ada sumber energi. Sumber energi itu berupa kekuatan,


gerakan atau pukulan yang menyebabkan benda tersebut
bergerak atau bergelombang.
2. Adanya benda yang bergetar yang disebabkan oleh adanya
gerakan atau pukulan yang menimpa benda tersebut.
3. Adanya ruang resonansi. Ruang resonansi adalah sarana dari
benda yang bergetar, baik itu berupa benda cair maupun
benda padat. Dengan adanya ruang resonansi sebagai sarana
penghantar bunyi, maka keluarlah bunyi yang bisa didengar
oleh telinga manusia.

Sebagai contoh dari implikasi ketiga syarat tersebut


adalah terjadinya bunyi pada alat musik gitar. Ketika gitar
tersebut dipetik, maka bergetarlah senar – senar dari gitar
tersebut. Petikan dari senar gitar tersebut beserta pukulannya
merupakan sumber energi, adapun senar – senar gitar yang
bergetar merupakan benda yang bergetar dan tabung pada gitar
yang ikut bergetar sehingga keluarlah bunyi dari gitar tersebut
merupakan ruang resonansi.
Proses Terjadinya Bunyi Berdasarkan Ilmu Fisika

Bunyi merupakan salah satu jenis gelombang yang dapat


dirasakan oleh indra pendengaran (telinga). Setiap bunyi yang
kita dengar berasal dari alat atau benda tertentu yang mampu
menghasilkan bunyi baik itu bunyi yang bernada atau hanya
sekedar desah.

Proses ketika bunyi dapat didengar oleh manusia dimulai


dengan sumber bunyi yang bergetar akan menggetarkan molekul
- molekul udara yang ada di sekitarnya.

Selanjutnya, molekul - molekul udara yang bergetar akan


menjalarkan getarannya ke molekul - molekul udara di dekatnya.
Demikian seterusnya, sampai molekul - molekul udara yang ada
di sekitar telinga kita ikut bergetar sehingga kita dapat mendengar
bunyi.

Medium perantara diperlukan pada perambatan bunyi


karena bunyi termasuk gelomang mekanik.

Manusia dapat mendengar bunyi karena memiliki telinga


sebagai alat pendengaran untuk menangkap bunyi. Namun tidak
semua jenis bunyi dapat didengar oleh manusia karena
pendengaran manusia yang terbatas pada bunyi dengan frekuensi
tertentu. berdasarkan frekuensinya, bunyi dibedakan menjadi 3
jenis yaitu:

1. Infrasonik adalah jenis bunyi yang memilki jumlah getaran


bunyinya kurang dari 20 Hz getaran per detik. bunyi
infrasonik dihasilkan oleh benda - benda berukuran besar
seperti gempa bumi dan getaran mesin - mesin besar di
pabrik. Bunyi ini dapat menyebabkan benda - benda lain
disekitarnya ikut bergetar.
2. Audiosonik adalah jenis bunyi yang dapat didengar oleh
manusia. Jumlah getaran bunyinya berkisar antara 20 –
20.000 Hz per detik. Gendang telinga hanya dapat
menghasilkan gelombang listrik syaraf yang dapat
diterjemahkan otak jika bergetar dengan frekuensi dalam
jangkauan audiosonik.
3. Ultrasonik adalah jenis bunyi yang sangat kuat, dengan
jumlah getarannya lebih dari 20.000 Hz per detik. Bunyi ini
tidak dapat didengar oleh manusia, melainkan oleh beberapa
hewan tertentu seperti kelelawar dan lumba - lumba yang
mampu mendengar bunyi ini.

Perambatan Energi Bunyi


Cepat rambat bunyi menyatakan jarak yang ditempuh bunyi
dalam waktu sekon. Ketika kita mendengar bunyi guntur yang
sangat keras terkadang dikala itu jendela juga ikut bergetar. Hal
ini disebabkan karena bunyi sebagai salah satu bentuk energi
yang merambatkan energinya melalui udara.

Suara tidak akan bisa didengar dalam ruangan vakum


(hampa udara) karena proses transmisi membutuhkan suatu
medium dimana partikel – parikel zat didalam medium tersebut
dapat dikompresi dan diekspansi (dimuaikan).

Getaran bunyi dapat merambat dalam bentuk gelombang


yang disebut gelombang longitudinal. Gelombang bunyi dapat
merambat melalui zat padat, cair dan gas. Gelombang merupakan
getaran yang merambat yang didalamnya dikenal dengan istilah
frekuensi, periode, panjang gelombang, dan cepat rambat
gelombang. (Agus Kriono, dkk, 2008 : 261).

Proses Terjadinya Suara pada Manusia

Ilmu fonetik (artikulatoris) mengkaji cara membentuk


bunyi-bunyi bahasa. Adapun sumber kakuatan utama untuk
membentuk bunyi bahasa yaitu udara yang keluar dari paru-paru.
Udara tersebut dihisap ke dalam paru-paru, kemudian dikeluarkan
ketika bernafas. Ketika udara keluar dari paru-paru melalui
tenggorokan, ada yang mendapat hambatan dan ada yang tidak.
Proses membentuk dan mengucapkan bunyi berlangsung dalam
suatu kontinuum.
Menurut analisis bunyi fungsional, arus bunyi yang
kontinuum tersebut bisa dikategorisasikan berdasarkan segmen
tertentu. Walaupun demikian, ada pula bunyi yang tidak dapat
dikategorisasikan menjadi segmen-segmen tertentu yang disebut
bunyi suprasegmental. Oleh sebab itu, bunyi bahasa dapat dibagi
menjadi :

1. Bunyi segmental
2. Bunyi suprasegmental.

Proses terbentuknya bunyi bahasa secara garis besarnya


terbagi atas 4 macam, yakni:

1. Proses keluarnya bunyi dari paru-paru


2. Proses fonasi, yaitu lewatnya bunyi dalam tenggorokan
3. Proses artikulasi yaitu proses terbentuknya bunyi oleh
artikulator
4. Proses oro-nasal, proses keluarnya bunyi melalui mulut atau
hidung (ladefoged, 1973: 2-3).

Proses Terjadinya Bunyi:

1. Sumber energi utama terjadinya bunyi bunyi bahasa adalah


adanya udara dari paru-paru
2. Udara dihirup ke dalam paru-paru kemudian dihembuskan
keluar bersama-sama waktu sedang bernapas
3. Udara yang dihembuskan (atau dihirup untuk sebagaian kecil
bunyi bahasa) mendapat hambatan di berbagai tempat alat-
alat bicara dengan berbagai cara sehingga terjadi bunyi
bahasa.
4. Tempat atau alat bicara yang dilewati diantaranya batang
tenggorok, pangkal tenggorok, kerongkongan, rongga mulut,
rongga hidung
5. Pada waktu udara mengalir keluar pita suara harus dalam
keadaan terbuka
6. Bunyi suara akan terdengar sampai ke telinga manusia

Organ tubuh yang berperan dalam prses terjadinya suara


pada manusia:
1. Paru-paru (lungs)
2. Batang tenggorok (trachea)
3. Pangkal tenggorok (larynx)
4. Pita-pita suara (vocal cords)
5. Krikoid (cricoid)
6. Tiroid (thyroid/lekum)
7. Aritenoid (arythenoids)
8. Dinding rongga kerongkongan (wall of pharynx)Epiglotis
(epiglottis)
9. Akar lidah (root of the tongue)
10. Punggung lidah/ pangkal lidah (dorsum)
11. Tengah lidah (medium)Daun lidah (lamina)
12. Ujung lidah (apex)
13. Anak tekak (uvula)
14. Langit-langit lunak (velum)
15. Langit-langit keras (palatum)
16. Gusi dalam/ ceruk gigi (alveolae)
17. Gigi atas (denta)
18. Gigi bawah (denta)
19. Bibir atas (labia)
20. Bibir bawah (labia)
21. Mulut
22. Rongga mulut (oral cavity)
23. Rongga hidung (nasal cavity)
BAB II
‫علم األصوات‬
(FONOLOGI/ILMU BUNYI)
Oleh : Murni Amalia

Pengertian Fonologi / Ilmu Bunyi


Dalam bahasa Arab Ilmu bunyi diistilahkan dengan ilmu al
ashwat (‫وات‬QQ‫ )علم األص‬, adalah sebuah ilmu yang mempelajari
tentang penuturan bunyi bahasa, perpindahan dan penerimaannya.

Ilmu fonologi merupakan salah satu cabang dari ilmu


ashwat/ilmu bunyi. Ilmu ashwat fonologi adalah ilmu bunyi yang
membahas tentang bunyi bahasa tertentu dengan
mempertimbangkan fungsi dan makna yang dikandung oleh
bunyi itu. Sedangkan menurut Abdul chaer (2012), dalam
bukunya menyebutkan bahwa fonologi adalah bidang linguistik
yang mempelajari, menganalisis, dan membicarakan runtunan
bunyi-bunyi bahasa. yang secara etimologi terbentuk dari kata
fon yaitu bunyi,dan logi yaitu ilmu.

Adapun ilmu Ashwat (Fonologi) adalah ilmu yang


mempelajari bunyi kebahasaan dari sisi sifat keluarnya bunyi,
cara mengucapkannya, dan membadakan satu suara dengan suara
yang lain karena sifat-sifatnya yang bermacam-macam. (Abdul
wahab Rasyidi: 1)

Fonologi adalah ilmu yang mempelajari tentang system


bunyi bahasa. Fonologi merupakan studi ilmu yang membahas
tentang suara dan bunyi-bunyi yang terucap dari alat ucap
manusia.

Menurut Dr. Ahmad Suyuti, ilmu Ashwat (Fonologi) adalah


ilmu yang mempelajari keluarnya bunyi, perpinadahan bunyi dan
penerimaan bunyi. Adapun menurut Dr. Jamil Uluwisy, Ilmu
Ashwat (Fonologi) yaitu dalam tinggkatan bunyi yang
mempelajari huruf-huruf yang merupakan bagian bunyi dipelajari
dari segi keluarnya bunyi, sifat bunyi, aturan-aturan
menggantinya, dan perkembanganya yang dilihat di setiap bahasa
dari bahasa-bahasa dan didalam kumpulan bahasa-bahasa yang
lama dan baru. (Abdul wahab Rasyidi: 1)

Dari penjelasan diatas dapat diketahui bahwa ilmu Ashwat


merupakan cabang dari ilmu linguistic umum yang menitik
beratkan pada kajian pengucapan. Pengucaan adalah perantara
kebahasaan yang bersatu yang telah digunakan atau diucapkan
secara alami untuk berhubungan dan interaksi antara satu dengan
manusia lainya, yang dalam hal ini ada pengecualian, mereka
adalah anak kecik dengan gangguan pengucapan atau
pendengaran atau akalnya. (Abdul wahab Rasyidi: 2)

Pengucapan apa yang sebenarnya hanya gerakan yang


dimulai diafragma dan yang berkaitan dengan diafragma anggota
dalam atau yang lainya dirongga yang melingkar, mulut dan
hidung. Dan gerakan ini menimbulkan kebisingan yang
memenuhi udara sekitar. Dan mungkin dengan jalan udara atau
perantara yang lain yang menghubungkan ketelinga pendengar,
dan dengan cara itu juga perangkat pendengaran yang lain akan
menghubungkan ke otak. Apabila sang pendengar ada di
sekumpulan orang yang berbicara maka mungkin akan
meresponnya dari kebisingan yang ada disitu karena dia
memahaminya. (Abdul wahab Rasyidi: 2). Oleh karena itu,
mungkin saja mempelajari ucapan dari tiga sudut yang berbeda-
beda dan setiap sudut dari tiga tersebut mempunyai cabang yang
independen dari ilmu Ashwat seperti yang sudah disepakati oleh
ahli bahasa atau ulama’ bahasa.

Secara etimologi kata fonologi berasal dari gabungan kata


fon yang berarti ‘bunyi‘ dan logi yang berarti ‘ilmu’. Sebagai
sebuah ilmu, fonologi lazim diartikan sebagai bagian dari kajian
linguistik yang mempelajari, membahas, membicarakan, dan
menganalisis bunyi-bunyi bahasa yang diproduksi oleh alat-alat
ucap manusia.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1997) dinyatakan


bahwa fonologi adalah bidang dalam linguistik yang menyelidiki
bunyi–bunyi bahasa menurut fungsinya. Menurut Kridalaksana
(2002) dalam kamus linguistik, fonologi adalah bidang dalam
linguistik yang menyelidiki bunyi-bunyi bahasa menurut
fungsinya. Dengan demikian, fonologi adalah sistem bunyi dalam
bahasa Indonesia atau dapat juga dikatakan bahwa fonologi
adalah ilmu tentang bunyi bahasa.
Cabang-Cabang Fonologi / Ilmu Bunyi

Menurut Hierarki dalam bukunya abdul chaer (2012)


membedakan fonologi menjadi fonetik dan fonemik.

1. Klasifikasi ilmu ashwat berdasarkan fungsinya

a. Fonetik
Fonetik adalah bidang linguistik yang mempelajari
bunyi bahasa tampa memperhatikan apakah bunyi tersebut
mempunyai fungsi sebagai pembeda makna atau tidak.
Fonetik yaitu ilmu bahasa yang membahas tentang bunyi-
bunyi ujaran yang dipakai dalam tutur dan bagaimana
bunyi itu dihasilkan oleh alat ucap. Menurut Samsuri
(1994), fonetik adalah studi tentang bunyi-bunyi ujar.
Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1997),
fonetik diartikan bidang linguistik tentang pengucapan
(penghasilan) bunyi ujar atau fonetik adalah sistem bunyi
suatu bahasa. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
fonetik adalah ilmu bahasa yang membahas bunyi-bunyi
bahasa yang dihasilkan alat ucap manusia, serta
bagaimana bunyi itu dihasilkan. Chaer (2007) membagi
urutan proses terjadinya bunyi bahasa itu menjadi tiga
jenis fonetik yaitu:

1) Fonetik artikulatoris
Fonetik artikulatoris disebut juga fonetik organis
atau fonetik fisiologis, mempelajari bagaimana
mekanisme alat-alat bicara manusia bekerja dalam
menghasilkan bunyi bahasa serta bagaimana bunyi-
bunyi itu diklasifikasikan. Pembahasannya antara lain
meliputi masalah alat-alat ucap yang digunakan dalam
memproduksi dalam bahasa itu, mekanisme arus udara
yang digunakan dalam memproduksi bunyi bahasa,
bagaimana bunyi bahasa itu dibuat, mengenai
klasifikasi bahasa yang dihasilkan serta apa kriteria
yang digunakan, mengenai silabel, dan juga mengenai
unsur-unsur atau ciri-ciri supresegmental, seperti
tekanan, jeda, durasi dan nada.

2) Fonetik akustik
Fonetik akustik mempelajari bunyi bahasa sebagai
peristiwa fisis atau fenomena alam. Objeknya adalah
bunyi bahasa ketika merambat di udara, antara lain
membicarakan: gelombang bunyi beserta frekuensi
dan kecepatannya ketika merambat di udara,
spektrum, tekanan, dan intensitas bunyi. Juga
mengenai skala desibel, resonansi, akustik produksi
bunyi, serta pengukuran akustik itu. Kajian fonetik
akustik lebih mengarah kepada kajian fisika daripada
kajian linguistik, meskipun linguistik memiliki
kepentingan didalamnya.

3) Fonetik auditoris
Fonetik auditoris mempelajari bagaimana bunyi-
bunyi bahasa itu diterima oleh telinga, sehingga
bunyi-bunyi itu didengar dan dapat dipahami. Dalam
hal ini tentunya pambahasan mengenai struktur dan
fungsi alat dengar, yang disebut telinga itu bekerja.
Bagaimana mekanisme penerimaan bunyi bahasa itu,
sehingga bisa dipahami. Oleh karena itu, kajian
fonetik auditoris lebih berkenaan dengan ilmu
kedokteran, termasuk kajian neurologi.

Dari ketiga jenis fonetik tersebut yang paling


berurusan dengan dunia lingusitik adalah fonetik
artikulatoris, sebab fonetik inilah yang berkenaan dengan
masalah bagaimana bunyi-bunyi bahasa itu dihasilkan
atau diucapkan manusia. Sedangkan fonetik akustik lebih
berkenaan dengan bidang fisika yang dilakukan setelah
bunyi-bunyi itu dihasilkan dan sedang merambat di udara.
Kajian mengenai frekuensi dan kecepatan gelombang
bunyi adalah kajian bidang fisika bukan bidang linguistik.
Fonetik auditoris berkenaan dengan bidang kedokteran
daripada linguistik. Kajian mengenai struktur dan fungsi
telinga jelas merupakan bidang kedokteran.

b. Fonemik
Fonemik adalah ilmu bahasa yang membahas bunyi-
bunyi bahasa yang berfungsi sebagai pembeda makna.
Terkait dengan pengertian tersebut, fonemik dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia (1997) diartikan:
1) Bidang linguistik tentang sistem fonem.
2) Sistem fonem suatu bahasa.
3) Prosedur untuk menentukan fonem suatu bahasa.

Jika dalam fonetik mempelajari berbagai macam


bunyi yang dapat dihasilkan oleh alat-alat ucap serta
bagaimana tiap-tiap bunyi itu dilaksanakan, maka dalam
fonemik mempelajari dan menyelidiki kemungkinan-
kemungkinan, bunyi ujaran yang manakah yang dapat
mempunyai fungsi untuk membedakan arti.

Chaer (2007) mengatakan bahwa fonemik mengkaji


bunyi bahasa yang dapat atau berfungsi membedakan
makna kata. Misalnya bunyi [l], [a], [b] dan [u] dan [r],
[a], [b] dan [u]. Jika dibandingkan perbedaannya hanya
pada bunyi yang pertama, yaitu bunyi [l] dan bunyi [r].
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kedua bunyi
tersebut adalah fonem yang berbeda dalam bahasa
Indonesia, yaitu fonem /l/ dan fonem /r/.

Fonemik adalah bagian fonologi yang mempelajari


bunyi ujaran menurut fungsinya sebagai pembeda arti.
Dalam kajiannya, fonetik akan berusaha mendeskripsikan
perbedaan bunyi-bunyi itu serta menjelaskan sebab-
sebabnya. Sebaliknya, perbedaan bunyi [p] dan [b] yang
terdapat, misalnya, pada kata [paru] dan [baru] adalah
menjadi contoh sasaran studi fonemik, sebab perbedaan
bunyi [p] dan [b] itu menyebabkan berbedanya makna
kata [paru] dan [baru] itu (Chaer, 1994: 102)

2. Klasifikasi ilmu ashwat berdasarkan metodologi yang


digunakan

a. Cabang Fonologi / Ilmu Bunyi Deskriptif & Preskriptif

1) Deskriptif
Deskriptif (Descriptive linguistics) adalah
pendekatan linguistik dengan menggunakan teknik
penelitian lapangan dan tata istilah yang sesuai untuk
bahasa yang diselidiki. Metode kerjanya adalah
metode deskriptif, yaitu memberikan atau
menggambarkan struktur dan system bahasa yang
dipelajari sebagaimana adanya.
2) Preskriptif
kajian bahasa yang berusaha untuk mengadakan
rumus untuk penggunaan bahasa yang betul.

b. Cabang Fonologi / Ilmu Bunyi Sinkronik & Diakronik

1) Sinkronik
Kata sinkronis berasal dari bahasa Yunani syn
yang berarti dengan, dan khronos yang berarti waktu,
masa. Dengan demikian, linguistik sinkronis
mempelajari bahasa sezaman. Fakta dan data bahasa
adalah rekaman yang diujarkan oleh pembicara, atau
bersifat horisontal. Linguistik sinkronis adalah
mempelajari bahasa pada suatu kurun waktu tertentu,
misalnya mempelajari bahasa Indonesia di masa
reformasi saja

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Sinkronik


artinya segala sesuatu yang bersangkutan dengan
peristiwa yang terjadi di suatu masa yang terbatas.
Menurut Ferdinand pengertian linguistik secara
sinkronik artinya mempelajari bahasa dengan berbagai
aspeknya pada waktu atau kurun waktu yang tertentu
atau terbatas. Saussure juga mengemukakan bahwa
kajian bahasa secara sinkronis amat perlu, meskipun
beliau banyak berkecimpung dalam kajian diakronis.
Bahkan baginya, kajian sinkronis bahasa mengandung
kesistematisan tinggi, sedangkan kajian diakronis
tidak. Bahkan bagi penggunanya, sejarah bahasa tidak
memberikan apa-apa kepada pengguna bahasa
mengenai cara penggunaan bahasa. Ada yang perlu
bagi pengguna bahasa, yaitu état de langue atau suatu
keadaan bahasa. Suatu keadaan bahasa terbebas dari
dimensi waktu dalam bahasa yang justru memiliki
watak kesistematisan.

Kajian sinkronis justru lebih serius dan sulit.


Sistem keadaan bahasa ‘sinkronik’ seperti sistem
permainan catur. Setiap buah catur (setara dengan
suatu unit bahasa) memiliki tempat tersendiri dan
memiliki keterkaitan tertentu dengan buah lain, dan
kekuatan serta pola gerak/jalan tersendiri. État de
langue adalah jaringan keterkaitan yang menentukan
nilai suatu elemen benar-benar tergantung, langsung
atau tak langsung pada nilai elemen-elemen yang lain.

Berdasarkan uraian di atas dapat di ambil


kesimpulan bahwa pengertian linguistik sinkronik
adalah subdisiplin ilmu linguistik yang mempelajari
(mengkaji) struktur (karakter) suatu bahasa atau
bahasa-bahasa dalam kurun waktu (masa) tertentu.

Linguistik sinkronik mempersoalkan bahasa pada


masa tertentu. Bersifat mendatar, horisontal.

Menurut Verhaar (1984 : 6-7) Linguistik sinkronik


(dari Yunani syn ‘dengan’,’bersama’ dan khronos
‘waktu’) berlainan bidangnya dari linguistik diakronis.
Dalam linguistik sinkronik, setiap bahasa yang
dianaliasa tanpa memperhatikan perkembangan yang
terjadi pada masa lampau. Yang tampak dalam
analisis sinkronis ialah apa yang lazim disebut struktur
( yang dalam buku ini disebut sistematik), misalnya
hubungan antara imbuhan dan dasar, hubungan antar-
bunyi, hubungan antar-bagian kalimat, dan lain
sebagainya. Dari berbagai pendapat yang telah
dikemukakan oleh para ahli di atas mengenai
linguistik sinkronik, maka penulis mengambil
kesimpulan bahwa linguistik sinkronik adalah suatu
studi yang menganalisis suatu bahasa pada masa
tertentu dan kajiannya lebih difokuskan kepada
struktur bahasanya bukan perkembangannya.

Ciri linguistik sinkronik yakni sebagai berikut :


a) Mengkaji bahasa pada masa tertentu
b) Menitik beratkan pengkajian bahasa pada
strukturnya(karakrternya)
c) Bersifat horizontal
d) Tidak ada konsep perbandingan
e) Cakupan kajian lebih sempit
f) Memiliki sistematis yang tinggi
g) Bersifat lebih serius dan sulit
h) Mengurusi hubungan-hubungan logis dan
psikologis yang menghubungkan unsur-unsur yang
hadir bersama dan membentuk sistem, seperti
dilihat dalam kesadaran kolektif yang sama.
Adapun tujuan adanya linguistik sinkronik yaitu
mengetahui bentuk atau struktur bahasa pada masa
tertentu.

2) Diakronik
Beberapa ahli mengemukakan masing-masing
pendapatnya mengenai pengertian linguistik diakronik
dalam beberapa buah buku. Abdul Chaer di dalam
buku Linguistik Umum (2003), Mansoer Pateda dalam
bukunya Linguistik, Sebuah Pengantar (1988) dan
J.W.M Verhaar dalam bukunya Pengantar Linguistik
(1984). Menurut Chaer (2003 : 14) Linguistik
diakronik berupaya mengkaji bahasa (atau bahasa-
bahasa) pada masa yang tidak terbatas; bisa sejak awal
kelahiran bahsa itu sampai zaman punahnya bahasa
tersebut (kalau bahasa tersebut sudah punah, seperti
bahasa Latin dan bahasa Sansekerta), atau sampai
zaman sekarang (kalau bahasa itu masih tetap hidup,
seperti bahasa Jawa dan bahasa Arab).

Kata diakronis berasal dari bahasa Yunani, dia


yang berarti melalui, dan khronas yang berarti waktu,
masa. Dengan demikian, yang dimaksud dengan
linguistik diakronis adalah subdisiplin linguistik yang
menyelidiki perkembangan suatu bahasa dari masa ke
masa. Studi diakronis bersifat vertikal, misalnya
menyelidiki perkembangan bahasa Indonesia yang
dimulai sejak adanya prasasti di Kedukan Bukit
sampai kini.

Linguistik diakronis adalah semua yang memiliki


ciri evolusi. Diakronis tidak mengubah sistem karena
kata yang berubah pun adalah sistem dalam bentuk
yang lain dengan sistem sebelumnya. Perubahan kata
terjadi di luar kemampuan siapa pun.

Dalam KBBI linguistik diakronik yaitu segala


sesuatu yang berkenaan dengan pendekatan terhadap
bahasa dengan melihat perkembangan sepanjang
waktu; bersifat historis.

Menurut Ferdinand de Saussure linguistik


diakronik mengkaji evolusi bahasa atau bahasa-
bahasa.
Dari uraian di atas dapat diambil kesimpulan
bahwa pengertian linguistik diakronis adalah
subdisiplin Linguistik yang mengkaji sejarah atau
evolusi bahasa (historis) seiring berlalunya waktu
(masa).

Adapun ciri linguistik diakronik yaitu:


a) Mengkaji bahasa dengan berlalunya masa
b) Menitik beratkan pengkajian bahasa pada
sejarahnya
c) Bersifat historis atau komparatif
d) Bersifat vertikal
e) Terdapat konsep perbandingan
f) Cakupan kajian lebih luas
g) Menelaah hubungan-hubungan di antara unsur-
unsur yang berturutan dan tidak dilihat oleh
kesadaran kolektif yang sama, dan yang satu
menggantikan yang lain tanpa membentuk sistem
diantara mereka
h) Memiliki ciri evolusi
i) Tidak memiliki sistematis yang tinggi
j) Tidak mengubah sistem.

Adapun tujuan adanya linguistik diakronik yaitu


mengetahui keterkaitan yang mencakup
perkembangan suatu bahasa (sejarah bahasa) dari
masa ke masa.

Perbedaan Linguistik Sinkronik dan Linguistik


Diakronik. Perbedaan antara linguistik sinkronik dan
lingistik diakronik dapat terlihat jelas pada ciri-ciri dan
penjabaran dari masing-masing linguistik yang telah
disebutkan diatas, yakni:

Linguistik Sinkronik merupakan subdisiplin


Linguistik yang mengkaji ilmu kebahasaan yang menitik
beratkan terhadap struktur(karakter)nya pada masa
tertentu, bersifat horizontal, sistematis dan mengurusi
hubungan-hubungan logis dan psikologis yang
menghubungkan unsur-unsur yang hadir bersama dan
membentuk sistem, seperti dilihat dalam kesadaran
kolektif yang sama.
Linguistik Diakronik merupakan subdisiplin
Linguistik yang mengkaji sejarah atau evolusi bahasa
(historis atau komparatif) seiring berlalunya masa bersifat
vertikal, tidak memiliki sistematis yang tinggi dan tidak
mrngubah system serta menelaah hubungan-hubungan di
antara unsur-unsur yang berturutan dan tidak dilihat oleh
kesadaran kolektif yang sama, dan yang satu
menggantikan yang lain tanpa membentuk sistem diantara
mereka.

c. Cabang Fonologi / Ilmu Bunyi Komparatif & Kontrastif

1) Komparatif
Yaitu ilmu yang mempelajari kesamaan bunyi dan
perbedaannya pada bahasa-bahasa yang termasuk
kelompok bahasa satu bahasa. Misalnya perbandingan
bunyi antara dua bahasa inggris dan prancis atau yang
satu bahasa.

Cabang ilmu linguistik yang menelaah


perkembangan bahasa dari satu masa ke masa yang
lain, mengamati cara bagaimana bahasa-bahasa
mengalami perubahan, serta mengkaji sebab akibat
dari perubahan bahasa.

Menurut Robins (1975) Linguistik Komparatif


termasuk dalam bidang kajian linguistik memiliki
peran yang sangat penting dalam memberikan
sumbangan berharga bagi pemahaman tentang hakekat
kerja bahasa dan perkembangan (perubahan ) bahasa-
bahasa di dunia. Sehubungan dengan hal itu, tugas
utama dari linguistik komparatif adalah menganalisis
dan memberikan penjelasan mengenai hakekat
perubahan bahasa. Pada umumnya, hakekat bahasa itu
(i) mempunyai struktur (dimensi sinkronis) dan (ii)
bahasa selalu mengalami perubahan (dimensi
diakronis)

2) Kontrastif
Ilmu yang mempelajari bunyi bahasa yang
termasuk kelompok bahasa yang berbeda dengan
tujuan menemukan persamaan dan perbedaan antara
keduanya. Misalnya perbandingan bunyi bahasa arab
dengan Bahasa Indonesia. Linguistik kontranstif
(Contranstive linguistics) adalah cabang linguistik
yang cara kerjanya memperbandingkan struktur dua
bahasa atau lebih yang tidak serumpun dengan
maksud mencari pertentangan (contrast). Hasil kerja
linguistik ini penting bagi pelaksanaan pengajaran
bahasa kedua (bahasa asing) dan terjemahan.

Makrolinguistik adalah bidang linguistik yang


mempelajari bahasa dalam hubungannya dengan
faktor-faktor di luar bahasa, seperti dari segi kejiwaan,
social, pengajaran, pengobatan, dan filsafat. Kajian
secara eksternal itu dibagi menjadi dua bidang, yaitu
bidang interdisiplinier dan bidang terapan.

Kedudukan Ilmu Bunyi dan Pentingnya dalam


Kegiatan Bahasa

1. Kedudukan Ilmu Bunyi

Sebagai bidang yang berkosentrasi dalam deskripsi dan


analisis bunyi-bunyi, hasil kerja fonologi berguna bahkan
sering dimanfaatkan oleh cabang-cabang linguitik yang lain,
misalnya morfologi, sintaksis, dan semantik.
a. Morfologi
Bidang morfologi yang kosentrasinya pada tataran
struktur internal kata sering memanfaatkan hasil studi
fonologi, misalnya ketika menjelaskan morfem dasar
{butuh} diucapkan secara bervariasi antara [butUh] dan
[bUtUh] serta diucapkan [butuhkan] setelah mendapat
proses morfologis dengan penambahan morfem sufiks {-
kan}.

Bidang morfologi (penafsiran struktur kata &


perubahannya) yang berkonstrentrasi analisisnya pada
tataran struktur internal kata (mulai dari perilaku kata,
proses pembentukan kata, sampai dengan nosi yang
timbulakibat pembentukan kata) sering memanfaatkan
hasil study fonologi. ketika ingin menjelaskan., mengapa
morfen dasar {pukul} diucapkan secara bervariasi antara
[pukUl] dan [pUkUl], serta di ucapkan [pukulan] setelah
mendapatkan proses morfologis dengan penambahan
moorfen sufiks {-an}, praktis "minta bantuan"hasil studi
fonologi .

Bidang morfologi, yang konsentrasi analisisnya pada


tataran struktur internal kata(mulai dari perilaku kata,
proses pembentukan kata, sampai dengan nosi yang
timbul akibat pembentukan kata) sering memanfaatkan
hasil studi fonologi. Ketika ingin menjelaskan,mengapa
morfem dasar {pukul} diucapkan secara bervariasi antara
[pukUl] dan [pUkUl], sertadiucapkan [pukulan] setelah
mendapatkan proses morfologis dengan penambahan
morfem sufiks

Morfologi merupakan studi struktur intern kata.


satuan-satuan fonem membentuk satuan yang lebih besar
menjadi satua yang terkecil pada tataran morfologi. satuan
terkecil pada subsistem morfologi adalah morfem,
sedangkan satuan terbesar adalah kata. secara garis besar.
morfologi mempelajari bentuk kata, proses pembentukan
(proses morfologis), dan makna, dalam hal ini makna
gramatikal morfem, berdasarkan kemungkinanya buntuk
berdiri sendiri sebagai kata, morfem dibedakan menjadi
dua jenis yaitu morfem bebeas dan morfem terikat.
morfem bebeas adalah morfem yang memiliki
kemungkinan untuk beridir sendiri sebagai tanpa kata
melalui proses perangkaian dengan morfem lain . morfem
terikata adalah morfem yant tidak memilliki kemungkinan
untuk berdiri sendiri sebagai kata dan tidak dapat menjadi
dasar/ akar kata.

b. Sintaksis
Bidang Sintaksis(Menentukan fungsi kalimat) yang
konsentrasi analisisnya pada tataran kalimat ketika bkamu
di sini!erhadapan dengan kalimat kamu di sini. (kalimat
berita), kamu di sini? (kalimat tanya),kami di sisni!
(kalimat seru/perintah) yang kegiatannya mempuyai
maksud yang berbeda, bisa di jelaskan dengan
memanfaatkan hasil analisis fonologi, yaitu tentang
intonasi. begitu juga persoalan jeda dan tekanan pada
kalimat, yang ternyata bisa membedakan maksudkaliat,
terutama dalam bahasa Indonesia.

Pada tataran sintaksis, kata yang merukana satuan


pada morfologi menjadi satuan terkecil pada kalimat.
satuan -satuan lain yang leibh besar adalah fasa, klausa,
dan kalimat sebagai satuan tebesar. pemebentkan laimat
memerlukan alat sintaksis. alat sintaksis merupakan
kaidah yang harus dipenuhi agar sebuah rangkaian satuan-
satuan kalimat membentuk satuan kalimatnya yang
bermakana. alat-alata sintaksis berpa urutan kata, bentuk
kata, intonasi, dan partikel atau kata tugas.

Kajian sintaksis secara garis besar dapat dipilahkan


menjadi tiga komponen gramatika. yakini kajian fungsi,
kategori dan peran . fungsi gramatikal merupakan
komponen struktur kalimat yang berpa tempat-tempat
dalam struktur yang harus diisi oleh satuan gramatikal
dengan ktegori tertentu. komponen struktur yang berupa
temat adalah subjek (s), prediakt (p), objek (0), ,dan
keterangan (k). ktegori gramatikal adalah kelas kata
satuan-satuan konstituen kalimat yang mengisi fungsi-
fungsi gramatikal. Pengklasifikasian kata ini dtetapkan
sesuai dengan makan kata satuan tersebut secara
referensial. dalam kalimat polisi menangkap pencuri,
misalnya, makna kata polisi dan pencuri menunjuk
"benda" yang berupa manusia, sedangkan makan kata
menangkap menunjuk "tindakan". kata polisi dan pencuri
diklasifikasikan dalam stau kelas yaitu nomna, sedangkan
kata menangkap diklasifikasikan dalam kelas verba. peran
gramatikal adalah ciri makna gramatikal satuan pengisi
fungsi0fungsi gramatikal yang mengacu pada hubugnan
antara fungsi0fungsi yang ada dalam struktur kalimat.
dalam hal ini kalimat tidak akan berterima/ bermakana
jika rangkaian satuan-satuan kalimat itu tidak mengisi
fungsi-fungsi gramatikal. fungsi0fungsi dalam kalimat
disusun sesuai dengan kaidah urutan tertentu, misalnya S-
P-O (subjek., predikat, objek).

Kesalah urutan gramatikal seperati penempatan


fungsi-fungsi taidak akan menghasilkan sebuah kalimat
yang bermakana. selain itu , fungsi dalam kalimat harus
diisi oleh satuan ang memiliki bentuk dan kategori yang
sesuai dengan fungsi yang ditempati. pada fungsi predikat
misalanya, kata yang berfungsi sebaagi presdikat harus
memiliki strutur yang dapat menyatakan makna
gramatikal dan memiliki kategori tertentu sesuai dengan
makna kalimat secara keseluruhan.

c. Simantik
Bidang Simantik(Menentukan makna kalimat) yang
berkonsentrasi pada persoalan makna kata pun tidak
jarang memnafaatkan hasil telaah fonologi. kapan sebuah
kata bisa di divariasikan ucapannya, dan kapan tidak.
mengapa kata tahu tan terasa kalau di ucapkan secara
bervariasi [tahu], [tau], [terasa], dan [tƏrasa]akan
bermakna lain.

Satuan-satuan yang dikaji dalam semantik adlah


satuan-satuan yang ada pada satuan-satuan subsistem
yang lain. satuan subsistem pada fonologi tidak ditemukan
makna tetapi detemukan satuan yang berfungsi sebagai
pembedamakana. pada tataran morfologi dtemukan
morfem yang meimiliki makna gramatika dan morfem
yang meiliki makna leksikal morfem yang menampilkan
makna gramatikal pada teks puisi diatas adalah: N (ng-)
pa-ana-e, N (ng-) -i. morfem yang memiliki makna
leksikal antara lain : dosa, ngunkuli, patenana dan
seterusnya . semantik mencakup studi makana satuan =-
satuan konstituen pembentuk kata dan kalimat . pada
sintaksi yang dapat menyatakan hadirnya hubungan antara
satuah bahasa degnan acuan yang ada diluar bahasa. peran
sintaksis berkenaan dengan makana satuan-satuan
sintaksis yang membangun makna gramatikal kalimat.

Istilah-istilah yang berkenaan dengan studi semantik


adalah: leksem, leksikal, leksikoon, leksikologi, dan
leksikografi. leksem meruapan satuan terkecil dalam
leksikon yan merupakan bahan dasar dalam proses
morfologis (kridalaksana , 1989:9). leksikal adalah satuan
erbesar dalam leksion yang merupakan konstituen semntis
yang secara truktural berupa kata. istilah kata diugnakan
dalam subsistem sintaksis. leksikon adalh keselurahan
kosakata yang ada dalam sebuah bahasa. leksikologi
adalah ilmu yang mempelajari leksikon-
leksikon .lesikografi adalah lingusitik terapan yang
mempelajari penyusunan kamus.

d. Leksikologi
Bidang leksikologi, juga leksokografi, yang
berkonsentrasi pada persoalan perbendaharaan kata suatu
bahasa, baik dalam rangka penyusunan kamus maupun
tidak, seringmemanfaatkan hasil kajian fonologi. Cara-
cara pengucapan yang khas suatu kata dan variasi
pengucapan hanya bisa dideskripsikan secara cermat
lewat transkripsi fonetis.

2. Pentingnya Fonologi / Ilmu Bunyi

a. Pelafalan
Fonologi sangat penting dalam pelafalan karena jika
salah dalam melafalkan maka akan berpengaruh pada
makna yang dimaksud

b. Fungsional
Fonologi sangat berperan penting dalam fungsinya.
Misal penjedaan, intonasi, dll. jika salah menjeda kalimat
yang kita ucapkan, maka maksud yang kita sampaikan
pun tidak tepat.

c. Edukatif
Fonologi sangat berperan dalam bidang edukasi,
karena ilmu bunyi menjadi pokok atau dasar keterampilan
yang lainnya.

Manfaat Fonologi dalam Penyusunan Bahasa

Ejaan adalah peraturan penggambaran atau pelambangan


bunyi ujar suatu bahasa. Karena bunyi ujar adalah dua unsur,
yaitu segmental dan suprasegmental, ejaan pun menggambarkan
atau melambangkan kedua unsur bunyi tersebut.

Perlambangan unsur segmental bunyi ujar tidak hanya


bagaimana melambangkan bunyi-bunyi ujar dalam bentuk tulisan
atau huruf, tetapi juga bagaimana menuliskan bunyi-bunyi ujar
dalam bentuk kata, frase, klausa, dan kalimat, bagaimana
memenggal suku kata, bagaimana menuliskan singkatan, nama
orang, lambang-lambang teknis keilmuan dan sebagainya.
Perlambangan unsure suprasegmental bunyi ujar menyangkut
bagaimana melambangkan tekanan, nada, durasi, jedah dan
intonasi. Perlambangan unsure suprasegmental ini dikenal dengan
istilah tanda baca atau pungtuasi.

Tata cara penulisan bunyi ujar ini bias memanfaatkan hasil


kajian fonologi,terutama hasil kajian fonemik terhadap bahasa
yang bersangkutan. Oleh karena itu, hasil kajian fonemik
terhahadap ejaan suatu bahasa disebut ejaan fonemis. Terkait
dengan pemberlakukan ejaan bahasa Indonesia, ada usulan dari
beberapa

kalangan yang menarik untuk diperhatikan, yaitu “ucapan


bahasa Indonesia hendaknyadisesuaikan dengan ejaan bahasa
Indonesia”. Dilihat dari pengkajian fonetik, usulan itu sangat
lemah dan tidak berdasar karena selain menyalahi kodrat bahasa
juga bertentangan dengankealamiahan bahasa. Terkait dengan
pemberlakuan ejaan bahasa Indonesia, ada usulan dari beberapa
kalangan yang menarik untuk diperhatikan yaitu ucapan bahasa
Indonesia hendaknya disesuaikan dengan ejaan bahasa Indonesia.
Dilihat dari pengkajian fonetik, usulan itu sangat lemah dan tidak
berdasarkan karena selain menyalahi kodrat bahasa juga
bertentangan dengan kealamian bahasa. Mengapa demikian?
1. Kita tau bahwa ejaan tumbuh beratus-ratus tahun bahkan
beribu-ribu tahun setelah bahasa lisan ada. Bahasa lisan
tumbuh dan berkembang dan sendirinya tanpa ejaan. Ejaan
diciptakan melambangkan bunyi bahasa bukan sebaliknya.
Jadi, tidak ada alasan kuat bahwa bahasa (bahasa lisan, pen)
harus mengikuti tunduk pada ejaan. (bahasa tulis, pen)
2. Bahasa manapun selalu berubah termasuk mahasa Indonesia.
Satu system ejaan sesuai dengan bahasa yang dilambangkan
pada waktu ejaan itu diciptakan. Oleh karena itu, ejaanlah
yang harus disesuikan terus menerus seiring dengan
perkembangan atau perubahan pada bahasa yang
dilambangkan, bukan sebaliknya.
Urgensi Fonologi dalam Pembelajaran Ilmu Bahasa

Ilmu ashwat adalah cabang ilmu bahasa yang membicarakan


perihal bunyi ucapan yang dipakai dalam bercakap-cakap
sekaligus mempelajari bagaimana mengucapkan bunyi-bunyi
ucapan itu dengan benar. Hal ini penting sekali dan merupakan
aspek awal bagi orang yang hendak belajar bahasa Arab terutama
bagi orang asing.

Cara mengucapkan abjad bahasa Arab dengan fasih dan benar


adalah pekerjaan yang tidak sepele. Misalnya, Orang yang
terbiasa mengucapkan ‘ngain’ membutuhkan waktu yang cukup
untuk menggantinya dengan ucapan ‘ain’ secara lebih fasi dan
benar. oleh karena itu, Ilmu Bunyi bertanggung jawab terhadap
kebenaran dan keakurasian pengucapan bunyi, kata dan kalimat
dalam proses berbahasa.

Apabila unsur ini tidak diperhatikan maka bahasa yang


dituturkan tidak akan di pahami dengan baik, atau mungkin akan
dipahami dengan makna yang jauh berbeda dari maksud penutur,
atau paling tidak bahasa yang diucapkan dianggap sebagai bunyi-
bunyian tanpa makna bagaikan bunyi-bunyi alami yang terasa
asing ditelinga.

Ahli linguistik membagi bahasa ke dalam 3 unsur utama


(unsur mikro), yaitu Unsur Bunyi, Unsur Struktur, dan Unsur
Makna. Untuk lebih jelasnya lagi, berikut ini akan dibicarakan
masing-masing unsur tersebut satu persatu.

1. Bagian Dasar ( Unsur Bunyi )


Bunyi adalah bagian utama dan terutama dalam bahasa.
Komunikasi lisan tidak akan terlaksana apabila tidak ada
bunyi yang dituturkan dan diperdengarkan.
Ilmu yang kompeten mempelajari bagian ini adalah
FONETIK (ilmu yang mempelajari tentang bunyi terlepas
dari fungsi dan makna yang terkandung di dalamnya) dan
FONOLOGI (ilmu yang membicarakan tentang fungsi dan
arti bunyi).

Apabila unsur ini tidak diperhatikan maka bahasa yang


dituturkan tidak akan dipahami dengan baik, atau mungkin
akan dipahami dengan makna yang jauh berbeda dari maksud
penutur. Maka memperhatikan unsur bunyi ( Fonetik dan
Fonologi ) merupakan keharusan.

Ilmu ini masih belum mendapatkan proporsinya yang


benar, dan belum diajarkan dihampir semua pesantren dan
madrasah bahkan disemua Perguruan Tinggi Agama Islam di
Indonesia.

2. Bagian Tengah ( Unsur Struktur )


Bunyi yang diucapkan haruslah mempunyai aturan dan
susunan tertentu, jika tida maka bunyi tersebut akan dianggap
sebaggai bunyi berisik tanpa makna. Ilmu-ilmu yang
kompeten dalam bagian ini adalah NAHWU ( ilmu yang
mempelajari tentang perubahan akhir kata i’rab dan susunan
kalimat ) dan SHARAF (ilmu yang mempelajari perubahan
bentuk kata ).

Di indonesia ilmu ini mendominasi ilmu bahasa arab,


justru bahasa arab sering diidentikkan dengan ilmu ini, dan
sering ditemukan daiam jadwal disuatu perguruan yang
memuat bahasa arab, tetapi yang diajarkan hanya nahwu dan
sharaf saja. Ilmu ini telah diajarkan di semua perguruan, baik
pesantren dan madrasah, begitu pula di perguruan tinggi
agama islam diseluruh indonesia.

3. Bagian Atas ( Unsur Makna )


Target melakukan komunikasi lisan adalah untuk
menyampaikan pesan kepada lawan bicara. Oleh karena itu,
bahasa yang dituturkan tersebut harus mempunyai makna atau
pengertian. Ilmu yang kompeten dalam bagian ini antara lain :
ILMU BAYAN ( ilmu yang membicarakan tentang kalimat
yang bermakna hakikat, majas, dan kinayah ). ILMU
MA’ANI ( ilmu yang membicarakan tentang kalimat
khabariyah, insya’iyah, yang singkat dan yang panjang ).
ILMU BADI’ (ilmu yang membicarakan tentang keindahan
makna dan keindahan lafal).

Memperhatikan bagian ini mengakibatkan suatu bahasa


yang diucapkan kurang indah, bahkan bisa-bisa tidak indah
sama sekali. Dari semua keterangan diatas jelas bahwa
fonetik dan fonologi adalah unsur pertama dan paling utama
dalam mempelajari suatu bahasa.

Banyak bahasa di dunia ini yang sirna karna tidak


diketahui bagaimana cara menuturkan bunyi-bunyi bahasa
tersebut. Sebaliknya, bahasa ibrani yang konon sudah
dianggap mati beberapa abad lamanya,bisa dihidupkan
kembali karena cara menututrkan bunyi-bunyinya masih
dapat diketahui dengan baik.
BAB III
‫جهاز النطق و أعضاؤه‬
(ALAT UCAP DAN
ORGAN BICARA)
Oleh : Nisa Muannah Syarifah

Pengertian Organ Bicara

Organ bicara adalah istilah yang merujuk pada perangkat


manusia yang terdapat diantara dua bibir dan dua paru-paru yang
berkontribusi sehingga menghasilkan terbentuknya suara. Alat
ucap mencakup bagian dari organ bicara manusia yaitu, organ-
organ yang menyertainya secara langsung dalam proses
pengeluaran suara. Alat ucap dan organnya terdapat di bagian
kepala manusia, juda di bagian tubuhnya. Para ahli bahasa telah
membatasi bahwa alat ucap dibatasi oleh apa yang terdapat
antara dua bibir pada kepala dan paru-paru di dada, karena
realitanya organ bicara yaitu seperangkat alat ucap manusia yang
paling berkontribusi hingga terjadinya pengucapan kata.

Alat ucap dan organ-organnya merupakan salah satu bahasan


pembelajaran yang sangat penting, dimana ia merupakan sumber
keluarnya suara linguistic atau satu titik dimana suara itu
terbentuk dan disebut ucapan. Pengucapan itu membutuhkan
tempat yang khusus dari organ-organ bicara atau dengan cara
menggerakan organ bicara dan mengaktifkannya dengan cara
yang telah ditentukan, seperti halnya dalam ilmu tajwid,
penggerakan nya alat ucap yaitu bibir kedua nya akan
membentuk huruf mim dan ba,adapun pendapat lain yaitu huruf
wawu.

Perbedaan dari cara menggunaan organ bicara atau perbedaan


tempat menyebabkan perbedaan pada keluarnya suara dan sifat-
sifatnya, dan disana akan terjadinya perbedaan-perbedaan suara
linguistic dan bagian-bagiannya.

