Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

INOVASI PENDIDIKAN
‘STRATEGI DALAM INOVASI PENDIDIKAN’

DISUSUN
O
L
E
H
KELOMPOK 4:
1. ASTRID PUTRI TAUFIK (151421034)
2. NATALIYA H. IBRAHIM (151421059)
3. DITA PRATIWI DJAFAR ()

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2022
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatulahi Wabarakatuh


Alhamdulillah, segala puji bagi Allah S.W.T., Tuhan Yang Maha Esa, pada akhirnya makalah
yang Penyusun susun dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Inovasi Pendidikan telah
dapat diselesaikan. Makalah ini disusun dengan mengacu pada beberapa sumber buku dan
jurnal. Oleh sebab itu, sudah semestinya Penyusun mengucapkan terimakasih yang tidak
terhingga kepada :
1. Bpk Dr.Rustam I. Husain, M.Pd selaku dosen pembimbing Mata Kuliah Inovasi
Pendidikan.
2. Teman-teman pada Jurusan S1 PGSD kelas 2B terutama kepada teman-teman kelompok,
yang selalu memberikan motivasi dan beberapa masukan-masukan dalam penyusunan
makalah ini.
Penyusun menyadari bahwa penulisan makalah ini jauh dari kata sempurna. Namun, harapan
Penyusun semoga karya yang sederhana ini ada setitik manfaatnya, terutama untuk Penyusun
dan teman-teman yang telah membaca makalah ini. Amin ya Rabbal ‘alamin…

Gorontalo, Februari 2022

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................................2
DAFTAR ISI.............................................................................................................................................3
BAB 1.....................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.....................................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................................4
1.3 Tujuan..........................................................................................................................................4
BAB 2.....................................................................................................................................................5
PEMBAHASAN.......................................................................................................................................5
2.1 Strategi Inovasi Pendidikan..........................................................................................................5
1. Strategi Fasilitatif.......................................................................................................................5
2. Strategi Pendidikan....................................................................................................................7
3. Strategi Bujukan.........................................................................................................................8
4. Strategi Paksaan........................................................................................................................9
5. Strategi empiris rasional............................................................................................................9
6. Strategi normatif-redukatif......................................................................................................10
7. Strategi kebijakan administratif...............................................................................................11
8. Strategi gabungan politik administratif....................................................................................11
BAB 3...................................................................................................................................................14
PENUTUP.............................................................................................................................................14
3.1 Kesimpulan................................................................................................................................14
3.2 Saran..........................................................................................................................................14

3
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Strategi inovasi pendidikan merupakan salah satu faktor yang ikut menentukan
keberhasilan dan efektivitas perubahan sosial tergantung pada ketepatan penggunaan strategi.
Untuk dapat memilih suatu strategi yang tepat bukanlah suatu hal yang mudah. Hal ini
dikarenakan suatu strategi pendidikan memiliki kelemahan dan kelebihan, juga karena
sebenarnya strategi pendidikan itu terletak pada keberlanjutan dari tingkat yang paling lemah
(sedikit) tekanan paksaan dari luar, ke arah paling banyak (kuat).
Strategi pendidikan terdiri atas empat macam yakni, strategi fasilitatif (facilitative
strategies), strategi pendidikan (re-education strategies), strategi bujukan (persuasive
strategies), dan strategi paksaan (power strategies). Dalam keempat strategi tersebut sulit
menemukan adanya strategi dan pendidikan dikarenakan pada kenyataannya tidak memiliki
batasan-batasan yang jelas untuk membedakan strategi yang satu dengan yang lainnya.
Misalnya strategi fasilititatif, strategi fasilitatif mungkin juga dapat di pakai dalam strategi
pendidikan atau mungkin dalam strategi lainnya. Namun tergantung pada pelaksanaan
program perubahan sosial yang dapat memahami berbagai macam strategi, dapat memilih
untuk menentukan strategi yang akan dapat mencapai suatu tujuan perubahan sosial.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah berdasarkan permasalahan tersebut di atas adalah sebagai


berikut:

1. Apa pengertian strategi inovasi pendidikan?

2. Apa saja strategi inovasi pendidikan?

1.3 Tujuan

Tujuan ini antara lain:

1. Menelaah tentang strategi inovasi pendidikan.

4
2. Memaparkan jenis-jenis strategi inovasi pendidikan.

