Anda di halaman 1dari 25

LINGKUNGAN BELAJAR DALAM PEMBELAJARAN

DAN GURU DALAM PROSES PEMBELAJARAN

DISUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH BELAJAR DAN


PEMBELAJARAN

DOSEN PENGAMPU:
Dr. Novitawati, S.Psi., M.Pd

DISUSUN OLEH KELOMPOK 9


KELAS 2A PGSD

Misbahul Munir 2210125210016


Nur Syifa 2210125220017
Tiara Nurhapsari 2210125220023
Alma Ridha Hayati 2210125220025
Elya Nurhaliza Rachim 2210125320007
Nor Awalinda 2210125320017

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
BANJARMASIN
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat, karunia
dan hidayah-Nya oleh karena itu kami bisa menyelesaikan penyusunan Tugas Makalah
Mata Kuliah Belajar dan Pembelajaran. Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada
Ibu Dr. Novitawati, S.Psi., M.Pd selaku dosen pengampu mata kuliah Belajar dan
Pembelajaran yang telah memberikan kami tugas makalah yang berjudul “Lingkungan
Belajar dalam Pembelajaran dan Guru dalam Proses Pembelajaran”. Kami juga
mengucapkan kepada teman-teman yang membatu dalam mengumpulkan materi dalam
pembuatan makalah ini.

Makalah ini bisa selesai berkat kerja keras menggunakan penuh rasa tanggung
jawab. Pada kesempatan ini pula, kami mengucapkan terimakasih pada semua pihak yang
telah berpartisipasi membantu kami pada penyusunan makalah. Dengan segala
kerendahan hati kami tim penyusun menyampaikan permohonan maaf, jika dalam
makalah ini terdapat kekeliruan. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan
dapat mengembagkan makalah ini lebih baik lagi.

Banjarmasin, 2 Februari 2023

Kelompok 9

ii
DAFTAR ISI

KATAPENGANTAR ...................................................................................... ii

DAFTAR ISI .................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................. 4

1.1 Latar Belakang .................................................................................... 4


1.2 Rumusan Masalah ............................................................................... 5
1.3 Tujuan Penulisan ................................................................................. 6

BAB II PEMBAHASAN .................................................................................. 7

2.1 Pengertian Lingkungan Belajar ........................................................... 7


2.2 Hubungan Lingkungan Belajar dalam Pembelajaran ........................ 10
2.3 Pengaruh Lingkungan Belajar Terhadap Pembelajaran .................... 12
2.4 Kebutuhan Untuk Mengelola Lingkungan saat Belajar .................... 13
2.5 Penataan Ruangan dan Perlengkapan Belajar Siswa ........................ 17
2.6 Peran Guru dalam Proses Pembelajaran ........................................... 18

BAB III PENUTUP ........................................................................................ 22

3.1 Kesimpulan ....................................................................................... 22


3.2 Saran .................................................................................................. 23

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 24

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Lingkungan merupakan semua yang tampak di sekeliling tempat tinggal yang dapat
mempengaruhi perkembangan dan tingkah laku seseorang. Lingkungan yang berada di
sekitar seseorang dan yang mempengaruhi proses belajar mengajar disebut lingkungan
belajar. Lingkungan belajar ini mempengaruhi prestasi belajar siswa. Jadi, lingkungan
belajar adalah segala sesuatu yang ada di alam sekitar yang mempengaruhi proses dan
hasil belajar siswa. Lingkungan merupakan salah satu faktor penunjang keberhasilan
belajar. Lokasi dan lingkungan belajar yang nyaman memfasilitasi konsentrasi siswa.
Dengan menyiapkan lingkungan yang tepat, maka siswa akan mencapai hasil yang lebih
baik dan menikmati proses pembelajaran yang dilakukan oleh siswa. Menurut Marlina
(1998) dalam bukunya yang berjudul Dasar-dasar Pendidikan menjelaskan bahwa
Lingkungan dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang berada diluar diri anak. Dalam
artian lingkungan adalah segala sesuatu yang ada disekitar anak, baik berupa benda-
benda, peristiwa-peristiwa yang terjadi maupun kondisi masyarakat terutama yang dapat
memberi pengaruh kuat kepada anak didik yaitu lingkungan yang mana terjadi proses
pendidikan berlangsung dan lingkungan anak-anak bergaul sehari-hari.

Lingkungan belajar menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi prestasi belajar.
Beberapa ahli menggolongkan lingkungan belajar menjadi beberapa bagian. Slameto
(2003) mengatakan “lingkungan belajar menjadi tiga, yakni lingkungan keluarga,
lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat”. Lingkungan keluaga merupakan
lingkungan pertama yang ditemui oleh individu dan juga tempat pertama yang
mempengaruhi karakter individu tersebut. Adapun yang termasuk lingkungan belajar dari
keluarga adalah cara orang tua mendidik, relasi antara anggota keluarga, suasana rumah,
keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua, dan latar belakang kebudayaan.
Lingkungan sekolah juga turut mempengaruhi siswa dalam belajar. Lingkungan sekolah
mencakup metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan
siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, keadaan gedung, metode belajar,
dan tugas rumah. Lingkungan masyarakat juga mempengaruhi siswa belajar. Lingkungan

4
masyarakat mencakup kegiatan siswa dalam masyarakat, media sosial, teman bergaul,
dan bentuk kehidupan masyarakat. Lingkungan belajar merupakan faktor yang penting
karena lingkungan dapat menimbulkan perubahan-perubahan pada individu. Lingkungan
dapat bersifat mendidik dan dapat juga bersifat merusak. Oleh karena itu, usaha untuk
belajar membutuhkan lingkungan yang baik sehingga siswa berhasil dalam belajarnya.

Proses belajar terjadi bila ada interaksi atau timbal balik antara siswa dengan
lingkungannya untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam situasi pendidikan.
Hubungan timbal balik ini merupakan prasyarat untuk belajar, yang bertujuan tidak hanya
untuk mentransmisikan pengetahuan, tetapi juga untuk mentransmisikan nilai. Siswa
dapat mentransfer informasi dari media pembelajaran seperti buku, majalah, museum,
internet, guru, dan sumber lain yang dapat memperluas pengetahuan siswa. Namun,
pengajaran nilai kepada siswa hanya berasal dari guru yang menanamkan sikap dan nilai
ke dalam materi yang memasukkan aspek psikologis guru dan siswa. Penanaman sikap
dan nilai dengan aspek psikologis tidak bisa digantikan oleh media apapun. Dengan
demikian, guru merupakan media mutlak dalam belajar siswa. Seorang guru sebagai
pendidik tidak hanya mengetahui materi yang akan disampaikan. Namun, ia juga harus
memiliki kepribadian yang kuat yang menjadikannya panutan bagi murid-muridnya. Hal
ini penting karena seorang guru sebagai pengajar tidak hanya mengajarkan beberapa hal
kepada siswanya. Guru juga perlu melatih keterampilan, sikap, dan pola pikir siswa.
Mencetak keterampilan, sikap dan cara berpikir tersebut tidak hanya dapat diketahui,
tetapi siswa harus menguasainya dan mempraktekkannya dalam kehidupan sehari-hari.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat disusun rumusan masalah sebagai
berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan lingkungan belajar?
2. Bagaimana hubungan antar lingkungan belajar dalam pembelajaran?
3. Apa saja pengaruh lingkungan belajar terhadap pembelajaran siswa?
4. Apa saja yang dibutuhkan untuk mengelola lingkungan saat belajar?
5. Bagaimana penataan ruangan dan perlengkapan belajar siswa?
6. Bagaimana peran guru dalam proses pembelajaran?

5
1.3 Tujuan Penulisan

Berdasarkan rumusan masalah diatas, didapatkan tujuan dari penulisan makalah ini
sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengertian dari lingkungan belajar
2. Untuk mengetahui hubungan lingkungan belajar dalam pembelajaran
3. Untuk mengetahui pengaruh lingkungan belajar terhadap pembelajaran siswa
4. Untuk mengetahui apa yang dibutuhkan dalam mengelola lingkungan belajar
5. Untuk mengetahui penataan ruangan dan perlengkapan belajar siswa
6. Untuk mengetahui peran guru dalam proses pembelajaran.

6
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Lingkungan Belajar

a. Pengertian Lingkungan

Lingkungan adalah suatu media di mana makhluk hidup tinggal, mencari, dan
memiliki karakter serta fungsi yang khas yang mana terkait secara timbal balik dengan
keberadaan makhluk hidup yang menempatinya, terutama manusia yang memiliki
peranan yang lebih kompleks dan riil (Rusdina 2015). Lingkungan merupakan tempat
hidup manusia. Manusia hidup, berada, tumbuh, dan berkembang di atas bumi sebagai
lingkungan. Lingkungan memberi sumbersumber penghidupan manusia. Lingkungan
mempengaruhi sifat, karakter, dan perilaku manusia yang mendiaminya. Lingkungan
memberi tantangan bagi kemajuan peradaban manusia. Manusia memperbaiki,
mengubah, bahkan menciptakan lingkungan untuk kebutuhan dan kebahagiaan hidup.

b. Pengertian Lingkungan Belajar

Lingkungan belajar adalah tempat anak-anak belajar, bertumbuh dan berkembang


menuju kedewasaan, serta suasana belajar yang menyertai pertumbuhan dan
perkembangan itu (Pidarta). Lingkungan belajar adalah platform yang beragam di mana
pengguna terlibat dan berinteraksi untuk mempelajari keterampilan baru. Sementara
peserta didik dapat belajar dalam berbagai pengaturan, istilah ini mengacu pada alternatif
yang lebih disukai dan akurat untuk kelas tradisional. Istilah ini tidak memiliki konotasi
tradisional atau terbatas seperti ruangan yang penuh dengan meja dan papan tulis.
Lingkungan belajar merupakan tempat dimana siswa dapat beraktifitas untuk
mengoptimalkan potensi yang dimilikinya, sehingga siswa mendapatkan prilaku baru
yang belum didapatkan. Menurut pendapat dengan Saroni (2006, hlm. 82-84) lingkungan
belajar merupakan segala sesuatu yang behubungan dengan tempat proses pembelajaran
dilakukan. Lingkungan belajar dibagi ke dalam dua bagian yaitu lingkungan sosial dan
lingkungan fisik, kedua aspek tersebut harus saling mendukung guna terciptaya
lingkungan belajar yang baik. segala sesuatu yang berhubungan dengan belajar dapat

7
disebut dengan lingkungan belajar. Lingkungan belajar dibedakan menjadi dua bagian
yaitu lingkungan fisik dan lingkungan sosial.

Lingkungan belajar di sekolah merupakan segala sesuatu yang ada di sekitar siswa,
baik itu berupa benda, peristiwa-peristiwa yang terjadi maupun kondisi masyarakat,
terutama yang dapat memberikan pengaruh kuat pada siswa, yaitu lingkungan di mana
proses pendidikan berlangsung dan lingkungan di mana siswa bergaul sehari-harinya.
Segala sesuatu yang berada disekitar siswa yang dapat memberikan pengaruh yang kuat
terhadap proses pendidikan disebut dengan lingkungan belajar. Lingkungan berkaitan erat
dengan kegiatan proses pembelajaran di sekolah, hal ini disebabkan lingkungan belajar
memiliki peran dalam menciptakan suasana belajar menyenangkan. Lingkungan tersebut
dapat meningkatkan keaktifan belajar. Oleh karena itu, lingkungan belajar perlu di tata
semestinya. Sedangkan Wahyuningsih dan Djazari (2013: 6), lingkungan belajar
merupakan lingkungan yang berpengaruh terhadap kegiatan proses belajar baik
lingkungan fisik maupun lingkungannon sosial.

Melalui lingkungan belajar, seseorang bisa mendapatkan pendidikan baik secara


langsung maupun tidak langsung yang dipengaruhi oleh lingkungan alami mapun
lingkungan sosial (Nismawati, 2015). Sementara pendapat Baharuddin (2007) dalam
Ningrum (2013), memberikan gambaran bahwa lingkungan belajar merupakan faktor
eksternal yang dapat mempengaruhi perkembangan dan memberikan pengaruh setiap
siswa dalam proses belajarnya. Lingkungan belajar tidak hanya terfokus pada suatuu
fasilitas yang baik saja, tetapi perlu diperhatikan juga terkait kenyamanan dan
ketentraman lingkungannya agar perhatiannya dapat terpusat pada pelajaran. Lingkungan
belajar yang baik menurut pandangan Saifuddin (2014) mengemukakan bahwa
lingkungan yang menantang dan merangsang untuk belajar serta rasa aman, tentram dan
puas sehingga dapat mencapai tujuan belajar yang diharapkan/memuaskan.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, lingkungan belajar merupakan suatu


kegiatan yang diakukan untuk merubah tingkah laku seseorang ke arah tertentu, yang
dilakukan di dalam suasana tertentu hingga terbentuknya suatu sikap atau kebiasaan pada
diri individu. Lingkungan belajar juga dapat membentuk sikap dan intelegensi individu.
terdapat dua bagian dalam lingkungan belajar yaitu lingkungan sosial dan lingkungan

8
fisik, yang keduanya harus saling mendukung agar terciptanya lingkungan belajar yang
baik.

c. Pengertian Pembelajaran

Pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat membawa informasi dan


pengetahuan dalam interaksi yang berlangsung antara pendidik dengan peserta didik.
(Asyar, 2011). Belajar menurut pengertian psikologis merupakan suatu proses perubahan
tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam menentukan
kebutuhan hidupnya. Perubahan-perubahan tersebut akan nyata dalam seluruh aspek
tingkah laku. Pembelajaran merupakan suatu rangkaian peristiwa yang kompleks dan
sistematis. Dalam peristiwa tersebut terjadi interaksi pendidik dan peserta didik dalam
rangka perubahan sikap dan pola pikir yang menjadi kebiasaan bagi peserta didik yang
bersangkutan. Pendidik berperan sebagai pengajar dan peserta didik sebagai pelajar.
Belajar dan mengajar adalah dua kegiatan yang terjadi bersamaan, tetapi memiliki makna
yang berbeda, sebagaimana yang diungkapkan Suherman (2003) bahwa “Peristiwa
mengajar selalu disertai dengan peristiwa belajar, ada guru yang mengajar maka ada pula
siswa yang belajar. Namun, ada siswa yang belajar belum tentu ada guru yang mengajar,
sebab belajar bisa dilakukan sendiri.”.

Sedangkan Pembelajaran yang diidentikkan dengan kata “mengajar” berasal dari


kata dasar “ajar” yang berarti petunjuk yang diberikan kepada orang supaya diketahui
(diturut) ditambah dengan awalan “pe” dan akhiran “an menjadi “pembelajaran”, yang
berarti proses, perbuatan, cara mengajar atau mengajarkan sehingga anak didik mau
belajar. Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber
belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan
pendidik agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan
kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik.
Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat
belajar dengan baik. Proses pembelajaran dialami sepanjang hayat seorang manusia serta
dapat berlaku di manapun dan kapanpun.

Pembelajaran mempunyai pengertian yang mirip dengan pengajaran, walaupun


mempunyai konotasi yang berbeda. Dalam konteks pendidikan, guru mengajar supaya

9
peserta didik dapat belajar dan menguasai isi pelajaran hingga mencapai sesuatu objektif
yang ditentukan (aspek kognitif), juga dapat memengaruhi perubahan sikap (aspek
afektif), serta keterampilan (aspek psikomotor) seseorang peserta didik. Pengajaran
memberi kesan hanya sebagai pekerjaan satu pihak, yaitu pekerjaan guru saja. Sedangkan
pembelajaran juga menyiratkan adanya interaksi antara guru dengan peserta didik.
Pembelajaran adalah suatu system yang bertujuan untuk membantu proses belajar siswa,
yang berisi serangkaian peristiwa yang dirancang, disusun sedemikian rupa untuk
mempengaruhi dan mendukung terjadinya proses belajar siswa yang bersifat internal.

2.2 Hubungan Antar Lingkungan Belajar dengan Hasil Pembelajaran

Dalam kaitan ini Gane dalam Canggelosi menegaskan bahwa kondisi belajar
pada dasarnya penggambaran system lingkungan belajar yang terbentuksesuai dengan
tujuannya. Kondisi belajar yang hendak dicapai tidak lain adalah bentuk akhir
kompetenai siswa yang dapat dilihat pada aspek kognitif, psikomotor, dan afektif.
Sedangkan menurut Dimyati “lingkungan belajar yang sangat berperang dalam
menciptakan suasana belajar menyenangkan”. Lingkungan tersebut dapat
meningkatkan keaktifitasan belajar. Oleh karena itu lingkungan belajar perlu
ditatasemestinya.

Dalam usaha menciptakan lingkungan belajar dalam konteks tujuan, Mualiyasa


“menegaskan terdapatnya interaksi yang saling mendukung antara variabel guru,
tugas, menyangkut stukturnya (organisasi), dimensinya, cakupannya, dan nilai
kebermanfaatannya. Variabel siswa, antara lain meliputi kompetensinya, motivasinya,
gaya belajarnya, dan perbedaan individualnya. Sedangkan variable strategi
pengelolaan pembelajaran, mencakup saran kelas, strategi, metode, dan media
pembelajaran serta waktu yang dialokasikan untuk kegiatan itu.”Dengan demikian,
dapat dikatakan bahwa lingkungan pembelajaran dikelas yang diciptakan baik fisik
maupun sosial dan proses dialogis antara lingkungan fisik dan lingkungan sosial
berpengaruh terhadap iklim pembelajaran dikelas dan tujuan pembelajaran yang
dicapai. Sehingga aktifitas dalam belajar dapat berkembang dan terlayani seperti
tuntutan dalam alam siswa.

