Anda di halaman 1dari 19

USULAN PENELITIAN

IKLIM KELAS RSBI DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA


(Studi Etnografi di RSBI SMP N I Boyolali)

A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Penelitian
Matematika selama ini dianggap sebagai pelajaran yang menakutkan
dan menjadi momok bagi setiap siswa. Padahal dalam pembelajaran
matematika belajar dan mengajar pada dasarnya adalah interaksi atau
hubungan timbal balik antara guru dan siswa dalam situasi pendidikan.
Interaksi tersebut diantaranya adalah hubungan antar semua warga sekolah.
Keharmonisan hubungan antar warga sekolah adalah dasar pijakan
terbentuknya karakter (Greenspan & Shanker, 2005). Karakter yang terbentuk
dalam diri siswa itulah yang merupakan tujuan dari pembelajaran
matematika.
Pembelajaran merupakan inti dari proses pendidikan secara
keseluruhan. Pembelajaran mengandung serangkaian aktivitas guru dan siswa
atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif
untuk mencapai tujuan tertentu (Usman, 1995: 4-5). Hubungan timbal balik
antar warga sekolah yang baik akan menimbulkan iklim pembelajaran yang
kondusif. Manajemen kelas yang baik, dapat menyokong terwujudnya
lingkungan belajar atau kelas yang efektif. Manajemen kelas yang efektif
adalah manajemen kelas yang dapat menumbuhkan kelas yang efektif. Ciri
ciri kelas yang efektif adalah, (1) suasana kelas yang tertib, (2) kebebasan
belajar anak yang maksimal, (3) berkembangnya tingkah laku anak sesuai
dengan tingkah laku yang diinginkan, (4) iklim sosio-emosional kelas yang
positif, dan (5) organisasi kelas yang efektif (Cooper, 1982: 1-3). Sebaliknya
manajemen kelas yang tidak efektif dapat menghambat kelangsungan dan
keberhasilan kegiatan pembelajaran.
Di sisi lain, lingkungan belajar kurang mendapat perhatian. Padahal
lingkungan belajar yang terorganisasi melalui perencanaan manajemen kelas

1
yang cermat, mendorong perilaku belajar siswa di kelas akan bersifat penuh
perhatian, responsif, terkontrol, interaksi sosial, dan personal berjalan positif,
disiplin diri sendiri berkembang dengan baik (Evans dan Brueckner, 1992:
61). Peningkatan mutu iklim di sekolah dapat menjadikan sekolah lebih
efektif dalam memberikan proses pembelajaran yang lebih baik.
Pembelajaran matematika saat ini cenderung lebih menghafal konsep
dan tidak kontekstual. Banyak guru yang hanya sekedar mengajarkan konsep
matematika tanpa mengaplikasikannya pada dunia nyata. Hal itulah yang
mengakibatkan kurangnya minat siswa untuk mempelajari matematika.
Terbukti setelah siswa mendapatkan materi pelajaran matematika baru
selanjutnya siswa akan kesulitan apabila harus mengaplikasikannya dalam
kehidupan sehari-hari yang berpengaruh terhadap ketidak baikannya nilai
siswa. Selain itu juga dipengaruhi oleh sikap siswa terhadap mata pelajaran
matematika, apresiasi terhadap usaha guru serta lingkungan pembelajaran
yang terstruktur.
Pembelajaran matematika di lapangan pada dasarnya guru hanya
memberikan materi kepada siswa tanpa mempedulikan keadaan siswa.
Pembelajaran yang menyenangkan dapat dilakukan oleh guru sebagai
fasilitator dengan mengaplikasikan pembelajaran kontekstual dan
pemanfaatan teknologi untuk menunjangnya. Saat ini, penggunaan bahasa
pengantar dalam proses pembelajaran di Indonesia kurang kompetitif jika kita
merujuk ke output berkelas Internasional. Oleh karena itu sekolah RSBI
didirikan untuk merubah peradigma bahwa proses pembelajaran adalah hal
yang monoton.
Pendidikan di Indonesia membuat terobosan baru dimana sebuah
sekolah berbasis Standar Nasional Pendidikan (SNP) Indonesia didesain
menwujudkan peserta didik yang cerdas dan kompetitif secara internasional,
yang mampu bersaing dan berkolaborasi secara global. Untuk itu,
pengakraban peserta didik terhadap nilai-nilai progresif yang diunggulkan
dalam era global perlu digunakan sebagai acuan dalam penyelenggaraan SBI.