BAB 2

PEMBAHASAN

Dalam dunia pendidikan, strategi diartikan sebagai a plan, method, or series of activites
designed to acheieves a particular educational goal (Darmawan, 2012). Maka strategi dapat
diartikan sebagai perencanaan yang berisi tentang serangkaian kegiatan yang di desain untuk
mencapai tujuan pendidikan tertentu. Sedangkan inovasi adalah pembaharuan dalam ide,
gagasan dan produk barang dalam kehidupan manusia untuk mencapai tujuan hidup yang
lebih baik.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa strategi inovasi pendidikan adalah merupakan
rancangan-rancangan perencanaan dalam pembaharuan pendidikan agar tujuan pendidikan
dapat tercapai dengan maksimal.

2.1 Strategi Inovasi Pendidikan

Salah satu faktor yang ikut menentukan efektivitas pelaksanaan program perubahan sosial
adalah ketepatan penggunaan strategi. Akan tetapi, memilih strategi yang tepat bukan
pekerjaan yang mudah. Sukar untuk memilih satu strategi tertentu guna mencapai tujuan atau
target perubahan sosial tertentu.
Menurut Sa’ud Syaefuddin (2009, hlm. 61-62), strategi adalah tahap-tahap kegiatan yang
dilaksanakan untuk mencapai tujuan inovasi pendidikan. Pola strategi yang biasanya
digunakan adalah :
a) Desain

b) Kesadaran dan perhatian

c) Evaluasi

d) Percobaan

Beberapa strategi pendidikan, yaitu :

1. Strategi Fasilitatif

Pelaksanaan program perubahan sosial dengan menggunakan strategi fasilitatif artinya


untuk mencapai tujuan perubahan sosial yang telah ditentukan, diutamakan penyediaan

5
fasilitas dengan maksud agar program perubahan sosial akan berjalan dengan mudah dan
lancar. Strategi fasilitatif ini akan dapat dilaksnakan dengan tepat jika diperhatikan hal-hal
sebagai berikut:

a. Strategi fasilitatif dapat digunakan dengan tepat jika sasaran perubahan (klien)

b. Mengenal masalah yang dihadapi serta menyadari perlunya mencari target perubahan
(tujuan). Merasa perlu adanya perubahan atau perbaikan. Bersedia menerima bantuan dari
luar dirinya. Memiliki kemauan untuk berpartisipasi dalam usaha merubah atau
memperbaiki dirinya

c. Sebaiknya strategi fasilitatif biasanya dilaksanakan dengan disertai program


menimbulkan kesadaran pada klien atas tersedianya fasilitas atau tenaga bantuan yang
diperlukan.

d. Strategi fasilitatif tepat juga digunakan sebagai kompensasi motivasi yang rendah
terhadap usaha perubahan sosial.

e. Menyediakan berbagai fasilitas akan sangat bermanfaat bagi usaha perbaikan sosial jika
klien menghendaki berbagai macam kebutuhan untuk memenuhi tuntutan perubahan
sesuai yang diharapkan.

f. Penggunaan strategi fasilitatif dapat juga dengan cara menciptakan peran yang baru
dalam masyarakat jika ternyata peran yang sudah ada di masyarakat tidak sesuai dengan
penggunaan sumber atau fasilitas yang diperlukan.

g. Usaha perubahan dengan menyediakan berbagai fasilitas akan lebih lancar


pelaksanaannya jika pusat kegiatan organisasi pelaksana perubahan sosial, berada di
lokasi tempat tinggal sasaran (klien).

h. Strategi fasilitatif dengan menyediakan dana serta tenaga akan sangat diperlukan jika
klien tidak dapat melanjutkan usaha perubahan sosial karena kekurangan sumber dana
dan tenaga.

i. Perbedaan sub bagian dalam klien akan menyebabkan perbedaan fasilitas yang diperlukan
untuk penekanan perubahan tertentu pada waktu tertentu.

j. Strategi fasilitatif kurang efektif jika, digunakan pada kondisi sasaran perubahan yang
sangat kurang untuk menentang adanya perubahan sosial. Perubahan diharapkan berjalan
dengan cepat, serta tidak sikap terbuka dari klien untuk menerima perubahan.

6
Pelaksanaan program perubahan sosial dengan menggunakan strategi fasilitatif artinya untuk
mencapai tujuan perubahan sosial yang telah ditentukan, diutamakan penyediaan fasilitas
dengan maksud agar program perubahan sosial akan berjalan dengan mudah dan lancar.
Strategi Fasilitatif digunakan untuk memperbaharui bidang pendidikan. Adanya
kurikulum baru dengan pendekatan keterampilan proses misalnya, memerlukan perubahan
atau pembaharuan kegiatan belajar mengajar. Jika untuk keperluan tersebut digunakan
pendekatan fasilitatif, program pembaharuan yang dilaksanakan menyediakan berbagai
macam fasilitas dan sarana yang diperlukan.

