Oleh
Sang Hyang Widhi Wasa, karena berkat dan rahmat-Nya Buku Ajar Bahasa
Buku ajar ini disusun untuk dijadikan mata kuliah pengembangan kepribadian
memiliki sifat yang positif terhadap bahasa Indonesia. Selain itu, dapat
Materi buku ajar ini disusun dengan berbagai sumber bahasa untuk
Selain hal tersebut materi yang disarikan ditekankan pada masalah yang
Indonesia secara lisan maupun tulis dengan baik dan benar sesuai dengan
usaha menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar serta dapat dibina
Penyusun menyadari buku ajar ini masih jauh dari kata sempurna. Hal
ini tidak terlepas dari keterbatasan penulis dalam berbagai hal. Akan tetapi,
ii
kehadiran buku ajar ini diharapkan dapat membantu mahasiswa dalam usaha
demi pengembangan buku ajar ini ke arah yang lebih baik dan sempurna. Di
samping itu, penyusun juga menyampaikan terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu terwujudnya buku ajar ini. Akhir kata, sekali lagi
penyusun berharap buku ajar ini berguna baik bagi mahasiswa Program Studi
iii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ...................................................................... i
PRAKATA ...................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN ................................................................ 1
1.1 Pendahuluan ............................................................................... 1
1.2 Capaian Pembelajaran ................................................................ 1
1.3 Standar Kompetensi .................................................................... 1
1.4 Sistematika Penyajian ................................................................. 2
1.5 Pentingkah Belajar Bahasa Indonesia, Pengertian Bahasa,
Hakikat Bahasa, Tujuan Mempelajari Bahasa, Sejarah
Pertumbuhan dan Perkembangan Bahasa Indonesia,
Kedudukan dan Fungsi Bahasa Indonesia .................................. 3
1.5.1. Pentingkah Belajar Bahasa Indonesia ............................... 3
1.5.2 Pengertian Bahasa ............................................................. 4
1.5.3 Hakikat Bahasa .................................................................. 6
1.5.4 Tujuan Mempelajari Bahasa ............................................. 11
1.5.5 Sejarah dan Perkembangan Bahasa Indonesia ................... 14
1.5.6 Peresmian Nama Bahasa Indonesia ................................. 15
1.5.7 Kedudukan Bahasa Indonesia dan Fungsi Bahasa ............ 16
1.6 Rangkuman ................................................................................ 20
1.7 Soal Pelatihan ............................................................................. 22
1.8 Penugasan ................................................................................... 22
DAFTAR PUSTAKA
BAB II RAGAM BAHASA INDONESIA..................................... 24
iv
BAB III BAHASA INDONESIA YANG BAIK DAN BENAR ... 35
3.1 Pendahuluan..................................................................................................35
3.2 Capaian Pembelajaran................................................................................35
3.3 Pengantar........................................................................................................35
3.4 Bahasa Indonesia yang Baik dan Benar................................................36
3.5 Kaidah Umum Bahasa Indonesia............................................................40
3.6 Rangkuman....................................................................................................43
3.7 Soal Pelatihan................................................................................................44
3.8 Penugasan.......................................................................................................44
DAFTAR PUSTAKA
BAB IV EJAAN.................................................................................................46
4.1 Pendahuluan..................................................................................................46
4.2 Capaian Pembelajaran................................................................................46
4.3 Pengantar........................................................................................................47
4.4 Sejarah Perkembangan Ejaan...................................................................47
4.5 Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI).........................51
4.5.1 Pemakaian Huruf...............................................................................52
4.5.2 Penulisan Kata...................................................................................62
4.5.3 Tanda Baca..........................................................................................73
4.6 Perbedaan EYD dan PUEBI.....................................................................76
4.7 Rangkuman....................................................................................................79
4.8 Soal Pelatihan................................................................................................80
4.9 Penugasan.......................................................................................................80
DAFTAR PUSTAKA
v
BAB VI KALIMAT DALAM BAHASA INDONESIA....................88
6.1 Pendahuluan..................................................................................................88
6.2 Capaian Pembelajaran................................................................................88
6.3 Pengantar........................................................................................................88
6.4 Pengertian Kalimat......................................................................................89
6.5 Unsur-unsur Kalimat (S-P-O-K-Pel).....................................................90
6.6 Jenis-jenis Kalimat......................................................................................94
6.7 Rangkuman....................................................................................................107
6.8 Soal Pelatihan................................................................................................109
6.9 Penugasan.......................................................................................................109
DAFTAR PUSTAKA
vi
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Pendahuluan
Secara umum, standar kompetensi yang ingin dicapai atas isi buku ini
Indonesia yang baik dan benar. Kaidah tersebut meliputi: kaidah fonologi,
morfologi, kosa kata, kalimat, paragraf, dan ejaan. Di samping itu, mahasiswa
1
juga diharapkan memahami dan dapat menerapkan ragam bahasa khususnya
ragam bahasa ilmiah. Dengan demikian, setelah membaca isi buku ini
tetapi juga bahasa Indonesia tulis khususnya berupa karya tulis ilmiah.
dengan sistematika sebagai berikut. Secara keseluruhan, isi buku ini dibagi
Indonesia yang baik dan benar (bahasa bukan sekadar alat komunikasi,
konsep bahasa Indonesia yang baik dan benar, kaidah umum bahasa
berturut-turut pada Bab II, Bab III, Bab IV, Bab V, Bab VI, dan Bab VII.
Pada akhir setiap bab juga disajikan soal-soal pelatihan yang harus dikerjakan
2
1.5 Pentingkah Belajar Bahasa Indonesia, Pengertian Bahasa, Hakikat
Bahasa, Tujuan Mempelajari Bahasa, Sejarah Pertumbuhan dan
Perkembangan Bahasa Indonesia, Kedudukan dan Fungsi Bahasa
Indonesia
Pada dasarnya ketika berbicara tentang bahasa Indonesia, secara umum orang
akan menganggap bahasa Indonesia adalah hal yang membosankan. Karena kegiatan
tersebut tidaklah jauh dari kegiatan membaca dan menulis. Bahkan siswa di jenjang
pendidikan menengah atas biasanya tidak pernah mendapatkan nilai ujian sempurna
dalam mata pelajaran bahasa Indonesia. Namun di mata pelajaran lain seperti
matematika maupun IPA nilai sempurna sudah di tangan jika tahu rumus dan mampu
bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuannya masih saja tidak mampu mendapatkan
nilai bahasa Indonesia sebagai nilai tertinggi dalam UN? Bahkan beberapa orang
Indonesia menyebutkan bahwa, bahasa Indonesia tidak perlu dipelajari karena bahasa
tersebut adalah bahasa sehari-hari orang Indonesia baik bertemu dengan teman,
dari beribu-ribu pulau yang mana di setiap pulau memiliki bahasa daerahnya
bagi mahasiswa karena di jenjang ini, mereka harus paham penggunaan bahasa
3
Indonesia sesuai dengan kaidahnya agar bahasa tersebut menjadi bahasa yang
agung di kemudian hari. Tugas ini, bukan hanya dipegang teguh oleh guru bahasa
Indonesia maupun pendidik lainnya, namun bahasa Indonesia harus dipelajari oleh
semua kalangan khususnya mahasiswa yang akan menyusun karya ilmiah ataupun
laporan. Kualitas bahasa seseorang mahasiswa haruslah cakap tidak hanya dalam
berpikir kritis namun dalam penyampaian perlunya bahasa yang baik untuk
dengan manusia lainnya menggunakan tanda, misalnya kata dan gerakan. Ada
dalam bahasa Latin, langue dalam bahasa Perancis, go dalam bahasa Jepang,
langua dalam bahasa Spanyol, language dalam bahasa Inggris, bhasa dalam
bahasa Sanskerta, taal dalam bahasa Belanda, lugathun dalam bahasa Arab, dan
sudut pandang para ahli bahasa. Beberapa definisi tersebut dapat dikemukakan
2) Bahasa adalah “Lambang berupa bunyi yang dihasilkan oleh alat-alat ucap
4
dipakai oleh manusia dalam kehidupannya sebagai alat komunikasi
atau lambang bunyi yang dikeluarkan oleh alat-alat ucap (manusia dan
4) Bahasa adalah “sistem lambang bunyi yang arbitrer, yang digunakan oleh
5) Bahasa adalah “sistem lambang bunyi yang dipergunakan oleh para anggota
Beberapa definisi bahasa di atas dapat diberikan penjelasan lebih lanjut bahwa
anggota masyarakat.
5
1.5.3 Hakikat Bahasa
alat komunikasi berupa bunyi vokal, ada pula komunikasi berupa bunyi tetapi
tidak vokal (suara pluit, kentongan, sirena, dan lain-lain), dan ada pula alat
komunikasi yang tidak berupa bunyi (gerak tangan, kepala, lampu pengatur lalu
Adapun beberapa unsur-unsur bahasa terdiri dari: (a) bunyi vokal, (b)
arbitrer atau manasuka, (c) sistem atau sistemik, (d) simbol atau lambang, dan (e)
bahasa tersebut:
pertanyaan pada masyarakat awam. Pertama, apakah setiap bunyi yang dapat
yang kini telah berkembang dan banyak digunakan untuk komunikasi dapat
dinyatakan sebagai bahasa? Kedua pertanyaan tersebut akan dijawab berikut ini.
Bangun fisik bahasa berupa bunyi. Di alam raya ini, ditemukan berbagai
macam bunyi yang dapat digunakan untuk komunikasi. Secara umum, bunyi di
alam raya ini dapat dibedakan menjadi dua kelompok besar, yakni: bunyi yang
dihasilkan oleh alat ucap manusia (artikulatoris) dan bunyi yang tidak dihasilkan
oleh alat ucap manusia (nonartikulatoris). Bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap
6
manusia dapat dibedakan menjadi dua, yaitu bunyi sistemik dan bunyi tidak
sistemik. Bunyi sistemik misalnya rangkaian bunyi yang membentuk kata saya,
makan, tidur (dalam bahasa Indonesia); titiang, ajeng, sirep (dalam bahasa Bali); I
atau me, eat, sleep (dalam bahasa Inggris) atau dalam konstruksi yang lebih luas
seperti rangkaian bunyi yang membentuk kata polimorfemik berikut ini: berjalan,
bahasa Bali); studying, sleeping, reading (dalam bahasa Inggris) bahkan dapat
Selain bunyi sistemik, alat ucap manusia juga dapat menghasilkan bunyi
yang tidak sistemik (nonsistemik), misalnya bunyi siul atau bersiul (meskipun
berirama), batuk, bunyi ‘kletak’ dengan lidah, ber-dehem, dan lain-lain. Bunyi-
Golongan bunyi kedua adalah bunyi yang tidak dihasilkan alat ucap manusia
(nonartikulatoris). Bunyi ini ragamnya sangat banyak, misalnya: tepuk tangan, bunyi
kentongan, sirena, klakson, guntur, dan ledakan. Bunyi-bunyi ini pun tidak tunduk
pada sistem yang universal. Tepuk tangan pada suatu peristiwa bisa berarti pemberian
dukungan tetapi pada kali lain bisa berarti cemohan, dan pada kali lain pula bisa tidak
berarti apa-apa. Demikian pula bunyi kentongan, sirena, dan lain-lain tidak memiliki
sistem yang jelas. Dari klasifikasi bunyi yang ada di alam raya ini, bunyi artikulatoris
nonsistemik dan bunyi nonartikulatoris bukan merupakan hakikat bahasa. Jadi, bunyi
untuk melestarikan ujaran. Sistem tata tulis (ejaan) tidak mengatur bahasa. Tulisan
7
sesungguhnya bukan sifat alamiah bahasa. Hal ini dapat dibuktikan bahwa banyak
orang di dunia yang tidak atau belum mengenal tulisan tetapi mereka dapat
berbahasa. Contoh yang paling nyata terjadi pada usia anak-anak. Jauh sebelum
bahasa bukanlah tulisan. Oleh karena itu, pada awal pembelajaran bahasa yang
didahulukan adalah pengajaran bahasa (lisan) dan bukan tulisan. Hal ini akan
Arbitrer artinya manasuka, yakni tidak ada hubungan logis antara ekspresi
dengan maknanya. Konkretnya begini, dalam bahasa Bali terdapat kata cicing dan
dalam bahasa Indonesia terdapat kata anjing, dan dalam bahasa Inggris terdapat
kata dog. Penyebutan kata-kata itu untuk merujuk sesuatu hanya konvensi
(kesepakatan) semata-mata.
