Anda di halaman 1dari 29

1

KATA PENGANTAR

Syukur alhamdulillah ke hadirat ilahi Robbi modul kuliah bahasa Indonesia


untuk perguruan tinggi ini dapat selesai dikerjakan. Kehadiran modul ini adalah
sebagai pemandu bagi Anda, mahasiswa semester awal jurusan non-bahasa
Indonesia dalam mata kuliah bahasa Indonesia dalam jaringan (daring) yang akan
dilaksanakan pada semester ganjil 2020.
Modul ini berisi delapan bagian materi mengenai bahasa yang telah
disesuaikan dengan Keputusan Direktur Jendral Pendidikan Tinggi Departemen
Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor: 43/Dikti/Kep/2006 tentang
Rambu-rambu Pelaksanaan Kelompok Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian
(MPK) di perguruan tinggi.
Isi modul ini juga sejalan dengan Standar Nasional Pendidikan Tinggi yang
tertuang dalam Permenristekdikti Nomor 44 tahun 2015 dan arahan Dirjen
Pembelajaran dan Kemahasiswaan DIKTI yang mengarahkan pembelajaran bahasa
Indonesia di perguruan tinggi untuk menciptakan sivitas akademik yang terampil
memproduksi dan menggunakan teks sesuai dengan tujuan dan fungsi sosialnya.
Pada bagian pertama modul ini akan disajikan materi mengenai sejarah dan
perkembangan bahasa Indonesia. Bagian kedua modul adalah ragam bahasa.
Selanjutnya, pada bagian ketiga akan dibahas materi mengenai Ejaan Bahasa
Indonesia dan bagian keempat mengenai diksi. Kemudian bagian kelima akan
disajikan materi mengenai kalimat dilanjutkan bagian keenam paragraf. Dua
materi akhir modul ini adalah penalaran dan ditutup dengan materi karya ilmiah.
Sebagai sebuah modul yang disusun berdasarkan perkembangan ilmu
pengetahuan terkini, tentunya modul ini masih memiliki kekurangan untuk
disesuaikan kembali dengan keilmuan yang berkembang di masa mendatang. Pada
kesempatan ini tim penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada berbagai
pihak yang telah membantu terselesaikannya modul ini. Akhir kata, semoga modul
ini bermanfaat.

Medan, 2020
Tim Penyusun.

Tim Dosen UMSU|ii


DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ....................................................................................................... i


KATA PENGANTAR ........................................................................................................ ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................................ iii
I. IDENTITAS .............................................................................................................. 1
II. PENDAHULUAN ..................................................................................................... 1
III. PEMBELAJARAN ................................................................................................... 4
MODUL 1 SEJARAH DAN PERKEMBANGAN BAHASA INDONESIA
A. Kegiatan Pembelajaran 1 ......................................................................... 4
MODUL 2 RAGAM DAN LARAS BAHASA
B. Kegiatan Pembelajaran 2 ......................................................................... 26
MODUL 3 EJAAN BAHASA INDONESIA
C. Kegiatan Pembelajaran 3 ......................................................................... 43
D. Kegiatan Pembelajaran 4 ......................................................................... 55
MODUL 4 DIKSI
E. Kegiatan Pembelajaran 5 ......................................................................... 74
F. Kegiatan Pembelajaran 6 ......................................................................... 86
MODUL 5 KALIMAT
G. Kegiatan Pembelajaran 7 ......................................................................... 96
H. Kegiatan Pembelajaran 8 ......................................................................... 117
MODUL 6 PARAGRAF
I. Kegiatan Pembelajaran 9 ......................................................................... 125
J. Kegiatan Pembelajaran 10 ...................................................................... 135
MODUL 7 PENALARAN
K. Kegiatan Pembelajaran 11 ...................................................................... 142
MODUL 8 KARYA ILMIAH
L. Kegiatan Pembelajaran 12 ...................................................................... 153
M. Kegiatan Pembelajaran 13 ...................................................................... 164
N. Kegiatan Pembelajaran 14 ...................................................................... 170
IV. PENUTUP ................................................................................................................ 188
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 189

Modul Bahasa Indonesia Untuk Perguruan Tinggi|iii


I. IDENTITAS
A. Nama Mata Kuliah
Bahasa Indonesia
B. Kode Mata Kuliah
KBII 10032
C. Jumlah SKS
2 SKS
D. Nama Dosen/Team Teaching
1. Ketua Team Teaching
Dr. Muhammad Isman, M.Hum.
2. Anggota
Dr. Syamsuyurnita, M.Pd.
Dr. Charles Butar-Butar
Drs. Tepu Sitepu, M.Pd.
Enny Rahayu, M.Hum.
Khairul Anam, S.Pd., M.Pd.
Mutia Febriyani, S.Pd., M.Pd.
Oktavia Lestari Pasaribu, S.Pd., M.Pd.
Sri Listiana Izar, S.Pd., M.Pd.
Wulandari Anwar, S.Pd., M.Pd.

II. PENDAHULUAN
A. Deskripsi Matakuliah
Sejak tahun 2002 bahasa Indonesia ditetapkan sebagai mata kuliah wajib
bagi setiap mahasiswa di perguruan tinggi dalam kelompok mata kuliah
pengembang kepribadian. Payung hukum yang melandasi setiap Program Studi
di Perguruan Tinggi wajib menyelenggarakan mata kuliah bahasa Indonesia
adalah UU Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi. Pada Pasal 35
(3) Kurikulum Pendidikan Tinggi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) butir d
wajib memuat mata kuliah bahasa Indonesia. Pada Pasal 37 (1) Bahasa
Indonesia sebagai bahasa resmi negara wajib menjadi bahasa pengantar di
Perguruan Tinggi.

Modul Bahasa Indonesia Untuk Perguruan Tinggi|1


Sebagai mata kuliah pengembang kepribadian, pengajaran bahasa
Indonesia bertujuan agar mahasiswa memahami konsep penulisan ilmiah dan
mampu menerapkannya dalam penulisan karya ilmiah. Untuk itu, mahasiswa
dibekali berbagai pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang terkait dengan
penggunan bahasa Indonesia sebagai alat komunikasi yang sekaligus dapat
mengembangkan kecerdasan, karakter, dan kepribadiannya. Selain untuk
mengembangkan kepribadian, kehadiran mata kuliah bahasa Indonesia juga
untuk menjadikan bahasa Indonesia sebagai sarana komunikasi ilmiah bagi
mahasiswa dan ilmuwan lulusan perguruan tinggi.

B. Capaian Pembelajaran Mata Kuliah


Setelah mengikuti mata kuliah bahasa Indonesia mahasiswa
diharapkan mampu untuk meningkatkan pengetahuan mengenai kaidah
bahasa Indonesia dan kemampuan berbahasa Indonesia lisan dan tulis.
Dengan meningkatnya kompetensi dalam menulis ilmiah menggunakan
bahasa Indonesia yang baik dan benar didasari oleh penguasaan dan
pengetahuan atas fungsi-fungsi bahasa serta ragam dan larasnya,
keterampilan ejaan-tanda baca, diksi, kalimat, dan paragraf, serta
kemampuan mereproduksi teks-teks dari berbagai sumber, mahasiswa
diharapkan mampu mengaktualisasikan diri melalui penyampaian
gagasan yang berkaitan dengan bidang keilmuan yang sedang ditekuni
dengan menggunakan bahasa Indonesia yangbaik dan benar.

