Oleh
Segala puji bagi Allah, yang dengan kebesaran dan keagungan-Nya telah
memberikan begitu banyak anugrah ilmu, rezeki yang berlimpah, kasih dan
sayang-Nya kepada seluruh alam, sehingga tak satu pun mahkluk di dunia
ini yang tercipta tanpa makna. Makna adalah apa yang ada dalam bahasa.
Pada bahasa itu, semua tersampaikan.
Bahasa Indonesia sebagai satu bahasa yang disepakati sebagai oleh
seluruh rakyat Indonesia memiliki arti yang penting. Hal ini ditandai dengan
penggunaan bahasa Indonesia sebagai bahasa negara, bahasa nasional, dan
bahasa ilmu pengetahuan. Sebagai bahasa ilmu pengetahuan misalnya,
keberadaan bahasa Indonesia digunakan dalam di seluruh jenjang pendidikan,
dari sekolah dasar hingga perguruan tinggi. Dalam jenjang perguruan tinggi,
matakuliah Bahasa Indonesia menjadi salah satu Matakuliah Pengembangan
Kepribadian (MPK) yang wajib diberikan di semua jurusan. Hal ini sesuai
dengan amanah Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1989 tentang Sistem
Pendidikan nasional dan ditegaskan kembali pada Undang-Undang Nomor 20
Tahun 2003 yang dipekurat dengan Surat Keputusan (SK) Dikti Nomor 43
Tahun 2006.
Bahasa Indonesia merupakan matakuliah yang didesain agar mahasiswa
memiliki keterampilan dalam menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan
benar dalam ranah membaca, berbicara, menyimak, dan menulis karya ilmiah.
Sejalan dengan uraian tersebut, maka dalam mata kuliah Bahasa Indonesia
yang dipelajari adalah bahasa Indonesia dalam hubungannya dengan dunia
ilmu pengetahuan (kebutuhan akademik).
Handbook disusun sebagai salah satu bahan ajar yang diberikan pada
mahasiswa semester I/II di Universitas Teknologi Sumbawa dengan harapan
agar proses kegiatan belajar mengajar dapat berlangsung sesuai dengan
harapan yang diinginkan sebagaimana tuntunan dari pembelajaran bahasa
Indonesia di perguruan tinggi.
Wassalam
Januari 2015
Penyusun
BAB I PENDAHULUAN
1. Indikator Pembelajaran ............................................................... 4
2. Pengantar Umum ............................................................................................ 4
3. Tujuan Matakuliah .......................................................................................... 5
4. Standar Kompentensi .................................................................. 5
5. Bahasa Indonesia sebagai Pengembang Kepribadian .................... 6
6. Garis Besar Pokok Perkuliahan ................................................................... 7
7. Penilaian dalam Perkuliahan ......................................................................... 8
2. Pengantar Umum
Mata kuliah Bahasa Indonesia termasuk dalam Mata kuliah
Pengembangan Kepribadian (MPK) yang wajib diberikan di semua jenjang
pendidikan dan jalur pendidikan, sebagaimana yang dikemukakan dalam
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan nasional
yang ditegaskan pula pada Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003, serta
penguatan dengan Surat Keputusan (SK) Dikti Nomo 43 Tahun 2006.
Bahasa Indonesia merupakan matakuliah yang didesain agar mahasiswa
memiliki keterampilan dalam menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan
benar dalam ranah membaca, berbicara, menyimak, dan menulis karya ilmiah.
Sejalan dengan uraian tersebut, maka dalam mata kuliah ini, Bahasa
Indonesia yang dipelajari adalah bahasa Indonesia dalam hubungannya dengan
dunia ilmu pengetahuan.
Pentingnya mempelajari bahasa Indonesia dalam hubungannya dengan
ilmu pengetahuan karena mahasiswa sebagai calon sarjana, dipersiapkan tidak
hanya untuk menjadi konsumen ilmu pengetahuan melainkan juga sebagai
produsen dalam bidang ilmiah. Ia memiliki tugas bukan saja dapat membaca
tulisan-tulisan ilmiah, tetapi juga harus mampu menulis sendiri karangan-
karangan yang bersifat ilmiah. Oleh karena itu, setiap mahasiswa dituntut
dapat mengaplikasikan cara-cara ilmiah, khususnya dalam kaitannya dengan
karya tulis ilmiah.
4. Standar Kompetensi
a. Kompetensi Umum
Mahasiswa mampu mengungkapkan pikiran dan gagasan secara
efektif, efesien dan komuikatif dalam menulis ilmiah, laporan surat,
proposal, dan mampu berbahasa lisan dalam bahasa lisan secara spontan
dan terencana.
b. Kompetensi Khusus
Mahasiswa mampu menjelaskan perbedaaan kedudukan bahasa
Indonesia; sejarah Bahasa Indonesia, bahasa negara, bahasa persatuan,
bahasa ilmu pengetahuan, teknologi, seni dan peran bahasa Indonesia
dalam pembangunan bangsa. Mampu menjelaskan ciri ragam bahasa ilmiah
dan mengaplikasikannya dalam kinerja akademik. Mampu menulis;
makalah, rangkuman/ ringkasan buku atau bab, resensi buku. Membaca
untuk menulis; membaca tulisan/artikel ilmiah, membaca tulisan populer,
mengakses informasi melalui media maya, seperti internet. Berbicara untuk
C. Ragam Bahasa
1. Pengertian Ragam Bahasa
2. Ragam Bahasa Indonesia Berdasarkan Media
3. Ragam Bahasa Berdasarkan Pesan Komunikasi
4. Ragam Bahasa Berdasarkan Penutur
5. Ragam Bahasa Menurut Bidang Pemakaian
F. Perencanaan Karangan
1. Perencanaan Karangan
2. Tujuan Penulisan Karangan
3. Menentukan Jenis karangan
4. Macam-macam Karangan
5. Kerangka Karangan
1. Indikator Pembelajaran
2. Arti Bahasa
Bahasa adalah satu hal yang mendasar dalam kehidupan manusia.
Digunakan untuk mengkomunikasikan seluruh aktivitas kebutuhan manusia.
Bahasa dalam pengertian umum adalah sebagai alat komunikasi. Untuk
memperluas pemahaman tentang bahasa, berikut dipaparkan beberapa
pandangan ahli terkait dengan pengertian bahasa.
Bahasa menurut Depdiknas (2005:3) adalah ucapan pikiran dan
perasaan manusia secara teratur, yang memergunakan bunyi sebagai alatnya.
Sedangkan bahasa dalam kamus besar Bahasa Indonesia (Hasan Alwi, 2002:
88) menyebutkan bahasa sebagai sistem lambang bunyi yang arbitrer, yang
digunakan oleh semua orang atau anggota masyarakat untuk bekerjasama,
berinteraksi, dan mengidentifikasi diri dalam bentuk percakapan yang baik,
tingkah laku yang baik, dan sopan santun yang baik.
