Anda di halaman 1dari 18

Dakwah Dalam Islam

Makalah Studi Keislaman

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas

Dibimbing oleh :
M. Nasrul Arifin, M. HI

Disusun oleh :
KELOMPOK 9 (TMT-2E)
1. Nikmatus Salamah (126204203185)
2. Ulfia Diana Nafiisah (126204201067)
3. Usvia Dewi Masita (126204202134)

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN


IAIN TULUNGAGUNG
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

1
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat karunia dan
hidayahNYA sehingga kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Dakwah Dalam
Islam” untuk memenuhi tugas mata kuliah Studi Keislaman dengan baik.
Terselesaikannya makalah ini tidak lepas dari bantuan dari berbagai pihak, untuk itu
penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Prof. H. Maftukhin, M.Ag. selaku Rektor IAIN Tulungagung yang telah memberikan
izin dan fasilitas untuk penyusunan makalah ini.
2. Dr.H. Abd. Aziz, M.Pd. selaku Wakil Rektor I IAIN Tulungagung yang telah
memberikan dukungan untuk penyusunan makalah ini.
3. Prof. Dr. Hj. Binti Maunah, M.Pd.I. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu
Keguruan (FTIK) sekaligus Dosen Pembimbing mata kuliah Dasar-Dasar Pendidikan
yang telah ikhlas membimbing kami.
4. Dr. Ummu Sholihah, S.Pd., M.Si. selaku Ketua Jurusan yang memberikan telah izin
dan dukungan atas penyusunan makalah ini.
5. Nasrul Arifin, M. HI selaku Dosen Pembimbing mata kuliah Studi Keislaman yang
telah memberikan tugas ini kepada kami.
6. Civitas akademika IAIN Tulungagung yang selalu memberikan dukungan kepada
kami.
7. Teman-teman kelas TMT E semester 2 Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan tahun
pelajaran 2020/2021 yang telah membantu penyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih terdapat banyak
kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami mengharapkan adanya kritik
dan saran demi perbaikan pembuatan makalah.Mudah-mudahan memberi manfaat.Kami
mohon maaf yang sebesar-besarnya jika terdapat katakata yang kurang berkenan.

Tulungagung, 24 Maret 2021

Penulis

2
DAFTAR ISI

Halaman Judul 1

Kata Pengantar 2

Daftar Isi 3

BAB I : PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


4
1.2. Rumusan Masalah 4
1.3. Tujuan
5

BAB II : PEMBAHASAN

2.1. Tujuan Dakwah Islam 6

2.2. Dasar dan Konsep Dakwah Islam 8

2.3. Metode Dakwah Islam 9

2.4 Keutamaan Dakwah Islam 12

BAB III : PENUTUP

3.1. Kesimpulan
17
3.2. Saran
17

Daftar Pustaka 18

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dakwah merupakan bagian yang sangat penting di dalam Islam, karena berkembang
tidaknya ajaran agama Islam dalam kehidupan masyarakat merupakan aktifitas dari berhasil
tidaknya dakwah yang dilaksanakan, sebagai ajaran yang menuntut penyampaian dan
penyebaran. Setiap muslim senantiasa berada dalam kisaran fungsi dan misi risalah melalui
media dakwah, baik ke dalam maupun ke luar lingkungan umat Islam, dengan
memperhatikan akidah, akhlak, dan ketentuan lainya yang intinya sesuai dengan konsep
Islam ( Saefudin, 1996 : 1 ). Dakwah menurut istilah mengandung beberapa arti yang
beragam. Banyak para ahli ilmu dakwah memberikan definisi menurut versi sudut pandang
yang berbeda.

Dalam proses dakwah perlu menggunakan metode, namun metode tersebut harus
disesuaikan dengan kondisi yang dihadapi. Untuk itu dipertimbangkan metode yang akan
digunakan dan cara penerapannya, karena sukses dan tidaknya suatu program dakwah sering
dinilai dari segi metode yang dipergunakan. Hal ini disebabkan masalah yang dihadapi oleh
dakwah semakin berkembang dan kompleks, sehingga metode yang berhasil di suatu tempat
tidak dapat dijadikan tolak ukur daerah lain ( Abdullah, 1993 : 1 ).

Di samping materi juga masalah metode dakwah khususnya di kalangan remaja perkotaan
dalam menghadapi perkembangan zaman perlu adanya optimalisasi fungsi dan
perkembangannya. Sehingga sudah saatnya untuk mengadakan evaluasi, pembaharuan, dan
pengembangan dakwah. Dalam melaksanakan dakwah itu tidak hanya dilakukan oleh
perorangan saja, akan tetapi dilaksanakan secara kerja sama atau dengan kata lain adalah
dengan membentuk organisasi dakwah Islam. Pengorganisasian dapat dirumuskan sebagai
rangkaian aktifitas menyusun suatu kerangka yang menjadi wadah. Bagi segenap kegiatan
usaha dakwah organisasi inilah yang merupakan sesuatu kekuatan bagi umat Islam yang
disusun dalam satu kesatuan baik material, spiritual, maupun fisik material ( Saefudin, 1996 :
2 ).

1.2. Rumusan Masalah


1. Bagaimana tujuan dakwah dalam islam ?

4
2. Bagaimana dasar hukum dan konsep dakwah dalam islam ?
3. Bagaimana metode dakwah dalam islam ?
4. Apakah keutamaan dakwah dalam islam ?

