Oleh:
Widya Dwi Nur Alma Fatih
3201417013
JURUSAN GEOGRAFI
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2020
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Dunia pembelajaran memiliki peran penting terhadap perkembangan
pendidikan terutama bagi siswa. Sebab melalui pembelajaran itulah proses pendidikan
berlangsung. Pendidikan merupakan suatu usaha yang dilakukan secara sadar, melalui
perencanaan yang telah tersusun dengan memperhatikan berbagai aspek, guna
mengembangkan berbagai macam potensi yang ada. Pendidikan dapat berlangsung
dimana saja, baik di lingkungan sekolah, lingkungan keluarga, maupun lingkungan
masyarakat. Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal telah menciptakan
lingkungan yang kondusif dan terencana demi terjadinya proses pendidikan bagi
siswa. Di sekolah siswa menerima berbagai macam jenis mata pelajaran, salah satu
mata pelajaran yang diajarkan di sekolah adalah mata pelajaran geografi. Menurut
Ikatan Geografi Indonesia (dalam Sumadi, 2003) geografi merupakan ilmu yang
mempelajari persamaan dan perbedaan fenomena geosfer dengan sudut pendang
kelingkungan dan kewilayahan dalam konteks keruangan.
Tujuan dari pembelajaran geografi menurut Dibyo Soegimo (2009) meliputi
tiga aspek yaitu pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Didalam aspek pengetahuan
geografi menekankan pada pengembangan konsep dasar geografi yang berkaitan
dengan pola keruangan dan lingkungan sekitar, serta pengetahuan mengenai sumber
daya alam dengan segala peluang dan keterbatasannya. Selanjutnya adalah aspek
keterampilan yang menekankan pada pengembangan mengamati, mengumpulkan
data, serta menganalisis keadaan lingkungan sekitarnya. Dan yang terakhir adalah
aspek sikap dimana yang ditekankan adalah pengembangan kesadaran dan rasa
tanggung jawab terhadap lingkungan dan perubahan fenomena-fenomena geosfer
yang terjadi di permukaan bumi. Berdasarkan silabus mata pelajaran geografi pada
materi pokok mitigasi bencana alam siswa dituntut untuk mampu menganalisis jenis
dan penanggulangan bencana alam melalui edukasi, kearifan local, dan pemanfaatan
teknologi modern. Yang kedua adalah siswa dituntut untuk mampu membuat sketsa,
denah dan/atau peta potensi bencana wilayah setempat serta strategi mitigasi bencana
berdasarkan peta tersebut. Berpegang pada silabus tersebut, proses pembelajaran pada
materi pokok mitigasi bencana alam seharusnya dirancang agar siswa mampu
memahami konsep maupun teori, serta mampu menemukan fakta-fakta. Untuk itulah
pengembangan pembelajaran geografi memerlukan proses pembelajaran yang
menyenangkan serta menggunakan metode yang sesuai dengan karakteristik
pembelajaran geografi. Disini guru bertugas untuk menciptakan suasana pembelajaran
yang menyenangkan melalui berbagai macam metode yang disesuaikan dengan
karakteristik pelajaran agar siswa mengalami proses pembelajaran yang berkesan
serta menambah pengalaman belajarnya. Akan tetapi yang terjadi dalam dunia nyata
adalah hal yang sebaliknya, dimana pembelajaran geografi di sekolah hanya membuat
pengalaman belajar siswa kurang berkembang. Penggunaan metode konvensional
layaknya metode ceramah juga masih diberlakukan dibanding penggunaan metode
yang membimbing siswa pada pembelajaran yang menyenangkan. Akibatnya hal
tersebut berdampak pada hasil belajar siswa yang tidak memenuhi kriteria ketuntasan
minimal. Hal ini disebabkan guru lebih memperhatikan hasil belajar ketimbang proses
yang dijalani siswa untuk mendapatkan hasil belajar. Karena hasil belajar yang baik
belum tentu dapat tercapai apabila proses untuk mendapatkannya diabaikan oleh guru.
Pembelajaran geografi terutama pada materi pokok mitigasi bencana alam
haruslah memberikan pengalaman yang mengesankan bagi siswa. Teori belajar Edgar
Dale atau lebih dikenal dengan nama teori kerucut pengalaman menekankan bahwa
90% pembelajaran akan berhasil, apabila anak berbuat secara langsung atau nyata
yang terdiri dari bermain peran, melakukan simulasi dan mengerjakan hal yang nyata.
Terlihat jelas bahwa pemberian pengalaman langsung pada siswa khususnya dalam
pembelajaran geografi dapat meningkatkan kemampuan kognitif anak dan secara
langsung dapat meningkatkan hasil belajar. Maka dari itu dengan penggunaan metode
yang tepat dapat menuntun pada hasil belajar yang baik.