10
Manusia sepanjang hidupnya tidak akan pernah lepas dari apa yang disebut dengan
lingkungan. Tempat dimana manusia melakukan aktivitas dari waktu ke waktu dan
terdapat hubungan timbal balik diantara keduanya. Di satu sisi lingkungan dapat
mempengaruhi manusia, akan tetapi disatu sisi lain manusia juga dapat mempengarui
lingkungan. Dengan kata lain lingkungan dan manusia saling membutuhkan, lingkungan
membutuhkan manusia untuk dapat melestarikan alam dan manusia membutuhkan
lingkungan untuk membantu proses perkembangan diri manusia. Demikian halnya
dengan proses belajar mengajar, lingkungan merupakan sumber belajar yang banyak
berpengaruh terhadap proses pembelajaran yang berlangsung didalamnya.

Setiap proses belajar yang dilaksanakan oleh peserta didik akan menghasilkan hasil
belajar. Di dalam proses pembelajaran, guru sebagai pengajar sekaligus pendidik
memegang peranan dan tanggung jawab yang besar dalam rangka membantu
meningkatkan keberhasilan peserta didik dipengaruhi oleh kualitas pengajaran dan faktor
internal dari siswa itu sendiri. Hasil belajar yang baik hanya dicapai melalui proses belajar
yang baik pula. Jika proses belajar tidak optimal sangat sulit diharapkan terjadinya hasil
belajar yang baik. Menurut Hamalik (2001:159) bahwa hasil belajar menunjukkan kepada
prestasi belajar, sedangkan prestasi belajar itu merupakan indikator adanya derajat
perubahan tingkah laku siswa. Menurut Nasution (2006:36) hasil belajar adalah hasil dari
suatu interaksi tindak belajar mengajar dan biasanya ditunjukkan dengan nilai tes yang
diberikan guru. Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar
merupakan hasil yang diperoleh siswa setelah terjadinya proses pembelajaran yang
ditunjukkan dengan nilai tes yang diberikan oleh guru setiap selesai memberikan materi
pelajaran pada satu pokok bahasan. Oleh karena itu hasil belajar yang dimaksud disini
adalah kemampuan yang dimiliki oleh siswa yang dicapai dengan usaha penguasaan
materi dan ilmu penegetahuan setelah mengalami proses belajar dengan terlebih dahulu
mengadakan evaluasi dari proses belajar yang dilakukan. Seperti yang dikemukakan oleh
Sudjana (2004:22) “hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa
setelah menerima pengalaman belajarnya”.

Lingkungan belajar siswa mempunyai peranan penting dalam proses belajar


mengajar. Dimana kondisi lingkungan belajar yang baik akan menumbuhkkan semangat
siswa untuk mencapai hasil belajar yang lebih baik. Siswa yang merasa senang dengan
suasana lingkungan belajarnya akan mempunyai semangat belajar yang lebih tinggi. W.S

11
Winkels (1991: 101) mengemukakan : Siswa yang senang akan bergairah dan
bersemangat dalam belajar, sebaliknya siswa yang merasa tidak senang akan kurang
bergairah. Dengan demikian perasaan siswa akan menjadi energi dalam belajar.
Sebagaimana dapat dikatakan bahwa lingkungan belajar yang baik akan menimbulkan
kegairahan siswa dalam belajar. Hal ini tentu saja akan meningkatkan pencapaian hasil
belajar siswa. Berdasarkan uraian diatas secara garis besar dapat dikatakan bahwa
lingkungan belajar mempunyai hubungan yang erat dengan hasil belajar siswa.

2.3 Pengaruh Lingkungan Belajar Terhadap Pembelajaran

Selama proses pembelajaran, tanpa disadari siswa akan berinteraksi dengan


lingkungan, lingkungan dapat memberikan rangsangan kepada individu, dan individu
memberikan respon terhadap lingkungan.Selama proses berinteraksi, perilaku individu
dapat berubah. Perubahan perilaku dapat menimbulkan perubahan positif dan negatif.
Untuk mencapai efek belajar yang baik, harus juga memiliki lingkungan belajar yang
baik. Baik itu lingkungan rumah, sekolah maupun lingkungan masyarakat, hal ini
tentunya akan menciptakan lingkungan belajar yang tenang dan nyaman bagi siswa, yang
akan memudahkan siswa dalam memahami dan mempelajari materi atau materi
pembelajaran secara utuh. Perlu diketahui lingkungan yang baik yang dapat memberikan
dampak positif bagi anak atau siswa agar ia dapat belajar sebanyak-banyaknya.

Lingkungan pendidikan atau lingkungan belajar dapat dibedakan menjadi tiga


kelompok yang meliputi lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan
masyarakat. Keberhasilan prestasi belajar siswa tidak dapat dilepaskan dari interaksi
lingkungan belajar yang merangsang. Lingkungan keluarga merupakan lembaga
pendidikan yang paling utama dan pertama, tetapi juga dapat menjadi faktor kesulitan
belajar, lingkungan keluarga terdiri dari 3 faktor yaitu: faktor orang tua, suasana rumah
tangga atau keluarga, dan keadaan ekonomi keluarga. Bagaimanapun orang tua harus
memberikan contoh yang terbaik untuk anaknya, karena anak pasti akan menirunya tanpa
mengerti semua yang dilakukannya. Lingkungan lainnya adalah lingkungan sekolah.
Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang memungkinkan seseorang untuk
memperluas pengetahuan dan mengembangkan keterampilannya. Disebut pendidikan

