Anda di halaman 1dari 3

Azizah Rizka Wahyuningtyas/PKIM/19104060018

Review Ibn Khaldn Between Legal Theory and Legal Practice

Teori ibn Khaldn dalam memahami hukum-hukum islam dan filsafatnya dimotivasi oleh
dua pendapat. Pertama ialah mengembangkan pendekatan kritis terhadap sejarah hukum Islam
yang mengutamakan refleksi investigatif alas transmisi laporan dan mendesak interpretasi
sebagai alat hermeneutis penting untuk memahami laporan. Kedua, pembacaan kembali sejarah
dan menyajikannya melalui teorinya sendiri tentang budaya dan masyarakat. Ibn Khaldun sendiri
merupakan anak dari keluarga yang berada dan mempelajari berbagai ilmu seperti ilmu-ilmu
tradisional dan ilmu hukum. Proses belajarnya sempat terhambat karena adanya wabah yang
merenggut kedua orang tuanya dan guru-gurunya hingga menyisakan satu guru saja. Saat berusia
19 ibn Kaldn menerima jabatan pertamanya dalam pemerintahan dan menjadi lebih sibuk karena
terus berpindah kota. Meskipun sibuk, ia tidak pernah berhenti belajar. Iapun mengajar berbagai
ilmu agama selama 30 tahun.
Selain menjadi guru ilmu-ilmu hukum ia memiliki keistimewaan yang dapat dilihat dari
dua hal. Pertama, pengalaman yudisialnya karena pernah memegang berbagai jabatan.ledia
tulisan-tulisannya tentang hukum. Gayanya dalam menjadi penasehat menawarkan praktik
peradilan yang paling efektif. Penawaran tersebut dibagi menjadi tiga, pertama, memberikan
saran pragmatis tentang cara terbaik untuk mengadili antara pihak yang berperkara. Yang kedua
menyoroti pentingnya kesejahteraan dengan fokus khusus pada kebutuhan anak yatim, janda,
narapidana, dan murid, serta harta yang diwakafkan dan tempat ibadah. Yang ketiga
memperingatkan terhadap perilaku dan perilaku tercela yang berisiko diperoleh hakim selama
menjabat. Selain itu dalam karirnya Ibnu Khaldn mendesak para hakim untuk mengelola wakaf
secara pribadi dan dengan kemampuan terbaik mereka dengan membebaskan mereka dari dan
menjaga mereka dari para pelanggar dan orang-orang yang korup.
Pekerjaan Ibn Khaldun dinilai beraneka ragam oleh rekannya, berdasarkan kedekatan
relasinya. Beberapa diantara mereka memuliakan praktik dan ilmu hukumnya, sebagian yang
lain benar benar mengabaikan seluruh pencapaiannya. Banyak juga diantaranya yang
menganggap Ibn Khaldun hanya orang Afrika Utara yang mendapat benatuan kerajaan secara
belebihan. Karir tertingginya di bidang hukum ialah jabatan ketua hakim di Milk yang dijabatnya
setidaknya 6 kali.
Azizah Rizka Wahyuningtyas/PKIM/19104060018

Terdapat beberapa orang yang terus memandang ibnu Khaldn secara negatif. Namun
objektifitasnya perlu dipertanyakan. Penilaian negatif tersebut antara lain dari penampilannya
yang dianggap terlalu membedakan pakaiannya dari hakim lainnya. Lawan-lawannya juga
membagikan komentar negatif tentang garis keturunan, afiliasi politik, kehormatan, dan
keyakinan agamanya. Bahkan lawan-lawannya mengkritik siapa saja yang memberi komentar
positif tentang ibn khaldn sebagai “pujian yang dilebih-lebihkan”. Kedekatannya dengan
penguasa juga membuat hakim-hakim yang lain banyak yang tidak menyukainya.
Sebaliknya, para pengagum Ibnu Khald<n sangat menghargai pengetahuan dan praktik
hukumnya. Banyak yang membuktikan keahliannya dalam administrasi peradilan. Upayanya
dalam memberantas suap dalam hukum terus mendapat perlawanan sengit yang mengakibatkan
pemecatan atau pengunduran dirinya secara paksa. Pada perjalanan karirnya ia juga
memperjuangkan hukum tentang wakaf karena sedang marak terjadi pelanggaran wakaf yang
terjadi secara terstruktur dan sistematis. Menurutnya korupsi wakaf dapat mengakibatkan
meluasnya rasa ketidakadilan pada masyarakat.
Dalam karirnya ibn khaldn menjunjung tinggi agama dalam proses peradilan. Ia
mensyaratkan orang yang soleh yang dapat menjadi saksi sehingga dapat dipastikan
kredibilitasnya. Iapun mengangap notaris merupakan jabatan yang penting karenaa dapat
mencegah berbagai penipuan.
Pendekatan ibn Khaldn terhadap penulisan sejarah adalah sebagai berikut: Sejarah
merupakan salah satu kesenian yang banyak beredar di kalangan bangsa dan generasi. Kafilah
dan penjelajah lajang melakukan perjalanan ke sana. Orang awam dan berpikiran sederhana
ingin sekali mengetahuinya. Raja dan kepala suku bersaing untuk itu. Para ahli dan non-ahli
memiliki apresiasi yang sama (fahmihi). Karena di luar, tampaknya tidak lebih dari laporan masa
lalu dan bangsa. ... Di dalam, ini adalah [sebuah karya] spekulasi dan investigasi kritis,
penjelasan kausal yang cermat tentang makhluk dan prinsip mereka dan pengetahuan mendalam
tentang modus dan penyebab peristiwa.
Istilah nazar dipahami dalam arti teknisnya oleh para filsuf dan teolog Muslim klasik
sebagai aktivitas rasional dan proses spekulasi. Istilah kedua, 'tahqiq', berasal dari 'Aaqq'
(kebenaran) dan memerlukan upaya verifikasi. Ketiga ta’lil yaitu penyeab peristiwa. Pada
akhirnya pembacaan atas dua bagian fikih dalam pendahuluan merekontruksi narasi ibn khaldn
dalam penekanannya pada pluralitas dan keragaman hukum dalam Islam.
Azizah Rizka Wahyuningtyas/PKIM/19104060018

Anda mungkin juga menyukai