IDENTITAS PESERTA
NIM : 1302181008
IDENTITAS BUKU
Pengarang : Hamka
RANGKUMAN
SINOPSIS
Adalah “Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck” yang menjadi sastra fenomenal
karangan Prof. DR. H. Abdul Malik Karim Amrullah sejak tahun terbitnya 1939 hingga
sudah mengalami berulang kali percetakan. Karangan novel ini menceritakan tentang kisah
percintaan antara Zainuddin dan Hayati yang terhalang karena adanya perbedaan adat istiadat
dan latar belakang sosial yang terjadi di tanah Minangkabau hingga berujung pada kematian.
Permulaan
Kisah ini dimulai dengan adanya sosok Pendekar Sutan yang diasingkan
dari Batipuh ke Cilacap karena membunuh Datuk Mantari yaitu mamaknya terkait soal harta
waris. Selepas dari pengasingan, Pendekar Sutan pergi ke tanah Mengkasar untuk
melanjutkan tapak hidupnya. Di tanah Mengkasar, Pendekar Sutan memperistri Daeng
Habibah dan memiliki keturunan seorang anak bernama Zainuddin.
Tanah Minangkabau
Sedari kecil, Zainuddin telah menjadi seorang anak yatim piatu yang dibesarkan oleh
Mak Base, orang tua angkatnya. Ketika beranjak dewasa, Zainuddin berpamitan kepada Mak
Base agar dapat mengunjungi tanah kelahiran sang ayah di Minangkabau. Sesampainya di
sana, sambutan yang hangat dari keluarga ayahnya tidak didapati oleh Zainuddin. Lantaran
adat istiadat yang dianut masyarakat adalah struktur kekerabatan dari ibu sehingga Zainuddin
yang memiliki ibu berasal dari bugis dianggap tidak memiliki pertalian darah dengan mereka.
Hayati
Pacuan Kuda
Suatu ketika, di tanah Padang Panjang diadakan agenda tahunan pacuan kuda. Hal ini
dimanfaatkan Hayati agar menjadi kesempatan dapat bertemu dengan Zainuddin. Selama di
Padang Panjang, Hayati tinggal di rumah kerabatnya yaitu Khadijah. Di sana, Hayati
dikenalkan oleh abangnya Khadijah yang bernama Aziz. Selama itu pula, hubungan Hayati
dengan Zainuddin merenggang.
Hayati Menikah
LEMBAR RANGKUMAN
Setelah agenda pacuan kuda, Zainuddin terpukul karena berita duka yang diterimanya
dari tanah Mengkasar, yaitu berpulangnya Mak Base. Dalam suratnya, Mak Base
meninggalkan banyak harta warisan untuk Zainuddin. Hal ini yang menjadi pertimbangan
Zainuddin untuk berani melamar Hayati. Di saat yang sama, Aziz dari keluarga terpandang di
tanah Padang Panjang juga datang melamar Hayati. Secara adat, melalui pertimbangan yang
matang, ninik dan mamak Hayati menolak lamaran Zainuddin dan menerima lamaran Aziz
yang dianggap lebih kaya, berbangsa dan berketurunan adat Minang.
Seperti sebuah malapetaka bagi Zainuddin mendengar kabar pernikahan Hayati dengan
Aziz, seseorang yang ia kenal sebagai pemabuk dan suka berjudi. Zainuddin jatuh sakit
berbulan-bulan dan diurus oleh Muluk, kerabatnya. Mengikuti saran Muluk, Zainuddin
memutuskan untuk melanjutkan kehidupannya di tanah Jawa dan menetap di Surabaya.
Karena sakit hati yang dideritanya, Zainuddin melampiaskannya melalui karangan-karangan
yang ia buat dengan kisah percintaannya menggunakan nama samara Z dan Shabir.
Karangan-karangan Zainuddin diterima baik olehmasyarakat dan mengantarkannya menjadi
seorang saudagar kaya di Surabaya dari tanah Minang. Di saat yang sama Aziz dan Hayati
pindah dan menetap di Surabaya.
Bahtera rumah tangga yang dilalui Hayati dengan Aziz tidak berjalan di atas ombak yang
tenang, melainkan semakin hari semakin kacau ditambah problematika utang Aziz yang
berujung pada kebangkrutan. Hal ini membuat Hayati dan Aziz menjual rumahnya sehingga
mereka memutuskan untuk menumpang di rumah Zainuddin. Setelah berbulan-bulan
lamanya, Aziz memutuskan untuk pergi ke Banyuwangi dan ia bunuh diri di salah satu hotel.
Berpulang
Mengetahui kabar duka dari sang suami, Hayati berniat untuk meminta maaf kepada
Zainuddin dan ingin kembali kepadanya. Karena rasa sakit hati yang pernah dilalui oleh
Zainuddin, ia menolak Hayati dan menyuruhnya kembali ke tanah Minangkabau dengan
kapal Van Der Wijck yang berangkat keesokan harinya.
Kapal Van Der Wijck yang telah berlayar membawa Hayati pergi dari Surabaya membuat
Zainuddin menyesali pertimbangan yang telah ia putuskan. Zainuddin lekas bergegas untuk
menjemput Hayati, namun yang didapatinya adalah kabar tenggelamnya kapal Van Der
Wijck tersebut.
Dengan ketabahan, Zainuddin berhasil menemui Hayati yang terbaring lemah dan penuh
luka untuk terakhir kalinya. Hayati lekas memejamkan mata dan berpulang untuk selamanya.
Berbulan-bulan lamanya, hati Zainuddin kembali terpukul atas pujaan hatinya yang hilang.
Karena kesedihan yang tidak berkesudahan, tidak lama kemudian Zainuddin menyusul
kepergian Hayati untuk berpulang selamanya dan dimakamkan di dekat pusara Hayati.
LEMBAR RANGKUMAN
KELEBIHAN
Alur cerita yang dibawakan mudah dipahami dan dapat membuat pembaca terbawa
suasana.
Banyak pesan moral yang disampaikan.
Membuka wawasan terkait adat istiadat suatu suku daerah.
KEKURANGAN
Terdapat kata-kata yang menggunakan bahasa Minang yang tidak dipahami oleh
pembaca.
Terdapat kata-kata yang disusun dengan sastra yang tinggi, sehingga membuat
pembaca butuh waktu lebih untuk memahaminya. Namun hal ini subjektif dari
pembaca yang bisa dijadikan sebagai kelebihan untuk menikmati sastra Indonesia.