Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

“PRAGMATIK SEBAGAI ANCANGAN ANALISIS PRINSIP


KERJA SAMA GRICE”
Makalah ini diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah :

Pragmatik

Dosen Pengampuh :

Karimaliana, S.S., M.Pd

Disusun oleh: Kelompok 3

Kelas: 5A Bahasa dan Sastra Indonesia

 Dita Safitri (20053100)


 Fitri Aulia Agustina (20053012)
 Muhammad Alam Syahbana (20053030)

FAKULTAS KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN

BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

UNIVERSITAS ASAHAN

2022/2023
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Puji dan syukur kita panjatkan atas kehadirat Allah SWT. Yang telah
memberikan nikmat, rahmat,dan taufik hidayah-Nya kepada kita, sehingga saya
dapat menyelesaikan makalah ini. Shalawat serta salam tak lupa juga kita
hadiahkan kepada junjungan kita Baginda Rasulullah SAW, semoga kita, orang
tua kita, nenek dan kakek kita, guru-guru, Dosen dan orang terdekat kita
mendapat syafaat di Yaumil Mahsyar kelak nantinya. Amin ya Rabbal ‘Alamin.

Adapun tujuan utama penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
mata kuliah Pragmatik yang bertemakan tentang “Pragmatik Sebagai
Ancangan Analisis Prinsip Kerja Sama Grice” selaku dosen pembimbing mata
kuliah Pragmatik dan saya ucapkan juga terimakasih kepada teman-teman yang
telah membantu dan mendukung saya.

Saya menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini terdapat


kekurangan dan keterbatasan. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik
serta saran yang guna membangun sempurnanya makalah ini. Tak lupa kami
ucapkan terimakasih kepada bapak/ibu dosen Karimaliana, S.S., M.Pd

Akhir kata, semoga makalah yang saya susun ini dapat berguna dan
bermanfaat bagi teman-teman dan bagi saya penyusun terkhususnya.

Kisaran, 17 November 2022

Kelompok 3

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................ii

DAFTAR ISI........................................................................................................iii

BAB I: PENDAHULUAN...................................................................................1

A. Latar Belakang Masalah............................................................................1


B. Rumusan Masalah.....................................................................................2
C. Tujuan Penulisan.......................................................................................3

BAB II: PEMBAHASAN....................................................................................4

A. Maksim Kuantitas......................................................................................4
B. Maksim Kualitas........................................................................................5
C. Maksim Relefansi......................................................................................7
D. Maksim Pelaksanaan.................................................................................8

BAB III: PENUTUP............................................................................................10

A. Kesimpulan................................................................................................10
B. Saran..........................................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................11

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Prinsip kerjasama merupakan salah satu prinsip percakapan dalam


ilmu pragmatik. Prinsip ini menekankan pada adanya upaya kerjasama yang
terjalin antara penutur dan mitra tutur dalam sebuah percakapan. Kerjasama
yang dimaksud berhubungan dengan tuturan yang diujarkan. Oleh karena itu,
penutur selalu berusaha agar tuturannya relevan dengan konteks, jelas dan
mudah dipahami, padat dan ringkas, dan selalu pada persoalan.

Hal tersebut dirangkum dalam maksim-maksim yang terdapat dalam


prinsip kerjasama. Aturan-aturan dalam sebuah percakapan dikenal dengan
istilah maksim. Grice dalam (Wijana, 1996: 46) mengatakan bahwa “di dalam
rangka melaksanakan prinsip kerjasama itu, setiap penutur harus mematuhi 4
maksim percakapan (conversational maxim), yakni maksim kuantitas (maxim
of quantity), maksim kualitas (maxim of quality), maksim relevansi (maksim
of relevance) dan maksim pelaksanaan (maxim of manner)”. Dalam setiap
maksim percakapan tersebut, terdapat aturan yang diharapkan untuk dipatuhi
oleh setiap partisipan.

Kontribusi menjadi kunci utama dalam prinsip kerjasama ini. Maksim


kuantitas mengharapkan setiap partisipan memberikan kontribusi sebanyak
yang dibutuhkan oleh mitra tutur. Maksim kualitas mengharapkan setiap
partisipan memberikan kontribusi sesuai dengan fakta/ kenyataan dan tidak
mengada-ada. Maksim relevansi mengharapkan setiap partisipan memberikan
kontribusi yang berhubungan dengan konteks pembicaraan. Maksim cara
mengharapkan setiap partisipan memberikan kontribusi secara langsung, jelas
dan tidak ambigu.

