PERKEMBANGAN HUKUM ISLAM MASA NABI HINGGA POST MODERN ABDULLAH FIKRI, S.H.I., M.S.I. Gambaran Masyarakat Arab Pra Islam • Kehidupan yang menguatkan klen-klen sehingga terjadi persaingan antar klen / suku akibat upaya untuk mempertahankan kehidupan karena kondisi alam yang mengharuskan mereka berjuang untuk mempertahankan hidup. • Persiangan antar klen / suku mengakibatkan pada terjadinya konflik-konflik sosial. • Hukum diatur oleh siapa yang kuat. • Peradban dan kebudayaan yang masih menindas antara manusia satu dengan yang lain, sehingga terjadi kesenjangan sosial. • Perempuan tidak dipandang sebagai manusia yang memiliki hak. • Perempuan yang terlahir di suatu keluarga dianggap aib dan tidak dapat melanjutkan eksistensi klen. • Budaya partriarki yang sangat kuat memposisikan laki-laki mendominasi, sehingga dalam konteks perceraian laki-laki sangat mudah untuk mengucapkan talak tiga sekalipun. • Dlam konteks waris, perempuan tidak mendapatkan harta waris dari suami yang telah meninggal. • Perempuan tidak mendapatkan posisi yang equal dan equity dalam kehidupan sosial. • Inilah gambaran masyarakat Arab pra Islam, yang tidak menjunjung harkat martabat manusia, terlebih lagi dalam konteks kesetaraan gender sangat tidak adil. • Kemduian Islam datang untuk melakukan humanisasi dan liberasi melalui hukum-hukum yang diturunkan dari Allah (wahyu) yang diberikan kepada Rasul Muhammad SAW untk untuk dijadikandalam memutuskan perkara-perkara yang terjadi di masyarakat Arab pada waktu itu. Hukum Islam masa kenabian Pada masa Rasul Muhammad SAW Hukum Islam berada pada fase pembentukan. Muhammad sebagai Nabi sekaligus Rasul dibimbing langsung dan diberikan wahyu dari Allah SWT untuk memecahkan persoalan-persoalan hukum yang terjadi diantara individu-individu. Persoalan yang ditanyakan oleh para sahabat atau para orang selain muslim, dijawab melalui turunnya wahyu. Dengan demikian, apa yang disampaikan oleh Muhammad sebagai jawaban atas persoalan yang terjadi merupakan petunjuk langsung dari Tuhan. Disinilah kemduian wahyu (al-Wuran) sebagai dasar tertinggi untuk menentukan suatu hukum. Selanjutnya, Muhammad sebagai Nabi dan Rasul pun melakukanijtihad. Dengan demikian, apa yang menjadi ijtihad Rasul yang kemudian menjadi sunnah dan selanjutnya menjadi hadits-hadits menjadi dasar kedua dalam sumber hukum Islam. Ijtihad Rasul Muhammad juga merupakan penjelas dari ayat-ayat al-Quran yang memang perlu diperjals agar dapat diterima oleh sahabat dan masyarakat. Dengan kata lain, bahwa masa kenabian Hukum Islam sedang mengalami pembentukan melalui hukum-hukum yang ditetapkan oleh al-Quran dan penjelasan serta ijtihad Rasul Muhammad SAW. Selanjutnya dalam perkembangan Hukum Islam al-Quran dan Assunnah / al-Hadits menjadi sumber hukum Islam yang utama dalam menetapkan hukum Masa Khulafau Rasyidun • Pada masa ini Hukum Islam mengalami perkembangan dalam hal ijtihad. Empat kholifah pada masa ini melakukan upaya pengembangan wilayah dan peningkatan ketertiban dalam ketatanegaraan, hukum, ekonomi dan sosial budaya. • Di era Abu Bakar, ketika terjadi persolan hukum, maka Abu Bakar mengumpulkan para sahabat untuk menggali dalil al-Quran dan Sunnah Rasul yang pernah diterapkan dalam memecahkan persoalan. Jika tidak ditemukan maka para sahabat yang dikumpulkan oleh Abu Bakar untuk menentukan suatu hukum melakukan ijtihad dan disebut sebagai ijmak sahabat. • Kholifah Umar bin Khottob pun demikian. Kholifah Umar sering juga melakukan ijtihad, baik yang menyangkut soal ibadahmaupun soal muamalah. • Pada masa kholifah Utsman bin Afan, melakukan ijtihad yang sangat monumental yaitu melakukan penyatuan al-Quran. Banyaknya dialektika di berbagai wilayah, menjadikan