Anda di halaman 1dari 3

Sinopsis Tenggelamnya Kapal Van der Wijck

Orientasi :

Di Negeri Batipuh Sapuluh Koto (Padang panjang) 30 tahun lalu, hiduplah seorang pemuda bergelar
Pendekar Sutan, pewaris tunggal dari harta peninggalan ibunya. Namun, Pendekar Sutan
tidak memiliki saudara perempuan sehingga harta warisan tersebut diurus oleh  mamaknya yaitu
Datuk Mantari Labih (sesuai adat istiadat Matrilineal). Sayangnya, Datuk Mantari labih serakah , ia
ingin memiliki semua harta warisan yang dititipkan kepadanya dan tak mengijinkan Pendekar Sutan
untuk menggunakannya, padahal harta warisan itu milik Pendekar Sutan.

Saat itu ia masih berusia 15 tahun. Setelah dibuang ke Cilacap, Pendekar Sutan dibawa ke Tanah
Bugis (Perang Bone). Setelah bebas, ia pun pergi ke daerah mengkasar. Disana, ia menemukan pujaan
hatinya, Daeng Habibah, putri dari seorang penyebar agama islam keturunan Melayu. Mereka pun
menikah.

Empat tahun kemudian, Daeng habibah melahirkan seorang anak laki laki  yang diberi nama
Zainuddin. Namun, saat Zainuddin kecil, Daeng Habibah, ibunya, meninggal. Beberapa bulan
kemudian, Pendekar Sutan pun menyusul Daeng Habibah. Sehingga Zainuddin  diasuh oleh Mak
Base. 

Pengungkapan peristiwa :

Mak base adalah orang terdekat dari Pendekar Sutan dan Daeng Habibah. Beliaulah yang merawat
dan mendidik Zainuddin sampai dewasa dan  menjadi seorang  yang berakhlak mulia.Setelah
Zainuddin dewasa, ia meminta izin kepada Mak Base untuk pergi ke kampung halaman ayahnya
di  daerah Padang Panjang. Kemudian dengan berat hati, Mak Base melepas Zainuddin pergi. Sampai
di Padang Panjang Zainuddin langsung menuju kampung Batipuh. Disanalah ayahnya dilahirkan. 

Menuju Konflik :

Sesampainya di sana ia sangat gembira, namun lama-kelamaan kegembiraan nya itu hilang karena


ternyata tidak seperti yang ia harapkan. Ia dianggap sebagai orang asing atau orang Bugis oleh
masyarakat setempat, hanya karena ia di lahirkan dari seorang wanita yang bukan keturunan ninik
mamaknya. Tetapi Zainuddin tetap tabah menghadapi omongan orang-orang di kampung tersebut.
Betapa malangnya Zainuddin, karena di negeri ibunya, ia dianggap sebagai orang asing juga atau
sebagai orang Padang.

Akhirnya ia memutuskan untuk kembali pulang ke Mengkasar menemui Mak Base. Namun, saat akan
pergi, ia pun bertemu dengan Hayati, seorang gadis cantik berdarah Minang. Pertemuan dengan
Hayati membuat hatinya gelisah dan sebagai alasan untuk tetap tinggal di sana. Berawal dari
pertemuan yang tidak disengaja, berlanjut dengan surat menyurat maka penderitaan  sepasang kekasih
ini pun dimulai. 

Dalam suratnya Zainuddin memuturkan “Sebagai kukatakan dahulu, lebih bebas saya menulis surat
daripada berkata-kata dengan engkau. Saya lebih pandai meratap,menyesal dan mengumpat dalam
sebuah surat. Karena, bilamana saya bertemu dengan engkau, maka matamu yang sebagai Bintang
Timur itu senantiasa menghilangkan susun kataku.”
Hayati adalah perempuan yang tak hanya cantik,namun juga memiliki budi pekerti yang baik. Mereka
sering bertemu dengan bantuan adik laki-laki Hayati.
Puncak Konflik :

Namun apa daya, Hubungan ini tidak disetujui oleh ninik dan mamaknya
Hayati. Dikarenakan Zainuddin berasal dari suku yang berbeda, asal-usulnya sebagai orang buangan
di Mengkasar, dan tak memiliki harta. Sedangkan Hayati terlahir dari keluarga terpandang.

Sejak saat itu untuk menghindari pergunjingan tentang hubungan mereka, maka mamak Hayati
menyuruh Zainuddin pergi meninggalkan Batipuh. Kemudian dengan berat hati,
Zainuddin pun pindah ke Padang Panjang. Disana, Zainuddin memperdalam ilmu agama dan
pengetahuannya. Di kota tersebut banyak sekolah-sekolah agama yang bagus.

