Anda di halaman 1dari 38

Makalah Lingkungan Pendidikan

LINGKUNGAN PENDIDIKAN
Mata Kuliah Pengantar Pendidikan
Dosen Pembimbing: -

MAKALAH
LOGO

Nama kelompok 5:

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM DARUL’ULUM LAMONGAN
2013
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb
Alhamdulillahirobbil’alamin, puji syukur kepada Allah SWT,kami ucapkan atas
selesainya makalah (Lingkungan Pendidikan) ini.Tanpa ridho, hidayah, inayah-NYA mustahil
penulisan makalah ini bisa selesai secara tepat waktu.
Kami ucapkan banyak terima kasih kepada Bapak/Ibu Dosen yang telah membimbing
dan mengajarkan Mata Kuliah Pengantar Pendidikan ini serta pihak-pihak yang
bersangkutan yang telah membantu,sehingga makalah ini bisa terselesaikan.
Meskipun demikian kami menyadari makalah ini jauh dari kata sempurna ,oleh karena
itu saran dan kritik dari semua pihak,khususnya teman-teman seprofesi menjadi harapan bagi
kami guna perbaikan selanjutnya.
Akhirnya permohonan dan harapan semoga apa yang telah kami lakukan mendapat
ridho dan kebaikan dari Allah SWT, serta bermanfaat bagi para pembaca sebagai jembatan
ilmu pengetahuan. Amin.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

Lamongan, 18 Oktober 2013

Penulis
DAFTAR ISI

1. KATA PENGANTAR............................................................... 2
2. DAFTAR ISI............................................................................. 3
3. BAB I PENDAHULUAN......................................................... 4
A. Latar Belakang.................................................................... 4
B. Rumusan Masalah............................................................... 5
C. Tujuan................................................................................. 5
4. BAB II PEMBAHASAN.......................................................... 6
A. Pengertian Pendidikan............................................................. 6
B. Pendidikan Lingkungan.........................................................7
C. Fungsi Lingkungan Pendidikan ……………………………. 7
D. Jenis-jenis Lingkungan…………………………………….. 8
E. Apa Pengaruh Timbal Balik antara Ketiga Lingkungan Pendidikan Terhadap Perkembangan

Peserta Didik……………………. 12
5. BAB III PENUTUP................................................................... 14
A. Kesimpulan.......................................................................... 14
B. Saran.................................................................................... 14

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………. 15

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Lingkungan atau tempat berlangsungnya proses pendidikan yang meliputi
pendidikan keluarga, sekolah, dan masyarakat. Sebab bagaimanapun bila berbicara tentang
lembaga pendidikan sebagai wadah berlangsungnya pendidikan, maka tentunya akan
menyangkut masalah lingkungan dimana pendidikan tersebut dilaksanakan.
Setiap orang yang berada dalam lembaga pendidikan tersebut (keluarga, sekolah, dan
masyarakat), pasti akan mengalami perubahan dan perkembangan menurut wama dan corak
institusi tersebut. Berdasarkan kenyataan dan peranan ketiga lembaga ini, Ki Hajar Dewantara
menganggap ketiga lembaga pendidikan tersebut sebagai Tri Pusat Pendidikan. Maksudnya,
tiga pusat pendidikan yang secara bertahap dan terpadu mengemban suatu tanggung jawab
pendidikan bagi generasi muda.
Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi manusia.
Pendidikan sangat berperan dalam membentuk baik atau buruknya pribadi manusia
menurut ukuran normatif. Disisi lain proses perkembangan dan pendidikan manusia tidak
hanya terjadi dan dipengaruhi oleh proses pendidikan yang ada dalam sistem pendidikan
formal (sekolah) saja. Manusia selama hidupnya selalu akan mendapat pengaruh dari
keluarga, sekolah, dan masyarakat luas. Ketiga lingkungan itu sering disebut sebagai
tripusat pendidikan. Dengan kata lain proses perkembangan pendidikan manusia untuk
mencapai hasil yang maksimal tidak hanya tergantung tentang bagaimana sistem
pendidikan formal dijalankan. Namun juga tergantung pada lingkungan pendidikan yang
berada diluar lingkungan formal.

B. Rumusan Masalah
Dalam makalah ini kami akan membahas dan menjabarkan tentang:
a. Apa itu Pengertian Pendidikan?
b. Apa itu Pendidikan Lingkungan?
c. Apa Fungsi Lingkungan Pendidikan?
d. Apa Jenis-jenis Lingkungan?
e. Apa Pengaruh Timbal Balik antara Ketiga Lingkungan Pendidikan Terhadap Perkembangan
Peserta Didik?

C. Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah :
a. Untuk mengetahui apa itu pendidikan.
b. Untuk mengetahui apa itu lingkungan pendidikan.
c. Untuk mengetahui Fungsi Lingkungan pendidikan.
d. Untuk mengetahui jenis-jenispendidikan.
e. Untuk mengetahui Pengaruh timbal balik antara ketiga lingkungan pendidikan terhadap
perkembangan peserta didik.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Pendidikan
Pendidikan adalah usaha yang dijalankan seseorang atau kelompok orang lain agar
menjadi dewasa atau mencapai tingkat hidup atau penghidupan yang lebih tinggi dalam arti
mental.
Pendidikan merupakan suatu kegiatan yang universal dalam kehidupan manusia,
karena dimanapun dan kapanpun di dunia terdapat pendidikan. pendidikan pada hakikatnya
merupakan usaha manusia untuk memanusiakan manusia itu sendiri, yaitu untuk
membudayakan manusia.

Pengertian pendidikan menurut para ahli :


1. Langeveld
adalah setiap usaha, pengaruh, perlindungan dan bantuan yang diberikan kepada
anak tertuju pada pendewasaan anak itu, atau lebih tepat membantu anak agar cukup
cakap melaksanakan tugas hidupnya sendiri
2. John Dewey
Adalah proses pembentukan kecakapan-kecakapan fundamental secara
intelektual dan emosional ke arah alam dan sesama manusia.
3. Ki Hajar Dewantara
Adalah tuntunan didalam hidup tumbuhnya anak-anak, adapun maksudnya,
yaitu menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak itu, agar mereka sebagai
manusia dan anggota masyarakat dapatlah mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang
setinggi-tingginya.
4. UU No. 2 Tahun 1989
Adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan
bimbingan, pengajaran, dan atau latihan bagi peranannya dimasa yang akan datang.

B. Pengertian Lingkungan
Lingkungan secara umum diartikan sebagai kesatuan ruang dengan segala
benda,daya, keadaan, dan mahluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya yang
mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta mahluk hidup
lainnya.
Lingkungan (envirement) meliputi semua kondisi dalam dunia ini yang dengan cara
tertentu mempengaruhi tingkah laku kita, pertumbuhan, perkembangan atau life processes
kita. Jadi lingkungan adalah segala sesuatu yang mempengaruhi individu. Segala sesuatu
yang mempengaruhi itu mungkin berasal dari dalam diri individu (internal environment),
dan mungkin pula berasal dari luar diri individu (external environment). Indivividu dalam
hal ini dapat berbentuk orang atau lembaga. Lingkungan bagi seseorang sebagai individu
adalah segala sesuatu yang berasal dari dalam dirinya (fisik dan psikis) dan sesuatu yang
berada diluar dirinya seperti alam fisika (non manusia) dan manusia.
lingkungan pendidikan dapat diartikan sebagai berbagai faktor lingkungan yang
berpengaruh terhadap praktek pendidikan. Lingkungan pendidikan sebagai berbagai
lingkungan tempat berlangsungnya proses pendidikan, yang merupakan bagian dari
lingkungan sosial.
C. Fungsi Lingkungan pendidikan
Fungsi suatu lingkungan tergantung pada jenis lingkungan tersebut. Sekolah sebagai
suatu lembaga pendidikan berfungsi antara lain sebagai :
1. pusat pendidikan formal,
2. pusat kebudayaan,
3. lembaga sosial.
D. Jenis-jenis lingkungan

1. Lingkungan Keluarga
Keluarga merupakan pengelompokkan primer yang terdiri dari sejumlah kecil orang
yang mempunyai hubungan pertalian darah. Keluarga dikenal sebagai lingkungan
pendidikan yang pertama dan utama. Predikat ini mengindikasikan betapa esensialnya
peran dan pengaruh keluarga dalam pembentukan prilaku dan kepribadian anak.
Pandangan seperti ini sangat logis dan mudah dipahami karena beberapa alasan berikut
ini:
a. Keluarga merupakan pihak yang paling awal memberikan banyak perlakuan kepada
anak.
b. Sebagian besar waktu anak berada di lingkungan keluarga.
c. Karakteristik hubungan orang tua, anak berbeda dari hubungan anak dengan pihak
-pihak lainnya (guru, teman, dan sebagainya).
d. Interaksi kehidupan orang tua anak dirumah bersifat “asli”, seadanya dan tidak dibuat-
buat.
Dari berbagai definisi diatas jelaslah bahwa peranan keluarga sangatlah penting dalam
pencapaian tujuan pendidikan. Undang-undang sistem Pendidikan Nasional No. 2
Tahun 1989 menyatakan secara jelas dalam pasal 10 Ayat 4, bahwa keluarga
merupakan bagian dari jalur pendidikan luar sekolah yang memberikan keyakinan
agama, nilai budaya, nilai-nilai moral dan keterampilan, kepada anak. Keluarga
pengaruh yang kuat, langsung dan sangat dominan kepada anak, terutama dalam
pembentukan prilaku, sikap dan kebiasaan, penanaman nilai-nilai, prilaku-prilaku
sejenisnya, pengetahuan dan sebagainya.
Sehubungan dengan itu, Fuad Ichsan, (1995). Mengemukakan. Fungsi lembaga
pendidikan keluarga sebagai berikut :
a. Merupakan pengalaman pertama bagi masa kanak-kanak, pengalaman ini merupakan
faktor yang sangat penting bagi perkembangan berikutnya.
b. Pendidikan di lingkungan keluarga dapat menjamin kehidupan emosional anak untuk
tumbuh dan berkembang. Kehidupan emosional ini sangat penting dalam pembentukan
pribadi anak.
c. Di dalam keluarga akan terbentuk pendidikan moral, keteladanan orang tua dalam
bertutur kata dan berprilaku sehari-hari akan menjadi wahana pendidikan moral bagi
anak dalam keluarga tersebut guna membentuk manusia susila.
d. Di dalam keluarga akan tumbuh sikap tolong menolong, tenggang rasa, sehingga
tumbuhlah kehidupan keluarga yang damai dan sejahtera.
e. Keluarga merupakan lembaga yang berperan dalam meletakkan dasar-dasar
pendidikan agama.
f. Di dalam konteks membangun anak sebagai makhluk individu agar anak dapat
mengembangkan dan menolong dirinya sendiri, maka keluarga lebih cenderung untuk
menciptakan kondisi yang dapat menumbuhkembangkan inisiatif, kreativitas,
kehendak, emosi, tanggung jawab, keterampilan dan kegiatan lain.