Kamal Basyar (133-132:2000 M), telah menjelaskan


bahwasanya ada beberapa poin yang dapat digunakan untuk
mendeteksi hal apa saja yang mengeni organ bicara yaitu, :

1. Penamaan organ bicara bersifat majas. Organ bicara tidak


mengeluarkan bunyi perkataan melainkan ia memilik fungsi
lain yang juga sangat penting. Sedangkan yang disebut bunyi
adalah hal yang paling pokok dalam berbahasa. Sebagaimana
diungkapkan oleh Ibnu Jinni dalam bukunya Al-Khashoish:
“bahwasanya bahasa adalah bunyi yang diungkapkan suatu
kaum tentang tujuan ungkapan mereka”. 3Umpamanya lidah,
fungsi lidah yang lainnya yaitu merasakan dan menggerakan
makanan dan gigi memiliki fungsi lain yaitu mengigigit dan
mengunyah, hidung untuk menghidu dan bernafas,begitu
juga dengan paru-paru. Mengeluarkan suara merupakan satu
dari banyaknya fungsi-fungsi yang dilakukan oleh organ
bicara ini. Alat ucap sebenarnya diciptakan untuk manusia
agar digunakan dengan sekehendak manusia itu sendiri, maka
penamaan ini bukan hanya ekspansi dan metafora
2. Organ bicara terdiri dari organ-organ yang tidak banyak, tapi
mereka saling menyempurnakan. Ia merupakan sistem yang
memiliki tingkat presisi dan disiplin yang tinggi. Bunyi
menjelaskan secara spesifik mengenai segala hal, seperti ‘ba’
misalnya, karena ‘ba’ itu merupakan suara yang timbul dari
bibir, dan bibir ini sendiri yang menjadi paa suara ini dengan
karakteristiknya. Maka ketika dikeluarkan huruf ‘ba’, maka
udara akan berhenti oleh terkatupnya bibir dan kemudian
dengan cepat. Pita suara cenderung bergetar dengan cara
tertentu dengan demikian bunyi digambarkan sebagi stabil
eksplosif lisani luar biasa.
3. Tidak semua organ bicara itu bergerak atau menerima
pergerakan, kebanyakan organ bicara itu tetap (tidak
bergerak) atau sedikit pergerakannya.
4. Alat ucap terhadap organ bicara dan struktur dasarnya itu
sama bagi setiap manusia tidak berbeda dari satu dan yang
lainnya atau dari satu golongan dengan golongan lainnya.
Alat ucap terbagi berdasarkan sifatnya pada organ yang
bergerak dan organ yang tidak bergerak. Organ yang
bergerak yaitu, bibir, lidah, langit-langit lunak, anak lidah,
dan pipa suara yang ada didalam tenggorokan. Adapun organ
yang tidak bergerak yaitu, gigi, gusi, dan langit-langit keras.
Alat ucap ditinjau dari segi penempatannya terbagi
kepada : supraglottal/ di atas kerongkongan, glottal/dalam
kerongkongan, subglottal/di bawah kerongkongan. Dan di
bawah ini merupakan gambar yang menjelaskan tentang alat
ucap dan organ bicara :
3
Ustman IBnu Jinni, Al-Khoshoish, ( Kairo : darul kutub Al-Misriyyah, 1856),
1052.
Dalam pembicaraan tentang organ bicara,perlu terlebih
dahulu diperhatikan tiga hal,yaitu sebagai berikut.

1. Bahwa penamaan beberapa organ tubuh sebagai organ bicara


adalah penamaan yang bersifat majazi ,bukan
hakikat(relita).Organ-organ tubuh yang disebut dengan organ
bicara sebenarnya adalah organ biologis yang berfungsi
untuk menjamin kelangsungan hidup seseorang.
Gigi misalnya.adalah organ biologis yang berfungsi
mengunyah makanan yang sangat diperlukan tubuh untuk
menjamin kelangsungan hidup seseorang.Demikian juga
lainnya yang sebenarnya organ biologis yang mempunyai
fungsi untuk menjamin hidup manusia.
2. Fungsi kebahasaan dari organ bicara sebenarnya bukanlah
fungsi utama,tetapi mungkin hanya fungsi kedua, fungsi
ketiga, bahkan mungkin hanya fungi suplemen saja.
Bernapas misalnya,mempunyai tugas yang lebih vital dalam
mengirup dan mengeluarkan udara demi kelangsungan hidup
manusia.oleh karena itu bernapas harus berlangsung terus-
menerus tanpa berhenti.Di sisi lain bernapas mempunyai
fungsi yang cukup signifikan pula dalam proses bicara,
dimana yang dipompakan dari paru-paru merupakan bahan
baku untuk memproses bunyi. Akan tetapi, fungsi ini tidak
akan sevital fungsi yang pertama.
3. Tidak semua organ bicara bergarak,tetapi sebagian besar
adalah statis (bergerak bebas).

Organ bicara yang tidak bergerak seperti gigi atas, gusi,


rongga hidung dan lain-lain,sedangkan organ bicara yang
bergerak seperti dua bibir, lidah, tekak, tenggorokan,
kerongkongan (dua pita suara), paru-paru lain.

Untuk penjelasan selanjutnya,organ bicara tersebut


dikelompokkan ke dalam tiga kelompok sebagai berikut.

1. Kelompok organ yang terdiri atas alat-alat pernapasan yang


tepatnya berada dibawah kerongkongan.
2. Kerongkongan, yang terdiri dari tulang rawan, otot,
persendian, dan selaput.Bagian ini merupakan bagian
terpenting dari organ bicara.
3. Tiga buah rongga yang terdapat di atas kerongkongan, yaitu
a. Rongga tenggorokan,
b. Rongga hidung, dan
c. Rongga mulut.

Rongga terakhir ini terdiri dari belahan mulut bagian atas,


belahan mulut bagian bawah, bibir, lidah, gigi, gusi, langit-langit
keras , langit-langit lunak, dan anak lidah(tekak)

Di bawah ini terdapat macam-macam alat ucap atau disebut


juga dengam makhorijil huruf, menurut syekh kholil bin Ahmad
an-Nahwiy (guru imam syibawaih) beliau berpendapat
bahwasanya makharijul huruf itu ada 17, diantaranya :

1. Bibir atas dan bawa (Lips)


2. Gigi (teeth)
3. Gusi ( teeth-ridge)
4. Langit-langit keras (hard palate)
5. Langit-langit lunak (soft palate)
6. Tekak, anak lidah (uvula)
7. Ujung lidah (tip of tongue)
8. Pinggir lidah (blade of tongue)
9. Tengah lidah (front of tongue)
10. Pangkal lidah (back of tongue)
11. Akar lidah (root of tongue)
12. Tenggorokan (pharynx)
13. Epiglottis
14. Posisi pitasuara (position of vocal cords)
15. Kerongkongan (position of larynx)
16. Pipa udara (windpipe)
17. Paru-paru (lungs)

Alat Ucap dan Organ Bicara

Alat ucap adalah organ pada tubuh manusia yang berfungsi


dalam pengucapan bunyi bahasa. Organ-organ yang terlibat
antara lain adalah paru-paru, laring, faring, rongga hidung,
rongga mulut, bibir, gigi, lidah, alveolum, palatum, velum, dan
uvula.
Alat ucap terbagi dua yaitu artikulator pasif dan artikulator
aktif. Artikulator pasif adalah organ-organ yang tak bergerak
sewaktu terjadi artikulasi suara seperti bibir atas, gigi atas dan
alveolum. Artikulator aktif bergerak ke arah artikulator pasif
untuk menghasilkan berbagai bunyi bahasa dengan berbagai
cara. Artikulator aktif utama adalah lidah, uvula, dan rahang
bawah (termasuk gigi bawah dan bibir bawah).

1. Paru-paru
Umpama dua bentuk kerucut yang didalamnya terjadi
pergantian oksigen yang bertukar dengan keluarnya
karbondioksida. Dan cara menggerakan kedua paru yaitu
dengan cara ditekan dan dikontrol oleh diafragma dan torks.
Paru-paru adalah organ pada sistem pernapasan (respirasi)
dan berhubungan dengan sistem peredaran darah (sirkulasi)
vertebrata yang bernapas dengan udara. Fungsinya adalah
menukar oksigen dari udara dengan karbon dioksida dari
darah. Prosesnya disebut "pernapasan eksternal" atau
bernapas. Paru-paru juga mempunyai fungsi nonrespirasi.

2. Pipa udara
Merupakan tabung yang terbuat dari tulang rawan dalam
bentuk cincin yang tidak sempurna, yang terhubung satu
sama lain melalui selaput lender. Diameter pipa yaitu, 2cm
dan 2,5cm panjangnya sekitar 11cm dan dibagi menjadi dua
cabang, masing-masing cabang menuju paru-paru (kanan dan
kiri)

3. Tenggorokan atau disebut faring


Merupakan jalur terusan setelah kita menghirup udara
melalui hidung, Sedangkan secara khusus tenggorokan
adalah kotak kartilago yang terletak pada pipa atas dan terdiri
dari tiga kartilago, yaitu :
a. Tiroid,bentuknya kelihatan kurang membulat dari
belakang, dan lebar menonjol dari depan. Ada bagian
yang paling membedakan antara pria dan wanita itu
disebut jakun, ia lebih menonjol pada pria dibanding
wanita.
b. Krikoid, dalam bahasa Yunani “krikoeides” yang berarti
“cincin berbentuk” atau cincin krikoid, adalah satu-
satunya cincin lengkap tulang rawan di sekitar trakea. Ini
membentuk bagian belakang kotak suara dan berfungsi
sebagai situs lampiran untuk otot, tulang rawan, dan
ligament yang terlibat dalam membuka dan menutup
saluran nafas dalam memproduksi ucapan.
c. Aritenoid, ini merupakan dua buah organ di atas tulang
rawan kedua dari belakang dan dapat meluncur kebawah,
dan memutar dalam posisi berbeda dan berbentuk seperti
cangkul.

Ketiga aspek ini, terdapat di tenggorokan pita suara.


Tenggorokan dan pita suara sebenarnya adalah dua batang
dari otot yang terhubung menjadi suatu tekstur. Keduanya
memanjang secara horizontal dari belakang ke depan, dimana
mereka bertemu mereka terhubung ke jaringan luar melalui
jaringan hierarkis yang disebut jakun, keduanya dipenuhi
oleh gerakan horizontal.

Dan diantara pita suara terdapat fakum atau slot yang


disebut dengan glottis, dan pembukaan glottis menyebar dan
berkontraksi dalam proporsi berbeda dengan bunyi. Maka
dari itu ketegangan pita dan kesiapan mereka bergetar, maka
setiap bertambahnya tegangan akan bertambah pula tegangan
dikali kedua. Maka dari itu berbedalah tingkatan bunyi.
Seperti pada gambar di bawah ini.

Glottis mempunyai tutup yang dinamakan corong, dan


fungsi aslinya biasanya disebut katup, yang melindungi jalan
pernafasan ketika menelan ( anis, 19:1999 M)

Kedua pita suara bergetar melalui diafragma dan


konstriksi. Ketika dua falps meninggalkan celah atau flute
yang disebut glottis. Penggunaan pita suara dan
penyempitannya disebut getaran pembuangan yang akan
mengikutinya pembuangan yang setara dengan satu getaran
yang sama.

Frekuensi getaran di kali kedua disebut frekuensi bunyi.


Maka ketika dikatakan bahwasannya bunyi itu memiliki 141
derajat, maksudnya bahwa pita suara bergetar 141 kali di kali
kedua ketika menyuarakan bunyi tersebut ( Muslih, 33: 2011
M)
Pita suara memiliki tiga situasi yang masing-masing
menghasilkan berbagai jenis suara yaitu :
a. Kondisi renggang ( pembukaan laring ). Pita suara dalam
kedaan menjauh, udara masuk ke paru-paru melalui
tenggorokan tanpa adanya halangan, dalam hal ini disebut
tidak bersuara seperti ‫ ت‬, ‫ ط‬, ‫ ص‬, ‫ ش‬, ‫ ك‬, ‫ خ‬, ‫ ق‬, ‫ ح‬, ‫ه‬
‫ ث‬, ‫ ف‬,. Atau p, f, t, s, c, sy, k, h dalam bahasa Indonesia.
b. Kondisi bergetar, pita suara berada dalam keadaan
bergetar dan pita dalam keadaan ini tidak terkatup dan
udara dari dua paru-paru akan dibuka dan ditutup oleh
glottis dengan mudah. Maka dalam keadaan ini disebut
bersuara seperti ‫ و‬, ‫ ذ‬, ‫ ظ‬, ‫ ض‬, ‫ د‬, ‫ ز‬, ‫ ل‬, ‫ ن‬, ‫ ر‬, ‫ ج‬, ‫ غ‬, ‫ع‬
‫ ب‬, ‫ م‬,, Atau n, l, z, d, v, w, m, b, g, j, r dalam bahasa
Indonesia.
c. Kondisi rapat, pita suara tertutup, udara dari paru-paru
tidak bisa keluar kecuali apabila ditekan dengan kuat,
maka dalam keadaan ini disebut tekanan kuat, suara
keras, seperti hamzah dalam bahasa arab dan k dalam
bahasa Indonesia dan inggris.(gambar)

4. Rongga di atas Kerongkongan


Ini merupakan titik dering yang menguatkan bunyi
setelah melewati pita suara di tenggorokan. Dan rongga yang
terletak di atas tenggorokan dibagi menjadi tiga bagian yaitu :
a. Rongga Hidung, Merupakan tempat masuknya udara
menuju tenggorokan. Rongga hidung juga bertugas
menjaga kelembaban, suhu, dan tekanan udara di sana. Di
dalam rongga hidung, terdapat selaput lendir dan bulu
hidung. Bagian rongga dibentuk oleh tulang tengkorak
yang membentuk dinding-dinding hidung.
b. Rongga Mulut, Merupakan suatu rongga terbuka tempat
masuknya makanan dan air pada hewan maupun pada
manusia. Mulut merupakan bagian awal dari system
pencernaan lengkap yang berakhir di anus. Di dalam
mulut terdapat dua organ yaitu gigi dan lidah.
c. Rongga Tenggorokan, yaitu satu organ yang uadara akan
lewati ketika bernafas melalui hidung, Tenggorokan
merupakan bagian leher yang terdiri dari faring dan
laring. Tenggorokan memiliki sebuah selaput otot yang
dinamakan epigglotis yang berfungsi untuk memisahkan
esophagus dari trakea dan mencegah makanan dan
minuman untuk masuk ke saluran pernafasan. Seperti
pada gam bar dibawah ini.

5. Lidah
Secara umumnya berarti alat artilulator yang aktif,
sedangkan dalam arti khusus lidah adalah kumpulan otot
rangka pada bagian lantai mulut yang dapat membantu
pencernaan makanan dengan mengunyah dan menelan. Lidah
juga merupakan organ yang paling penting dalam
pengucapan bunyi. Lidah merupakan organ yang fleksibel
yang paling banyak di dalam mulut. Ia terdiri dari sejumlah
besar otot yang memungkinkannya untuk bergerak,
menyusut, merenggang, dan memelintir ke setiap arah.
Fleksibilitas lidah menjadi titik focus untuk mengeluarkan
sebagian besar suara linguistic ketika bertemu dengan organ
manapun. Lidah memiliki lima unsur yaitu :
a. Ujung lidah, Sesuai namanya, bagian ini meliputi lidah
bagian depan (ujung) serta kanan dan kiri (tepi). Ujung
dan tepi lidah bias bergerak dengan bebas ke depan,
belakang, kanan, maupun ke kiri.
b. Pinggir lidah
c. Tengah lidah
d. Pangkal lidah. Bagian ini terletak di sisi belakang lidah
yang dekat dengan tenggorokan. Di pangkal lidah
terdapat banyak sel yang mendukung fungsi lidah dalam
merasakan dan menyentuh sesuatu yang masuk ke mulut.
e. Akar lidah, Bagian ini terletak di sisi bawah lidah. Akar
lidah bias bergerak, tapi pergerakannya tidak bias sebebas
bagian ujung dan tepi lidah, karena letaknya di bawah,
akar lidah juga tidak bias dlihat dari luar mulut.

Kelima bagian dari lidah ini seperti organ bicara lainnya


yang bergerak ketika mengucapkan sebagian besar suara,
sebagian juga saling berkontribusi dengan organ bicara
lainnya.

Table berikut ini menunjukan organ-organ yang saling


berkontribusi yang dapat menghasilkan suara. Seperti dalam
table dibawah ini:

Organ yang
Bagian Suara yang
No berkontribusi
Mulut dihasilkan
dengan Lidah
1
Ujung Gigi atas & bawah ‫ ظ‬,‫ ذ‬,‫ث‬
Lidah
Gigi atas & gusi ,‫ ل‬,‫ ص‬,‫ ط‬,‫ د‬,‫ت‬
‫ن‬
Gusi ‫ ر‬,‫ ص‬,‫ س‬,‫ز‬
2
Pinggir Langit-langit ‫ ش‬,‫ج‬
Lidah Keras
3
Tengah Langit-langit ‫ي‬
Lidah Keras
4
Pangkal Langit-langit ‫ و‬,‫ خ‬,‫ غ‬,‫ك‬
lidah Lunak
Anak Lidah ‫ق‬
5
Akar Lidah Dinding ‫ ع‬,‫ح‬
Tenggorokan

Catatan: ada beberapa bunyi yang tidak menyertakan


lidah dalam pembentukannya secara langsung, yaitu: dua
huruf yang timbul dari bibir ( ‫ب‬,‫ )م‬, dan suara yang timbul
dari gigi dan bibir bawah (‫)ف‬, dan suara tenggorokan (‫ء‬,‫)ه‬.

6. Langit langit mulut


Yaitu bagian yang setara dengan lidah dan terkait
dengannya dalam situasi tertentu dalam menghasilkan bunyi
tertentu. Langit-langit mulut terbagi kepada 4 bagian:

a. Gusi atau disebut juga Gingiva, terdiri dari jaringan


mukosa yang menutupi tulang maksila dan mandibular di
dalam rongga mulut. Gusi terletak tepat di atas serta di
belakang gigi yang melengkung ke dalam menghadap
lidah. Bunyi yang dihasilkan oleh gusi disebut bunyi
alveolar.
b. Langit-langit keras adalah lempeng tulang horizontal
tipis yang terbuat dari dua tulang kerangka wajah , yang
terletak di atap mulut. Tulang adalah proses palatine dari
rahang atas dan lempeng horizontal tulang palatine .
Langit-langit keras membentang lengkungan alveolar
yang dibentuk oleh proses alveolar yang memegang gigi
atas (ketika ini dikembangkan).
c. Langit-langit lunak adalah otot kecil yang mengarahkan
udara dari langit-langit mulut menuju ke rongga hidung.
Ketika bernapas melalui hidung, langit-langit lunak selalu
terbuka, yang memungkinkan udara mengalir dari hidung
ke batang tenggorokan (trakea). Ketika bernapas melalui
mulut biasanya langit-langit lunak mulut akan tertutup
tanpa kita sadari (posisi atas).
d. Anak lidah / tekak, yaitu bagian terakhir dari langit langit
mulut, ia bergerak ketika bertemu dengan dinding
tenggorokan yang menyempurnakan pemblokiran rongga
helum, maka keluarlah semua udara dari paru-paru
melalui mulut. Dan ketika suara itu jatuh, dengan
membiarkan udara melewati rogga hidung itu
menyebabkan keluarnya suara yang bersumber dari
hidung.

Empat bagian dari langit-langit mulut ini ialah organ


bicara yang tetap yang saling membantu dengan organ bicara
yang lain dalam pembentukan suara, seperti yang sudah
dijelaskan dalam tabel di bawah ini:

Organ yang Suara-suara yang


No Bagian palate
berkontribusi timbul
1 Gusi Ujung lidah ‫ ر‬,‫ ص‬,‫ ث‬,‫ز‬
Ujung lidah & ,‫ ل‬,‫ ض‬,‫ ط‬,‫ د‬,‫ت‬
gigi
‫ن‬
2
Langit-langit Pinggir lidah ‫ ش‬,‫خ‬
keras
Tengah lidah ‫ي‬
3
Langit-langit Pangkal lidah ‫ و‬,‫ خ‬,‫ غ‬,‫ك‬
lunak
4 Anak lidah Pangkal lidah ‫ق‬
7. Gigi atas
Merupakan organ bicara yang tetap. Dan gigi bawah
merupakan organ bicara yang bergerak, setiap dari keduanya
memiliki tugas yang penting dalam pembentukan suara atau
bunyi. Maka suara tidak akan ada hanya dengan satu organ
saja kecuali dengan organ-organ yang lainnya, melainkan
saling membantu dengan organ bicara yang lain. Gigi juga
merupakan salah satu alat artikulasi yang terdapat di bagian
depan mulut tang merupakan bagian yang keras yang
tertanam pada gusi dalam proses fonasi hanya bersifat
membantu saja alat artikulasi yang lain. Sedang bunyi yang
dihasilkan oleh gigi disebut bunyi dental . 4Tabel di bawah ini
menunjukan kontribusinya antara gigi dan organ lainnya
sehingga membentuk suara tertentu seperti pada table
berikut:

Anggota yang Suara yang di


No Gigi
berkontribusi bentuk
1 Gigi Atas Bibir bawah ‫ف‬
2
Gigi Atas Ujung lidah ‫ ظ‬,‫ ذ‬,‫ث‬
Dan Bawah
Gigi Ujung lidah dan ,‫ ل‬,‫ ض‬,‫ ط‬,‫ د‬,‫ت‬
3 gusi
‫ن‬

8. Bibir
Merupakan alat artikulasi yang berfungsi sebagai penjaga
pintu mulut. Bibir terdiri atas dua bagian yaitu bibir atas dan
4
Marlina, Lina. 2018. Ilmu ashwat (fonologi).
Bandung.
bibir bawah. Bunyi bahasa yang dihasilkan oleh bibir disebut
bunyi labial5. Tentunya bibir merupakan organ bicara, yang
dapat bergerak ke setiap arah dan memiliki situasi berbeda-
beda ketika berbicara. Maka ketika bibir merapat udara tidak
mungkin keluar kemudian udara dilepaskan secara sekaligus
dan udara bertiup keluar melalui bibir, menghasilkan suara
yang eksplosif seperti halnya ketika mengucapkan huruf ‫ب‬.
Dan melingkar ketika dalam keadaan pengucapan dhomah,
maka yang lainnya terbuka dengan besar ketika
mengucapkan fathah dan kasroh.

Bibir menjadi tempat keluarnya beberapa suara karena


keduanya secara langsung berkontribusi dalam pembentukan
suara yang bersumber dari bibir yaitu ‫ ب‬dan ‫( م‬syafataini) .
Kadang keduanya bergerak mengambil bentuk dan situasi
tertentu yang menjadikan pembentukan sebagian suara
seperti membulat ketika mengucapkan wawu dan dhommah,
dan terbuka ketika mengucapkan fathah dan kasroh. Tabel
dibawah ini menjelaskan pergerakan bibir dan keadaan bibir
dengan suara yang kemudian terbentuk :

No Keadaan Bibir Suara yang Terbentuk


1 Terkatup ‫م‬,‫ب‬
2 Melingkar ‫الضمة‬,‫و‬,‫ظ‬,‫ط‬,‫ض‬,‫ص‬
Terbuka Sisa huruf dan harakat fathah
3
dan kasroh

5
Marlina, Lina. 2018. Ilmu ashwat (fonologi).
Bandung.
BAB IV
‫وصف األصوات العربية‬
(DESKRIPSI BUNYI BAHASA
ARAB)
Oleh : Ratu Widda Inda Dhiya Nadiya

Deskripsi Bunyi Menurut Tempat Keluarnya


Kita bisa mengetahui tempat keluar bunyi karena itu
merupakan posisi atau tempat tersumbatnya udara atau
penyempitan tempat keluarnya suara ketika ia di lafalkan
(mahdi muhammad 1998) contohnya dua bibir. Itu merupakan
tempat keluar untuk huruf “Ba”. Karena ketika melafalkan
hurup “Ba” dua bibir tertutup lalu udara yang naik dari paru-
paru tersumbat. Bibir dan gigi adalah tempat keluar untuk
huruf “fa” karena ketika pelafalan huruf “fa” bibir bawah
dan gigi atas saling mendekati atau berdekatan tanpa adanya
penyempitan agar udara yang naik dari paru-paru
melewatinya.

Kebanyakan para ulama berbeda pendapat tentang tempat


keluarnya bunyi, terutama dalam bunyi bahasa arab dalam
segi penamaannya, jumlahnya, dan bunyi yang keluarnya.
Adapun dari segi penamaannya terdapat beberapa nama lain
di samping tempat keluar. Seperti penyumbatan dan tidak
adanya penyempitan. Akan tetapi kebanyakan ulama
menamainya dengan makhraj (tempat keluar). Dan adapun
dari segi jumlah tempat keluarnya maka ulama-ulama
terdahulu berbeda terdapat ada yang menyebutkan delapan
tempat keluar ada yang menyebutkan juga empat belas dan
ada juga yang menyebutkan enam belas tempat keluar.
Adapun ulama-ulama kontemporer mereka menyebutnya
sebelas tempat keluar adapun dari segi bunyi yang keluar dari
segi tempat keluarnya bunyi terdapat perbedaan di kalangan
ulama ahli Aswat seperti contoh bunyi yang keluar dari dua
bibir, dan sebagian ulama berpendapat bunyi yang keluar dari
dua bibir itu ada dua huruf. Pertama “ba” kedua “mim”, dan
sebagian ulama juga berpendapat bahwa bunyi yang keluar
dari dua bibir itu ada tiga, yaitu “wa,mim,ba”. Pendapat
pertama adalah pendapat yang paling samar atau kurang ke
shahihannya di banding dengan pendapat yang kedua. Dan
ulama-ulama kontenporer mengutipnya dan mengikuti
pendapat yang kedua.

Jumhur ulama kontemporer berpendapat sesungguhnya


tempat keluarnya bunyi bahasa arab terdapat sepuluh

a. Dua bibi
b. Bibir dan gigi
c. Di antara gigi
d. Gigi dan gusi
e. Gusi
f. Langit langit mulut yang keras
g. Piringan
h. Ketup napas
i. Tenggorokan
j. Kerongkongan

Catatan :
Dari bahasan yang telah di sebutkan bahwasannya tempat
keluar adalah anggota pelafalan yang membentuk titik
pelafalan untuk bunyi-bunyi yang di tentukan dengan
makhroj yang sepuluh ini kita bisa mendeskrifsikan bunyi
bahasa arab dan menamainya di sertai menjaga anggota
pelafalan yang bergerak pada anggota yang tetap, karena
melafalkan bunyi yang tertentu mendatangkan nilai
keterkaitan atau behubungan antara anggota pelafalan yang
bergerak atau artikulator dan yang tetap /artikulasi. Maka
harus menjaga kedua anggota ini dan engarahkan keduanya.
Yakni tempat keluar dalam ujung titik pertemuan antara
anggota yang bergerak atau artikulator dan anggota yang tetap
dalam rongga mulut (pendapat badri 1982:53) contohnya :
huruf “ba” dalam pelafalannya melibatkan bibir bawah
(anggota bergerak) dan bibir atas (anggota pelafalan tetap)
maka bunyi ini di deskrifsikan dengan bunyi dua bibir.
Contoh lain seperti huruf “fa” dalam pelafalannya melibatkan
ujung lidah (anggota bergerak) kemudian gusi dan gigi adalah
dua anggota yang tetap. Maka bunyi ini di deskrifsikan
dengan bunyi ujung lidah, gigi dan gusi.

Berikut ini deskrifsi bunyi bahasa arab beserta sifatnya


berdasarkan tempat keluarnya di sertai dengan hal-hal yang
terlibat dalam pelafalannya. Seperti anggota bergerak dan
anggota tetap.

a. Bunyi Billabial
Terdapat dua bunyi “im/ba” dalam pelafalan kedua
huruf tersebut bibir bawah mengikuti bibir atas, dan di
lafalkan keduanya dengan menutup kedua bibir lalu
meletupkannya.

b. Bunyi labio-Dentals
Kelompok ini terdapat satu bunyi saja yaitu “fa”
dalam pelafalan bunyi “fa” bibir bawah mengikuti gigi
atas dan di lafalkan huruf “fa” tersebut dengan
mempertemukan bibir bawah pada gigi atas

c. Bunyi Interdentals
Ini terdapat tiga bunyi “tsa/dzal/dzho” dalam
pelafalannya melibatkan ujung lidah, gigi bawah dan gigi
atas. Dan d ucapkan ketiga huruf tersebut dengan
meletakan ujung lidah antara gigi bawah dan atas.

d. Bunyi Apico-dento-alveolars
Pada bunyi ini terdapat enam bunyi yaitu
“ta/dal/tha/dzo/lam/nun” dalam pelafalannya melibatkan
ujung lidah, gigi atas dan gusi. Dan di lafalkan huruf-
huruf tersebut dengan meletakan ujung lidah dalam
pertemuan antara pangkal dua gigi atas yang besar dan
gusi.
e. Bunyi Apico-alveolar
Pada bunyi ini terdapat empat bunyi huruf yaitu
“jay/sin/shad/ra” dalam pelafalannya melibatkan pangkal
lidah dan gusi dan di ucapkan huruf-huruf itu dengan
meletakn ujung lidah di atas gusi

f. Bunyi periferal/ujung (fronto-palatals)


Kelompok ini terdiri dari dua bunyi yaitu (jim dan
syin) dan dalam pengucapannya itu bergabung dengan
ujung lidah (depan) dan bagian dalam mulut (langit-langit
keras) dan ucapkanlah dengan manghubungkan ujung
lidah dengan langit-langit keras.

g. Bunyi moderasi/tengah (centro-palatals)


Kelompok ini hanya memiliki satu bunyi yaitu (ya)
dalam ucapannya tengah-tengah lidah mengikuti bagian
dalam mulut dan ucapkanlah dengan mengangkat bagian
tengah lidah ke atas bagian dalam mulut akan tetapi tidak
disertai dengan menyentuhnya.

h. Bunyi sternum (Dorso-velars)


Terdapat empat bunyi yaitu, (kaf, ghin, kha, wau).
Dalam pengucapannya pangkal lidah mengikuti (langit-
langit lunak) dan ucapkanlah bunyi dengan mengangkat
pangkal lidah pada langit-langit lunak (piringan).

i. Bunyi sternum ovular (Dorso-ovular)


Kelompok ini hanya memiliki satu bunyi yaitu (qaf).
Dalam pengucapannya pangkal lidah mengikuti ovular
(katup nafas) dan ucapkanlah bunyi ini dengan
mengangkat pangkal lidah pada katup nafas.

j. Bunyi lingkaran-dering (Rooto-pharyngeals)


Kelompok ini terdiri dari dua bunyi yaitu (ha dan
‘ain). Dalam pengucapannya akar lidah mengikuti
tenggorokan dan ucapkanlah keduanya dengan
menyempitkan tenggorokan dengan mendekati akar lidah
dari dinding tenggorokan tanpa menyentuhnya.

k. Bunyi kerongkongan (Glottal)


Kelompok ini terdiri dari dua bunyi yaitu (hamzah dan
ha besar) dalam pengucapannya anggota engucapan
dalam kerongkongan saling mengikuti dan yang paling
penting dari keduanya adalah dua pita suara. Ucapkanlah
(hamzah) dengan menutupkan pita suara dalam
kerongkongan dan ucapkanlah (ha besar) dengan
menggerakan dua pita suara tersebut.

Tabel berikut menguraikan deskripsi bunyi bahasa arab


dan pembagiannya sesuai dengan tempat keluarnya disertai
dengan penjelasan anggota dari pelafalan yang tetap dan yang
bergerak.

Tempat keluarnya Penamaannya


Anggot
Bunyi a yang Anggota Bahasa
Latin
berger tetap arab
ak
Bibir Bunyi
Ba/mim Bibir atas Billabials
bawah bibir
Suara
Bibir Labio-
/fa/ Gigi atas mulut-
bawah dental
gigi
Lidah
Suara
dan interdent
Tsa/dza/dzho Gigi atas diantara
gigi als
gigi
bawah
Suara Apico
Ta/da/tho/dho/
Lidah Gigi atas diantara (dental)
lam/nun
gigi alveolars
Suara Apico-
Zai/sin/shod/ra Lidah Gusi
tiroid alveolars
Langit- Suara
Ujung Fronto-
Jim/syin langit perifera
lidah palatals
keras l
Bagian Langit- Suara
Centro-
/ya/ tengah langit meneng
palatals
lidah keras ah
Bagian
Pangka Suara Dorso-
Kaf/ghin/kha/wau dalam
l lidah sternum velars
mulut
Suara
Pangka Katup Dorso-
/qaf/ sternum
l lidah nafas uvular
ovular
Dinding Suara Rooto-
Akar
Ha/’ain tenggorok dering- pharynge
lidah
an akar als
Hamzah/ha besar Kerongkongan Suara
Glottal
laring
Deskripsi Bunyi-Bunyi dalam Hal Cara Keluarnya
Udara Ketka Diucapkan

Kriteria kedua dalam deskripsi bunyi bahasa


arab yaitu cara keluarnya udara ketika
pelafalannya. Jika deskripsi bunyi menurut cara
keluarnya udara menunjukan pada “darimana
tempat terucapnya bunyi”. Adapun deskripsi
bunyi menurut cara keluarnya udara menunujukan
pada cara pengucapan bunyi. Dan bunyi-bunyi
pada kriteria ini terbagi menjadi berikut ini.

a. Bunyi letupan atau hambat.


Yaitu bunyi yang ditangkap udara oleh
paru-paru dari belakang pertemuan anggota
pengucapan disaluran tertentu, dan kemudian
dimulai dengan sedikit letupan ketika pertemuan itu
pecah. Dengan kata lain, itu adalah bunyi-bunyi yang
terucap ketika udara terperangkap dari paru-paru
dibelakang sumbatan. Dalam tempat
keluarnya, selanjutnya meletup ketika
diucapkan seperti bunyi ledakan. Juga
dikenal/disebut dengan suara keras atau
keheningan terdiri dari delapan huruf yaitu, ba
/ ta / da / dhod / tho / kaf / qaf / hamzah, yang
dikumpulkan untuk memudahkan
pelafalannya dalam kalimat "‫"تب دأ كق ط ض‬ Yang besrsifat gesekan (ghin)
artinya itu adalah mulailah seperti kucing.

b. Bunyi ledakan atau frikatif


Yaitu bunyi yang terjadi akibat gesekan udara dari
paru-paru sebagai akibat dari penyempitannya saluran
paru-paru ketika keluarnya. Dengan kata lain, itu adalah
bunyi-bunyi yang terucap ketika aliran udara paru-paru
menemui penyempitan (bukan penyumbatan). Dalam
keluarnya bertemu dengan titik gesekan bunyi ini disebut
juga bunyi yang kusut atau bunyi-bunyi yang kontinuitas
ada 13 bunyi yaitu, tsa / ha / kha / dza / zai / sin / syin /
shod / dzho / ’ain / ghin / fa / ha besar, yang dikumpulkan
dalam kalimat
"‫ صح غث‬,‫ هز سعف‬,‫ "خذ شط‬.

Maka jelaslah perbedaan dua gambar diatas dalam


cara pengucapan yang salah satunya bersifat letupan dan
yang satunya lagi bersifat gesekan, huruh (kaf) bersifat
letupan dan huruf (ghin) bersifat gesekan.

Catatan:
Dalam pengucapan huruf (kaf) yang bersifat letupan,
pangkal lidah terangkat dan bertemu dengan langit-langit
lunak (piringan). Lalu terperangkap aliran udara yang naik
dari paru-paru. Adapun dalam pengucapan huruf (ghin)
yang bersifat gesekan pangkal lidah terangkat sampai
langit-langit lunak (piringan) tanpa adanya sentuhan.

c. Bunyi paduan,
Adalah bunyi yang bertepatan dengan aliran udara
dari penyumbatan paru-paru dipintu keluar yang
terperangkap ketika dia berada disuara letupan. Dan
kemudian penyumbatan ini mengubah penyempitan udara
lalu udara melewatinya dengan gesekan. Dengan kata
lain, itu adalah bunyi yang dimulai pelafalannya dengan
letupan dan diakhiri dengan gesekan. Yakni dimulai
dengan terperangkapnya udara karna adanya
penyumbatan dan diakhiri dengan keluarnya udara karna
tidak adanya penyempitan. Peristiwa ini disebut bunyi
komposit. Dan diantara bunyi adalah huruf (jim) dalam
bahasa arab dan /ch/ dalam bahasa inggris.

d. Bunyi samping.
Adalah bunyi yang terucap ketika aliran udara dari
paru-paru menjauh melewati titik penyumbatan atau
penyempitan dalam pintu keluar. Dan melewati samping
rongga mulut. Bunyi samping dalwm bahasa arab hanya
afa satu yaitu huruf (lam). Bunyi samping seperti halnya
bunyi letupan sebagaimana aliran udara terperangkap
karna adanya letupan. Tapi itu berbeda dari letupan,
karena aliran udara tidak menunggu terbukanya sumbatan
untuk keluarnya udara tetapi menghindarinya dan
melewati dari samping rongga mulut.

e. Bunyi nasal
Adalah bunyi yang terucap ketika aliran udara dari
paru-paru melewati lubang hidung bukan dengan mulut.
Hal itu, karena ketika mengucapkan bunyi ini, langit-
langit lunak (piringan) nenurun disebabkan karena
terjadinya dua keadaan.
1) Rongga mulut tersumbat dan aliran udara tidak seperti
halnya dalam bunyi letupan.
2) Rongga hidung berfentilasi oleh aliran udara dan
keluar dari hidung. Bunyi nasal ada dua yaitu (mim)
dan (nun).

Catatan :
Dalam mengucapkan huruf ba yang eksplosif, rongga hidung
tertutup maka keluarlah udara dari rongga mulut. Adapun
pengucapan huruf mim maka terbuka lebar rongga hidung dan
dilewati oleh udara

f. Bunyi getar
Bunyi getar adalah bunyi yang terucap ketika
pengetatan tidak stabil dan lidah kembali tersentuh lidah
yang licin. Dengan kata lain, bunyi getar adalah yang
terucap dengan cara beberapa kali getaran pada gusi
ketika menyentuh gusi dalam posisi yang memungkinkan
udara untuk keluar secara berbarengan. Bunyi yang keluar
melalui getaran lidah sebagai akibat bersentuhannya ujung
lidah dengan gigi.

Dalam ilmu tajwid menurut bahasa, pengucapan huruf


yang disertai bergetar secara berulang pad ujung lidah.
Walau bagaimanapun, getaran yang dibenarkan adalah
sekali saja, lebih-lebih lagi pada keadaan tasyid. Ra ( ‫ر‬ )
adalah huruf satu-satunya yang bergetar dalam bahasa
arab.

Deskripsi Bunyi Dilihat dari Pita Suara Ketika


Menglafalkannya

Dalam hal ini, suara-suara Arab terbagi menjadi berikut:

a. Bunyi suara, hidup


Bunyi suara (hidup) yang bergetarkan sinar vokal
ketika diucapkan yang berarti vibrator vokal selama suara
bunyi-bunyian ini dalam kasus kontak dan penghindaran
yang sering terjadi (Yang menggetarkan pita suara dalam
pengucapannya atau bunyi yang keluar dengan
menggetarkan pita suara). Bunyi bersuara terjadi apabila
pita suara hanya terbuka sedikit. Sehingga terjadilah
getaran pada pita suara itu sendiri. Hurufnya ada 13
yaitu : ‫ ر‬،‫ ل‬،‫ ن‬،‫م‬ ،‫ ع‬،‫ غ‬،‫ ظ‬،‫ ز‬،‫ ذ‬،‫ ج‬،‫ ض‬،‫ د‬،‫ب‬،
Huruf ini juga dapat diikuti dengan seluruh huruf vokal.
b. Bunyi tidak bersuara
Bunyi tidak bersuara yaitu bunyi yang tidak bergetar
pita suaranya ketika pengucapan. Maksudnya dalam
pengucapan bunyi ini dan tidak menyatukan pita suara.
Maksudnya ketika pengucapan bunyi ini dalam keadaan
terbuka dan tidak bertemu pita suara.

Para ulama berbeda pendapat dalam batasan bunyi


yang tidak bersuara. Ulama terdahulu berkata terdapat 10
huruf bunyi yang tidak bersuara yaitu : /‫ س‬/‫ خ‬/‫ ح‬/‫ ث‬/‫ت‬
‫ ه‬/‫ ك‬/‫ ف‬/‫ ص‬/‫ش‬/
Yang di kumpulkan dalam kalimat ‫سكت فحثه شخص‬
:

Adapun ulama kontemporer (terdahulu) mereka


menambahkan nilai pelajaran dalam interaksi bunyi, 3
bunyi yang lain yaitu : ‫ ء‬/‫ ق‬/‫ط‬/ jumlahnya jadi 13 yang
dikumpulkan dalam kata Yang artinya, Apakah salah satu
diantara kalian menganjurkan diam saja? ‫أش خص حث ة‬
‫سكت فقط‬

Dalam ilmu tajwid menurut bahasa adalah suara yang


di sembunyikan atau disamarkan. Menurut istilah adalah
keluarnya atau berhembusnya nafas ketika mengucapkan
huruf.

Bagaimana Cara Mengetahui Suara Jelas atau


Hidup?
a. Letakkan jari tengah di telinga, dan kemudian ucapkan
bunyi yang dimaksud untuk mengetahuinya sukun setelah
hamzah yang nasab. ‫ أغ‬/‫ أع‬/‫ أخ‬/‫ أب‬/ Jika muncul
bergema dikepala maka bunyi itu adalah bunyi hidup.
b. Letakkan telapak tangan didepan dahi ketika pengucapan
bunyi yang dimaksud untuk mengetahuinya seperti cara
sebelumnya. Terdapat getaran dalam kepala maka huruf
itu adalah huruf hidup.
c. Letakkan jari di jakun, lalu ucapkan bunyi yang dimaksud
seperti cara tadi, jika terjadi getaran dalam jakun maka
bunyi itu hidup.

Deskripsi Bunyi Dilihat dari Kondisi Ujung Lidah


saat Pengucapan

Dalam kateria ini, suara bahasa arab dibagi menjadi


berikut:

a. Bunyi- bunyi yang diterapkan ( tonjolan )


Yaitu bunyi yang ketika diucapkan menimbulkan
bagian belakang lidah kearah piringan( bagian lunak
dilangit-langit mulut ) dengan fenomena disebut velarisasi
dan velarasi menghadap ke amplifikasi suara.
Penyempitan terjadi dengan penyempitan tenggorokan.
Maka dari itu, suara yang diucapkan dengan cara ini
disebut bunyi tonjolan. Hurufnya 4 yaitu: /‫ ط‬/‫ ض‬/‫ص‬
‫ظ‬/

Bunyi-bunyi yang mana disebutkan terjadi bersamaan


dengan bunyi pada pintu keluar piring. Adapun terapan
yang tidak ada hubungannya dengan piringan yaitu huruf
‫ص‬ tempat keluarnya dari gusi, dan ‫ ط‬/‫ض‬/ keluarnya

dari gigi dan gusi. ‫ ظ‬tempat keluarnya dari gigi tapi ini
diterapkan karena pengucapan bunyi ini, tempat keluarnya
bebarengan dengan terangkatnya bagian belakang lidah
kearah piring.
Bunyi tonjolan seperti ‫ و‬/‫ ك‬/‫ غ‬/‫خ‬/ bagian belakang
lidah naik ke piringan saat diucapkan, tetapi bunyi ini
tidak disebut dengan suara tonjolan, karena ketinggiannya
bukan gerakan yang menyertai lafal ditempat lain.

Catatan :
Dalam pengucapan dhod yang diterapkan ( tonjolan).
Bagian belakang lidah naik ke piring yang disertai dengan
pengucapan lidah ( gigi dan gusi) dalam pengucapan gho
diterapkan bagian belakang lidah naik kepiring sebagai
proses pengucapan dan tidak disertai dengan proses
pengucapan makhorij yang lainnya.

b. Bunyi tertawa
Bunyi tertawa adalah bunyi yang ketika ducapkan
tidak mengangkat bagian belakang lidah kearah piringan,
huruf tertawa itu mencangkup semua kecuali huruf yang 4
tadi

c. Bunyi
Gerakan alternatif untuk beberapa cincin kinetik, yang
disebut oleh orang –orang arab beberapa kualitas seperti
kemiringan, berlebihan. Yang memiliki amplifikasi dan
luminositas yang setara terdapat tiga huruf ‫ ق‬/‫ غ‬/‫خ‬/

Awalnya dilaminasi karena tidak termasuk kedalam 4


bunyi terapan tadi, tapi mereka menjadi amplifikasi dalm
konteks tertentu. Maka harus diamplifikasi jika diikuti
oleh panjang dan pendek. Contohnya /‫ قت ل‬/‫ غف ر‬/‫خلص‬
‫ يق ول‬/‫ بلغ وا‬/‫م أخوذ‬/ dan wajib diluminasi jika diikuti

oleh kasroh ‫ شقيق‬/‫ رغيب‬/‫ بخيل‬/‫ قتال‬/‫غالف‬ /‫خيار‬/

BAB V
‫الصوامت‬
(BUNYI KONSONAN)
Oleh : Nifar Izzudin Amrullah
Pengertian Bunyi Konsonan

Konsonan (‫ح روف‬/‫)ص وامت‬ adalah bunyi letupan, bunyi


geseran, bunyi bersuara atau bisa juga bunyi tidak bersuara.
Konsonan selalu mendapatkan hambatan di saluran udara, baik
hambatan kuat atau lemah, sehingga mengakibatkan adanya
letupan atau geseran. Yang termasuk konsonan juga adalah semu
bunyi yang udaranya keluar dari hidung ketika diartikulasikan
atau bunyi yang udaranya keluar dari samping kiri atau kanan
mulut.

Sebagian pakar fonetik bahasa Arab menyebutkan bahwa


konsonan dalam bahasa Arab terdiri dari 28 konsonan, sebagian
lagi menyebutkan 26 konsonan. Yang menyebutkan 28 konsonan
adalah yang memasukan dua buah semivokal ke dalam konsonan,
sedangkan yang berpendapat 26 konsonan tidak memasukan
semivokal ke dalam konsonan. Para ahli fonetik membagi
konsonan menjadi beberapa bagian berdasarkan sudut pandang
yang berbeda-beda.

