Anda di halaman 1dari 10

MENGEMBALIKAN KEPERCAYAAN RAKYAT PADA LEMBAGA

PERWAKILANNYA
Ilma Zahrotun Naili

ABSTRAK

Dewan Perwakilan Rakyat merupakan sebuah lembaga legislatif yang


diklaim sebagai lembaga perwakilan rakyat. Namun, kinerja lembaga ini
dari hari ke hari kian memburuk. Sebagian besar hal ini dikibatkan oleh
kinerja para anggota Dewan sendiri. Mulai dari pelanggaran etika hingga
kasus korupsi senilai miliaran rupiah. Untuk itu, diperlukan beberapa cara
yang harus dilakukan untuk memperbaiki citra DPR yang telah memburuk
di masyarakat. Misalnya saja dengan pemberian sanksi yang tegas dan
penerapan peraturan yang ketat di tubuh DPR sendiri. Selain itu juga perlu
adanya pengawasan dari pemerintah dan rakyat agar segala kebijakan atau
peraturan yang ditetapkan DPR tidak merugikan banyak orang.

Kata Kunci: rakyat, kepercayaan, wakil rakyat

PENDAHULUAN
Wakil rakyat seharusnya merakyat
Jangan tidur waktu sidang soal rakyat
Wakil rakyat bukan paduan suara
Hanya tau nyanyian lagu “setuju”
Sepenggal lirik lagu di atas sedikit menggambarkan bagaimana kondisi
salah satu lembaga negara yakni DPR (Dewan Perwakilan Rakyat) yang diagung-
agungkan sebagai sebuah lembaga perwakilan rakyat. Dari tahun ke tahun, bahkan
dari periode ke perioede, segala kebijakan atau keputusan lembaga ini senantiasa
menuai kontroversi. Misal saja ketika ada wacana pembangunan gedung baru hanya
karena dikatakan bahwa gedung DPR mengalami kemiringan 7 derajat hingga
dikeluarkannya Hak Angket KPK baru-baru ini. Bukankah itu sebuah wacana yang
kurang logis? Dan sebuah keputusan yang tidak memiliki dasar hukum yang jelas?
Mengingat bahwa masih banyak hal lain yang lebih penting yang harus dibangun
daripada sebuah gedung baru untuk DPR dan KPK merupakan sebuah lembaga
independen non pemerintahan.
Pembahasan mengenai lembaga perwakilan rakyat ini akan cukup menarik
mengingat bahwa banyak rakyat yang kecewa dengan hasil kerja DPR hingga ramai
hastag #WakilRakyatKampungan yang pernah menjadi trending topic di twitter
pada Oktober 2014 lalu. Bahkan tidak sedikit pula rakyat yang menuntut
pembubaran lembaga ini. Banyaknya anggota-anggota DPR yang tertangkap
sedang tidur ketika rapat penting serta beberapa anggota mereka yang terjerat
berbagai kasus hukum juga semakin memperburuk citra DPR. Misal saja kasus
korupsi yang dilakukan oleh beberapa anggota DPR dalam pembangunan wisma
atlet Palembang, serta kasus-kasus korupsi lainnya yang juga banyak dilakukan
oleh para anggota DPR pun menunjukkan bahwa kebanyakan anggota DPR hanya
memakai jabatannya untuk meraih kekuasaan, kedudukan, materi, dan umumnya
untuk kepentingan partai politik yang menaunginya. Bukan murni dari hati nurani
untuk menyampaikan suara rakyat dan mengayomi rakyat. Meskipun tidak
dipungkiri juga masih banyak anggota DPR yang bekerja tulus untuk rakyat,
walaupun hal tersebut sangat jarang ditemui.
Tujuan awal dibentuknya DPR adalah memang sebagai sebuah lembaga
pemerintah yang mewakili suara dan kepentingan rakyat. Namun beberapa tahun
belakangan DPR telah kehilangan jati dirinya. DPR tidak lagi mewakili suara dan
kepentingan rakyat, tetapi malah mementingkan kepentingan pribadi dan
golongannya, serta berbagai masalah yang telah dikemukakan di atas yang
menyebabkan kepercayaan masyarakat terhadap DPR yang notabenenya
merupakan lembaga perwakilannya. Oleh karena itu, pada kesempatan kali ini
penulis akan sedikit membahas mengenai lembaga perwakilan rakyat dan mencoba
menggugah kembali rasa percaya masyarakat terhadap lembaga perwakilannya.

