Anda di halaman 1dari 129

BAHASA

INDONESIA
di PERGURUAN TINGGI

MUHAMMAD YUNUS, M. PD.


BAHASA INDONESIA
UNTUK MAHASISWA
DI FAKULTAS FARMASI

Muhammad Yunus, M.Pd.


Sri Normuliati, M.Pd.
Dana Aswadi, M.Pd.

Penerbit K-Media
Yogyakarta, 2018

i
BAHASA INDONESIA UNTUK MAHASISWA
DI FAKULTAS FARMASI
vi + 122 hlm.; 14 x 20 cm

ISBN: 978-602-451-287-3

Penulis : Muhammad Yunus, et al.


Tata Letak : Nur Huda A
Desain Sampul : Nur Huda A

Cetakan : Oktober 2018

Copyright © 2018 by Penerbit K-Media


All rights reserved

Hak Cipta dilindungi Undang-Undang No 19 Tahun 2002.

Dilarang memperbanyak atau memindahkan sebagian atau seluruh


isi buku ini dalam bentuk apapun, baik secara elektris mau pun
mekanis, termasuk memfotocopy, merekam atau dengan sistem
penyimpanan lainnya, tanpa izin tertulis dari Penulis dan Penerbit.

Isi di luar tanggung jawab percetakan

Penerbit K-Media
Anggota IKAPI No.106/DIY/2018
Perum Pondok Indah Banguntapan, Blok B-15
Potorono, Banguntapan, Bantul. 55196. Yogyakarta
e-mail: kmedia.cv@gmail.com

ii
KATA PENGANTAR

Buku yang berjudul Bahasa Indonesia Untuk Mahasiswa


di Fakultasperguruan
Mahasiswa Farmasi ini disusun sebagai salah satu bahan ajar dan
menjadi rujukan bagi mahasiwa mahasiswadi fakultas farmasi untuk
universitas
pelaksanaan mata kuliah Bahasa Indonesia. Hal ini sesuai dengan
kurikulum bahasa Indonesia di perguruan tinggi. Mata kuliah
umum bahasa Indonesia selain menitik beratkan kepada
kemampuan berbahasa Indonesia, juga sangat diperlukan oleh
mahasiswa dalam rangka penulisan makalah dan tugas akhir atau
skripsi sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan
di perguruan tinggi.
Penyusunan bahan perkuliahan Bahasa Indonesia Untuk
Mahasiswa - Mahasiswa
di Fakultas Farmasi
perguruan tinggiini disusun berdasarkan
keperluan dan kaidah-kaidah yang berlaku pada sebuah Fakultas
-
Farmasi.
fakultas. Sehingga, mahasiswa akan terbantu dalam pennyusunan
tugas akhir. Buku yang berisikan 9 bab ini meliputi materi
tentang sejarah, kedudukan, dan fungsi bahasa indonesia,
keterampilan berbahasa, ragam bahasa, pilihan kata ( diksi ),
kalimat, paragraf, ejaan bahasa indonesia, menulis karya ilmiah,
plagiasi dan surat.
Penulis mengucapkan rasa syukur kepada Allah SWT
karena telah memberikan nikmat kesehatan sehingga kami dapat
menyelesaikan penulisan buku ini. kami menyadari bahwa buku
ini belum sempurna, baik dari segi materi maupun dari segi
teknik penyajian. Kritik dan saran dari para pembaca dan
pemakai, sangat kami harapkan untuk kesempurnaan buku ini.
Semoga buku ini bermanfaat bagi kita semua.
Banjarmasin, September 2018

Tim Penulis

iii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................. iii


DAFTAR ISI ........................................................................... iv

BAB I SEJARAH, KEDUDUKAN DAN FUNGSI


BAHASA INDONESIA............................................. 1
A. Sejarah, Kedudukan, Dan Fungsi Bahasa
Indonesia ....................................................................1
1. Sejarah Bahasa Indonesia .......................................1
2. Kedudukan Bahasa Indonesia .................................6
3. Fungsi Bahasa Indonesia ........................................7

BAB II MENGENAL 4 KETERAMPILAN DASAR


BERBAHASA ........................................................... 9
A. Keterampilan Berbahasa .............................................9
1. Jenis-jenis Keterampilan Berbahasa .......................9

BAB III RAGAM BAHASA ................................................. 17


A. Ragam Bahasa .......................................................... 17
1. Pengertian Ragam Bahasa .................................... 17
2. Macam-Macam Ragam Bahasa ............................ 18

BAB IV DIKSI /PILIHAN KATA ........................................ 23


A. Pilihan Kata (Diksi) .................................................. 23
1. Kata baku dan tidak baku ..................................... 23
2. Macam-macam hubungan makna ......................... 24
3. Makna kata .......................................................... 25
4. Majas ................................................................... 26

iv
BAB V KALIMAT .............................................................. 31
A. Kalimat ..................................................................... 31
1. Unsur-unsur kalimat ............................................. 31
2. Kalimat efektif ..................................................... 32
3. Kalimat Ambigu .................................................. 33
4. Jenis Kalimat ....................................................... 34

BAB VI PARAGRAF ............................................................ 37


A. Paragraf .................................................................... 37
1. Teknik Pemaparan Paragraf.................................. 37
2. Bentuk Paragraf ................................................... 39
3. Pengait paragraf ................................................... 43

BAB VII EJAAN BAHASA INDONESIA ............................ 45


A. Ejaan Bahasa Indonesia ............................................. 45
B. Penerapan Kaidah Ejaan Bahasa Indonesia ................ 45
1. Pemakaian huruf .................................................. 46
2. Penulisan Kata ..................................................... 55
3. Pemakaian Tanda Baca ........................................ 67

BAB VIII MENULIS KARYA ILMIAH .............................. 81


A. Pengertian dan Jenis Karya Ilmiah............................. 81
B. Sistematika Penyusunan KTI..................................... 83
1. Bagian-Bagian Naskah KTI.................................. 83
2. Uraian Pokok-Pokok Naskah KTI ........................ 84
3. Uraian Tentang Metode KTI dan Etika
Penelitian ............................................................. 89
C. Teknik Penulisan Naskah KTI ................................... 90
1. Penulisan Penomoran ........................................... 90
2. Pengetikan Naskah KTI........................................ 92

v
D. Penulisan Kutipan Dan Daftar Rujukan ..................... 96
1. Jenis Kutipan ....................................................... 96
2. Penulisan Kutipan Dalam Naskah......................... 97
3. Ketentuan Sumber Rujukan ................................ 101
4. Penulisan Sumber Rujukan ................................. 102

BAB IX PLAGIASI DAN SURAT...................................... 105


A. Plagiasi ................................................................... 105
1. Pentingnya Orisinalitas Tulisan .......................... 105
2. Pengertian Plagiarisme ....................................... 106
3. Bentuk-Bentuk Tindakan Plagiat ........................ 108
4. Sanksi bagi Tindakan Plagiat.............................. 110
B. Surat112
1. Surat Lamaran Pekerjaan.................................... 114

DAFTAR RUJUKAN .......................................................... 119


BIODATA PENULIS........................................................... 121

vi
SEJARAH, KEDUDUKAN DAN
BAB I FUNGSI BAHASA INDONESIA

A. Sejarah, Kedudukan, Dan Fungsi Bahasa Indonesia


1. Sejarah Bahasa Indonesia
Bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu
termasuk rumpun bahasa Austronesia yang telah
digunakan sebagai Lingua franca di Nusantara sejak
abad-abad awal penanggalan modern, paling tidak
dalam bentuk informalnya. Bentuk bahasa sehari-hari
ini sering dinamai dengan istilah Melayu pasar. Jenis
ini sangat luntur sebab sangat mudah dimengerti dan
ekspresif, dengan toleransi kesalahan sangat besar dan
mudah nyerap istilah-istilah lain dari berbagai bahasa
yang digunakan para penggunanya.
Selain Melayu pasar terdapat pula istilah Melayu
tinggi. Pada masa lalu bahasa Melayu tinggi digunakan
kalangan keluarga kerajaan di sekitar Samudra,
Melaya, dan Jawa. Bentuk bahasa ini lebih sulit karena
penggunaannya sangat halus, penuh sindiran, dan tidak
seekspresif bahasa Melayu pasar.
Penamaan istilah “bahasa Melayu” telah dilakukan
pada masa sekitar 683-686 M yaitu angka tahun yang
tercantum pada beberapa prasasti berbahasa Melayu
kuno dari Palembang dan Bangka. Prasasti-prasati ini
ditulis dengan aksara Pallawa atas perintah raja

Bahasa Indonesia untuk Mahasiswa 1


Di Fakultas Farmasi
kerajaan Sriwijaya, kerajaan Maritim yang Berjaya
pada abad ke-7 dan ke-8.
Awal penamaan bahasa Indonesia sebagai jati diri
bangsa bermula dari Sumpah Pemuda pada tanggal 28
Oktober 1928. Soekarno tidak memilih bahasanya
sendiri, Jawa (yang sebenarnya juga bahasa mayoritas
pada saat itu), namun beliau dasarkan dari bahasa
Melayu yang dituturkan di Riau.
Bahasa Melayu Riau dipilih sebagai bahasa
persatuan Negara Republik Indonesia atas beberapa
pertimbangan sebagai
1. Jika bahasa Jawa digunakan, suku-suku bangsa atau
pihak lain di Republik Indonesia akan merasa
dijajah oleh suku Jawa yang merupakan puak
(golongan) mayoritas di Republik Indonesia.
2. Bahasa Jawa jauh lebih sukar dipelajari
dibandingkan dengan bahasa Melayu.
3. Bahasa Melayu Riau yang dipilih, dan bukan bahasa
Melayu Pontianak, Banjarmasin, Samarinda,
Maluku, Jakarta ( Betawi), ataupun Kutai, dengan
pertimbangan-pertimbangan.
4. Pengunaan bahasa Melayu bukan hanya terbatas di
Republik Indonesia.

Bahasa Indonesia yang telah dipilih ini kemudian


dibakukan lagi dengan nahwu (tata bahasa), dan kamus
baku juga diciptakan.
Keputusan Kongres Bahasa Indonesia II 1954 di
Medan, antara lain menyatakan bahwa bahasa
Indonesia berasal dari bahasa Melayu. Bahasa
Indonesia tumbuh dan berkembang dari bahsa Melayu

2 Bahasa Indonesia untuk Mahasiswa


Di Fakultas Farmasi
yang sejak zaman dahulu sudah digunakan sebagai
bahasa perhubungan (lingau franca) bukan hanya di
Kepulauan Nusantara, melainkan juga hampir di
seluruh Asia Tenggara.
Bahasa Melayu mulai dipakai di kawasan Asia
Tenggara pada abad ke-7. Pada zaman Sriwijaya,
bahasa Melayu dipakai sebagai bahasa kebudayaan,
yaitu bahasa buku pelajaran agama Budha.
Informasi dari seorang ahli sejarah Cina, I-Tsing,
yang belajar agama Budha di Sriwijaya, antara lain
menyatakan bahwa di Sriwijaya ada bahasa yangt
bernama Koen-luen (I-Tsing,63:159), Koen-luen (I-
Tsing,183), Koen-luen (Ferrand, 1919), Kw’enlum
(Alisjahbana, 1971: 1089), Kun‟lun (Parni-kel,
1977:91), Kun‟ lun (Prentice, 1078: 19), yang
berdampingan dengan Sanskerta. Yang dimaksud
Koen-luen adalah bahasa perhubungan (lingua franca)
di Kepulauan Nusantara, yaitu bahasa Melayu.
Bahasa Melayu menyebar ke pelosok Nusantara
bersamaan dengan menyebarnya agama Islam di
wilayah Nusantara. Bahasa Melayu mudah diterima
oleh masyarakat nusantara sebagai bahasa antarpulau,
antarsuku, antarpedagang, antarbangsa, dan
antarkerajaan karena bahasa Melayu tidak mengenal
tingkat tutur.
Bahasa Melayu menyerap kosakata dari berbagai
bahasa, terutama dari bahasa Sanskerta Persia, Arab,
dan bahasa-bahasa Eropa. Bahasa Melayu pun dalam
perkembangannya muncul dalam berbagai variasi dan
dialek.

Bahasa Indonesia untuk Mahasiswa 3


Di Fakultas Farmasi
Perkembangan bahasa Melayu di wilayah
Nusantara memengaruhi dan mendorong tumbuhnya
rasa persaudaraan dan persatuan bangsa Indonesia.
Pemuda Indonesia yang tergabung dalam perkumpulan
pergerakan secara sadar mengangkat bahasa Melayu
menjadi bahasa Indonesia, yang menjadi bahasa
persatuan untuk seluruh bangsa Indonesia. (Sumpah
Pemuda, 28 Oktober 1928).
Peristiwa-peristiwa penting berkaitan dengan
perkembangan bahasa Indonesia di antaranya.
1. Pada tahun 1901, disusunlah ejaan resmi bahasa
Melayu oleh Ch. A. van Ophuijisen dan dibuat
dalam Kitab Logat Melayu.
2. Pada tahun 1908, pemerintah mendirikan sebuah
badan penerbit buku-buku bacaan yang diberi nama
Commissie voor de Volkslectuur (Taman Bacaan
Rakyat), yang kemudian pada tahun 1917 diubah
menjadi Balai Pustaka.
3. Pada 28 Oktober 1928 merupakan saat-saat yang
paling menentukan dalam perkembangan bahasa
Indonesia karena pada tanggal itu para pemuda
pilihan mamancangkan tonggak yang kukuh untuk
perjalanan bahasa Indonesia.
4. Pada tahun 1993, secara resmi berdirilah sebuah
angkatan sastrawan muda yang menamakan dirinya
sebagai Pujangga Baru yang dipimpin oleh Sutan
Takdir Alisyahbana dan kawan-kawan.
5. Pada tarikh 25-28 Juni 1938, dilangsungkanlah
Kongres Bahasa Indonesia I di Solo. Dari hasil
kongres itu dapat disimpulkan bahwa usaha
pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia

4 Bahasa Indonesia untuk Mahasiswa


Di Fakultas Farmasi
telah dilakukan secara sadar oleh cendekiawan dan
budayawan Indonesia saat itu.
6. Pada 18 Agustus 1945, ditandatanganilah Undang-
Undang Dasar RI 1945, yang salah satu pasalnya
(Pasal 36) menetapkan bahwa bahasa Indonesia
sebagai bahasa Negara.
7. Pada 19 Marert 1947, diresmikan penggunaan Ejaan
Republik (Ejaan Soewandi) sebagai pengganti Ejaan
van Opuijsen yang berlaku sebelumnya.
8. Kongres Bahasa Indonesia II di Medan pada tarikh
28 Oktober-2 November 1954 juga salah satu
perjuwudan tekad bangsa Indonesia untuk terus
menyempurnakan bahasa Indonesia yang diangkat
sebagai bahasa kebangsaan dan ditetapkan sebagai
bahasa negara.
9. Pada 16 Agustus 1972, H.M. Soeharto, Presiden
Republik Indonesia, meresmikan penggunaan Ejaan
Bahasa Indonesia yang Disempurnakan (EYD)
melalui pidato kenegaraan di hadapan sidang DPR
yang dikuatkan pula dengan Keputusan Presiden
No. 57 Tahun 1972.
10. Pada 31 Agustus 1972, Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan menetapkan Pedoman Umum Ejaan
Bahasa Indonesia yang Disempurnakan dan
Pedoman Umum Pembentukan Istilah resmi berlaku
di seluruh wilayah Indonesia (Wawasan Nusantara).
11. Kongres Bahasa Indonesia III yang diselenggarakan
di Jakarta pada 28 Oktober-2 November 1978
merupakan peristiwa penting bagi kehidupan bahasa
Indonesia.

Bahasa Indonesia untuk Mahasiswa 5


Di Fakultas Farmasi
12. Kongres Bahasa Indonesia IV diselenggarakan di
Jakarta pada tarikh 21-6 November 1983.
13. Kongres Bahasa Indonesia V diselenggarakan di
Jakarta pada tarikh 28 Oktober-3 November 1988.
14. Kongres Bahasa Indonesia VI diselenggarakan di
Jakarta pada tarikh 28 Oktober-2 November 1993.
15. Kongres Bahasa Indonesia VII diselenggarakan di
Hotel Indonesia, Jakarta pada 26-30 Oktober 1998.
16. Kongres IX Bahasa Indonesia membahasa tiga
perosalan utama: 1) bahasa Indonesia; 2) bahasa
daerah; dan 3) penggunaan bahasa asing.

2. Kedudukan Bahasa Indonesia


1) Sebagai Bahasa Resmi/Negara Kedudukan bahasa
Indonesia sebagai bahasa resmi / bahasa negara
memiliki dasar yuridis konstitusional, yaitu pada
Bab XV pasal 36 UUD 1945. Dalam kedudukannya
sebagai bahasa resmi/negara, bahasa Indonesia
berfungsi sebagai berikut:
 Bahasa resmi negara
 Bahasa pengantar resmi di lembaga-lembaga
pendidikan.
 Bahasa resmi dalam pengembangan kebudayaan
dan pemanfaatan ilmu dan teknologi.
 Bahasa resmi dalam perhubungan tingkat
nasional untuk kepentingan perencanaan dan
pelaksanaan pembangunan serta pemerintahan.

6 Bahasa Indonesia untuk Mahasiswa


Di Fakultas Farmasi
2) Sebagai Bahasa Nasional Kedudukan bahasa
Indonesia sebagai bahasa nasional diperoleh sejak
awal kelahirannya, yaitu tanggal 28 Oktober 1928
dalam Sumpah Pemuda. Bahasa Indonesia dalam
kedudukannya sebagai bahasa nasional sekaligus
merupakan bahasa persatuan. Adapun dalam
kedudukannya sebagai bahasa nasional, bahasa
Indonesia mempunyai fungsi sebagai berikut.
 Lambang jati diri (identitas).
 Lambang kebanggaan bangsa.
 Alat penghubung antarbudaya dan antardaerah
 Alat pemersatu berbagai masyarakat yang
mempunyai latar belakang etnis dan sosial-
budaya, serta bahasa daerah yang berbeda.

3. Fungsi Bahasa Indonesia


Bahasa Indonesia di dalam kedudukannya sebagai
bahasa nasional, bahasa Indonesia berfungsi sebagai:
1) Lambang kebanggaan kebangsaan
2) Lambang identitas nasional
3) Alat perhubungan antarwarga, antardaerah, dan
antarbudaya
4) Alat yang memungkinkan penyatuan berbagai
suku bangsa dengan latar belakang sosial budaya
dan bahasanya masing-masing ke dalam kesatuan
kebangsaan Indonesia

Bahasa Indonesia untuk Mahasiswa 7


Di Fakultas Farmasi
8 Bahasa Indonesia untuk Mahasiswa
Di Fakultas Farmasi
MENGENAL 4 KETERAMPILAN
BAB II DASAR BERBAHASA

A. Keterampilan Berbahasa
Menurut Hoetomo MA (2005:531-532) terampil adalah
cakap dalam menyelesaikan tugas, mampu dan cekatan.
Keterampilan adalah kecakapan untuk menyelesaikan tugas. atau
kecakapan yang disyaratkan. Dalam pengertian luas, jelas bahwa
setiap cara yang digunakan untuk mengembangkan manusia,
bermutu dan memiliki pengetahuan, keterampilan dan
kemampuan sebagaimana diisyaratkan (Suparno, 2001:27).
1. Jenis-jenis Keterampilan Berbahasa
Sehubungan dengan penggunaan bahasa, terdapat
empat keterampilan dasar bahasa, yaitu mendengarkan
(menyimak), berbicara, membaca, dan menulis.
Keterampilan Berbahasa
a. Keterampilan Menyimak/Mendengarkan
Menyimak adalah keterampilan memahami
bahasa lisan yang bersifat reseptif. Dengan demikian
di sini berarti bukan sekadar mendengarkan bunyi-
bunyi bahasa melainkan sekaligus memahaminya.
Dalam bahasa pertama (bahasa ibu), kita
memperoleh keterampilan mendengarkan melalui
proses yang tidak kita sadari sehingga kitapun tidak
menyadari begitu kompleksnya proses
pemmerolehan keterampilan mendengar tersebut.

