STRUKTUR SINOPSIS
NON FIKSI
KELAS : VII A
NO. ABSEN : 09
Pada suatu masa, di wilayah Mengkasar, daerah tepi pantai yang berada di antara
Kampung Baru dan Kampung Mariso, berdirilah sebuah rumah khas
daerah Mengkasar. Di dalamnya tinggal seorang pemuda berumur 19 tahun, pemuda
itu bernama Zainuddin. Zainuddin tinggal bersama ibu asuhnya, Mak Base. Dia
merupakan hasil perkawinan campur antara Minangkabau dan Mengkasar.
Zainuddin sering mendengarkan cerita dari orang tua angkatnya tentang ayahnya saat
muda. pada saat itu, teringatlah pesan dari ayahnya ketika beliau
akan meninggal, ayahnya mengatakan bahwa kampungnya bukanlah Mengkasar.
Kilas Balik
Selain itu, Datuk Mantari Labih memang mendapat amanah dari ibu Pendekar Sutan
untuk menjaga warisan anaknya. Sayangnya, Datuk Mantari labih serakah , ia ingin
memiliki semua harta warisan yang dititipkan kepadanya dan tak mengijinkan
Pendekar Sutan untuk menggunakannya, padahal harta warisan itu milik Pendekar
Sutan.
Puncaknya, ketika Pendekar Sutan ingin menikah, Datuk Mantari Labih tak
mengijinkan harta warisan itu digunakan untuk keperluan menikah.Hal ini membuat
Pendekar Sutan marah.Maka terjadilah pertengkaran antara Pendekar Sutan dan Datuk
Mantari Labih. Pertengkaran tersebut menyebabkan Datuk Mantari labih meninggal.
Lahirnya Zainuddin
Empat tahun kemudian, Daeng habibah melahirkan seorang anak laki laki yang diberi
nama Zainuddin. Namun, saat Zainuddin kecil, Daeng Habibah, ibunya, meninggal.
Beberapa bulan kemudian, Pendekar Sutan pun menyusul Daeng Habibah. Sehingga
Zainuddin diasuh oleh Mak Base.
Mak base adalah orang terdekat dari Pendekar Sutan dan Daeng Habibah. Beliaulah
yang merawat dan mendidik Zainuddin sampai dewasa dan menjadi seorang yang
berakhlak mulia.Setelah Zainuddin dewasa, ia meminta izin kepada Mak Base untuk
pergi ke kampung halaman ayahnya di daerah Padang Panjang. Dengan berat hati,
Mak Base melepas Zainuddin pergi. Sampai di Padang Panjang Zainuddin langsung
menuju kampung Batipuh. Disanalah ayahnya dilahirkan. Sesampainya di
sana ia sangat gembira, namun lama-kelamaan kegembiraan nya itu hilang karena
ternyata tidak seperti yang ia harapkan.
Berawal dari pertemuan yang tidak disengaja, berlanjut dengan surat menyurat maka
penderitaan sepasang kekasih ini pun dimulai.
Dalam suratnya Zainuddin menuliskan “Sebagai kukatakan dahulu, lebih bebas saya
menulis surat daripada berkata-kata dengan engkau. Saya lebih pandai
meratap,menyesal dan mengumpat dalam sebuah surat. Karena, bilamana saya
bertemu dengan engkau, maka matamu yang sebagai Bintang Timur itu senantiasa
menghilangkan susun kataku.”
Hayati adalah perempuan yang tak hanya cantik,namun juga memiliki budi pekerti
yang baik. Mereka sering bertemu dengan bantuan adik laki-laki Hayati.
Namun apa daya, Hubungan ini tidak disetujui oleh ninik dan mamaknya
Hayati. Dikarenakan Zainuddin berasal dari suku yang berbeda, asal-usulnya sebagai
orang buangan di Mengkasar, dan tak memiliki harta. Sedangkan Hayati terlahir dari
keluarga terpandang.
Hayati Menikah
Pinangan Aziz
Ninik mamak hayati menerima pinangan Aziz yang di mata mereka lebih beradab dan
kaya raya. Hayati akhirnya menikah dengan Azis. Azis adalah anak orang terpandang,
satu suku dan terikat kerabat dengan mamaknya hayati, walaupun jauh. Awal
pernikahan Hayati dan Azis sangat bahagia karena Azis pandai mengambil dan
menyenangkan hati Hayati. Namun tanpa sepengetahuan Hayati, Azis adalah tipe
pemuda yang suka menghamburkan uang, berjudi, mabuk-mabukkan dan senang
main perempuan.
Bangkitnya Zainuddin
Muluk lah yang menyemangati Zainuddin sampai ia bisa mencapai titik tersebut,
sukses dan melupakan hayati.
Beberapa hari kemudian, datang dua surat dari Aziz yang pertama berisi surat
perceraian untuk Hayati sedangkan yang kedua berisi surat permintaan maaf dan
permintaan agar Zainuddin mau menerima Hayati kembali. Setelah itu datang berita
bahwa Aziz ditemukan bunuh diri di kamarnya.
