N = {1,2,3,4,5,6,......}
P = {2,3,5,7,11,13,....}
C = {0,1,2,3,4,5,6,....}
B = {...,-3,-2,-1,0,1,2,3,...}
contoh: log 2, e, Ö7
contoh: i, 4i, 5i
http://matematikaevi.blogspot.co.id/2010/11/macam-macam-himpunan-bilangan.html
Sistem Numerasi
Sistem numerasi adalah sekumpulan lambang dan aturan pokok untuk menuliskan bilangan.
Lambang yang menyatakan suatu bilangan disebut numeral/ lambang bilangan.
Banyaknya suku bangsa di dunia menyebabkan banyaknya sistem numerasi yang berbeda. Oleh
karena itu suatu bilangan dapat dinyatakan dengan bermacam-macam lambang, tetapi suatu
lambang menunjuk hanya pada satu bilangan.
Bangsa Mesir Kuno telah mengenal alat tulis sederhana menyerupai kertas yang disebutpapyrus.
Mereka membuat tulisan bebbentuk gambar-gambar dengan menggunakan sejenis pena dengan
tinta berwarna merah atau hitam. Tulisan Mesir Kuno Sering disebut tulisan Hieroglif dan tulisan
ini ditemukan dalam bentuk gambar pada papyrus ataupun guratan-guratan pada batu atau
potongan kayu. Tulisan Mesir Kuno diperkirakan berkembang pada tahun 3400 SM.
Sistem Numerasi Mesir Kuno bersifat aditif, dimana nilai suatu bilangan merupakan hasil
penjumlahan nilai-nilai lambang-lambangnya.
Tulisan atau angka bangsa Babilonia sering disebut sebagai tulisan paku karena betuknya seperti
paku. Orang Babilonia menuliskan huruf paku menggunakan tongkat yang berbentuk segitiga
yang memanjang dengan cara menekannya pada lempengan tanah liat yang masih basah sehingga
dihasilkan cekungan segitiga yang meruncing menyerupai gambar paku. Tulisan paku
diperkirakan dibuat pada tahun 2000 SM.
1)menggunakan basis 60
Bangsa Yunani Kuno telah mengenal huruf dan angka pada tahun 600 SM yang ditandai dengan
tulisan-tulisan bangsa Yunani pada kulit kayu atau logam sehingga bentuk tulisannya pun terlihat
kaku dan kuat. Lambang bilangan Yunani Kuno diambil dari huruf awal penyebutan bilangan
tersebut.
Tulisan atau angka yang dikembangkan bangsa Maya bentuknya sangat aneh, berupa bulatan
lingkaran kecil dan garis-garis. Hal ini tentunya sangat dipengaruhi oleh alat tulis yang dioakai,
yaitu tongkat yang penampangnya silindris, sehingga dengan cara menusukkan tongkat ke tanah
liat akan berbekas lingkaran atau dengan meletakkan tongkat mereka sehingga berbekas garis.
1)menggunakan basis 20
f)Sistem Numerasi Romawi
V =5 , V disebut QUINQUE
M =1000
Bangsa Hindu pada tahun 300 SM diperkirakan sudah mempunyai angka-angka dengan
menggunakan bilangan basis 10, tetapi mereka belum mengenal bilangan nol. Mereka mulai
menggunakan sistem nilai tempat dan mengenali bilangan nol diperkirakan terjadi pada tahun 500
M.
2)bilangan yang lebih dari 9 dituliskan sebagai bentuk suku-suku yang merupakan kelipatan dari
bilangan perpangkatan dengan 10
3)menggunakan nilai tempat, artinya lambang yang sama dengan tempat yang berbeda
mempunyai nilai yang berbeda
KONSEP DASAR
MATEMATIKA 1
NILAI TEMPAT & SISTEM NUMERASI
DISUSUN OLEH :
KELAS I
SEMESTER 1
UMT
2012
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat dan hidayah-
Nya, sehingga kami berhasil menyelesaikan penyusunan tugas makalah ini dengan baik.
Melalui kata pengantar ini penulis lebih dahulu meminta maaf dan memohon
permakluman bila mana isi makalah ini ada kekurangan dan ada tulisan yang saya buat
kurang tepat atau menyinggung perasaan pembaca.