Bunyi konsonan ( disebut juga bunyi tenang/diam ) yaitu


bunyi yang terjadi ketika diucapkan dengan keadaan
sebagian/seluruh tempat keluarnya huruf tersumbat. Bunyi
konsonan dalam bahasa arab terdapat 28 bunyi (Ilmu Ashwat, hal
66)

NO BUNYI HURUF NO BUNYI HURUF


1 ‫الهمزة‬ ‫ء‬ 15 ‫الضاء‬ ‫ض‬
2 ‫الباء‬ ‫ب‬ 16 ‫الطاء‬ ‫ط‬
3 ‫التاء‬ ‫ت‬ 17 ‫الظاء‬ ‫ظ‬
4 ‫الثاء‬ ‫ث‬ 18 ‫العين‬ ‫ع‬
5 ‫الجيم‬ ‫ج‬ 19 ‫الغين‬ ‫غ‬
6 ‫الحاء‬ ‫ح‬ 20 ‫الفاء‬ ‫ف‬
7 ‫الخاء‬ ‫خ‬ 21 ‫القاف‬ ‫ق‬
8 ‫الدال‬ ‫د‬ 22 ‫الكاف‬ ‫ك‬
9 ‫الذال‬ ‫ذ‬ 23 ‫الالم‬ ‫ل‬
10 ‫الراء‬ ‫ر‬ 24 ‫امليم‬ ‫م‬
11 ‫الزاي‬ ‫ز‬ 25 ‫النون‬ ‫ن‬
12 ‫السين‬ ‫س‬ 26 ‫الهاء‬ ‫ه‬
13 ‫الشين‬ ‫ش‬ 27 ‫الواو‬ ‫و‬
14 ‫الصاد‬ ‫ص‬ 28 ‫الياء‬ ‫ي‬

Klasifikasi Bunyi Konsonan

1. Klasifikasi Menurut Artikulasiaanya

Dasar yang menjadi pertimbangan dalam pembagian ini


adalah tingkat hambatan yang terjadi terhadap arus udara,
hambatan total, atau hambatan parsial dan distori yang terjadi
terhadap jaan keluar udara sebagai akibat kuatnya hambatan
yang terjadi setiap terhadap arus udara, sehingga udara
terpaksa mencari jalan keluar melalui rongga hidung atau
melalui celah-celah di pinggir mulut.
Dalam sudut pandang ini konsonan Arab dibagi menjadi
tiga macam, sebagai berikut.

a. Konsonan Letupan ( ‫) األصوات االنفجارية‬


Konsonan letupan adalah bunyi yang ketika
diartikulasikan mendapat hambatan kuat dari organ
bicara dan tidak terdapat jalan keluar udara, baik dari
hidung atau dari samping kiri dan kanan mulut sehingga
udara terkepung dibelakang organ bicara tersebut.
Kemudian organ bicara tersebut membuka jalan udara
dengan cepat, yang mengakibatkan terdengarnya bunyi
seperti letupan. Konsonan yang terjadi dengan cara
inilah yang disebut dengan bunyi letupan. Yang
termasuk kedalam konsonan ini dalam bahasa Arab
adalah ‫ق – ض – ء‬ –‫ب–ت–ط–د–ك‬

b. Konsonan Geseran ( ‫) األصوات االحتكاكية‬


Konsonan geseran adalah bunyi yang ketika
diartikulasikan organ bicara tidak merapat kuat, tetapi
memberikan peluang untuk udara agar dapat lewat
dengan leluasa di areal itu, walaupun harus
mengakibatkan terjadinya semacam getaran. Konsonan
dengan kondisi seperti inilah yang disebut konsonan
geseran. Adapun yang termasuk kedalam konsonan
geseran dalam bahasa Arab adalah
‫ف – ث – ذ – ظ – ص –ش – ز – خ – غ – ح – ع – ه‬

c. Konsonan Gabungan ( ‫) األصوات املركبة‬


Konsonan gabungan adalah bunyi yang ketika
diartikulasikan udara yang datang dari paru-paru
mendapat hambatan kuat dari organ bicara, tetai ketika
organ bicara tersebut memberikan kesepatan untuk
lewatnya udara, hal tersebut tidak terjadi secara cepat
sehingga tidak terjadi semacam letupan. Konsonan
letupan dalam bahasa Arab adalah ‫ج‬

Dalam buku Ilmu Aswat (fonologi) yang di tulis


oleh Lina Marlina disebutkan bahwa ada tujuh
pembagian dalam konsonan bahasa Arab dilihat dari
artikulasi pelafalannya, berikut

a. Hambat/Stop (Waqfiyyah)
Bunyi yang berhenti elepas pengucapannya dengan
cara menahan hambusan nafas dengan dua bibir atau
lidah lalu dilepaskan sekaligus. Berikut yang termasuk
kedalam konsonan stop,‫ ء‬, ‫ ق‬, ‫ ك‬, ‫ ض‬, ‫ ط‬, ‫ د‬, ‫ ت‬, ‫ب‬

b. Afrikatif/Paduan (Mazjiyyah)
Bunyi hambat yang diikuti bunyi desis. Berikut
yang termasuk kedalam konsonan paduan,‫ج‬

c. Frikatif/Geseran (Ihtikakiyyah)
Pada bunyi bahasa ini, arus udara melalui saluran
sempit lalu akan terdengar bunyi desis. Berikut yang
temasuk kedalam konsonan geseran,
‫ه‬,‫ع‬,‫ح‬,‫غ‬,‫خ‬,‫ش‬,‫ظ‬,‫ص‬,‫ز‬,‫س‬,‫ذ‬,‫ث‬,‫ف‬

d. Nasal/Sengauan (Anfiyyah)
Bunyi yang keluar lewat hembusan udara dari
hidung. Berikut yang termasuk kedalam konsonan
sengauan, ‫ ن‬, ‫م‬

e. Lateral/Sampingan (Janibiyyah)
Bunyi yang keluar melalui hembusan udara dari
samping mulut. Berikut yang termasuk kedalam
konsonan sampingan,‫ل‬

f. Getar (Tikrariyah)
Bunyi yang keluar melalui getaran lidah sebagai
bersentuhnya ujung lidah dengan gigi. Berikut yang
termasuk kedalam konsonan getar, ‫ر‬

g. Semivokal (Syibh Sha’itah)


Bunyi yang diucapkan seperti huruf vocal, tetapi
bunyinya pecah seperti huruf konsonan. Berikut yang
termasuk kedalam konsonan semivokal, ‫ ي‬, ‫و‬

2. Klasifikasi Menurut Posisi Pita Suara

Dalam sudut pandang ini, konsonan terbagi menjadi dua


bagian,

a. Konsonan Bersuara ( ‫) األصوات املجهورة‬


Konsonan bersuaraadalah bunyi yang terjadi ketika
udara datang dari paru-paru disambut oleh dua pita suara
yang dengan kondisi nbersentuhan (tidak merapat)
sehingga udara tetap saja bisa keluar masuk diantara
kedua pita suara tersebut, tetapi dengan mengakibatkan
terjadinya gesekan yang teratur antara dua pita suara
tersebut. Konsonan bersuara dalam bahasa Arab adalah
‫ي‬,‫و‬,‫ر‬,‫ل‬,‫ن‬,‫م‬,‫ع‬,‫غ‬,‫ظ‬,‫ز‬,‫ج‬,‫ض‬,‫ذ‬,‫ب‬

b. Konsonan Tidak Bersuara ( ‫) األصوات املهموسة‬


Konsonan tidak bersuara adalah konsonan yang
terjadi tidak ada hambatan terhadap udara yang datang
dari paru-paru, karena kedua pita suara menyambutnya
dengan kondisi berjauhan sehingga udara dengan leluasa
keluar masuk tanpa mengakibatkan adanya pergesekan
antara dua pita suara tersebut. Konsonan bahasa Arab
yang tak bersuara adalah
‫ه‬,‫ح‬,‫خ‬,‫ش‬,‫ص‬,‫س‬,‫ث‬,‫ف‬,‫ء‬,‫ق‬,‫ك‬,‫ط‬,‫ت‬

3. Klasifikasi Menurut Mahkraj dan Organ Bicara Aktif

Berikut ini klasifikasi bunyi bahasa Arab berdasarkan


tempat keluarnya udara (Makhraj) dan sifatnya (Organ
bicara aktif) keadaan anggota pelafalan ketika dilafalkan.

Makhraj adalah tempat tertentu di saluran udara yang


mengalami pengejaan lebih keras dari yang lain dan
merupakan tempat penuturan suatu konsonan. Dalam sudut
pandang Organ bicara aktif (sifatnya) yang difungsikan
dalam menghambat atau menekan saluran udara ketia
mengartikulasikannya, konsonan dapat dibagi menjadi
beberapa bagian. Yang dimaksud dengan organ bicara aktif
adalah bibir bawah (labial), ujung lidah (apiko), tengah lidah
(medio), pinggir lidah (lamino), dan belakang lidah (dorso).

a. Konsonan Billabial ( ‫ ) الشفتانية‬Bibir : ‫م‬ ,‫ب‬


Bunyi yang keluar melalui bibir atas dan bawah
secara bersamaan.
1) ‫ب‬
Ba merupakan bunyi yang keluar daru dua bibir,
hidung dan jelas. Berikut cara pelafalannya:
a) Tutup kedua bibir anda dengan sempurna,
sehingga udara tertangkap didalamnya.
b) Letupkan 2 bibir secara langsung sehingga keluar
udara yang terangkap secara keras.
c) Piringan (langit-langit yang lunak) terangkat
karena tersumbatnya aliran udara yang mengalir
kehidung sehingga keluar udara dari mulut.
d) Dua pita suara bergetar

2) ‫م‬
Mim merupakan bunyi yang keluar dari dua bibir,
hidung dan jelas. Berikut cara pelafalannya:
a) Dua bibir tertutup dengan sempurna, sehingga
udara terperangkap didalamnya.
b) Piringan tertekan karena tersumbatnya aliran udara
di mulut sehingga udara keluar dari hidung.
c) Dua pita suara bergetar

b. Konsonan Labio-Dentals ( ‫ ) الشفهية – األسنانية‬Bibir –


Gigi : ‫ف‬
1) ‫ف‬
Fa merupakan bunyi yang keluar lewat bibir
bawah dan gigi atas yang bergesekan dan halus.
Berikut cara pelafalannya:
a) Bibir bagian bawah bertemu dengan gigi seri atas.
b) Udara keluar dengan terjadi gesekan di tempat
keluarnya bunyi yang sempit, yaitu antara gigi dan
mulut.
c) Dua pita suara tidak bergetar

c. Konsonan InterDentals ( ‫) بين األس نانية‬ Antara Dua


Gigi :‫ ظ‬, ‫ذ‬ ,‫ث‬
1) ‫ث‬
Tsa merupakan bunyi yang keluar melalui ujung
lidah diantara dua gigi yang bergesekan dan halus.
Berikut cara pelafalannya:
a) Ujung lidah diletakan antara gigi atas dan gigi
bawah dengan cara menyentuh udara yang
melewatinya.
b) Udara melewati tempat yang sempit, sehingga
keluar dengan menghasilkan gesekan.
c) Dua pita suara tidak bergetar.

2) ‫ذ‬
Dza merupakan bunyi yang keluar melalui ujung
lidah diantara dua gigi yang bergesekan dan jelas.
Berikut cara pelafalannya:
a) Ujung lidah diletakan antara gigi atas dan gigi
bawah dengan cara menyentuh udara yang
melewatinya.
b) Udara melewati tempat yang sempit, sehingga
keluar dengan menghasilkan gesekan.
c) Dua pita suara tidak bergetar.
d) Ujung lidah terangkat pada piringan (langit-langit
mulut yang lunak).

3) ‫ظ‬
Dzo merupakan bunyi yang keluar melalui ujung
lidah diantara gigi yang bergesekan dan jelas secara
keseluruhan. Berikut cara pelafalannya:
a) Ujung lidah diletakan antara gigi atas dan gigi
bawah dengan cara menyentuh udara yang
melewatinya.
b) Udara melewati tempat yang sempit, sehingga
keluar dengan menghasilkan gesekan.
c) Dua pita suara tidak bergetar.
d) Ujung lidah terangkat pada piringan (langit-langit
mulut yang lunak).
d. Konsonan Apico-Dento-Alveolars ( ‫الذلقي ة – األس نانية‬
‫ ) – اللثوية‬Lidah – Bibir – Gusi :‫ ن‬, ‫ ل‬, ‫ ض‬, ‫ ط‬, ‫ د‬, ‫ت‬
1) ‫ن‬
Nun merupakan bunyi yang keluar dari ujung
lidah dan gigi bagian dalam serta gusi bagian dalam
dengan udara keluar dari hidung dan jelas. Berikut
cara pelafalannya:
a) Ujung lidah bertemu dengan pangkal gigi seri atas
dan bertemu gusi sehingga udara keluar dari
rongga hidung.
b) Piringan tertukar karena tersumbatnya aliran udara
dimulut sehingga udara keluar dari rongga hidung.
c) Dua pita suara bergetar.

2) ‫ل‬
Lam merupakan bunyi yang keluar melalui ujung
lidah dan gigi bagian dalam serta gusi bagian dalam
dengan udara yang menyusup dari pinggir mulut dan
jelas. Berikut cara pelafalannya:
a) Ujung lidah bertemu dengan pangkal gigi seri atas
dan bertemu dengan gusi yang mencegah udara
yang lewat.
b) Udara menyusup dari pinggir mulut.
c) Dua pita suara bergetar

3) ‫ض‬
Dhod merupakan bunyi yang keluar melalui ujung
lidah dan gigi bagian dalam serta gusi bagian atas
dengan letupan dan jelas secara keseluruhan. Berikut
cara pelfalnnya:
a) Ujung lidah bertemu dengadan bertemu pangkal
gigi seri atas dan bertemu juga dengan gusi
sehingga udara terperangkap dibelakangnya.
b) Ujung lidah terpisah secara tiba-tiba sehingga
terbuka lebar dan keluar udara dengan meletup.
c) Dua pita suara bergetar.
d) Ujung lidah terangkat kearah piringan (langit –
langit mulut yang lunak / pangkal langit mulut).

4) ‫ط‬
Tho merupakan bunyi yang keluar melalui ujung
lidah dan gigi bagian dalam serta gusi bagian atas
dengan letupan dan halus secara keseluruhan. Berikut
cara pelafalannya:
a) Ujung lidah bertemu dengadan bertemu pangkal
gigi seri atas dan bertemu juga dengan gusi
sehingga udara terperangkap dibelakangnya.
b) Ujung lidah terpisah secara tiba-tiba sehingga
terbuka lebar dan keluar udara dengan meletup.
c) Dua pita suara tidak bergetar.
d) Ujung lidah lidah terangkat kearah piringan (langit
– langit mulut yang lunak / pangkal langit mulut).

5) ‫د‬
Dal merupakan bunyi yang keluar melalui ujung
lidah dan gigi bagian dalam serta gusi bagian atas
dengan letupan dan jelas. Berikur cara pelfalannya:
a) Ujung lidah bertemu dengadan bertemu pangkal
gigi seri atas dan bertemu juga dengan gusi
sehingga udara terperangkap dibelakangnya.
b) Ujung lidah terpisah secara tiba-tiba sehingga
terbuka lebar dan keluar udara dengan meletup.
c) Dua pita suara bergetar.

6) ‫ت‬
Ta merupakan bunyi yang keluar melalui ujung
lidah dan gigi bagian dalam serta gusi bagian atas
dengan letupan dan halus. Berikut cara pelafalannya:
a) Ujung lidah bertemu dengan pangkal gigi seri atas
dan bertemu juga dengan gusi sehingga udara
terperangkap dibelakangnya.
b) Ujung lidah terpisah secara tiba-tiba sehingga
terbuka lebar dan keluar udara dengan meletup.
c) Dua pita suara tidak bergetar.

e. Konsonan Apico-Alveolars ( ‫ ) الذلقية – اللثوية‬Lidah –


Gusi :‫ ر‬, ‫ ص‬, ‫ س‬, ‫ز‬
1) ‫ز‬
Dza merupakan bunyi yang keluar oleh
bersentuhannya ujung lidah dengan gusi atas secara
bergesekan dan jelas. Berikut cara pelaflnnya:
a) Ujung lidah menyentuh gusi dengan cara keluar
dari tempat udara yang sempit.
b) Udara keluar dengan gesekan pada tempat udara
sempit.
c) Dua pita suara bergetar.

2) ‫س‬
Sin merupakan bunyi yang keluar oleh
bersentuhannya ujung lidah dengan gusi atas secara
bergesekan dan halus. Berikut cara pelafalannya:
a) Ujung lidah menyentuh gusi dengan cara keluar
dari tempat udara yang sempit.
b) Udara keluar dengan gesekan pada tempat udara
sempit.
c) Dua pita suara tidak bergetar

3) ‫ص‬
Sin merupakan bunyi yang keluar oleh
bersentuhannya ujung lidah dengan gusi atas secara
bergesekan dan halus serta dengan keseluruhan.
Berikut cara pelafalannya:
a) Ujung lidah menyentuh gusi dengan cara keluar
dari tempat udara yang sempit.
b) Udara keluar dengan gesekan pada tempat udara
sempit.
c) Dua pita suara tidak bergetar.
d) Ujung lidah terangkat kearah piringan
4) ‫ر‬
Ra merupakan bunyi yang keluar oleh bertemunya
ujung lidah dengan gusi atas secara bergetar dan
jelas. Berikut cara pelafalannya:
a) Ujung lidah bergetar dengan beberapa kali getaran
pada gusi.
b) Udara yang keluar pada saat terjadinya getaran
secara bebas.
c) Dua pita suara bergetar.

f. Konsonan Fronto-Palatals ( ‫ ) الطرفية – الغارية‬Ujung –


Mulut :‫ ش‬, ‫ج‬
1) ‫ج‬
Bunyi yang keluar lewat ujung lidah mendekati
gusi dengan keseluruhan dan jelas. Berikut cara
pelafalannya:
a) Ujung lidah bagian depan bertemu dengan lubang
mulut, sehingga udara terperangkap (seperti yang
terdapat pada bunyi letupan).
b) Ujung lidah terpisah dari lubang mulut secara
pelan-pelan sehingga keluar udara dengan
menghasilkan gesekan (seperti yang terdapat pada
bunyi gesekan).
c) Dua pita suara bergetar.

2) ‫ش‬
Bunyi yang keluar lewat ujung lidah mendekati
gusi secara bergesekan dan halus. Berikut cara
pelafalannya:
a) Ujung lidah bertemu dengan piringan dengan
keadaan menjauhi tempat keluarnya udara yang
sempit.
b) Udara keluar pada tempat yang sempit dengan
terjadinya gesekan.
c) Dua pita suara tidak bergetar.

g. Konsonan Centro-Palatals ( ‫) الوس طية – الغارية‬


Pertengahan – Mulut :‫ي‬
1) ‫ي‬
Ya merupakan binyi yang dihasilkan oleh
bersentuhannya lidah dengan langit-langit mulut
secara bergesekan dan jelas tetapi hanya setengah
bergerak. Berikut cara pelafalannya:
a) Tengah lidah terangkat pada lubang mulut tanpa
adanya sentuhan/ bertemu degan lubang mulut
tersebut.
b) Arus udara bergesek pada tempat keluarnya antara
tengah lidah dan lubang mulut.
c) Dua bibir terpisah belah dari posisi awalnya
(posisi awalnya tertutup) pada saat mengucapkan
huruf yang berharakat kasrah.

h. Konsonan Dorso-Velars ( ‫) القص ية – الطبقية‬ Pangkal


Lidah – Pangkal Langit-Langit :‫ و‬, ‫ ك‬, ‫ غ‬, ‫خ‬
1) ‫خ‬
Kho merupakan bunyi yang keluar lewat pangkal
lidah dan belakang pangkal langit-langit secara
bergesekan dan halus. Berikut cara pelafalnnya:
a) Ujung lidah terangkat, sehingga ujung lidah
tersebut sampai melekat pada piringan.
b) Udara keluar sambil terjadinya gesekan pada
tempat keluarnya udara yang sempit antara ujung
lidah dan piringan.
c) Dua pita suara tersebut bergetar.

2) ‫غ‬
Ghoin merupakan bunyi yang keluar lewat
pangkal lidah dan belakang pangkal langit-langit
secara bergesekan dan jelas. Berikut cara
pelafalannya:
a) Ujung lidah terangkat, sehingga ujung lidah
tersebut sampai melekat pada piringan.
b) Udara keluar sambil terjadinya gesekan pada
tempat keluarnya udara yang sempit antara ujung
lidah dan piringan.
c) Dua pita suara bergetar.

3) ‫ك‬
Kaf merupakan bunyi yang keluar lewat pangkal
lidah dan belakang pangkal langit-langit dengan
letupan dan halus. Berikut cara pelafalannya:
a) Ujung lidah bertemu dengan piringan sehingga
aliran udara terperangkap didalamnya.
b) Lidah terpisah dari piringan secara tiba-tiba
sehingga udara keluar dengan keras.
c) Dua pita suara tidak bergetar

4) ‫و‬
Wa merupakan bunyi yang keluar lewat pangkal
lidah dan belakang pangkal langit-langit secara
bergesekan dan jelas tetapi hanya setengah bergerak.
Berikut cara pelafalannya:
a) Ujung lidah terangkat kearah piringan sehingga
hamper sampai menyentuhnya.
b) Kedua mulut menjadi bulat (monyong) seperti
ketika melafalkan huruf yang berharakat
dhommah.
c) Kedua pita suara bergetar.

i. Konsonan Dorso-Uvulars ( ‫) القص ية – اللهوية‬ Pangkal


Lidah – Pita Suara :‫ق‬
1) ‫ق‬
Qaf merupakan bunyi yang dihasilkan dari lidah
dan pita suara dengan letupan dan halus. Berikut cara
pelafalannya:
a) Ujung lidah terangkat sampai bertemu dengan
uvular sehingga aliran udara dari paru-paru
terperangkap dibelakangnya.
b) Udara keluar setelah lidah terpisah dengan uvular
sehingga terdengar bunyi letupan secara tiba-tiba.
c) Dua pita suara tidak bergetar

j. Konsonan Rooto-Pharyngeals ( ‫) الجذري ة – الحلقية‬


Kerongkongan :‫ ع‬, ‫ح‬
1) ‫ح‬
Ha merupakan bunyi yang dihasilkan melalui
kerongkongan dan halus. Berikut cara pelafalannya:
a) Akar lidah mendekati dinding tenggorokan
sehingga terjadinya penyempitan udara di
tenggorokan.
b) Aliran udara dari paru-paru berjalan sambil
terjadinya gesekan.
c) Dua pita suara tidak bergetar.
2) ‫ع‬
‘Ain merupakan bunyi yang dihasilkan melalui
keromgkongan dan jelas. Berikut cara pelafalannya:
a) Akar lidah mendekati dinding tenggorokan
sehingga terjadinya penyempitan udara di area
tenggorokan.
b) Aliran udara dari paru-paru mengalir sambil
terjadinya gesekan.
c) Dua pita suara bergetar.

k. Konsonan Glottals ( ‫ ) الحنجرية‬Tenggorokan :‫ ه‬, ‫ء‬


1) ‫ء‬
Hamzah merupakan bunyi yang keluar melalui
tenggorokan tidak jelas juga tidak halus. Berikut
cara pelafalannya:
a) Dua pita suara di lafalkan dengan letupan secara
sempurna, sehingga aliran udara terperangkap
secara sempurna.
b) Dua pita suara bergetar secara tiba tiba sehingga
udara keluar dengan keras.
c) Posisi dua pita suara tidak ikut campur dalam
pelafalan huruf hamzah karena dua pita suara
tersebut bergetar ataupun tidak bergetar
2) ‫ه‬
Ha merupakan bunyi yang keluar melalui
tenggorokan yang bergeseran dan halus. Berikut
cara pelafalannya:
a) Dua pita suara bergetar sehingga udara keluar
diantara dua pita tersebut.
b) Mulut terbuka sama halnya ketika kita
mengucapkan bunyi huruf yang berharokat fatah.
c) Dua pita suara tidak bergetar.
BAB VI
‫الحركات‬
(BUNYI VOKAL)
Oleh : Neng Fatimah

Pengertian Bunyi Vokal

Bunyi bisa juga disebut suara, adalah pemampatan mekanis


atau gelombang longitudinal yang merambat melalui medium.
Medium atau zat perantara ini dapat berupa zat cair, padat, gas.
Jadi, gelombang bunyi dapat merambat misalnya didalam air,
batu bara atau udara.

Dalam bahasa inggris istilah vokal disebut voweles, dan


dalam bahasa prancis voyelle, begitu juga dalam pelajaran bunyi
bahasa arab, bunyi vokal mempunyai istilah yang sangat
beragam. seperti ‫ أصوات‬,‫ املصوتت‬,‫الصوائت‬.

Selain istilah kata sowait, ada kata juga istilah yang lebih
populer dalam dunia ilmu bunyi bahasa arab, disebabkan karena
banyak digunakannya kata itu oleh ulama-ulama ashwat, yaitu
kata al- harokat. Disebut al- harokat karena sebagaimana yang
dikutip oleh Kamal Basyar dari pendapatnya Ibnu Jinni, yaitu
karena bunyi vokal bisa menjadikan huruf dapat bergerak
(dilafalkan). Bunyi huruf ba tidak bisa dilafalkan tanpa adanya
harokat, namun ketika huruf ba tersebut diikuti oleh salah satu
harokat ( fathah, atau domah diatas huruf ba tersebut atau dengan
harokat kasrah dibawah huruf ba tersebut) maka huruf tersebut
menjadi hidup dan bisa dilafalkan (ba, bi, bu).

Bunyi vokal dapat diketahui atau didefinisikan karena


bunyi vokal tersebut merupakan bunyi yang ketika dilafalkan
udara bergerak secara tiba-tiba dari paru-paru melewati laring
selajutnya menempati tempat berjalannya udara, baik dalam
tenggorokan, mulut dan tidak terdapat hambatan yang dapat
menyebabkan tempat keluarnya udara tersebut menyempit seperti
halnya yang terjadi dalam bunyi rikhwah ( gesekan ), atau nafas
terperangkat dan tidak bisa keluar seperti halnya yang terjadi
dalam bunyi syidah ( letupan). ( Annis 1999 : 26 )

Pengertian yang lebih akurat mengenai bunyi vokal menurut


Muhammad 1998 M : 91 yaitu bunyi-bunyi jelas, yang ketika
dilafalkan udara keluar secara terus menerus dari hulu
kerongkongan dan mulut tanpa adanya hambatan pada alat ucap
yang memasuki hulu kerongkongan dan mulut tersebut, yang
dapat menyebabkan terhalang keluarnya udara atau
menyebabkan gesekan ketika didengar.

Secara umum bunyi bahasa dibedakan atas vocal, konsonan


dan semivokal. Perbedaan bunyi vokal dengan konsonan adalah
sebagai berikut :

1. Bunyi vokal lebih jelas daripada konsonan ketika didengar


2. Di seluruh bahasa jumlah bunyi vokal lebih sedikit dari pada
konsonan
3. Konsonan tidak mempunyai makhroj huruf tertentu seperti
halnya konsonan
4. Bunyi vokal tidak mempunyai sifat huruf tertentu, yaitu dari
segi bagaimanna cara keluarnya udara dari paru-paru.
Sewaktu-waktu bunyi vokal bercabang dari standar sifatnya
sendiri pada sifat lain seperti pada letupan, gesekan, ganda,
pengulangan, sampingan, dan khoisyum ( keluarnya huruf
dari hidung).
5. Bunyi vokal jelas karena adanya kebutuhan (Keadaan
Darurat), adapun bunyi konsonan terkadang jelas juga
terkadang samar.
6. Ketika melafalkan bunyi vokal tidak terjadinya hambatan
terhadap udara yang melewat atau keluar dari paru-paru,
berbeda dengan bunyi konsonan yang ketika dilafalkan
terkadang terjadinya hambatan terhadap udara (udara
terperangkap).
7. Bunyi vokal merupakan bunyi yang disertai hambatan pada
alat bicara, hambatan hanya pada pita suara. Sedangkan
konsonan merupakan bunyi yang dibentuk dengan
menghambat arus udara pada sebagian alat bicara.
8. Bunyi vokal tidak terdapat artikulasi sedangkan konsonan
terdapat artikulasi
9. Semua bunyi vokal dihasilkan dengan bergetarnya pita suara.
Dengan demikian, semua vokal adalah bunyi suara.
Sedangkan konsonan bersuara adalah konsonan yang
dihasilkan dengan bergetarnya pita suara. Konsonan tidak
bersuara adalah konsonan yang dihasilkan tanpa bergetarnya
pita suara

Terdapat tiga bunyi vokal pokok dalam bahasa arab, yaitu


Kasrah, dhomah, dan fathah. Penamaan terhadap ketiga bunyi
vokal ini dikemukakan atas inovasi seorang pelopor ahli bunyi-
bunyi bahasa arab yang jenius yaitu Abu Aswad Ad-duwali, yang
telah menentukan kriteria atau standar untuk spesifikasi bunyi
vokal bahasa arab berdasarkan kedua mulutnya, Abu Aswad
berkata “ Saya akan membaca Al-qur’an, dan jika kedua mulutku
terbuka saat mengucapkan suatu huruf maka simpanlah tanda titik
diatas huruf tersebut, dan untuk kasrahnya maka berikanlah
tanda titik dibawah huruf tersebut, dan jika kedua mulutku
mendekap (bibir bawah dan atas merangkap, monyong) maka
berikanlah tanda titik di atas sisi kiri huruf tersebut. (Basyar,
2000 M :22 ) Perbuatan yang dilakukan Abu Aswad ini untuk
membedakan diantara bunyi vokal. Jadi, bedasarkan keadaan
mulut tersebut, vokal fatah karena terbukanya kedua mulut, dan
kasrah karena melebar dan terbuka lebarnya mulut, dan dhomah
karena terhimpunnya mulut. Maka dari itu, bunyi vokal disebut
juga ( As-Showait) yaitu, Fathah, dhomah, dan kasrah.

Untuk bunyi vokal ini diberikan kode atau tanda yang


simple yaitu (a,I,u) tanda ini merupakan inovasi dari seseorang
yang jenius yaitu Syekh Kholil bin ahmad Al-farohidi, ia
berpendapat bahwa sesungguhnya bunyi vokal yang pendek pada
hakikatnya merupakan sebagian huruf mad (vokal panjang) dari
segi pelafalannya. Yakni bahwasanya bunyi vokal panjang dan
vokal pendek merupakan representasi dari bagaimana cara
melafalkannya, dan kedua vokal tersebut hanya berbeda dari segi
durasi atau lamanya pelafalan, karena dalam kedua vokal
tersebut terdapat hubungan individu – keseluruhan. Fathah
setelah alif, kasrah setelah iya dan dhomah setelah wau, maka
berdasarkan hubungan ini maka wajib dalam penulisan harkat
(vokal) diambil dari bagian suatu huruf atau dari satu huruf secara
utuh. Maka berdasarkan hal ini, tanda atau ciri untuk vokal
pendek adalah (a.i,u) akan tetapi perlu diperhatikan, bahwasanya
tanda ini diambil dari huruf mad jadi hanya bertidak sebagai
tanda , kode, yang tertulis saja, bukan dzat atau bentuk vokal itu
sendiri. Bunyi vokal berdeda dengan tanda atau ciri vokal itu
sendiri, adapun vokal yaitu fathah, dhomah, dan kasrah, kalau
tanda atau ciri vokal yaitu (a.i.u) .

Adapun harkat panjang untuk bunyi vokal yang tiga tadi


yaitu fathah panjang ( Al- Alif Al-madd), kasrah panjang ( Al- ya
Al-madd), dan dhomah panjang ( Al-waw al madd) . Ibu jinni
mengisyaratkan terhadap ketiga vokal panjang ini pada tiga huruf
yaitu (‫ )ا و ي‬yaitu huruf yang meluas makhroj hurufnya sehingga
udara tidak terputus ketika melafalkannya ( Basyar 2000 M :
221).

Macam- Macam Bunyi Vokal dalam Bahasa Arab

Bunyi vokal dalam bahasa arab ada 6, yaitu :


1. Fathah pendek / َ/Seperti ‫لَن‬
2. Kasrah pendek / ِ/Seperti ‫قِف‬
3. Dhomah pendek/ُ / Seperti ‫قُم‬
4. Fathah panjang/َ‫ا‬/seperti ‫صاد‬
َ
5. Kasrah Panjang/ِ‫ي‬/ seperti ‫ِميم‬
6. Dhomah panjang/ُ‫و‬/Seperti ‫نُون‬

Dari seluruh vokal diatas semuanya memiliki sifat-sifat


tersendiri, mungkin ada yang bersifat tebal, tipis, ataupun sedang.
Sebagaimana yang telah kita ketahui bahwasanya vokal dilihat
dari segi sifatnya ada 18 bunyi. Bunyi vokal menjadi tipis jika di
ikuti bunyi- bunyi yang bersifat tipis (,‫ ث‬,‫ ف‬,‫ ع‬,‫ ز‬,‫ ذ‬,‫ء‬, ‫ت‬, ‫د‬, ‫ب‬
‫ ه‬,‫ ح‬,‫ ش‬,‫س‬, ), dan vokal tersebut menjadi tebal jika di ikuti oleh
bunyi-bunyi yang bersifat tebal (‫ ظ‬,‫ ط‬,‫ ض‬,‫ص‬, ), dan vokal

tersebut bisa menjadi sedang jika diikuti oleh huruf ( ‫ خ‬,‫ غ‬,‫ )ق‬.
Berikut ini penjelasan vokal beserta contohnya dalam sebuah
kalimat :

1. Fathah pendek tipis, seperti ‫ك‬


َ ‫يَ َر‬
2. Fathah pendek tebal, seperti ‫ر‬َ َ‫صب‬َ
3. Fathah pendek sedang, seperti ‫قَ َع َد‬
4. Kasrah pendek tipis, seperti َ‫بِرْ َكة‬
5. Kasroh pendek yang tebal, seperti ‫ صحة‬:
6. Kasroh pendek yang sedang, seperti ‫ قبلة‬:
7. Domah pendek yang tipis, seperti ‫ يرك‬:
8. Domah pendek yang tebal, seperti‫ ظلم‬:
9. Domah pendek yang sedang, seperti ‫ قتل‬:
10. Fathah panjang yang tipis, seperti‫ يارك‬:
11. Fathah panjang yang tebal, seperti‫ صافح‬:
12. Fathah panjang yang sedang, seperti‫قاتل‬:
13. Kasroh panjang yang tipis, seperti‫ دين‬:
14. Kasroh panjang yang tebal, seperti‫ طين‬:
15. Kasroh panjang yang sedang, seperti‫ غيبة‬:
16. Domah panjang yang tipis, seperti ‫ مقتول‬:
17. Domah panjang yang tebal, seperti‫ مغضوب‬:
18. Domah panjang yang sedang, seperti : ‫مأخوذ‬

Bunyi vokal bahasa arab dilihat dari segi panjang, pendeknya


terbagi menjadi dua bagian:

1. Vokal pendek yaitu domah pendek, kasroh pendek, fathah


pendek. Yang dapat kita jumpai dalam kalimat ‫ُكتِب‬
2. Vokal panjang yaitu terdapat dalam domah panjang, fathah
panjang, kasroh panjang. Seperti dalam kalimat ‫وا‬QQ‫ُكون‬
‫صابرين‬

Vokal bahasa arab dilihat dari segi bulatnya mulut ketika


melafalkannya terbagi menjadi dua bagian:
1. Vokal bulat yaitu vokal ketika melafalkannya mulut menjadi
bulat, yaitu domah panjang dan domah pendek.
2. Vokal tidak bulat yaitu vokal ketika dilafalkan dua mulut
tidak menjadi bulat. Terdapat diselain domah pendek dan
domah panjang.

Vokal bahasa arab dilihat dari segi terangkatnya lidah


didalam mulut terbagi menjadi tiga bagian:

1. Vokal tinggi yaitu vokal yang ketika dilafalkan lidah


terangkat keatas rongga mulut, yaitu domah pendek, domah
panjang, kasroh pendek, kasroh panjang.
2. Vokal sedang yaitu vokal yang ketika dilafalkan lidah
terangkat ke lubang mulut yaitu terdapat dalam fathah
pendek.
3. Vokal rendah yaitu vokal yang ketika dilafalkan lidah
terdapat dibawah lubang mulut (tidak terangkat) yaitu
terdapat dalam fathah panjang.

Vokal dalam bahasa arab dilihat dari segi bagian lidah yang
terangkat ketika dilafalkannya terbagi menjadi tiga bagian:

1. Vokal depan yaitu vokal yang ketika dilafalkan pangkal lidah


terangkat yaitu terdapat dalam kasroh pendek, kasroh
panjang, dan fathah panjang.
2. Vokal tengah yaitu vokal yang ketika dilafalkannya tengah
lidah terangkat yaitu terdapat dalam fathah pendek.
3. Vokal belakang yaitu vokal yang ketika dilafalkan ujung lidah
menjadi terangkat. Terdapat dalam domah pendek dan domah
panjang.
Bunyi vokal dibedakan berdasarkan posisi tinggi rendahnya
lidah, bagian lidah yang bergerak, struktur, dan bentuk bibir.
Dengan demikian, bunyi vokal tidak dibedakan berdasarkan
posisi artikulatornya karena pada bunyi vokal tidak terdapat
artikulasi. Artikulatornya adalah bagian alat ucap yang dapat
bergerak.

Klasifikasi vokal berdasarkan posisi strukturnya; Struktur


adalah keadaan hubungan posisional artikulator aktif dan
artikulator pasif.

1. Artikulator aktif adalah alat ucap yang lain saat membentuk


bunyi bahasa.
2. Artikulator pasif adalah alat ucap yang dituju oleh
artikulator aktif saat membentuk bunyi bahasa.

Dalam bunyi vokal tidak terdapat artikulasi, maka struktur


untuk vokal ditentukan oleh jarak lidah dengan langit-langit.
Menurut strukturnya, vokal dapat dibedakan seperti uraian
berikut :

1. Vokal tertutup (close vowels)


Yaitu vokal yang dibentuk dengan lidah diangkat setinggi
mungkin mendekati langit-langit.
2. Vokal Semitertutup ( half-close)
Yaitu vokal yang dibentuk dengan lidah diangkat dalam
ketinggian sepertiga diatas terbuka atau dua pertiga diatas
vokal terbuka.
3. Vokal Semiterbuka (half-open)
Yaitu vokal yang dibentuk dengan lidah diangkat dalam
ketinggian sepertiga diatas terbuka atau dua pertiga dibawah
vokal tertutup.
4. Vokal Terbuka ( open vowels )
Yaitu vokal yang dibentuk dengan lidah dalam posisi
serendah mungkin.
Berdasarkan bentuk mulut sewaktu bunyi vokal itu diproduksi
dapat dibedakan :

1. Vokal bundar
Vokal yang diucapkan dengan bentuk mulut membundar.
Dalam hal ini ada yang bundar terbuka seperti bunyi [o], dan
yang bundar tertutup seperti bunyi [u].
2. Vokal tak bundar
Yaitu vokal yang diucapkan dengan bentuk mulut tidak
membundar, melainkan terbentang melebar, seperti bunyi [i],
bunyi [e].
3. Vokal netral
Yaitu vokal yang diucpkan dengan bentuk mulut tidak
bundar dan tidak melebar, seperti bunyi [a].

Bunyi vokal dapat diucapkan dengan memanjangkan atau


memendekkan vokal tersebut. Pemanjangan dan pemendekkan
pengucapan vokal dapat mengubah maksud pembicaraan.
Pemanjangan vokal diberi tanda (…) diatas bunyi yang
dipanjangkan atau tanda (… : ) disamping kanan bunyi yang
dipanjangkan.

Dalam kehidupan sehari-hari pemanjangan dan pemendekkan


vokal jarang ditemui. Pemanjangan dan pemendekkan vokal biasa
ditemui dalam dunia hiburan, seperti pada dagelan atau acara
humor dan komedi.

Perlu diketahui bahwa semivokal termasuk konsonan.


Hubungan antarpenghambat dalam mengucapkan semivokal
adalah renggang terbentang atau renggang lebar. Bedasarkan
hambatannya, ada dua jenis semivokal sebagai berikut :
1. Semivokal Bilabial, semivokal ini terjadi jika artikulator
aktifnya bibir bawah dan artikulator pasif adalah bibir atas.
Bunyi yang dihasilkan adalah bunyi (W)
2. Semivokal Medio-palatal, semivokal ini terjadi jika
artikulator aktifnya tengah lidah dan artikulator pasifnya
langit-langit keras. Bunyi yang dihasilkan (Y).

Bunyi Vokal Diftong

Diftong adalah vokal yang berubah kualitasnya. Dalam sistem


tulisan diftong biasa dilambangkan oleh dua huruf vokal. Kedua
huruf vokal itu tidak dapat dipisahkan.

Bunyi/aw/pada kata “harimau” adalah diftong, sehingga


<au> pada suku kata “-mau” tidak dapat dipisahkan menjadi
“ma.u” seperti pada kata mau. Demikian pula halnya dengan
deretan huruf vokal <ai> pada kata “sungai”. Deretan huruf vokal
itu melambangkan bunyi diftong/ay/yang merupakan inti suku
kata “-ngai”.

Diftong berbeda dari deretan vokal. Tiap-tiap vokal pada


deretan vokal mendapat hembusan nafas yang sama atau hampir
sama; kedua vokal itu termasuk kedalam dua suku kata yang
berbeda. Bunyi /aw/ dan /ay/ pada kata “daun” dan “main”
bukanlah diftong, karena baik [a] maupun [u] atau [i] masing-
masing mendapat aksen yang (hampir) sama dan membentuk
suku kata tersendiri.

Diftong adalah bunyi vokal rangkap yang tergolong menjadi


satu suku kata. Ciri diftong ialah waktu diucapkannya bunyi
bahasa posisi lidah yang satu dengan yang lainnya saling berbeda.
Perbedaan itu menyangkut tinggi rendahnya lidah, bagian lidah
yang bergerak, serta strukturnya.

Terkadang bunyi vokal dalam kebanyakan bahasa itu terdapat


monoftong juga terkadang diftong dalam bahasa inggris bunyi
vokal diftong dapat kita ketahui. Contohnya seperti far dan vokal
diftong seperti fair.

Adapun dalam bahasa indonesia dapat kita jumpai seperti


contoh nak dan vokal diftong contohnya naik.

Dalam bahasa arab seluruh ulama ahli aswat bersepakat


َ ‫جل‬. ََ
terhadap adanya bunyi vokal monoftong seperti ‫س – ضرب‬
Berdasarkan perbedaanya itulah maka diftong
diklasifikasikan menjadi :

1. Diftong Naik
Adalah vokal yang kedua diucapkannya dengan posisi
lidah lebih tinggi dari yang pertama. Posisi lidah semakin
naik sehingga strukturnya semakin tertutup. Berdasarkan
posisi diatas diftong naik disebut juga sebagai diftong
tertutup. Dalam bahasa Indonesia ada tiga jenis diftong naik :

a. Diftong naik menutup maju (ai) misalnya dalam kata


pakai, lalai, nilai, sampai, pandai, dll.
b. Diftong naik menutup maju (oi) misalnya pada kata
amboi, angin sepoi-sepoi, dll/
c. Diftong naik menutup mundur (au) misalnya pada kata
saudar, saudagar, pulau, kacau, surau, dll.

Dalam bahasa Semende memiliki empat jenis diftong naik,


yaitu :

a. Diftong nak-menutup-maju [ai]


b. Diftong naik-menutup-maju [oi]
c. Diftong naik-menutup-mundur [aU]
d. Difong naik-menutup-maju [ui] (Diftong naik bahasa
Jawa)

2. Diftong Turun
Karena posisi bunyi pertama lebih tinggi dari bunyi
kedua. Dalam bahasa Indonesia tidak ada diftong turun.
Dalam bahasa inggris ada dua jenis diftong turun, yaitu :

a. Diftong turun membuka-memusat (ue) dalam kata poor


b. Diftong turun membuka memusat (ie) dalam kata ear

Diftong turun dalam bahasa Semende terdapat diftong


turun-membuka-mundur [UI]. Diftong turun bahasa Jawa
terdapat empat jenis :

a. Diftong turun-membuka-maju [ua]


b. Diftong turun-membuka-maju [ue]
c. Diftong tuun-membuka-mundur [uc]

3. Diftong memusat
Yaitu terjadi jika vokal kedua diacu oleh sebuah atau
lebih vokal yang lebih tinggi, dan juga diacu oleh sebuah atau
lebih vokal yang rendah.

Diftong jenis ini terdapat didalam bahasa inggris, seperti


(oa) contohnya kata more yang secara fonetis diucapkan
dengan (moa)

Adapun dalam bunyi vokal diftong mereka berbeda pendapat,


bahwasanya dalam bahasa arab juga terdapat bunyi vokal diftong
seperti contoh dalam lafadz ‫ون‬Q‫ون – ب‬Q‫(موت – ل‬aw), juga dalam
lafadz ‫ل – بيت – ليت‬QQQ‫ ( مي‬ay).Dan sebagian ulama ahli aswat
berpendapat dan pendapat mereka jelas, kuat, dan lebih utama.
Bahwasanya dalam bahasa arab tidak terdapat bunyi diftong,
karena vokal diftong yaitu vokal yang merupakan satu kesatuan
yang terdiri dari dua harokat. Adapun dalam kalimat tadi
bukanlah satu kesatuan, akan tetapi dua vokal. Yang pertama
berharakat dan yang kedua sukun. ( fathah + wawu dalam lafadz
mautun, launun, baunun, dan fathah ditambah ya dalam lafadz
mailun, laitun, baitun.

Wawu dan ya terkadang keduanya berharakat dan juga


terkadang mati. Maka dari itu ulama ahli ashwat menamainya
dengan semi vokal. Adapun wawu dan ya, keduanya menjadi
konsonn ketika dalam konteks berikut ini. (Basyar, 2000 M : 167,
168, 222 )

ُ َ -‫َ)و َج َد‬
1. Jika wawu dan ya terletak di awal kalimat ( ‫ي ِجد‬

2. Jika wawu dan ya tersebut di ikuti oleh hakat apapun -‫ِح َوار‬
َ
‫ قيام‬-‫))ز ِاوية – تعاون‬
3. Jika wawu dan ya tersebut mati setelah fathah (‫)موت – بيت‬

Selain diftong, dalam bunyi vokal adapula yang dinamakan


monoftong yang artinya ialah bunyi vokal tunggal yang terbentuk
dengan kualitas alat bicara (lidah) tidak berubah dari awal hingga
akhir artikulasinya dalam sebuah suku kata (cf. Kridalaksana
1982:109). Secara praktis monoftong atau vokal tunggal biasanya
hanya disebut dengan istilah vokal tunggal, sedangkan diftong
adalah vokal rangkap. Yang jelas berbeda dengan kluster yang
merupakan gugus kontoid yang berfungsi sebagai
onset/koda/diftory adalah gugus kontoid/vokoid rangkap, yang
berfungsi sebagi puncak, artinya dua vokoid ini terdapat dalam
satu silaba.

Ditinjau dari tingkat sonoritasnya, dalam ucapan, vokoid


pertama lebih nyaring daripada vokoid kedua, seolah ada
peluncuran bunyi dari vokoid pertama ke vokoid kedua. Dari segi
silaba yang membedakan antara diftong denga rangkaian vokoid
adalah bahwa bila dua vokoid itu terdapat dua silaba berurutan,
namun terpisah maka masing-masing vokoid adalah bunyi
tunggal, atau monoftoy. Dalam hal vokoid rangkap itu berjumlah
3 buah disebut doftorfy.

Untuk membedakan antara diftong dan rangkaian vokoid,


cermatilah pernyataan berikut :

1. [ai] pada “pakaian baru” secara fonetis persukuannya adalah [


pa-kai-an ], [ai] terdapai satu silaba, jadi berstatus sebagai
diftory.
2. [ai] pada “kain songket” [ai] terdapat dalam dua silaba, yang
secara fonetis persukuannya adalah [ka-in], jadi [a] dan [i],
merupakan ranfkaian vokoid, atau masing-masing sebagai
monoftong.

Fungsi Vokal dalam Sebuah Bahasa ( Linguistik)

Vokal mempunyai fungsi sebagai perubah makna kalimat


atau perbeaan suara yang mengakibatkan pebedaan pada makna,
seperti yang akan dijelaskan berikut:

1. “ ‫ “حلم‬dengan mendomahkan ha’ tersebut akan berbeda

maknanya ketika ha’ nya dikasrahkan. Serta lafadz “‫“ حمل‬


dengan memfathahkan mimnya akan berbda ketika mim nya
dikasrah.
2. Lafadz “‫ “ بر‬dengan megkasrahkan ba’ nya akan berbeda
maknanya ketika ba’ nya difathahkan atau didomahkan.
3. Lafadz “‫ “ مطر‬dengan memfathah pendekkan tha’ nya akan
berbeda maknanya ketika tha’ nya difathah panjangkan. Sama
berbedanya denga lafadz “‫“ قتل‬ dengan memfathah
pendekkan qof dengan memfathah panjangkan qof trsebut.
4. Lafadz “ ‫ “ق ال‬dengan memfathah panjangkan qof nya akan
berbeda maknanya ketika qof nya dikasrah panjang.

Maka dari itu vokal merupakan bagian fonem yang menjadi


satuan terkecil dalam linguistik yang tidak memiliki makna akan
tetapi mampu merubah makna atau menjadi pembeda makna
dalam sebuah kalimat. Dapat kita perhatikan dalam contoh
pertama, bahwasannya dommah dalam lafadz “ ‫ “حلم‬dan kasrah
dalam lafaz “ ‫ “حلم‬keduanya memiliki makkna yang berbeda.

Sama halnya dengan fathah dalam lafadz “‫“ حمل‬ dan kasrah

dalam lafadz “‫ “ حمل‬keduanya mempunyai makna yang bebeda.

Maka dalam hal ini, kita mesti hati-hati bahwasannya vokal


yang berperan diwilayah fonem terdapat 6 dasar bunyi ( fathah
pendek, fathah panjang, kasrah pendek, kasrah panjang, domah
pendek, dan domah panjang). Adapun vokal dilihat dari segi tipis,
tebal dan sedangnya, bukan merupakan tugas fonem , karena
tidak menjadi pembeda makna diantara kalimat. Berbeda antara
lafadz “ ‫ “ ط ال‬, “‫ “ب ال‬, dan “‫”ق ال‬, perbedaan tersebut bukan di
sebabakan harokat yang terdapat dalam kalimat tersebut (fathah
panjang tipis dalam lafadz “‫ ”ب ال‬, fathah panjang tebal daam

lafadz”‫”ط ال‬, dan fathah panjang sedang dalam lafadz “‫)”ق ال‬,
akan tetapi perbedaan tersebut di sebabkan karena perbedaan
vokal yang terdapat dalam kalimat tersebut ( [‫ ]ب‬lafadz “,”‫ب ال‬
]‫[ط‬ lafadz “‫”ط ال‬, dan [‫]ق‬ lafadz “‫)”ق ال‬, begitu juga berbeda
diantar kalimat “‫”صم‬,”‫”دم‬, dan “‫”قم‬, bukan disebabkan prbedaan
harokat akan tetapi disebabkan perbedaan vokal dalam kalimat
tersebut (domah pendek tipis lafadz “‫”دم‬, dommah tebal lafdz “
‫”صم‬, dan dommah sedang lafadz “‫)”قم‬.