Penggunaan berbagai macam metode pembelajaran dalam geografi
menyebabkan terjadinya interaksi antara guru dan siswa di dalam lingkungan belajar,
di dalamnya membahas tentang peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam atau segala
sesuatu yang berhubungan dengan alam serta mengenai perubahan-perubahan
fenomena geosfer sebagai objek utamanya. Cara berpikir pembelajaran setiap mata
pelajaran berbeda, dalam geografi pembelajaran yang dilakukan tentu cara berpikir
yang logis, realistis atau dapat ditunjukkan kebenarannya. Pembelajaran geografi
harus menekankan pada penggunaan media, pengelolaan kelas, pemilihan model,
pendekatan atau metode pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik pembelajaran
geografi. Hal ini dilakukan agar siswa tidak pasif dalam kegiatan pembelajaran, tidak
bosan, termotivasi untuk belajar, kondisi kelas menjadi kondusif, dan pemahaman
materi yang cepat serta hasil belajar yang didapat memuaskan. Namun, kegiatan
pembelajaran yang seharusnya, khususnya untuk pembelajaran geografi materi pokok
mitigasi bencan alam belum didapatkan hasil yang baik pada sekolah yang diteliti.
Selama proses pembelajaran ditemukan masalah - masalah pada kinerja guru dan
aktivitas siswa yang tidak mendukung berhasilnya proses pembelajaran. Penggunaan
metode yang konvensional mengakibatkan siswa menjadi pasif, bosan dan malas
untuk memperhatikan guru yang sedang melakukan pembelajaran. Pengelolaan kelas
yang tidak baik mengakibatkan situasi kelas tidak kondusif. Media pembelajaran
hanya terpaku pada satu buku sumber saja sehingga siswa kesulitan dalam memahami
materi karena pemahaman akan objek dalam materi tidak semuanya jelas. Selain itu,
prinsip-prinsip dalam pembelajaran tidak begitu diperhatikan.
Berdasarkan permasalahan yang telah dijelaskan, proses pembelajaran yang
kurang berhasil disebabkan oleh kinerja guru yang tidak memperhatikan penggunaan
metode, model, pendekatan dan media pembelajaran serta pengelolaan kelas yang
kurang baik. Dampak dari kondisi ini adalah hasil belajar siswa yang rendah. Oleh
karena itu, diperlukan suatu tindakan untuk memperbaiki masalah-masalah tersebut,
sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa serta memotivasi siswa untuk
berfikir kreatif dan bersikap aktif dalam belajar. Dari beberapa solusi yang ada untuk
pemecahan masalah tersebut, maka diambil suatu tindakan yaitu dengan menerapkan
metode role playing.
1.2.Rumusan Masalah
Berdasarkan apa yang telah diuraikan dalam pendahuluan dapat dirumuskan
permasalahan sebagai berikut “Apakah menerapkan metode pembelajaran role
playing pada mata pelajaran geografi materi mitigasi bencana alam di kelas XI IPS
SMAN 2 Brebes dapat meningkatkan hasil belajar siswa?
1.3.Pemecahan Masalah
Untuk memecahkan masalah yang telah dirumuskan maka pemecahan masalah
yang digunakan adalah menggunakan metode pembelajaran role playing pada mata
pelajaran geografi materi pokok mitigasi bencana alam di kelas XI IPS SMA Negeri
02 Brebes.
1.4.Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menerapkan metode pembelajaran role
playing pada mata pelajaran geografi materi mitigasi bencana alam di kelas XI IPS
SMAN 2 Brebes, sehingga dapat diketahui apakah metode pembelajaran tersebut
dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
1.5.Manfaat Hasil Penelitian
Dari hasil penelitian ini diharapkan:
1. Bagi Siswa
1) Dapat memperbaiki hasil belajar siswa
2) Dapat meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas
3) Memberikan kecakapan berfikir bagi siswa
4) Menumbuhkan rasa ketertarikan siswa untuk mengikuti proses pembelajaran
5) Melatih siswa berpikir tanggap terhadap adanya kemungkinan bencana yang
timbul di lingkungan sekitar
2. Bagi Guru
1) Membantu guru menyelesaikan masalah – masalah yang timbul dalam proses
pembelajaran
2) Meningkatkan kinerja guru secara professional
3) Menumbuhkan minat guru untuk memecahkan masalah melalui penelitian
tindakan kelas
3. Bagi Sekolah
1) Sebagai bahan untuk meningkatkan mutu isi, masukan, proses, dan hasil
pendidikan dan pembelajaran di sekolah.
2) Menumbuh-kembangkan budaya ilmiah di lingkungan sekolah, untuk proaktif
dalam melakukan perbaikan mutu pendidikan/pembelajaran secara
berkelanjutan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA