Anda di halaman 1dari 2

Sejarah Zainuddin dan Hayati di Nagari Sumpur, Batipuh

Keindahan kampung Batipuh di Sumatra Barat sudah tersiar kepenjuru negri sejak 1938
lewat novel “Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck” yang ditulis Buya Hamka.Padang Panjang ke
Sumpur ditimpa cahaya matahari, maka puncang Gunung Marapi dan Singgalang amat indahnya
laksana disepuh emas. Begitu Hamka memuji Tanah Minangkabau.

Seorang pemuda bernama Zainuddin yatim piatu dari tanah Makasar yang merantau ke
Sumpur, Batipuh. Kisah roman ini dimulai ketika Zainuddin bertemu dangan Hayati hingga saling
jatuh cinta saat itu ketika pulang mengaji tiba-tiba hujan turun. Hayati tidak membawa payung
sedangkan Zainuddin membawa payung, Zainuddin pun menawarkan payungnya untuk Hayati dan
Hayati pun pulang dengan payung yang diberikan Zainuddin itu.

Waktu berlalu, pertemuan demi pertemuan mereka lalui. Pertemuan dengan tetap menjaga
kesopanan, moral, etika dan Tetap menjaga kehormatan dari keluarga. Dan bunga cinta sudah
semakin semerbak. Namun tak semerbak pandangan orang-orang yang ada disekitar keluarga Hayati.
Minangkabau sebagai salah satu suku yang memegang tegas adat dan tradisi. Keturunan dan
kekeyaan menjadi segalanya, cinta suci Zainuddin dan Hayati terhalang oleh keturunan dan
kemiskinan. Zainuddin yang merupakan keturunan campuran Minang dan Bugis tidak mendapat
pengakuan sebagai suku minang asli, karena ibunya bersuku Bugis. Hingga akhirnya ayah Hayati
meminta Zinuddin untuk angkat kaki dari Batipuh agar mereka berdua tak lagi berjumpa dan difitnah
yang dikhawatirkan ayah Hayati bisa hilang.

Suatu hari Hayati hendak mengunjungi seorang teman di Padang Panjang. Hayati menyurati
Zainuddin bahwa dia akan berkunjung ke Padang Panjang dan merencanakan agar mereka bertemu.
Hati Zainuddin senang tak lagi sabar rasanya ingin segera berjumpa sehari selasa lebih lama dari hari
biasanya. Hayati pun pergi ke Padang Panjang mengunjungi rumah temannya.di rumah itu Hayati
bertemu dengan Aziz kakak Khadijah temannya. Tak habis pikir Aziz pun mulai terpesona dengan
kecantikan Hayati.

Di lain tempat Zainuddin sangat bersemangat untuk bertemu dengan Hayati. Dipotongnya
rambutnya agar terlihat rapi sampai pakaian yang dikenakan untuk pertemuan itu dipilihnya yang
paling bagus, semata-mat tak ingin melewatkan momen bahagia ini. Hari pertemuan pun tiba
mereka berencana bertemu ditempat pacuan kuda. Hayati akan pergi bersama temannya serta
abangnya untukmenonton pacuan kuda sementara Zainuddin pergi seorang diri.

Ditempat pacuan kuda mereka bertemu dan betapa terkejutnya Zainuddin saat melihat
Hayati tidak lagi menggunakan kerudung serta baju kurung khas tanah minang serta dalam hatinya
bertanya siapakah laki-lakiyang pergi bersamanya. Waktu berlalu setelah pertemuan itu, karena
terpesona dengan kecantikan Hayati, Aziz pun berencana untuk meminangnya. Namun, Hayati tidak
terburu-buru memberi jawaban karena menunggu Zainuddin yang sedang berusaha untuk
mewujudkan mimpi mereka berdua. Hayati merasa bingung dengan pilihannya, memilih Zainuddin
atau Aziz yang akan menjadi pendampingnya. Kembali dengan adanya hasutan dari Khadijah
temannya, bahwa harta adalah segalanya yang berarti dalam hidup ini. Pada akhirnya, Hayati
mengikuti saja pengaruh dari sahabatnya sendiri yang akhirnya membuat Hayati berbohong dengan
dirinya sendiri akan rasa cintanya yang ia curahkan kepada Zainuddin.