Bahasa Indonesia untuk Mahasiswa 9


Di Fakultas Farmasi
Berikut ini secara singkat disajikan deskripsi
mengenai aspek-aspek yang terkait dalam upaya
belajar memahami apa yang kita sajikan dalam
bahasa kedua.
Ada dua jenis situasi dalam mendengarkan
yaitu situasi mendengarkan secara interaktif dan
situasi mendengarkan secara non interaktif.
Mendengarkan secara interaktif terjadi dalam
percakapan tatap muka dan percakapan di telepon
atau yang sejenis dengan itu. Dalam mendengarkan
jenis ini kita secara bergantian melakukan aktivitas
mendengarkan dan memperoleh penjelasan,
meminta lawan bicara mengulang apa yang
diucapkan olehnya atau mungkin memintanya
berbicara agak lebih lambat. Kemudian contoh
situasi-situasi mendengarkan noninteraktif, yaitu
mendengarkan radio, TV, dan film, khotbah atau
mendengarkan dalam acara-acara seremonial.
Dalam situasi mendengarkan non interaktif tersebut,
kita tidak dapat meminta penjelasan dari pembicara,
tidak bisa meminta pembicaraan diperlambat.
Berikut ini adalah keterampilan-keterampilan
mikro yang terlibat ketika kita berupaya untuk
memahami apa yang kita dengar, yaitu pendengar
harus;
1) Menyimpan/mengingat unsur bahasa yang
didengar menggunakan daya ingat jangka
pendek (short term memory).Berupaya
membedakan bunyi-bunyi yang yang
membedakan arti dalam bahasa target.

10 Bahasa Indonesia untuk Mahasiswa


Di Fakultas Farmasi
2) Menyadari adanya bentuk-bentuk tekanan dan
nada, warna suara dan intonasi, menyadari
adanya reduksi bentuk-bentuk kata.
3) Membedakan dan memahami arti dari kata-kata
yang didengar.
4) Mengenal bentuk-bentuk kata yang khusus
(typical word-order patterns) Keterampilan
Berbahasa

b. Keterampilan Berbicara
Berbicara berarti mengungkapkan sesuatu
secara lisan. Keterampilan berbicara merupakan
keterampilan yang paling mendasar. Pada
hakikatnya berbahasa itu adalah berbicara atau
bertutur. Keterampilan berbicara secara garis besar
ada tiga jenis situasi berbicara, yaitu interaktif,
semiaktif, dan noninteraktif. Situasi-situasi
berbicara interaktif, misalnya percakapan secara
tatap muka dan berbicara lewat telepon yang
memungkinkan adanya pergantuan anatara berbicara
dan mendengarkan, dan juga memungkinkan kita
meminta klarifikasi, pengulangan atau kiat dapat
memintal lawan berbicara, memperlambat tempo
bicara dari lawan bicara. Kemudian ada pula situasi
berbicara yang semiaktif, misalnya dalam berpidato
di hadapan umum secara langsung. Dalam situasi
ini, audiens memang tidak dapat melakukan
interupsi terhadap pembicaraan, namun pembicara
dapat melihat reaksi pendengar dari ekspresi wajah
dan bahasa tubuh mereka. Beberapa situasi

Bahasa Indonesia untuk Mahasiswa 11


Di Fakultas Farmasi
berbicara dapat dikatakan bersifat noninteraktif,
misalnya berpidato melalui radio atau televisi.
Berikut ini beberapa keterampilan mikro yang
harus dimiliki dalam berbicara, dimana permbicara
harus dapat;
1) Mengucapkan bunyi-bunyi yang berbeda secara
jelas sehingga pendengar dapat
membedakannya.
2) Menggunakan tekanan dan nada serta intonasi
secara jelas dan tepat sehingga pendengar daoat
memahami apa yang diucapkan pembicara.
3) Menggunakan bentuk-bentuk kata, urutan kata,
serta pilihan kata yang tepat.
4) Menggunakan register aau ragam bahasa yang
sesuai terhadap situasi komunikasi termasuk
sesuai ditinjau dari hubungan antar pembicara
dan pendengar.
5) Berupaya agar kalimat-kalimat utama jelas bagi
pendengar.

c. Keterampilan Membaca
Membaca adalah keterampilan aktif-reseptif
sebagaimana menyimak. Membaca disebut aktif
karena dalam proses membaca terdapat keaktifan
seseorang dalam mengeja, menyerap atau mengolah
apa yang dibaca, sehingga pross tersebut mengarah
pada upaya memahami bahan atau materi bacaan
yang dihadapinya. Keterampilan membaca dapat
dikembangkan secara tersendiri, terpisah dari
keterampilan mendengar dan berbibacara. Tetapi,

12 Bahasa Indonesia untuk Mahasiswa


Di Fakultas Farmasi
pada masyarakat yang memilki tradisi literasi yang
telah berkembang, seringkali keterampilan membaca
dikembangkan secara terintregrasi dengan
keterampilan menyimak dan berbicara.
Keterampilan-keterampilan mikro yang terkait
dengan proses membaca yang harus dimiliki oleh
pembicara adalah;
1) Keterampilan Berbahasa
2) Mengenal sistem tulisan yang digunakan.
3) Mengenal kosakata.
4) Menentukan kata-kata kunci yang
mengindentifikasikan topik dan gagasan
utama.
5) Menentukan makna kata-kata, termasuk
kosakata split, dari konteks tertulis.
6) Mengenal kelas kata gramatikal, kata benda,
kata sifat, dan sebagainya.

d. Keterampilan Menulis
Menulis adalah keterampilan produktif
dengan menggunakan tulisan. Menulis dapat
dikatakan suatu keterampilan berbahasa yang paling
rumit di antara jenis-jenis keterampilan berbahasa
lainnya. Ini karena menulis bukanlah sekedar
menyalin kata-kata dan kalimat-kalimat, melainkan
juga mengembangkan dan menuangkan pikiran-
pikiran dalam suatu struktur tulisan yang teratur.
Oleh karena itu, keterampilan menulis merupakan
keterampilan berbahasa yang biasanya dikuasai
paling akhir oleh seseorang. Menulis berarti

Bahasa Indonesia untuk Mahasiswa 13


Di Fakultas Farmasi
mengungkapkan buah pikiran, perasaan,
pengalaman, dan hal lain melalui tulisan.
Berikut ini keterampilan-keterampilan mikro
yang diperlukan dalam menulis.
1) Menggunakan ortografi dengan benar,
termasuk di sini penggunaan ejaan.
2) Memilih kata yang tepat.
3) Menggunakan bentuk kata dengan benar.
4) Mengurutkan kata-kata dengan benar.
5) Menggunakan struktur kalimat yang tepat dan
jelas bagi pembaca.

Keterampilan menulis adalah kemampuan yang


dimiliki seseorang dalam bidang tulis menulis
sehingga tenaga potensial dalam menulis.
Keterampilan menulis untuk saat sekarang telah
menjadi rebutan dan setiap orang berusaha untuk
dapat berperan dalam dunia menulis. Banyak orang
berusaha meningkatkan keterampilan menulisnya
dengan harapan dapat menjadi penulis
handal. Keterampilan Berbahasa. Seperti diketahui,
menulis itu adalah sebuah keterampilan sehingga
dapat dilatih sedemikian rupa meningkatkan
kemampuan tersebut. Dalam dunia penulisan,
pengertian keterampilan menulis seringkali menjadi
sesuatu yang biasa sehingga banyak yang tidak
memahami pengertian yang sesungguhnya. Hal ini
banyak dibuktikan dari kenyataan banyak yang
menganggap bahwa menulis itu ditentukan karena
bakat.

14 Bahasa Indonesia untuk Mahasiswa


Di Fakultas Farmasi
Apakah benar, kemampuan menulis itu
ditentukan oleh bakat? Jika ditelaah pengertian
bakat, setidaknya secara sederhana anda
dapat mengatakan bahwa bakat adalah kemampuan
yang dimiliki dan dibawa seseorang sejak lahir.
Padahal sebenarnya pengertian keterampilan
menulis itu adalah keterampilan itu sendiri. Artinya,
seseorang mempunyai kemampuan menulis karena
dia terampil. Sementara untuk dapat terampil dalam
menulis, maka dia harus melakukannya secara
langsung atau melatih dirinya sehingga terampil.
Dengan demikian pengertian keterampilan menulis
adalah kemampuan yang didapat dan dimiliki oleh
seseorang setelah melalui proses pelatihan secara
itens, khusus dalam bidang menulis. Dengan
mengikuti pelatihan atau berlatih secara intens,
maka seseorang dapat terampil menulis.

Bahasa Indonesia untuk Mahasiswa 15


Di Fakultas Farmasi
16 Bahasa Indonesia untuk Mahasiswa
Di Fakultas Farmasi
BAB III RAGAM BAHASA

A. Ragam Bahasa
1. Pengertian Ragam Bahasa
Ragam bahasa adalah variasi bahasa menurut
pemakaian yang berbeda-beda menurut topik yang
dibicarakan, menurut hubungan pembicara, kawan
bicara, orang yang dibicarakan, serta menurut medium
pembicara. Ragam bahasa ditinjau dari media atau
sarana yang digunakan untuk menghasilkan bahasa,
yang terdiri dari :
1) Ragam bahasa lisan.
2) Ragam bahasa tulisan.

Bahasa yang dihasilkan menggunakan alat ucap


(organ of speech) dengan fonem sebagai unsur dasar
dinamakan ragam bahasa lisan sedangkan bahasa yang
dihasilkan dengan memanfaatkan tulisan dengan huruf
sebagai dasarnya, dinamakan ragam bahasa tulisan.
Jadi dalam ragam bahasa lisan kita berurusan dengan
lafal, dalam ragam bahasa tulisan kita berurusan
dengan tata cara penulisan (ejaan). Selain itu aspek tata
bahasa dan kosa kata dalam kedua ragam tersebut
memiliki hubungan yang erat. Ragam bahasa tulis yang
unsur dasarnya ragam bahasa lisan. Oleh karena itu

Bahasa Indonesia untuk Mahasiswa 17


Di Fakultas Farmasi
sering timbul kesan antara ragam bahasa lisan dan
tulisan itu sama. Padahal, kedua jenis ragam bahasa itu
berkembang menjadi sistem bahasa yang memiliki
sistem seperangkat kaidah yang berbeda satu dengan
yang lainnya.

2. Macam-Macam Ragam Bahasa


Yaitu bisa dibagi 3 berdasarkan media, cara
pandang penutur, dan topik pembicaraan.
a. Ragam bahasa berdasarkan media
1) Ragam bahasa Media (Lisan)
Ragam bahasa baku lisan didukung oleh
situasi pemakaian sehingga kemungkinan besar
terjadi pelesapan kalimat. Namun hal itu tidak
mengurangi ciri kebakuannya. Walaupun
demikian ketepatan dalam pilihan kata dan
bentuk kata serta kelengkapan kalimat dan
unsur-unsur di dalam struktur kalimat tidak
menjadi ciri kebakuan dalam ragam baku lisan
karena situasi dan kondisi pembicara menjadi
pendukung didalam memahami makna gagasan
yang disampaikan secara lisan.
Pembicara lisan dalam situasi formal
berbeda tuntutan kaidah kebakuannya dengan
pembicara lisan dalam situasi tidak formal atau
santai. Jika ragam bahasa dituliskan, ragam
bahasa itu tidak bisa disebut ragam bahasa
tulis, tetapi tetap disebut sebagai ragam lisan.
Oleh karena itu, bahasa yang dilihat dari ciri-
cirinya tidak menunjukan cir-ciri ragam tulis,
walaupun direalisasikan dengan tulisan, ragam

18 Bahasa Indonesia untuk Mahasiswa


Di Fakultas Farmasi
bahasa serupa itu tidak dapat dikatakan sebagai
ragam tulis. Kedua ragam itu masing-masing
adapun ciri dari keduanya:
Ciri-ciri ragam lisan:
a. Memerlukan orang kedua/teman bicara.
b. Tergantung kondisi, ruang, dan waktu.
c. Tidak harus memperhatikan gramatikal,
hanya perlu intonasi serta bahasa tubuh.
d. Berlangsung cepat
Contohnya; “Sudah saya baca buku itu”

2) Ragam Tulis
Dalam penggunaan ragam bahasa baku
tulisan makna kalimat yang diungkapkannya
ditunjang oleh situasi pemakaian sehingga
kemungkinan besar terjadi pelesapan unsur
kalimat. Oleh karena itu, penggunaan ragam
baku tulis diperlukan kecermatan dan ketepatan
dalam pemilihan kata, penerapan kaidah ejaan,
struktur bentuk kata dan struktur kalimat, serta
kelengkapaan unsur-unsur bahasa di dalam
struktur kalimat.
Ciri-ciri ragam tulis:
1. Tidak memerlukan orang kedua/teman
bicara;
2. Tidak tergantung kondisi, situasi & ruang
serta waktu;
3. Harus memperhatikan unsur gramatikal;
4. Berlangsung lambat;
5. Selalu memakai alat bantu;
6. Kesalahan tidak dapat langsung dikoreksi;

Bahasa Indonesia untuk Mahasiswa 19


Di Fakultas Farmasi
7. Tidak dapat dibantu dengan gerak tubuh dan
mimik muka.
Contohnya: “Saya sudah membaca buku
itu”.

Perbedaan antara ragam lisan dan tulisan


(berdasarkan tata bahasa dan kosa kata ) :
a. Tata Bahasa :
a) Ragam Bahasa lisan
1) Adi sedang baca surat kabar.
2) Ari mau nulis surat.
3) Tapi kau tak boleh menolak lamaran itu.

b) Ragam bahasa tulisan.


1) Adi sedang membaca surat kabar.
2) Ari mau menulis surat.
3) Namun, engkau tidak boleh menolak
lamaran itu.

b. Kosa kata :
a) Ragam bahasa lisan
1) Ariani bilang kalau kita harus belajar.
2) Kita harus bikin karya tulis.
3) Rasanya masih terlalu pagi buat saya,
Pak

b) Ragam bahasa tulisan


1) Ariani mengatakan bahwa kita harus
belajar.
2) Kita harus membuat karya tulis.

20 Bahasa Indonesia untuk Mahasiswa


Di Fakultas Farmasi
3) Rasanya masih telalu muda bagi saya,
Pak.

b. Ragam bahasa Indonesia dari cara pandang


penutur.
Berdasarkan cara pandang penutur, ragam
bahasa indonesia terdiri dari ragam dialek, ragam
terpelajar, ragam resmi dan ragam tak resmi.
Contoh:
Ragam dialek : “Gue udah baca itu buku ”
Ragam terpelajar : “Saya sudah membaca buku
itu”
Ragam resmi : “Saya sudah membaca buku
itu”
Ragam tak resmi : “Saya sudah baca buku itu”

c. Ragam bahasa Indonesia menurut topik


pembicaraan.
Berdasarkan topik pembicaraan, ragam
bahasa terdiri dari ragam bahasa ilmiah, ragam
hukum, ragam bisnis, ragam agama, ragam sosial,
ragam kedokteran dan ragam sastra.
Ragam hukum : Dia dihukum karena
melakukan tindak pidana.
Ragam bisnis : Setiap pembelian diatas nilai
tertentu akan diberikan diskon.
Ragam sastra : Cerita itu
menggunakan Flashback.
Ragam kedokteran: Anak itu menderita penyakit
kuorsior.

Bahasa Indonesia untuk Mahasiswa 21


Di Fakultas Farmasi
22 Bahasa Indonesia untuk Mahasiswa
Di Fakultas Farmasi
BAB IV DIKSI /PILIHAN KATA

A. Pilihan Kata (Diksi)


Kata merupakan suatu unit dari suatu bahasa yang
mengandung arti dan terdiri dari satu atau lebih morfem.
Umumnya kata terdiri dari satu akar kata tanpa atau dengan
berafiks. Gabungan kata-kata dapat membentuk frasa, klausa,
atau kalimat. (Haryanta, 2012:115). Untuk berkomunikasi secara
tepat, seseorang wajib memilih kata-kata yang hendak
diungkapkannya, agar komunikasi dapat terjalin dengan baik dan
tidak menimbulkan salah arti. Oleh karena itu, pilihan kata
(diksi) sangat diperlukan baik dalam komunikasi lisan maupun
tulisan.
1. Kata baku dan tidak baku
Dalam komunikasi lisan, bentuk kata yang tidak
baku tidak begitu nampak. Namun sebaliknya, dalam
komunikasi tertulis/tulisan, kata baku menjadi
perhatian. Kata baku merupakan kata yang sesuai
dengan standar aturan kebahasaan yang berlaku,
didasarkan atas kajian berbagai ilmu bahasa dan sesuai
dengan perkembangan zaman. Contoh kata baku dan
tidak baku:
Baku Tidak baku
Jadwal jadual
Karier karir

Bahasa Indonesia untuk Mahasiswa 23


Di Fakultas Farmasi
Teknik tehnik
Trotoar trotoir
Metode metoda

2. Macam-macam hubungan makna


a) Sinonim
Merupakan kata-kata yang memiliki kesamaan atau
kemiripan makna. Misalnya: mati-wafat, abadi-
kekal, dan cantik-ayu.
b) Antonim
Merupakan kata-kata yang berlawanan maknanya.
Misalnya baik-buruk, tinggi-rendah, dan benar-
salah.
c) Hiponim
Merupakan hubungan makna spesifik dengan makna
generik. Misalnya kucing, kelinci, dan kuda disebut
hiponim dari hewan.
d) Polisemi
Merupakan bentuk bahasa yang memiliki makna
lebih dari satu. Misalnya kepala bermakna bagian
tubuh manusia dari leher ke atas, kepala rumah sakit
bermakna orang yang memiliki jabatan paling atas
atau paling tinggi di rumah sakit.
e) Hipernim
Hubungan dalam semantik antara makna umum
dengan makna khusus misalnya buku dan kitab.
f) Homonim
Merupakan kata yang memiliki kesamaan lafal dan
ejaan, namun berbeda maknanya dari sumber yang
berlainan. Misalnya hak pada hak asasi manusia dan
hak pada hak sepatu.

24 Bahasa Indonesia untuk Mahasiswa


Di Fakultas Farmasi
g) Homofon
Merupakan kata yang pengucapannya sama dengan
kata lain, namun ejaan dan maknanya berbeda.
Misalnya masa dan massa, sangsi dan sanksi.
h) Homograf
Merupakan kata yang ejaannya sama, tetapi berbeda
lafal dan maknanya. Misalnya teras (inti kayu) dan
teras (bagian rumah)

3. Makna kata
a) Denotatif-konotatif
Makna denotatif adalah makna yang sebenarnya
atau makna yang wajar, misalnya kata kamar kecil
bermakna kamar yang berukuran kecil/tidak besar.
Makna konotatif adalah bukan makna sebenarnya,
misalnya kamar kecil bermakna toilet atau jamban.
b) Makna umum-khusus
Kata umum adalah kata yang cakupannya lebih luas,
sedangkan kata khusus adalah kata yang
cakupannya lebih sempit. Misalnya bunga termasuk
kata umum, sedangkan kata khusus dari bunga
adalah melati, anggrek, dan mawar.
c) Makna gramatikal-leksikal
Makna gramatikal adalah untuk menyatakan makna
jamak bahasa Indonesia, menggunakan pengulangan
kata, seperti kata meja yang bermakna sebuah
benda, menjadi meja-meja menjadi banyak meja.
Makna leksikal adalah makna yang sesuai dengan
hasil observasi alat indera atau makna yang
sungguh-sungguh nyata dalam kehidupan. Misalnya

Bahasa Indonesia untuk Mahasiswa 25


Di Fakultas Farmasi
kata nyamuk bermakna binatang yang menyebabkan
timbulnya penyakit.
d) Makna peribahasa
Makna peribahasa adalah makna yang bersifat
memperbandingkan atau mengumpamakan, maka
lazim juga disebut dengan perumpamaan. Misalnya
bagai, bak, laksana, dan umpama.
e) Makna kias dan lugas
Makna kias adalah kata ataupun kalimat yang tidak
mengandung arti yang sebenarnya. Misalnya raja
siang yang bermakna matahari.
f) Kata konkret dan abstrak
Kata konkret adalah kata yang dapat diserap oleh
panca indera. Misalnya: air, obat, kayu, sedangkan
kata abstrak adalah kata yang sulit diserap oleh
panca indera, misalnya kemerdekaan, kebebasan,
perumahan, dll.

4. Majas
Majas atau gaya bahasa disebut juga dengan
kiasan, yaitu cara melukiskan sesuatu dengan jalan
menyamakannya dengan sesuatu yang lain. Majas
digunakan untuk menghidupkan sebuah karangan atau
digunakan agar lebih ringkas dalam mengungkapkan
sesuatu dibandingkan dengan jika harus
mengungkapkan dengan makna yang sebenarnya. Ada
beberapa macam majas dalam bahasa Indonesia, yaitu:
a) Majas persamaan atau simile yaitu persamaan dua
hal, yang dibandingkan dengan menggunakan kata
seperti dan bagai. Contoh: Ia manis bagai putri
dari kayangan.

26 Bahasa Indonesia untuk Mahasiswa


Di Fakultas Farmasi
b) Majas perumpamaan, hampir sama dengan simile,
namun tidak ada unsur yang disamakan. Contoh:
Bagai air di daun talas.
c) Majas metafora, menyatakan secara langsung dua
benda yang sama. Contoh: Ia sampah masyarakat.
d) Majas metonimi, gaya bahasa yang memakai nama
ciri atau nama hal yang ditautkan dengan nama
orang lain, barang, atau hal, sebagai penggantinya.
Contoh: Dalam pertandingan kemarin saya hanya
memperoleh perunggu sedangkan teman saya
perak.
e) Majas Personifikasi yaitu jenis makna yang
melekatkan sifat-sifat insani kepada benda yang
tidak bernyawa dan ide abstrak.
Contoh: Pembangunan kini membelah desa dan
kota.
f) Majas litotes, yaitu majas yang merendahkan diri
secara berlebih-lebihan. Contoh : Engkau
menganggap ceritaku hanya angin lalu.
g) Majas hiperbola, yaitu majas yang melebih-
lebihkan sesuatu dengan cara meninggikan hal-hal
yang tidak semestinya. Contoh : Harga-harga
sekarang mencekik leher.
h) Klimaks atau anabasis adalah gaya bahasa yang
terbentuk dari beberapa gagasan yang berturut-
turut semakin meningkat kepentingan-
nya. Contoh: Setiap guru yang berdiri di depan
kelas harus mengetahui, memahami, serta
menguasai bahan yang diajarkan.
Seorang guru harus bertindak sebagai pengajar,

Bahasa Indonesia untuk Mahasiswa 27


Di Fakultas Farmasi
pembimbing, penyuluh, pengelola, penilai,
pemberi kemudahan, atau pendidik yang sejati.
i) Antiklimaks gaya bahasa yang berisi gagasan-
gagasan yang berturut-turut semakin berkurang
kepentingannya. Contoh: Kita hanya dapat
merasakan betapa nikmatnya dan mahalnya
kemerdekaan bangsa Indonesia, apabila kita
mengikuti sejarah perjuangan para pemimpin kita
melawan serdadu penjajah.
j) Anthitesis adalah gaya bahasa yang mengandung
gagasan-gagasan yang bertentangan, dengan
mempergunakan kata-kata atau kelompok kata
yang berlawanan.
k) Repetisi adalah pengulangan bunyi, suku kata,
kata, atau bagian kalimat yang dianggap penting
untuk memberi tekanan dalam sebuah konteks
yang sesuai.
l) Erotesis atau pertanyaan retoris adalah semacam
pertanyaan yang dipergunakan dalam pidato atau
tulisan dengan tujuan untuk mencapai efek yang
lebih mendalam dan penekanan yang wajar, dan
sama sekali tidak menghendaki adanya jawaban.
m) Sinekdoke adalah gaya bahasa yang menyebutkan
nama bagian sebagai pengganti nama
keseluruhannya atau sebaliknya. Contoh: Setiap
tahun semakin banyak mulut yang harus diberi
makan di Tanah Air kita ini. Dalam pertandingan
final besok malam di Stadion Siliwangi Bandung
berhadapanlah Medan dengan Jakarta.
n) Eufimisme adalah ungkapan yang halus untuk
menggantikan kata-kata yang dirasakan menghina

28 Bahasa Indonesia untuk Mahasiswa


Di Fakultas Farmasi
ataupun menyinggung perasaan. Contoh: Anak
Anda memang tidak terlalu cepat mengikuti
pelajaran seperti anak-anak lainnya (bodoh).
o) Sarkasme adalah sindiran langsung dan kasar.
Kata-kata pedas untuk menyakiti hati orang lain,
berupa cemoohan atau ejekan.
p) Pleonasme adalah pemakaian kata yang mubazir
(berlebihan), yang sebenarnya tidak perlu (seperti
menurut sepanjang adat; saling tolong-menolong).
Contoh:Saya telah mencatat kejadian itu dengan
tangan saya sendiri. Kami telah memikul peti
jenazah itu di atas bahu kami sendiri.

Beberapa hal yang harus diperhatikan agar dapat memilih


kata yang tepat, adalah:
a) Ketetapatan, bisa diukur dari gagasan yang akan
disampaikan dan diterima partisipan.
b) Kecocokan, bisa diukur dari kesesuaian kata dengan
konteks penggunaannya.
c) Kelaziman kata yang digunakan, yaitu kata tersebut
dikenal luas atau lazim digunakan.
d) Kecermatan, hindari kata yang maknanya bersifat kabur,
tidak benar, atau tidak dapat diketahui kepastiannya,
misalnya kata mungkin, kira-kira, dan nyaris/hampir.

Bahasa Indonesia untuk Mahasiswa 29


Di Fakultas Farmasi
Evaluasi
Latihan
1. Jelaskan pengertian diksi/pilihan kata dan berikan 3 contoh
pemakaiannya dalam kalimat!
2. Jelaskan hal-hal apa saja yang harus diperhatikan agar
dapat menggunakan diksi yang tepat!
3. Buatlah sebuah paragraf dengan menggunakan majas!

Tugas
Amatilah penggunaan bahasa promosi dalam iklan-iklan
produk makanan atau minuman yang ada di televisi,
kemudian berikan komentar terhadap pilihan kata/ diksinya!

30 Bahasa Indonesia untuk Mahasiswa


Di Fakultas Farmasi
BAB V KALIMAT

A. Kalimat
Kalimat adalah satuan pikiran atau perasaan yang
dinyatakan dengan subjek dan predikat yang dirakit secara logis.
Kalimat menjelaskan pikiran dan perasaan pembicara atau
penulis. Sebuah kalimat minimal harus terdiri dari subjek dan
predikat.
1. Unsur-unsur kalimat
a) Predikat (P) adalah bagian kalimat yang
memberitahu melakukan (tindakan) apa atau dalam
keadaan bagaimana subjek (pelaku). Selain
menyatakan perbuatan atau tindakan Subjek, sesuatu
dinyatakan oleh P dapat pula mengenai sifat, situasi,
status, ciri, atau jati diri S. Predikat dapat berupa
kata atau frasa, sebagian besar berkelas verba atau
adjektiva, tetapi dapat juga nomina atau frasa
nominal. Contoh: Kucingku belang tiga.
b) Subjek (S) adalah bagian kalimat yang
menunjukkan pelaku, sosok (benda), sesuatu hal,
atau masalah yang menjadi pangkal/pokok
pembicaraan. Subjek biasanya diisi oleh jenis
kata/frasa verbal. Contoh: Yang berbaju batik dosen
saya.

Bahasa Indonesia untuk Mahasiswa 31


Di Fakultas Farmasi
c) Obyek (O) adalah bagian kalimat yang melengkapi
predikat. Pada umumnya diisi oleh nomina, frasa
nominal, atau klausa. Letak obyek di belakang
predikat yang berupa verba transitif, yaitu verba
yang menuntut wajib hadirnya O. Contoh : Arsitek
merancang…. (gedung).
d) Pelengkap (pel) atau komplemen adalah bagian
yang melengkapi P. letak pel umumnya di belakang
verba. Posisi itu jug ditempati O, dan jenis kata
yang mengisi Pel dan O jug sama, yaitu dapat
berupa nominal, frasa nominal, atau klausa. Namun,
antara pel dan O terdapat perbedaan.
Contoh:
- Indonesia berasaskan pancasila
- Gamelan merupakan kesenian tradisional

e) Keterangan (ket.) adalah bagian kalimat yang


menerangkan berbagai hal tentang bagian kalimat
yang lainnya. Unsur keterangan dapat berfungsi
menerangkan S, P, O, dan Pel. Posisinya bersifat
manasuka, dapat di awal, di tengah, atau di akhir
kalimat. Pengisi keterangan adalah frasa nominal,
frasa preposisional, adverbial, atau klausa. Contoh :
- Karena malas belajar, mahasiswa itu tidak lulus.
- Polisi menyelidiki masalah itu dengan hati-hati.

2. Kalimat efektif
Keefektifan kalimat diukur dari sudut pandang
banyak sedikitnya kalimat itu berhasil mencapai
sasaran komunikasi. Menurut Alek (2011: 248)
kalimat yang efektif dapat meyakinkan dan menarik

32 Bahasa Indonesia untuk Mahasiswa


Di Fakultas Farmasi
perhatian pendengar atau pembaca karena memiliki
ciri: keutuhan, perpautan, penegasan, ekonomi, dan
variasi.
Menurut Rafiek (2015: 180) suatu kalimat
dikatakan efektif jika memiliki ciri-ciri:
a) Sesuai dengan tuntutan bahasa baku.
b) Jelas, artinya kalimat itu mudah ditangkap
maksudnya
c) Ringkas dan lugas.
d) Adanya hubungan yang baik (koherensi) antara
satu kalimat dengan kalimat lain, antara satu
paragraf dengan paragraf yang lain.
e) Kalimat harus hidup/ bervariasi (pilihan kata,
urutan dalam kalimat, bentuk kalimat, gaya
bahasa, dan perbandingan/perumpamaan).
f) Tidak ada unsur yang tidak berfungsi.

3. Kalimat Ambigu
Kalimat yang memenuhi ketentuan tata bahasa,
tetapi masih menimbulkan tafsiran ganda tidak
termasuk kalimat yang efektif.
Contoh:
(1) Tahun ini SPP mahasiswa baru dinaikkan.
Kata baru di atas menerangkan kata mahasiswa atau
kata dinaikkan?
Jika menerangkan mahasiswa, tanda hubung dapat
digunakan untuk menghindari salah tafsir.
- Tahun ini SPP mahasiswa-baru dinaikkan.
Jika kata baru menerangkan dinaikkan, kalimat
itu dapat diubah menjadi:
- SPP mahasiswa tahun ini baru dinaikkan.

Bahasa Indonesia untuk Mahasiswa 33


Di Fakultas Farmasi
(2) Rumah sang jutawan yang aneh itu akan segera
dijual.
Frasa yang aneh di atas menerangkan kata rumah
atau frasa sang jutawan?
Jika yang aneh menerangkan rumah, kalimat itu
dapat diubah menjadi:
- Rumah aneh milik sang jutawan itu akan segera
dijual.
Jika yang aneh itu menerangkan sang jutawan
kata yang dapat dihilangkan sehingga makna
kalimat di atas menjadi lebih jelas.
- Rumah sang jutawan aneh itu akan segera dijual.

4. Jenis Kalimat
Menurut fungsinya, jenis kalimat dapat dibedakan
menjadi kalimat pernyataan, pertanyaan, perintah, dan
permintaan. Dalam bahasa lisan, intonasi yang khas
menjelaskan kapan kita berhadapan dengan salah satu
jenis itu.
a) Kalimat pernyataan (deklaratif) adalah kalimat yang
menyatakan sesuatu dengan lengkap pada waktu
penutur ingin menyampaikan informasi kepada
lawan tuturnya.
b) Kalimat pertanyaan (interogatif) adalah kalimat
yang dipakai penutur untuk memperoleh infomasi
atau reaksi (jawaban atau tindakan) yang
diharapkan.
c) Kalimat perintah/ permintaan (imperative) adalah
kalimat yang digunakan untuk menyuruh atau
melarang orang berbuat sesuatu.

34 Bahasa Indonesia untuk Mahasiswa


Di Fakultas Farmasi
d) Kalimat seruan (ekslamatif) adalah seruan
mengungkapkan perasaan yang kuat atau yang
mendadak.

Latihan dan Tugas


Petunjuk:
Telitilah kesalahan atau kejanggalan dalam kalimat-kalimat
di bawah ini dan selanjutnya perbaiki menjadi struktur
kalimat yang benar!

1. Rumah yang mana dahulu pernah saya tinggali baru-baru ini


dibongkar oleh petugas yang berwajib.
2. Tahun 2019 merupakan tahun yang penting di mana
pemerintah akan mengadakan pemilihan umum.
3. Pada tahun ini merupakan tahun terakhir masa dinasnya
sebagai pegawai negeri.
4. Kepada para pelamar diharap mendaftarkan diri.
5. Kepada hadirin kami harap berdiri.
6. Kepada saudara-saudara kami ucapkan terima kasih atas
perhatiannya.
7. Kepada siapa yang merasa tidak adil harap mengajukan
protes.
8. Acara selanjutnya ialah sambutan dari wakil mahasiswa.
Waktu dan tempat kami persilakan.
9. Orang itu saudara saya punya istri.
10. Di dalam keputusan itu mengandung kebijaksanaan yang
dapat menguntungkan umum.
11. Sementara orang mengatakan bahwa hal itu tak usah
dibesar-besarkan.
12. Demikianlah laporan saya dan harap menjadi periksa
adanya.

Bahasa Indonesia untuk Mahasiswa 35


Di Fakultas Farmasi
13. Tenaga ahli sangat kurang jumlahnya untuk proyek ini.
14. Duduklah yang baik dan bicaralah yang benar.
15. Barang siapa yan tidak menaati pengumuman ini akan
dipertanggung-jawabkan terhadap segala akibat yang
ditimbulkannya.
16. Penataran ilmu Bedah Orthopedi di Rumah-sakit-rumah
Sakit Swasta.
17. Hal ini tergantung dari izin untuk dididik lebih lanjut
daripada ahli bedah-bedah di daerah yang membutuhkan.
18. Kata orang, bahasa hak-milik masyarakat. Jika begitu,
marilah kita semua yang merasa menjadi anggota
masyarakat, dan tidak seakan-akan di atasnya, turut
memelihara bahasa kita.
19. 100 rumah selesai dibangun di kompleks perumahan itu.
20. Menjawab pertanyaan wartawan dikatakan oleh Menteri
bahwa ia tidak tahu-menahu.

36 Bahasa Indonesia untuk Mahasiswa


Di Fakultas Farmasi
BAB VI PARAGRAF

A. Paragraf
1. Teknik Pemaparan Paragraf
a) Paragraf Deskriptif
Paragraf deskriptif yakni melukiskan atau
menggambarkan apa saja yang dilihat di depan mata
penulisnya, misalnya menggambarkan tata ruang
atau tata letak objek yang dilukiskan. Tujuan
paragraf deskriptif adalah untuk menggambarkan
suatu objek sejelas-jelasnya. Ciri-ciri paragraf
deskriptif antara lain:
- Menggambarkan benda, tempat, atau suasana
tertentu.
- Penggambaran dengan melibatkan panca indera
(pendengaran, penglihatan, penciuman,
pengecapan, dan perabaan).
- Bertujuan agar pembaca seolah-olah melihat
atau merasakan sendiri objek yang
dideskripsikan.
- Menjelaskan ciri-ciri objek seperti warna,
ukuran, bentuk, dan keadaan suatu objek secara
terperinci.

37
b) Paragraf Ekspositoris
Paragraf ekspositoris adalah paragraf yang
isinya memaparkan, menerangkan, menjelaskan
suatu topik yang berupa informasi dengan urut,
jelas, dan detail dan bertujuan untuk memberikan
informasi sejelas-jelasnya kepada para pembacanya.
Ciri-ciri paragraf ekspositoris yaitu:
- Memaparkan definisi dan memaparkan
langkah-langkah, metode atau melaksanakan
suatu tindakan.
- Gaya penulisannya bersifat informatif.
- Menginformasikan/menceritakan sesuatu yang
tidak bisa dicapai oleh panca indera.
- Paragraf eksposisi umumnya menjawab
pertanyaan apa, siapa, dimana, kapan,
mengapa, dan bagaimana.

c) Paragraf Argumentasi
Paragraf argumentasi atau paragraf persuasif
merupakan paragraf yang berusaha untuk membujuk
atau meyakinkan pembaca tentang arti penting dari
objek tertentu yang dijelaskan dalam paragraf itu.
Ciri-ciri paragraf argumentatif yaitu:
- Menjelaskan suatu pendapat agar pembaca
yakin.
- Memerlukan fakta untuk membuktikan
pendapatnya biasanya berupa gambar/grafik.
- Menggali sumber ide dari pengamatan,
pengalaman, dan penelitian.
- Penutup berisi kesimpulan.

38
d) Paragraf Naratif
Paragraf naratif berkaitan erat dengan
penceritaan atau pendongengan dari sesuatu. Ciri-
ciri paragraf naratif yaitu:
- Ada kejadian atau peristiwa
- Ada pelaku
- Ada waktu dan tempat kejadian.

2. Bentuk Paragraf

Bahasa Indonesia untuk Mahasiswa 39


a) Jenis paragraf berdasarkan sifat dan tujuannya.
Paragraf Pembuka
Paragraf ini letaknya di awal sebuah wacana.
Paragraf ini berfungsi sebagai pembuka atau
pengantar isi sebuah karangan kepada pembaca.
Sebelum memasuki isi dan inti karangan, paragraf
ini mengantarkan dan mempersiapkan pikiran
pembaca agar lebih fokus, serta isinya
mempengaruhi pembaca supaya tertarik
melanjutkan isi bacaan.

Contoh paragraf pembuka :


“Besok internet mendatangi desa kita. Internet
membuat kita menyaksikan dunia. Internet juga
dapat menyampaikan surat ke sahabat kita di pulau
seberang, bahkan hingga ke negara
tetangga.” Itulah bunyi iklan layanan masyarakat
yang dapat disaksikan lewat televisi. Bayangkan,
melalui internet kita dapat mengakses kabar terkini
dari seluruh penjuru dunia. Kita pun bisa
mengetahui keadaan roket yang tengah diuji di
angkasa luar.

Dengan suatu blog, kita dapat menjadi penulis


dengan memposting tulisan karya kita. Bahkan, kita
pun dapat berbincang sambil menatap sahabat pena
yang berada di Australia melalui web camera.
Dengan hanya duduk di depan komputer, kita dapat
menggunakan fasilitas chatting, browsing, gaming,
atau surfing.

40
b) Paragraf Pengembang
Paragraf ini letaknya di antara pembuka dan
penutup pada sebuah karangan. Paragraf ini memuat
isi dari sebuah karangan. Paragraf penghubung
menguraikan isi dan inti sebuah tulisan. Sifat dari
paragraf penghubung sesuai dengan tipe tulisannya
seperti narasi, deskripsi, eksposisi, dll.

Contoh paragraf penghubung :


Meskipun begitu jangan lupa bahwa bersahabat
dengan internet terdapat aturan yang sebaiknya kita
patuhi. Jika tidak mengetahui aturan bermainnya,
berteman dengan internet dapat merugikan.
Tentunya kita pernah mendengar dari TV atau koran
terdapat penculikan anak, kemudian orang tuanya
diminta memberikan sejumlah tebusan berupa uang
jika ingin anaknya dikembalikan. Ternyata setelah
diselidiki, kasus penculikan tersebut bermula dari
kegemaran anak terhadap internet seperti chatting.
Anak tersebut tanpa sadar memberikan identitas
atau data-data pribadi miliknya kepada orang yang
ia ajak chatting padahal orang tersebut merupakan
penjahat yang sedang menyamar menjadi anak-
anak.
Hal tersebut sangat mungkin
mengingat chatting tidak bisa melihat teman yang di
ajak berbincang secara nyata alias maya.
Supaya kejadian tersebut tidak terulang, apalagi
menimpa diri kita, maka sebaiknya kita mengikuti
aturan berikut:

41
1. Jangan memberi data pribadi ke seseorang yang
tidak kita kenal
2. Jangan pergi sendirian ketika ingin bertemu
dengan teman chatting
3. Tidak malu untuk bertanya kepada orang
tua/kakak
4. Jangan mengakses sembarang situs
5. Jangan lupa log out atau sign out akun ketika
selesai
6. Hati-hati terhadap virus di software tertentu
7. Buatlah kesepakatan dalam penggunaan
internet

c) Paragraf Penutup
Paragraf penutup ialah paragraf yang letaknya
di akhir sebuah sebuah karangan. Paragraf berfungsi
sebagai penutup pada sebuah karangan. Paragraf ini
menunjukkan tulisan telah berakhir, bentuknya
kesimpulan, pengulangan secara ringkas, penekanan
atau komentar akhir. Bentuknya disesuai dengan
kebutuhan maupun jenis tulisan.
Berikut contoh untuk paragraf penutup

Contoh paragraf penutup :


Hal-hal di atas tidak susah untuk dilakukan
hanya perlu kesadaran, kedisiplinan serta tanggung
jawab diri kita sendiri. Ketika itu dilakukan, internet
akan sangat berguna bagi kehidupan, khususnya diri
kita.

42
3. Pengait paragraf
Agar paragraf menjadi padu digunakan pengait
paragraf berupa:
a) Ungkapan penghubung transisi.
1) Hubungan tambahan: lebih lagi, selanjutnya,
tambahan pula, di samping itu, lalu, berikutnya,
demikian pula, begitu juga, dan, lagi pula,
seperti halnya, juga, kedua, ketiga, akhirnya,
tambahan lagi, demikian juga.
2) Hubungan pertentangan: akan tetapi, namun,
bagaimanapun, walaupun, demikian, sebaliknya,
meskipun begitu, lain halnya, sama sekali tidak,
biarpun, meskipun.
3) Hubungan perbandingan: sama dengan itu,
dalam hal yang demikian, sehubungan dengan
itu, sama halnya, seperti, dalam hal yang
sama, sebagaimana.
4) Hubungan akibat: oleh sebab itu, jadi, akibatnya,
oleh karena itu, maka, sebab itu, karena itu.
5) Hubungan tujuan: untuk itu, untuk maksud itu,
untuk maksud tersebut, supaya.
6) Hubungan singkatan: singkatnya, pendeknya,
akhirnya, pada umumnya, dengan kata lain,
sebagai simpulan, contoh, ringkasnya, secara
singkat, seperti sudah dikatakan, misalnya,
yakni, yaitu, sesungguhnya.
7) Hubungan waktu: sementara itu, segera setelah
itu, beberapa saat kemudian, sesudah, kemudian.
8) Hubungan tempat: berdekatan dengan itu,
berdampingan dengan, disini, disitu, dekat, di
seberang.

43
Di Fakultas Farmasi
b) Kata Ganti
Ungkapan pengait paragraf dapat berupa kata
ganti orang maupun kata ganti yang lain.
1) Kata ganti orang: saya, aku, kita, kami, mereka,
engkau, dia, beliau, dan –nya.
2) Kata ganti yang lain: itu, ini, demikian, tadi, di
situ, di sana.
3) Kata kunci/ pengulangan kata-kata kunci untuk
mengaitkan antar kalimat dalam paragraf.
Pengulangan kata-kata kunci ini perlu dilakukan
dengan hati-hati (tidak terlalu sering)

44
BAB
EJAAN BAHASA INDONESIA
VII

A. Ejaan Bahasa Indonesia


Ejaan menurut Suyanto (2011:90) adalah sebuah ilmu
yang mempelajari bagaimana ucapan atau apa yang dilisankan
oleh seseorang ditulis dengan perantara lambang-lambang atau
gambar-gambar bunyi. Secara teknis, yang dimaksud dengan
ejaan ialah penulisan huruf, penulisan kata, dan pemakaian tanda
baca (Arifin, 2008:127). Ejaan adalah sebuah ilmu yang
mempelajari bagaimana ucapan atau apa yang dilisankan oleh
seseorang ditulis dengan perantara lambang-lambang atau
gambar-gambar bunyi.
B. Penerapan Kaidah Ejaan Bahasa Indonesia
Ketika kita ingin menggunakan bahasa Indonesia yang
baik dan benar, kita memerlukan tata bahasa baku sebagai
rujukannya, sedangkan ketika kita ingin menulis dengan baik
membutuhkan Ejaan Bahasa Indonesia sebagai pedoman dalam
penulisan.
Ejaan Bahasa Indonesia ini membicarakan tentang (1)
pemakaian huruf, (2) penulisan kata, (3) pemakaian tanda baca.

45
1. Pemakaian huruf
Abjad yang dipakai dalam ejaan bahasa Indonesia
terdiri atas 26 huruf berikut.
Kapital Nonkapital Nama Pengucapan
A A a a
B B be bé
C C ce cé
D D de dé
E E e é
F F ef èf
G G ge gé
H H ha ha
I I i i
J J je jé
K K ka ka
L L el èl
M M em èm
N N en èn
O O o o
P P pe pé
Q Q ki ki
R R er èr
S S es ès
T T te té
U U u u
V V ve vé

46
Kapital Nonkapital Nama Pengucapan
W W we wé
X X eks èks
Y Y ye yé
Z Z zet zèt

Huruf yang melambangkan vokal dalam bahasa


Indonesia terdiri atas lima huruf, yaitu a, e, i, o, dan u.
Huruf Vokal Posisi Awal Posisi Tengah Posisi Akhir
A api padi lusa
e* enak petak sore
ember pendek -
emas kena tipe
I itu simpan murni
O oleh kota radio
U ulang bumi ibu

Huruf yang melambangkan konsonan dalam bahasa


Indonesia terdiri atas 21 huruf, yaitu b, c, d, f, g, h, j, k,
l, m, n, p, q, r, s, t, v, w, x, y, dan z.
Huruf
Posisi Awal Posisi Tengah Posisi Akhir
Konsonan
B bahasa sebut adab
C cakap kaca -
D dua ada abad
F fakir kafan maaf
G guna tiga gudeg

47
Huruf
Posisi Awal Posisi Tengah Posisi Akhir
Konsonan
H hari saham tuah
J jalan manja mikraj
K kami paksa politik
L lekas alas akal
M maka kami diam
N nama tanah daun
P pasang apa siap
q* qariah iqra -
R raih bara putar
S sampai asli tangkas
T tali mata rapat
V variasi lava molotov
W wanita hawa takraw
x* xenon - -
Y yakin payung -
Z zeni lazim juz
Keterangan:
* Huruf q dan x khusus digunakan untuk nama diri dan
keperluan ilmu. Huruf x pada posisi awal kata
diucapkan [s].

Catatan
1. PUEBI 2015 menghilangkan keterangan "Huruf k
melambangkan bunyi hamzah" dengan contoh "rakyat" dan
"bapak".

48
2. Empat konsonan (c, q, x, dan y) tidak digunakan di posisi
akhir kata dasar bahasa Indonesia. Konsonan y bisa terletak di
akhir, tetapi dalam bentuk gabungan huruf konsonan sy,
misalnya pada arasy.
3. Di dalam bahasa Indonesia terdapat empat diftong yang
dilambangkan dengan gabungan huruf vokal ai, au, ei, dan oi.
Huruf Diftong Posisi Awal Posisi Tengah Posisi Akhir
Ai - balairung pandai
Au autodidak taufik harimau
ei* eigendom geiser survei
Oi - boikot amboi

Gabungan Huruf Posisi Posisi Posisi


Konsonan Awal Tengah Akhir
Kh khusus akhir tarikh
Ng ngarai bangun senang
Ny nyata banyak -
Sy syarat musyawarah arasy

Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama awal


kalimat. Misalnya:
 Apa maksudnya?

Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur


nama orang, termasuk julukan. Misalnya:
 Amir Hamzah

49
Huruf kapital dipakai pada awal kalimat dalam petikan
langsung.
Misalnya:
 Adik bertanya, "Kapan kita pulang?"

Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap kata


nama agama, kitab suci, dan Tuhan, termasuk sebutan
dan kata ganti untuk Tuhan
Misalnya:
 Islam
 Alquran

Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur


nama gelar kehormatan, keturunan, keagamaan, atau
akademik yang diikuti nama orang, termasuk gelar
akademik yang mengikuti nama orang.
Misalnya:
 Sultan Hasanuddin

Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur


nama gelar kehormatan, keturunan, keagamaan, profesi,
serta nama jabatan dan kepangkatan yang dipakai
sebagai sapaan.
Misalnya:
 Selamat datang, Yang Mulia.
 Semoga berbahagia, Sultan.

Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur


nama jabatan dan pangkat yang diikuti nama orang atau
yang dipakai sebagai pengganti nama orang tertentu,
nama instansi, atau nama tempat.

50
Misalnya:
 Wakil Presiden Adam Malik
 Perdana Menteri Nehru

Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama


bangsa, suku bangsa, dan bahasa.
Misalnya:
 bangsa Indonesia

Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama


tahun, bulan, hari, dan hari besar atau hari raya.
Misalnya:
 tahun Hijriah
 hari Lebaran

Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur


nama peristiwa sejarah.
Misalnya:
 Konferensi Asia Afrika
 Perang Dunia II
 Proklamasi Kemerdekaan Indonesia

Misalnya:
 Soekarno dan Hatta memproklamasikan
kemerdekaan bangsa Indonesia.
 Perlombaan senjata membawa risiko pecahnya
perang dunia.

51
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama
geografi.
Misalnya:
 Jakarta
 Asia Tenggara
 Kelurahan Rawamangun

Misalnya:
 berlayar ke teluk mandi di sungai
 menyeberangi selat berenang di danau

(2) Huruf pertama nama diri geografi yang dipakai


sebagai nama jenis tidak ditulis dengan huruf kapital.
Misalnya:
 jeruk bali (Citrus maxima)

Nama yang disertai nama geografi dan merupakan


nama jenis dapat dikontraskan atau disejajarkan dengan
nama jenis lain dalam kelompoknya.
Misalnya:
 Kita mengenal berbagai macam gula, seperti gula
jawa, gula pasir, gula tebu, gula aren, dan gula
anggur.
 Kunci inggris, kunci tolak, dan kunci ring
mempunyai fungsi yang berbeda.

Contoh berikut bukan nama jenis.


 Dia mengoleksi batik Cirebon, batik Pekalongan,
batik Solo, batik Yogyakarta, dan batik Madura.

52
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata
(termasuk semua unsur bentuk ulang sempurna) dalam
nama negara, lembaga, badan, organisasi, atau
dokumen, kecuali kata tugas, seperti di, ke, dari, dan,
yang, dan untuk.
Misalnya:
 Republik Indonesia
 Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik
Indonesia

Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap kata


(termasuk unsur kata ulang sempurna) di dalam judul
buku, karangan, artikel, dan makalah serta nama
majalah dan surat kabar, kecuali kata tugas, seperti di,
ke, dari, dan, yang, dan untuk, yang tidak terletak pada
posisi awal.
Misalnya:
 Saya telah membaca buku Dari Ave Maria ke Jalan
Lain ke Roma.

Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur


singkatan nama gelar, pangkat, atau sapaan.
Misalnya:
 S.H. = sarjana hukum
 S.K.M. = sarjana kesehatan masyarakat
 Sdr. = saudara

Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata


penunjuk hubungan kekerabatan, seperti bapak, ibu,
kakak, adik, dan paman, serta kata atau ungkapan lain
yang dipakai dalam penyapaan atau pengacuan.

53
Misalnya:
 "Kapan Bapak berangkat?" tanya Hasan. Dendi
bertanya, "Itu apa, Bu?"
 "Silakan duduk, Dik!" kata orang itu.

(2) Kata ganti Anda ditulis dengan huruf awal kapital.


Misalnya:
 Sudahkah Anda tahu?
 Siapa nama Anda?

Huruf miring dipakai untuk menuliskan judul buku,


nama majalah, atau nama surat kabar yang dikutip
dalam tulisan, termasuk dalam daftar pustaka.
Misalnya:
 Saya sudah membaca buku Salah Asuhan karangan
Abdoel Moeis..

Huruf miring dipakai untuk menegaskan atau


mengkhususkan huruf, bagian kata, kata, atau
kelompok kata dalam kalimat.
Misalnya:
 Huruf terakhir kata abad adalah d.

Huruf miring dipakai untuk menuliskan kata atau


ungkapan dalam bahasa daerah atau bahasa asing.
Misalnya:
 Upacara peusijuek (tepung tawar) menarik perhatian
wisatawan asing yang berkunjung ke Aceh. Catatan

54 Bahasa Indonesia untuk Mahasiswa


Di Fakultas Farmasi
Huruf tebal dipakai untuk menegaskan bagian tulisan
yang sudah ditulis miring.
Misalnya:
 Huruf dh, seperti pada kata Ramadhan, tidak
terdapat dalam Ejaan Bahasa Indonesia yang
Disempurnakan.

Huruf tebal dapat dipakai untuk menegaskan bagian-


bagian karangan, seperti judul buku, bab, atau subbab.
Misalnya:
 1.1 Latar Belakang dan Masalah
 1.1.2 Masalah
 1.2 Tujuan

2. Penulisan Kata
Kata dasar ditulis sebagai satu kesatuan.
Misalnya:
 Kantor pajak penuh sesak..

Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran, serta gabungan


awalan dan akhiran) ditulis serangkai dengan bentuk
dasarnya.
Misalnya:
 berjalan
 perbaikan

Misalnya:
 sukuisme

Bahasa Indonesia untuk Mahasiswa 55


Di Fakultas Farmasi
Bentuk terikat ditulis serangkai dengan kata yang
mengikutinya.
Misalnya:
 adibusana
 aerodinamika
 antarkota
 antibiotik
 ultramodern

Misalnya:
 non-Indonesia
 anti-PKI

(2) Bentuk maha yang diikuti kata turunan yang


mengacu pada nama atau sifat Tuhan ditulis terpisah
dengan huruf awal kapital.
Misalnya:
 Marilah kita bersyukur kepada Tuhan Yang Maha
Pengasih.
 Kita berdoa kepada Tuhan Yang Maha Pengampun.

(3) Bentuk maha yang diikuti kata dasar yang mengacu


kepada nama atau sifat Tuhan, kecuali kata esa, ditulis
serangkai.
Misalnya:
 Tuhan Yang Mahakuasa menentukan arah hidup
kita.
 Mudah-mudahan Tuhan Yang Maha Esa
melindungi kita.

56 Bahasa Indonesia untuk Mahasiswa


Di Fakultas Farmasi
Bentuk ulang ditulis dengan menggunakan tanda
hubung (-) di antara unsur-unsurnya.
Misalnya:
 anak-anak
 biri-biri
 mata-mata

Catatan: Bentuk ulang gabungan kata ditulis dengan


mengulang unsur pertama.
Misalnya:
 surat kabar → surat-surat kabar
 kapal barang → kapal-kapal barang
 rak buku → rak-rak buku
 kereta api cepat → kereta-kereta api cepat.

Unsur gabungan kata yang lazim disebut kata


majemuk, termasuk istilah khusus, ditulis terpisah.
Misalnya:
 duta besar
 model linear

Gabungan kata yang dapat menimbulkan salah


pengertian ditulis dengan membubuhkan tanda hubung
(-) di antara unsur-unsurnya.
Misalnya:
 anak-istri pejabat (anak dan istri dari pejabat)
 anak istri-pejabat (anak dari istri pejabat)

Gabungan kata yang penulisannya terpisah tetap ditulis


terpisah jika mendapat awalan atau akhiran.

Bahasa Indonesia untuk Mahasiswa 57


Di Fakultas Farmasi
Misalnya:
 bertepuk tangan
 menganak sungai

Gabungan kata yang mendapat awalan dan akhiran


sekaligus ditulis serangkai.
Misalnya:
 dilipatgandakan
 menggarisbawahi

Gabungan kata yang sudah padu ditulis serangkai.


Misalnya:
 acapkali
 adakalanya
 segitiga
 sukacita
 sukarela

Pemenggalan kata pada kata dasar dilakukan sebagai


berikut.
a. Jika di tengah kata terdapat huruf vokal yang
berurutan, pemenggalannya dilakukan di antara
kedua huruf vokal itu.
Misalnya:
 bu-ah

b. Huruf diftong ai, au, ei, dan oi tidak dipenggal.


Misalnya:
 pan-dai
 au-la
 sau-da-ra

58 Bahasa Indonesia untuk Mahasiswa


Di Fakultas Farmasi
 sur-vei
 am-boi

c. Jika di tengah kata dasar terdapat huruf konsonan


(termasuk gabungan huruf konsonan) di antara dua
huruf vokal, pemenggalannya dilakukan sebelum
huruf konsonan itu.
Misalnya:
 ba-pak
 la-wan

d. Jika di tengah kata dasar terdapat dua huruf


konsonan yang berurutan, pemenggalannya
dilakukan di antara kedua huruf konsonan itu.
Misalnya:
 Ap-ril

e. Jika di tengah kata dasar terdapat tiga huruf


konsonan atau lebih yang masing- masing
melambangkan satu bunyi, pemenggalannya
dilakukan di antara huruf konsonan yang pertama
dan huruf konsonan yang kedua.
Misalnya:
 ul-tra

Pemenggalan kata turunan sedapat-dapatnya dilakukan


di antara bentuk dasar dan unsur pembentuknya.
Misalnya:
 ber-jalan
 kekuat-an

59
(2) Pemenggalan kata bersisipan dilakukan seperti pada
kata dasar.
Misalnya:
 ge-lem-bung

(3) Pemenggalan kata yang menyebabkan munculnya


satu huruf di awal atau akhir baris tidak dilakukan.
Misalnya:
 Beberapa pendapat mengenai masalah itu
telah disampaikan ....
 Walaupun cuma-cuma, mereka tidak mau
mengambil makanan itu.

