Anda di halaman 1dari 25

Macam - macam himpunan bilangan

A. Himpunan bilangan asli


Himpunan bilangan asli adalah himpunan bilangan yang anggota-
anggotanya merupakan bilangan bulat positif.

N = {1,2,3,4,5,6,......}

B. Himpunan bilangan prima


Himpunan bilangan prima adalah himpunan bilangan-bilangan asli yang
hanya dapat dibagi dirinya sendiri dan satu, kecuali angka 1.

P = {2,3,5,7,11,13,....}

C. Himpunan bilangan cacah


Himpunan bilangan cacah adalah himpunan bilangan yang anggota-
anggotanya merupakan bilangan bulat positif digabung dengan nol.

C = {0,1,2,3,4,5,6,....}

D. Himpunan bilangan bulat


Himpunan bilangan bulat adalah himpunan bilangan yang anggota-
anggotanya seluruh bilangan bulat, baik negatif, nol, dan positif.

B = {...,-3,-2,-1,0,1,2,3,...}

E. Himpunan bilangan rasional


Himpunan bilangan rasional adalah himpunan bilangan yang anggota-
anggonya merupakan bilangan yang dapat dinyatakan sebagai:
p/q dimana p,q Î bulat dan q ¹ 0 atau dapat dinyatakan sebagai suatu
desimal berulang.

contoh: 0,-2, 2/7, 5, 2/11, dan lain lain

F. Himpunan bilangan irasional


Himpunan bilangan irasional adalah himpunan bilangan yang anggota-
anggotanya tidak dapat dinyatakan sebagai sebagai p/q atau tidak dapat
dinyatakan sebagai suatu desimal berulang.

contoh: log 2, e, Ö7

G. Himpunan bilangan riil


Himpunan bilangan riil adalah himpunan yang anggota-anggotanya
merupakan gabungan dari himpunan bilangan rasional dan irasional.
contoh: log 10, 5/8, -3, 0, 3

H. Himpunan bilangan imajiner


Himpunan bilangan imajiner adalah himpunan bilangan yang anggota-
anggotanya merupakan i (satuan imajiner) dimana i merupakan lambang
bilangan baru yang bersifat i² = -1

contoh: i, 4i, 5i

I. Himpunan bilangan kompleks


Himpunan bilangan kompleks adalah himpunan bilangan yang anggota-
anggotanya (a + bi) dimana a, b Î R, i² = -1, dengan a bagian riil dan b
bagian imajiner.

contoh: 2-3i, 8+2

http://matematikaevi.blogspot.co.id/2010/11/macam-macam-himpunan-bilangan.html
Sistem Numerasi

Sistem numerasi adalah sekumpulan lambang dan aturan pokok untuk menuliskan bilangan.
Lambang yang menyatakan suatu bilangan disebut numeral/ lambang bilangan.

Banyaknya suku bangsa di dunia menyebabkan banyaknya sistem numerasi yang berbeda. Oleh
karena itu suatu bilangan dapat dinyatakan dengan bermacam-macam lambang, tetapi suatu
lambang menunjuk hanya pada satu bilangan.

Berikut ini dalah bebrapa sistem numerasi yang terkenal :

a)Sistem Numerasi Mesir Kuno

Bangsa Mesir Kuno telah mengenal alat tulis sederhana menyerupai kertas yang disebutpapyrus.
Mereka membuat tulisan bebbentuk gambar-gambar dengan menggunakan sejenis pena dengan
tinta berwarna merah atau hitam. Tulisan Mesir Kuno Sering disebut tulisan Hieroglif dan tulisan
ini ditemukan dalam bentuk gambar pada papyrus ataupun guratan-guratan pada batu atau
potongan kayu. Tulisan Mesir Kuno diperkirakan berkembang pada tahun 3400 SM.

Sistem Numerasi Mesir Kuno bersifat aditif, dimana nilai suatu bilangan merupakan hasil
penjumlahan nilai-nilai lambang-lambangnya.

b)Sistem Numerasi Babilonia

Tulisan atau angka bangsa Babilonia sering disebut sebagai tulisan paku karena betuknya seperti
paku. Orang Babilonia menuliskan huruf paku menggunakan tongkat yang berbentuk segitiga
yang memanjang dengan cara menekannya pada lempengan tanah liat yang masih basah sehingga
dihasilkan cekungan segitiga yang meruncing menyerupai gambar paku. Tulisan paku
diperkirakan dibuat pada tahun 2000 SM.

Berikut ini adalah simbol-simbol Babilonia :

Ciri-ciri Sistem Numerasi Babilonia :

1)menggunakan basis 60

2)menggunakan nilai tempat

3)simbol-simbol yang digunakan adalah ▼ dan <

4)tidak mengenal simbol 0 (nol)

c)Sistem Numerasi Yunani Kuno


Sistem Yunani Kuno terdapat 2 macam, yaitu :

1)Sistem Yunani Kuno Attik

Bangsa Yunani Kuno telah mengenal huruf dan angka pada tahun 600 SM yang ditandai dengan
tulisan-tulisan bangsa Yunani pada kulit kayu atau logam sehingga bentuk tulisannya pun terlihat
kaku dan kuat. Lambang bilangan Yunani Kuno diambil dari huruf awal penyebutan bilangan
tersebut.