1.3. Tujuan
1. Untuk mengetahui Tujuan dakwah dalam islam.
2. Untuk mengetahui dasar hukum dan konsep dakwah dalam islam.
3. Untuk mengetahui metode dakwah dalam islam.
4. Untuk mengetahui keutamaan dakwah islam.

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Tujuan Dakwah Islam

a. Pengertian

Menurut ilmu tata bahasa Arab, kata dakwah berbentuk “isim masdar” yang berasal dari
fiil (kata kerja) [da’a] ‫ –]دعا‬yad’u] ‫ ]يدعو‬da’watan] ‫ )دعوة‬yang artinya memanggil, mengajak,
atau menyeru).2 Sedangkan pengertian dakwah secara terminologi yeng telah dikemukakan
oleh para ahli adalah sebagai berikut:

1. Prof. Toha Yahya Umar, M.A. dalam bukunya Ilmu Dakwa mendefinisikan dakwah
adalah mengajak manusia dengan cara bijaksana kepada jalan yang benar sesuai
dengan perintah Tuhan untuk keselamatan dan kebahasiaan mereka di dunia dan
akhirat.

2. Prof. H.M. arifin M.Ed. dalam bukunya Psikologi dakwah Suatu Pengantar Studi,
mendefinisikan dakwah sebagai suatu kegiatan ajakan baik dalam bentuk lisan,
tulisan, tingkah laku, dan sebagainya yang dilakukan secara sadar dan berencana
dalam usaha mempengaruhi orang lain baik secara individual maupun secara
kelompok agar timbul dalam dirinya suatu pengertian, kesadaran, sikap, penghayatan
serta pengamalan terhadap agama sebagai message yang disampaikan kepadanya
dengan tanpa adanya unsur-unsur pemaksaan.

3. Asmuni Syukir dalam bukunya Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam mendefinisikan


istilah dakwah dari dua segi yakn pengertian dakwah yang bersifat pembinaan dan
bersifat pengembangan. Pengertian dakwah yang bersifat pembinaan adalah suatu
usaha mempertahankan syari at sehingga menjadi manusia yang mendapatkan
kebahagiaan di dunia ‟ dan di akhirat, sedangkan pengertian dakwah yang bersifat
pengembangan adalah usaha untuk mengajak manusia yang belum beriman kepada
Allah untuk metaati syari at Islam supaya ‟ (memeluk agama Islam) supaya hidup
bahagia dan sejahtera di dunia maupun di akhiat.

Menurut beberapa pendapat yang menjelaskan tentang pengertian dakwah di atas, maka
dapat disimpulkan dakwah adalah usaha mengubah situasi yang buruk menjadi lebih baik
dalam rangka membangun masyarakat islami berdasarkan kebenaran agama Islam yang

6
hakiki. Perwujudan dakwah bukan sekedar usaha peningkatan pemahaman keagamaan dalam
tingkah laku dan pandangan hidup, tetapi menuju sasaran yang luas dan menyeluruh dalam
berbagai aspek kehidupan. Hakekat yang paling penting adalah adanya keyakinan atau
kepercayaan bahwa Allah hanya satu dan tiada satu pun yang dapat menyamai-Nya, sehinga
mau melaksanakan perintah-Nya. Hukum dakwah adalah wajib a’in, dalam arti wajib bagi
setiap muslim untuk berdakwah sesuai dengan apa ayang ia ketahui. Obyek dakwah dengan
uruturutan kepada diri sendiri, keluarga, sanak keluarga dekat atau sanak famili, sebagian
kelompok, kepada seluruh umat manusia.Berdakwah perlu menggunakan metode, yaitu cara
dakwah yang teratur dan terprogram secara baik agar maksud mengajak melaksanakan
ajaran-ajaran agama Islam dengan baik dan sempurna. Metode dakwahnya dengan Hikmah,
Maw’izhah Hasanah, Berdiskusi atau Tukar Fikiran Dengan Cara Yang Baik, menyam-
paikan sautu kisah, perumpamaan, tanya jawab, dan keteladanan yang baik.

b. Tujuan Dakwah Islam

Tujuan utama dakwah adalah mewujudkan kebahagiaan dan kesejahteraan hidup di dunia dan
akhirat yang diridhai oleh Allah SWT. Yakni dengan menyampaikan nilai-nilai yang dapat
mendatangkan kebahagiaan dan kesejahteraan yang diridhai Allah SWT sesuai dengan segi
atau bidangnya masing-masing. Setelah diangkat menjadi rasul Allah SWT, Rasulullah SAW
melakukan dakwah Islam baik secara lisan, tulisan maupun perbuatan. Beliau memulai
dakwahnya kepada istrinya, keluarganya dan sahabat karibnya. Awalnya dakwah dilakukan
secara sembunyi-sembunyi, karena situasi tak memungkinkan. Namun, setelah jumlah
sahabat yang memeluk Islam bertambah banyak, dakwah pun mulai dilakukan secara terang-
terangan.