Seifert & Hoffnung, 1991, menjelaskan enam kemungkinan cara yang harus dilakukan
orang tua dalam mempengaruhi anak yakni sebagai berikut:
a. Permodelan prilaku, baik disengaja atau tidak, orang tua dengan sendirinya akan
menjadi model bagi anak-anaknya.
b. Memberikan ganjaran dan hukuman (giving reward and punishments), yaitu orang tua
mempengaruhi anaknya dengan cara memberikan ganjaran terhadap prilaku-
prilakunya yang positif dan memberi hukuman terhadap prilakunya yang tidak di
inginkan.
c. Perintah langsung (direct instruction) memberi perintah secara sederhana seperti
“jangan malas belajar”, “cepat mandi”, nanti sekolahnya kesiangan dan sebagainya.
d. Menyatakan peraturan-peraturan (stating rules) yaitu membuat peraturan umum yang
berlaku dirumah walaupun secara tidak tertulis.
e. Nalar (reasoning), cara yang di gunakan orang tua untuk mempengaruhi anaknya,
dengan mempertanyakan kapasitas anak untuk bernalar.
f. Menyediakan fasilitas atau bahan dan dengan suasana yang menunjang. Orang tua
dapat mempengaruhi prilaku anak dengan mengontrol fasilitas atau bahan-bahan dan
dengan suasana.

2. Lingkungan sekolah
Sekolah adalah suatu hal yang tidak biasa di pungkiri lagi, karena kemajuan zaman,
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, keluarga tidak mungkin lagi dapat
memenuhi seluruh kebutuhan dan aspirasi gerasi muda akan pendidikan. Semakin maju
suatu masyarakat, semakin tinggi pula tuntutan pemenuhan kebutuhan anak akan
pendidikan. Kondisi masyarakat seperti ini mendorong terjadinya proses formalisasi
lembaga pendidikan yang lazim disebut sistem persekolahan.
Jalur pendidikan sekolah merupakan pendidikan yang diselenggarakan sekolah
melalui kegiatan belajar mengajar dengan organisasi yang tersusun rapi, berjenjang dan
berkesinambungan. Sifatnya formal, diatur berdasarkan ketentuan-ketentuan pemerintah
dan mempunyai keseragaman pola yang bersifat nasional, dalam rangka meningkatkan
kualitas sumber daya manusia Indonesia dalam mewujudkan masyarakat yang maju, adil,
dan makmur.
Untuk mencapai tujuan pembangunan nasional , maka pendidikan nasional harus
berfungsi:
1. Sekolah harus mampu menumbuh kembangkan anak sebagai makhluk individu melalui
pembekalan semua bidang studi.
2. Sekolah melalui teknik pengkajian bidang studi perlu mengembangkan sikap sosial, gotong
royong, toleransi dan demokrasi dan sejenisnya dalam rangka menumbuh kembangkan anak
sebagai makhluk sosial.

3. Sekolah harus berfungsi sebagai pembinaan watak anak melalui bidang studi yang relevan
sehingga akhirnya akan terbentuk manusia susila yang cakap yang mampu menampilkan
dirinya sesuai dengan nilai dan norma yang hidup dan berkembang di masyarakat.
4. Sekolah harus dapat menumbuhkembangkan anak sebagai makhluk yang religius dan
mampu menjadi pemeluk agama, yang baik, taat, soleh, dan toleran.
5. Di dalam konteks pembangunan nasional, pendidikan formal harus menghasilkan tenaga
kerja yang berkualitas yang mampu mensejahterakan dirinya dan bersama orang lain
mampu mensejahterakan masyarakat, bangsa dan negara.
6. Sekolah berfungsi konservatif, inovatif, dan selektif dalam mempertahankan atau
memelihara kebudayaan yang ada, melakukan pembaharuan dan melayani perbedaan
individu anak dalam proses pendidikan.

3. Lingkungan masyarakat
Masyarakat adalah salah satu lingkungan pendidikan yang besar pengaruhnya
terhadap perkembangan pribadi seseorang. Masyarakat mempunyai peranan yang penting
dalam mencapai tujuan pendidikan nasional.
Kaitan antara masyarakat dengan pendidikan dapat ditinjau dari beberapa segi
yakni :
a. Masyarakat sebagai penyelenggara pendidikan, baik yang di lembagakan maupun yang
tidak di lembagakan.
b.Lembaga-lembaga kemasyarakatan atau kelompok sosial di masyarakat, baik langsung
maupun tidak langsung ikut mempunyai peran dan fungsi edukatif.
c. Dalam masyarakat tersedia berbagai sumber belajar baik yang dirancang maupun
dimanfaatkan. Perlu pula di ingat bahwa manusia dalam bekerja dan hidup sehari-hari akan
selalu berupaya memperoleh manfaat dari pengalaman hidupnya untuk meningkatkan
dirinya.
Dari ketiga kaitan antara masyarakat dan pendidkan tersebut dapat dilihat peran
yang telah disumbangkan dalam rangka tujuan pendidikan Nasional,yaitu berupa membantu
penyelenggaraan pendidikan, membantu pengadaan tenaga, biaya, prasarana, dan sarana,
menyediakan lapangan kerja, dan membantu mengembangkan profesi baik langsung maupun
tidak.
Secara kongkrit peran dan fungsi pendidikan kemasyarakatan dapat dikemukakan
sebagai berikut :
a. Memberikan kemampuan professional untuk mengembangkan karir melalui kursus
penyegaran, penataran, lokakarya, seminar, konperensi ilmiah dan sebagainya.
b. Memberikan kemampuan teknis akademik dalam suatu system pendidikan nasional seperti
sekolah terbuka, kursus tertulis, pendidikan melalui radio, dan televisi dan sebagainya.
c. Ikut serta mengembangkan kemampuan kehidupan beragama melalui pesantren, pengajian,
pendidikan agama di surau/langgar, biara, sekolah minggu dan sebagainya.
d. Mengembangkan kemampuan kehidupan sosial budaya melalui bengkel seni, teater,
olahraga, seni bela diri, lembaga pendidikan spiritual dan sebagainya.
e. Mengembangkan keahlian dan keterampilan melalui sistem magang untuk menjadi ahli
bangunan, muntir, dan sebagainya.

E. Pengaruh timbal balik antara ketiga lingkungan pendidikan terhadap


perkembangan peserta didik
Tumbuh kembangnya anak pada umumnya dipengaruhi oleh beberapa faktor yakni
hereditas, lingkungan, proses perkembangan dan anugerah. Khusus untuk faktor
lingkungan peranan tripusat pendidikan itulah yang menentukan baik secara sendiri-sendiri
maupun bersama-sama. Terutama melakukan kegiatan pendidikan dalam bentuk
membimbing, mengajar dan melatih dalam suasana belajar dan proses pembelajaran.
Peranan ketiga tripusat pendidikan itu bervariasi, meskipun ketiganya melakukan tiga
kegiatan pokok pendidikan tersebut.
Kaitan antara tripusat pendidikan dengan tiga kegiatan pendidikan untuk
mewujudkan jati diri yang mantap, penguasaan pengetahuan dan pemahiran keterampilan
di lukiskan pada bagan berikut.
Bagan tersebut melukiskan bahwa setiap pusat pendidikan dapat berpeluang
memberi kontribusi yang besar dalam ketiga kegiatan pendidikan yakni;
1. Pembimbingan dalam upaya pemantapan pribadi yang berbudaya.
2. Pengajaran dalam upaya penguasaan pengetahuan.
3. Pelatihan dalam upaya pemahiran ketrampilan.
Setiap pusat pendidikan perlu ditingkatkan kontribusinya terhadap perkembangan
peserta didik, keserasian antara kontribusi itu ,serta kerja sama yang erat dan harmonis
antara tripusat tersebut. Berbagai upaya di lakukan agar program-program pendidikan dari
setiap pusat pendidikan. Saling mendukung dan memperkuatkan antara satu dan yang
lainnya.
Dilingkungan keluarga telah di upaya kan berbagai hal seperti perbaikan gizi,
permainan edukatif, penyuluhan orang tua dan sebagainya, yang dapat menjadi landasan
pengembangan selanjutnya disekolah dan masyarakat. Dilingkungan sekolah di upayakan
berbagai hal seperti adanya organisasi orang tua siswa, kunjungan rumah oleh personal
sekolah dan sebagainya. Selanjutnya juga sekolah mengupayakan agar program yang erat
kaitannya dengan masyarakat sekitarnya (siswa kemasyarakat ,narasumber dari masyarakat
,sekolah dan sebagainya).
Akhirnya lingkungan masyarakat mengusahakan berbagai kegiatan atau program
yang menunjang/melengkapi program keluarga dan sekolah. Dengan kontribusi tripusat
pendidikan yang saling memperkuat dan melengkapi itu akan memberi peluang
mewujudkan sumber manusia terdidik yang bermutu. Kerja sama seperti ini dituangkan
dalam UUSPN No.20 tahun 2003 yang berbunyi “komite sekolah/madrasah,adalah
lembaga mandiri yang beranggotakan orang tua/wali peserta didik komunitas sekolah serta
tokoh masyarakat yang peduli pendidikan.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa Lingkungan adalah sesuatu yang
dapat mempengaruhi individu, baik yang berasal dari dalam diri individu (interval
environment) maupun yang berasal dari luar diri individu (external individu).
Sekolah adalah lingkungan pendidikan yang memberikan arahan dan disinilah kita
mendapatkan pengajaran yang lebih efektif karena disekolah ada guru yang akan
mengajarkan kita tentang pendidikan.
Lingkungan keluarga merupakan lingkungan yang pertama dan paling utama dalam
pendidikan. Keluarga sebagai lingkungan pendidikan berfungsi (kedalam) antara lain
memberikan pendidikan yang mendasar (pondasi) dan masih bersifat umum kepada
anak-anaknya. Fungsi keluar membantu sekolah dan masyarakat dalam penyelenggaraan
pendidikan formal/nonformal.
Masyarakat sebagai lembaga pendidikan nonformal antara lain berfungsi membantu
sekolah dan keluarga. Dengan demikian dapat kita simpulkan untuk kesempurnaan
pendidikan ketiga lingkungan pendidikan tersebut (keluarga sekolah dan masyarakat)
harus saling bekerja sama.