Begitu juga perlu diperhatikan bahwasanya bunyi vokal


dalam konteks nahwu ( gramer) yang baku, itu mengeluarkan
fungsi fonem untuk melangsungkannya fungsi dari morfin. Jika
vokal berfonem tidak membawa dan merubah makna, itu
dikarenakan adanya morfhin yang membawanya pada makna
yang telah lain yang telah ditentukan. Seperti dalam kata kerja
(‫كتبت‬ ُ
(fiil) berikut ini ِ ‫ كتبت‬,‫( كتبت‬, maka makna dari kata
tersebut berbeda secara grammer karena perbedaanya harkat
yang terkandungnya sehingga membawanya pada makna lain
yang berbeda. Adapun dhomah menunjukan pada(‫املف رد‬ ‫املتكلم‬
‫ )املذكر‬, dan pada menunjukan pada (‫) املخطب املفرد املذكر‬, dan
kasrah menunjuka pada (‫املفرد املؤنث‬ ‫)املخطب‬.

BAB VII
‫املقطع‬
(SUKU KATA)
Oleh : Muhammad Fakhri Naufal

Pengertian Syllable / Suku Kata

Kata adalah kumpulan dari bunyi ujaran yang mengandung


arti. Didalam Bahasa tulis kata di sebut ssebagai susunan huruf-
huruf yang mengandung arti dan sangat jelas.

Dalam Fonologi atau ilmu aswat Linguistik memiliki


peranan yang sangat penting . menurut artinya Linguistik adalah
ilmu yang menelaah keuniversalan bahasa atau telaah tentang
asas-asas umum yang berlaku pada bahasa secara universal. Salah
satu prinsip dasar linguistik yaitu bahasa adalah vocal, dimana
hanya ujaran sajalah yang mengandung segala tanda utama suatu
bahasa.6
6
https://emperordeva.wordpress.com/about/linguistik-suku-kata/
Fonologi atau ilmu aswat adalah cabang linguistik yang
salah satunya mempelajari tentang bagaimana seluk beluk suku
kata. Suku kata bisa dihitung dengan melihat jumlah bunyi vokal
yang ada dalam kata itu.7 Suku kata jika bergabung maka akan
membentuk kata yang nantinya memiliki makna sendiri, sehingga
akan sempurnalah sebuah bahasa itu.8

Dalam Bahasa Indonesia suku kata ditandai oleh sebuah


vocal, vocal tersebut dapat berdiri sendiri atau diikuti maupun
didahului oleh konsonan 9

Setiap kata yang kita ucapkan pada umunya dibangun oleh


bunyi-bunyi bahasa, baik berupa bunyi vokal konsonan maupun
berupa bunyi semi konsonan. Kata yang dibangun tadi dapat
terdiri atas satu segmen atau lebih. Di dalam kajian fonologi
segmen tersebut disebut suku.
Suku kata merupakan bagian atau unsur pembentuk suku
kata. Setiap suku paling tidak harus terdiri atas sebuah bunyi
vokal atau merupakan gabungan antara bunyi vokal dan
konsonan.

Bunyi vokal di dalam sebuah suku kata merupakan puncak


penyaringan atau sonority, sedangkan bunyi konsonan bertindak
sebagai lembah suku. Di dalam sebuah suku hanya ada sebuah
puncak suku dan puncak ini di tandai dengan bunyi vokal.
Lembah suku yang di tandai dengan bunyi konsonan bisa lebih
dari satu jumlahnya. Bunyi konsonan yang berada di depan bunyi
vokal disebut tumpu suku, sedangkan bunyi konsonan yang
berada di belakang bunyi vokal disebut koda suku.

Jumlah suku di dalam sebuah kata dapat dihitung dengan


melihat jumlah bunyi vokal yang ada dalam kata itu. Dengan
7
http://komba2008.blogspot.com/2009/11/fonologi.html/
8
Chaer Abdul. 2013. Fonologi bahasa Indonesia, cet.2. Rineka Cipta. Jakarta
9
http://musaparasidiaca.blogspot.com/2017/01/suku-kata-dan-kaidah-
pemisahan-suku.html
demikian, jika ada kata yang berisi 3 buah bunyi vokal, maka
dapat ditentukan bahwa kata itu terdiri atas 3 suku kata saja.
Misalnya, kata teler [ tElEr] adalah kata yang terdiri atas dua
suku yaitu [tE] dan [lEr]. Masing-masing suku berisi sebuah
bunyi vokal, yaitu bunyi [ E ]. Misalnya, kata teler [ tElEr] adalah
kata yang terdiri atas dua suku yaitu [tE] dan [lEr]. Masing-
masing suku berisi sebuah bunyi vokal, yaitu bunyi [ E ].10

Dalam penguraian kata atas suku-sukunya ada beberapa hal


yang mesti diperhtikan, antara lain :

1. Jika sebuah konsonan diapit dua vokal maka konsonan


tersebut ikut vokal dibelakangnya.
Contoh : Ibu menjadi I – bu.

2. Awalan dan akhiran harus dituliskan tercerai dari kata


dasarnya.
Contoh : Pelaksanaan, menjadi Pe – lak – sa – na – an
3. Jika dua konsonan diapit dua vokal, maka kedua vokal
tersebut harus diceraikan.
Contoh :
a). Anda, menjadi An – da
b). Bantu, menjadi Ban – tu

Suku kata disebut juga silabel adalah satuan ritmis terkecil


dalam suatu arus ujaran atau runtutan bunyi ujaran. Satu silabel
biasanya meliputi satu vokal dan satu konsonan atau lebih.
Silabel mempunyai puncak kenyaringan (sonoritas) yang utuh
pada vokal. (Chaer, 1994 : 123) Hal ini terjadi karena adanya
ruang resonansi berupa rongga mulut, rongga hidung atau
rongga-rongga lain di kepala dan dada.11

10
http://dzerieskuira.blogspot.com/2016/04/makalah-fonologi-ejaansilabel-
dan.html
11
http://ikesuryaning.blogspot.com/2014/04/makalah-silaba.html
Bunyi yang paling banyak menggunakan ruang resonansi
adalah bunyi vokal. Karena itu, puncak silabis adalah bunyi
vokal. Namun ada kalanya konsonan, baik bersuara maupun tidak
yang tidak mempunyai kemungkinan untuk menjadi puncak
silabis.

Contohnya kata [dan]. Kata itu terjadi dari bunyi [d], bunyi
[a], dan bunyi [n] adalah bunyi konsonan, sedangkan bunyi [a]
adalah bunyi vocal. Bunyi [a] pada kata [dan] itu menjadi puncak
silabis dan puncak kenyaringan.

Syllable atau suku kata sudah lama dikenal, terutama dalam


kaitanya dengan sistem penulisan. Sebelum alfabet lahir, sistem
penulisan didasarkan atas suku kata ini, yang disebut tulisan
silabari. Walaupun suku kata ini sudah didasari oleh penutur,
tetapi dalam praktiknya sering terjadi kesimpangsiuran, terutama
ketika dihadapkan pada penulisan. Hal ini karena adanya
perbedaan orientasi tentang suku kata ini.

Suku kata adalah suatu fonem atau lebih yang ditandai oleh
satu puncak kenyaringan fonem yang terletak pada vokal.
(Zainuddin, 1992 : 14)

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, suku kata adalah


struktur yang terjadi dari satu atau urutan fonem yang merupakan
bagian kata. Setiap suku kata ditandai dengan sebuah vokal
(termasuk diftong).Suku kata berarti struktur yang terjadi dari
satu atau urutan fonem yang merupakan konstituen kata.

Suku kata adalah suatu ucapan terkecil yang bisa


membentuk suatu ucapan kata, yang merupakan hasil dari satu
kali gerak buka mulut. Suku kata ini terdiri dari huruf vokal dan
huruf konsonan sebagai unsur pokoknya. (Tjandra : 2004)12

12
http://www.definisimenurutparaahli.com/pengertian-suku-kata-dan-
contohnya/
Suku kata atau silabel (bahasa Yunani : συλλαβή sullabē)
adalah unit pembentuk kata yang tersusun dari satu fonem atau
urutan fonem. Sebagai contoh, kata kamus terdiri dari dua suku
kata : ka dan mus. Silabel juga sering dianggap sebagai unit
pembangun fonologis kata karena dapat memengaruhi ritme sutu
kata.13

Suku kata adalah bagian kata yang diucapkan dalam satu


hembusan nafas dan umumnya terdiri dari beberapa fonem atau
suku kata adalah unsur pembentuk kata dimana bunyi vocal
berfungsi sebagai puncak suku dari bunyi konsonan sebagai
lembah suku. Seperti kata datang diucapkan dengan dua
hembusan nafas yaitu da dan tang,sehingga datang terdiri dari dua
suku kata. Setiap suku kata paling tidak harus terdiri dari sebuah
bunyi vocal atau gabungan bunyi vocal dan konsonan.

Ada beberapa istilah yang ada dalam suku kata,antara lain :

1. Puncak suku yaitu bunyi vocal yang menjadi inti suku kata.


2. Lembah suku yaitu bunyi konsonan dalam suku kata dimana
jumlahnya bisa lebih dari satu.
3. Tumpu suku yaitu bunyi konsonan yang berada didepan bunyi
vocal.
4. Koda suku yaitu bunyi konsonan yang terletak dibelakang
bunyi vocal.
5. Suku buka yaitu suku kata yang berakhir dengan vocal(K)V.
6. Suku tutup yaitu suku kata yang berakhir dengan
konsonan(K)VK.14

Suku kata‫المقطع‬  adalah setiap bagian yang terucap dari


setiap bagian kalimat inti yang keluar atas penolakan dari pita
suara ketika diucapkan oleh diri sendiri atau suatu kenyaringan
13
https://id.wikipedia.org/wiki/Suku_kata

14
http://iqbalyulianto.blogspot.com/2008/12/suku-kata.html
bunyi yang diikuti dengan satuan denyutan dada yang
menyebabkan udara keluar dari paru-paru.  contoh putusan
ُ ‫ ا ِطب‬Q‫ َخ‬   yang terbagi menjadi 3 potongan. potongan
kalimat ‫ْت‬
yang pertama mutlak panjang ‫ خَ ا‬ yang kedua  ْ‫طب‬
ِ  yang ketiga
ُ .
mutlak pendek ‫ت‬

Kata itu bukan unit bahasa terkecil, karena terdiri dari unit-
unit yang lain yang lebih kecil, bahkan lebih kecil ukurannya,
dintaranya unit-unit bunyi yang diucapkan (syllble / suku kata)
Suku kata adalah unit-unit bunyi yang tidak terlepas darinya yaitu
kata yang diucapkan. Kata-kata tersebut terbagi menjadi dua
macam, yaitu :

1. Kata yang terdiri dari satu suku kata (Monosyllabic) dan


dalam KBBI monosyllabic berarti bersuku satu.15
Contoh : ‫ عَن‬,‫ ِمن‬,‫َمن‬

2. Kata yang terdiri dari beberapa suku kata (Polysyllabic)


Contoh :
‫ ة‬+ ‫ س‬+ ‫ جل‬,) ‫ تم ( جالستم‬+ ‫ لس‬+ ‫جا‬, )‫ س ( جلس‬+ ‫ ل‬+ ‫ج‬
( ‫ )جلسة‬,)‫ س (مجلس‬+ ‫ ل‬+ ‫مج‬

Jadi, pengertian suku kata adalah unit bunyi terkecil yang


dapat dituturkan, dimana pembicara dapat berpindah dari
penggalan tersebut ke bagian kalimat yang lain.16

Gagasan syllable/suku kata didasarkan pada dua fenomena


bunyi yang muncul ketika diucapkan dalam bunyi bahasa, yaitu
(Muslih, 2011 : 73) :

15
https://www.apaarti.com/monosyllabic.html
16
https://www.apaarti.com/suku-kata.html
1. Ketika bunyi yang halus diucapkan pada sebuah kata yang
terdapat bunyi-bunyi tertentu yang terlihat jelas dan
menghasilkan puncak kenyaringan bunyi.adanya puncak
kenyaringan ini orang yang melafalkan terhadap bunyi ini
akan merasakan debaran dalam dada. Maka dari itu ketika
udara dari paru-paru terdorong maka udara tersebut pasti akan
menemukan jalan untuk keluar .dari peristiwa ini timbulah
puncak kenyaringan yang diikuti “Debaran dada” dan hal ini
dinamakan suku kata.

2. Ketika suku kata diucapkan dalam kata yang memperhatikan


jeda sebelum dan sesudah setiap suku kata atau terdapat jeda
yang merinci diantara beberapa suku kata dalam kata tersebut,
maka harus diberi tanda (+) diantara beberapa suku kata
dalam kata tersebut.

Diantara bunyi-bunyi yang terdiri dari suku kata yang


dianggap vokal ialah Inti Suku Kata (Neucleus/nuklus) atau
terdapat Puncak Kenyaringan (Sonority). Yang dimaksud ini
bahwa setiap suku kata harus terdiri dari satu vokal (baik pendek
maupun panjang) dan satu konsonan atau beberapa konsonan
yang mendahuluinya atau mengikutinya maupun yang
mendahuluinya dan mengikutinya. Dapat dirumuskan dengan
jelas :

(C) V (C) / (‫ح (ص) )ص‬

1. Vokal (V) /(‫ )ح‬harus ada pada setiap suku kata, yaitu
mewakili inti suku kata (Neucleus/nuklus) yang ada pada
setiap suku kata. Pada setiap suku kata terdapat satu vokal
saja baik vokal pendek (fathah, kasroh, dhommah) maupun
vokal panjang (fathah panjang, kasroh panjang, dhommah
panjang).

2. Konsonan (C) / (‫)ص‬berada pada suku kata yang tidak tetap.


Konsonan dianggap margin dalam sebuah suku kata.
Terkadang ia berada sebelum dan sesudah inti suku kata
(Neucleus/nuklus) dan terkadang berada sebelum inti suku
kata (Neucleus/nuklus) saja. Konsonan yang terletak sebelum
inti suku kata (Neucleus/nuklus) disebut Margin Pertama
(Onset), dan konsonan yang terletak sesudah inti suku kata
(Neucleus/nuklus) disebut Margin Kedua (Coda/koda).
Jumlah onset dan koda dalam berbagai macam bahasa rentang
antara 0 sampai 3. Dalam Bahasa Inggris, terkadang onset
terdiri dari tiga konsonan seperti pada kata Strategi dan
Skripsi, dan terkadang koda terdiri dari tiga konsonan seperti
pada kata Night dan Flight.

Secara sederhana dapat dikatakan bahwa terdapat


suku kata, yaitu vokal dan konsonan. Vokal merupakan suara
yang dihasilkan dalam rongga yang dibentuk oleh bagian atas
saluran pernafasan. Konsonan adalah bunyi yang kurang dapat
ditangkap tanpa ada dukungan vokal pendahuluan yang
sesudahnya. Vokal lebih terdengar daripada konsonan, hal itu
berrati bahwa setiap suku kata berkaitan dengan puncak lengkung
keterdengaran.17

Dalam Bahasa Arab (kedudukan mayoritas berbagai


bahasa), suku kata terdiri dari satu vokal baik vokal pendek
(fathah, kasroh, dhommah) maupun vokal panjang (fathah
panjang, kasroh panjang, dhommah panjang). Setiap vokal
didahului oleh konsonan dan tidak ada vokal yang terletak diawal
suku kata atau yang dimaksudkan adalah tidak ditemukan suku
kata dalam bahasa arab yang diawali vokal. Adapun yang sesuai
dengan margin itu termasuk fitur-fitur suku kata dalam bahasa
arab bahwa onset tidak menambah bunyi satu konsonan dan koda
tidak menambah dua bunyi konsonan.

Sebagaimana dijelaskan dalam tabel dibawah ini :

17
Muslich, Masnur. 2012. Tinjauan Deskriptif Sistem Bunyi Bahasa Indonesia.
Bumi Aksara. Jakarta.
Suku Kata Bentuk Onset Nuklus Koda
‫ك‬
َ Pada ‫َب‬ َ ‫َكت‬ CV ‫ك‬ Fathah -
ْ
‫ك‬QQQQQQQQQَ ‫ ت‬Pada CVC ‫ت‬ Fathah -
ُ‫تَ ْكتُب‬
‫ َكا‬Pada ‫كاتب‬ CVV ‫ك‬ Fathah panjang ‫ك‬
‫ِميم‬ Pada C V V C ‫م‬ Kasroh ‫م‬
Panjang
‫حميم‬
‫قَلب‬ CVCC ‫ق‬ Fathah ‫ب‬/‫ل‬
ketika
diwaqafkan
‫ضار‬
َ C V V C ‫ض‬ Fathah panjang ‫ر‬/‫ر‬
ketika C
diwaqafkan

Teori Tentang Syllable / Suku Kata

Untuk memahami tentang syllable, para linguis atau fonetisi


berdasarkan pada dua teori, yaitu : teori sonoritas dan teori
prominans.

1. Teori Sonoritas
Teori sonoritas menjelaskan bahwa suatu rangkaian
bunyi bahasa yang diucapkan oleh penutur selalu terdapat
puncak-puncak kenyaringan (sonoritas) diantara bunyi-bunyi
yang diucapkan. Puncak kenyaringan ini ditandai dengan
denyutan dada yang menyebabkan paru-paru mendorong
udara keluar. Satuan kenyaringan bunyi yang diikuti dengan
satuan denyut dada yang menyebabkan udara keluar dari
paru-paru inilah yang disebut satuan silaba atau suku kata.
Misalnya, ucapan kata bahasa Indonesia [mendaki ] terdiri
atas tiga puncak kenyaringan yang ditandai dengan tiga
denyutan dada ketika kata itu diucapkan. Puncak kenyaringan
itu adalah [e] pada [men], [a] pada [da], dan [i] pada [ki].

Dengan demikian, kata [mendaki] mempunyai tiga suku


kata.
a. Suku kata pertama berupa bunyi sonor [e] yang didahului
kontoid [m] dan diikuti kontoid [n];
b. Suku kata kedua berupa bunyi sonor [a]  yang didahului
kontoid [d]; dan
c. Suku kata ketiga berupa bunyi sonor [i] yang didahului
kontoid [k].

2. Teori Prominans
Teori prominans menitik beratkan pada gabungan
sonoritas dan ciri-ciri suprasegmental, terutama jeda
(juncture). Ketika rangkaian bunyi itu diucapkan, selain
terdengar satuan kenyaringan bunyi, juga terasa adanya jeda
diantaranya, yaitu kesenyapan sebelum dan sesudah puncak
kenyaringan. Atas anjuran teori ini, batas diantara bunyi-
bunyi puncak itu diberi tanda  tambah [+]. Jadi, kata
[mendaki] ditranskripsikan menjadi [men+da+ki]. Ini berarti,
kata tersebut terdiri atas tiga suku kata. Dan dari sinilah
silabisasi bisa diterapkan secara fonetis.

Macam-Macam Syllable / Suku Kata

Dalam prakteknya lebih lanjut, persoalaan penyukuan atau


silabisasi bisa dibedakan menjadi tiga, yaitu (1) silabisasi fonetis,
(2) silabisasi fonemis, dan (3) silabisasi morfologis.

1. Silabisasi fonetis adalah penyukuan kata yang didasarkan


pada realitas pengucapan yang ditandai oleh satuan hembusan
nafas dan satuan bunyi sonor.
2. Silabisasi fonemis adalah penyukuan kata yang didasarkan
pada struktur fonem bahasa yang bersangkutan.
3. Sedangkan silabisasi morfologis adalah penyukuan kata yang
memperhatikan proses morfologis ketika kata itu dibentuk.

Sebagai perbandingan, perhatikan hasil silabisasi secara


fonetis, silabisasi secara fonemis, dan silabisasi secara morfologis
pada kata-kata bahasa Indonesia berikut.

Contoh Silabisasi Silabisasi Silabisasi


Kata Fonetis Fonemis Morfologi
Peruntukan pe+run+tu+kan pe+run+tu+kan /per+un+tuk+an/
Mengajar me+na+ajar me+na+jar /meng+a+jar/
Penguatan pe+nu+wa+tan pe+nu+a+tan /pe+ngu+at+an/
Konsentrasi kon+sen+tra+si kon+sen+tra+si /kon+sen+tra+si/
Kebimbangan ke+bim+ba+nan ke+bim+ba+nan /ke+bim+bang+an/

Berkaitan dengan penyukuan kata ini, sering dijumpai sebuah


bunyi yang ketika diucapkan dalam arus ujaran terdengar sebagai
koda dan sebagai onset sekaligus. Kata ilustrasi, misalnya, yang
diucapkan [ilustrasi], kalau disukukan berdasarkan syarat
sonoritas dan prominans terdiri atas empat suku kata,
[i+lus+stra+si]. Dari hasil penyukuan tersebut terlihat bahwa
bunyi [s] selain sebagai koda (bunyi akhir / penutup pada sebuah
bentuk)  pada suku kedua [lus] juga sebagai onset (bunyi awal
sebuah bentuk)  pada suku ketiga [stra]. Bunyi yang menduduki
posisi mendua ini oleh Charles F. Hockett disebut interlude.

Untuk kepentingan fonotaktik, fenomena interlude ini perlu


disikapi dengan jelas, sebab bunyi tersebut pada dasarnya
hanyalah satu bunyi, bukan dua bunyi. Dengan demikian,
posisinya pun harus jelas: sebagai koda atau sebagai onset. Untuk
itu, perlu ditambahkan persyaratan lain, yaitu
paralelisme. Dengan syarat paralelisme ini akan diketahui mana
yang lebih banyak distribusi bunyi [s] yang berposisi sebagai
koda dan yang berposisi sebagai onset. Dari hasil pengamatan
ternyata distribusi bunyi [s] yang berposisi sebagai koda lebih
banyak dari pada yang berposisi sebagai [onset] dalam kluster
[str]. Oleh karena itu, dengan memperhatikan paralelisme
tersebut, penyukuan [ilustrasi] adalah [i+lus+tra+si].18

Suku kata dari segi bunyi yang berhenti (bunyi akhir) terbagi
menjadi 2 macam, yaitu :

1. Suku kata terbuka ((‫ع المنفتح‬QQ‫ المقط‬yaitu suku kata yang


diakhiri oleh huruf vokal atau yang berhenti pada vokal
pendek atau panjang dan suku kata terbuka biasnya dala,
jumlah huruf yang genap. Pada vokal pendek seperti :(‫ر‬/‫د‬
‫ س‬/) pada ‫ درس‬, pada vokal panjang seperti : (‫ ال‬, ‫ ما‬, ‫)في‬
.
Konstruksi suku kata terbuka19
 CV+CV

2. Suku kata tertutup (‫)المقطع المنغلق‬adalah suku kata yang


diakhiri oleh huruf konsonan atau suku kata yang berhenti
pada satu huruf konsonan atau dua huruf konsonan dan suku
kata tertutup biasanya dalam jumlah huruf yang ganjil.
Berhenti pada satu huruf konsonan seperti :) (‫ لم‬،‫ َم ن‬،‫ ِم ن‬,
berhenti pada dua huruf konsonan seperti :
( ْ‫ قَ ْلب‬,‫ت‬
ْ ‫ َأ ْن‬,‫) بِ ْنت‬
Pola suku kata tertutup
 VC
 CVC
 CCVC
 VCC

18
Bachtiar Ahmad. Bahasa Indonesia Hukum. Jakarta : UIN JAKARTA PERSS
2016 cet.1
19
http://shng2011.blogspot.com/2011/12/suku-kata-terbuka-dan-suku-
kata.html
 CVCC
 CCVCC
 CCCVC

Suku kata ditinjau dari segi panjang dan pendeknya terbagi


menjadi 2 macam, yaitu
1. Suku kata pendek‫القصير‬ ‫ ) )المقطع‬yaitu yang berhenti pada
vokal pendek seperti ‫س‬
َ /‫ َر‬/ ‫( )د‬. Setiap suku kata pendek
harus terbuka.
2. Panjang (‫ ) المقطع الطويل‬yaitu yang berhenti pada vokal
panjang seperti ‫ فِي‬atau pada satu konsonan seperti (‫ ِم‬,‫ع ن‬
َ
‫)ن‬

Suku kata ditinjau dari segi tekanannya terbagi menjadi 2


macam, yaitu :

1. Suku kata yang ditekankan adalah yang menerima tekanan


utama dalam kata dengan demikian lebih jelas dan lebih
muncul suaranya dari sisa suku kata dalam sebuah kata. Dan
dalam satu kata hanya ada satu suku kata yang ditekankan.
Pada kata ‫ استغفر‬bagian suku kata yang kedua (‫ )تغ‬suku kata
yang ditekankan satu.

2. Suku kata yang tidak ditekankan adalah yang menerima


tekanan tidak utama, dan menjadi sedikit jelas dan lebih
lemah suaranya dari suku kata yang ditekankan dan dia
mewakili dalam seluruh suku kata kecuali suku kata yang
ditekankan. Pada kata ‫ اسغفر‬bagian suku kata yang pertama (
‫)اِس‬ yang ketiga ( َ‫)ف‬ yang keempat (‫)ر‬
َ suku kata yang
tidak ditekankan.

Suku kata dalam bahasa arab. Ada 6 yaitu:


َ ‫ر‬/َ ‫ نحو َ(د‬,‫ ح‬+ ‫ص‬.
1.  ‫س) و يسمى باملقطع القصير املفتوح‬/
‫‪.‬ص ‪ +‬ح ‪ +‬ص‪ ,‬نحو ِ(م ْن َ‪,‬ع ْن) ويسمى املقطع الطويل املغلق بحركة قصيرة ‪2. ‬‬
‫ْ َ‬
‫ص ‪ +‬ح ‪ +‬ص ‪ +‬ص‪ ,‬نحو ِ(بن ْت‪,‬ش ْع ْب = عند الوقف) ويسمى املقطع املديد ‪3. ‬‬
‫‪.‬املقفل بصامتين‬
‫‪.‬ص ‪ +‬ح ح‪ ,‬نحو (في) ويسمى مقطعا مطلقا طويال مفتوحا ‪4. ‬‬
‫اب) ويسمى مقطعا مديدا مقفال بصامت ‪5. ‬‬ ‫‪.‬ص ‪ +‬ح ح ‪ +‬ص ‪ +‬ص‪ ,‬نحو َ(ب َ‬

‫‪.‬ص ‪ +‬ح ح ‪ +‬ص‪ ,‬نحو َ(ر َّاد) ويسمى مقطعا مديدا مقفال بصامتين ‪6. ‬‬

‫س‪1. C V , seperti ‬‬‫المقط‪QQQ‬ع القص‪QQQ‬ير‪  dinamakan ‬دَ‪َ /‬ر‪َ /‬‬


‫المفتوح‬
‫المقط‪QQ‬ع الطوي‪QQ‬ل‪ِ   dinamakan ‬م ْن‪ ,‬ع َْن‪2. C V C , seperti ‬‬
‫المغلق بحركة قصيرة‬
‫ت‪3. C V C C , seperti ‬‬ ‫‪  = ketika waqaf dan‬بِ ْن ْ‬
‫المقطع المديد المقفل بصامتين‪dinamakan ‬‬
‫مقطع‪QQ‬ا مطلق‪QQ‬ا ط‪QQ‬ويال‪  dinamakan ‬فِ ْي‪4. C V V , seperti ‬‬
‫مفتوحا‬
‫مقطع‪QQ‬ا مدي‪QQ‬دا مقفال‪  dinamakan ‬بَابْ ‪5. C V V C , seperti ‬‬
‫بصامت‬
‫‪ ‬را ّد‪6. C V V C C , seperti ‬‬
‫مقطعا مديدا مقفال‪َ dinamakan ‬‬
‫بصامتين‬
‫‪Suku kata dalam bahsa arab mempunyai karakteristik‬‬
‫‪diantaranya dalam kaliamt paling banyak terdiri dari 7 suku kata‬‬
‫سيَ ْكفِ ْي َكهُ ُم ‪seperti dalam kalimat‬‬
‫ي‪ suku katanya adalah /‬فَ َ‬
‫َ‬ ‫س‪/‬‬
‫فَ ‪َ /‬‬
‫ْك‪ /‬فِ ْي‪ /‬كَ‪ /‬هُ‪ُ /‬م‬‫‪20‬‬

‫‪20‬‬
‫‪http://impiankuazhar.blogspot.com/2013/10/suku-kata-dalam-bahasa-‬‬
‫‪arab.html‬‬
Karakteristik Suku Kata dalam Bahasa Arab

Para peneliti pada bidang / ahli aswat bahasa Arab kepada


kelompok dari karakteristik umum untuk suku kata bahasa arab,
diantaranya sebagai berikut :

1. Suku kata bahas arab terdiri paling sedikit dari dua unit bunyi
konsonan dan vokal (C V) dan paling banyak terdiri dari lima
unit bunyi (CVVCC)
2. Suku kata bahasa arab tidak terlepas dari vokal.
3. Suku kata bahasa arab tidak diawali dengan vokal, seperti
yang ditemukan dalam bahasa inggris (art, ill, up ) dalam
bahasa indonesia (alam, ikan, ubi).
4. Suku kata dalam bahasa arab selalu diawali dengan konsonan
dan diikuti dengan vokal.
5. Suku kata bahasa arab tidak diawali dua konsonan yang
berurutan seperti yang ditemukan dalam bahasa inggris
(street, practice), atau dalam bahasa indonesia (praktek), atau
dalam bahasa jawa (mlaku). Jelas sesuatu menujukkan
ketidakadaan posisi dua konsonan pada permulaan kata-kata
bahasa arab yaitu adanya hamzah washol di permulaan kata
kerja perintah seperti (‫ )اجلس‬pengganti dari ( ‫ )جلِس‬.
6. Suku kata dalam bahasa arab tidak diakhiri dengan dua bunyi
konsonan kecuali dalam keadaan waqof atau pengabaian
bunyi akhir kata.
7. Suku kata bahasa arab terkadang terdiri dari dua vokal yang
berurutan.21
8. Kebanyakan kadang-kadang berhenti pada suara yang mati
dan setidaknya berurutan dengan suku kata yang berharakat.
9. Selalu diawali dengan huruf konsonan dan yang kedua huruf
vokal dan tidak diawali dengan dua huruf konsonan yang
berurutan seperti dalam bahasa Inggris Street, Practice, atau
dalam bahasa Indonesia Praktek. Tidk ada huruf konsonan
diawal kalimat Arab yaitu diadakannya hamzah washal
diawal fiil amr,seperti ْ‫ ِإ ْذهَب‬pengganti dari ‫َب‬
َ ‫ َذه‬.
21
Basuki, Thomas Anung. AnungFinal.pdf.
10. Paling sedikit terbentuk dari dua bunyi (vokal dan konsonan)
dan tidak hanya dari satu bunyi saja.
11. Tidak adanya dua huruf vokal yang berurutan. Jika ada maka
vokal yang pertama diringkas, sepertri ‫يَ َرى‬ ketika menjadi
jamak menjadi َ‫ يَ َروْ ن‬.
Suku kata dalam fitur-fitur ini terkadang terdaftar dalam kata
dalam jumlah paling sedikitnya yaitu satu suku kata yang disebut
dengan “satu kata”, dan terkadang juga terdaftar dalam jumlah
paling banyaknya yaitu tujuh suku kata yang disebut dengan
“tujuh suku kata”.

1. Adapun satu suku seperti :‫ضا‬ , ‫ ب ر‬,‫ دين‬,‫ لم‬,‫ال‬.


2. َ ‫فَ َس‬
Adapun tujuh suku kata seperti : + َ‫ي كفِيكَ ه م" ” ( ف‬
)‫م‬+‫ه‬+‫ك‬ َ + ‫ فِي‬+ ‫ي ك‬ َ ‫س‬َ suku kata terbanyak dalam
bahasa arab dan tidak ditemukan kata yang terdiri dari
delapan suku kata atau lebih.

Dibawah ini kata-kata bahasa arab sesuai dengan jumlah suku


kata :

1. Kata bersuku kata satu seperti : ‫م‬ ‫ ق‬،‫ لم‬،‫ ال‬,‫ َمن‬،‫ ِمن‬،‫ في‬،‫ما‬
2. Kata bersuku kata dua seperti : ،‫ات‬QQ‫ م‬،‫ متى‬،‫ على‬،‫اد خل‬
‫اجلِس‬
3. Kata bersuku kata tiga seperti : ،‫ مس ِجد‬،‫ ق ات ََل‬،‫صابرون‬
‫ مستشفى‬،‫ مسل ٌم‬، ‫َم َس َح‬
4. Kata bersuku kata empat seperti : ‫مح‬ ،َ‫ اجتَهَد‬،ٌ‫ مكتبة‬،ٌ‫صة‬
َ َ‫خال‬
‫ استغفَا‬,ٌ‫ ك راسة‬،‫م ٌد‬
5. Kata bersuku kata lima seperti : ‫متشابها‬ ٌ
,‫مالحظات‬
6. ٌ
Kata bersuku kata enam seperti : ‫متشابهات‬ ,‫مالحظاتكم‬
7. َ ‫ فَ َس‬, ‫مالحظَاتهن‬
Kata bersuku kata tujuh seperti : ‫ي كفِي َكه‬

Simbol-Simbol Syllable / Suku Kata

Dalam analisis suku kata menggunakan simbol-simbol yang


merupakan lambang dari konsonan dan vokal yang merupakan
unsur dari kalimat tersebut. Pada umumnya analisis suku kata
menggunakan simbol (C) untuk konsonan dan (V) untuk vokal
latin, atau ‫ ص‬untuk konsonan dan ‫ ح‬untuk vokal dalam bahasa
Arab.

Analisis suku kata biasanya menggunakansimbol-simbol


sebagai berikut :
‫ = ص‬satu bunyi konsonan (C)
‫ = ص ص‬dua bunyi konsonan (CC)
‫ = ح‬satu vokal pendek (V)
‫ = ح ح‬dua vokal : ‫ ي‬, ‫ و‬, ‫( ا‬VV)22
Struktur dan Pola-pola dalam Suku Kata Bahasa
Indonesia dan Bahasa Arab

1. Struktur Suku Kata

Struktur suku kata adalahsusunan fonem yang menjadi


bagian kata. Suku kata dalam bahasa indnesia dapat terbagi
atas 11 bagian :

a. Satu vokal,
b. Satu vokal dan satu konsnan,
22
https://copiikhan.wordpress.com/2010/03/12/suku-kata-silabel/
c. Satu knsoonan dan satu vokal,
d. Satu konsonan, satu vookal, dan satu konsonan,
e. Dua konsonan, satu vokal,
f. Dua konsonan, satu vokal, dan satu konsonan,
g. Satu konsonan, satu vokal, dan dua konsonan
h. Tiga konsonan, dan satu vokal, atau
i. Tiga konsonan, satu vokal, dan dua konsonan
j. Dua konsonan, satuvokal, dan dua konsonan.serta
k. Satu konsonan, satu konsonan, satu vokal, dan tiga
konsonan.

Berikut contoh dari sebelas pada suku kata tersebut.


a. .V : a-jar, bu-a-ya, ju-a.
b. VC : as-bak, as-pal, ku-il
c. CV : wa-jib, per-wi-ra, bang-sa
d. CVC : sak-ti,ke, bang-ga-an, pa-sar
e. CCV : a-kro-bat, swa-da-ya, tak-si
f. CCVC : dras-tis, prak-tis, trak-tor
g. CVCCC : teks-til, kon-teks, tu-al,mo-dern
h. CCCV : stra-te-gi, stra-ta
i. CCCVC : struk-tur, in-struk-tur
j. .CCVCC : trans-por-ta-si
k. CVCCCC : korps23
2. Pola-Pola Suku Kata

Jika jumlah suku dan penentuan suku pada sebuah kata


dapat ditentukan, maka untuk mengetahui pola persukuannya
amat mudah. Pola persukuan diambil dengan merumuskan
setiap suku yang ada dalam kata. Bunyi vokal (disingkat : V)
dan bunyi konsonan (yang disingkat C) serta bunyi semi
konsonan (disingkat ½ C) akan menjadi rumusan pola setiap

23
Alwi, Hasan, dkk 1998. Tata Bahasa Baku Indonesia, edisi ketiga. Pusat
Bahasa dan Balai Pustaka. Jakarta.
http://tugasmorfologilanjut.blogspot.com/2012/02/struktur-suku-kata.html
suku. Bunyi semi konsonan di dalam pola persukuan
diberikan rumus ½ C, agar tidak menimbulkan kekaburan di
dalam perumusan.

Di dalam bahasa Indonesia ditemukan kata-kata yang


setiap sukunya bisa hanya berupa sebuah bunyi vokal, bunyi
vokal dengan bunyi semi konsonan, satu vokal dengan sebuah
bunyi semi konsonan, satu vokal dengan sebuah bunyi
konsonan, dan sebuah vokal dengan dua buah bunyi
konsonan. Berdasarkan ketentuan inilah, maka didalam
bahasa Indonesia ditemukan beberapa jenis pola persukuan.

Jenis-jenis pola persukuan itu dapat dilihat dibawah ini :

a. Suku kata berpola V, suku kata ini dibangun olh sebuah


bunyi vokal saja sebagai puncak

Contoh :
I + bu [ i ] + [ bu ]
A + nak [ a ] + [nak ]
I + par [ i ] + [ par ]
O + rang [ o ] + ran ]
E + nak [ e ] + [ nak ]

b. Suku kata berpola VC, suku ini dibangun oleh sebuah


bunyi vokal sebagai puncak dan sebuah bunyi konsonan
sebagai kode.

Contoh :
An + tar [ an ] + [ tar ]
Un + tuk [ un ] + [ tuk ]
Am + bil [ am ] + [ bil ]
In + dah [ in ] + [ dah ]
Ong + kos [ on ] + [ kos ]
c. Suku kata berpola CV , suku ini dibangun oleh sebuah
bunyi konsonan, sebagai tumpu suku dan sebuah bunyi
vokal sebagai puncak.

Contoh :
Pu + nah [ pu ] + [ nah ]
Pu + sing [ pu ] + [ sin ]
Mu + al [ mu ] + [ al ]
Bi + sul [ bi ] + [ sul ]
Ne + kat [ ne ] + [ kat ]
Tu + buh [ tu ] + buh ]
Lu + rus [ lu ] + [ rus ]

d. Suku kata yang berpola CVC , suku ini dibangun oleh


sebuah bunyi konsonan sebagai tumpu suku, sebuah bunyi
vokal, sebagai puncak sebuah bunyi konsonan sebagai
koda suku.

Contoh :
Sum + ber [ sum ] + [ bor ]
Tun + duk [ tun ] + [ duk ]
Lin + tas [ dir ] + [ tas ]
Tak + dir [ tak ] + [ dir ]
Pin + dah [ pin ] + dah
Ling + lung [ lin ] + [ lun ]

e. Suku kata yang berpola CCV , suku ini dibangun oleh dua
buah bunyi konsonan sebagai tumpu suku, dan sebuah
bunyi vokl sebagai puncak suku.

Contoh :
Dra + ma [ dra ] + [ ma ]
Gra + tis [ gra ] + [ tis ]
Pro + duk + si [ pro ] + [ duk ] + [ si ]
Gro + gi [ gro ] + [ gi ]
Pra + kar + sa [ pra ] + [ kar ] + [ sa ]
f. Suku kata yang berpola CCVC, suku ini dibangun oleh
dua buah bunyi konsonan yang bertindak sebagaitumpu
suku, sebuah bunyi vokal sebagai puncaknya dan sebuah
bunyi konsonan sebagai koda suku.

Contoh :
Prak + tik [ prak ] + [ tik ]
Dras + tis [ dras ] + [ tis ]
Frak + si [ frak ] + [ si ]
Klas + ter [ klas ] + [ ter ]
Klen + teng [ klen ] + [ ten ]

g. Suku kata yang berpola ½ CV, suku ini dibangun oleh


sebuah bunyi semi konsonan sebagai tumpu suku, dan
sebuah bunyi vokal sebagai puncak.

Contoh :
Wa + jah [ wa ] + [ jah ]
Wa + ni + ta [ wa ] + [ ni ] + [ ta ]
Ya + tim [ ya ] + [ tim ]
Wa + dam [ wa ] + [ dam ]

h. Suku kata yang berpola ½ CVC, yaitu sebuah suku yang


di bangun oleh bunyi semi konsonan sebagai tumpu suku,
sebuah bunyi vokal sebagai puncak dan sebuah bunyi
konsonan sebagai koda suku. Hal ini dapat dilihat dalam
contoh di bawah ini.

Contoh :
Wak + tu [ wak ] + [ tu ]
Sa + wah [ sa ] + [ wah ]
U + ang [ u ] + [ wan ]
Win + du [ win ] + [ du ]
Wi + la + yah [ wi ] + [ la ] + [ yah ]
Pa + yah [ pa ] + [ yah ]
A + yah [ a ] + [ yah ]
i. Suku kata yang berpola CCVCC, yaitu suku kata yang
dibangun oleh dua buah bunyi konsonan yang bertindak
sebagai tumpu suku, sebuah bunyi vokal sebagai sonarity
dan dua buah bunyi konsonan yang bertindak sebagai
koda suku. Hal ini dapat dilihat pada contoh berikut.
Contoh :
Trans + mi + gra + si [ trans ] + [ mi ] + [ gra ] + [ si ]
Trans + por [ tras ] + [ por ]24

Menurut karakteristik umum yang telah tadi dituturkan, maka


kebanyakan jumhur atau peneliti dan pengajar bunyi bahasa
sepakat bahwa suku kata dalam bahasa arab mempunyai 6 pola
atau bentuk. Tetapi mereka berbeda pendapat dalam
mengklasifikasikan dan menamai suku kata bahasa arab tersebut.

Berikut ini konsep pengklasifikasian suku kata yang di


tuturkan oleh Kamal Basyar (200 : 510). pendapat ini merupakan
pendapat yang paling simple dan paling jelas. Dalam
pengklasifikasian suku kata bahasa arab :

1. Suku kata pendek yang memiliki satu pola :

a. CV/ ‫ح‬ ‫ ص‬, seperti :


- Suku kata yang ketiga "‫( "كتب‬ka + ta + ba)
- Suku kata yang pertama dan kedua "‫ت‬ ‫"كتب‬
َ (ka + ta +
bat)
- Suku kata yang kedua dan ketiga "‫ب‬ ‫( "يكب‬yak + tu +
bu)

2. Suku kata tengah yang memiliki dua pola


24
Alwi, Hasan, dkk 1998. Tata Bahasa Baku Indonesia, edisi ketiga. Pusat
Bahasa dan Balai Pustaka. Jakarta.
a. (CVC / ‫ص‬ ‫) ص ح‬, seperti :
- Suku kata yang pertama "‫( "تكتب‬tak + tu + bu)
- Suku kata yang kedua " َ‫( "كتَ بت‬ka + tab + ta)
- Suku kata terakhir "‫"كتب ت‬
َ (ka + ta + bat)

b. (CVV / ‫ح‬ ‫) ص ح‬, seperti :


- Suku kata yang pertama "‫( "قابل‬qaa + ba + la)
- Suku kata yang kedua "‫( "يقابل‬yu + qaa + bi + lu)
- Suku kata terkahir "‫( "جلسا‬ja + la + saa)

3. Suku kata panjang yang memiliki tiga pola

a. (CVVC / ‫ص‬ ‫) ص ح ح‬, seperti :


- Suku kata yang pertama "‫( "ضال ين‬daal + liin)
- Suku kata yang kedua "‫( "ي ضا ر‬yu + daar + ra)
- Suku kata terakhir "‫( "حميم‬ha + miim) dalam keadaan
berhenti atau mengabaikan i’rob.

b. (CVCC / ‫ص‬ ‫ ) ص ح ص‬dalam keadaan berhenti :


- "‫( "بَر‬barr)
- "‫( "بِر‬birr)
- "‫( "بر‬burr)
- "‫( "قلب‬qalb)
- "‫( "مد‬madd)
- "‫( "شمس‬syams)

c. (CVVC / ‫صص‬ ‫ ) ص ح ح‬dalam keadaan berhenti :


- Suku kata yang satu "‫"ضا ر‬
َ (daarr)
- Suku kata akhir "‫( "مهام‬ma + haamm)
- Suku kata akhir "‫ر‬ ‫( "يضا‬yu + daarr)25

BAB VIII
‫النبر‬
(TEKANAN)
Oleh : Rika Indri Cahyani

25
Marlina, lina. Ilmu Aswat dan Fonologi. Bandung
Kajian fonetik dalam literatur Arab terfokus pada kajian
fonetik tunggal dan perubahannya, kemudian kajian modern
menambahkan pengetahuan tentang fakta-fakta bunyi yang
melebihi bunyi-bunyi tunggal ke dalam hubungannya dengan
kontruksi bahasa. Fakta yang terpenting ini adalah adanya silabel,
stress, dan intonasi26. Tekanan merupakan salah satu unsur
suprasegmental yang mempunyai pengaruh dalam pembedaan arti
ujara. Tekanan (nabr) atau dalam bahasa Inggris disebut stress
adalah aktivitas seluruh organ bunyi (speech organs) di waktu
yang bersamaan.

Tekanan menyangkut masalah keras lunaknya bunyi. Suatu


bunyi segmental yang diucapkan dengan arus udara yang kuat
sehingga menyebabkan amplitudonya melebar, pasti dibarengi
dengan tekanan keras. Sebaliknya, sebuah bunyi segmental yang
diucapkan dengan dengan arus udara yang tidak kuat sehingga
amplitudonya menyempit, pasti dibarengi dengan tekanan lunak.

Dalam bahasa Arab, tekanan dibagi menjadi 4. Pembagian


tersebut didasarkan pada tekanan yang dihasilkan tiap-tiap satuan
suku kata. Adapun macam-macam tekanan meliputi tekanan
pertama yang merupakan tekanan paling kuat, tekanan kedua
yang merupakan tekanan yang berada pada posisi kedua setelah
tekanan yang paling kuat, tekanan pertengahan yang tekanannya

26
Dr. Mahmud Fahmi Hijazi, Madkhal ‘ila ‘ilmi al-Lughah ( Pengantar
Linguistik ), Daruts Tsaqafah, Kuwait, 1975.
berada pada posisi ketiga dan tekanan lemah yang merupakan
suku kata yang memiliki tekanan paling lemah.

Pengertian Tekanan / Stress

Tekanan itu adalah pelafalan satu suku kata pada sebuah


kalimat dengan pelafalan yang paling jelas dan yang paling nyata
atau tampak rasionya lalu pengertian diatas dijelaskan (1973:162)
bahwasanya dalam pelafalan antara satu suku kata dengan suku
kata yang lain itu berbeda-beda ada yang kuat dan ada juga yang
lemah maka bunyi atau suku kata yang ditekan itu dilafalkan
dengan memberikan proporsi pelafalan yang lebih banyak dan
alat ucap dituntut untuk memberikan kekuatan lebih dalam
pelafalannya.27 Tekanan (nabr) atau dalam bahasa Inggris
disebut stress adalah aktivitas seluruh organ bunyi (speech
organs) di waktu yang bersamaan. Pada saat pengucapan suku
kata yang diberi tekanan, kita dapat menyaksikan bahwa seluruh
organ bunyi beraktivitas secara penuh, dimana otot-otot paru-paru
mengencang. Demikian pula halnya dengan gerakan dua pita
suara (vocal cords), keduanya meregang dan saling mendekat
satu sama lain untuk meminimalisir kadar udara yang keluar
sehingga frekuensi getaran pun bertambah. Efeknya, bunyi yang
dihasilkan menjadi kuat dan jelas di pendengaran. Situasi ini
terjadi pada saat pengucapan buny-bunyi bersuara (majhur).
Sedangkan pada bunyi-bunyi tak bersuara (mahmus), yang terjadi
adalah kebalikannya, yakni kedua pita suara saling menjauh lebih
daripada saat produksi bunyi tak bersuara yang tidak ditekan.
Karenanya kadar udara yang dikeluarkan relatif lebih besar. 28

27
Kamal Muhamad Basyar, 2005 : 512
Tekanan menyangkut masalah keras lunaknya bunyi. Suatu
bunyi segmental yang diucapkan dengan arus udara yang kuat
sehingga menyebabkan amplitudonya melebar, pasti dibarengi
dengan tekanan keras. Sebaliknya, sebuah bunyi segmental yang
diucapkan dengan dengan arus udara yang tidak kuat sehingga
amplitudonya menyempit, pasti dibarengi dengan tekanan lunak.
Tekanan ini mungkin terjadi secara sporadis, mungkin juga telah
berpola, mungkin juga bersifat distingtif sehingga dapat
membedakan makna, mungkin juga tidak distingtif.

Berbeda dengan nada, tekanan dalam tuturan bahasa


Indonesia berfungsi membedakan maksud dalam tataran kalimat
(sintaksis), tetapi tidak berfungsi membedakan makna dalam
tataran kata (leksis). Dalam tataran kalimat tidak semua kata
mendapatkna yang sama. Hanya kata-kata yang dipentingkan atau
dianggap penting saja yang mendapatkan tekanan (aksen). Oleh
karena itu, pendengar atau 02 harus mengetahui maksud di balik
makna tuturan yang didengarnya.