‫ س*معت رس*ول اهلل ص*لى اهلل‬:‫ قال‬-‫رضي اهلل عنه‬- ‫عن أبي سعيد الخدري‬
،‫ فإن لم يستطع فبلسانه‬،‫ من رأى منكم منك*را فليغيره بيده‬:‫علي*ه وس*لم يق*ول‬
‫ ليس وراء ذلك من اإليمان حبة‬: ‫ وذلك أضعف اإليمان وفي رواية‬،‫فإن لم يستطع فبقلبه‬
‫خردل‬

Dari Abu Sa’id Al Khudry -radhiyallahu ‘anhu- berkata, saya mendengar Rasulullah
shallallahu ‘alahi wa sallam bersabda, “Barang siapa di antara kamu yang melihat
kemungkaran, maka hendaklah ia merubah (mengingkari) dengan tangannya, jika tidak
mampu hendaklah ia merubah (mengingkari) dengan lisannya, jika tidak mampu hendaklah ia

7
merubah dengan hatinya, dan itulah keimanan yang paling lemah.” (HR. Muslim no. 49)
Tujuan dakwah menurut Masyhur Amin, dibagi menjadi dua bagian yakni tujuan dari segi
obyeknya dan tujuan dari segi materinya.

a. Tujuan dakwah dari segi obyeknya


1. Tujuan perorangan, yaitu terbentuknya pribadi muslim yang mempunyai iman yang
kuat, perilaku sesuai dengan hukum-hukum yang disyari atkan Allah SWT dan
berakhlak ‟ karimah.
2. Tujuan untuk keluarga, yakni terbentuknya keluarga bahagia penuh ketentraman dan
cinta kasih antara anggota keluarga.
3. Tujuan untuk masyarakat, yaitu terbentuknya masyarakat yang sejahtera yang penuh
dengan suasana ke-Islaman.
4. Tujuan untuk seluruh umat manusia, yaitu terbentuknya masyarakat dunia yang penuh
dengan kedamaian dan ketenangan.
b. Tujuan dakwah dari segi materinya
1. Tujuan akidah, yaitu tentramnya suatu akidah yang mantap di setiap hati seseorang,
sehingga keyakinankeyakinan tentang ajaran-ajaran Islam tidak lagi dicampuri dengan
keraguan.
2. Tujuan hukum, yaitu kepatuhan setiap orang kepada hukum-hukum yang disyari
atkan ‟ oleh Allah SWT.
3. Tujuan akhlak, yaitu terbentuknya muslim yang berbudi luhur dihiasi dengan sifat
sifat yang terpuji dan bersih dari sifat yang tercela.

2.2. Dasar Hukum Dan Konsep Dakwah dalam Islam

a. Dasar dasar hukum dakwah

Kewajiban berdakwah merupakan kewajiban yang bersifat taklifi dari Alloh


Subhanahu Wata’ala kepada umat-Nya, agar apa yang menjadi tujuan islam dapat tercapai.
Karena sifatnya taklifi dan qat’i, maka jelaslah bahwa dasar hukum dakwah pastinya berasal
dari sumber utama hukum islam yaitu Al-Qur’an dan Hadist. Dalam hal ini seluruh ulama
telah bersepakat mengenai wajibnya berdakwah. Akan tetapi yang masih menjadi perdebatan
diantara mereka adalah, apakah kewajiban tersebut bersifat ainiyah ( wajib bagi setiap
individu muslim ) atau sekedar wajib kifayah ( kewajibannya gugur manakal sudah ada salah
seorang yang melakukan ).

Dalil kewajiban dakwah


Terlepas dari kontradiksi sebagaimana diatas, mengenai dasar hukum dakwah telah
dijelaskan oleh Alloh Subhanahu Wata’ala didalam Al-Qur’an maupun Rosululloh dalam

8
hadistnya. Adapun ayat Al-Qur’an yang menjelaskan dasar hukum dakwah yaitu
sebagaimana terdapat dalam ayat ayat Al-Qur’an sebagai berikut :
Surah An-Nahl ayat 125 :

‫ض• َّل ع َْن َس•بِ ْيلِ ِه َوهُ• َو أَ ْعلَ ُم‬


َ  ْ‫ك هُ• َو أَ ْعلَ ُم بِ َمن‬
َ َّ‫ك بِ ْال ِح ْك َم ِة َو ْال َموْ ِعظَ ِة ْال َح َسنَ ِة َو َج• ا ِد ْلهُ ْم بِ•الَّتِي ِه َي أَحْ َس•نُ إِ َّن َرب‬
َ ِّ‫ع ِإلِى َسبِي ِْل َرب‬ ُ ‫ْد‬
َ‫بِ ْال ُم ْهت ِد ْين‬
َ

“serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan
bantahlah mereka dengan cara yang baik (pula). Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih
mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui
orang orang yang mendapat petunjuk”

Surah Ali Imron ayat 104

ِ ْ‫َو ْلتَ ُك ْن ِم ْن ُك ْم أُ َّمةٌ يَ ْد ُعوْ نَ إِلَى ْال َخي ِْر َويَأْ ُمرُوْ نَ بِ ْال َم ْعرُو‬
َ ِ‫ف َويَ ْنهَوْ نَ َع ِن ْال ُم ْن َك ِر َوأُولَئ‬
َ‫ك هُ ُم ْال ُم ْفلِحُوْ ن‬

“Dan hendaklah ada diantara kalian segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan,
menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar, merekalah orang orang
yang beruntung.”

b. Konsep dakwah dalam islam

Dakwah adalah suatu proses penyampaian, ajakan atau seruan kepada orang lain atau
kepada masyarakat agar mau memeluk, mempelajari, dan mengamalkan.

