Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

Lingkungan Belajar Efektif


( Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pengajaran Remedial)

Dosen Pengampu :

Dr. Tommy Palapa, M.Pd

Dr. Zusje W. M. Warouw, M.Pd

Disusun Oleh :Kelompok 10

Fidela Tandek (18507014)


Sella Marsela Agansi (18507002)
Jelika Kampong (18507024)
Pendidikan Biologi A
Semester 4

UNIVERSITAS NEGERI MANADO


FAKULTA MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN BIOLOGI
2020
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan tuntunan-Nya sehingga

kami kelompok dapat menyelesaikan tugas makalah mata kuliah Pengajaran Remedial materi

tentang Lingkungan Belajar Efektif. Dalam makalah ini, kelompok membahas materi-materi

tentang, apa itu lingkungan belajar efektif, cara menciptakan lingkungan belajar efektif, factor-

faktor, pengaruh waktu terhadap Pembelajaran serta strategi untuk mengelola perilaku buruk

yang sering dilakukan oleh siswa.

Semoga makalah ini dapat berguna dan bermanfaat bagi para pembaca serta menambah

wawasan pengetahuan kita. Kritik dan saran terhadap penyempurnaan makalah ini sangat kami

harapkan. Sekian dan terima kasih.

Tondano, 29 Mei 2020

Kelompok 10
DAFTAS ISI

Kata Pengantar.....................................................................................................................i

Daftar Isi..............................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1..................................................................................................................................Latar

Belakang..................................................................................................................1

1.2..................................................................................................................................Rumusa

n Masalah.................................................................................................................2

1.3..................................................................................................................................Tujuan

.................................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

2.1.Lingkungan Belajar Efektif………………………………………………….……3

2.2.Menciptakan Lingkungan Belajar Yang Efektif………………………………….5

2.3.Faktor-Faktor dalam Mewujudkan Lingkungan Belajar Efektif………………….11

2.4.Pengaruh Waktu Terhadap Pembelajaran………………………………………….12

2.5.Strategi untuk Mengelola Perilaku Buruk yang Sering Dilakukan Siswa…………14

BAB III PENUTUP

3.1..................................................................................................................................Kesimp

ulan..........................................................................................................................17

Daftar Pustaka......................................................................................................................18
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Sekolah mempunyai peran sebagai lembaga pendidikan yang mengembangkan
potensi-potensi siswa, agar mampu menjalani tugas-tugas dalam kehidupan, baik secara
individual maupun sosial. Sekolah merupakan salah satu lingkungan siswa. Lingkungan
dalam pengertian umum, berarti situasi yang ada di sekitar manusia. Manusia tidak bisa lepas
dari lingkungan tempat tinggal, baik itu lingkungan keluarga, lingkungan masyarakat,
maupun lingkungan sekolah. Lingkungan tersebut dapat menimbulkan perubahan tingkah
laku manusia. Karena lingkungan dapat merubah tingkah laku, maka sekolah hendaknya
menciptakan lingkungan belajar efektif bagi siswa sekolah dasar.
Guru merupakan faktor yang sangat penting dalam pendidikan formal pada
umumnya karena bagi siswa sering dijadikan tokoh teladan. Oleh sebab itu, guru seyogyanya
memiliki perilaku dan kemampuan yang memadai untuk mengembangkan siswanya secara
utuh. Untuk melaksanakan tugasnya secara baik sesuai dengan profesi yang dimilikinya, guru
perlu menguasai berbagai hal kompetensi yang dimilikinya, termasuk kemampuan dalam
mengelola kelas.
Dalam menjaga lingkungan sekolah, siswa sangat berperan penting, disamping itu
guru merupakan contoh besar bagi siswa dalam menjaga lingkungan sekolah agar lingkungan
sekolah selalu bersih dan rapi dan dapat meningkatkan motivasi belajar siswa, dan guru lebih
semangat dalam menyampaikan pembelajaran. Lingkungan belajar yang efektif adalah
sebuah lingkungan belajar yang produktif, dimana sebuah lingkungan belajar yang didesain
atau dibangun untuk membantu siswa meningkatkan produktivitas belajar, sehingga proses
belajar mengajar sesuai dengan apa yang diharapkan.

1.2. Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan Lingkungan Belajar Efektif?
2. Bagaimana Menciptakan Lingkungan Belajar Yang Efektif?
3. Apa saja Faktor-Faktor dalam Mewujudkan Lingkungan Belajar Efektif?
4. Bagaimana Pengaruh Waktu Terhadap Pembelajaran?
5. Bagaimana Strategi untuk Mengelola Perilaku Buruk yang Sering Dilakukan Siswa?

1.3. Tujuan
1. Untuk mengetahui maksud dari Lingkungan Belajar Efektif
2. Agar mengetahui cara Menciptakan Lingkungan Belajar Yang Efektif
3. Untuk mengetahui Faktor-Faktor dalam Mewujudkan Lingkungan Belajar Efektif
4. Untuk mengetahui Pengaruh Waktu Terhadap Pembelajaran
5. Untuk mengetahui Strategi untuk Mengelola Perilaku Buruk yang Sering Dilakukan
Siswa

BAB II

PEMBAHASAN
2.1. Lingkungan Belajar Efektif

Lingkungan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi terhadap pembentukan dan
perkembangan perilaku individu, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosio-psikologis,
termasuk di dalamnya adalah belajar. Menurut Hamalik (2008: 195) lingkungan adalah sesuatu
yang ada di alam sekitar yang memiliki dan atau pengaruh tertentu kepada individu. Lingkungan
pendidikan merupakan faktor yang mempunyai pengaruh terhadap praktek pendidikan dan juga
tempat berlangsungnya proses pendidikan.