2)Sistem Yunani Kuno Alfabetik

d)Sistem Numerasi Maya

Tulisan atau angka yang dikembangkan bangsa Maya bentuknya sangat aneh, berupa bulatan
lingkaran kecil dan garis-garis. Hal ini tentunya sangat dipengaruhi oleh alat tulis yang dioakai,
yaitu tongkat yang penampangnya silindris, sehingga dengan cara menusukkan tongkat ke tanah
liat akan berbekas lingkaran atau dengan meletakkan tongkat mereka sehingga berbekas garis.

Ciri- ciri Sistem Numerasi Maya :

1)menggunakan basis 20

2)mengenal simbol 0 (nol)

3)ditulis secara tegak atau vertical

e)Sistem Numerasi Cina

Bangsa Cina menuliskan angka-angkanya menggunakan alat tulis yang dinamakan pitbentuknya


menyerupai kuas. Tulisannya berbentuk gambar atau piktografi yang mempunyai nilai seni tinggi.
Bentuk tulisan bangsa Cina telah ada sejak tahun 200 SM.

f)Sistem Numerasi Romawi

Bangsa Romawi menggunakan angka-angka untuk perhitungan-pehitungannya. Lambang


bilangan Romawi ditulis menggunakan huruf bessar yang sejalan dengan pemikiaran orang-orang
Yunani. Sistem numerasi Romawi menggunakan basis 10. Pada dasarnya sistem Romawi ini
merupakan sistem penjumlahan dan perkalian. Jika simbol-simbol sebuah angka mempunyai nilai
yang menurun dari kiri ke kanan, maka nilai angka tersebut dijumlahkan. Sebaliknya jika sebuah
angka mempunyai nilai yang naik dari kiri ke kanan, maka nilai angka tersebut dikurangkan.

Berikut ini simbol Sistem Numerasi Romawi :

I =1, I disebut UNUS

V =5 , V disebut QUINQUE

X =10, X disebut DECEM

L =50, L disebut QUINQUAGINTA

C =100, C disebut CENTUM

M =1000

g)Sistem Numerasi Arab-Hindu

Bangsa Hindu pada tahun 300 SM diperkirakan sudah mempunyai angka-angka dengan
menggunakan bilangan basis 10, tetapi mereka belum mengenal bilangan nol. Mereka mulai
menggunakan sistem nilai tempat dan mengenali bilangan nol diperkirakan terjadi pada tahun 500
M.

Sistem Hindu- Arab mempunyai ciri-ciri lengkap , yaitu :

1)hanya menggunakan 10 lambang bilangan

2)bilangan yang lebih dari 9 dituliskan sebagai bentuk suku-suku yang merupakan kelipatan dari
bilangan perpangkatan dengan 10

3)menggunakan nilai tempat, artinya lambang yang sama dengan tempat yang berbeda
mempunyai nilai yang berbeda

4)menggunakan swistem aditif dalam pengelompokannya


Pgsd I: Sistem Numerasi dan Nilai Tempat

KONSEP DASAR 
MATEMATIKA 1
NILAI TEMPAT & SISTEM NUMERASI

DISUSUN OLEH :

FITRYA AMALINA                           (1286 206 280)


IBNU ITSNAINI                                (1286 206 324)
SISKA                                                 (1286 206 153)
TRISNA AGUSTAMA                      (1286 206 268)

KELAS I
SEMESTER 1

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

UMT

2012
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat dan hidayah-
Nya, sehingga kami berhasil menyelesaikan penyusunan tugas makalah ini dengan baik.

Pada kesempatan ini penulis mempersembahkan makalah yang berjudul “Nilai


Tempat & Sistem Numerasi” yang menurut kami berguna bagi kita semua untuk
memepelajari tentang manajemen pendidikan.

Melalui kata pengantar ini penulis lebih dahulu meminta maaf dan memohon
permakluman bila mana isi makalah ini ada kekurangan dan ada tulisan yang saya buat
kurang tepat atau menyinggung perasaan pembaca.

Akhir kata, kami ucapkan terima kasih kepada teman-teman dan dosen atas
kerjasamanya yang telah membantu sehingga terselesaikannya tugas makalah ini dengan
baik

Semoga bermanfaat

            Tangerang, 24 Oktober 2012

                                                                                                 Penyusun
i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR      i

DAFTAR ISI                  ii

BAB 1  PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang                                                1

B.      Rumusan Masalah                              1

C.      Tujuan                                                 1

BAB 2  PEMBAHASAN

A.      Nilai Tempat                                       2

a.      Pengertian Nilai Tempat              2

b.      Macam-Macam Nilai                   3

B.      Sistem Numerasi

a.      Pengertian Sistem Numerasi        3

b.      Sistem Numerasi Yang Dikenal    3

1.      Yunani                                     3

2.      Romawi                                   5

3.      Cina                                         9

4.      Hindu-Arab                              10

5.      Babilonia                                 12

6.      Mesir                                       13

7.      Jepang-Cina                            14

8.      Maya                                       15
BAB 3 PENUTUP

A.      Kesimpulan                                        16

B.      Kritik & Saran                                     16

DAFTAR PUSTAKA                                          17

                                                                                                                                            ii
      

BAB 1
PENDAHULUAN

A.     LATAR BELAKANG

Nilai merupakan sesuatu yang dapat menunjukan kualitas, dan dengan nilai kita dapat
mengenal istilah yaitu nilai tempat. Sebelum kita belajar tentang nilai tempat kita perlu
mengetahui bilangan dan lambang terlebih dahulu.