cara membaca alQuran berbeda-beda sehingga perlu adanya penyatuan cara membaca dan model alQuran yang tersebar. Hal yang dilakukan oleh Kholifah Utsman merupakan salah satu bentuk ijtihad dalam hal mempertahankan alQuran yang merupakan sumber Hukum Islam yang utama yang akan dijadikan dasr-menerus dalam menetapkan hukum sehingga penting untuk dijaga originalitasnya dan universalitas dari akses terhadap alquran tersebut. • Era Kholifah Ali bin Abi Thalib tidak mengalami perkembangan yang pesat. Hal ini disebabkan, zaman Kholifah Ali banyak terjadi konflik politik yang mengakibatkan tidak stabilnya pemerintahan Ali pada waktu itu. Terpecahnya kelompok (firqoh) Sunni dan Syiah menjadi hal yang menghambat untuk melakukan pemajuan-pemajuan. Masa Pengembangan dan Pembukuan Hukum Islam • Ada dua kedinastian pada masa ini, yaitu dinasti bani Umayah dan Bani Abasiah. • Kedua zaman inilah peradaban Islam semakin berkembang dan betumbuh pesat. • Pada Bani Umayah Hukum Islam dapat dikatakan sebagai masa pertumbuhan dan di era Bani Abasiah dapat disebut sebagai panen buah dari hasil tumbuhnya Hukum Islam pada bani Umayah. • Dengan kata lain, bahwa puncak keemasan peradaban Islam terletak pada masa Bani Abasiah, karena berbagai ilmu pengetahuan berkembang dan dalam konteks Hukum Islam lahirlah para mujtahid yang memiliki kecemerlangan berpikir dalam bidang hukum. • Hukum Islam atau lebih tepat disebut “fikih”, pada era Abasiah memiliki dokumen-dokumen intelektual. Seperti karya Imam Malik (al-Muwatho), Imam Syafi’I (al-Um dan Arrislah) sebagai konstruksi ushulfiqh, Imam al-Mawardi (al-Ahkam Assulthoniah) dalam bidang ketatanegaraan dan lain sebagainya. Artinya fikih dalam perkembangan hukum Islam pada saat itu tidak hanya berbicara mengenai hukum keluarga saja, akan tetapi hukum publik pun memiliki tokoh-tokoh pemikir. Abu Yusuf, seorang yang memiliki karya dala pemikiran dalamkonomi dan perpajakan. • Dengan kata lain, hukum Islam tidak hanyai dimaknaihanya terbatas pada fikih munakahad, fikih mawaris, fikih perceraian, melainkan fikih-fikih yang lain juga mengalami perkembangan. Inilah yang disebut sebagai fase pembukuan hukum Islam karenalahirnyapara pemikir melalui berbagai karyanya, yang kemudian dijadikan dokumen intelaktual muslim dalam bidang hukum Islam dan ilmu pengetahuan. Masa Kemunduran Pemikiran Hukum Islam • Diakhir masa dinasti Abasiah, kaum muslim mulai mengalami kemunduran peradaban, terutama dalam hal pemikiran ilmu pengetahuan dan penemuan dan perumusan fikih. • Masa ini juga sering disebut sebagai masa taklid mutlak, artinya para pemikir hukum Islam (mujtahid) mulai mengalami kemunduran. Para fuqaha hanya mengikuti apa yang telah dirumuskan oleh pemikir sebelumnya yang telah didokumentasikan dalam bentuk kitab-kitab. Oleh karena itu, terjadi kelesuan dalam pengembangan fikih, yang sebenarnya fikih bisa terus berkembang karena faktor perkembangan budaya dan peradaban manusia. • Namun, pada akhir abad ke-4 – ke-7 H, perkembangan hukum Islam mengalami kemandekan. Hal ini disebabkan beberapa faktor Faktor-faktor Kelesuan Pemikiran Hukum Islam • 1. Pergolakan politik telah mengakibatkan terpecahnya negeri Islam menjadi beberapa negeri kecil yang seringkali disibukkan oleh kegiatan perang satu sama lain, hilangnya ketenteraman di antara masyarakat akibat saling fitnah di antara mereka. Salah satu konsekuensi logis akibat adanya kesibukan baru ini adalah kurangnya perhatian terhadap kemajuan ilmu pengetahuan atau perkembangan hukum Islam. • 2. Ketidakstabilan politik menyebabkan ketidakstabilan kebebasan berpikir pula. Karena pada masa sebelumnya telah terbentuk aliran-aliran madzhab, para ahli hukum pada periode ini hanya tinggal