Anda di halaman 1dari 21

STRATEGI PEMBELAJARAN MANDIRI

Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas kelompok


Mata Kuliah “Strategi Pembelajaran”

Dosen Pengampu:

Saimarlina Harahap, M.Pd.

OLEH

KELOMPOK 8

Fauziah Nur 0101171036


Rahmad Syahputra Tobing 0101173136

PROGRAM STUDI:

KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM (KPI-B)

SEMESTER VII

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA

MEDAN

2021
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih dan Maha
Penyayang kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadiratNya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah “strategi pembelajaran mandiri” kami. Makalah ini telah
kami susun dengan maksimal dan mendapat bantuan dari suatu sumber dan
referensi. Untuk itu kami berterimakasih banyak kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu, dengan tangan terbuka menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar
kami dapat memperbaiki makalah ini. Akhir kata kami berharap semoga tugas ini
dapat memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.

Penyusun

Kelompok 8

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................................i

DAFTAR ISI ..................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................ 1


A. Latar Belakang Masalah ......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN .................................................................................................. 3


A. Defenisi Strategi Pembelajaran Mandiri ............................................................... 3
B. Konsep Strategi Pembelajaran Mandiri ................................................................. 5
C. Ciri-Ciri Strategi Pembelajaran Mandiri ............................................................... 6
D. Metode Strategi Pembelajaran Mandiri ................................................................. 9
E. Langkah-Langkah Strategi Pembelajaran Mandiri ............................................... 12
F. Keunggulan Strategi Pembelajaran Mandiri ........................................................ 14
G. Kelemahan Strategi Pembelajaran Mandiri .......................................................... 15

BAB III PENUTUP ......................................................................................................... 17


A. Kesimpulan ........................................................................................................... 17

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... 18

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Proses belajar sering melibatkan ketrampilan dan perilaku baru bagi
peserta didik. Apabila belajar bukan sekedar suatu proses pengumpulan informasi
baru maka peserta didik harus melibatkan diri secara total dalam proses belajar
tersebut. Belajar bukanlah sekedar menerima informasi dari orang lain tentang apa
yang ingin diketahuinya. Belajar yang sesungguhnya memerlukan motivasi yang
tinggi dan suasana yang mendukung proses belajar. Untuk itu peserta didik
memerlukan classroom of life di mana di dalamnya terdapat semangat self-
directed learning atau pembelajaran mandiri (PM).
Belajar mandiri bukan berarti hanya belajar sendiri tetapi dapat dilakukan
secara berkelompok, seperti dalam kelompok tutorial. Belajar mandiri adalah
salah satu cara meningkatkan kemauan dan keterampilan pembelajar dalam proses
belajar tanpa bantuan orang lain dan tidak tergantung pada pengajar, pembimbing,
teman, atau orang lain. Tugas pengajar hanya sebagai fasilitator atau yang
memberikan kemudahan atau bantuan kepada pembelajar. Bantuan itu sifatnya
terbatas seperti dalam merumuskan tujuan belajar, memilih materi pembelajaran,
menentukan media pembelajaran, serta memecahkan masalah yang dihadapi
pembelajar. Bantuan belajar adalah segala bentuk kegiatan pendukung yang
dilaksanakan dalam pembelajaran jarak jauh untuk membantu kelancaran proses
pembelajaran,yang berupa pelayanan akademik dan administrasi akademik,
maupun pribadi.
Menurut Stewart, Keagen dan Holmberg (Juhari,1990) belajar mandiri
pada dasarnya sangat dipengaruhi oleh pandangan bahwa setiap individu berhak
mendapat kesempatan yang sama dalam pendidikan. Proses pembelajaran
hendaknya diupayakan agar dapat memberikan kebebasan dan kemandirian
kepada pembelajar dalam proses belajarnya. Pembelajar bebas secara mandiri
untuk menentukan atau memilih materi pembelajaran yang akan dipelajari dan
bagaimana cara mempelajarinya. Jika dalam pembelajar konvensional lebih
banyak berkomunikasi dengan manusia yaitu pengajar atau pembelajar lainnya.
1
Sedangkan dalam pembelajaran jarak jauh lebih banyak berkomunikasi secara
intrapersonal berupa informasi atau materi pembelajaran dalam bentuk elektronik,
cetak maupun non cetak, seperti komputer/internet dengan surat elektronik (e-
mail), atau melalui media telepon, faksimile, jasa layanan pos, siaran radio,
ataupun siaran televisi.
Strategi pembelajaran mandiri merupakan strategi pembelajaran yang
bertujuan untuk membangun inisiatif individu, kemandirian, dan peningkatan diri.
Belajar mandiri juga bisa dilakukan dengan teman atau sebagai bagian dari
kelompok kecil.1 Perubahan paradigma dalam proses pembelajaran yang tadinya
berpusat pada guru menjadi pembelajaran yang berpusat pada siswa diharapkan
dapat mendorong siswa untuk terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran.
Dalam proses pembelajaran berpusat pada siswa, maka siswa memperoleh
kesempatan dan fasilitas untuk belajar secara mandiri, dan pada akhirnya dapat
meningkatkan mutu kualitas siswa itu sendiri.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang akan
dibahas dalam makalah ini adalah:
1. Bagaimana defenisi strategi pembelajaran mandiri?
2. Apa saja ciri-ciri strategi pembelajaran mandiri?
3. Apa saja metode strategi pembelajaran mandiri?
4. Bagaimana langkah-langkah strategi pembelajaran mandiri?
5. Apa saja keunggulan strategi pembelajaran mandiri?
6. Apa saja kelemahan strategi pembelajaran mandiri?

