Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH

KAJIAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN ISLAM


Tentang
LINGKUNGAN BELAJAR DAN PENGELOLAAN KELAS

Dosen Pengampu:

Dr. Nurfarida Deliani, M.Pd


Dr. Juliana Batubara, M.Pd.,Kons

Disusun Oleh:

Azizah Putri Irmayanti


2320010035

PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


PASCASARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
IMAM BONJOL PADANG
1445 H/2023 M
KATA PENGANTAR

َّ ‫الر ْح ٰمن‬ ‫ه‬


‫الر ِح ْي ِم‬ ِ
َّ ‫اّٰلل‬
ِ ‫ِب ْس ِم‬

Segala puji syukur kami ucapkan kepada Allah SWT atas Rahmat dan karunia-Nya.
Tidak lupa sholawat serta salam tercurah bagi baginda agung Rasulullah SAW yang telah
membimbing kita menuju jalan yang dirahmati.
Alhamdulillah penulis dapat menyelesaikan tugas penulisan makalah pada mata kuliah
Kajian Psikologi Pendidikan Islam. Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada Ibu Dr.
Nurfarida Deliani, M.Pd dan Dr. Juliana Batubara, M.Pd.,Kons selaku dosen mata kuliah
Kajian Psikologi Pendidikan Islam.
Makalah ini telah disusun semaksimal mungkin, penulis sangat menyadari jikalau
masih ada banyaknya kekurangan yang terdapat pada makalah ini. Penulis mohon maaf yang
sebesar-besarnya. Oleh karena itu, penulis menerima kritik dan saran dari pembaca agar penulis
dapat memperbaiki makalah ini.

Padang, 29 September 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................................... i

DAFTAR ISI ..................................................................................................................... ii

A. Pendahuluan ........................................................................................................... 1
B. Pembahasan ............................................................................................................ 2
1. Lingkungan Fisik dan Sosioemosional .............................................................. 2
2. Pengelolaan Kelas ............................................................................................. 6
3. Masalah Berkaitan dengan Lingkungan Belajar dan Pengelolaan Kelas .......... 9
4. Solusi Berkaitan dengan Lingkungan Belajar dan Pengelolaan Kelas .............. 14
5. Pandangan Islam tentang Lingkungan Belajar .................................................. 17
C. Penutup .................................................................................................................... 23

DAFTAR PUSTAKA

ii
A. Pendahuluan
1. Latar Belakang Masalah
Lingkungan belajar adalah semua kondisi yang mempengaruhi tingkah laku
subjek terlihat dalam pembelajaran, terutama pendidikdan peserta didik sebagai ujung
tombak proses pembelajaran di sekolah. Lingkungan belajar yang kondusif sangat
mempengaruhi proses tumbuh kembangnya kualitas pendidik dan peserta didik di
sekolah. Kelas yang kondusif ditujukan agar proses pembelajaran dapat lebih terkontrol
dan memberikan rasa nyaman bagi peserta didik dari sisi psikologis dan kesiapan peserta
didik dalam belajar.1
Pengelolaan kelas merupakan salah satu aspek penting untuk mengoptimalkan
peran dan potensi pendidik dalam pembelajaran. Pembelajaran yang berhasil kuncinya
adalah meningkatkan mutu belajar peserta didik. Menurut Amri dikutip dari buku
Pengelolaan Kelas menjelaskan bahwa pengelolaan kelas adalah kegiatan yang dilakukan
pendidik yang ditunjukkan dengan menciptakan kondisi kelas yang memungkinkan
berlangsung proses pembelajaran yang optimal. Dari kutipan tersebut, dapat ditarik
kesimpulan bahwa pengelolaan kelas sangat berperan penting dalam terbentuknya
pembelajaran yang berlangsung efektif dan optimal bagi peserta didik sehingga
kemahiran pendidik dalam melakukan pengelolaan kelas sangat mempengaruhi
keberhasilan belajar peserta didik.2
Dalam pembelajaran di kelas, sering dijumpai permasalahan di mana banyak
pendidik yang mengajar di kelas yang terlalu besar, dengan peserta didik yang diajar
sangat bervariasi dari segi usia, dan sebagian besar tidak berminat pada pelajaran yang
diberikan. Dalam permasalahan ini, yang sangat dibutuhkan adalah kemampuan pendidik
dalam memahami lingkungan belajar dan pengelolaan kelas sehingga tujuan
pembelajaran dapat tercapai secara optimal. Pengelolaan kelas dimaksudkan tidak hanya
sekedar untuk menghindari kekacauan, tetapi lebih dimaknai sebagai penetapan aturan
agar aktivitas belajar berlangsung dengan lancar, sehingga pengelolaan kelas mencegah
timbulnya masalah disiplin yang tidak perlu terjadi.3

1
Zaturrahmi, “Lingkungan Belajar Sebagai Pengelolaan Kelas: Sebuah Kajian Literatur” 07 No. 04
(2019): 1.
2
Aslamiah, Diani Ayu Pratiwi, and Akhmad Riandy Agusta, Pengelolaan Kelas (Depok: Rajawali Pers,
2022).
3
Nyanyu Khodijah, Psikologi Pendidikan (Depok: Rajawali Pers, 2019), h. 183.

1
B. Pembahasan
1. Lingkungan Fisik dan Sosioemosional
a. Lingkungan Fisik
Salah satu faktor yang mempengaruhi motivasi belajar berasal dari kondisi
lingkungan fisik yang mengitarai peserta didik. Peserta didik di sekolah lebih banyak
belajar di kelas daripada di luar kelas karena kelas merupakan setting untuk berbagai
aktivitas atau kegiatan, mulai dari kegiatan akademis sampai kegiatan sosial. Oleh
sebab itu, lingkungan fisik kelas sangat berperan dalam menciptakan suasana kondusif
yang mendorong peserta didik untuk belajar sehingga penataan ruang dan fasilitas
yang ada di kelas hendaknya mampu membantu peserta didik meningkatkan motivasi
peserta didik untuk belajar.4
Menurut Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, lingkungan berasal dari kata
lingkung yang berarti “sekeliling, sekitar, selingkung, seluruh suatu lingkaran daerah
dan sebagainya.5 Menurut Sartain yang dikutip oleh Hasbullah, yang dimaksud
lingkungan meliputi kondisi dan alam dunia ini dengan cara tertentu mempengaruhi
tingkah laku kita, pertumbuhan, perkembangan atau life processes.6 Lingkungan
adalah segala sesuatu yang berada di alam sekitar yang memiliki makna atau pengaruh
terhadap karakter atau sifat seseorang secara langsung ataupun tidak langsung. 7
Menurut Walgito, mengemukakan bahwa lingkungan secara garis besar
dibedakan menjadi dua bagian, yaitu:
1) Lingkungan Fisik
Lingkungan fisik adalah lingkungan yang ada di sekitar manusia berupa kondisi
alam, misalnya keadaan tanah, keadaan musim, dan lain sebagainya.
2) Lingkungan Sosial
Lingkungan sosial adalah lingkungan Masyarakat, seperti hubungan anggota yang
lainnya saling mengenal dengan baik, sehingga pengaruh lingkungan sosial sangat
mendalam.8
Menurut Ahmadi dan Uhbiyati seperti dikutip oleh Diah Murtiasih, lingkungan
fisik adalah lingkungan alam di sekitar anak, yang meliputi jenis tumbuh-tumbuhan,

4
Diah Murtiasih, Hery Sawiji, and Tutik Susilowati, “Pengaruh Lingkungan Fisik Kelas Dan Dukungan
Orang Tua Terhadap Motivasi Belajar Peserta Didik,” Jurnal Pendidikan Administrasi Perkantoran, June 2015,
h. 3.
5
Hoetomo, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia (Binjai: Mitra Pelajar, 2005), h. 318.
6
Hasbullah, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan, vol. 11 (Jakarta: Rajawali Pers, 2013), h.32.
7
Syamsu Yusuf, Psikologi Perkembangan Anak Dan Remaja (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001).h.54
8
Walgito Bimo, Pengantar Psikologi Umum (Jakarta: Andi, 2004), h. 10.