Jika sebuah kata terdiri atas dua unsur atau lebih dan
salah satu unsurnya itu dapat bergabung dengan unsur
lain, pemenggalannya dilakukan di antara unsur-unsur
itu. Tiap unsur gabungan itu dipenggal seperti pada
kata dasar.
Misalnya:
 biografi, bio-grafi, bi-o-gra-fi
 biodata, bio-data, bi-o-da-ta

Nama orang yang terdiri atas dua unsur atau lebih pada
akhir baris dipenggal di antara unsur-unsurnya.
Misalnya:
 Lagu "Indonesia Raya" digubah oleh Wage Rudolf
Supratman.

60
Singkatan nama diri dan gelar yang terdiri atas dua
huruf atau lebih tidak dipenggal.
Misalnya:
Ia bekerja di DLLAJR. Pujangga terakhir Keraton
Surakarta bergelar R.Ng. Rangga Warsita.

Kata depan, seperti di, ke, dan dari, ditulis terpisah dari
kata yang mengikutinya.
Misalnya:
 Di mana dia sekarang?
 Kain itu disimpan di dalam lemari.

Partikel -lah, -kah, dan -tah ditulis serangkai dengan


kata yang mendahuluinya.
Misalnya:
 Bacalah buku itu baik-baik!
 Apakah yang tersirat dalam surat itu?

Partikel pun ditulis terpisah dari kata yang


mendahuluinya.
Misalnya:
 Apa pun permasalahan yang muncul, dia dapat
mengatasinya dengan bijaksana.
 Jika kita hendak pulang tengah malam pun,
kendaraan masih tersedia.
 Jangankan dua kali, satu kali pun engkau belum
pernah berkunjung ke rumahku

61
Partikel per yang berarti 'demi', 'tiap', atau 'mulai'
ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya.
Misalnya:
 Mereka masuk ke dalam ruang rapat satu per satu.

Singkatan nama orang, gelar, sapaan, jabatan, atau


pangkat diikuti dengan tanda titik pada setiap unsur
singkatan itu.
Misalnya:
 A.H. Nasution = Abdul Haris Nasution
 H. Hamid = Haji Hamid
 Suman Hs. = Suman Hasibuan

Singkatan yang terdiri atas huruf awal setiap kata nama


lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, lembaga
pendidikan, badan atau organisasi, serta nama dokumen
resmi ditulis dengan huruf kapital tanpa tanda titik.
Misalnya:
 NKRI = Negara Kesatuan Republik Indonesia
 UI = Universitas Indonesia

Singkatan yang terdiri atas huruf awal setiap kata yang


bukan nama diri ditulis dengan huruf kapital tanpa
tanda titik.
Misalnya:
 PT = perseroan terbatas
 MAN = madrasah aliah negeri
Singkatan yang terdiri atas tiga huruf atau lebih diikuti
dengan tanda titik.

62
Misalnya:
 hlm. = halaman
 dll. = dan lain-lain

Singkatan yang terdiri atas dua huruf yang lazim


dipakai dalam surat-menyurat masing-masing diikuti
oleh tanda titik.
Misalnya:
 a.n. = atas nama
 d.a. = dengan alamat

Lambang kimia, singkatan satuan ukuran, takaran,


timbangan, dan mata uang tidak diikuti tanda titik.
Misalnya:
 Cu = kuprum
 cm = sentimeter

Akronim nama diri yang terdiri atas huruf awal setiap


kata ditulis dengan huruf kapital tanpa tanda titik.
Misalnya:
 BIG = Badan Informasi Geospasial
 BIN = Badan Intelijen Negara

Akronim nama diri yang berupa gabungan suku kata


atau gabungan huruf dan suku kata dari deret kata
ditulis dengan huruf awal kapital.
Misalnya:
 Bulog = Badan Urusan Logistik
 Bappenas = Badan Perencanaan Pembangunan
Nasional

63
Akronim bukan nama diri yang berupa gabungan huruf
awal dan suku kata atau gabungan suku kata ditulis
dengan huruf kecil.
Misalnya:
 iptek = ilmu pengetahuan dan teknologi

Angka Arab atau angka Romawi lazim dipakai sebagai


lambang bilangan atau nomor.
 Angka Arab: 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9
 Angka Romawi: I, II, III, IV, V, VI, VII, VII , ,
, ( 0), C (100), D ( 00), M (1.000), ( .000),
M (1.000.000)

Bilangan dalam teks yang dapat dinyatakan dengan satu


atau dua kata ditulis dengan huruf, kecuali jika dipakai
secara berurutan seperti dalam perincian.
Misalnya:
 Mereka menonton drama itu sampai tiga kali.
 Koleksi perpustakaan itu lebih dari satu juta buku.

Bilangan pada awal kalimat ditulis dengan huruf.


Misalnya:
 Lima puluh siswa teladan mendapat beasiswa dari
pemerintah daerah.
 Tiga pemenang sayembara itu diundang ke Jakarta.

Apabila bilangan pada awal kalimat tidak dapat


dinyatakan dengan satu atau dua kata, susunan
kalimatnya diubah.
Misalnya:
 Panitia mengundang 250 orang peserta.
 Di lemari itu tersimpan 25 naskah kuno.

64
Angka yang menunjukkan bilangan besar dapat ditulis
sebagian dengan huruf supaya lebih mudah dibaca.
Misalnya:
 Dia mendapatkan bantuan 250 juta rupiah untuk
mengembangkan usahanya.

Angka dipakai untuk menyatakan (a) ukuran panjang,


berat, luas, isi, dan waktu serta (b) nilai uang.
Misalnya:
 0,5 sentimeter
 5 kilogram

Angka dipakai untuk menomori alamat, seperti jalan,


rumah, apartemen, atau kamar.
Misalnya:
 Jalan Tanah Abang I No. 15 atau
 Jalan Tanah Abang I/15

Angka dipakai untuk menomori bagian karangan atau


ayat kitab suci.
Misalnya:
 Bab X, Pasal 5, halaman 252

Penulisan bilangan dengan huruf dilakukan sebagai


berikut.
a. Bilangan Utuh
Misalnya:
 dua belas (12)

Bahasa Indonesia untuk Mahasiswa 65


Di Fakultas Farmasi
b. Bilangan Pecahan
Misalnya:
 setengah atau seperdua (1/2)
 satu permil (1o/oo)

Penulisan bilangan tingkat dapat dilakukan dengan cara


berikut.
Misalnya:
 abad XX
 Perang Dunia Kedua

Penulisan angka yang mendapat akhiran -an dilakukan


dengan cara berikut.
Misalnya:
 lima lembar uang 1.000-an (lima lembar uang
seribuan)
 tahun 1950-an (tahun seribu sembilan ratus lima
puluhan)

Penulisan bilangan dengan angka dan huruf sekaligus


dilakukan dalam peraturan perundang-undangan, akta,
dan kuitansi.
Misalnya:
 Telah diterima uang sebanyak Rp2.950.000,00 (dua
juta sembilan ratus lima puluh ribu rupiah) untuk
pembayaran satu unit televisi.

66 Bahasa Indonesia untuk Mahasiswa


Di Fakultas Farmasi
Penulisan bilangan yang dilambangkan dengan angka
dan diikuti huruf dilakukan seperti berikut.
Misalnya:
 Saya lampirkan tanda terima uang sebesar
Rp900.500,50 (sembilan ratus ribu lima ratus
rupiah lima puluh sen).

Bilangan yang digunakan sebagai unsur nama geografi


ditulis dengan huruf.
Misalnya:
 Kelapadua

Kata ganti ku- dan kau- ditulis serangkai dengan kata


yang mengikutinya, sedangkan -ku, -mu, dan -nya
ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.
Misalnya:
 Rumah itu telah kujual.
 Majalah ini boleh kaubaca.

Kata si dan sang ditulis terpisah dari kata yang


mengikutinya.
Misalnya:
 Surat itu dikembalikan kepada si pengirim.
 Toko itu memberikan hadiah kepada si pembeli

3. Pemakaian Tanda Baca


Tanda titik dipakai pada akhir kalimat pernyataan.
Misalnya:
 Mereka duduk di sana.
 Dia akan datang pada pertemuan itu.

Bahasa Indonesia untuk Mahasiswa 67


Di Fakultas Farmasi
Tanda titik dipakai di belakang angka atau huruf dalam
suatu bagan, ikhtisar, atau daftar.
Misalnya:
 I. Kondisi Kebahasaan di Indonesia
A. Bahasa Indonesia
1. Kedudukan
2.Fungsi
B. Bahasa Daerah
1. Kedudukan
2.Fungsi
C. Bahasa Asing
1.Kedudukan
2. Fungsi

Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam,


menit, dan detik yang menunjukkan waktu atau jangka
waktu.
Misalnya:
 pukul 01.35.20 (pukul 1 lewat 35 menit 20 detik
atau pukul 1, 35 menit, 20 detik)
 01.35.20 jam (1 jam, 35 menit, 20 detik)

Tanda titik dipakai dalam daftar pustaka di antara nama


penulis, tahun, judul tulisan (yang tidak berakhir
dengan tanda tanya atau tanda seru), dan tempat terbit.
Misalnya:
 Moeliono, Anton M. 1989. Kembara Bahasa.
Jakarta: Gramedia.

68 Bahasa Indonesia untuk Mahasiswa


Di Fakultas Farmasi
Tanda titik dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan
atau kelipatannya yang menunjukkan jumlah.
Misalnya:
 Indonesia memiliki lebih dari 13.000 pulau.

Tanda koma dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu


pemerincian atau pembilangan.
Misalnya:
 Telepon seluler, komputer, atau internet bukan
barang asing lagi

Tanda koma dipakai sebelum kata penghubung, seperti


tetapi, melainkan, dan sedangkan, dalam kalimat
majemuk (setara).
Misalnya:
 Saya ingin membeli kamera, tetapi uang saya belum
cukup.

Tanda koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat


yang mendahului induk kalimatnya.
Misalnya:
 Kalau diundang, saya akan datang.

Tanda koma dipakai di belakang kata atau ungkapan


penghubung antarkalimat, seperti oleh karena itu, jadi,
dengan demikian, sehubungan dengan itu, dan
meskipun demikian.
Misalnya:
 Mahasiswa itu rajin dan pandai. Oleh karena itu, dia
memperoleh beasiswa belajar di luar negeri.

Bahasa Indonesia untuk Mahasiswa 69


Di Fakultas Farmasi
Tanda koma dipakai sebelum dan/atau sesudah kata
seru, seperti o, ya, wah, aduh, atau hai, dan kata yang
dipakai sebagai sapaan, seperti Bu, Dik, atau Nak.
Misalnya:
 O, begitu?
 Wah, bukan main!

Tanda koma dipakai untuk memisahkan petikan


langsung dari bagian lain dalam kalimat.
Misalnya:
 Kata nenek saya, "Kita harus berbagi dalam hidup
ini."
 "Kita harus berbagi dalam hidup ini," kata nenek
saya, "karena manusia adalah makhluk sosial."

Tanda koma dipakai di antara (a) nama dan alamat, (b)


bagian-bagian alamat, (c) tempat dan tanggal, serta (d)
nama tempat dan wilayah atau negeri yang ditulis
berurutan.
Misalnya:
 Sdr. Abdullah, Jalan Kayumanis III/18, Kelurahan
Kayumanis, Kecamatan Matraman, Jakarta 13130

Tanda koma dipakai untuk memisahkan bagian nama


yang dibalik susunannya dalam daftar pustaka.
Misalnya:
 Gunawan, Ilham. 1984. Kamus Politik
Internasional. Jakarta: Restu Agung.

70 Bahasa Indonesia untuk Mahasiswa


Di Fakultas Farmasi
Tanda koma dipakai di antara bagian-bagian dalam
catatan kaki atau catatan akhir.
Misalnya:
 Sutan Takdir Alisjahbana, Tata Bahasa Baru
Bahasa Indonesia, Jilid 2 (Jakarta: Pustaka Rakyat,
1950), hlm. 25.

Tanda koma dipakai di antara nama orang dan


singkatan gelar akademis yang mengikutinya untuk
membedakannya dari singkatan nama diri, keluarga,
atau marga.
Misalnya:
 B. Ratulangi, S.E.
 Ny. Khadijah, M.A.

Tanda koma dipakai sebelum angka desimal atau di


antara rupiah dan sen yang dinyatakan dengan angka.
Misalnya:
 12,5 m
Tanda koma dipakai untuk mengapit keterangan
tambahan atau keterangan aposisi.
Misalnya:
 Di daerah kami, misalnya, masih banyak bahan
tambang yang belum diolah.

Tanda koma dapat dipakai di belakang keterangan yang


terdapat pada awal kalimat untuk menghindari salah
baca/salah pengertian.
Misalnya:
 Dalam pengembangan bahasa, kita dapat
memanfaatkan bahasa daerah.

Bahasa Indonesia untuk Mahasiswa 71


Di Fakultas Farmasi
Tanda titik koma dapat dipakai sebagai pengganti kata
penghubung untuk memisahkan kalimat setara yang
satu dari kalimat setara yang lain di dalam kalimat
majemuk.
Misalnya:
 Hari sudah malam; anak-anak masih membaca
buku.
 Ayah menyelesaikan pekerjaan; Ibu menulis
makalah; Adik membaca cerita pendek.

Tanda titik koma dipakai pada akhir perincian yang


berupa klausa.
Misalnya:
Syarat penerimaan pegawai di lembaga ini adalah
(1) berkewarganegaraan Indonesia;
(2) berijazah sarjana S-1;
(3) berbadan sehat; dan
(4) bersedia ditempatkan di seluruh wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia.

Tanda titik koma dipakai untuk memisahkan bagian-


bagian pemerincian dalam kalimat yang sudah
menggunakan tanda koma.
Misalnya:
 Ibu membeli buku, pensil, dan tinta; baju, celana,
dan kaus; pisang, apel, dan jeruk.

72
Tanda titik dua dipakai pada akhir suatu pernyataan
lengkap yang diikuti pemerincian atau penjelasan.
Misalnya:
 Mereka memerlukan perabot rumah tangga: kursi,
meja, dan lemari.
 Hanya ada dua pilihan bagi para pejuang
kemerdekaan: hidup atau mati.

Tanda titik dua tidak dipakai jika perincian atau


penjelasan itu merupakan pelengkap yang mengakhiri
pernyataan.
Misalnya:
 Kita memerlukan kursi, meja, dan lemari.

Tanda titik dua dipakai sesudah kata atau ungkapan


yang memerlukan pemerian.
Misalnya:
 Ketua : Ahmad Wijaya
Sekretaris : Siti Aryani
Bendahara : Aulia Arimbi

Tanda titik dua dipakai dalam naskah drama sesudah


kata yang menunjukkan pelaku dalam percakapan.
Misalnya:
 Ibu : "Bawa koper ini, Nak!"
Amir : "Baik, Bu."
Ibu : "Jangan lupa, letakkan baik-baik!"

73
Tanda titik dua dipakai di antara (a) jilid atau nomor
dan halaman, (b) surah dan ayat dalam kitab suci, (c)
judul dan anak judul suatu karangan, serta (d) nama
kota dan penerbit dalam daftar pustaka.
Misalnya:
 Horison, XLIII, No. 8/2008: 8
Tanda hubung dipakai untuk menandai bagian kata
yang terpenggal oleh pergantian baris.
Misalnya:
 Di samping cara lama, diterapkan juga cara baru ….

Tanda hubung dipakai untuk menyambung unsur kata


ulang.
Misalnya:
 anak-anak

Tanda hubung dipakai untuk menyambung tanggal,


bulan, dan tahun yang dinyatakan dengan angka atau
menyambung huruf dalam kata yang dieja satu-satu.
Misalnya:
 11-11-2013
 p-a-n-i-t-i-a

Tanda hubung dapat dipakai untuk memperjelas


hubungan bagian kata atau ungkapan.
Misalnya:
 ber-evolusi

Tanda hubung dipakai untuk merangkai


a. se- dengan kata berikutnya yang dimulai dengan
huruf kapital (se-Indonesia, se-Jawa Barat);

74
b. ke- dengan angka (peringkat ke-2);
c. angka dengan –an (tahun 1950-an);
d. kata atau imbuhan dengan singkatan yang berupa
huruf kapital (hari-H, sinar-X, ber-KTP, di-SK-kan);
e. kata dengan kata ganti Tuhan (ciptaan-Nya, atas
rahmat-Mu);
f. huruf dan angka (D-3, S-1, S-2); dan
g. kata ganti -ku, -mu, dan -nya dengan singkatan yang
berupa huruf kapital (KTP-mu, SIM-nya, STNK-
ku).

Misalnya:
 P3K (pertolongan pertama pada kecelakaan)

Tanda hubung dipakai untuk merangkai unsur bahasa


Indonesia dengan unsur bahasa daerah atau bahasa
asing.
Misalnya:
 di-sowan-i (bahasa Jawa, 'didatangi')

Tanda hubung digunakan untuk menandai bentuk


terikat yang menjadi objek bahasan.
Misalnya:
 Kata pasca- berasal dari bahasa Sanskerta.
 Akhiran -isasi pada kata betonisasi sebaiknya
diubah menjadi pembetonan.

Tanda pisah dapat dipakai untuk membatasi penyisipan


kata atau kalimat yang memberi penjelasan di luar
bangun kalimat.

75
Misalnya:
 Kemerdekaan bangsa itu—saya yakin akan
tercapai—diperjuangkan oleh bangsa itu sendiri.
 Keberhasilan itu—kita sependapat—dapat dicapai
jika kita mau berusaha keras.

Tanda pisah dapat dipakai juga untuk menegaskan


adanya keterangan aposisi atau keterangan yang lain.
Misalnya:
 Soekarno-Hatta—Proklamator Kemerdekaan RI—
diabadikan menjadi nama bandar udara
internasional.

Tanda pisah dipakai di antara dua bilangan, tanggal,


atau tempat yang berarti 'sampai dengan' atau 'sampai
ke'.
Misalnya:
 Tahun 2010—2013

Tanda tanya dipakai pada akhir kalimat tanya.


Misalnya:
 Kapan Hari Pendidikan Nasional diperingati?

Tanda tanya dipakai di dalam tanda kurung untuk


menyatakan bagian kalimat yang disangsikan atau yang
kurang dapat dibuktikan kebenarannya.
Misalnya:
 Monumen Nasional mulai dibangun pada tahun
1961 (?).

76
Tanda seru dipakai untuk mengakhiri ungkapan atau
pernyataan yang berupa seruan atau perintah yang
menggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan, atau
emosi yang kuat.
Misalnya:
Tanda elipsis dipakai untuk menunjukkan bahwa dalam
suatu kalimat atau kutipan ada bagian yang
dihilangkan.
Misalnya:
 Penyebab kemerosotan ... akan diteliti lebih lanjut.

Tanda elipsis dipakai untuk menulis ujaran yang tidak


selesai dalam dialog.
Misalnya:
 "Menurut saya ... seperti ... bagaimana, Bu?"

Tanda petik dipakai untuk mengapit petikan langsung


yang berasal dari pembicaraan, naskah, atau bahan
tertulis lain.
Misalnya:
 "Merdeka atau mati!" seru Bung Tomo dalam
pidatonya.

Tanda petik dipakai untuk mengapit judul sajak, lagu,


film, sinetron, artikel, naskah, atau bab buku yang
dipakai dalam kalimat.
Misalnya:
 Sajak "Pahlawanku" terdapat pada halaman 125
buku itu.
 Marilah kita menyanyikan lagu "Maju Tak Gentar"!

77
Tanda petik dipakai untuk mengapit istilah ilmiah yang
kurang dikenal atau kata yang mempunyai arti khusus.
Misalnya:
 "Tetikus" komputer ini sudah tidak berfungsi.
Tanda petik tunggal dipakai untuk mengapit petikan
yang terdapat dalam petikan lain.
Misalnya:
 Tanya dia, "Kaudengar bunyi 'kring-kring' tadi?"