C. Sub Capaian Pembelajaran Mata Kuliah


1. Dengan memahami materi sejarah mahasiswa memiliki sikap
nasionalisme dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa Indonesia.
2. Dengan memahami materi ragam dan varian bahasa Indonesia
mahasiswa memiliki pengetahuan, keterampilan, dan sikap dalam
menggunakan bahasa Indonesia sesuai tujuan dan fungsi sosialnya.
3. Dengan memahami materi Ejaan Bahasa Indonesia (EBI) mahasiswa
diharapkan memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam

2|Tim Dosen UMSU


menggunakan ragam tulis bahasa Indonesia untuk keperluan
memproduksi kalimat, paragraf, dan karya imiah yang baik dan benar.
4. Dengan memahami materi diksi mahasiswa diharapkan memiliki
pengetahuan, keterampilan, dan sikap bahasa sehubungan dengan
perkembangan kosa kata baru sesuai dengan bidang akademik masing-
masing dan pilihan kata sesuai situasi baik lisan maupun tulis.
5. Dengan memahami materi kalimat dalam bahasa Indonesia mahasiswa
diharapkan memiliki kemampuan, keterampilan, dan sikap bahasa
dalam berbahasa Indonesia baik lisan maupun tulis.
6. Dengan memahami materi paragraf dalam bahasa Indonesia
mahasiswa diharapkan memiliki kemampuan dan keterampilan dalam
memproduksi karya ilmiah yang baik dan benar.
7. Dengan memahami materi penalaran dalam bahasa Indonesia
mahasiswa diharapkan memiliki kemampuan, keterampilan, dan sikap
bahasa dalam berbahasa Indonesia baik lisan maupun tulis.
8. Dengan memahami materi karya ilmiah mahasiswa diharapkan
memiliki pengetahuan, keterampilan, dan sikap ilmiah dalam
berbahasa Indonesia ragam lisan maupun tulis.

D. Petunjuk Penggunaan Modul

Agar dapat mempelajari modul ini secara baik, siapkanlah diri Anda
sebagai pebelajar yang selalu ingin mengetahui segala hal, terlebih
kemampuan berbahasa Indonesia ini sangat bermanfaat bagi Anda sebagai
mahasiswa/intelektual muda. Semangat dan motivasi Anda dalam
mempelajari materi dalam buku ini sangat membantu Anda untuk
memperoleh pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan. Fokuskan
perhatian Anda, pelajari dengan sungguh-sungguh, dan berlatihlah dengan
penuh semangat, niscaya Anda akan memiliki pemahaman yang baik dan
mampu berbahasa Indonesia yang baik dan benar secara lisan dan tulisan.
Bacalah modul ini dengan suasana hati yang tenang dan senang. Jika
mungkin, gunakan musik pengiring untuk membaca. Pilihlah musik yang

Modul Bahasa Indonesia Untuk Perguruan Tinggi|3


lembut yang dapat merangsang saraf otak Anda agar proses belajar Anda
lebih bergairah. Anda dapat memilih lagu klasik atau lagu yang lembut
yang Anda gemari. Bacalah modul ini dengan tidak bersuara (membaca
dalam hati) dan hindari gerakan bibir agar kecepatan membaca Anda
cukup tinggi. Agar motorik Anda aktif, Anda dapat membuat catatan
khusus di pinggir modul ini. Dengan teknik semacam ini, insyaallah proses
membaca Anda akan berjalan dengan baik serta memperoleh pemahaman
isi yang tinggi.
Kerjakanlah latihan yang ada pada bagian akhir bab modul ini.
Diskusikan dengan teman Anda. Jika Anda menemukan istilah-istilah yang
sulit, carilah pertolongan pada kamus istilah, KBBI atau tanyakan kepada
teman Anda atau tanyakan kepada dosen Anda. Jika Anda telah yakin
dengan penguasaan dan kemampuan Anda berbahasa Indonesia dengan
baik dan benar secara lisan dan tulisan, Anda memang pantas dipuji.
Namun jika belum, Anda tidak perlu berkecil hati. Ulangi sekali lagi dengan
memberikan tekanan pada bagian yang masih Anda rasakan sulit dan
teruslah berlatih menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar
dalam kegiatan berkomunikasi lisan dan menulis.

III. PEMBELAJARAN

MODUL 1

SEJARAH DAN PERKEMBANGAN


BAHASA INDONESIA

A. Kegiatan Pembelajaran 1
1. Tujuan Materi Pembelajaran
Setelah mempelajari materi Sejarah dan Perkembangan Bahasa
Indonesia ini Anda diharapkan mampu untuk:

4|Tim Dosen UMSU


1) Menjelaskan sejarah perkembangan, fungsi, dan kedudukan bahasa
Indonesia.
2) Berbahasa Indonesia dengan baik dan benar sesuai fungsi dan
kedudukannya.
3) Menghargai bahasa Indonesia sebagai jatidiri bangsa Indonesia.

2. Uraian Materi Pembelajaran


a. Sejarah dan Perkembangan Bahasa Indonesia
Bahasa merupakan salah satu unsur identitas suatu bangsa. Begitu pula
bahasa Indonesia merupakan salah satu identitas nasional bagi bangsa dan
negara Indonesia. Bahasa Indonesia adalah bahasa resmi Republik Indonesia
dan bahasa persatuan bangsa Indonesia. Bahasa Indonesia diresmikan
penggunaannya satu hari setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, tepatnya
pada tanggal 18 Agustus 1945, bersamaan dengan mulai berlakunya Undang-
undang Dasar Republik Indonesia 1945.
Dari sudut pandang linguistik, bahasa Indonesia adalah salah satu dari
banyak ragam bahasa Melayu. Ragam yang dipakai sebagai dasar bagi bahasa
Indonesia adalah bahasa Melayu Riau. Pada Abad ke-19, bahasa Melayu
merupakan bahasa penghubung antaretnis dan suku-suku di kepulauan
nusantara. Selain menjadi bahasa penghubung antaretnis dan suku-suku, dulu
bahasa Melayu juga menjadi bahasa penghubung dalam kegiatan perdagangan
internasional di wilayah nusantara. Trasaksi antarpedagang, baik yang berasal
dari pulau-pulau di wilayah nusantara maupun orang asing, menggunakan
bahasa pengantar bahasa Melayu. Bahasa melayu kala itu adalah Lingua Franca
(bahasa pengantar dalam pergaulan) antarwarga nusantara dan dengan
pendatang dari manca negara.
Selain karena fungsinya sebagai Lingua Franca (bahasa penghubung
antarsuku), bahasa Indonesia juga memiliki peran penting dalam mengawal
perjuangan kemerdekaan bangsa Indonesia. Saat itu—mulai dari 28 Oktober
1928 sejak dikumandangkannya “menjungjung bahasa persatuan, bahasa
Indonesia” semangat anak bangsa semakin berkobar besar sehingga