jumlahnya dalam setiap bahasa. Pembentukan kata seperti ini sering disebut dengan
onomatope. Onomatope berarti tiruan bunyi. Artinya, sebuah kata dibentuk dengan
binatang yang mengeluarkan bunyi cek…, cek…, cek…, disebut cecak (dalam
8
bahasa Indonesia) dan disebut cecek (dalam bahasa Bali). Fenomena onomatope
arbitrer.
harus tunduk pada sistem yang berlaku pada bahasa itu. Setiap bahasa memiliki
bidang fonologi, setiap bahasa memiliki sistem yang mengatur tata fonem. Dalam
pembentukan kata. Dalam sintaksis, setiap bahasa memiliki sistem tata kalimat,
dan dalam wacana setiap bahasa memiliki sistem untuk menata gagasan-gagasan
yang lebih luas. Pendeknya, hubungan bentuk makna dalam setiap bahasa harus
dihasilkan organ bicara manusia yang ditata dalam sistem suatu bahasa sehingga
menjadi kata dan atau kalimat pada hakikatnya merupakan simbol atau lambang
9
digunakan untuk menyimbolkan sesuatu yang ada di luar bahasa (ekstralinguistik).
tindakan, keadaan, dan lain-lain yang bukan bahasa. Misalnya, kata rumah yang
yang digunakan sebagai tempat tinggal oleh umat manusia. Benda yang disebut
rumah itu bukanlah bahasa, tetapi kata rumah adalah bahasa. Jadi, kata rumah
merupakan lambang (simbol) dari benda yang disebut rumah itu. Demikianlah
bahasa pada hakikatnya merupakan simbol dan hubungan antara simbol dengan
Komunikasi mempersyaratkan tiga hal, yakni: (a) ada gagasan, (b) ada alat yang
mewadahi gagasan, dan (c) ada pelibat. Bahasa berada pada wilayah (b). Bahasa
merupakan wadah gagasan dari para pelibat. Tanpa bahasa komunikasi tidak
adalah komunikasi.
10
1.5.4 Tujuan Mempelajari Bahasa
Indonesia, serta mempunyai kemampuan yang baik dan benar sesuai dengan etika
dan kesopanan. Tujuan utamanya dapat mengetahui kaidah yang berlaku baik
dalam bebicara maupun penulisan sesuai dengan aturan yang berlaku. Selain itu,
mempelajari satu sama lain, serta tumbuhnya kemampuan imajinatif dan analitis
dalam berkomunikasi.
positif terhadap bahasa Indonesia. Sikap tersebut diwujudkan dengan (1) kesetiaan
perlu mencegah adanya pengaruh bahasa asing, (2) kebanggaan bahasa, yang
lambang identitas bangsanya, dan (3) kesadaran akan adanya norma bahasa, yang
yang berlaku.
11
a. Tujuan Praktis
Contoh:
jawa namun menggunakan bahasa daerah Bali sebagai bahasa dalam berdagang.
dalam berkomunikasi dengan tujuan para pelanggan lokal yang tidak menguasai
b. Tujuan Linguistik
penting adalah seorang pendidik khususnya bahasa dan para ahli bahasa. Karena
dengan tujuan linguistik para ahli maupun pendidik bahasa akan membina bahasa
mengetahui sejarah dan mengembangkan bahasa Indonesia agar lebih baik dan
12
c. Tujuan Artistik
sehingga menjadi bahasa yang indah dan dapat digunakan untuk pemuas rasa
estetis. Misalnya, seni sastra dalam berbagai bentuk seperti puisi, cerpen, prosa,
membuat puisi agar lebih menarik kata demi kata yang disajikan. Sehingga
d. Tujuan Psikologi
seseorang.
Contoh:
seseorang apakah ia introver, ekstrover, atau ambivert. Dari tujuan ini, kita dapat
e. Tujuan Filologi
guna menyelidiki latar belakang sejarah manusia, kebudayaan, dan adat istiadat
13
Contoh:
sebuah prasasti kerajaan yang ada di Indonesia. Berdasarkan angka tahun prasasti
tersebut akan dapat diketahui peranan dan fungsi bahasa itu pada zaman kerajaan
terdahulu, atau seorang filolog dapat mengetahui peranan dan fungsi bahasa Melayu
pada zaman Kerajaan Sriwijaya dari prasasti atau naskah-naskah sastra zaman itu.
Pada dasarnya bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu pada zaman
14
Penyebaran bahasa Melayu yang demikian luas juga dibuktikan oleh
Berdasarkan fakta-fakta yang ada, maka dapat dikatakan bahwa bahasa Melayu
Melayu, tetapi bahasa Indonesia telah mendapat pengaruh dari berbagai bahasa baik
daerah maupun bahasa asing, bahkan dari faktor waktu, faktor politik, sosial budaya,
dan IPTEK yang membuat bahasa Indonesia bukanlah bahasa Melayu lagi.
Hari Sumpah Pemuda dijadikannya ingatan yang kuat bagi lahirnya bahasa
Indonesia pada tanggal 28 Oktober 1928. Pada saat itu pemuda dari berbagai
15
Ketiga : Kami putra dan putri Indonesia menjunjung bahasa
persatuan, bahasa Indonesia.
bertebaran di Indonesia adalah satu kesatuan Tanah Air Indonesia. Unsur kedua
dari ikrar di atas adalah seluruh masyarakat Indonesia adalah satu, yaitu bangsa
bahasa persatuan, yaitu bahasa Indonesia. (Amran Halim dalam Arifin, 1985;5).
sudah dipakai sejak pertengahan abad VII itu menjadi bahasa Indonesia. Jadi,
mempunyai dua kedudukan, yaitu sebagai bahasa nasional dan sebagai bahasa
resmi negara. Kedudukan sebagai bahasa nasional dimiliki oleh bahasa Indonesia
dan sebagai bahasa resmi negara dimiliki sejak ditetapkannya UUD 1945 yang
16
Adapun fungsi bahasa, yaitu terbagi menjadi dua fungsi diantaranya fungsi
umum dan khusus. Berikut akan dijelaskan dengan bagannya (Hikmat dan
Solihati, 2003:19):
Alat komunikasi
Umum
Alat berinteraksi dan beradaptasi sosial
(sastra) Mempelajari
bahasa kuno
Mengeksplorasi IPTEK
1. Fungsi Umum
Melalui bahasa, kita dapat menyatakan secara terbuka segala sesuatu yang
tersirat di dalam hati dan pikiran kita. Dengan demikian, apapun hal yang hendak
disampaikan akan dapat diterima oleh siapa pun. Akan sangat sulit jika seseorang
yang sedang marah, sedih, atau bahagia tidak dapat berbahasa. Oleh karena itu
mencurahkan hati seringkali dijadikan sebagai alat terapi untuk mengobati stres.
17
B. Sebagai Alat Komunikasi
Bahasa merupakan sarana agar apa yang ingin disampaikan kepada orang lain
dapat diterima dan dipahami. Penyampaian tersebut dapat dilakukan dengan dua
cara, yakni secara verbal dan nonverbal. Komunikasi verbal berkaitan dengan
bahasa yang digunakan tergantung situasi dan kondisi yang dihadapi. Seseorang
akan menggunakan bahasa yang nonstandar (tidak resmi) pada saat berbicara
dengan teman-teman dan menggunakan bahasa standar (resmi) pada saat berbicara
dengan orang tua atau yang dihormati. Kemampuan untuk menentukan pilihan
masyarakat.
ini bisa dilihat bagaimana tuturan seorang yang tidak berpendidikan akan jauh
berbeda dengan orang yang berpendidikan. Oleh karena itu bahasa dapat dijadikan
18
2. Fungsi Khusus
digunakan yang disesuaikan dengan waktu dan lawan tutur. Jika dalam situasi
formal atau berhadapan dengan orang yang lebih dihormati atau orang tua maka
bahasa formal yang digunakan, sebaliknya jika dalam situasi tidak formal dan
berhadapan dengan orang yang lebih muda atau akrab maka bahasa nonformal
yang digunakan.
merupakan alat untuk mewujudkan seni, dalam hal ini karya sastra. Seseorang
drama.
peradaban suatu bangsa, baik Yunani maupun Romawi dapat terekam sejarahnya
karena penggunaan bahasa dalam tradisi intelektualnya. Hal yang sama terjadi,
19
pada sejarah Melayu kuno yang memiliki khazanah keilmuan yang sangat tinggi.
Namun karena peradaban bahasa dan simbol-simbolnya yang masih rumit, maka
untuk menikmati dan mempelajari semua bukti peradaban masa lalu tidak ada cara
D. Mengeksploitasi IPTEK
Dengan jiwa dan sifat keingintahuan yang dimiliki manusia, serta akal dan
pikiran yang sudah diberikan Tuhan kepada manusia, maka manusia akan selalu
mengembangkan berbagai hal untuk mencapai kehidupan yang lebih baik. Adanya
hadir untuk mempermudah kehidupan. Bahasa juga membuat teknologi ini dapat
dinikmati dan dapat menyebar ke berbagai sudut dunia. Maka saat ini, dapat
dipastikan bahwa tak ada orang yang tak mengenal teknologi seperti handphone
1.6 Rangkuman
dengan manusia lainnya menggunakan tanda, misalnya kata dan gerakan. Adapun
beberapa unsur-unsur bahasa terdiri dari: (a) bunyi vokal, (b) arbitrer atau manasuka,
(c) sistem atau sistemik, (d) simbol atau lambang, dan (e) komunikasi. Pentingnya
20
serta mempunyai kemampuan yang baik dan benar sesuai dengan etika dan
kesopanan. Tujuan utamanya dapat mengetahui kaidah yang berlaku baik dalam
berbicara maupun penulisan sesuai dengan aturan yang berlaku. Selain itu, tujuan
dengan orang lain dan berbagi pengalaman untuk saling mempelajari satu sama
Melayu yang sudah dipakai sejak pertengahan abad VII itu menjadi bahasa
1928. Bahkan bahasa Indonesia yang kita kenal sekarang mempunyai kedudukan
mempunyai dua kedudukan, yaitu sebagai bahasa nasional dan sebagai bahasa
resmi negara. Kedudukan sebagai bahasa nasional dimiliki oleh bahasa Indonesia
dan sebagai bahasa resmi negara dimiliki sejak ditetapkannya UUD 1945 yang
21
1.7 Soal Pelatihan!
Anda!