SEJARAH TERBENTUKNYA LEMBAGA DPR


Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR-RI), yang umumnya
disebut dengan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) adalah salah satu lembaga tinggi
negara dalam sistem ketatanegaraan Indonesia yang merupakan sebuah lembaga
perwakilan rakyat. DPR terdiri dari anggota partai politik peserta pemilihan umum
yang juga dipilih melalui pemilihan umum.
Sejarah terbentuknya DPR RI sendiri secara garis besar dapat dibagi menjadi tiga
periode, yaitu Volksraad, masa perjuangan kemerdekaan, dan dibentuknya Komite
Nasional Indonesia Pusat (KNIP).
Pada masa penjajahan Belanda, terdapat lembaga semacam parlemen yang
dibentuk oleh pemerintah Belanda yang dinamakan Volksraad. Namun, Volksraad
ini tidak diakui lagi ketika masa penjajahan Belanda telah berakhir dan digantikan
oleh Jepang pada tanggal 8 Maret 1942. Rakyat Indonesia pada awalnya gembira
menyambut tentara Dai Nippon (Jepang), yang dianggap sebagai saudara tua yang
membebaskan Indonesia dari belenggu penjajahan. Namun pemerintah militer
Jepang tidak berbeda dengan pemerintahan Hindia Belanda. Semua kegiatan politik
dilarang. Pemimpin-pemimpin yang bersedia bekerjasama, berusaha menggunakan
gerakan rakyat bentukan Jepang, seperti Tiga-A (Nippon cahaya Asia, Pelindung
Asia, dan Pemimpin Asia) atau PUTERA (Pusat Tenaga Rakyat), untuk
membangunkan rakyat dan menanamkan cita-cita kemerdekaan dibalik punggung
pemerintah militer Jepang.
Lalu sehari setelah Proklamasi Kemerdekaan, Panitia Persiapan
Kemerdekaan Indonesia (PPKI) menetapkan Undang-undang Dasar Negara
Republik Indonesia, yang dikenal dengan Undang-undang Dasar 1945. Sehingga
sejak saat ini penyelenggara negara didasarkan pada ketentuan-ketentuan menurut
Undang-undang dasar 1945. Sesuai dengan ketentuan dalam Aturan Peralihan,
tanggal 29 Agustus 1945, dibentuk Komite Nasional Indonesia Pusat atau KNIP
yang beranggotakan 137 orang. Komite Nasional Pusat ini diakui sebagai cikal
bakal badan Legislatif di Indonesia, dan tanggal pembentukan KNIP yaitu 29
Agustus 1945 diresmikan menjadi hari lahirnya Dewan Perwakilan Rakyat
Indonesia.