Perhatikan contoh perbedaan antara kuat dan lemahnya


pada suku kata lafadz
)‫ب‬-‫ر‬-‫ضرب (ض‬
Dapat diamati bahwasanya suku kata pertama (‫)ض‬ itu
diucapkan dengan tekanan lebih dibandingkan suku kata yang
lain (‫ ب‬-‫)ر‬
Menurut tamam hasan (1979:194) bahwasanya tekanan itu
adalah jelasnya pelafalan suatu bunyi atau suku kata
dibandingkan suku kata yang lain dalam sebuah ucapan. Menurut
manaf mahdi muhammad (1998:125) tekanan itu adalah pelafalan
satu suku kata yang ditentukan dengan kekuatan pelafalan yang
lebih besar dibandingkan suku kata yang lain dalam sebuah kata
atau kalimat. Menurut kamal Ibrahim (1982:139) bahwasanya
tekanan itu adalah proporsi kekuatan yang diberikan untuk
28
 Kholisin dan Yusuf Hanafi, Buku Ajar Fonologi Bahasa Arab, (Malang: JSA FS
UM, 2005), hlm. 68
melafalkan satu suku kata agar bisa didengar lebih jelas
dibandingkan suku kata yang lain. Menurut Muhammad ali al-
huli (1987:158) tekanan adalah proporsi kekuatan pelafalan yang
diberikan pada bunyi konsonan dalam satu suku kata sebuah
kalimat atau jumlah. Jadi suku kata yang ditekan itu memerlukan
tekanan pelafalan yang lebih dibandingkan suku kata yang tidak
ditekan.

Berdasarkan pengertian diatas terdapat beberapa perbedaan


bentuk tekanan yang akan dijelaskan dalam poin-poin berikut ini

1. Tekanan itu terilustrasi dalam jelasnya pelafalan atau jelasnya


tekanan dalam satu suku kata sebuah kata
2. Tekanan itu terdapat dalam bunyi vocal bukan dalam bunyi
konsonan
3. Proporsi tekanan itu tidaklah mutlak, jika suku kata pertama (
‫ )ك‬dalam kata ‫ كتب‬itu merupakan suku kata yang ditekan dan
dilafalkan dengan kekuatan yang paling besar dan paling jelas
karna sesungguhnya (‫ )ك‬tersebut jika dibarengi dengan suku
kata (‫ )ت( )ب‬yakni bahwasanya suku kata (‫ )ك‬yang ditekan itu
lebih jelas terdengarnya dab lebih kuat pelafalannya
dibandingkan dua suku kata yang lainnya (‫ب‬,‫ ) ت‬ketika
pelafalan nya.
4. Tekanan itu terjadi dalam pelafalan sebuah suku kata dengan
mengerahkan tekanan yang lebih lebih dari pembicara.

Dan diperjelas poin no. 4 tadi oleh muhammad ali al-huli


(1987:160) pada beberapa aktivitas fisiologi yaitu :

a. Aktifnya seluruh organ bicara yang terlibat dalam


pelafalan suku kata tersebut.
b. Aktifnya urat-urat paru-paru dengan bentuk yang berbeda-
beda untuk menahan udara dengan aktifitas yang besar
1) Kuatnya gerakan dua pita suara dan dua pita suara
tersebut memperluas getarannya, dan dua pita suara
tersebut sering saling berdekatan pada saat melafalkan
bunyi huruf yang bersifat majhur (jelas) dan dua pita
suara tersebut saling berjauhan pada saat melafalkan
bunyi huruf yang bersifat mahmus (samar)
c. Bertambahnya gerakan dua bibir jika dikeduanya
dilibatkan ketika pelafalan
d. Bertambahnya power atau kekuatan urat-urat organ bicara
secara umum.

Adapun dalam keadaan suku kata yang tidak ditekan, maka


terjadi sebaliknya lemah dan kurang aktifnya organ bicara,
kurang meluasnya geratan bunyi, sedikitnya tekanan udara yang
keluar dari paru-paru, melemahnya intensitas bunyi, dan kurang
jelasnya (samar) bunyi tersebut. Keras lemahnya
tekanan (stressing), ditandai oleh gerak alat-alat ucap yang lebih
bertenaga dan menggunakan otot-otot yang lebih tegang dalam
menghasilkan bunyi (Nasr, 1967 : 47). Dalam fonetik dikenal
beberapa tanda yang menunjukkan tekanan keras, tekanan
sekunder, dan tekanan tersier. Tanda tingkat ini bergantung
kepada ketelitian pemerian. Tekanan menyangkut masalah keras-
lunaknya bunyi. Suatu bunyi segmental yang diucapkan dengan
arus udara yang kuat, sehingga menyebabkan amplitudonya
melebar, pasti dibarengi dengan tekanan yang keras. Sebaliknya
sebuah bunyi segmental yang diucapkan dengan arus udara yang
tidak kuat, sehingga amplitudonya menyempit, pasti dibarengi
dengan tekanan lunak. Tekanan ini mungkin terjadi secara
sprodis, mungkin juga telah berpola, mungkim juga bersifat
disringtif. Dalam bahasa Indonesia tidak. Seperti,
kata blackboard diberikan tekanan pada unsur black maka
maknanya adalah ‘papan tulis’; kalu tekanan diberikan pada
unsur board berarti ‘papan hitam’. Dalam bahasa Indonesia
kata orang tua bila tekanan dijatuhkan baik pada
unsur orang maupun tua maknanya tetap sama saja. Tekanan
yang lazim dipakai dalam bahasa dapat dibedakan menjadi lima,
yaitu :29

29
 Moch. Syarif Hidayatullah, M.Hum. Dr. Abdullah, MA. Pengantar
linguistik bahasa Arab (Klasik Modern), Cetakan 1, Jakarta,hal :57-58
a. Tekanan naik, yaitu nada yang meninggi, ditandai dengan ( ‘ )
b. Tekanan datar ditandai dengan {..É.}
c. Tekanan turun naik, yaitu nada yang merendah , yang
ditandai dengan {.¡..}
d. Tekanan turun naik, yaitu nada yang merendah kemudian
meninggi, yang ditandai dengan {.. i.}
e. Tekanan naik turun, yaitu nada yang meninggi dan kemudian
merendah, ditandai dengan {.ˆ...}

Tingkatan Tekanan

Dalam pelafalan setiap suku kata itu terdapat tingkatan


tekanan yang berbeda-beda yang tampak jelas dari segi kuatnya
pelafalan suku kata tersebut. Setiap satu suku kata itu mempunyai
tingkatan tekanan yang sesuai, maka dari itu, suku kata – suku
kata sebuah kata itu tidak dalam satu tingkatan yang sama dari
segi tinggi dan jelasnya bunyi huruf tersebut. 30

Ahli linguistik membaginya pada 4 (empat) tingkatan dilihat


dari segi kuatnya pelafalan sebuah bunyi :

1. Pertama yaitu tingkatan yang paling tinggi diberi tanda ‫ ﺒ‬/’/


2. Tekanan sekunder yaitu tingkatan ke dua dari segi
kekuatannya diberi tanda ‫ ﺒ‬/ ^/
3. Tekanan sedang, yaitu tingkatan yang ketiga dari segi
kekuatannya diberi tanda ‫ ألو‬Q/’/ ‫ ﺒ‬atau tidak diberi tanda sama
sekali.
4. Tekanan lemah, yaitu tingkatan ke empat dari segi
kekuatannya diberi tanda ‫ ﺒ‬/ˇ/

Jika tingkatan tekanan diatas di aplikasikan pada sebuah


kalimat ‫ كيف حالك‬maka pembagiannya seperti berikut ini.
‫ڲ ف حا لك ؟‬
30
Abdul Chaer, Linguistik Umum, Jakarta 2012,hal:121-122
Catatan :
a) Suku kata pertama ( ‫ ) ڲ‬adalah tempatnya tekanan
pertama
b) Suku kata ke dua ( ‫ ) ف‬adalah tempatnya tekanan lemah
c) Suku kata ke tiga ( ‫ ) حا‬adalah tempatnya tekanan
sekunder
d) Suku kata ke empat ( ‫ ) لك‬adalah tempatnya tekanan
sedang

Pembagian ini dikalkulasikan untuk tingkatan tekanan dengan


pembagian yang detail akan tetapi sulit sekali membedakannya
pada saat mempraktekannya

Terutama pada tingkatan yang sedang. Maka dari itu sebagian


ahli linguistik mempunyai pengklasifikasian yang lain dan yang
paling mudah karena mereka tidak membutuhkan terhadap
tingkatan tekanan yang sedang, dan mereka menganggap cukup
dengan 3 (tiga) tingkatan tekanan saja, yaitu :

1. Tekanan pokok
2. Tekanan sekunder
3. Tekanan lemah

Pembagian ini lebih mudah dari segi membedakan dan


mempraktekan antar tingkatan meskipun tidak terlalu detail
dalam hal perinciannya akan tetapi ahli linguistik yang lainnya
juga berpendapat bahwasanya pembagian ini juga sulit dalam hal
pembedaan dan praktiknya terutama pada tingkatan tekanan
sekunder, sehingga mereka membaginya keadaan 2 tingkatan
saja yaitu

1. Tekanan pokok
2. Tekanan lemah
Merupakan pengklasifikasian tekanan yang paling ringkas
hanya saja analisis tekanan nya terfokus pada tekanan pokok dan
mengabaikan pada tekanan selain tekanan pokok

Oleh karena itu analisa stresing (tekanan) hanya dapat


dilakukan pada suku kata yang memiliki stresing inti. Ketika kita
menyebutkan kata (‫ )كتب‬maka stresing pusatnya pada huruf
pertama (‫)ك‬, adapun pada kata (‫ )كتاب‬stresing kata nya pada kata
kedua (‫)تا‬.

Macam-Macam Tekanan dan Fungsinya

Tekanan terbagi menjadi 2 : tekanan dalam kata dan tekanan


dalam kalimat. Adapun tekanan dalam kata terdapat pada satuan
setiap kata. Misalkan potongan kata ke 1 (‫ )غ‬pada kalimat (‫)غفر‬
potongan kata ke 2 (‫ )تغ‬pada kalimat (‫)استغفر‬, potongan kata ke 3
(‫ )قون‬pada kaliamat (‫)منافقون‬. Adapun tekanan dalam kalimat
berada pada kata yang terdapat pada kalimat tersebut. 31 Misalkan
pada kata (‫ )المبتداء( )محمد‬dalam kalimat (‫ )محمد طالب نشيط‬atau (
‫ )ما‬terdapat pada kalimat nafi (‫ )ما‬dalam kalimat (‫)ما تأخر محمد‬.

Dan mengatur pada tingkatan kalimat fonem dari beberapa


fonem suprasegmental apabila tekanan tersebut digunakan
fungsinya untuk membedakan antara pembagian tanda kalimat.
Dan tekanan dengan sifat fonem suprasegmental terdapat pada
kata yang mengikuti pada konteks bahasa yang dinyatakan
didalamnya, seperti pada dua kalimat ini :

‫هذا ما طاب لكم‬

31
Masnur Muslich, Fonologi Bahasa Indonesia: Tinjauan Deskriptif Sistem
Bunyi Bahasa Indonesia, (Jakarta: Bumi Aksara, 2012), hlm. 113
‫هذا ما طاب لكم‬

Tekanan yang terdapat pada jumlah pertama ‫ ما‬maka menjadi


‫ ما نافية‬dan menjadi ‫ جملة منفية‬dan bermakna ‫( هذا ال يطيب لكم‬ini
tidak bermanfa`at bagi kalian) dan tekanan yang kedua terdapat
pada kalimat ‫ طاب‬maka menjadi ‫ ما موصولة‬dan menjadi jumlah
‫ة مثبتة‬QQQ‫ جمل‬dan bermakna ‫ذا يطيب لكم‬QQQ‫( ه‬ini bermanfa`at bagi
kalian). Perbedaan arti dari kedua jumlah itu karena berbedannya
pengucapan tekanan pada kaliamt tersebut.

Kaidah-Kaidah Tekanan dalam Bahasa Arab

Pada bagian ini kita akan memfokuskan pembahasan terkait


kaidah tekanan pada tekanan yang paling kuat atau tekanan
pertama.  Tidak ada hubungan antara ukuran suku kata dengan
ukuran sharaf dan tidak ada hubungan juga antara tekanan
dengan ukuran sharaf. Tekanan disusun berdasarkan ukuran suku
kata. Maka wajib dalam pembelajaran tekanan untuk meletakkan
ukuran-ukuran suku kata bukan pada tatanan sharaf. Setiap kata –
yang terpenting terdiri atas suku-kata- memiliki satu tekanan
pertama saja. Berikut ini adalah kaidah-kaidah tekanan dalam
bahasa Arab32.

1. Kata-kata pada suku kata yang pertama        


Suku kata pertama yang menunjukkan suara diam
termasuk pada tekanan kuat.
2. Kata-kata pada suku kata yang kedua
Suku kata yang kedua dikatakan memiliki tekanan apabila
termasuk dari jenis yang panjang atau salah satu  serangkai.
3. Suku kata yang ketiga
Tekanan terletak pada suku kata yang akhir jika termasuk
jenis panjang dan serangkaian.

32
https://pengertian ilmu aswat. M. Subhi Mahmasoni. 2018
4. Suku kata yang keempat
Tekanan terletak pada suku kata yang akhir jika termasuk
pada jenis panjang.

Adapun Kholisin menjelaskan bahwa tekanan dalam bahasa


Arab memiliki empat posisi. Yang paling populer adalah suku
kata sebelum suku kata terakhir. 33 Ringkasannya ialah sebagai
berikut:

1. Untuk mengetahui posisi tekanan dalam kosakata Arab,


pertama kali denagn melihat suku kata terakhir. Jika sebuah
kata itu tersusun dari empat atau lima suku kata, maka
tekanan berada pada suku kata terakhir itu.
2. Jika tersusun dari dua atau tiga suku kata, maka dengan
melihat suku kata sebelum suku kata terakhir. Di situlah
tekanan itu terletak.
3. Jika hanya tersusun dari satu suku kata, maka tekanan terletak
pada huurf pertama.
4. Tekanan tidak akan pernah berada pada suku kata keempat
dihitung dari akhir kata kecuali dalam satu kasus, yakni ketiga
suku kata sebelum terakhir itu sejenis.

Demikianlah posisi-posisi tekanan dalam bahasa Arab seperti


dirumuskan oleh para pakar qira’at di Kairo Mesir. Perlu dicatat,
posisi tekanan dalam dialek-dialek bahasa Arab kontemporer
memiliki acuan kaidah yang berbeda-beda. Misalnya, kita kadang
mendengar warga masyarakat yang berdiam di daerah
pegunungan memiliki perbedaan dari warga perkotaan (Kairo)
dalam meletakkan tekanan. Mereka, bahkan saat membaca al-
Qur’an cenderung memberikan stress pada suku kata ketiga
dihitung dari suku kata terakhir.

33
Kholisim, Buku Ajar Fonologi Bahasa Arab ( Malang : JSA FS UM, 2005 ) hlm.
69
Selain tekanan dalam kata, ada juga tekanan dalam kalimat,
dimana si penutur memberikan stress pada salah satu kata dalam
kalimat yang diucapkannya dengan maksud memberikan kesan
khusus yang membedakannya dari kata-kata lain dalam kalimat
itu. Tujuannya sangat banyak, diantaranya:

1. Penekanan perihal arti pentingnya atau isyarat akan muatan


khusus di dalamnya.
2. Pesan yang dikandung dalam kalimat terkadang berlainan
seiring dengan perbedaan kata yang memperoleh stress.
Tekanan dalam kalimat itu amat populer dalam banyak
bahasa di dunia ini.

Nabr (stress) baik dalam kata maupun kalimat ini tidak lain
merupakan peninggian tingkat kenyaringan bunyi. Kenyaringan
dan ketinggian itu tergantung kepada kadar tekanan udara yang
dipompa dari paru-paru. Ini semua sama sekali tidak memiliki
kaitan dengan nada bunyi atau intonasi.34

Kaidah-kaidah tekanan dalam bahasa arab berbeda pendapat


antara ulama dan pembaharu dan bisa jadi ini dikembalikan pada
kejelasan tekanan . dalam cakupan suara-suara bahasa arab belum
ditentukan secara teori dan tidak di tetapkan kaidah-kaidahnya.
Mencoba garis-garis yang bermanfaat dan keuntungan dari apa
yang dinyatakan para ulama dan para pembicara dari kaidah-
kaidah tekanan pada tingkatan kata dan kalimat.

1. Kaidah-kaidah tekanan pada tingkatan kata


Mungkin penetapan tempat tekanan dalam kata-kata dasar
bahasa arab, yaitu :

a. Apabila ada kata dari satu suku kata, menempatkan


tekanan pada suku katanya yang satu dengan penetapan
pada intinya yaitu vokal, seperti :

34
Muslich, Masnur. 2012. Fonologi Bahasa Indonesia: Tinjauan Deskriptif
Sistem Bunyi Bahasa Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara.
‫ في‬, ‫ ما‬, ‫ ال‬, ‫ لن‬, ‫ لم‬, ‫ من‬, ‫عن‬

b. Apabila ada kata dari suku kata yang pendek,


menempatkan tekanan pada suku katanya yang awal,
seperti :
) ‫ س‬+ ‫ ل‬+ ‫جلس ( ج‬
) ‫ س‬+ ‫ ر‬+ ‫درس ( د‬
) ‫ ب‬+ ‫ ت‬+ ‫كتب ( ك‬
) ‫ ج‬+ ‫ ر‬+ ‫خرج ( خ‬
) ‫ ب‬+ ‫ ه‬+ ‫ذهب ( ذ‬

c. Apabila ada kata dari suku kata yang panjang,


menempatkan tekanan pada suku kata akhirnya, seperti :

) ‫ موس‬+ ‫جاموس ( ج‬
) ‫ قين‬+ ‫باقين ( با‬
) ‫ عون‬+ ‫ نو‬+ ‫ممنوعون ( مم‬
) ‫ بين‬+ ‫ ضو‬+ ‫ ( مغ‬Q‫مغضوبين‬

d. Apabila ada kata dari suku kata campuran ( pendek dan


panjang ) , menempatkan tekanan pada suku kata panjang
yang lain, seperti :

) ‫ م‬+ ‫ ئ‬+ ‫صائم ( صا‬


) ‫ ن‬+ ‫ ما‬+ ‫ ئ‬+ ‫صا ئمان ( صا‬
) ‫ مون‬+ ‫ ئ‬+ ‫صائمون ( صا‬
) ‫ م‬+ ‫ ل‬+ ‫ عل‬+ ‫معلم ( م‬

e. Apabila ada kata dari wazan “ ‫ل او انفعل‬QQQ‫“ افتع‬


menempatkan tekanan pada

) ‫ ل‬+ ‫ م‬+ ‫ ت‬+ ‫اشتمل ( اش‬


) ‫ ب‬+ ‫ ك‬+ ‫ ت‬+ ‫ارتكب ( ار‬
) ‫ ل‬+ ‫ ق‬+ ‫ ت‬+ ‫انتقل ( ان‬
) ‫ ع‬+ ‫ ط‬+ ‫ ق‬+ ‫انقطع ( ان‬

f. Apabila pemberhentian kata dengan dhomir nashab


muttashil, tekanannya terdapat pada suku kata sebelum
akhir apabila panjang . adapun bila pendek maka
menempatkan tekanan pada suku kata ketiga dari
berhentinya kata.

) ‫ ها‬+ ‫ بت‬+ ‫ ك‬+ ‫ ت‬+ ‫ ( ار‬Q‫ارتكبتها‬


) ‫ ها‬+ ‫ بت‬+ ‫ ت‬+ ‫كتبتها ( ك‬
) ‫ ها‬+ ‫ ب‬+ ‫ ت‬+ ‫ ( ار‬Q‫ارتكبها‬
) ‫ ها‬+ ‫ ب‬+ ‫ ت‬+ ‫كتبها ( ك‬

2. Kaidah- kaidah tekanan pada tingkatan kalimat


Tekanan mengalami pelaksanaan pada kalimat arab
terhadap kaidah-kaidah dibawah ini :

a. Tekanan terdapat pada kalimat –kalimat istifham, dan


Nafi , dan Nahyi dan syarat. Seperti

‫هل كتبت رسالة ؟‬


‫ما كتبت رسالة ؟‬
‫ال كتبت رسالة‬
‫ان كتبت رسالة لكان خيرا‬

b. Tekanan terdapat pada kata yang menyempurnakan/


tambahan , seperti :

‫ليس هذا فحسب‬


‫سكنت هناك شهرين فقط‬
‫ما زرته قط‬
‫هذا ال ينفعنا البتة‬

c. Tekanan terletak pada kata-kata tuntutan, kata kerja atau


kata benda seperti :

- ‫اتق هّللا‬
- ‫حذار من المخدرات‬

d. Tekanan terletak pada mubtada atau khobar yang menurut


konteks bahasa menerima kalimat di dalamnya, seperti :

-‫محمد في البيت‬- ( tekanan terdapat pada mubtada apabila


kalimat ini positif menjawab pertanyaan << siapa di
dalam rumah ? >> )

- ‫ ( محم د في ال بيت‬tekanan terdapat pada khobar apabila


kalimat positif ini menjawab pertanyaan << Dimana
Muhamad ?>>

e. Tekanan terletak pada kata atau kalimat yang


menguatkan maknanya, seperti pada kalimat dibawah ini :

- ‫ ( اش ترى محم د كتب اللغ ة أمس‬tekanan terdapat pada kata


awal ( ‫ ) اشترى‬Untuk menguatkan fiil ‫ اشترى‬bukan fiil ‫البيع‬
‫أو االستعارة‬

- ‫ (اشترى محمد كتب اللغة أمس‬tekanan terdapat pada kata kedua


(‫ ) محمد‬untuk menguatkan bahwa ‫ محمد‬itu ‫ الفاعل‬bukan
‫ أحمد‬dan bukan ‫ محمود‬dan bukan yang lainnya.
- ‫ ( اشترى محمد كتب اللغة أمس‬tekanan terdapat pada kata ketiga
( ‫ ) كتب‬untuk menguatkan bahwasannya ‫ الكتاب‬itu yang
dibelinya bukan ‫ مجلة‬dan yang lainnya.
-
‫ (اش ترى محم د كتب اللغة أمس‬tekanan terdapat pada kata
keempat ( ‫ ) اللغة‬untuk menguatkan ‫ انتساب الكتب اللغة‬yaitu
yang dibelinya adalah ‫ كتب اللغة‬dan bukan ‫ كتب الت اريخ‬dan
bukan ‫ كتب الفقه‬dan bukan yang lainnya.

- ‫ (اش ترى محم د كتب اللغ ة أمس‬tekanan terdapat pada kata


kelima (‫ ) أمس‬untuk menguatkan bahwa membelinya itu
(‫ ) أمس‬kemarin , dan bukan ‫ قب ل ي ومين‬dan bukan ‫في االس بوع‬
‫املاضي‬

Perpindahan Tekanan

Bahasa Arab adalah salah satu bahasa yang membebeaskan


penekanan dalam berbicara. Dimana ia tidak menekan pada satu
suku kata saja ketika menurunkan kata dari yang lain. Dan
tekanan berpindah mengikuti pada beberapa suku kata dalam
setiap kata. 35 Seperti :

‫د‬ ( ‫ س‬+‫ ر‬+ ‫) د‬ ‫درس‬


‫در‬ ( ‫ س‬+ ‫) در‬ ‫درس‬
‫روس‬ ( ‫ روس‬+ ‫) د‬ ‫دروس‬
‫دا‬ (‫ س‬+ ‫ ر‬+ ‫) دا‬ ‫دارس‬
‫سون‬ ( ‫ سون‬+ ‫ ر‬+ ‫) دا‬ ‫دارسون‬
‫در‬ ( ‫ س‬+ ‫ ر‬+ ‫ در‬+ ‫) م‬ ‫مدرّ س‬
35
 al-Fâruqy, dalam Radliyah Zaenuddin dkk., Metodologi dan Strategi
Alternatif Pembelajaran Bahasa Arab (Yogyakarta: Pustaka Rihlah Group,
2005), hlm. 2.
‫سون‬ ( ‫ سون‬+ ‫ ر‬+ ‫ در‬+ ‫) م‬ ‫مدرّسون‬
‫دا‬ ( ‫ س‬+ ‫ ر‬+ ‫ دا‬+ ‫) م‬ ‫مدارس‬
‫مد‬ (‫ ة‬+ ‫ س‬+ ‫ ر‬+ ‫) مد‬ ‫مدرسة‬
‫ريس‬ ( ‫ ريس‬+ ‫) تد‬ ‫تدريس‬

Dengan demikian, keadaan penekanan tergantung tingkatan


kalimatnya. Pemindahan penekanan terhadap satu jumlah kepada
kalimat yang lain. Tergantung makna yang dikehendaki
pembicara.

‫قرأ محمد كتابا‬

Penekanan terjadi pada kata fiil (kata kerja ) sebagai


penguatan bahwasannya pembicara membaca bukan berbicara
ataupun menulis

‫قرأ محمد كتابا‬

Penekanan terjadi pada kata fail ( subjek ) sebagai


penguatan bahwasannya muhammad itu yang membaca bukan
yang lain mahmud ataupun ahmad

‫قرأ محمد كتابا‬

Penekanan terjadi pada kata maf’ul bih ( objek ) sebagai


penguatan bahwasannya yang di baca oleh muhammad adalah
kitab. Bukan yang lain seperti majalah ataupun koran
BAB IX

)‫النغمة و التنغيم‬
(NADA-INTONASI)

Oleh : Rahman Nulhakim


Konsep Nada dan Intonasi

Ada dua istilah dalam ilmu aswat yang keduanya saling


berhubungan dan harus menjadi acuan ketika berkomunikasi
dengan yang lain, kedua istilah itu adalah nada dan intonasi.
Terdapat perbedaan diantara keduanya, menurut Tamam Hasan
(1990 : 164-166) bahwasanya intonasi itu merupakan tinggi dan
rendahnya suara saat berbicara, dan nada merupakan salah satu
bagian intonasi yang secara umum terdapat dalam kelompok kata
yang digambarkan (nada) itu dengan naik, turun, atau tetap
(stabil).

Adapun perbedaan diantara keduanya,dikemukakan secara


lebih ringkas oleh Ahmad Mukhtar Umar (1991: 225) bahwa
nada merupakan tingkatan bunyi dalam satuan kata, level dan
dinamakan dengan nada kata. Adapun intonasi yaitu tingkatan
bunyi terhadap kalimat, farase, atau kelompok kata-kata.
Menurut ahmad mukhtar amir (220: 1990) mengatakan bahwa
perbedaan antara nada dan intonasi yaitu, Nada adalah tingkatan bunyi
atau tingkatan-tingkatannya terhadap kata atau di sebut dengan word
tone. Sedangkan intonasi adalah tingkatan bunyi terhadap kalimat,
ungkapan atau kumpulan-kumpulan kalimat.

Bila kita memperhatikan dengan cermat tutur bicara


seseorang, maka arus ujaran (bentuk bahasa) yang samapi ke
telinga kita terdengar seperti berombak ombak.Hal ini terjadi
karena bagian bagian dari arus ujaran itu tidak sama nyaring
diucapkan.Ada bagian yang diucapkan lebih tinggi dan ada
bagian yang diucapkan lebih tinggi dan ada bagian yang lebih
rendah ada bagian yang diucapkan lambat lambat dan ada bagian
yang diucapkan dengan cepat. Di samping itu disana sini,arus
ujaran itu masih dapat diputuska untuk suatu waktu yang singkat
atau secara relatif lebih lama, dengan suara yang meninggi
(naik),merata,atau merendah (turun).Keseluruhan dari gejala
gejala ini yang terdapat dalam suatu tutur disebut intonasi.
Berarti intonasi itu buka merupakan suatu tunggal,tetapi
merupakan perpaduan dari bermacam macam gejala yaitu
tekanan (stress), nada ( pitch), durasi (panjang-pendek),
perhentian ,dan suara yang meninggi,mendatar,atau merendah
pada akhir arus ujaran tadi. Intonasi dengan semua unsur
pembentukanya it disebut unsur supragsemental
bahasa .Landasan intonasi adalah rangkaian nada yang diwarnai
oleh tekanan,durasi,dan yang menaik,merata,merendah pada
akhir arus ujaran itu.

Batasan : Intonasi adalah kerjasama antar nada , tekanan, durasi, dan


perhentin.

Nada

Nada terkadang disebut dengan “tone” atau “level bunyi” atau


“derajat bunyi” merupakan fonem suprasegmental yang mempengaruhi
makna atau mengarahkan kepada perubahan suatu makna. Bahasa-
bahasa yang menggunakan nada untuk membedakan suatu makna
disebut bahasa intonasi (tone languages) contohnya bahasa Norwegia,
Swedia, Cina dan bahasa lainnya yang menggunakan nada untuk untuk
membedakan makna suatu kata.

Jenis-jenis nada yang diucapkan itu berarti berbedanya tingkatan


bunyi yang diucapkan dan menyebabkan perbedaan suatu makna kata.
Contoh kata “ma” dalam salah satu bahasa Cina yang artinya “ibu”
apabila diucapkan dengan nada datar. Dan artinya “kuda jantan”
apabila diucapkan dengan nada tinggi atau rendah.

Setiap suku kata bahasa Cina tidak hanya terdiri dari vokal
dan konsonan saja, tetapi juga memiliki nada. Nada dalam bahasa
memiliki fungsi untuk membedakan makna kata. Setiap kata
dalam bahasa Cina dengan cara pengucapan yang sama, namun
jika terdapat perbedaan nada, maka makna yang terkandung
dalam setiap suku kata tersebut akan berbeda. Melatih
menggunakan nada yang baik dan benar adalah hal yang
gampang gampang susah dalam mempelajari bahasa ,
penggunaan nada yang tepat akan di interpretasikan dengan baik
oleh lawan bicara dengan mudah dan benar sehingga akan
menghasilkan suatu jalinan komunikasi yang lancar. Dalam
pengajaran pelafalan, hal yang terpenting adalah latihan meniru
dan membedakan. Jika ingin menguasai nada dan pelafalan
dengan baik maka harus terus menerus meniru. Jika sudah dapat
menirukan pelafalan yang benar maka harus selalu mengingat
posisi mulut.

Adapun bahasa- bahasa yang tidak menggunakan nada dalam


membedakan antar satu kata dengan kata lain disebut bahasa tanpa
nada. Contoh kata “No” dalam bahasa Inggris yang bisa diucapkan
dengan nada normal, tinggi atau rendah dan perbedaan pengucapan itu
tidak menyebabkan perubahan makna, akan tetapi menambahkan
makna tambahan seperti keraguan, kekuatan, pertanyaan dan
ketidakpedulian (Omar, 1991: 228)

Nada dalam bahasa itu ada 4 tingkatan diantaranya :


1. Nada turun atau rendah, simbol fonemiknya /۱/. Nada rendah
berada pada akhir kalimat atau perkataan normal tanpa emosi.
Contohnya dalam kalimat ini :
۱ ‫جاء األستاذ‬
Diakhiri dengan nada rendah, disimpan simbol /۱/ di akhir
kalimat.

2. Nada sedang atau normal, simbol fonemiknya /۲/. Nada


sedang berada di awal kalimat atau perkataan normal tanpa
emosi. Contohnya dalam kalimat ini :
۱ ۲ ‫جاء األستاذ‬
Diawali dengan nada rendah, dan disimbolkan dengan
menyimpan /۲/ di awal kalimat.
3. Nada tinggi, simbol fonemiknya /۳/. Nada tinggi berada
sebelum akhir ucapan dan diikuti nada rendah setelahnya.
Contohnya dalam kalimat ini :
۱ ۲ ‫ األستاذ‬۳ ‫جاء‬

4. Nada paling tinggi, simbol fonemiknya /٤/. Nada ini terdapat


pada kata yang menunjukan kekaguman atau kaget, perintah
ataupun emosi. Seperti :
٤ ‫اخرج‬

Metode I
Cara Mengembangkan Nada Bicara yang Bersahabat

1. Mengubah pola bicara


2. Bernapaslah dari diafragma untuk mengontrol suara.
Agar nada bicara Anda lebih ramah, Anda harus sadar
seberapa cepat Anda bicara dan seberapa tinggi dan rendah
suara Anda. Gunakan napas yang kuat dari abdomen Anda
agar dapat mengontrol suara dengan lebih baik.

a. Untuk memeriksa apakah Anda bernapas dari diafragma (otot


di bawah paru-paru), lihat diri Anda sendiri di cermin saat
Anda menarik napas. Jika bahu dan dada Anda naik, Anda
menarik napas pendek tanpa menggunakan diafragma.
b. Berlatihlah menggunakan diafragma dengan meletakkan tangan
Anda di atas abdomen dan dorong tangan Anda saat menarik
napas.

3. Gunakan nada suara yang bermacam-macam. Jangan


berbicara dengan nada suara yang monoton. Gunakan nada
yang tinggi dan rendah saat berbicara. Menekankan kata-kata
penting dalam kalimat Anda menggunakan nada tinggi akan
meyakinkan lawan bicara, sedangkan nada rendah akan
memberikan ketenangan dalam pembicaraan Anda.
a. Akhiri pertanyaan dengan nada tinggi dan gunakan nada rendah
saat memberikan pernyataan. Jika Anda mengakhiri pernyataan
dengan nada tinggi, Anda terdengar tidak percaya dengan apa
yang baru saja Anda katakan.
b. Cara terbaik untuk mempertahankan nada bicara yang ramah
adalah dengan menggunakan beragam nada suara saat
berbicara. Jika Anda selalu berbicara dengan nada tinggi,
orang-orang mungkin mengira Anda baru saja menghirup udara
dari balon helium. Jika Anda selalu menggunakan nada rendah,
lawan bicara mungkin berpikir Anda sebenarnya tidak tertarik
dengan pembicaraan.

4. Berbicaralah dengan pelan agar orang tertarik. Saat berbicara


terlalu cepat, Anda tampak seperti ingin mengakhiri
pembicaraan dengan cepat. Berbicaralah dengan perlahan
agar lawan bicara mendengar setiap kata yang Anda ucapkan.
Hal ini akan memberikan isyarat bahwa Anda benar-benar
ingin berbicara dengan mereka.
a. Anda tidak perlu menghabiskan 30 detik untuk setiap kata.
Perhatikan kecepatan bicara Anda dan Anda akan melambat
secara natural. Beri jeda agar pendengar dapat menangkap
maksud Anda.

5. Gunakan suara yang lebih lembut agar tidak terdengar agresif.


Tidak ada perasaan yang lebih buruk daripada merasa Anda
sedang dibentak-bentak. Pertahankan kekerasan suara Anda
agar lawan bicara dapat mendengar, tetapi tidak merasa
dibentak.
a. Bernapas dari diafragma akan membantu mengatasi masalah
ini. Napas yang terkontrol semacam ini membantu lawan bicara
mendengar tanpa membuat Anda bekerja keras mengeluarkan
suara. Setiap kali Anda berusaha keras membuat diri Anda
didengar, Anda kemungkinan akan berteriak dan tidak akan
terdengar ramah
6. Hindari bergumam agar pendengar tidak bingung. Jika Anda
tidak mengucapkan setiap kata dengan jelas, pendengar
mungkin tidak akan mengerti. Lebih buruknya, mereka
mungkin berpikir Anda sengaja mengatakan sesuatu yang
tidak dapat mereka dengar. Hal ini akan membuat mereka
bingung dan frustasi.
a. Berlatihlah mengucapkan kata-kata dengan mengucapkan
pembelit lidah (rangkaian kata-kata yang sulit diucapkan)
selama lima menit setiap pagi atau malam. Contoh, ucapkan
kata-kata ini dengan cepat dan jelas: “Ular melingkar di atas
pagar,” “Dudung, ambilkan dandang di dinding dong, Dung!”
dan “Kucing kuningku, kencing di kunci-kunciku.

7. Rekam diri Anda untuk melihat perubahan. Gunakan telepon


pintar Anda atau kamera untuk merekam suara atau membuat
video Anda saat Anda berbicara. Perhatikan tinggi suara,

8. kecepatan, dan kekerasan suara. Perbaiki cara bicara setelah


membuat rekaman.

Metode 2

Membuat Pembicaraan yang Bersahabat

1. Tersenyumlah agar Anda terlihat dan terdengar bersahabat.


Saat Anda tersenyum, wajah Anda terbuka dan meregang. Hal
ini akan secara otomatis membuat nada Anda terdengar
ramah. Tersenyum akan membuat lawan bicara Anda nyaman
berada di dekat Anda.
a. Berlatihlah tersenyum saat berbicara. Berdirilah di depan
cermin kamar mandi dan ucapkan beberapa kalimat dengan
senyuman lebar.
b. Pastikan tubuh Anda terbuka dan postur Anda tegak agar
terlihat mengundang. Jangan melipat lengan dan luruskan
bahu dan punggung Anda. Jangan membungkuk di tengah
pembicaraan. Gunakan bahasa tubuh agar terlihat
mengundang dan positif..Jika Anda merasa lengan Anda
bergerak canggung di sisi tubuh Anda saat berbicara,
kaitkan jari-jari Anda di depan tubuh Anda. Posisi ini
lebih baik daripada melipat lengan di depan dada.

2. Dengarkan dengan penuh perhatian untuk menunjukkan


empati. Saat Anda berbicara dengan seseorang, sangatlah
penting menunjukkan ketertarikan terhadap apa yang lawan
bicara katakan. Mengangguk dan berkonsentrasilah pada
wajah mereka saat mereka berbicara kepada Anda. Dengan
menunjukkan perhatian, Anda mempertahankan nada bicara
yang ramah walaupun saat itu Anda tidak berbicara.
a. Berikan pertanyaan berdasarkan apa yang lawan bicara katakan
untuk mempertahankan pembicaraan yang bersahabat. Contoh,
jika lawan bicara bercerita tentang kucingnya yang bernama
Chloe, Anda dapat berkata, “Aku suka binatang! Berapa umur
Chloe?’’

3. Pertahankan proses timpal-menimpali dengan lawan bicara.


Jangan menceritakan sebuah kisah yang membutuhkan satu
jam. Gunakan pembicaraan untuk saling mengenal atau
mendapatkan informasi tentang keadaan masing-masing saat
ini.

4. Berikan pujian yang tulus. Berikan kata-kata yang ramah


dengan cara yang ramah pula. Katakan sesuatu yang baik
tentang lawan bicara. Jangan berbohong hanya agar terlihat
baik karena Anda akan terdengar palsu.
a. Hindari gosip dan jangan terlalu banyak mengeluh. Kebiasaan
ini akan mengubah pembicaraan yang ramah dan positif ke
sebuah sesi rengekan negatif.
b. Berhati-hatilah dengan tinggi nada yang Anda gunakan saat
memuji. Jika nada suara Anda tinggi, Anda akan terdengar
sarkastis. Contoh, mengatakan “Aku suka anting-antingmu!”
dengan nada suara tinggi saat mengatakan “suka” akan
membuat lawan bicara berpikir Anda mengejek perhiasannya.

Tips

Berpikirlah positif saat Anda melakukan pembicaraan. Jangan


mengatakan sesuatu saat Anda memikirkan hal yang lain. Pikiran
negatif dapat terdengar di nada bicara Anda.

Intonasi

Intonasi ialah perubahan nada yang dihasilkan pembicara pada


waktu mengucapkan ujaran atau bagian-bagiannya (Kridalaksana
1993:85). Intonasi biasa dikenal dengan lagu kalimat atau ketetapan
penyajian tinggi rendahnya nada kalimat. Kalimat, jika diucakan
dengan nada datar dapat mengandung maksud pemberitahuan. Akan
tetapi jika diucapkan dengan nada tinggi dapat mengandung maksud
kekaguman, keheranan, ataupun rasa ketidakpercayaan. hal ini
tergantung pada situasi pembicara.

Intonasi merupakan satuan fonem yang memiliki fungsi kebahasaan


untuk membedakan makna dalam suatu kalimat yang masing-masing
kata dari kalimat tersebut memiliki nada yang beranekaragam. Intonasi
seperti yang disebutkan diatas terjadi pada tingkat kalimat sedangkan
nada terletak pada tingkat kata. Sehingga intonasi dapat didefinisikan
sebagai tingkatan bunyi (nada) yang ada dalam sebuah kalimat atau
perbedaan jenis-jenis tingkat bunyi dalam suatu kalimat dan intonasi
dikhususkan untuk kalimat serta bagian-bagiannya bukan untuk kata-
kata asing.
Intonasi merupakan lagu kalimat yang meliputi nada atau tinggi
dan rendahnya lagu kalimat, dan dinamik atau keras dan lemahnya lagu
kalimat. Intonasi yang kurang pas bisa menyebabkan kesalahan dalam
sebuah komunikasi. Untuk itu perlu memahami intonasi pada saat
berkomunikasi, bercakap dengan orang lain. Pola intonasi setiap
kalimat tergantung pada tujuan yang dimaksudkan oleh penutur, artinya
apabila penutur bermaksud memberitahukan sebuah intonasi,
sedangkan untuk menanyakan sesuatu maka pola intonasinya menurun,
demikian pula ketika penutur bermaksud mengajak atau menyuruh
pendengar maka pola intonasinya cenderung meninggi. Karena itu jika
ditinjau dari segi intonasi atau ketersediaan tanda baca akhir dalam
bahasa Indonesia dan tanggapan yang diharapkan maka kalimat dapat
dibedakan menjadi:

1. Kalimat berita atau deklaratif yang ditandai dengan tanda titik (.)
2. Kalimat perintah atau kalimat imperatif yang ditandai dengan tanda
seru (!)
3. Kalimat tanya atau interogatif yang ditandai dengan tanda tanya (?)

Maka dari itu, dalam intonasi terdapat tiga jenis intonasi di lihat
dari maksudnya, yaitu:

1. Intonasi berita, digunakan untuk mengungkapkan pembicaraan


yag berisi pemberitahuan tentang sesuatu. Dalam penulisan ditandai
penggunaan tanda titik (.). Contoh: Budi akan mengikuti olimpiade
Fisika.

2. Intonasi pertanyaan, digunakan untuk bertanya tentang sesuatu


(yang mengungkapkan maksud pembicara untuk memnita
keterangan dari lawan tutur). Dalam penulisan ditandai penggunaan
tanda tanya (?). Contoh: Mengapa datang terlambat?

3. Intonasi perintah, digunakan untuk mengungkapkan maksud


pembicara agar lawan bicara melakukan suatu perbuatan. Dalam
penulisan ditandai penggunaan tanda seru (!). Contoh: Belajarlah
dengan tekun!

Sedangkan dilihat dari lagu kalimatnya, yaitu:


1. Intonasi naik. Contoh: Apa maksudnya?
2. Intonasi datar. Contoh: Kita harus bekerja keras.
3. Intonasi menurun. Contoh: "Besok pagi pekerjaan ini seharusnya
selesai,"kata ibu.

Penggunaan intonasi menandakan suasana hati penuturnya. Dalam


keadaan marah seseorang sering menyatakan sesuatu dengan intonasi
menaik dan meninggi, sedangkan suasana sedih cenderung berintonasi
menurun. Intonasi juga dapat menandakan ciri-ciri sebuah kalimat.
Kalimat yang diucapkan dengan intonasi akhir menurun biasanya
bersifat pernyataan, sedangkan yang diakhiri dengan intonasi menaik
umumnya berupa kalimat tanya.
Lihat contoh di bawah ini:

Ketika membahas tentang intonasi, itu berarti harus mengenal apa


itu jeda. Jeda adalah penghentian atau kesenyapan. Jeda juga
berhubungan dengan intonasi, penggunaan intonasi yang baik dapat
ditentukan pula oleh penjedaan kalimat yang tepat. Untuk kalimat
panjang penempatan jeda dalam pengucapan menentukan
ketersampaian pesan. Dengan jeda yang tepat pendengar dapat
memahami pokok-pokok isi kalimat yang diungkapkan.

Penggunaan jeda yang tidak baik membuat kalimat terasa janggal


dan tidak dapat dipahami. Dalam bahasa lisan, jeda ditandai dengan
kesenyapan. Pada bahasa tulis jeda ditandai dengan spasi atau
dilambangkan dengan garis miring [/], tanda koma [,], tanda titik koma
[;], tanda titik dua [:], tanda hubung [-], atau tanda pisah [–]. Jeda juga
dapat memengaruhi pengertian atau makna kalimat. Perhatikan contoh
di bawah ini :

Kalimat ini dapat mengandung pengertian yang berbeda jika


jedanya berubah. Misalnya,

1. Menurut pemeriksaan / dokter Joko Susanto / memang sakit.


(yang sakit dokter Joko Susanto)
2. Menurut pemeriksaan dokter / Joko Susanto / memang sakit.
(yang memeriksa dokter dan yang sakit ialah Joko Susanto)
3. Menurut pemeriksaan dokter Joko/ Susanto/ memang sakit.
(yang memeriksa bernama dokter Joko, yang sakit Susanto)
Cara Berbicara Pengalaman membuktikan bahwa komunkator yang
menyampaikan dengan cara dan gaya bahasa yang baik adalah sangat
penting dan bermanfaat, hal ini akan memperlancar proses komunikasi
dan akan menciptakan komunikasi yang harmonis.

Berikut ini adalah beberapa macam yang harus dipehatikan dalam


intonasi  berkomunikasi :

Cara berbahasa yang baik yaitu sebagai berikut:


1. Berbicara cukup perlahan, tidak terlalu keras dan tidak terlalu
lemah.
2. Berbicara bersemangat, suara yang semangat akan mempengaruhi
khalayak. Sehingga tidak mudah jemu dan menjemukan.
3. Berbicara dengan tekanan tertentu :
a. Ada selingan antara tinggi rendahnya suara.  
b. Ada tekanan-tekanan bagi pesan yang penting.
c. Menggunakan efek pembicaraan ( berhenti sebentar ).
4. Pergunakan suara yang penuh agar apa yang disampaikan lebih
terang  pengucapannya.
5. Berbicara tidak hanya satu arah, tetapi keberbagai arah kelompok
khalayak sesuai dengan situasi dan kondisi.
6. Pergunakan bahasa yang baik dan benar.

Pengucapan intonasi dalam komunikasi memiliki pola yang


berbeda-beda halini didasarkan pada konteks linguistik dan
nonlinguistik ketika diucapkan. Dengan kata lain intonasi memiliki
banyak sekali pola yang terdiri dari nada-nada yang berbeda
berdasarkan tujuan seseorang dalam mengatakan kalimat tersebut.

Ada beberapa variasi baris nada dalam intonasi, diantaranya :


a. Baris /l٢٣١/, baris nada ini berlaku pada kalimat informasi
atau berita dan kalimat tanya yang jawabannya bukan iya atau
tidak. Contoh :

(١‫ ناجح‬٣ ‫ أنا‬٢ )(١‫ غائب‬٣ ‫ محمد‬٢)(١ ‫ تفعل‬٣ ‫ ماذا‬٢)


(١‫ تسكن‬٣ ‫ أين‬٢ )
Atau dapat dikatakan Alur 231 yaitu intonasi pada kalimat
tertentu yang mengandung kalimat Tanya dan tidak bisa
terjawab oleh “ya” atau “tidak”. Contoh : 2 muhammad 3
tidak ada 1

b. Baris /j٢٣٣/, baris nada ini berlaku pada kalimat tanya yang
membutuhkan jawaban iya atau tidak. contoh :

(٣ ‫ ذاهب‬٣ ‫ محمد‬٢) (٣ ‫ غائب‬٣ ‫ األستاذ‬٢) (٣ ‫ ناجه‬٣ ‫ أنت‬٢)

Baris nada ini juga diucapkan dalam kalimat syarat (dalam


bagian pertamanya saja atau dalam kalimat syaratnya saja),
contoh :

(‫ األستاذ‬Q‫ فاسئل‬،٣ ‫ جهلت‬٣ ‫ إذا‬٢ )


(‫ لما تأخرت‬،٣ ‫ الدراجة‬٣ ‫ لو ركبت‬٢ )
(‫ لكنا من الضالين‬،٣ ‫ القرآن‬٣ ‫ لوال‬٢ )

Atau dapat dikatakan intonasi pada kalimat tertentu yang


mengandung kalimat Tanya dan bisa terjawab oleh “ya” atau
“tidak”. Contoh : 2 muhammad 3 pergi 3?

c. Baris /h٢٤٤/, baris nada ini diucapkan dalam kalimat untuk


menunjukan kekaguman atau keterkejutan. Contoh :

)٤ ‫ مات‬٤ ‫ أحمد‬٢( )٤ Q‫ سيارتك‬٤ ‫ هذه‬٢( )٤ ‫ ناجه‬٤ ‫ أنت‬٢(


Atau dapat dikatakan intonasi yang menunjukan makna takjub atau
heran. Contoh: 2 Ahmad 4 mati 4.