2. Strategi Pendidikan

Pendidikan juga dipakai sebagai strategi untuk mencapai tujuan perubahan sosial.
Dengan menggunakan strategi pendidikan, perubahan sosial dilakukan dengan cara
menyampaikan fakta dengan maksud penggunaan fakta atau informasi untuk menentukan
tindakan yang akan dilakukan. Agar penggunaan strategi pendidikan dapat berlangsung
secara efektif, ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan, yaitu sebagai berikut:

a. Strategi pendidikan dapat digunakan secara tepat dalam kondisi dan situasi:

1) Apabila perubahan sosial yang diinginkan, tidak harus terjadi dalam waktu yang singkat
(tidak ingin segera cepat berubah).

2) Apabila sasaran perubahan (guru) belum memiliki keterampilan atau pengetahuan


tertentu yang diperlukan untuk melaksanakan program perubahan sosial.

3) Apabila menurut perkiraan akan terjadi penolakan yang kuat oleh guru terhadap
perubahan yang diharapkan.

4) Apabila dikehendaki perubahan yang sifatnya mendasar dari pola tingkah laku yang
sudah ada ke tingkah laku yang baru.

b. Strategi pendidikan untuk melaksanakan program perubahan akan efektif jika:

1) Digunakan untuk menanamkan prinsip-prinsip yang perlu dikuasai untuk digunakan


sebagai dasar tindakan selanjutnya, sesuai dengan tujuan perubahan sosial yang akan
dicapai.

2) Disertai dengan keterlibatan berbagai pihak, misalnya dengan donator dan berbagai
penunjang yang lain

7
3) Digunakan untuk menjaga agar guru tidak menolak perubahan atau kembali ke keadaan
sebelumnya.

4) Digunakan untuk menanamkan pengertian tentang hubungan antara gejala dan masalah,
menyadarkan adanya masalah dan memantapkan bahwa masalah yang dihadapi dapat
dipecahkan dengan adanya perubahan.

c. Strategi pendidikan akan kurang efektif, jika tidak tersedia sumber yang cukup untuk
menunjang kegiatan pendidikan. Strategi pendidikan juga kurang efektif jika digunakan
tanpa dilengkapi dengan strategi lain.

3. Strategi Bujukan

Program perubahan sosial dengan menggunakan strategi bujukan, artinya tujuan


perubahan sosial dicapai dengan cara membujuk (merayu) agar sasaran perubahan (guru) mau
mengikuti perubahan sosial yang direncanakan. Sasaran perubahan diajak untuk mengikuti
perubahan dengan cara memberikan alasan, mendorong, atau mengajak untuk mengikuti
contoh yang diberikan.
Strategi bujukan digunakan apabila:

a. Guru (sasaran perubahan) tidak berpartisipasi dalam proses perubahan

sosial.

b. Guru berada pada tahap evaluasi atau legitimasi dalam proses pengambilan keputusan
untuk menerima atau menolak perubahan sosial.

c. Guru diajak untuk mengalokasikan sumber penunjang perubahan dari kegiatan atau
program ke kegiatan atau program yang lain.

d. Masalah yang dianggap kurang penting atau jika cara pemecahan masalah kurang
efektif

e. Pelaksana program perubahan tidak memiliki alat kontrol secara langsung terhadap
sasaran perubahan.

f. Perubahan sosial sangat bermanfaat, tetapi mengandung risiko yang dapat


menimbulkan perpecahan.

g. Perubahan tidak dapat dicobakan, sukar dimengerti, dan tidak dapat diamati
manfaatnya secara langsung.

8
h. Dimanfaatkan untuk melawan penolakan terhadap perubahan pada saat awal
diperkenalkannya perubahan sosial yang diharapkan.

4. Strategi Paksaan

Pelaksaan program perubahan sosial dengan menggunakan strategi paksaan, artinya


dengan cara memaksa guru (sasaran perubahan) untuk mencapai tujuan perubahan. Kekuatan
paksaan artinya sejauh mana pelaksanaan perubahan dapat memaksa guru bergantung pada
tingkat ketergantungan guru dengan pelaksanaan perubahan. Kekuatan paksaan juga
dipengaruhi berbagai faktor, antara lain ketatnya pengawasan yang dilakukan pelaksanaan
perubahan terhadap guru.