4. Apakah setiap ucapan atau kata yang bersifat abstrak dari perkataan
1.8 Penugasan!
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, E. Zaenal dan S. Amran Tasai. 1989. Cermat Berbahasa Indonesia: Untuk
Perguruan Tinggi. Jakarta: MSP.
22
Kridalaksana, Harimurti. 2008. Kamus Linguistik. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama.
23
BAB II
2.1 Pendahuluan
pembahasan: konsep ragam bahasa, jenis ragam bahasa: ragam lisan dan ragam
tulis, ragam baku dan ragam tidak baku, ragam baku lisan dan ragam baku tulis.
ragam bahasa, jenis ragam bahasa, ragam baku dan ragam tidak baku, ragam
2.3 Pengantar
dipahami. Bahkan belajar bahasa sesuai dengan tingkatan ini dilakukan hanya
dengan melihat siapa yang kita ajak berbicara. Ada anggapan yang merampatkan
bahwa pemakaian bahasa dalam segala situasi harus memakai bahasa baku.
kantin sekolah, di pasar, di jalan, maupun di warung kopi itu tidak menuntut
pemakaian penggunaan bahasa baku karena ini termasuk dalam situasi tak resmi.
24
saat berpidato, bahkan beberapa kegiatan rapat resmi menggunakan bahasa
baku.
macam bahasa ini sesuai dengan fungsi, kedudukan, dan lingkungan yang
Ada tiga kriteria penting yang perlu diperhatikan jika berbicara tentang
bahasa dibedakan menjadi (1) ragam bahasa lisan dan (2) ragam bahasa tulis.
Dilihat dari segi latar belakang penutur, ragam bahasa dibedakan menjadi:
(1) ragam daerah (dialek), (2) ragam pendidikan, (3) ragam resmi, dan (4) ragam
tidak resmi.
bahasa ilmu, ragam bahasa hukum, ragam bahasa sastra, dan ragam bahasa
ekonomi.
25
Berikut diberikan bagan penjelasannya agar lebih tergambarkan:
Ragam Bahasa
sangat berbeda. Ada pendapat yang mengatakan ragam tulis adalah pengalihan
ragam lisan ke dalam ragam tulis. Pendapat ini tidak bisa dibenarkan seratus
persen, sebab tidak semua ragam lisan bisa dituliskan. Begitu juga dengan
Secara umum, perbedaan kedua ragam di atas dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Ragam lisan menghendaki adanya orang kedua, teman berbicara yang berada
di depan pembicara, sedangkan ragam tulis tidak harus ada teman berbicara
26
karena dalam pemakaian bahasa sering dibantu oleh gerak, mimik, pandangan
atau anggukan.
Contoh:
Pedagang : “Pedas?”
Dari contoh di atas, kita paham bahwa ragam lisan tidak perlu adanya
unsur-unsur gramatikal yang selalu dinyatakan. Berbeda dengan ragam tulis yang
Ketika kita menemukan tulisan “Minum”. Dalam benak kita apa yang ada
mau minum?” atau “Kamu mau minum apa?”. Pasti dalam pikiran kita banyak
pertanyaan dari tulisan yang hanya memberikan 1 kata. Inilah yang menjadikan
Berbeda halnya jika tulisan yang kita temui itu bertuliskan “Andi, mau minum
apa?” Pernyataan ini memberikan informasi yang lengkap, karena secara struktur
27
kalimat pernyataan itu memenuhi syarat sebuah kalimat, yaitu minimal terdiri dari
a. Ragam lisan sangat terikat akan kondisi, situasi, ruang, dan waktu, sedangkan
ragam tulis tidak terikat dengan kondisi, situasi, ruang, dan waktu. Dapat kita
pahami bahwa ragam lisan sangat terikat akan kondisi, situasi, ruang, dan
waktu maksudnya adalah apa yang kita perbincangkan dalam suatu ruang
diskusi belum tentu dimengerti oleh orang yang berada di luar ruangan
tersebut. Sebaliknya ragam tulis tidak terikat dengan kondisi, situasi, ruang,
dan waktu maksudnya adalah ketika sebuah buku yang ditulis oleh penulis
yang berada di Bali tetap dapat dipahami oleh orang yang berada di luar Bali.
b. Ragam lisan dipengaruhi oleh tinggi rendahnya dan panjang pendeknya suara,
sedangkan ragam tulis dilengkapi dengan tanda baca, huruf besar, dan huruf
miring.
Perbedaan antara ragam bahasa lisan dan ragam bahasa tulis juga dapat
bahasa Indonesia ragam lisan dan ragam tulis berdasarkan perbedaan penggunaan
1. Ragam lisan
b. Penggunaan Kosakata
28
c. Penggunaan Struktur Kalimat
2. Ragam Tulis
b. Penggunaan Kosakata
Dalam penggunaannya ragam lisan dan ragam tulis terdiri atas ragam baku
dan tidak baku. Ragam baku adalah ragam yang dilembagakan, yang diakui oleh
sebagian besar warga masyarakat pemakainya sebagai bahasa resmi dan sebagai
kerangka rujukan norma bahasa dalam penggunaannya. Ragam tidak baku adalah
ragam yang tidak dilembagakan dan ditandai oleh ciri-ciri yang menyimpang dari
29
a. Kemantapan Dinamis
Mantap artinya sesuai dengan kaidah bahasa dalam hal ini adalah bahasa
Indonesia. Kalau kata rasa dibubuhi awalan pe-, akan terbentuk kata perasa. Kata
raba dibubuhi pe- akan terbentuk kata peraba. Oleh karena itu, menurut
kemantapan bahasa, kata rajin dibubuhi pe- akan menjadi perajin bukan
Dinamis artinya tidak statis, tidak kaku. Bahasa baku tidak menghendaki
adanya bentuk mati. Kata langganan mempunyai makna ganda, yaitu orang yang
berlangganan dan toko tempat berlangganan. Dalam hal ini, tokonya disebut
b. Cendikia
Ragam baku bersifat cendikia karena ragam baku dipakai pada tempat-
tempat resmi. Pewujud ragam resmi ini adalah orang-orang terpelajar. Hal ini
jalur pendidikan formal (sekolah). Jadi ragam baku bersifat cendekia ragam baku
yang mampu memberikan informasi yang jelas. Contoh kalimat yang tidak
Frasa rumah sang pemain bola yang aneh mengandung konsep ganda,
kalimat ini tidak memberikan informasi yang jelas. Maka ini dapat dikatakan
bahwa kalimat tersebut tidak termasuk ke dalam ragam baku bersifat cendekia.
30
c. Seragam
pelayan kapal terbang disebut dengan pramugara (pria) dan pramugari (wanita).
Kedua istilah tersebut sudah memasyarakat dan disepakati untuk dipakai secara
seragam. Andaikata ada orang yang mengusulkan bahwa pelayan kapal terbang
disebut steward, dan penyerapan itu seragam maka kata itu menjadi ragam baku.
Dalam kehidupan berbahasa, dikenal ragam lisan dan ragam tulis, ragam
baku dan ragam tidak baku. Kemudian muncul ragam baku tulis dan ragam baku
lisan. Ragam baku tulis adalah ragam yang dipakai dengan resmi dalam buku-
buku pelajaran atau buku-buku ilmiah lainnya. Dalam hal ini pemerintah sekarang
Berbeda dengan masalah ragam baku lisan, dalam hal ini sedikit sulit
menentukan ragam baku lisan. Ini disebabkan adanya berbagai macam dialek bahasa
Indonesia yang sangat dipengaruhi oleh asal dan bahasa daerah penuturnya. Maka,
ragam baku lisan ini tergantung pada besar atau kecilnya ragam daerah yang
31
terdengar dalam ucapan. Seseorang dikatakan berbahasa baku lisan jika dalam
2.5 Rangkuman
macam bahasa ini sesuai dengan fungsi, kedudukan, dan lingkungan yang
bahasa dibedakan menjadi (1) ragam bahasa lisan dan (2) ragam bahasa tulis.
Dilihat dari segi latar belakang penutur, ragam bahasa dibedakan menjadi:
(1) ragam daerah (dialek), (2) ragam pendidikan, (3) ragam resmi, dan (4) ragam
tidak resmi.
bahasa ilmu, ragam bahasa hukum, ragam bahasa sastra, dan ragam bahasa
ekonomi.
32
Secara umum, perbedaan ragam lisan dan tulis, yaitu: 1) Ragam lisan
menghendaki adanya orang kedua, sedangkan ragam tulis tidak harus ada teman
gramatikal, seperti subjek, predikat, objek, tidak selalu dinyatakan. 3) Ragam lisan
sangat terikat akan kondisi, situasi, ruang, dan waktu, sedangkan ragam tulis tidak
terikat dengan kondisi, situasi, ruang, dan waktu. 4) Ragam lisan dipengaruhi oleh
tinggi rendahnya dan panjang pendeknya suara, sedangkan ragam tulis dilengkapi
dengan tanda baca, huruf besar, dan huruf miring. Adapun ciri-ciri ragam baku
masing-masing!
3. Sebutkan perbedaan ragam bahasa lisan dan ragam bahasa tulis secara
umum!
33
2.7 Penugasan
yang ada di sana! Kemudian buatkan dialog yang di dalamnya berisikan contoh
perbedaan penggunaan bentuk kata, kosakata, dan struktur kalimat dari apa yang
kalian dengarkan.
DAFTAR PUSTAKA
Alwi, Hasan dkk. 2003. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Edisi Ketiga.
Jakarta: Balai Pustaka.
Arifin, E. Zaenal dan S. Amran Tasai. 1989. Cermat Berbahasa Indonesia: Untuk
Perguruan Tinggi. Jakarta: MSP.
Arifin, Zaenal dan Farid Hadi.2001. Seribu Satu Kesalahan Berbahasa: Bahan
Penyuluhan Bahasa Indonesia. Jakarta: Akademika Prissindo.
Sutarma, I Gusti Putu. 2018. Bahasa Indonesia. BADUNG: Politeknik Negeri Bali.
34
BAB III
3.1 Pendahuluan
Pada bab ini akan dibahas: bahasa bukan sekadar alat komunikasi,
pengertian bahasa Indonesia yang baik, pengertian bahasa Indonesia yang benar,
pengertian bahasa Indonesia yang baik, pengertian bahasa Indonesia yang benar,
dan pengertian bahasa Indonesia yang baik dan benar serta mahasiswa mampu
3.3 Pengantar
adalah sebuah sistem. Oleh karena itu, berbahasa berarti bukan sekadar
berkomunikasi. Namun ada sistem yang harus dipahami dalam bahasa yang kita
bahasa. Adanya sistem (kaidah) pada setiap bahasa merupakan regulasi (aturan)
penggunaan bahasa. Setiap penutur suatu bahasa harus tunduk pada sistem yang
berlaku pada bahasa itu. Setiap bahasa memiliki aturan yang berupa kaidah-kaidah
35
penggunaan bahasa. Inilah yang menjadikan pemahaman mendalam mengenai
“Gunakanlah Bahasa Indonesia yang Baik dan Benar”. Pada dasarnya kita bisa
membaca tulisan tersebut namun tidak semua orang dapat memahami arti
pemakaian bahasa Indonesia yang baik dan benar. Tahukah kalian bahwa bahasa
Indonesia yang baik dan benar itu adalah hal yang berbeda? Bahasa Indonesia
yang baik adalah bahasa yang digunakan sesuai norma kemasyarakatan yang
berlaku, di mana bahasa Indonesia yang baik adalah bahasa yang mempunyai nilai
rasa yang tepat dan sesuai dengan situasi pemakaiannya. Sedangkan bahasa
Indonesia yang benar adalah pemakaian bahasa Indonesia yang sesuai dengan
kaidah bahasa Indonesia yang berlaku, mengacu pada penggunaan bahasa pada
Bahasa Indonesia yang baik dapat diterapkan dalam situasi santai dan
akrab seperti di rumah, di warung kopi, warung rujak, di kantin, bahkan di pasar
yang penggunaan bahasa Indonesianya yang santai dan akrab pula. Jadi dapat
disimpulkan bahwa bahasa Indonesia yang baik ini adalah pemakaian bahasa
Indonesia dengan pemanfaatan ragam yang tepat dan serasi dengan kebutuhan
komunikasi. Pemanfaatan ragam yang tepat ini sesuai dengan topik yang yang
dibicarakan, tujuan pembicaraan, orang yang diajak berbicara (lisan) atau orang
36
yang akan membaca (dalam bahasa tulis), dan tempat pembicaraan. Contoh
percakapan dari bahasa Indonesia yang baik tetapi tidak benar, adalah: Percakapan
terjadi di pasar
A: “Kurang ya,”
B: “Ndak bisa!”
bahasa Indonesia yang baik tetapi tidak benar. Baik dalam pengucapannya yang
santai dan akrab dan situasinya yang tidak formal yaitu di pasar.
Bahasa Indonesia yang benar adalah pandangan yang diarahkan dari segi
kaidah bahasa. Sebuah kalimat atau sebuah pembentukan kata dianggap benar
apabila bentuk itu mematuhi kaidah-kaidah yang berlaku. Kriteria yang dipakai
untuk melihat pemakaian bahasa yang benar adalah kaidah bahasa. Kaidah itu
meliputi aspek (1) tata bunyi (fonologi), (2) tata bahasa (kata dan kalimat), (3)
Pada aspek tataran bunyi, misalnya, kita telah menerima bunyi /f/, /v/,
dan /z/. Oleh karena itu, kata-kata yang benar adalah fajar, fakir, motif, aktif,
variable, vitamin, devaluasi, zakat, dan izin, bukan pajar, pakir, motip, aktip,
pariabel, pitamin, depaluasi, jakat, dan ijin. Masalah lafal juga termasuk aspek
tata bunyi. Pelafalan yang benar adalah kompleks, korps, transmigrasi, dan ekspor,
37
Pada tataran bentuk kata (morfologi) misalnya, bentuk yang benar adalah
profesional.
Contoh kalimat di atas tidak benar. Karena pernyataan itu tidak mengandung
subjek. Kalimat yang benar harus mempunyai subjek dan predikat. Sepintas
memang tampak benar, akan tetapi hadirnya kata depan dalam di awal kalimat
tersebut benar, kata depan dalam harus dihilangkan sehingga buku itu berfungsi
kosakata juga dituntut pemakaian kosakata yang benar. Misalnya kata bilang,
mengatakan, sepertinya, sudah, sebentar, tidak, dan mengapa. Dari segi ejaan,
penulisan yang benar adalah analisis, apotek, objek, kuitansi, praktik, sistem, antre,
dan hipotesis bukan analisa, apotik, obyek, kwitansi, praktek, sistim, antri, dan
hipotesa.
Adapun contoh percakapan dari bahasa Indonesia yang benar tetapi tidak
baik, adalah:
38
A : “Baik, saya memesan satu untuk disediakan. Terima kasih Ibu.”
Dari contoh di atas dapat disimpulkan bahwa, dialog tersebut
menggunakan bahasa Indonesia yang benar tetapi tidak baik. Benar bahasanya
sesuai kaidah yang berlaku, namun situasinya yang tidak formal yaitu di pasar.
Sedangkan bahasa Indonesia yang baik dan benar adalah bahasa Indonesia
kaidah yang berlaku. Berikut contoh bahasa Indonesia yang baik dan benar:
dimaksud dengan bahasa Indonesia yang baik belum tentu merupakan bahasa
Indonesia yang benar, sebaliknya bahasa Indonesia yang benar belum tentu juga
merupakan bahasa Indonesia yang baik karena semua hal itu bergantung pada
Dalam berbahasa Indonesia yang baik dan benar kita harus memerhatikan
situasi pemakaian dan kaidah yang digunakan. Dalam situasi resmi, kita harus
menggunakan bahasa yang baku. Sebaliknya, dalam situasi tidak resmi, kita tidak
seharusnya menggunakan bahasa yang baku. Bahasa yang kita gunakan dalam situasi
tidak resmi itu adalah bahasa yang cocok atau yang sesuai dengan situasi itu.
39
Pemakaian bahasa diibaratkan dengan memakai pakaian. Jika mau
berenang kita menggunakan pakaian lengkap, baju dinas, dan sepatu. Sebaliknya
dalam sebuah rapat dinas, kita menggunakan pakaian renang. Tentu ini hal yang
Bahasa Indonesia yang benar ialah pemakaian bahasa yang sesuai dengan
sebelumnya yaitu meliputi aspek fonologi (tata bunyi), morfologi (bentuk kata),
sintaksis (kalimat), kosa kata (termasuk makna dan istilah), dan ejaan (untuk tata
seperti dikemukakan oleh Amin Singgih dalam Sulaga (1986: 42). Beberapa
Contoh:
40
Dalam kaitan ini dapat dikatakan berlakunya hukum DM yaitu
bahasa Indonesia menggunakan pola DM. Ada beberapa kelompok kata yang
Kelompok kata seperti ini juga sering disebut dengan perkecualian Hukum DM,
masuk, sudah makan, tadi malam, makin baik, dan kurang tepat.
2. Kelompok kata yang salah satu unsurnya adalah kata depan atau preposisi.
Indonesia tidak mengenal perubahan bentuk kata kerja sebagai akibat dari si
Contoh:
Saya besok
Kami kemarin
41
Kamu pergi nanti malam
Bapak lusa
Contoh:
perempuan)
Contoh:
rakyat biasa dan seorang pejabat sama. Contoh, kata makan digunakan untuk
42
Presiden
Menteri
Si Maman
I Made
3.6 Rangkuman
Bahasa Indonesia yang baik adalah bahasa yang digunakan sesuai norma
kemasyarakatan yang berlaku, di mana bahasa Indonesia yang baik adalah bahasa
yang mempunyai nilai rasa yang tepat dan sesuai dengan situasi pemakaiannya.
Sedangkan bahasa Indonesia yang benar adalah pemakaian bahasa Indonesia yang
sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia yang berlaku, mengacu pada penggunaan
bahasa pada situasi formal yang menuntut penggunaan bahasa Indonesia yang
baku. Maka, bahasa Indonesia yang baik dan benar adalah bahasa Indonesia yang
yang berlaku.
Dalam berbahasa Indonesia yang baik dan benar kita harus memerhatikan
situasi pemakaian dan kaidah yang digunakan. Dalam situasi resmi, kita harus
menggunakan bahasa yang baku. Sebaliknya, dalam situasi tidak resmi, kita tidak
seharusnya menggunakan bahasa yang baku. Bahasa yang kita gunakan dalam
situasi tidak resmi itu adalah bahasa yang cocok atau yang sesuai dengan situasi
tersebut.
43
3.7 Soal Pelatihan
yang benar!
3.8 Penugasan
Buatlah sebuah cerita singkat yang di dalamnya berisikan dialog bahasa Indonesia
yang baik, bahasa Indonesia yang benar, dan bahasa Indonesia yang baik dan benar!
DAFTAR PUSTAKA
Alwi, Hasan dkk. 2003. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Edisi Ketiga.
Jakarta: Balai Pustaka.
Arifin, E. Zaenal dan S. Amran Tasai. 1989. Cermat Berbahasa Indonesia: Untuk
Perguruan Tinggi. Jakarta: MSP.
Arifin, Zaenal dan Farid Hadi.2001. Seribu Satu Kesalahan Berbahasa: Bahan
Penyuluhan Bahasa Indonesia. Jakarta: Akademika Prissindo.
44
Muslich, Masnur. 2008. Tata Bentuk Bahasa Indonesia: Kajian ke Arah
Tatabahasa Deskriptif. Jakarta: Bumi Aksara.
45
BAB IV
EJAAN
4.1 Pendahuluan
Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI): pemakaian huruf, penulisan kata, dan
penggunaan tanda baca serta perbedaan antara Pedoman Umum Ejaan yang
PUEBI.
dapat menerapkan pemakaian huruf, penulisan kata, dan penggunaan tanda baca
sesuai dengan PUEBI serta mengetahui perubahan antara Pedoman Umum Ejaan
PUEBI..
4.3 Pengantar
lewat lisan maupun tulisan dengan baik dan benar. Apalagi ditambah dengan
46
kita dituntut pula untuk mengerti dan memahami informasi berbentuk tulisan
secara lebih mendalam agar menghindari salah tafsir terhadap suatu informasi.
Pemerintah pun sudah mengeluarkan pedoman penulisan yang baik dan benar
dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) untuk menjadi acuan
menjadi acuan atau dasar dalam berbahasa baik secara lisan maupun tulisan agar
teknologi, ilmu pengetahuan, dan seni. Berikut akan disajikan sejarah perkembangan
ejaan bahasa Indonesia hingga pada Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia
Ejaan pertama yang diterbitkan pada tahun 1901. Zaman itu, bahasa
Indonesia masih disebut sebagai bahasa Melayu. Dari namanya, ejaan ini disusun
oleh orang Belanda bernama Charles A. van Ophuijsen dan dibantu oleh Engku
Nawawi Gelar Soetan Ma’moer dan Moehammad Taib Soetan Ibrahim. Adapun
47
a) Huruf ‘j’ untuk menuliskan bunyi ‘y’, seperti pada kata, sajang dan jang.
b) Huruf ‘oe’ untuk menuliskan bunyi ‘u’, seperti pada kata-kata goeroe, Soekarno
c) Tanda diakritik, seperti koma ain (‘) dan tanda trema, untuk menuliskan bunyi
d) Huruf ‘tj’ untuk menuliskan bunyi ‘c’ seperti kata, tjinta dan pantjar;
e) Huruf ‘dj’ untuk menuliskan bunyi ‘j’ seperti kata moedjoer, dan djoedjoer.