12
formal karena diselenggarakan di sekolah atau tempat tertentu dan jenjangnya berbeda
dengan pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi (UU RI No. 20
Tahun 2003) Sistem Pendidikan Nasional, Bab VI , Pasal 41 Lingkungan belajar yang
ketiga adalah lingkungan kolaboratif. Komunitas adalah bidang pendidikan yang luas dan
luas, yaitu hubungan antara dua orang tua atau lebih. Pendidikan dasar, yang tujuannya
adalah untuk mengembangkan sikap dan keterampilan serta memberikan pengetahuan
dan keterampilan dasar yang diperlukan untuk kehidupan. Selama belajar, tanpa disadari
siswa berinteraksi dengan lingkungan, lingkungan dapat merangsang individu, dan
individu bereaksi terhadap lingkungan. Selama interaksi, perilaku seseorang berubah,
Perubahan perilaku tersebut dapat menimbulkan perubahan positif dan negatif untuk
mencapai efek belajar yang baik, jadi dapat kita ketahui bahwa memiliki lingkungan
belajar yang bagus, baik itu di rumah, sekolah maupun di masyarakat, hal ini pasti akan
menciptakan suasana belajar yang tenang dan nyaman bagi siswa, sehingga memudahkan
siswa untuk memahami dan belajar dari materi atau materi pembelajaran secara
keseluruhan. Seseorang harus berusaha untuk menciptakan lingkungan yang baik yang
dapat memberikan efek positif pada anak-anak atau siswa sehingga mereka dapat belajar
sebanyak mungkin.

2.4 Kebutuhan Untuk Mengelola Lingkungan saat Belajar

Segala aspek pendidikan pengajaran berproses, guru dengan segala


kemampuannya, siswa dengan segala latar belakang dan sifat- sifat individualnya.
Dengan kondisi belajar yang baik diharapkan proses belajar mengajar akan berlangsung
dengan baik pula. Proses pembelajaran yang baik akan meminimalkan kemungkinan
terjadinya kegagalan serta kesalahan dalam pembelajaran. Maka dari itu penting sekali
bagi seorang guru memiliki kemampuan menciptakan kondisi belajar mengajar yang baik
dan untuk mencapai tingkat efektivitas yang optimal dalam kegiatan pembelajaran
kemampuan pengelolaan lingkungan belajar merupakan salah satu faktor yang juga harus
dikuasai oleh seorang guru, di samping faktor-faktor lainnya.

Lingkungan belajar adalah ruangan belajar (lingkungan fisik) dan rombongan


belajar (lingkungan emosional). Adapun Lingkungan fisik meliputi :

13
1. Ruangan
2. Keindahan kelas
3. Pengaturan tempat duduk
4. Pengaturan sarana dan alat pengajaran
5. Ventilasi dan pengaturan cahaya

Sedangkan lingkungan sosio-emosional meliputi :

1. Tipe kepemimpinan guru


2. Sikap guru
3. Suara guru
4. Pembinaan hubungan yang baik.

Lingkungan belajar bukanlah sekadar ruangan dengan segala isinya yang bersifat
statis dan pasif, namun lingkungan belajar juga merupakan sarana berinteraksi antara
siswa dengan siswa dan siswa dengan guru. Ciri utama lingkungan belajar adalah pada
aktivitasnya untuk dapat menjalankan aktivitas pembenahan dan perhatian dari semua
pihak.

Lingkungan belajar merupakan sesuatu yang mempengaruhi belajar anak Dimana


lingkungan belajar yang kondusif menjadi faktor penting dalam memaksimalkan
kesempatan belajar anak, Lingkungan belajar yang relevan memiliki segala sesuatu yang
berhubungan dengan di mana pembelajaran berlangsung. Meskipun kondusif berarti
kondisi yang benar-benar nyaman dan mendukung kegiatan belajar mengajar, Proses
pembelajaran merupakan interaksi siswa dengan lingkungannya sehingga proses
pengetahuan menjadi keterampilan, pengetahuan dan sikap anak sebagai hasil belajar.
Lingkungan belajar dapat dirancang untuk membangkitkan minat anak atau mendorong
mereka untuk belajar, Lingkungan belajar harus difasilitasi untuk memenuhi harapan
yang tinggi dari keberhasilan individu anak. Lingkungan belajar juga merupakan situasi
yang dapat diciptakan guru untuk mengoptimalkan proses pembelajaran Untuk
memaksimalkan pengajaran dan pembelajaran, seseorang harus menggunakan kondisi
atau lingkungan belajar yang menguntungkan.

14
Lingkungan belajar yang menyenangkan tidak terjadi dengan sendirinya Namun,
ada kemungkinan bahwa lingkungan ini dapat diimplementasikan dengan benar. Berikut
7 tips membangun lingkungan belajar yang kondusif, antara lain:

1. Menata Ruang Kelas Belajar


Untuk menciptakan lingkungan belajar yang kondusif, diperlukan penataan ruang
kelas yang baik dan memadai. Hal ini dikarenakan ruang kelas merupakan lingkungan
yang paling penting untuk menciptakan kegiatan belajar mengajar yang menyenangkan
Ruang belajar yang bersih, nyaman, dan tertata dengan baik mendukung pembelajaran
yang lebih baik, menata ruang kelas kelas adalah tanggung jawab bersama antara siswa
dan kelas. Sekolah juga dapat mendorong terciptanya kondisi kerangka kerja yang
menguntungkan, misalnya dengan mengadakan lomba kebersihan kelas secara rutin.
Lomba tersebut mengajak anak-anak untuk menciptakan ruang kelas yang bersih, rapi
dan nyaman. Menata kelas tidak hanya tentang penataan kursi dan meja, tetapi juga
melengkapinya dengan administrasi kelas, seperti: denah tempat duduk,jadwal pelajaran,
struktur kelas, dll. Tambahkan juga aksesoris di dalam kelas untuk menciptakan suasana
yang nyaman, seperti menempatkan gambar siswa atau ungkapan-ungkapan positif yang
mendorong siswa untuk belajar.