1
B. Hamzah, Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang Kreatif
dan Efektif, (Jakarta: Bumi Aksara, 2007), h. 12.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Defenisi Strategi Pembelajaran Mandiri
Ada beberapa istilah yang mengacu pada pengertian yang sama tentang
belajar mandiri. Istilah-istilah tersebut antara lain adalah independent learning,
self-directed learning, dan autonomous learning peserta didik. Belajar secara
individual atau secara mandiri yaitu belajar yang dilakukan oleh peserta didik
secara individual atau secara sendiri yang dilakukan peserta didik dalam proses
belajar mengajar cara ini dilakukan untuk memperoleh suatu ketangkasan,
ketepatan, kesempatan dan keterampilan. Strategi belajar mandiri disamping
memungkinkan peserta didik dapat belajar sesuai dengan kemampuan potensinya,
juga memungkinkan setiap peserta didik menguasai seluruh bahan pelajaran
secara penuh.2
Konsep Self Directed Learning (SDL) sebenarnya baru terkenal dalam
dunia pendidikan pada tahun 1970-an. Menurut Holec yang dikutip oleh Miftahul
Huda :
Self Directed Learning adalah pembelajar yang memiliki kemampuan
untuk mengambil alih pembelajarannya sendiri. Sedangkan menurut
Dickinson ialah kondisi dimana pembelajar memiliki kontrol sepenuhnya
dalam proses pembuatan keputusan terkait dengan pembelajarannya
sendiri dan menerima tanggung jawab utuh atasnya, meskipun nantinya
mereka membutuhkan bantuan dan nasihat dari seorang guru. 3
Menurut Kasworm mendefinisikan, self directed learning sebagai
pengarahan diri sendiri sebagai atribut pribadi, dengan tujuan pendidikan
digambarkan sebagai individu berkembang yang dapat mengasumsikan
otonomi moral, emosional, dan intelektual.4
Sedangkan menurut Haris Mudjiman dalam bukunya belajar mandiri
menyatakan bahwa :

2
Muhammad Ali, Guru Dalam Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru, 2000),
h. 94.
3
Miftahul Huda, Model-model Pengajaran dan Pembelajaran, (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar,2013), h. 263.
4
B. Hamzah, Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang Kreatif
dan Efektif,,,.h. 13.
3
Belajar mandiri adalah kegiatan belajar aktif yang didorong oleh niat atau
motif untuk menguasai sesuatu guna mengatasi suatu masalah, dan
dibangun dengan bekal pengetahuan atau kompetensi yang telah dimiliki.
Penetapan kompetensi sebagai tujuan belajar dan cara pencapaiannya,
baik penetapan waktu belajar, tempat, irama belajar, tempo belajar, cara,
sumber belajar maupun evaluasi hasil belajar, yang dapat dilakukan oleh
pembelajar sendiri. 5
Self Directed Learning dapat disebut juga dengan belajar mandiri. Self
Directed Learning atau belajar mandiri merupakan suatu proses belajar yang
mengajak peserta didik melakukan tindakan mandiri yang melibatkan terkadang
satu orang, biasanya satu kelompok. Tindakan mandiri ini dirancang untuk
menghubungkan pengetahuan akademik dengan kehidupan peserta didik sehari-
hari secara sedemikian rupa untuk mencapai tujuan yang bermakna. Tujuan ini
mungkin menghasilkan hasil yang nyata maupun yang tidak nyata.6
Strategi pembelajaran mandiri merupakan strategi pembelajaran yang
bertujuan untuk membangun inisiatif individu, kemandirian, dan peningkatan diri.
Belajar mandiri juga bisa dilakukan dengan teman atau sebagai bagian dari
kelompok kecil.7 Berdasarkan pemaparan di atas, menurut hemat penulis, strategi
pembelajaran mandiri lebih ditentukan oleh motif belajar yang timbul di dalam
diri pembelajar, maka pendidik dalam menyelenggarakan pembelajarannya
dituntut untuk dapat menumbuhkan niat atau motif belajar dalam diri pembelajar.
Oleh karena itu pendidik harus sungguh-sungguh menguasai bidang studinya.
Selain itu mereka harus menguasai berbagai teknik mengajar untuk menarik
pembelajar terhadap materi pelajarannya dan selanjutnya tertarik untuk
mempelajarinya sendiri lebih jauh. Berbagai teknik belajar juga perlu dikuasai
oleh pendidik untuk diajarkan atau dilatihkan kepada pembelajar agar mampu
melakukan kegiatan belajar lebih jauh tanpa bantuan sepenuhnya oleh pendidik.