Lingkungan belajar efektif menitik beratkan pada lingkungan tempat belajar mengajar
berlangsung yang mendukung proses pembelajaran secara efektif dan mendukung perkembangan
belajar siswa. Penciptaan lingkungan pembelajaran yang efektif sering dipandang sebagai cara
dalam mengatasi perilaku buruk siswa. Namun, kini penciptaan lingkungan pembelajaran yang
efektif diartikan sebagai menejemen pembelajaran, yaitu keseluruhan cara yang membuat siswa
yang berperilaku buruk menurun/berkurang jumlahnya.

Lingkungan belajar oleh para ahli sering disebut sebagai lingkungan pendidikan.
Lingkungan pendidikan adalah segala kondisi dan pengaruh dari luar terhadap kegiatan
pendidikan. Lingkungan pendidikan menurut Rahardja dan La Sulo (1994:168) adalah latar
tempat berlangsungnya pendidikan. Menurut Saroni (2011:110), lingkungan belajar adalah
segala sesuatu yang berhubungan dengan tempat proses pembelajaran dilaksanakan. Slameto
(2003: 60) mengemukakan bahwa lingkungan belajar siswa yang berpengaruh terhadap belajar
siswa terdiri dari lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat.
Berdasarkan pengertian dari definisidefinisi di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud
lingkungan belajar adalah tempat berlangsungnya kegiatan belajar yang mendapatkan pengaruh
dari luar terhadap keberlangsungan kegiatan tersebut.

Lingkungan belajar yang efektif adalah sebuah lingkungan belajar yang produktif,
dimana sebuah lingkungan belajar yang didesain atau dibangun untuk membantu siswa
meningkatkan produktivitas belajar, sehingga proses belajar mengajar sesuai dengan apa yang
diharapkan. Lingkungan belajar harus menarik dan mampu membangkitkan gairah belajar serta
menghadirkan suasana yang nyaman untuk belajar. Kelas belajar harus bersih, tempat duduk
ditata sedemikian rupa agar anak bisa melakukan aktivitas belajar dengan bebas. Menurut
Mitsuki dan Lai (dalam Ramadhan et al, 2019) kerusakan lingkungan menghasil krisis ekologis
yang akan menyebabkan serangkaian masalah dengan alam sumber daya, iklim populasi,
makanan dan ekonomi, ini karena lingkungan menentukan dinamika kehidupan, kesehatan
masyarakat, perkembangan perkembangan spiritual dan moral. Manusia yang hidup saat ini
dihadapkan dengan masalah lingkungan, umat manusia dikenal bahwa keberadaanya tergantung
pada status lingkunganya.

Suatu lingkungan pendidikan pasti mempunyai fungsi. Adapun fungsi dari lingkungan
pendidikan menurut Hamalik (2003) adalah sebagai berikut:

1. Fungsi psikologis Stimulus bersumber atau berasal dari lingkungan yang merupakan
rangsangan terhadap individu sehingga terjadi respon yang menunjukkan tingkah laku
tertentu.

2. Fungsi pedagogis Lingkungan memberikan pengaruh-pengaruh yang bersifat mendidik,


khususnya lingkungan yang sengaja disiapkan sebagai suatu lembaga pedidikan, misalnya
keluarga, sekolah, lembaga pelatihan dan lembagalembaga sosial.

3. Fungsi Instruksional Program instruksional merupakan suatu lingkungan pengajaran atau


pembelajaran yang dirancang secara khusus untuk mengembangkan tingkah laku siswa.

Ketiga fungsi diatas menunjukkan bahwa secara psikologis lingkungan belajar yang
efektif secara tidak langsung dapat mempengaruhi tingkah laku belajar ataupun tingkah laku
secara keseluruhan seorang siswa. Siswa akan menikmati dan termotivasi belajar lebih baik
dalam suasana kelas yang efektif. Oleh karena itu, pentingnya manajemen ruang kelas atau
lingkungan belajar yang efektif ini sangat berpengaruh bagi pola pembelajaran ataupun strategi
yang diciptakan oleh guru dan pada pola belajar siswa.

2.2. Menciptakan Lingkungan Belajar Yang Efektif


Penciptaan lingkungan pembelajaran yang efektif melibatkan strategi yang digunakan
guru untuk mempertahankan perilaku yang pantas dan menanggapi perilaku buruk di kelas.
Upaya agar siswa tetap tertarik, terlibat, dan memperlihatkan antusiasme berperan penting untuk
mencegah terjadinya perilaku buruk di kelas. Lingkungan kelas sangat berperan dalam
menciptakan suasana yang efektif. Penataan lingkungan belajar efektif dapat berupa pengelolaan
kelas, penataan sumber dan alat bantu belajar, serta penataan hasil karya siswa.