Menurut sejarah ketika orang melakukan kegiatan membilang atau mencacah kebingungan
untuk memberikan lambang bilangannya. tetapi kemudian dibuatlah sistem numerasi yaitu
sistem yang terdiri dari numerial (lambang bilangan/angka) dan number (bilangan). Sistem
numerasi adalah aturan untuk menyatakan menuliskan bilangan dengan menggunakan
sejumlah lambang bilangan.

B.      RUMUSAN MASALAH

1.      Apa definisi dari nilai tempat dan sistem numerasi?

2.      Apakah ada hubungan antara nilai tempat dan sistem numerasi?

C.      TUJUAN

Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui apa yamg dimaksud nilai
tempat dan juga mengetahui bagaimana sistem-sistem numerasi di berbagai wilayah.

BAB 2
PEMBAHASAN

A.    NILAI TEMPAT
a.      Pengertian Nilai Tempat

 Untuk menyebut hasil membilang diperlukan bilangan, dan untuk menyatakan bilangan
perlu lambang. Tentu saja kurang praktis dan mempersulit pekerjaan jika setiap dua
bilangan yang berbeda mempunyai lambang atau susunan lambang yang sama sekali
berbeda. Dapat dibayangkan bagaimana sulitnya kita mengingat jika bilangan-bilangan dari
1 sampai 1000 masing-masing menggunakan lambang yang sama sekali berbeda satu
sama lain. Ini berarti bahwa kita perlu mencapai lambang-lambang bilangan yang terbatas,
dan membuat peraturan yang sistematis dan tata asas untuk menyusun lambang bilangan
yang manapun, sehingga berbentuk sistem numerasi.

 Suatu sistem numerasi disebut sistem tempat jika nilai dari lambang-lambang yang
digunakan menerapkan aturan tempat, sehingga lambang yang sama mempunyai nilai yang
tidak sama karena tempatnya berbeda. Sistem nilai tempat yang pernah dikenal adalah
sistem Mesir kuno, sistem Yunani kuno, sistem Cina, sistem Maya, dan sistem Hindu-Arab.

 Sistem ini menentukan sepuluh lambang dasar (pokok) yang disebut angka (digit), yaitu
0.1.2.3.4.5.6.7.8, dan 9. pemilihan sepuluh angka dipengaruhi oleh banyaknya sepuluh jari-
jari tangan (kaki), yaitu 10, sehingga sistem ini lebih dikenal dengan sebutan sistem desimal
(latin: decem=10)

Di dalam desimal, penulisan lambang bilangan menggunakan pengelompokan kelipatan 10:

1.      Bilangan-bilangan dari 0-9 dilambangkan = lambang angka.

Nol    = 0                        Lima           = 5

Satu  = 1                        Enam          = 6

Dua   = 2                        Tujuh         = 7

Tiga   = 3                        Delapan      =8

Empat=4                        Sembilan    =9

2.    Bilangan yang satu lebih dari bilangan 9 disebut 10. Bilangan 10 terdiri atas sepuluh
satuan. Pengelompokan sepuluh satuan menjadi satu menghasilkan :

Satu Puluhan IIIIIIIIII     = 10 satuan =1 puluhan

Lambang satu puluhan adalah sepuluh. Lambang-lambang kelipatan sepuluh adalah:

20          = dua puluh, memuat dua puluhan

30          = tiga puluh, memuat tiga puluhan

90          = sembilan puluh, memuat sembilan pulihan.


Perhatikan peragaan-peragaan berikut :
    
                         = dua puluh = 20

♪ ♪             ♪♪              ♪♪

♪♪              ♪♪              ♪♪

                   ♪♪              ♪♪              ♪♪     = tiga puluh = 30

♪♪              ♪♪              ♪♪

♪ ♪              ♪♪              ♪♪

b.      Macam-Macam Nilai
Dalam filsafat, nilai dibedakan dalam tiga macam, yaitu
a. Nilai logika adalah nilai benar salah.
b. Nilai estetika adalah nilai indah tidak indah.
c. Nilai etika/moral adalah nilai baik buruk

B.    SISTEM NUMERASI
a.      Pengertian Sistem Numerasi

Sistem numerasi adalah sekumpulan lambang dan aturan pokok untuk menuliskan
bilangan. Lambang yang menyatakan suatu bilangan disebut numeral/ lambang bilangan.

Banyaknya suku bangsa di dunia menyebabkan banyaknya sistem numerasi yang berbeda.
Oleh karena itu suatu bilangan dapat dinyatakan dengan bermacam-macam lambang, tetapi
suatu lambang menunjuk hanya pada satu bilangan.

b.      Sistem Numerasi Yang Dikenal

  1. Yunani

Matematika Yunani merujuk pada matematika yang ditulis di dalam bahasa Yunani antara
tahun 600 SM sampai 300 M.  Matematikawan Yunani tinggal di kota-kota sepanjang
Mediterania bagian timur, dari Italia  hingga ke Afrika Utara, tetapi mereka dibersatukan oleh
budaya dan bahasa yang sama. Matematikawan Yunani pada periode setelah Iskandar
Agung kadang-kadang disebut Matematika Helenistik.

