“Makalah ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Kelompok pada Mata Kuliah Strategi
Pembelajaran Berbasis Digital dengan Dosen Pembimbing Rotua SP Simanullang, S.Pd., M.Si”
KELOMPOK 5
FAKULTAS EKONOMI
APRIL 2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-nya sehingga
kami dapat menyelesaikan tugas Makalah yang berjudul Model Pembelajaran Berbasis Masalah
tepat pada waktunya.
Adapun tujuan penulisan dari Makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari Ibu Rotua SP
Simanullang, S.Pd., M.Si pada mata kuliah Strategi Pembelajaran Berbasis Digital. Selain itu,
Makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang Teori Model Pembelajaran Berbasis
Masalah bagi para pembaca dan juga bagi kami.
Makalah yang kami tulis ini berbicara mengenai teori Model Pembelajaran Berbasis Masalah.
Kami menuliskannya dengan mengambil dari beberapa sumber baik dari buku maupun dari internet
dan membuat gagasan dari beberapa sumber yang ada tersebut.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Rotua SP Simanullang, S.Pd., M.Si yang telah
memberikan tugas ini sehingga dapat menambah wawasan kami sesuai dengan bidang studi yang
kami tekuni.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah ini. Hingga tersusun Makalah yang
sampai dihadapan pembaca pada saat ini
Kami juga menyadari bahwa Makalah yang kami tulis ini masih banyak kekurangan. Karena
itu, sangat diharapkan bagi pembaca untuk menyampaikan saran atau kritik yang membangun demi
tercapainya Makalah yang lebih baik kedepannya.
Kelompok 5
i
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................................... 1
A. Latar Belakang ......................................................................................................... 1
B. Batasan Masalah....................................................................................................... 2
C. Rumusan Masalah .................................................................................................... 2
D. Tujuan ..................................................................................................................... 2
E. Manfaat .................................................................................................................... 2
A. Kesimpulan ............................................................................................................ 17
B. Saran ...................................................................................................................... 18
ii
DAFTAR TABEL
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada proses pembelajaran di kelas hingga saat ini masih juga ditemukan pengajar yang
memposisikan peserta didik sebagai objek belajar, bukan sebagai individu yang harus
dikembangkan potensi yang dimilikinya. Hal ini dapat mematikan potensi peserta didik. Dan dalam
keadaan tersebut peserta didik hanya mendengarkan pidato guru di depan kelas, sehingga mudah
sekali peserta didik merasa bosan dengan materi yang diberikan. Akibatnya, peserta didik tidak
paham dengan apa yang baru saja disampaikan oleh guru.
Pada model pembelajaran berbasis masalah berbeda dengan model pembelajaran yang lainnya,
dalam model pembelajaran ini, peranan guru adalah menyodorkan berbagai masalah, memberikan
pertanyaan, dan memfasilitasi investigasi dan dialog. Guru memberikan kesempatan kepada peserta
didik untuk menetapkan topik masalah yang akan dibahas, walaupun sebenarnya guru telah
menetapkan topik masalah apa yang harus dibahas. Hal yang paling utama adalah guru
menyediakan perancah atau kerangka pendukung yang dapat meningkatkan kemampuan
penyelidikan dan intelegensi peserta didik dalam berpikir. Proses pembelajaran diarahkan agar
peserta didik mampu menyelesaikan masalah secara sistematis dan logis. Model pembelajaran ini
dapat terjadi jika guru dapat menciptakan lingkungan kelas yang terbuka dan jujur, karena kelas itu
sendiri merupakan tempat pertukaran ide-ide peserta didik dalam menanggapi berbagai masalah.
Jika dilihat dari sudut pandang psikologi belajar, model pembelajaran ini berdasarkan pada
psikologi kognitif yang berakar dari asumsi bahwa belajar adalah proses perubahan tingkah laku
berkat adanya pengalaman. Melalui model pembelajaran ini peserta didik dapat berkembang secara
utuh, artinya bukan hanya perkembangan kognitif, tetapi peserta didik juga akan berkembang dalam
bidang affektif dan psikomotorik secara otomatis melalui masalah yang dihadapi.
Model pembelajaran berbasis masalah mengambil psikologi kognitif sebagai dukungan
teoritisnya. Fokus pembelajaran pada model ini menekankan pada apa yang peserta didik pikirkan
selama mereka terlibat dalam proses pembelajaran, bukan pada apa yang mereka kerjakan dalam
proses pembelajaran.