HAK DAN FUNGSI DPR


Pada hakikatnya DPR memiliki bebrapa fungsi vital di Indonesia. Fungsi
DPR antara lain adalah fungsi legislasi (legislating), anggaran (budgeting), dan
pengawasan (controlling). Fungsi legislasi adalah fungsi yang paling pokok yang
dimiliki sebuah lembaga legislatf. Fungsi ini bertujuan agar DPR dapat membentuk
peraturan perundang-undangan yang baik. Kegiatan yang merupakan bentuk dari
fungsi ini selalu diidentikkan dengan proses pembentukan UU yang merupakan
hasil dari aspirasi rakyat banyak. Tugas dan wewenang DPR yang sesuai dengan
fungsi legislasi ini adalah menyusun Program Legislasi Nasional (Prolegnas,
menyusun dan membahas Rancangan Undang-Undang (RUU), menerima RUU
yang diajukan oleh DPD, membahas RUU yang diajukan oleh presiden atau DPD,
menetapkan UU bersama dengan presiden, menyetujui atau tidak peraturan
pemerintah pengganti UU untuk ditetapkan menjadi UU.
Selain memiliki fungsi membuat undang-undang, DPR juga berfungsi
sebagai penyusun anggaran negara dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara yang biasa dikenal sebagai fungsi anggaran (budgeting). Dalam
menjalankan fungsi ini, DPR bekerja sama dengan presiden. Tugas dan wewenang
DPR yang sesuai dengan fungsi anggaran adalah memberikan persetujuan atas
RUU tentang APBN (yang diajukan presiden), memperhatikan pertimbangan DPD
atas RUU tentang APBN dan RUU terkait pajak, pendidikan, dan agama,
menidaklanjuti hasil pemeriksaan atas pengelolaan dan tanggung jawab keuangan
negara yang disampaikan oleh BPK, memberikan persetujuan terhadap
pemindahtanganan aset negara maupun terhadap perjanjian yang berdampak luas
bagi kehidupan rakyat yang terkait dengan beban keuangan negara.
Satu lagi fungsi DPR yang tidak kalah penting adalah fungsi pengawasan.
DPR sebagai lembaga legislatif yang dianggap sebagai wakil rakyat memiliki tugas
untuk mengawasi jalannya roda pemerintahan yang dilaksanakan oleh lembaga
eksekutif. Dalam fungsi ini, DPR memiliki tugas dan wewenang antara lain
melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan UU, APBN, dan kebijakan
pemerintah serta membahas dan menindaklanjuti hasil pengawasan yang
disampaikan oleh DPD (terkait pelaksanaan UU mengenai otonomi daerah,
pembentukan, pemekaran dan penggabungan daerah, pengelolaan SDA dan SDE
lainnya, pelaksanaan APBN, pajak, pendidikan, dan agama). Dalam fungsi
pengawasan ini DPR juga memiliki wewenang untuk melakukan hak angket dan
interpelasi. Pengawasan DPR selalu terkait dengan kebijakan yang diambil oleh
pemerintah (eksekutif) karena memang eksekutif yang merupakan pelaksanan UU
harus mendapatkan pengawasan ekstra, karena sebuah lembaga negara jika tidak
mendapat pengawasan ekstra dapat menimbulkan adanya penyalahgunaan
kekuasaan.
Selain hak angket dan hak interpelasi, DPR juga memiliki hak untuk
menyatakan pendapat. Maksud dari hak angket adalah hak DPR untuk melakukan
penyelidikan terhadap kebijakan pemerintah yang vital, strategis, dan berdampak
luas pada kehidupan masyarakat, utamanya negara yang diduga bertentangan
dengan perundang-undangan. sedangkan hak interpelasi adalah hak DPR untuk
meminta keterangan pada presiden terkait dengan kebijakan pemerintah yang vital,
strategis, dan berdampak luas pada kehidupan masyarakat, utamanya negara yang
diduga bertentangan dengan perundang-undangan. satu lagi hak yang tidak kalah
penting yaitu hak menyatakan pendapat. Hak menyatakan pendapat adalah hak
DPR untuk menyatakan pendapat terhadap kebijakan pemerintan yang vital dan
strategis. Selain itu, hak ini juga berlaku pada kejadian luar biasa yang ada di
Indonesia atau bahkan situasi dunia Internasional yang disertai dengan rekomendasi
penyelesaiannya. Hak ini juga dapat dilakukan sebagai tindak lanjut dari hak angket
dan hak interpelasi.
Menurut situs web DPR RI, DPR juga memiliki beberapa tugas dan
wewenang lain, yaitu menyerap, menghimpun, menampung dan menindaklanjuti
aspirasi rakyat, memberikan persetujuan kepada Presiden untuk: (1) menyatakan
perang ataupun membuat perdamaian dengan Negara lain; (2) mengangkat dan
memberhentikan anggota Komisi Yudisial, memberikan pertimbangan kepada
Presiden dalam hal: (1) pemberian amnesti dan abolisi; (2) mengangkat duta besar
dan menerima penempatan duta besar lain, memilih anggota BPK dengan
memperhatikan pertimbangan DPD, memberikan persetujuan kepada Komisi
Yudisial terkait calon hakim agung yang akan ditetapkan menjadi hakim agung oleh
Presiden, memilih 3 (tiga) orang hakim konstitusi untuk selanjutnya diajukan ke
Presiden.
DPR DI MATA RAKYAT
Akhir-akhir ini, banyak kasus-kasus hukum yang menjerat para anggota
DPR. Dari kasus kecil hingga kasus korupsi yang tak segan-segan mencapai
milyaran rupiah. Tak hanya itu, menurut Forum Indonesia untuk Transparasi
Anggaran (FITRA) menilai DPR RI telah memplesetkan pasal 80 huruf J UU MD
3 yang mengatur hak mengusulkan dan memperjuangkan pembangunan daerahnya,
alias dana aspirasi. Hal ini tentu memperburuk citra DPR di mata rakyat.
Bahkan ketika para anggota DPR telah resmi dilantik dan mengucapkan
sumpah jabatan mereka pada 1 Oktober 2014, tak berselang lama kemudian
sejumlah rakyat Indonesia mengeluarkan mosi tidak percaya pada DPR. Hal ini
disebabkan karena DPR telah mengingkari sumpah jabatan mereka. Mereka tidak
bersatu untuk membuat kebijakan yang berguna untuk rakyat tetapi malah
membentuk beberapa kubu untuk saling berebut kekuasaan dan menjatuhkan satu
sama lain.
Menurut survei dari lembaga survei Polling Center yang bekerja sama
dengan Indonesian Corruption yang dipaparkan pada hari Kamis, 20 Juli 2017 di
Sari Pan Pasific Hotel, Jakarta menyatakan bahwa 86 persen rakyat Indonesia
menyatakan percaya dengan KPK dan Presiden sedangkan DPR mendapat tingkat
kepercayaan hanya 51 persen, dan DPR dinilai sebagai lembaga yang paling tidak
dipercaya oleh masyarakat.
Selain itu, turunnya kualitas kinerja DPR dalam merancang Undang-undang
juga semakin membuat rakyat geram dengan lembaga perwakilan rakyat yang satu
ini. Karena hal ini berbanding terbalik dengan jumlah anggaran DPR yang semakin
meningkat. Berdasarkan catatan Indonesia Budget Center, tahun 2014, anggaran
DPR mencapai Rp. 2,37 triliun, naik 1,7 triliun dibandingkan dengan tahun 2013
yang hanya 2,2 triliun dan tahun 2010 sebesar Rp. 1,03 triliun. Dalam kurun waktu
lima tahun, DPR telah menghabiskan anggaran Rp. 11,8 triliun. (Kompas,
17/2/2014)
Disamping kinerja DPR yang membuat geram rakyat, publik juga tak jarang
dikecewakan dengan sikap dan etika anggota Dewan. Misal saja tentang rencana
gedung DPR baru-baru ini hanya karena gedung DPR dinggap miring 7 derajat. Di
samping anggaran untuk pembangunan gedung baru yang tidak sedikit, rencana
pembangunan ini juga dinilai sebagi pemborosan mengingat masih ada kebutuhan
negara lain yang lebih penting. Jika hal ini diteruskan, maka pasti semakin
mengurangi kepercayaan rakyat terhadap DPR. Selain itu, banyaknya anggota
Dewan yang mangkir dari rapat, hanya absen saja lalu puang, bahkan tak sedikit
pula anggota Dewan yang tertangkap tidur ketika sedang rapat juga sangat
mengecewakan rakyat. Bagaimana tidak, seorang anggota dewan yang dianggap
sebagai wakil rakyat malah tidak mengikuti rapat dengan baik dimana notabennya
dalam rapat itu pasti sedang membahas kebijakan atau Undang-undang yang
menyangkut hidup rakyat.
Melihat hal ini tentu saja berarti bahwa kian hari rakyat makin tidak percaya
dengan DPR dan DPR memiliki citra yang buruk di masyarakat. Apalagi ditambah
dengan kasus E-KTP yang menjerat ketua DPR, Setya Novanto.
Namun, tidak menutup kemungkinan jika kepercayaan masyarakat masih
bisa ditumbuhkan dan dibangun kembali melalui berbagai cara dan dalam waktu
yang mungkin cukup lama. Karena mengembalikan kepercayaan dan kekecewaan
rakyat yang telah bertahun-tahun tentu tidaklah semudah mengembalikan telapak
tangan.