Intonasi mempunyai banyak fungsi kebahasaan. Diantaranya ada


yang bersifat umum, berlaku untuk semua bahasa, sebagian lainnya
bersifat khusus yang hanya berlaku untuk bahasa tertentu saja.

Selain tiga point diatas, adanya baris nada yang lain yaitu nada
turun dan nada naik yang dilafalkan secara bersaman dalam satu
kalimat. Seperti dalam kalimat yang diawali dengan nada naik maka
kelanjutan kalimatnya adalah dengan nada turun. Sebagaimana yang
terdapat pada kalimat-kalimat dibawah ini :

‫ لما عرفنا اللغة العربية‬،‫لوال القرآن‬


‫ يجعل له مخرجا‬، ‫من يتق هللا‬
‫ و الصفحة‬، ‫ الصفحة الخامسة‬، ‫ الصفحة الثالثة‬،‫الصفحة األولى‬
‫السابع‬
‫ واللغة العربية‬،‫ و التتفسير‬، ‫ و الحديث‬، ‫الفقه‬

Akhir bagian kalimat yang pertama pada kalimat tersebut


menggunakan nada naik, menunjukan bahwa kalimat tersebut belum
sempurna dan terhubung dengan kalimat selanjutnya dan ujung
kalimat-kalimat ini berakhir dengan nada menurun menunjukkan bahwa
kalimat itu telah selesai dalam struktur dan maknanya.

Fungsi Intonasi dalam Bahasa Arab

Intonasi ditemukan dalam setiap bahasa tanpa terkecuali


karena perkataan atau ucapan dalam setiap bahasa hakikatnya
adalah sebuah ekspresi dari suatu makna dan intonasi sebagai
suatu cara untuk mengekspresikan makna tersebut karena
tentunya setiap bahasa mempunyai ungkapan makna oleh karena
itu intonasi cenderung bersifat umum. Kecenderungan berbicara
dengan intonasi yang berbeda menghasilkan tujuan gramatikal
yang berbeda, hal ini menunjukan bahwa intonasi merupakan
bagian yang berhubungan erat dengan bahasa dan memiliki
fungsi dalam pengucapan bahasa tersebut. Dengan demikian, para
peneliti bunyi mengatakan bahwa bahasa manusia itu ialah
bahasa intonasi (Intonation Language) yaitu bahasa yang
digunakan manusia untuk membedakan setiap makna .

Intonasi ini berfungsi sebagai metode pengungkapan bahasa yang


berbeda beda baik itu tinggi rendahnya, pola nya dan penyesuaian
posisi agar tetap sesuai dengan pola bahasa . Atau dalam arti khusus
disebut kelompok kata atau frasa. Selain itu intonasi berfungsi untuk
menentukan jenis kalimat apakah itu berupa pertanyaan, keterangan,
kekaguman ataupun kata yang menunjukan kejelekan . contoh : ‫اشتري‬
‫سيارة جديدة بااألمس‬،‫احمد‬

Kalimat ini bisa menunjukan beberapa makna yang berbeda-


beda apabila diucapkan dengan intonasi yang berbeda-beda.
Seperti beberapa penjelasan berikut :

1. Pertanyaan dan pemberitahuan tentang pembelanjaan


2. Pemberitahuan dan pertanyaan tentang seseorang yang
belanja
3. Pemberitahuan dan pertanyaan tentang belanjaannya
4. Pemberihuan dan pertanyaan tentang mobil yang dibelinya
5. Pembertahuan dan pertanyaan tentang waktu pembelian
6. Kekaguman tentang kejadian pembeluan atau tempat membeli
atau mobilnya atau sifat mobilnya atau waktu mobilnya
7. Bentuk sindiran , menjadi mustahil atau penyipatan
“ ‫شراء احمد سيارة جديدة المس‬

Jadi perlu diketahui bahwa pernyataan pada kalimat diatas tidak


menghasilkan kata kata yang terdapat dalam kamus akan tetapi ia
meenghasilkan maksud tertentu sesuai dengan intonasi yang diucapkan.
Dengan kata lain bahwasannya setiap kalimat dapat berubah makna
sesuai dengan intonasi ketika ia mengucapkannya .

Para peneliti bunyi berpendapat ada dua jenis intonasi


diantaranya suprasegmental phonemes (fonem tidak berwujud)
dan secondary phonemes (fonem sekunder). Sebagaimana dalam
fungsi kebahasaannya, Kamal basyar menjelaskan bahwasannya
intonasi memiliki fungsi-fungsi dalam hal analisis linguistik dan
komunikasi sosial antar pengguna bahasa. Maka disini dijelaskan
ada 4 fungsi dari intonasi dalam analisis linguistik dan
komunikasi sosial antar pengguna bahasa, diantaranya :

Didalam pembahasan Suprasegmenta danl Phonemes Secondary


Phonemes halaman 539-531 menetapkan ada 4 golongan bahasa yang
digunakan sesuai dengan analisa :
1. Fungsi sintaksis.
Sesuai cara kerja intonasi yaitu dapat membedakan antara
pola-pola susunan kalimat dan jenis-jenis tata bahasanya.
Maka, intonasi akan membedakan dan menjelaskan sempurna
atau belum sempurnanya suatu kalimat yang diucapkan dari
segi makna maupun struktur nya. Seperti dalam kalimat ‫ان‬
‫تجد ما سديسرك‬، ‫تأت‬

Ketika pengucapan kalimat syarat (‫أت‬QQQ‫ )إن ت‬diakhiri


dengan intonasi naik, hal ini menunjukan bahwa kalimat
tersebut belum sempurna makna dan struktur nya. Kemudian
pengucapan dari kalimat jawab syarat (‫ )تجد ما يسرك‬yang di
akhiri dengan intonasi turun, hal ini menunjukan bahwa
kalimat tersebut sudah sempurna dari segi makna dan
strukturnya. Selain itu, intonasi juga dapat membedakan
antara kalimat informasi dan kalimat sindiran, tergantung
intonasi mana yang kita gunakan, apakah dengan intonasi
naik atau dengan intonasi turun. Contohnya dalam kalimat ”
‫اجح‬QQ‫ ”أنت ن‬Apabila kalimat ini berakhir dengan intonasi
rendah maka kalimatnya berupa keterangan atau laporan,
adapun jika berakhir dengan intonasi tinggi maka kalimatnya
berupa kalimat tanya atau sindiran.contoh lain jika Suatu kata
atau kalimat jika dituturkan dengan intonasi yang berbeda
dapat berdampak pada arti yang berbeda pula. Seperti kata
“Astagfirullah” jika dituturkan dengan intonasi menurun
artinya adalah minta ampun kepada Allah. Tetapi jika
dituturkan engan naik, turun, naik maka bias berarti omelan,
karena tidak mengikuti aturan.

2. Fungsi semantik kontekstual

Kinerja dalam menjelaskan pola intonasi suatu frasa tertentu


perlu mengacu pada makna kontekstual menurut konteks sosialnya.

Contoh kata ‫ نعم‬dakata “no”dalam bahasa arab, “apa” dalam


bahasa indonesia, kata “no” dalam bahasa inggris ini dapat
membawa makna kontekstual yang berbeda, sehingga anda bisa
mengucapkan pelafalan yang berbeda sesuai dengan makna yang
anda ucapkan.

3. Fungsi Sosial Budaya

Kinerja pola tertentu dari intonasi menunjukan pada kelas atau


tingkatan sosial dan budaya dalam kelompok masyarakat tertentu.
Sebagaimana yang telah diamati bahwa suatu kelas atau kelompok
sosial dan budaya tertentu memiliki cara khusus terendiri dalam
mengucapkan sesuatu. Hal inilah yang membedakan kelas atau
kelompoknya dengan kelas atau kelompok yang lainnya.

4. Fungsi Leksikal

Kinerja pola intonasi dapat membedakan makna kata pada


tingkat leksikon dan nada, fungsi ini sering disebut dengan
lexical tone atau nada leksikal. Kata “ma” dalam salah satu
bahasa china bermakna ibu apabila diucapkan dengan nada
sedang atau datar, tetapi akan bermakna kuda apabila
diucapkan dengan intonasi naik atau turun.

5. Fungsi ketatabahasaan,

Yang membedakan bentuk-bentuk kalimat. Suatu kalimat jika


dituturkan dengan intonasi yang berbeda dapat merubah
bentuknya dari kalimat berita menjadi kalimat seru atau
Tanya. Contoh “‫ار‬Q‫ ”وصل القط‬jika dituturkan dengan intonasi
mendatar akan menjadi kalimat berita, dan jika dituturkan
dengan intonasi naik maka merupakan kalimat Tanya.
Sedangkan apabila dituturkan dengan intonasi naik turun
maka kalimat tersebut menjadi kalimat takjub atau heran.

6. Fungsi Ekspresi Kejiwaan,

Menunjukan sikap kejiwaan penutur. Seperti kalimat


 “‫ ”لقد كسرت الباب مرة اخرى‬ apabila dituturkan dengan intonasi
biasa kalimat tersebut berarti “saya tidak mengerti maksudmu, coba
ulangi ucapan anda” dan apabila dituturkan dengan intonasi naik
maka akan berarti persetujuan dan menguatkan pengertian. Dan
jika naik turun berarti heran atau takjub.

Ada sebuah penelitian yang menyebutkan bahwa intonasi


suara berkontribusi sebesar 37% dari pesan yang ingin kita
sampaikan, sedangkan isi pesan tersebut hanyalah 7% (sisanya
sebesar 56% adalah bahasa tubuh). Apa maksud dari penelitian
ini?

Artinya adalah jika ada ketidaksinkronan dari intonasi suara dan isi
perkataaan, maka yang dipercaya oleh si penerima pesan adalah
komponen yang berbicara lebih besar (dalam hal ini intonasi).

Contoh: Anda berkata “Saya nggak papa kok”, tapi dengan nada
ngambek.

Maka yang ditangkap oleh si penerima pesan adalah sebenarnya


“ada apa-apa” dengan anda yang sampai menyebabkan anda ngambek
(bagi yang sudah berpasangan mungkin anda membaca ini sambil
mengangguk-angguk setuju )

Jadi sangatlah penting untuk menyelaraskan intonasi suara dengan


pesan yang hendak kita sampaikan supaya audiens juga tidak sampai
mensalahartikan pesan yang hendak kita sampaikan.

Selain itu penggunaan intonasi yang cenderung monoton juga akan


berpotensi untuk membosankan pendengar. Ketika anda berbicara
dengan nada datar dari awal sampai akhir, mungkin di tengah-tengah
pembicaraan sudah pulas tertidur Ketika anda berbicara dengan nada
tinggi dan cepat sepanjang presentasi, saya yakin sampai beberapa
menit audiens juga sudah menyerah karena tidak mampu lagi mengikuti
apa yang anda sampaikan.

Ada baiknya kita mengetahui apa saja komponen-komponen yang


ada dalam sebuah suara. komponen-komponennya:

Komponen-komponen dari suara


a. Speech rate, merupakan seberapa cepat saat berbicara
b. Volume, merupakan keras lemah saat berbicara
c. Pitch, merupakan tinggi rendah nada dari suara
d. Quality, menunjukkan apa yang ada di emosi

Setelah kita tahu komponen-komponen suara tersebut, lalu


bagaimana mengaturnya supaya sesuai dengan presentasi kita?

Bagaimana mengatur intonasi suara yang efektif

Kunci dari penggunakan intonasi efektif dalam presentasi adalah


menciptakan kontras. Ciptakanlah kontras pada komponen-
komponen suara yang ada di atas. Berikut berikan contoh-contohnya:

Kontras dalam speech rate, ada saatnya anda berbicara dengan


tempo cepat (misal ketika anda sedang antusias menyampaikan
sesuatu), tetapi ada juga saatnya anda berbicara dengan tempo lambat
(misal ketika anda sedang menyampaikan poin penting)

Kontras dalam quality, anda mengekspresikan apa yang anda


rasakan melalui intonasi suara anda. Misal dalam cerita yang anda
sampaikan anda sedang prihatin, maka perlihatkan itu juga dalam
intonasi anda. Ketika anda sedang gembira, perlihatkanlah juga melalui
intonasinya.

Sebagaimana yang telah diketahui sebelumnya bahwa intonasi


dalam ilmu aswat akan mengarahkan kepada fungsi yang berbeda
dalam komunikasi loinguistik, karena jelas bahwa intonasi memainkan
peranan penting ketika dikaitkan dnegan fenomena linguistik lainnya
seperti tekanan, jeda, atau non-linguistik (tidak berhubungan dengan
kebahasaan) seperti konteks sosial.
BAB X
‫املفصل‬
(JEDA / PERSENDIAN)
Oleh : Nurhamidah

Pengertian Jeda/Persendian

Jeda adalah waktu berhenti sebentar diantara dua kegiatan


(KBBI, 2011:193). Jeda adalah perhentian yang menandai batas
terminal intonasi kalimat. Sedangkan sendi adalah peralihan dari
satu bunyi kebunyi yang lain dengan terdapat perhentian sejenak.
Jeda adalah diam sebentar diantara kata-kata atau diantara
beberapa suku kata di dalam sebuah ucapan dengan tujuan untuk
menunjukkan terhadap kedudukan ahir lafadz atau suku kata lalu
akan memulainya kembali ucapan ( Umar, 1991:231 ).

Jeda atau persendian adalah pemutusan suatu arus bunyi-


bunyi segmental ketika diujarkan oleh penutur. Sebagai
akibatnya, akan terjadi kesenapan diantara bunyi-bunyi yang
terputus itu. Kesenyapan itu bisa berada diposisi awal, tengan dan
akhir ujaran. Kesenyapan awal terjadi ketika bunyi itu akan
diujarkan, misalnya ketika mengujarkan kalimat hadza kitaabun
terjadi kesenyapan yang tak terbatas sebelumnya. Kesenyapan
tengah terjadi antara ucapan kata-kata dalam kalimat, misalnya
antara ucapan kata hadza dan kitaabun pada hadza kitaabun: atau
ucapan antar suku kata, misalnya antar suku kata ha dan dza pada
kata hadza, walaupun kesenyapan itu sangat singkat. Kesenyapan
akhir terjadi pada akhir ujaran, misalnya ujaran akhir kalimat
hadza kitaabun terjadi kesenyapan yang tak terbatas sesudahnya.
(Muslich, 2010).

Jeda atau persendian berkenaan dengan hentinya bunyi


dalam arus ujaran. Disebut jeda karena adanya hentian itu, dan
disebut persendian karena ditempat perhentian itulah terjadinya
persambungan dengan segmen ujaran. Jeda ini dapat bersifat
penuh atau sementara.

Jeda, persendian atau juncture menyangkut perhentian


bunyi dalam bahasa. Suatu bunyi segmental dalam suku kata,
atau kalimat pastilah disertai dengan bunyi suprasegmental yang
berciri prosedi perhentian di sana sini itu disebut jeda atau
persendian. Bahasa yang satu dengan yang lain berbeda jedanya.
Ada yang jelas dan ada yang tidak jelas (Bloch & Trager,
1942:35-36)

Ada beberapa penamaan lain terhadap topik pembahasan ini


seperti dikemukakan oleh peneliti ilmu bunyi seperti ‫اﻧﺘﻘﺎل‬
(perpindahan), ‫( ﻓﺎﺻﻞ‬Pemisah), dan ‫ ( ﺳﻜﺘﺔ‬diam sebentar ).
Disebut ‫ ﻓﺎﺻﻞ‬atau ‫ ﺳﻜﺘﺔ‬karena untuk menunjukkan bahwasanya
‫( ﻣﻔﺼﻞ‬jeda) merupakan bagian dari diamnya suara di dalam
ucapan. Disebut ‫( اﻧﺘﻘﺎل‬perpindahan) karena unttuk menunjukan
bahwa jeda merupakan bagian dari diamnya suara di dalam
ucapan dalam satu waktu yang sama.

Jeda atau persendian berkenaan dengan hentinya bunyi


dalam arus ujar. Disebut jeda karena adanya hentinya itu, dan
disebut persendian karena di tempat perhentian itulah terjadinya
persambungan antara segmen yang satu dengan yang lain. Jeda
ini dapat bersifat penuh dan dapat juga bersifat sementara.
Biasanya dibedakan adanya sendi dalam atau internal juncture
dan sendi luar atau open juncture. (Drs. Abdul Chaer, 2007:122)

Jeda atau kesenyapan ini terjadi diantara dua bentuk


linguistik, baik antar kalimat, antar fraase , antar kata, antar
morfem, antar silaba, maupn antar fonem. Jeda diantara dua
linguistik yang lebih tinggi tatarannya. Jeda antar kalimat lebih
lama kesenyapannya dibanding dengan jeda antar frase. Jeda
antar frase lebuh lama bila dibanding dengan jeda antar kata.
Begitu juga dan seterusnya. (Masnur Muslich, 2014:114)

Jenis-jenis Jeda/Persendian

Jeda ada yang bersifat tertutup dan ada juga yang bersifat
terbuka. Oleh karena itu jeda terbagi menjadi 2 bagian:

1. Jeda yang bersifat terkunci/tertutup ( Close juncture)


Yaitu terletak antara potongan masuknya kalimat dan
menunjukan bunyi yang tertulis dengan ditandai tanda " - "
seperti kataba ( "Ka-ta-ba) kitabun (Ki-ta-bun) maktabun
(Mak-ta-bun) atau cukup dengan memberikan spasi diantara
potongan kalimat tersebut dengan tidak ada ciri

2. Jeda yang bersifat terbuka ( Open junture)


Adalah jeda yang terletak diantara kalimat, ungkapan atau
jumlah yang ditandai dengan tanda + dalam penulisannya
seperti( kullu +matni ), ( Mudirotul madrosati + al jadidah)
dan mudirotun + Almadrosah al jadidah)

Macam-macam jeda:
1. Jeda final yaitu perhentian diakhir kalimat dan menandai
intonasi berakhir
2. Jeda non final yaitu perhentian ditengah kalimat yang
manandai frase tertentu.

Jeda dapat dibedakan atas empat jenis jeda atau sendi


sebagai berikut. (samsuri, 1970 15-16).

1. Sendi tambah (+) yakni jeda yang berda diantara dua suku
kata. Ukuran panjangnya kurang dari satu fonem. Misalnya:
[ suk+ran] /sukran/
[lai+sa] /laisa/
[af+wan] /afwan/

2. Sendi tunggal (/), jeda yang berada diantara dua kata dalam
frasa. Ukuran panjangnya satu fonem. Misalnya:
Fil / jaami’ah
Ilal / baiti
Min / masjidi

3. Sendi rangkap (//) yakni jeda yang berada diamtara dua


fumgsi unsur klausa atau kalimat, diantara fiil dan fail.
Misalnya:
Umi // dzahaba ila suuki
Ahmad // lam ya’ti?

4. Sendi kepang rangkap (#), yakni jeda yang berada sebelum


dan sesudah tuturan sebagai tanda diawali dan diakhiri
tuturan. Sendi kepang rangkap yang berposisi diakhir tuturan
biasanya disertai nada turun (v#) atau nada naik (#).

Fungsi Jeda Bahasa

Jeda mempunyai kedudukan dalam fungsi bahasa untuk


memisahkan makna, dengan makna letaknya jeda diantara
kumpulan kalimat dalam kedudukannya yang berbeda-beda itu
mempengaruhi makna seperti halnya contoh yang jelas di bawah
ini :

َ
1. ‫َج َدل َك‬
Apabila kamu mengucapkan “ ‫ “ ج ا دلك‬maka yang

dimaksud “ ‫( ناقشك‬berdiskusi) “dari satu perdebatan.


Apabila kamu mengucapkan " jadaa +laka" maka
maknanya “khairu laka” dari lafadz judi (kedermawanan).

َّ َ
2. ‫كل َم ْت ِني‬
Apabila kamu mengucapkan “kallamatni” maka yang
bermaksud “ telah menceritakan kepadaku”
Apabila kamu mengucapkan “ kalla + matni “ maka yang
dimaksud adalah “ telah melafalkan kepadaku “
Seperti halnya dalam syair:
Saya telah memukul pintu sampai telah melemahkanku
dan ketika memukul tersebut maka lemahlah diriku dan
lemahlah tanganku.

َ
3. ‫ذ ِاهبة‬
Apabila membacanya ‫ ذاھﺒﺔ‬maka bermakna isim fail dari
‫ ذھﺐ‬.
Apabila membacanya ‫ھﺒﺔ‬+ ‫ ذا‬maka maknanya menjadi .
‫اھﻞ ھﺒﺔ‬
Seperti halnya dalam syair:
‫ﻓﺪﻋﮫ ﻓﺪوﻟﺘﮫ ذاھﺒﺔ‬ ‫ھﺒﺔ‬+ ‫ِاذا ﻣﻠﻚ ﻟﻢ ﯾﻜﻦ ذا‬
4. 2 :‫اﻟﻔﺎﺗﺤﮫ‬
Jika membacan ayat ini tanpa jeda dan dengan kata ‫رب‬
yang dikasrohkan maka kata ‫ رب‬itu sebagai badal.

Apabila membacanya dengan jeda ‫ رب اﻟﻌﺎﻤﻟﯿﻦ الحمدهلل‬+


dengan ‫ رب‬dibaca rofa , maka akan berkedudukan sebagai
na’at.

ُ ْ ُ َّ َ َّ ُ َ ْ ‫َ َ َ ْ َ ُ َ ْأ‬
5. ‫اس خ ْو َن ِفي ال ِعل ِم َي ُق ْول ْو َن َآم َّنا ِب ِه (آل‬
ِ ‫وم ا يعلم ت ِويل ه ِإ ال هللُ و الر‬
)7: ‫عمران‬
َّ َ ‫َ َ ْأ‬
Apabila ayat ini dibaca ‫ َو‬+ ُ‫ُه ِإ ال هلل‬ ‫َو َم ا َي ْعل ُم ت ِو ْيل‬
َّ َ ُ ُ َ ‫الراس ُخ ْو َن في الع ْلم‬
َ ‫يق ْول ْون‬
‫آمنابِ ِه‬ ِ ِ ِ ِ َّ Maka bermakna bahwa hal
yang sama itu tidak ada yang mengetahuinya kecuali Allah
semata. Jika membacanya tanpa jeda maka akan bermakna
Allah mengetahui hal yang sama dan juga orang-orang yang
mendalami pengetahuan.
َْ َ ُ َْ ً
6. )18: ‫ﺴﺒﯿﻼ (اإلنسان‬
ِ ‫ﻋﯿﻨﺎ ِﻓيها ﺗﺴﻤﻰ َﺳﻠ‬
Apabila kata ‫ ﺳﻠﺴﺒﯿﻼ‬dibaca tanpa jeda maka maknanya
adalah mata di syurga. Apabila dibaca dengan jeda ‫ﺳﻞ‬
‫ﺳﺒﯿﻼ‬+ maka menjadi ada dua kalimat , kalimat yang pertama
adalah fiil dan kedua adalah isim. Dan maknanya berubah
menjadi tidak bermaknanya konteks tersebut.

ُ ُ ُ َُُ ْ َ َ ْ َ َ َ ْ ُ َ ْ َ َ
7. ‫هللا ث َّم‬ ‫ وامل وتى يبعثهم‬+ ‫)) ِإ َّن َم ا َي ْس َت ِج ُب ال ِذين يس معون‬36:‫ألنع ام‬
َ
‫ِإ ل ْي ِه ُي ْر َج ُع ْو َن‬
Apabila ayat ini dibaca ( ( + ‫ين َي ْس َم ُع ْو َن‬
َ ‫َّن َم ا َي ْس َتج ُب الذ‬
ِ ِ ‫ِإ‬
َ ُ ُ ُ َُُ ْ َ َ َْ َ
‫هللا ث َّم ِإ ل ْي ِه ُي ْر َج ُع ْو َن‬ ‫ واملوتى يبعثهم‬.

َ ُ َ
8.
َ ‫ِﺮﺑ ْﻮ ن و‬
‫ﺟﻮھ ُه ْم و ا َدﺑﺎ َرھﻢ‬ ُ ‫َﻜﺔ َﯾ ْﻀ‬ ‫ِاذ َﯾ َﺘ َﻮﻓﻰ اﻟﺬﯾﻦ ﻛﻔﺮوا اﻤﻟ َﻼ ِﺋ‬
)80:‫(اﻻﻧﻔﺎل‬
Apabila ayat ini dibaca tanpa jeda maka akan bermakna
bahwa malaikat memukul wajah dan dubur orang-orang kafir.
ُ
Namun apabila ayat ini dibaca menggunakan jeda ‫اﻤﻟ َﻼ ِﺋ َﻜﺔ َﯾ‬
َ َ
‫ ﻛﻔﺮوا ِاذ َﯾ َﺘ َﻮﻓﻰ اﻟﺬﯾﻦ‬Q+ ‫ﺟﻮھ ُه ْم و ا َدﺑﺎ َرھﻢ‬
َ ‫ِﺮﺑ ْﻮ ن و‬
ُ ‫ ْﻀ‬maka
maknanya adalah bahwa malaikat memukul dirinya sendiri
(wajah dan dubur ).

9. ‫ﻣﺪﯾﺮة اﻤﻟﺪرﺳﺔ اﻟﺠﺪﯾﺪة‬


Apabila membacanya ‫اﻤﻟﺪرﺳﺔ اﻟﺠﺪﯾﺪة‬+ ‫ ﻣﺪﯾﺮة‬maka kata
‫اﻟﺠﺪﯾﺪة‬ adalah sifat dari ‫اﻤﻟﺪرﺳﺔ‬ . namun apabila

membacanya ‫اﻟﺠﺪﯾﺪة‬+ ‫ﻣﺪﯾﺮة اﻤﻟﺪرﺳﺔ‬ maka kata ‫اﻟﺠﺪﯾﺪة‬


menjadi sifat dari ‫ﻣﺪﯾﺮة‬

10. . ‫اﻟﺠﺪﯾﺪ‬ ‫طﺮﯾﻖ اﻤﻟﻄﺎر‬


Apabila membacanya ‫اﻤﻟﻄﺎر اﻟﺠﺪﯾﺪ‬+ ‫طﺮﯾﻖ‬ maka kata

‫ اﻟﺠﺪﯾﺪ‬menjadi sifat dari .‫ اﻤﻟﻄﺎر‬namun apabila membacanya


‫اﻟﺠﺪﯾﺪ‬+ ‫طﺮﯾﻖ اﻤﻟﻄﺎر‬ maka kata ‫اﻟﺠﺪﯾﺪ‬ menjadi sifat dari

‫طﺮﯾﻖ‬
Dan Kamal Basyar telah menunjukkan (…2 : 558-559)
contoh dari jeda yang lebih baik yang dinamai dengan ‫ اﻟﺴﻜﺘﺔ‬dan
ditandai dengan [,]. Dan ketentuan nya sebagai berikut :

1. Jeda berada di jumlah syartiyah, dintara Tharaf nya : syarat


dan jawab. Sebagaimana dalam firman Allah : ‫وﻣﻦ ﯾﺘ ِﻖ‬
ََ
ً ‫ﯾ َﺠ ْﻌﻞ ُﻟﮫ َْﻣ‬,َ ‫َﷲ‬
)2: ‫ﺨﺮﺟا(الطالق‬ َ
2. Jeda berada di kalimat dengan tautan berikut : ‫ﻟﻮﻻ‬, ‫ﻟﻮ‬, ‫ﻛﻠﻤﺎ‬
dan contohnya terdapat pada ayat sebagai berikut :

ً َ ‫ُك َّل َما َد َخ َل َع َل ْي َها َز َكر َّيا ا ِمل ْح َر‬


)37: ‫ َو َج َد ِع ْن َد َها ِر ْزقا (آل عمران‬, ‫اب‬ 
ِ
ً َ َّ َّ َ ََ ُ ََ
)246: ‫ ت َول ْوا ِإ ال ق ِل ْيال ِم ُنه ْم ( البقرة‬,‫الق َت ُل‬ِ ‫فل َّما ك ِت َب عل ْي ِه ُم‬ 
ُ َ ً َ َ َ
)167: ‫ل ْو ن ْعل ُم ِق َتاالو ال َّت َب ْع َناك ْم (آل عمران‬ 
ُ َ ْ ‫َ َ َأ‬
)31 : ‫ لك َّنا ُمْؤ ِم ِن ْي َن (سأ‬,‫لوال ن ُت ْم‬ 

3. Jeda berada di antara na’at dan man’ut, sepeti dalam kalimat (


ُ
‫اﻟﻄﻮﯾﻞ‬, ‫) ﻣﺮرت ﺑﻤﺤﻤﺪ‬
4. Jeda berada di antara mubtada dan khobar apabila keduanya
ma’rifat, khususnya apabila khobar yang kema’rifatanya
menunjukan kepada janji atau kesempurnaan, dan mubtada
dari isyim isyaroh . contoh : َ‫اﻟﻜﺘﺎن ﻻرﯾﺐ ﻓﯿﮫ‬,
َ ‫ ذﻟﻚ‬atau dalam
kalimat ‫اﻟﺮأي اﻟﺼﺎﺋﺐ‬, ‫ذﻟﻚ‬
5. Jeda berada sebelum ‫ ﻟﻜﻦ‬dan ‫ ﺑﻞ‬.

‫وﻟﻜﻨﻲ ﻏﯿﺮ ﻣﺘﺄﻛﺪ‬, ‫ﺳﻤﻌﺖ ﻣﺎ ﯾﻘﻮﻟﻮن‬ 


)12:‫ﺮون (اﻟﺒﻘﺮة‬ َ ‫َا َﻻ ِا َﻧﮭﻢ ُھ ُم اﻤُﻟ ْﻔ ُﺴ‬
َ ‫ َو ﻟﻜﻦ َﻻ َﯾ ُﺸ ُﻌ‬, ‫ﺪون‬ 
ِ
‫ﺑﻞ ﺗﻌﺪاه اﻟﻰ ﻣﺠﺎﻻت اﺧﺮى‬, ‫ﻟﯿﺲ اﻻﻣﺮ ﻣﻘﺼﻮرا ﻋﻠﻰ ذﻟﻚ‬ 
َ ‫ﺤﻮ‬
)15:‫رون (اﻟﺤﺠﺮ‬ ٌ ‫ﺑﻞ ﻧﺤﻦ‬,‫َﻟ َﻘ ُﺎﻟﻮا ِا َﻧﻤﺎ ُﺳ َﻜ ْﺮت ْاﺑﺼﺄرﻧﺎ‬
ُ ‫ﻗﻮم َْﻣ ُﺴ‬ 
ِ

6. Jeda berada setelah ‫ اﻟﻘﻮل‬dan turunannya, sebagaimana firman


ْ َُ َ َ َ َ َ ُ ٌ ْ َََ ََ
Allah : ‫اﻧﺎﺧﯿﺮ ِْﻣﻨﮫ َﺧﻠﻘﺘ ِﻨﻲ ِْﻣﻦ ﻧ ٍﺎر َوﺧﻠﻘﺘﮫ ِْﻣﻦ ِط ٍﯿﻦ‬, ‫ ﻗﺎل‬Dan
terkadang pada ungkapan bahasa Arab pada keadaan ini
ّ
dengan harus adanya hamzah yang dibaca kasroh‫( )ِإ ن‬setelah

‫ﻗﺎل‬ , menunjukan bahwa setelahnya adalah permulaan


kalimat selanjutnya, sebagai mana dalam firman Allah:68)
َ َ َ َ َ
ْ ‫ُﺆﻻ ِء‬ ََ
). ‫َﺿ ِﯿﻔﻲ ﻓﻼ ﺗفﻀ ُﺤ ْﻮ ِن (اﻟﺤﺠﺮ‬ ‫ا َن ھ‬,ِ ‫ ﻗﺎل‬jeda disini
adalah pemisah maka hamzah dikasrohkan (‫) إن‬ karena itu
merupakan kalimat selanjutnya.

Dan Basyar menambahkan (…2: 566-572) bahwa jeda juga


bias jerjadi sebelum dua huruf : (1) fa jawab , (2) lam jawab dari
‫ﻟﻮ‬ dan .‫ ﻟﻮﻻ‬Adapun yang “fa” jeda berada pada sebelumnya
dalam keadaan berikut:

1. Apabila jawabnya terbuat dari jumlah ismiyah, sebagaimana


firman Allah :
َ َ ُ َ َ َ
)17: ‫ ف ُه َو َعلى ك ِ ّل ش ْي ٍء ق ِد ْي ٌر ( األنعام‬,‫َوِإ ْن َي ْم َس ْس َك ِبخ ْي ٍر‬ 
ُ ‫ َف َّن َح ْس َب َك‬, ‫خد ُع ْو َك‬
)62: ‫هللا (األنفال‬ َ ‫َو ْن ُير ْي ُد ْوا َأ ْن َي‬ 
‫ِإ‬ ِ ‫ِإ‬
2. Apabila jawabnya kalimat Thalabiyah, sebagaimana firman
Allah:
َ َ ُ ‫ُﻗﻞ ا ن‬
ُ ‫ﻛﻨﺘﻢ ُﺗ‬
)31: ‫ﻓﺎﺗ ِﺒ ْﻌﻮ ِﻧﻲ (آل عمران‬,َ ‫ﺤﺒﻦ َﷲ‬ ِ 
َْ َ َ ‫ون‬
)61 : ‫(اﻻﻧﻔﺎل‬...‫ﻓﺎنجح لها‬,‫ﺟﻨ ْﺤﻮا ِﻟﻠ ْﺴ ِﻠﻢ‬ ‫ِإ‬ 
3. Apabila jawab diawali oleh fiil jamid , sebagaimana firman
Allah:
َ َ ً َ ‫َ َأ َ َأ‬
)40-39 : ‫ ف َع َسى َر ِّبي (الكهف‬,‫ ِإ ْن ت َر ِن نا ق َّل ِم ْن َك َماال َو َول ًدا‬
َ َ َ َّ ُ ْ ُ ْ
)271 : ‫ ( البقرة‬...‫ ف ِن ِع ًما ِه َي‬,‫ات‬ ِ ‫الصدق‬ ‫ ِإ ن تبد‬
4. Apabila jawabnya terdapat huruf nafi "‫ "ما‬dan “ ‫”لن‬
sebagaimana dalam firman Allah ,
َ ّْ َ َ َ
)67 : ‫ ف َما َبلغ َت ِر َسال َت ُه ( املا ئدة‬,‫ َوِإ ْن ل ْم ت ْف َعل‬
َ ْ ََ َ ُ
)115 : ‫ فل ْن ُيكف ُر ْو ُه ( آل عمران‬,‫ َو َما َي ْف َعل ْوا ِم ْن خ ْي ٍر‬
5. Apabila jawabnya terdapat ‫ ﻗﺪ‬, sebagaimana dalam firman
Allah :
َ َ ‫َأ‬ ََ َُ
)77: ‫ فق ْد َس َر َق ٌخ ل ُه ِم ْن ق ْب ُل (يوسف‬,‫ قل ْوا ِإ ْن َي ْس ِر ُق‬
َ َ ُْ ُ
)116:‫ فق ْد َع ِل ْم َت ُه ( ( املا ِئ دة‬,‫ ِإ ْن ك ْن ُت ْم قل ُت ُه‬
6. Apabila jawabnya terdapat ‫ﺳﻮف‬/ ‫ س‬, sebagaimana dalam
firman Allah :
َ ُ َ ْ ُ َ
‫ ف َس َي ْحش ُر ُه ْم إل ْي ِه َج ِم ْي َعا‬,‫َو َم ْن َي ْست ْن ِكف َع ْن ِع َب َاد ِت ِه ِو َي ْس َتك ِب ْر‬ 
)172 : ‫( النساء‬
)28: ‫ض ِل ِه (التوبة‬ ُ ‫ َف َس ْو َف ُي ْغن ْي ُك ْم‬,‫َو ْن خ ْف ُت ْم َع ْي َل ًة‬
ْ ‫هللا م ْن َف‬ 
ِ ِ ِ ‫ِإ‬

Adapun lam (jawab syartiyah), jeda terletak pada


sebelumnya terdapat pada dua keadaan , yaitu :
1. Pertama, apabila menggunakan adat syarat ‫ ﻟﻮ‬, sebagaimana
dalam firman Allah :
َ َ َ ََ َ ‫َو َل ْو َآم َن َا ْه ُل‬
)110: ‫ان خ ْي ًرا ل ُه ْم ( ال عمران‬‫ لك‬, ‫اب‬
ِ ‫الكت‬
ِ
2. Kedua, apabila menggunakan adat syarat ‫ ﻟﻮﻻ‬, sebagaimana
dalam firman Allah :
ٌ ‫ مَل َ َس ُك ْم ِف ْي َم ا َأ َخ ْد ُّتم َع َذ‬, ‫هللا َس َب َق‬
‫اب َع ِظ ْي ٌم‬ َ ٌ ‫َل ْو َال ك َت‬
ِ ‫اب ِمن‬ ِ
)68: ‫(االنفال‬
ؒۚ ‫الس ْح َت‬ ُّ ‫الر َّبا ِن ُّي ْو َن َواَأل ْح َب ُار َع ْن َق ْو ِله ْم ا ْث َم َأ ْك ِله ُم‬
َّ ‫َل ْو َال َي ْن َه ا ُه ُم‬
ِ ‫ِ ِإل‬
ْ ‫ئس مضا َك ُانوا َي‬
‫ص َن ُع ْو َن‬ َ ‫َلب‬
ِ
َ‫وال َأ ْن ُت َف ّن ُدون‬
َ َ ۖ َ ُ ْ ُ َ ْ ُ ‫ْ ُ َ َ َأ ُ ُ ْ ّ َأَل‬
‫صل ِت ال ِعير قال بوهم ِإ ِنى ِجد ِريح يوسف ۗل‬
َ َ َ َّ ‫َ مَل‬
‫و اف‬
ِ

Pandangan Fonologi Prosodi terhadap Jeda

Dalam pembahasan jeda bahasa Arab, pembahasan tentang


fonologi prosodi terasa perlu. Hal ini dikarenakan jeda
merupakan salah satu bunyi suprasegmental. Fonologi prosodi
membahas tentang bunyi segmental yang pada pokok-pokok
prosodinya diungkap mengenai bunyi suprasegmental terutama
jeda. Adapun penjelasan lebih lanjut mengenai fonologi prosodi
menurut Abied (2011) sebagai berikut.

Pada tahun (1890-1960) seorang guru besar pada


Universitas London yang bernama John R. Firth telah
mengemukakan sebuah teorinya mengenai fonologi prosodi.
Karena itulah, teori yang dikembangkannya tersebut kemudian
dikenal dengan nama aliran Porosodi; tetapi disamping itu
dikenal pula dengan nama aliran firth, atau aliran Firthian, atau
aliran London.
Fonologi prosodi adalah suatu cara untuk menentukan arti
pada tataran fonetis. Fonologi prosodi tersebut terdiri dari satuan-
satuan fonematis berupa unsur-unsur segemental; yakni
konsonan, vokal, sedangkan satuan prosodi berupa ciri-ciri atau
sifat-sifat struktur yang lebih panjang daripada suatu segmen
tunggal. 
Aliran London atau biasa juga disebut fonologi prosodi
adalah suatu cara untuk menentukan arti pada tataran fonetis. Arti
pada pokok tataran fonematis tersebut yaitu berupa unsur-unsur
segmental.

1. Adapun pokok-pokok prosodi tersebut terbagi atas tiga


macam yakni sebagai berikut: Prosodi yang menyangkut
gabungan fonem; struktur kata, struktur suku kata, gabungan
konsonan dan gabungan vokal
2. Prosodi yang terbentuk oleh sendi atau jeda. Artinya jeda atau
persendian mempunyai hubungan erat dengan hentian bunyi
dalam arus ujar. Mengapa disebut jeda? Yakni karena
ditempat perhentian itulah terjadinya persambungan antara
segmen yang satu dengan segmen yang lainnya. Jeda ini
bersifat penuh dan dapat juga bersifat sementara, sedangkan
sendi biasanya dibedakan adanya sendi dalam (internal
juncture) atau sendi luar (open juncture), sendi dalam
menunjukkan batas yang lebih besar dari segmen silabel.
Dalam hal ini, biasanya dibedakan:
a. Jeda antara kata dalam frase diberi tanda berupa garis
miring tunggal (/)
b. Jeda antara frase dalam klausa diberi tanda berupa garis
miring ganda (//)
c. Jeda antara kalimat dalam wacana diberi tanda berupa
garis silang ganda (#)
Sehingga dapat diketahui bersama bahwa dalam bahasa
Arab sangat penting karena tekanan dan jeda itu dapat
mengubah makna kalimat.
3. Prosodi yang realisasi fonetisnya melampaui yang lebih besar
dari pada fonem-fonem suprasegmental. Artinya bahwa arus
ujaran merupakan tuntutan bunyi sambung bersambung terus
menerus diselang-seling dengan jeda singkat atau jeda agak
singkat, disertai dengan keras lembut bunyi, tinggi rendah
bunyi, panjang pendek bunyi dan sebagainya.
Dalam arus ujaran itu ada bunyi yang dapat
disegmentasikan sehingga disebut bunyi segmental; tetapi
berkenaan dengan keras lembut, panjang pendek dan jeda bunyi
tidak dapat disegmentasikan. Bagian dari bunyi tersebut disebut
bunyi suprasegmental(prosodi).

Jeda dalam Bahasa Arab Tulis

Sebagaimana pembahasan dalam latar belakang bahwa


penggunaan jeda dalam bahasa arab lisan lebih mudah diterapkan
daripada dalam bahasa arab tulis. Dalam bahasa arab tulis,
terlebih dalam tataran kalimat, perbedaan jeda sering
menimbulkan kerancuan makna, kekaburan makna, atau makna
ambigu.

Sebagai antisipasi hal tersebut, perlu dilakukan pengkajian


mengenai tata bahasa tulis mengenai penggunaan jeda dalam
bahasa arab tulis. Mengingat jeda memiliki fungsi sebagai
pembeda makna. Selain itu, yang lebih penting lagi adalah agar
tidak terjadi kekaburan makna. Bunyi suprasegmental lain seperti
nada, sudah memiliki aturan mengenai penulisannya. Untuk
menunjukkan nada tanya, menggunakan tanda tanya (?), untuk
menunjukkan kalimat seru, perintah menggunkan tanda seru (!),
dan untuk menunjukkan kalimat berita menggunakan tanda titik
(.). Sedangkan untuk penulisan bunyi suprasegmental yang
berupa jeda dalam bahasa arab masih belum jelas.

Untuk mengkaji penggunaan jeda dalam bahasa arab tulis


perlu dikaji terlebih daulu mengenai tanda baca. Tanda baca
merupakan bunyi suprasegmental dalam bahasa lisan. Bunyi
suprasegmental merupakan fonem karena membedakan makna.
Perbedaan Cara Membaca Jeda dalam Bahasa
Indonesia

Jeda ini lebih fungsional dibanding dengan suprasegmental


yang lain. Perhatikan perbedaan jeda pada kalimat berikut.
1. Anak / pejabat yang nakal itu telah dimejahijaukan.
2. Anak pejabat / yang nakal itu telah dimejahijaukan.

Dengan perbedaan jeda yang agak lama antara anak dan


pejabat (kalimat 1) dan antara pejabat dan yang (kalimat 2)
makna kalimat itu berbeda. Pada kalimat (1) ‘ yang nakal adalah
pejabat’, sedangkan pada kalimat (2) ‘yang nakal adalah anak
pejabat’.

Dalam penulisan, untuk membedakan kekaburan makna


pada frase-frase tersebut diberi tanda hubung (-) diantara kata
yang merupakan penjelas langsungnya. Dengan demikiab, kedua
kata pada kalimat tersebut ditulis sebagai berikut. (Masnur
Muslich, 2014:114)
1. Anak pejabat-yang nakal itu telah dimejahijaukan
2. Anak-pejabat yang nakal itu telah dimejahijaukan.

Adapun sendi yang menunjukkan batas antara suku silabel


dengan silabel yang lain. Sendi dalam oni, yang menjadi batas
silabel, biasanya diberi tanda tambah (+) misalnya :
/am+bil/
/lam+pu
/pe+lak+sa+na/

Sendi luar menunjukkan batas yang lebih besar dari segmen


silabel. Dalam hal ini biasanya dibedakan:
a) Jeda antar kata dalam frase diberi tanda berupa garis miring
tunggal (/)
b) Jeda antar frase dalam klausa diberi tanda berupa garis miring
ganda (//)
c) Jeda antarkalimat dalam wacana diberi tanda berupa garis
silang ganda (#)
Selabel adalah suatu ritmis terkecil dalam suatu ujaran atau
runtutan bunyi ujaran. Satu silabel biasanya meliputi satu vokal
atau satu vocal dan satu konsonan. Atau lebih. Silbel atau suku
kata merupakan runtutan bunyi yang paling n yaring (puncak
kenyaringan: sononitas, yang biasanya jatuh pada sebuah vocal)
yang dapat disertai atau tidak oleh bunyi lain di depannya, di
belakang atau sekaligus di depan dan di belakangnya, terjadi
karena adanya ruang resonasi berupa romgga mulut, rongga
hidung, atau rongga-rongga lain di dalam kepala dan dada. Bunyi
yang paling banyak menggunakan resonasi itu adalah bunyi
vocal. Karena itulah, yang dapat disebut bunyi silabis atau
puncak silabis adalah bunyi vokal. Bunyi vokal memang selalu
mungkin puncak silabis atau atau puncak kenyaringan dalam
suatu silabel. Namun, dalm suatu ritmis tertentu, sebuah
konsonan, baik yang bersuara maupun yang tidak, mempunyai
kemungkinan juga untuk menjadi puncak silabis. Menentukan
batas silabel sebuah kata kadang-kadang memang agak sukar
karena penentuan batas itu bukan hanya soal fonetik, tetapi juga
soal fonemik, tetapi juga soal fonemik, morfologi, danortografi.

Bidang Linguistik yang mempelajari, menganalisis dan


membicarakan runtutan bunyi-bunyi bahasa tersebut yang disebut
fonologi, fon: bunyi dan logi: ilmu. Objek studi fonologi
dibedakan menjadi fonetik dan fonemik. Fonetik mempelajari
bunyi bahasa tanpa memperhatikan apakah bunyi tersebut
mempunyai fungsi sebagi pembeda makna atau tidak. Fonemik
mempelajari bunyi bahasa dengan memperhatikan fungsi bunyi
sebagai pembeda makna. Fonetik akan berusaha mendeskripsikan
perbedaan bunyi-bunyi tersebut seta menjelaskan sebab-
sebabnya. Misalnya –paru dan baru- contoh sasaran studi
fonemik.
Jeda sangatlah penting karena jeda itu dapat mengubah
makna kalimat, seperti tampak dari contoh yang diberikan, dan
kita tampilkan kembali disini dengan menggunakan lambang
persendian. (Drs. Abdul Chaer, 2007:122)
# buku // sejarah / baru #
# buku / sejarah // baru #
Jeda dalam Bahasa Arab

Jeda dalam bahasa arab erat kaitannya dengan waqaf. Arti


waqaf adalah ‘ memotong pengucapan pada akhir sebuah kata’.
Bila akhir kata berharakat, di-waqaf-kan dengan sukun dibaca
mati, yakni setiap kata yang berakhir dengan bukan huruf illah
(ya, waw, dan alif). Dengan waqaf ini, sebuah kata biasanya
berakhir dengan konsonan. Waqaf untuk akhir setia kata ini
berlak pula terhadap kata yang tealh tersusun menjadi frasa dan
kata yang merupakan sebuah akhir sebuah kalimat. Sesuai dengan
cara tersebut, kata fahmun, fikrun, shubchun dibaca dengan fahm,
fikr dan subch.

Apabila huruf akhir dari kata suatu kata sukun, di-waqaf-


kan dengan sukun. Hal itu berlaku pula pada kata mu’tal, yakni
kata yang huruf akhirnya alif, wawu, atau ya’. Contoh dari kata
yang berakhiran dengan sukun ini adalah a’s-salamu’alaikum.
Huruf akhir dari kata tersebut adalah mim sukun. Untuk itu peng-
waqafan-nya adalah dengan mim sukun tersebut. Adapun kata
yang berakhir dengan huruf alif, wawu, dan ya’, misalnya kata
dunya (‫ )دنيا‬fatwa (‫ )فت وى‬makna (‫ )مع نى‬pe-waqf-annya dengan
harakan sebelum huruf tersebut.

Jika sebuah kata ber-tanwin, dhammah atau kasrah, maka


tanwin diakhir kata itu dibuang dan huruf akhir disukun atau
dihilangkan vokal akhirnya, contohnya adalah kitabun dan
kitaban dibaca dengan kitab tanpa un maupun in. Jika sebuah
nomina idefinit berkasus akusatif, huruf akhirnya dibaca tanwin
fathah, misalnya kitaban, kata tersebut juga bisa dibaca dengan
sukun diakhir kata. Dengan demikian, kata kitaban tadi juga
dapat dibaca dengan kitab. Jika sebuah kata definit dengan alif
lam, harakat akhirnya berupa dhammah, fathah atau kasrah,
contohnya alkitabu, alkitaba, alkitabi. Harakat pada akhir kata-
kata tersebut juga dihilangkan sehingga ketig-tiganya dibaca
alkitab.