B. Saran
Melihat kenyataan bahwa untuk mencapai tujuan pendidikan yang maksimal
diperlukan sebuah hubungan timbal balik yang yang erat maka diperlukan sebuah
koordinasi antar lingkungan pendidikan. Dalam menentukan kurikulum lingkungan
formal (sekolah) baiknya untuk mempertimbangankan faktor lingkungan keluarga dan
masyarakat. Bahkan kalau memungkinkan melibatkan keluarga anak didik dan tokoh
masyarakat dalam merumuskan kurikulum pendidikan.

DAFTRA PUSTAKA

Depdikbud; 1982/1983 ; materi dasar pendidikan program Akta Mengajar V, (Buku II A),
Jakarta PPIPT Depdikbud.
Idris,Z Jamal, L, 1987 ; Dasar-dasar PendidikanBandung, Angkasa.
Tirta Rahardja, Umar la Sulo, 1994, Pengantar Pendidikan Jakarta, P3MTK
Bahan ajar tim bina mata kuliah Pengantar Pendidikan.
Mei 05, 2017
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Sekolah sebagai institusi (lembaga) pendidikan merupakan wadah tempat proses
pendidikan dilakukan, memiliki sistem yang komplek dan dinamis. Dalam kaitannya, sekolah
adalah tempat yang bukan hanya sekedar tempat berkumpul guru dan murid, melainkan
berada pada suatu tatanan yang rumitdan saling berkaitan. Oleh karena itu sekolah di pandang
suatu organisasi yang membutuhkan pengelolaan lebih dari itu.Kegiatan lain organisasi
sekolah adalah mengelola sumber daya manusia (SDM) yang diharapkan menghasilkan
lulusan yang berkualitas sesuai dengan tuntutan kebutuhan masyarakat serta pada gilirannya
lulusan sekolah diharapkan dapat memberikan kontribusi kepada pembangunan bangsa.
Penempatan kualitas sumber daya manusia sebagai penentu baik dalam konteks
pembangunan nasional maupun dalam tatanan peradaban global merupakan dua sisi dari
suatu perubahan, perlumenempatkan pendidikan sebagai sentral yang harus dipertahankan
oleh semua pihak yang terlibat.
Pendidikan berkembang dan membetuk masyarakat yang berkualitas. Akan tetapi
masyrakat pun berkemampuan membentuk pendidikan yang berkualitas. Berdasarkan pada
Undang-Undang no. 2 tahun 1989 tentang sistem Pendidikan Nasional, masalah kualitas
pendidikan menjadi perhatian. Undang-undang dan berbagai peraturan dalam sistem nasional
merupakan alat negara untuk mencapai tujuan negara dan bangsa dalam menyiapkan manusia
Indonesia bagi peranannya dimasa yang akan datang.
B. Latar belakang masalah
1. Apa pengertian sekolah sebagai lembaga pendidikan
2. Bagaimana fungsi dan tujuan sekolah sebgai lembaga pendidikan
C. Tujuan
Untuk memenuhi tugas kuliah

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Sekolah sebagai Lembaga Pendidika
Sekolah adalah sebuah lembaga yang dirancang untuk pengajaran siswa (atau
"murid") di bawah pengawasan guru. Sebagian besar negara memiliki sistem pendidikan
formal, yang umumnya wajib. Dalam sistem ini, siswa kemajuan melalui serangkaian
sekolah. Nama-nama untuk sekolah-sekolah ini bervariasi, tetapi umumnya termasuk sekolah
dasar untuk anak-anak muda dan sekolah menengah untuk remaja yang telah menyelesaikan
pendidikan dasar.
lembaga pendidikan adalah suatu tempat atau wadah dimana proses pendidikan
berlangsung yang dilaksanakan dengan tujuan untuk mengubah tingkah laku seseorang ke
arah yang lebih baik melalui interaksi dengan lingkungan sekitar serta wawasan dan
pengetahuan yang diperoleh. Lingkungan pendidikan antara lain pendidikan formal (sekolah),
informal (keluarga) dan non formal (masyarakat). Lingkungan pendidikan itu sangat urgen
dalam sebuah proses pendidikan karena fungsinya sangat menunjang PBM yang tertib dan
nyaman.
Sekolah sebagai lembaga pendidikan ialah adalah organisasi kerja sebagai wadah
kerja sama sekelompok orang untuk mencapai tujuan pendidikan. Dengan kata lain sekolah
sebagai lembaga pendidikan adalah suatu bentuk ikatan kerja sama sekelompok orang yang
bermaksud mencapai suatu tujuan pendidikan yang disepakati bersama. Sekolah merupakan
perwujudan dari relasi antar personal yang didasari dengan berbagai motif, yang menjadi
intensif kearah lain. Kesamaan motif dalam membantu anak-anak untuk mencapai
kedewasaan masing-masing, mendorong terbentuknya kelompok yang disebut
sekolah.didalam pengelompokan itu dapat dibedakan antara lain :
 Variable-variabel atau dimensi-dimensi individual.
 Struktur yang mengatur mekanisme kegiatan

 Dinamika yang mewujudkan hubungan fungsional dan hubungan internasional

 Tujuan yang mengendalikan kegiatan.


Variable-variabel individu muncul karena didalam organisasi setiap orang mendapat
posisi yang menjuruskan dan membatasi kegiatan yang dapat dilakukannya. Posisi itu
memberikan status kepada seseorang didalam kelompoknya, yang dapat diartikan sebagai
kedudukan dan peranan seseorang menurut pandangan orang lain dan menurut dirinya sendiri
sebagai anggota kelompok dan anggota masyarakat.
Selanjutnya posisi dan status itu diatur jenjangnya dengan diiringi penetapan
hubungan kerja antara yang satu dengan yang lain dalam melaksanakan kegiatan organisasi.
Sehingga terbentuklah suatu struktur dengan mekanisme kegiatan didalamnya. Akan tetapi
karena manusia adalah makhluk social maka didalam organisasi hubungan tidak terbatas
secara formal seperti ditetapkan menurut struktur. Antar personal yang bekerja sama itu dapat
berlangsung juga hubungan informal yang memunkinkan terjadinya pertukaran informasi
secara luas, sehingga organisasi menjadi dinamis. Sifat dinamis itu tidak berarti setiap orang
boleh berbuat sekehendak atau semaunya sendiri. Setiap kegiatan untuk memajukan dan
mengembangkan organisasi secara dinamis, tidak boleh terlepas dari tujuan yang hendak
dicapai.
Pendidikan diluar lingkungan keluarga sebagai suatu contoh kebutuhan bersama harus
dilaksanakan secara teratur, terarah dan sistematik. Sekolah sebagaiu salah satu bentuk pada
dasarnya bertugas membantu keluarga dalam membimbing dan mengarahkan perkembangan
dan pendayagunaan potensi tertentu yang dimiliki anak-anak. Kegiatan itu akan berpengaruh
langsung langsung terhadap kedewasaan anak-anak yang menjadi tanggung jawab
sepenuhnya dari keluarga atau orang tua. Dengan kata lain bantuan sekolah dalam mendidik
tidak mungkin mengurangi arti dan peranan krluarga dalam mendewasakan anak.