Tanda petik tunggal dipakai untuk mengapit makna,


terjemahan, atau penjelasan kata atau ungkapan.
Misalnya:
 tergugat 'yang digugat'

Tanda kurung dipakai untuk mengapit tambahan


keterangan atau penjelasan.
Misalnya:
 Dia memperpanjang surat izin mengemudi (SIM).
 Warga baru itu belum memiliki KTP (kartu tanda
penduduk).
 Lokakarya (workshop) itu diadakan di Manado.

Tanda kurung dipakai untuk mengapit keterangan atau


penjelasan yang bukan bagian utama kalimat.
Misalnya:
 Sajak Tranggono yang berjudul "Ubud" (nama
tempat yang terkenal di Bali) ditulis pada tahun
1962.

78
Tanda kurung dipakai untuk mengapit huruf atau kata
yang keberadaannya di dalam teks dapat dimunculkan
atau dihilangkan.
Misalnya:
 Dia berangkat ke kantor selalu menaiki (bus)
Transjakarta.
 Pesepak bola kenamaan itu berasal dari (Kota)
Padang.

Tanda kurung dipakai untuk mengapit huruf atau angka


yang digunakan sebagai penanda pemerincian.
Misalnya:
 Faktor produksi menyangkut (a) bahan baku, (b)
biaya produksi, dan (c) tenaga kerja.

Tanda kurung siku dipakai untuk mengapit huruf, kata,


atau kelompok kata sebagai koreksi atau tambahan atas
kesalahan atau kekurangan di dalam naskah asli yang
ditulis orang lain.
Misalnya:
 Ulang tahun [Proklamasi Kemerdekaan] Republik
Indonesia dirayakan secara khidmat.

Tanda kurung siku dipakai untuk mengapit keterangan


dalam kalimat penjelas yang terdapat dalam tanda
kurung.
Misalnya:
 Persamaan kedua proses itu (perbedaannya
dibicarakan di dalam Bab II [lihat halaman 35-38])
perlu dibentangkan di sini.

79
Tanda garis miring dipakai dalam nomor surat, nomor
pada alamat, dan penandaan masa satu tahun yang
terbagi dalam dua tahun takwim.
Misalnya:
 Nomor: 7/PK/II/2013
Tanda garis miring dipakai sebagai pengganti kata dan,
atau, serta setiap.
Misalnya:
 mahasiswa/mahasiswi = 'mahasiswa dan mahasiswi'

Tanda garis miring dipakai untuk mengapit huruf, kata,


atau kelompok kata sebagai koreksi atau pengurangan
atas kesalahan atau kelebihan di dalam naskah asli yang
ditulis orang lain.
Misalnya:
 Buku Pengantar Ling/g/uistik karya Verhaar dicetak
beberapa kali.

Tanda penyingkat atau apostrof dipakai untuk


menunjukkan penghilangan bagian kata atau bagian
angka tahun dalam konteks tertentu.
Misalnya:
 Dia 'kan kusurati. ('kan = akan)

80
BAB MENULIS KARYA ILMIAH

VIII Pertemuan ke-11, 12, dan 13

A. Pengertian dan Jenis Karya Ilmiah


Karya ilmiah adalah sebuah tulisan yang berisi suatu
permasalahan yang diungkapkan dengan metode ilmiah
(Soeparno, 1997:51); karangan ilmu pengetahuan yang
menyajikan fakta dan ditulis menurut metodologi penulisan
yang baik dan benar (Arifin, 2003:1). Artinya, pengungkapan
permasalahan dalam karya ilmiah itu harus berdasarkan fakta,
bersifat objektif, tidak bersifat emosional dan personal, dan
disusun secara sistematis dan logis. Bahasa yang digunakan
adalah bahasa Indonesia ragam baku dengan memperhatikan
kaidah EBI dan Pembentukan Istilah.
Berdasarkan tingkat akademisnya, karya ilmiah dapat
dibedakan atas lima macam, yaitu (1) makalah, (2) laporan
penelitian, (3) skripsi, (4) tesis, dan (5) disertasi. Makalah
adalah karya tulis yang memerlukan studi, baik secara langsung
maupun tidak langsung; dapat berupa kajian pustaka/buku,
kajian suatu masalah, atau analisis fakta hasil observasi.
Laporan penelitian merupakan sebuah tulisan yang dibuat
setelah seseorang melakukan penelitian, pengamatan,
wawancara, pembacaan buku, percobaan, dan lain-lain. Adapun

81
skripsi merupakan jenis karya ilmiah yang ditulis oleh
mahasiswa strata satu (S1) untuk memperoleh gelar sarjana;
tesis ditulis oleh mahasiswa strata dua (S2) untuk memperoleh
gelar magister; dan disertasi ditulis oleh mahasiswa strata tiga
(S3) untuk memperoleh gelar doktor.
1. Makalah
Makalah adalah karya tulis ilmiah yang menyajikan
suatu masalah yang pembahasannya berdasarkan data di
lapangan yang bersifat empiris-objektif. Makalah disusun
melalui proses berpikir deduktif atau induktif. Dilihat dari
bentuknya, makalah mempunyai bentuk yang paling
sederhana diantara karya tulis ilmiah yang lain (skripsi,
tesis, dan disertasi). Makalah ilmiah yang tidak terlalu
panjang, menggunakan bahasa yang lugas dan lebih
sederhana dikenal juga dengan istilah artikel ilmiah
populer. Makalah ada yang terdokumentasikan ada pula
yang tidak. Terdokumentasikan melalui: majalah,
jurnal/prosiding, surat kabar, dan lain sebaginya. Tidak
terdokumentasikan, biasanya hanya dipresentasikan
melalui seminar, lokakarya, atau konsorsium.
2. Skripsi
Skripsi adalah karya tulis ilmiah yang mengemukakan
pendapat penulis berdasarkan pendapat orang lain yang
didukung oleh data dan fakta empiris-objektif (dari studi
lapangan atau studi kepustakaan). Ditulis untuk
melengkapi syarat guna memperoleh gelar sarjana dari
suatu perguruan tinggi.
3. Tesis
Tesis adalah karya tulis ilmiah yang sifatnya lebih
mendalam daripada skripsi. Tesis membahas suatu
pernyataan atau teori yang didukung oleh sejumlah

82
argumen yang dapat dipertanggungjawabkan. Tesis ditulis
untuk melengkapi ujian program strata dua (magister).
4. Disertasi
Disertasi adalah karya tulis ilmiah yang
mengemukakan suatu dalil yang dapat dibuktikan oleh
penulis berdasarkan data dan fakta yang sahih dengan
analisis yang terinci. Unsur orisinal dari temuan penulis
sangat ditonjolkan. Disertasi ditulis untuk melengkapi
ujian program strata tiga (doktor).

B. Sistematika Penyusunan KTI


1. Bagian-Bagian Naskah KTI
Bentuk naskah KTI untuk Prodi S-1 Farmasi pada
umumnya terdiri dari tiga bagian pokok, sebagai
berikut:

1.1. Bagian awal, yang berisi:


1.1.1. Sampul Luar dan Sampul Dalam
1.1.2 Lembar Persetujuan Pembimbing
1.1.3 Lembar Pengesahan KTI
1.1.4 Abstrak
1.1.5 Kata Pengantar
1.1.6 Daftar Isi
1.1.7 Daftar Tabel (jika ada)
1.1.8 Daftar Gambar (grafik, diagram, bagan, peta,
dll)
1.1.9 Daftar Lampiran

Bahasa Indonesia untuk Mahasiswa 83


Di Fakultas Farmasi
1.2 Bagian tengah, berupa naskah atau teks yang
berisi:
Bab 1. Pendahuluan;
berisi tentang latar belakang, rumusan
masalah, tujuan penelitian, manfaat
penelitian, penelitian lain terkait
Bab 2. Tinj auan Pustaka; yang memuat tentang
kajian teoritis, dan kerangka konsep
penelitian
Bab 3. Metode Penelitian; Memuat tentang jenis
dan rancangan penelitian, definisi
operasional, populasi dan sampel, tempat
dan waktu penelitian,instrumen dan teknik
pengumpulan data, teknik pengolahan
data, serta etika penelitian
Bab 4. Hasil dan Pembahasan; memuat tentang
hasil penelitian, pembahasan, keterbatasan
dan implikasi hasil penelitian dalam
keperawatan
Bab 5. Kesimpulan dan Saran

1.3 Bagian Akhir, yang berisi :


1.3.1 Daftar Rujukan
1.3.2 Lampiran-Iampiran

2. Uraian Pokok-Pokok Naskah KTI


Penjelasan tiap bagian dari naskah KTI adalah sebagai
berikut:
2.1 Sampul
Halaman sampul terdiri dari dua bagian yaitu
sampul depan dan sampul dalam. Sampul depan

84
berisikan judul, tulisan “Karya Tulis lmiah”, logo
institusi, nama mahasiswa dan NPM, nama
institusi, nama program studi, serta nama kota dan
tahun penerbitan KTI Sampul dalam berisi judul,
tulisan “Diajukan untuk memenuhi salah satu
syarat kelulusan Program Studi S-1 F armasi. . .”,
nama mahasiswa dan NPM, nama institusi, nama
program studi, nama kota, serta tahun penerbitan
(contoh lihat lampiran I dan lampiran 2) Judul
sebaiknya singkat, jelas dan tepat, agar
mencerminkan secara jelas isi KTI tersebut.
2.2 Lembar pengesahan KTI Berisikan pernyataan
bahwa KTI telah diujikan, nama mahasiswa dan
NPM. Pada bagian tengah halamannya
dicantumkan tanda tangan pengesahan dari para
penguji, yang ditulis berurutan. Pada bagian
bawah dicantumkan tandatangan ketua prodi dan
tandatangan ketua institusi (contoh lihat lampiran
3). Untuk pengesahan proposal dapat dilihat pada
lampiran 5.
2.3 Lembar persetujuan pembimbing Berisikan
pernyataan bahwa KTI disetujui pembimbing
untuk diujikan, nama mahasiswa dan NPM, serta
nama dan tandatangan para pembimbing. Pada
bagian bawah dicantumkan tandatangan ketua
program studi masing-masing (contoh lihat
lampiran 5).
2.4. Penelitian Terkait Berisikan tentang karya tulis
lain yang serupa dengan KTI yang dibuat oleh
mahasiswa yang bersangkutan, juga uraian tentang
persamaan dan perbedaannya.

85
2.5 Abstrak Berisikan latar belakang penelitian, tujuan
penelitian, metode penelitian, hasil penelitian,
kesimpulan dan saran penelitian, kata kunci, serta
jumlah daftar rujukan. Jumlah kata dalam sebuah
abstrak tidak melebihi 200 kata, dihitung dari kata
awal sampai kata terakhir dalam lembaran abstrak
(contoh lihat lampiran 6).
2.6 Kata Pengantar Berisikan uraian kata-kata maupun
ucapan terima kasih yang ditujukan pada individu
atau sekelompok orang yang dianggap telah
mendukung atau berjasa bagi penulis dalam
pembuatan KTI ini. Tulisan ucapan rasa terima
kasih dengan menyebutkan nama-nama dan
dengan kalimat yang cukup formal. Pada sebelah
kanan bawah dituliskan kota tempat institusi,
bulan dan tahun penerbitan, dan pada bagian
bawahnya lagi dituliskan kata ” penulis”.
2.7 Daftar Isi Daftar isi memuat garis besar mengenai
keseluruhan isi yang terdapat di dalam KTI.
Urutan penyusunannya terdiri dari bab, subbab
serta seluruh lampiran yang ada, dengan nomor
halaman masing-masing.
2.8 Daftar Tabel (jika ada) Jika di dalam naskah KTI
dipergunakan banyak tabel, maka tabel tersebut di
daftar secara berurutan dengan nomor yang sesuai
denganjudul tabel di dalam naskah KTI. Jika
naskah KTI hanya memuat 1 (satu) tabel, tidak
perlu dibuatkan daftarnya (contoh lihat lampiran
8). 3.2.9 Daftar Gambar (grafik, diagram, bagan,
peta, dan lain-lain)

86
2.9 Daftar Gambar (grafik, diagram, bagan, peta, dan
lain-lain)
Semua gambar, grafik, dan sebagainya yang
terdapat dalam uraian dan tidak merupakan
lampiran, harus dibuatkan daftar yang memuat
nomor urut, judul tabel/gambar dan nomor
halaman tempat tabel/ gambar tercantum.
2.10 Daftar Lampiran
Lampiran adalah bahan yang bersifat melengkapi
(elementer) serta menjelaskan (eksplamatoris) dan
tidak perlu dimasukkan teks. Lampiran ini dapat
berupa contoh-contoh peraturan formulir isian,
angket yang dipakai dan lain-lain. Hal-hal yang
menjadi lampiran dalam KTI harus dibuat dalam
Daftar Lampiran.
2.11 Latar Belakang
Mengungkapkan dasar pemikiran atau alasan yang
menjadikan ide/topik KTI. Dimulai dari hal-hal
yang bersifat umum menuju hal khusus yang
berhubungan dengan topik yang dibahas, terutama
berkaitan dengan variabel yang ingin diteliti.
Mengutarakan juga aspek yang menunjukkan
adanya perbedaan antara kenyataan yang ada
(yang ditunjukkan adalah data sekunder) dengan
harapan yang diinginkan. Dari perbedaan ini
timbul masalah, dengan adanya masalah ini maka
dilakukanlah penelitian.
2.12 Rumusan masalah
Memuat tentang masalah dan membatasi masalah
tersebut agar lebih spesifik dan terfokus.

87
2.13 Tujuan Menjelaskan hal-hal yang spesifik yang
ingin dicapai dalam penelitian. Biasanya tujuan
dari penelitian adalah untuk mencari jawaban atas
masalah yang telah dikemukakan.
2.14 Manfaat
Manfaat adalah keuntungan yang diharapkan jika
penelitian itu telah dilaksanakan.
2.15 Kesimpulan
Merupakan rangkuman dari hasil KTI, yang
didasarkan pada tujuan yang dibuat.
2.16 Saran Saran ditujukan kepada pihak-pihak yang
terkait dengan hasil KTI. Saran sebaiknya bersifat
operasional, ditulis dengan simpel dan mudah
dipahami.
2.17 Daftar Rujukan
Daftar rujukan berisi semua sumber-sumber
referensi yang dikutip dalam naskah KTI. Apabila
peneliti hanya menggunakan sumber referensi
sebagai bahan bacaan saja namun tidak dikutip
dalam naskah, maka tidak perlu dicantumkan
dalam daftar rujukan.
2.18 Lampiran
Lampiran memuat semua hal yang perlu
dimasukkan sebagai tambahan, antara lain surat
ijin, surat bimbingan, lembar konsultasi, lembar
kuesioner, lembar observasi, rekapitulasi data
responden, SOP (Standar Operasional Prosedur),
dll.

88 Bahasa Indonesia untuk Mahasiswa


Di Fakultas Farmasi
3. Uraian Tentang Metode KTI dan Etika Penelitian
3.1 Tinjauan Pustaka
Dalam bab ini dikemukakan teori-teori ilmu
pengetahuan yang relevan dengan persoalan yang
diteliti. Uraian teoritis diarahkan untuk
menguatkan jawaban yang telah digambarkan pada
bab pendahuluan. Teori ini diperoleh dari sumber
bahan bacaan, hasil penelitian dari peneliti
terdahulu dalam bidang yang sama serta dari
bahan-bahan lainnya yang ada relevansinya
dengan persoalan yang dibahas.
3.2 Kerangka konsep penelitian Merupakan rancang
bangun alur berpikir peneliti dalam penelitian ini
yang didasari oleh konsep teori yang terkait.
3.3 Jenis dan rancangan penelitian
3.4 Definisi operasional
Berupa tabel yang memuat tentang definisi
operasional dari variabel penelitian, parameter,
instrumen penelitian, skala data, dan hasil ukur.
3.5 Populasi dan sampel
Memuat populasi penelitian, sampel penelitian,
dan sampling.
3.6 Tempat dan waktu penelitian
Menguraikan tentang tempat pelaksanaan
penelitian dan waktu penelitian. Waktu penelitian
diperhitungkan mulai dari pengajuan proposal
sampai waktu selesainya penelitian.
3.7 Instrumen dan teknik pengumpulan data Berisi
penjelasan tentang instrumen yang digunakan
untuk mengukur variabel penelitian dan cara yang
digunakan untuk mengumpulkan data penelitian.

Bahasa Indonesia untuk Mahasiswa 89


Di Fakultas Farmasi
3.8 Teknik pengolahan data Menguraikan teknik yang
digunakan dari sejak terkumpulnya data penelitian
sampai pengolahan data tersebut.
3.9 Etika Penelitian Memuat etika penilitian yang
melindungi responden dan hak respoden terhadap
penelitian yang dilakukan serta kewajiban seorang
peneliti untuk memberikan kenyamanan kepada
responden.

C. Teknik Penulisan Naskah KTI


1. Penulisan Penomoran
1.1 Peringkat pertama adalah tulisan Bab beserta
judulnya: diketik pada batas atas bidang
pengetikan, disusun simetris menggunakan huruf
kapital semua, dicetak tebal, dan ditempatkan di
tengah baris (aligmen„ center). Tulisan Bab diberi
nomor urut menggunakan angka 1, 2, 3, dst
1.2 Peringkat kedua adalah penomoran untuk subbab:
ditulis di sebelah kiri dengan menggunakan urutan
2-angka (contoh: 1.1, 1.2, dst). Judul subbab
dicetak tebal, setiap huruf pertama kata ditulis
dengan huruf kapital dan huruf berikutnya ditulis
kecil, tanpa garis bawah dan tanpa tanda titik.
Awal paragraf berada di bawah judul subbab,
sejajar
dengan huruf pertama judul subbabnya 4.1.3
Peringkat ketiga adalah penomoran untuk anak
subbab: ditulis dengan urutan 3-angka (contoh:
1.1.1, 1.1.2, 1.1.3, dst). Huruf pertama ditulis
dengan huruf kapital dan berikutnya ditulis dengan

90 Bahasa Indonesia untuk Mahasiswa


Di Fakultas Farmasi
huruf kecil, tanpa garis bawah, tanpa tanda titik,
dan tidak dicetak tebal.
1.4 Peringkat keempat penomoran ditulis
menggunakan urutan 4-angk'a (contoh: 4.1.1.1,
4112, 41.13, dst)
1.5 Penomoran peringkat kelima ditulis dengan
menggunakan huruf kecil (contoh: a, b, c, dst) .
1.6 Penomoran peringkat keenam ditulis dengan
menggunakan urutan angka kecil memakai tanda
kurung tutup tanpa tanda titik. Contoh: 1) 4.1.7
Peringkat ketujuh ditandai dengan urutan huruf
kecil memakai tanda kurung tutup tanpa tanda
titik. Contoh: a) 4.1.8 Peringkat kedelapan ditandai
dengan urutan angka kecil memakai tanda kurung
buka tutup tanpa tanda titik. Contoh: (1) 4.1.9
Peringkat kesembilan ditandai dengan urutan huruf
kecil memakai tanda kurung buka tutup tanpa
tanda titik. Contoh: (a) angka kecil memakai tanda
kurung tutup tanpa tanda titik. Contoh: 1) 4.1.7
Peringkat ketujuh ditandai dengan urutan huruf
kecil memakai tanda kurung tutup tanpa tanda
titik. Contoh: a)
1.8 Peringkat kedelapan ditandai dengan urutan angka
kecil memakai tanda kurung buka tutup tanpa
tanda titik. Contoh: (1)
1.9 Peringkat kesembilan ditandai dengan urutan huruf
kecil memakai tanda kurung buka tutup tanpa
tanda titik. Contoh: (a)

Bahasa Indonesia untuk Mahasiswa 91


Di Fakultas Farmasi
2. Pengetikan Naskah KTI
2.1 Bidang pengetikan bawah kertas
2.2 Jenis huruf seluruh naskah menggunakan huruf
Times new Roman dengan ukuran huruf 12,
sedangkan teks di dalam tabel/ graf1k/ gambar
diperbolehkan menggunakan huruf ukuran 10
sampai dengan 12. Secara umum, digunakan huruf
yang dicetak tegak (normal). Huruf miring (italic)
digunakan untuk menuliskan kata bahasa asing
atau kata bahasa daerah, dan istilah yang belum
lazim. Huruf cetak tebal (bold) digunakan untuk
menuliskan judul bab dan subbab
2.3 Spasi
2.3.1 Spasi dalam naskah KTI
a. Setiap awal paragraf berada tepat di
bawah judul subbab, sejajar dengan
huruf pertama judul subbabnya
b. Spasi antarbaris dalam satu paragraf
adalah 1,5 spasi
c. Spasi dari nomor bab ke judul bab adalah
1,5 spasi
d. Spasi dari judul bab ke judul subbab
adalah 2 kali 1,5 spasi
e. Spasi antar paragraf adalah 2 kali 1,5
spasi
f. J arak antara akhir teks subbab dan awal
subbab baru adalah 2 kali 1,5 spasi
g. Jarak antara judul subjudul dengan teks
dibawahnya adalah 1,5 spasi, dan jarak
antara paragraf dengan paragraf
berikutnya juga 1,5 spasi

92
h. Teks di dalam tabel menggunakan spasi
1, termasuk juga spasi untuk keterangan
tabel/gambar/grafik
i. Spasi antarkata dalam kalimat teks tidak
boleh terlalu renggang (maksimal sama
dengan ukuran satu huruf), agar spasi
antarkata cukup rapat, kata yang terletak
di pinggir jika perlu diputus menurut
suku katanya sesuai kaidah bahasa
Indonesia yang baku

2.3.2 Spasi dalam daftar rujukan


a. Dalam sebuah sumber/rujukan, spasi
antara baris menggunakan 1 spasi (spasi
tunggal), sedangkan spasi antara satu
rujukan dengan rujukan lainnya
menggunakan spasi 2
b. Awal kata dalam satu rujukan diketik
pada margin kiri, baris selanjutnya
diketik menjorok masuk 1 centimeter
dari garis margin kiri
Contoh spasi dalam daftar rujukan:
Carol,T., et al. (2011). Fundamental Of
Nursing. Philadelphia: Lippincott
Company.
Darmadi. (2011). Infeksi Nosokomial
Problematika dan Pengendaliannya. ,
Jakarta: Salemba Medika.
Johnson, J .Y. (2011). Prosedur
Perawatan Rumah Pedoman Untuk
Perawat. Jakarta: EGC.