Modul Bahasa Indonesia Untuk Perguruan Tinggi|5


kemerdekaan Indonesia pun dapat direbut dalam waktu 17 tahun setelah
peristiwa Sumpah Pemuda itu.
Berkaitan dengan penamaan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional
bagi bangsa Indonesia, tentunya kita harus bersyukur. Pasalnya, tidak semua
bangsa (negara) setelah mendapatkan kemerdekaannya memiliki bahasa
nasional. Sebut saja beberapa negara tetangga kita seperti Malaysia, Filiphina,
Singapura, India, dll. yang sangat menginginkan bahasa nasional, tetapi sampai
sekarang masih menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa mayoritas yang
digunakan penduduknya dalam berkomunikasi di dalam negeri mereka.
Selanjutnya, bab ini menjelaskan tentang sejarah perkembangan bahasa
Indonesia. Bab ini menjelaskan sejarah bahasa Indonesia ke dalam dua periode.
Pertama, sejarah perkembangan bahasa Indonesia sebelum Sumpah Pemuda
dan kedua, sejarah perkembangan bahasa Indonesia setelah Sumpah Pemuda.
1) Sejarah Bahasa Indonesia Sebelum Sumpah Pemuda
Bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu. Hal ini sejalan dengan
fakta sejarah (dari temuan peninggalan sejarah kerajaan-kerajaan terdahulu)
dan pernyataan resmi Keputusan Seksi A butir 8 dalam Kongres Bahasa
Indonesia kedua di Medan yang berlangsung 28 Oktober s.d. 2 November 1954
yang berbunyi, “Bahwa asal bahasa Indonesia ialah bahasa Melayu. Dasar bahasa
Indonesia ialah bahasa Melayu yang disesuaikan dengan pertumbuhannya dalam
masyarakat Indonesia sekarang”.
Penggunaan bahasa Melayu di Indonesia telah lama dipakai, bahkan
sebelum adanya nama “Indonesia” dan masih sebutan Nusantara. Bahasa Melayu
sudah lama dipakai sebagai bahasa penghubung dan bahasa perniagaan yang
penyebarannya pun telah melewati wilayah Nusantara. Bahkan, menurut Kees
Groeneboer (dalam Mahayana: 2) orang-orang Portugis yang hendak berniaga,
menekankan pentingnya pengetahuan bahasa Melayu jika ingin mencapai hasil
yang baik dalam perniagaannya. Bahasa Melayu yang disebutnya sebagai bahasa
Latin dari Timur, digunakan untuk kepentingan praktis, yaitu menyampaikan
misi agama, perdagangan dan niaga, serta pendidikan yang berhubungan
dengan itu. Begitu tingginya marwah bahasa Melayu pada saat itu, hingga
Teeuw (1994) juga mengatakan bahwa, “Setiap orang yang ingin ikut serta

6|Tim Dosen UMSU


dalam kehidupan antarbangsa di kawasan itu (kawasan Nusantara) mutlak perlu
mengetahui bahasa Melayu.”
Berdasarkan fakta sejarah, pada zaman Sriwijaya, bahasa Melayu sudah
dipakai sebagai bahasa penghubung antarsuku di Nusantara dan sebagai bahasa
yang digunakan dalam perdagangan antarpedagang dari dalam Nusantara dan
dari luar Nusantara. Perkembangan dan pertumbuhan bahasa Melayu pada saat
itu tampak jelas dari berbagai peninggalan-peninggalan, misalnya:
(1) Tulisan yang terdapat pada batu Minye Tujoh, Aceh pada tahun 1380
(2) Prasasti Kedudukan Bukit, di Palembang pada tahun 683.
(3) Prasasti Talang Tuo, di Palembang pada tahun 684.
(4) Prasasti kota Kapur, di Bangka Barat, pada tahun 686.
(5) Prasasti Karang Brahi Bangko, Merangi, Jambi, pada tahun 688.

Modul Bahasa Indonesia Untuk Perguruan Tinggi|7


Gambar 1. Batu prasasti Kedukan Bukit dan isinya
(sumber: pict: indocropcircles.wordpress.com)

Gambar 2. Batu prasasti Talang Tua dan isi terjemahannya


(sumber: pict: michele4u.blogspot.com)

8|Tim Dosen UMSU


Gambar 3. Prasasti Karang Berahi
(sumber: pict: hanaruhanaru.blogspot.com)

Gambar 4. Prasasti Kota Kapur


(Sumber: pict: hendri-noviyarto.blogspot.com)

Pada saat itu bahasa Melayu menjalankan perannya dengan baik sebagai: 1)
bahasa kebudayaan; bahasa buku-buku yang berisi aturan-aturan hidup dan
sastra. 2) bahasa perhubungan (Lingua Franca) antarsuku di Indonesia (baca:
Nusantara), 3) Bahasa perdagangan baik bagi suku yang ada di Indonesia
maupun pedagang yang berasal dari luar Indonesia, dan 4) bahasa resmi
kerajaan.

Modul Bahasa Indonesia Untuk Perguruan Tinggi|9


Pada masa penjajahan Belanda—di Batavia, yang saat itu menjadi pusat
pemerintahan penjajahan Belanda, bahasa Melayu sudah menjadi bahasa utama
sehari-hari dalam interaksi antarsuku bangsa di tengah pusat pemerintahan
kolonial. Stavorinus (dalam Collin, J T, 2005: 71) menarasikan eksistensi bahasa
Melayu pada saat itu.

... Sydney Parkinson, seorang juru gambar, mengunjungi batavia


selama 77 hari pada 1770 (meninggal karena disentri),
meninggalkan catatan bahasa Melayu yang berkembang di sana yang
merupakan campuran bahasa Melayu, Jawa, dan Cina. Hampir pada
waktu yang bersamaan, Karl Thunberg, ahli botani bangsa Swedia
yang terkenal, merekam kosakata yang meluas dan percakapan
panjang dalam koine Batavia (1775). Di Sulawesi Tengah, pelaut
Amerika Serikat , David Woodard, ditahan di Sulawesi Tengah lebih
dari dua tahun (1793-1795), memberikan kosakata bahasa Melayu
yang dipengaruhi bahasa Bugis, Makassar, dan bahasa-bahasa lokal
di Sulawesi Tengah, yakni bahasa Melayu sebagai bahasa yang
digunakan di daerah yang jauh dari pengendalian kolonial.

Kutipan panjang di atas, sesungguhnya membuktikan bahwa bahasa


Melayu sudah lama memiliki eksistensi yang tinggi di daerah Nusantara (yang
nantinya disebut Indonesia). Bahkan varian bahasa Melayu sudah
menggantikan bahasa daerah yang digunakan di daerah terpencil seperti
Ambon karena digunakan oleh pemuka agama Kristen, istri para pejabat
Belanda dan kalangan penting lainnya yang membuat prestise bahasa Melayu
menjadi semakin baik saat itu.

2) Sejarah Bahasa Indonesia Setelah Sumpah Pemuda


Berawal dari peristiwa sejarah Sumpah Pemuda, 28 Oktober 1928 yang
lahir saat Kongres Pemuda kedua, di Jakarta, saat itu diputuskanlah pernyataan
politik sebagaimana yang tertuang dalam tiga butir Sumpah Pemuda yakni:
SOEMPAH PEMOEDA
Pertama :
- KAMI POETRA DAN POETRI INDONESIA MENGAKOE BERTOEMPAH DARAH
JANG SATOE, TANAH AIR INDONESIA

10|Tim Dosen UMSU


Kedua :
- KAMI POETRA DAN POETRI INDONESIA, MENGAKOE BERBANGSA JANG
SATOE, BANGSA INDONESIA
Ketiga :
- KAMI POETRA DAN POETRI INDONESIA MENGJOENJOENG BAHASA
PERSATOEAN, BAHASA INDONESIA
Djakarta, 28 Oktober 1928

Lahirnya bahasa Indonesia merupakan sebuah proses panjang.