Lingkungan belajar yang efektif sering disebut dengan manajemen ruang kelas
(classroom management). Manajemen kelas sebagai teknik yang digunakan untuk memelihara
lingkungan yang positif dan produktif, terbebas dari berbagai masalah perilaku. Tetapi bukan
berarti, membuat siswa patuh dan diam. Ada tiga alasan mengapa kita perlu mengelola kelas,
sebagai berikut:

a. Lebih banyak menggunakan waktu untuk pembelajaran (allocated time)


Berdasarkan pengamatan, waktu aktual yang digunakan untuk pembelajaran di
kelas sangat sedikit. Lebih banyak waktu yang digunankan untuk interupsi, disrupsi,
terlambat memulai, dan peralihan yang tidak efisien dan efektif (Karweit & Slavin,
1981). Oleh karena itu, salah satu tujuan dari manajemen kelas adalah mengalokasikan
waktu yang lebih banyak untuk pembelajaran “allocated time” (Woolfolk, 2009: 298).
Meskipun demikian, tidak menjamin bahwa pengalokasian waktu yang banyak secara
otomatis akan meningkatkan prestasi anak kalau tidak digunakan secara efektif. Waktu
yang digunakan siswa untuk terlibat aktif dalam tugas belajar disebut engaged time (time
on task). Bila siswa bekerja dengan tingkat kesuksesan yang tinggi dan benarbenar
memahami materi, maka waktu yang digunakan disebut academic learning time. Ini juga
merupakan tujuan lain dari manajemen kelas, yaitu menjaga agar siswa tetap terlibat
secara aktif dalam kegiatan belajar. Penggunaan waktu secara efisien dan efektif juga
akan memprediksi prestasi siswa maupun keputusan drop-out siswa SMA (Fredricks,
Blumenfeld & Paris, 2004).
b. Akses ke pembelajaran
Setiap kegiatan kelas memiliki aturan partisipasi yang berbeda-beda. Aturan itu
terkadang diuraikan secara jelas, tetapi kadang-kadang juga implisit dan tidak dinyatakan.
Agar siswa dapat berpartisipasi dalam suatu kegiatan, ia harus memahami struktur
partisipasinya. Tujuan lain dari manajemen kelas adalah memberikan akses ke
pembelajaran kepada seluruh siswa. Harus dipastikan bahwa seluruh siswa tahu
bagaimana cara berpartisipasi dalam berbagai kegiatan kelas (Emmer & Stough, 2001).
c. Manajemen untuk Self-Management
Tujuan ketiga dari manajemen kelas adalah membantu siswa agar lebih mampu
mengelola dirinya. Jika guru hanya fokus pada kepatuhan siswa, maka ia akan
menghabiskan waktu pada mengajar, memantau dan mengoreksi. Siswa akan
memandang sekolah tidak lebih dari mengikuti peraturan, bukan pada mengonstruksikan
pemahaman tentang pengetahuan akademik. Sementara struktur belajar yang kompleks
seperti cooperative learning atau problem-bases learning sangat membutuhkan self
management siswa, bukan kepatuhan siswa (McCaslin & Good, 1998). Peralihan dari
menuntut kepatuhan ke mengajarkan self-regulasi dan self-control adalah peralihan yang
fundamental. Pengembangan self-control itu sendiri merupakan pundamental dari
kedisiplinan. Pengetahuan dan keterampilan yang tidak dilandasi dengan self-control
konsekwensi yang ditimbulkan tidak maksimal (Tom Savage, 1999 dalam Woolfolk,
2009: 301). Siswa belajar self-control dengan membuat pilihan-pilihan dan menghadapi
konsekuensinya, menetapkan tujuan dan prioritas, mengelola waktu, berkolaborasi
belajar, memediasi perselisihan, mengembangkan hubungan dan saling mempercayai
dengan guru dan teman sekelas. Mendorong self-management membutuhkan waktu
ekstra. Guru yang hanya memilki sistem manajemen kelas yang efektif, tetapi lalai di
dalam menerapkan self-management sebagai tujuan akan berdampak pada kesulitan
siswa untuk bekerja secara mandiri (Woolfolk, 2009: 301).
 Peran Guru
Dalam menciptakan kondisi yang baik untuk belajar, hendaknya guru
memperhatikan dua hal: pertama, kondisi internal siswa yaitu kondisi yang ada pada diri
siswa itu sendiri, misalnya kesehatan, keamanannya, ketentramannya, dan sebagainya.
Kedua, kondisi eksternal yaitu kondisi yang ada di luar pribadi manusia, sepeti
kebersihan ruangan, penerangan serta keadaan lingkungan fisik yang lain. Dalam
mewujudkan suasana pembelajaran yang efektif, maka perlu dilakukan langkah-langkah
berikut ini:
1. Melibatkan siswa secara aktif
2. Menarik minat dan perhtian siswa
3. Membangkitkan motivasi siswa
4. Memberikan pelayanan individu Siswa
5. Menyiapkan dan menggunakan berbagai media dalam pembelajaran
Pada dasarnya proses belajar mengajar merupakan inti dari proses pendidikan
secara keseluruhan, di antaranya guru merupakan salah satu faktor yang penting dalam
menentukan berhasilnya proses belajar mengajar di dalam kelas. Oleh karena itu guru
dituntut untuk meningkatkan peran dan kompetensinya, guru yang kompeten akan lebih
mampu menciptakan lingkungan belajar yang efektif dan akan lebih mampu mengelola
kelasnya sehingga hasil belajar siswa berada pada tingkat yang optimal.
a. Guru sebagai Demonstrator
Guru menjadi sosok yang ideal bagi siswanya. Guru adalah acuan bagi peserta
didiknya oleh karena itu segala tingkah laku yang dilakukannya sebagian besar akan
ditiru oleh siswanya. Guru sebagai demonstrator dapat diasumsikan guru sebagai tauladan
bagi siswanya dan model bagi peserta didik.
b. Guru sebagai Evaluator
Evaluator atau penilai sangat penting adalah rangkaian pembelajaran karena
setiap pembelajaran pada akhirnya adalah nilai yang dilihat baik kuantitatif maupun
kualitatif. Rangkaian evaluasi meliputi persiapan, pelaksanaan, evaluasi. Tingkat
pemikiran ada beberapa tingkatan antara lain,
1) mengetahui,
2) mengerti,
3) mengaplikasikan,
4) Analisis,
5) Sintesis (analisis dalam berbagai sudut), dan
6) Evaluasi.
Manfaat evaluasi bisa digunakan sebagai umpan balik untuk siswa sehingga hasil
nilai ini bukan hanya suatu point saja melainkan menjadi solusi untuk mencari kelemahan
di pembelajaran yang sudah diajarkan. Hal-hal yang paling penting dalam melaksanakan
evaluasi. Harus dilakukan oleh semua aspek baik efektif, kognitif dan psikomotorik.
Evaluasi dilakukan secara terus menerus dengan pola hasil evaluasi dan proses evaluasi.
Evalusi dilakuakan dengan berbagai proses instrument harus terbuka c. Guru sebagai
Pengelola Kelas Tanpa kemampuan ini maka performa dan karisma guru akan menurun,
bahkan kegiatan pembeajaran bisa kacau tanpa tujuan. Guru Sebagai Pengelola Kelas,
agar anak didik betah tinggal di kelas dengan motivasi yang tinggi untuk senantiasa
belajar di dalamnya. Beberapa fungsi guru sebagai pengelola kelas:
1) Merancang tujuan pembelajaran mengorganisasi beberapa sumber pembelajaran.
2) Memotivasi (reward dan punishment), mendorong, dan menstimulasi siswa.
3) Mengawasi segala sesuatu apakah berjalan dengan lancar apa belum dalam rangka
mencapai tujuan pembelajaran
d. Guru sebagai Fasilitator
Seorang guru harus dapat menguasai benar materi yag akan diajarkan juga media
yang akan digunakan bahkan lingkungan sendiri juga termasuk sebagai sember belajar
yang harus dipelajari oleh seorang guru. Seorang siswa mempunyai beberapa kemampuan
menyerap materi berbeda-beda oleh karena itu pendidik harus pandai dalam merancang
media untuk membantu siswa agar mudah memahami pelajaran. Keterampilan untuk
merancang media pembelajaran adalah hal yang pokok yang harus dikuasai, sehingga
pelajaran yang akan diajarkan bisa dapat diserap dengan mudah oleh peserta didik. Media
pembelajaran didalam kelas sangat banyak sekali macamnya misalkan torsu, chart maket,
LCD, OHP/OHT, dll.