2.3. Metode Dakwah


Dari segi bahasa metode berasal dari dua kata yaitu “meta” (melalui) dan “hodos”
(jalan, cara). Metode adalah cara atau jalan yang harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan.
Sumber yang lain menyebutkan bahwa metode berasal dari bahasa Jerman methodica, artinya
ajaran tentang metode. Dalam bahasa Yunani metode berasal dari kata methodos artinya jalan
yang dalam bahasa Arab disebut thariq.1 metode dakwah adalah jalan atau cara untuk
menunjang keberhasilan dakwah seluruh umat manusia demi tercapainya kemaslahatan

hidup di dunia dan akhirat. Metode dakwah tentunya didasari asas-asas Islam sesuai apa yang
diperintah oleh Allah SWT dan apa yang dicontohkan pribadi Rasulullah SAW. Adapun
mengenai sumber-sumber metode dakwah

sebagai berikut:

a. Al-Qur‟an
Di dalam Al-Qur‟an banyak sekali ayat yang membahas tentang masalah dakwah. Di
antara ayat-ayat tersebut ada yang berhubungan dengan kisah para rasul dalam

1
M. Munir, Metode Dakwah, Cet. Ke-3, Jakarta: Kencana, 2009, Hal.6

9
menghadapi umatnya. Selain itu, ada ayat-ayat yang ditujukan kepada Nabi
Muhammad ketika beliau melancarkan dakwahnya. Semua ayat-ayat tersebut
menunjukkan metode yang harus dipahami dan dipelajari oleh umat muslim.
b. Sunnah Rasul
Di dalam sunnah rasul banyak kita temui hadits-hadits yang berkaitan dengan
dakwah. Begitu juga sejarah hidup dan perjuangannya dan cara-cara yang beliau pakai
dalam menyiarkan dakwahnya baik ketika beliau berjuang di Makkah maupun di
Madinah. Semua ini memberikan contoh dalam metode dakwahnya. Karena
setidaknya kondisi yang dihadapi Rasulullah SAW ketika itu dialami juga oleh juru
dakwah yang sekarang ini.
c. Sejarah Hidup para Sahabat dan Fuqaha
Dalam sejarah hidup para sahabat-sahabat besar dan para fuqaha cukuplah
memberikan contoh baik yangsangat berguna bagi juru dakwah. Karena mereka
adalah orang yang expert dalam bidang agama. Muadz bin Jabal dan para sahabat
lainnya merupakan figur yang patut dicontoh sebagai kerangka acuan dalam
mengembangkan misi dakwah.
d. Pengalaman
Experience Is The Best Teacher, itu adalah motto yang punya pengaruh besar bagi
orang-orang yang suka bergaul dengan orang banyak. Pengalaman juru dakwah
merupakan hasil pergaulannya dengan orang banyak yang kadangkala dijadikan
reference ketika berdakwah.2

Di antara ayat yang paling penting untuk dijadikan sebagai acuan dalam melaksanakan
dakwah (metode dakwah) adalah lebih merujuk pada QS. 16:125.

‫•و أَ ْعلَ ُم‬ َ ‫ك ه َُو أَ ْعلَ ُم بِ َمن‬


َ •ُ‫ض• َّل عَن َس•بِيلِ ِهۦ ۖ َوه‬ َ َّ‫ك بِ ْٱل ِح ْك َم ِة َو ْٱل َموْ ِعظَ ِة ْٱل َح َسنَ ِة ۖ َو ٰ َج ِد ْلهُم بِٱلَّتِى ِه َى أَحْ َسنُ ۚ إِ َّن َرب‬
َ ِّ‫ع إِلَ ٰى َسبِي ِل َرب‬
ُ ‫ٱ ْد‬
َ‫بِ ْٱل ُم ْهتَ ِدين‬

Artinya : “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang
baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang
lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalgacu pada an-Nya dan Dialah yang
lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.”

2
Ibid., Hal.19-21

10
Berdasarkan ayat di atas, dalam melaksanakan atau melakukan seruan dan ajakan menuju
jalan Allah (Islam) para pelaku dakwah dapat berpedoman pada ayat tersebut, yaitu dengan
menggunakan al-hikmah, al-mauidzah hasanah, mujadalah bi alalati hiya ahsan.3

1.) Bi al-hikmah
Dalam tafsir Ibnu Katsir, Imam Ibnu Jarir menyebutkan bahwa maksud dari kata
hikmah adalah wahyu yang telah diturunkan oleh Allah berupa Al-Qur’an dan as-
Sunnah.
Selain pengartian kata hikmah denga kedua wahyu tersebut, M. Abduh berpendapat
bahwa hikmah adalah mengetahui rahasia dan faedah dalam tiap – tiap hal. Hikmah
juga diartikan dengan ucapan yang sedikit lafadz akan tetapi memiliki banyak makna
atau dapat diartikan meletakkan sesuatu sesuai tempat yang semestinya. Orang yang
memiliki hikmah disebut al-hakim yaitu orang yang memiliki pengetahuan yang
paling utama dari segala sesuatu. Selain itu Al-Zamaksyari mengartikan kata al-
hikmah dalam al-Kasyaf dengan sesuatu yang pasti benar. Al-Hikmah adalah dalil
yang menghilangkan keraguan ataupun kesamaran. Selanjutnya beliau menyebutkan
bahwa al-hikmah juga diartikan sebagai al-Qur’an yakni ajaklah manusia mengikuti
kitab yang memuat al-hikmah.