2
Nilai-nilai progresif tersebut akan dapat mempersempit kesenjangan antara
Indonesia dengan negara-negara maju.
Guru dalam proses belajar mengajar selalu menggunakan teknologi
untuk lebih kreatif dalam penyajian materi pembelajaran. Siswa selalu
dituntut untuk menguasai bahasa pengantar pembelajaran. Oleh karena itu,
hubungan timbal balik yang baik antara guru dan siswa itulah yang akan
berpengaruh terhadap prestasi siswa dalam sebuah pembelajaran. Iklim
pembelajaran yang baik ditimbulkan karena hubungan antar warga sekolah
yang harmonis.
Iklim pembelajaran yang baik di RSBI itulah yang berpengaruh baik
terhadap pembelajaran di sekolah tersebut. Iklim pembelajaran tersebut yang
akan memberikan dampak yang positif bagi diri siswa khususnya dalam hal
penguasaan materi dan suasana yang terjadi akan lebih menyenangkan.
2. Fokus Penelitian
Penelitian ini difokuskan pada bagaimana iklim pembelajaran
matematika di RSBI SMP N I Boyolali. Fokus penelitian diuraikan menjadi
dua sub fokus.
a. Bagaimana iklim pembelajaran matematika di dalam kelas?
b. Bagaimana iklim pembelajaran matematika di luar kelas?
3. Tujuan Penelitian
a. Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk memaparkan iklim pembelajaran
matematika di RSBI SMP N I Boyolali.
b. Tujuan Khusus
1) Memaparkan iklim pembelajaran matematika di dalam kelas di RSBI
SMP N I Boyolali, meliputi kondisi fisik di dalam kelas dan kondisi
non fisik yang terjalin di dalam kelas.
2) Memaparkan iklim pembelajaran matematika di luar kelas di RSBI
SMP N I Boyolali.

3
4. Manfaat Penelitian
Sebagai studi ilmiah, studi ini dapat memberi sumbangan konseptual
ilmu pengetahuan tentang pendidikan matematika dan juga memberi urunan
substansial kepada lembaga pendidikan formal, para guru, dan peserta didik.
a. Manfaat Teoritis
Secara umum studi ini memberikan sumbangan ilmu pengetahuan
matematika tentang iklim pembelajaran matematika di sekolah.
Pembentukan iklim pembelajaran yang menyenangkan akan berdampak
pada peningkatan mutu pendidikan melalui peningkatan hasil belajar.
Secara khusus, studi ini memberikan urunan alternatif iklim pembelajaran
matematika yang menyenangkan baik itu di dalam kelas maupun di luar
kelas.
b. Manfaat Praktis
Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangan
bagi sekolah dan guru untuk menciptakan iklim sekolah yang
menyenangkan dan membantu dalam mengorganisasikan iklim
pembelajaran dalam kelas dan luar kelas untuk meningkatkan efektifitas
dan kualitas pembelajaran matematika.
5. Definisi Istilah
a. Iklim Belajar
Iklim belajar adalah suasana yang dengan sengaja diciptakan para
anggota suatu organisasi secara bersama-sama melalui sikap dan tingkah
lakunya selama di lingkungan sekolah. Aspek–aspek iklim belajar meliputi
aspek fisik dan aspek non fisik baik itu di dalam kelas maupun di luar
kelas. Melalui iklim belajar yang kondusif, hubungan yang baik antara
guru dan siswa, siswa dengan siswa, dan suasana lingkungan belajar yang
menyenangkan itulah siswa dapat mencapai keberhasilan belajar.
b. Pembelajaran Matematika
Pembelajaran matematika adalah suatu proses atau kegiatan guru
mata pelajaran matematika dalam mengajarkan matematika kepada para
siswanya. Aspek dalam pembelajaran matematika di dalamnya adalah

4
terkandung upaya guru untuk menciptakan iklim dan pelayanan terhadap
kemampuan, potensi, minat, bakat, dan kebutuhan siswa yang beragam
agar terjadi interaksi optimal antara guru dengan siswa serta antara siswa
dengan siswa dalam mempelajari matematika.
c. Iklim Pembelajaran Matematika di dalam Kelas
Iklim pembelajaran matematika di dalam kelas ialah suasana
pembelajaran matematika yang dilakukan oleh guru dan murid dalam
proses pembelajaran di dalam kelas. Aspek fisik di dalam kelas
meliputikondisi bangunan kelas, penerangan/pencahayaan, kedap suara,
sirkulasi udara/ventilasi, penataan ruang kelas, kelengkapan fasilitas kelas,
kelengkapan sumber belajar, penataan, peralatan kelas, keserasian
aksesoris ruang kelas, dan keamanan dan keteraturan lingkungan kelas.
Aspek non fisik di dalam kelas meliputi hubungan guru dengan siswa dan
hubungan siswa dengan siswa di dalam kelas.
d. Iklim Pembelajaran Matematika di luar Kelas
Iklim pembelajaran matematika di luar kelas adalah bagaimana
suasana kegiatan belajar mengajar yang terjadi di luar kelas. Aspek fisik di
luar kelas meliputi penataan taman/lingkungan sekolah, kondisi
lingkungan luar kelas, kelengkapan fasilitas umum, pengelolaan
lingkungan sekolah, keamanan, dan keteraturan lingkungan sekolah.
Aspek non fisik di luar kelas meliputi hubungan guru dengan siswa,
hubungan siswa dengan siswa di dalam kelas, dan hubungan siswa dengan
warga sekolah.