2
keadaan tanah, rumah, jenis makanan, benda gas, benda cair dan juga benda padat.
Sedangkan menurut Asmani, lingkungan fisik adalah lingkungan yang ada disekitar
peserta didik belajar, berupa sarana fisik, baik yang ada di dalam sekolah maupun di
sekitar sekolah, termasuk masyarakat. Dalam hal ini lebih ditekankan pada lingkungan
fisik dalam kelas dan alat/media belajar yang ada.9 Menurut Nana Saodih
Sukmadinata, lingkungan sekolah meliputi:
1) Lingkungan fisik sekolah, meliputi sarana dan prasarana, prasarana belajar,
sumber-sumber belajar dan sarana belajar.
2) Lingkungan sosial, menyangkut hubungan peserta didik dengan teman-
temannya, pendidiknya dan staf sekolah yang lain.
3) Lingkungan akademis, yaitu suasana sekolah dan pelaksanaan kegiatan belajar
mengajar dan berbagai kegiatan ekstrakurikuler.
Lingkungan fisik tempat belajar mempunyai pengaruh penting terhadap hasil
pembelajaran. Lingkungan fisik yang menguntungkan dan memenuhi syarat minimal
mendukung meningkatnya intensitas proses pembelajaran dan mempunyai pengaruh
positif terhadap pencapaian tujuan pengajaran. Lingkungan fisik yang dimaksud
meliputi:
1) Ruangan tempat berlangsungnya proses belajar mengajar
Ruangan tempat belajar harus memungkinkan semua peserta didik bergerak
leluasa, tidak berdesak-desakan dan saling mengganggu antara peserta didik yang
satu dengan yang lainnya pada saat melakukan aktivitas belajar. Besarnya ruangan
kelas tergantung pada jenis kegiatan dan jumlah peserta didik yang melakukan
kegiatan. Terdapat beberapa syarat yang perlu diupayakan agar kelas nyaman dan
menyenangkan, seperti penataan ruang kelas, perlengkapan kelas, ruang
laboratorium,dll. Pada umumnya luas ruangan sebuah kelas di Indonesia adalah
56m2. Secara ideal ruangan kelas seluas ini diisi oleh 20-25 orang siswa. Jika
ruangan itu diisi lebih dari itu maka efisiensi belajar kurang tercapai dengan baik.
Di sekolah-sekolah modern penentuan besarnya ruang kelas ditentukan oleh jenis
kegiatan yang akan dilakukan pada pelajaran, apakah dalam bentuk tatap muka,
praktikum, demontrasi, simulasi, dll dan jumlah siswa pendaftar yang akan
melakukan kegiatan ini.

9
Murtiasih, Sawiji, and Susilowati, “Pengaruh Lingkungan Fisik Kelas Dan Dukungan Orang Tua
Terhadap Motivasi Belajar Peserta Didik.” Jurnal Pendidikan Administrasi Perkantoran, Juni 2015

3
2) Pengaturan tempat duduk
Dalam mengatur tempat duduk yang penting adalah memungkinkan
terjadinya tatap muka, dengan demikian pendidik dapat mengontrol tingkah laku
peserta didik. Pengaturan tempat duduk akan mempengaruhi kelancaran proses
belajar mengajar. Di sebagian besar ruang kelas, tempat duduk siswa dapat disusun
untuk mendukung tujuan belajar bagi pelajaran apapun yang diberikan. Guru bebas
menyuruh siswa mengatur ulang bangku mereka untuk memudahkan jenis interaksi
yang diperlukan. Atur tempat duduk sehingga siswa menghadap ke depan untuk
membantu mereka tetap fokus ke depan. Yang ingin dicapai adalah fleksibilitas. 10
3) Ventilasi dan Pengaturan Cahaya
Suhu, ventilasi dan penerangan (pendidik sulit mengatur karena sudah ada)
adalah aset penting untuk terciptanya suasana belajar yang nyaman. Oleh karena
itu, ventilasi harus cukup menjamin kesehatan peserta didik. Jendela harus cukup
besar sehingga memungkinkan panas cahaya matahari masuk, udara sehat dengan
ventilasi yang baik, sehingga semua peserta didik dalam kelas dapat menghirup
udara segar yang cukup mengandung oksigen, peserta didik harus dapat melihat
tulisan dengan jelas, tulisan di papan, buku bacaan, dan sebagainya. Cahaya harus
datang dari sebelah kiri, cukup terang akan tetapi tidak menyilaukan. Ruang belajar
yang pengap akan menyebabkan kebosanan belajar, apalgi jika ruang itu gelap.
Untuk diperoleh ruangan yang representatif untuk kegiatan belajar, perancang
bangunan harus bekerjasama dengan ahli kurikulum. Ia akan senantiasa
memberikan penjelasan tentang segala kebutuhan bagi keperluan belajar, terutama
tentang ventilasi dan cahaya.
4) Pengaturan Penyimpanan Barang
Barang-barang hendaknya disimpan pada tempat khusus yang mudah
dicapai ketika suatu saat diperlukan dan akan dipergunakan bagi kepentingan
belajar. Barang-barang yang karena nilai praktisnya tinggi dan dapat disimpan di
ruang kelas seperti buku Pelajaran, pedoman kurikulum, kartu pribadi dan
sebagainya, harusnya ditempatkan sedemikian rupa sehingga tidak mengganggu
gerak kegiatan peserta didik.

10
Boobi Deporter, Quantum Teaching: Mempraktikkan Quantum Learning Di Rung-Ruang Kelas
(Bandung: Kaifa, 2000), h. 70.

4
5) Pengaturan Alat-Alat Pengajaran
Diantara alat-alat pengajaran dikelas yang harus diatur adalah sebagai berikut:
a) Alat peraga / media pengajaran Alat peraga atau media pengajaran semestinya
diletakkan di kelas agar memudahkan penggunaannya. Pengaturan alat peraga
atau media pengajaran dilakukan bersama-sama anak didik.
b) Papan tulis, kapur tulis, dan lain-lain, ukuran papan tulis disesuaikan, warna
papan tulis harus kontras, dann penempatannya memperhatikan estetika dan
terjangkau oleh anak didik.
c) Papan presensi anak didik Papan presensi anak didik ditempatkan di bagian
depan sehingga dapat dilihat oleh semua anak didik dan papan presensi anak
didik digunakan sesuai mestinya.
d) Perpustakaan kelas Sekolah yang maju mempunyai perpustakaan di setiap
kelas dan pengaturannya dilakukan bersama-sama anak didik.11
6) Penataan Keindahan dan Kebersihan Kelas
Terdapat berbagai macam hal yang bisa dilakukan dalam menata
keindahan dan kebersihan kelas, diantaranya adalah:
a) Hiasan dinding
Hiasan dinding hendaknya dimanfaatkan untuk kepentingan pengajaran,
misalnya: burung Garuda, teks proklamasi, slogan pendidikan, gambar
pahlawan, peta / globe, gambar presiden dan wakil presiden.
b) Pemeliharaan kebersihan
Dalam menjaga kebersihan kelas hendaknya diberi jadwal piket tiap
anak agar membersihkan kelas setiap hari dan juga guru harus aktif memeriksa
kebersihan kelas.
b. Lingkungan Sosioemosional
Kondisi sosioemosional dalam kelas akan mempunyai pengaruh yang cukup
besar terhadap proses belajar mengajar, kegairahan peserta didik dan efektivitas
tercapainya tujuan pengajaran. Kondisi sosio emosional tersebut meliputi:
1) Tipe Kepemimpinan
Peranan pendidik dan tipe kepemimpinan pendidik akan mewarnai suasana
emosional di dalam kelas. Apakah pendidik melaksanakan kepemimpinannya
secara demokratis. Tipe kepemimpinan pendidik yang lebih menekankan kepada

11
Ahmad Rohani and Abu Ahmadi, Pengelolaan Pengajaran (Jakarta: Rineka Cipta, 1991), h. 129–38.

5
sikap demokratis lebih memungkinkan terbinanya sikap persahabatan pendidik dan
peserta didik dengan dasar saling memahami dan saling mempercayai.
2) Sikap Pendidik
Sikap pendidik dalam menghadapi peserta didik yang melanggar peraturan
sekolah hendaknya tetap sabar, dan tetap bersahabat dengan suatu keyakinan
bahwa tingkah laku peserta didik akan dapat diperbaiki. Jika pendidik terpaksa
membenci, bencilah tingkah lakunya bukan membenci peserta didik. Ciptakan satu
kondisi yang menyebabkan peserta didik sadar akan kesalahannya sehingga ada
dorongan untuk memperbaiki kesalahannya.
3) Suara Pendidik
Suara pendidik, walaupun bukan faktor yang besar tetapi turut
mempengaruhi dalam proses belajar mengajar. Suara hendaknya relative rendah
tetapi cukup jelas dengan volume suara yang penuh dan kedengerannya rileks
cenderung akan mendorong peserta didik untuk memperhatikan Pelajaran, dan
tekanan suara hendaknya bervariasi agar tidak membosankan peserta didik.
4) Pembinaan Hubungan Baik
Pembinaan hubungan baik anatara pendidik dan peserta didik dalam masalah
pengelolaan kelas adalah hal yang sangat penting. Dengan terciptanya hubungan
baik antara pendidik dengan peserta didik, diharapkan peserta didik selalu gembira,
penuh gairah dan semangat, bersikap optimistic, realistik dalam kegiatan belajar
yang sedang dilakukannya serta terbuka terhadap hal-hal yang ada pada dirinya.12
2. Pengelolaan Kelas
a. Pengertian Pengelolaan Kelas
Menurut Nurhalisah, pengelolaan kelas terdiri dari dua kata, yaitu pengelolaan
dan kelas. Pengelolaan dalam makna umum adalah pengadministrasian, pengaturan,
dan penataan suatu kegiatan.13 Kelas merupakan sekolompok peserta didik yang
belajar bersama ketika kelompok itu menjalani proses pembelajaran pada tempat dan
waktu yang diatur secara formal.14 Di dalam kelas terdiri dari sejumlah peserta didik

12
Aslamiah, Diani Ayu Pratiwi, and Akhmad Riandy Agusta, Pengelolaan Kelas (Depok: Rajawali Pers,
2022), h. 38.
13
Nurhalisah, “Peranan Guru Dalam Pengelolaan Kelas,” Jurnal Lentera Pendidikan 13 No. 2 (2010):
194.
14
Sudarwan Danim and Yunan Danim, Administrasi Sekolah Dan Manajemen Kelas (Bandung: Pustaka
Setia, 2010), h. 98.