B. Fungsi Sekolah sebagai Lembaga Pendidikan


Fungsi Sekolah sebagai Lembaga Pendidikan Masyarakat sebagai lembaga ketiga
memberikan anak kemampuan penalaran, keterampilan dan sikap. Juga menjadi ajang
pengoptimalan perekembangan diri setiap individu. Sebuah lembaga pendidikan seperti
sekolah tidak boleh diartikan sebagai sekedar sebuah sebuah gedung saja, tempat anak-anak
berkumpul dan mempelajari sejumlah materi pengetahuan. Sekolah sebagi institusi
peranannya jauh lebih luas dari pada sekedar tempat belajar. Berdiri dan diselenggarakanya
sebuah sekolah, pada dasarnya didukung dan dijiwai oleh suatu kebudayaan yang
mnedukungnya.
Norma-norma atau nilai kebersamaan yang menjiwai kebudayaan yang
mendukungnya itu, harus dijadikan landasan bagi sekolah dalam mewujudkan peranannya,
yang sekaligus akan memberikan ciri-ciri khusus yang membedakan dari lembaga-lembaga
lain yang terdapat dimasyarakat sekitarnya. Peranan sekolah sebagai lembaga pendidikan
adalah mengembangkan potensi manusiawi yang memiliki anak-anak agar mampu
menjalankan tugas-tugas kehidupan sebagai manusia, baik secara individual maupun sebagai
anggota masyarakat. Kegiatan untuk mengembangkan potensi itu harus dilakukan secara
berencana, terarah dan sistematik guna mencapai tujuan tertentu. Tujuan itu harus
mengandung nilai - nilai yang serasi dengan kebudayaan dilingkungan masyarakat yang
menyelenggarakan sekolah sebagai lembaga pendidikan. Oleh karena itulah maka dapat
dikatakan bahwa fungsi sekolah adalah meneruskan, mempertahankan dan mengembangkan
kebudayaan suatu masyarakat, melalui kegiatan ikut membentuk kepribadian anak-anak agar
menjadi manusia dewasa yang mampu berdiri sendiri didalam kebudayaan dan masyarakat
sekitarnya.
Dengan kata lain sekolah berfungsi mempersiapkan pengganti generasi yang kelak
mampu mempertahankan eksistensi kelompok atau masyarakat/bangsanya yang memiliki
kebudayaan tertentu berbeda dari kelompok atau masyarakat / bangsa yang lain. Berdasarkan
uraian diatas berarti sekolah sebagai lembaga pendidikan memikul tanggung jawab
mempersiapkan anak-anak agar mampu meneruskan sejarah dan tata cara kehidupan manusia
sebagai makhluk yang berbudaya. Kebudayaan itu sendiri bukanlah sesuatu yang statis, akan
tetapi terus menerus berkembang secara dinamis. Oleh karena itu sekolah tidak sekedar
berfungsi untuk mempertahankan kebudayaan yang ada, tetapi juga mengembangkan sesuai
dengan martabat manusia yang kehidupannya selalu dipenuhi dengan kebutuhan yang
semakin meningkat. Melalui sekolah anak-anak dipersiapkan menjadi manusia yang memiliki
pengetahuan, ketrampilan dan keahlian mengelola lingkungan fisik atau material,
kemungkinan manusia menciptakan berbagai kelengkapan untuk mempermudah dan
menyenangkan kehidupannya. Sedang dibidang sosial dan spiritual, sekolah berfungsi
membina dan mengembangkan sikap mental yang erat hubungannya dengan norma-norma
kehidupan yang bersifat manusiawi dan keagamaan.Bilamana fungsi tersebut diatas
dihubungkan dengan kehidupan berbangsa dan bernegara, maka sekolah berkewajiban pula
mempersiapkan anak-anak menjadi warga negara yang mengetahui dan mampu menjalankan
hak dan kewajibannya. Khusus bagi bangsa dan negara Indonesia fungsi tersebut diwujudkan
dalam bentuk meneruskan nilai-nilai luhur pandangan hidup bangsa berdasarkan pancasila
dalam pembentukan sikap mental anak-anak.
fungsi dan tujuan sekolah tidak hanya mengisi otak siswa-siswanya dengan ilmu
pengetahuan saja, tetapi juga mengajarkan aplikasi dari ilmu pengetahuan tersebut ke dalam
dunia pekerjaan yang diminati siswa-siswanya dan membantu siswa melihat kesempatan
kesempatan yang ada. Agar setiap siswa mendapatkan gambaran bagaimana lapangan
pekerjaannya nantinya dan meraih sukses dimasa yang akan datang. Dan setiap sekolah juga
harus membentuk karakter yang baik dari dalam diri setiap siswanya, karena tanpa karakter
yang baik mereka tidak akan bisa menjadi pemimpin yang baik pula.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
sekolah sebagai lembaga pendidikan adalah suatu bentuk ikatan kerja sama
sekelompok orang yang bermaksud mencapai suatu tujuan pendidikan yang disepakati
bersama. Pendidikan diluar lingkungan keluarga sebagai suatu contoh kebutuhan bersama
harus dilaksanakan secara teratur, terarah dan sistematik. Sekolah sebagai salah satu bentuk
pada dasarnya bertugas membantu keluarga dalam membimbing dan mengarahkan
perkembangan dan pendayagunaan potensi tertentu yang dimiliki anak-anak. fungsi dan
tujuan sekolah tidak hanya mengisi otak siswa-siswanya dengan ilmu pengetahuan saja, tetapi
juga mengajarkan aplikasi dari ilmu pengetahuan tersebut ke dalam dunia pekerjaan yang
diminati siswa-siswanya dan membantu siswa melihat kesempatan kesempatan yang ada.

Daftar pustaka
Yukl, G. (2006). Leadership in Organization (7th ed.). New York: Doubleday &
Co.
Senge, P., Ross, R., et.al. (1999). The Dance of Change: The Challenges of
Sustaining Momentum in a Learning Organization. New York : Doubleday & Co.
Bass, B.M. (1998). Transformational Leadership: Industrial, Military, and
Educational Impact. London: Lawrence Erlbaum Associate Publisher.
http://7691an.wordpress.com/category/pedagogik, last access 2 September 2012.
https://lss.at.ufl.edu, last access 2 September 2012.
HTTP://WWW.AUDUBON-AREA.ORG/NEWFILES/SENGESUM.PDF , last access 2
September 2012
TUGAS KELOMPOK

TUGAS KELOMPOK (V)

PENGANTAR PENDIDIKAN
BAB 9 : PENDIDIKAN UNTUK REFORMASI SOSIAL
BAB 10 : SEKOLAH SEBAGAI LEMBAGA PENDIDIKAN

DISUSUN OLEH :
NAMA : JUFRIANTO

NIM : 10533725513

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2013
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan Rahmat,
Karunia, dan Hidayah-Nya lah sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah tentang
Pengantar Pendidikan yang berisikan BAB 9 dan BAB 10 ini. Dan juga kami berterima kasih
kepada Bapak Ibrahim selaku Dosen mata kuliah Pengantar Pendidikan yang telah
memberikan tugas ini kepada kami.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan
serta pengetahuan kita mengenai Pendidikan Untuk Reformasi Sosial dan Sekolah sebagai
Lembaga Pendidikan. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa didalam makalah ini terdapat
kekurangan-kekurangan dan jauh dari yang kami harapkan. Untuk itu, kami berharap adanya
kritik, saran, dan usulan demi perbaikan dimasa yang akan datang, mengingat bahwa tidak
ada sesuatu yang sempurna tanpa sarana yang membangun.
Semoga makalah ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya
materi yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang
membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kata-kata yang kurang
berkenan dan kami memohon kritiik dan saran yang membangun demi perbaikan dimasa
depan.
Makassar, Oktober 2013

Penulis
ii

DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL..................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ................................................................................................. ii
DAFTAR ISI................................................................................................................. iii
BAB IX. PENDIDIKAN UNTUK REFORMASI SOSIAL
A. Esensi Reformasi Soisal.............................................................................. 1

B. Pendidikan sebagai Investasi Sosial............................................................ 2

C. Pendidikan dan Metamorfosis Sosial........................................................... 3

D. Intervensi terhadap Pendidikan................................................................... 4

E. Perubahan Sosial Progresif.......................................................................... 5

BAB X. SEKOLAH SEBAGAI LEMBAGA PENDIDIKAN

A. Dilema Sekolah.......................................................................................... 7
B. Fungsi Sekolah sebagai Lembaga Pendidikan.......................................... 8
C. Tujuan dan Prinsip..................................................................................... 8
D. Multijalur dan Multijenjang....................................................................... 9
E. Reformasi Sekolah dan Hak Anak............................................................ 10
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................11
BAB 9

PENDIDIKAN UNTUK REFORMASI SOSIAL


A. Efisiensi Reformasi Sosial
Peran pendidkan sebagai agen atau instrumen perubahan atau reformasi sosial telah
diakui secara luas, sejak dulu hingga hari ini. Perubahan sosial dapat terjadi ketika manusia
membutuhkan reformasi system social yang ada atau ketika jaringan lembaga social gagal
memenuhi kebutuhan masyarakat yang ada, dan ketika informasi baru “menyarankan” cara
yang lebih baik untuk memenuhi kebutuhan umat manusia. Menurut Maclver perubahan
social muncul sebagai respon terhadap berbagai jenis perubahan social dengan mengubah
pandangan dan sikap manusia. Hal ini dapat membawa perubahan dalam pola hubungan
social dan karenanya bisa menimbulkan perubahan sosial.
Lembaga pendidikan dan guru merupakan agen perubahan social. Peran ini sangat
jelas pada masyarakat demokratis. Lembaga pendidkan dan guru seseringnya diperalat untuk
menunjukkan suatu cara hidup yang dikehendaki oleh penguasa dan kekuatan masyarakat.
Karenanya guru dan siswa, termasuk lembaga pendidikan itu sendiri lebih merupaka alat
kontrol sosial. Pendidikan saat ini bertujuan untuk mentransmisikan pengetahuan,
mengembangkan keterampilan, dan menata sikap siswa agar berada pada koridor perilaku
social yang ideal. Selain itu, pendidikan juga bertanggung jawab untuk
menumbuhkembangkan kesadaran beragama bagi siswa. Francis J. Brown menyatakan
bahwa pendidikan merupakan proses yang membawa perubahan dalam perilaku masyarakat.
Pada sisi lain, ada hubungan yang kuat antara dunia usaha dan institusi pendidikan
modern. Seperti telah diketahui banyak orang, sejarawan pendidikan telah menjelaskan
bagaimana sekolah sangat dibentuk oleh pengaruh pemimpin bisnis dan pendidik yang
mengadopsi teori-teori dan teknik dari bidang masyarakat ekonomi.
Banyak titik balik besar, inisiatif baru, dan uapaya untuk reformasi pendidikan umum telah
muncul sebagai tanggapan terhadap kebutuhan tenaga kerja terlayih yang lebih baik atau
lebih efisien bagi pengelolaan sumber daya manusia.
B. Pendidikan sebagai Investasi Sosial
Pendidikan adalah sebuah investasi, meski tidak sama dengan investasi fisik. Investasi
yang dimaksudkan disini tidak terpisahkan dengan upaya reformasi atau perubahan social.
Orang tua atau masyarakat yang membelanjakan uangnya untuk pendidikan anak-anaknya
pada hakikatnya adalah menanamkan uang sebagai salah satu bentuk investasi masa depan.
Institusi pendidikan dengan segala komunitas yang ada didalamnya perlu melakukan
reformasidiri untuk menjawab tekanan dunia kerja yang makin selektif dalam menerima
jumlah dan jenis lulusan yang mereka butuhkan. Mengapa pendidikan sudah menjelma
sebagai industri? Jawabannya adalah lembaga pendidikan :
a. membutuhkan modal financial yang amat besar;
b. membutuhkan instrument teknologi;
c. mensyaratkan system informasi yang kuat;
d. terjadi system transformasi, mulai dari masukan, proses, dan luaran;
e. terdapat nilai ekonomi sebagai hasil dari transformasi pengetahuan oleh sekolah;
f. menerapkan system prestasi, terutama di sekolah-sekolah swasta;
g. siswa dipandang sebagai masukan mentah yang harus dijadikan subjek untuk menjadi
keluaran yang bermutu;
h. lulusan pendidikan dipasarkan ke pasar kerja;
i. guru dan karyawan pendidikan makin memasaal;
j. institusi pendidikan hanya akan eksis dan diserbu kutomer jika menggaransi mutu;
k. aturan jam kerja makin rijid; dan
l. ada jam kerja minimum bagi guru.
Ada dua versi hipotesis yang berkaitan dengan ini. Pertama, penghasilan menyeluruh
yang akan diperoleh sebagai nilai tambah hasil pendidikan dapat diprediksikan dengan
menghubungkan biaya sendiri dengan keuntungan yang diharapkan dimasa yang akan datang.
Kedua, pendapatan yang akan diperoleh melalui keahlian pada bidang-bidang khusus dapat
diprediksikan. Menurt Blaug (1972) usaha untuk membuktikan hal itu secara kusus belumlah
berhasil. Usaha-usaha awal yang dibuat pada akhir tahun 1960-an untuk memperkirakan
permintaan akan pendidikan yang lebih tinggi cenderung menjadi syarat dalam penentuan
pendaftaran atas dasar pendepatan rumah tangga dan biaya pendidikan secara langsung.
Dengan kata lain, keputusan untuk memilih jenis pendidikan ditakar pula atas dasar
kemampuan memenuhi kebutuhan akan konsumsi keluarga.
Menurut John Dewey, agenda utama pendidikan secara fungsional adalah membentuk
komunitas-komunitas social ideal sebagai bagian dari proses transformasi
pendewasaanpeserta didik, apa pun bentuk dan seperti apa pun ragam pendidikan itu
dikemas.
C. Pendidikan dan Metamorfosis Sosial
Polarisasi standar keberhasilan dan kriteria pekerjaan ideal di mata lulusan pendidikan
serta memuncaknya angka-angka pengangguran terdidik di Negara-negara berkembang
ataupun maju termasuk Indonesia, terutama sejak tahun 1980-an, membuat infrastruktur
pendidikan harus ditata dengan acangan terpadu. Lembaga pendidikan juga harus
menanamkan paham kepada anak mengenai perlunya dibangkitkan mental
ketidaktergantungan kepada tatanan social dan ekonomi yang sudah mapan. Anak-anak masa
depan harus makin bermental mandiri dan berdaya saing tinggi.
Pendidikan merupakan usaha sadar sebagai proses kemanusiaan dan pemanusiaan yang
berlangsung sejalan dengan modernitas peradaban. Kesadaran akan proses kemanusiaan dan
pemanusiaan itu “selalu bermetamorfosis” bukan sekedar “bermetamorfosis”. Frasa “selalu
bermetamorfosis” mengandung makna bahwa perdaban manusia mengalami proses menuju
kesempurnaan.
Berkaitan dengan itu, saat ini masyarakat dan orang tua telah memiliki kesadaran
untuk menentukan hak pilihnya dalam memilih jenis sekolah untuk masa depan anak-
anaknya. Oleh karena itu, sokolah-sekolah menjadi terdorong untuk meningkatkan kinerja
atau kapasitasnya. Menurut Diane Massel (1998) ada tujuh elemen kapasitas pendidikan,
yaitu:
 pengetahuan dan keterampilan guru,
 motivasi siswa,
 materi kurikulum,
 kualitas dan tipe orang-orang yang mendukung proses pembelajaran di kelas,
 kuantitas dan kualitas interaksi para pihak pada tingkat organisasi sekolah,
 sumber-sumber material, dan
 organisasi dan alokasi sumber-sumber sekolah di tingkat Dinas dan sekolah itu sendiri.
D. Intervensi terhadap Pendidikan
Banyak tekanan yang dihadapi oleh dunia pendidikan ketika akan memainkan
perannya sebagai agen perubahan social. tekanan-tekanan itu sering diucapkan oleh para
kritikus yang mengarah kepada tudingan mengenai kemalangan dunia pendidikan akibat
adanya tekanan standardisasi, layanan yang buruk, rendahnya kemampuan memelihara dan
mengoptimasi orang-orang muda sebagai sumber daya, serta belajar balum mewujud sebagai
“sebuah proses produksi” yang benar.
Dalam bukunya “What Are People For?” Wendell Berry (1990) mendeskripsikan
bahwa jika orang hanya dilihat sebagai karyawan dalam system ekonomi dan mekanistik,
maka mereka perlu dikelola, dievaluasi, dinilai, dan disiplinkan. Sebaliknya, jika masyarakat
memandang manusia sebagai kreatif, aspiratif, dan organisme aktif, maka kita mendidik
anak-anak dengan cara menghormati kualitas tersebut, bukan menindas mereka. Ada pun
model pendidikan dan karakteristik manusia seperti apa yang diinginkan, setidaknya ada
empat kualitas penting yang dikehendaki.
1. Pembelajaran eksperiensial, yaitu belajar lebih dari sekedar yang distandardisasi oleh
sekolah. Tes, nilai, peringkat, penghargaan, perangkat pembelajaran lain hanyalah bagian dari
belajar itu. Kegiatan belajar di kelas menuntut diskusi yang leih terbuka dan kritis.
2. Pengembangan masyarakat. Siswa, guru, dan orang tua yang terlibat di sekolah merupakan
komunitas yang memiliki kebersamaan rasa. Mereka adalah orang yang peduli dan saling
menjaga satu sama lain untuk menjaga kualitas pendidikan peserta didik.
3. Peduli pada kehidupan kejiwaan. Pendidikan harus membangun rasa hormat terhadap
dimensi internal atau rohaniah siswa. Pendekatan yang berpusat pada siswa mendorong
kergaman jalur pribadi. Idealnya hal ini melibatkan pengajaran agama atau nilai-nilai agama
yang eksplisit.
4. Melek ekologis. Desain fisik sekolah dan ruang kelas bersifat membawa suasana lam atau
mengundang siswa ke dalam ekosistem sekitarnya. Di dalam ruang belajar keindaha dan
suasana lam itu menjadi perhatian penting. Kebun sekolah, kebersihan ruang, bunga hias, dan
lain-lain merupakan suatu bnetuk suasana alam yang memungkinkan siswa menjadi melek
ekologis.
Keempat prinsip umum itu dipraktikkan dalam cara yang berbeda pada berbagai
pendidikan alternatif. Ketika kita melihat di bawah permukaan, priktik sehari-hari dari
berbagai sekolah alternative, kita menemukan sebuah visi umum manusia, rasa kagum dan
hormat untu semangat kreatif yang menjiwai terbukanya kepribadian manusia. Ketika
pendidikan dimulai dengan rasa hormat ini, dengan menghormati kepribadian individu setiap
peserta didik, maka ia sesungguhnya tidak bisa distandardsasi.
E. Perubahan Sosial Progresif
Transformasi social terus berlangsung dengan empat pola utama. Pertama,
transformasi social yang berlangsung kea rah regresif. Kedua, transformasi social yang
berlangsung secara stagnan. Ketiga, transformasi social yang maju pesat. Keempat,
tranformasi sosial yang maju pesat untuk kemudian mengalami kemunduran.
Ketika reformasi sosial mengalami kemunduran atau stagnan, diperlukan strategi dan
kekuatan baru untuk mengidentifikasi penyebab dan bekerja secara efisien untik mengubah
kondisi ini. Ini adalah nilai inti dari perubahan social progresif. Disinilah esensi perlunya
perubahan pengorganisasian social. perubahan tersebut mencakup banyak hal, diantaranya:
1. Membangun masyarakat yang cekatan dan tanggap atas kondisi yang ada agar ditemukan
solusi yang menjangkau skala besar komunitas.
2. Perubahan sikap, perilaku, kesadaran hokum, dan kebijakan institusi untuk untuk lebih
mencerminkan nilai-nilai inklusi, keadilan, keberagaman, dan kesempatan.
3. Menekankan responsif anarinstansi, termasuk pemerintah, perusahaan besar, universitas dan
instansi lainnya.
4. Memperluas makna dan praktik “demokrasi” dengan melibatkan orang-orang yang pailing
dekat dengan masalah-masalah social dalam menentukan solusi mereka.
5. Membangun control social dan politik untuk menghindari distorsi manajemen kenegaraan.
6. Membangun daya kompetisi pada masyarakat dan kalangan terdidik.
Gerakan perubaham social sesungguhnaya mengalir dari pengrganisasian yang hati-
hati, masalitas partisipasi pada dunia pendidikan, agitasi yang berkelanjutan. Gerakan-
gerakan ini didorong oleh energy manusia, kecerdasan, dan keberanian.
Dilihat dari sisi praktik kependidikan formal, komunitas sekolah mungkin diterima
sebagai paling disalahkan ketika lembaga pendidikan belum menjadi agen transormasi social
yang ideal. Namun langkah pertama yag harus dilakukan untuk meningkatkan mutu
pendidikan adalah dengan cara mengakui bahwa masalah dominan yang mengganggu sekolah
berakar pada bagaiman cara masyarakat diatur atau mengatur diri.
BAB 10
SEKOLAH SEBAGAI LEMBAGA PENDIDIKAN
A. Dilema Sekolah
Sekolah secara universal diakui sebagai lembaga pendidikan yang paling banyak
diminati sekaligis digunjingkan. Nyaris semua anak manusia yang berakses memasuki
kampus sekolah untuk keperluan studi yang lama maupun sebentar. Fenomena kekinian
manunjukkan, sekolah menghadapi dua tekanan. Pertama, tekanan animo masyarakat untuk
memasuki organisasi pembelajar itu. kedua, tekanan kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi yang nyaris selalu meninggalkan kemampuan komunitas manajemen sekolah yang
sebagian masih relative lemah untuk mentranformasikannya.
Hasil penelitian dan pengembangan dan aneka produk teknologi pun menjadi luar
biasa, yang membuat sekolah selalu berada dibawah tekanan. Lalu, lahirlah sebuah dilemma
untuk tidak desebut dosa. Pada satu sisi sekolah harus menjadi wahana masssal
mentranformasikan aneka temuan-temuan baru di bidang ilmu pengetahuan dan teknilogi.
Pada sisi lain, karena sejatinya sekolah cenderung konservatif, ia tidak pernah akan sanggup
menelan bualat-bulat aneka kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi itu.
Sekolah harus mampu menghasilkan SDM yang berkualitas dan berdaya adaptabilitas
tinggi. Sekolah harus mampu menghadapi gejolak globalisasi yang member penetrasi
terhadap kebutuhan untuk mengkreasi model-model dan proses-proses bagi pencapaian
kecerdasan global, keefektifan, dan kekompetitifan. Lembaga sekolah atau satuan pendidikan
harus menjadi bagian dari kekuatan bangsa. Kekuatan suatu bangsa ditakar dengan
penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, termasuk teknologi ruang angkasa, teknologi
bawah laut, rekayasa genetika, pertumbuhan ekonomi dan lain-lain.
B. Fungsi Sekolah sebagai Lembaga Pendidikan
Ada enam fungsi dasar sekolah, seperti disajikan berikut ini.
1. Fungsi penyesuaian. Sekolah berfungsi membangun kemampuan anak didik untuk memiliki
dayasuai di masyarakat dan dalam keseluruhan dinamika kehidupan.
2. Fungsi pengintegrasian. Sekolah berfungsi mendidik anak agar kelak dapat memainkan
peran sesuai dengan fungsi-fungsi yang mereka emban di masyarakat.
3. Fungsi diagnostik dan direktif. Sekolah befungsi untuk menetukan peran social yang tepat
abgi masing-masing siswa.
4. Fungsi diferensiasi. Sekolah berfungsi memprediksi peran social aiawa berdasarkan hasil
diagnosis untuk kemudian menentukan urutan berdasarkan peran itu dan dilatih hanya sejauh
sesuai dengan tujuan mereka.
5. Fungsi selektif. Sekolah berfungsi membantu siswa secara sadar berusaha meniali kekayaan
dirinya atas dasar hasil penilaian, membantu penilaian, membantu perbaikan, pemberian
hukuman, dan lain-lain.
6. Fungsi hubungan pembantuan dan referal. Sekolah berfungsi untuk mendorong anak
melakukan hubungan dengan pihak lain sekaligus merujuk anak melakukan hal-hal tertentu
di tempat tertentu.
C. Tujuan dan Prinsip
Pendidikan Dasar bertujuan untuk memberikan bekal kepada siswa atau peserta didik
untuk mengembangkan kehidupannya sebagai pribadi, anggota masyarakat, dan waega
Negara serta mempersiapkan mereka untuk menempuh studi pada jenjang pendidikan
menengah.
Pendidikan menengah memiliki beberapa tujuan. Pertama, meningkatkan
pengetahuan siswa untuk melanjtkan pendidikan yang lebih tinggi dan untuk
mengembangkan diri sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.
Kedua, meningkatkan kemampuan siswa sebagai anggota masyarakat dalam mengadakan
hubungan timbale balik dengan lingkunga social, budaya, dan alam sekitarnya.
Pendidikan tinggi memiliki beberapa tujuan, salah satunya yaitu menyiapkan
mahasiswa menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan akademik dan
professional yang dapat menerapkan, mengembangkan dan menyebarluaskan ilmu
pengetahuan. Sedangkan PAUD atau Pendidikan Usia Dini bertujuan menbantu meletakkan
dasar kea rah perkembangan sikap, pengetahuan, keterampilan, dan daya cipta yang
diperlukan oleh anak didik yang diperlukan oleh anak didik dalam menyesuaikan diri dengan
lingkungannya dan untuk pertumbuhan serta perkembangan selanjutnya.
Dalam produk hokum kependidikan yang berlaku di Indonesia, prinsip-prinsip
penyelenggaraan pendidikan disajikan sebagai berikut ini. Pertama, demokratis dan
berkeadilan serta tidak diskriminatif dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai
keagamaan, nilai cultural, dan kemajemukan bangsa. Kedua, sebagai satu kesatuan yang
sistemik dengan system terbuka dan multimakna. Ketiga, sebagai suatu proses pembudayaan
dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat. Keempat, member
keteladanan, membangun kemauan, dan mengembangkan kreativitas peserta didik dalam
proses pembelajaran. Kelima, mengembangkan budaya baca, menulis, dan berhitung bagi
segenap warag masyarakat. Keenam, memberdayakan semua komponenen masyarakat
melalui peran serta dalam penyelanggaran dan pengadilan mutu layanan pendidikan.
D. Multijalur dan Multijenjang
Pendidikan di Indonesia dilaksanakan dengan format multijalur dan multijenjang.
Jalur pendidikan merupakan wahana yang dilalui peserta didik untuk mengembangkan
potensi diri dalam suatu proses pendidikan yang sesuai dengan tujuan pendidikan. Jenjang
pendidikan merupakan tahapan pendidikan yang ditetapkan berdasarkan tingkat
perkembangan peserta didik, tujuan yang akan dicapai, dan kemampuan yang dikembangkan.
Dalam kerangka menjadi manusia berpendidikan, anak dapat belajar pada aneka satuan
pendidikan pada jalur formal, nonformal, dan informal. Pendidikan formal atau sekolah
merupakan jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan
dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi.
Pendidikan nonformal atau pendidikan luar sekolah merupakan jalur pendidikan
diluar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang.
Pendidikan informal atau pendidikan kemasyarakatan umumnya merupakan jalur pendidikan
keluarga dan lingkungan.
E. Reformasi Sekolah dan Hak Anak