B. LANDASAN TEORI
1. Kajian Teori
a. Pengelolaan RSBI
Sekolah menjadi tempat untuk merencanakan dan merealisasikan
sebuah sistem pembelajaran. Pembelajaran tersebut dilaksanakan secara
terus-menerus dalam waktu yang sangat lama. Di tempat ini pula
seseorang akan ditanamkan berbagai ilmu dan pengertian. Demi

5
terciptanya suatu sistem pembelajaran yang berkualitas dan
menyenangkan, harus direncanakan dan dilaksanakan sebuah kurikulum.
Penyusunannya berlandaskan pada pemikiran bagaimana menciptakan
sistem pembelajaran yang menyenangkan dan menarik minat anak didik
untuk mengikuti sebuah pembelajaran. Ada beberapa hal yang seharusnya
diperhatikan dalam menciptakan pembelajaran tersebut agar siswa betul-
betul menyenangi, menghayati, melaksanakan, dan terlibat dalam proses.
Hakekat RSBI
Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional adalah sekolah yang
berkurikulum internasional yang berbasis teknologi informasi dan
menggunakan multimedia dalam setiap pembelajarannya. Rintisan sekolah
ini berbahasa pengantar bilingual, Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris.
Ada kualifikasi kompetensi tersendiri yang harus dipunyai oleh masing-
masing individu dalam pembelajarannya. Penciptaan sekolah ini adalah
implementasi dari UU SISDIKNAS Pasal 50 ayat 3 yang berbunyi
“Pemerintah dan/atau pemerintah daerah menyelenggarakan sekurang-
kurangnya satu satuan pendidikan pada semua jenjang pendidikan untuk
dikembangkan menjadi satuan pendidikan yang bertaraf internasional”.
Hal ini bertujuan agar output/lulusan RSBI memiliki kemampuan-
kemampuan bertaraf nasional plus internasional sekaligus, yang
ditunjukkan oleh penguasaan SNP Indonesia dan penguasaan kemampuan-
kemampuan kunci yang diperlukan dalam era global.
Kemampuan dasar yang ingin ditumbuhkan pada siswa-siswa di
RSBI adalah kemampuan berkomunikasi bilingual, kemampuan
menumbuhkan dan mengembangkan daya kreasi, inovasi, nalar dan
eksperimentasi untuk menemukan kemungkinan baru, “a joy of discovery”,
dan kemampuan kunci global tertentu, khususnya dalam bidang
matematika, sains, teknologi informasi. Belajar dalam kurikulum
internasional secara naluriah akan menimbulkan suasana slebih semangat,
penuh motivasi, dan jauh dari kemalasan. Dengan demikian akan tumbuh
ketertarikan pada siswa bahwa learning is competition. Siswa belajar tidak

6
hanya dengan mendengar penjelasan guru, tetapi juga dengan melihat,
menyentuh, merasakan dan mengikuti keseluruhan proses dari setiap
pembelajaran.
Di RSBI siswa juga diarahkan untuk memahami potensi dasarnya
sendiri. Setiap anak dihargai kelebihannya dan dipahami kekurangannya.
Mereka diarahkan untuk belajar secara aktif. Peran guru adalah sebagai
fasilitator. Siswa belajar tidak untuk mengejar nilai, tetapi untuk
memanfaatkan ilmunya dalam kehidupan sehari-hari. Siswa diharapkan
berdaya kreasi, bernalar, dan bereksperimentasi untuk menemukan
kemungkinan baru. Proses pembelajaran ini harus dikembangkan melalui
berbagai gaya dan selera agar mampu mengaktualkan potensi siswa, baik
intelektual, emosional maupun spiritualnya sekaligus. Siswa tidak hanya
belajar di kelas, tetapi mereka belajar dari mana saja dan dari siapa saja.
Mereka tidak hanya belajar dari buku, tetapi juga belajar dari internet.
Jika dikaji dengan Teori Belajar Rogers, dapat kita simpulkan
sebagai berikut:
1) Penerapan pada RSBI.
Implikasi teori belajar humanistik Rogers terhadap metode
pembelajaran RSBI adalah lebih menunjuk pada ruh atau spirit selama
proses pembelajaran yang mewarnai metode-metode yang diterapkan
dalam proses pembelajaran internasional yang lebih menekankan pada
kreatifitas individu untuk melahirkan hal baru. Guru hanya
memfasilitasi pembelajaran peserta didiknya untuk mencapai tujuan
pembelajaran.
2) Belajar secara signifikan
Proses belajar ditujukan bukan untuk mengejar nilai, tetapi
nuntuk bisa memanfaatkan ilmunya dalam kehidupan sehari-hari.
Menjadikan anak memiliki logika berpikir yang baik, sehingga dapat
digunakan untuk menyelesaikan berbagai permasalahan dalam
kehidupan sehari-hari. Anak memperoleh pengetahuan beserta
penerapannya dalam kehidupan pribadinya maupun bermasyarakat.

