1. Dasar Filosofis
Dasar filosofis didalamnya terdapat faham individualisme dan faham sosialisme. Faham individualisme yang menjungjung tinggi kebebasan
dan hak-hak individu, faham sisalisme lebih mengedepankan kepentingan masyarakat diatas kepentingan individual. Faham individualisme melahirkan
negara-negara kapitalis yang mendewakan kebebasan (liberalisme) setiap warga, dan menimbulkan perilaku dengan superioritas individu. Faham
sosialisme melahirkan negara – negara komunis yang otoriter dengan tujuan melindungi kepentingan rakyat banyak dari eksploitasi warga pemilik
kapital. Terjadilah pertentangan ideologi yang menimbulkan perang dingin dan sangat berdampak pada seluruh dunia. Pendiri negara Republik
Indonesia kemudian melahirkan sebuah konsep filosofis yaitu Pancasila. Nila yang terkandung dalam pancasila dapat menjaga keseimbangan atara dua
ideologi yang bertentangan yaitu faham individualisme dan faham sosialisme.
2. Dasar Sosiologis
Dasar sosiologis menjelaskan tentang kebhinekaan yang telah ada di dalam negara Indonesia. Pancasila sebagai dasar yang mengikat setiap
warga negara untuk taat kepada norma atau hukum tertulis sperti undang-undang, yurisprudensi dan traktat. Hukum tidak tertulis contohnya seperti
adat istiadat, kesepakatan dan konveksi. Kebhinekaan bangsa indonesia sangatlah tinggi yaitu agama, ras, etnik, bahasa, tradisi dan budaya penuh
perbedaan yang menyebabkan Pancasila dapat diterima sebagai ideologi pemersatu bangsa. Begitu kuat dan ‘ajaibnya’ kedudukan Pancasila sebagai
kekuatan pemersatu, maka kegagalan upaya pemberontakan yang terakhir (G30S/PKI) pada 1 Oktober 1965 untuk seterusnya hari tersebut
dijadikan sebagai Hari Kesaktian Pancasila.
3. Dasar Yuridis
Pancasila tertuang dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Pembukaan UUD NRI Tahun 1945 yang
disahkan/ditetapkan oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) tanggal 18 Agustus 1945. Sila-sila Pancasila yang tertuang dalam
Pembukaan UUD NRI Tahun 1945 secara filosofis-sosiologis berkedudukan sebagai Norma Dasar Indonesia dan dalam konteks politis-yuridis
sebagai Dasar Negara Indonesia. Nilai-nilai Pancasila dari segi implementasi terdiri atas nilai dasar, nilai instrumental, dan nilai praksis. Nilai
dasar terdiri atas nilai Ketuhanan Yang Maha Esa, nilai Kemanusiaan yang adil dan beradab, nilai Persatuan Indonesia, nilai Kerakyatan yang
dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, dan nilai Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Gambar berbentuk piramidal menunjukkan pancasila sebagai suatu cita-cita hukum yang berada di puncak segi tiga. Pancasila menjiwai seluruh
bidang kehidupan bangsa Indonesia. Gambar piramid mengandung pengertian bahwa pancasila adalah cerminan dari jiwa dan cita-cita hukum bangsa
indonesia.
Dalam pengertian yang bersifat yuridis kenegaraan, Pancasila yang berfungsi sebagai dasar negara tercantum dalam Alinea
Keempat Pembukaan UUD NRI Tahun 1945, yang dengan jelas menyatakan, “maka disusunlah kemerdakaan kebangsaan indonesia itu
dalam suatu Undang-Undang Dasar Negara Indonesia, yang terbentuk dalam suatu susunan negara indonesia yang berkedaulatan rakyat
dengan berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil beradab, Persatuan Indonesia, dan Kerakyatan yang dipimpin oleh
hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”.
Sesuai dengan tempat keberadaan Pancasila yaitu pada Pembukaan UUD NRI Tahun 1945, maka fungsi pokok Pancasila sebagai
dasar negara pada hakikatnya adalah sumber dari segala sumber hukum atau sumber tertib hukum di Indonesia, sebagaimana tertuang
dalam Ketetapan MPRS No. XX/MPRS/1966. hubungan Pancasila dengan Pembukaan UUD NRI tahun 1945 dapat dipahami sebagai
hubungan yang bersifat formal dan material. Hubungan secara formal, seperti dijelaskan oleh Kaelan (2000: 90-91), menunjuk pada
tercantumnya Pancasila secara formal di dalam Pembukaan yang mengandung pengertian bahwa tata kehidupan bernegara tidak hanya
bertopang pada asas sosial, ekonomi, politik, akan tetapi dalam perpaduannya dengan keseluruhan asas yang melekat padanya, yaitu
perpaduan asas-asas kultural, religius dan asas-asas kenegaraan yang unsur-unsurnya terdapat dalam Pancasila.
Dalam hubungan yang bersifat formal antara Pancasila dengan Pembukaan UUD NRI tahun 1945 dapat ditegaskan bahwa
rumusan Pancasila sebagai dasar Negara Republik Indonesia adalah sebagaimana tercantum dalam Pembukaan UUD NRI tahun 1945
alinea keempat. Menurut Kaelan (2000: 91), Pembukaan UUD NRI tahun 1945 merupakan Pokok Kaidah Negara yang
Fundamental sehingga terhadap tertib hukum Indonesia mempunyai dua macam kedudukan, yaitu:
1. Sebagai dasarnya, karena pembukaan itulah yang memberikan faktor-faktor mutlak bagi adanya tertib hukum Indonesia.
2. Memasukkan dirinya di dalam tertib hukum tersebut sebagai tertib hukum tertinggi.
Intisari :
Pancasila sebagai ideologi negara Indonesia. Piagam Jakarta mencantumkan lima dasar yang diberi nama Pancasila.