5
Haris Mudjiman, Belajar Mandiri (Self Motivated Learning),(Surakarta: LPP UNS dan
UNS Press,2008), h. 7.
6
Ibnu Setiawan, Contextual Teaching and Learning: Menjadikan Kegiatan
BelajarMengajar Mengasyikkan dan Bermakna, (Bandung: Kaifa, 2012), h. 152.
7
B. Hamzah, Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang Kreatif
dan Efektif,,,.h. 13.
4
B. Konsep Belajar Mandiri (Self Directed Learning)
Konsep Belajar Mandiri (Self Directed Learning) Kegiatan belajar sebagai
suatu aktivitas fisik dan mental dalam diri individu berkaitan erat dengan strategi
belajar yang diterapkan individu tersebut. Setiap individu yang belajar akan
memiliki strategi atau cara tertentu untuk memperoleh pengetahuan, sikap, dan
keterampilan yang dibutuhkannya, karena strategi belajar bersifat individual.
Artinya, strategi belajar yang efektif bagi diri seseorang belum tentu efektif bagi
orang lain. Untuk memperoleh strategi belajar yang efektif, seseorang perlu
mengetahui serangkaian konsep yang akan membawanya menemukan strategi
belajar yang paling efektif bagi dirinya.
Salah satu konsep belajar yang dapat diterapkan adalah konsep belajar
mandiri (Self Directed Learning). Belajar mandiri (Self Directed Learning) bukan
berarti harus belajar sendiri. Peserta didik sering kali menyalah artikan konsep
belajar mandiri sebagai belajar sendiri. Salah pengertian tersebut terjadi karena
pada umumnya konsep belajar mandiri lebih dikenal di Universitas Terbuka (UT),
yang artinya mahasiswa cenderung belajar sendiri tanpa tutor atau teman kuliah.
Belajar mandiri berarti belajar secara berinisiatif dengan ataupun tanpa guru.
Sebagai seorang yang mandiri, peserta didik tidak harus mengetahui semua hal,
tetapi tidak juga diharapkan menjadi peserta didik yang jenius yang tidak
membutuhkan bantuan orang lain.
Bagian terpenting dari konsep belajar mandiri adalah setiap peserta didik
harus mampu mengidentifikasi sumber-sumber informasi, karena identifikasi
sumber informasi ini sangat dibutuhkan untuk memperlancar kegiatan belajar
peserta didik. Konsep belajar mandiri ini mendorong peserta didik untuk
melakukan kegiatan belajar yang bertumpu pada aktivitas, motivasi dan tanggung
jawab yang ada dalam diri mereka sendiri terhadap kegiatan belajar yang
dilakukannya.8
Sesuai dengan konsep pembelajaran mandiri, bahwa seorang siswa
diharapkan dapat:

8
Rusman, Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru, (Jakarta:
PT. Rajagrafindo Persada, 2014), h. 358.
5
1. Menyadari bahwa hubungan antara pengajar dengan dirinya tetap ada,
namun hubungan tersebut diwakili oleh bahan ajar atau media belajar.
2. Mengetahui konsep belajar mandiri.
3. Mengetahui kapan ia harus minta tolong, kapan ia membutuhkan bantuan
atau dukungan.
4. Mengetahui kepada siapa dan dari mana ia dapat atau harus memperoleh
bantuan/dukungan.9
Kemandirian dalam belajar ini perlu diberikan kepada peserta didik supaya
mereka mempunyai tanggung jawab dalam mengatur dan mendisiplinkan dirinya
serta dapat mengembangkan kemampuan belajar atas kemauan sendiri. Sikap-
sikap tersebut perlu dimiliki peserta didik karena hal tersebut merupakan ciri
kedewasaan orang terpelajar.

C. Ciri-Ciri Strategi Pembelajaran Mandiri


Ciri-ciri umum strategi pembelajaran mandiri menurut Mudjiman adalah:
a. Tujuan Berbentuk Piramid
Pembelajaran mandiri terbentuk struktur tujuan belajar (yang identik
dengan struktur kompetensi) berbentuk piramid. Besar dan bentuk piramid sangat
bervariasi di antara para pembelajar. Sangat banyak faktor yang berpengaruh. Di
antaranya adalah kekuatan motivasi belajar, kemampuan belajar, dan ketersediaan
sumber belajar. Pada umumnya dapat dikatakan bahwa semakin kuat motivasi
belajar, semakin tinggi kemampuan belajar, dan semakin tersedia sumber belajar.
Secara umum dapat dikatakan, bahwa keadaan ini menunjukkan kemungkinan
semakin tingginya kualitas kegiatan belajar, dan semakin banyaknya kompetensi
yang diperoleh.
b. Sumber dan Media Belajar
Pembelajaran mandiri dapat menggunakan berbagai sumber dan media
belajar. Pengajar, tutor, kawan, pakar, praktisi, dan siapapun yang memiliki
informasi dan ketrampilan yang diperlukan pembelajar dapat menjadi sumber
belajar. Paket-paket belajar yang berisi instruksi dan materi, buku teks, hingga