2.) Al-Mau’idzah al-hasana ( pelajaran yang baik )


Dalam tafsir Al-Baghawi dijelaskan bahwa  berdakwah dengan al-mau’idzah al-
hasanah adalah mengajak manusia dengan memberikan motivasi dan juga penakutan
atas perbuatan buruk yang dilakuakan. Selain itu diartikan pula bahwa maksud
dari al-mau’idzah al-hasanah adalah ucapan yang lembut yang tidak mengandung
kekerasan.
Sedangkan dalam tafsir al-Manaar diartikan bahwa al-Mau’idzah adalah bentuk isim
dari lafadz wa’adza yang artinya wasiat kepada kebenaran dan kebaikan juga wasiat
untuk menjauhkan diri dari kebatilan dan keburukan dengan jalan memberikan
motivasi dan penakut-nakutan dimana dengan hal itu akan msampai ke hati yang
diberi wasiat yang akan menjadikan orang tersebut mengerjakan kebaikan dan
meninggalkan keburukan.
Dari pengertian di atas maka al-mau’idzah al-hasanah mengandung beberapa hal
berikut :
3
Syukriadi Sambas, Sembilan pasal pokok-pokok filsafat Dakwah. (Bandung: KP
Hadid Fakultas Dakwah IAIN Bandung, 1999), Hal. 62.

11
a.    Nasihat ataupun petuah
b.    Bimbingan dan pengajaran
c.    Kisah – kisah
d.   Kabar gembira dan peringatan
e.    Wasiat ( pesan – pesan positif )

3.) Al-mujadalah al-ahsan (Berdebat)


Dalam pengerian bahasa kata mujadalah diambil dari kata jadala yang berarti
memintal, ataupun melilit. Kemudian kata tersebut diikutkan pasda wazan faa’ala
menjadi kata jaadala yang berarti berdebat atau berbantahan dengan.
Secara istilah kata mujaadalah memiliki beberapa pengertian, diantaranya adalah
sebagai berikut :
a. Menurut Sayyid Muhammad Thanthawi mujadalah berarti upaya untuk
mengalahkan pendapat  lawan dengan memberikan argumentasi dan bukti
yang kuat.
b. Menurut tafsir Al-Nasafi kata tersebut berarti berbantahan dengan jalan
sebaik – baiknya antara lain denga perkataan yang lunak, lemah lembut,
tidak dengan perkataan yang kasar atau dengan mempergunakan suatu
perkataan yang bisa menyadarkan hati, membangunkan jiwa dan menerangi
akal pikiran.4

2.4. Keutamaan Dakwah

Ketentuan berdakwah sebenarnya bukan hanya tugas para ustadz dan ustadzah, tapi tugas kita
selaku umat Nabi Muhammad SAW. Dari Abdullah bin Amru, dia berkata, Rasulullah SAW
bersabda: “Sampaikanlah dariku meskipun hanya satu ayat ....” (HR Tirmidzi). Hadis ini
melandaskan kewajiban untuk berdakwah. Kewajiban tersebut berlaku bagi setiap Muslim
laki-laki dan perempuan. Tidak ada alasan untuk tidak menunaikan kewajiban dakwah. Hal
ini tampak dari perintah untuk menyampaikan (dakwah) meskipun satu ayat. Dan, rasanya,
tidak ada seorang Muslim pun yang tidak menerima atau memahami satu ayat. Berdakwah

4
Istimror, “Metode Dakwah Dalam Surah An-Nahl(16):125” (http://istimroor-
belajar.blogspot.com/2012/06/normal-0-false-false-false-in-x-none-ar.html?m=1, Diakses pada 20 Juni 2012).

12
bukan kewajiban yang diperintahkan oleh para ulama, kiai, atau oleh siapa pun. Akan tetapi
merupakan perintah dari Allah SWT secara langsung kepada setiap individu Muslim.5

Berikut ini kami uraikan keutamaan dakwah dan hadis yang berkaitan dengannya:

1. Dakwah adalah Muhimmatur Rusul (Tugas Utama Para Rasul alaihimussalam).


Para Rasul alaihimussalam adalah orang yang diutus oleh Allah SWT untuk
melakukan tugas utama mereka, yakni berdakwah kepada Allah. Keutamaan dakwah
terletak pada disandarkannya kerja dakwah ini kepada manusia yang paling utama dan
mulia yakni Rasulullah SAW dan saudara-saudara beliau para Nabi & Rasul
alaihimussalam. Seperti firman Allah SWT.

َ‫صي َر ٍة أَنَا َو َم ِن اتَّبَ َعنِي َو ُس ْب َحانَ هَّللا ِ َو َما أَنَا ِمنَ ْال ُم ْش ِر ِكين‬
ِ َ‫قُلْ هَ ِذ ِه َسبِيلِي أَ ْدعُو إِلَى هَّللا ِ َعلَى ب‬

Katakanlah (Hai Muhammad): "Inilah jalanku: aku dan orang-orang yang


mengikutiku berdakwah (mengajak kamu)  kepada Allah dengan hujjah yang nyata,
Maha Suci Allah, dan aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik". (Yusuf (12):
108).

Ayat di atas menjelaskan jalan Rasulullah saw dan para pengikut beliau yakni jalan
dakwah. Maka barangsiapa mengaku menjadi pengikut beliau saw, ia harus terlibat
dalam dakwah sesuai kemampuannya.