93
2.4 Nomor halaman
2.4.1 Peletakan nomor halaman pada setiap awal
bab adalah tepat di bagian tengah bawah
halaman, berjarak 1,5 cm dari tepi bawah
kertas. Nomor halaman selanjutnya
diletakkan pada pojok kanan atas pada
setiap halaman dengan jarak 1,5 cm dari tepi
atas kertas
2.4.2 Huruf untuk nomor halaman pada bagian
awal naskah adalah berupa angka romawi
kecil (i, ii, iii, dst), sedangkan nomor
halaman pada bagian isi dan bagian penutup
naskah ditulis dengan menggunakan angka
latin (1, 2, 3, dst

2.5 Penggunaan rujukan/referensi


2.5.1 Sumber rujukan dalam penyusunan KTI ini
ditetapkan minimal 5 buah, yang terdiri dari
minimal 2 buah referensi berbahasa Inggris
dan minimal 3 buah referensi yang
berbahasa Indonesia
2.5.2 Referensi yang digunakan untuk KTI: untuk
buku adalah terbitan 10 tahun terakhir,
jurnal/penelitian adalah 5 tahun terakhir,
angka prevalensi adalah 3 tahun terakhir.
menggunakan huruf ukuran 10 sampai
dengan 12. Secara umum, digunakan huruf
yang dicetak tegak (normal). Huruf miring
(italic) digunakan untuk menuliskan kata
bahasa asing atau kata bahasa daerah, dan
istilah yang belum lazim. Huruf cetak tebal

94
(bold) digunakan untuk menuliskan judul
bab dan subbab
2.6 Penulisan pada tabel (contoh lihat lampiran 6)
2.6.l Judul tabel diletakkan diatas tabel, ditulis rata
tengah ' (aligment center) didahului dengan
kata tabel. Judul tabel diberi nomor
berurutan, menggunakan huruf kecil
(contoh: Tabel 1, Tabel 2, Tabel 3, dst),
namun jika tabel terdapat dalam setiap bab
maka nomor tabel harus didahului nomor
kode bab (contoh: Tabel 1.1, Tabel 1.2,
Tabel 2.1, dst)
2.6.2 Badan tabel tidak boleh dipenggal kecuali
sangat terpaksa, misalnya tidak muat pada
satu halaman penuh
2.6.3 Badan tabel diletakkan rata di tengah
halaman
2.6.4 Penulisan sumber rujukan dari tabel
diletakkan di bawah tabel, dengan jarak 1
spasi dari tabelnya
2.6.5 Penulisan keterangan tabel juga diletakkan di
bawah tabel, letaknya setelah sumber
rujukan tabel
2.6.6 Spasi antara tabel dengan teks di luar tabel
(teks di atasnya atau teks di bawahnya)
adalah 2 kali 1,5 spasi
2.6.7 Spasi antara judul tabel dengan tabelnya
adalah 1,5 spasi
2.6.8 Teks di dalam tabel menggunakan ukuran
spasi 1 dan diperbolehkan menggunakan
huruf ukuran 10-12

95
2.7 Gambar/grafik
2.7 .1 Judul gambar/ grafik diletakkan simetris di
bawah gambar/ grafik didahului dengan kata
gambar/ grafik. Judul gambar/ grafik diberi
nomor berurutan, menggunakan huruf kecil
(contoh: l, 2, 3, dst)
2.7.2 Gambar/ grafik tidak boleh dipenggal
2.7.3 Letak gambar/ grafik rata di tengah halaman
2.7.4 Penulisan sumber rujukan dari gambar/ grafik
diletakkan di bawah gambar/ grafik setelah
judul gambar/ grafik, dengan jarak 1 spasi
dari judulnya

D. Penulisan Kutipan dan Daftar Rujukan


1. Jenis Kutipan
Sumber rujukan-sumber rujukan yang tercantum dalam
KTI merupakan referensi yang harus ada
pengutipannya di dalam naskah. Pengutipan sumber
rujukan ini dilakukan pada:
 'Setiap informasi dari suatu sumber, baik yang
dikutip langsung, ataupun yang telah disitasi atau
disintesis ' Data, gambar, tabel, bagan, grafik, atau
diagram dari suatu sumber ' Teori atau gagasan
penulis lain
 'Hasil penelitian orang lain

Sumber rujukan (referensi) dapat berupa buku atau


bahan lainnya, yang dikutip dengan teknik kutipan
langsung maupun kutipan tidak langsung, sebagai
berikut:

96
1.1 Kutipan langsung atau kuotasi Kutipan langsung
(kuotasi) adalah mengutip suatu sumber dengan
kata-kata dan kalimat yang sama dengan aslinya.
Pengutipan langsung yang diberlakukan untuk KTI
ini tidak lebih dari 4 baris ketikan. Cara penulisan
kutipan langsung:
 Harus mencantumkan tahun dan nomor
halaman dari sumber kutipan
 Diberi tanda kutip dua (“. . …”) pada awal dan
akhir kutipan Contoh: Banner (2011, hal.23)
mengemukakan bahwa, ” ntuisi tidak sama
dengan asumsi, oleh karena itu …”

1.2 Kutipan tidak langsung


Penulisan kutipan tak langsung diperbolehkan
tidak mencantumkan nomor halaman dari sumber
rujukannya namun hal tersebut harundilakukan
secara konsisten di setiap rujukan yang digunakan.

2. Penulisan Kutipan Dalam Naskah


Pemilihan referensi dalam teks/naskah KTI yang
digunakan di Universitas Muhammadiyah Banjarmasin
adalah menurut Sistem Harvard, yaitu hanya
mencantumkan nama belakang penulis dan tahun
terbitnya tulisan tersebut. Cara penulisan sistem ini
dapat dikelompokkan sebagai berikut:
2.1 Referensi dari satu penulis : cantumkan nama
belakang penulis dan tahun terbitnya tulisan
Contoh 1: brahim (2011) membahas tentang…
Contoh 2: Dalam penelitian tentang …, brahim
(2011) menemukan bahwa

97
Contoh 3: Penelitian sebelumnya menunjukkan
bahwa (Ibrahim, 2011)

2.2 Referensi dari dua penulis: kedua nama penulis


harus selalu dicantumkan
Contoh 1: Manderson and Espino (2011) dalam
studi di Filipina
Contoh 2: Hasil penelitian (Manderson & Espino,
2011)

2.3 Referensi oleh lebih dari dua penulis: cantumkan


nama belakang penulis pertama saja, ditambahkan
et al. (kata et al. dicetak miring) Contoh 1: Aikins
et al. (2011) menyatakan Contoh 2: Penelitian
tentang (Aikin et al., 2011)

2.4 Referensi dari institusi sebagai penulis Bila


pertamakali dimuat dalam teks: tuliskan identitas
institusi lengkap dan akronimnya
Contoh 1: Departemen Kesehatan (Depkes)(2011)
Contoh2: Hasil pendataan (Departemen Kesehatan
[Depkes], 2011)

Dalam pengutipan selanjutnya: gunakan


akronimnya saja
Contoh l: Depkes (2011)
Contoh 2: Survei di Indonesia (Depkes, 2011)

2.5 Pengutipan dari beberapa tulisan oleh penulis yang


sama, dan merupakan sumber dari paragraf yang
sama

98
2.5.1 Bila tulisan-tulisan itu diterbitkan pada tahun
yang sama : ditambahkan huruf abjad kecil
(a, b, c, ...) sebagai tanda Contoh: Beberapa
penelitian ... (Ibrahim, 2011a,b)
2.5.2 Bila diterbitkan pada tahun yang berbeda:
cantumkan tahun terbitnya secara berurutan
Contoh l: Ibrahim (2010, 2011) menemukan
Contoh 2: Beberapa penelitian (Ibrahim,
2010, 2011)

2.6 Pengutipan dari beberapa tulisan oleh dua orang


penulis: maka di dalam teks penulisannya
dipisahkan oleh tanda titik koma
Contoh:… (Espino & Manderson, 2011; ipowsky
et al., 2005; Snow et al., 1990)

2.7 Referensi dari penulis yang nama belakangnya


sama: cantumkan inisial namanya dengan lengkap
pada seluruh sitasi dalam teks
Contoh: R.D. Luce and F.A. Luce (2011)
mengatakan

2.8 Mensitasi suatu tulisan yang merupakan bagian


dari suatu buku atau kumpulan tulisan: cantumkan
nama penulis bagian tersebut (bukan nama editor
seluruh buku)
Contoh: S. Brown and A. Glasner merupakan
editor sebuah buku berisi kumpulan
beberapa tulisan, termasuk di dalam
buku tersebut tulisan dari Race (2010)

99
2.9 Referensi sekunder: hanya diijinkan bila sumber
aslinya tidak dapat ditemukan.
Contoh 1: Penelitian oleh Smith (1960, disitasi
oleh Jones, 2011) menemukan bahwa
Contoh 2: White, seperti yang disitasi
Black (2011), berpendapat bahwa

2.10 Bila tidak ada nama penulis: digunakan istilah


”anonim”
Contoh: data sebelumnya menunjukkan (Anonim,
2011)

2.11 Mensitasi artikel koran tanpa nama penulis:


dituliskan nama korannya
Contoh: Kecurigaan adanya limbah (Kompas,
2011)

2.12 Mensitasi dari komunikasi pribadi Komunikasi


pribadi dapat berbentuk surat, memo, komunikasi
elektronik, komunikasi pertelepon, dll.
Komunikasi pribadi dapat ditulis dalam teks
namun tidak perlu dicantumkan dalam Daftar
Pustaka
Contoh: Radjiman (personal communication,
October 24, 2011)

2.13 Kutipan dari situs internet: maka yaitu


5.2.11.1 Bila sumber kutipan ada judul dan
penulisnya, pengutipannya seperti layaknya
sistem harvard, dituliskan nama akhir penulis
dan tahun penulisan“

100
Kemudian di dalam daftar rujukan dicantumkan
nama situs dan tangga diakses
Contoh:
Di dalam naskah ditulis: karena itulah daya ingat
cenderung menurun (Brown, 2011)

di dalam daftar rujukan ditulis:


Brown. (2011). Brain. (Internet). Termuat dalam:
http://www. fmdarticles.pdf (Diakses
tanggal 6 Maret 2011)

2.13.1Bila sumber kutipan tidak ada judul dan


penulisnya, maka dituliskan lengkap
situsnya dalam naskah, kemudian di dalam
daftar rujukan ditulis seperti halnya di
dalam naskah.
Contoh : merupakan sebuah komunitas yang
kompeten
<http://www.netLibrary.com/sum
mary&v=l&b ookid=22981>
(Diakses tanggal 6 Maret 2011)

Di dalam daftar rujukan ditulis:


http://Www.netLibrary.com/summary&v=l
&bookid=2 2981> (Diakses tanggal 6 Maret
2011)

3. Ketentuan Sumber Rujukan


Menulis bibliografi atau daftar pustaka bermaksud
untuk menampilkan semua sumber rujukan dan bacaan
baik yang telah diterbitkan seperti buku, jurnal dan

101
majalah, ataupun yang belum terbit seperti kertas kerj
a, tesis dan disertasi. Biblografl dapat membantu
pembaca mengetahui sumber-sumber yang digunakan
dalam karya ilmiah.
Mahasiswa diwajibkan menggunakan minimal 5 buah
referensi keperawatan dalam Daftar Rujukan, yaitu
terdiri dari minimal 3 buah referensi keperawatan
berbahasa Indonesia dan minimal 2 buah referensi
keperawatan berbahasa inggris.
Referensi yang digunakan untuk KTI: untuk buku
adalah terbitan 10 tahun terakhir, untuk
jurnal/penelitian adalah 5 tahun terakhir, dan untuk
angka prevalensi adalah 3 tahun terakhir.

4. Penulisan Sumber Rujukan


Penulisan sumber rujukan yang digunakan untuk KTI
di Universitas Muhammadiyah Banjarmasin adalah
menggunakan sistem Harvard, sebagai berikut:
4.1. Daftar Rujukan disusun secara alfabet
4.2 Penulisannya berurutan, sebagai berikut: nama
pengarang, tanda titik, spasi, tahun (terletak di
dalam tanda kurung), tanda titik, spasi, judul
(dicetak miring), tanda titik, spasi, edisi/jilid
(bila ada), tanda titik, spasi, kota tempat
penerbitan, tanda titik dua, spasi, penerbit, tanda
titik
Contoh:
Mansjoer, A. (2011). Kapita Selekta Kedokteran.
Edisi 3. Jilid I. Jakarta: Media
Aesculapius.

102 Bahasa Indonesia untuk Mahasiswa


Di Fakultas Farmasi
4.3 Bila nama pengarang terdiri dari 2 (dua) kata atau
lebih, maka penulisannya dimulai dari nama paling
belakang, diberi tanda koma (,) dilanjutkan dengan
singkatan nama depan dan nama tengahnya
Contoh l: Andry Hartono ditulis: Hartono, A
Contoh 2: Claire Wieks ditulis: Wieks, C
Contoh 3: Muhammad Anwar Ibrahim ditulis:
Ibrahim, MA

4.4 Penulisan editor atau editors disingkat menjadi ”ed”


atau ”eds” -4 Tanda ”&” diperbolehkan untuk
menuliskan nama-nama penulis, namun
penggunaannya harus konsisten
4.5 Penulisan gelar kesarjanaan pengarang, ditiadakan
4.6 Penulisan daftar pustaka tidak menggunakan nomor
urut
4.7 Penulisan beberapa sumber yang berasal dari satu
penulis: disusun secara kronologis berdasarkan
tahun terbitnya, atau bila tahun penerbitannya
sama maka dipakai tambahan huruf kecil (a, b, dst)
Contoh 1: Ibrahim, ML. (2010)
Contoh 2: Ibrahim, M.L. (2011a) .....
Contoh 3: Ibrahim, M.L. (2011b) .....

5.1 Format Penulisan Daftar Rujukan


Referensi yang bersumber dari buku, format penulisan dalam
daftar rujukan, seperti contoh berikut:
Pengarang. (tahun). Judul dan sub judul (dicetak miring).
Edisi/volume/seri (jika ada). Kota: Penerbit.

103
Secara terperinci, format penulisan daftar rujukan adalah
sebagai berikut: 5.5.1 Bersumber dari buku dengan satu
penulis:
Contoh:
Mansjoer, A. (2011). Kapita Selekta Kedokteran.
Edisi 3. Jilid I. Jakarta: Media Aesculapius.

5.1.2 Bersumber dari buku dengan dua atau lebih penulis:


semua nama pengarang harus ditulis (tidak boleh
disingkat dengan et al. atau dkk.). Penggunaan et al.
atau dkk. hanya ketika mensitasi atau kuotasi di
dalam naskah.
Contoh:
Cheek, J., Doskatsch, I., Hill, P. & Walsh, L. (2011).
Finding Out: Information Literacy for the 2lst
Century. South Melbourne: McMillan
Education Australia.

5.1.3 Bersumber dari buku dengan editor atau penyusun


sebagai penulis
Contoh:
Robinson, W & Huxtable, C.R.R. Eds. (2011).
Clinicopathologic Principles for Veterinary
Medicine. Cambriedge: Cambriedge
University Press.

104
BAB IX PLAGIASI DAN SURAT

A. Plagiasi
1. Pentingnya Orisinalitas Tulisan
Istilah orisinalitas tulisan mengemuka di sekitar
tahun 1500-an di Inggris. Saat itu istilah orisinalitas
mengacu pada pengertian bahwa hasil tulisan yang
dibuat seseorang tidak pernah dibuat sebelumnya oleh
orang lain secara tertulis. Isu orisinalitas ini
mengemuka hingga mendorong munculnya kesadaran
akan pentingya melindungi orisinalitas pemikiran atau
tulisan seseorang secara hukum di akhir tahun 1790-an
(Sutherland-Smith, 2008, hlm. 43).
Orisinalitas merupakan kriteria utama dan kata
kunci dari hasil karya akademik terutama pada tingkat
doktoral (Murray, 2002, hlm. 52-53). Karya ilmiah,
khususnya skripsi, tesis, atau disertasi semaksimal
mungkin harus memperlihatan sisi orisinalitasnya.
Sebuah skripsi, tesis, atau disertasi bisa dikatakan
orisinal apabila memenuhi beberapa kriteria seperti
yang diajukan oleh Murray (2002, hlm. 53, lihat juga
Phillips & Pugh, 1994, hlm. 61-62) sebagai berikut:
a) Penulis mengatakan sesuatu yang belum pernah
dikatakan oleh orang lain;

105
b) penulis melakukan karya empiris yang belum
dilakukan sebelumnya;
c) penulis menyintesis hal yang belum pernah
disintesis sebelumnya;
d) penulis membuat interpretasi baru dari gagasan
atau hasil karya orang lain;
e) penulis melakukan sesuatu yang baru dilakukan di
negara lain, tetapi di belum dilakukan di
negaranya;
f) penulis mengambil teknik yang ada untuk
mengaplikasikannya dalam bidang atau area yang
baru;
g) penulis melakukan penelitian dalam berbagai
displin ilmu dengan menggunakan berbagai
metodologi;
h) penulis meneliti topik yang belum diteliti oleh
orang dalam bidang ilmu yang ditekuninya;
i) penulis menguji pengetahuan yang ada dengan
cara orisinal;
j) penulis menambah pengetahuan dengan cara yang
belum dilakukan sebelumnya;
k) penulis menulis informasi baru untuk pertama kali;
l) penulis memberi eksposisi terhadap gagasan orang
lain;
m) penulis melanjutkan hasil sebuah karya yang
orisinal.