memilih (ittiba’) atau mengikuti (taqlid) salah satu imam, memperjelas,membela madzhabnya sendiri, dan memperkuat dasar-dasar madzhab ataupun pendapatnya, dengan cara mengemukakan alasan-alasan kebenaran pendirian madzhabnya dan menyalahkan pendiri madzhab lain. Sikap yang seperti ini menyebabkan jiwa atau ruh ijtihad yang menyala-nyala di zaman-zaman sebelumnya menjadi redup dan para ahli menganggap cukup dengan mengikut saja faham yang telah ada dalam madzhabnya. • 3. Pembukuan terhadap pendapat-pendapat madzhab menyebabkan orang mudah untuk mencarinya, hal ini memicu umat Islam semakin malas mencari alternatif pemecahan hukum. Sedang para fuqaha pada fase sebelumnya terpaksa harus berijtihad karena dihadapkan pada hal-hal yang tidak ada hukum syara’-nya. Setelah ijtihad-ijtihad mereka dikumpulkan dan dibukukan, baik untuk hal-hal yang terjadi atau bahkan yang akan terjadi, orang-orang yang datang kemudian mencukupkan diri dengan pendapat yang telah ada. Dengan demikian maka tidak ada dorongan untuk lebih maju. • 4. Pada periode ini muncul pula orang-orang yang sebenarnya tidak layak berijtihad, namun mengeluarkan berbagai fatwa yang membingungkan masyarakat. Kesimpangsiuran pendapat yang membingungkan ini seringkali membuat para penguasa memerintahkan hakim untuk cukup mengikuti pendapat yang sudah ada sebelumnya agar tidak membingungkan. Sikap ini bermaksud agar kesimpangsiuran pendapat bisa dihentikan, tetapi justru kebekuan pemikiran hukum yang mulai terjadi. • 5. Bersamaan dengan kebekuan pemikiran hukum terjadi, pintu ijtihad telah ditutup. Akibat banyak terdapat simpang siur pendapat dikarenakan orang awam juga mengeluarkan fatwa untuk kepentingan tertentu dan mempermainkan nash-nash syariat dan kepentingan orang banyak, maka para ulama pada akhir abad ke-4 H enetapkan penutupan pintu ijtihad dan membatasi kekuasaan para hakim dan para pemberi fatwa dengan pendapat-pendapat yang ditinggalkan oleh ulama-ulama sebelum Sehingga dapat disimpulkan bahwa ulama tersebut mengobati kekacauan dengan kebekuan Masa Kebangkitan Pemikiran Hukum Islam • Setelah mengalami kemudnuran pemikiran Hukum Islam yang cukup panjang, maka lahirlah beberapa pemikir pembaharuan Islam dan Hukum Islam. • Pemikiran Hukum Islam tersebut kembali kepada alQuran dan Assunnah sebagai landasan ijtihad. • Perkembangan dunia yang berubah (berkembangnya peradaban Barat) mendorong para pemikir pembaharu Islam seperti Alafgani, Muhammad Abduh, Rasyid Ridho dan lain sebagainya, menginginkan adanya perubahan dan perkembangan pemikiran Hukum Islam sehingga muslim tidak tertinggal oleh perkembangan dunia modern. • Cara untuk membangkitkan kembali dunia pemikiran Islam penting untuk melakukan ijtihad-ijtihad yang didasarkan pada alQuran dan Assunnah sebagai sumber hukum Islam utama, yang diadaptasikan dengan kondisi yang ada. Seminar Paris 1951 • Diskusi mengenai sistem Hukum Islam dalam perkembangan era modern dan post-modern, mendorong negara-negara Barat (Eropa dan Amerika) untuk melakukan berbagai studi. • Diantaranya terselenggaranya seminar Paris pada tahun 1951. • Isinya diantaranya adalah pertama; bahwa prinsip-prinsip dalam hukum Islam tidak dapat dipertikaikan lagi. • Hal ini dapat dimaknai bahwa hukum Islam yang telah berproses sejak masa pembentukannya di era kenabian yang kemudian terus berkembang dan puncaknya terjadi di masa Bani Abasiah, membuktikan adanya sebuah sistem hukum yang telah terstruktur dan sistematis yang memiliki logika-logika pemikiran. • Kedua; hasil seminar Paris memberikan pernyataan bahwa madzhab-madzhab yang lahir dalam pemikiran hukum Islam menunjukkan adanya kedalaman intelektual dan teknik-teknik dalam praktik hukum. TERIMAKASIH