Sepintas selalu dalam bahasa sederhana, bahasa digunakan sebagai alat
untuk menyampaikan sesuatu yang terbayang di dalam hati. Namun, lebih
jauh bahasa digunakan sebagai alat interaksi dan berkomunikasi. Dalam
artian, bahasa sebagai alat untuk menyampaikan pikiran, gagasan, konsep
atau perasaan. Dalam kajian sosiolinguistik, bahasa memiliki arti yang lebih
luas, yakni sistem lambang, bunyi, bersifat arbitrer, produktif, dinamis,
beragam dan manusiawi, demikian dikatakan Chaer & Agustina (2010:11).
Sebagai sebuah sistem, bahasa dibentuk oleh sejumlah komponen yang
berpola secara tetap dan telah ditentukan aturannya. Sistem bahasa dapat
berupa lambang-lambang bunyi, yang setiap lambang akan melambangkan
suatu yang disebut dengan konsep atau makna. Pada prinsipnya, setiap
lambang bunyi memiliki satu ujaran yang memiliki makna. Misalnya, nama
3. Karakteristik Bahasa
Sebagai alat komunikasi yang di dalam ada aturan/kaidah yang
disepekati, bahasa juga sebagai sebagaimana disebutkan di atas sebagai
sebuah sistem lambang berupa bunyi, bersifat abitrer, produktif, dinamis,
beragam dan manusiawi. Pengertian tersebut menjelaskan bahwa bahasa
memiliki karakteristik sesuai dengan yang disebutkan.
a. Bahasa Bersifat Arbitrer
Bahasa bersifat abritrer artinya hubungan antara lambang
dengan yang dilambangkan tidak bersifat wajib, tidak statis, namun
lebih dinamis, bisa berubah dan tidak dapat dijelaskan mengapa
lambang tersebut mengonsepsi makna tertentu. Secara kongkret, alasan
kuda melambangkan sejenis binatang berkaki empat yang bisa
dikendarai adalah tidak bisa dijelaskan. Begitu juga dengan mawar
yang melambangkan tanda cinta tidak dapat dijelaskan.
Meskipun bahasa bersifat abritrer, tetapi juga bahasa bersifat
konvensional. Artinya setiap penutur suatu bahasa akan mematuhi
hubungan antara lambang dengan yang dilambangkannya. Apa yang
dilambangkan itulah yang disebut dengan makna. Makna inilah yang
diketahui oleh masyarakat di mana bahasa itu digunakan. Makna itu
juga akan mematuhi, misalnya, lambang buku hanya digunakan untuk
menyatakan tumpukan kertas bercetak yang dijilid, dan tidak untuk
melambangkan konsep yang lain, sebab jika dilakukannya berarti dia
telah melanggar konvensi itu.
b. Bahasa Bersifat Produktif
Bahasa bersifat produktif artinya, dengan sejumlah besar unsur
yang terbatas, namun dapat dibuat satuan-satuan ujaran yang hampir
tidak terbatas. Misalnya, dalam KBBI susunan WJS. Purwadarminta
menyebutkan bahwa bahasa Indonesia hanya mempunyai kurang lebih
23.000 kosa kata, tetapi dengan 23.000 buah kata tersebut dapat dibuat
4. Fungsi-Fungsi Bahasa
Konsep bahasa adalah alat untuk menyampaikan pikiran dan gagasan.
Bahasa adalah alat untuk beriteraksi atau alat untuk berkomunikasi, dalam
arti alat untuk menyampaikan pikiran, gagasan, konsep atau perasaan.
a. Huruf Kapital
1. Huruf kapital digunakan pada awal kalimat.
Contoh: Kami mahasiswa fakultas Ekonomi dan Bisnis Universtitas
Teknologi Sumbawa.
2. Huruf kapital digunakan degan berkenaan dengan agama, kitab suci
atau nama Tuhan dan kata gantinya.
Contoh: Allah, Al Quran, Weda, Injil, Islam, Kristen, Tuhan Yang
Maha Pemurah, Tuhan, Engkau Yang Mengetahuiya. Ya Rabb,
bimbinglah hamba-Mu.
3. Huruf pertama kutipan langsung
Contoh:
Rektor berkata Mahasiswa harus lebih agresif dibandingkan
dosennya.
Bagi mahasiwa yang tidak mampu biaya perkuliahan digratiskan
kata Dr. Zulkieflimanyah.
Apa pun yang terjadi, kita harus tetap di sini kata Bapak tadi.
b. Huruf Miring
Digunakan dalam cetakan. Jika ditulis menggunakan tangan, maka
diberikan garis bawah. Huruf miring digunakan pada:
1. Menuliskan nama buku, majalah, nama surat kabar.
Contoh: Buku Komposisi karya Gorys Keraf, Majalah Republika 25
Juni 2015.
2. Memberikan penegasan terhadai kata atau frase yang dianggap
penting dalam satu tulisan.
Contoh: Dia mengalami penyakit gila akibat maut yang menimpa
keluarganya.
Kegiatan mahasiswa berbasis kemasyarakatan sangat ditunggu-
tungu pemerintah.
3. Menuliskan kalimat asing, terkecuali yang telah disesuaikan.
Contoh: Akhir-akhir ini banyak orang mengalami penyakit Legionella
akibat kebiasaan merokok dan meminum alkohol berkadar tinggi.
c. Huruf Tebal
Huruf tebal digunakan dalam cetakan saat untuk menandai tanda-
tanda yang dianggap penting atau mendapat perhatian, seperti: judul,
sub judul karangan atau kata yang menuntut perhatian khusus.
Contoh outline karya fiksi, berupa novel
Pulau Seribu Masjid
A. Gugusan Cinta
1. Pertemuan Ilman dengan Irma
2. Ilman bersama anak-anak pesisir pantai
3. Cerita Kakek Imok kepada Ilman
B. Lombok Perawan
1. Fanorama pantai Senggigi
2. Kejujuran Cinta Irma kepada Ilman
3. Lukisan Wajah Alifi Ulwati Fatmala
Menulis Karangan
BAB I Pendahuluan
A. Latar Belakang Masalah
B. Rumusan Masalah,
C. Tujuan Penulisan
D. Manfaat Penulisan
BAB II Landasan Teori
1. Pengertian Karangan
2. Karangan Berdasarkan Bentukunya
3. Jenis-Jenis Karangan
BAB III Metode Penelitian
A. Jenis Penelitian
B. Data Penelitian dsb.
b. Partikel
1. Pengertian Partikel
Partikel adalah kelas kata yang hanya memiliki arti gramatikal dan
tidak mempunyai arti leksikal (KBBI). Arti suatu kata tugas ditentukan
oleh kaitannya dengan kata lain dalam suatu frasa atau kalimat dan
tidak bisa digunakan secara lepas atau berdiri sendiri, digunakan
dalam artikel, preposisi, konjungsi, dan interjeksi.