Akhir kata, kami ucapkan terima kasih kepada teman-teman dan dosen atas
kerjasamanya yang telah membantu sehingga terselesaikannya tugas makalah ini dengan
baik
Semoga bermanfaat
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB 1 PENDAHULUAN
C. Tujuan 1
BAB 2 PEMBAHASAN
A. Nilai Tempat 2
b. Macam-Macam Nilai 3
B. Sistem Numerasi
1. Yunani 3
2. Romawi 5
3. Cina 9
4. Hindu-Arab 10
5. Babilonia 12
6. Mesir 13
7. Jepang-Cina 14
8. Maya 15
BAB 3 PENUTUP
A. Kesimpulan 16
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Nilai merupakan sesuatu yang dapat menunjukan kualitas, dan dengan nilai kita dapat
mengenal istilah yaitu nilai tempat. Sebelum kita belajar tentang nilai tempat kita perlu
mengetahui bilangan dan lambang terlebih dahulu.
Menurut sejarah ketika orang melakukan kegiatan membilang atau mencacah kebingungan
untuk memberikan lambang bilangannya. tetapi kemudian dibuatlah sistem numerasi yaitu
sistem yang terdiri dari numerial (lambang bilangan/angka) dan number (bilangan). Sistem
numerasi adalah aturan untuk menyatakan menuliskan bilangan dengan menggunakan
sejumlah lambang bilangan.
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui apa yamg dimaksud nilai
tempat dan juga mengetahui bagaimana sistem-sistem numerasi di berbagai wilayah.
BAB 2
PEMBAHASAN
A. NILAI TEMPAT
a. Pengertian Nilai Tempat
Untuk menyebut hasil membilang diperlukan bilangan, dan untuk menyatakan bilangan
perlu lambang. Tentu saja kurang praktis dan mempersulit pekerjaan jika setiap dua
bilangan yang berbeda mempunyai lambang atau susunan lambang yang sama sekali
berbeda. Dapat dibayangkan bagaimana sulitnya kita mengingat jika bilangan-bilangan dari
1 sampai 1000 masing-masing menggunakan lambang yang sama sekali berbeda satu
sama lain. Ini berarti bahwa kita perlu mencapai lambang-lambang bilangan yang terbatas,
dan membuat peraturan yang sistematis dan tata asas untuk menyusun lambang bilangan
yang manapun, sehingga berbentuk sistem numerasi.
Suatu sistem numerasi disebut sistem tempat jika nilai dari lambang-lambang yang
digunakan menerapkan aturan tempat, sehingga lambang yang sama mempunyai nilai yang
tidak sama karena tempatnya berbeda. Sistem nilai tempat yang pernah dikenal adalah
sistem Mesir kuno, sistem Yunani kuno, sistem Cina, sistem Maya, dan sistem Hindu-Arab.
Sistem ini menentukan sepuluh lambang dasar (pokok) yang disebut angka (digit), yaitu
0.1.2.3.4.5.6.7.8, dan 9. pemilihan sepuluh angka dipengaruhi oleh banyaknya sepuluh jari-
jari tangan (kaki), yaitu 10, sehingga sistem ini lebih dikenal dengan sebutan sistem desimal
(latin: decem=10)
2. Bilangan yang satu lebih dari bilangan 9 disebut 10. Bilangan 10 terdiri atas sepuluh
satuan. Pengelompokan sepuluh satuan menjadi satu menghasilkan :
♪ ♪ ♪♪ ♪♪
♪♪ ♪♪ ♪♪
♪♪ ♪♪ ♪♪
♪ ♪ ♪♪ ♪♪
b. Macam-Macam Nilai
Dalam filsafat, nilai dibedakan dalam tiga macam, yaitu
a. Nilai logika adalah nilai benar salah.
b. Nilai estetika adalah nilai indah tidak indah.
c. Nilai etika/moral adalah nilai baik buruk
B. SISTEM NUMERASI
a. Pengertian Sistem Numerasi
Sistem numerasi adalah sekumpulan lambang dan aturan pokok untuk menuliskan
bilangan. Lambang yang menyatakan suatu bilangan disebut numeral/ lambang bilangan.
Banyaknya suku bangsa di dunia menyebabkan banyaknya sistem numerasi yang berbeda.
Oleh karena itu suatu bilangan dapat dinyatakan dengan bermacam-macam lambang, tetapi
suatu lambang menunjuk hanya pada satu bilangan.
1. Yunani
Matematika Yunani merujuk pada matematika yang ditulis di dalam bahasa Yunani antara
tahun 600 SM sampai 300 M. Matematikawan Yunani tinggal di kota-kota sepanjang
Mediterania bagian timur, dari Italia hingga ke Afrika Utara, tetapi mereka dibersatukan oleh
budaya dan bahasa yang sama. Matematikawan Yunani pada periode setelah Iskandar
Agung kadang-kadang disebut Matematika Helenistik.
