“BARISAN ARTIMATIKA”
Disusun oleh:
1. Bayu Aji Pamungkas (8)
2. Chelcia Lailatul Zahrani (11)
3. Farellino Okta Permana (18)
4. Faza Hilan Maulana (19)
5. Mahdalena Stya Putri (24)
6. Nabila Mey Soviani (27)
7. Zhahra Renitania Priulan (36)
SMAN 1 KADEMANGAN
BLITAR
2022
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, senantiasa kita ucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang hingga saat ini
masih memberikan kita nikmat iman dan kesehatan, sehingga kami diberi untuk menyelesaikan
makalah tentang “Barisan dan Deret artimatika”. Makalah ini ditulis untuk memenuhi syarat
nilai matapelajaran matematika.
Tak lupa kamijuga mengucapkan terimakasih yang sebanyak-banyaknya kepada setiap pihak
yang telah mendukung serta membantu kami selama proses hingga selesainya makalah ini.
Ucapan terima kasih kami sampaikan pada :
1. Ibu. Charolia Nisa Mistin Z., S.Pd. selaku guru matematika kami, atas bimbingan dan tugas
yang diberikan.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan karya tulis ini masih jauh dari sempurna serta
kesalahan yang kami yakini diluar batas kemampuan kami. Maka dari itu kami dengan senang
hati menerima kritik dan saran yang membangun dari para pembaca. Kami berharap karya tulis
ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………………………….2
BAB I PENDAHULUAN……………………………………...…….4
A. LATAR BELAKANG……………………………………4
B. RUMUSAN MASALAH…………………………………5
C. TUJUAN………………………………………………….5
BAB II PEMBAHASAN….…………….……………………...6
A. PENGERTIAN BARISAN ARTIMATIKA…....6
B. SOAL DAN PEMBAHASAN……………………8
BAB III PENUTUP………..………………………………….11
A. KESIMPULAN…………………………………..11
B. SARAN…………………………………………...11
DAFTAR PUSTAKA………...………………………………..12
3
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Johann Carl Friedrich Gauß (juga dieja Gauss), lahir di Braunschweig, 30 April 1777 dan
meninggal di Göttingen, 23 Februari 1855 pada umur 77 tahun, adalah matematikawan,
astronom, dan fisikawan Jerman yang memberikan beragam kontribusi. Ia dipandang
sebagai salah satu matematikawan terbesar sepanjang masa selain Archimedes dan Isaac
Newton.
Dilahirkan di Braunschweig, Jerman, saat umurnya belum genap 3 tahun, ia telah mampu
mengoreksi kesalahan daftar gaji tukang batu ayahnya. Menurut sebuah cerita, pada umur
10 tahun, ia membuat gurunya terkagum-kagum dengan memberikan rumus untuk
menghitung jumlah suatu deret aritmatika berupa penghitungan deret 1+2+3+…+100. Di
sekolahnya, Gauss dikenal merupakan anak yang dapat dikatakan seorang pembuat
masalah, namun juga merupakan orang yang memiliki kemampuan memecahkan masalah.
Pada saat itu, gurunya memberikan soal sulit pada anak muridnya yang juga termasuk
Gauss di dalamnya. Saat itu Gauss terbilang masih muda untuk menyelesaikan soal
perhitungan 1+2+3+4+…+100. Gurunya bermaksud memberikan soal ini agar sang guru
tak perlu mengajar dan dapat beristirahat. Dia yakin bahwa untuk menyelesaikan soal
tersebut, butuh waktu lama. Namun, ternyata Gauss berhasil memecahkannya dalam waktu
yang cepat. Sang guru pun terkagum-kagum dengan hasil pemecahan Gauss yang cepat dan
tepat. Gauss menciptakan cara untuk menghitung deret aritmatika. Cara yang Gauss
ciptakan untuk menghitung deret aritmatika tersebut memang telah disederhanakan
menjadi rumus ” Dn = n/2 (U1+Un)” yang lebih sederhana, namun tetap berdasarkan cara
yang ditemukan Gauss sendiri. Meski cerita ini hampir sepenuhnya benar, soal yang
diberikan gurunya sebenarnya lebih sulit dari itu.