6
yang sedang menerima pengajaran dari seorang pendidik, bagaikan dua mata rantai
yang tidak terpisah pada makna tersebut yaitu pendidik dan peserta didik.
Menurut Mulyasa yang dikutip oleh Maryati Salmiah, pengelolaan kelas adalah
keterampilan pendidik untuk menciptakan iklim pembelajaran yang kondusif dan
mengendalikannya jika terjadi gangguan dalam pembelajaran. Suharsimi Arikunto
menungkapkan, pengelolaan kelas adalah suatu usaha yang dilakukan oleh
penanggung jawab kegiatan belajar mengajar atau yang membantu dengan maksud
agar dicapai kondisi optimal sehingga dapat terlaksana kegiatan belajar seperti yang
diharapkan.
Pengelolaan kelas adalah keterampilan pendidik dalam menciptakan,
mengendalikan dan memelihara kondisi belajar yang optimal. Inti dari pengelolaan
kelas yang baik dan optimal, permasalahan yang muncul dan dapat mengganggu
pembelajaran dapat teratasi lewat strategi yang efektif. Pengelolaan kelas sangat
diperlukan dalam mencapai tujuan pembelajaran karena suasana kelas yang dinamis.
Kelas yang dinamis dalam bentuk perilaku, perbuatan, sikap mental, dan emosional
peserta didik.15
Pengelolaan kelas menurut Suharsimi Arikunto sebagaimana yang dikutip oleh
Mu’awanah menjelaskan pengelolaan kelas adalah usaha yang dilakukan oleh
penanggung jawab kegiatan belajar mengajar atau yang membantu dengan maksud
agar diperoleh kondisi optimal sehingga dapat terlaksana kegiatan belajar mengajar
seperti yang diharapkan.16 Menurut Hamid Darmadi, pengelolaan kelas adalah
seperangkat kegiatan untuk mengembangkan tingkah laku peserta didik yang
diinginkan, mengulang atau meniadakan tingkah laku yang tidak diinginkan, dengan
hubungan-hubungan interpersonal dan kondisi sosio emosional yang positif serta
mengembangkan dan mempermudah organisasi kelas yang efektif.17 Menurut Wiyani
sebagaimana dikutip dalam Maryati Salmiah, setidaknya ada enam prinsip yang harus
dipahami oleh pendidik dalam pelaksanaan pengelolaan kelas yang efektif yaitu
sebagai berikut:

15
Maryati Salmiah, Abdul Aziz Rusman, and Zainal Abidin, “Konsep Dasar Pengelolaan Kelas Dalam
Tinjauan Psikologi Manajemen” 13 No. 1 (2022): 45, https://doi.org/10.47766/itqan.v12i1.185.
16
Mu’awanah, Strategi Pembelajaran Pedoman Untuk Guru Dan Calon Guru (Kediri: STAIN Kediri,
2011), h. 87.
17
Hamid Darmadi, Kemampuan Dasar Mengajar Landasan Konsep Dan Implementasi (Bandung:
Alfabeta, 2012), h. 6.

7
1) Hangat dan antusias; Fakta di lapangan menunjukkan bahwa semua peserta
didik akan senang mengikuti kegiatan belajar di kelas jika gurunya bersikap
hangat dan antusias kepada mereka. Pelajaran yang dianggap sebagian orang
sulit pun dapat menjadi lebih mudah bagi peserta didik apabila gurunya bersikap
hangat dan antusias kepada mereka. Hangat dalam konteks manajemen kelas
adalah sikap penuh kegembiraan dan penuh kasih sayang kepada peserta didik.
Sementara antusias dalam konteks manajemen kelas adalah sikap bersemangat
dalam kegiatan mengajar.
2) Tantangan; Setiap peserta didik sangat menyukai beberapa tantangan yang
mengusik rasa ingin tahunya. Berbagai tantangan dapat dilakukan oleh guru
melalui penggunaan kata-kata, tindakan, cara kerja maupun bahan-bahan
pelajaran yang memang dirancang untuk memberikan tantangan kepada peserta
didik. Kemampuan guru untuk memberikan tantangan kepada peserta didiknya
dapat meningkatkan semangat belajar mereka sehingga hal itu dapat
mengurangi kemungkinan munculnya perilaku yang menyimpang.
3) Bervariasi; Dalam kegiatan belajar mengajar di kelas, variasi gaya mengajar
guru sangatlah dibutuhkan karena dapat menghindari kejenuhan dan kebosanan.
Variasi gaya mengajar seperti variasi intonasi suara, gerak anggota badan,
mimik wajah, posisi dalam mengajar di kelas, serta dalam hal penggunaan
metode dan media pengajaran juga diperlukan. Di hadapan siswa, berbagai
variasi tersebut dilihat sebagai sesuatu yang positif dan energik, bersemangat,
menyenangkan, dan semuanya memiliki hubungan yang erat dengan pencapaian
hasil belajar yang maksimal.
4) Keluwesan; Keluwesan dalam konteks manajemen kelas merupakan keluwesan
perilaku guru untuk mengubah metode mengajar sesuai dengan kebutuhan
peserta didik dan kondisi kelas untuk mencegah kemungkinan munculnya
gangguan belajar pada peserta didik serta untuk menciptakan iklim belajar
mengajar yang kondusif dan efektif. Tidak jarang sering terdengar keluh kesah
guru atas perilaku siswanya yang tidak mau diam, ramai, mengantuk, bahkan
membolos di waktu pelajarannya. Tentunya seorang guru yang bijak tidak boleh
hanya sekedar menyalahkan kemudian memberikan hukuman kepada siswanya.
Guru perlu introspeksi diri terkait dengan penggunaan metode mengajarnya
selama ini pengajaran yang dilakukan oleh guru yang bersangkutan berjalan
dengan monoton.
8
5) Penekanan pada hal-hal yang positif; Penekanan pada hal-hal yang positif yaitu
penekanan yang dilakukan guru terhadap perilaku peserta didik yang positif.
Penekanan tersebut dapat dilakukan dengan memberikan penguatan positif dan
kesadaran guru untuk menghindari kesalahan yang dapat mengganggu jalannya
kegiatan belajar mengajar. Selain komentar positif, pandangan guru yang positif
juga sangat penting untuk diperhatikan. Banyak peserta didik merasa percaya
diri akan performa dan kemampuan mereka dengan komentar positif yang
diberikan guru. Pandangan guru yang positif dapat diartikan sebagai sikap
memercayai kepada peserta didiknya.
6) Penanaman disiplin; Tujuan akhir dari kegiatan manajemen kelas adalah
menjadikan peserta didik dapat mengembangkan disiplin pada diri sendiri
sehingga tercipta iklim belajar yang kondusif di dalam kelas. Itulah sebabnya
guru diharapkan dapat memotivasi peserta didiknya untuk melaksanakan
disiplin dan menjadi teladan dalam pengendalian diri serta pelaksanaan
tanggung jawab. Guru harus menjadi model bagi peserta didiknya dengan
memberikan contoh perilaku yang positif, baik di kelas, di sekolah, maupun di
lingkungan masyarakat. Misalnya guru datang ke kelas tepat waktu, berpakaian
sopan, tidak memakai perhiasan yang berlebihan, berbicara dengan bahasa yang
santun, berkendara sesuai dengan aturan lalu lintas, dan sebagainya.18
3. Masalah dan Solusi Berkaitan Dengan Lingkungan Belajar dan Pengelolaan Kelas
a. Masalah Berkaitan Dengan Lingkungan Belajar dan Pengelolaan Kelas
Kegiatan pengelolaan kelas menjadi bagian yang penting yang harus dilakukan
oleh disesuaikan dengan kondisi lingkungan suatu kelas dan karakteristik peserta
didiknya. Dalam melakukan kegiatan pengelolaan kelas tentu saja terdapat masalah-
masalah yang menyertainya. Beberapa masalah pengelolaan kelas, sebagai berikut:
1) Masalah Individu Peserta Didik
Masalah-masalah pengelolaan kelas berpacu pada masalah peserta didik di
kelas yaitu:
a) Kurangnya kesatuan, misalnya dengan adanya kelompok-kelompok, grup-grup
dan pertentangan jenis kelamin. Hal ini menyebabkan perpecahan dalam suatu
kelas. Dengan adanya pertentangan berkelompok ini tentunya ketika pendidik