2. Ejaan Soewandi
Republik Indonesia Nomor 264/Bhg.A. oleh Mr. Raden Soewandi yang waktu itu
48
d. Awalan di dan kata depan di kedua-duanya ditulis serangkai dengan kata yang
3. Ejaan Pembaharuan
a. Membuat standar satu fonem satu huruf, dan diftong ai, au, dan oi dieja
b. Tanda hubung tidak digunakan dalam kata berulang yang memiliki makna
4. Ejaan Melindo
Ejaan ini dikenal pada akhir tahun 1959. Sidang perutusan Indonesia dan
49
membentuk konsep ejaan Lembaga Bahasa dan Kesusastraan (LBK). Contoh ejaan
2. Diftong tetap;
4. Kata ulang ditulis secara lengkap menggunakan tanda hubung. Contoh: anak-
5. Beberapa istilah asing diubah. Contoh: guerilla menjadi gerilya, extra menjadi
dua kali revisi pada tahun 1987 dengan dikeluarkannya Keputusan Menteri
revisi yang kedua adalah pada tahun 2009. Berdasarkan Peraturan Menteri
50
3. adanya huruf ‘ch’ untuk menggantikan huruf ‘ch’
1. Memasukkan huruf f, v, dan z dalam huruf resmi bahasa Indonesia yang mana
2. Awalan “di-” dan kata depan “di” dibedakan penulisannya. Kata depan “di”
sementara “di-” pada dipukul atau dipinjam ditulis serangkai dengan kata yang
mengikutinya
3. Kata ulang ditulis penuh dengan mengulang unsur-unsurnya. Angka dua tidak
Pentingnya berbahasa Indonesia yang baik dan benar tidak hanya dilihat dari
ragam lisan dalam penerapannya, namun ragam tulis juga menghendaki bagaimana
berbahasa Indonesia yang baik dan benar dalam segi penulisan. Dalam ragam tulis,
komunikasi yang dilakukan secara tidak langsung yang mana penulisan sesuai dengan
kaidah yang berlaku menjadi acuan dalam kepenulisan. Pedoman yang digunakan
51
Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) yang merupakan penyempurnaan dari
PUEYD.
Sehubungan dengan hal itu, dalam tulisan ini akan dipaparkan beberapa
ragam bahasa tulis ilmiah. Persoalan itu meliputi: penulisan huruf, penulisan kata,
dan penggunaan tanda baca. Ketiganya dibahas secara umum dalam paparan
bahasa Indonesia.
A. Huruf Abjad
Abjad yang dipakai dalam ejaan bahasa Indonesia terdiri atas 26 huruf
berikut.
Huruf
Nama Pengucapan
Kapital Nonkapital
A a a a
B b be bé
C c ce cé
D d de dé
E e e é
F f ef èf
G g ge gé
H h ha ha
52
I i i i
J j je jé
K k ka ka
L l el èl
M m em èm
N n en èn
O o o o
P p pe pé
Q q ki ki
R r er èr
S s es ès
T t te té
U u u u
V v ve vé
W w we wé
X x eks èks
Y y ye yé
Z z zet zèt
B. Huruf Vokal
Huruf yang melambangkan vokal dalam bahasa Indonesia terdiri atas lima
huruf, yaitu a, e, i, o, dan u
Misalnya Pemakaian dalam Kata
Huruf Posisi Awal Posisi Tengah Posisi Akhir
Vokal
a api padi lusa
e* enak petak sore
ember pendek -
emas kena tipe
i itu simpan murni
o oleh kota radio
u ulang bumi ibu
53
Keterangan :
a. (é) dilafalkan [e].
Misalnya:
Anak-anak bermain di teras (téras).
Kedelai merupakan bahasa pokok kecap (kécap).
b. (è) dilafalkan [ɛ].
Misalnya:
Kami menonton film seri (sèri).
Pertahanan militer (militèr) Indonesia cukup kuat.
c. (ê) dilafalkan [ə].
Misalnya:
Pertandingan itu berakhir seri (sêri).
Upacara itu dihadiri pejabat teras (têras) Bank Indonesia.
Kecap (kêcap) dulu makanan itu.
C. Huruf Konsonan
Huruf yang melambangkan konsonan dalam bahasa Indonesia terdiri atas
21 huruf, yaitu b, c, d, f, g, h, j, k, l, m, n, p, q, r, s, t, v, w, x, y, dan z.
Huruf Misalnya Pemakaian dalam Kata
Konsonan
Posisi Awal Posisi Tengah Posisi Akhir
b bahasa sebut adab
c cakap kaca -
d dua ada abad
f fakir kafir maaf
g guna tiga gudeg
h hari saham tuah
j jalan manja mikraj
k* kami paksa politik
l lekas alas kesal
m maki kamu diam
54
n nama anak daun
p pasang apa siap
q* quran furqan -
r raih bara putar
s sampai asli lemas
t tali mata rapat
v variasi lava molotov
w wanita hawa takraw
x* xenon iqira -
y yakin payung -
z zeni lazim juz
Keterangan:
Huruf q dan x khusus digunakan untuk nama diri dan keperluan ilmu. Huruf x
pada posisi awal kata diucapkan [s].
D. Huruf Diftong
Di dalam bahasa Indonesia terdapat empat diftong yang dilambangkan
dengan gabungan huruf vokal ai, au, ei, dan oi.
Huruf Misalnya Pemakaian dalam Kata
Diftong
Posisi Awal Posisi Tengah Posisi Akhir
ai - balairung pandai
oi - boikot amboi
55
E. Gabungan Huruf Konsonan
Gabungan huruf konsonan kh, ng, ny, dan sy masing-masing melambangkan
satu bunyi konsonan.
F. Huruf Kapital
Huruf kapital atau huruf besar dipakai:
2. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama orang, termasuk
julukan. Misalnya:
Dewi Sartika
Jenderal Kancil
Dewa Pedang
Perlu diketahui huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama orang
mesin diesel
5 ampere
56
Huruf kapital juga tidak dipakai untuk menuliskan huruf pertama kata
yang bermakna ‘anak dari’ seperti bin, binti, boru, dan van atau huruf pertama
3. Huruf kapital dipakai pada awal kalimat dalam petikan langsung. Misalnya:
4. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap kata nama agama, kitab
suci, dan Tuhan, termasuk sebutan dan kata ganti untuk Tuhan. Misalnya:
Islam
Hindu
Alkitab
Weda
5. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama gelar kehormatan,
Sultan Hasanudin
Doktor Mohammad
57
6. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama gelar kehormatan,
7. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama jabatan dan pangkat
yang diikuti nama orang atau yang dipakai sebagai pengganti nama orang
Gubernur Bali
8. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan
bahasa. Misalnya:
bangsa Indonesia
suku Dani
bahasa Bali
catatan: nama bangsa, suku bangsa, dan abahsa yang dipakai sebagai bentuk
keinggris-inggrisan
kebali-balian
58
9. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, dan hari
10. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama peristiwa sejarah.
Misalnya:
Catatan: huruf pertama peristiwa sejarah yang tidak dipakai sebagai nama tidak
11. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama geografi. Misalnya:
Catatan: huruf pertama nama geografi yang bukan nama diri tidak ditulis dengan
Huruf pertama nama diri geografi yang dipakai sebagai nama jenis tidak ditulis
jeruk bali
kacang bogor
nangka belanda
59
12. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata (termasuk semua unsur
bentuk ulang sempurna) dalam nama negara, lembaga, badan, organisasi, atau
dokumen, kecuali kata tugas seperti di, ke, dari, dan, yang, dan untuk. Misalnya:
Republik Indonesia
Perserikatan Bangsa-Bangsa
13. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap kata (termasuk semua
unsur bentuk ulang sempurna) di dalam judul buku, karangan, artikel, dan
makalah serta nama majalah dan surat kabar, kecuali kata tugas seperti di, ke,
dari, dan, yang, dan untuk, yang tidak terletak pada posisi awal. Misalnya:
14. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur singkatan nama gelar,
Dr. : doktor
Prof : profesor
15. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan
kekerabatan, seperti bapak, ibu, kakak, adik, dan paman, serta kata atau
60
“Silakan duduk, Dik!” kata Samsul.
Misalnya:
G. Huruf Miring
1. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan nama buku, majalah
dan surat kabar yang dikutip dalam tulisan. Misalnya: majalah Bog-Bog, buku
Berbahasa Indonesia yang Baik dan Benar, surat kabar Bali Post.
huruf, bagian kata, kata, atau kelompok kata. Misalnya: Huruf pertama kata
buku adalah b. Dia tidak memukul, tetapi dipukul. Bab ini tidak
membicarakan penulisan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Coba buatlah
3. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan nama ilmiah, daerah,
61
Catatan:
a) Nama diri, seperti nama orang, lembaga, organisasi, dalam bahasa asing
b) Dalam naskah tulisan tangan atau mesin tik bagian yang dicetak miring
c) Kalimat atau teks berbahasa asing maupun daerah dikutip secara langsung
H. Huruf Tebal
1. Huruf tebal dipakai untuk menegaskan bagian tulisan yang sudah ditulis
miring. Misalnya:
Huruf dh, seperti pada kata Ramadhan, tidak terdapat dalam Ejaan Bahasa
2. Huruf tebal dapat dipakai untuk menegaskan bagian- bagian karangan, seperti
Misalnya:
1.2 Tujuan
A. Kata Dasar
Kata dasar ditulis sebagai satu kesatuan.
Misalnya:
Saya pergi ke sekolah.
Adik tidur di kamar depan.
62
B. Kata Berimbuhan
1. Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran, serta gabungan awalan dan akhiran) ditulis
Misalnya:
berjalan.
Kemauan
Catatan:
Imbuhan yang diserap dari unsur asing, seperti -isme, -man, -wan, atau -wi, ditulis
Misalnya:
sukuisme
rasisme
seniman
a. Bentuk terikat yang diikuti oleh kata yang berhuruf awal kapital atau
singkatan yang berupa huruf kapital dirangkaikan dengan tanda hubung (-).
Misalnya:
non-Asia
anti-Pancasila
b. Bentuk maha yang diikuti kata turunan yang mengacu pada nama atau sifat
63
Misalnya:
Yang Maha Penyayang
c. Bentuk maha yang diikuti kata dasar yang mengacu kepada nama atau sifat
Misalnya:
Yang Mahaadil
Yang Mahakarya
3. Bentuk Ulang
Bentuk ulang ditulis dengan menggunakan tanda hubung (-) di antara unsur-
unsurnya.
Misalnya:
anak-anak, cumi-cumi.
Di mana dalam bentuk ulang gabungan kata ditulis dengan mengulang unsur
pertama.
Misalnya:
surat kabar → surat-surat kabar
rak buku → rak-rak buku
4. Gabungan Kata
1. Unsur gabungan kata yang lazim disebut kata majemuk, termasuk istilah
khusus, ditulis terpisah.