Sebagaimana yang disampaikan oleh Ruswandi (2010, hlm. 21) setiap keputusan membuat
pembelajar dipaksa melakukan upaya perubahan yang nantinya berhubungan dengan
karakter. Maka dari itu penggunaan strategi paksaan perlu mempertimbangkan hal-hal
berikut:

a. Partisipasi guru terhadap proses perubahan sosial rendah dan tidak mau meningkatkan
partisipasinya.

b. Guru tidak merasa perlu untuk berubah atau tidak menyadari perlunya perubahan sosial

c. Guru tidak memiliki sarana penunjang untuk mengusahakan perubahan dan pelaksanaan
perubahan juga tidak mampu mengadakannya

d. Perubahan sosial yang diharapkan harus terwujud dalam waktu yang singkat.

Artinya, tujuan perubahan harus segera tercapai

e. Menghadapi usaha penolakan terhadap perubahan sosial atau untuk cepat mengadakan
perubahan sosial sebelum usaha penolakan terhadapnya bergerak

f. Guru sukar untuk menerima perubahan sosial, artinya sukar dipengaruhi

g. Menjamin keamanan percobaan perubahan sosial yang telah direncanakan.

5. Strategi empiris rasional

Strategi ini adalah bahwa manusia mampu memakai akalnya dan akan bertindak dengan
cara-cara yang rasional. Strategi ini didasarkan suatu pandangan yang optimistik, yang dapat

9
ditemukan di seluruh dunia. Ada beberapa strategi empiris-rasional yang merupakan dasar
seperti yang diketengahkan oleh Bennis, Bene, dan Chin yaitu:

a. Riset dasar dan persebaran pengetahuan melalui pendidikan umum.

b. Pemilihan dan penempatan personil.

c. Sistem analisis dan konsultant.

d. Riset terapan dan sistem-sistem mata rantai untuk difusi hasil-hasil riset

e. Pemikiran kaum utopis sebagai suatu strategi pembaharuan.

6. Strategi normatif-redukatif

Strategi ini dituliskan oleh sigmun freud, john dewey, kurt lewin, dan lain-lain. Yang
menjadi pusat terpenting adalah persoalan mengenai bagaimana klien memahami
permasalahannya. Masalah pembaharuan bukan perkara mengisi informasi teknis yang
memadai tetapi merupakan perkara pengubahan sikap, skill, nilai-nilai, dan hubungan-
hubungan manusia, bukan perubahan sikap saja tetapi perubahan produk-produk juga perlu.
Asumsi tentang motivasi ini berbeda dengan asumsi-asumsi yang mendasari strategi
empiris-rasional. Strategi ini didasarkan atas asumsi bahwa motivasi manusia berbeda dengan
dengan strategi empiris rasional, rasionalitas dan intelegensi manusia tidak dikesampingkan.
Pola-pola praktik dan perbuatan didukung oleh norma sosial budaya dari komitmen setiap
individu terhadap norma-norma.
Intelegensi merupakan sosial ketimbang individu secara sempit. Orang yang dibimbing
dalam perbuatan-perbuatan mereka secara sosial melalui pemberian dana dan
mengomunikasikan maksud-maksud norma-norma dalam institusiinstitusi. Hal ini didasarkan
atas anggapan bahwa agen pengubah mesti belejar bekerja secara bersekongkol untuk
memecahkan masalah-masalah yang di hadapi klein tersebut. Unsur-unsur yang berada di
bawah sadar (nonconscious) mesti dibawa ke dalam kesadaran dengan menggunakan metode-
metode serta konsepkonsep ilmu behaviorar. Kedua kelompok strategi ini meliputi:

1. Pengembangan kemampuan memecahkan problema dari suatu sistem.

2. Pelaksanaan serta pemeliharaan pertumbuhan dalam diri orang-orang yang menjalankan


sistem itu untuk diubah.

10
7. Strategi kebijakan administratif

Kewajiban (imposition) kekuasan adalah mengubah kondisi yang di dalamnya orang lain
bertindak dengan jalan membatasi alternatif. Sistem pendidikan di Eropa telah berkembang
dan teratur di bawah strategi ini, akan tetapi sampai sejauh mana strategi ini dianggap benar,
belum dapat dipastikan. Strategi-strategi kebijakan administratif masih sangat sering
digunakan, baik untuk kontrol maupun untuk pembentukan kembali sistem-sistem
pendidikan.