18
Salmiah, Aziz Rusman, and Abidin, “Konsep Dasar Pengelolaan Kelas Dalam Tinjauan Psikologi
Manajemen.”, Vol 13 No. 1, 2022

9
ingin memberlakukan sistem diskusi atau kerja kelompok dengan peserta didik
yang heterogen akan sulit dilakukan. Masalah ini juga mempengaruhi afektif
peserta didik untuk saling bergotong royong dan saling menyayangi sesama
karena adanya kelompok-kelompok tersebut.
b) Tidak ada standar perilaku dalam bekerja kelompok, misalnya rebut, bercakap-
cakap, pergi kesana kemari dan menolak untuk bekerja sama dengan pendidik.
Hal tersebut menimbulkan rasa frustasi pendidik dan memungkinkan mengubah
iklim ruang kelas menjadi buruk. Pelanggaran yang berulang kali terhadap
panduan perilaku seperti contoh tersebut menyebabkan sistem pengelolaan dan
pembelajaran di kelas menjadi rusak dan mengganggu jalannya kegiatan kelas. 19
c) Reaksi negatif terhadap anggita kelompok, misalnya rebutan, bermusuhan,
mengucilkan dan merendahkan kelompok yang belum pandai. Dengan adanya
reaksi buruk tersebut tentu saja akan memicu perkelahian antar peserta didik.
Ketika perkelahian terjadi, para peserta didik tidak akan mau fokus pada
pembelajaran, sehingga masalah ini harus dihindari.
d) Kelas mentolerasi kekeliruan teman-temannya, menerima dan mendorong
perilaku peserta didik yang keliru. Adanya kesalahan yang ditoleransi oleh kelas
akan memberikannya lampu hijau untuk melakukan kekeliruan itu lagi. Ketika
peserta didik lainmmelihat suatu kekeliruan itu terjafi ada kemungkinan mereka
akan meniru, maka akan semakin banyak peserta didik yang keliru.
e) Mudah mereaksi ke hal-hal yang negatif/terganggu, misalnya ketika kedatangan
tamu keadaan iklim kelas akan berubah. Peserta didik memberikan rekasi yang
buruk kepada hal-hal baru seperti merasa terganggu akan hal itu. Cara berfikir
mereka yang tidak ingin membuka dan mengambil sisi positif suatu hal menjadi
hal yang buruk.
f) Tidak mampu menyesuaikan dengan lingkungan yang berubah, seperti tugas-
tugas tambahan, anggota kelas yang baru, situasi baru. Ketidakmampuan
menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru memiliki artian ia tidak mau
berada dan melakukan suatu kegiatan di dalam lingkungan tersebut. Rasa tidak
ingin ini juga mengacu pada pembelajaran yang berarti adanya keterhambatan.
Menurut Abdul Majid, masalah individu dibagi menjadi empat, yaitu:

19
Ali Imron, Burjanuddin, and Maisyaroh, Manajemen Pendidikan: Analisis Dan Aplikasinya Dalam
Institusi Pendidikan (Malang: Universitas Islam Negeri Malang, 2012).

10
a) Perilaku menarik perhatian
Peserta didik yang tidak menaikkan statusnya dengan cara yang dapat
diterima oleh lingkungannya, biasanya akan mencari jalan lain, baik melalui
tindakan untuk menarik perhatian yang aktif maupun yang pasif. Bentuk
mencari perhatian yang aktif bersifat merusak, misalnya bergaya sok, melawak,
mengacau, menjadi anak nakal, anak yang terus menerus bertanya atau rewel.
Bentuk pasif dalam mencari perhatian yang bersifat merusak misalnya
pemaksaan atau ingin mendapatkan perhatian orang lain dengan meminta tolong
terus.20
b) Perilaku untuk mencari kekuasaan
Perilaku untuk mencari kekuasaan hampir sama dengan kasus tindakan di
atas, namun sifatnya lebih kuat yakni mencari perhatian yang sifatnya merusak.
Pencari kekuasaan yang aktif biasanya suka membantah, berbohong, pemukul,
mempunyai watak pemarah, menolak perintah, dan benar-benar tidak mau
tunduk. Pencari kekuasaan yang pasif adalah orang yang kemalasannya sangat
nyata, yang biasanya tidak mau bekerja sama sekali.
c) Perilaku untuk melampiaskan dendam
Peserta didik yang mencari pelampiasan dendam disebabkan putus asa
dan binggung sehingga mencari keberhasilan dengan cara menyakiti orang lain,
menyerang secara fisik, bermusuhan dengan teman-temannya, dan memaksa
dengan kekuasaan. Peserta didik tersebut adalah anak yang tidak mempunyai
rasa sakit dan kurang sportif.
d) Perilaku yang memperlihatkan ketidakmampuan
Peserta didik yang berkelakuan buruk merupakan pribadi yang sangat
putus asa, pesimis dalam mencapai keberhasilan, dan hanya mengalami
kegagalan yang terus menerus. Perasaan tidak berharga dan tidak berdaya
menyertai kelakuan peserta didik yang dikucilkan. Perasaan ketidakmampuan
ini selalu mempunyai bentuk pasif.
2) Masalah Penataan Ruang Kelas
Masalah penataan ruang kelas juga mempengaruhi suatu pengelolaan kelas.
Suatu pengelolaan kelas akan berhasil ketika kelas yang sudah dikelola dapat

20
Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran: Mengembangkan Standar Kompetensi Guru (Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2005).