Diperkirakan manusia sudah mengenal aritmatika sejak zaman prasejarah atau sebelum
ditemukannya tulisan, sekitar 20.000 SM−18.000 SM. Ini dibuktikan dengan ditemukannya
tulang ishango di Kongo, Afrika. Pada tulang betis kera purba tersebut terdapat goresan-
goresan tegak lurus. Menurut penemunya Jean de Heinzelin de Braucourt (seorang
ilmuwan Belgia), goresan-goresan tersebut adalah cara yang dipakai oleh manusia purba
dalam berhitung. Setiap goresan melambangkan angka yang dihitungnya.
Sistem ini juga digunakan oleh bangsa Sumeria untuk menghitung jumlah ternaknya,
tulisan berbentuk baji ini ditulis di atas tanah liat yang digores dengan menggunakan
logam. Perkembangan selanjutnya goresan-goresan yang banyak tersebut diubah menjadi
simbol dan mulai digunakan oleh orang Mesir. Angka-angka berbentuk simbol atau gambar
(disebut juga dengan hieroglif) ini yang mengartikan jumlah tertentu.
4
Aritmetika mulai berkembang pesat saat zaman Yunani. Tahun 1200 SM, Leonardo of
Pisa menulis dalam “Liber Abaci” tentang penggunaan metode India sebagai metode
menghitung yang luar biasa. Mereka menggunakan angka/simbol Hindu-Arab dengan
menggunakan sembilan angka dan simbol nol. Fibonacci memperkenalkan metode ini dan
menyebarluaskan ke Eropa penggunaan angka bergaya India ini (Latin Modus Indorum).
Angka-angka inilah yang kita kenal sekarang sebagai angka 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, dan 0.
Sejarah tertua dari Aritmatika ialah sejarah dari bangsa Mesir dan Babilonia Kuno yang
menggunakan operasi aritmatika sejak 2000 tahun sebelum masehi. Sistem bilangan pada
jaman dahulu bukanlah sistem desimal (basis 10) seperti saat ini tetapi sistem sexagesimal
(basis 60) untuk bangsa Babilonia dan vigesimal (basis 20) untuk bangsa Maya Kuno.
Sistem angka pun awalnya bukan sistem angka Arab (0,1,2…) seperti yang sekarang banyak
digunakan tetapi kebanyakan negara-negara menggunakan sistem angka Romawi
(I,II,III…), angka romawi sudah tidak banyak digunakan sekarang karena angka romawi
tidak mengenal angka.
Barisan dan deret dalam matematika memiliki manfaat yang banyak dalam kehidupan
sehari-hari. Ketika kamu ingin menjadi seorang pengusaha misalnya, perkembangan usaha
yang konstan dari waktu ke waktu mengikuti baris hitung,.Kamu jadi bisa memprediksikan
skala keuntungan dan kerugianmu.
2. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas, di hasilkan beberapa rumusan masalah sebagai berikut.
1. Apa itu barisan aritmatika?
2. Bagaimana cara mengerjakan barisan artimatika ?
3. TUJUAN
Berdasarkan rumusan masalah di atas, di hasilkan beberapa tujuan sebagai berikut.
1. Mempelajari ap aitu barisan aritmatika
2. Memahami cara penyelesaian barisan artimatika
5
BAB II
PEMBAHASAN
6
a = suku pertama
b = beda atau selisih suku pertama dengan suku ke dua, suku ke dua dengan suku ke tiga, dan
seterusnya.
Secara sederhana, barisan aritmatika adalah suatu barisan bilangan dengan pola tertentu
berupa penjumlahan yang memiliki beda atau selisih yang sama atau tetap.
Contoh barisan aritmatika, yaitu 5,10,15,20. Dalam barisan tersebut, setiap suku memiliki
beda atau selisih yang sama, yaitu 5.
setelah memahami cara mencari suku ke-n dalam suatu barisan aritmatika, kamu juga bisa
mencari beda (b) pada barisan aritmatika dengan menggunakan rumus berikut ini:
7
B.Soal soal dan pembahasan
2 . Terdapat suatu barisan aritmatika dengan pola 1, 3, 5, …. Maka berapa suku ke-10 dan
rumus menentukan suku ke n?