9
Haris Mudjiman, Belajar Mandiri (Self Motivated Learning),,,.h. 6.
6
teknologi informasi dapat digunakan sebagai media belajar dalam pembelajaran
mandiri. Ketersediaan sumber dan media belajar turut menentukan kekuatan
motivasi belajar. Apabila sumber dan bahan belajar tersedia dalam jumlah dan
kualitas yang cukup di dalam mesyarakat, kegiatan pembelajaran mandiri menjadi
terdukung. Lebih-lebih bila penguasaan kompetensi yang bermanfaat bagi
kehidupan masyarakat mendapatkan reward yang sepadan, maka pembelajaran
mandiri akan berkembang menjadi bagian dari budaya masyarakat.
c. Tempat Belajar
Pembelajaran mandiri dapat dilakukan di sekolah, di rumah, di
perpustakaan, di warnet, dan di mana pun tempat yang memungkinkan
berlangsungnya kegiatan belajar. Akan tetapi, memang ada tempat-tempat belajar
tertentu yang paling sering digunakan pembelajar, yaitu rumah dan sekolah.
Lingkungan belajar di tempat-tempat tersebut perlu mendapatkan perhatian,
sehingga pembelajar merasa nyaman melakukan kegiatan belajar.10
d. Waktu Belajar
Pembelajaran mandiri dapat dilaksanakan pada setiap waktu yang
dikehendaki pembelajar, di antara waktu yang digunakan untuk kegiatan-kegiatan
lain. Masing-masing pembelajar memiliki preserensi waktu sendiri-sendiri, sesuai
dengan ketersediaan waktu yang ada padanya.
e. Tempo dan Irama Belajar
Kecepatan belajar dan intensitas kegiatan belajar ditentukan sendiri oleh
pembelajar, sesuai dengan kebutuhan, kemampuan, dan kesempatan yang tersedia.
f. Cara Belajar
Pembelajar memiliki cara belajar yang tepat untuk dirinya sendiri. Ini
antara lain terkait dengan tipe pembelajar, apakah ia termasuk auditif, visual,
kinestetik, atau tipe campuran. Pembelajar mandiri perlu menemukan tipe dirinya,
serta cara belajar yang cocok dengan keadaan dan kemampuannya sendiri.

10
Haris Mudjiman, Belajar Mandiri (Self Motivated Learning),,,.h. 5.
7
g. Evaluasi Hasil Belajar
Evaluasi hasil belajar mandiri dilakukan oleh pembelajar sendiri. Dengan
membandingkan antara tujuan belajar dan hasil yang dicapainya, pembelajar akan
mengetahui sejauh mana keberhasilannya. Hasil self evaluation yang dilakukan
berulang-kali akan turut membentuk kekuatan motivasi belajar yang lebih lanjut.
Pada umumnya kegagalan yang terus menerus dapat menurunkan kekuatan
motivasi belajar. Sebaliknya keberhasilan-keberhasilan akan memperkuat
motivasi belajar.11
Sejalan dengan penjelasan diatas, sebagaimana pendapat Moore yang
dikutip oleh Rusman bahwa :
Ciri utama suatu proses pembelajaran mandiri ialah adanya kesempatan
yang diberikan kepada peserta didik untuk ikut menentukan tujuan,
sumber, dan evaluasi belajarnya. Karena itu, program pembelajaran
mandiri dapat diklasifikasikan berdasarkan besar kecilnya kebebasan
(otonomi) yang diberikan guru kepada peserta didik untuk ikut
menentukan program pembelajarannya. Tugas guru dalam proses belajar
mandiri ialah menjadi fasilitator, yaitu menjadi orang yang siap
memberikan bantuan kepada peserta didik jika diperlukan. Bentuknya
berupa bantuan dalam menentukan tujuan belajar, memilih bahan ajar
dan media belajar, serta memecahkan kesulitan yang tidak dapat
dipecahkan peserta didik sendiri. 12
Teman dalam proses Self Directed Learning sangat penting. Jika
menghadapi kesulitan, peserta didik sering kali lebih mudah atau lebih berani
bertanya kepada teman daripada kepada guru. Teman sangat penting karena dapat
menjadi mitra dalam belajar bersama dan berdiskusi. Disamping itu, teman dapat
dijadikan alat untuk mengukur kemampuannya. Dengan berdiskusi bersama
teman, peserta didik akan mengetahui tingkat kemampuannya dibandingkan
dengan kemampuan temannya. Jika peserta didik merasa kemampuannya masih
kurang dibandingkan denagn kemampuan temannya, ia akan terdorong untuk
belajar lebih giat. Akan tetapi, jika kemampuannya dirasakan sudah melebihi
kemampuan temannya, ia akan terdorong untuk mempelajari topik atau bahasan
lain dengan lebih semangat.