Matematika Yunani lebih berbobot daripada matematika yang dikembangkan oleh


kebudayaan-kebudayaan pendahulunya. Semua naskah matematika pra-Yunani yang masih
terpelihara menunjukkan penggunaan penalaran induktif, yakni pengamatan yang berulang-
ulang yang digunakan untuk mendirikan aturan praktis. Sebaliknya, matematikawan Yunani
menggunakan penalaran deduktif. Bangsa Yunani menggunakan logika untuk menurunkan
simpulan dari definisi dan aksioma, dan menggunakan kekakuan matematika untuk
membuktikannya.
Matematika Yunani diyakini dimulakan oleh Thales dari Miletus (kira-kira 624 sampai 546
SM) dan Pythagoras dari Samos (kira-kira 582 sampai 507 SM). Meskipun perluasan
pengaruh mereka dipersengketakan, mereka mungkin diilhami oleh Matematika Mesir dan
Babilonia. Menurut legenda, Pythagoras bersafari ke Mesir untuk mempelajari matematika,
geometri, dan astronomi dari pendeta Mesir.

Thales menggunakan geometri untuk menyelesaikan soal-soal perhitungan ketinggian


piramida dan jarak perahu dari garis pantai. Dia dihargai sebagai orang pertama yang
menggunakan penalaran deduktif untuk diterapkan pada geometri, dengan menurunkan
empat akibat wajar dari teorema Thales. Hasilnya, dia dianggap sebagai matematikawan
sejati pertama dan pribadi pertama yang menghasilkan temuan matematika. Pythagoras
mendirikan Mazhab Pythagoras, yang mendakwakan bahwa matematikalah yang
menguasai semesta dan semboyannya adalah "semua adalah bilangan". Mazhab
Pythagoraslah yang menggulirkan istilah "matematika", dan merekalah yang memulakan
pengkajian matematika. Mazhab Pythagoras dihargai sebagai penemu bukti pertama
teorema Pythagoras, meskipun diketahui bahwa teorema itu memiliki sejarah yang panjang,
bahkan dengan bukti keujudan bilangan irasional.

Eudoxus (kira-kira 408 SM sampai 355 SM) mengembangkan metoda kelelahan, sebuah
rintisan dari Integral modern. Aristoteles (kira-kira 384 SM sampai 322 SM) mulai menulis
hukum logika. Euklides (kira-kira 300 SM) adalah contoh terdini dari format yang masih
digunakan oleh matematika saat ini, yaitu definisi, aksioma, teorema, dan bukti. Dia juga
mengkaji kerucut. Bukunya, Elemen, dikenal di segenap masyarakat terdidik di Barat hingga
pertengahan abad ke-20. Selain teorema geometri yang terkenal, seperti teorem
Pythagoras, Elemen menyertakan bukti bahwa akar kuadrat dari dua adalah irasional dan
terdapat tak-hingga banyaknya bilangan prima. Saringan Eratosthenes (kira-kira 230 SM)
digunakan untuk menemukan bilangan prima.

Archimedes (kira-kira 287 SM sampai 212 SM) dari Syracuse menggunakan metoda
kelelahan untuk menghitung luas di bawah busur parabola dengan penjumlahan barisan tak
hingga, dan memberikan hampiran yang cukup akurat terhadap Pi. Dia juga mengkaji spiral
yang mengharumkan namanya, rumus-rumus volume benda putar, dan sistem rintisan untuk
menyatakan bilangan yang sangat besar.

Sistem Numerasi Yunani Kuno (±600 SM)

Ada 2 macam:

           S.N. Yunani kuno attic

Dilambangkan sederhana, dimana angka satu sampai empat dilambangkan dengan


lambang tongkat, misal: 2→ ll

           S.N. Yunani kuno alfabetik

Digunakan setelah S.N. Yunani kuno attic,

2. Romawi

Peradaban  Matematika Romawi merupakan kebalikan dari Peradaban matematika di


Yunani artinya masa bergoyangnya Yunani (Sway) merupakan masa berbunganya
matematika namun masa Romawi Merupakan masa kerdilnya matematika. Sebagai akibat,
tidak hanya geometri tinggi archimides dan Appolonius, tettapi juga elemen euclid,
diabaikan. Dapat disimpulkan Notasi romawi ,dipinjam dari sumber-sumber luar.

Peradaban  Romawi lebih mengedepankan ilmu praksis khususnya tentang Aritmatika.


Dalam Hal ini ilmu matematika yang menjadi peradaban adalah matematika langsung dalam
artian dalam bentuk hasil karya atau penerapan matematika itu sendiri. Sebagai contoh,
Penyelesaiaan matematika dalam hal pembayaran bunga dan soal-soal bunga (rente),
penyelesaian pembagian harta waris, pembentukan kalender, dll.

Geometri terapan sebagai contoh Telah diMilikinya Rumus Menghitung segitiga, terutama
segitiga sama sisi yang rumus aproksimasinya adalah ½ 3/5 a kuadrat.

Untuk menghitung bangsa Romawi kuno menggunakan sabak.  Sabak dipakai dengan


menggunakan kerikil yang berada diatas dan dibawah garis pemisah ditandai dengan angka
Romawi menurut kolom-kolomnya . Setiap kerikil dibawah garis dikolom paling kanan
dihitung sebagai satuan , dan setiap kerikil di atas garis bernilai lima. Jika hitungannya
bernilai 10 , sebuah kerikil dibawa ke sebelah kiri . Tabel dibawah memperlihatkan hitungan
sebesar 256.317 domba.