Dalam sebuah percakapan, prinsip kerjasama ini diharapkan dapat


dipatuhi oleh setiap partisipan. Namun, ketidakpatuhan terhadap prinsip
kerjasama ini juga dapat terjadi. Salah satu bentuk ketidakpatuhan tersebut

1
adalah pelanggaran terhadap prinsip kerjasama. Pelanggaran ini terjadi karena
adanya implikasi-implikasi tertentu yang hendak dicapai oleh penuturnya.
Implikasi yang dimaksud berhubungan dengan implikasi makna tidak
langsung/ makna tersirat, yang dalam ilmu pragmatik dikenal dengan istilah
implikatur konversasional.

Grice dalam (Wijana, 1996: 37) dalam artikelnya yang berjudul Logic
and Conversation mengatakan bahwa “sebuah tuturan dapat
mengimplikasikan proposisi yang bukan merupakan bagian dari tuturan
tersebut. Proposisi yang diimplikasikan itu disebut dengan implikatur”.
Implikatur atau makna tersirat mengharapkan setiap partisipan untuk saling
memahami apa yang dituturkan oleh mitra tutur. Sehingga, dibutuhkan
kerjasama yang baik antar partisipan agar percakapan diantara keduanya
berjalan dengan lancar.

B. Rumusan Masalah

Penulis telah menyusun beberapa masalah yang akan dibahas dalam


makalah ini sebagai batasan dalam pembahasan bab isi. Adapun beberapa
masalah yang akan dibahas dalam karya tulis ini antara lain:
a. Bagaimana bentuk maksim kuantitas dalam penyelanggaraan
pragmatik?
b. Bagaimana bentuk maksim kualitas dalam penyelanggaraan
pragmatik?
c. Bagaimana bentuk maksim relefansi dalam penyelanggaraan
pragmatik?
d. Bagaimana bentuk maksim pelaksanaan dalam penyelanggaraan
pragmatik?

2
C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah yang disusun oleh penulis di atas, maka
tujuan dalam penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:

a. Untuk mengetahui bentuk maksim kuantitas dalam


penyelanggaraan pragmatik.
b. Untuk mengetahui bentuk maksim kualitas dalam penyelanggaraan
pragmatik.
c. Untuk mengetahui bentuk maksim relefansi dalam
penyelanggaraan pragmatik.
d. Untuk mengetahui bentuk maksim pelaksanaan dalam
penyelanggaraan pragmatik.

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Maksim Kuantitas
Maksim kuantitas adalah bentuk penyajian informasi atau pemberian
kontribusi sesuai atau secukupnya yang dibutuhkan oleh lawan tutur.
Pemberian informasi dilakukan secara efektif dan efisien, serta tidak
berlebihan.
Contoh 1:
a. Orang buta itu tukang pijat.
b. Orang yang matanya tidak bisa melihat itu tukang pijat.
Kalimat (a) memenuhi maksim kuantitas, karena memberikan
keterangan secukupnya saja. Sedang kalimat yang (b) melanggar maksim
kuantitas karena dianggap berlebihan, dan memberikan keterangan yang
berlebihan terhadap sesuatu yang sudah jelas.
Contoh 2:
a. Anak tetangga saya disunat kemarin.
b. Anak lelaki tetangga saya disunat kemarin.

Kalimat (a) sesuai dengan maksim kuantitas, sedangkan kalimat (b)


tidak sesuai karena memberikan informasi yang tidak dibutuhkan. Anak yang
disunat sudah pasti laki-laki.

Contoh 3:

Tuturan terjadi antara sesama mahasiswa STKIP Muhammadiyah

a. Bapak Muntazir masuk kelas.


b. Bapak Muntazir, dosen Menulis Kreatif, yang juga kajur bahasa
Indonesia, masuk kelas.

Tuturan (a) lebih tepat dan efisien untuk digunakan, karena kedua
mahasiswa sama-sama mengetahui siapa pak Muntazir, sehingga informasi di
tuturan (b) tidak diperlukan.

4
B. Maksim Kuantitas
Maksim kualitas adalah penyajian informasi secara benar, nyata, dan 
sesuai fakta yang sebenarnya. Dengan kata lain baik penutur maupun lawan
tutur tidak mengatakan apa-apa yang dianggap salah, dan setiap kontribusi
percakapan hendaknya didukung oleh bukti yang memadai.

Contoh maksim kualitas:

a. Kamu tahu dimana Ani dirawat?


b. Tahu. Di RSUD Pringsewu.

Hari ini sangat panas. (Diucapkan saat matahari sedang terik)

Ketua tingkat di VI C adalah Supriyono.