Seperti halnya model pembelajaran kooperatif, model pembelajaran berbasis masalah ini
menemukan akar intelektualnya dalam karya John Dewey. Di dalam Democracy and Education
(1916), Dewey mendiskripsikan pandangan tentang pendidikan dengan sekolah sebagai cermin
masyarakat yang lebih besar dan kelas akan menjadi laboratorium untuk penyelidikan dan
1
pengentasan masalah kehidupan nyata. Pedagogis Dewey mendorong guru untuk melibatkan
peserta didik dalam berbagai proyek berorientasi masalah dan membantu mereka menyelidiki
berbagai masalah sosial dan intelektual penting.
B. Batasan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan diatas maka dalam Makalah ini di fokuskan untuk
pencarian Model pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) yang lebih efektif
untuk meningkatkan minat belajar siswa.
C. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah pengertian Pembelajaran Berbasis Masalah?
2. Bagaimanakah ciri-ciri Pembelajaran Berbasis Masalah?
3. Apa komponen-komponen yang mendukung Pembelajaran Berbasis Masalah?
4. Bagaimanakah konsep dasar Pembelajaran Berbasis Masalah?
5. Bagaimanakah langkah-langkah serta sintaks (implementasi/pelaksanaan) dalam
Pembelajaran Berbasis Masalah?
6. Bagaimanakah penilaian serta evaluasi Pembelajaran Berbasis Masalah?
7. Apa kelebihan serta kekurangan Pembelajaran Berbasis Masalah?
D. Tujuan
1. Mengetahui pengertian Pembelajaran Berbasis Masalah.
2. Mengidentifikasi ciri-ciri Pembelajaran Berbasis Masalah.
3. Mengetahui fitur-fitur yang mendukung Pembelajaran Berbasis Masalah.
4. Mengetahui konsep dasar Pembelajaran Berbasis Masalah.
5. Mengetahui langkah-langkah serta sintaks (implementasi/pelaksanaan) dalam
Pembelajaran Berbasis Masalah.
6. Mengetahui penilaian serta evaluasi Pembelajaran Berbasis Masalah.
7. Mengidentifikasi kelebihan serta kekurangan Pembelajaran Berbasis Masalah.
E. Manfaat
1. Dapat memberikan kontribusi pada dunia pendidikan mengenai model pembelajaran yang
efektif.
2. Sebagai sumber untuk menambah pengalaman, wawasan mahasiswa serta khasanah
pengalaman tentang efektivitas pembelajaran.
2
BAB II
KAJIAN TEORI
Model pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi
siswa untuk belajar tentang berfikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah, serta untuk
memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensi dari mata pelajaran. Dalam hal ini siswa
terlibat dalam penyelidikan untuk pemecahan masalah yang mengintegrasikan keterampilan
dan konsep dari berbagai isi materi pelajaran.
Menurut Arends (dalam Trianto, 2007:68) pembelajaran berbasis masalah adalah: Suatu model
pembelajaran dimana siswa mengerjakan permasalahan yang otentik dengan maksud untuk
menyusun pengetahuan mereka sendiri, mengembangkan inkuiri dan keterampilan berfikir tingkat
tinggi, mengembangkan kemandirian dan percaya diri.
Beberapa definisi menurut para ahli di atas dapat penulis simpulkan bahwa model pembelajaran
berbasis masalah adalah salah satu strategi pembelajaran yang digunakan oleh guru dalam proses
kegiatan pembelajaran dengan menggunakan masalah sebagai langkah untuk mengumpulkan
3
pengetahuan, sehingga dapat merangsang siswa untuk berfikir kritis dan belajar secara individu
maupun kelompok kecil sampai menemukan solusi dari masalah tersebut. Peran guru pada model
pembelajaran masalah yaitu sebagai fasilitator dan membuktikan asumsi juga mendengarkan
perspektif yang ada pada siswa sehingga yang berperan aktif di dalam kelas pada saat pembelajaran
adalah siswa.
4
berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran dan guru sebagai fasilitator juga memperhatikan
keterampilan bertanya siswa.