Kata tugas dikelompokkan menjadi lima, yaitu:
a) Preposisi (kata depan); kata yang biasa terdapat di depan nomina.
Preposisi biasanya menjelaskan sebuah keterangan, seperti kata
dari, dengan, di, dan ke.
b) Konjungsi (kata sambung); kata atau ungkapan yang
menghubungkan dua satuan bahasa yang sederajat (antarkata,
antarfrasa, antarklausa, antarkalimat), misalnya dan, atau, serta.
c) Interjeksi (kata seru); kata yang mengungkapkan seruan perasaan,
misalnya ah, dan aduh.
d) Artikel (kata sandang); kata yang tidak memiliki arti tapi
menjelaskan nomina, misalnya si, sang, dan kaum
e) Penegas yaitu -kah, -lah, -tah, dan pun.
2. Macam-macam Partikel
Partikel meliputi kata yang tidak tertakluk pada perubahan bentuk
dan hanya berfungsi menampilkan unsur yang diiringinya. Dalam
1. Indikator Pembelajaran
2. Kutipan
a. Pengertian Kutipan
Dalam penulisan karya ilmiah, seorang penulis dituntut untuk
memerhatikan hal-hal yang berkaitan dengan etika dalam penulisan, termasuk
kaitannya dengan mengambil kutipan/sumber rujukan. Kutipan yang diambil
dapat berupa konsep, difinisi, atau pun abstrak/intisari dari satu pendapat
para ahli. Hal itu dimaksudkan agar apa yang ditulis bisa dipertanggung
jawabkan. Menurut Akhidiyat (dalam Nugrahani & Al Makruf, 2014), fungsi
kutipan adalah: (a) sebagai landasan teori, (b) penjelas pembahasan, dan (c)
pendapat-pendapat yang dikemukan oleh para ahli. Kutipan merupakan
salinan kalimat, paragraf, wacana atau pendapat seorang pengarang yang
terdapat dalam karyanya, baik dalam buku, media cetak atau interview (Hs,
2007). Kutipan ditulis untuk menegaskan uraian isi, juga sebagai pembuktian
atas apa yang ingin disampaikan.
Dalam proses pengutipan, penulis dapat menggunakan penulisan dalam
bentuk catatan kaki (footnote) atau urain naskah (bodynote). Penulisan sumber
dengan cara uraian naskah (bodynote) ditulis dengan tiga (3) cara, sebagai
berikut.
Karya sastra sebagai deskripsi atas realitas sosial merupakan karya yang
imajinatif, menggunakan sistem kode. Sistem kode itu berupa kode bahasa, kode
budaya, dan kode sastra sebagaiman disebutkan Teeuw (1974: 331) menjadi satu
kesatuann yang tak bisa dipisahkan dalam rangkaiannya sebagai bagian dari teks
sastra. Tiga sistem itulah yang digunakan pengarang untuk menyampaikan
maksud dan pesan melalui karya sastra.
1. Kutipan Langsung
Kutipan langsung adalah kutipan yang langsung diambil persis
dari sumbernya (kutipan yang langsung dari pernyataan dan bahasa
asli pengarang (apa adanya). Kutipan langsung dikenal dengan istilah
wording. Penulisan dilakukan sebagai berikut.
1. Penulisannya terintergarasi dalam teks (spasinya sama) kemudian
diapit oleh tanda petik (...) dan diberikan tanda footnote/bodynote.
2. Kutipan langsung yang lebih dari lima baris ke atas dipisahkan d ari
teks, satu spasi dan margin masuk ke dalam teks sekitar lima
ketukan.
3. Kutipan langsung yang lebih dari lima baris dipisahkan dengan teks
(satu spasi), sedangkan tulisan yang kurang dari lima baris
diintegrasikan bersama dengan teks lain.
5. Jika dalam penulisan lebih dari satu baris, maka pada baris
berikutnya harus menjorok ke dalam sekitar tujuh ketukan.
2. Dua pengarang
Arifin, E.Z. & S.A. Tasai. 1999. Cermat berbahasa Indonesia. Jakarta:
Akademika Presendo.
Nugrahani, Farida & Ali Imran Al Maruf. 2014. Metode Peulisan Karya Ilmiah:
Panduan bagi mahasiswa, Ilmuan, dan Eksekutif. Yogyakarta: Nuansa
Aksara.
Miles, Matthew B. & A. Michael Huberman. 1992. Qualitative Data Analysis (Terj.
Tjetjep Rohendi Rohidi). Jakarta: Indonesia University Press. *Penulis
dengan dua pengarang, nama pertama dibalik, penulis kedua tdk dibalik.
3. Tiga pengarang
Akhadiah, Sabarti, Maidar G. Arsjad, dan Sakura H. Ridwan. 1999. Pembinaan
Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia. Jakarta: Arilangga.
5. Editor/penyunting
Gerung, Daud (Ed.). 2011. Lombok Mirah Sasak Adi. Jakarta: Imsak Press.
Satoto, Soediro (Eds.). 2000. Sastra: Ideologi, Politik dan Kekuasaan. Surakarta:
Muhammadiyah University Press. *Kalau editornya banyak, digunakan
Eds.
6. Sumber internet
Kusno, Gustaaf. 2013. Bahasa: Nama Kesayangan alias Term of Endearment,
(Online) (http://bahasa.kompasiana.com, diakses 11 Februari 2013).
Mulawarman, Lalu Suryadi. 2011. Jakarta Anniversary Festival IX-2011: Koreografer
Lalu Suryadi Pentaskan Perempuan Rusuk Dua, (http://www.jakarta.go.id,
diakses 12 Februari 2014).
Salameh, Fahd A. & Qusai A. Thebyan. 2011. The Ideology of Betrayal in
Yasmine Zahrans Novel A Beggar at Damascus dalam Jurnal Cross-
Cultural Communication Vol. 7, No. 4, 2011, pp. 40-48
(http://cscanada.net, diakses 2 Desember 2013).
8. Buku Terjemahan
Althusser, Louis. 2008. Tentang Ideologi: Strukturalisme Marxis, Psikoanalisis,
Cutlural Studies (Terj. Olsy Vinoli Arnof). Yogyakarta: Jalasutra.
Hashmi, Sohail H. (Ed.) 2005. Etika Politik Islam, terj. Abu Bakar Eby Hara dkk.
Pondok Indah: ICIP.
9. Artikel dalam Jurnal, majalah
Al Maruf, Ali Imran. 2007. Pembelajaran Sastra Multikultural di Sekolah:
Aplikasi Novel Burung-Burung Rantau dalam Jurnal Lingustik & Sastra,
Vol. 19, No. 1, hlm. 60-75 (Juni 2007).