Kelahirannya tidaklah secara tiba-tiba sebagai sesuatu yang jatuh dari langit.
Oleh karena itu, kita tidak dapat melepaskan diri dari masa lalu yang
melatarbelakanginya, sebagaimana yang disebutkan pada subbab sebelumnya
bahwa bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu.
Dalam hubungan dengan itu, mengapa bahasa Melayu yang diangkat
menjadi bahasa nasional? Mengapa bukan bahasa Jawa atau bahasa Sunda yang
jumlah penutumya lebih besar, dan hasil kesusastraannya pun lebih maju bila
dibandingkan dengan bahasa Melayu? Menjawab pertanyaan tersebut, Prof. Dr.
Slamet Muljana (1965), menyebutkan paling tidak, ada empat alasan dipilihnya
bahasa Melayu sebagai bahasa nasional. Keempat alasan itu dijelaskan sebagai
berikut.
1) Faktor Sejarah. Bahasa Melayu sudah lama menjadi lingua franca di
kepulauan Nusantara, yakni sebagai bahasa pergaulan, bahasa perdagangan,
dan bahasa perhubungan umum. Dengan demikian, persebaran pemakaian
bahasa Melayu diperkirakan lebih luas daripada bahasa daerah yang besar itu
(bahasa Jawa dan Sunda).
2) Bahasa Melayu mempunyai sistem yang lebih sederhana dan tidak
mengenal tingkatan-tingkatan bahasa seperti dalam bahasa Jawa atau bahasa
Bali, atau perbedaan pemakaian bahasa kasar dan halus seperti dalam bahasa
Sunda atau bahasa Jawa. Dengan demikian, bahasa Melayu relatif lebih mudah
dipelajari oleh suku-suku bangsa lain di Nusantara.
3) Faktor Psikologis. Yaitu suku Jawa, Sunda, dan suku-suku lain dengan
sukarela bersedia menerima bahasa Melayu sebagai bahasa Indonesia, yang

Modul Bahasa Indonesia Untuk Perguruan Tinggi|11


notabene merupakan bahasa nasional. Hal ini sekaligus juga menunjukkan
kesadaran suku-suku bangsa tersebut akan perlunya sarana komunikasi
nasional yang dapat mempersatukan seluruh bangsa tanpa menonjolkan sikap
kedaerahannya.
4) Kesanggupan bahasa itu sendiri juga menjadi salah satu faktor
penentu. Jika bahasa itu tidak mempunyai kesanggupan untuk dapat dipakai
menjadi bahasa kebudayaan dalam arti yang luas, tentulah bahasa itu tidak akan
dapat berkembang menjadi bahasa yang sempurna. Pada kenyataannya dapat
dibuktikan bahwa bahasa Indonesia adalah bahasa yang dapat dipakai untuk
merumuskan pendapat secara tepat dan mengutarakan perasaan secara jelas.

Berkaitan dengan faktor psikologis yang disebutkan di atas, kita wajib


bersyukur atas kerelaan mereka membelakangkan bahasa ibunya demi cita-cita
yang lebih tinggi, yakni cita-cita nasional. Tiga bulan menjelang Sumpah
Pemuda, tepatnya 15 Agustus 1926, Sukarno dalam pidatonya menyatakan
bahwa perbedaan bahasa di antara suku bangsa Indonesia tidak akan
menghalangi persatuan, tetapi makin luas bahasa Melayu (Indonesia) itu
tersebar, makin cepat kemerdekaan Indonesia terwujud.
Sehari sesudah proklamasi kemerdekaan, pada tanggal 18 Agustus
1945, ditetapkan Undang-Undang Dasar 1945 yang di dalamnya terdapat pasal
36, yang menyatakan bahwa “Bahasa Negara ialah Bahasa Indonesia.” Dengan
demikian, di samping kedudukan sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia
juga berkedudukan sebagai bahasa negara. Sebagai bahasa negara, bahasa
Indonesia dipakai dalam semua urusan yang berkaitan dengan pemerintahan
dan agama.
Sesudah kemerdekaan, bahasa Indonesia mengalami perkembangan
yang pesat. Setiap tahun jumlah pemakai bahasa Indonesia bertambah.
Kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional dan negara juga semakin
kuat. Perhatian terhadap bahasa Indonesia, baik dari pemerintah maupun
masyarakat sangat besar. Pemerintah Orde Lama dan Orde Baru menaruh
perhatian yang besar terhadap perkembangan bahasa Indonesia, di antaranya
melalui pembentukan lembaga yang mengurus masalah kebahasaan yang

12|Tim Dosen UMSU


sekarang menjadi pusat bahasa dan penyelenggaraan kongres Bahasa
Indonesia. Perubahan ejaan bahasa Indonesia dari Ejaan Van Ophuijsen ke ejaan
Soewandi hingga ejaan yang disempurnakan, dan saat ini menjadi ejaan bahasa
Indonesia selalu mendapat tanggapan dari masyarakat.
Pada pembahasan selanjutnya, walaupun tidak lengkap
menggambarkan sejarah bahasa Indonesia, paling tidak bagian ini membantu
Anda mengingat kembali beberapa peristiwa yang terjadi dalam pertumbuhan
bahasa Indonesia sampai saat ini.
Ada peristiwa-peristiwa penting yang berkaitan dengan perkembangan
bahasa Indonesia. Peristiwa ini tentu saja tidak boleh diabaikan. Kita—sebagai
penerus generasi wajib mengetahuiya sehingga mata rantai generasi dari zaman
dahulu hingga yang akan datang tidak putus. Coba Anda bayangkan, kalau hanya
akibat keegoisan salah satu dari Anda yang malas untuk mempelajarinya,
generasi yang akan datang menjadi buta informasi tentang sejarah bahasa
Indonesia. Inilah satu-satunya alasan betapa pentingnya Anda semua
mempelajari sejarah—sejarah apapun itu. Finoza L (2010) telah merangkum
peristiwa-peristiwa penting itu sebagai berikut:
1) Pada tahun 1901 disusunlah ejaan resmi bahasa Melayu oleh Ch. A.
Van Ophuijsen dan dimuat dalam Kitab Logat Melayu.
2) Pada tahun 1908 pemerintah mendirikan sebuah badan penerbit
buku-buku bacaan yang diberi nama Commissie voor de Volkslectuur
(Taman Bacaan Rakyat), yang kemudian pada tahun 1917 diubah
menjadi Balai Pustaka. Balai itu menerbitkan buku-buku novel
seperti Siti Nurbaya dan Salah Asuhan, buku-buku penuntun
bercocok tanam, penuntun memelihara kesehatan, yang tidak
sedikit membantu penyebaran bahasa Melayu di kalangan
masyarakat luas.
3) Peristiwa Sumpah Pemuda, 28 Oktober 1928 merupakan
momentum yang paling menentukan perkembangan bahasa
Indonesia karena saat itu lah para pemuda pilihan memancangkan
tonggak yang kokoh untuk perjalanan bahasa Indonesia.