Pembelajaran berbasis masalah tidak dirancang untuk membantu guru memberikan informasi
sebanyak-banyaknya kepada siswa. Pembelajaran berbasis masalah dikembangkan untuk membantu
siswa mengembangkan kemampuan berpikir, pemecahan masalah, dan keterampilan intelektual;
belajar berbagai peran orang dewasa melalui pelibatan meeka dalam pengalaman nyata atau
simulasi dan menjadi pebelajar yang otonom dan mandiri.
Terdapat sejumlah tujuan dari problem based learning ini. Berdasarkan Barrows, Tamblyn
(1980) dan Engel (1977), problem based learning dapat meningkatkan kedisiplinan dan kesuksesan
dalam hal:
Menurut Sudjana, Tugas guru adalah membantu para siswa merumuskan tugas-tugas, dan bukan
menyajikan tugas-tugas pelajaran. Objek pelajaran tidak dipelajari dari buku, tetapi masalah yang
ada di sekitarnya.
Menurut Smith (dalam Amir, 2013:27), manfaat pembelajaran berbasis masalah adalah:
5
dekat dan sekaligus melakukan banyak mengajukan pertanyaan menyelidiki bukan sekedar
hafal saja maka pembelajaran akan lebih memahami materi.
2) Meningkatkan fokus pada pengetahuan yang relevan.
Dengan kemampuan pendidik membanguan masalah yang sarat dengan konteks praktik,
pembelajaran bisa merasakan lebih baik konteks operasinya di lapangan.
3) Mendorong untuk berfikir
Dengan proses yang mendorong pembelajaran untuk mempertanyakan, kritis, reflektif maka
mafaat ini berpeluang terjadi. Pembelajaran dianjurkan untuk tidak terburu-buru
menyipulkan, mencoba menemukan landasan argumennya dan fakta-fakta yang mendukung
alasan. Nalar pembelajaran dilatih dan kemampuan berfikir ditingkatkan. Tidak sekedar tahu,
tapi juga dipikirkan.
4) Membangun kerja tim, kepemimpinan dan keterampilan sosial
Pembelajaran diharapkan memahami perannya dalam kelompok, menerima pandangan orang
lain, bisa memberikan pengertian bahkan untuk orang-orang yang barangkali tidak mereka
senangi. Keterampilan yang sering disebut bagian dari soft skills ini, seperti juga hubungan
interpersonal dapat mereka kembangkan. Dalam hal tertentu, pengalaman kepemimpinan
juga dapat dirasakan. Mereka mempertimbangkan strategi memutuskan dan persuasif dengan
orang lain.
5) Membangun kecakapan belajar
Pembelajaran perlu dibiasakan untuk mampu belajar terus meneru. Ilmu keterampilan yang
mereka butuhkan nanti akan terus berkembang, apapun bidang pekerjaannya. Jadi mereka
harus mengembangkan bagaimana kemampuan untuk belajar.
6) Memotivasi pembelajaran
Motivasi belajar pembelajaran, terlepas dari apapun metode yang kita gunakan, selalu
menjadi tantangan. Dengan model pembelajaran berbasis masalah, kita punya peluang untuk
membangkitkan minat dari dalam diri, karena kita menciptakan masalah dengan konteks
pekerjaan. Berdasarkan pendapat Smith mengenai manfaat pembelajaran berbasis masalah
penulis menyimpulkan model pembelajaran berbasis masalah ini memiliki berbagai macam
manfaat sehingga menimbulkan efek positif bagi siswa, dan dengan menggunakan model
pembelajaran berbasis masalah ini berharap dapat meningkatkan motivasi, percaya diri dan
yang terpenting adalah hasil belajar siswa atau hasil belajar siswa sehingga nilai yang
dihasilkan siswa bisa melibihi dari Kriteria Ketuntasan Minimal yang ditentukan.
6
D. Langkah-langkah Model Pembelajaran Berbasis Masalah.
Arends (dalam Hariyanto dan Warsono, 2012, h. 401) mengemukakan sintaks pembelajaran
berbasis masalah yaitu:
Sedangkan, John Dewey seorang 6 langkah Model Pemebelajaran Berbasis Masalah yang
kemudian dia namakan metode pemecahan masalah (problem solving), yaitu :
a. Merumuskan masalah yaitu langkah siswa menentukan masalah yang akan dipecahkan.
b. Menganalisis masalah, yaitu langkah siswa meninjau masalah secar kritis dari berbagai
sudut pandang.
c. Merumuskan hipotesis yaitu langkah siswa merumuskan berbagai kemungkinan pemecahan
sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya.
d. Mengumpulkan data, yaitu langkah siswa mencari dan menggambarkan informasi yang
diperlukan untuk pemecahan masalah.
e. Pengujian hipotesis, yaitu langkah siswa mengambil atau merumuskan kesimpulan sesuai
dengan penerimaan dan penolakan hipotesis yang diajukan.
f. Merumuskan rekomendasi pemecahan masalah yang dapat dilakukan sesuia rumusan hasil
pengujian hipotesis dan rumusan kesimpulan.