Pratiwi, Yuni. 2009. Beberapa Perspektif Teori Penyusunan Bahan Ajar Ketrampilan
Berbahasa Indonesia, dalam Diksi: Jurnal Ilmiah Bahasa, Sastra, dan
Pengajarannya, Vol 16 (2), hlm. 190-198 (Juli 2009) *Judul artikel
dimirikan/digarisbawah dan diberikan tanda petik (....).
Contoh:
c. Nama kota.
Contoh:
Achmadi, Ideologi Pendidikan Islam: Paradigma Humanisme Teosentris ,
4. Catatan Kaki/Footnote
Sebagaimana dengan daftar pustaka, catatan kaki berfungsi untuk
memberi penjelasan tambahan yang lebih rinci mengenai satu rujukan
yang digunakan oleh seorang ketika ia mengutip satu rujukan. Perbedaan
yang paling mudah dibedakan adalah letak catatan kaki yang berada di
bawah naskah satu tulisan atau diakhri satu bab sebuah buku. Catatan
kaki lebih dikenal dengan footnote.
1 Burhan Nurgiyantoro, Teori Pengkajian Fiksi, (Yogyakarta: UGM Press, 1995) hlm. 24.
2 Ibid.
3 Ibid., hlm. 53-65.
4 Prof. Dr. Nyoman Kutha Ratna, Sastra dan Cultural Studies: Repsentasi Fiksi dan Fakta.,
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007) hlm. 240-245.
5 Ibid., 305.
1 Prof. Dr. Rachmat Djoko Prodopo, Beberapa Teori Sastra, Metode Kritik, dan
Penerapan Lainnya, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009) hlm. 35-40.
2 Dr. M.Rafiek, Teori Sastra; Kajian Teori dan Praktik, (Bandung: Refika Aditama, 2011)
hlm. 100.
3 Pradopo, Op.Cit., 45.
4 Rafiek, Op.Cit.
1. Indikator Pembelajaran
1. Hasil Laporan
Hasil laporan adalah tulisan yang dihasilkan dari laporan kegiatan baik
berupa hasil penelitian atau hasil percobaan, baik di lapangan,
laboratarium atau penelitian keperpustakaan. Karena itu, laporan ini akan
disesuaikan dengan objek kajiannya. Jika laporan ilmiah ini hasil dari
praktek, maka karya ilmiah disebut dengan laporan hasil praktikum. Jika
laporan dibuat berdasarkan hasil atas kajian keperpustakaan, maka
3. Artikel Jurnal
Artikel jurnal adalah karangan ilmiah dalam bidang ilmu tertentu yang
diterbitkan dalam sebuah jurnal yang khusus menerbitkan bidang kajian
ilmu tersebut. Artikel jurnal diklasifikasikan ke dalam dua kategori:
pertama artikel ilmiah yang bertujuan membuka forum diskusi,
argumentasi, analisis, dan sintesis sejumlah pendapat dan temuan para
ahli dan pemerhati dalam kajian ilmu tertentu yang sama-sama
ditekuninya. Kedua artikel yang berisi kajian hasil penelitian. Kesimpulan
hasil ini terkait dengan variabel bebas dan variabel terikat yang diteliti.
Hal-hal yang perlu diperhatikan saat membuat judul artikel adalah: (1)
judul mencerminkan materi bahasan pada kata atau istilah yang
digunakan dalam judul, (2) berdaya tarik kuat untuk merangsang
pembaca, boleh menggunakan kata yang provokatif agar merangsang
orang untuk membacanya, (3) dapat dirumuskan dalam kalimat berita atau
kalimat tanya. Penyusunan artikel lebih lanjut, dapat diperhatikan hal
langkah-langkah berikut.
a. Nama penulis
a) ditulis lengkap, tanpa gelar akademis atau gelar profesi untuk
mencegah timbulnya kesan senioritas,
b) boleh mencantumkan gelar kebangsawanan atau keagamaan,
c) jika ditulis dua orang atau lebih hanya mencantumkan penulis
utama disertai kata dkk, nama seluruh penulis lengkap boleh
dituliskan pada catatan kaki,
d) nama lembaga penulis dapat dituliskan tepat di bawah namanya
pada catatan kaki.
Bab I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan Penelitian
1.4 Manfaat Penelitian
DAFTAR PUSTAKA
*Catatan:
Karakteristik dari penelitian kualitatif dan kuantitatif dapat dilihat
pada lampiran terakhir handbook ini.
Bab I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Identifikasi Masalah
1.3 Rumusan Masalah
1.4 Pembatasan Masalah
1.5 Penjelan Istilah (Judul Penelitian)
1.6 Hipotesis
1.7 Tujuan Penelitian
1.8 Manfaat Penelitian
DAFTAR PUSTAKA
5. Buku Teks
Buku teks atau yang lebih dikenal dengan istilah teksbook/handout
adalah karya ilmiah yang berisikan prinsif-prinsif hukum dari kajian
pustaka. Karya ilmiah ini biasanya disajikan untuk kepentingan
pendidikan dan pengajaran. Pengenalan dan pemahaman terhadap ciri-
ciri ilmiah adalah ciri khusus dari buku teks. Pentingnya keberadaan
buku teks dalam proses pembelajaran, undang-undang Nomor 71 tahun
Letaknya di Desa Sekaroh, Kecamatan Jerowaru, Kabupaten Lombok Timur. Dulunya pantai ini
bernama Pantai Tangsi, tapi kini lebih terkenal dengan sebutan Pantai Pink karena warna pasirnya
yang putih dan didominasi oleh warna merah muda jika terkena sinar matahari. Arti Tangsi dalam KBBI
barak atau asrama tentara. Penamaan Pantai Tangsi ini tentu akan terjawab jika melihat keadaan
lingkungan di sekitarnya, ada gua buatan dan sebuah meriam peninggalan Jepang. Entah bagaimana
sejarah aslinya, dulunya tempat ini mungkin dijadikan sebagai asrama oleh tentara Jepang. Bisa jadi
hal itu yang melatarbelakangi penduduk sekitar memberikan nama demikian.
*Sumber: Kompasiana.com
Sebuah negara dengan banyak pulau dan masyarakatnya yang plural adalah surga bagi
perkembangan sistem politik. Adalah menjadi hal yang biasa ketika banyak partai politik tumbuh di
dalamnya, tetapi menjadi hal yang tidak biasa manakala partai politik hanya menjadi kendaraan politik
tanpa ada landasan konstitusi yang mengaturnya dengan baik dan benar.