7
Sehingga sumber daya manusia yang dihasilkan bukanlah orang-orang
yang mampu berteori tetapi juga mampu mengaplikasikannya.
3) Belajar dengan motivasi adanya persaingan global
Secara naluriah akan menimbulkan suasana menyenangkan,
semangat, dan jauh dari kemalasan. Dengan demikian akan tumbuh
kesadaran pada anak-anak bahwa learning is fun dan sekolah menjadi
identik dengan persaingan sehingga inti pokok pembelajaran dapat
diserap dengan baik.
4) Belajar atas inisiatif sendiri.
Anak-anak belajar tidak hanya selama jam belajar sekolah.
Mereka dapat belajar dari apapun dan kapanpun. Dengan sistem belajar
dalam RSBI yang telah membiasakan mereka untuk belajar secara aktif
dan mandiri. Membuat siswa akan berkreasi, bernalar dan
bereksperimentasi untuk menemukan kemungkinan baru.
5) Belajar dan mengimplementasikan hasil belajarnya dalam kehidupan
sehari-hari sehingga mereka diharapkan akan mampu beradaptasi
dengan situasi lingkungan yang selalu dinamis.
Konsep Teori Penerapan pada RSBI
1) Determinis resiprokal: siswa di RSBI dituntut untuk kreatif dalam
mengexplore kompetensinya dalam sebuah pembelajaran yang akan
berpengaruh terhadap perilakunya. Di RSBI siswa diajarkan untuk
mengenal dunia global dan berkompetisi sehingga akan menggali
semangat mereka untuk belajar lebih giat.
2) Dengan positif reinforcement: di RSBI, anak-anak belajar melalui
observasi di dalam secara langsung, yang membuat mereka
mendapatkan motivasi dalam belajar dan dengan reinforcement dari
luar untuk memacu mereka belajar. Menurut mereka mendapatkan
jawaban dari rasa keingintahuan itu sendiri sudah menjadi kesenangan
dan kebutuhan.
3) Anak-anak memilih sendiri apa yang ingin diketahuinya dari dunia
global dan mengatur cara belajarnya sendiri. Mereka mampu untuk

8
menemukan masalahnya dan mencari jalan keluar, sehingga apabila
mereka dihadapkan pada masalah yang sama mereka dapat
menyelesaikannya dengan cara mereka sendiri sebagai individu yang
kreatif.
b. Hakekat Matematika
Menurut Johnson dan Myklebust (Abdurrahman, 2003: 252)
matematika adalah bahasa simbolis yang fungsi praktiknya untuk
mengekspresikan hubungan-hubungan kuantitatif dan keruangan
sedangkan fungsi-fungsi teorinya adalah untuk memudahkan dalam
berpikir. Sedangkan menurut Kline dan Mulyono (1992: 252)
mengemukakan bahwa matematika merupakan bahasa simbolis dan ciri
utamanya adalah penggunaan cara bernalar deduktif tetapi juga tidak
meluapakan cara bernalar induktif.
Dari pengertian di atas, matematika sebagai ilmu tentang struktur
yang memerlukan simbolisasi, matematika merupakan ilmu tentang
bilangan dan hitung menghitung yang menggunakan cara bernalar deduktif
dan logis.
c. Pembelajaran Matematika
Proses pembelajaran haruslah disesuaikan dengan perkembangan
kemampuan siswa sehingga akhirnya akan membantu kelancaran proses
pembelajaran matematika di sekolah (Suherman, 2003: 57). Matematika
bisa dipelajari karena pikiran-pikiran manusia yang berhubungan dengan
ide, proses, dan penalaran. Matematika terdiri dari 4 wawasan yang luas,
yaitu aritmatika, aljabar, geometri, dan analisis.
Belajar matematika berarti mengikuti struktur yang ada dalam
matematika sehingga orang yang belajar matematika dipaksa untuk
berpikir secara logis dan deduktif. Berdasarkan pengalaman mempelajari
konsep matematika akan timbul suatu pengertian dan akhirnya yang
sedang belajar matematika akan merumuskan yang dipelajarinya dengan
bahasanya sendiri ataupun dengan bimbingan guru.