Berdasarkan maksim kualitas, penutur harus mengungkapkan hal yang


sebenarbenarnya dan jelas serta tidak membuat lawan bicara bingung. Kadang
kala, penutur tidak merasa yakin dengan apa yang diinformasikannya. Ada
cara untuk mengungkapkan keraguan tersebut tanpa harus menyalahi maksim
kualitas seperti dengan menambahkan awalan kalimat seperti mungkin, kalau
tidak salah,dan sebagainya.

Namun tidak ditemukan adanya data yang mengungkapkan keraguan.


Adapun analisis transkripsi data 2 hasil percakapan antara pedagang (A)
dengan pembeli (B)

B : ada serre? (ada serai?)

A : itu di bawa’e (itu dibagian bawah)

B : oo itue, berapa itu? (oh itu, itu harga berapa?)

A: 5 ribu (lima ribu rupiah)

B : 1 ikat? (seikat?)

A: iye, iye (iya,iya)

B : kunyit basah ia? (bagaimana dengan kunyit basah?)

A : itue (itu)

5
B : ini berapa tosseng? (kalau yang ini harga berapa?)

A : berapa dimaui? (kamu mau berapa banyak?)

B: bisa 5 ribu na dua ini? (yang ini, apakah biasa 5000 rupiah untuk
dua?)

A : bisa (bisa)

Pecakapan data 2 menunjukkan adanya pemenuhan maksim kualitas


(maxim of quality). Pembeli yang menanyakan serai dijawab dengan
menunjuk ke arah yang dimaksud. Saat pembeli menanyakan harga “oo itue,
berapa itu?” artinya, oh itu, itu harga berapa?. dijawab dengan ringkas oleh
pedagang “5 ribu”, maksudnya, lima ribu rupiah. “kunyit basah ia? “ artinya,
bagaimana dengan kunyit basah?. Pedangang dengan singkat menjawab
sambil menunjuk ke arah dagangan yang dimaksud “itue” artiny, itu. Secara
keseluruhan, percakapan dalam data duamenunjukkan pedangang secara jelas
dan tidak mengakibatkan kebingungan lawan bicara dalam menjawab setiap
pertanyaan yang diberikan.

Maksim Perbedaan Persamaan

a. Memberi informasi sesuai yang diminta


b. Dibatasi oleh jumlah informasi
c. Tidak memberi keterangan yang
berlebihan
Kuantitas d. Tuturan secukupnya, tidak berlebihan

a. Memberi informasi yang sebenarnya


b. Dibatasi oleh kebenaran informasi
c. Dapat menambahkan keterangan
sebagai bukti kebenaran Memberikan
d. Tuturan dapat lebih rinci, melebihi informasi yang
Kualitas informasi yang diminta atau dibutuhkan dibutuhkan

6
C. Maksim Relefansi

Berdasarkan maksim relevansi, penutur harus memberikan kontribusi


yang relevan dengan situasi percakapan. Tidak menyimpang dari apa yang
sedang dibicarakan. Adapun analisis transkripsi data 2 hasil percakapan antara
pedagang (A) dengan pembeli (B)

A : tassiaga ro? (itu harga berapa?)

B : dua se’bu (dua ribu)

A : siaga yamaneng? (semuanya berapa?)

B : dua pulo (dua puluh)

A : kalau yang ini iya berapa? (berapa harga yang ini?)

B : seribu satu itu (yang itu harganya seribu perunit)

A : ini ia yang kecil ka? (bagaimana dengan yang kecil ini?

B : seribu na dua kalau yang kecil (seribu untuk dua unit


yangberukuran kecil) Maksim Kerja Sama Berbahasa Model Grice dalam
Peristiwa Tutur ..... 71

A : ada ikat rambut yang ada bulu-bulu na. (ada ikat rambut yang
berbulu?)

B : bukan yang begini? (apakah yang seperti ini)

A : oh yang begituan (oh, yang seperti itu)

B : Coba mi liatki di situ.Banyak model disitu tapi kalau mauki yang


banyak yang begini he. (silahkan lihat di situ. di situ modelnya ada banyak,
tapi kalau kamu mau yang seperti ini saja)

A : yang mana? (yang mana?)

B : Inie. lima ribu banyakmi isinya baru baguski karetna. Cobami.