Perkembangan politik di Indonesia akhir-akhir ini sangat menyita perhatian publik. Tidak seharusnya
publik ikut menanggung dosa-dosa para politisi tamak yang hanya bisa menghisap darah dan keringat
rakyat. Dari persoalan konflik internal partai, saling mencaci antara para elite politik, hilangnya moral dan
etika dengan pergi bersenang-senang ke klub malam, menyaksikan video porno saat sidang paripurna,
hingga korupsi dan manipulasi untuk kepentingan mempertahankan kekuasaan.Perhelatan pemilihan
umum masih 3 tahun lagi, tetapi geliat politik di negeri ini sudah semakin marak.
Beberapa partai politik baru tapi dengan wajah lama mulai muncul berlomba-lomba untuk mencuri
hati publik saat pemilu mendatang. Partai Nasional Republik (Nasrep) yang dikomandoi oleh Hutomo
Mandala Putra, Partai Nasdem yang sesungguhnya merupakan rencana terselubung para pemimpin
Nasional Demokrat saat Ormas ini dideklarasikan, juga mendeklarasikan diri pada tanggal 26 Juli 2011.
Adakah yang salah di negeri kita dengan fenomena ini? Jika ada yang salah, di mana letak kesalahannya?
Libido Politik
Alkisah seorang Raja yang tamak di sebuah negeri yang subur dan kaya. Raja tersebut selalu
berbicara hal-hal yang baik dan mengharuskan rakyatnya melakukan hal-hal yang baik, tetapi Sang Raja
tidak memberi contoh seperti yang dia ucapkan pada rakyatnya. Dengan mata telanjang, rakyat
menyaksikan sendiri bagaimana Sang Raja menyusun rencana agar kekuasaan yang dimilikinya itu bisa
tetap aman bahkan dapat diturunkan kepada sanak keluarganya. Kondisi tersebut menimbulkan proses
inisiasi berkembangnya libido-libido politik dari individu-individu yang akhirnya mencontoh sikap Sang
Raja. Individu-individu ini berlomba-lomba agar dapat memperoleh kekuasaan seperti Sang Raja. Segala
cara ditempuh bahkan menghisap darah rakyat pun akan dilakukan untuk memenuhi libido politik yang
muncul.
Seorang Freudian yang mendalami teori Sigmund Freud mengenai perubahan personality individu
pasti memahami bagaimana proses libidonisasi dalam diri seseorang itu mampu menguasai orang tersebut
sehingga melakukan hal-hal yang unconscious dan irasional. Ketika libido itu muncul dan menguasai diri
seseorang, maka kondisi kognitifnya akan mengalami disonansi, tak dapat membedakan lagi mana hal
yang boleh dilakukan dan tak boleh dilakukan, mana yang halal dan yang haram, dan jika dibiarkan maka
akan merusak seluruh sendi-sendi kehidupan dari individu tersebut.
Katarsis Publik
Katarsis atau Catharsis, merupakan proses melepaskan segala hal yang mengganggu tingkat
emosional individu, Freud menjelaskannya pada teori Psikoanalisis. Dalam konteks tulisan ini, katarsis
merupakan proses di mana publik telah amat sangat muak terhadap semua situasi dan kondisi politik
negeri ini, publik perlu cara untuk melepaskan segala hal yang membuat frustasi. Bagaimana tidak, di saat
banyak TKI bermasalah di negeri orang, pengangguran dan kemiskinan bertambah, kekayaan alam
banyak dikuasai asing, korupsi merajalela, para elite politik banyak menggunakan topeng kemunafikan dan
tidak peduli dengan semua hal tersebut.
Katarsis publik sering kita temui akhir-akhir, publik melepaskan semua hal yang membuat frustasi
dan depresi dengan cara bermacam-macam datang berduyun-duyun ke panggung-panggung dangdut
pada perhelatan pemilihan kepala daerah, bahkan sampai membuat rusuh, melakukan demo yang
cenderung bersifat anarkis, mencorat-coret gedung wakil rakyat, dan lain-lain. Seharusnya fenomena
katarsis publik ini merupakan lecutan bagi para elite negeri ini, karena semakin banyak katarsis yang
terjadi di wilayah publik, maka semakin bobrok kondisi sebuah Negara dan kita sedang mengalaminya saat
ini!
Oleh karena itu, segeralah menyingkirkan semua libido politik yang menguasai diri kalian wahai para
politisi dan pejabat publik yang terhormat, karena jika dibiarkan akan sangat berbahaya bagi keadaban
bangsa ini. Publik yang diterpa informasi negatif terus menerus dari para pemimpinnya, suatu saat pasti
akan meledak, karena akumulasi katarsis yang kronis, dan secara psikologis sangat menyengsarakan hati
dan jiwa rakyat.(DTC)
*Sumber: Tribun.com
Sumbawa sebagai salah satu daerah di provinsi NTB terus menjadi perhatian pemerintah, baik
pemerintah provinsi maupun pusat. Selain, daerahnya yang luas, juga sumber daya alamnya dipandang
memiliki daya jual tinggi sehingga mampu mendatangkan devisa bagi pemerintah. Bahkan, sejak 2010
banyak masyarakat menginginkan agar pulau sumbawa menjadi provinsi tersendiri. Melalui wakil-wakil
rakyat yang di melenggang ke Senayan, terus diinisiasikan agar pulau Sumbawa menjadi provinsi
tersendiri terpisah dari pulau Lombok. Terlepas dari itu, tulisan ini mencoba menelaah lebih luas dari tau
samawa atau orang-orang Sumbawa yang dicitrakan melalui slogan Sabalong Samalewa.
Sebagai orang bukan asli Sumbawa, saya pertamakali sempat kewalahan mencari arti sebenarnya
dari slogan tersebut. Beberapa sahabat dan keluarga yang berasal dari Sumbawa pun kurang memahami
makna dan maksud dari slogan sabalong samalewa. Tetapi, dalam konteks komunikasi keseharian,
secara tidak sadar kata-kata itu sering terlontarkan. Hal ini, misalnya saat orang yang akan berpergian
akan mengucapkan kata-kata balong-balong mo yang berarti mengingatkan keluarga atau sahabat
untuk hati-hati di jalan. Kata-kata tersebut bukan berarti memiliki arti sekedar mengingatkan untuk hati-
hati, tetapi lebih dari itu, mendoakan agar jangan lupa, lengah, dan terus ingat dalam kondisi apa pun.
Pada kata-kata itu, terkandung makna semangat untuk saling ingat, saling membahu, dan peduli terhadap
siapa pun. Secara umum, makna dari slogan sabalong samalewa diartikan sebagai semangat untuk
berkerjasama, gotong royong, tolong menolong. Dan semangat inilah yang seharusnya terdeskripsikan
dalam kegiatan sehari-hari tau samawa
Sebuah lagu yang dari kecil sudah sering kita dengar, bukan hanya sekedar hiburan tapi lagu
itu adalah penanda bahwa memang benar negeri kita adalah negeri yang kaya, kita punya perairan
yang sangat luas, lebih dari 70% negeri ini adalah perairan, dan di dalamnya terdapat berjuta-juta
spesies ikan dan berjuta-juta keanekaragaman hayati selain itu bertumpuk-tumpuk pundi-pundi
kekayaan lainnya seperti minyak bumi, benda-benda kuno tenggelam, terumbu karang yang indah,
tambang, dan lain sebagainya maka tak heran jika negeri ini sering dijuluki Negeri Jamrud katulistiwa.