Inisiatif pengembangan sekolah dikaitka langsung dengan kehidupan dalam


masyarakat yang memberi dampak pada pendidikan. Inisiatif yang sukses biasanya secara
sistemik berdampak pada peningkatan kuantitas dan kualitas berbagai bentuk keterlibatan
orang tua yang didefenisikan oleh Epstein (1995). Peningkatan kinerja sekolah berarti
terwujudnya hak-hak setiap peserta didik, seperti berikut ini.
Pertama, mendapatkan pendidikan agama sesuai dengan agama yang dianutnya.
Kedua, mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai dengan bakat, minat dan kemampuannya.
Ketiga, mendapatkan beasiswa bagi yang berprestasi dan orang tuanya tidak mampu
membiayai pendidikannya. Keempat, mendapatkan biaya pendidikan bagi mereka yang orang
tuanya tidak mampu membiayai pendidikan mereka. Kelima, pindah ke program pendidikan
pada jalur dan satuan pendidikan lain yang setara. Keenam, menyelasaikan program
pendidikan sesuai dengan kecepatan belajar masing-masing dan tidak menyimpang dari
ketentuan batas waktu yang ditetapkan.
DAFTAR PUSTAKA
Danim Sudarwan. 2011. Pengantar Kependidikan. Bandung: Alfabeta.

MAKALAH : Masyarakat Sebagai Ingkungan Pendidikan

By Tgk Rahmad Maulidar SPd I00.00.00No comments


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan suatu proses yang kompleks dan melibatkan berbagai pihak,

khususnya keluaga, sekolah dan, masyarakat sebagai lingkungan pendidikan yang dikenal

sebagai tripusat pendidikan. Fungsi dan peranan tri pusat pendidikan itu, baik sendiri maupun

bersama-sama, merupakan faktor penting dalam mencapai tujuan pendidikan yakni


membangun manusia Indonesia seutuhnya serta menyiapkan sumber daya manusia

pembangunan yang bermutu.