(yang ini. Lima ribu dapat banyak dan karetnya lebuh bagus. Silahkan dicoba)

7
A : lima ribu ini ? (apakah ini harganya 5000)

B : lima ribu (5000)

Konteks percapakapan antara pedagang dan pembeli dalam data tiga


membahas seputar ikat rambut. Hasil analisis data yang telah ditranskripsi ini
memunjukkan adanya pelanggaran maksim relevansi (maxim of relevance).
Pedangang dengan sengaja mengalihkan perhatian sekaligus percakapan awal
mengenai jenis ikat rambut yang ditanyakan oleh pembeli ke jenis ikat rambut
yang lain.

Pengalihan dalam kalimat “Coba mi liatki di situ.Banyak model disitu,


tapi kalau mauki yang banyak yang begini he” atinya, silahkan lihat di situ. di
situ modelnya ada banyak, tapi kalau kamu mau yang seperti ini saja, ditandai
dengan kata “tapi” menjadikan konteks awal percakaan menjadi tidak relevan
dengan maksud pertanyaan awal pembeli. Hal ini bertujuan untuk tetap
menarik minat pembeli dengan barang dagangan lain saat barang yang dicari
oleh pembeli habis atau tidak ada.

D. Maksim Pelaksana

Maksim ini tidak lagi tentang apa yang dikatakan tetapi cara hal-hal
yang dikatakan: setiap penutur harus berbicara dengan jelas, tanpa kegelapan
atau ambigu, ringkas dan tertib dalam memberikan informasi agar mudah
untuk dipahami.

B : bisa 5 ribu na dua ini? (apakah bisa 5000 untuk dua unit)

A : bisa (boleh)

B : berapa 1 kilo ini kah? (sekilo harganya berapa?)

A : iye 15 (iya, 15 ribu)

8
B : 15 di? (betul 15 ribu?)

A : iye (iya)

Percakapan anatara pedagang dengan pembeli dalam data ini


menunjukkan adanya pemenuhan maksim cara (maxim of manner).
percakapan berjalan dengan jelas dan tanpa menimbulkan keambiguan di
dalamnya. tergambar saat pembeli menanyakan harga barang yang dimaksud
dan dibalas dengan jelas oleh pedagang. “bisa 5 ribu na dua ini? maksudnya
apakah bisa 5000 untuk dua unit?” kemudian pedangan menjawab “bisa”
artinya boleh.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Tiga dari empat maksim kerjasama berbahasa Grice terpenuhi.


simpulan ini ditarik dari hasil olah atauanalisis datayang diperoleh selama
penelitian berlangsung. Ketiga maksim yang dipenuhi antara lain da; 1)
maksim kuantitas (maxim of quantity), 2) maksim kualitas (maxim of quality),

9
dan 3) maksim pelaksanaan (maxim of manner). Sedangkan maksim yang
dilanggar adalah maksim relevansi (maxim of relevance). Salah satu alas an
maksim relevansi dilanggar leh pedangang bertujuan untuk pengalihan
perhatian. Hal ini bertujuan untuk menawarkan atau memperkealkan barang
dagangan lain apabila barang yang dibutuhkan pembeli sedang tidak tersedia
atau habis.

B. Saran
Hasil penelitian diharapkan memberikan manfaat:
1. bagi pengembangan ilmu pengetahuan, penelitian ini dapat digunakan
sebagai referensi baru dalam mengembangkan ilmu pengetahuan
pragmatik terkait penggunaan dan pelanggaran maksim kerjasama model
Grice dalam suatu peristiwa tutur,
2. bagi peneliti, penelitian ini dapat digunakan sebagai tambahan referensi
dalam mengembangkan penelitian serupa khususnya dalam bidang
pragmatik,
3. bagi pihak terkait, penelitian ini bertujuan memberi sumbangan
pengetahuan tentang maksim kerjasama model Grice dalam peristiwa tutur
antara pedangang dengan pembeli di pasar Tramo Kabupaten Maros.

DAFTAR PUSTAKA

Chaer, Abdul dan Leonie Agustina. 2010. Sosiolinguistik Perkenalan Awal.


Jakarta: Rineka Cipta.

Chaer, Abdul. 2010. Kesantunan Berbahasa. Jakarta: Rineka Cipta.

Emzir. 2016. Metode Penelitian Kualitatif: Analisis Data. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada.

10
Kridalaksana, Harimurti. 2008. Kamus Linguistik: Edisi Keempat. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama.

Wijana. 1996. Dasar–Dasar Pragmatik. Yogyakarta: Andi Yogyakarta

Yulaehah, Fikri. 2012. Analisis Prinsip Kerja Sama pada Komunikasi Facebook
Yogyakarta: Unversitas Negeri Yogyakarta.

11

Anda mungkin juga menyukai