Tapi ternyata fakta itu membius kita dengan terbawa rasa kebanggaan semu akan semua itu sehingga
sadar dan tidak harta kita telah dikeruk oleh pihak-pihak asing setiap saat setiap waktu di saat kita
terlelap tidur di seberang sana para kapal-kapal asing dengan enaknya mengeruk kekayaan kita, Pasir
laut kita berpindah tempat ke negara lain, ikan-ikan kita masuk ke palka-palka kapal asing tanpa izin,
terumbu kita hancur oleh orang-orang tak bertanggung jawab.
Kita sudah sering mendengar tentang IUU (Ilegal, Unreported and Unregulated) Fishing,
yaitu upaya eksploitasi ikan negeri ini baik oleh Asing maupun masyarakat sendiri, tanpa izin, tanpa
melaporkan dan tanpa perizinan yang sesuai, jika kita up date berita kita akan memahami begitu
gencarnya praktek IUU Fishing di negeri ini. Saat ini di saat kita di ambang keputusasaan pemerintah
memberikan angin segar dengan menanamkan Visi dan Misi Membangun maritim serta upaya tegas
pemberantasan IUU Fishing terlebih oleh negara Asing. Banyak sudah langkah di seratus hari kinerja
pemerintah sekarang yang dilakukan dalam rangka memberantas IUU Fishing yang sangat
meresahkan terlebih oleh negara asing seperti Thailand, Filipina, Malaysia, Vietnam dll.
Berbagai cara dilakukan oleh pemerintah mulai dari pembenahan regulasi perikanan dengan
membuat UU kelautan, peraturan menteri tentang moratorium perizinan kapal penangkap ikan,
pembatasan usia ikan dan wilayah penangkapan, pelarangan Transhipment (pemindahan
muatan/bongkar-muat di tengah laut), perkuatan infrastruktur pengawasan dengan penambahan
armada kapal, SDM dan teknologi seperti VMS (Vessel Monitoring System), Optimalisasi implementasi
MCS (Monitoring, Controlling dan survailance) penangkapan ikan, hingga penguatan lembaga
peradilan perikanan, PPNS (Penyidik Pegawai negeri Sipil) Perikanan, Hakim Perikanan dan masih
banyak lagi upaya yang dilakukan sebagai bukti pemerintah proaktif dalam upaya optimalkan
pengawasan dan pemberantasan praktik IUU Fishing.
Upaya tersebut di atas sangatlah perlu kita apresiasi sehingga kita bisa aktif berkontribusi
memberikan semangat dan dorongan pada pemerintah. Tapi di sisi lain kita juga harus saling
mengingatkan bahwa permasalahan ini adalah tanggung jawab kita semua, bukan hanya pemerintah
saja tapi kita sebagai warga juga harus aktif membantu upaya pemberantasan tersebut dengan turut
mengampanyekan program 2 pemerintah tersebut, melaporkan jika ada hal-hal berkaitan dengan IUU
Fishing dan sebagainya.
Kadang kita hanya berpikir untuk memberantas praktek-praktek yang lebih besar tapi kadang
mengabaikan permasalahan-permasalahan kecil yang padahal jika dibiarkan akan menumpuk dan
berakibat kerugian yang jauh lebih besar.
Semoga tulisan singkat ini bisa menjadi inspirasi untuk menyelamatkan harta laut negeri yang kita
cintai ini. Kita harus kaya di negeri kita sendiri. Jangan menjadi tikus yang mati kelaparan dalam lumbung
padi. Kita harus memanfaatkan seoptimal mungkin sumber daya kelautan dan perikanan untuk
kesejahteraan negeri sendiri.
Sumber: Kompasiana.com
7. Perencanaan Karangan
Perencanaan karangan yaitu semua tahap persiapan yang harus
dilakukan dalam proses penulisan. Perencanaan karangan sebagai kegiatan
menulis bukanlah suatu kegiatan yang kebetulan, melainkan memang telah
direncanakan. Dengan begitu, penulis harus menyiapkan secara benar hal-hal
yang ingin diungkapkan melalui tulisan.
Secara teoretis, perencanaan karangan terdiri atas tiga tahapan:
a. Tahap pra-penulisan
Seorang penulis dituntut untuk mempersiapkan bahan-bahan yang
akan dijadikan tulisan. Persiapan ini meliputi: menyusun daftar pustaka
sementara, dan menentukan topik atau judul, masalah, tujuan, dan
kalimat tesis. Selain hal tersebut perlu diperhatikan dilakukan adalah:
1) menyusun garis besar isi dan menyempurnakannya menjadi
kerangka karangan (outline) lengkap setelah data dirasakan valid,
2) menetapkan landasan teoretis,
3) menetapkan sumber data (primer & sekunder), cara mengumpulkan,
dan cara menganalisisnya,
4) menetapkan metode pembahasan,
5) menyusun daftar pustaka sementara,
6) menjadwalkan pelaksanaanya.
5. Jelas
Topik karangan yang jelas sangat membantu penulis mengendalikan
variabel. Indikator topik yang jelas ditandai berikut ini:
a. menggunakan kata lugas (denotasi),
b. fungsi setiap kata dapat diukur secara operasional,
c. tidak menggunakan kata kias,
d. hubungan variabel bebas dan terikat menunjukan arah yang
jelas.
Contoh:
Pengembangan sumber daya laut terhadap peningkatan pendapatan daerah
(kurang jelas)
d. Abstrak
Abstrak adalah ringkasan singkat dari isi karya ilmiah, baik berupa
skripsi, tesis, dan disertasi atau pun karya eksposisi lainnya dalam
jurnal ilmiah yang memungkinkan pembaca dengan cepat menangkap
apa yang ingin disampaikan penulis. Sama halnya dengan judul, abstrak
juga harus singkat, ringkas dan padat, dapat memberikan informasi
umum dari isi artikel. Abstak biasanya tidak lebih dari 250-300 kata.
Untuk penulisan artikel konseptual, abstrak tidak lebih dari 75-100
kata. Penulis abstrak harus dapat mencantum kata kunci (keyword)
yang terdiri atas 3-5 frase untuk memudahkan pengideksan. Abstrak
memiliki beberapa karaktristik sebagai berikut.
1) Akurat, pastikan abstrak dapat melukiskan tujuan dari isi tulisan.
2) Ringkas dan spesifik, kalimat yang dibuat harus singkat dan utuh,
khususnya kalimat utama.