Sesuai dengan tujuan SPBM adalah untuk menumbuhkan sikap ilmiah, dari beberapa bentuk
SPBM yang dikemukakan para ahli, maka secara umum SPBM bisa dilakukan dengan langkah-
langkah :
7
1. Menyadari Masalah
Implementasi SPBM adalah harus dimulai dengan kesadaran adanya masalah yang harus di
pecahkan. Pada tahapan ini guru membimbing siswa pada kesadaran adanya kesenjangan
atau gap yang dirasakan oleh manusia atau lingkungan sosial. Kemampuan yang harus
dicapai oleh siswa pada tahapan ini adalah siswa dapat menentukan atau menangkap
kesenjangan yang terjadi dari berbagai fenomena yang ada. Mungkin pada tahap ini siswa
dapat menemukan lebih dari satu, akan tetapi guru dapat mendorong siswa agar menentukan
satu atau dua kesenjangan yang pantas untuk dikaji baik melalui kelompok kecil atau
bahkan individual.
2. Merumuskan Masalah
Bahan pelajaran dalam bentuk topik yang dapat dicari dari kesenjangan, selanjutnya
difokuskan pada masalah apa yang pantas untuk dikaji. Rumusan masalah sangat penting,
sebab selanjutnya akan berhubungan dengan kejelasan dan kesamaan persepsi tentang
masalah dan berkaitan dengan data-data apa yang harus dikumpulkan untuk
menyelesaikannya. Kemampuan yang diharapkan dari siswa dalam langkah ini adalah siswa
dapat menentukan prioritas masalah. Siswa dapat memanfaatkan pengetahuannya untuk
mengkaji, memerinci, dan menganalisis masalah sehingga pada akhirnya muncul rumusan
masalah yang jelas, spesifik, dan dapat dipecahkan.
3. Merumuskan Hipotesis
Sebagai proses berpikir ilmiah yang merupakan perpaduan dari berpikir deduktif dan
induktif, maka merumuskan hipotesis merupakan langkah penting yang tidak boleh
ditinggalkan.
4. Mengumpulkan Data
Yaitu sebagai proses berpikir empiris, keberadaan data dalam proses berpikir ilmiah
merupakan hal yang sangat penting. Sebab, menentukan cara menyelesaikan masalah sesuai
dengan hipotesis yang diajukan harus diajukan sesuai dengan data yang ada. Kemampuan
yang diharapkan pada tahap ini adalah kecakapan siswa untuk mengumpulkan dan memilah
data, kemudian memetakan dan menyajikan dalam berbagai tampilan sehingga mudah
dipahami.
5. Menguji hipotesis
Berdasarkan data yang dikumpulkan, akhirnya siswa mengumpulkan hipotesis mana yang
diterima dan mana yang ditolak kemampuan yang diharapkan dari siswa dalam tahapan ini
adalah kecakapan menelaah data dan sekaligus membahasnya untuk melihat hubungannya
dengan masalah yang dikaji. Di samping itu, diharapkan siswa dapat mengambil keputusan
dan mengambil kesimpulan.
8
6. Menentukan pilihan penyelesaian
Merupakan akhir dari proses SPBM. Kemampuan diharapkan dari tahapan ini adalah
kecakapan memilih alternatif penyelesaian yang memungkinkan dapat dilakukan serta dapat
memperhitungkan kemungkinan yang akan terjadi sehubungan dengan alternatif yang
dipilihnya, termasuk memperhitungkan akibat yang akan terjadi pada pilihannya.
Menurut Hariyanto dan Warsono (2012:52), kelebihan dari penerapan model pembelajaran
berbasis masalah antara lain:
1) Siswa akan terbiasa menghadapi masalah dan merasa tertantang untuk menyelesaikan
masalah, yang ada dalam kehidupan sehari-hari;
2) Memupuk solidaritas sosial dengan terbiasa berdiskusi dengan teman-teman sekelompok
kemudian berdiskusi dengan teman-teman sekelasnya;
3) Semakin mengakrabkan guru dengan siswa;
4) Karena ada kemungkinan suatu masalah harus diselesaikan siswa melalui eksperimen hal
ini juga akan membiasakan siswa dalam menerapkan metedo eksperimen.