Misalnya:
duta besar
papan tulis
64
2. Gabungan kata yang dapat menimbulkan salah pengertian ditulis dengan
Misalnya: anak-istri
pejabat.
3. Gabungan kata yang penulisannya terpisah tetap ditulis terpisah jika mendapat
Misalnya:
4. Gabungan kata yang mendapat awalan dan akhiran sekaligus ditulis serangkai.
Misalnya:
menggarisbawahi, dilipatgandakan.
serangkai. Misalnya:
radioaktif, adakalanya.
5. Pemenggalan Kata
65
c) Jika di tengah kata dasar terdapat huruf konsonan (termasuk gabungan
d) Jika di tengah kata dasar terdapat dua huruf konsonan yang berurutan,
e) Jika di tengah kata dasar terdapat tiga huruf konsonan atau lebih yang
antara huruf konsonan yang pertama dan huruf konsonan yang kedua.
6. Kata Depan
Kata depan, seperti di, ke, dan dari, ditulis terpisah dari kata yang
mengikutinya. Misalnya:
Di mana Abdul Iza sekarang?.
Bermalam sajalah di sini.
Ia datang dari Malang kemarin.
7. Partikel
1. Partikel –lah, -kah, dan –tah ditulis serangkaian dengan kata yang
mendahuluinya.
Misalnya:
66
2. Partikel pun ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya.
Misalnya:
Catatan: Partikel pun yang merupakan unsur kata yang ditulis serangkaian.
Misalnya:
3. Partikel per yang berarti “demi”, “tiap”, “mulai” ditulis terpisah dari kata yang
mengikutinya.
Misalnya:
Misalnya:
Sdr. Saudara
2. Singkatan yang terdiri atas huruf huruf setiap kata nama lembaga
serta nama dokumen resmi ditulis dengan huruf kapital tanpa tanda titik.
67
Misalnya:
UI Universitas Indonesia
Singkatan yang terdiri atas huruf awal setiap kata yang bukan nama diri ditulis
PT Perseroan Terbatas
3. Singkatan yang terdiri atas tiga huruf atau lebih diikuti dengan tanda titik.
Misalnya:
4. Singkatan yang terdiri atas dua huruf yang lazim dipakai dalam surat-
Misalnya:
68
5. Lambang kimia, singkatan satuan ukuran, takaran, timbangan, dan mata uang
Misalnya:
kVA kilovolt-ampera
kg kilogram
Fe ferrum
6. Akronim nama diri yang terdiri atas huruf awal setiap kata ditulis dengan
Misalnya:
7. Akronim nama diri yang berupa gabungan suku kata atau gabungan huruf dan
suku kata dari deret kata ditulis dengan huruf awal kapital.
Misalnya:
8. Akronim bukan nama diri yang berupa gabungan huruf awal dan suku kata
Misalnya:
sosbud sosial budaya
toserba toko serba ada
69
rapim rapat pimpinan
rudal peluru kendali
nomor.
2. Bilangan dalam teks yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata ditulis
dengan huruf, kecuali jika dpakai secra beruntun seperti dalam rincian.
Misalnya:
Misalnya:
4. Apabila bilangan pada awal kalimat tidak dapat dinyatakan dengan satu atau
Misalnya:
70
Misalnya:
6. Angka dipakai untuk menyatakan ukuran panjang, berat, luas, isi, dan waktu
Misalnya:
5 jam 20 menit.
5 liter.
Misalnya:
8. Angka dipakai untuk menomori bagian karangan atau ayat kitab suci.
Misalnya:
Surah Yasin: 9
a. Bilangan utuh
b. Bilangan pecahan
Misalnya:
Perang Dunia
II Abad XX
Abad ke-20
71
11. Penulisan angka yang mendapat akhiran –an.
Misalnya:
Tahun 1980-an
12. Penulisan bilangan dengan angka dan huruf sekaligus dilakukan dalam
Misalnya:
13. Bilangan yang digunakan sebagai unsur nama geografi ditulis dengan huruf.
Misalnya :
Kelapadu
Rajaampa
Misalnya:
Misalnya:
4. Akhir singkatan kata atau ungkapan yang umum (a.n., d.a., dll.,
1. Akhir judul yang merupakan kepala karangan atau kepala ilustrasi, tabel,
dan sebagainya.
2. Belakang (1) alamat pengirim dan tanggal surat atau (2) nama dan alamat
surat. Misalnya:
73
B. Tanda Koma (,)
1. Antara unsur yang dirinci (yang perlu dibeli adalah buku, pulpen,
kalender, dan spidol);
2. Apabila anak kalimat mendahului induk kalimat (Ketika hari hujan, kami
baru pulang kuliah);
3. Tidak dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat jika anak
kalimat itu mengiringi induk kalimatnya (Saya tidak akan pergi kalau
masih hujan.);
4. Di belakang kata-kata seru (Jadi, hal itu perlu dibicarakan lagi); dan
5. Di antara nama dan gelar akademis yang mengikutinya (Suparman, S.Pd.).
piring di dapur).
1. Pada akhir suatu pernyataan lengkap jika diikuti rangkaian atau pemerian
2. Tanda titk dua tidak dipakai jika rangkaian atau perian itu merupakan
dan krayon)
74
3. Sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan pemerian.(Ketua : Wawan
Misalnya:
Misalnya:
3. Tanda pisah dipakai di anatara dua bilangan, tanggal, atau tempat yang
Misalnya:
75
Misalnya:
Dia ‘kan kusurati (‘kan = akan).
Tedapat beberapa kesalahan diantaranya:
- Malam t‘lah datang.
Dimana seharusnya penulisannya adalah
- Malam ‘lah datang.
Hal tersebut dikarenakan penyingkat dipakai untuk menunjukkan
penghilangan bagian kata atau bagian angka tahun dalam konteks tertentu.
berikut:
1. Penambahan Huruf diftong Huruf diftong kata geiser dan kata survei.
ditemukan hanya ditemukan empat
Huruf Vokal tiga yaitu ai, au, oi. yaitu ai, au, oi,
dan ei.
Diftong.
76
2. Penggunaan Tidak mengatur Mengatur 1. Jenderal Kancil
Huruf penulisan unsur penulisan kapital 2. Dewa Pedang
Kapital. julukan. untuk unsur 3. Raja Dangdut
julukan.
4. Penggunaan Tanda titik koma Titik koma (;) Agenda rapat ini meliputi
digunakan untuk digunakan dalam a. pemilihan ketua,
Titik Koma mengakhiri perincian tanpa
sekretaris, dan bendahara;
pernyataan penggunaan
(;) perincian dalam kata dan. b. penyusunan anggaran
kalimat yang dasar; dan
berupa frasa atau c. pendataan anggota dan
kelompok kata.
Dalam hubungan aset organisasi.
itu, sebelum
perincian terakhir
tidak perlu
digunakan kata dan.
77
6. Penggunaan Penggunaan Tanda elipsis “Menurut
tanda elipsis (…) dipakai untuk saya…seperti…bagaimana,
Tanda dalam EYD hanya menulis ujaran Bu?”
dipakai dalam yang tidak selesai
Elipsis (…) kalimat yang dalam dialog.
terputus-putus.
78
9. Penggunaan Perincian yang Tanda kurung Faktor produksi
menggunakan tanda dipakai untuk menyangkut (a) bahan
Tanda kurung tidak mengapit huruf baku, (b) biaya produksi,
digunakan untuk atau angka yang dan (c) tenaga kerja.
Kurung (()) bersusun ke bawah, digunakan sebagai
Dia harus melengkapi
hanya ke samping penanda
berkas lamarannya
kanan atau dalam pemerincian.
dengan melampirkan
bentuk kalimat.
(1) akta kelahiran,
(2) ijazah terakhir, dan
(3) surat keterangan
kesehatan.
penggunan tanda hubung, defini penggunaan kata pun, dan penggunaan tanda
kurung.
4.7 Rangkuman
Ejaan adalah seperangkat aturan tentang cara menuliskan bahasa dengan
menggunakan huruf, kata, dan tanda baca sebagai sarananya. Maka dari itu ejaan
ilmu pengetahuan, dan seni. Perubahan tersebut dari Ejaan van Ophuijsen, Ejaan
Soewandi, Ejaan Pembaharuan, Ejaan Melindo, Ejaan LBK (Lembaga Bahasa dan
79
Kesusastraan), Ejaan yang Disempurnakan, dan akhirnya sampai saat ini
4.9 Penugasan
Carilah 5 kesalahan penulisan di lingkungan sekitar Anda, kemudian
dokumentasikan serta buatkan laporan perbaikannya!
DAFTAR PUSTAKA
Alwi, Hasan dkk. 2003. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Edisi Ketiga.
Jakarta: Balai Pustaka.
Arifin, E. Zaenal dan S. Amran Tasai. 1989. Cermat Berbahasa Indonesia: Untuk
Perguruan Tinggi. Jakarta: MSP.
Arifin, Zaenal dan Farid Hadi.2001. Seribu Satu Kesalahan Berbahasa: Bahan
Penyuluhan Bahasa Indonesia. Jakarta: Akademika Prissindo.
Tim Grasindo. 2019. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) &
Pembentukan Istilah Terlengkap. Jakarta: PT Grasindo.
80
BAB V
KOSAKATA
5.1 Pendahuluan
Pada bab ini akan dijelaskan kaidah kosakata yang meliputi: jenis
kosakata, ciri-ciri kosakata bahasa Indonesia yang baik dan benar, kosakata
kosakata bahasa Indonesia yang baik dan benar, kosakata baku, kosakata
5.3 Pengantar
benar.
Kosakata bahasa Indonesia yang benar harus memiliki ciri baku, lazim,
hemat, dan cermat (Arifin, 1989: 79). Artinya, dalam pemilihan kata (diksi)
81
yang berhubungan dengan bahasa Indonesia yang benar harus memenuhi
1. Kosakata Dasar
berubah atau bisa dikatakan sedikit kemungkinan diambil dari bahasa lain. Di
c. Kata ganti (diri, petunjuk), misalnya: saya, kamu, ini, itu, sana, sini.
2. Kosakata Umum
dipergunakan oleh setiap orang pada umumnya. Contoh : meja, motor, mobil,
dan makanan.
3. Kosakata Spesial
82
Contoh, autoimun: respon imun tubuh yang menyerang jaringan atau organ
Kosakata aktif adalah kosakata yang sering dipakai dalam berbicara atau
menulis, sedangkan kosakata pasif adalah kosakata yang jarang dipakai, tetapi
Indonesia sendiri, sedangkan sumber luar merupakan sumber yang berasal dari
kata-kata bahasa lain. Kosakata sumber luar ini meliputi pungutan dari bahasa
83
5.5 Kaidah Kosakata
Kata baku adalah kata yang distandarkan dan diacu pemakaiannya. Kata
Berikut diberikan beberapa contoh kata yang baku dan kata yang tidak baku.
analisis analisa
apotek apotik
antre antri
atlet atlit
berpikir berfikir
bus bis
cabai cabe
definisi difinisi
dipersilakan dipersilahkan
fenomena penomena
foto photo
hakikat hakekat
izin ijin
kuantitas kwantitas
kualitas kwalitas
sistem sistim
Bahasa Indonesia yang benar menuntut pemakaian kata yang lazim, yaitu
kosakata yang sudah dikenal oleh masyarakat luas atau kata yang familiar
(Sikumbang dalam Arifin, 1989: 81). Dalam hal ini, kalau yang digunakan adalah
84
bahasa Indonesia yang benar hindarilah penggunaan kata asing dan kata-kata
daerah. Hal ini bisa menimbulkan ketidakpahaman di pihak lawan bicara atau
pembaca, karena kata asing dan kata daerah sulit dipahami. Contoh:
masukan input
hasil output
rapat meeting
memesan booking
menangani meng-handle
Kata yang hemat maksudnya kata yang tidak berlebihan atau mubazir.