Modul Bahasa Indonesia Untuk Perguruan Tinggi|13


4) Pada tahun 1933 secara resmi berdirilah sebuah angkatan
sastrawan muda yang menamakan dirinya sebagai Pujangga Baru
yang dipimpin ileh Sutan Takdir Alisyahbana dan kawan-kawan.
5) Pada tanggal 25-28 Juni 1938 dilangsungkanlah Kongres Bahasa
Indonesia ke-1 di Solo. Dari hasil kongres itu dapat disimpulkan
bahwa usaha pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia
telah dilakukan secara sadar oleh cendekiawan dan budayawan
saat itu.
6) Pada tanggal 18 Agustus 1945 ditandatanganilah Undang-Undang
Dasar RI 1945, yang salah satu pasalnya (Pasal 36) menetapkan
bahasa Indonesia sebagai bahasa negara.
7) Pada tanggal 19 Maret 1947 diresmikan penggunaan Ejaan
Republik (Ejaan Soewandi) sebagai pengganti Ejaan van Ophuijsen
yang berlaku sebelumnya.
8) Kongres Bahasa Indonesia II di Medan pada tanggal 28 Oktober s.d.
02 November 1954 juga salah satu perwujudan tekad bangsa
Indonesia untuk terus-menerus menyempurnakan bahasa
Indonesia yang diangkat sebagai bahasa kebangsaan dan
ditetapkan sebagai bahasa negara.
9) Pada tanggal 16 Agustus 1972, H. M. Soeharto, Presiden Republik
Indonesia kedua, meresmikan penggunaan Ejaan Bahasa Indonesia
Yang Disempurnakan (EYD) melalui pidato kenegaraan dihadapan
sidang DPR yang dikuatkan pula dengan Keputusan Presiden No.
57, tahun 1972.
10) Pada tanggal 31 Agustus 1972 Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
menetapkan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia Yang
Disempurnakan dan Pedoman Umum Pembentuka Istilah resmi
berlaku di seluruh wilayah Indonesia (Wawasan Nusantara)
11) Kongres Bahasa Indonesia III yang diselenggarakan di Jakarta pada
tanggal 28 Oktober s.d. 02 November 1978 merupakan peristiwa
penting bagi kehidupan bahasa Indonesia. Kongres yang diadaka
dalam rangka memperingati Hari Sumpah Pemuda yang ke-50 ini

14|Tim Dosen UMSU


selain memperlihatkan kemajuan, pertumbuhan, dan
perkembangan bahasa Indonesia sejak tahun 1928, juga berusaha
memantapkan kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia.
12) Kongres bahasa Indonesia IV diselenggarakan di Jakarta pada
tanggal 21-26 November 1983. Kongres ini diselenggarakan dalam
rangka memperingati hari Sumpah Pemuda yang ke-55. Dalam
putusannya disebutkan bahwa pembinaan dan pengembangan
bahasa Indonesia harus lebih ditingkatkan sehingga amanat yang
tercantum di dalam Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN), yang
mewajibkan kepada semua warga Indonesia untuk menggunakan
bahasa Indonesia dengan baik dan benar, dapat tercapai
semaksimal mungkin.
13) Kogres bahasa Indonesia V di Jakarta pada tanggal 28 Oktober s.d.
30 November 1988. Kegiatan ini dihadiri oleh kira-kira tujuh ratus
pakar bahasa Indonesia dari seluruh Indonesa dan peserta tamu
dari negara sahabat seperti Brunei Darussalam, Malaysia,
Singapura, Belanda, Jerman, dan Australia. Pada kongres ini
dipersembahkan karya besar Pusat Pembinaan dan Pengembangan
Bahasa kepada pecinta bahasa di Nusantara, yakni Kamus Besar
Bahasa Indonesia (KBBI) dan Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia.
14) Kongres Bahasa Indonesia VI di Jakarta pada tanggal 28 Oktober
s.d. 02 November 1993. Pesertanya sebanyak 770 pakar bahasa
dari Indonesia dan 53 peserta tamu dari mancanegara meliputi
Australia, Brunei Darussalam, Jerman, Hongkong, India, Italia,
Jepang, Rusia Singapura, Korea Selatan, dan Amerika Serikat.
Kongres megusulkan agar usat Pembinaan dan Pengembangan
Bahasa ditingkatkan statusnya menjadi Lembaga Bahasa Indonesia
serta mengusulkan disusunnya Undang-Undang Bahasa Indonesia.
15) Kongres Bahasa Indonesia VII diselenggarakan di Hotel Indonesia,
Jakarta pada tanggal 26-30 Oktober 1998. Kongres itu
mengusulkan dibentuknya Badan Pertimbangan Bahasa dengan
ketentuan sebagai berikut:

Modul Bahasa Indonesia Untuk Perguruan Tinggi|15


(a) Keanggotaannya terdiri dari tokoh masyarakat dan pakar yag
mempunyai kepedulian terhadap bahasa dan sastra.
(b) Tugasnya memberikan nasihat kepada Pusat Pembinaan dan
Pengembangan Bahasa serta mengupayakan pengingkatan
status kelembagaan Pusat Pembianaan dan Pengembangan
Bahasa.
(c) Sejalan dengan perkembangan yang terjadi di masyarakat,
tahun demi tahun bahasa Indonesia terus berkembang. Bahkan,
laju perkembangan itu demikian pesat sehingga unsur-unsur
yang dulu bernama bahasa Melayu kini hampir tidak dapat lagi
diidentifikasi kemelayuannya.

b. Kedudukan dan Fungsi Bahasa Indonesia


Kedudukan bahasa Indonesia harus benar-benar dipahami oleh semua
warga negara Indonesia. Pemahaman ini tentunya dalam rangka menumbuhkan
jiwa patriotisme dan rasa mencintai tanah air. Semakin memudarnya nilai-nilai
kebangsaan dalam waktu belakangan ini dapat diatasi (salah satunya) dengan
semakin mencintai bahasa Indonesia. Dalam hal ini, kita perlu berterima kasih
kepada pemerintah yang telah ikut menggalakkan usaha untuk penyebarluasan
bahasa Indonesia melalui dikeluarkannya Peraturan Presiden Republik
Indonesia Nomor 63 Tahun 2019 tentang Penggunaan Bahasa Indonesia.
Bagian ini, selanjutnya akan menguraikan ikhwal kedudukan bahasa
Indonesia, yang terdiri dari: 1) Kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa
Nasional, dan 2) Kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa Negara. Selain
menguraikan kedudukan Bahasa Indonesia, bagian subbab ini juga menjelaskan
fungsi Bahasa Indonesia.
1) Kedudukan Bahasa Indonesia Sebagai Bahasa Nasional
Kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional didasarkan pada
Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober 1928, terutama butir ketiga. Butir ketiga
dalam ikrar Sumpah Pemuda itu selengkapnya berbunyi, "Kami putra dan putri
Indonesia menjunjung bahasa persatuan, 'bahasa Indonesia", bukan seperti yang