 Pengelolaan Kelas
Pengelolaan kelas adalah keterampilan guru untuk menciptakan dan memelihara
suasana kelas bila terjadi gangguan dalam proses belajar-mengajar. Suatu kondisi belajar
yang optimal dapat tercapai jika guru mampu mengatur siswa dan sarana pengajaran serta
mengendalikannya dalam suasana yang menyenangkan untuk mencapai tujuan
pengajaran dan hubungan interpersonal yang baik antara guru dengan siswa dan siswa
dengan siswa.
Secara etimologi, pengelolaan kelas dapat diartikan sebagai upaya merencanakan,
mengorganisir, mengarahkan, mengkoordinasi, dan mengontrol kelompok belajar yang
dilakukan oleh pembelajar untuk mencapai tujuan pembelajaran. Pengelolaan kelas
berbeda dengan pengelolaan pembelajaran. Pengelolaan pembelajaran lebih menekankan
pada kegiatan perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan tindak lanjut dalam suatu
pembelajaran. Sedangkan pengelolaan kelas lebih berkaitan dengan upaya-upaya untuk
menciptakan dan mempertahankan kondisi yang optimal bagi terjadinya proses belajar
(pembinaan rapport , penghentian perilaku peserta didik yang menyelewengkan
perhatian kelas, pemberian ganjaran, penyelesaian tugas oleh peserta didik secara tepat
waktu, penetapan norma kelompok yang produktif), di dalamnya mencakup pengaturan
orang (peserta didik) dan fasilitas.
Maka pengelolaan kelas merupakan usaha sadar atau keterampilan seorang guru
untuk menciptakan, mengatur, dan memelihara kegiatan proses belajar mengajar secara
sistematis dan kondusif yang mengarah pada penyiapan sarana dan alat peraga,
pengaturan ruang belajar, mewujudkan situasi atau kondisi proses belajar mengajar
berjalan dengan baik dan tujuan kurikuler dapat tercapai Pendapat beberapa ahli tentang
pengelolaan kelas dapat dilihat sebagai berikut Menurut Lois V, Johnson dan Mary A.
Bani (Classroom Management), yang diikhtisarkan oleh Dr. Made Pidarta, 1970.
Pengelolaan kelas ditinjau dari konsep lama adalah mempertahankan ketertiban kelas.
Pengelolaan kelas ditinjau dari konsep modern adalah proses seleksi dan penggunaan
alat-alat yang tepat terhadap problema dan situasi kelas.
Guru harus mampu mengelola kelasnya dengan baik sehingga siswa merasa
betah, nyaman, dan termotivasi. Menurut USAID (2013), pengelolaan kelas yang efektif
paling tidak memenuhi hal-hal yaitu sebagai berikut.
1. Mobilitas: peserta didik mudah bergerak ke bagian lain dalam kelas.
2. Aksebilitas: peserta didik mudah menjangkau sumber belajar yang tersedia.
3. Komunikasi: peserta didik mudah berkomunikasi secara intensif kepada seluruh teman
di kelas.
4. Interaksi: memudahkan interaksi antara guru dan peserta didik maupun antar peserta
didik. Interaksi yang tercipta berupa interaksi multi-arah.
5. Dinamika : kelas dinamis, dibuktikan dengan dinamika kelompok, dinamika individu,
dan dinamika pembelajaran.
6. Variasi kerja peserta didik: memungkinkan peserta didik bekerja secara perorangan,
berpasangan, atau kelompok. Misalnya dalam berdiskusi, melakukan percobaan, dan
presentasi.
Penataan sumber dan alat bantu belajar hendaknya diatur sedemikian rupa
sehingga sumber belajar mudah diakses oleh siswa maupun guru. Misalnya penempatan
alat bantu belajar di tengah ruangan memungkinkan semua siswa memiliki jarak yang
relatif sama dalam mengaksesnya daripada alat tersebut ditempatkan di salah satu pojok
ruangan. Penataan pajangan hasil karya siswa selain perlu memenuhi aspek estetika
(keindahan) juga perlu diatur sedemikian rupa sehingga berada dalam jangkauan
pandang/sentuh siswa agar mereka benar-benar memperoleh manfaat dari pemajangan
hasil karya tersebut, seperti termotivasinya siswa untuk menghasilkan karya yang lebih
bagus dan tumbuhnya kompetisi positif antar siswa untuk menciptakan hasil/karya yang
lebih baik. Lingkungan fisik dalam ruangan kelas dapat menjadikan belajar aktif. Tidak
ada satu bentuk ruang yang kelas yang mutlak ideal, namun ada beberapa pilihan yang
dapat diambil sebagai variasi. Dekorasi interior kelas juga perlu dirancang sehingga
peserta didik menjadi betah. Ada setidaknya 10 (sepuluh) macam formasi kelas dalam
kerangka mendukung penerapan pembelajaran kontekstual/pembelajaran aktif (Melvin L.
Silberman, 1996 dalam USAID, 2013).
Setting atau formasi kelas tidak dimaksudkan untuk menjadi susunan yang
permanen, namun hanya sebagai alternatif dalam penataan ruang kelas.
1. Formasi Huruf U
2. Formasi Corak Tim
3. Meja Konferensi
4. Formasi Lingkaran
5. Kelompok untuk Kelompok
6. Tempat Kerja (Workstation)
7. Pengelompokan Terpisah (Breakout groupings)
8. Kelas Tradisional.