MENUMBUHKAN KEMBALI KEPERCAYAAN RAKYAT


Tak bisa terelakkan lagi jika rakyat makin hari makin tidak percaya dengan
DPR. Tetapi masih ada harapan untuk menemukan beberapa cara yang bisa
dilakukan untuk mengembalikan citra DPR. Misalnya saja dengan lebih
menegakkan dan mengetatkan peraturan yang ada di DPR dan memberikan sanksi
yang tegas terhadap anggota DPR yang melanggarnya. Karena dengan itu pasti
memberikan efek jera terhadap anggota DPR yang ingin melakukan perbuatan yang
menyimpang dan merugikan.
Selain aturan yang ketat dan pemberian sanksi yang tegas, pengawasan dari
pemerintah dan juga rakyat juga perlu ditingkatkan. Karena dengan begitu DPR
pasti akan berfikir ulang untuk membuat aturan atau kebijakan yang sewenang-
wenang yang menyangkut rakyat banyak. Rakyat dan pemerintah tidak boleh
lengah ataupun acuh tak acuh dengan segala hal yang dilakukan DPR. Karena sekali
saja lengah ataupun acuh tak acuh, bisa membuat DPR merasa bebas melakukan
apa saja yang diinginkannya.
Selain itu, di tubuh internal DPR sendiri, mereka juga harus benar-benar
memiliki komitmen yang kuat untuk menyelesaikan tugas dan tanggung jawabnya
dengan baik. Mereka harus benar-benar membuktikan pada rakyat bahwa mereka
pantas untuk dipercaya kembali. Bahkan jika perlu mereka harus mengklarifikasi
secara terbuka mengenai segala masalah hukum yang menjerat anggotanya agar
mereka tidak terkesan membela atau menutup-nutupi kesalahan yang dilakukan
oleh anggotanya.
Yang tak kalah penting lagi adalah DPR juga harus memperbaiki
komunikasi dengan rakyat. DPR harus berani turun langsung ke rakyat untuk
meninjau apa sebenarnya yang rakyat butuhkan, apa yang sebenarnya kurang dan
perlu diperbaiki. DPR harus berusaha untuk sering-sering bisa bertukar pikiran
dengan rakyat, agar mereka juga mengetahui apa sebenernya yang diharapkan
rakyat melalui adanya lembaga DPR ini dan rakyat pun juga mengetahui apa
sebenarnya tugas dan fungsi DPR, bagaimana program kerja yang mereka lakukan,
dan segala hal yang terkait dengan lembaga perwakilannya. Bahkan mungkin
mereka juga bisa bertukar pikiran untuk mencari solusi dari masalah yang ada di
Indonesia, lalu kemudian bisa dibahas dan dirundingkan dalam sebuah rapat
bersama dengan anggota eksekutif, sehingga nantinya berpeluang besar untuk
menjadikan Indonesia yang lebih baik dan berkemajuan. Melalui pola komunikasi
yang terjalin dengan baik antara anggota DPR dan rakyat ini tentu sangat membantu
perbaikan citra DPR yang terlanjur buruk. Karena sebagian besar rakyat pun
mengatakan bahwa mereka cukup sulit menemui wakilnya sendiri, meskipun itu
berasal dari daerah pemilihan sekitar tempat tinggalnya.
Perbaikan citra DPR melalui beberapa cara ini memang sangat diperlukan
mengingat banyak rakyat yang sudah tidak percaya lagi dengan lembaga ini,
walaupun memang tidak semua anggota DPR melakukan kesalahan atau
pelanggaran, tapi rakyat sudah terlanjur memberikan nilai negatif kepada lembaga
legislatif. Sehingga dengan adanya beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk
memperbaiki citra DPR, bisa menjadikan rakyat yang awalnya menganggap para
anggota DPR hanya mementingkan kekuasaan, jabatan, dan golongannya perlahan-
lahan dapat berubah.