11
Haris Mudjiman, Belajar Mandiri (Self Motivated Learning),,,.h. 5.
12
Rusman, Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru,,,.h. 353.
8
D. Metode Strategi Pembelajaran Mandiri
Untuk dapat menerapkan strategi pembelajaran mandiri, dapat dilakukan
dengan menggunakan metode-metode seperti small group discussion, simulation,
case study, discovery learning (DL), self directed learning (SDL), cooperative
learning (CL), collaborative learning (CBL), contextual instruction (CI), project
based learning (PJBL) dan problem based learning an inquiry (PBL). Adapun
penjelasan metode-metode pada strategi pembelajaran mandiri, antara lain:
1. Small Group Discussion
Diskusi merupakan salah satu elemen belajar secara aktif dan merupakan
bagian dari banyak model pembelajaran SCL yang lain, seperti CL, CbL, PBL dan
lain-lain. Di dalam kelas, kita dapat meminta para siswa untuk membuat
kelompok kecil (misalnya 5 – 10 orang) untuk mendikusikan bahan yang dapat
diberikan oleh pengajar ataupun bahan yang diperoleh sendiri oleh anggota
kelompok tersebut. Metode ini dapat digunakan ketika akan menggali ide,
menyimpulkan poin penting, mengakses tingkat skill dan pengetahuan siswa,
mengkaji kembali topik di kelas sebelumnya, membandingkan teori, isu dan
interprestasi, dapat juga untuk menyelesaikan masalah. 13
2. Simulation
Simulasi adalah model yang membawa situasi yang mirip dengan
sesungguhnya ke dalam kelas. Misalnya simulasi sebagai seorang manajer atau
pemimpin, siswa diminta untuk membuat perusahaan fiktif, kemudian di minta
untuk berperan sebagai manajer atau pemimpin dalam perusahaan tersebut.
Simulasi ini dapat berbentuk permainan peran (role playing). Permainan-
permainan simulasi dan lain-lain. manfaat dari model ini adalah dapat mengubah
cara pandang (mindset) siswa dengan cara mempraktekkan kemampuan umum
(dalam komunikasi verbal dan nonverbal), mempraktekkan kemampuan khusus
mempraktekkan kemampuan tim, mengembangkan kemamapuan menyelesaikan
masalah, mengembangkan kemampuan empati dan lain-lain.

13
Iin Inayatul Maula, “Strategi Pembelajaran Mandiri Pada Madrasah
Ibtidaiyah”,Jurnal el-Santry, Vol. 1, No. 02 Juni 2020, h. 78. (Diunduh dari laman
http://jurnal.staiba.ac.id/index.php/eL-SANTRY/pada tanggal 25 Desember 2020 Pukul 14:00
WIB).
9
3. Discovery Learning (DL)
DL adalah metode belajar yang difokuskan pada pemanfaatan informasi
yang tersedia, baik yang diberikan pengajar maupun yang di cari sendiri oleh
siswa, untuk membangun pengetahuan dengan cara belajar mandiri. Metode ini
dapat dilakukan misalnya dengan memberikan tugas kepada siswa untuk
memperoleh bahan ajar dari sumber-sumber yang dapat diperoleh melalui internet
atau melalui buku, koran, majalah dan lain sebagainya.
4. Self Directed Learning (SDL)
SDL adalah proses belajar yang dilakukan atas inisiatif individu siswa
sendiri. Siswa sendiri yang merencanakan, melaksanakan dan menilai sendiri
terhadap pengalaman belajar yang telah dijalani, dilakukan semuanya oleh
individu yang bersangkutan. Peran pengajar dalam metode ini hanya bertindak
sebagai fasilitator, yang memberi arahan, bimbingan dan konfirmasi terhadap
kemajuan belajar yang telah dilakukan individu siswa tersebut. Manfaat dari
metode ini adalah menyadarkan dan memberdayakan siswa, bahwa belajar adalah
tanggung jawab mereka sendiri. Individu siswa didorong untuk bertanggung
jawab terhdapa semua fikiran dan tindakan yang dilakukannya. Untuk dapat
menerapkan metode ini, kita harus dapat memenuhi asumsi bahwa kemampuan
siswa semestinya bergeser dari orang yang tergantung pada orang lain menjadi
individu yang mampu belajar mandiri.14
5. Cooperative Learning (CL)
CL merupakan metode belajar berkelompok yang dirancang oleh pengajar
untuk memecahkan suatu masalah/kasus atau mengerjakan suatu tugas. Kelompok
ini terdiri dari atas beberapa orang siswa yang memiliki kemampuan akademik
yang beragam. Metode ini sangat terstruktur, karena pembentukan kelompok,
materi yang dibahas, langkah-langkah diskusi serta produk akhir yang harus
dihasilkan, semuanya ditentukan dan dikontrol oleh pengajar. Siswa hanya
mengikuti prosedur diskusi yang dirancang oleh pengajar. CL bermanfaat untuk
membantu menumbuhkan dan mengasah kebiasaan belajar aktif pada diri siswa,