2.3. Faktor-Faktor dalam Mewujudkan Lingkungan Belajar Efektif


Faktor yang memberi andil pada manejemen ruang kelas yang efektif meliputi
waktu untuk memulai tahun ajaran yang tepat, penataan ruang kelas demi pembelajaran
yang efektif, dan penetapan peraturan dan prosedur kelas tentang perilaku siswa. Menurut
Bimo Walgito (2004) faktor-faktor yang mempengaruhi lingkungan belajar yang efektif
sebagai berikut.
a. Tempat.
Tempat belajar yang baik merupakan tempat yang tersendiri, yang tenang,
mempunyai warna dinding yang tidak menyolok dan di dalam ruangan tidak terdapat
hal-hal yang dapat mengganggu perhatian. Disamping itu juga perlu diperhatikan
mengenai suhu, penerangan dan ventilasi udara dengan baik.
b. Alat-alat untuk belajar.
Dalam proses belajar dan mengajar, peralatan dan perlengkapan belajar
merupakan komponen penting yang turut menentukan kualitas pembelajaran. Proses
belajar dan mengajar tidak akan dapat berjalan dengan baik tanpa adanya dukungan
dari perlatan yang memadai. Dalam proses belajar dan mengajar, semakin lengkap
peralatan yang ada, maka PBM akan dapat berjalan dengan lebih baik.
c. Suasana.
Suasana belajar disini adalah berbagai elemen atau aspek dalam lingkungan yang
ada dalam proses belajar siswa. Suasana disini berkaitan dengan hal atau peristiwa
yang sering terjadi di sekitar siswa dalam aktivitas belajarnya. Suasana belajar
merupakan salah satu aspek yang dapat mendukung proses belajar siswa. Dengan
melihat begitu pentingnya aspek suasana belajar dalam proses belajar siswa, maka
perlu diciptakan suasana yang tenang, tenteram dan damai yang dapat mendukung
proses belajar siswa baik di sekolah maupun di sekitar tempat tinggalnya.
d. Waktu.
Dalam masalah penetapan waktu belajar, hendaknya dapat diperhatikan dengan
sebaik-baiknya. Dalam pelaksanaan proses belajar dan mengajar di sekolah sebaiknya
dilakukan pada waktu pagi hari. Hal ini dimaksudkan bahwa diwaktu pagi hari
kondisi siswa masih dalam keadaan segar. Masalah waktu belajar yang sering
dihadapi oleh siswa adalah waktu yang ada untuk belajar tidak dimanfaatkan dengan
sebaik-baiknya. Dalam pengaturan waktu belajar, seorang harus dapat mencari dan
membagi waktu yang ada dengan adil antara waktu untuk belajar, bermain, aktivitas
lain-lain dan juga waktu istirahat.
e. Pergaulan.
Pergaulan anak, dalam hal ini adalah dengan siapa anak itu bermain akan
berpengaruh terhadap belajar anak. Apabila anak dalam bergaul memilih dengan
teman yang baik, maka akan berpengaruh baik terhadap diri anak, dan sebaliknya
apabila anak bergaul dengan teman yang kurang baik, maka akan membawa pengaruh
yang tidak baik pada diri anak.