Di lain tempat, Zainuddin sering kali sakit-sakitan karena rasa kehilangannya oleh Hayati. Ia
selalu membujuk Hayati kembali agar mereka dapat mempertahankan kisah cinta mereka karena Aziz
bukanlah laki-laki yang berperangai baik. Namun, Hayati menikah dengan Aziz seorang keturunan asli
berdarah tanah Minang yang kaya raya.

Zainuddin sakit hati dah hampir gila karena cinta. Seiring waktu Zainuddin mulai sadar dan
berjanji akan melupakan Hayati dan memulai hidup baru setelah mendengar nasihan kerabatnya
Abdul Muluk bahwa hidup tetap harus tetap berjalan buat apa meratapi wanita yang mengkhianati
janjinya, disini kau merana disana dia sedang menikmati bulan madunya.

Akhirnya Zainuddin dan sahabatnya Muluk pergi merantau ke tanah Jawa. Dan mulai
menerbitkan buku yang diminati khalayak ramai. Hingga seorang pengusaha sukses menawarkan
pencetakan di Surabaya untuk diurusnya. Pengusaha itu yakin pemuda seperti Zainuddin dapat
membangkitkan usaha pencetakannya di Surabaya hingga menawarkan bagi hasil 50:50.

Zainuddin sepakat dan menerima tawaran itu. Di Surabaya seperti yang sudah diprediksikan
Zainuddin pun berhasil dengan usahanya. Namun kesuksesan itu tidak membuat Zainuddin lupa
daratan, ia banyak membantu perantau dari tanah Minang yang membutuhkan uluran tangannya.
Hingga membantu dana pernikahan karena ia tau rasanya kehilangan harapan tak bisa menikah
karena kurang uang. Karena kedermawanannya ia menjadi ketua perkumpulan perantau tanah
Minang. Suatu ketika ia mengundang seluruh perantau untu makan malam di rumahnya. Perlu
diketahui Aziz suami Hayati juga sedang menanjak karirnya hingga ditempatkan di Kota Surabaya
sehingga sebagai sesama perantau Aziz dan Hayati juga datang ke acaranya.

Saat pertemuan itu tiba Zainuddin bertemu dengan tambatan hatinya sekali lagi. Hati
Zainuddin begitu namun tak boleh nampak karena Hayati bukan lagi miliknya. Sementara itu karir
Zainuddin semakin menanjak tidak dengan Aziz, di Surabay Aziz terjerumus ke lambah judi hingga
harta dan dan karirnya berakhir hingga hartanya habis tak bersisa. Melihat kondisi itu Zainuddin
mengizinkan Aziz untuk tinggal di rumah megahnya. Zainuddin berkata “tinggallah disini dan anggap
lah rumah sendiri tapi pesan saya jangan pernah masuk ke ruangan kerja.

Waktu terus berlalu hingga Aziz berniat untuk mencari kerja meninggalkan Hayati di dirumah
Zainuddin. Tak disangka Aziz pun putus asa akan hidupnya dan memutuskan untuk mengakhiri
hidupnya lebih cepat seraya berpesan kepada Hayati melalui surat.

Mendengar berita itu Zainuddin dalam hatinya berharap tapi Zainuddin berkehendak lain.
Dia khawatir keberadaan Hayati akan melemahkan hatinya hingga akhirnya Zainuddin memutuskan
untuk memulangkan Hayati ke Padang. Hayati pun pulang dengan kapal Van Der Wijck. Tak lama
berselang tersiar bahwa kapal kapal yang ditumpangi Hayati tenggelam dan kabar itu sampai kepada
Zainuddin.

Hayati tewas dengan penumpang lainnya Zainuddin merasa menyesal dengan keputusannya
menyuruh Hayati kembali ke Pdang Panjang. Setelah Hati meninggal dalam peristiwa itu, Zainuddin
setiap hari mendatangi mkan Hayati, ia hidup dalam bayang cintanya yang tetap ada dihatinya,
Zainuddin semakin rapuh dan sakit-sakitan, Zainuddin yang terkenal dengan karya-karya hikayatnya
kini telah tenggelam bersama bayang dan angan bersama Hayati. Hingga setahun kemudian
Zainuddin menyusul Hayati ke alam abadi. Zainuddin meninggalkan harta benda yang melimpah dan
karya-karya sasranya yang indah. Saat maut menjemputnya zainuddin menyelesaikan kisah hikayat
cintanya bersama Hayati dalam tulisan terakhirnya yang berjudul Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck.
Zainuddin pun dikubur bersama angan dan cintanya yang abadi di samping kubur Hayati sang kekasih
abadinya.

Anda mungkin juga menyukai