Sistem numerisasi Romawi yang sekarang ini merupakan modernisasi sistem adisi dari
sistemnya yang lama. Sistem ini bukan sistem yang mempunyai nilai tempat, kecuali pada
hal-hal tertentu yang sangat terbatas. Sistem ini juga tidak mempunyai nol.Sistem Romawi
sudah ada sejak 260 tahun SM. Tetapi sistem Romawi yang seperti sekarang ini belum lama
dikembangkannya. Misalnya lambang bilangan untuk empat adalah “IV” yang sebelumnya
adalah “IIII”. Lambnag untuk 50 = L pernah bentuknya  ^, û, dan ¯. Lambang 100 = C.

Pada zaman dahulu kala orang romawi kuno menggunakan penomoran tersendiri yang
sangat berbeda dengan sistem penomeran pada jaman seperti sekarang. Angka romawi
hanya terdiri dari 7 nomor dengan simbol huruf tertentu di mana setiap huruf
melangbangkan memiliki arti angka tertentu, yaitu :

I           artinya   1

V         artinya   5

X         artinya  10

L          artinya  50

C         artinya  100

D         artinya  500

M        artinya  1000

Bila lambang sebuah bilangan ditulis dengan dua angka sedangkan angka yang disebelah
kanannya mewakili bilangan yang lebih kecil dari angka yang berada di sebelah kirinya,
maka arti penulisan lambang bilangan itu adalah jumlahnya.

 Misalnya angka 4 dalam Romawi IV, I mewakili bilangan yang lebih kecil dari bilangan yang
diwakili oleh V. Sedangkan angka I ditulis disebelah kiri dari V, maka arti IV ialah 5 – 1 yang
sama dengan 4.
Pada prinsip pengurangan ini, I hanya dapat dikurangkan dari V dan X. X hanya dapat
dikurangkan dari L dan C, dan C hanya dapat dikurangkan dari D dan M. Misalnya bilangan
“99”, tidak dituliskan sebagai 100 – 1 yaitu dalam Romawi IC, namun dituliskan sebagai 90 +
9 = (100 – 10) + (10 – 1) yaitu XCIX.

Sistem numerasi Romawi ini menggunakan dasar sepuluh. Jadi tidak ada tulisan VV untuk
melambangkan 10, tetapi harus X.

Beberapa kekurangan atau kelemahan sistem angka romawi, yakni :

1. Tidak ada angka nol (0)

2. Terlalu panjang untuk menyebut bilangan tertentu

3. Terbatas untuk bilangan-bilangan kecil saja

Untuk menutupi kekurangan angka romawi pada keterbatasan angka kecil, maka
dibuat pengali seribu dari nilai biasa dengan simbol garis strip di atas simbol angka Romawi,
(kecuali I).

V         artinya  5 x 1000   atau  5.000

X         artinya  10 x 1000   atu   10.000

L          artinya  50 x 1000   atau   50.000

C         artinya  100 x 1000   atau   100.000

D         artinya  500 x 1000   atau   500.000

M        artinya  1000 x 1000   atau   1.000.000

Dua buah coretan diatas V, X, C atau yang lainnya menunjukkan perkalian


dengan sejuta.

            V         artinya   5 x 1.000.000   atau 5.000.000

            X         artinya   10 x 1.000.000   atau   10.000.000

            C         artinya   100 x 1.000.000   atau   100.000.000

I =1, I disebut UNUS

V =5 , V disebut QUINQUE

X =10, X disebut DECEM

L =50, L disebut QUINQUAGINTA

C =100, C disebut CENTUM

M =1000

Persamaannya dengan sistem numerasi hindu arab adalah sama-sama menggunakan basis
sepuluh.

Perbedaan dengan sistem numerasi hindu arab adalah


 Sistem numerasi hindu arab menggunakan sistem nilai tempat
 Sistem numerasi romawi tidak menggunakan sistem nilai tempat
4 prinsip yang digunakan
1)      Pengulangan

Angka yang boleh diulang adalah I , X ,C , M ( tidak boleh diulang lebih dari 3x ).

Contoh :           20 = XX , 3= III 

4≠IIII tetapi 4=IV

100≠ LL tetapi 100=C

2)      Penjumlahan

Jika suatu angka diikuti oleh angka yang lebih kecil, maka nilai angka yang lebih kecil
menambah nilai angka sebelumnya .

Yang boleh mengikuti adalah angka I, V, X, L , C , D )

Contoh :           VI =6               

XI=11

MD=1.500

3)      Pengurangan

Jika angka yang lebih kecil mendahului nilai angka yang lebih besar, maka nilai angka yang
lebih kecil mengurangi nilai angka yang lebih besar

Contoh : IX =9, CM =900

49≠IL tetapi 49=XLIX

999≠IM tetapi 999= CMXCIX

4)      Perkalian

Dengan menambahkan tanda strip ( ¯ ), dibaca bardiatas angka romawi maka akan
menambah nilai angka tersebut menjadi 1000 x nya .