2.4. Pengaruh Waktu Terhadap Pembelajaran


Waktu adalah suber daya yang terbatas. Istilah untuk waktu pembelajaran yang tersedia
adalah alokasi waktu (time alocation) atau waktu yang tersedia bagi siswa untuk memperoleh
kesempatan belajar. Ketika guru mengajar, siswa belajar dengan memberikan perhatian. Aspek
terpenting waktu ialah sesuatu yang berada dalam pengendalian langsung oleh guru,
pengorganisasian dan penggunaan waktu di ruang kelas.
Metode untuk memaksimalkan alokasi waktu meliputi; pencegahan waktu yang hilang,
pencegahan waktu yang hilang dengan cara tepat waktu saat memulai dan mengakhiri pelajaran,
mencegah gangguan, menangani prosedur rutin dengan lancar dan cepat, meminimalkan waktu
yang dihabiskan untuk disiplin, dan menggunakan waktu sibuk dengan efektif.
a. Mencegah waktu yang hilang.
Salah satu penyebab banyak waktu pembelajaran hilang ialah banyaknya waktu
efektif yang digunakan untuk ujian, libur nasional, rapat sekolah dan lain-lain.
Penggunaan semua waktu di kelas dengan baik bukan berarti memadatkan beberapa
menit atau jam pengajaran setiap tahun, tetapi mengkomunikasikan kepada siswa bahwa
pembelajaran adalah persoalan penting yang sebanding dengan waktu dan upaya mereka.
b. Mencegah keterlambatan memulai dan penyelesaian dini.
Waktu pembelajaran banyak hilang karena guru terlambat masuk kelas pada awal
pembelajaran. Apabila siswa tahu bahwa guru tidak mulai dengan tepat waktu, mereka
mungkin tidak akan bersemangat untuk masuk ke kelas dengan tepat waktu dan sikap ini
akan menyebabkan pelajaran yang dimulai dengan tepat waktu makin sulit pada masa
mendatang.
c. Mencegah gangguan
Gangguan dapat diberikan dari luar seperti pengumuman tertentu, urusan sekolah,
atau dapat disebabkan oleh guru atau siswa sendiri. Gangguan tidak hanya langsung
mengurangi waktu untuk pembelajaran, gangguan juga dapat memutuskan semangat
pembelajaran tersebut, yang dapat mengurangi perhatian siswa pada tugas yang ada.
Untuk mengindari gangguan diperlukan perencanaan
d. Menangani prosedur rutin
Beberapa guru menghabiskan terlalu banyak waktu untuk rutinitas sederhana di
ruang kelas, seperti memanggil nama siswa satu persatu, menghapus papan tulis,
membagiakan mengumpulkan woksheet, ini kurang efektif. Guru seharusnya
menggunakan tenaga siswa sebanyak mungkin.
e. Meminimalkan waktu yang dihabiskan untuk disiplin
Kalau memungkinkan kalimat atau tindakan disipliner seharusnya tidak
menggangu jalannya pelajaran. Tatapan tajam, pergerakan dengan diam dekat siswa yang
mengganggu atau isyarat tangan seperti meletakkan jari pada bibir untuk mengingatkan
siswa untuk diam, biasanya berjalan efektif untuk masalah perilaku kecil yang harus
diatasi guru. Waktu untuk menyelesaikan tugas adalah waktu yang digunakan
masingmasing siswa untuk menyelesaikan pekerjaan yang ditugaskan dengan
sungguhsungguh. Alokasi waktu dan waktu untuk menyelesaikan tugas memiliki
pengertian yang berbeda. Alokasi waktu merujuk pada kesempatan bagi seluruh kelas
untuk terlibat dalam kegiatan pembelajaran. Sedangkan waktu untuk menyelesaikan tugas
dapat berbeda untuk masing-masing siswa tergantung pada daya perhatian siswa dan
kesediaan bekerja.
Guru dapat memaksimalkan waktu untuk menyelesaikan tugas dengan cara berikut
(Slavin, 2011).
a. memberikan pelajaran yang memikat, sehingga siswa memberikan perhatian dan senang
mengerjakanya.
b. mempertahankan momentum, mengacu pada upaya menghindari gangguan atau
hambatan.
c. mempertahankan kelancaran pembelajaran, mengacu pada urutan pengajaran yang
bermakna dan berkesinambungan.
d. mengelola peralihan, mengacu pada penggantian kegiatan dari satu kegiatan ke kegiatan
lain yang memerlukan managemen kelas yang berbeda.
e. mempertahankan fokus kelompok, mengacu pada strategi pengorganisasian ruang kelas
dan teknik bertanya yang memastikan semua siswa terlibat sekalipun hanya satu siswa yang
dipanggil.
f. Penyiagaan kelompok, mengacu pada stategi bertanya yang dirancang untuk membuat
semua siswa waspada selama pengajaran atau diskusi.
g. Mempertahankan focus kelompok selama pekerjaan kelas, dapat dilakukan dengan
memantau kegiatan siswa dengan berkeliling menghampiri meja siswa h. kejelian, tindakan
guru yang menunjukan kesadaran terhadap prilaku siswa setiap saat.
i. Berbuat tumpang tindih, mengacu pada kemampuan guru memberikan perhatian pada
gangguan atau masalah prilaku sambil melanjutkan pelajaran.