PENUTUP
Menurut Wikipedia Indonesia, Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) adalah
salah satu lembaga tinggi negara dalam sistem ketatanegaraan Indonesia yang
merupakan sebuah lembaga perwakilan rakyat. DPR sebagai lembaga perwakilan
rakyat dipilih melalui pemilihan umum yang dilaksanakan setiap lima tahun sekali,
DPR juga memiliki peran dan fungsi yang vital untuk menyejahterakan rakyat
Indonesia. Namun, berbagai masalah hukum dan segala tindakan atau perbuatan
yang dilakukan oleh para anggota Dewan beberapa tahun belakangan ini telah
merusak citra DPR di mata rakyat. Banyak rakyat yang memprotes kebijakan atau
tindakan DPR bahkan menginginkan lembaga ini dibubarkan karena telah
kehilangan fungsi asli dan jati dirinya. Sehingga perlu ada solusi atau tindakan yang
harus dilakukan untuk memperbaiki citra DPR yang telah memburuk di masyarakat.
Misalnya saja dengan pemberian sanksi yang tegas dan penerapan peraturan yang
ketat di tubuh DPR sendiri. Selain itu juga perlu adanya pengawasan yang lebih
ketat dari pemerintah dan rakyat agar segala kebijakan atau peraturan yang
ditetapkan DPR tidak merugikan banyak orang. Hal yang tidak kalah penting yang
harus dilakukan juga adalah para anggota Dewan juga harus berusaha untuk
memperbaiki pola komunikasi mereka dengan rakyat dan berusaha untuk lebih
dekat dengan rakyat. Karena dengan begitu, tingkat kepercayaan rakyat kepada
mereka perlahan-lahan bisa meningkat kembali.

DAFTAR RUJUKAN
Anonim. 2015. DPR mengatur rakyat dengan uang. (online)
(http://waspada.co.id/fokus-redaksi/dpr-mengukur-rakyat-dengan-uang/, diakses
12/12/2017 pukul 13.51)

Kiswondari. 2014. Untuk Perbaiki Citra, Komunikasi DPR Perlu Diperbaiki.


(online) (https://nasional.sindonews.com/read/933225/12/untuk-perbaiki-citra-
komunikasi-dpr-perlu-diperbaiki-1417720999, diakses 14/12/2017 pukul 20.59)
Pebriansyah Ariefana dan Ummi Hadyah Saleh. 2017. Survei ICW Klaim
Masyarakat Percaya KPK dan Presiden. (online)
(https://www.suara.com/news/2017/07/20/133029/survei-icw-klaim-masyarakat-
percaya-kpk-dan-presiden,diakses pada 12/12/2017 pukul 22.06)

Sekretariat Jendral DPR RI. 2016. Sejarah. (online)


(http://www.dpr.go.id/tentang/sejarah-dpr, diakses 05/12/2017 pukul 09:17)

Sekretariat Jendral DPR RI. 2016. Tugas dan Wewenang. (online)


(http://www.dpr.go.id/tentang/tugas-wewenang, diakses 05/12/2017 pukul 09.20)

Tim Edukasi PPKN. 2015. Fungsi, Hak, Tugas, dan Wewenang DPR / Dewan
Perwakilan Rakyat. (Online) (http://www.edukasippkn.com/2015/09/fungsi-hak-
tugas-dan-wewenang-dpr-dewan.html, diakses 05/12/2017 pukul 14.53)

Wahyu Yohan. 2014. DPR, Citra, dan Partai Politik. (online)


(http://nasional.kompas.com/read/2014/10/01/16082071/DPR.Citra.dan.Politik.Pa
rtai, diakses 14/12/2017 pukul 20.15)

Wikipedia. Revisi 2017. Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia. (online)


(https://id.wikipedia.org/wiki/Dewan_Perwakilan_Rakyat_Republik_Indonesia)

Anda mungkin juga menyukai