2. Suasana Belajar dan Mengajar

Setelah menciptakan ruang kelas yang kondusif, langkah selanjutnya adalah


menciptakan suasana belajar mengajar yang menyenangkan Suasana belajar mengajar
yang lebih menyenangkan didukung oleh beberapa faktor, mulai dari cara mengajar guru,
mood siswa, suasana kelas dan lain-lain. Namun, guru memainkan peran penting dalam
menciptakan suasana yang menginspirasi dan memotivasi siswa untuk belajar,Guru yang
ramah dan demokratis memungkinkan terciptanya suasana belajar yang kondusif. Dimana
hasil belajar siswa dinilai, siswa tidak takut salah ketika menjawab pertanyaan atau
bertanya kepada guru, Suasana belajar dan mengajar yang menyenangkan
membangkitkan keinginan untuk belajar dan belajar menjadi lebih penting. Jadi belajar
tidak selalu diukur dengan nilai yang tinggi.

15
3. Lingkungan di Luar Kelas
Meskipun siswa melakukan kegiatan belajar mengajar di dalam kelas, lingkungan
di luar kelas juga mempengaruhi belajar siswa Kelas eksternal yang kondusif
memungkinkan siswa untuk belajar dengan baik, tetapi sebaliknya, jika lingkungan
eksternal tidak mendukung dan muncul masalah, konsentrasi siswa akan terganggu.
Menciptakan lingkungan sekolah yang baik diperlukan kerjasama yang baik antar
pihak, mulai dari siswa, guru, kepala sekolah, staf hingga petugas kebersihan. Bangun
komunikasi yang baik dengan orang-orang di sekitar . Lingkungan sekolah juga menjadi
acuan penilaian mutu sekolah dan karenanya harus dijaga dengan baik.

4. Komunikasi dan Hubungan Sosial


Kegiatan belajar mengajar yang dilakukan di dalam kelas bersifat internal, dalam
hal ini guru memiliki kewenangan penuh untuk melaksanakan pembelajaran secara terus
menerus. Hal ini tidak akan berjalan dengan baik kecuali dilandasi oleh komunikasi dan
hubungan sosial yang harmonis antara siswa dan guru Komunikasi yang efektif selama
proses pembelajaran mengurangi perilaku menyimpang siswa selama pembelajaran.
Komunikasi yang baik juga membuat belajar menjadi menyenangkan.

5. Menjadi guru yang menyenangkan

Setelah menciptakan komunikasi yang baik, guru juga harus mampu mengajar
siswa dengan cara yang menyenangkan, Peran seorang guru tidak hanya mengajar siswa,
tetapi juga menjadi orang tua siswa di sekolah, menjadi pendengar yang baik, menjadi
konselor, mendengarkan keluhan anak, menawarkan solusi, saran atau
pendapat.Sebaiknya guru mengurangi sikap otoritatif di dalam kelas agar siswa merasa
nyaman saat belajar dan tidak tertekan.

Salah satu cara guru dapat menjalin komunikasi yang baik dengan siswa adalah
dengan memberikan saran bila diperlukan. Bimbingan merupakan cara bijak untuk
menyentuh hati siswa agar mau mengubah perilakunya menjadi lebih baik Dengan
bimbingan yang tepat, siswa menjadi sadar akan peran dan tugas yang harus mereka
lakukan untuk berubah menjadi lebih baik dan memenuhi tanggung jawabnya sebagai
siswa dan menjadi orang yang bertanggung jawab.

16
Agar pembelajaran lebih menyenangkan, sebaiknya guru tidak terlalu serius dalam
mengajar dan menambahkan lelucon yang dapat mengurangi kebosanan siswa Sehingga
siswa senang saat belajar dan tidak terkesan kaku atau monoton.

6. Biarkan Siswa Berkreasi


Cara menciptakan lingkungan belajar yang kondusif selanjutnya adalah dengan
membiarkan siswa berimajinasi bebas. Guru dikenal sebagai fasilitator, mediator,
motivator dan katalisator yang mendukung pembelajaran siswa.
Guru tidak boleh otoriter dan mengontrol pembelajaran, tetapi guru harus berani
memberikan kesempatan kedua kepada siswa untuk terlibat dalam kreativitas. Selain itu,
guru harus memberikan apresiasi kepada siswa yang kreatif. Sehingga siswa senang dan
antusias dengan kreativitasnya.

7. Setuju dengan Aturan Umum

Untuk menciptakan kelas yang positif, guru harus mampu memberikan aturan-
aturan yang disepakati siswa Sehingga siswa tidak boleh membuat kegaduhan di dalam
kelas yang merusak suasana belajar karena mengikuti aturan yang telah disepakati, siswa
yang melanggar peraturan harus diberi hukuman ringan dengan kesepakatan, misalnya
dengan membersihkan kelas, menghafalkan mata pelajaran, dan lain-lain.

2.5 Penataan Ruangan dan Perlengkapan Belajar Siswa

Sejumlah prinsip yang perlu diperhatikan dalam penataan ruang dan perlengkapan
belajar agar dapat berfungsi secara efektif dalam mendukung proses pembelajaran anak.
Prinsip-prinsip penataan ruang dan perlengkapan belajar tersebut dapat dideskripsikan
sebagai berikut.

1. Ukuran Anak sebagai Standar


Perlengkapan dan material sebaiknya memiliki ukuran lebar, panjang, dan tinggi
yang tepat untuk ukuran anak. Ini berarti papan gambar yang ditempel di dinding harus
dalam posisi yang nyaman dilihat oleh anak, bukan nyaman dilihat oleh guru. Sebagai

17
tambahan, gantungan baju, mangkuk, dan bahan lain ditempatkan di tempat yang mudah
dijangkau oleh anak.

2. Pentingnya Ruangan yang Rapi


Ruangan sebaiknya diatur dan tidak acak-acakan. Kerapihan kelas memerlukan
perhatian dan kepedulian yang lebih dari guru. Barang-barang untuk area khusus atau
ruangan belajar dijaga dan dikelola sebaik-baiknya. Bagian yang kotor terpisah dari
bagian yang bersih. Anak-anak pun sebaiknya didorong dan dilatih untuk meletakkan
mainan dan barang-barang pada tempatnya.