2. Dakwah adalah Ahsanul A’mal (Amal yang Terbaik).


Dakwah adalah amal yang terbaik, karena dakwah memelihara amal Islami di dalam
pribadi dan masyarakat. Membangun potensi dan memelihara amal sholeh adalah
amal dakwah, sehingga dakwah merupakan aktivitas dan amal yang mempunyai
peranan penting di dalam menegakkan Islam. Tanpa da’wah ini maka amal sholeh
tidak akan berlangsung.
َ‫ال إِنَّنِي ِمنَ ْال ُم ْسلِ ِمين‬ َ ‫َو َم ْن أَحْ َسنُ قَوْ الً ِّم َّمن َدعَا إِلَى هَّللا ِ َو َع ِم َل‬
َ َ‫صالِحًا َوق‬
Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang berdakwah (menyeru)
kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: "Sesungguhnya aku
termasuk orang-orang yang menyerah diri?" (Fushilat (41): 33).

5
Jummuah amin abdulaziz, addakwah Qowaid wa Usul, teri.abdus salam maskyur solo: ( PT era adi citra
intermadia 2015) hal 27

13
Ibnu Jarir Ath-Thabari rahimahullah mengatakan dalam tafsirnya: Allah swt menyeru
manusia: “Wahai manusia, siapakah yang lebih baik perkataannya selain orang yang
mengatakan Rabb kami adalah Allah, kemudian istiqamah dengan keimanan itu,
berhenti pada perintah dan larangan-Nya, dan berdakwah (mengajak) hamba-hamba
Allah untuk mengatakan apa yang ia katakan dan mengerjakan apa yang ia lakukan.”
(Tafsir Ath-Thabari, Jami’ul Bayan Fi Ta’wil Al-Quran, 21/468).

3. Pendakwah memperoleh pahala yang besar.


Rasulullah SAW bersabda :

.‫النَّ َع ِم‬ ‫حُ ْم••• ُر‬  َ‫لَ•••ك‬  َ‫يَ ُك•••ون‬ ‫أَ ْن‬ ‫ ِم ْن‬ ‫ك‬ َ ‫يَهْ••• ِد‬ ‫أَل َ ْن‬ ِ ‫ فَ َوهَّللا‬:‫وس•••لملِ َعلِ ٍي‬ ‫علي•••ه‬ ‫هللا‬ ‫ص•••لى‬ ِ‫هللا‬ ‫ َر ُس•••و ُل‬ ‫قَ•••ا َل‬
َ •••َ‫ل‬ ‫ َر ُجالً َخيْ••• ٌر‬  َ‫بِ•••ك‬ ُ ‫هَّللا‬ ‫ي‬
‫وأحمد‬ ‫ومسلم‬ ‫البخاري‬ ‫رواه‬

Sabda Rasulullah saw kepada Ali bin Abi Thalib: “Demi Allah, sesungguhnya Allah
swt memberikan hidayah kepada seseorang dengan (da’wah)mu, maka itu lebih baik
bagimu dari unta merah.” (HR. Bukhari, Muslim & Ahmad).

Hadits ini menunjukkan bahwa usaha seorang da’i menyampaikan hidayah kepada
seseorang adalah sesuatu yang amat besar nilainya di sisi Allah swt, lebih besar dan
lebih baik dari kebanggaan seseorang terhadap kendaraan mewah miliknya.

ُ
ِ ‫أج‬ ‫ ِم ْن‬  ُ‫يَ ْنقُص‬  ‫بِهَا َواَل‬ ‫ َع ِم َل‬ ‫ َم ْن‬ ‫أَجْ ِر‬ ‫ ِم ْث ُل‬ ُ‫لَه‬ ‫ب‬
 ‫اإْل ِ ْس••اَل ِم‬ ‫ َسنَّفِي‬ ‫ َو َم ْن‬ ‫ َش ْي ٌء‬ ‫ُور ِه ْم‬ َ ِ‫ ُكت‬ ُ‫بَ ْع َده‬ ‫فَ ُع ِملَبِهَا‬ ً‫ َح َسنَة‬ ً‫ ُسنَّة‬ ‫اإْل ِ ْساَل ِم‬ ‫فِي‬ ‫ َس َّن‬ ‫َم ْن‬
ِ َ‫أَوْ ز‬ ‫ ِم ْن‬  ُ‫ َواَل يَ ْنقُص‬ ‫بِهَ••••••ا‬ ‫••••••ل‬
‫ َش•••••• ْي ٌء‬ ‫ار ِه ْم‬ َ ‫ َع ِم‬ ‫ َم ْن‬ ‫ ِو ْز ِر‬ ‫ ِم ْث•••••• ُل‬ ‫ َعلَيْ•••••• ِه‬ ‫ب‬•َ ِ‫بَعْ•••••• َدهُ ُكت‬ ‫بِهَ••••••ا‬ ‫فَ ُع ِم•••••• َل‬ ً‫ َسيِّـئَة‬ ً‫ُس••••••نَّة‬
)‫عنه‬ ‫هللا‬ ‫رضي‬ ِ ‫هَّللا‬ ‫ َع ْب ِد‬ ‫ب ِْن‬ ‫ير‬
ِ ‫ َج ِر‬ ‫مسلم َع ْن‬ ‫(رواه‬

“Siapa yang mencontohkan perbuatan baik dalam Islam, lalu perbuatan itu
setelahnya dicontoh (orang lain), maka akan dicatat untuknya pahala seperti pahala
orang yang mencontohnya tanpa dikurangi sedikitpun pahala mereka yang
mencontohnya. Dan barangsiapa mencontohkan perbuatan buruk, lalu perbuatan itu
dilakukan oleh orang lain, maka akan ditulis baginya dosa seperti dosa orang yang
menirunya tanpa mengurangi mereka yang menirunya." (HR. Muslim dari Jarir bin
Abdillah ra).