2. Pengertian Plagiarisme
Kata plagiarisme sesungguhnya berasal dari
sebuah kata dari bahasa Latin plagiarius, yang artinya
seseorang yang menculik anak atau budak orang lain.

106
Istilah ini kemudian mulai mengemuka dan umum
dipakai untuk menggambarkan apa yang kadang-
kadang disebut sebagai “pencurian karya sastra” sekitar
tahun 1600-an (lihat Weber-Wulff, 2014).
Pemerintah Indonesia sendiri melalui
Permendiknas No. 17 tahun 2010, mendefinisikan
plagiat sebagai perbuatan secara sengaja atau tidak
sengaja dalam memperoleh atau mencoba memperoleh
kredit atau nilai untuk suatu karya ilmiah, dengan
mengutip sebagian atau seluruh karya dan/atau karya
ilmiah pihak lain yang diakui sebagai karya ilmiahnya,
tanpa menyatakan sumber secara tepat dan memadai.
(hlm. 2)
Di berbagai universitas di belahan bumi ini, isu
plagiarisme mulai mendapatkan perhatian yang serius.
Istilah plagiarisme kerap dimaknai sebagai academic
cheating atau kecurangan akademik, dengan berbagai
asosiasi makna seperti kebohongan, pencurian,
ketidakjujuran, dan penipuan (lihat Sutherland-Smith,
2008).
Pada mulanya, plagiarisme memang tidak
dianggap sebagai masalah serius pada masa lalu.
Mengambil ide hasil pemikiran orang lain dan
menuliskannya kembali dalam tulisan baru menjadi hal
yang didorong sebagai bentuk realisasi konsep mimesis
(imitasi) oleh para penulis terdahulu. Pandangan yang
mengemuka saat itu adalah bahwa pengetahuan atau
pemikiran mengenai kondisi manusia harus dibagikan
oleh semua orang, bukan untuk mereka miliki sendiri
(lihat Williams, 2008). Namun demikian, dalam
konteks dunia akademik sekarang ini tindakan tersebut

107
perlu dihindari karena dapat membawa masalah serius
bagi para pelakunya.

3. Bentuk-Bentuk Tindakan Plagiat


Tindakan yang dapat masuk ke dalam jenis plagiat
cukup beragam dan luas. Jenis-jenis tindakan tersebut
menurut Weber-Wulff (2014) meliputi tindakan-
tindakan atau hal-hal berikut ini.
a) Copy & paste. Tindakan ini adalah yang paling
populer dan sering dilakukan. Plagiator mengambil
sebagian porsi teks yang biasanya dari sumber
online kemudian dengan dua double keystrokes
(CTRL + C dan CTRL + V) salinan dokumen
kemudian diambil dan disisipkan ke dalam tulisan
yang dibuat. Dari penggabungan dokumen ini
sebenarnya dosen sering kali dapat melihat
kejomplangan ide dan gaya penulisan. Di bagian
tertentu tulisan terlihat sangat baik sementara di
bagian lainnya tidak.
b) Penerjemahan. Penerjemahan tanpa mengutip atau
merujuk secara tepat juga sering dilakukan.
Plagiator biasanya memilih bagian teks dari bahasa
sumber yang akan diterjemahkan kemudian secara
manual atau melalui software penerjemah
melakukan penerjemahan ke dalam draft kasar. Tak
jarang karena menggunakan software yang tidak
peka terhadap konteks kalimat, misalnya, hasil
terjemahan pun menjadi rancu.
c) Plagiat terselubung. Yang dimaksud plagiat
terselubung di sini adalah tindakan mengambil
sebagian porsi tulisan orang lain untuk kemudian

108
mengubah beberapa kata atau frasa dan menghapus
sebagian lainnya tanpa mengubah sisa dan
konstruksi teks lainnya.
d) Shake & paste collections. Tindakan ini mengacu
pada pengumpulan beragam sumber tulisan untuk
kemudian mengambil darinya ide dalam level
paragraf bahkan kalimat untuk menggabungkannya
menjadi satu. Sering kali hasil teks dari
penggabungan ini tidak tersusun secara logis dan
menjadi tidak koheren secara makna.
e) Clause quilts. Tindakan ini adalah mencampurkan
kata-kata yang dibuat dengan potongan tulisan dari
sumber-sumber yang berbeda. Potongan teks dari
berbagai sumber digabungkan dan tak jarang
sebagian merupakan kalimat yang belum tuntas
digabung dengan potongan lain untuk
melengkapinya. Beberapa ahli menamakannya
mosaic plagiarism.
f) Plagiat struktural. Jenis tindakat plagiat ini adalah
terkait peniruan pola struktur tulisan, dari mulai
struktur retorika, sumber rujukan, metodologi,
bahkan sampai tujuan penelitian.
g) Pawn sacrifice. Tindakan ini merupakan upaya
mengaburkan berapa banyak bagian dari teks yang
memang digunakan walaupun penulis menuliskan
sumber kutipannya. Sering kali bagian teks dari
sumber lain yang dikutip dan diberi pengakuan
hanya sebagian kecil saja, padahal bagian yang
diambil lebih dari itu.
h) Cut & slide. Pada dasarnya mirip dengan pawn
sacrifice dengan sedikit perbedaan. Plagiator

109
biasanya mengambil satu porsi teks dari sumber
lain. Sebagian teks tersebut dikutip dan diberi
pengakuan dengan cara yang benar dengan kutipan
langsung, sementara sebagian lain yang jelas-jelas
diambil langsung tanpa modifikasi dibiarkan begitu
saja masuk dalam tulisannya.
i) Self-plagiarism. Jenis tindakan ini adalah
menggunakan ide dari tulisan-tulisan sendiri yang
telah dibuat sebelumnya namun menggunakannya
dalam tulisan baru tanpa kutipan dan pengakuan
yang tepat. Walaupun penulis merasa bahwa ide
tersebut adalah miliknya dalam tulisan sebelumnya
dan dapat menggunakannya secara bebas sesuai
keinginannya, hal ini dianggap sebagai praktik
akademik yang tidak baik.
j) Other dimensions. Jenis-jenis tindakan plagiat
lainnya dapat dilakukan dengan berbagai cara.
Plagiator dapat menjiplak dari satu sumber atau
lebih, atau menggabungkan dua atau lebih bentuk
plagiat yang disebutkan di atas dalam tulisan yang
dia buat. Yang pasti, tindakan plagiat masih
memungkinkan untuk berkembang dengan
modifikasi dimensi dari tindakannya.

4. Sanksi bagi Tindakan Plagiat


Apabila memang terbukti secara jelas dan sah
seseorang melakukan tindakan plagiat dalam karya
ilmiahnya, pihak Universitas akan melakukan tindakan
tegas dengan merujuk pada aturan yang berlaku, yakni
Permendiknas No. 17 Tahun 2010 tentang Pencegahan
dan Penanggulangan Plagiat di perguruan Tinggi.

110 Bahasa Indonesia untuk Mahasiswa


Di Fakultas Farmasi
Dalam aturan tersebut, pada Pasal 12 Ayat 1 dan 2
dinyatakan secara eksplisit mengenai sanksi tindakan
plagiat baik untuk mahasiswa, dosen, peneliti, maupun
tenaga kependidikan.
Menurut Pasal 12 Ayat 1 disebutkan bahwa
mahasiswa yang terbukti melakukan tindakan plagiat
dapat diberikan sanksi berupa:
a) teguran;
b) peringatan tertulis;
c) penundaan pemberian sebagian hak mahasiswa;
d) pembatalan nilai satu atau beberapa mata kuliah
yang diperoleh mahasiswa;
e) pemberhentian dengan hormat dari status sebagai
mahasiswa;
f) pemberhentian tidak dengan hormat dari status
sebagai mahasiswa; atau
g) pembatalan ijazah apabila mahasiswa telah lulus
dari suatu program.

Sementara itu, sanksi bagi dosen/peneliti/ tenaga


kependidikan yang terbukti melakukan tindakan plagiat
menurut Pasal 12 Ayat 2 dapat berupa:
a) teguran;
b) peringatan tertulis;
c) penundaan pemberian hak dosen/peneliti/tenaga
kependidikan;
d) penurunan pangkat dan jabatan
akademik/fungsional;
e) pencabutan hak untuk diusulkan sebagai guru
besar/ profesor/ahli peneliti utama bagi yang
memenuhi syarat;

Bahasa Indonesia untuk Mahasiswa 111


Di Fakultas Farmasi
f) pemberhentian dengan hormat dari status sebagai
dosen/ peneliti/ tenaga kependidikan;
g) pemberhentian tidak dengan hormat dari status
sebagai dosen/ peneliti/ tenaga kependidikan; atau
h) pembatalan ijazah yang diperoleh dari perguruan
tinggi yang bersangkutan.

Pada Pasal 12 Ayat 3 peraturan yang sama


disebutkan juga bahwa:
Apabila dosen/ peneliti/ tenaga kependidikan
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf f, huruf
g, dan huruf h menyandang sebutan guru besar/
profesor/ ahli peneliti utama, maka dosen/ peneliti/
tenaga kependidikan tersebut dijatuhi sanksi
tambahan berupa pemberhentian dari jabatan guru
besar/ profesor/ ahli peneliti utama oleh Menteri
atau pejabat yang berwenang atas usul perguruan
tinggi yang diselenggarakan oleh Pemerintah atau
atas usul perguruan tinggi yang diselenggarakan
oleh masyarakat melalui Koordinator Perguruan
Tinggi Swasta.

B. Surat
Surat adalah alat komunikasi yang mempergunakan bahasa
tulisan di atas lembaran kertas yang sangat erat hubungannya
dengan kehidupan manusia. Sejak zaman dahulu hingga di
zaman serba modern ini, manusia tidak dapat melepaskan dirinya
dari kepentingan manusia lainnya baik yang berada di sekitarnya
maupun di tempat yang berjauhan.
Zaman dahulu bentuk surat sangat sederhana. Penulisan,
bahan atau cara mengirimkannya pun juga sangat sederhana. Dan

112
kini zaman sudah maju dengan pesat. Sedikit demi sedikit cara
lama mulai ditinggalkan. Keberadaan surat itu sendiri kini
dihubungkan dengan adanya alat canggih yang bernama
komputer.
Akan tetapi, walaupun kemajuan surat menyurat telah
banyak dicapai dewasa ini maka ciri khas surat sebagai alat
komunikasi dibanding dengan alat komunikasi lainnya tetap ada.
Yakni, surat tetap merupakan alat komunikasi yang
mempergunakan bahasa tulisan dan kertas sebagai medianya.
Di era modern ini penulisan surat sebagian besar beralih
menggunakan komputer karena dianggap penggunaannya lebih
praktis, lebih cepat, dan memiliki kelebihan dalam menyimpan
arsip secara otomatis. Barangkali hanya sebagian kecil saja orang
yang masih menggunakan mesin ketik biasa dan tulisan
tangan, bergantung dari kebutuhan dan tujuan dari surat itu
sendiri
Di samping sebagai saran komunikasi, surat juga
mempunyai fungsi lain, yaitu sebagai wakil penulis untuk
berhadapan dengan lawan bicaranya. Fungsi-fungsi surat sebagai
berikut:
1. Sebagai bukti tertulis karena surat merupakan sarana
komunikasi secara tertulis yang dapat dijadikan bukti yang
mempunyai kekuatan hukum.
2. Sebagai wakil lembaga atau pribadi dari pembuat surat
yang membawa pesan, misi atau informasi yang hendak
disampaikan kepada penerima.
3. Sebagai pegangan untuk bertindak dan titik tolak untuk
kegiatan
4. Sebagai catatan/dokumentasi historis dan bahan pengingat
seseorang dalam kegiatan atau aktifitasnya dimasa lalu

113
yang bisa dipergunakannya untuk melakukan kegiatan
selanjutnya.

1. Surat Lamaran Pekerjaan


Surat lamaran kerja masih tergolong ke dalam
surat dinas atau surat resmi, bila Anda belum tahu
mengenai surat dinas. Oleh sebab itu pembuatannya
harus mengikuti aturan tertentu yang telah
dibakukan. Membuat surat lamaran kerja yang baik
merupakan salah satu kunci sukses untuk bisa diterima
di sebuah perusahaan yang Anda tuju. Oleh karena itu,
penggunaan bahasa baik serta menghindari kesalahan
dalam ejaan dan penulisan huruf harus sangat
diperhatikan. Selain itu struktur surat juga akan
menjadi pertimbangan perusahaan dalam menerima
Anda. Oleh karena itu buatlah surat dengan singkat,
informatif, jelas dan tepat sasaran. Berikan informasi
yang diperlukan oleh perusahaan.
Umumnya saat ini surat lamaran kerja tidak lagi
ditulis menggunakan tangan tetapi lebih banyak
menggunakan komputer. Di dalam komputer Anda bisa
menggunakan berbagai aplikasi yang bisa dimanfaatkan
seperti Microsoft Word yang sangat support untuk
membuat dokumen. Berikut adalah beberapa tips dalam
membuat surat lamaran kerja menggunakan aplikasi
Microsoft Word.
 Pada aplikasi Microsoft word Anda bisa
menggunakan huruf times new roman dengan
ukuran huruf 12pt, sedangkan untuk ukuran kertas
bisa menggunakan kertas A4. Atau bisa

114
disesuaikan dengan syarat khusus yang diberikan
oleh perusahaan.
 Tulislah surat lamaran kerja semenarik mungkin
agar perusahaan yang membuka lowongan tertarik
dan ingin mengetahui diri Anda lebih dalam.
 Surat harus ditulis dengan menggunakan bahasa
Indonesia yang baik dan benar sesuai dengan EYD
yang berlaku. Gunakan susunan kalimat yang baik,
singkat, padat dan mudah dimengerti. Tidak
menguasai EYD Anda bisa mengecek tulisan
Anda di KKBI.
 Tulislah skill yang Anda miliki sehingga bisa
menarik hati perusahaan yang merekrut karyawan.
Selain itu masukan juga prestasi-prestasi yang
Anda raih.

Terkadang dalam membuat surat lamaran kerja


kebanyakan orang melupakan hal kecil. Padahal hal-hal
kecil ini sangat penting dalam sangat berpengaruh pada
nasib surat yang telah dibuat. Apakah dibuang ke
tempat sampah atau disimpan untuk melanjutkan pada
proses selanjutnya. Berikut hal-hal kecil yang harus
dicantumkan dalam surat lamaran kerja.
Data pribadi pelamar yang meliputi :
 Nama Lengkap
 Tempat dan Tanggal Lahir
 Alamat
 Telepon dan/atau HP
 E-mail (bila ada, tidak wajib)
 Status Perkawinan

115
Khusus untuk nomor kontak jangan sampai lupa
untuk mencantumkan di surat yang Anda buat, karena
bila perusahaan itu menerima surat yang Anda kirim
maka Anda akan langsung dihubungi lewat nomor yang
Anda cantumkan. Bila Anda tidak memiliki nomor
telepon, bisa menggunakan nomor tetangga, saudara
atau siapa saja yang dekat dengan Anda.

Pendidikan
Tulislah rekam jejak pendidikan yang pernah
Anda jalani. Baik itu pendidikan secara formal atau
pendidikan non formal. Pendidikan formal adalah
pendidikan yang dijalani mulai dari sekolah dasar,
sekolah menengah pertama, sekolah menengah atas dan
juga perguruan tinggi. Sedangkan untuk pendidikan
non formal seperti kursus, pelatihan atau hal apapun
yang menunjang kemampuan Anda.

Pengalaman Bekerja
Bila Anda pernah bekerja di perusahaan lain maka
tulislah pengalaman bekerja Anda. Berapa lama Anda
bekerja, posisi apa saja yang pernah dijabat dan jenis
pekerjaan apa saja yang pernah Anda lakukan. Tetapi
bila Anda belum pernah bekerja sebelumnya, Anda bisa
melewatkan bagian ini.

Lampiran Surat Lamaran Pekerjaan


Lengkapi surat lamaran kerja Anda dengan bukti-
bukti yang mendukung pernyataan Anda di dalam surat
tersebut. Fungsi lampiran ini adalah untuk
mempertegas surat lamaran untuk dijadikan bahan

116
pertimbangan bagi pihak perusahaan atau instansi yang
menawarkan pekerjaan. Lampiran tersebut meliputi:
1. Daftar Riwayat Hidup atau CV (Curriculum Vitae)
atau Resume
2. Foto copy Ijazah terakhir
3. Foto copy sertifikat kursus/pelatihan
4. Pas Foto terbaru
5. Surat Keterangan Catatan Kepolisian (tidak wajib,
namun bila ada, lebih baik)
6. Surat Keterangan Kesehatan dari Dokter (tidak
wajib, namun bila ada, lebih baik)

Bahasa Indonesia untuk Mahasiswa 117


Di Fakultas Farmasi
118
DAFTAR RUJUKAN

Achmad, H.P., dan Alek. 2011. Bahasa Indonesia untuk


Perguruan Tinggi. Jakarta: Kencana Prenada Media
Grup.
Anker, S. (2009). Real essays with readings: Writing project for
college, work, and everyday life. Boston: Bedford/ St.
Martin‟s
Bahtiar, Ahmad dan Fatimah. 2014. Bahasa Indonesia untuk
Perguruan Tinggi. Bogor: IN MEDIA.
Haryanta, Agung Tri. 2012. Kamus Kebahasaan dan
Kesusastraan. Surakarta: Aksara Sinergi Media.
Mufid, Ahmad. 2015. Pedoman Kata Baku dan Tidak Baku.
Jakarta: Buku Pintar.
Ngalimun dan Yundi Fitrah. 2015. Belajar Berbahasa Indonesia
di Perguruan Tinggi. Yogyakarta: Aswaja Pressindo.
Ngalimun dkk. 2013. Bahasa Indonesia di Perguruan
Tinggi.Yogyakarta: Aswara Pressindo.
Pusat Bahasa. 2003. Buku Praktis Bahasa Indonesia Jilid 1.
Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Rafiek dan Rusma. 2005. Bahasa Indonesia untuk Mahasiswa di
Perguruan Tinggi. Banjarmasin: Pustaka Pelajar.
Rafiek, M., dan Rusma Noortyani. 2015. Bahasa Indonesia untuk
Mahasiswa di Perguruan Tinggi. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Zulkifli. 2016. Bahasa Indonesia untuk Mahasiswa. Yogyakarta:
Aswaja Pressindo.

119
120
BIODATA PENULIS

Muhammad Yunus
Penulis lahir di Negara Hulu Sungai Selatan 1
Januari 1989. Menempuh Pendidikan Bahasa
Sastra Indonesia dan Daerah Universitas
Lambung Mangkurat dan lulus pada tahun
2012. Pada tahun 2014, penulis
menyelesaikan pendidikan pascasarjana
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia,
Universitas Lambung Mangkurat. Saat ini Penulis tercatat
sebagai dosen tetap Pendidikan Bahasa Indonesia Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan di Universitas Muhammadiyah
Banjarmasin Pengampu mata kuliah Linguistik Umum dan
Fonologi Bahasa Indonesia.

121

Anda mungkin juga menyukai