Kata diakhir frasa seperti Rasulu’l-Lahi dibaca Rasu’l-lah,


kitabu’l-lahi dibaca kitabu’l-lah. Kata Allah yang terletak diakhir
kalimat, misalnya alhamdulli’l-lahi, astagfiru’l-lahi dibaca
alhamdulli’l-lah dan astagfiru’l-lah. Dengan demikian suku akhir
sebuah kata, frasa dan kalimat di dalam bahasa Arab selalu
berupa konsonan.

Kaidah-kaidah tersebut berkaitan dengan isim (nominal)


dalam bahasa Arab. Namun, kaidah tersebut juga berlaku bagi fiil
(verba) , misalnya shalallahu alaihi wasallam. Kata sallama yang
merupakan verba diakhir kalimat tersebut dibaca dengan sallam
(dengan sukun).

Kaidah waqaf untuk ismul-manqush, yakni isim yang


berakhir dengan huruf ya dan harakat sebelumnya kasrah, seperti
kata qadhi ‘hakim’ (‫ )قاضى‬dalam bahasa Arab, jika ma’rifat
(definit) di baca al-qadhi (‫ )القاضى‬dan jika nakiroh (idenfinit)
dibaca qadhin (‫اض‬
ٍ ‫)ق‬. Namun, untuk pembacaan ismul-manqush
yang indefinit ini ada dua kemunkinan pelafalannya, yakni
qadhin dan qadhi. Bacaan kedua inilah yang diikuti dalam
pengucapan kata-kata tersebut setelah terserap menjadi bahasa
indonesia.
Kaidah waqaf bagi ismul-maqsur, yakni isim yang huruf
akhirnya berwujud ya’ tanpa titik dan harakat sebelumnya fathah
adalah diwaqaf-kan dengan bacaan fathah. Sebagai contoh adalah
fatwa, makna yang ditulis dalam bahasa arab dengan (‫ معنى‬, ‫)فتوى‬
dibaca dengan waqaf tanpa membaca huruf akhirnya.

Kata-kata yang huruf akhirnya ta’ul marbuthah yang


biasanya menunjukkan muannas (feminim). Kata muslim jika
diberi ta’ul marbuthah menjadi muslimah (orang muslim wanita),
dan mu’min jika ditambah ta’ul marbuthah menjadi mu’minah
(mukmin wanita). Untuk kata yang tidak berjenis tidak berakal
ta’ul-marbuthah dipakai untuk menunjukkan satuan atau jenis,
misalnya syajar ‘pohon’ jika ditambah ta’ul-marbuthah, maka
menjadi syajarah ‘sebuah pohon’. Untuk kata-kata yang ditambah
dengan ta’ul marbuthah ada dua kemungkinan bacaannya dalam
bahasa indonnesia, yakni dengan /h/ atau /t/, misalnya nikmat,
rahmat, berkah, dan muslimah.

Kata-kata seperti khusrun ‘kerugian’, fashlun’bagian’,


hazlun’senda gurau’ per-waqaf-annya dalam bahasa Arab
seharusnya dibaca fahm, khusr, dan subch, tetapi biasanya
disisipkan fonem /e/ sehingga dibaca khusr, fashel, dan hazel.
Setelah menjadi kata-kata serapan dalam bahasa indonesia
diperlakukan juga dengan menambah fonem konsonan karena
gugus konsonan tidak pernah terdapat pada suku ultima (akhir)

Berdasarkan kaidah mengeanai waqaf ini, kata-kata bahasa


Arab yang bersuku dua, seperti subchun, fikru, dan fahmun, akan
dibaca subh, fikr, dan fahm. Untuk kata-kata tersebut
ditambahkan fonem /e/ sehingga menjadi [subech], [fiker] dan
[fahem]. Selanjutnya fonen /e/ diubah dengan diberi fonem vokal
sesuai dengan fonem vokal sebelumnya untuk harmonisasi
sehingga menjadi subuh, fikr, dan faham. (ghulayaini,
1991a :223-225)
‫‪BAB XI‬‬
‫الفونيم و األلوفون‬
(FONEM DAN ALOFON)
Oleh : Muhammad Azis Ramadhan

Pengertian Fonem

Istilah fonem berasal dari bahasa inggris (phoneme). Dalam


ilmu bunyi bahasa arab banyak sekali istilah mengenai fonem ini,
seperti : ,‫ة‬QQ‫ فونيمي‬,‫وت‬QQ‫ مستص‬,‫وتية‬QQ‫ ص‬,‫رد‬QQ‫ صوت مج‬,‫ صوت‬Q,‫صوتيم‬
‫الفظ‬. Akan tetapi istilah yang lebih populernya yaitu ‫ونيم‬QQ‫ف‬
karena banyak digunakannya dalam tulisan dan yang paling
disukai oleh para ulama ahli bunyi.

Banyak sekali pengertian-pengertian yang merujuk pada


fonem ini sebagaimana yang telah di paparkan oleh ulama ahli
bahasa dan ahli bunyi dalam karya-karyanya. Pemabahasan
fonem ini dibahas dalam satu sub-bab khusus yang mencakup
pengertian dan teori-terori fonem. Berikut ini deskripsi dan
pengertian fonem,

Definisi abstrak fonem : fonem yaitu gambaran pemikiran


terhadap suatu bunyi yang tidak berwujud nyata ketika sebuah
komunikasi berlangsung, adapun apa yang diucapkan oleh si
pembicara itu bukanlah fonem akan tetapi itu adalah alofon.
Dengan kata lain fonem adalah sebuah perumpamaan atau model
yang terdapat dalam pemikiran yang dilafalkan oleh si pembicara
dengan konteks perkataan yang berbeda-beda melalui alofon.
Fonem /n/ dalam bahasa indonesia merupakan model bunyi yang
dapat dilafalkan dengan bentuk yang bermacam-macam sesuai
dengan konteks pembicaraan, seperti ( nama, tanpa, untuk, uang,
tanya) , begitu juga fonem / ‫ ن‬/ dalam bahasa arab itu merupakan
model sebuah bunyi yang terdapat dalam pemikiran atau benak si
pembicara yang dapat dilafalkan sesuai dengan konteks kata atau
kalimat yang berbeda, seperti ( ‫) ينقل‬, ( ‫) ينبت‬, ( ‫) ينفي‬, dan (
‫) ينحرف‬, dll.

Definisi fonem dari segi fungsi : fonem yaitu bunyi yang


memiliki kemampuan mengubah suatu makna. Bunyi / t / dan /
k / dalam contoh kata ( tuli), dan (kuli), merupakan dua fonem
yang mampu menjadi pembeda antara dua kata tersebut, begitu
juga bunyi ba / ‫ ب‬/ dan mim / ‫ م‬/ dalam contoh kata / ‫ مال‬/, dan
kata / ‫ بال‬/ mampu membedakan kedua makan kata tersebut.

Definisi mengenai fonem ini sangatlah banyak dan bervariasi,


akan tetapi berikut ini titik temu mengenai definisi fonem, yang
disepakati oleh para ulama, dan definisi ini juga merupakan
definisi yang paling populer bahwasanya fonem adalah unit
terkecil bunyi yang mampu membedakan makna dalam sebuah
kata. Ba / ‫ ب‬/, dan mim / ‫ م‬/ dalam conoh kata / ‫ بال‬/ dan / ‫ مال‬/
merupakan dua unit bunyi yang tidak dapat dibagi lagi, dan
mampu menjadi pembeda terhadap kedua kata tersebut. Dalam
tulisan, fonem ini ditulis diantara dua garis miring.

Fonem menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)


adalah satuan bunyi terkecil yg mampu menunjukkan kontras
makna. Sedangkan menurut Abdul Chaer mengemukakan
pendapat bahwa Fonem itu adalah bunyi bahasa yang dapat atau
berfungsi sebagai pembeda makna dua satuan bahasa. Untuk
memperjelas maksud dari pengertian fonem yang dikemukakan
Abdul Chaer, saya memberikan contoh dalam bahasa Indonesia
seperti kata ‘baru’ dan ‘bahu’ yang masing-masing terdiri dari
empat buah bunyi, dan perbedaannya hanya pada bunyi ke tiga,
yakni [r] dan [h]. Maka dapat disimpulkan bahwa bunyi [r] dan
[h] adalah dua fonem yang berbeda di dalam bahasa Indonesia,
yaitu fonem [r] dan fonem [h].

Dua buah kata yang hampir sama seperti kata baru dan bahu
tersebut, disebut sebagai pasangan minimal, maka untuk bisa
membuktikan sebuah bunyi itu fonem atau bukan kita harus
mencari pasangan minimalnya. Jadi, untuk menentukan sebuah
bunyi itu merupakan fonem atau bukan dapat diketahui dengan
membuat pasangan minimal dan kontrasnya.

Dalam bahasa Arab contoh fonem yang diidentifikasikan


dengan pasangan minimal itu seperti / ‫ب‬ َ ‫ َح َس‬/ ‫ و‬/‫ب‬
َ ‫ح ِس‬/
َ perbedaannya
dari kedua kata tersebut terdapat pada bunyi ke dua yang masing-
masing memilki harakat yang berbeda, yakni [ ِ ] ‫] َ [ و‬. Contoh
lain seperti / ‫ ِم ْن‬/ ‫ و‬/ ‫ َم ْن‬/, dan perbedaannya terletak pada bunyi
pertama [ َ ] ‫ ] ِ [ و‬. Sedangkan contoh fonem yang
diidentifikasikan secara kontras adalah / ‫ا َ َح‬QQQQ‫ ص‬/ ‫ و‬/ ‫ا َ َح‬QQQQ‫ س‬/,
perbedaanya terletak pada bunyi pertama yang masing-masing
memilki huruf yang berbeda, yakni / ‫ ص‬/ ‫ و‬/ ‫ س‬/ . contoh lainnya
seperti / ‫ب‬
َ ‫ َد َر‬/ ‫ و‬/ ‫ب‬
َ ‫ض َر‬
َ / , perbedaannya juga terletak pada bunyi
pertama [ ‫ و [ د ] ] ض‬.

Fonem (phoneme) menurut (Bloomfield 1933 : 77) adalah


satuan ciri bunyi distingtif terkecil. Dalam linguistic Arab fonem
disebut al-wahdah ash-shawtiyyah (syahin 1984 : 155). Fonem
dapat dibagi menjadi jenis konsonan (consonan atau shamih) dan
vocal (vowel atau harakah) (Robins 1989 : 106 dan hijazy 1978 :
43)

Dua buah kata yang hampir sama seperti kata baru dan bahu
tersebut, disebut sebagai pasangan minimal, maka untuk bisa
membuktikan sebuah bunyi itu fonem atau bukan kita harus
mencari pasangan minimalnya. Jadi, untuk menentukan sebuah
bunyi itu merupakan fonem atau bukan dapat diketahui dengan
membuat pasangan minimal dan kontrasnya.

Dalam bahasa Arab contoh fonem yang diidentifikasikan


dengan pasangan minimal itu seperti / ‫ب‬ َ ‫ َح َس‬/ ‫ و‬/‫ب‬
َ ‫ح ِس‬/
َ perbedaannya
dari kedua kata tersebut terdapat pada bunyi ke dua yang masing-
masing memilki harakat yang berbeda, yakni [ ِ ] ‫] َ [ و‬. Contoh
lain seperti / ‫ ِم ْن‬/ ‫ و‬/ ‫ َم ْن‬/, dan perbedaannya terletak pada bunyi
pertama [ َ ] ‫ ] ِ [ و‬. Sedangkan contoh fonem yang
diidentifikasikan secara kontras adalah / ‫ا َ َح‬QQQQ‫ ص‬/ ‫ و‬/ ‫ا َ َح‬QQQQ‫ س‬/,
perbedaanya terletak pada bunyi pertama yang masing-masing
memilki huruf yang berbeda, yakni / ‫ ص‬/ ‫ و‬/ ‫ س‬/ . contoh lainnya
seperti / ‫ب‬
َ ‫ َد َر‬/ ‫ و‬/ ‫ب‬
َ ‫ض َر‬
َ / , perbedaannya juga terletak pada bunyi
pertama [ ‫ و [ د ] ] ض‬.

Fonem (phoneme) menurut (Bloomfield 1933 : 77) adalah


satuan ciri bunyi distingtif terkecil. Dalam linguistic Arab fonem
disebut al-wahdah ash-shawtiyyah (syahin 1984 : 155). Fonem
dapat dibagi menjadi jenis konsonan (consonan atau shamih) dan
vocal (vowel atau harakah) (Robins 1989 : 106 dan hijazy 1978 :
43)

Dua buah kata yang hampir sama seperti kata baru dan bahu
tersebut, disebut sebagai pasangan minimal, maka untuk bisa
membuktikan sebuah bunyi itu fonem atau bukan kita harus
mencari pasangan minimalnya. Jadi, untuk menentukan sebuah
bunyi itu merupakan fonem atau bukan dapat diketahui dengan
membuat pasangan minimal dan kontrasnya.

Dalam bahasa Arab contoh fonem yang diidentifikasikan


dengan pasangan minimal itu seperti / ‫ب‬ َ ‫ َح َس‬/ ‫ و‬/‫ب‬
َ ‫ح ِس‬/
َ perbedaannya
dari kedua kata tersebut terdapat pada bunyi ke dua yang masing-
masing memilki harakat yang berbeda, yakni [ ِ ] ‫] َ [ و‬. Contoh
lain seperti / ‫ ِم ْن‬/ ‫ و‬/ ‫ َم ْن‬/, dan perbedaannya terletak pada bunyi
pertama [ َ ] ‫ ] ِ [ و‬. Sedangkan contoh fonem yang
diidentifikasikan secara kontras adalah / ‫ا َ َح‬QQQQ‫ ص‬/ ‫ و‬/ ‫ا َ َح‬QQQQ‫ س‬/,
perbedaanya terletak pada bunyi pertama yang masing-masing
memilki huruf yang berbeda, yakni / ‫ ص‬/ ‫ و‬/ ‫ س‬/ . contoh lainnya
seperti / ‫ب‬
َ ‫ َد َر‬/ ‫ و‬/ ‫ب‬
َ ‫ض َر‬
َ / , perbedaannya juga terletak pada bunyi
pertama [ ‫ و [ د ] ] ض‬.

Setelah membahas tentang fonem, maka kita harus mengenal


mengenai Alofon. Anneke Neijt dalam bukunya “Universele
Fonologi” mengemukakan bahwa bunyi yang merupakan wujud
lahiriah suatu fonem disebut alofon, anggota fonem atau uraian
fonem. Alofon suatu fonem dapat mencirikan hubungan yang
disebut variasi bebas. Alofon demikian dapat dipertukarkan
ditempat yang sama. Alofon bukanlah fonem, melainkan realisasi
dari fonem.

Setiap fon atau bunyi mempunyai bunyi asli sebelum


dirangkaikan pada bunyi yang lain. Contoh dari alofon itu / - / ‫ينقع‬
‫ ينظلم‬/ - /‫ ينقلب‬/ - /‫ ينذر‬/ / . jadi dari contoh tersebut alofon ini tidak
bersifat fungsional karena tidak merubah makna. Alofon dapat
dipertukarkan ditempat yang sama, sedangkan fonem tidak. Dan
bunyi alofon adalah bunyi yang terpengaruh dari bunyi yang lain,
pada contoh di atas bunyi / ‫ ن‬/ terpengaruh oleh bunyi setelahnya,
yakni / ‫ ظ‬/ ، / ‫ ذ‬/ ، / ‫ ق‬/ .

Dari pengertian dan contoh di atas dapat diambil kesimpulan


mengenai perbedaan fonem dan alofon dalam bahasa Arab.
Perbedaannya, jika fonem bersifat fungsional (merubah makna),
maka lain halnya dengan alofon, karena alofon tidak bersifat
fungsional (tidak merubah makna). Jika fonem dapat
diidentifikasi dengan pasangan minimal dan kontras, maka alofon
dapat diidentifikasi ketika bunyi alofon dirangkai dengan bunyi
lain, dan jika bunyi asli terpengaruh oleh bunyi yang lain maka
itu adalah alofon. Fonem realisasinya adalah alofon, itu berarti
alofon bukanlah fonem tetapi realisasi dari fonem. Bunyi alofon
dapat dipertukarkan ditempat yang sama, sedangkan fonem tidak.
Fonem bersifat abstrak, sedangkan alofon berabstraksi, bentuk
abstraksi alofon adalah fonem.
Pengujian atau Percobaan Fonem Sebuah Bunyi

Tidak setiap bunyi itu fonem, lalu bagaimana


mengidentifikasi sebuah bunyi apakah itu bunyi fonem atau
bukan ? sebagaimana yang telah kita ketahui tadi, bahwa fonem
itu mampu menjadi pembeda sebuah makna anatar kata atau
merubah makna kata tersebut. Jadi, kemampuan membedakan
makna atau merubah makna merupakan kriteria mendasar yang
dapat digunakan dalam mengidentifikasi fonem suatu bunyi.

Maka dari itu, melalui percobaan penggantian sebuah bunyi,


atau pengujian terhadap dua buah bunyi dalam sebuah kata,
melalui dua langkah :

1. Mencari dua kata yang komponen bunyi nya sama atau serupa
kecuali bunyi yang ingin di uji ( minimal pair atau pasangan
minimal). Untuk menguji bunyi sin / ‫ س‬/, dan shod / ‫ ص‬/,
keduanya harus disimpan dalam dua kata yang semua
komponen bunyi nya sama atau serupa, seperti ( ‫ ) سار‬dan (
‫) صار‬. Berikut ini tambahan mengenai contoh minimal pair
yang bisa digunakan dalam pengujian fonem suatu bunyi.

‫األصوات املرد اختبارها‬ ‫الثنائيات الصغر‬ ‫الرق‬


‫م‬
‫الهمزة و العين‬ ‫أليم – عليم‬ 1
‫التاء و الطاء‬ ‫تاب – طاب‬ 2
‫الجيم و الظاء‬ ‫جهتر – ظهر‬ 3
‫الكاف و القاف‬ ‫كلب – قلب‬ 4
‫الالم و الراء‬ ‫جلس – جرس‬ 5
‫الصاد و الظاء‬ ‫نصر – نظر‬ 6
‫الفاء و الهاء‬ ‫نفى – نهى‬ 7
‫التاء و الالم‬ ‫بات – بال‬ 8
‫امليم و الراء‬ ‫دام – دار‬ 9
‫الراء و النون‬ ّ - ‫حضر‬
‫حضن‬ ّ 10

2. Melihat pada pergantian dua bunyi dalam setiap pasangan


kata, apakah pergantian terhadap dua bunyi tersebut
menyebabkan terhadap perubahan makna atau tidak. Jadi, jika
kedua bunyi tersebut menyebabkan kedua makna kata
tersebut berubah, maka kedua bunyi tersebut adalah fonem,
seperti hamzah / ‫ ء‬/ dan ‘ain / ‫ ع‬/ dalam pasangan kata ( - ‫عليم‬
‫ ) أليم‬dan contoh-contoh yang telah dipaparkan dalam tabel
tadi. Akan tetapi, jika dalam pergantian dua bunyi tersebut
tidak menyebabkann perubahan makna, maka dua bunyi
tersebut bukanlah fonem, tapi itu adalah alofon seperti sin / ‫س‬
/ dan shod / ‫ ص‬/ dalam contoh ( ‫ سراط‬- ‫ ) صراط‬kedua bunyi
dalam pasangan tersebut adalah alofon
Pembelajaran Fonem dan Alofon

Bunyi bahasa yang disebut fon dibentuk dengan cara


diartikulasikan. Berdasarkan sifatnya, artikulator terbagi dua,
yakni: 1) artikulator aktif dan 2) artikulator pasif. Artikulator
aktif biasanya berpindah-pindah posisi untuk menentukan titik
artikulasi guna menghasilkan bunyi bahasa. Menurut Lapoliwa
(1981:18), hubungan posisional antara artikulator aktif dan
artikulator pasif disebut striktur (strictrure). Oleh karena vokal
tidak mempunyai artikulasi, strukturnya ditentukan oleh celah
antara lidah dan langit-langit. Sesuai dengan strukturnya, di
bawah ini dikemukakan cara–cara membentuk fonem, baik vocal
maupun konsonan.

Perubahan fonem bahasa Indonesia bisa terjadi karena


pengucapan bunyi ujaran memiliki pengaruh timbal balik antara
fonem yang satu dengan yang lain.
Alofon adalah variasi fonem karena pengaruh lingkungan
suku kata. Contoh : simpul-simpulan. Fonem /u/ pada kata
[simpul] berada pada lingkungan suku tertutup dan fonem /u/
pada kata [simpulan] berada pada lingkungan suku terbuka. Jadi,
fonem /u/ mempunyai dua alofon, yaitu [u] dan (u).

Asimilasi adalah proses perubahan bunyi dari tidak sama


menjadi sama atau hampir sama. Contoh: in + moral ? immoral ?
imoral.

Desimilasi adalah proses perubahan bunyi yang sama menjadi


tidak sama. Contoh : sajjana menjadi sarjana.

Diftongisasi adalah perubahan monoftong menjadi diftong.


Contoh: anggota menjadi anggauta.

Monoftongisasi adalah proses perubahan diftong


menjadi monoftong. Contoh: ramai, menjadi rame.
Nasalisasi adalah persengauan atau proses memasukkan huruf
nasal (n, m, ng, ny) pada suatu fonem. Contoh : me/m/ pukul
menjadi memukul.

Fonem

1. Fonem vokal
Dalam pembuktian bunyi-bunyi vokal dalam bahasa arab
termasuk fonematau tidak, dapat dilihat sebagai berikut :a.
Vokal /i/ dan /î/ misal : /sinnun/ “umum atau gigi”
/sÎn/ “huruf s”Vokal /i/ dan /Î/ dalam bahasa arab adalah dua
buah fonem yang hampirsama namun dapat membedakan
makna.b. Vokal /a/ dan /â/ misal : /nasara/ “dia
telah menolong” /nâsara/ “saling menolong”Vokal /a/ dan /â/
dalam bahasa arab adalah dua buah fonem yang hampirsama
namun dapat membedakan makna.c. Vokal /u/ dan /û/
misalnya /nuzurun/ “peringatan” /nuzûrun/
“nazar”Vokal /u/ dan /û/ dalam bahasa arab adalah dua buah
fonem yang hampersama, namun dapat membedakan
makna.d. Vokal /i/ dan /a/ misalnya : /min/ “dari”
/man/ “siapa”

Vokal /i/ dan /a/ dalam bahasa arab adalah dua buah
fonem yang hampirsama, namun dapat membedakan
makna.e. Vokal /i/ dan /u/ misalnya : /birrun/ “kebaikan”
/burrun/ “gandum”Vokal /i/ dan /u/ dalam bahasa arab
adalah dua buah fonem yang hampirsama, namun dapat
membedakan makna.f. vokal /a/ dan /u/ misalnya :
/ barrun / “daratan” / burrun / “gandum” Vokal /a/ dan /u/
dalam bahasa arab adalah dua buah fonem yanghampir sama,
namun dapat membedakan makna.

2. Fonem konsonan
Diantara beberapa fonem yang teridentifikasi memiliki
kesamaan dalam bahasa arabadalah sebagai berikut :a.
konsonan “” /t/ dan “” /t/, misalnya : / tin / ”buah tin” /
tin / ”tanah”konsonan /t/ dan /t/ dalam bahasa arab adalah
dua buah fonem yangberbeda, dan dapat membedakan makna.

Macam-Macam Fonem

Fonem itu bermacam-macam, tapi intinya fonem itu terbagi


menjadi dua bagian:
1. Fonem segmental, yaitu bunyi konsonan dan bunyi vokal.
Disebut segmental, disebut segmental karena fonem tesebut
bisa di pecah lagi menjadi unit-unit terkecil, seperti dalam
kata ( ‫ ) كتب‬yang bisa di pecah menjadi komponen terkecilnya
yaitu ( ‫فتحة‬+‫ب‬+‫فتح ة‬+‫ت‬+‫ فتح ة‬+‫) ك‬. Fonemm ini disebut juga
fonem bersusun ( ‫فتحة‬+‫ب‬+‫فتح ة‬+‫ت‬+‫فتح ة‬+‫ ) ك‬karena karena
fonem ini ada dalam sebuah ungkapan dengan bentuk
bersusun sehingga membentuk sebuah ungkapan, seperti kata
tadi ( ‫فتحة‬+‫ب‬+‫فتح ة‬+‫ت‬+‫فتح ة‬+‫ ) ك‬menjadi ( ‫ب‬+
َ ‫) َك‬.
َ ‫ت‬+
( Menulis ), menjadi (me+nu+lis), menjadi (m+e+n+u+l+i+s).
2. Fonem Suprasegmental yaitu fonem yang menyertai bunyi
segmental . Disebut juga fonem suprasusun. Yang termasuk
fonem suprasegmenal diantaranya yaitu tekanan, nada,
intonasi, jeda. Seperti dalam contoh berikut ini berbeda
makna nya disebabkan karena bedanya jeda terhadap kalimat
tersebut,
)‫املدرسة الجديدة (" الجديدة" وصف للمدرسة‬+ ‫مدير‬ -
)‫ الجديدة (" الجديدة" وصف للمدير‬+ ‫مدير املدرسة‬ -
- Anak + pejabat yang nakal ( “yang nakal” merupakn sifat
untuk pejabat)
- Anak pejabat + yang nakal (“ yang nakal” merupakan
sifat untuk anak pejabat)
Adapula macam macam fonem dilihat menurut para ahli
dari segi posisinya
1. Fonem Suprasegmental
Fonem-fonem yang telah dijelaskan pada bagian
sebelumnya di atas semuanya termasuk dalam fonem
segmental. Dikatakan fonem segmental, karena fonem-fonem
tersebut dapat disegmentasikan atau dipotong-potong menjadi
bagian-bagian yang terkecil. Sebagai contoh dapat diberikan,
misalnya, ‫َب‬ َ ‫ َذه‬dapat disegmentasikan menjadi /ََ /, / َ/ ,/َ/ ,/‫ب‬
َ
‫َذ‬/ ,// ,/‫ ه‬/. Di samping fonemfonem tersebut, masih terdapat
bentuk lain yang fungsional dalam membedakan makna.
Bentuk tersebut terdapat pada sibale, kelompok silabe, frasa,
kelompok frasa, atau bahkan terdapat dalam kalimat. Yang
dimaksudkan di sini adalah: (1) titinada, (2) intonasi, (3)
tekanan, dan (4) aksen.

Menurut para ahli sebagai berikut:


a. Muslich, Masnur. 2008. Bunyi segmental ialah bunyi
yang dihasilkan oleh pernafasan, alat ucap dan pita suara.
Bunyi Segmental ada empat macam
b. Abdul chaer. 2009. Bunyi segmental ialah bunyi ujar
bahasa yang terdiri dari segmen-segmen tertentu.
c. Imam-suhairi . 2009. Bunyi segmental mengacu pada
pengertian bunyi-bunyi yang dapat disegmentasi/dipisah-
pisahkan. Kata matang misalnya, dapat disegmentasi
menjadi /m/,/a/,/t/,/a/,/n/,/g/. Jelas bunyi-bunyi tersebut
menunjukkan adanya fonem.

Dengan demikian, sebenarnya bunyi-bunyi bahasa yang


telah diuraikan sebelumnya adalah bunyi segmental.
Segmental adalah fonem yang bisa dibagi. Contohnya, ketika
kita mengucapkan “Bahasa”, maka nomina yang dibunyikan
tersebut (baca: fonem), bisa dibagi menjadi tiga suku kata: ba-
ha-sa. Atau dibagi menjadi lebih kecil lagi sehingga menjadi:
b-a-h-a-s-a.

Segmental adalah fonem yang bisa dibagi. Contohnya,


ketika kita mengucapkan “Bahasa”, maka nomina yang
dibunyikan tersebut (baca: fonem), bisa dibagi menjadi tiga
suku kata: ba-ha-sa. Atau dibagi menjadi lebih kecil lagi
sehingga menjadi: b-a-h-a-s-a.

Suprasegmental adalah sesuatu yang menyertai fonem


tersebut yang itu bisa berupa tekanan suara (intonation),
panjang-pendek (pitch), dan getaran suara yang menunjukkan
emosi tertentu. Nah, kesemua yang tercakup ke dalam istilah
suprasegmenal itu tidak bisa dipisahkan dari suatu fonem.

Suprasegmental adalah sesuatu yang menyertai fonem


tersebut yang itu bisa berupa tekanan suara (intonation),
panjang-pendek (pitch), dan getaran suara yang menunjukkan
emosi tertentu.
‫‪Fonem-Fonem Bahasa Arab‬‬

‫‪Bahasa arab memiliki 34 fonem segmental, yang terdiri dari‬‬


‫‪28 konsonan dan 6 vokal, seperti yang terdapat dalam tabel‬‬
‫‪berikut ini :‬‬

‫‪Penulisan‬‬
‫‪Posisi‬‬
‫‪No‬‬ ‫‪Nama‬‬
‫‪.‬‬ ‫‪Bunyi‬‬ ‫‪Lati‬‬
‫‪Arab‬‬ ‫‪Awal‬‬ ‫‪Tengah‬‬ ‫‪Akhir‬‬
‫‪n‬‬
‫‪Kata‬‬ ‫‪Kata‬‬ ‫‪Kata‬‬
‫‪1.‬‬ ‫الهمزة‬ ‫ء‬ ‫أخد‬ ‫سأل‬ ‫بدأ‬
‫‪2‬‬ ‫الباء‬ ‫ب‬ ‫‪B‬‬ ‫برك‬ ‫سبق‬ ‫كتب‬
‫‪3‬‬ ‫التاء‬ ‫ت‬ ‫‪T‬‬ ‫ترك‬ ‫فتح‬ ‫مات‬
‫‪4‬‬ ‫الثاء‬ ‫ث‬ ‫ثبت‬ ‫كثر‬ ‫رفث‬
‫‪5‬‬ ‫الجيم‬ ‫ج‬ ‫جلس‬ ‫فجأ‬ ‫خرج‬
‫‪6‬‬ ‫الحاء‬ ‫ح‬ ‫‪ĥ/ħ‬‬ ‫حسن‬ ‫بحث‬ ‫منح‬
‫‪7‬‬ ‫الخاء‬ ‫خ‬ ‫‪X‬‬ ‫خرج‬ ‫بحل‬ ‫طبخ‬
‫‪8‬‬ ‫الدال‬ ‫د‬ ‫‪D‬‬ ‫دخل‬ ‫بدل‬ ‫حمد‬
‫‪9‬‬ ‫الذال‬ ‫ذ‬ ‫‪Đ‬‬ ‫ذكر‬ ‫بذل‬ ‫نفذ‬
‫‪10‬‬ ‫الراء‬ ‫ر‬ ‫‪R‬‬ ‫ركب‬ ‫برك‬ ‫كبر‬
‫‪11‬‬ ‫الزاي‬ ‫ز‬ ‫‪Z‬‬ ‫زرع‬ ‫رزق‬ ‫برز‬
‫‪12‬‬ ‫السين‬ ‫س‬ ‫‪S‬‬ ‫سجد‬ ‫مسح‬ ‫ملس‬
‫‪13‬‬ ‫الشين‬ ‫ش‬ ‫شكر‬ ‫نشأ‬ ‫نفش‬
‫‪14‬‬ ‫الصاد‬ ‫ص‬ ‫‪ş‬‬ ‫صبر‬ ‫فصح‬ ‫خلص‬
‫‪15‬‬ ‫الضاد‬ ‫ض‬ ‫‪D/d‬‬ ‫ضرب‬ ‫غضب‬ ‫فرض‬
‫‪16‬‬ ‫الطاء‬ ‫ط‬ ‫‪t‬‬ ‫طلب‬ ‫بطل‬ ‫بسط‬
‫‪17‬‬ ‫الظاء‬ ‫ظ‬ ‫‪Đ‬‬ ‫ظلم‬ ‫كظم‬ ‫حفظ‬
‫‪18‬‬ ‫العين‬ ‫ع‬ ‫عرف‬ ‫لعب‬ ‫وسع‬
‫‪19‬‬ ‫الغين‬ ‫غ‬ ‫غلب‬ ‫رغب‬ ‫بلغ‬
‫‪20‬‬ ‫الفاء‬ ‫ف‬ ‫‪F‬‬ ‫فتح‬ ‫رفق‬ ‫سلف‬
‫‪21‬‬ ‫القاف‬ ‫ق‬ ‫‪Q‬‬ ‫قتل‬ ‫سقط‬ ‫نطق‬
‫‪22‬‬ ‫الكاف‬ ‫ك‬ ‫‪K‬‬ ‫كتب‬ ‫سكن‬ ‫مسك‬
‫‪23‬‬ ‫الالم‬ ‫ل‬ ‫‪L‬‬ ‫ملس‬ ‫غلب‬ ‫سأل‬
‫‪24‬‬ ‫امليم‬ ‫م‬ ‫‪M‬‬ ‫مسح‬ ‫سمح‬ ‫سلم‬
‫‪25‬‬ ‫النون‬ ‫ن‬ ‫‪N‬‬ ‫نزل‬ ‫منح‬ ‫سكن‬
‫‪26‬‬ ‫الهاء‬ ‫ه‬ ‫‪H‬‬ ‫هدى‬ ‫نهى‬ ‫كرح‬
‫‪27‬‬ ‫الواو‬ ‫و‬ ‫‪W‬‬ ‫وسط‬ ‫فوق‬ ‫حلو‬
‫‪28‬‬ ‫الياء‬ ‫ي‬ ‫‪Y‬‬ ‫يجد‬ ‫بين‬ ‫سعي‬
‫الكسرة‬
‫‪29‬‬ ‫القصير‬ ‫‪I‬‬ ‫كتاب‬
‫ة‬
‫الضمة‬ ‫ُ‬
‫‪30‬‬ ‫‪U‬‬ ‫كتب‬
‫القصرة‬
‫الفتحة‬ ‫َ‬
‫‪31‬‬ ‫‪A‬‬ ‫كتب‬
‫القصرة‬
‫الكسرة‬ ‫‪ii /‬‬
‫‪32‬‬ ‫ي‬ ‫‪i:/Ĭ‬‬
‫ِقيل‬
‫الطويلة‬
‫الضمة‬
33 ‫االطويل‬ ‫و‬ uu /
u:/Ŭ
‫ُسوق‬
‫ة‬
َ
‫الفتحة‬ ‫قال‬
aa /
34 ‫الطويلة‬ ‫ا‬ a:/ǻ

Hubungan Antar Satu Fonem dengan Fonem Lain

1. Hubungan Horizontal yaitu fonem yang berturut-turut dan


berkesinambungan dengan fonem yang lain secara horizontal
( dari kiri ke kanan dalam bahasa indonesia, dan dari kanan ke
kiri dalam bahasa arab ) untuk membentuk suku kata, lalu
suku kata- suku kata tersebut berkesinambungan membentuk
morfem, lalu morfem tersebut berkesinambungan membentuk
kata. Seperti Kata ( ‫جد‬QQQ‫ ) مس‬kata tersebut tersusun oleh
beberapa fonem sebagai berikut : ( ‫ضمة‬+‫د‬+‫كسرة‬+‫ج‬+‫س‬+‫فتحة‬+‫) م‬
lalu ( ‫د‬+‫ج‬+‫ ) مس‬lalu ( ‫) مسجد‬. ( m+a+s+j+i+d), lalu (mas+jid),
lalu (Masjid).

2. Hubungan vertikal, yaitu hubungan yang nampak ketika satu


tempat fonem diganti oleh fonem yang lain didalam sebuah
kata (baik diawal, ditengah, maupun diakhir), sehingga
dengan pergantian fonem tersebut menyebabkan makna yang
berbeda, seperti dalam contoh berikut ini :

t a l i = Tali ‫ملك‬ = ‫ك‬ ‫ل‬ ‫م‬


k - - - = Kali ‫هلك‬ = - ___- ‫ه‬

t a l i = Tali ‫ملك‬ = ‫ك‬ ‫ل‬ ‫م‬


- - p - = Tapi ‫مسك‬ = - ‫س‬ _-
‫‪T‬‬ ‫‪a‬‬ ‫‪l‬‬ ‫‪i‬‬ ‫‪= Tali‬‬ ‫ملك‬ ‫=‬ ‫ك‬ ‫ل‬ ‫م‬
‫‪-‬‬ ‫‪-‬‬ ‫‪-‬‬ ‫‪u‬‬ ‫‪= Talu‬‬ ‫مأل‬ ‫=‬ ‫ء‬ ‫‪-‬‬ ‫‪-‬‬

‫‪3. Hubungan Bilateralisme, yaitu hubungan yang artinya kadang‬‬


‫‪kita temukan dua fonem yang sama dalam beberapa sifat tapi‬‬
‫َ‬ ‫َ َ‬
‫ك ‪ َ/‬ق ‪ َ،‬كالهم ا وق ف ‪berbeda dalam satu sifat. Misalnya :‬‬
‫‪ًَ .‬مهموس َولكن ‪َ/‬ك‪َ /‬طبق ًَو ‪َ/‬ق‪َ /‬ح ً‬
‫لق‬

‫‪COCOK‬‬ ‫‪PERBEDAANYA‬‬ ‫‪NO‬‬


‫مهموس‬ ‫ت‬
‫كالهما‪ :‬لثوى أثناني‪ ,‬انفجري‬ ‫‪۱‬‬
‫مجهور‬ ‫د‬
‫مرقق‬ ‫ت‬
‫كالهما‪ :‬لثوى أثناني‪ ,‬انفجري‬ ‫‪٢‬‬
‫مفحم‬ ‫ط‬
‫مرفق‬ ‫د‬
‫كالهما‪ :‬لثوى أثناني‪ ,‬انفجري مجهور‬ ‫‪۳‬‬
‫مفحم‬ ‫ض‬
‫مهموس‬ ‫ط‬
‫كالهما ‪ :‬لثوى أثناني‪ ,‬انفجري مفحم‬ ‫‪٤‬‬
‫مجهور‬ ‫ض‬
‫كالهما ‪ :‬لثوى أثناني‪ ,‬احتكاكى‬ ‫مرفق‬ ‫ذ‬
‫‪۵‬‬
‫مجهور‬ ‫مفحم‬ ‫ض‬
‫مرفق‬ ‫س‬
‫كالهما ‪ :‬لثوى‪ ,‬مهموس‪ ,‬احتكاكى‬ ‫‪٦‬‬
‫مفحم‬ ‫ص‬
‫طبقي‬ ‫ك‬
‫كالهما‪ , ,‬انفجاري ‪ ,‬مهموس‬ ‫‪۷‬‬
‫لهقي‬ ‫ق‬
‫كالهما ‪ ,‬مهموس‪ ,‬احتكاكى‬ ‫حلقي‬ ‫ح‬ ‫‪٨‬‬
‫طبقي‬ ‫ج‬

Deskripsi Fonem Vokal Bahasa Arab

Berikut ini akan dideskripsikan fonem vokal dalam bahasa


Arab.
1. /a/ vokal rendah, takbulat, tengah; terdapat pada posisi awal
seperti pada kata ‫` أكل‬makan`, posisi tengah seperti pada kata
‫أل‬QQ‫` س‬bertanya`, dan pada posisi akhir seperti pada kata ‫رأ‬QQ‫ق‬
`membaca`.
2. /i/ vokal tinggi, takbulat, depan; terdapat pada posisi awal,
tengah, dan akhir, seperti pada kata: ‫` إن‬sesungguhnya`, ‫سئل‬
`ditanya`, ‫ت‬ٌ ‫` من اَلب‬dari rumah`.
3. /u/ vokal tinggi, bulat, belakang; terdapat pada posisi awal,
tengah, dan akhir, seperti pada kata: ‫` اكتب‬tulislah`‫ حسن‬,
`baik`, ‫` المدرسة‬sekolahan` .
4. /â/ vokal panjang, rendah, takbulat, tengah; dapat berdistribusi
pada posisi awal, tengah, dan akhir kata, seperti dalam kata:
‫` آمن‬beriman` , ‫` القرآن‬alqur`an, dan ‫` رمى‬melempar`.
5. /î/ vokal panjang, tinggi, takbulat, depan; terdapat pada posisi
awal, tengah, dan akhir, seperti yang terdapat pada kata: ‫إ ٌمان‬
`iman` , ‫` مسلم ٌن‬orang Islam`, ً‫` كتاب‬buku saya`
6. /û/ vokal panjang, tinggi, bulat, belakang; terdapat pada posisi
awal, tengah, dan akhir, seperti vokal yang terdapat pada kata:
‫` أولئك‬mereka`, ‫ائمون‬QQ‫` ص‬orang-orang yang berpuasa`, ‫وا‬QQ‫جلس‬
`mereka (lk) telah duduk`.
7. /ai/ diftong, berdasarkan distribusinya dapat menduduki posisi
awal dan tengah kata, seperti pada kata: ‫` أ ٌن‬di mana`, ‫ؾ‬ ٌ ‫ك‬
`bagaimana`
8. /au/ diftong, berdasarkan distribusinya dapat berada pada
posisi awal dan tengah kata, seperti pada kata: ‫أوفى‬
`menyepakatkan`, ‫` سوؾ‬akan`
Perbedaan Alofon dan Fonem

Perbedaan antara kajian fonetik dan fonemik, fonem dan


alofon :
Kajian fonetik adalah ilmu yang mempelajari tentang bunyi
bahasa. Kita mempelajari bunyi vocal dan konsonan dari tatanan
etik. Menurut buku dasar-dasar linguistic umum karangan djoko
kentjono, ada tiga cabang ilmu fonetik yaitu : fonetik
artikulatoris, fonetik akustik dan fonetik auditoris. Dapat dilihat
di tulisan saya sebelumnya. Sedangkan kajian fonemik adalah
kajian bunyi yang memperhatikan perbedaan fungsional yang
berpotensi membedakan makna atau tidak.

Lambang fonetik adalah [ ]


Sedangkan lambang fonemik adalah / /
Jika sebuah bunyi berpotensi mengubah makna maka
disebut dengan fonem. Dan jika tidak maka disebut alofon.

Fonem adalah satuan bunyi terkecil yang dapat


membedakan makna. Fonem bersifat abstrak. Sedangkan alofon
(alo=lain lain, fon=bunyi) adalah realisasi bunyi dari sebuah
fonem atau variasi bunyi dari sebuah fonem. Alofon bersifat
berabstraksi

Contoh fonem :
Dalam bahasa Indonesia kata /apel/ yang bermakna
upacara dan /apel/ yang bermakna buah, memiliki satu
fonem yaitu fonem /e/

Contoh alofon :
Realisasi dari fonem /e/ diatas dapat diurai menjadi 3
bunyi yaitu : Ә, ℮, dan ἑ
Inilah yang dimaksud dengan alofon yaitu variasi
bunyi dari sebuah fonem. Secara fungsional ia dapat
mengubah makna, tidak dapat mengubah makna, dapat di
identifikasi oleh pasangan minimal dan kontras, dapat di
identifikasi ketika bunyi alofon dirangkai oleh bunyi lain.

BAB XII
‫املماثلة و املخالفة‬
(ASIMILASI DAN
DISIMILASI)
Oleh : Marini Efriyenti

Dalam premis telah disebutkan bahwa bunyi-bunyi lingual


condong berubah karena lingkungannya. Dengan demikian,
perubahan bunyi tersebut bisa berdampak pada dua kemungkinan.
Apabila perubahan itu tidak sampai membedakan makna atau
mengubah identitas fonem, maka bunyi-bunyi tersebut masih
merupakan alofon atau varian bunyi dari fonem yang sama.
Dengan kata lain, perubahan itu masih dalam lingkup perubahan
fonetis. Tetapi, apabila perubahan bunyi itu sudah sampai
berdampak pada pembedaan makna atau mengubah identitas
fonem, maka bunyi-bunyi tersebut merupakan alofon dari fonem
yang berbeda. Dengan kata lain, perubahan itu disebut sebagai
perubahan fonemis.

Jenis-jenis perubahan bunyi tersebut berupa asimilasi,


disimilasi, dan lain-lain.

Asimilasi
1. Pengertian Asimilasi
Asimilasi ini terjadi ketika suatu bunyi terkontaminasi
oleh bunyi lain didekatnya sehingga menyebabkan bunyi itu
mirip atau terdengar sama dengan bunyi lain didekatnya baik
dari segi tempat keluar bunyi ( ‫رج‬QQ‫ ) مخ‬maupun sifatnya.
Dengan kata lain Asimilasi adalah proses perubahan bunyi
yang mengakibatkannya mirip atau sama dengan bunyi lain
didekatnya. Seperti perubahan bunyi ta ( ‫ ) ت‬yang bersifat
samar ( ‫ ) المهموس‬dalam kata ( ‫ ) ازتاد‬menjadi bunyi dal ( ‫) د‬
yang bersifat majhur ( ‫ ) ازداد‬yang disebabkan karena
dekatnya bunyi zai ( ‫ ) ز‬yang bersifat majhur / jelas ( ‫) ازداد‬
(zai dan dal keduanya sama bersifat jahar/ jelas).

Peristiwa asimilasi ini tidak terjadi tanpa sebab alasan,


akan tetapi terdapat alasan-alasan linguistik, diantaranya yaitu
untuk mempermudah pelafalan dan menyesuaikan dan
menyelaraskan bunyi ( Badri, 89 :1982). Dengan kata lain.
Asimilasi merupakan cara artikulator mempermudah sulitnya
melafalkan bunyi-bunyi yang berbeda-beda dari segi tempat
keluar dan sifatnya dengan cara merubah salah satu bunyi ke
bunyi lain yang ada didekatnya. Perhatikan contoh yang tadi
( ‫ ازداد‬-‫ ) ازتاد‬bahwa ta ( ‫ ) ت‬yang bersifat samar/ mahmus,
berubah menjadi dzal ( ‫ ) د‬yang bersifat jelas/ majhur, oleh
karena itu melafalkan dal ( ‫ ) د‬yang bersifat jelas setelah zai (
‫ ) ز‬yang bersifat jelas lebih mudah dibandingkan melafalkan
ta ( ‫ ) ت‬yang bersifat samar setelah zai ( ‫ ) ز‬yang bersifat
jelas. Disamping itu, asimilasi ini terjadi antara dua bunyi
untuk menyelaraskan pelafalan kedua bunyi tersebut. Contoh
lain untuk asimilasi ini seperti : (1) Antara kata ( ‫ اصتبر‬- ‫اصطبر‬
), terdapat ta ( ‫ ) ت‬yang bersifat tipis ( ‫ ) المرققة‬bertransformasi
menjadi tho ( ‫اء‬QQ‫ ) الط‬yang bersifat tebal ( ‫ ) المفخمة‬untuk
mempermudah pelafalan, karena melafalkan bunyi ‫ ص‬dan ‫ط‬
lebih mudah karena keduanya bersifat tebal dibandingkan
melafalkan bunyi ‫ ص‬dan ‫ ت‬karena satunya bersifat tebal dan
yang satunya lagi tipis. (2) Misalnya, kata sabtu dalam bahasa
indonesia sering diucapkan /saptu/, dimana terlihat bunyi /b/
berubah menjadi /p/ sebagai akibat pengaruh /t/, bunyi /b/
adalah bunyi hambat bersuara sedangkan bunyi /t/ adalah
bunyi hambat tak bersuara. Oleh karena itu bunyi /b/ yang
bersuara itu karena pengaruh bunyi /t/ yang tak bersuara,
berubah menjadi bunyi /p/ yang juga tidak bersuara.

2. Unsur-unsur Asimilasi
Asimilasi berdasarkan perbedaan jenis dan bentuknya
mencakup aspek-aspek berikut ini :

a. Bunyi yang mempengaruhinya : yaitu bunyi ( vokal atau


konsonan) yang mempengaruhi bunyi lain, baik yang
terletak sebelum atau sesudahnya dan menyebabkan bunyi
yang dipengaruhinya itu berpindah , baik berpindah
sifatnya ataupun tempat keluar nya.
b. Bunyi yang dipengaruhinya : yaitu bunyi ( vokal atau
konsonan) yang berpindah makhroj atau sifatnya yang
disebabkan oleh pengaruh bunyi yang mempengaruhinya.
c. Bentuk Asimilasi : yaitu bentuk perpindahan atau
perubahan bunyi yang disebabkan oleh pengaruh bunyi
pada bunyi yang dipengaruhinya, dan selalu membentuk
bunyi yang serupa dengan bunyi yang mempengaruhinya,
atau membentuk bunyi yang dekat dengan bunyi yang
mempengaruhinya dari segi sifat dan tempat keluarnya.