Hayati juga meminta maaf kepada Zainuddin. Ia berharap bisa kembali bersama
Zainuddin. Namun, masih terasa sakit di hati Zainuddin. Sehingga ia menyuruh
Hayati pulang ke kampung halamannya, Batipuh. Esok harinya, Hayati pulang ke
Batipuh menumpang kapal Van Der Wijck meskipun dengan terpaksa dan kesedihan
yang mendalam.
Meninggalnya Hayati
Setelah Hayati pergi, barulah Zainuddin menyadari bahwa ia tidak bisa hidup tanpa
Hayati. Apalagi setelah membaca surat Hayati yang bertuliskan “aku cinta engkau dan
kalau kumati, kematianku dalam mengenang engkau.” Maka segeralah ia menyusul
Hayati ke Jakarta. Saat Zainuddin sedang bersiap-siap, tersiar kabar bahwa kapal Van
Der Wijck yang ditumpangi Hayati tenggelam. Zainuddin langsung syok dan
langsung pergi bersama Muluk untuk mencari Hayati. Muluk menyesal karena ia
tidak memberi tahu Zainuddin bahwa Hayati sebenarnya masih mencintainya.
Film Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck ini adalah merupakan sebuah film yang
diangkat dari kisah novel populer karya Buya Hamka yang juga berjudul
Tenggelamnya Kapal Van Der Wijk. Film Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck ini
dibintangi oleh beberapa artis muda berbakat seperti Herjunot Ali, Pevita Pearce, dan
juga Reza Rahadian. Film ini dirilis pada tahun 2013, dan film Tenggelamnya Kapal
Van Der Wijck besutan sutradara Sunil Soraya ini termasuk film yang sukses di
pasaran. Terbukti pemutaran film Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck di berbagai
bioskop di tanah air selalu menarik banyak penggemar film untuk berbondong-
bondong menyaksikan
Tafsiran :
Kisah film Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck adalah bermula ketika seorang
pemuda yang bernama Zainudin yang diperankan oleh Harjunot Ali pada tahun 1930
berlayar dari kelahirannya Makassar menuju ke Batipuh, Padang Panjang. Batipuh
Padang Panjang ini adalah tempat kelahiran dari Ayah Zainudin sendiri. Singkat
cerita, Zainudin bertemu dengan Hayati yang dimainkan oleh Pevita Pearce yang
menjadi bunga persukuan di Minangkabau. Zainuddin pun kemudian jatuh hati
kepada Hayati yang kemudian memberikan kata-kata indah nan mempesona yang bisa
membuai setiap wanita yang membacanya.
Dari sini kemudian para penikmat film akan disajikan keromantisan yang begitu
menyentuh. Setelah masuk memalui romantisme klasik yang menggetarkan, maka
kemudian penonton akan digiring untuk menikmati konflik-konflik yang mulai
dimunculkan. Salah satunya misalnya adalah konflik ketika hubungan kedua pecinta
tersebut tidak mendapatkan restu dari ninik-mamak dan juga para tetua suku karena
alasan Zainuddin belum mampan dan tak punya darah minang.
Evaluasi :
Untuk evaluasi dari film Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, secara kesluruhan
sudah bisa dikatakan sebuah film yang luar biasa. Ada sedikit kekurangan yang
mungkin bisa dijadikan pelajaran adalah pada penggunaan properti yang memang
banyak menggunakan latar pada tahun 1930an. Sayangnya adalah penggunaan
properti tersebut kurang bisa menggiring dan meyakinkan penonton bahwa peristiwa
tersebut memang terjadi pada masa 1930an. Selain itu, alur cerita juga terkesan
seadanya sehingga membuat konflik yang terjadi kurang begitu menggigit. Kemudian
yang kentara lagi adalah penggunaan backsound lagu Nidji yang notabene adalah
band modern dengan penggemar anak muda masa kini. Penggunaan lagu ini terasa
kurang klop saja untuk film yang bersetting pada tahun 1930an.
Dan terakhir adalah, penggunaan special effect yang kurang menggigit. Special effect
di film Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck ini terkesan dipaksakan yang sama sekali
tidak membuat film Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck memiliki nilai lebih.
Rangkuman :
Rangkuman atau kesimpulan dari film Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck ini,
dengan mengesampingkan beberapa kekurangannya, film ini sangat bagus dan layak
ditonton dan bisa menarik penonton banyak berdatangan ke bioskop. Bahkan film ini
bisa dikatakan sebagai salah satu film terbaik pada tahun 2013 yang lalu dengan
penggunaan kata yang tepat dan pemilihan kostum yang apik dari Sammuel
Wattimena. Kekuatan dari film ini yang lain adalah penggunaan kalimat yang puitis
bisa menjadi kelebihan yang jarang ditemukan untuk film Indonesia saat ini.