Bahasa Indonesia yang benar menuntut pemakaian yang hemat, yaitu kata-kata
85
5.5.4 Kata Cermat
Memilih kata yang cermat maksudnya memilih kata yang tepat sesuai
dengan arti dan fungsinya. Dalam bahasa Indonesia dikenal adanya kata-kata yang
bersinonim, yaitu beberapa kata yang mempunyai arti yang sama. Namun, kata-
kata tersebut belum tentu memiliki distribusi pemakaian yang sama, contoh:
5.6 Rangkuman
entitas lain, atau merupakan bagian dari suatu bahasa tertentu. Istilah kosakata
dalam bahasa Indonesia terus saja diperbarui karena dampak meluasnya ranah
86
penulisan kosakata yang benar. Kosakata bahasa Indonesia yang benar harus
5.8 Penugasan
Buatlah contoh teks atau naskah reportase singkat yang di dalamnya ada
DAFTAR PUSTAKA
Alwi, Hasan dkk. 2003. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Edisi Ketiga.
Jakarta: Balai Pustaka.
Arifin, E. Zaenal dan S. Amran Tasai. 1989. Cermat Berbahasa Indonesia: Untuk
Perguruan Tinggi. Jakarta: MSP.
Arifin, Zaenal dan Farid Hadi.2001. Seribu Satu Kesalahan Berbahasa: Bahan
Penyuluhan Bahasa Indonesia. Jakarta: Akademika Prissindo.
87
BAB VI
6.1 Pendahuluan
yaitu: subjek (S), predikat (P), objek (O), keterangan (K), dan pelengkap
klausanya yaitu kalimat tunggal dan kalimat majemuk serta kalimat efektif.
kalimat yaitu: subjek (S), predikat (P), objek (O), keterangan (K), dan
6.3 Pengantar
Kalimat adalah satuan bahasa terkecil, dalam wujud lisan atau tulisan
diucapkan dengan suara atau nada-nada naik turun, keras lembut, dan berirama.
Sedangkan tulisan kalimat dibuat dengan memerhatikan huruf dan kata sesuai
88
kurangnya kalimat harus memiliki subjek dan predikat. Kalau tidak memiliki
subjek dan predikat, suatu pernyataan tidak dapat dikatakan sebagai sebuah
bahasa terkecil dan mempunyai makna adalah kata. Namun satuan bahasa
pada sebuah kata terkadang tidak dapat mewakili sebuah konsep makna yang
sebuah kalimat diakhiri dengan intonasi final. Sedangkan, dalam wujud tertulis
kalimat diawali oleh huruf kapital dan diakhiri oleh tanda titik (.), tanda tanya
(?), dan tanda seru (!). Kalimat merupakan sebuah bentuk bahasa yang di
dalamnya terdapat sebuah gagasan yang utuh. Kalimat yang benar dan jelas akan
mudah dipahami oleh orang lain sesuai dengan gagasan yang ingin disampaikan.
Untuk itu, dalam menulis sebuah kalimat harus mempunyai pokok pikiran yang
89
6.5 Unsur-unsur Kalimat (S-P-O-K-Pel)
dan predikat. Jika tidak memiliki unsur tersebut, suatu pernyataan tidak dapat
beberapa unsur dalam bahasa Indonesia, diantaranya subjek (S), predikat (P),
objek (O), keterangan (K), dan pelengkap (Pel). Pengenalan ciri-ciri subjek,
Untuk itu, sebelum dapat membuat kalimat yang baik, kita harus memahami
Unsur
tindakan, keadaan, masalah atau segala sesuatu yang menjadi pokok suatu
90
c. Yang memakai topi guru saya.
d. Berlari-lari kecil sangat baik untuk tubuh.
Kata dan frasa yang dicetak miring di atas adalah subjek kalimat. Jadi,
subjek sebuah kalimat bisa berupa kata dan juga kelompok kata atau frasa.
Pada bagian (a) subjek diisi oleh kata benda yaitu Susi. Contoh bagian (b)
subjek diisi oleh frasa nomina, sedangkan (c) subjek diisi oleh sebuah frasa,
dan bagian (d) subjek diisi oleh frasa verba.
tindakan atau melakukan perbuatan subjek (s) dalam sebuah kalimat. Predikat
bagaimana; dapat diingkar dengan kata tidak dan bukan. Berikut contohnya:
a. Babi berlari.
Jadi kata dan frasa yang dicetak miring dalam kalimat di atas adalah predikatnya.
Objek (O) merupakan bagian kalimat yang menjadi sasaran tindakan subjek
(s) dan melengkapi fungsi predikat (p). Karena sebagai pelengkap predikat (p),
biasanya objek (o) berada di belakang predikat (p). Objek mempunyai beberapa
91
ciri, yaitu: langsung di belakang predikat, bila diubah menjadi kalimat pasif akan
Jadi kata yang dicetak miring dalam kalimat di atas adalah objek, yang mana bila
lanjut tentang subjek, predikat, dan objek dalam sebuah kalimat. Keterangan
bersifat mana suka, artinya dapat ditempatkan di mana saja, bisa di awal,
nomina. Jika dilihat frasa kemarin pagi dapat menempati di mana saja dan
92
1. Keterangan tempat
Ibu memasak ikan di dapur.
2. Keterangan waktu
Kemarin Bali diguyur hujan.
3. Keterangan alat
Kakak memotong kertas dengan gunting.
4. Keterangan tujuan
Anak itu rela bekerja demi orangtuanya.
5. Keterangan cara
Silakan kerjakan ulangan itu dengan saksama.
6. Keterangan peserta
Ayah bekerja sama dengan warga sekampungnya.
7. Keterangan similatif atau kemiripan
Para mahasiswa bertanding basket seperti atlet nasional.
8. Keterangan sebab
Karena suka menolong, anak itu banyak mempunyai teman.
9. Keterangan kesalingan
Para siswa harap saling berpegang tangan satu sama lain agar tidak
ada yang tertinggal.
93
Kedua contoh di atas merupakan kalimat aktif yang sama-sama terdapat
kata benda atau nomina pada fungsi predikatnya yaitu bola dan sepak bola.
Namun, perbedaanya dapat kita lihat ketika diubah menjadi kalimat pasif.
Pada kalimat (a) kata bola yang berfungsi sebagai unsur objek (o) beralih
dimasukan Made. Sedangkan frasa sepak bola pada kalimat (b) yang
berfungsi sebagai pelengkap (pel.) tidak dapat beralih menjadi subjek (s).
Dari contoh tersebut dapat diketahui bahwa objek (o) dapat berfungsi sebagai
1. Kalimat Langsung
seseorang tanpa melalui perantara dan tidak mengubah apa yang diutarakan.
Kalimat ini ditandai dengan penggunaan tanda petik (" “). Kalimat langsung
tidak hanya berupa kalimat pernyataan tetapi dapat berupa kalimat perintah
94
a. Kalimat Pernyataan
“Ayah sungguh bangga denganmu, Nak.” kata
Ayah. Ibu berkata, “Kau adalah putri dari Pak
Made.”
b. Kalimat Perintah
“Jangan bermain layangan di dekat sini!” kata ibu.
Kakek berkata, “Buanglah sampah itu sekarang!”
c. Kalimat Tanya
“Siapa yang lolos pada pertandingan kemarin?” tanya ayah.
Adik bertanya, “Mengapa aku tidak boleh begadang, Bu?”
isi atau pokok ucapan yang pernah disampaikan seseorang ke bentuk berita
1. Kalimat Tunggal
terdiri atas subjek (s) dan satu predikat (p). Biasanya kalimat tunggal ini
95
a. Wayan membaca buku (S+P+O)
Unsur subjek dan predikat pada kalimat tunggal dapat diperluas dan
kalimat kalimat verbal dan kalimat nominal. Kalimat verbal adalah kalimat
yang predikatnya terdiri dari golongan verbal (kata kerja dan kata sifat).
Berikut contohnya:
Kalimat nominal adalah kalimat yang predikatnya kata benda, kata ganti, kata
Jadi kalimat tunggal bukan berarti kalimat pendek, tetapi bisa juga kita temukan
kalimat tunggal yang panjang hanya saja klausa atau gagasannya tetap satu.
2. Kalimat Majemuk
atau lebih klausa. Jadi berbeda dengan kalimat tunggal yang hanya dibentuk
96
a. Kalimat Majemuk Setara
Kalimat majemuk setara adalah kalimat yang terdiri dari dua atau lebih
kalimat tunggal, dan kedudukan tiap kalimat tunggal itu ialah setara.
Berikut contohnya:
baik.
terdapat unsur induk kalimat dan anak kalimat. Anak kalimat timbul akibat
Berikut contohnya:
3) Hujan turun.
97
Ketika digabungkan kalimat tersebut menjadi: Ayah membaca koran dan
Kalimat tunggal satu dan dua digabung hingga kalimat tersebut menjadi
kalimat deklaratif atau kalimat berita, kalimat imperatif atau kalimat perintah,
kalimat interogatif atau kalimat tanya, dan kalimat eksklamatif atau kalimat
98
1. Kalimat Deklaratif atau Kalimat Berita
sesuatu kepada orang lain hingga tanggapan yang diharapkan hanyalah berupa
perhatian. Dalam penulisannya kalimat ini diakhiri dengan tanda titik (.) dan
dalam pelafalannya kalimat ini akan diakhiri dengan intonasi yang menurun.
Berikut contohnya:
perintah adalah kalimat yang isinya menyuruh orang lain untuk melakukan
Kalimat interogatif atau kalimat tanya adalah kalimat yang bertujuan untuk
mendapatkan informasi, biasanya kalimat ini akan diakhiri dengan pemberian tanda
tanya (?). Kata tanya yang sering digunakan adalah ADIKSIMBA yaitu apa, di mana,
99
a. Apa yang sedang kau lakukan di sini?
b. Di mana rumahmu?
kalimat aktif dan kalimat pasif. Berikut akan dijabarkan mengenai kalimat aktif
dan pasif.
1) Kalimat Aktif
tindakan (pekerjaan). Untuk predikatnya sendiri dalam kalimat ini berupa kata kerja
100
Kalimat aktif dapat dibedakan menjadi 2, yaitu:
a. Kalimat Aktif Transitif
Kalimat aktif transitif adalah kalimat yang dapat diikuti oleh objek penderita.
penderita. Predikat pada kalimat ini biasanya berawalan “ber-“. Kalimat ini
2) Kalimat Pasif
Kalimat bentuk ini memiliki predikat berupa kata kerja yang berawalan “di-“ dan
“ter-“ dan diikuti kata depan “oleh”. Kalimat pasif dapat dibedakan menjadi 2
bentuk, yaitu:
a. Kalimat pasif biasa adalah kalimat pasif yang terdapat di kalimat aktif transitif.