9
Tujuan pembelajaran matematika antara lain: (1) melatih cara
berpikir dan bernalar dalam menarik kesimpulan, misalnya melalui
kegiatan penyelidikan, explorasi, eksperimen, menunjukkan kesamaan,
perbedaan, konsisten, dan inkonsisten, (2) mengembangkan aktifitas
kreatif yang melibatkan imajinasi, intuisi, dan penemuan dengan
mengembangkan pemikiran divergen, orisinil, rasa ingin tahu, membuat
prediksi-prediksi serta mencoba-coba, (3) mengembangkan kemampuan
memecahkan masalah, serta (4) mengembangkan kemampuan
menyampaikan informasi atau mengkomunikasikan gagasan antara lain
melalui pembicaraan lisan, catatan grafik, peta, diagram, dalam
menjelaskan gagasan.
d. Iklim Pembelajaran Matematika di dalam Kelas
Pelaksanaan pembelajaran di kelas agar berlangsung dengan lancar
dan efektif, maka peran dari pihak sekolah dalam hal ini kepala sekolah,
staf, dan guru sangat menentukan. Iklim pembelajaran matematika di
dalam kelas sangat ditentukan oleh bagaimana cara guru dalam mengajar
berusaha memahami karakter siswa, guru berusaha menciptakan suasana
pembelajaran yang demokratis, guru memberi kesempatan siswa untuk
bertanya tentang kesulitan pelajaran atau masalah lainnya, dan guru
berusaha menciptakan kemudahan siswa dalam mempelajari pelajaran
eksak. Dengan pelaksanaan pembelajaran seperti diatas, maka iklim di
lingkungan sekolah memungkinkan terciptanya lingkungan belajar yang
kondusif. Hal ini bertujuan agar siswa merasa senang dan betah berada di
sekolah selama jam efektif kegiatan belajar mengajar, bahkan hingga sore
hari untuk mengikuti kegiatan tambahan.
e. Iklim Pembelajaran Matematika di luar Kelas
Proses pembelajaran yang menyenangkan adalah cara terbaik untuk
mengajak anak didik belajar lebih baik. Proses pembelajaran itu bisa
dilakukan lewat sebuah permainan yang mendidik atau praktik langsung di
lapangan dan dapat diterapkan pada hampir semua mata pelajaran.

10
Sekolah, petugas perpustakaan, penjaga kantin, dan interaksi
dengan teman-temannya merupakan komponen luar kelas yang
mempengaruhi dalam proses pembelajaran matematika di sekolah alam.
Interaksi itu bisa bersifat kooperatif atau kompetitif. Apabila hal tersebut
dikaitkan dengan iklim pembelajaran anak di kelas, ada iklim
pembelajaran yang kooperatif dan kompetitif. Iklim pembelajaran
kooperatif artinya iklim belajar yang menitikberatkan pada kerja sama
untuk mencapai tujuan tertentu. Sedangkan pembelajaran yang kompetitif
adalah iklim pembelajaran yang dapat menciptakan persaingan antar anak
atau kelompok untuk mencapai tujuan tertentu. Siswa berkompetisi dalam
belajar karena ada dorongan untuk meraih prestasi.
2. Kajian Pustaka
Sebuah penelitian akan mengacu pada penelitian-penelitian yang
telah dilakukan sebelumnya. Hal ini dapat sebagai titik tolak dalam
melakukan penelitian dan untuk mengetahui relevansinya.
Guangming Wang (2009) memberikan kesimpulan bahwa ada
beberapa faktor penyebab kesulitan belajar siswa dalam pembelajaran
matematika. Faktor-faktor tersebut bisa dari dalam diri siswa atau faktor
intern dan faktor dari luar atau faktor ekstern. Kedua faktor ini sangat
terkait dalam yang menjadi penyebab kesulitan belajar matematika siswa.
Oleh karena itulah untuk mengetahui apakah siswa mengalami kesulitan
belajar atau tidak perlu diketahui dulu apa penyebab siswa mengalami
kesulitan belajar. Hal ini sangat penting agar dapat diketahui secara tepat
bagaimana penanganannya. Strategi untuk mengatasi kesulitan belajar
matematika pada siswa yaitu dapat dengan cara guru mengubah cara
pengajaran yang kurang baik dan mengubah lingkungan belajar menjadi
kondusif.
Chunmei Xiao (2009) menyatakan bahwa tidak ada perbedaan yang
signifikan secara statistik antara siswa laki-laki dan perempuan dalam hal
keyakinan belajar siswa. Siswa memiliki keyakinan yang baik dalam
belajar matematika untuk mendapatkan hasil belajar yang maksimal.