Lingkungan (environment) merupakan salah satu unsur/ komponen pendidikan.

Lingkungan itu bermacam-macam yang satu dengan yang lain saling pengaruh-

mempengaruhi berdasarkan fungsinya masing-masing dan kelancaran proses dan hasil

pendidikan. Sebagaimana pendidikan umumnya, kita mengetahui bahwa pendidikan

merupakan suatu kegiatan yang universal dalam kehidupan manusia, baik dalam lingkungan

keluarga yaitu orang tua sebagai pendidik di dalam keluarga dan guru di lingkungan sekolah.

Pengaruh serta timbal balik pendidikan di sekolah, keluarga, dan masyarakat sangatlah

penting karena itu sangat menentukan kejiwaan serta tingkah laku anak didik dalam

kehidupan sosial masyarakat. Pemahaman peranan keluarga, sekolah dan masyarakat sebagai

lingkungan pendidikan akan sangat penting dalam upaya membantu perkembangan peserta

didik yang optimal.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian yang telah disebutkan pada latar belakang, maka dalam makalah

ini yang menjadi rumusan masalahnya berupa:

1. Bagaimana yang dikatakan dengan komunitas pembelajaran?


2. Bagaimana cara memperkuat pendidikan masyarakat?
3. Bagaimana yang dikatakan dengan pendidikan berbasis masyarakat?
4. Apa saja jenis kemitraan sekolah dengan masyarakat untuk pendidikan?

C. Tujuan Pembahasan

Adapun tujuan pembahasan dalam makalah kami ini yaitu untuk menjawab dari

pertanyaan yang telah dirumuskan dalam rumusan masalah. Pertanyaan tersebut berupa:

1. Bagaimana yang dikatakan dengan komunitas pembelajaran?


2. Bagaimana cara memperkuat pendidikan masyarakat?
3. Bagaimana yang dikatakan dengan pendidikan berbasis masyarakat?
4. Apa saja jenis kemitraan sekolah dengan masyarakat untuk pendidikan?

BAB II

PEMBAHASAN

A. Komunitas Pembelajaran
1. Definisi

Senge (1990) mendefinisikan komunitas adalah sebuah organisasi dimana anggotanya

mengembangkan kapasitasnya secara terus menerus untuk mencapai hasil yang diinginkan,

mendorong pola berpikir yang baru dan luas, dan terus belajar bagaimana belajar bersama-

sama. Dalam komunitas belajar terlihat saling bantu membantu diantara anggota komunitas.

Kelas sebagai suatu komunitas dapat dibentuk menjadi komunitas belajar melalui upaya guru

untuk membuat situasi dan kondisi kelas yang memungkinkan tumbuhnya suasana

komunitas.

Dengan demikian, definisi komunitas adalah suatu perkumpulan dari beberapa orang

untuk membentu satu organisasi yang memiliki kepentingan bersama. Komunitas dapat

bersifat teritorial atau fungsional. Selain itu istilah komunitas dapat merujuk pada arti warga

dalam sebuah kota, desa atau bahkan negara. Seperti yang kita ketahui warga perkotaan juga

mempunyai tujuan yang sama yaitu untuk dapat tinggal dan hidup di kota tersebut.

2. Ciri-ciri komunitas pembelajaran


1) Dukungan Pembelajaran. Hal ini didasarkan pada keyakinan bahwa belajar sesunguhnya

menyenangkan, bahwa semua anggota komunitas memiliki kapasitas untuk belajar, dan setiap

orang memiliki kemampuan yang dapat digunakan dan karenanya perlu dihormati.
2) Dukungan Guru. Melalui komunitas pembelajaran siswa diberdayakan menjadi pelajar

yang mandiri (self-directed) dan committed. Guru dan administrator merupakan pelajar yang
committed dengan inkuiri danrefleksi yang berkesinambungan. Sedangkan Kepala Sekolah

adalah pemimpin pembelajaran, menjadi model belajar sepanjang hayat dan membantu

pembelajaran anggota komunitas lainnya.


3) Dukungan Orang Tua. Di dalam komunitas pembelajaran, orang tua siswa dan anggota

komunitas lainnya tidak diperlakukan sebagai pihak luar, melainkan sebagai partisipan

penuh. Oleh karena itu suatu sekolah perlu membangun kesejawatan dengan orang tua siswa,

membangun kesan komunitas, membangun jaringan dan kesejawatan dengan komunitas

lainnya.
4) Dukungan Pemimpin. Peran kepemimpinan ini memerlukan pengembangan keterampilan

baru untuk membangun visi yang sama, mengomunikasikan dan mengimplementasikan

prosedur pelaksanaan, dan membantu pola sistematik dalam berpikir.


5) Budaya Kerjasama. Sekolah yang berperan sebagai komunitas pembelajaran memiliki

budaya kerjasama yang dicirikan dengan komitmen untuk peningkatan yang

berkesinambungan.
3. Manfaat sebuah komunitas

Manfaat dari sebuah komunitas pembelajaran antara lain:

 Memberikan kesempatan kepada guru untuk meningkatkan pengajaran mereka,


 Mendorong siswa, guru dan orang tua untuk bekerja sama,
 Menyediakan informasi dan pembelajaran kepada semua stakeholder
 Meningkatkan kualitas dan kedalaman berpikir
 Mendorong proses inkuiri dimana komunitas belajar bersama
 Membangun keterampilan untuk mengelola perubahan
 Menghubungkan sekolah dengan lingkungan yang lebih luas
 Menciptakan kaitan dan integrasi mata pelajaran di dalam kurikulum
 Menggunakan hasil assesmen yang menunjukkan bahwa siswa mengetui dan dapat

melakukannya
 Terus menerus memeriksa apakah perkataan sesuai dengan perbuatan
 Menekankan pentingnya tempat untuk belajar
 Melaksanakan pelatihan untuk memenuhi kebutuhan individu dan system
 Mendorong peningkatkan melalui program pengembangan
 Memeriksa kembali pandangan tentang pelaksanaan belajar-mengajar

B. Memperkuat Pendidikan Masyarakat


Partisipasi orang tua ini sangat tergantung pada ciri dan kreativitas sekolah dalam

menggunakan pendekatan kepada mereka. Artinya masyrakat akan berpartisipasi secara

optimal terhadap penyelenggaraan pendidikan di sekolah sangat tergantung pada apa dan

bagaimana sekolah melakukan pendekatan dalam rangka memberdayakan mereka sebagai

mitra penyelenggaraan sekolah yang berkualitas. Oleh sebab itu orang tua/ masyarakat yang

tidak mendapatkan penjelasan dan informasi dari sekolah tentang apa dan bagaimana mereka

dapat membantu sekolah (lebih-lebih di daerah perdesaan) akan cenderung tidak tahu apa

yang harus mereka lakukan bagaimana mereka harus melakukan untuk membantu sekolah.

Hal tersebut sebagai akibat ketidakmengertian mereka.

Melihat definisi pendidikan yaitu tanggung jawab bersama antara keluarga,

masyarakat, dan pemerintah. Kerjasama anatara orang tua dan sekolah (pendidik).

Pada dasarnya cukup banyak cara yang dapat ditempuh untuk menjalin kerja sama

antara keluarga dengan sekolah. Berikut ini beberapa contoh:

1. Adanya Kunjungan ke Rumah Anak Didik. Pelaksanaan kunjungan ke rumah anak didik

ini berdampak sangat positif, di antaranya:


a) Kunjungan melahirkan persaan pada anak didik bahwa sekolahnya selalu memerhatikan

dan mengawasinya.
b) Kunjungan tersebut member kesempatan kepada si pendidik melihat sendiri dan

mengobservasi langsung cara anak didik belajar.


c) Pendidik berkesempatan untuk memberikan penerangan kepada orang tua anak didik

tentang pendidikan yang baik.


d) Hubungan anatara orang tua dengan sekolah akan bertambah erat.
e) Kunjungan dapat memberikan motivasi kepada orang tua anak didik untuk lebih terbuka.
f) Pendidik mempunyai kesempatan untuk mengadakan interview mengenai berbagai macam

keadaan.
g) Terjadinya komunikasi dan saling memberikan informasi tentang keadaan anak.
2. Diundangnya Orang Tua ke Sekolah. Jika ada berbagai kegiatan yang diselenggarakan

oleh sekolah yang memungkinkan untuk dihadiri oelh orang tua, maka akan positif sekali

artinya bila orang tua diundang untuk datang ke sekolah.


3. Case Conference. Merupakan rapat atau konferensi tentang kasus. Biasanya digunakan

dalam bimbingan konseling untuk ikut membicarakan masalah anak didik secaraa terbuka

dan sukarela.
4. Badan Pembantu Sekolah. Berupa organisasi orang tua murid atau wali murid dan guru.

Organisasi dimaksud merupakan kerja sama yang paling terorganisasi anatara sekolah atau

guru dengan orang tua murid.


5. Mengadakan Surat Menyurat anatara Sekolah dan Keluarga. Surat-menyurat ini juga

sebenarnya sangat baik bila dilakukan oleh orang tua kepada guru atau langsung kepala

sekolah/ madrasah untuk memantau keadaan anak didiknya di sekolah.


6. Adanya Daftar Nilai atau Raport. Raport biasanya diberikan setiap catur wulan kepada

murid ini dapat dipakai sebagai penghubung antara sekolah dengan orang tua.

C. Pendidikan Berbasis Masyarakat

Dalam mengembangkan pendidikan berbasis masyarakat seharusnya pemerintah

memberikan pelayanan terbaik bagi masyarakat. Melayani masyarakat, merupakan pilar

utama dalam memberdayakan dan membantu masyarakat dalam menemukan kekuatan

dirinya untuk bisa berkembang secara optimal. Oleh karena itu, masyarakat harus diposisikan

sebagai fokus pelayanan utama.