1) Tidak banyak guru yang mampu mengantarkan siswa kepada pemecahan masalah;
2) Sering kali memerlukan biaya mahal dan waktu yang panjang:
3) Aktivitas siswa yang dilaksanakan di luar sekolah sulit dipantau guru.
Kesimpulan penulis, dalam setiap model pembelajaran pasti ada kelebihan dan kekurangannya,
maka dari itu penulis menyimpulkan bahwa guru ataupun calon guru harus pandai memilih model
pembelajaran dan harus mampu menutupi kekurangan dari model pembelajaran yang akan
digunakan.
9
BAB III
PEMBAHASAN
Pengajaran berdasarkan masalah ini telah dikenal sejak zaman John Dewey. Menurut Dewey
(dalam Trianto, 2009:91) belajar berdasarkan masalah adalah interaksi antara stimulus dan respon,
merupakan hubungan antara dua arah belajar dan lingkungan. Lingkungan memberikan masukan
kepada peserta didik berupa bantuan dan masalah, sedangkan sistem saraf otak berfungsi
menafsirkan bantuan itu secara efektif sehingga masalah yang dihadapi dapat diselidiki, dinilai,
dianalisis, serta dicari pemecahannya dengan baik.
Pembelajaran Berbasis Masalah yang berasal dari bahasa Inggris Problem-based Learning
adalah suatu pendekatan pembelajaran yang dimulai dengan menyelesaikan suatu masalah, tetapi
untuk menyelesaikan masalah itu peserta didik memerlukan pengetahuan baru untuk dapat
menyelesaikannya.
Pembelajaran Berbasis Masalah melibatkan peserta didik dalam proses pembelajaran yang
aktif, kolaboratif, berpusat kepada peserta didik, yang mengembangkan kemampuan pemecahan
masalah dan kemampuan belajar mandiri yang diperlukan untuk menghadapi tantangan dalam
kehidupan dan karier, dalam lingkungan yang bertambah kompleks sekarang ini. Pembelajaran
Berbasis Masalah dapat pula dimulai dengan melakukan kerja kelompok antar peserta didik. peserta
didik menyelidiki sendiri, menemukan permasalahan, kemudian menyelesaikan masalahnya di
bawah petunjuk fasilitator (guru).
Pembelajaran Berbasis Masalah menyarankan kepada peserta didik untuk mencari atau
menentukan sumber-sumber pengetahuan yang relevan. Pembelajaran berbasis masalah
memberikan tantangan kepada peserta didik untuk belajar sendiri. Dalam hal ini, peserta didik lebih
diajak untuk membentuk suatu pengetahuan dengan sedikit bimbingan atau arahan guru sementara
10
pada pembelajaran tradisional, peserta didik lebih diperlakukan sebagai penerima pengetahuan yang
diberikan secara terstruktur oleh seorang guru.
Oleh karena itu, pengajaran berdasarkan masalah merupakan pendekatan yang efektif untuk
pengajaran proses berfikir tingkat tinggi. Pembelajaran ini membantu peserta didik untuk
memproses informasi yang sudah jadi dalam benaknya dan menyusun pengetahuan mereka sendiri
tentang dunia sosial dan sekitarnya. Pembelajaran ini cocok untuk mengembangkan pengetahuan
dasar maupun kompleks.
11
ilmiah dilakukan melalui tahapan-tahapan tertentu, sedangkan empiris artinya proses
penyelesaian masalah didasarkan pada data dan fakta yang jelas.
C. Komponen-Komponen Pembelajaran Berbasis Masalah
12
e. Guru bermaksud mengembangkan kemampuan peserta didik dalam menganalisis situasi,
menerapkan pengetahuan, mengenal antara fakta dan pendapat, serta mengembangkan
kemampuan dalam membuat tugas secara objektif.
John Dewey seorang ahli pendidikan berkebangsaan Amerika memaparkan 6 langkah dalam
pembelajaran berbasis masalah ini :
1. Merumuskan masalah. Guru membimbing peserta didik untuk menentukan masalah yang akan
dipecahkan dalam proses pembelajaran, walaupun sebenarnya guru telah menetapkan masalah
tersebut.