11
Pengaruh dari keyakinan siswa ini mempengaruhi hasil belajar. Jadi ada
faktor dalam dan luar yang mempengaruhi nilai siswa.
Penelitian Zaenur Faridah Hidayati (2010) dalam skripsinya
memberikan kesimpulan bahwa (1) Kekompakan guru dan siswa di kelas
terlihat jelas, (2) Siswa cukup puas tehadap nilai matematika dan cara guru
mengajar, (3) kesulitan dalam belajar matematika bilingual dapat diatasi.
Titis Setyowati (2008) dalam skripsinya memberikan kesimpulan
bahwa (1) Ada pengaruh iklim kelas terhadap prestasi belajar matematika
pada pokok bahasan SPLDV, (2) Ada pengaruh motivasi belajar siswa
terhadap terhadap prestasi belajar matematika, (3) tidak ada interaksi
antara iklim kelas dan motivasi belajar siswa terhadap prestasi belajar
matematika.
Penelitian Sri Waningsih (2006) dalam skripsinya memberikan
kesimpulan bahwa (1) terdapat pengaruh monitoring orang tua, iklim
kelas, dan minat secara parsial terhadap prestasi belajar matematika
dengan t hitung untuk x1 = 2.723, t hitung untuk x2 = 2.188, t hitung untuk
x3 = 4.158, dan t tabel =1.96, (2) terdapat pengaruh monitoring orang tua,
iklim kelas, dan minat terhadap prestasi belajar matematika secara
simultan ditunjukkan dengan F hitung = 40.307 dengan besarnya koefisien
determinasi = 68.3.
Dengan demikian aktifitas belajar, lingkungan, dan suasana kelas
akan mempengaruhi hasil prestasi belajar siswa. Guru dalam pembelajaran
matematika memberikan peranan penting dalam proses belajar.
Lingkungan kelas yang kondusif dan mendukung proses pembelajaran
sangat mempengaruhi hasil belajar dan prestasi siswa.

C. METODE PENELITIAN
Metode penelitian adalah cara-cara yang akan dilakukan peneliti dalam
melaksanakan penelitian yang meliputi langkah-langkah sistematis
sebagaimana langkah dalam metode ilmiah.

12
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah kualitatif. Menurut Nasution (Sugiyono,
2008: 205) penelitian kualitatif pada hakekatnya adalah mengamati orang
dalam lingkungan hidupnya, berinteraksi dengan mereka, berusaha
memahami bahasa, dan tafsiran mereka tentang dunia sekitarnya.
Penelitian ini menggunakan pendekatan etnografi. Dalam konteks kajian
ilmu sosial antropologi, etnografi berarti suatu deskripsi atau paparan
mengenai kebudayaan suatu masyarakat. Pendekatan etnografi secara
umum adalah pengamatan berperan serta sebagai bagian dari penelitian
lapangan (Moleong, 2008: 26). Etnografi sebagai suatu metode dimaknai
sebagai upaya membuat deskripsi tentang kebudayaan suatu masyarakat
menggunakan panca indra peneliti sebagai instrument penelitian.
Penelitian ini yang akan diamati adalah iklim pembelajaran
matematika yang meliputi iklim pembelajaran matematika di dalam kelas
dan iklim pembelajaran matematika di luar kelas RSBI SMP N I Boyolali.
Jenis penelitian kualitatif dipilih untuk mendapatkan data yang lebih
lengkap, lebih mendalam, dan bermakna sehingga tujuan dari penelitian ini
dapat tercapai.
2. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di RSBI SMP N I Boyolali, tepatnya di
Jalan Maju Sekali No. 14 Boyolali, Jawa Tengah. Pelaksanaan penelitian
dimulai bulan Maret 2011 sampai Juni 2011, secara terperinci sebagai
berikut:
a. Tahap perencanaan mencakup pengajuan judul, pembuatan proposal,
permohonan izin riset serta survey di sekolah yang direncanakan
sebagai tempat penelitian yang dilaksanakan pada bulan Maret 2011.
b. Tahap pelaksanaan, yaitu kegiatan-kegiatan yang berlangsung di
sekolah yang berupa pengambilan data-data yang dilaksanakan pada
bulan Maret 2011 sampai Juni 2011.

13
c. Tahap analisis data, yaitu proses mencari dan menyusun secara
sistematis data yang diperoleh dari hasil penelitian. Tahap ini
dilaksanakan pada bulan Juni 2011.
d. Tahap pelaporan, yang dilaksanakan bulan Juni 2011.
3. Data, Sumber Data, dan Nara Sumber
Data dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder
(Sutama, 2010: 197). Data primer adalah data yang diperoleh langsung
dari subjek penelitian yaitu tentang iklim pembelajaran di Jalan Maju
Sekali No. 14 Boyolali. Data primer ini diambil dengan mengenakan alat
pengukuran atau alat pengambilan data langsung pada subjek sebagai
sumber informasi yang dicari. Data sekunder adalah data yang diperoleh
lewat pihak lain, tidak langsung diperoleh peneliti dari subjek
penelitiannya. Dalam penelitian ini data sekundernya adalah berupa
dokumen-dokumen atau data laporan yang telah tersedia yang mendukung
dalam penelitian.
Sumber data adalah asal data tersebut didapatkan atau diperoleh
yang bisa berupa perilaku, tindakan maupun catatan-catatan (Sukmadinata,
2009: 93). Sumber data dalam penelitian ini yaitu dari siswa, guru yang
mengajar, dan kepala sekolah RSBI SMP N I Boyolali. Narasumber atau
informan adalah orang yang tahu persis tentang informasi (data) yang
ingin didapatkan berkaitan dengan fokus yang akan diteliti. Narasumber
dalam penelitian ini juga barasal dari siswa, guru yang mengajar, dan
kepala sekolah RSBI SMP N I Boyolali. Obyek penelitian ini adalah iklim
pembelajaran matematika yang diterapkan di RSBI SMP N I Boyolali.
4. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dalam penelitian disesuaikan dengan
fokus dan tujuan penelitian (Sugiyono, 2008: 206). Dalam penelitian
kualitatif, sampel sumber data dipilih dan mengutamakan perspektif emic,
artinya mementingkan pandangan informan, yakni bagaimana mereka
memandang dan menafsirkan dunia dari pendiriannya. Peneliti tidak bisa
memaksakan kehendaknya untuk mendapatkan data yang diinginkan.