Berdasarkan pertimbangan tersebut, Sanafiah Faisal mengemukakan bahwa hubungan

antar sekolah (pendidikan) dengan masyarakat paling tidak, bisa dilihat dari dua segi berikut:

1. Sekolah sebagai patner masyarakat di dalam melaksanakan fungsi pendidikan. Dalam

konteks ini, berarti keduanya, yaitu sekolah dan masyarakat dilihat sebagai pusat-pusat

pendidikan yang potensial dan mempunyai hubungan yang fungsioanal.


a. Fungsi pendidikan di sekolah sedikit banyak dipengaruhi pula oleh corak pengalaman

seseorang di lingkungan masyarakat.


b. Fungsi pendidikan di sekolah akan dipengaruhi oleh sedikit banyaknya serta fungsional

tidaknya pendayagunaan sumber-sumber belajar di masyarakat.


2. Sekolah sebagai prosedur yang melayani pesan-pesan pendidikan dari masyarakat

lingkungannya. Hal ini berarti antara masyrakat dengan sekolah memiliki ikatan hubungan
rasional berdasarkan kepentingan di kedua belah pihak. Berkenaan dengan sudut pandang

tersebut, berikut ini dideskripsikan tentang hubungan rasional dimaksud:


a. Sebagai lembaga layanan terhadap kebutuhan pendidikan masyarakatnya.
b. Akurasi sasaran atau target pendidikan yang ditangani oleh lembaga atau organisasi

persekolahan.
c. Penunaian fungsi sekolah sebagai pihak yang dikontrak untuk melayani pesanan-pesanan

pendidikan oleh masyarakatnya.

Berdasarkan beberapa pertimbangan, maka suatu sekolah perlu memanfaatkan

masyarakat sebaik-baiknya, paling tidak bahwa pendidikan harus dapat mempergunakan

sumber-sumber pengetahuan yang ada di masyarakat dengan alasan sebagai berikut:

1. Dengan melihat apa yang terjadi di masyarakat, anak didik akan mendapatkan

pengalaman langsung (first hand experience) sehingga mereka dapat memiliki pengalaman

yang konkret dan mudah diingat.


2. Pendidikan membina anak-anak yang bersal dari masyarakat, dan akan kembali ke

masyarakat.
3. Di masyarakat banyak sumber pengetahuan yang memungkinkan guru sendiri dalam

mengetahuinya.
4. Kenyataan menunjukkan bahwa masyarakat membutuhkan orang-orang yang terdidik

dan anak didik pun membuthkan masyarakat.

D. Kemitraan Sekolah dengan Masyarakat untuk Pendidikan


1. Pengertian Kemitraan

Secara etimologis, kata atau istilah kemitraan adalah kata turunan dari kata dasar

mitra. Mitra, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia artinya teman, sahabat, kawan kerja.

Kemitraan diartikan sebagai hubungan kooperatif antara orang atau kelompok orang yang

sepakat untuk berbagi tanggungjawab untuk mencapai tujuan tertentu yang sudah ditetapkan.

Dalam kemitraan yang berlaku adalah prinsip egaliter. Masing-masing pihak yang

bermitra memiliki posisi dan tanggung jawab yang sama. Hubungan atasan-bawahan tidak
berlaku dalam konteks kemitraan. Masing-masing menjalankan fungsi dan perannya sesuai

dengan tugas dan batas-batas wewenang yang dimiliki.

Selain berkaitan dengan fungsi dan peran masing-masing dalam kemitraan, dalam

kemitraan tercakup dimensi kepentingan yang dijadikan andalan. Model kemitraan

mengandalkan pada kepentingan pribadi orangtua dan anggota masyarakat yang mau tidak

mau membuat mereka berpartisipasi dalam aktifitas yang berkaitan dengan sekolah.

Kemitraan memandang semua pihak yang memiliki kepentingan terhadap sekolah

merupakan pihak yang dapat didayagunakan dan mampu membantu sekolah dalam rangka

peningkatan mutu pendidikan. Ada hal-hal yang harus diperhatikan dalam kemitraan. Grant

(1979:128) mengingatkan bahwa kemitraan tidak boleh mengabaikan prinsip akuntabilitas

dan kemandirian. Dalam hal menumbuhkan kemandirian, secara eksplisit Grant

menganjurkan agar setelah terbentuknya kelompok kemitraan masing-masing anggota harus

menjaga kentralan khususnya dalam segi politik.

2. Pengertian Partisipasi

Dalam Kamus Bahasa Indonesia, partisipasi adalah perihal turut berperan serta dalam

suatu kegiatan atau keikutsertaan atau peran serta. Menurut Made Pidarta (dalam

Dwiningrum 2011), partisipasi adalah pelibatan seseorang atau beberapa orang dalam suatu

kegiatan. Keterlibatan dapat berupa keterlibatan mental dan emosi serta fisikdalam

menggunakan segala kemampuan yang dimilikinya (berinisiatif) dalam segala kegiatan yang

dilaksanakan serta mendukung pencapaian tujuan dan tanggung jawab atas segala

keterlibatan.

Partisipasi merupakan keterlibatan mental dan emosi dari seseorang di dalam situasi

kelompok yang mendorong mereka untuk menyokong kepada pencapaian tujuan pada tujuan

kelompok tersebut dan ikut bertanggung jawab terhadap kelompoknya. Cohen dan Uphoff
(1997) mengungkapkan partisipasii sebagai keterlibatan dalam proses pembuatan keputusan,

pelaksanaan program, memperoleh kemanfaatan dan mengevaluasi program.

3. Jenjang Kerjasama dalam Kemitraan

Kemitraan dalam opersionalnya merupakan sebuah kerjasama antara orang atau

kelompok orang yang berkomitmen untuk berbagi tanggungjawab untuk mencapai satu

tujuan bersama-pendidikan yang bermutu bagi semua, terutama bagi golongan masyarakat

miskin. Dalam kerjsama tersebut terdapat berbagi jenjang:

- Jaringan (networking): yang dapat membantu mitra untuk bekerja lebih baik.
- Koordinasi (coordination): melakukan penyesuaian agar dapat mengakomodasi yang lain

supaya tidak saling konflik.


- Kooperasi (cooperation): melakukan penyesuaian agar dapat mengakomodasi yang lain.
- Kolaborasi (collaboration): aspek ini pekerjaan menjadi tanggungjawab masing-masing

sesuai bidang keahlian dan akhirnya berbagi hasil bersama.


4. Implementasi Kemitraan Dalam Pembangunan

Kemitraan dalam pembangunan diimplementasikan dengan menggunakan prinsip

PACTS:

- Partisipasi (Participation): Semua pihak memiliki kesempatan yang sama untuk

menyatakan pendapa untuk mengampil keputusan yang akan diseakati bersama.


- Akseptasi (Acceptable): saling menerima dengan apa adanya dalam kesetaraan. Masing-

masing memiliki fungsinya sendiri-sendiri.


- Komunikasi (Communication): masing-masing pihak harus mau dan mampu

mengkomunikasikan dirinya serta rencana kerjanya sehingga dapat dikoordinasikan dan

disinergikan.
- Percaya (Trust): saling mempercayai dan dapat dipercaya untuk membina kerjasama. Di

sini transparansi menjadi tuntutan dan tidak bisa ditawar.


- Berbagi (Share): semua yang terlibat dalam kemitraan harus mampu membagikan diri

dan miliknya (waktu, harta dan kemampuan) untuk mencapai tujuan bersama.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
 Definisi komunitas adalah suatu perkumpulan dari beberapa orang untuk membentu satu

organisasi yang memiliki kepentingan bersama. Dalam komunitas belajar terlihat saling

bantu membantu diantara anggota komunitas.


 Partisipasi orang tua ini sangat tergantung pada ciri dan kreativitas sekolah dalam

menggunakan pendekatan kepada mereka, karena pendidikan di sekolah sangat tergantung

pada apa dan bagaimana sekolah melakukan pendekatan dalam rangka memberdayakan

mereka sebagai mitra penyelenggaraan sekolah yang berkualitas.


 Dalam mengembangkan pendidikan berbasis masyarakat seharusnya pemerintah

memberikan pelayanan terbaik bagi masyarakat. Melayani masyarakat, merupakan pilar

utama dalam memberdayakan dan membantu masyarakat dalam menemukan kekuatan

dirinya untuk bisa berkembang secara optimal


 Kemitraan dalam opersionalnya merupakan sebuah kerjasama antara orang atau kelompok

orang yang berkomitmen untuk berbagi tanggungjawab untuk mencapai satu tujuan bersama-

pendidikan yang bermutu bagi semua, terutama bagi golongan masyarakat miskin.

DAFTAR PUSTAKA

Arief S. Sadiman. 2010. Media Pendidikan: Pengertian Pengembangan dan Pemanfaatanya,


Jakarta: Rajawali Pers.

Departemen Pendidikan Nasional Dirjen Mandikdasmen. 2006. Pemberdayaan Komite


Sekolah.

Dwiningrum. Siti Irene Astuti. 2011. Desentralisasi dan Partisipasi Masyarakat dalam
Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Hasbullah. 2009. Dasar-dasar llmu Pendidikan. Ed. Revisi. Jakarta. Rajawali Pers.
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi
Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka.

Nana Syaodih Sukmadinata. 2007. Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Jakarta:


PT.Remaja Rosdakarya.

submber: http://rahmadmaulidar1001ilmu.blogspot.co.id/2015/11/makalah-masyarakat-
sebagai-ingkungan.html

Anda mungkin juga menyukai