3) Jangan menilai, tulisan abstrak tidak dianjurkan untuk menilai atau
pun mengomentari tulisan.
4) Abstrak disajikan dalam bentul paparan informatif.
ABSTRAK
Al quran adalah media interaksi antara Allah dan makhluk-Nya. Untuk itu,
penelitian ini bertujuan untuk memerikan pola interaksi yang ada di dalam kitab suci Al
Quran. Metode penelitian adalah kualitatif dan analisa isi. Hasil penelitian
menunjukkan adanya variasi tema interaksi, peserta interaksi adalah Alloh dan
makhluk-Nya, serta adanya kategori berdasarkan respon terhadap interaksi. Kategori
yang dibagi berdasarkan jenis respon adalah tanggapan berdasarkan asal muasal dan
berdasarkan hubungan pertanyaan dan tanggapan. Selain itu alasan terjadinya
interaksi juga tergantung adanya konteks. Latar belakang terjadinya interaksi dibagi
menjadi dua yaitu fisik dan non fisik. Terlebih lagi, pola interaksi mencakup satu
arah dan dua arah, demikian juga dengan strategi interaksi yang dibagi menjadi dua
yaitu langsung maupun tidak langsung.
Kata kunci: Pola interaksi, Quran, Pertanyaan, Pragmatik
ABSTRAK
Sosok Pemuda lebih dikenal dengan sosok pembaharun dalam segala bidang. Tulisan
ini bertujuan untuk melihat hubungan penting antara peran pemuda dalam sektor UKM
dalam usaha pengolahan hasil produksi peternakan. Metode yang digunakan adalah
kajian kepustakaan dan observasi langsung. Hasil dari penelitian ini adalah (1)
pentingya tata ruang padang penggembalaan dapat dilakukannya pembatasan padang
pengembalaan (2) perlu dilakukannya penambahan varian produk hasil turunan dari
sektor peternakan, (3) setiap produsen dapat menggunakan teknologi modern sebagai
alat untuk mendongkrak efisiensi dan nilai tambah. Hal itu dilakukan sebagai wujud
nyata pemuda dalam penyaluran kreativitas, inovasi dan keterampilan penggunaan
teknologi yang dapat meningkatkan mutu produk hasil peternakan menuju
pertumbuhan perekonomian daerah Sumbawa.
Kata Kunci: Pengembangan UKM, Peran Pemuda, dan Produk hasil peternakan.
ABSTRAK
Lukmanul Hakim
Sejak kelahirannya Islam telah menjadi satu sistem keyakinan monotisme yang mengantarkan perubahan
mendasar, mengubah tatanan kehidupan umat manusia, khususnya wilayah Asia dan kawasan Eropa
hingga negara-negara berkembang. Perubahan itu tumbuh dengan sistem yang tertata rapi. Hal tersebut
berdampak pada pola berpikir masyarakatnya. Tulisan ini bertujuan mendeskripsikan: (1) peran Islam di
tengah peradaban dunia modern pada bidang sosial, ekonomi dan politik; (2) unsur-unsur yang dalam
membangun kekokohan Islam; dan (3) fungsi dan peran Islam dalam mewujudkan perdamaian dunia.
Telaah terhadap dokumen dan teks sejarah menghasilkan kesimpulan bahwa kawasan Islam telah
menjadi pusat dan rujukan ilmu pengetahuan, terbentuknya sistem politik yang demokratis-humanis,
tatanilai sosial yang masif, sistem ekonomi yang merata dan dinamis, serta koeksistensi umatnya di
tengah kehidupan berbangsa dan bernegara.
IDEOLOGI HUMANISME ISLAM SALMAN FARIS DALAM NOVEL GURU DANE DAN GURU ONYEH:
KAJIAN INTERTEKS DAN IMPLIKASINYA SEBAGAI BAHAN AJAR
APRESIASI SASTRA DI SMA
Lukmanul Hakim
Program Magister Pengkajian Bahasa
Universitas Muhammadiyah Surakarta
Tujuan penelitian ini terdiri atas (1) mendeskripsikan latar sosio-historis Salman Faris sebagai faktor
genetik, (2) mendeskripsikan bangunan struktur novel GD dan GO karya Salman Faris, (3)
mendeskripsikan wujud ideologi humanisme Islam Salman Faris dan bentuk-bentuk dehumanisasi dalam
dua fiksinya, (4) mendeskripsikan hubungan intertektualitas ideologi novel GD dan GO karya Salman
Faris, dan (5) mendeskripsikan implikasi hasil penelitian sebagai bahan ajar apresiasi sastra di SMA.
Penelitian ini berbentuk kualitatif deskriptif dengan strategi terpancang. Sumber data penelitian (1)
dokumen, yakni teks novel GO dan GO karya Salman Faris serta buku-buku literature yang relevan, (2)
informan, yakni Salman Faris dan tanggapan pembaca terhadap novel tersebut. Teknik pengumpulan
data menggunakan teknik pustaka, simak, dan catat. Adapun analisis data digunakan reduksi, sajian data
dan verifikas serta simpulan, yang divalidkan dengan model pembacaan semiotik, berupa heuristik dan
hermeneutik, sedangkan validitas menggunakan triangulasi data.
Hasil penelitian ini adalah (1) Secara sosio-hitoris, karya-karya Salman Faris bernuansakan kearifan
lokal bahkan multikultural dengan menjadikan Sasak sebagai ikon penciptaan, (2) Telaah terhadap
struktur novel GD dan GO menekankan pada tema dan fakta cerita, (3) Wujud ideologi dari dua fiksi
tersebut adalah pembebasan manusia, titik tolaknya pada ideologi humanisme Islam, (4) Interteks dari
novel GD dan GO adalah ideologi humanisme Islam yang wujudnya adalah (a) misi pembebasan, (b)
tidak mengenal kelas, (c) pemahaman terhadap agama, (d) tradisi berpikir dan perjuangan kemanusian,
(e) keteguhan prinsip dan identitas, (f) menentang monopoli ekonomi dan kapitalisme, serta (g)
perlawanan terhadap otoritas sistem tradisi. (5) implementasi ideologi humanisme Islam Salman Faris
dapat dijadikan bahan ajar sebagai bahan ajar apresiasi sastra di di SMA, tidak lepas dari tiga aspek
penting pembelajaran, yakni sikap, keterampilan, dan pengetahuan dengan titik acuan pada kompetensi
inti nomor (3) dan kompetensi dasar nomor (3.3) berdasarkan kurikulum 2013.