14
Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
a. In depth interview (wawancara mendalam)
Menurut Sugiyono (2008: 157) wawancara digunakan sebagai
teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi
pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti.
Wawancara juga dilakuakan apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal
dari responden yang lebih mendalam dan jumlah respondennya sedikit
sekali atau kecil. Wawancara adalah kegiatan yang dilakukan untuk
mendapatkan informasi secara langsung dengan mengungkapkan
pertanyaan-pertayaan kepada responden. Wawancara mempunyai
definisi suatu proses komunikasi interaksional antara dua pihak. Cara
pertukaran yang digunakan adalah cara verbal dan non verbal dan
mempunyai tujuan tertentu yang spesifik.
Dalam penelitian ini yang akan dilakukan adalah siswa, guru,
dan kepala sekolah. Metode wawancara digunakan peneliti untuk
mendapatkan informasi-informasi tentang iklim pembelajaran
matematika di RSBI SMP N I Boyolali yang meliputi iklim
pembelajaran matematika di dalam kelas dan iklim pembelajaran
matematika di luar kelas dan informasi-informasi lain yang
mendukung dalam penelitian
b. Observasi
Metode observasi adalah teknik pengumpulan data dimana
peneliti mengadakan pengamatan secara langsung terhadap objek yang
diteliti. Menurut Arikunto (2002: 197) metode obsevasi adalah suatu
usaha sadar untuk mengumpulkan data yang dilakukan secara
sistematis dengan prosedur yang terstandar.
Dalam hal ini observasi yang dilakukan adalah turut mengawasi
berlangsungnya proses belajar mengajar di RSBI SMP N I Boyolali.
Proses pembelajaran yang diamati meliputi pembelajaran di dalam
kelas dan di luar kelas. Pada waktu observasi dilakukan, penelitian

15
mengamati proses pembelajaran dan mengumpulkan data mengenai
segala sesuatu yang terjadi pada proses pembelajaran tersebut baik
yang terjadi pada guru,siswa maupun situasi kelas.
c. Studi Dokumenter
Studi dokumenter (documentary study) merupakan suatu teknik
pengumpulan data dengan menghimpun dan menganalisis dokomen-
dokumen baik dokumen tertulis, gambar maupun elektronik.
Dokumen-dokumen yang dihimpun dipilih sesuai dengan tujuan dan
fokus masalah (Sukmadinata, 2009: 221). Dalam penelitian ini metode
dokumentasi digunakan untuk mendukung hasil wawancara dan
observasi yang dilakukan peneliti tentang iklim pembelajaran
matematika.
5. Kehadiran Peneliti
Peneliti bertindak sebagai instrument dan sebagai siswa. Peneliti
sebagai instrumen tidak terlibat langsung dalam penelitian dan hanya
sebagai pengamat dan peneliti sebagai siswa yaitu terlibat langsung dengan
kegiatan yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data
penelitian (Sugiyono, 2008: 204).
6. Teknik Analisis Data
Teknis analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
analisis data kualitatif, yang mengikuti konsep yang diberikan Miles and
Huberman.
Aktifitas dalam analisis data yaitu pengumpulan data, reduksi data,
penyajian data, dan penarikan kesimpulan dan verifikasi. Langkah-langkah
analisis data ditunjukkan pada gambar 1 berikut.
Penyajian
Pengumpulan data
data