16|Tim Dosen UMSU


selama ini kita dengar atau kita baca, yakni "Kami putra dan putri Indonesia
mengaku berbahasa satu, bahasa Indonesia".
Bunyi ikrar yang disebut terakhir itu sebenarnya merupakan suatu
kekeliruan. Sayangnya kekeliruan itu sudah terlanjur dikenal secara luas dalam
masyarakat sehingga pemahaman tentang ikrar itu menjadi salah kaprah.
Timbulnya kekeliruan itu besar kemungkinan disebabkan oleh penganalogian
yang kurang tepat terhadap butir ikrar sebelumnya. Seperti diketahui, dua butir
ikrar sebelumnya masing-masing menyatakan mengaku bertumpah darah yang
satu (bukan bertanah air satu), tanah air Indonesia dan mengaku berbangsa
yang satu, bangsa Indonesia. Atas dasar itu, orang, lalu dengan mudahnya
(tanpa mengecek sumber aslinya) menggantikan ikrar ketiga dengan mengaku
berbahasa satu, bahasa Indonesia.
Kalau kita mengkaji lebih lanjut, ada perbedaan yang sangat mendasar
antara pernyataan "mengaku berbahasa satu, bahasa Indonesia" dengan
"menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia", Pernyataan yang disebut
pertama mengandung arti bahwa kita hanya mengakui adanya satu bahasa,
yaitu bahasa Indonesia, Pernyataan ini tentu dapat menyesatkan karena dengan
demikian kita tidak mengakui adanya bahasa-bahasa lain, yaitu bahasa-bahasa
daerah. Padahal, kita mengetahui bahwa bahasa daerah yang terdapat di
wilayah Indonesia jumlahnya mencapai ratusan buah. Jika bahasa-bahasa
daerah itu tidak diketahui, hal ini tentu bertentangan dengan Undang-Undang
Dasar 1945, khususnya Penjelasan Pasal 36, yang menegaskan agar bahasa-
bahasa daerah itu terus dibina dan dikembangkan. Itulah sebabnya mengapa
para pemuda kita pada masa Sumpah Pemuda itu tidak merumuskan ikrarnya
dengan “mengaku berbahasa satu, bahasa Indonesia", tetapi “Menjunjung bahasa
persatuan, bahasa Indonesia”. "Menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia",
Jika dilihat dari sisi rumusan itu, kita dapat membayangkan betapa para
pemuda pada masa itu telah mempunyai pandangan yang kritis dan wawasan
yang luas, menjangkau jauh kedepan.
Pernyataan "menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia"
mencerminkan kebulatan tekad bangsa Indonesia untuk mengangkat bahasa
Indonesia sebagai bahasa persatuan atau bahasa nasional tanpa harus

Modul Bahasa Indonesia Untuk Perguruan Tinggi|17


mengorbankan bahasa-bahasa daerah. Bahasa Indonesia, dalam hal ini,
dijunjung artinya dihormati dan diberi kedudukan yang lebih linggi daripada
bahasa daerah. Seperti kita ketahui, bahasa daerah hanya dapat digunakan
sebagai sarana komunikasi antarwarga dalam lingkup daerah tertentu saja,
sedangkan bahasa Indonesia dapat mengatasi lingkup kedaerahan itu sehingga
menjadi sarana komunikasi antardaerah. Dengan demikian, dapat dikatakan
bahwa bahasa Indonesia dapat menjembatani kesulitan komunikasi
antardaerah dan sekaligus mempersatukan masyarakatnya ke dalam satu
kesatuan nasional. Berkat sarana komunikasi yang dapat dipahami secara
nasional itulah para pemuda pada masa itu dapat bersatu mengusir penjajah
dan mendirikan negara merdeka yang berdaulat.
Pernyataan tekad kebahasaan, sebagaimana yang terungkap pada ikrar
ketiga Sumpah Pemuda itu, mempunyai arti yang sangat penting dan strategis
bagi masa depan bangsa Indonesia umumnya dan bahasa Indonesia pada
khususnya. Bagi bangsa Indonesia, pernyataan tekad kebahasaan tersebut
merupakan modal dasar yang sangat strategis dalam mewujudkan cita-cita
kemerdekaan. Sementara itu, bagi bahasa Indonesia, tekad kebahasaan tersebut
menempatkan kedudukan bahasa Indonesia sejajar dengan tanah air dan
bangsa seperti yang tercermin dalam ikrar Sumpah Pernuda tersebut. Selain itu,
tekad yang telah dikrarkan itu sekaligus juga merupakan keputusan politik yang
pertama mengenai bahasa Indonesia; kemudian penamaan bahasa Indonesia itu
pun mengandung pengertian yang politis karena nama itu disesuaikan dengan
nama negara merdeka yang dicita-citakan, yaitu Indonesia.
Dalam kedudukannya sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia
berfungsi sebagai (1) lambang kebanggaan nasional, (2) lambang identitas
nasional, (3) alat pemersatu berbagai suku bangsa yang berlatar belakang sosial
budaya dan bahasa yang berbeda, dan (4) alat perhubungan antardaerah dan
antarbudaya.
Dengan adanya bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan, maka
hambatan komunikasi antarsuku bangsa yang berbeda latar belakang sosial,
budaya, dan bahasa daerahnya dapat dijembatani, dan segenap anggota
masyarakat dari berbagai suku bangsa itu dapat dipersatukan ke dalam satu

18|Tim Dosen UMSU


kesatuan bangsa. Kenyataan itulah yang melatarbelakangi bahasa Indonesia
diberi kedudukan sebagai bahasa nasional. Untuk memperjelas kedudukan
bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan, Anda dapat mencermati isi anekdot
berikut ini.

Suatu pagi, di kelas yang multikultural (terdiri dari siswa dari berbagai suku
bangsa) Ibu Andin—guru bahasa Indonesia mengajarkan keterampilan berbahasa
fokus keterampilan membaca. Siswa pada kelas multikultural itu terdiri dari enam
orang, yakni Ucok (siswa asal Medan), Karyo (siswa asal Jawa), Kardi (siswa asal
Cimahi), Epen (siswa asal Papua), Rini (siswa asal NTT) dan Kadir (siswa asal
Madura). Mengawali kegiatan pembelajaran, Ibu Andin menuliskan sepenggal
kalimat di papan tulis “INI BAPAK BUDI, INI IBU BUDI, INI KAKAK BUDI”. Kemudian,
Instruksi selanjutnya, Ibu Andin menugaskan masing-masing siswanya untuk
membaca tulisan tersebut. Berikut ini adalah rekaman pembicaraan mereka.
Ucok : “Bapaknya Budi, Mamaknya Budi, Kakaknya Budi”. Ucok berujar dengan
logat Medan.
Rini : Budi depe Ibu, Budi depe bapak, Budi depe kakak. (NTT)
Karyo : saya bu, NIKI IBU BUDI, NIKI BAPAK BUDI, NIKI MASE BUDI, NIKI ADIK E
BUDI. (Jawa)
Kardi : ieu mamah budi, ieu papah budi, ieu Aa' budi, ieu adik budi. (Sunda)
Kadir : ini ibune budi ta yek, ini bapakne budi ta yek, ini kakake budi ta yek, ini adike
budi ta yek. (Madura)
Epen : NI BUDI PU MAMA INI BUDI PU PAPA, INI BUDI PU KAKA, INI BUDI PU ADE,
BUDI PU NENEK BUDI PU NENEK DI MANA,???