Untuk lebih jelasnya, perhatikan tabel dibahwah ini :


Bunyi yang
Bentuk Bunyi yang Fenomena
mem N0
Asimilasi dipengaruhi Asimilasi
pengaruhi
Ta ( ‫ ) ت‬Ta’ bersifat Zai bersifat – ‫ازتاد‬ 1
bertransformasi samar jelas
menjadi dal ( ‫د‬ ‫ازداد‬
) karena dal
tersebut
menyerupai
zai( ‫) ) ز‬pada
sifat jelas (
‫ ) مجهور‬nya.
Perubahan nun Nun Ba’ yang – ‫من بعد‬
( ‫ ) ن‬menjadi keluar
mim ( ‫) م‬, antara dua ‫مم بعد‬
karena mim bibir
tersebut serupa
dengan ba (
2
‫)ب‬ dalam
tempat
keluarnnya
yaitu bunyi
antara dua bibir
( ‫) الشفاتانية‬
Perubahan sin ( Sin yang Tho’ yang – ‫سراط‬
‫ ) س‬menjadi bersifat tipis bersifat
shod ( ‫) ص‬, tebal ‫صراط‬
karena shod (
‫ ) ص‬serupa
dengan tho’ 3
( ‫ ) ط‬dalam
sifat
pelafalannya
yang tebal (
‫) التفخيم‬
Perubahan ta’ ( Ta’ yang Shod yang – ‫اصتبر‬
‫ ) ت‬menjadi bersifat tipis bersifat
tho’ ( ‫ ) ط‬, tebal ‫اصطبر‬
karena tho’ ( ‫ط‬
) serupa
dengan shod 4
( ‫ ) ص‬dalam
sifat
pelafalannya
yang tebal (
‫) التفخيم‬
Pelafalan Fathah Shod yang ‫صابر‬ 5
fathah yang bersifat
diubah menjadi panjang tebal
tebal untuk
menyerupai
shod ( ‫ص‬
)dalam sifat
pelafalannya
yang tebal (
‫) التفخيم‬

3. Pembagian dan Macam-Macam Asimilasi

a. Pembagian asimilasi menurut letak bunyi yang diubah,


terbagi menjadi dua bagian :

1) Asimilasi Progresif, yaitu asimilasi yang mana bunyi


yang berada dibelakang mempengaruhi bunyi yang
ada setelahnya. Yakni asimilasi ini terjadi ketika bunyi
sebelumnya mempengaruhi bunyi huruf sesudahnya.
Contohnya : (1) Seperti dalam kata ( ‫اد‬QQ‫ ) ازت‬yang
berubah menjadi ( ‫) ازداد‬, dalam contoh ini zai ( ‫) ز‬
mempengarui huruf setelahya yaitu ( ‫ ) ت‬sehingga
berubah menjadi dal ( ‫) د‬, karena menyerupai zai ( ‫) ز‬
dalam sifatnya yang jelas ( ‫) الجهر‬. (2) Kata bahasa
Inggris top diucapkan [tOp’] dengan [t] apiko-dental.
Tetapi, setelah mendapatkan [s] lamino-palatal pada
stop, kata tersebut diucapkan [stOp’] dengan [t] juga
lamino-palatal. Dengan demikian dapat disim-pulkan
bahwa [t] pada [stOp’] disesuaikan atau diasimilaskan
artikulasinya dengan [s] yang mendahuluinya
sehingga sama-sama lamino-palatal.

2) Asimilasi Regresif, yaitu asimilasi yang mana bunyi


yang diubahnya terletak didepan bunyi yang
mempengaruhinya. Yakni asimilasi ini terjadi ketika
bunyi setelahnya mempengaruhi bunyi sebelumnya.
Seperti : (1) Dalam kata ( ‫ ) من بعد‬yang mana dalam
pelafalannya berubah menjadi ( ‫) مم بعد‬,
dikarenakan ba ( ‫ ) ب‬mempengaruhi nun ( ‫ ) ن‬yang
berada dibelakangnya sehingga nun ( ‫ ) ن‬ini berubah
menjadi mim ( ‫ ) م‬karena mim ( ‫ ) م‬menyerupai ba ( ‫ب‬
) dalam tempat keluarnya yaitu antara dua bibir (
‫فتانية‬QQ‫) الش‬. (2) Kata bahasa Belanda zak ‘kantong’
diucapkan [zak’] dengan [k] velar tidak bersuara, dan
doek ‘kain’ diucapkan [duk’] dengan [d] apiko-dental
bersuara. Ketika kedua kata itu digabung, sehingga
menjadi zakdoek ‘sapu tangan’, diucapkan [zagduk’].
Bunyi [k] pada zak berubah menjadi [g] velar bersuara
karena dipengaruhi oleh bunyi [d] yang mengikutinya.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa [k] pada
[zak’] disesuaikan atau diasimilasikan artikulasi
dengan bunyi [d] yang mengikutinya sehingga sama-
sama bersuara.

b. Pembagian asimilasi menurut jarak kedekatan antara dua


bunyi, terbagi menjadi dua bagian :

1) Asimilasi Langsung, yaitu asimilasi yang terjadi


antara dua bunyi yang berdekatan dan tidak dipisah
oleh bunyi huruf lain diantara kedua bunyi tersebut.
Seperti dalam kata ( ‫ ازدحم‬- ‫ ) ازتحم‬dan kata ( ‫ يمبت‬-‫ينبت‬
), perhatikanlah kedua contoh asimilasi diatas,
asimilasi ini terjadi antar dua bunyi yang berdekatan
yang tidak dipisah bunyi huruf lain. Zai ( ‫ ) ز‬dan dal (
‫ ) د‬dalam contoh pertama, nun ( ‫ ) ن‬dan ba ( ‫) ب‬
dalam contoh kedua.

2) Asimilasi Tidak Langsung, yaitu asimilasi yang terjadi


antara dua bunyi yang diantara kedua bunyi tersebut
terdapat pemisah oleh satu bunyi atau lebih. Seperti
yang terdapat dalam kata ( ‫ صراط‬- ‫ ) سراط‬dan ( - ‫مسيطر‬
‫يطر‬QQ‫) مص‬. Perhatikan kedua contoh asimilasi diatas,
asimilasi ini terjadi antara dua bunyi yang tidak
berdekatan, dan dipisah oleh bunyi huruf lain. Sin /‫س‬
/dan tha / ‫ ط‬/ dalam contoh pertama ( antara /‫س‬/ dan /
‫ط‬/ terdapat pemisah yaitu /‫ ر‬/ dan ‫ا‬. ), sin / ‫ س‬/ dan
tha / ‫ ط‬/ dalam contoh kedua ( antara keduanya
terdapat pemisah yaitu ya / ‫ ي‬/ ).

c. Pembagian asimilasi dari segi kekuatannya, terbagi


menjadi dua macam :

1) Asimilasi Total, yaitu perubahan suatu bunyi hampir


menyerupai bunyi lain, atau pergantian bunyi yang
dupengaruhi seperti bunyi yang mempengaruhinya.
Contoh seperti dalam kata ( ‫) الشمس‬, bunyi lam ( ‫الم‬
‫ ) التعريف‬untuk menunjukan arti khusus ( ‫) للمعرفة‬
berubah dengan sempurna menjadi sya / ‫ش‬
/ .Asimilasi ini terjadi antara ( ‫ ) الم التعريف‬dengan
semua huruf-huruf syamsiyah, yaitu ,‫ س‬,‫ ث‬,‫ ض‬,‫ ط‬,‫ د‬,‫ت‬
‫ ر‬,‫ ن‬,‫ ظ‬,‫ ز‬,‫ ذ‬,‫ ش‬,‫ص‬. . Hal ini dikarenakan ( ‫) الم التعريف‬
ini menyerupai semua huruf-huruf syamsiyah ini
dalam tempat keluarnya, yaitu dari antara gigi atau
gusi atau gigi dengan gusi, dan lam / ‫ ل‬/ keluar dari
gusi dan gigi.

2) Asimilasi Parsial, yaitu perubahan bunyi menjadi


bunyi lain yang dekat dengannya, atau pergantian
suatu bunyi yang dipengaruhi menjadi bunyi yang
dekat denganya dari bunyi yang mempengaruhinya,
seperti dalam kata ( ‫) ينبت‬, dari contoh ini terlihat
bunyi nun / ‫ ن‬/ berubah menjadi mim / ‫ م‬/ dibawah
pengaruh ba / ‫ ب‬/ yang keluar dari dua bibir ( ‫) الشفتانية‬.
Dalam contoh ini, terjadi asimilasi parsial karena nun /
‫ ن‬/ berubah menjadi mim / ‫ م‬/, bukan menjadi ba / ‫ ب‬/.
Mim / ‫ م‬/ dekat dengan ba / ‫ ب‬/ karena keduanya
merupakan bunyi dua bibir.
d. Pembagian asimilasi dari segi bentuknya, terbagi menjadi
dua macam :

1) Asimilasi dari segi tempat keluarnya bunyi ( ‫في المخرج‬


), yaitu perubahan suatu bunyi pada bunyi huruf lain
yang menyerupai atau dekat dengannya dari segi
tempat keluarnya. Seperti perubahan bunyi nun / ‫ ن‬/
yang keluar dari gusi dengan gigi pada makhroj bunyi
huruf ba / ) ‫ ( الشفتانية‬/ ‫ ب‬dengan cara menggantikannya
menjadi mim / ‫ م‬/ yang sama keluar dari dua bibir (
‫ ) الشفتانية‬dalam kata ( ‫ امبعث‬-‫) انبعث‬, ( ‫ يمبت‬-‫) ينبت‬, ( ‫من‬
‫ مم بعد‬-‫د‬QQ‫) بع‬. Dengan kata lain, perubahan nun yang
keluar dari gusi dan gigi menjadi mim yang keluar
dari dua bibir dikarenakan mim ini sama dengan bunyi
huruf ba yang keluar dari dua bibir.

2) Asimilasi dari segi sifatnya bunyi, yaitu perubahan


bunyi pada bunyi huruf lain yang menyerupai atau
dekat dengannya dari segi sifatnya, seperti perubahan
bunyi huruf yang bersifat samar ( ‫وس‬QQ‫ ) مهم‬menjadi
bunyi huruf yang bersifat jelas ( ‫) مجهور‬. Contoh
seperti dalam kata ( ‫ ازدحام‬-‫ ) ازتحام‬dan ( ‫ ازداد‬-‫) ازتاد‬,
terlihat bunyi huruf ta / / yang bersifat samar ( ‫مهموس‬
) berubah menjadi bunyi yang bersifat jelas ( ‫) مجهور‬
dengan cara menggantikannya menjadi dal ( ‫) د‬.
Dengan kata lain, perubahan bunyi ta / ‫ ت‬/ yang
bersifat samar menjadi dal / ‫ د‬/ yang bersifat jelas
karena dal ini menyerupai sifat bunyi zai / ‫ ز‬/ yang
jelas.

e. Pembagian asimlasi dari segi jenis-jenis bunyinya, terbagi


menjadi tiga bagian :

1) Asimilasi antara bunyi konsonan, yaitu asimilasi yang


terjadi diantara bunyi-bunyi konsonan, seperti yang
terdapat antara zai / ‫ ز‬/ dengan ta / ‫ ت‬/, atau antara nun
/ ‫ ن‬/ dengan ba / ‫ ب‬/ dalam contoh-contoh sebelumnya.
2) Asimilasi antara bunyi vokal, yaitu asimilasi yang
terletak diantara bunyi-bunyi vokal , seperti yang
terdapat dalam contoh-contoh berikut ini ( Umar,
383 :1991) :
a) ( ‫ ُد هلِل‬QQ‫ ) الحم‬Q.S. Al-baqarah: 2, sebagian orang
membacanya : ‫ (الحم ُد هلُل‬Asimilasi progresif antara
dhomah dan kasrah), dan sebagian orang lain
membacanya : ‫ (الحم ِد هلِل‬Asimilasi regresif antara
kasrah dan dhamah).
b) ( ‫ ) فَُأِل ِّمه الثلث‬Q.s. An-nisa: 11, sebagian orang
membacanya : ‫ ( فِإِل ِّمه الثلث‬Asimilasi progresif
antara kasrah dengan dhamah).
c) ( ‫) علي ِه ُم هللا‬, dibaca : ‫( عليهُ ُم هللا‬Asimilasi regresif
antara dhamah dengan kasrah).

3) Asimilasi antara bunyi konsonan dengan vokal, yaitu


asimilasi yang terdapat diantara bunyi-bunyi konsonan
dan bunyi vokal, terbagi menjadi dua macam :
1) Efek bunyi konsonan terhadap vokal, seperti
menjadi tebalnya ( ‫ ) المفخمة‬bunyi-bunyi vokal yang
terletak setelah bunyi-bunyi tang bersifat tebal,
seperti dalam kata ( ,‫ل‬QQ‫ طف‬,‫ابط‬QQ‫ ض‬,‫اهر‬QQ‫ ظ‬,‫ابر‬QQ‫ ص‬,‫طائر‬
‫وح‬QQ‫ طم‬,‫ طين‬,‫ير‬QQ‫ ط‬,‫ياء‬QQ‫ ض‬,‫ ظالل‬,‫فر‬QQ‫ص‬. ), dan menjadi
tipisnya bunyi vokal yang terletak setelah bunyi-
bunyi konsona yang bersifat tipis ( ‫) المرققة‬, seperti
dalam kata ( ‫ سموح‬,‫ تين‬,‫ خير‬,‫ حفر‬,‫ بالل‬,‫ ماهر‬,‫ عابر‬,‫دائر‬
).
2) Efek bunyi vokal terhadap bunyi konsonan, seperti
menjadi lebih majunya tempat keluar huruf qof / ‫ق‬
/ dibawah pengaruh vokal kasrah, seperti dalam
kata ( ‫ف‬QQْ ِ‫) ق‬, dan menjadi lebih terabaikannya
tempat keluar bunyi ‘ain / ‫ ع‬/ dibawah pengaruh
vokal dhamah panjang , seperti dalam kata ( ‫) ُعوْ لج‬.

Disimilasi
1. Pengertian Disimilasi

Disimilasi merupakan kebalikan dari asimilasi, yaitu


fenomena yang terjadi ketika satu bunyi mempengaruhi bunyi
lain yang ada didekatnya sehingga bunyi tersebut berubah
atau diganti menjadi bunyi huruf lain, akan tetapi
perubahannya ini berbeda dengan bunyi yang berada
didekatnya dari segi tempat keluarnya atau dari segi sifatnya.
Dengan kata lain, disimilasi ini merupakan perubahan suatu
bunyi karena adanya pengaruh bunyi yang ada didekatnya,
akan tetapi perubahannya ini berbeda dengan bunyi yang ada
didekatnya tersebut. Menurut Abdul Chaer, proses disimilasi
merupakan perubahan yang menyebabkan dua buah fonem
yang sama menjadi berbeda atau berlainan. Meskipun
demikian, desimilasi ini kurang populer dibandingkan dengan
asimilasi. Begitupun demikian, disimilasi ini mempunyai
tujuan tersendiri sama halnya dengan tujuan asimilasi yaitu
untuk mempermudah pelafalan bunyi dan untuk memperluas
fleksibelitas otot ketika melafalkannya. Contoh : Bahasa
Indonesia kata cipta dan cinta yang berasal dari bahasa
sanskerta citta, bunyi [tt] pada kata citta berubah menjadi
bunyi [pt] pada kata cipta dan menjadi [nt] pada kata cinta.

Disimilasi dalam bahasa arab terjadi dalam keadaan jika


dalam satu kata terdapat dua atau lebih dari bunyi konsonan.
Umumnya, bunyi yang paling akhir dari kedua bunyi tersebut
digantikan menjadi bunyi layin ( ‫ ) لين‬panjang. Seperti yang
terdapat dalam kata ( ‫َّس‬ َ ‫ ) دس‬dalam kata ini terkumpul tiga
bunyi konsonan yaitu sin / ‫ س‬/ yang bertasydid dan sin / ‫س‬
/yang terakhir. Maka sin / ‫ س‬/ yang terakhir digantikan
menjadi bunyi layn ( ‫ ) لين‬panjang, yaitu alif panjang ( ‫) الف مد‬,
sehingga kata tersebut menjadi ( ‫) َدسَّى‬, seperti yang terdapat
dalam firman Allah Swt ( ‫ها‬QQ‫دس‬ َّ ‫اب من‬QQ‫د خ‬QQ‫ ) وق‬Q.S. Asy-
syamsi :10. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Badri ( 84-
85 : 1982 M) mengenai contoh-contoh desimilasi ini terdapat
dalam kata-kata ( ‫ تسرَّى‬- ‫) تسرَّر‬, ( ‫ تمطَّى‬-‫) تمطَّطى‬, ( ‫ تظنَّى‬-‫) تظنَّن‬.
2. Unsur-unsur Disimilasi

Seperti halnya asimilasi, disimilasi ini mempunyai unsur-


unsur yang mencakup unsur berikut ini :
a. Bunyi yang mempengaruhinya, yaitu bunyi ( konsonan
atau vokal) yang mempengaruhi bunyi lain, baik yang
terletak sebelum atau sesudahnya dan menyebabkan bunyi
yang dipengaruhinya itu berubah, baik berubah sifatnya
ataupun tempat keluarnya.
b. Bunyi yang dipengaruhinya : yaitu bunyi ( vokal atau
konsonan ) yang berpindah makhroj atau sifatnya yang
disebabkan oleh pengaruh bunyi yang mempengaruhinya.
c. Bentuk Disimilasi, yaitu bentuk perpindahan atau
perubahan bunyi yang disebabkan oleh pengaruh bunyi
pada bunyi yang dipengaruhinya, dan selalu membentuk
bunyi yang berbeda dengan bunyi yang
mempengaruhinya.

Untuk lebih jelasnya, perhatikanlah tabel dibawah ini :

Bunyi
Bunyi
Bentuk yang Fenomena No
yang mem
Disimilasi dipengaru Disimilasi .
pengaruhinya
hinya
Perubahan Fathah Fathah َ
- ‫ولدان‬
fathah pendek pendek panjang
menjadi ‫ولدان‬
ِ
kasroh pendek
1.
untuk
membedakan
dengan fathah
panjang
Perubahan sin Sin ketiga Sin kedua -‫س‬َ ‫دس‬ َّ 2.
kedua
‫دسى‬َّ
menjadi alif
panjang untuk
membedakan
dengan sin
kedua
Perubahan Mim Mim kedua – ‫َج َّم َد‬
mim pertama pertama ْ
menjadi lam ‫َجل َم َد‬
untuk 3.
membedakan
dengan mim
kedua
Perubahan dal Dal kedua Dal pertama – ‫بغداد‬
kedua
menjadi nun ‫بغدان‬
untuk 4.
membedakan
dengan dal
pertama

3. Pembagian dan macam-macam disimilasi

Disimilasi ini bermacam-macam, yang dapat dibagi


menjadi berikut ini ( Al-khuli, 221-222 : 1987 M) :

a. Pembagian disimilasi dari segi letak pengaruhnya, dibagi


mejadi dua bagian
1) Disimilasi Progresif, yaitu disimilasi yang mana bunyi
yang berada dibelakang mempengaruhi bunyi yang
ada setelahnya, sehingga berubah dan berbeda dengan
bunyi yang mempengaruhinya. Yakni perubahan ini
terletak didepan. Bunyi sebelumnya mempengaruhi
bunyi huruf sesudahnya. Seperti contoh dalam kata
( ‫ا ِن‬QQ‫ كتاب‬- َ‫ان‬QQ‫) كتاب‬. Dari contoh tersebut, bunyi yang
mempengaruhinya yaitu fathah panjang ( ‫) الف المد‬, dan
bunyi yang dipengaruhinya yaitu fathah pendek yang
berubah menjadi kasrah pendek, dan perubahan ini
berbeda dengan bunyi yang mempengaruhinya yaitu
fathah panjang.
2) Disimilasi Regresif, yaitu desimilasi yang mana suatu
bunyi mempengaruhi bunyi huruf yang berada
sebelumnya. Yakni, perubahan ini terletak dibelakang.
Bunyi yang didepan mempengaruhi bunyi yang ada
dibelakangnya. Seperti dalam kata ( ‫ جلمد‬- ‫ ) ج َّمد‬, dari
contoh ini bunyi yang mempengaruhinya yaitu mim / ‫م‬
/ yang ke-dua, dan bunyi yang dipengaruhinya yaitu
mim / ‫ م‬/ yang pertama, yang berubah menjadi lam /
‫ ل‬/ agar berbeda dengan dengan mim / ‫ م‬/ dari segi
sifat dan tempat keluarnya ( mim / ‫ م‬/ merupakan
bunyi dua bibir dan hidung, sedangkan lam /‫ ل‬/
merupakan bunyi gusi dan gigi samping).

b. Pembagian disimilasi dari segi jarak antara bunyi yang


mempengaruhinya dengan bunyi yang dipengaruhinya :
1) Disimilasi Langsung, yaitu disimilasi yang mana
bunyi yang mempengaruhinya berdekatan langsung
dengan bunyi yang dipengaruhinya. Seperti dalam
kata ( ‫ إنجاص‬- ‫) إجَّاص‬. Dari conoh tersebut, bunyi yang
mempengaruhinya yaitu ja / ‫ ج‬/ yang ke-dua, dan
bunyi yang dipengaruhinya yaitu ja / ‫ ج‬/ yang pertama
yang berubah menjadi nun / ‫ ن‬/.
2) Disimilasi tidak langsung, yaitu disimilasi yang mana
bunyi yang mempengaruhinya tidak berdekatan
dengan bunyi yang dipengaruhinya. Seperti dalam
kata ( ‫ بغدان‬-‫) بغداد‬. Dari contoh tersebut, bunyi yang
mempengaruhinya yaitu bunyi dal / ‫ د‬/ yang pertama,
dan bunyi yang dipengaruhinya yaitu dal / ‫ د‬/ yang ke-
dua yang berubah menjadi nun / ‫ ن‬/. Dalam contoh
tersebut, dal pertama tidak berdekatan langsung
dengan dal ke-dua, akan tetapi dipisah oleh vokal
fathah panjang ( ‫) ألف المد‬.

c. Hal-hal yang terdapat antara asimilasi dan disimilasi


ada beberapa poin kesamaan dan perbedaan mengenai
asimilasi dan disimilasi, diantaranya :
1) Dalam kebanyakan bahasa asimilasi lebih sering
terjadi dan lebih umum dari pada disimilasi
2) Asimilasi dan disimilasi bertujuan untuk memudahkan
dan meringankan dalam pelafalan
3) Kemiripan asimilasi dan disimilasi yaitu keduanya
sama-sama berperan dalam mempengaruhi dan
dipengaruhi antara 2 suara yg berdampingan
4) Perbedaan asimilasi dengan disimilasi yaitu asimilasi
merubah suara menyerupai suara yang berdampingan
dengannya, sedangka disimilasi yaitu merubah suara
berbeda dengan suara yang berdampingan dengannya
5) Asimilasi merubah suara tanpa merubahnya ke fonem
yang lainnya, sedangkan disimilasi merubah suara ke
fonem yang lainnya. Ini berarti asimilasi lebih
memperhatikan pelafalan dari pada makna, sedangkan
disimilasi lebih memperhatikan makna dari pada
pelafalan
6) Asimilasi dapat berbentuk parsial ataupun total,
sedangkan disimilasi kebanyakan berbentuk total

BAB XIII
‫التحليل التقابلي) بين األصوات‬
‫العربية و اإلندونسية‬
(ANALISIS KONTRASTIF
BUNYI BAHASA ARAB DAN
BAHASA INDONESIA)
Oleh : Nifar Izzudin Amrullah

Pengertian Analisis Kontrastif (Contrastive Analysis)

Analisis kontrastif (Contrastive analysis) adalah suatu studi


kajian yang membandingkan antara dua bahasa atau lebih
mengenai aspek-aspek kebahasaan yang beraneka ragam dengan
tujuan untuk menemukan unsur-unsur persamaan dan perbedaan
antara kedua bahasa tersebut pada objek kajian tertentu. Seperti
Fonologi, morfologi, sintaksis, semantik. Analisis kontrastif
bunyi dua bahasa yaitu perbandingan bunyi-bunyi kedua bahasa
tersebut untuk menemukan bunyi yang sama atau sesuai, bunyi
yang menyerupai dan bunyi yang berbeda.
Analisis kontrastif antara bunyi-bunyi bahasa Arab dan
bahasa Indonesia disimpulkan melalui perbandingan bunyi-bunyi
dua bahasa tersebut baik itu konsonan, vokal, dan fonem. Atau
dari sebagian karakteristik bunyi seperti persamaan dan
perbedaan untuk membatasi unsur-unsur bunyi keduanya yang
identik, serupa dan berbeda, itu semua bertujuan untuk
mengamati suatu yang mungkin dapat di peroleh dalam
pembelajaran dua bahasa (Pembelajaran Bahasa Arab untuk
orang indonesia dan pembelajaran bahasa indonesia untuk orang
Arab)

Tujuan Analisis Kontrastif dakam pembelajaran bahasa


diantaranya: a) menganalisis perbedaan antara bahasa ibu dengan
bahasa yang sedang dipelajari agar pembelajaran bahasa lebih
baik, b)menganalisis perbedaan antara bahasa ibu dengan bahasa
yang sedang dipelajari agar kesalahan berbahasa peserta didik
dapat diramalkan yang pada gilirannya kesalahan yang
dipengaruhi bahasa ibu dapat diperbaiki, c) hasil dari analisis
digunakan untuk menuntaskan keterampilan berbahasa peserta
didik, d) membantu peserta didik menyadari kesalahan nya dalam
berbahasa sehingga dengan demikian ia dapat menguasai bahasa
yang di pelajarinya dalam waktu tidak lama.

Analisis Kontrastif antara Bunyi-Bunyi Bahasa


Arab dan Bahasa Indonesia

a. Bunyi yang Sama atau Identik dalam Bahasa Arab dan bahasa
Indonesia
Dalam dua bahasa yang berbeda mungkin dikatakan sama
persis atau identik karena karakteristik bunyi yang
mengikutinya sama baik itu dari segi tempat keluar atau
sifatnya, diantaranya:
No Bunyi-Bunyi Deskripsi
‫ب‬ /‫ مجهور‬- ‫انفجاري‬ - ‫كالهما شفتاني‬
1
B Bilabial, hambat, bersuara
‫م‬ /‫– مجهور‬ ‫ انفي‬- ‫كالهما شفتاني‬
2
M Bilabial, nasal, bersuara
‫و‬ / ‫نصف حركة‬ - ‫كالهما شفتاني‬
3
W Bilabial, semi vokal
‫ف‬ /- ‫ احتكاكي‬- ‫ اسناني‬-‫كالهما شفتاني‬
4
F
‫محموس‬
Labio-dental, geseran, tak bersuara
‫ج‬ /‫مجهور‬ - ‫ مركب‬- ‫كالهما طرفي – غاري‬
5
J Lamino-palatal, paduan, bersuara
‫ك‬ /- ‫انفجاري‬ - ‫كالهما قصي – طبقي‬
6 ‫محموس‬
K
Dorso-velar, hambat, tak bersuara
‫ر‬ /‫مجهور‬ - ‫ تكراري‬- ‫كالهما ذلقي – لثوي‬
7
R Apiko-alveolar, getar, bersuara
‫ز‬ /‫مجهور‬ – ‫ حتكاكي‬- ‫كالهما ذلقي – لثوي‬
8
Z Apiko-alveolar, geseran, tak bersuara
‫س‬ /– ‫كالهما ذلقي – لثوي – احتكاكي‬
9 ‫محموس‬
S
Apiko-alveolar,geseran, tak bersuara
‫ه‬ ‫ محموس‬- ‫ احتكاكي‬- ‫كالهما حنجري‬
10
H Glottal (laringal), geseran, tak bersuara

b. Bunyi-bunyi yang menyerupai atau mirip dalam Bahasa Arab


dan bahasa Indonesia
Dalam dua bahasa yang berbeda mungkin dapat di
gambarkan sebagai serupa jika karakteristik bunyi tersebut
sama dan sesuai dalam karakteristik kecuali dalam salah
satunya. Diantaranya:

Deskripsi
N Bunyi-
o Bunyi Menurut pita
Artikulator Artikulasi
suara

1
‫ت‬ Apiko-Alveolar- Dental Hambat Tak Bersuara
T Apiko-Alveolar Hambat Tak Bersuara

2
‫د‬ Apiko-Alveolar- Dental Hambat Bersuara
D Apiko-Alveolar Hambat Bersuara

3
‫ن‬ Apiko-Alveolar- Dental Nasal Bersuara
N Apiko-Alveolar Nasal Bersuara

4
‫ل‬ Apiko-Alveolar- Dental Lateral Bersuara
L Apiko-Alveolar Lateral Bersuara

5
‫ي‬ Centro-palatal Semivokal
Y Lamino-Palatal Semivokal

6
‫غ‬ Dorso-Velar Geseran Bersuara
G Dorso-Velar Hambat Bersuara

7
‫ح‬ Uvular Geseran Tak Bersuara
H Glottal Geseran Tak Bersuara

8
‫خ‬ Dorso-Velar Gesekan Tak Bersuara
K Dorso-Velar Hambat Tak Bersuara

9
‫ق‬ Dorso-Uvular Hambat Tak Bersuara
K Dorso-Velar Hambat Tak Bersuara

10
‫ش‬ Lamino-Palatal Geseran Tak Bersuara
S Apiko-Alveolar Geseran Tak Bersuara

11
‫ث‬ Interdental Geseran Tak Bersuara
S Apiko-Alveolar Geseran Tak Bersuara
12
‫ذ‬ Interdental Geseran Bersuara
Z Apiko-Alveolar Geseran Bersuara
13 ‫ص‬ Apiko-Alveolar/Terkatup Geseran Tak Bersuara
S Apiko-Alveolar/Tipis Geseran Tak Bersuara

c. Bunyi-bunyi yang berbeda dalam Bahasa Arab dan bahasa


Indonesia
Bunyi-bunyi dalam dua bahasa mungkin dapat di
kategorikan berbeda jika diantara kedua bahasa itu terdapat
banyak perbedaan baik dalam karakteristik bunyi, tempat
keluar atau dari segi sifat. Diantaranya:

Bunyi Deskrifsi
N
- Artikulas Berdasarka
o Artikulator
Bunyi i n Pita Suara

Apiko-
‫مطب‬
‫ض‬ Hambat Bersuara
1 Alveolar-Dental ‫ق‬
D Apiko-Alveolar Hambat Bersuara ‫مرقق‬
‫مطب‬
‫ظ‬ Interdental Geseran Bersuara
2 ‫ق‬
D Apiko-Alveolar Geseran Bersuara ‫مرقق‬
‫مطب‬
‫ظ‬ Interdental Geseran Bersuara
3 ‫ق‬
Z Apiko-Alveolar Geseran Bersuara ‫مرقق‬
Apiko- Tak
‫مطب‬
‫ط‬ Hambat
4
Alveolar-Dental Bersuara ‫ق‬
Tak ‫مرقق‬
T Apiko-Alveolar Geseran
Bersuara
Tak
‫خ‬ Dorso-Velar Geseran
Bersuara
5
Glottal(Laringal Tak
H Geseran
) Bersuara

d. Bunyi-bunyi Bahasa Arab yang tidak ada penggantinya dalam


bahasa Indonesia, yaitu:

No Bunyi Deskripsi
1 ‫ث‬ Interdental, geseran, tak bersuara
2 ‫ح‬ Uvular, geseran, tak bersuara
3 ‫خ‬ Dorso-velar, geseran, tak bersuara
4 ‫ذ‬ Interdental, geseran, bersuara
5 ‫ش‬ Lamino-palatal, geseran, tak bersuara
6 ‫ص‬ Apiko-alveolar, geseran, tak bersuara, terkatup
Apiko- dental- alveolar, hambat, bersuara,
7 ‫ض‬ terkatup
Apiko-Alveolar-Dental, hambat, tak bersuara,
8 ‫ط‬ terkatup
9 ‫ظ‬ Interdental, geseran, bersuara,terkatup
10 ‫ع‬ Uvular, geseran, bersuara
11 ‫غ‬ Dorson-velar, geseran, bersuara
12 ‫ق‬ Dorso-Uvlar, hambat, tak bersuara

e. Bunyi-bunyi bahasa Indonesia yang tidak ada penggantinya


dalam Bahasa Arab, yaitu:

No Bunyi Deskrifsi
1 P Labio, hambat, bersuara, seperti kata “papa”
Lamino-palatal, paduan, tak bersuara, seperti
2 C
kata “cucu”
3 E Vokal atau harokat seperti “beli”
4 O Vokal atau harokat seperti pada “toko”
Lamino-palatal, nasal, bersuara, seperti pada
5 Ny
“ nyala”
Dorso- velar, nasal, bersuara seperti
6 Ng
pada”ngilu”
7 Ai Dua vokal seperti “ gulai”
8 Au Dua vokal seperti “ pulau”
9 Oi Dua vokal seperti “ sepoi”
10 Ei Dua vokal seperti “ esei”
[kl] pada [klinik], [br] pada [obral], [sr] pada
Konsonan
11 [pasrah], [sw] pada [swadaya], [kw] pada
dua huruf
[kwintal], [pr] pada [ produksi]
Konsonan [str] pada [strategi], [ skr] pada [skripsi], [spr]
12
tiga huruf pada [sprinter]

Intervensi antara Bunyi-bunyi Bahasa Arab dan


Bahasa Indonesia

Ketika orang Indonesia berbicara dengan bahasa orang Arab


tentu tidak bisa mengikuti logat orang arab, orang indonesia akan
cenderung mengucapkan nya dengan logat bahasa nya sendiri.
Begitupun sebaliknya orang Arab ketika berbicara bahasa
Indonesia tentu tidak mengikuti logat orang Indonesia, Orang
Arab akan cenderung mengucapkannya dengan logat bahasanya
sendiri. Hal ini sering di sebut dengan Intervensi Bunyi.

Perlu diketahui antara bahasa Arab dan bahasa Indonesia


banyak perbedaan dalam segi pengucapan seperti penjelasan
sebelumnya. Antara keduanya terdapat bentuk-bentuk yang
menjelaskan terjadinya Intervensi bunyi, seperti halnya Intervensi
bahasa Indonesia kedalam bahasa arab atau intervensi bahasa
arab kedalam bahasa Indonesia, seperti yang tertera dalam tabel
di bawah ini:

1. Intervensi Bunyi-bunyi Bahasa Indonesia ke dalam


Bahasa Arab

a. Pengucapan Huruf ‫ ث‬/ Diantara Dua Gigi/ Lasawiyah


Sebagaimana Kalimah Di Bawah :

No Kata Pengucapan Penjelasan


Konsonan tsa /‫ث‬/ ,tidak di
temukan di bahasa
1 ‫حديث‬ Hadis Indonesia ,maka ketika
orang Indonesia
mengucapkan ‫ ث‬maka di
alihkan ke kosa kata yang
2 ‫وارث‬ Waris lebih dekat atau yang
menyerupainya yaitu /ts/

b. Pengucapan ‫ ص‬/Sod/ Dzalqiyah Lasawiyah – Mutbaqah


Contoh /S/ Dzalqiyah Lasawiyah Muraqaqah.
Sebagaimana Contoh Di Bawah:

No Kata Pengucapan Penjelasan


1 ‫صدقة‬ Sedekah Sod arabiyah ( ‫) ص‬
itu tidak dapat di
2 ‫حصيل‬ Hasil tukarkan ke konsonan
3 ‫مصيبة‬ Musibah bahasa Indonesia,
akan tetapi orang
4 ‫نصيب‬ Nasib Imengalihkanya ke
konsonan yang lain,
5 ‫صفة‬ Sifat yang memang lebih
6 ‫صبر‬ Sobar dekat atau lebih
mudah dalam
7 ‫قصة‬ Qisah pengucapanya /s/.
c. Pengucapan / ‫ ش‬/ attarfiyah algariyyah seperti /sy/
attarfiyah allatsawiyyah, sebagaimana contoh berikut:

No Kata Pengucapan Penjelasan


1 ‫شيطان‬ Setan Syin Al-‘Arabiyyah /
‫ش‬/ tidak dapat
2 ‫شرط‬ Syarat digantikan kedalam
bahasa Indonesia,
tapi orang Indonesia
dalam pengucapanya
di alihkan ke huruf
3 ‫شرك‬ Syirik lain yang lebih dekat
atau ke huruf yang
lebih mudah
pengucapanya /sy
atau s/

d. Pengucapan Huruf (‫ )ذ‬Dzal/ Diantara Dua Gigi /Contoh


Dalam Indonesia (Z) Dzalqiyah.Lasawiyah. Sebagaimana
Contoh Berikut :

No Kata Pengucapan Penjelasan


1 ‫اذن‬ Izin Zal bahasa Arab itu
ّ tidak dapat di tukarkan
2 ‫مؤذن‬ Muazin ke bahasa Indonesia,
tapi orang Indonesia
3 ‫ذوالحجة‬ Zulhijjah dalam pengucapanya
di alihkan ke huruf
lain yang lebih dekat
4 ‫ذكر‬ Zikir atau ke huruf yang
lebih mudah
pengucapanya /z/

e. Pengucapan ‫ ط‬Mutbikoh Contoh (T) Tipis, Sebagaimana


contoh di bawah:
No Kata Pengucapan Penjelasan
1 ‫سلطان‬ Sultan ‫ط‬ dalam bahasa

‫طاعة‬ Arab ,tidak dapat di


2 Taat
tukar ke suara bahasa
3 ‫قرطاس‬ Kertas indonesia , akan tetapi
dapat di alihkan
4 ‫قطب‬ Kutub kepada bunyi lain yang
lebih dekat dari bunyi
‫ ط‬dan lebih mudah
5 ‫فطنة‬ Fitrah dalam pengucapanya
(t)

f. Pengucapan ‫ ق‬Lahawiyah /K/ Sama Kelasnya , seperti


contoh di bawah :

No Kata Pengucapan Penjelasan


1 ‫قرطاس‬ Kertas

2 ‫قبر‬ Kubur

3 ‫قبلة‬ Kiblat ‫ق‬ dalam bahasa Arab itu


tidak dapat di tukar
4 ‫قيامة‬ Kiamat suaranya kepada bahasa
5 ‫قصة‬ Kisah Indonesia , tetapi dapat di
alihkan kepada suara lain
6 ‫قطب‬ Kutub yang terdekatnya dan
mempermudah
7 ‫مقبول‬ Makbul pengucapanya, yaitu (k)
8 ‫خالق‬ Khalik

9 ‫مخلوق‬ Makhluk

g. Pengucapan ‫ ع‬Halqiah Ihtikakiyah Contoh A-I-U Al-


Hinjiriyah Al-Finjariyah ,Seperti Contoh Di Bawah :
No Kata Pengucapan Penjelasan
1 ‫علم‬ Ilmu

2 ‫عليم‬ Alim

3 ‫علماء‬ Ulama ‫ ع‬arabiyah tidak dapat di


4 ‫عالم‬ Alam tukar ke suara Indonesia ,tapi
dapat di pindahkan
5 ‫عرب‬ Arab pengucapanya ke suara lain
yang lebih dekat dan lebih
6 ‫عبادة‬ Ibadah mudah dalam pengucapanya
7 ‫عبارة‬ Ibarat /a-i-u/

8 ‫عمر‬ Umur

9 ‫عموم‬ Umum

h. Pengucapan konsonan dalam bahasa Arab seperti


konsonan dalam bahasa indonesia, seperti contoh di
bawah ini:

No Kata Pengucapan Penjelasan


‫السالم‬ َ َ
1 ‫ْسال ُم َعليكم‬ Kalimat kalimat ini
‫عليكم‬
َ ْ terputus oleh format (cv)
2 ‫صراط الذين‬ ‫ص َراط الذين‬ tetapi di ucapkan pada
ْ format (ccv) cv itu tersebar
3 ‫الحمد هلل‬ ‫لحمد هلل‬ dalam bahasa Indonesia
ْ
4 ‫استغفر اللة‬ ‫ْس َتغفر هللا‬ dan tidak di temukan dalam
bahasa Arab
5 ‫سبحان اللة‬ ‫ْسبحان هللا‬

2. Interferensi Bunyi-bunyi Bahasa Indonesia ke dalam


Bahasa Arab
Interferensi adalah masuknya unsur serapan ke dalam
bahasa lain yang bersifat melanggar kaidah gramatika bahasa
yang menyerap.

Sebagian bunyi bahasa Indonesia, sebagaimana sifatnya


yang telah disampaikan di atas, tidak dapat di tukar ke bahasa
Arab. Pengucapan bahasa Indonesia itu sangat sulit di
lakukan oleh orang Arab, dan cenderung untuk
mengalihkanya ke dalam bunyi bahasa Arab yang paling
mendekati atau menyerupainya. Maka pengucapan bahasa
Arab pada saat seperti itu memiliki bentuk yang berbeda
dalam kajian fonologi sama. Sebagaiamana daftar di bawah:

a. pengucapan suara (e) dengan kasroh (i) sebagaimana kata


di bawah ini:

No Kata Pengucapan Penjelasan


1 Begitu Bigitu ketika orang Arab
2 Belajar Bilajar mengucapkan kata ini, maka
3 Lebih Libih masuk kasroh dalam bahasa
4 Lemari Limari arab (i) pada (e) di bahasa
Indonesia karena vokal
5 Kecil Kicil
(e)tidak di temukan dalam
6 Belum Bilum
bahasa Arab, maka di
7 Berani Birani alihkanlah kepada yang
8 Sendiri Sindiri mendekatinya yaitu kasroh (i).

b. pengucapan suara (e) menjadi (a) sebagaimana kata di


bawah ini :

No Kata Pengucapan Penjelasan


1 Berkata Barkata Ketika orang Arab
mengucapkan kata ini, maka
2 Bersama Barsama
3 Termasuk Tarmasuk
fathah arabiyyah /a/
mengganti /e/ karna vokal
dalam bahasa Arab tidak
ada /e/ maka di alihkan ke /a/
c. Pengucapan Bunyi /e/ menjadi dammah /u/ sebagaimana
kata di bawah :

No Kata Pengucapan Penjelasan


1 Keluar Kuluar Ketika orang Arab
mengucapkan kata tersebut,
masuklah dammah
2 Semua Sumua arabiyyah /u/ kedalam /e/
dalam bahasa Indonesia.

d. Pengucapan Bunyi /p/ menjadi /b/ dalam bahasa Arab


sebagaimana contoh di bawah :

No Kata Pengucapan Penjelasan


Ketika orang Arab
1 Para Bara mengucapkan kalimat
tersebut maka di alihkan
kepada /B/ Karena bunyi /P/
tidak ditemukan dalam bahasa
Arab, dan /B/ adalah yang
2 Pedoman Baduman dekat dengan huruf P dan
paling banyak
menyerupakan /P/ kedalam
/B/

e. Pengucapan Bunyi /ng/ menjadi /n/ sebagaimana kata di


bawah ini:

No Kata Pengucapan Penjelasan


1 Yang Yan Bunyi /ng/ itu tidak di
2 Kurang Kuran temukan di bahasa Arab dan
cenderung di alihkan kedalam
3 saking Sakin bunyi yang paling dekat
darinya yaitu /n/

f. Pengucapan Bunyi /ny/ terdiri dari dua bunyi: /n/ dan /y/.
sebagaimana contoh di bawah :

No Kata Pengucapan Penjelasan


Bunyi yang tersusun seperti
/ny/ tidak di temukan di
dalam bahasa Arab, maka
orang arab cenderung
1 Bertanya Bertan+Ya
memisahkanya menjadi 2
bunyi ( n+y), menjadi
pengganti dari bunyi yang
satu

g. Pengucapan Bunyi /ng/ ada dua: nun /n/ dan gin /g/.
sebagaimana contoh di bawah :

No Kata Pengucapan Penjelasan


Bunyi yang tersusun /ng/ tidak
di temukan didalam bahasa
Arab. Maka orang Arab
1 sungguh Sun+guh mengalihkannya kedalam dua
pengucapan /n+g/
menggantikan dari bunyi yang
satu.

h. Pengucapan Bunyi /o/ menjadi dammah /u/. sebagaimana


contoh di bawah:
No Kata Pengucapan Penjelasan
Vokal /o/ tidak di temukan
dalam bahasa Arab, oleh
1 Bodoh Buduh
karna itu di alihkan ke dalam
vokal dammah/u/

i. Pengucapan Bunyi /k/ menjadi /’ain/. sebagaimana


kalimat di bawah :

No Kata Pengucapan Penjelasan


Kata makmur berasal
dari bahasa Arab (
‫ور‬QQ‫)معم‬, maka orang
arab mengucapkan
1 Makmur Ma’mur
nya dengan karakter
bahasa Arab
menggunakan ‘ain
bukan dengan kaf.

DAFTAR PUSTAKA

Resmini, Novi, dkk. 2006. Kebahasaan 1 (Fonologi, Morfologi


dan Semantik). Bandung: UPI PRESS.

Priyatno dan Erman Anti. 1999. Dasar-Dasar Bimbingan dan


Konseling.Jakarta : Rineka Cipta.

Tohirin. 2007. Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan


Madrasah. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.
Winkel, WSK. Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan .
Jakarta : PT Raja Grasindo Persada

Djumhur, I dan Muh Surya. 1988. Bimbingan dan Penyuluhan.


Bandung : CV Ilmu
Widagdo dan Harjono. 2007. Pokok – Pokok Fisika SMP Jilid 2.
Jakarta: Erlangga.

Syarif Hidayatullah, Moch. dan abdullah. 2010. Pengantar


Linguistik Bahasa Arab. Jakarta: Erlangga

Chaer, Abdul. 2007. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta

Verhaar, J.W.M. 2006. Asas – Asas Linguistik Umum.


Yogyakarta : UGM Press.

Ilmu ashwat (fonologi) lina marlina

Taqdir Qadratillah, Meity dkk. 2011. Kamus Besar Bahasa


Indonesia. Jakarta: Badan Pengembangan dan Pembinaan
bahasa dan kementrian pendidikan dan kebudayaan.

Nasution, Ahmad 2009, Ilmu Al-Aswat Al-Arabiyah, Jakarta:


HAMZAH

Abdullah, alek dan achmad. 2013. Linguistik Umum. Jakarta:


Erlangga.

Muslich, Mansur. 2008. Fonologi Bahasa Indonesia Tinjauan


Deskriftif sistem bunyi bahasa indonesia. Jakarta: Bumi
Aksara
___________ 2014. Fonologi Bahasa Indonesia. Jakarta: Bumi
Aksara

Chaer, Abdul. 2013. Fonologi Bahasa Indonesia. Jakarta: PT


Rineka Cipta.

___________ 2007 Linguistik Umum. Jakarta: PT Rineka Cipta

Bloch, Bernard & Geoorge L. Trager. 1942. Outline of linguistics


Analysis. Baltimore, Md: Linguistics Society of Amerika

Samsuri. 1994. Analisis Bahasa: Memahami Bahasa secara


Ilmiah. Jakarta: Erlangga

http://lisanarabi.net//‫لغوية‬-‫دروس‬-‫وات‬QQQQQQQ‫ االص‬-fonologi/591--‫ف‬QQQQQQQ‫وص‬
‫االصوات‬
deskripsibunyi-‫صفاتها‬-‫حبث‬-‫من‬bahasa-arab-menurut-sifatnya.htm
http://www,mohameddawood.com/view.aspx?ID=1874&topic
www.startimes.com/?+=5424549
https://spinditty.com/learning/6-Reasons-Why-You-Hate-Your-Voice
https://www.diahannboock.com/articles/Tone-Voice
http://totalcommunicator.com/vol2_3/voicemessage.html
https://www.theguardian.com/science/blog/2015/apr/16/is-your-voice-
trustworthy-engaging-or-soothing-to-strangers
https://www.theguardian.com/science/blog/2015/apr/16/is-your-voice-
trustworthy-engaging-or-soothing-to-strangers
http://www.positivityblog.com/do-you-make-these-10-mistakes-in-a-
conversation/
https://www.wowshack.com/indonesian-tongue-twisters-we-dare-you-
to-try/
https://spinditty.com/learning/6-Reasons-Why-You-Hate-Your-Voice
https://www.fastcompany.com/3048748/10-secrets-to-sounding-
confident
http://Farintahmat.blogspot.com/2014/03makalah-unsur-unsur-
suprasegmental.html?m=1 16.35 Tanggal 16 Desember
2018
https://biasamembaca.blogspot.com/2018/04/penjelasan-
mengenai-bunyi.html?=1 16 Desember 2018 . 16.45
http://pipitustari.blogspot.co.id/2016/03/klasifikasi-bunyi
suprasegmental.html 16 Desember 2018 . 17.07
http://bintimaria.blogspot.com/2011/10/fonologi.html?m=1
16 Desember 2018 . 18.44
http://kaligrafiiaibafa.blogspot.com/2016/04/makalah-ilimu-
ashwat.html
https://sulaimansaid.wordpress.com/2013/12/29/linguistik-
sinkronik-dan-diakronik/

‫ الطبعة األولى‬،۲۰۱۰،‫ربيت عثمان‬،‫علم األصوات النطقي‬، ‫ عبد الوهاب‬،‫رشيدي‬

Anda mungkin juga menyukai