Kata kunci: Ideologi, Humanisme Islam, Novel GD dan GO, Interteks, Bahan ajar sastra
Berikut ini contoh kerangka sementara (kasar) dan kerangka hasil revisi.
a. Kerangka Sementara (kasar)
Topik: ASEAN University Youth Summit (AUYS) 2016
Rencana Kegiatan:
1. Kegiatan Perencanaan
2. Menjalin Komunikasi dengan Pemda NTB dan Pemkab Sumbawa
3. Kegiatan Pengumpulan Dana
4. Kegiatan Sosialiasi dan Publikasi
5. Kegiatan Pelaksanaan AUYS 2016.
Dunia akademis tidak lepas dari kegiatan tulis menulis. Hal ini
merupakan tuntunan dan kewajiban yang harus dilaksanakan. Salah satu
yang akrab adalah istilah merangkum dan meresensi. Untuk kepentingan
akademik, keterampilan dalam meringkas/merangkum dan resensi akan
sangat menunjang proses dalam tugas-tugas akademik.
a. Menulis Ringkasan
Ringkasan adalah ikhtisar dari satu karya atau buku. Meringkas berarti
mengambil intisari atau hal-hal penting dari sebuah karya/buku. Beberapa
istilah yang berkaitan dengan ringkasan adalah ikhtisar, sinopsis, dan abstrak.
Ringkasan adalah jenis kegiatan dengan melakukan telaah dengan
meringkas. Meringkas merupakan aktivitas alih bahasa, summary. Maksudnya
adalah satu bentuk penyingkattan atas satu informasi dengan menyajikan
informasi-informasi penting dari dari satu permasalahan. Ringkasan adalah
bagian dari cara yang menyajikan suatu karangan yang panjang dengan
menyingkat hal-hal penting.
Istilah ringkasan bersinonim dengan kata-kata seperti ikhtisar sinopsis,
abstrak dan parafrase. Keempat kata itu memiliki kesamaan makna.
Perbedaanya terletak pada pemakian kata-kata itu. Sinopsis berkaitan dengan
karya sastra berupa cerpen, novel atau roman sehingga memerlihatkan
plot/alur dalam ceritanya. Sedangkan istilah abstrak dipakai pada kalangan
profesional, khusus mereka yang bergelut dengan dunia akademik, khusus di
perguruan tinggi.
Dalam membuat ringkasan, dapat diperlihatkan beberapa klasifikasi
dengan dua kategori, yakni prosedur umum dan prosedur khusus. Prosedur
khusus berkaitan dengan pemadatan atau penyingkatan hal-hal yang danggap
penting. Prosedur umum dalam pembuatan ringkasan adalah membaca,
menyeleksi, menulis, dan membandingkan. Pada saat membaca, pembuat
ringkasan membaca dan mengakhiri secara seksama. Tahap selanjutnya
menyeleksi, membuat ringkasan memilih-milah bagian yang menjadi inti,
menyeleksi pikiran utama atau gagasan utama yang ingin disampaikan
pengarang. Setelah tahap penyeleksian, dilakukan penulisan berdasarkan
b. Menulis Resensi
Menurut KBBI (2005) resensi adalah pertimbangan atau
pembicaraan tentang buku atau bisa juga disebut ulasan buku. Resensi
dalam bahasa Belanda resentie, dan bahasa Latin recensio, recensere, atau
revidere yang artinya mengulas kembali. Resensi adalah suatu penilaian
terhadap suatu karya yang dapat berupa buku, karya seni film, drama, dan
produk teknologi lainnya. Dalam penyajiannya, resensi menyampaikan
informasi atau pemahaman yang komprensif (mendalam) tentang apa yang
tampak dan terungkap dari sebuah produk/karya. Dengan kata lain,
resensi mencoba menilai kualitas buku, baik isi maupun perwajahan
disertai dengan alasan dan bukti. Tulisan mengenai resensi biasanya
terdapat pada surat kabar, majalah atau jurnal-jrunal ilmiah. Nama lain
dari resensi buku adalah Bedah Buku, Timbangan Buku, dan Launching
Buku.
Tujuan pokok penulisan resensi setidaknya mencakup tiga hal,
yakni: (1) memberikan sugesti kepada pembaca, (2) melukiskan dan
memaparkan pendapat dengan sebuah pertimbangan atau penilaian, dan
(3) menydorokan kriteria yang jelas dalam menguraikan satu telaah.
Secara umum, ada tiga fungsi resensi, yakni fungsi informatif,
komersial, dan akademik. Fungsi informatif, menginformasikan atau
memaparkan kemunculan buku/film agar pembaca tertarik dan mau
mengetahui lebih lanjut. Fungsi komersial, menekankan pada nilai
komersial atau keuntungan mater, dan Fungsi akademik, menekankan
pada interaksi antara pengarang buku, penerjemah/editor dan peresensi
Alwi, Hasan. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia, edisi ketiga. Jakarta:
Pustaka.
Miles, Matthew B. & A. Michael Huberman. 1992. Analisis Data Kualitatif (Terj.
Tjetjep Rohendi Rohidi). Jakarta: Indonesia University Press.
Suhendar & Pien Supinah. 1997. Seri Materi Kuliah MKDU: Bahasa
Indonesia (Kebahasaan). Bandung: Pionir Jaya.
Ilmu berdasarkan atas peraturan dan prosedur berdasarkan atas hal-hal umum
ketat induktif
deduktif percaya pada interpretasi
percaya pada kesan indrawi tidak bebas nilai
bebas nilai
Penyebab & akibat Pemikiran nomologikal; hubungan sebab- Non-deterministik; pembentukan saling
akibat menguntungkan; tak ada hubungan
sebab-akibat
Ilmu alam & sosial Deduktif; model ilmu dari ilmu alam; Induktif; menolak model ilmu alam;
nomotetik; menurut peraturan ketat ideografik; tak ada peraturan ketat:
interpretasi
Peranan peneliti Agak pasif; pengenal; terpisah dari Aktif; pengenal dan dikenal adalah
subyek dikenal: dualisme interaktif dan tak dipisahkan
Konsep dalam bentuk variabel berbeda Konsep dalam bentuk tema, motif, generalisasi, dan
taksonomi
Pengukuran secara sistematis dibuat sebelum Pengukuran dibuat dalam cara ad hoc (hal-hal
pengumpulan data dan distandardisasikan tertentu) dan seringkali khusus terhadap pengaturan
individu atau peneliti
Data dalam bentuk angka dari pengukuran yang Data dalam bentuk kata dan gambar dari dokumen,
tepat pengamatan, dan transkrip
Teorinya adalah sebab-akibat dan deduktif Teori dapat berupa sebab-akibat atau bukan sebab-
akibat dan sering berupa induktif
Prosedur adalah standar, dan pengulangan Prosedur penelitian adalah khusus, dan pengulangan
diperhatikan sangat jarang
Analisa dilakukan dengan memakai statistik, tabel, Analisa dilakukan dengan mengekstraksi tema atau
atau bagan serta membahas bagaimana generalisasi dari bukti dan pengaturan data untuk
memperlihatkan hubungan dengan hipotesis memaparkan gambar yang koheren, konsisten