X= 10.000

D = 500.000.000

3. Cina

Matematika Cina permulaan adalah berlainan bila dibandingkan dengan yang berasal dari
belahan dunia lain, sehingga cukup masuk akal bila dianggap sebagai hasil pengembangan
yang mandiri.  Tulisan matematika yang dianggap tertua dari Cina adalah Chou Pei Suan
Ching, berangka tahun antara 1200 SM sampai 100 SM, meskipun angka tahun 300 SM
juga cukup masuk akal.
Hal yang menjadi catatan khusus dari penggunaan matematika Cina adalah sistem notasi
posisional bilangan desimal, yang disebut pula "bilangan batang" di mana sandi-sandi yang
berbeda digunakan untuk bilangan-bilangan antara 1 dan 10, dan sandi-sandi lainnya
sebagai perpangkatan dari sepuluh. Dengan demikian, bilangan 123 ditulis menggunakan
lambang untuk "1", diikuti oleh lambang untuk "100", kemudian lambang untuk "2" diikuti
lambang utnuk "10", diikuti oleh lambang untuk "3". Cara seperti inilah yang menjadi sistem
bilangan yang paling canggih di dunia pada saat itu, mungkin digunakan beberapa abad
sebelum periode masehi dan tentunya sebelum dikembangkannya sistem bilangan India.[38]
Bilangan batang memungkinkan penyajian bilangan sebesar yang diinginkan dan
memungkinkan perhitungan yang dilakukan pada suan pan, atau (sempoa Cina). Tanggal
penemuan suan pan tidaklah pasti, tetapi tulisan terdini berasal dari tahun 190 M, di dalam
Catatan Tambahan tentang Seni Gambar karya Xu Yue.

Karya tertua yang masih terawat mengenai geometri di Cina berasal dari peraturan kanonik
filsafat Mohisme kira-kira tahun 330 SM, yang disusun oleh para pengikut Mozi (470–390
SM). Mo Jing menjelaskan berbagai aspek dari banyak disiplin yang berkaitan dengan ilmu
fisika, dan juga memberikan sedikit kekayaan informasi matematika.

Pada tahun 212 SM, Kaisar Qín Shǐ Huáng (Shi Huang-ti) memerintahkan semua buku di
dalam Kekaisaran Qin selain daripada yang resmi diakui pemerintah haruslah dibakar.
Dekret ini tidak dihiraukan secara umum, tetapi akibat dari perintah ini adalah begitu
sedikitnya informasi tentang matematika Cina kuno yang terpelihara yang berasal dari
zaman sebelum itu. Setelah pembakaran buku pada tahun 212 SM, dinasti Han (202 SM–
220 M) menghasilkan karya matematika yang barangkali sebagai perluasan dari karya-karya
yang kini sudah hilang. Yang terpenting dari semua ini adalah Sembilan Bab tentang Seni
Matematika, judul lengkap yang muncul dari tahun 179 M, tetapi wujud sebagai bagian di
bawah judul yang berbeda. Ia terdiri dari 246 soal kata yang melibatkan pertanian,
perdagangan, pengerjaan geometri yang menggambarkan rentang ketinggian dan
perbandingan dimensi untuk menara pagoda Cina, teknik, survey, dan bahan-bahan segitiga
siku-siku dan π. Ia juga menggunakan prinsip Cavalieri tentang volume lebih dari seribu
tahun sebelum Cavalieri mengajukannya di Barat. Ia menciptakan bukti matematika untuk
teorema Pythagoras, dan rumus matematika untuk eliminasi Gauss. Liu Hui memberikan
komentarnya pada karya ini pada abad ke-3 M.

Zhang Heng (78–139)

Sebagai tambahan, karya-karya matematika dari astronom Han dan penemu Zhang Heng
(78–139) memiliki perumusan untuk pi juga, yang berbeda dari cara perhitungan yang
dilakukan oleh Liu Hui. Zhang Heng menggunakan rumus pi-nya untuk menentukan volume
bola. Juga terdapat karya tertulis dari matematikawan dan teoriwan musik Jing Fang (78–37
SM); dengan menggunakan koma Pythagoras, Jing mengamati bahwa 53 perlimaan
sempurna menghampiri 31 oktaf. Ini kemudian mengarah pada penemuan 53 temperamen
sama, dan tidak pernah dihitung dengan tepat di tempat lain hingga seorang Jerman,
Nicholas Mercator melakukannya pada abad ke-17.

Bangsa Cina juga membuat penggunaan diagram kombinatorial kompleks yang dikenal
sebagai kotak ajaib dan lingkaran ajaib, dijelaskan di zaman kuno dan disempurnakan oleh
Yang Hui (1238–1398 M). Zu Chongzhi (abad ke-5) dari Dinasti Selatan dan Utara
menghitung nilai pi sampai tujuh tempat desimal, yang bertahan menjadi nilai pi paling
akurat selama hampir 1.000 tahun.

Bahkan setelah matematika Eropa mulai mencapai kecemerlangannya pada masa


Renaisans, matematika Eropa dan Cina adalah tradisi yang saling terpisah, dengan
menurunnya hasil matematika Cina secara signifikan, hingga para misionaris Jesuit seperti
Matteo Ricci membawa gagasan-gagasan matematika kembali dan kemudian di antara dua
kebudayaan dari abad ke-16 sampai abad ke-18

4. Hindu-Arab

Sistem numerisasi ini disebut juga sistem numerisasi desimal. Sistem Angka Hindu-Arab
atau sistem angka Hindu adalah suatu posisi desimal sistem angka yang dikembangkan
oleh abad ke-9 oleh matematikawan India , diadopsi oleh Persia ( Al-Khawarizmi sekitar s
'825 buku Di Perhitungan dengan Hindu angka) dan matematikawan Arab ( Al-Kindi sekitar
tahun s '830 volume Pada Penggunaan angka India), dan menyebar ke dunia barat oleh
Abad Pertengahan .