Situasi pembelajaran di kelas tersebut menunjukkan pentingnya bahasa


Indonesia sebagai bahasa persatuan. Dasar hukum penggunaan bahasa
Indonesia sebagai bahasa persatuan dapat dirujuk kepada Undang-Undang
Kebahasaan (UU Nomor 24 Tahun 2009); bahasa Indonesia adalah bahasa resmi
nasional yang digunakan di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Pernyataan itu, tentunya berimplikasi kepada pemakaian bahasa
Indonesia oleh penutur yang berbeda bahasa ibu (bahasa daerah). Mereka yang
memiliki latar belakang bahasa ibu yang berbeda-beda, berasal dari kampung

Modul Bahasa Indonesia Untuk Perguruan Tinggi|19


kelahiran yang berbeda, berkomunikasi dengan bahasa pemersatu, yakni
bahasa Indonesia.
2) Kedudukan Bahasa Indonesia Sebagai Bahasa Negara
Bahasa Indonesia memiliki kedudukan yang tinggi bagi bangsa
Indonesia. Bahasa Indonesia memiliki nilai historis, politis, nilai sosiologis, dan
nilai estetis yang tidak dapat dilepaskan dari keberadaan bangsa Indonesia.
Dalam Pasal 25, ayat (3) UUD 1945, disebutkan bahasa Indonesia berfungsi
sebagai: (1) Bahasa resmi kenegaraan, (2) Bahasa pengantar di lembaga
pendidikan, (3) Bahasa resmi dalam perhubungan tingkat nasional untuk
pembangunan dan pemerintahan, serta (4) Bahasa resmi dalam pengembangan
kebudayaan nasional, ilmu pengetahuan dan teknologi modern.
Dalam kedudukannya sebagai bahasa negara, bahasa Indonesia
berfungsi sebagai bahasa pengantar di lembaga-lembaga pendidikan mulai dari
taman kanak-kanak sampai dengan perguruan tinggi di seluruh Indonesia
kecuali di daerah-daerah bahasa seperti Aceh, Batak, Sunda, Jawa, Madura, Bali,
dan Makasar. Di daerah-daerah bahasa ini bahasa daerah yang bersangkutan
dipakai sebagai bahasa pengantar sampai dengan tahun ketiga pendidikan
dasar.
Sebagai alat perhubungan tingkat nasional, bahasa Indonesia dipakai
sebagai alat komunikasi timbal balik antara pemerintah dan masyarakat luas,
alat perhubungan antardaerah dan antarsuku, dan juga sebagai alat
perhubungan dalam masyarakat yang latar belakang sosial budaya dan bahasa
yang sama.
Sebagai alat pengembang kebudayaan nasional, ilmu pengetahuan, dan
teknologi, bahasa Indonesia adalah satu-satunya bahasa yang digunakan untuk
membina dan mengembangkan kebudayaan nasional yang memiliki ciri-ciri dan
identitas diri. Di samping itu, bahasa Indonesia juga dipakai untuk memperluas
ilmu pengetahuan dan teknologi modern baik melalui penulisan buku-buku
teks, penerjemahan, penyajian pelajaran di lembaga-lembaga pendidikan umum
maupun melalui sarana-sarana lain di luar lembaga pendidikan.
Bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi negara, pemakaiannya diatur
dalam UUD 1945 Pasal 36. Sebagai bahasa resmi kenegaraan, bahasa Indonesia

20|Tim Dosen UMSU


digunakan di dalam pidato resmi, dokumen resmi negara, pelaksanaan upacara
kenegaraan juga harus menggunakan bahasa Indonesia. Penggunaan bahasa
Indonesia dalam forum resmi kenegaraan bersifat mutlak karena telah diatur
dalam UUD 1945.
Adapun yang dimaksud dokumen resmi negara adalah antara lain surat
keputusan, surat berharga, ijazah, surat keterangan, surat identitas diri, akta
jual beli, surat perjanjian, dan putusan pengadilan. Sedangkan yang dimaksud
pidato resmi adalah pidato yang disampaikan dalam forum resmi oleh pejabat
negara atau pemerintahan, kecuali forum resmi Internasional di luar negeri
yang menetapkan penggunaan bahasa tertentu. Selanjutnya, yang dimaksud
dengan ‘perjanjian’ adalah termasuk perjanjian internasional, yaitu setiap
perjanjian di bidang hukum publik yang diatur oleh hukum internasional, dan
dibuat oleh pemerintah dan negara, organisasi internasional, atau subjek
hukum internasional lain. Perjanjian internasional ditulis dalam bahasa
Indonesia, bahasa negara lain, dan/atau bahasa Inggris. Khusus dalam
perjanjian dengan organisasi internasional yang digunakan adalah bahasa-
bahasa organisasi internasional.
Sebagai bahasa resmi di lembaga-lembaga pendidikan, bahasa Indonesia
bukan hanya untuk menyampaikan ilmu pengetahuan secara lisan namun juga
untuk penulisan bahan ajar dan dokumen pendidikan yang lain, tetapi juga
dapat menjembatani siswa yang berasal dari berbagai suku bangsa. Sebagai alat
perhubungan tingkat nasional, digunakan untuk berkomunikasi dalam
hubungannya dengan pelaksanaan pembangunan di berbagai sektor, sosialisasi
program dan kebijakan pemerintah ke daerah-daerah yang memiliki berbagai
macam bahasa akan menghadapi kendala apabila tidak ada satu bahasa yang
sama.
Sebagai bahasa resmi dalam pengembangan kebudayaan, pemanfaatan
ilmu pengetahuan, dan pemanfaatan teknologi modern, bahasa Indonesia dapat
menjadi wahana untuk mengembangkan kebudayaan, ilmu pengetahuan, dan
teknologi kepada masyarakat.

Modul Bahasa Indonesia Untuk Perguruan Tinggi|21


3. Latihan
Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas,
kerjakanlah latihan berikut!
1) Kemukakan empat alasan menurut Prof. Dr. Slamet Muljana, dipilihnya bahasa
melayu sebagai bahasa nasional!
2) Jelaskan fungsi bahasa Indonesia dalam kedudukan bahasa Indonesia sebagai
bahasa negara!
3) Jelaskan aturan pemakaian bahasa Indonesia di ruang publik! Kemudian
tunjukkanlah bentuk bahasa Indonesia yang salah yang digunakan di ruang
publik!
4) Kemukakan alasan Anda, mengapa teks sumpah pemuda yang ketiga
“menjunjung bahasa persatuan bahasa Indonesia” bukan “Kami putra putri
Indonesia mengaku berbahasa satu bahasa Indonesia”.
5) Berikan pendapat Anda tentang orang-orang Indonesia yang merasa bangga
menggunakan bahasa asing daripada bahasa Indonesia!

Petunjuk Jawaban Latihan


1. Fokuskan bacaan Anda pada sub bagian sejarah bahasa Indonesia setelah
sumpah pemuda.
2. Fokuskan bacaan Anda pada sub bagian kedudukan bahasa Indonesia sebagai
bahasa Negara.
3. Kaitkan jawaban Anda dengan Undang-undang dan pengalaman di sekitar
Anda.
4. Gunakan logika bahasa Anda untuk menjelaskan makna kalimat tersebut.
5. Kaitkan jawaban Anda dengan rasa nasionalis sebagai bangsa Indonesia.