Eudoxus (kira-kira 408 SM sampai 355 SM) mengembangkan metoda kelelahan, sebuah
rintisan dari Integral modern. Aristoteles (kira-kira 384 SM sampai 322 SM) mulai menulis
hukum logika. Euklides (kira-kira 300 SM) adalah contoh terdini dari format yang masih
digunakan oleh matematika saat ini, yaitu definisi, aksioma, teorema, dan bukti. Dia juga
mengkaji kerucut. Bukunya, Elemen, dikenal di segenap masyarakat terdidik di Barat hingga
pertengahan abad ke-20. Selain teorema geometri yang terkenal, seperti teorem
Pythagoras, Elemen menyertakan bukti bahwa akar kuadrat dari dua adalah irasional dan
terdapat tak-hingga banyaknya bilangan prima. Saringan Eratosthenes (kira-kira 230 SM)
digunakan untuk menemukan bilangan prima.
Archimedes (kira-kira 287 SM sampai 212 SM) dari Syracuse menggunakan metoda
kelelahan untuk menghitung luas di bawah busur parabola dengan penjumlahan barisan tak
hingga, dan memberikan hampiran yang cukup akurat terhadap Pi. Dia juga mengkaji spiral
yang mengharumkan namanya, rumus-rumus volume benda putar, dan sistem rintisan untuk
menyatakan bilangan yang sangat besar.
Ada 2 macam:
2. Romawi
Geometri terapan sebagai contoh Telah diMilikinya Rumus Menghitung segitiga, terutama
segitiga sama sisi yang rumus aproksimasinya adalah ½ 3/5 a kuadrat.
Sistem numerisasi Romawi yang sekarang ini merupakan modernisasi sistem adisi dari
sistemnya yang lama. Sistem ini bukan sistem yang mempunyai nilai tempat, kecuali pada
hal-hal tertentu yang sangat terbatas. Sistem ini juga tidak mempunyai nol.Sistem Romawi
sudah ada sejak 260 tahun SM. Tetapi sistem Romawi yang seperti sekarang ini belum lama
dikembangkannya. Misalnya lambang bilangan untuk empat adalah “IV” yang sebelumnya
adalah “IIII”. Lambnag untuk 50 = L pernah bentuknya ^, û, dan ¯. Lambang 100 = C.
Pada zaman dahulu kala orang romawi kuno menggunakan penomoran tersendiri yang
sangat berbeda dengan sistem penomeran pada jaman seperti sekarang. Angka romawi
hanya terdiri dari 7 nomor dengan simbol huruf tertentu di mana setiap huruf
melangbangkan memiliki arti angka tertentu, yaitu :
I artinya 1
V artinya 5
X artinya 10
L artinya 50
C artinya 100
D artinya 500
M artinya 1000
Bila lambang sebuah bilangan ditulis dengan dua angka sedangkan angka yang disebelah
kanannya mewakili bilangan yang lebih kecil dari angka yang berada di sebelah kirinya,
maka arti penulisan lambang bilangan itu adalah jumlahnya.
Misalnya angka 4 dalam Romawi IV, I mewakili bilangan yang lebih kecil dari bilangan yang
diwakili oleh V. Sedangkan angka I ditulis disebelah kiri dari V, maka arti IV ialah 5 – 1 yang
sama dengan 4.
Pada prinsip pengurangan ini, I hanya dapat dikurangkan dari V dan X. X hanya dapat
dikurangkan dari L dan C, dan C hanya dapat dikurangkan dari D dan M. Misalnya bilangan
“99”, tidak dituliskan sebagai 100 – 1 yaitu dalam Romawi IC, namun dituliskan sebagai 90 +
9 = (100 – 10) + (10 – 1) yaitu XCIX.
Sistem numerasi Romawi ini menggunakan dasar sepuluh. Jadi tidak ada tulisan VV untuk
melambangkan 10, tetapi harus X.
Untuk menutupi kekurangan angka romawi pada keterbatasan angka kecil, maka
dibuat pengali seribu dari nilai biasa dengan simbol garis strip di atas simbol angka Romawi,
(kecuali I).