4. Dakwah dapat menjadi penyelamat dari azab Allah SWT (An-Najatu minal ‘Azab)
Dakwah yang dilakukan oleh seorang da’i akan membawa manfaat bagi dirinya
sebelum manfaat itu dirasakan oleh orang lain yang menjadi objek dawahnya (mad’u).

14
Manfaat itu antara lain adalah terlepasnya tanggung jawabnya di hadapan Allah SWT
sehingga ia terhindar dari adzab Allah SWT.
 Tersebutlah sebuah daerah yang bernama “Aylah” atau “Eliah” sebuah
perkampungan Bani Israil. Penduduknya diperintahkan Allah untuk menghormati hari
Jumat dan menjadikannya hari besar, namun mereka tidak bersedia dan lebih
menyukai hari Sabtu. Sebagai hukumannya Allah swt melarang mereka untuk
mencari dan memakan ikan di hari Sabtu, dan Allah membuat ikan-ikan tidak muncul
kecuali di hari Sabtu. Sekelompok orang kemudian melanggar larangan ini dan
membuat perangkap ikan sehingga ikan-ikan di hari Sabtu masuk ke dalam perangkap
lalu mereka mengambilnya di hari ahad dan memakannya. Sementara orang-orang
yang tidak melanggar larangan Allah terbagi menjadi dua kelompok yaitu mereka
yang mencegah kemunkaran dan mereka yang diam saja.
Terjadilah dialog antara orang-orang yang diam saja dengan mereka yang  berdakwah
mengingatkan saudara-saudaranya yang melanggar larangan Allah. Dialog ini
disebutkan dalam Al-Quran:

َ‫ت ِإ ْذ تَ••أْتِي ِه ْم ِحيتَ••انُهُ ْم يَ••وْ َم َس• ْبتِ ِه ْم ُش•رَّعا ً َويَ••وْ َم الَ يَ ْس•بِتُونَ ال‬ِ ‫ض َرةَ ْالبَحْ ِر إِ ْذ يَ ْع ُدونَ فِي ال َّس ْب‬ ِ ‫َت َحا‬ ْ ‫َواسْأ َ ْلهُ ْم َع ِن ْالقَرْ يَ ِة الَّتِي َكان‬
ْ ُ‫ت أُ َّمةٌ ِّم ْنهُ ْم لِ َم تَ ِعظُونَ قَوْ ًما هَّللا ُ ُم ْهلِ ُكهُ ْم أَوْ ُم َع ِّذبُهُ ْم َع َذابًا َش ِديدًا قَ••ال‬
‫وا َم ْع• ِذ َرةً إِلَى‬ ْ َ‫ َوإِ ْذ قَال‬ . َ‫ك نَ ْبلُوهُم بِ َما َكانُوا يَ ْف ُسقُون‬ َ ِ‫تَأْتِي ِه ْم َك َذل‬
ْ ُ‫س بِ َما َكان‬
َ‫وا يَ ْف ُسقُون‬ ْ ‫نج ْينَا الَّ ِذينَ يَ ْنهَوْ نَ ع َِن السُّو ِء َوأَخ َْذنَا الَّ ِذينَ ظَلَ ُم‬
ٍ ‫وا بِ َع َذا‬
ٍ ‫ب بَئِي‬ َ َ‫ُوا بِ ِه أ‬
ْ ‫ُوا َما ُذ ِّكر‬
ْ ‫فَلَ َّما نَس‬ . َ‫َربِّ ُك ْم َولَ َعلَّهُ ْم يَتَّقُون‬

“Dan tanyakanlah kepada Bani Israil tentang negeri yang terletak di dekat laut ketika
mereka melanggar aturan pada hari Sabtu, di waktu datang kepada mereka ikan-ikan
(yang berada di sekitar) mereka terapung-apung di permukaan air, dan di hari-hari
yang bukan Sabtu, ikan-ikan itu tidak datang kepada mereka. Demikianlah Kami
mencoba mereka disebabkan mereka berlaku fasik. Dan (ingatlah) ketika suatu umat
di antara mereka berkata: "Mengapa kamu menasehati kaum yang Allah akan
membinasakan mereka atau mengazab mereka dengan azab yang amat keras?"
Mereka menjawab: "Agar kami mempunyai alasan (pelepas tanggung jawab) kepada
Tuhanmu, dan supaya mereka bertakwa. Maka tatkala mereka melupakan apa yang
diperingatkan kepada mereka, Kami selamatkan orang-orang yang melarang dari
perbuatan jahat dan Kami timpakan kepada orang-orang yang zalim dengan siksaan
yang keras, disebabkan mereka selalu berbuat fasik”. (Al-A’raf (7): 163-165).