2.5. Strategi untuk Mengelola Perilaku Buruk yang Sering Dilakukan Siswa

Pelajaran yang efektif dan penggunaan waktu kelas yang baik bukanlah satusatunya
sarana untuk mencegah atau mengatasi perilaku yang tidak baik. Guru pun harus mempunyai
strategi untuk mengatasi masalah perilaku siswa. Sebagian besar masalah perilaku yang harus
diatasi guru adalah gangguan yang relatif kecil, seperti berbicara saat tidak mendapat gilirannya,
bangkit dari tempat duduk tanpa permisi, tidak menaati peraturan kelas, dan tidak
memperhatikan penjelasan guru di depan kelas. Siswa seharusnya menyadari bahwa mereka
adalah siswa yang berkompeten dan pembelajaran yang mereka lalui itu menyenangkan dan
memuaskan.

Lingkungan ruang kelas yang hangat, penuh motivasi, dan perhatian akan menumbuhkan
sifat siswa yang diinginkan tersebut. Lingkungan ruang kelas yang sehat tidak dapat tercipta, jika
siswa tidak menghormati guru atau guru tidak menghormati siswa. Dalam mewujudkan hal
tersebut, guru layaknya menjadi seorang pemimpin di kelas yang berwenang dalam mengatur
dan menegakkan peraturan di kelas. Guru yang belum menanamkan wewenangnya di kelas,
kemungkinan akan menghabiskan waktu yang banyak untuk mengatasi masalah atau berteriak
pada siswa dalam pembelajaran. Namun, apabila struktur dan prosedur rutin di kelas sudah jelas,
maka makin banyak kebebasan yang dapat diberikan guru kepada siswanya.
Beberapa strategi guru untuk mengatasi masalah perilaku siswa adalah, sebagai berikut.
Guru seharusnya memperbaiki perilaku buruk siswa dengan memberikan intervensi yang paling
sederhana serta benar-benar bermanfaat. Apabila benar-benar memungkinkan, guru mengajar di
kelas sambil terus mengatasi masalah perilaku buruk siswanya. Beberapa contoh intervensi yang
diberikan adalah sebagai berikut.

a. Pencegahan
Guru dapat mencegah masalah perilaku dengan menyajikan materi pelajaran yang
menarik dan hidup, menjelaskan peraturan dan prosedur kelas, mengupayakan siswa tetap
sibuk dalam tugas-tugasnya yang bermakna, dan menggunakan keterampilan dasar dalam
mengajar yang efektif lainnya. Guru dapat melaksanakan berbagai hal dalam
pembelajaran, seperti mengubah isi pelajaran, menggunakan berbagai jenis humor,
menggunakan pembelajaran kooperatif atau berbasis proyek dan semua hal yang dapat
menimbulkan kebosanan. Kelelahan dapat dikurangi dengan istirahat, memvariasikan
kegiatan, dan merancang jadwal pembelajaran di pagi hari agar lebih segar.
b. Isyarat nonverbal
Guru dapat menghilangkan perilaku buruk di ruang kelas dengan memberikan
isyarat nonverbal. Contoh pemberian isyarat nonverbal oleh guru yaitu; menatap siswa
saat ada siswa yang bercakap-cakap dan mendekati siswa yang berperilaku buruk saat
pelajaran sedang berlangsung. Kelebihan pemberian isyarat nonverbal yaitu pembelajaran
tidak terganggu. Sedangkan, penggunaan isyarat verbal memiliki efek yang luas,
misalnya; banyak siswa berhenti bekerja ketika seseorang sedang diperingatkan oleh
guru.
c. Memuji perilaku yang bertentangan dengan perilaku buruk
Pujian adalah salah satu strategi yang ampuh untuk mengurangi perilaku buruk
siswa. Misalnya, pujilah siswa yang melakukan perilaku yang baik, hal ini dapat
mengurangi kecenderungan siswa berperilaku buruk.
d. Memuji siswa lainnya
Sering terjadi di kelas, guru mengupayakan siswa berperilaku baik dengan
memuji siswa lain yang berperilaku baik. Misalnya, guru memuji siswa yang telah
mengumpulkan tugas tepat waktu, maka siswa yang belum mengumpulkan tugasnya akan
berupaya segera mengumpulkan tugas agar memperoleh pujian juga.
e. Peringatan lisan
Jika isyarat nonverbal dirasakan mustahil atau tidak efisien, peringatan lisan
sederhana dapat membantu untuk mendisiplinkan seorang siswa. Peringatan tersebut
seharusnya diberikan langsung setelah siswa berperilaku buruk. Peringatan yang tertunda
biasanya tidak efektif. Peringatan seharusnya bersifat positif dan terfokus pada perilaku,
bukan pada siswanya. Walaupun perilaku siswa tertentu mungkin tidak dapat dibiarkan,
namun siswa itu sendiri selalu diterima dan disambut di ruang kelas tersebut.
f. Peringatan berulang
Ketika siswa menolak untuk menaati peringatan sederhana, salah satu strategi
untuk dicoba pertama-tama ialah mengulangi peringatan tersebut. Guru seharusnya
memutuskan apa yang mereka inginkan untuk dilakukan oleh siswa, mengungkapkan hal
ini dengan jelas kepada siswa tersebut, dan kemudian mengulanginya hingga siswa
tersebut taat.
g. Menerapkan konsekuensi
Jika semua langkah sebelumnya tidak efektif memaksa siswa menaati
permaintaan yang diungkapkan dengan jelas dan masuk akal, langkah terakhir adalah
yaitu menerapkan konsekuensi kepada siswa. Contoh penerapan konsekuensi adalah;
meminta siswa keluar dari kelas, membuat siswa kehilangan waktu istirahat, memanggil
orang tua siswa untuk menghadap kepala sekolah, memanggil siswa untuk menghadap
wali kelas atau kepala sekolah, dan sebagainya. Setelah siswa memperoleh konsekuensi
tersebut, maka seharusnya guru menerima kembali siswa tanpa menyindir atau
menuduhnya kembali. Siswa tersebut berhak memulai sesuatu yang baru.

BAB III
PENUTUP

3.1. KESIMPULAN
Adapun kesimpulan yang diperoleh melalui pembahasan yang telah dilakukan sebelumnya
adalah sebagai berikut.
1. Lingkungan belajar efektif menitik beratkan pada lingkungan tempat belajar mengajar
berlangsung yang mendukung proses pembelajaran secara efektif dan mendukung perkembangan
belajar siswa.
2. Penciptaan lingkungan pembelajaran yang efektif melibatkan strategi yang digunakan guru
untuk mempertahankan perilaku yang pantas dan menanggapi perilaku buruk di kelas berupa
pengelolaan kelas, penataan sumber dan alat bantu belajar, serta penataan hasil karya siswa.
3. Peranan waktu dalam pembelajaran siswa amat penting, yaitu menentukan guru mengajar,
siswa membuat tugas, mencegah gangguan dalam pembelajaran, dan lain sebagainya.
4. Faktor yang berperan mewujudkan pembelajaran yang efektif adalah rancangan tahun ajaran
yang tepat, penataan ruang kelas yang efektif, penetapan prosedur kelas, penjelasan harapan guru
terhadap siswa.
5. Strategi mengelolaan perilaku buruk, yaitu memberikan intervensi terkecil, yang terdiri dari;
pencegahan, isyarat nonverbal, memuji perilaku yang baik, memuji siswa lainnya, peringatan
lisan, peringatatan berulang, dan menerapkan konsekuensi. Penyebab perilaku buruk tetap
dipertahankan karena kurangnya Perhatian Guru, Perhatian Teman Sebaya dan Pembebasan dari
keadaan atau kegiatan yang tidak menyenangkan.

3.2. SARAN
Adapun saran-saran yang dapat penulis sampaikan yaitu dalam menciptakan lingkungan
belajar efektif bagi siswa untuk mendukung proses pembelajaran harus memperhatikan berbagai
faktor dan didukung oleh keluarga, guru, sekolah, masyarakat, dan siswa itu sendiri. Lingkungan
pembelajaran yang efektif diperlukan untuk dapat meningkatkan kualitas pembelajar.

Daftar Pustaka

Putriana, Nita. 2015. “Pengaruh Lingkungan Sekolah Terhadap Prestasi Belajar Siswa di Kelas

XI IPS SMA 8 Pasundan Bandung”. Jurnal pendidikan bahasa Indonesia, 1, 54-55.


Sabri, Ahmad, 2010. Stratrategi Belajar Mengajarmicro teaching, Jakarta: Quantum Teaching,

Hamalik,O. 2003. Proses Belajar mengajar. Jakarta: Bumi Aksara

Http://www.academia.edu/11908157/Lingkungan_Belajar_Yang_Efektif

Mitsuki, I. 2017. Beyond the limitations of enviromental learning outcomes in Taipei

International Journal of Research in Education and Science 4(1) 252-61.

Ramadhan, S,. Sukma, E., & Indriyani, V. 2019. Enviromental education and disaster mitigation

through language learning. IOP Converens Series: Earth and Enviromental Science,

314.

Purwanto, Ngalim. 2007. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Arikunto, Suharsimi. 2006. Pengelolaan Kelas dan Siswa Pendekatan Praktek. Jakarta :

Rineka Cipta.

USAID, 2013. Praktik yang Baik dalam Pembelajaran: Bahan Rujukan bagi LPTK.

siapbelajar.com dapat diakses pada http://siapbelajar.com

Syaefudin, U. 2007. Manajemen Ruang Kelas. Tersedia pada http://file.upi.edu.

Slavin, R. E. 2011. Psikologi Penddikan: Teori dan Praktik. Jakarta: PT Indeks

Anda mungkin juga menyukai