Bennis, Benne, dan Chin mengatakan : pendekatan-pendekatan administratif bukanlah


penggunaan kekuasaan dalam pengertian pengaruh oleh satu orang atas orang lain, atau oleh
satu kelompok atas kelompok lain, yang membedakan keluarga strategi ini dari strategi-
strategi yang sudah di diskusikan. Akan tetapi pada umumnya strategi kebijakan
administratif menekankan kekuasaan politik legal, administrasi dan ekonomis sebagai suatu
sumber utama dari seluruh kekuasaan. Strategi yang lainnya bersifat menekankan kekuasaan
moral, sentimen. Kesalehan, dan rasa malu sebagai legimitasi.
Strategi pendidikan telah biasa menggunakan strategi kebijakan administratif dalam
berbagai cara. Undang-undang telah meluluskan aktivitas-aktivitas tertentu atau menjamin
aktivitas-aktivitas lainnya, interaksi sosial lainya dikontrol oleh aturan-aturan sekolah,
kekuasaan ekonomi digunakan untuk tujuan-tujuan tertentu, misalnya sebagai dukungan
terhadap satu bagian dari suatu kurikulum dan tidak terhadap bagian lainnya (Arifin, Z. 2011,
hlm.11).
Lebih spesifik lagi Benni, Benne, dan Chin dalam (Ibrahim, 2009, hlm.23)
mengetengahkan sub-strategi berikut:
1. Strategi tanpa kekerasan (non violence strategy)

2. Gunakan lembaga-lembaga politik untuk mencapai perubahan.

3. Perubahan melalui rekomendasi dan manipulasi elite-elite kekuasaan.

8. Strategi gabungan politik administratif

Dalam pendidikan, strategi yang bersifat memaksa telah digunakan untuk beberapa tujuan
penggunaan prosedur-prosedur pemilihan, baik untuk para guru maupun untuk para siswa,
sebagian dapat dipandang sebagai suatu strategi administratif. Sistem ganjaran dan hukuman
bagi para guru juga bagi siswa merupakan variasi lain dari strategi semacam ini.

11
Ada perbedaan antara strategi politik administrasi dengan strategi-strategi lainnya.
Perbedaan-perbedaan ideologi dan nilai-nilai di antara interest groups telah diperlihatkan
melalui kekuasaan yang terbuka. Perubahan-perubahan yang nyata terlihat bagi suatu
redistribusi kekuasaan, dan posisi subjektif dari setiap titik pandangan tidak di sembunyikan.

David D. Curtis (2000) mengemukakan bahwa ada empat strategi mayor dalam reformasi
pendidikan, yaitu :

a. Akuntibilitas berbasis standar (standards-based accountibility), mengandung makna


penetapan standar keluaran yang jelas dan pengujian secara sistematik atas kemajuan
siswa (clear performance outcomes and systematically testing student progress), berupa
statemen kepercayaan dimana guru dan siswa akan didorong pada fokus usaha
pembelajaran dan arah yang benar yang berdasarkan pendapat beberapa ahli seperti
(Djamarah, 2006).

b. Reformasi sekolah secara keseluruhan (whole-school reform), merupakan jawaban-balik


atas tradisionalitas reformasi sekolah yang bersifat incremental, kebiijakan yang sebatas
memacu target spesifik, struktur, dan metode-metode intruksional yang rijid. Untuk
mencapai reformasi sekolah secara kompetitif (block grant), bukan sekedar pemberian
bantuan secara belas kasihan dan pukul rata. Reformasi sekolah dengan format kerja
seperti ini akan dapat dicapai jika aksinya dipandu oleh kriteria-kriteria yang diikuti
secara taat asas oleh para pembuat dan pelaksana keputusan.

c. Strategi pasar (market strategis). Pendidikan merupakan pranata sosial yang menawarkan
jasa layanan yang bersifat intelektual, afeksi, psikomotorik, emosional, dan bahkan
spiritual. Saat ini orang tua telah memiliki banyak pilihan (school by choice), sehingga
sekolah-sekolah yang mampu memenuhi tuntutan pasarlah yang akan menjadi pilihan
orang tua. Ketika sekolah-sekolah membuka tawaran dan mampu menggaransi mutu,
apakah sekolah pemerintah atau swasta, pilihan-pilihan masyarakat akan makin banyak.