14
Iin Inayatul Maula, “Strategi Pembelajaran Mandiri Pada Madrasah Ibtidaiyah”,,,.h.
79.
10
rasa tanggung jawab individu dan kelompok siswa, kemampuan dan keterampilan
bekerjasama antar siswa, dan keterampilan sosial siswa.
6. Collaborative Learning (CbL)
CbL adalah metode belajar yang menitikberatkan pada kerja sama antar
siswa yang didasarkan pada konsensus yang dibangun sendiri oleh anggota
kelompok. Masalah/tugas/kasus memang berasal dari pengajar dan bersifat open
ended, tetapi pembentukan kelompok yang didasarkan pada minat, prosedur kerja
kelompok, penentuan waktu dan tempat diskusi/kerja kelompok, sampai dengan
bagaimana hasil diskusi/kerja kelompok ingin di nilai oleh pengajar, semuanya
ditentukan melalui konsensus bersama antar anggota kelompok.
7. Contextual Instruction (CI)
CI adalah konsep belajar yang membantu pengajar mengaitkan isi mata
pelajaran dengan situasi nyata dalam kehidupan sehari-hari dan memotivasi siswa
untuk membuat keterhubungan antara pengetahuan dan aplikasinya dalam
kehidupan sehari-hari sebagai anggota masyarakat, pelaku kerja professional atau
manajerial, entrepreneur, maupun investor. Contoh: apabila kompetensi yang
dituntut mata pelajaran adalah siswa dapat menganalisis faktor-faktor yang
mempengaruhi proses transaksi jual beli, maka dalam pembelajarannya, selain
konsep transaksi ini dibahas dalam kelas, juga diberikan contoh dan
mendiskusikannya. Siswa juga diberi tugas dan kesempatan untuk terjun langsung
di pusat-pusat perdagangan untuk mengamati secara langsung proses transaksi
jual beli tersebut, atau bahkan terlibat langsung sebagai salah satu pelakunya,
sebagai pembeli misalnya.
8. Project-Based Learning (PjBL)
PjBL adalah metode belajar yang sistematis, yang melibatkan siswa dalam
belajar pengetahuan dan ketrampilan melalui proses pencarian/penggalian
(inquiry) yang panjang dan terstruktur terhadap pertanyaan yang otentik dan
kompleks serta tugas dan produk yang dirancang dengan sangat hati-hati.15

15
Iin Inayatul Maula, “Strategi Pembelajaran Mandiri Pada Madrasah Ibtidaiyah”,,,.h.
80.
11
9. Problem-Based Learning/Inquiry (PBL/I)
PBL/I adalah belajar dengan memanfaatkan masalah, dimana siswa harus
melakukan pencarian/penggalian informasi (inquiry) untuk dapat memecahkan
masalah tersebut.
Tentu saja tidak semua metode-metode di atas dapat diterapkan,
tergantung pada mata pelajaran yang akan guru ajarkan. Diharapkan juga setelah
mencoba menggunakan salah satu metode-metode di atas guru dapat
mengevaluasi hasil sebelum dan sesudah. Apakah terdapat perubahan dalam hal
penilaian siswa terhadap pengajar, penilaian pengajar terhadap siswa, ataupun
sikap siswa dalam menerima pembelajaran di kelas.16

E. Langkah-Langkah Strategi Pembelajaran Mandiri


Sedangkan dalam proses pembelajaran mandiri ini ada beberapa langkah-
langkah yang akan dilakukan oleh pembelajar baik satu orang atau kelompok
yaitu:
1. Menetapkan Tujuan
Pembelajar memilih atau berpartisipasi dalam memilih, untuk bekerja
demi sebuah tujuan penting, baik yang tampak maupun yang tidak tampak, yang
bermakna bagi dirinya maupun orang lain. Tujuan bukanlah akhir semuanya.
Tujuan itu akan memberikan kesempatan untuk menerapkan keahlian profesional
akademik ke dalam kehidupan sehari-hari. Saat pembelajar mencapai tujuan yang
berarti dalam kehidupan sehari-hari, proses tersebut membantu mereka mencapai
standar akademik yang tinggi. 17
2. Membuat Rencana
Pembelajar menetapkan langkah-langkah untuk mencapai tujuan mereka.
Merencanakan disini meliputi melihat lebih jauh ke depan dan memutuskan
bagaimana cara untuk berhasil. Rencana yang diputuskan siswa tergantung pada
apakah mereka ingin menyelesaikan masalah, menentukan persoalan, atau