2. Menganalisis masalah. Langkah peserta didik meninjau masalah secara kritis dari berbagai
sudut pandang.
3. Merumuskan hipotesis. Langkah peserta didik merumuskan berbagai kemungkinan pemecahan
sesuai dengan pengetahuan yang dimiliki.
4. Mengumpulkan data. Langkah peserta didik mencari dan menggambarkan berbagai informasi
yang diperlukan untuk memecahkan masalah.
5. Pengujian hipotesis. Langkah peserta didik dalam merumuskan dan mengambil kesimpulan
sesuai dengan penerimaan dan penolakan hipotesis yang diajukan
6. Merumuskan rekomendasi pemecahan masalah. Langkah peserta didik menggambarkan
rekomendasi yang dapat dilakukan sesuai rumusan hasil pengujian hipotesis dan rumusan
kesimpulan.
Sedangkan menurut David Johnson & Johnson memaparkan 5 langkah melalui kegiatan kelompok :
13
Secara umum langkah-langkah model pembelajaran ini adalah :
1. Menyadari Masalah. Dimulai dengan kesadaran akan masalah yang harus dipecahkan.
Kemampuan yang harus dicapai peserta didik adalah peserta didik dapat menentukan atau
menangkap kesenjangan yang dirasakan oleh manusia dan lingkungan sosial.
2. Merumuskan Masalah. Rumusan masalah berhubungan dengan kejelasan dan kesamaan
persepsi tentang masalah dan berkaitan dengan data-data yang harus dikumpulkan. Diharapkan
peserta didik dapat menentukan prioritas masalah.
3. Merumuskan Hipotesis. peserta didik diharapkan dapat menentukan sebab akibat dari masalah
yang ingin diselesaikan dan dapat menentukan berbagai kemungkinan penyelesaian masalah.
4. Mengumpulkan Data. peserta didik didorong untuk mengumpulkan data yang relevan.
Kemampuan yang diharapkan adalah peserta didik dapat mengumpulkan data dan memetakan
serta menyajikan dalam berbagai tampilan sehingga sudah dipahami.
5. Menguji Hipotesis. Peserta didik diharapkan memiliki kecakapan menelaah dan membahas
untuk melihat hubungan dengan masalah yang diuji.
6. Menetukan Pilihan Penyelesaian. Kecakapan memilih alternatif penyelesaian yang
memungkinkan dapat dilakukan serta dapat memperhitungkan kemungkinan yang dapat terjadi
sehubungan dengan alternatif yang dipilihnya.
7. Merumuskan Masalah. Rumusan masalah berhubungan dengan kejelasan dan kesamaan
persepsi tentang masalah dan berkaitan dengan data-data yang harus dikumpulkan. Diharapkan
peserta didik dapat menentukan prioritas masalah.
8. Merumuskan Hipotesis. peserta didik diharapkan dapat menentukan sebab akibat dari masalah
yang ingin diselesaikan dan dapat menentukan berbagai kemungkinan penyelesaian masalah.
9. Mengumpulkan Data. peserta didik didorong untuk mengumpulkan data yang relevan.
Kemampuan yang diharapkan adalah peserta didik dapat mengumpulkan data dan memetakan
serta menyajikan dalam berbagai tampilan sehingga sudah dipahami.
10. Menguji Hipotesis. Peserta didik diharapkan memiliki kecakapan menelaah dan membahas
untuk melihat hubungan dengan masalah yang diuji.
11. Menetukan Pilihan Penyelesaian. Kecakapan memilih alternatif penyelesaian yang
memungkinkan dapat dilakukan serta dapat memperhitungkan kemungkinan yang dapat terjadi
sehubungan dengan alternatif yang dipilihnya.
14
TAHAP PERILAKU GURU
TAHAP 1 Orientasi peserta didik pada masalah Guru menjelaskan tujuan
pembelajaran, menjelaskan logistik yang dibutuhkan, mengajukan
fenomena atau demonstrasi atau cerita untuk memunculkan masalah,
memotivasi peserta didik untuk terlibat dalam pemecahan masalah
yang dipilih
TAHAP 2 Mengorganisasi peserta didik untuk belajar Guru membantupeserta
didikuntukmendefinisikandanmengorganisasitugasbelajar yang
berhubungandenganmasalahtersebut
TAHAP 3 Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok Guru
mendorong peserta didik untuk mengumpulkan informasi yang sesuai,
melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan
pemecahan masalah.