  Dalam ayat diatas disebutkan jawaban orang-orang yang berdakwah ketika ditanya
mengapa mereka menasehati orang-orang yang melanggar perintah Allah :
15
a. Agar menjadi argumentasi & penyelamat kami dihadapan Allah swt ( ‫ َربِّ ُك‬ ‫إِلَى‬ ً‫َم ْع ِذ َرة‬
‫)م‬
ْ
b. Agar mereka bertaqwa. ( َ‫يَتَّقُون‬ ‫) َولَ َعلَّهُ ْم‬

Dan secara tegas Allah menyelamatkan orang-orang yang melarang perbuatan


maksiat dari adzab-Nya.

5. Da’wah adalah Jalan Menuju Khairu Ummah


Rasulullah saw berhasil mengubah masyarakat jahiliyah menjadi umat terbaik
sepanjang zaman dengan dakwah beliau. Rasulullah saw melakukan tarbiyah
mencetak kader-kader dakwah di kalangan para sahabat beliau di rumah Arqam bin
Abil Arqam ra, beliau juga mengutus Mush’ab bin Umair ra ke Madinah untuk
membentuk basis dan cikal bakal masyarakat terbaik di Madinah (Anshar).
Jalan yang ditempuh oleh Rasulullah saw ini adalah juga jalan yang sepatutnya
ditempuh untuk mengembalikan kembali kejayaan umat Islam. Imam Malik bin Anas
ra berkata:

َ  ‫بِ َما‬ َّ‫إِال‬ ‫األُ َّم ِة‬ ‫هَ ِذ ِه‬ ‫آخ ُر‬


‫بِ ِهأ َ َّولُهَا‬ ‫صلُ َح‬ ِ  ‫يَصْ لُ ُح‬ َ‫ال‬

Akhir umat ini tidak menjadi baik kecuali menggunakan cara yang digunakan untuk
memperbaiki generasi awalnya. (Nashiruddin Al-AlBani, Fiqhul Waqi’ hlm 22).

Umat Islam harus memainkan peran dakwah & amar ma’ruf nahi munkar dalam
semua kondisi dan era, baik ketika memperjuangkan terbentuknya khairu ummah
maupun ketika cita-cita khairu ummah itu telah terwujud. Allah swt berfirman:

ِ ‫اس تَأْ ُمرُونَ بِ ْال َم ْعر‬


ِ ‫ُوف َوتَ ْنهَوْ نَ َع ِن ْال ُمن َك ِر َوتُ ْؤ ِمنُونَ بِاهَّلل ِ َولَوْ آ َمنَ أَ ْه ُل ْال ِكتَا‬
‫ب لَ َكانَ خَ ْيرًا لَّهُم ِّم ْنهُ ُم‬ ِ َّ‫ت لِلن‬ ْ ‫ُكنتُ ْم َخ ْي َر أُ َّم ٍة أُ ْخ ِر َج‬
َ‫ْال ُم ْؤ ِمنُونَ َوأَ ْكثَ ُرهُ ُم ْالفَا ِسقُون‬

Kalian adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada
yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. (Ali Imran
(3): 110).6

6
Ikadi,“Keutamaan Dakwah” (http://ikadi.or.id/index.php/article/keutamaan-dakwah-fadhail-addawah,
Diakses pada 20 Januari 2012).

16
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan
1. Dakwah adalah usaha mengubah situasi yang buruk menjadi lebih baik dalam rangka
membangun masyarakat islami berdasarkan kebenaran agama Islam yang hakiki.
Tujuan utama dakwah adalah mewujudkan kebahagiaan dan kesejahteraan hidup di
dunia dan akhirat yang diridhai oleh Allah SWT. Yakni dengan menyampaikan nilai-
nilai yang dapat mendatangkan kebahagiaan dan kesejahteraan yang diridhai Allah
SWT sesuai dengan segi atau bidangnya masing-masing.
2. Kewajiban berdakwah merupakan kewajiban yang bersifat taklifi dari Alloh
Subhanahu Wata’ala kepada umat-Nya, agar apa yang menjadi tujuan islam dapat
tercapai. Karena sifatnya taklifi dan qat’i, maka jelaslah bahwa dasar hukum dakwah
pastinya berasal dari sumber utama hukum islam yaitu Al-Qur’an dan Hadist. Dakwah
adalah suatu proses penyampaian, ajakan atau seruan kepada orang lain atau kepada
masyarakat agar mau memeluk, mempelajari, dan mengamalkan
3. Sumber sumber dakwah islam antara lain yaitu Al-Qur’an, sunnah Rasul, Sejarah
Hidup para Sahabat dan Fuqaha, pengalaman. Metode dakwah islam dapat berupa al-
hikmah, al-mauidzah hasanah, mujadalah bi alalati hiya ahsan.
4. Keutamaan dakwah islam yaitu Dakwah adalah Muhimmatur Rusul (Tugas Utama
Para Rasul alaihimussalam), Dakwah adalah Ahsanul A’mal (Amal yang Terbaik),
Pendakwah memperoleh pahala yang besar, Dakwah dapat menjadi penyelamat dari
azab Allah SWT (An-Najatu minal ‘Azab), Da’wah adalah Jalan Menuju Khairu
Ummah.
3.2. Saran
1. Sebagai mahasiswa kita perlu menerapkan metode dakwah dalam islam pada
kehidupan sehari – hari.
2. Sebagai mahasiswa pula kita perlu menerima dakwah baik secara al-hikmah, al-
mauidzah hasanah, maupun mujadalah bi alalati hiya ahsan.

17
 

18

Anda mungkin juga menyukai