V artinya 5 x 1000 atau 5.000
X artinya 10 x 1000 atu 10.000
L artinya 50 x 1000 atau 50.000
C artinya 100 x 1000 atau 100.000
D artinya 500 x 1000 atau 500.000
M artinya 1000 x 1000 atau 1.000.000
X artinya 10 x 1.000.000 atau 10.000.000
C artinya 100 x 1.000.000 atau 100.000.000
M =1000
Persamaannya dengan sistem numerasi hindu arab adalah sama-sama menggunakan basis
sepuluh.
Angka yang boleh diulang adalah I , X ,C , M ( tidak boleh diulang lebih dari 3x ).
4≠IIII tetapi 4=IV
100≠ LL tetapi 100=C
2) Penjumlahan
Jika suatu angka diikuti oleh angka yang lebih kecil, maka nilai angka yang lebih kecil
menambah nilai angka sebelumnya .
XI=11
MD=1.500
3) Pengurangan
Jika angka yang lebih kecil mendahului nilai angka yang lebih besar, maka nilai angka yang
lebih kecil mengurangi nilai angka yang lebih besar
49≠IL tetapi 49=XLIX
999≠IM tetapi 999= CMXCIX
4) Perkalian
Dengan menambahkan tanda strip ( ¯ ), dibaca bardiatas angka romawi maka akan
menambah nilai angka tersebut menjadi 1000 x nya .
X= 10.000
D = 500.000.000
3. Cina
Matematika Cina permulaan adalah berlainan bila dibandingkan dengan yang berasal dari
belahan dunia lain, sehingga cukup masuk akal bila dianggap sebagai hasil pengembangan
yang mandiri. Tulisan matematika yang dianggap tertua dari Cina adalah Chou Pei Suan
Ching, berangka tahun antara 1200 SM sampai 100 SM, meskipun angka tahun 300 SM
juga cukup masuk akal.
Hal yang menjadi catatan khusus dari penggunaan matematika Cina adalah sistem notasi
posisional bilangan desimal, yang disebut pula "bilangan batang" di mana sandi-sandi yang
berbeda digunakan untuk bilangan-bilangan antara 1 dan 10, dan sandi-sandi lainnya
sebagai perpangkatan dari sepuluh. Dengan demikian, bilangan 123 ditulis menggunakan
lambang untuk "1", diikuti oleh lambang untuk "100", kemudian lambang untuk "2" diikuti
lambang utnuk "10", diikuti oleh lambang untuk "3". Cara seperti inilah yang menjadi sistem
bilangan yang paling canggih di dunia pada saat itu, mungkin digunakan beberapa abad
sebelum periode masehi dan tentunya sebelum dikembangkannya sistem bilangan India.[38]
Bilangan batang memungkinkan penyajian bilangan sebesar yang diinginkan dan
memungkinkan perhitungan yang dilakukan pada suan pan, atau (sempoa Cina). Tanggal
penemuan suan pan tidaklah pasti, tetapi tulisan terdini berasal dari tahun 190 M, di dalam
Catatan Tambahan tentang Seni Gambar karya Xu Yue.
Karya tertua yang masih terawat mengenai geometri di Cina berasal dari peraturan kanonik
filsafat Mohisme kira-kira tahun 330 SM, yang disusun oleh para pengikut Mozi (470–390
SM). Mo Jing menjelaskan berbagai aspek dari banyak disiplin yang berkaitan dengan ilmu
fisika, dan juga memberikan sedikit kekayaan informasi matematika.
Pada tahun 212 SM, Kaisar Qín Shǐ Huáng (Shi Huang-ti) memerintahkan semua buku di
dalam Kekaisaran Qin selain daripada yang resmi diakui pemerintah haruslah dibakar.
Dekret ini tidak dihiraukan secara umum, tetapi akibat dari perintah ini adalah begitu
sedikitnya informasi tentang matematika Cina kuno yang terpelihara yang berasal dari
zaman sebelum itu. Setelah pembakaran buku pada tahun 212 SM, dinasti Han (202 SM–
220 M) menghasilkan karya matematika yang barangkali sebagai perluasan dari karya-karya
yang kini sudah hilang. Yang terpenting dari semua ini adalah Sembilan Bab tentang Seni
Matematika, judul lengkap yang muncul dari tahun 179 M, tetapi wujud sebagai bagian di
bawah judul yang berbeda. Ia terdiri dari 246 soal kata yang melibatkan pertanian,
perdagangan, pengerjaan geometri yang menggambarkan rentang ketinggian dan
perbandingan dimensi untuk menara pagoda Cina, teknik, survey, dan bahan-bahan segitiga
siku-siku dan π. Ia juga menggunakan prinsip Cavalieri tentang volume lebih dari seribu
tahun sebelum Cavalieri mengajukannya di Barat. Ia menciptakan bukti matematika untuk
teorema Pythagoras, dan rumus matematika untuk eliminasi Gauss. Liu Hui memberikan
komentarnya pada karya ini pada abad ke-3 M.
Sebagai tambahan, karya-karya matematika dari astronom Han dan penemu Zhang Heng
(78–139) memiliki perumusan untuk pi juga, yang berbeda dari cara perhitungan yang
dilakukan oleh Liu Hui. Zhang Heng menggunakan rumus pi-nya untuk menentukan volume
bola. Juga terdapat karya tertulis dari matematikawan dan teoriwan musik Jing Fang (78–37
SM); dengan menggunakan koma Pythagoras, Jing mengamati bahwa 53 perlimaan
sempurna menghampiri 31 oktaf. Ini kemudian mengarah pada penemuan 53 temperamen
sama, dan tidak pernah dihitung dengan tepat di tempat lain hingga seorang Jerman,
Nicholas Mercator melakukannya pada abad ke-17.
Bangsa Cina juga membuat penggunaan diagram kombinatorial kompleks yang dikenal
sebagai kotak ajaib dan lingkaran ajaib, dijelaskan di zaman kuno dan disempurnakan oleh
Yang Hui (1238–1398 M). Zu Chongzhi (abad ke-5) dari Dinasti Selatan dan Utara
menghitung nilai pi sampai tujuh tempat desimal, yang bertahan menjadi nilai pi paling
akurat selama hampir 1.000 tahun.
4. Hindu-Arab
Sistem numerisasi ini disebut juga sistem numerisasi desimal. Sistem Angka Hindu-Arab
atau sistem angka Hindu adalah suatu posisi desimal sistem angka yang dikembangkan
oleh abad ke-9 oleh matematikawan India , diadopsi oleh Persia ( Al-Khawarizmi sekitar s
'825 buku Di Perhitungan dengan Hindu angka) dan matematikawan Arab ( Al-Kindi sekitar
tahun s '830 volume Pada Penggunaan angka India), dan menyebar ke dunia barat oleh
Abad Pertengahan .
Sistem ini didasarkan pada sepuluh (awalnya sembilan) mesin terbang yang berbeda.
Simbol (glyph) digunakan untuk mewakili sistem ini adalah pada prinsipnya independen dari
sistem itu sendiri. The glyphs digunakan sebenarnya adalah keturunan dari India angka
Brahmi , dan telah terbelah menjadi berbagai varian sejak Abad Pertengahan .
Simbol ini dapat dibagi menjadi tiga keluarga utama: angka India yang digunakan dalam
India , yang Timur angka-angka Arab yang digunakan di Mesir dan Timur Tengah dan Barat
angka-angka Arab yang digunakan dalam Maghreb dan di Eropa .
Simbol yang digunakan untuk mewakili sistem yang terpecah menjadi berbagai varian sejak
Abad Pertengahan , disusun dalam tiga kelompok utama:
a. Barat luas " angka-angka yang "digunakan dengan Latin , Cyrillic , dan huruf Yunani
dalam tabel di bawah ini berlabel "Eropa", turun dari "angka Arab Barat" yang dikembangkan
di Al-Andalus dan Maghreb (Ada dua tipografi gaya untuk rendering angka Eropa, yang
dikenal sebagai tokoh lapisan dan tokoh teks ).
b. "Arab-India" atau " angka-angka Arab Timur "digunakan dengan huruf Arab ,
dikembangkan terutama di tempat yang sekarang Irak. Sebuah varian dari angka Arab
Timur yang digunakan dalam bahasa Persia dan Urdu. Ada variasi substansial dalam
penggunaan mesin terbang untuk Arab-Indic Timur digit, terutama untuk empat, angka lima,
enam, dan tujuh.
c. Angka India yang digunakan dengan skrip dari keluarga Brahmic di India dan Asia
Tenggara.
Sifat-sifat:
Menggunakan sistem bilangan dasar sepuluh. Artinya setiap sepuluh satuan dikelompokkan
menjadi satu puluhan, setiap sepuluh puluhan menjadi satu ratusan, dan seterusnya.
Bilangan-bilangan yang lebih besar daripada 9 dinyatakan sebagai bentuk suku-suku yang
merupakan kelipatan dari perpangkatan 10.
205= 2x102+0x100+5x100
Contoh: 1.234
1= ribuan
2= ratusan
3= puluhan
4= satuan
1. Aturan Aditif
Tidak menggunakan aturan tempat dan nilai dari suatu lambang didapat dari menjumlah nilai
lambang-lambang pokok. Simbolnya sama nilainya sama dimanapun letaknya.
Contoh:
6. Mesir
Matematika Mesir merujuk pada matematika yang ditulis di dalam bahasa Mesir. Sejak
peradaban helenistik, Yunani menggantikan bahasa Mesir sebagai bahasa tertulis bagi
kaum terpelajar Bangsa Mesir, dan sejak itulah matematika Mesir melebur dengan
matematika Yunani dan Babilonia yang membangkitkan Matematika helenistik. Pengkajian
matematika di Mesir berlanjut di bawah Khilafah Islam sebagai bagian dari matematika
Islam, ketika bahasa Arab menjadi bahasa tertulis bagi kaum terpelajar Mesir.
Tulisan matematika Mesir yang paling panjang adalah Lembaran Rhind (kadang-kadang
disebut juga "Lembaran Ahmes" berdasarkan penulisnya), diperkirakan berasal dari tahun
1650 SM tetapi mungkin lembaran itu adalah salinan dari dokumen yang lebih tua dari
Kerajaan Tengah yaitu dari tahun 2000-1800 SM. Lembaran itu adalah manual instruksi bagi
pelajar aritmetika dan geometri. Selain memberikan rumus-rumus luas dan cara-cara
perkalian, perbagian, dan pengerjaan pecahan, lembaran itu juga menjadi bukti bagi
pengetahuan matematika lainnya, termasuk bilangan komposit dan prima; rata-rata
aritmetika, geometri, dan harmonik; dan pemahaman sederhana Saringan Eratosthenes dan
teori bilangan sempurna (yaitu, bilangan 6). embaran itu juga berisi cara menyelesaikan
persamaan linear orde satu juga barisan aritmetika dan geometri.
Juga tiga unsur geometri yang tertulis di dalam lembaran Rhind menyiratkan bahasan paling
sederhana mengenai geometri analitik: (1) pertama, cara memperoleh hampiran \pi yang
akurat kurang dari satu persen; (2) kedua, upaya kuno penguadratan lingkaran; dan (3)
ketiga, penggunaan terdini kotangen.
Naskah matematika Mesir penting lainnya adalah lembaran Moskwa, juga dari zaman
Kerajaan Pertengahan, bertarikh kira-kira 1890 SM. Naskah ini berisikan soal kata atau soal
cerita, yang barangkali ditujukan sebagai hiburan. Satu soal dipandang memiliki kepentingan
khusus karena soal itu memberikan metoda untuk memperoleh volume limas terpenggal:
"Jika Anda dikatakan: Limas terpenggal setinggi 6 satuan panjang, yakni 4 satuan panjang
di bawah dan 2 satuan panjang di atas. Anda menguadratkan 4, sama dengan 16. Anda
menduakalilipatkan 4, sama dengan 8. Anda menguadratkan 2, sama dengan 4. Anda
menjumlahkan 16, 8, dan 4, sama dengan 28. Anda ambil sepertiga dari 6, sama dengan 2.
Anda ambil dua kali lipat dari 28 twice, sama dengan 56. Maka lihatlah, hasilnya sama
dengan 56. Anda memperoleh kebenaran."
Akhirnya, lembaran Berlin (kira-kira 1300 SM) menunjukkan bahwa bangsa Mesir kuno
dapat menyelesaikan persamaan aljabar orde dua.
1=2=2=3=3=4=4=
Bersifat aditif, dimana nilai suatu bilangan merupakan hasil penjumlahan nilai-nilai lambang-
lambangnya.
Vertical staff
7. Jepang-Cina
Ada dua cara penulisan angka dalam bahasa Jepang, di angka Arab (1,2, 3) atau di angka
Cina(一,二,三). Angka Arab lebih sering digunakan dalam menulis horisontal , dan angka
Cina lebih umum dalam menulis vertikal.
8. Maya
Berbasis 20 dan ditulis secara tegak. Suku bangsa Maya sudah mengenal bilangan tak
hingga.
2(20)1 = 40
BAB 3
PENUTUP
A. Kesimpulan
Jadi nilai tempat adalah dimana suatu nilai itu berharga tergantung pada letaknya.
Sedangkan sistem numerasi disebut sistem tempat jika nilai dari lambang-lambang yang
digunakan menerapkan aturan tempat, sehingga lambang yang sama mempunyai nilai yang
tidak sama karena tempatnya berbeda.
•Pendidikan Matematika 1