Sistem ini didasarkan pada sepuluh (awalnya sembilan) mesin terbang yang berbeda.
Simbol (glyph) digunakan untuk mewakili sistem ini adalah pada prinsipnya independen dari
sistem itu sendiri. The glyphs digunakan sebenarnya adalah keturunan dari India angka
Brahmi , dan telah terbelah menjadi berbagai varian sejak Abad Pertengahan .

Simbol ini dapat dibagi menjadi tiga keluarga utama: angka India yang digunakan dalam
India , yang Timur angka-angka Arab yang digunakan di Mesir dan Timur Tengah dan Barat
angka-angka Arab yang digunakan dalam Maghreb dan di Eropa .

Simbol yang digunakan untuk mewakili sistem yang terpecah menjadi berbagai varian sejak
Abad Pertengahan , disusun dalam tiga kelompok utama:

a. Barat luas " angka-angka yang "digunakan dengan Latin , Cyrillic , dan huruf Yunani
dalam tabel di bawah ini berlabel "Eropa", turun dari "angka Arab Barat" yang dikembangkan
di Al-Andalus dan Maghreb (Ada dua tipografi gaya untuk rendering angka Eropa, yang
dikenal sebagai tokoh lapisan dan tokoh teks ).

b. "Arab-India" atau " angka-angka Arab Timur "digunakan dengan huruf Arab ,
dikembangkan terutama di tempat yang sekarang Irak. Sebuah varian dari angka Arab
Timur yang digunakan dalam bahasa Persia dan Urdu. Ada variasi substansial dalam
penggunaan mesin terbang untuk Arab-Indic Timur digit, terutama untuk empat, angka lima,
enam, dan tujuh.

c. Angka India yang digunakan dengan skrip dari keluarga Brahmic di India dan Asia
Tenggara.

Sistem Numerasi Hindu-Arab (±300SM- 750 M)

Angka merupakan lambang bilangan Hindu-Arab

Sifat-sifat:

      Menggunakan 10 angka / digit yaitu 0,1,2,3,4,5,6,7,8,9

      Menggunakan sistem bilangan dasar sepuluh. Artinya setiap sepuluh satuan dikelompokkan
menjadi satu puluhan, setiap sepuluh puluhan menjadi satu ratusan, dan seterusnya.

      Bilangan-bilangan yang lebih besar daripada 9 dinyatakan sebagai bentuk suku-suku yang
merupakan kelipatan dari perpangkatan 10.

Antar suku dipisahkan oleh tanda plus ( + ).


Misalnya :  10 = 1x101+0x100

      205= 2x102+0x100+5x100

      Menggunakan aturan tempat

Contoh: 1.234

1= ribuan

2= ratusan

3= puluhan

4= satuan

Beberapa konsep dalam sistem numerasi:

1. Aturan Aditif
Tidak menggunakan aturan tempat dan nilai dari suatu lambang didapat dari menjumlah nilai
lambang-lambang pokok. Simbolnya sama nilainya sama dimanapun letaknya.
Contoh:

2. Aturan pengelompokan sederhana


Jika lambang yang digunakan mempunyai nilai-nilai n0, n1, n2,… dan mempunyai aturan
aditif
3. Aturan tempat
Jika lambang-lambang yang sama tetapi tempatnya beda mempunyai nilai yang berbeda
4. Aturan Multiplikatif
Jika mempunyai suatu basis (misal b), maka mempunyai lambang-lambang bilangan
0,1,2,3,..,b-1 dan mempunyai lambang untuk b2, b3, b4,.. serta mempunyai aturan tempat.
 5. Babilonia

Matematika Babilonia ditulis menggunakan sistem bilangan seksagesimal (basis-60). Dari


sinilah diturunkannya penggunaan bilangan 60 detik untuk semenit, 60 menit untuk satu jam,
dan 360 (60 x 6) derajat untuk satu putaran lingkaran, juga penggunaan detik dan menit
pada busur lingkaran yang melambangkan pecahan derajat. Kemajuan orang Babilonia di
dalam matematika didukung oleh fakta bahwa 60 memiliki banyak pembagi. Juga, tidak
seperti orang Mesir, Yunani, dan Romawi, orang Babilonia memiliki sistem nilai-tempat yang
sejati, di mana angka-angka yang dituliskan di lajur lebih kiri menyatakan nilai yang lebih
besar, seperti di dalam sistem desimal. Bagaimanapun, mereka kekurangan kesetaraan
koma desimal, dan sehingga nilai tempat suatu simbol seringkali harus dikira-kira
berdasarkan konteksnya.

Pertama kali orang yang mengenal bilangan 0 (nol) adalah Babylonian.

6. Mesir

Matematika Mesir  merujuk pada matematika yang ditulis di dalam bahasa Mesir. Sejak
peradaban helenistik, Yunani menggantikan bahasa Mesir sebagai bahasa tertulis bagi
kaum terpelajar Bangsa Mesir, dan sejak itulah matematika Mesir melebur dengan
matematika Yunani dan Babilonia yang membangkitkan Matematika helenistik. Pengkajian
matematika di Mesir berlanjut di bawah Khilafah Islam sebagai bagian dari matematika
Islam, ketika bahasa Arab menjadi bahasa tertulis bagi kaum terpelajar Mesir.