d. Keputusan partisipatif (shared decision-making), sebuah strategi sistematis yang berfokus


pada pemberdayaan guru dan administrator di tingkat sekolah. Pendekatan ini
digelindingkan dengan variasi nama, dari manajemen berbasis sekolah ke pembuatan
keputusan secara partisipatif, dengan fokus utama lebih pada proses ketimbang produk
khusus dari reformasi. Manajemen ini berkaitan dengan berlakunya sebuah sistem di
sekolah (Rusman, 2002). Hal ini sejalan dengan pendapat Umaedi tahun 2011 yang

12
menyinggung bagaimana manajemen berbasis sekolah yang berkaitan dengan kebutuhan
masing-masing instansi yang memiliki aturan tertentu.
David Conley (1997) telah mengidentifikasikan 12 dimensi mayor reformasi pendidikan,
khususnya di tingkat persekolahan, di mana hal itu akan menjadi fondasi yang signifikan baru
restrukturisasi, yaitu :

1. Standar belajar

2. Kurikulum

3. Pembelajaran

4. Penilaian

5. Lingkungan belajar

6. Teknologi

7. Hubungan sekolah dengan masyarakat

8. Waktu belajar dan mengajar

9. Pengelolaan

10. Kepemimpinan guru dan kepala sekolah

11. Personalia

12. Hubungan kontraktual.

13
BAB 3

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dalam program perubahan sosial yang dapat menentukan keberhasilan suatu pelaksanaan
program perubahan sosial dapat dilihat dari cara ketepatan pemilihan dan penggunaan sebuah
strategi, tetapi terkadang kita sukar bahkan sulit untuk menentukan bahwa suatu strategi
tertentu ada pendidikan sebagaimana ditelaah oleh Sujanto (2007), bujukan, fasilitas, atau
paksaan (power) karena dari keempat strategi tersebut pada kenyataannya tidak memiliki
batasan-batasan yang jelas untuk membedakannya.
Namun demikian, pelaksanaan program perubahan sosial dapat memahami berbagai
macan strategi tergantung pada kita yang pandai untuk dapat memilih dalam menentukan
strategi mana yang lebih diutamakan untuk mencapai suatu tujuan perubahan sosial. Walau
sebenarnya kita dapat mengombinasikan berbagai macam strategi sesuai pemahaman yang
kita miliki tentang mempelajari berbagai strategi.

3.2 Saran

Diharapkan setelah membaca makalah ini, pembaca lebih memahami dan mampu
mengamalkan mengenai bahasan tentang strategi inovasi Pendidikan.

14
DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Z. (2011). Konsep Dan Model Pengembangan Kurikulum Konsep, Teori, Prinsip, Prosedur,
Komponen, Pendekatan, Model, Evaluasi Dan Inovasi. Bandung: Remaja Rosada Karya, 2011.
Darmawan, D. (2012). Inovasi Pendidikan: Pendekatan Praktik Teknologi Multimedian dan
Pembeljaran Online. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Djamarah, dkk. (2006) Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Ibrahim. (2009). Inovasi Pendidikan. Jakarta: Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga dan
Kependidikan, Ditjen Dikti Depdikbud.
Morrish, Ivor. (1978). Aspectc of Change. London: George Allen & Unwin.
Nurudin. (2002). Sistem Komunikasi Di Indonesia. Jakarta :Rajawali Pers.
Rusman. (2010). Managemen kurikulum, seri Managemen seri bermutu. Bandung: Grafindo Persada.
Ruswandi, dkk.(2010). Pengembangan Kepribadian Guru. Bandung: Cv.Insan Mandiri.
Heris Hermawan. (2011). Landassan Pendidikan, Bandung: Insan Mandiri.

Sa’ud, U, S. (2009). Inovasi Pendidikan. Bandung: Alfabeta.


Sujanto&Sedji. (2007). Pendidikan Berbasis Sekolah. Jakarta: Sagung Seto.
Tim Pengembangan Ilmu Pendidikan. (2007)Ilmu Dan Aplikasi Pendidikan Bag Ke 3; Pendidikan
Disiplin Ilmu, Bandung, Fakultas Ilmu Pendidikan; Universitas Pendidikan Indonesia.

Umaedi Dkk. (2011). Manajemen Berbasis Sekolah. Jakarta: Universitas Terbuka.


Wahyudin. (2009). Pengantar Pendidikan, Jakarta: Universitas Terbuka.

15

Anda mungkin juga menyukai