Akhirnya, Hayati memilih untuk diperistri oleh Aziz, kakak dari sahabatnya, Khadijah. Luluh
lantaklah hati si Yatim-Piatu yang terbuang itu, terlebih lagi disaat yang sama Zainuddin mendapat
kabar kalau Mak Base, pengasuhnya telah berpulang. Mak Base meninggal dan mewariskan banyak
harta kepada Zainuddin. Zainuddin memberanikan diri mengirim surat lamaran kepada Hayati di
Batipuh. Tetapi sayangnya, bersamaan dengan datangnya rombongan dari pihak Aziz yang hendak
melamar Hayati. Zainuddin tanpa menyebutkan harta kekayaan yang kini ia miliki, sehingga ia ditolak
oleh ninik mamak Hayati.

Ninik mamak hayati menerima pinangan Aziz yang di mata mereka lebih beradab dan kaya raya.
Hayati akhirnya menikah dengan Azis. Azis adalah anak orang terpandang, satu suku dan terikat
kerabat dengan mamaknya hayati, walaupun jauh. Awal pernikahan Hayati dan Azis sangat bahagia
karena Azis pandai mengambil dan menyenangkan hati Hayati. Namun tanpa sepengetahuan Hayati,
Azis adalah tipe pemuda yang suka menghamburkan uang, berjudi, mabuk-mabukkan dan senang
main perempuan. Disisi lain, Zainuddin tidak mampu menerima penolakan tersebut, apalagi menurut
Muluk, sahabatnya bahwa sebenarnya Aziz memiliki perilaku yang buruk.

Zainuddin pun jatuh sakit, akibat terlalu memikirkan orang yang ia cintai pergi bersama pria lain.
Setiap hari, ia selalu memanggil nama Hayati. Atas permintaan dokter dan izin dari Azis,
suami hayati, akhirnya hayati pun menjenguk Zainuddin. Dalam sekejap, Zainuddin pun sembuh.
Setelah sembuh dari sakit, Zainuddin pun mulai bangkit untuk melupakan Hayati. Zainuddin ditemani
Muluk, sahabatnya pindah ke Pulau Jawa. Di Pulau Jawa, Zainuddin menjadi penulis terkenal. Ia
menggunakan nama Samaran “Z” di setiap karyanya. Muluk lah yang menyemangati Zainuddin
sampai ia bisa mencapai titik tersebut, sukses dan melupakan hayati.

Hayati dan Aziz hijrah ke Surabaya. Perekonomian mereka makin memprihatinkan dan terlilit banyak
hutang akibat ulah Aziz. Mereka diusir dari kontrakan dan secara kebetulan mereka bertemu dengan
Zainuddin, mereka singgah di rumah Zainuddin. Karena tak kuasa menanggung malu atas kebaikan
Zainuddin, Aziz meninggalkan istrinya untuk mencari pekerjaan ke Banyuwangi. Beberapa hari
kemudian, datang dua surat dari Aziz yang pertama berisi surat perceraian untuk Hayati sedangkan
yang kedua berisi surat permintaan maaf dan permintaan agar Zainuddin mau menerima Hayati
kembali. Setelah itu datang berita bahwa Aziz ditemukan bunuh diri di kamarnya.

Hayati juga meminta maaf kepada Zainuddin. Ia berharap bisa kembali bersama Zainuddin. Namun,
masih terasa sakit di hati Zainuddin. Sehingga ia menyuruh Hayati pulang ke kampung halamannya,
Batipuh. Esok harinya, Hayati  pulang ke Batipuh menumpang kapal Van Der Wijck meskipun
dengan terpaksa dan kesedihan yang mendalam. 

Setelah itu Hayati pergi, barulah Zainuddin menyadari bahwa ia tidak bisa hidup tanpa Hayati.
Apalagi setelah membaca surat Hayati yang bertuliskan “aku cinta engkau dan kalau kumati,
kematianku dalam mengenang engkau.” Maka segeralah ia menyusul Hayati ke Jakarta. Saat
Zainuddin sedang bersiap-siap, tersiar kabar bahwa kapal Van Der Wijck yang ditumpangi Hayati
tenggelam. Zainuddin langsung syok dan langsung pergi bersama Muluk untuk mencari Hayati.
Muluk menyesal karena ia tidak memberi tahu Zainuddin bahwa Hayati sebenarnya masih
mencintainya

Resolusi :

Hayati menghembuskan nafas terakhir setelah Zainuddin membimbing mengucapkan kalimah


syahadat. Tak lama setelah Hayati meninggal, Zainuddin pun menyusulnya. Karena tidak bisa
berhenti memikirkan hayati menyebabkan ia sakit-sakitan sampai akhirnya meninggal. Sedangkan
jasadnya dimakamkan  dekat pusara Hayati oleh muluk. Cinta sejatinya kekal abadi.

Anda mungkin juga menyukai