Untuk predikatnya sendiri selalu berawalan dengan imbuhan “di-“, “ter-“ dan
101
1. Sampah dibakar Pak Haji.
b. Kalimat pasif zero adalah kalimat yang predikatnya tidak berimbuhan awalan,
kan” sehingga membuat awalan “di-“ menghilang dari predikat. Predikat juga
bisa menggunakan kata dasar yang bersifat kata kerja, kecuali kata kerja "aus"
(kata kerja yang tidak bisa menggunakan awalan “me-“ dan “ber-“). Berikut
contohnya:
seperti yang ada dalam pikiran pembicara atau penulis. Kalimat efektif lebih
102
1. Kesepadanan
gagasan yang kompak dan kepaduan pikiran yang baik. Adapun kesepadanan
103
(2) Kami datang agak terlambat sehingga kami tidak dapat
2. Keparalelan
itu. Artinya, kalau bentuk pertama menggunakan nomina, bentuk kedua dan
contohnya:
3. Ketegasan
pokok kalimat. Dalam sebuah kalimat biasanya ada ide yang perlu ditonjolkan.
Ketegasan atau penekanan dalam suatu kalimat dapat dilakukan dengan cara:
meletakkan kata yang ditonjolkan itu di depan kalimat (awal kalimat), membuat
104
penentangan terhadap ide yang ditonjolkan, dan menggunakan partikel
b. Bukan hanya satu, dua, bahkan sepuluh, atau seratus, melainkan sudah berjuta-
logis)
c. Saya suka cara kerja mereka, saya suka akan hasil kerja mereka. (repetisi)
d. Wayan tidak rajin, dan jujur, tetapi malas dan curang. (pertentangan)
4. Kehematan
atau bentuk lain yang dianggap tidak perlu. Penghematan di sini tidak berarti
penghematan kata yang memang tidak diperlukan dan tidak menyalahi kaidah tata
Agar efektif (kehematan) kalimat di atas dapat diubah menjadi kalimat berikut.
105
a. Walaupun terjatuh berkali-kali, ia tetap berdiri dengan tegap kembali.
5. Kecermatan
pilihan kata (a) dan menimbulkan makna ganda (b). Kalimat-kalimat itu dapat
6. Koherensi
Koherensi adalah keterkaitan antara bagian yang satu dengan bagian yang
lainnya sehingga kalimat itu memiliki makna yang utuh dan keberadaannya bisa
berdiri sebagai bentuk mandiri ataupun merupakan bagian dari konteks. Kesalahan-
106
penempatan kata depan dan kata sambung yang tidak sesuai ataupun kesalahan
1) Pembaca dapat dengan mudah menerima ilmu yang disampaikan harus ditulis
7. Kelogisan
Kelogisan adalah ide kalimat tersebut tepat diterima oleh akal dan sesuai
6.7 Rangkuman
Kalimat adalah satuan bahasa terkecil, dalam wujud lisan atau tulisan yang
dengan suara atau nada-nada naik turun, keras lembut, dan berirama. Sedangkan
tulisan kalimat dibuat dengan memerhatikan huruf dan kata sesuai aturan
107
kalimat harus memiliki subjek dan predikat. Jika tidak memiliki unsur tersebut,
suatu pernyataan tidak dapat dikatakan sebagai sebuah kalimat, tetapi merupakan
sebuah frasa. Ada beberapa unsur dalam bahasa Indonesia, diantaranya subjek (S),
predikat (P), objek (O), keterangan (K), dan pelengkap (Pel). Berdasarkan jumlah
deklaratif atau kalimat berita, kalimat imperatif atau kalimat perintah, kalimat
interogatif atau kalimat tanya, dan kalimat eksklamatif atau kalimat seruan. Serta
berdasarkan subjeknya kalimat dalam dibedakan menjadi dua, yaitu kalimat aktif
pendengar atau pembicara seperti yang ada dalam pikiran pembicara atau penulis.
108
6.8 Soal Pelatihan
6.9 Penugasan
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, E. Zaenal dan S. Amran Tasai. 1989. Cermat Berbahasa Indonesia: Untuk
Perguruan Tinggi. Jakarta: MSP.
109
BAB VII
PARAGRAF
7.1 Pendahuluan
yang baik.
7.3 Pengantar
Suatu kesatuan yang lebih tinggi atau lebih luas dari kalimat ialah
paragraf. Banyak orang mengatakan bahwa menulis paragraf adalah hal yang
sangat mudah. Namun, tidak semua orang dapat membuat paragraf yang baik
kalimat dengan kalimat yang lainnya yang tidak berkaitan satu dengan yang
kalimat satu dengan kalimat yang lainnya. Namun, ada hal yang harus
110
7.4 Pengertian Paragraf
sebuah gagasan (ide). Dalam hierarki kebahasaan, paragraf merupakan satuan yang
lebih tinggi atau lebih luas dari kalimat. Paragraf juga dapat disebut wacana mini
(Wijayanti dkk, 2013:97). Tujuan dibuatnya paragraf agar dapat membedakan suatu
gagasan awal dan akhir. Ketika membaca sebuah artikel kita harus memahami ide
pokok dalam setiap paragrafnya. Ini bertujuan agar kita tidak kelelahan membaca
sebuah tulisan yang panjang tanpa adanya paragraf. Seseorang akan susah
kita dapat memusatkan pikiran tentang gagasan yang terkandung dalam paragraf
gagasan pokok yang satu dengan yang lainnya. Dengan demikian, pembaca mudah
Menurut Keraf (1980: 63) ada dua tujuan pembentukan sebuah paragraf,
yaitu:
dari tema yang lain. Oleh karena itu, sebuah alinea hanya boleh
mengandung satu tema. Apabila terdapat lebih dari satu tema, alinea itu
111
Maka dapat disimpulkan bahwa dalam sebuah paragraf harus
memerhatikan susunan dan kesatuan suatu pokok pikiran pada waktu penyusunan
bagian terkecil dari karangan. Akan tetapi, posisi tersebut lebih tinggi
112
7.6 Syarat-syarat Pembentukan Paragraf
e. Menggunakan bahasa yang baik dan benar. Bahasa yang baik berkaitan
situasi, sedangkan bahasa yang benar, jika sesuai kaidah atau aturan
bahasa.
1. Paragraf Narasi
kejadian secara berurutan dan kronologis. Ciri -ciri paragraf narasi di antaranya
yaitu terdapat alur cerita, tokoh, setting dan konflik serta tidak memiliki kalimat
113
b. Paragraf narasi sugestif, mengisahkan suatu hasil rekaan, khayalan
2. Paragraf Deskripsi
menjelaskan ciri-ciri objek seperti warna, ukuran, bentuk, dan keadaan secara
terperinci.
3. Paragraf Eksposisi
mengajarkan, dan menerangkan suatu topik kepada pembaca dengan tujuan memberi
bisa dicapai oleh alat indra serta umumnya menjawab pertanyaan apa, siapa, di mana,
4. Paragraf Argumentasi
atau pendapat penulis dengan disertai bukti dan fakta aktual.Tujuan dari paragraf
argumentasi adalah untuk meyakinkan pembaca terkait ide dan pendapat yang
suatu pendapat agar pembaca yakin, memuat fakta untuk membuktikan pendapat,
114
menggali sumber ide dari sebuah pengamatan dan penelitian, serta terdapat
5. Paragraf Persuasi
Paragraf persuasi adalah suatu bentuk paragraf yang bertujuan membujuk
dan memengaruhi pembaca agar mau berbuat sesuai dengan yang terdapat pada
paragrafnya. Penulis menyertakan bukti data dan fakta untuk dapat memengaruhi
pembaca. Ciri-ciri paragraf persuasi di antaranya yaitu idenya berasal dari pikiran
menghindari konflik, serta memerlukan fakta dan data yang akurat dan faktual
1. Paragaf Deduktif
kalimat utamanya berada di awal paragraf. Paragraf ini bersifat deduksi dan
diawali oleh kalimat utama yang berisi pokok pikiran utama, kemudian
2. Paragraf Induktif
yang posisi gagasan pokok atau kalimat utamanya berada di akhir paragraf.
115
dan kemudian diakhiri oleh kalimat utama yang berisi pokok pikiran utama
paragraf.
3. Paragraf Ineratif
4. Paragraf Campuran
induktif. Jenis paragraf ini diawali oleh kalimat utama, kemudian diikuti oleh
terdapat dua kalimat utama yang terletak di awal paragraf dan ditegaskan
kalimat-kalimat penjelasnya.
topiknya. Pengembangan paragraf dibuat agar kalimat topik dari paragraf tersebut
dapat menjadi sebuah informasi atau pembicaraan yang meyakinkan. Hal ini
yang harus dipatuhi ada tiga macam. Pertama, hindari motif permainan kata-kata,
116
karena akan menghasilkan paragraf yang bertele-tele. Kedua, jangan mengulang
kalimat topik, walaupun menggunakan cara lain. Hal ini menyebabkan kebosanan
Dalam hal pengembangan paragraf, satu hal yang harus diingat bahwa
ilustrasi. Maksudnya, hal yang tersirat dalam kalimat topik dilukiskan dan
tergambar dengan nyata maksud penulis. Kedua, dengan cara analisis. Cara
analisis maksudnya sesuatu yang dinyatakan dalam kalimat topik dianalisis secara
7.9 Rangkuman
merupakan satuan yang lebih tinggi atau lebih luas dari kalimat. Dalam menyusun
paragraf tidak hanya sekadar menggabungkan kalimat satu dengan kalimat yang
lainnya. Namun, ada hal yang harus diperhatikan yaitu menghimpun beberapa
117
a. Menampung bagian kecil gagasan utama karangan;
yang baik dan benar. Berdasarkan jenisnya paragraf dapat dibagi berdasarkan
7.11 Penugasan
Buatlah satu video bebas, yang di dalamnya berisikan contoh secara lisan salah
118
DAFTAR PUSTAKA
SUMBER ACUAN
Alwi, Hasan dkk. 2003. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Edisi Ketiga.
Jakarta: Balai Pustaka.
Arifin, E. Zaenal dan S. Amran Tasai. 1989. Cermat Berbahasa Indonesia: Untuk
Perguruan Tinggi. Jakarta: MSP.
Arifin, Zaenal dan Farid Hadi.2001. Seribu Satu Kesalahan Berbahasa: Bahan
Penyuluhan Bahasa Indonesia. Jakarta: Akademika Prissindo.
119
Kridalaksana, Harimurti. 2008. Kamus Linguistik. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama.
Sutarma, I Gusti Putu. 2018. Bahasa Indonesia. BADUNG: Politeknik Negeri Bali.
Tim Grasindo. 2019. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) &
Pembentukan Istilah Terlengkap. Jakarta: PT Grasindo.
120