11
memunculkan kegiatan pembelajaran yang optimal. Masalah yang terjadi dan perlu
diperhatikan ketika mengelola penataan ruang kelas yaitu:
a) Penataan tempat duduk yang tidak sesuai dengan kebutuhan peserta didik.
Misalnya, peserta didik melakukan kerja kelompok sehingga tempat duduk
diberlakukan seperti persegi. Kemudian peserta didik diminta memerhatikan ke
papan tulis. Sedangkan ada beberapa peserta didik yang duduk membelakangi
papan tulis. Sehingga yang akan terjadi peserta didik kesulitan melihat papan
tulis dan pembelajaran terhambat.
b) Pengaturan cahaya yang tidak memenuhi standar luminasi, pencahayaan yang
kurang dapat mengakibatkan rasa kantuk dan bosan pada peserta didik. Dengan
Cahaya yang terang, peserta didik dapat bersemangat dalam memulai
pembelajaran.
c) Penempatan papan tulis dan proyektor yang tidak sesuai, hal ini juga bergantung
pula pada posisi tempat duduk. Misalnya penempatan proyektor akan sangat
bagus sejajar dengan papan tulis atau menghadap langsung ke peserta didik.
d) Penempatan papan gambar dan warna dinding yang ridak sesuai, warna yang
cerah dengan dilengakapi pernak pernik akan membuat suasana kelas menjadi
berwarna dan ceria, membangkitkan semangat peserta didik dalam belajar.
e) Lantai ruangan yang bersih, ruangan belajar yang bersih sudah pasti menjadi
tempat yang nyaman untuk siapa saja. Ketika merasa nyaman, melakukan hal
apapun akan dapat dilakukan begitupula dengan belajar. Dengan lantai yang
bersih, suasana kelas yang rapi menandakan kelas dan seisinya telah siap untuk
menuntut ilmu.
f) Penempatan lemari yang tidak sesuai juga dapat menjadi masalah ketika
pengelolaan kelas. Ukuran lemari dan letak lemari harus disesuaikan dengan
kondisi serta kebutuhan peserta didik. Misalnya, lemari ini digunakan untuk
peserta didik dalam menyimpan alat belajar, maka sebaiknya lemari tersebut
harus berada dekat dan mudah untuk dijangkau peserta didik, seperti diletakkan
di bagian belakang kelas. Sehingga tidak mengganggu ketika peserta didik ingin
mengambil barang.
3) Masalah yang ada dalam wewenang Pendidik
Menurut Rofiq sebagai mana dikutip dalam buku Pengelolaan Kelas
sebagaian besar pendidik kurang mampu membedakan masalah pengajaran dan
masalah pengelolaan. Masalah pengajaran harus diatasi dengan cara pengajaran
12
dan masalah pengelolaan harus diatasi dengan cara pengelolaan kelas. Pengelolaan
kelas sangat diperlukan karena dari hari ke hari bahkan dari waktu ke waktu tingkah
laku dan perbuatan peserta didik selalu berubah. Hari ini peserta didik dapat belajar
dengan baik dan tenang, tetapi besaok belum tentu. Kemarin terjadi persaingan
yang sehat dalam kelompok, sebaliknya dimasa mendatang boleh jadi persaingan
itu kurang sehat. Kelas selalu dinamis dalam bentuk perilaku, perbuatan, sikap,
mental, dan emosional peserta didik.
Ada sejumlah masalah pengelolaan kelas yang dalam ruang lingkup
wewenang seorang pendidik untuk mengatasinya. Hal ini berarti bahwa seorang
pendidik yang sedang mengelola proses belajar mengajar dituntut untuk dapat
menciptakan, memperhatikan dan mengembalikan iklim belajar kepada kondisi
belajar mengajar yang menguntungkan ketika ada ganggungan. Sehingga peserta
didik berkesempatan untuk dapat mengambil manfaat yang optimal dari kegiatan
belajar yang dilakukannya. Kegiatan tersebut meliputi cara mengatur tempat duduk
peserta didik disesuaikan dengan format belajar, memberi hadiah (barang) kepada
peserta didik yang menyelesaikan tugas dengan benar sebelum waktunya, menegur
peserta didik yang bertengkar pada jam Pelajaran, mendamaikan peserta didik yang
bertengkar sampai kepada melaporkan pelanggaran tata tertib oleh peserta didik
yang telah diberikan teguran kepada kepala sekolah ataupun orang tua peserta
didik.
4) Masalah yang ada dalam wewenang sekolah
Masalah-masalah yang ada di bawah wewenang sekolah antara lain
pembagian ruangan yang adil untuk setiap tingkat, pengaturan upacara bendera
pada setiap hari senin dan bila pada hari tersebut hujan deras, menegur peserta didik
yang selalu terlambat pada saat apel bendera, mengingatkan peserta didik yang
tidak mau memakai seragam sekolah dengan benar, menasehari peserta didik yang
rambutnya gondrong, memberikanperingatan keras kepada peserta didik yang
merokok di kelas atau di sekolah dan melakukan hal-hal negatif lainnya, sampai
mendamaikan peserta didik jika terjadi perselisihan antar sekolah.
5) Masalah yang ada di luar kekuasaan guru dan sekolah
Masih ada satu masalah pengelolaan yang berada di luar wewenang guru
wali kelas atau sekolah untuk mengatasinya. Dalam mengatasi masalah semacam
ini mungkin yang terlibat adalah orang tua, lembaga-lembaga yang ada dalam
masayarakat seperti karang taruna, bahkan para penguasa dan lembaga
13
pemerintahan setempat. Pihak-pihak tersebut dituntut untuk turut membina
ketertiban melalui pembiasaan yang baik di rumah berupa penguasaan orang tua,
menyediakan fasilitas rekreasi yang sehat bagi peserta didik dan sebagainya. Juga
pada mereka dituntut untuk turut mengatasi berbagai pengelolaan kalau terjadi hal-
hal yang tidak diinginkan yang dilakukan oleh peserta didik.
Perilaku-perilaku bermasalah yang termasuk pada hal ini yaitu, menonton
film di luar batas umur yang sudah ditentukan, bergerombol di jalan dan membuat
keributan, ngebut di jalan umum sehingga membahayakan pemakai jasa jalan yang
lainnya, perkelahian antar sekolah, sampai kepada hal-hal yang bisa digolongkan
kepada kenakalan akan tetapi sudah masuk pada kejahatan seperti pencurian,
penjambretan, penodongan dan pemerasan. Masalah semacam ini benar-benar
sudah berada di luar jangkauan guru dan sekolah untuk mengatasinya walaupun
sampai batas-batas tertentu usaha pencegahan dan penyembuhan selalu dilakukan
baik oleh guru wali kelas, ataupun sekolah sebagai lembaga pendidikan.
b. Solusi Berkaitan dengan Lingkungan Belajar dan Pengelolaan Kelas
1) Langkah-langkah penyelesaian masalah lingkungan belajar dan pengelolaan kelas
Langkah-langkah penyelesaian masalah, yaitu sebagai berikut:
a) Identifikasi masalah peserta didik, pada langkah ini pendidik melakukan
kegiatan untuk mengenal dan mengetahui masalah-masalah kelas yang muncul
di dalam kelas. Pendidik harus mengetahui karakteristik peserta didik yang ada
di kelas, mengetahui apakah ada perkelahian antar peserta didiknya dan lain-
lain. Saat pendidik mengetahui masalah-masalah yang muncul di dalam
kelasnya, pendidik dapat mencarikan solusi terbaik agar masalah tersebut tidak
berkepanjangan dan membuat suasana kelas menjadi sangat tidak nyaman.
b) Membuat rencana penanggulangan terhadap masalah peserta didik, saat
pendidik sudah mengetahui masalah yang terdapat di dalam kelas, pendidik
sudah menyiapkan rencana penanggulangan atau solusi yang akan diberikan
pendidik kepada peserta didik yang bermasalah tersebut.
c) Menetapkan waktu pertemuan dengan peserta didik yang bermasalah, bila
saatnya bertemu dengan peserta didik, jelaskan maksud pertemuan tersebut dan
jelaskan pula manfaat yang mungkin diperoleh, baik oleh peserta didik ataupun
oleh sekolah. Menetapkan waktu pertemuan dengan peserta didik yang
bermasalah dengan persetujuan kedua belah pihak tentang waktu dan tempat
pertemuan itu sendiri.
14
d) Tunjukkan kepada peserta didik bahwa pendidik pun bukan orang yang
sempurna dan tidak terlepas dari kekurangan. Penting antara pendidik dan
peserta didik harus ada kesadaran untuk bersama-sama belajar saling
memperbaiki diri, saling mengingatkan bagi kepentingan bersama.
e) Pendidik berusaha untuk membawa peserta didik kepada masalahnya yaitu
pelanggaran terhadap peraturan yang berlaku di sekolah dengan sikap yang
sabar sehingga menumbuhkan kesadaran peserta didik secara perlahan.
f) Bila pertemuan yang diadakan ternyata peserta didik tidak responsif, maka
pendidik dapat mengajak peserta didik untuk melakukan diskusi pada waktu
yang lain tentang masalah yang dihadapinya. Tentukan waktu diskusi tersebut
atas dasar persetujuan antara pendidik dan peserta didik. Pertemuan tersebut
bisa diadakan di dalam kelas pada waktu istirahat atau pada waktu pulang
sekolah.
g) Pertemuan pendidik dan peserta didik harus sampai pada pemecahan masalah
dan sampai pada kontrak individual yang diterima peserta didik dalam rangka
memperbaiki tingkah laku peserta didik.
h) Melakukan tindak lanjut dengan mengikuti perkembangan peserta didik setelah
penyelesaian masalah (monitoring) agar masalah tersebut tidak terulang lagi.
Masalah-masalah yang terjadi di dalam kelas harus segera diselesaikan agar
gangguan terhadap pelaksanaan pembelajaran tidak berlangsung lama.
2) Pendekatan yang dapat digunakan dalam mengatasi masalah lingkungan belajar dan
pengelolaan kelas
a) Pendekatan Kekuasaan
Dalam konteks pengelolaan kelas, kekuasaan tersebut terwujud melalui
kemampuan guru dalam mengatur peserta didik untuk taat dan patuh terhadap
aturan-aturan yang terdapat di dalam kelas. Tujuan utamanya adalah untuk
mendisiplinkan peserta didik di dalam kelas. Jadi pendekatan kekuasaan dapat
diartikan sebagai cara pandang guru yang meyakini bahwa kelas yang
kondusif dapat dibentuk melalui berbagai upaya penegakan aturan-aturan di
dalam kelas yang dapat menjadikan peserta didiknya memiliki kedisiplinan
diri.

15
b) Pendekatan Ancaman
Pendekatan ancaman dapat didefinisikan sebagai cara pandang guru
bahwa perbuatan mengancam dapat dijadikan sebagai metode atau cara untuk
menciptakan kelas yang kondusif.
c) Pendekatan Kebebasan
Pendekatan kebebasan dapat didefinisikan sebagai cara pandang guru
yang menyatakan bahwa kondisi kelas yang kondusif dapat dicapai jika guru
sebagai pengelola kelas memberikan kebebasan kepada semua peserta
didiknya untuk bergerak bebas di dalam kelas.
d) Pendekatan Pengajaran
Pendekatan pengajaran dapat diartikan sebagai cara pandang yang
beranggapan bahwa kelas yang kondusif dapat dicapai dengan kegiatan
mengajar itu sendiri. Untuk itu, sebelum mengajar seorang guru harus
membuat perencanaan pengajaran yang matang sebelum masuk kelas dan pada
saat mengajar di kelas seorang guru harus melaksanakan kegiatan mengajar
sesuai dengan apa yang telah direncanakannya.
e) Pendekatan Perubahan Tingkah Laku
Pendekatan perubahan tingkah laku dapat diartikan sebagai cara
pandang guru yang menyatakan bahwa perilaku peserta didik yang negatif
harus diubah agar tercipta kondisi kelas yang kondusif.
f) Pendekatan Kerja Kelompok
Pengelolaan diartikan seabgai suatu proses menciptakan kelas sebagai
suatu sistem sosial dan proses kelompok merupakan yang paling utama. Peran
guru dalam pendekatan ini adalah mengusahakan agar pengembangan dan
pelaksanaan proses kelompok tersebut efektif. Proses kelompok sendiri
diartikan sebagai usaha mengelompokkan peserta didik ke dalam beberapa
kelompok dengan berbagai pertimbangan individual sehingga tercipta kelas
yang kondusif untuk kegiatan belajar mengajar
g) Pendekatan Sosioemosional
Dalam pendekatan ini pengelolaan kelas merupakan suatu kegiatan yang
dilakukan untuk menciptakan iklim sosio emosinal yang positif di dalam kelas.
Sosio emosional yang positif berarti ada hubungan yang positif antara guru
dengan peserta didik dan peserta didik dengan peserta didik. Dalam

