Anda di halaman 1dari 2

Review Novel

NO Keterangan
Judul : Tenggelamnya Kapal Van Der Wijk
Deskrip Pengarang : Prof. Dr. Haji Abdul Malik Karim Amarullah
-si Tahun/Cetakan: 1939/ Cetakan Ke-16 Tahun 1984.
Novel Penerbit :P.T. Bulan Bintang Jakarta
Halaman :224 halaman
Tokoh Antagonis :Aziz, Mande Jamilah,Datuk Garang,Pendekar Sutan,Datuk Mantari.
Tokoh Protagonis :Zainuddin, Hayati,Mak Base,Khadijah,Muluk,Akhmad,Mak
Tengah,Sutan Mudo.
Setting :
Sinopsi - Tempat : Mengkasar, Padang Panjang, Batipuh, Surabaya, Pelabuhan Tanjung Priok,
-s Malang, rumah Zainuddin, rumah Aziz. 
Novel - Waktu : Pagi, Siang, Sore, Petang, Malam (pada tahun 1930, 1932, 1936.)
- Suasana : 
1.Menyedihkan (ketika Zainuddin hidup dengan sengsara, permintaan Zainuddin di tolak
oleh keluarga Hayati, ketika Hayati meninggal dunia) 
2.Kesal (ketika Hayati mengirimkan surat terakhinya kepada Zainuddin dan menyuruh
Zainuddin agar melupakan kisah cinta mereka berdua
3.Mengharukan (Saat Hayati menerima cinta Zainuddin ketika menyatakannya lewat
surat dan bertemu di bentang sawah milik Datuk
Cerita singkat : Zainuddin dan Hayati merupakan pasangan yang memiliki kisah
persahabatan yang sangat dekat, sehingga pada akhirnya perasaan mereka berdua
berubah menjadi rasa cinta. Zainuddin dan Hayati punya rasa cinta yang apa adanya,
bukan karena materi dan harta. Hingga akhirnya kedekatan mereka diketahui oleh
Mamak (ayah) dari Hayati. Sehingga Zainuddin di usir dari Batipuh karena tidak ingin
Hayati akan dekat lagi dengan Zainuddin karena ketidak cocokkan adat yang berlaku di
Batipuh. Hayati bersumpah akan menunggu Zainuddin biarpun sampai kiamat sekalipun.

Hayati bertemu dengan kakak dari temannya Khadijah, yaitu Aziz. Ketika Zainuddin
pergi, Hayati dipengaruhi oleh Budaya dan hasutan sahabatnya untuk menjalin hubungan
dekat dengan Aziz. Hayati merasa bingung dengan pilihannya, memilih Zainuddin atau
Aziz yang akan menjadi pendampingnya. Kembali dengan adanya hasutan dari
Khadijah, bahwa harta adalah segalanya yang berarti dalam hidup ini. Pada akhirnya,
Hayati mengikuti
saja  pengaruh dari sahabatnya sendiri yang akhirnya membuat Hayati berbohong denga
n dirinya sendiri akan rasa cintanya yang ia curahkan kepada Zainuddin.

Pada akhirnya, Aziz dan Hayati pun tinggal di rumah Zainuddin, sehingga
Aziz pun sadar dengan kesalahannya pada masa lalu karena telah merampas Hayati
darinya. Setelah  berbulan-bulan berlalu, Aziz ingin pergi merubah nasib dan
meninggalkan Hayati di rumah Zainuddin. Tapi, karena terlalu stres, Aziz pun bunuh diri
di sebuah hotel di Surabaya. Sebelum melakukan bunuh diri tersebut, Aziz sudah
mengirim surat untuk Zainuddin dan surat talak untuk Hayati, meminta agar Hayati dan
Zainuddin menjalin hubungan seperti dulu. Zainuddin dengan keras kepala menolak
untuk kembali mencintai Hayati, tetapi Hayati ingin sekali kembali menjalin hubungan
dengan Zainuddin. Zainuddin kehilangan kontrol diri hingga menyuruh Hayati untuk
pulang saja ke Batipuh. Ia merasa hatinya sudah tersakiti dan ia tidak mau memberikan
Hayati kesempatan yang kesekian kalinya. 
 
Hayati pun pada akhirnya kembali ke kampungnya dengan menaiki Kapal Van
Der Wijck. Sebelum ia pulang, beberapa kali Hayati mengirimkan Zainuddin
permintaan maafnya dan menyatakan cintanya kembali. Dalam surat itu Hayati pun
membicarakan tentang kematiannya yang pada akhirnya menggerakkan hati Zainuddin
sehingga Zainuddin kembali merasakan sesal karena membiarkan Hayati pergi. Ketika
Zainuddin ingin menyusul Hayati, ia mendapatkan kabar bahwa Kapal Van Der Wijck
tenggelam dan kebanyakan dari penumpang kapal tersebut meninggal dunia. Setelah itu
Zainuddin ke rumah sakit, ia mendapati Hayati yang terlentang lemas dan pada akhirnya
menghembuskan nafas terakhirnya didepan Zainuddin. Selama beberapa waktu lamanya
Zainuddin merasa sedih dan terus sakit-sakitan. Zainuddin menciptakan karangan yang
lebih dalam semenjak meninggalnya Hayati. Ia pun sering mengunjungi pemakaman
Hayati karena masih adanya rasa sayang dan penyesalan yang tertinggal pada diri
Zainuddin. Hingga beberapa lama, Zainuddin pun jatuh sakit dan  pergi menyusul Hayati
meninggalkan dunia. 
Nilai 1. Setelah saya membaca novel ini, saya merasakan kesedihan yang cukup mendalam
Afektif saat hayati pergi untuk meninggalkan zainudin dan dibiarkan begitu saja oleh zainudin.
Rasa sedih yang besar timbul saat kapal van der wijk tersebut tenggelam, dengan rasa
cinta yang masih membekas di hati hayati. Hal tersebut cukup membuat saya merasa
sangat sedih dan kesal kepada zainudin karena membiarkan hayati pergi denga rasa cinta
yang begitu besar yang masih membekas di hatinya.
2. Saya juga mengambil beberapa nilai moral yang disampaikan seperti ;
 Selalu sabar dalam menghadapi segala cobaan dan segala penderitaan; kita sering
sekali diberikan cobaan oleh tuhan, terkadang kita sering mengeluh terhadap hal
itu.
 Jangan meremehkan sesuatu dalam membuat sebuah keputusan; kita sering
meremehkan hal kecil, menurut kita hal itu dianggap biasa saja, tetapi beberapa
orang dapat menganggap itu hal yang cukup berarti.
 Harta dapat membutakan segalanya apabila kita hidup dalam ketamakan; tidak
semua hal yang berkaitan dengan materi, karena terkadang kita membutuhkan
kasih sayang yang lebih dibandingkan dengan materi yang didapatkan.
Bintang 8/10. Alur cerita sangat menarik, jalan cerita tidak terasa lambat ataupun cepat. Serta
lontaran kata yang diberikan oleh pengarang sangatlah indah, sehingga dapat membuat
novel ini terlihat lebih menarik untuk dibaca.

Namun, kekurangan dari novel ini ialah, Pada akhir cerita terlihat seperti terburu-buru
sehingga pembaca tidak terlalu terbawa oleh emosi yang dideskripsikan oleh Buya
Hamka mengenai kedua pasangan itu.

Anda mungkin juga menyukai