TAHAP 4 Mengembangkan dan menyajikan hasil karya Guru membantu peserta
didik dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti
laporan, video, dan model serta membantu mereka untuk berbagi tugas
dengan temannya.
TAHAP 5 Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah Guru
membantu peserta didik untuk melakukan refleksi atau evaluasi
terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka
gunakan.
Prosedur-prosedur penilaian harus disesuaikan dengan tujuan pengajaran yang ingin dicapai
dan hal yang paling utama bagi guru adalah mendapatkan informasi penilaian yang reliabel dan
valid. Prosedur evaluasi pada model pembelajaran berbasis masalah ini tidak hanya cukup dengan
mengadakan tes tertulis saja, tetapi juga dilakukan dalam bentuk checklist, reating scales, dan
performance. Untuk evaluasi dalam bentuk performance atau kemampuan ini dapat digunakan
untuk mengukur potensi peserta didik untuk mengatasi masalah maupun untuk mengukur kerja
kelompok. Evaluasi harus menghasilkan definisi tentang masalah baru, mendiagnosanya, dan mulai
lagi proses penyelesaian baru.
15
H. Keunggulan dan Kelemahan Model Pembelajaran Berbasis Masalah
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa strategi pembelajaran berbasis masalah harus
dimulai dengan kesadaran adanya masalah yang harus dipecahkan. Pada tahapan ini guru
membimbing peserta didik pada kesadaran adanya kesenjangan atau gap yang dirasakan oleh
manusia atau lingkungan sosial. Kemampuan yang harus dicapai oleh peserta didik, pada tahapan
ini adalah peserta didik dapat menentukan atau menangkap kesenjangan yang terjadi dari berbagai
fenomena yang ada.
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Pembelajaran Berbasis Masalah yang berasal dari bahasa Inggris Problem based Learning
adalah suatu pendekatan pembelajaran yang dimulai dengan menyelesaikan suatu masalah,
tetapi untuk menyelesaikan masalah itu siswa memerlukan pengetahuan baru untuk dapat
menyelesaikannya.
2. Model pembelajaran berbasis masalah adalah pembelajaran yang menekankan padaproses
penyelesaian masalah
3. Pembelajaran Berbasis Masalah melibatkan peserta didik dalam proses pembelajaran yang
aktif, kolaboratif, berpusat kepada peserta didik, yang mengembangkan kemampuan
pemecahan masalah dan kemampuan belajar mandiri yang diperlukan untuk menghadapi
tantangan dalam kehidupan dan karier, dalam lingkungan yang bertambah kompleks
sekarang ini
B. Saran
17
DAFTAR PUSTAKA
Suryaningrat, Widodo, dkk. 2009. Bank Soal Matematika untuk SMA kelas X, XI, dan XII.
Bandung: M2S Bandung.
Burg, Oudlaan. 2010. The Interdisciplinary Journal of Problem-based Learning. Spring. Vol. 4, no.
2.
Akmar, S. N., Sew, Lee. Integrating Problem-Based Learning (PBL) in Mathematics Method
Course. Spring. Vol. 4, no. 2
Sudarman. 2007. Problem Based Learning : Suatu Model Pembelajaran Untuk Mengembangkan
dan Meningkatkan Kemampuan Memecahkan Masalah. Jurnal Pendidikan Inovatif. Vol. 2
no. 2. PP. 68-73.
Muhson, A. 2009. Peningkatan Minat Belajar dan Pemahaman Mahasiswa Melalui Penerapan
Problem-Based Learning. Jurnal Kependidikan. Vol. 39, No. 2. PP. 171-182.
Suci, N. M. 2008. Penerapan Model Problem Based Learning Untuk Meningkatkan Partisipasi
Belajar dan Hasil Belajar Teori Akuntansi Mahasiswa Jurusan Ekonomi Undiksha. Jurnal
Penelitian dan Pengembangan Pendidikan. Vol. 2 no. 1. PP. 74-86.
Kokom Komalasari, Pembelajaran Kontekstual konsep dan aplikasi, Revika Aditama: Bandung,
cet-3, 2013.
Eveline Siregar dkk, Teori Belajar dan Pembalajaran, Ghalia Indonesia: Bogor, 2010.
18