Tulisan matematika Mesir yang paling panjang adalah Lembaran Rhind (kadang-kadang
disebut juga "Lembaran Ahmes" berdasarkan penulisnya), diperkirakan berasal dari tahun
1650 SM tetapi mungkin lembaran itu adalah salinan dari dokumen yang lebih tua dari
Kerajaan Tengah yaitu dari tahun 2000-1800 SM. Lembaran itu adalah manual instruksi bagi
pelajar aritmetika dan geometri. Selain memberikan rumus-rumus luas dan cara-cara
perkalian, perbagian, dan pengerjaan pecahan, lembaran itu juga menjadi bukti bagi
pengetahuan matematika lainnya, termasuk bilangan komposit dan prima; rata-rata
aritmetika, geometri, dan harmonik; dan pemahaman sederhana Saringan Eratosthenes dan
teori bilangan sempurna (yaitu, bilangan 6). embaran itu juga berisi cara menyelesaikan
persamaan linear orde satu juga barisan aritmetika dan geometri.

Juga tiga unsur geometri yang tertulis di dalam lembaran Rhind menyiratkan bahasan paling
sederhana mengenai geometri analitik: (1) pertama, cara memperoleh hampiran \pi yang
akurat kurang dari satu persen; (2) kedua, upaya kuno penguadratan lingkaran; dan (3)
ketiga, penggunaan terdini kotangen.

Naskah matematika Mesir penting lainnya adalah lembaran Moskwa, juga dari zaman
Kerajaan Pertengahan, bertarikh kira-kira 1890 SM. Naskah ini berisikan soal kata atau soal
cerita, yang barangkali ditujukan sebagai hiburan. Satu soal dipandang memiliki kepentingan
khusus karena soal itu memberikan metoda untuk memperoleh volume limas terpenggal:
"Jika Anda dikatakan: Limas terpenggal setinggi 6 satuan panjang, yakni 4 satuan panjang
di bawah dan 2 satuan panjang di atas. Anda menguadratkan 4, sama dengan 16. Anda
menduakalilipatkan 4, sama dengan 8. Anda menguadratkan 2, sama dengan 4. Anda
menjumlahkan 16, 8, dan 4, sama dengan 28. Anda ambil sepertiga dari 6, sama dengan 2.
Anda ambil dua kali lipat dari 28 twice, sama dengan 56. Maka lihatlah, hasilnya sama
dengan 56. Anda memperoleh kebenaran."

Akhirnya, lembaran Berlin (kira-kira 1300 SM) menunjukkan bahwa bangsa Mesir kuno
dapat menyelesaikan persamaan aljabar orde dua.

Berikut ini adalah sistem numerisasi Mesir Kuno :

1=2=2=3=3=4=4=

10       100 =   1.000 =  10.000 =   100.000 =    1.000.000

Bersifat aditif, dimana nilai suatu bilangan merupakan hasil penjumlahan nilai-nilai lambang-
lambangnya.

Lambang dan simbol bilangan Mesir                                                            

Lotus flower ( bunga teratai )

Pointing finger ( telunjuk )


Polliwing / burbot ( berudu )

Astronished man ( orang astronis )

Scrool ( gulungan surat )

Vertical staff

Heel Bone ( tulang lutut )

                                                                        

7.      Jepang-Cina

Sistem angka Jepang adalah sistem nama nomor yang digunakan


dalam bahasaJepang .Angka-angka Jepang dalam menulis seluruhnyadidasarkan
pada angka Cina dan pengelompokan sejumlah besar
mengikuti Cina tradisi pengelompokan oleh 10.000. Dua set pengucapan untuk angka ada di
Jepang: salah satu didasarkan pada Sino-Jepang (on'yomi) pembacaan dari karakter
Cina dan yang lainnya didasarkanpada Jepang kotoba Yamato (kata asli, kun'yomi bacaan).

Ada dua cara penulisan angka dalam bahasa Jepang, di angka Arab (1,2, 3) atau di angka
Cina(一,二,三). Angka Arab lebih sering digunakan dalam menulis horisontal , dan angka
Cina lebih umum dalam menulis vertikal.

Contoh numerasi Jepang :

                                                                                    

8.      Maya
Berbasis 20 dan ditulis secara tegak. Suku bangsa Maya sudah mengenal bilangan tak
hingga.

Contoh: menulis 258.458 dalam bilangan Maya

                                    1(20)4  = 160.000

                                    12(20)3=  96.000

                                    6(20)2 =     2.400

                                    2(20)1 =          40

                                  18(20)0 =          18  +

                                                  258.458                 

BAB 3
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Jadi nilai tempat adalah dimana suatu nilai itu berharga tergantung pada letaknya.

Sedangkan sistem numerasi disebut sistem tempat jika nilai dari lambang-lambang yang
digunakan menerapkan aturan tempat, sehingga lambang yang sama mempunyai nilai yang
tidak sama karena tempatnya berbeda.

B.    Kritik & Saran


Daftar Pustaka

•Pendidikan Matematika 1

•Subariah, Sri. 2006. Inovasi Pembelajaran Matematika SD. Jakarta: Depdikknas

Anda mungkin juga menyukai