16
pendekatan ini guru menjadi kunci dalam pembentukan hubungan pribadi dan
peranannya adalah menciptakan hubungan pribadi yang sehat.21
4. Pandangan Islam Tentang Lingkungan Belajar
Ajaran agama berdampak pada bagaimana lingkungan belajar diperlakukan.
Pemahaman akan pentingnya agama harus dipadukan dengan pendidikan lingkungan
karena menjadi pedoman bagi umat manusia. Pemeluk agama di Amerika
mengungkapkan kekhawatiran tentang bagaimana perilaku manusia mempengaruhi
iklim. Lembaga keagamaan harus mempertimbangkan langkah-langkah untuk
mengurangi antroposentrisme untuk menghentikan pemanasan global. Tidak ada
hubungan antara Tuhan, manusia, dan lingkungan dalam ateisme. Islam mengajarkan
bahwa lingkungan harus dilestarikan karena manusia adalah “khilafah” di muka bumi.22
Jika lingkungan dan pendidikan disatukan menjadi sebuah kalimat maka akan memiliki
makna sebagai tempat berlangsungnya pengembangan diri seseorang. Lingkungan dalam
proses pendidikan adalah tempat di mana diberlangsungkannya pendidikan, dalam
pandangan Syafi’i lingkungan belajar adalah suatu institusi atau kelembagaan dimana
pendidikan berlangsung, lingkungan itu akan memengaruhi proses pendidikan yang
berlangsung.23
Al-Qur’an tidak menyampaikan hal yang berkaitan dengan tempat atau area
pendidikan (lingkungan pendidikan) Islam, Kecuali area belajar yang melekat pada
praktek sejarah dimana area yang dimanfaatkan untuk keberlangsungan pembelajaran
ialah, masjid, tempat tinggal, sanggar pengarang, madrasah, dan kampus. Meskipun
suasana seperti itu tidak secara eksplisit disebutkan dalam Kitabullah (Al Qur’an), hanya
disinggung dan ditekankan dalam Kitabullah (Al-Qur'an) sebagai lokasi benda. Istilah al-
qaryah yang muncul sebanyak 54. Dalam Al-Qur'an dipakai untuk memberikan
gambaran pemukiman manusia secara umum. Beberapa di antaranya relevan dengan
penghuninya yang melanggar peraturan Allah SWT dan mendapat ganjaran yang
setimpal dari Allah SWT, salah satunya dijelaskan dalam QS.Al- A’raf : 4
َ ْ ُ َ ْ ُ ْ َ ً َ َ َ ُ َْ َ َ َ َ َ ٰ ْ َ ْ َ َ ْ َ ْ ْ َ َ
‫وكم ِمن قري ٍة اهلكنها فجاۤءها بأسنا بياتا او هم قاۤىِٕلون‬

21
Novan Ardy Wiyani, Manajemen Kelas Teori Dan Aplikasi Untuk Menciptakan Kelas Yang Kondusif
(Jogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2013), h. 106-121.
22
Abdul Jalil and Muhammad Fahmi Hidayatullah, “Desain Lingkungan Belajar Berkonten Pola Asuh
Pada Lembaga Pendidikan Islam” 8 No. 3 (2022), https://doi.org/10.31943/jurnalrisalah.v8i3.317.
23
Lela Qodriah, “Lingkungan Pendidikan Islami Dan Hubungannya Dengan Minat Belajar PAI Siswa
SMA Negeri 10 Bogor,” Jurnal Pendidikan Islam, 07 (2018), https://doi.org/10.30868/ei.v7i2.276.

17
Artinya: “Betapa banyak negeri yang telah Kami binasakan. Siksaan Kami datang
(menimpa penduduknya) pada malam hari atau pada saat mereka beristirahat
pada siang hari.” (QS. Al-A’raf: 4)
Kata Qoryah dimaknai sesuatu yang menggambarkan temapat/negeri. Negeri juga
dapat dimaknai sebuah tempat atau lingkungan. pada ayat diatas, Allah menghancurkan
beberapa tempat (negara) karena penghuninya melakukan sesuatu yang dilarang Allah
SWT (durhaka). Artinya, tempat atau area tempat tinggal mereka yang menalanggar
peraturan Allah SWT (berbuat durhaka kepada Allah), maka Allah SWT menghancurkan
semuanya yang berkaitan dengan perbuatan mereka. Pada ayat lain dikaitkan pula dengan
masyarakatnya yang menjalankan perintah Allah dan berprilaku baik mengakibatkan
terciptanya keadaan yang tentram, nyaman, dan damai, Allah SWT berfirman surat An-
Nahl ayat 112
ْ
ُ ْ َ ْ َ َ َ َ َ َ ُ ْ ً َ َ َ ُ ْ َ ْ َّ ً َّ َ ْ ُّ ً َ ٰ ْ َ َ ً َ ْ َ ً َ َ ُ ‫َ َ َ َ ه‬
‫ان فكفرت ِبانع ِم‬ ٍ ‫وضرب اّٰلل مثلا قرية كانت ا ِمنة مطمىِٕنة يأ ِتيها ِرزقها رغدا ِمن ك ِل مك‬

َ ْ َُ ْ َ ُْ َ َ ْ َْ َ ُْْ ُ ‫اّٰلل َف َا َذ َاق َها ه‬


َ ‫اّٰلل ِل َب‬ ‫ه‬
‫اس الجو ِع والخو ِف ِبما كانوا يصنعون‬ ِ

Artinya: “Allah telah membuat suatu perumpamaan sebuah negeri yang dahulu aman
lagi tenteram yang rezekinya datang kepadanya berlimpah ruah dari setiap
tempat, tetapi (penduduknya) mengingkari nikmat-nikmat Allah. Oleh karena
itu, Allah menimpakan kepada mereka bencana kelaparan dan ketakutan
karena apa yang selalu mereka perbuat.” (QS. An-Nahl: 112)
Dari ayat diatas bahwa lingkungan sangat berpengaruh pada proses belajar dan
memiliki peran penting sebagai faktor kegiatan belajar untuk manusia baik dalam
kegiatan duniawi maupun kegiatan ukhrawi. Karena tidak ada tindakan yang tidak
memerlukan tempat agar terlaksannya sebuah kegiatan, maka faktor pendukung
terjadinya dan terlaksannya sebuah kegiatan belajar adalah lingkungan, termasuk
kegiatan pendidikan. Demikian pula, lingkungan pendidikan Islam mendukung
kelangsungan pelaksanaan proses belajar di lingkungan yang tentram dan terjamin.24 Hal
yang paling sederhana dalam ajaran Islam adalah bagaimana menjaga lingkungan
merupakan bagian inti dari ajaran Islam.

24
Pepen Supendi Setiawan and Yayat Suharyat, “Eksistensi Lingkungan Belajar Fil Qur’an Wal Hadits”
01 No. 3 (September 2022): 110–20.

18
Setidaknya ada tiga tahapan dalam beragama terkait etika lingkungan dalam ajaran
Islam, yaitu: ta’abbud, ta’aqquli, dan takhalluq. Ketiga hal ini menjadi penting karena
berkaitan lingkungan merupakan bagian dari ajaran Islam. Pendidikan lingkungan juga
diajarkan oleh Nabi Muhammad Saw bahwa pentingnya bercocok tanam dan menanam
pohon serta pentingnya mengubah tanah tandus menjadi kebun yang subur. Perbuatan
menjaga lingkungan tentunya mendapat pahala yang besar disisi Allah Swt dan bekerja
memakmurkan lingkungan termasuk ibadah.25 Dalam perspektif Islam, pertumbuhan dan
perkembangan manusia salah satunya juga dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Hadits
dari Abu Hurairah yang diriwayatkan oleh Al-Bukhari, Rasulullah S.A.W. bersabda:
“Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah, kedua orang tuanya (mewakili
lingkungan) menjadikannya beragama Yahudi, Nasrani, atau Majusi.” (H.R. Al-
Bukhari)26
Melihat kembali sejarah pendidikan Islam, tampak bahwa seluruh umat Nabi
Muhammad SAW mengetahui kutab sebagai lingkungan belajar atau institusi
pendidikan, berfokus pada pembelajaran membaca dan menulis surat-surat Kitabullah
(Al-Qur'an) serta ilmu Al-Qur'an dan lainnya. Rumah Arqam sebagai tempat latihan para
sahabat awal (assabiqunal awwalun). Lembaga tempat menuntut ilmu ini kemudian
dipermudah menjadi 3 bentuk: area tempat tinggal (keluarga), termasuk satuan
pendidikan. Area tempat belajar khusus (sekolah) berfungsi sebagai lembaga pendidikan
formal, sedangkan masyarakat berfungsi sebagai institusi pembelajaran semu. Ke-3 jenis
institusi akademik ini berdampak pada pertumbuhan dan kemajuan diri peserta didik.
a. Keluarga Sebagai Lingkungan Belajar
Keluarga adalah area belajar awal di mana anak-anak dididik. Karena anak-anak
lebih rentan terhadap pengaruh pengajarnya pada usia ini, fondasi identitas siswa
dibangun di lembaga ini pada usia muda (orang tua dan anggota lainnya). Anak
mempunyai kedudukan sebagai anggota keluarga sementara ayah dan ibu sebagai
pemimpin dan penanggung jawab atas keberhasilan putra/putri baik akhirat maupun
duniawi untuk kewajiban Ayah dan Ibu salah satunya adalah mendidik anaknya. Ayah
wajib memberikan nafkah kepada keluarganya dengan karunia Allah SWT di planet
ini.