16
Iin Inayatul Maula, “Strategi Pembelajaran Mandiri Pada Madrasah Ibtidaiyah”,,,.h.
80.
17
Haris Mudjiman, Belajar Mandiri (Self Motivated Learning),,,.h. 6.
12
menciptakan suatu proyek. Rencana yang dibuat seseorang bergantung pada
tujuannya. Baik tujuan tersebut melibatkan penyelesaian masalah, menyelesaikan
persoalan tersebut, semuannya membutuhkan pengambilan tindakan, mengajukan
pertanyaan, membuat pilihan, mengumpulkan dan menganalisa informasi, serta
berfikir secara kritis. Kemampuan untuk melakukan hal-hal tersebut
memungkinkan keberhasilan pembelajaran mandiri.
3. Mengikuti Rencana dan Mengukur Kemajuan Diri
Sejak semula, pembelajar tidak hanya menyadari tujuan mereka, tetapi
mereka juga harus menyadari keahlian akademik mereka yang harus
dikembangkan serta kecakapan yang diperoleh dalam proses belajar mandiri.
Selain proses tersebut mereka harus mengevaluasi seberapa baik rencana mereka
berjalan.
4. Membuahkan Hasil Akhir
Pembelajar mendapatkan suatu hasil baik yang tampak maupun yang tidak
tampak bagi mereka. Ada ribuan cara untuk menampilkan hasil-hasil dari
pembelajaran mandiri. Yang paling jelas adalah sebuah kelompok mungkin
menghasilkan portofolio, dan dapat pula memberikan informasi menggunakan
grafik, atau tampil untuk mempresentasikan hasil belajar mereka dan siap
dikomentari oleh pembelajar yang lainnya.
5. Menunjukkan Kecakapan Melalui Penilaian Autentik
Para pembelajar menunjukkan kecakapan terutama dalam tugas-tugas
yang mandiri dan autentik. Dengan menggunakan standar nilai dan penunjuk
penilaian untuk menilai portofolio, jurnal, presentasi, dan penampilan pembelajar
sehingga pengajar dapat memperkirakan tingkat pencapaian akademik mereka.
Sebagai tambahan penilaian autentik menunjukkan sedalam apakah proses belajar
mengajar yang diperoleh siswa dari pembelajaran mandiri tersebut. Proses belajar
mandiri adalah proses yang kaya, bervariasi, dan menantang. Keefektifan
bergantung tidak hanya pada pengetahuan dan dedikasi pembelajar, tetapi juga
dedikasi dan keahlian pengajar.18

18
Haris Mudjiman, Belajar Mandiri (Self Motivated Learning),,,.h. 6.
13
Akan tetapi, terdapat tantangan tersendiri yang harus dihadapi guru saat
menerapkan strategi SDL ini. Salah satunya adalah ketidaksesuaian yang tidak
dapat dihindari antara persepsi guru dan peserta didik dalam mengasumsikan
tanggung jawab dan tugas pembelajaran. Selain itu, guru juga tidak memiliki
banyak waktu untuk membantu peserta didik dalam mengorganisasi
pembelajarannya sendiri.19

F. Keunggulan Strategi Pembelajaran Mandiri


Terdapat berbagai fakta yang menyatakan bahwa siswa yang ikut dalam
program pembelajaran mandiri belajar lebih keras, lebih banyak, dan mampu lebih
lama mengingat hal yang dipelajarinya dibandingkan dengan siswa yang
mengikuti kelas konvensional. Belajar mandiri menurut Astawan memberikan
sejumlah keunggulan unik sebagai strategi pengajaran yaitu:
1. Pola ini memberikan kesempatan, baik kepada siswa yang lamban
maupun yang cepat, untuk menyelesaikan pelajaran sesuai dengan tingkat
kemampuan masing-masing dalam kondisi belajar yang cocok.
2. Rasa percaya diri dan tanggung jawab pribadi yang dituntut dari siswa
oleh program belajar mandiri mungkin dapat berlanjut sebagai
kebiasaan dalam kegiatan pendidikan lain, tanggung jawab atas
pekerjaan, dan tingkah laku pribadi.
3. Program belajar mandiri dapat menyebabkan lebih banyak perhatian
tercurah kepada siswa perseorangan dan memberi kesempatan yang lebih
luas untuk berlangsungnya interaksi antar siswa.
4. Kegiatan dan tanggung jawab pengajar yang terlibat dalam strategi
pembelajaran mandiri berubah karena waktu untuk penyajian menjadi
berkurang dan ia mempunyai waktu lebih banyak untuk memantau siswa
dalam pertemuan kelompok dan untuk konsultasi perseorangan.
5. Membentuk siswa yang mandiri dan bertanggung jawab.

19
Miftahul Huda, Model-model Pengajaran dan Pembelajaran,,,.h. 264.
14
6. Siswa mendapatkan kepuasan belajar melalui tugas-tugas yang
diselesaikan.
7. Siswa mendapatkan pengalaman dan keterampilan dalam hal penelusuran
literatur, penelitian, analisis dan pemecahan masalah, jika dalam
menyelesaikan tugas-tugasnya siswa berkelompok menjadi semakin
bertambah, karena melalui kelompok tesebut siswa akan belajar tentang
kerja sama, kepemimpinan dan pengambilan keputusan.
8. Mencapai tujuan akhir dan pendidikan yaitu siswa dapat menjadi guru
bagi dirinya sendiri.20