Reduksi data Kesimpulan-kesimpulan


penarikan/ verifikasi
Gambar 1. Komponen dalam analisis data

16
Langkah-langkah analisis data model interaktif diatas dapat
dijelaskan sebagai berikut:
a. Pengumpulan data
Data-data yang diperoleh di lapangan dicatat atau direkam
dalam bentuk naratif, yaitu uraian data yang diperoleh dari lapangan apa
adanya tanpa adanya komentar peneliti yang berbentuk catatan kecil.
Dari catatan deskriptif ini, kemudian dibuat catatan refleksi yaitu
catatan yang berisi komentar, pendapat atau penafsiran peneliti atas
fenomena yang ditemui dilapangan.
b. Reduksi data
Reduksi data merupakan proses pemilihan, pemusatan
perhatian, pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data
kasar yang muncul dari catatan lapangan. Reduksi data dilakukan terus
menerus selama penelitian dilaksanakan. Reduksi data dilakukan terus-
menerus selama penelitian dilaksanakan. Reduksi data merupakan
wujud analisis yang menajamkan, menglarifikasikan, mengarahkan,
membuang data yang tidak berkaitan dengan pokok persoalan.
Selanjutnya dibuat ringkasan, pengkodean, penelusuran tema-tema,
membuat catatan kecil yang dirasakan penting pada kejadian seketika
yang dipandang penting berkaitan dengan pokok persoalan.
c. Penyajian data
Pada tahapan ini disajikan data hasil temuan di lapangan dalam bentuk
teks deskriptif naratif.
d. Penarikan kesimpulan dan verifikasi
Penarikan kesimpulan dan verifikasi merupakan upaya
memaknai data yang disajikan dengan mencermati pola-pola
keteraturan, penjelasan, konfigurasi, dan hubungan sebab akibat. Dalam
melakukan penarikan kesimpulan dan verifikasi selalu dilakukan
peninjauan terhadap penyajian data dan catatan di lapangan melalui
diskusi tim peneliti, Miles and Huberman (Sugiyono, 2008: 207).

17
7. Keabsahan Data
Keabsahan data kualitatif menurut Sukmadinata (2005: 104) dapat
dilakukan melalui (1) observasi secara terus menerus, (2) triangulasi
sumber, metode dan peneliti lain, (3) pengecekan anggota (member check),
diskusi teman sejawat dan pengecekan referensi. Data dalam penelitian ini
disahkan melalui teknik triangulasi. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan
keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain (Moleong, 2006:
256). Triangulasi yang digunakan adalah triangulasi sumber, metode, dan
member check.
Triangulasi sumber dilakukan dengan cara membandingkan dan
mengecek kembali informasi dari informan satu dengan informan lain.
Triangulasi metode dilaksanakan dengan memanfaatkan penggunaan
beberapa metode berbeda untuk memperoleh informasi. Member check
dilakukan pada subjek wawancara, yaitu pada saat wawancara dan melalui
rangkuman hasil yang telah dibuat peneliti. Penelitian ini sumber datanya
adalah siswa, guru, dan kepala RSBI SMP N I Boyolali (Sutama, 2010:
233).
8. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian dalam penelitian ini menggunakan tiga
langkah yaitu studi persiapan, studi eksplorasi umum, dan studi eksplorasi
khusus. Studi persiapan dilakukan untuk menentukan tempat dan objek
serta fokus penelitian. Hal ini didasarkan pada:
a. Isu-isu umum sekolah alam
b. Kajian pustaka yang relevan, dan
c. Orientasi sekolah alam melalui studi pendahuluan, penetapan tempat,
dan objek, serta fokus penelitian.
Studi eksplorasi umum, dilakukan untuk penjagaan umum
berkaitan dengan fokus penelitian melalui wawancara maupun observasi
secara global. Studi eksplorasi khusus dilakukan untuk pengumpulan data
dan analisis data, pengecekan hasil penelitian dan penulisan laporan
penelitian.

18
DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, Mulyono. 2003. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar.


Jakarta: Rineka Cipta.

Hidayati, Zaenur Faridah. 2010. Iklim Pembelajaran Matematika Bilingual pada


Sekolah Dasar Berstandar Internasional Kelas IV SDII Al-Abidin
Surakarta. Skripsi. Surakarta: FKIP Universitas Muhammadiyah
Surakarta.
Moleong, Lexy. 2006. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.

Rizky. 2009. Pengertian Interview/Wawancara. www. google . com. di akses


pada tanggal 1 Juni 2011.

Setyowati, Titis. 2008. Pengaruh Iklim Kelas terhadap Prestasi Belajar


Matematika ditinjau dari Prestasi Belajar Siswa di SMP Muhammadiya
10 Surakarta Tahun Ajara 2007/2008. Skripsi. Surakarta: FKIP.
Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Sugiono. 2008. Memahami Penelitian Kualitatif. Alfabeta: anggota Ikatan


Penerbit Indonesia.

Sutama. 2010. Metode Penelitian Pendidikan Kuantitatif, Kualitatif, PTK, R&D.


Surakarta: Fairuz Media.

Sukmadinata, Nana Syaodih. 2009. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT


Remaja Rosdakarya.

Waningsih, Sri. 2006. Pengaruh Monitoring Orang Tua dan Iklim Kelas terhadap
Minat dan Prestasi Belajar Matematika Pada Siswa Kelas XI SMA Negeri
Mojolaban Tahun Ajaran 2006/2007. Skripsi. Surakarta: FKIP.
Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Wang, Guangming. 2009. “Case Study on Improving High School Students with
Learning Difficulties in Mathematics”. Journal of Mathematics Education,
December 2009, Vol. 2, No. 2, pp.122-133.

Xiao, Chunmei. 2009. “Influences on Affect and Achievement: High School


Students Epistemological Beliefs about Mathematics”. Journal of
Mathematics Education, Desember 2009, Vol. 2, No. 2, pp. 1 – 11.

19

Anda mungkin juga menyukai