Anda di halaman 1dari 2

Kesimpulan novel Di Bawah Lindungan Ka’bah

Penulis: Buya Hamka

Lokasi di daerah Sumatra Barat,sekitar tahun 1920-an, mengisahkan percintaan antara Hamid
dan Zainab. Hamid adalah putra tinggal dari asisten rumah tangga Engku Jafa(orang
terpandang di kampungnya). Ayah Hamid sudah tiada. Engku Jafar sendiri memiliki seorang
putri bernama Zainab, seumuran dengan Hamid.

Sering waktu, Hamid tumbuh menjadi pria tampan,pintar, dan penuh dengan adab kepada
orang tua. Inilah yang membuat Engku jafar simpati terhadap putra tunggal art nya tersebut
sehingga Engku Jafar pun menyekolahkan Hamid ke Thawalib sebagai ahli agama untuk
memperoleh ijazah Diploma.

Hamid menuntut ilmu

Sebelum keberangkatan ke Thawalib , Hamid pun datang ke rumah Engku Jafar untuk
mengucapkan terima kasih karena kebaikan Engku Jafar yang akan membiayai sekolahnya.

Disana, Hamid bertemu dengan Zainab, Zainab tumbuh menjadi gadis yang rupawan serta
lemah lembut tutur katanya.Pandangan pertama ketika dewasa itupun seolah mengirimkan
sinyal cinta ke hati mereka.

Sepulang dari sana, Hamid mengaku kepada sang ibu bahwa ia menyukai Zainab, Namun
Ibunya nampak resah mengingat status sosial mereka.

Di lain pihak, Zainab sendiri sudah dijodohkan dengan Arifin, Keponakan Rustam, Orang
terpandang di kampungnya. Arifin sedang sekolah di Jawa. Rencananya, jikalau Arifin sudah
lulus sekolah, maka Engku Jafar dan Rustam akan menikahkan Zainab dan Arifin, Arifin
setuju namun tidak dengan Zainab. Hati Zainab sudah tertuju pada Hamid.

Singkat cerita, Hamid lulus dari Thawalib sebagai lulusan termuda dan terbaik, dia pun
kembali ke kampungnya untuk mengajar disana. Sesampainya di kampung, Hamid
mengunjungi Engku Jafar untuk mengucapkan terima kasih atas dukungan materiil selama
ini, serta mengabarkan kelulusannya.

Disana, Hamid kembali bertemu Zainab, benih-benih cinta semakin subur, nampaknya Engku
Jafar menyadari hal tersebut.

Zainab tertimpa musibah

Pada suatu hari, Hamid mengikuti kompetisi debat melawan Ghozali, Engku Jafar hadir
sebagai juri, tahu jika Zainab akan menonton, maka Engku Jafar pun memberi Zainab tugas
mencatat keuangan usaha Engku Jafar agar Zainab tak hadir di acara tersebut.

Namun, tugas tersebut selesai, Zainab pun segera ke acara kompetisi debat dengan ditemani
Rosna, teman sekaligus pegawai ayahnya. Agar tidak ketinggalan acara, merekapun
mengendarai sepeda.

Ketika hampir sampai, Zainab tertimpa musibah, sepedanya jatuh sehingga ia terpental ke
sungai tenggelam.
Teriakan Rosna membuat peserta kompetisi debat tersebut berhamburan keluar. Hamid pun
segera terjun ke sungai menyelamatkan Zainab. Zainab tak sadarkan diri, Hamid pun secara
reflek memberikan bantuan pernapasan (CPR) ke Zainab. Pada masa itu, aksi Hamid
dianggap sangat tabu meskipun tujuannya untuk menyelamatkan nyawa Zainab. Zainab
siuman, namun Hamid dipanggil tetua adat untuk disidang karena aksi memberikan nafas
bantuan tersebut layaknya berciuman didepan umum. Salah satu tetua yang hadir dalam
persidangan tersebut adalah Engku Jafar, Engku sebenarnya membela Hamid karena tahu
tujuannya untuk menyelamatkan putrinya, Zainab. Namun suara terbanyak tetap menjatuhkan
sangsi ke Hamid yaitu dibuang dari kampungnya, Hamid pun menerimanya meski sedih,
terlebih lagi sang ibu.

Hamid dalam pembuangan

Hamid merantau bekerja sebagai kuli panggul, saat bekerja bongkar muat, dia pun melihat
Engku Jafar akan pegi Haji, dulu pergi haji dengan menggunakan kapal laut selama berbulan-
bulan.

Hamid melihat Zainab meski dari kejauhan. Tak lama dapat kabar kapal yang ditumpangi
Engku Jafar tenggelam, Istri Engku teramat sedih, kemudian dia pun berniat mempercepat
pernikahan Zainab, karena seluruh aset Engku Jafar membutuhkan bantuan menantu yang
berpendidikan.

Saat itu Hamid sudah menjadi pegawai administrasi, dia diundang ibu Zainab, ternyata ibu
Zainab ingin mengabarkan tentang pernikahan Zainab dan Arifin, seolah memberi sinyal agar
Hamid mundur dan mengikhlaskan Zainab.

Meninggal nya Zainab

Sering waktu, ibu Hamid sakit disebabkan kesedihan mendalam harus berjauhan dengan
putra tunggalnya selama masa pembuangan Hamid, beliau sakit- sakitan dan meninggal

Kemudian disepakati tanggal pernikahan antara Zainab dan Arifin, namun akibat ada kendala
perjalanan membuat Arifin berserta keluarga tidak bisa datang tepat waktu, Sedangkan
Zainab tak peduli dengan rencana tersebut, akibat derita batin membuatnya sakit- sakitan,
puncaknya Zainab meninggal sebelum hari pernikahannya.

Sedangkan Hamid sejak pertemuan dengan Ibu Zainab yang mengabarkan rencana
pernikahan Zainab memutuskan pergi Haji, dengan menggunakan gaji yang selama ini
dikumpulkan dan sedikit perhiasan peninggalan ibunya. Namun manusia boleh berencana
Allah lah yang menentukan, Hamid pun meninggal dunia di depan Ka’bah, mungkin karena
kelelahan perjalanan haji yang berat pada masa itu ,1927. Meski dalam luka batin akibat cinta
terhadap manusia tak mengalahkan cinta Hamid kepada Sang Pencipta.

Anda mungkin juga menyukai