G. Kelemahan Strategi Pembelajaran Mandiri


Terdapat juga beberapa kelemahan belajar mandiri yang harus diketahui,
yaitu:
1. Kurang terjadi interaksi antara pengajar dengan pembelajar atau antara
pembelajar dengan pembelajar apabila program belajar mandiri dipakai
sebagai metode satu-satunya dalam mengajar. Kerena itu, perlu
direncanakan kegiatan kelompok kecil antara pengajar dan pembelajar
secara berjangka.
2. Strategi pembelajaran mandiri tidak cocok untuk semua pembelajar atau
semua pengajar. Amatan menunjukkan bahwa karena perbedaan gaya
belajar dan mengajar, kira-kira 20% siswa lebih menyukai belajar dalam
kelompok melalui ceramah dan kegiatan interaksi daripada melalui
kegiatan perseorangan.
3. Kurangnya disiplin diri, ditambah lagi dengan kemalasan, menyebabkan
kelambatan penyelesaian program oleh beberapa siswa. Kebiasaan dan
pola perilaku baru perlu dikembangkan sebelum dapat berhasil dalam
belajar mandiri. Karena alasan ini, lebih baik menetapkan batas waktu
(mingguan atau bulanan) yang dapat disesuaikan oleh siswa menurut
kecepatannya masing-masing.

20
I Gede Astawan, Model-Model Pembelajaran Inovatif, (Singaraja: Universitas
Pendidikan Ganesha, 2010), h. 23.
15
4. Strategi pembelajaran mandiri sering menuntut kerja sama dan
perencanaan tim yang rinci di antara staf pengajar yang terlibat. Juga,
koordinasi dengan pelayanan penunjang (sarana, media, percetakan, dan
lain-lain) mungkin diperlukan atau bahkan merupakan suatu keharusan.
Semuanya ini berlawanan dengan ciri pengajaran tradisional yang hanya
dilakukan oleh seorang guru saja.
5. Bila strategi ini diterapkan kepada siswa yang belum dewasa, ia belum
bisa belajar secara mandiri (masih memerlukan bimbingan).
6. Apa yang di dapat dalam pembelajaran mandiri masih belum tentu
benar, maka perlu melakukan pertanyaan atau diskusi.21

21
I Gede Astawan, Model-Model Pembelajaran Inovatif,,,,.h. 22.
16
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Strategi pembelajaran mandiri bukan dalam artian sebatas belajar “sendiri”
tanpa bimbingan. Belajar mandiri dapat dilakukan secara sendiri di rumah,
maupun berkelompok di sekolah. Hal yang lebih essensial dari belajar
mandiri adalah siswa dalam melakukan pembelajaran atas kehendak dan dengan
kemauan serta motivasi dari dirinya sendiri. Belajar dilakukan karena dorongan
individu yang berkehendak dan termotivasi untuk belajar.Untuk meningkatkan
efektivitas belajar mandiri diperlukan lingkungan yang mendukung antara lain:
sumber belajar yang mudah diakses, sarana prasarana yang memadai, kesiapan
pengajar dalam memfasilitasi. Peningkatan jumlah siswa yang mampu melakukan
pembelajaran mandiri dilakukan melalui peningkatan kompetensi guru
dalam mendesain pembelajaran yang mengakomodir hal tersebut.
Sistem pembelajaran mandiri atau proses pembelajaran mandiri, memberi
kesempatan para peserta didik untuk mencerna materi ajar dengan sedikit bantuan
guru. Mereka mengikuti kegiatan belajar dengan materi ajar yang sudah dirancang
khusus sehingga masalah atau kesulitan sudah diantisipasi sebelumnya. Strategi
pembelajaran mandiri ini sangat bermanfaat, karena dianggap luwes, tidak
mengikat, serta melatih kemandirian siswa agar tidak tergantung atas kehadiran
atau uraian materi ajar dari guru. Berdasarkan gagasan keluwesan dan
kemandirian inilah, belajar mandiri telah bermetamorfosis sedemikian rupa,
diantaranya menjadi sistem belajar terbuka, belajar jarak jauh (e-learning).
Dari proses belajar mandiri tersebut diperoleh peran guru atau instruktur
diubah menjadi fasilisator, atau perancang proses belajar. Sebagai fasilisator,
seorang guru atau instruktur membantu peserta didik mengatasi kesulitan belajar,
atau ia dapat menjadi mitra belajar untuk materi tertentu pada program tutorial.
Tugas perancangan proses belajar mengharuskan guru untuk mengubah materi ke
dalam format sesuai dengan pola belajar mandiri.

17
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Muhammad . 2000. Guru Dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar
Baru.
Astawan, I Gede. 2010. Model-Model Pembelajaran Inovatif. Singaraja:
Universitas Pendidikan Ganesha.
Hamzah, B. 2007. Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar Mengajar
yang Kreatif dan Efektif. Jakarta: Bumi Aksara.
Huda, Miftahul . 2013. Model-model Pengajaran dan Pembelajaran. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Maula, I. I. (2020). Strategi Pembelajaran Mandiri Pada Madrasah
Ibtidaiyah. eL-SANTRY: Jurnal Mahasiswa Pendidikan, Syariah dan
Ushuludin, 1(2), 72-84.
Mudjiman, Haris. 2008. Belajar Mandiri. Surakarta: UNS Press.
Rusman. 2014. Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme
Guru. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada.
Setiawan, Ibnu. 2012. Contextual Teaching and Learning: Menjadikan Kegiatan
BelajarMengajar Mengasyikkan dan Bermakna. Bandung: Kaifa.

18

Anda mungkin juga menyukai