25
Rabiah Z Harahap, “Etika Islam Dalam Mengelola Lingkungan Hidup,” Jurnal Ilmu Pendidikan dan
Ilmu Sosial, 01 No. 1 (March 2015).
26
Sutarto, “Lingkungan Pendidikan Dalam Perspektif Alquran Dan Implikasinya Terhadap Pertumbuhan
Dan Perkembangan Anak,” Jurnal Pendidikan Islam, 08 No. 02 (Agustus 2019),
https://doi.org/10.30868/ei.v8i2.464.

19
Seperti yang disebutkan pada riwayat hadits tentang hak mendapatkan
pembelajaran untuk anak (pendidikan anak) serta hak dan tugas Ayah Ibu adalah
sebagai berikut: Artinya: Dari Abu Hurairah r.a mengatakan: Rasulullah SAW
bersabdda: Diantara kewajiban orang tua terhadap anaknya ada tiga, yaitu:
memberinya nama yang baik jika lahir, mengajarkan kitab (al-Qur’ân) kepadanya
jika telah mampu (mempelajarinya), dan menikahkannya jika telah dewasa”. (H.R.
Hakim).
Tanggung jawab ibu adalah mengurus, menjaga, dan mengatur urusan rumah
tangga di tempat tinggal suaminya, serta mengasuh dan mendidik anak-anaknya.
Tertulis dalam sabda nabi:
Artinya: “Dan seorang istri adalah penanggung jawab (pemimpin) di dalam rumah
suaminya dan dia akan dimintai pertanggungjawabannya atas tugas dan kewajiban
itu.” (HR. Bukhori dan Muslim).
b. Sekolah Sebagai Lingkungan Belajar
Dalam Islam, sekolah yang umumnya disebut madrasah adalah lembaga
pendidikan profesional yang mengembangkan kepribadian siswa/i yang agamis.
Sekolah merupakan area (lembaga) pendidikan terpenting ke-2 dalam kehidupan
seorang anak, setelah keluarga. Pengaturan sekolah madrasah adalah wadah siswa
mempelajari semua hal yang berkaitan dengan akademik serta berkesinambungan
dengan profesor dan sahabat sekelas. Lingkungan sekolah agama diperlukan untuk
membekali anak-anak. Pada awalnya pendidikan dilakukan pada area khusus yaitu
keluarga, dengan Bapak dan Ibu sebagai guru utama, namun keadaan saat ini ayah dan
ibu memberikan amanat sepenuhnya tanggung jawab pendidikan kepihak lembaga
pendidikan; Oleh karenanya, peran guru di sekolah harus dioptimalkan; sebagai
tenaga pendidik yang diamanahkan, guru bertanggungjawab atas pesan yang
diberikan oleh orang tua kepadanya. Lingkungan sekolah meliputi semua komponen
atau bagian yang berada di dalam sekolah, yang kesemuanya mempengaruhi dan
membantu proses pendidikan. Bukan hanya tanggung jawab guru dan dapat
memberikan pembelajaran yang bermakna, tetapi siswa juga berpartisipasi dalam
kegiatan belajar mengajar. Salah satunya adalah ketika pembelajaran terjadi, siswa
menggunakan lingkungan akademik sebagai sumber pendidikan.27

27
Febri Susanti and Siti Anafiah, “Pemanfaatan Lingkungan Sekolah Sebagai Sumber Belajar Pada
Pembelajaran Tematik SD Negeri Bhayangkara Yogyakarta,” April 27, 2019.

20
Abuddin Nata sebagaimana dikutip oleh Pepen Supendi Setiawan, menjelaskan
bahwa Al Quran tidak menyebutkan satu kata pun secara eksplisit menyinggung arti
sekolah (madrasah). Namun, Alquran memuat asal kata madrasah, yaitu darasa,
sebanyak enam kali. Kata darasa tersebut memiliki pengertian yang beranekaragam,
salah satunya berarti mempelajari sesuatu (Q.S. Al-Anam: 105)
َ ْ ُ َ ْ َّ ْ َ ٗ َ َ ُ َ َ ْ َ َ ْ ُ ْ ُ َ َ ٰ ْٰ ُ َ ُ َ ٰ َ َ
‫وكذ ِلك نص ِرف الاي ِت و ِليقولوا درست و ِلنب ِينه ِلقو ٍم يعلمون‬

Artinya: “Demikianlah Kami menjelaskan berulang-ulang ayat-ayat Kami (agar


orang-orang beriman mengambil pelajaran darinya) dan agar mereka
(orang-orang musyrik) mengatakan, “Engkau telah mempelajari (ayat-
ayat itu dari Ahlulkitab),” dan agar Kami menjelaskannya (Al-Qur’an)
kepada kaum yang mengetahui.” (QS. Al-An’am: 105)
Dari pernyataan tersebut terlihat bahwa istilah darasa adalah akar kata dari
madrasah muncul dalam Kitabullah (Al-Qur'an). Lingkungan sekolah meliputi semua
komponen atau bagian yang berada di dalam sekolah, yang kesemuanya
mempengaruhi dan membantu proses pendidikan. Bukan hanya tanggung jawab guru
dan dapat memberikan pembelajaran yang bermakna, tetapi siswa juga berpartisipasi
dalam kegiatan belajar mengajar. Salah satunya adalah ketika pembelajaran terjadi,
siswa menggunakan lingkungan akademik sebagai sumber pendidikan.28
c. Masyarakat sebagai Lingkungan Belajar
Melihat pentingnya masyarakat sebagai lingkungan belajar maka setiap orang harus
menciptakan lingkungan yang kondusip, bersih dan nyaman demi keberlangsungan
proses belajar tersebut. Masyarakat pada umumnya memiliki sifat yang berbeda
sebagai norma khas , akan tetapi masyarakat juga tidak terlepas dari norma-norma
universal. Keberanekaragaman tersebut menjadi nilai yang sangat positif yang di
dapat dalam ruang lingkup lingkungan belajar pada masyarakat, semakin
beranekaragam budaya yang memiliki karakteristik sosial yang berbeda maka
semakin luas pemahaman individu tentang keanekaragaman budaya.
Sebagaimana Allah berfirman tentang pentingnya Masyarakat sebagai lingkungan
belajar dalam QS. Ali-Imran ayat 104 berikut:

28
Supendi Setiawan and Suharyat, “Eksistensi Lingkungan Belajar Fil Qur’an Wal Hadits.” Vol 1 No.
3, September 2022, h. 110

21
َ ٰۤ ُ َ َ ْ ُ ْ َ َ ْ َ ْ َ َ ْ َ ُْ َ ْ َ َ ْ ُ ْ َّ ٌ َُّ ْ ُ ْ ْ ُ َ ْ َ
ُ‫ك ُهم‬ ْ ُ ْ َ ْ ُ َ َ ْ
‫ولتكن ِمنكم امة يدعون ِالى الخي ِر ويأمرون ِبالمعرو ِف وينهون ع ِن المنك ِرۗ واول ِٕى‬

َ ُ ْ ْ
‫ال ُمف ِلح ْون‬

Artinya: “Hendaklah ada di antara kamu segolongan orang yang menyeru kepada
kebajikan, menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang
mungkar.111) Mereka itulah orang-orang yang beruntung.” (QS. Ali-
Imran: 104)
Ayat diatas menjelaskan bahwasanya betapa besar tanggungjawab umat (masyarakat)
dalam menyeru yang baik dan mencegah kemungkaran. Masyarakat adalah
lingkungan belajar yang dangat berpengaruh terhadap perkembangan karakter dan
juga masyarakat tokoh utama yang memiliki peran penting dalam tercapainya tujuan
pendidikan dan setelah melihat beberapa uraian tentang lingkungan belajar dapat
dipastikan bahwa masyarakat fungsi yang sangat penting dalam perkembangan
karakter sesorang sehingga ruang lingkup lingkungan belajar yang berfokus pada
masyarakat akan menjdi sebuah tolak ukur dari keberhaasilan tujuan pendidikan. 29