4. Evaluasi
Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Latihan yang terdapat di
bagian akhir modul ini. Hitunglah jawaban yang benar. Kemudian, gunakan rumus
berikut untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap materi Kegiatan
Pembelajaran 1

22|Tim Dosen UMSU


Apabila mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda dapat
meneruskan dengan modul selanjutnya. Bagus! Jika masih di bawah 80%, Anda
harus mengulangi materi Kegiatan Pembelajaran 1, terutama bagian yang belum
dikuasai.

5. Kunci Jawaban Latihan


Setelah Anda menjawab pertanyaan pada soal-soal latihan, cocokkanlah
jawaban Anda dengan kunci jawaban berikut ini.
1) Ada empat alasan yang dikemukakan Prof. Dr. Slamet Muljana menentukan
mengapa bahasa melayu dipilih menjadi bahasa nasional yaitu melihat pada
empat faktor berikut:
 Faktor Sejarah. Bahasa Melayu sudah lama menjadi lingua franca di
kepulauan Nusantara, yakni sebagai bahasa pergaulan, bahasa
perdagangan, dan bahasa perhubungan umum. Dengan demikian,
persebaran pemakaian bahasa Melayu diperkirakan lebih luas
daripada bahasa daerah yang besar itu (bahasa Jawa dan Sunda).
 Bahasa Melayu mempunyai sistem yang lebih sederhana dan tidak
mengenal tingkatan-tingkatan bahasa seperti dalam bahasa Jawa atau
bahasa Bali, atau perbedaan pemakaian bahasa kasar dan halus
seperti dalam bahasa Sunda atau bahasa Jawa. Dengan demikian,
bahasa Melayu relatif lebih mudah dipelajari oleh suku-suku bangsa
lain di Nusantara.
 Faktor Psikologis. Yaitu suku Jawa, Sunda, dan suku-suku lain dengan
sukarela bersedia menerima bahasa Melayu sebagai bahasa Indonesia,
yang notabene merupakan bahasa nasional. Hal ini sekaligus juga
menunjukkan kesadaran suku-suku bangsa tersebut akan perlunya
sarana komunikasi nasional yang dapat mempersatukan seluruh
bangsa tanpa menonjolkan sikap kedaerahannya.

Modul Bahasa Indonesia Untuk Perguruan Tinggi|23


 Kesanggupan bahasa itu sendiri juga menjadi salah satu faktor
penentu. Jika bahasa itu tidak mempunyai kesanggupan untuk dapat
dipakai menjadi bahasa kebudayaan dalam arti yang luas, tentulah
bahasa itu tidak akan dapat berkembang menjadi bahasa yang
sempurna. Pada kenyataannya dapat dibuktikan bahwa bahasa
Indonesia adalah bahasa yang dapat dipakai untuk merumuskan
pendapat secara tepat dan mengutarakan perasaan secara jelas.
2) Dalam Pasal 25, ayat (3) UUD 1945, disebutkan bahasa Indonesia berfungsi
sebagai: (1) Bahasa resmi kenegaraan, (2) Bahasa pengantar di lembaga
pendidikan, (3) Bahasa resmi dalam perhubungan tingkat nasional untuk
pembangunan dan pemerintahan, serta (4) Bahasa resmi dalam
pengembangan kebudayaan nasional, ilmu pengetahuan dan teknologi
modern. Dalam kedudukannya sebagai bahasa negara, bahasa Indonesia
berfungsi sebagai bahasa pengantar di lembaga-lembaga pendidikan mulai
dari taman kanak-kanak sampai dengan perguruan tinggi di seluruh
Indonesia kecuali di daerah-daerah bahasa seperti Aceh, Batak, Sunda, Jawa,
Madura, Bali, dan Makasar. Di daerah-daerah bahasa ini bahasa daerah yang
bersangkutan dipakai sebagai bahasa pengantar sampai dengan tahun ketiga
pendidikan dasar.
3) Pemakaian bahasa Indonesia di ruang publik diatur dalam undang-undang
nomor 24 pasal 36 ayat 3 tahun 2009 yang berbunyi “Bahasa Indonesia
wajib digunakan untuk nama bangunan atau gedung, jalan, apartemen atau
permukiman, perkantoran, kompleks perdagangan, merek dagang, lembaga
usaha, lembaga pendidikan, organisasi yang didirikan atau dimiliki oleh
warga negara Indonesia atau badan hukum Indonesia.” Beberapa bentuk
pemakaian bahasa Indonesia yang slah di ruang publik sebagai berikut:
 Komplek Pertokoan Citra Garden
 International Airport of Kualanamu
 Center Point Mall
 Rejeki Barbershop
 B-One Cafe

24|Tim Dosen UMSU


4) Pernyataan "menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia" mencerminkan
kebulatan tekad bangsa Indonesia untuk mengangkat bahasa Indonesia
sebagai bahasa persatuan atau bahasa nasional tanpa harus mengorbankan
bahasa-bahasa daerah. Bahasa Indonesia, dalam hal ini, dijunjung artinya
dihormati dan diberi kedudukan yang lebih linggi daripada bahasa daerah.
Sedangkan pernyataan "mengaku berbahasa satu, bahasa Indonesia"
mengandung arti bahwa kita hanya mengakui adanya satu bahasa, yaitu
bahasa Indonesia, Pernyataan ini tentu dapat menyesatkan karena dengan
demikian kita tidak mengakui adanya bahasa-bahasa lain, yaitu bahasa-
bahasa daerah. Padahal, kita mengetahui bahwa bahasa daerah yang terdapat
di wilayah Indonesia jumlahnya mencapai ratusan buah. Jika bahasa-bahasa
daerah itu tidak diketahui, hal ini tentu bertentangan dengan Undang-
Undang Dasar 1945, khususnya Penjelasan Pasal 36, yang menegaskan agar
bahasa-bahasa daerah itu terus dibina dan dikembangkan.
5) Kebanggaan dalam berbahasa asing tentunya akan mengarahkan penutur
bahasa tersebut untuk selalu menggunakan bahasa asing dalam segala aspek
kehidupan. Dengan demikian bahasa Indonesia akan jarang digunakan. Jika
sebuah bahasa tidak pernah digunakan lagi maka secara perlahan-lahan
bahasa tersebut akan punah. Sebagai warga negara Indonesia hal tersebut
tentunya sangat merugikan kita sebagai bangsa. Di asia sendiri Pasalnya,
tidak semua bangsa (negara) setelah mendapatkan kemerdekaannya
memiliki bahasa nasional. Sebut saja beberapa negara tetangga kita seperti
Malaysia, Filiphina, Singapura, India, dll. yang sangat menginginkan bahasa
nasional, tetapi sampai sekarang masih menggunakan bahasa Inggris sebagai
bahasa mayoritas yang digunakan penduduknya dalam berkomunikasi di
dalam negeri mereka.

Modul Bahasa Indonesia Untuk Perguruan Tinggi|25

Anda mungkin juga menyukai