3. Cara Penyimpanan Bahan dan Perlengkapan Belajar


Perlu diperhatikan tempat penyimpanan perlengkapan dan bahan yang biasa
digunakan dalam pembelajaran. Sebagai contoh, lem atau cat yang mudah mengeras
harus segera dibersihkan dan disimpan jauh dari jangkauan anak. Sedangkan bahan
seperti pensil, kertas, krayon, dan pensil warna sebaiknya ditempatkan di lokasi yang
mudah dijangkau anak, dan anak pun bertanggung jawab untuk merapikannya kembali.

4. Kelas dan Area Luar Harus Bersih, Rapih dan Menyenangkan


Lingkungan fisik harus bersih dan sehat untuk kesehatan. Suatu lingkungan fisik
yang penuh dengan kesenangan, penuh warna, terang, dan fasilitas yang mudah
dijangkau.

2.6 Peran Guru dalam Proses Pembelajaran

Menurut Thomas E. Curtis dan Wilma W. Bidwell bahwa proses pembelajaran di


sekolah (kelas) peranan guru lebih spesifik sifatnya dalam pengertian yang sempit, yakni
dalam hubungan proses belajar mengajar. Peranan guru adalah sebagai pengorganisasi
lingkungan belajar dan sekaligus sebagai fasilitator belajar. Peranan pertama meliputi
peranan-peranan yang lebih spesifik, yakni:

1) Guru sebagai model,


2) Guru sebagai perencana
3) Guru sebagai peramal,

18
4) Guru sebagai pemimpin
5) Guru sebagai penunjuk jalan atau pembimbing kearah pusat-pusat belajar.

Dalam kaitan peranannya sebagai perencana, guru berkewajiban mengembangkan


tujuan tujuan pendidikan menjadi rencana-rencana yang operasional. Tujuan-tujuan
umum perlu diterjemahkan menjadi tujuan-tujuan spesifik dan operasional. Dalam
perencanaan itu murid perlu dilibatkan sehingga menjamin relevansinya dengan
perkembangan, kebutuhan dan tingkat pengalaman mereka. Peranan tersebut menuntut
agar perencanaan senantiasa direlevansikan dengan kondisi masyarakat, kebiasaan
belajar siswa, pengalaman dan pengetahuan siswa, metode belajar yang serasi dan materi
pelajaran yang sesuai dengan minatnya.

Dalam mengembangkan persiapan mengajar, terlebih dahulu harus diketahui arti


dan tujuannya, serta menguasai teoritis dan praktis unsur-unsur yang terdapat dalam
persiapan mengajar. Kemampuan membuat persiapan mengajar merupakan Langkah
awal yang harus dimiliki oleh guru, dan sebagai muara dari segala pengetahuan teori,
keterampilan dasar dan pemahaman yang mendalam tentang obyek belajar dan situasi
pembelajaran. Dalam persiapan mengajar harus jelas kompetensi dasar yang akan
dimiliki oleh peserta didik, apa yang harus dilakukan, apa yang harus dipelajari,
bagaimana mempelajarinya, serta bagaimana guru mengetahui bahwa peserta didik telah
menguasai kompetensi tertentu. Aspek-aspek tersebut merupakan unsur utama yang
secara minimal harus ada dalam setiap persiapan mengajar sebagai pedoman guru dalam
melaksanakan pembelajaran dan membentuk kompetensi peserta didik.

Pengembangan pembaruan pembelajaran guru harus memperhatikan beberapa


prinsip-prinsip pembelajaran sebagai berikut:

1. Berpusat pada siswa.

Setiap siswa pada dasarnya berbeda, dan telah ada pada dirinya minat (interes),
kemampuan (ability), kesenangan (preference), pengalaman dan cara belajar yang
berbeda antara siswa yang satu dengan siswa yang lainnya. Begitu juga kemampuan siswa
dalam belajar, siswa tertentu lebih muda belajar dengan mendengar dan membaca, siswa
lain dengan cara menulis dan membuat ringkasan, siswa lain dengan melihat, dan yang
lain dengan cara melakukan belajar secara langsung. Oleh karena itu guru harus

19
mengorganisasikan kegiatan pembelajaran, kelas, materi pembelajaran, waktu belajar,
alat belajar, media dan sumber belajar dan cara penilaian yang disesuaikan dengan
karakteristik individual siswa. Karena kegiatan pembelajaran yang dikembangkan oleh
guru harus mendorong siswa agar dapat mengembangkan potensi,bakat minat yang
dimilikinya secara optimal dan maksimal.

2. Pembalikan Makna Belajar

Dalam konsep tradisional belajar hanya diartikan penerimaan informasi oleh


peserta didik dari sumber belajar dalam hal ini guru. Akibatnya pembelajaran sering
diartikan transfer of knowledge. Dalam kurikulum KTSP makna belajar diartikan proses
aktivitas dan kegiatan siswa dalam membangun pengetahuan dan pemahaman terhadap
informasi dan atau pengalaman. Dan pada dasarnya proses membangun pengetahuan dan
pemahaman dapat dilakukan sendiri oleh siswa dengan prestasi, pikiran serta perasaan
siswa. Konsekwensi logis pembalikan makna belajar dalam kegiatan pembelajaran
menghendaki partisipasi guru dalam bentuk bertanya, meminta kejelasan, dan bila
diperlukan menyajikan situasi yang bertentangan dengan pemahaman siswa dengan
harapan siswa tertantang untuk memperbaiki sendiri pemahamannya.

3. Belajar dengan melakukan

Pada hakikatnya dalam kegiatan belajar siswa malakukan aktifitas-aktifitas.


Aktifitas siswa dalam belajar akan sangat ideal bila dilakukan dalam kegiatan nyata yang
melibatkan dirinya, terutama untuk mencari dan menentukan serta mempraktekkannya
sendiri. Dengan cara ini siswa tidak akan mudah melupakan apa yang diperolehnya
selama mengikuti kegiatan pembelajaran. Pengetahuan dan pemahaman yang
diperolehnya dengan cara mencari dan menemukan serta mempraktekkan sendiri akan
tertanam dalam hati dan pikirannya siswa karna ia belajar secara aktif dengan cara
melakukan.

20
4. Mengembangkan kemampuan sosial, kognitif, dan emosional.

Dalam kegiatan pembelajaran siswa harus dikondisikan dalam suasana interaksi


dengan orang lain seperti antara siswa dan guru, dan siswa dan masyarakat dengan
interaksi yang intensif siswa akan mudah untuk membangun pemahamannya. Guru
dituntut untuk dapat memilih berbagai strategi pembelajaran yang membuat siswa
melakukan interaksi dengan orang lain, misalnya dengan diskusi, sosiodrama, belajar
secara kelompok dan sebagainya.

21
BAB III
PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Lingkungan belajar adalah segala sesuatu yang ada di alam sekitar yang
mempengaruhi proses dan hasil belajar siswa. Lingkungan merupakan salah satu faktor
penunjang keberhasilan belajar. Lokasi dan lingkungan belajar yang nyaman
memfasilitasi konsentrasi siswa. Dengan menyiapkan lingkungan yang tepat, maka siswa
akan mencapai hasil yang lebih baik dan menikmati proses pembelajaran yang dilakukan
oleh siswa. Lingkungan belajar menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi prestasi
belajar. Menurut beberapa ahli lingkungan belajar dibagi menjadi tiga, yakni lingkungan
keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat. Keberhasilan prestasi belajar
siswa tidak dapat dilepaskan dari interaksi lingkungan belajar yang merangsang.
Lingkungan belajar siswa mempunyai peranan penting dalam proses belajar mengajar,
dari proses belajar mengajar, lingkungan merupakan sumber belajar yang banyak
berpengaruh terhadap proses pembelajaran yang berlangsung didalamnya.
Setiap proses belajar yang dilaksanakan oleh peserta didik akan menghasilkan hasil
belajar. Di dalam proses pembelajaran, guru sebagai pengajar sekaligus pendidik
memegang peranan dan tanggung jawab yang besar dalam rangka membantu
meningkatkan keberhasilan peserta didik dipengaruhi oleh kualitas pengajaran dan faktor
intern dari siswa itu sendiri. Hasil belajar yang baik hanya dicapai melalui proses belajar
yang baik pula. Jika proses belajar tidak optimal sangat sulit diharapkan terjadinya hasil
belajar yang baik Maka dari itu penting sekali bagi seorang guru memiliki kemampuan
menciptakan kondisi belajar mengajar yang baik dan untuk mencapai tingkat efektivitas
yang optimal dalam kegiatan pembelajaran kemampuan pengelolaan lingkungan belajar.

22
4.2 Saran

Meskipun kami menginginkan kesempurnaan dalam penyusunan makalah ini, akan


tetapi pada kenyataannya masih banyak kekurangan yang perlu kami perbaiki. Hal ini
dikarenakan masih minimnya pengetahuan kami. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
membangun dari para pembaca sangat diharapkan sebagai bahan evaluasi kami untuk
kedepannya. Sehingga kami terus bisa menghasilkan makalah yang baik serta bermanfaat
bagi banyak orang.

23
DAFTAR PUSTAKA

Maryana, Rita, dan Yeni Rachmawati. Pengelolaan Lingkungan Belajar. N.p., Prenada
Media, 2013.

Hasan, Muhammad, Ade Ismail Fahmi, Nurhasana Siregar, Vina Febiani Musyadad,
Sakirman Sakirman, Hani Subakti, dan Devy Stany Walukow. Pengelolaan
Lingkungan Belajar. N.p., Yayasan Kita Menulis, 2021.

Saroni (2006, hlm. 82-84). Saroni, M. (2006). Manajemen Sekolah. Jogyakarta: Ar Ruzz
Media.

Asyhar, R. (2011). Kreatif mengembangkan Media Pembelajaran. Jakarta: Gaung


Persada Press.

Suherman, Erman dkk. 2003. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung:


PT Remaja Rosdakarya.

Dr. Ahdar Djamaluddin, S.Ag., S.Sos., M.Pd.i Dr. Wardana, M.Pd.I. Diterbitkan oleh
CV. KAAFFAH LEARNING CENTER. 2019. Parepare

Zein, M. (2016). Peran guru dalam pengembangan pembelajaran. Jurnal Inspiratif


Pendidikan, 5(2), 274-285.

Hamid Darmadi, Kemampuan Dasar Mengajar (Cet.I, Bandung: Alfabeta, 2009), h. 115.

Wahyuningsih dan Djazari. 2013. Pengaruh Lingkungan Sekolah Dan Kebiasaan Belajar
Terhadap Prestasi Belajar Akuntansi Siswa Kelas Xi Ips Sma Negeri 1 Srandakan.
Kajian pendidikan akuntansi Indonesia, 2 (1):137-160.

Baharuddin. 2007. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

24
Sudjana. 2003. Dasar – Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung : Sinar Baru 2005.

Marlina Gazali, Dasar Dasar Pendidikan, Bandung: Mizan 1998

Slameto (2003). Belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhunya. Jakarta: Rineka Cipta

Sardiyanah (2004). Lingkungan pembelajaran yang efektif. Volume 06 No.2

A. Rusdina (2015). Membumikan Etika Lingkungan Bagi Upaya Membudayakan


Pengelolaan Lingkungan yang Bertanggybg Jawab. Volume 09 No.2 Ibid Hlm: 24

Made Pidarta (2009) Landasan Kependidikan Jakarta: Rineka Cipta

25

Anda mungkin juga menyukai