29
Supendi Setiawan and Suharyat, “Eksistensi Lingkungan Belajar Fil Qur’an Wal Hadits.” Vol 1 No. 3,
September 2022, h. 110-121

22
C. PENUTUP
1. Kesimpulan
Pengelolaan kelas sangat penting untuk diimplementasikan dalam kegiatan
pembelajaran di dalam kelas. Pengelolaan kelas dalam pembentukan lingkungan
belajar yang kondusif tidak hanya dibutuhkan untuk efektivitas dan efisien proses
pembelajaran saja, namun lebih dari itu, hal ini merupakan respon terhadap semakin
meningkatnya tuntutan peningkatan kualitas pendidikan yang dimulai dari ruang
kelas. Pentingnya pengelolaan kelas ini selain bersifat ilmu pengetahuan, juga
merupakan seni dan keahlian guru dalam mengelola dan memecahkan berbagai
persoalan yang muncul dan dihadapi di kelas. Pengelolaan kelas pada umumnya
bertujuan untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi dalam pencapaian tujuan
pembelajaran.
Pendidik yang terampil adalah guru yang mampu mengimplementasikan fungsi-
fungsi manajemen atau pengelolaan kelas dalam berbagai program dan kegiatan yang
ada di kelas. Di dalam kelas, guru melakukan sebuah proses atau tahapan kegiatan
yang dimulai dari merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi, sehingga apa
yang dilakukannya merupakan satu kesatuan utuh dan saling terkait. Lingkungan yang
kondusif akan sangat mendukung kenyamanan proses pembelajaran yang dialami oleh
siswa. Hal ini akan berdampak pada motivasi belajar dan minta serta pola pikir yang
positif bagi siswa, sehingga akan tumbuh kesadaran untuk belajar yang lebih baik.
Selain itu, lingkungan belajar yang kondusif juga akan berdampak kepada guru. Guru
akan lebih termotivasi untuk mengajar secara optimal, karena merasa nyaman dengan
lingkungan belajar.
Adapun konsep pengelolaan lingkungan belajar yaitu pengelolaan peserta didik,
pengelolaan ruang belajar, pengelolaan pembelajaran di kelas, pengelolaan penilaian
peserta didik. Tujuan pengelolaan lingkungan belajar yaitu mewujudkan situasi dan
kondisi kelas agar pembelajaran berlangsung secara kondusif, menghilangkan
berbagai macam hambatan yang dapat menghalangi terwujudnya interaksi belajar
mengajar, menyediakan dan mengatur fasilitas serta perabot belajar yang mendukung
pembelajaran. Inti dari tujuan pengelolaan lingkungan belajar tersebut agar
terciptanya suasana belajar mengajar yang kondusif sehingga terciptanya proses
pembelajaran yang baik.

23
2. Saran
Penting bagi seorang calon pendidik, sebelum terjun langsung ke dalam
lingkungan belajar seharusnya kita terlebih dahulu memahami pengelolaan
lingkungan belajar dengan baik. Demikian itu dapat terciptanya pengelolaan
lingkungan belajar yang terkendali. Dan bagi pendidik yang sudah berkecimpung
dalam dunia pendidikan, juga sangat penting memperhatikan lingkungan belajar dan
pengelolaan kelas, terutama dalam penataan lingkungan fisik kelas, dan mengatasi
masalah perilaku siswa, sehingga pengelolaan kelas yang dilakukan guru dapat
mencapai peningkatan yang optimal pada pembelajaran akuntansi. Meningkatkan
pengelolaan kelas yang belum optimal tersebut, maka penulis menyarankan untuk
melakukan beberapa cara diantaranya,
Penataan ruang kelas dapat ditingkatkan dengan melakukan formasi tempat
duduk yang berbeda dari biasanya (seperti formasi huruf U atau melingkar), piket
kelas lebih ditingkatkan agar kelas bersih, dan kesadaran akan fasilitas harus lebih
disadari serta dijaga. Kemudian dalam mengatasi masalah atau kesulitan yang dialami
siswa dapat ditingkatkan dengan perhatian seorang guru dalam pemberian
penghargaan atau sanksi kepada siswa yang melakukan kebaikan atau penyimpangan.
Sedangkan untuk indikator pengelolaan kelas dengan kriteria tinggi harus
dipertahankan guru agar tidak terjadinya penurunan.

24
DAFTAR PUSTAKA

Ardy Wiyani, Novan. (2013). Manajemen Kelas Teori Dan Aplikasi Untuk Menciptakan Kelas
Yang Kondusif. Jogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Aslamiah, Diani Ayu Pratiwi, and Akhmad Riandy Agusta. (2022) Pengelolaan Kelas. Depok:
Rajawali Pers.

Bimo, Walgito. (2004). Pengantar Psikologi Umum. Jakarta: Andi.

Danim, Sudarwan, and Yunan Danim. (2010). Administrasi Sekolah Dan Manajemen Kelas.
Bandung: Pustaka Setia.

Darmadi, Hamid. (2012). Kemampuan Dasar Mengajar Landasan Konsep Dan Implementasi.
Bandung: Alfabeta.

Deporter, Boobi. (2000) Quantum Teaching: Mempraktikkan Quantum Learning Di Rung-


Ruang Kelas. Bandung: Kaifa.

Hasbullah. (2013). Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan. Vol. 11. Jakarta: Rajawali Pers.

Hoetomo. (2005). Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Binjai: Mitra Pelajar.

Imron, Ali, Burjanuddin, and Maisyaroh. (2012). Manajemen Pendidikan: Analisis Dan
Aplikasinya Dalam Institusi Pendidikan. Malang: Universitas Islam Negeri Malang.

Jalil, Abdul, and Muhammad Fahmi Hidayatullah. “Desain Lingkungan Belajar Berkonten
Pola Asuh Pada Lembaga Pendidikan Islam” Vol 8 No. 3 (2022).
https://doi.org/10.31943/jurnalrisalah.v8i3.317.

Khodijah, Nyanyu. (2019). Psikologi Pendidikan. Depok: Rajawali Pers.

Majid, Abdul. (2005). Perencanaan Pembelajaran: Mengembangkan Standar Kompetensi


Guru. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005.

Mu’awanah. (2011). Strategi Pembelajaran Pedoman Untuk Guru Dan Calon Guru. Kediri:
STAIN Kediri.

Murtiasih, Diah, Hery Sawiji, and Tutik Susilowati. “Pengaruh Lingkungan Fisik Kelas Dan
Dukungan Orang Tua Terhadap Motivasi Belajar Peserta Didik.” Jurnal Pendidikan
Administrasi Perkantoran, June 2015.

Nurhalisah. “Peranan Guru Dalam Pengelolaan Kelas.” Jurnal Lentera Pendidikan 13 No. 2
(2010).

Qodriah, Lela. “Lingkungan Pendidikan Islami Dan Hubungannya Dengan Minat Belajar PAI
Siswa SMA Negeri 10 Bogor,” Jurnal Pendidikan Islam, Vol 07 (2018).
https://doi.org/10.30868/ei.v7i2.276.

Rohani, Ahmad, and Abu Ahmadi. (1991). Pengelolaan Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Salmiah, Maryati, Abdul Aziz Rusman, and Zainal Abidin. “Konsep Dasar Pengelolaan Kelas
Dalam Tinjauan Psikologi Manajemen” Vol 13 No. 1 (2022): 45.
https://doi.org/10.47766/itqan.v12i1.185.

Supendi Setiawan, Pepen, and Yayat Suharyat. “Eksistensi Lingkungan Belajar Fil Qur’an Wal
Hadits” Vol 01 No. 3 (September 2022).

Susanti, Febri, and Siti Anafiah. “Pemanfaatan Lingkungan Sekolah Sebagai Sumber Belajar
Pada Pembelajaran Tematik SD Negeri Bhayangkara Yogyakarta,” April 27, 2019.

Sutarto. “Lingkungan Pendidikan Dalam Perspektif Alquran Dan Implikasinya Terhadap


Pertumbuhan Dan Perkembangan Anak,” Jurnal Pendidikan Islam, Vol 08 No. 02
(Agustus 2019). https://doi.org/10.30868/ei.v8i2.464.

Yusuf, Syamsu. (2001). Psikologi Perkembangan Anak Dan Remaja. Bandung: Remaja
Rosdakarya.

Z Harahap, Rabiah. “Etika Islam Dalam Mengelola Lingkungan Hidup,” Jurnal Ilmu
Pendidikan dan Ilmu Sosial, Vol 01 No. 1 (Maret 2015).

Zaturrahmi. “Lingkungan Belajar Sebagai Pengelolaan Kelas: Sebuah Kajian Literatur” Vol 07
No. 04 (2019): 1.

Anda mungkin juga menyukai