Jawab:
a = suku pertama dari barisan = 1
b = U2 – U1
Maka b = 3 – 1 = 2
Jadi:
Un = a + (n-1)b
U10 = 2 + (10 – 1) 2
Sehingga U10 = 2 + (9) 2 = 2 + 18 = 20
3. Terdapat suatu barisan seperti ini : 5, 8, 11, … Jadi berapa nilai suku ke-15 nya?
Jawab:
Barisan diatas, b = 3,
sehingga Un = a + (n-1) b,
maka U15 = 5 + (15-1) 3
Oleh karena itu U15 = 47
8
4. Barisan memiliki suku pertama yaitu 5, sedangkan pembeda adalah 6, berapa suku ke-10
dari barisan tersebut?
Jawab:
Diketahui: a = 5 dan b = 6,
maka : U10 = 5 + (10-1) 6
U15 = 59
5. Jika barisan aritmatika suku pertama = 4. Sedangkan suku ke dua puluh adalah 61.Berapa
beda barisan tersebut!
Jawab:
Dari soal tersebut, kita ketahui bahwa:
a = 4,
U20 = 61,
U20 = 4 + (20-1) b = 61
19 b = 61 – 4 = 57
b = 57/19 = 3 (jadi beda = 3)
9
7. Pada tahun pertama sebuah butik memproduksi 400 stel jas Setiap tahun rata-rata
produksinya bertambah 25 stel jas Berapakah banyaknya stel jas yang diproduksi pada
tahun ke-5 ?
Jawaban:
Banyaknya produksi tahun I, II, III, dan seterusnya membentuk barisan aritmatika yaitu
400, 425, 450, ….
a = 400 dan b = 25
Sehingga:
U5 = a + (5 – 1)b
= 400 + 4 . 25
= 400 + 100
= 500
Jadi banyaknya produksi pada tahun ke-5 adalah 500 stel jas.
8. Terdapat sebuah deret aritmatika yang memiliki S12 = 150 dan S11 = 100. Maka nilai
dari U12 adalah …
Jawaban:
Karena yang diketahui S12 dan S11 maka untuk mencari Un kita bisa gunakan rumus
berikut: Un = Sn – Sn-1
U12 = 150 – 100 = 50
Jadi, nilai dari U12 adalah 50.
10
BAB III
PENUTUPAN
A. Kesimpulan
Jadi dapat di simpulkan bahwa, barisan itu artinya sebuah daftar bilangan yang mengurut
dari kiri ke kanan. Setiap urutan bilangan juga memiliki karakteristik atau pola tertentu.
Setiap bilangan yang ada pada barisan, merupakan suku dalam barisan itu sendiri.
Sementara itu, deret adalah penjumlahan suku-suku dari suatu barisan.
Matematika itu mudah dan menyenangkan bukan?
B. Saran
Diharapkan bagi pembaca untuk menonton fidio penjelasan di youtub, agar mendapatkan
pemahaman yang lebih dalam lagi, perbanyak referensi sumber agar pengetahuan yang di
dapat semakin luas, tetap semangat dan salam matematika.
11
DAFTAR PUSTAKA
Ruswanti. “Contoh-Contoh Soal dan Jawaban Barisan dan Deret Aritmatika” Selasa 16
Agustus 2022. https://www.harianhaluan.com/pendidikan/pr-104092211/contoh-contoh-soal-
dan-jawaban-barisan-dan-deret-aritmatika
Ikmilul maulana. “Baris dan Deret Aritmatika, Matematika Kelas 11” Selasa 16
Agustus2022. https://celotehnidhof.wordpress.com/2019/06/09/sejarah-baris-dan-deret-
aritmatika/
Sabrina Mulia. “Contoh Soal Barisan dan Deret Aritmatika dengan Pembahasan” Selasa 16
Agustus 2022. https://www.zenius.net/blog/materi-soal-barisan-deret-aritmatika
12