PRAKATA
Bab I SEJARAH BAHASA INDONESIA ......................................................... 1
1.1. Sejarah Bahasa Indonesia ...................................................................... 1
1.1.1. Sebelum Kemerdekaan .......................................................................... 1
1.1.2. Sesudah Kemerdekaan .......................................................................... 2
1.2. Kedudukan dan Fungsi Bahasa Indonesia ............................................ 3
1.2.1. Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Nasional ......................................... 3
a. Bahasa Indonesia sebagai Lambang Kebanggaan Nasional ......... 3
b. Bahasa Indonesia sebagai Lambang Identitas Nasional ................ 3
c. Bahasa Indonesia sebagai Alat Pemersatu Berbagai Suku Bangsa
......................................................................................................... 3
.........................................................................................................
d. Bahasa Indonesia sebagai Alat Perhubungan Antardaerah dan
Antarbudaya..................................................................................... 3
1.2.2. Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Negara ........................................... 4
a. Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Resmi Kenegaraan ................ 4
b. Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Pengantar dalam Dunia
Pendidikan ....................................................................................... 4
c. Bahasa Indonesia sebagai Alat Perhubungan di Tingkat Nasional
untuk Kepentingan Pembangunan dan Pemerintahan ................... 4
d. Bahasa Indonesia sebagai Alat Pengembangan Kebudayaan,
Ilmu Pengetahuan, dan Teknologi ................................................... 4
BAB II BAHASA INDONESIA RAGAM ILMIAH ............................................... 6
2.1. Pengertian dan Karakteristik Bahasa Indonesia Ragam Ilmiah ............ 6
2.2.1. Menggunakan Bahasa Indonesia Ragam Ilmiah Dalam Menulis dan
Presentasi Ilmiah .................................................................................... 7
2.2. Membaca Kritis untuk Menulis................................................................ 7
2.2.1. Pengertian Membaca Kritis dan Menulis ................................................ 8
2.2.2. Ragam Membaca kritis ........................................................................... 8
a. Membaca Cepat untuk Informasi Khusus ....................................... 9
b. Membaca Teliti untuk Informasi Rinci ............................................. 9
2.2.3. Membaca Kritis Tulisan/Artikel Ilmiah .................................................... 9
BAB II
BAHASA INDONESIA RAGAM ILMIAH
d. Merevisi
Mengerjakan revisi merupakan langkah yang sangat penting untuk
menghasilkan tulisan yang baik. Akan tetapi, hal ini seringkah kurang mendapatkan
perhatian dibandingkan dengan langkah-langkah yang lainnya. Revisi, dan
penyempurnaan tulisan yang dilaksanakan secara berhati-hati dan seksama dapat
menghasilkan tulisan yang jelas, terarah, terfokus, dan sesuai dengan keinginan
penulis dan pembaca. Penulis perlu mencoba merasakan masalah yang mungkin
muncul, dan menuntut perbaikan dari diri penulisnya sendiri, sehingga tulisan yang
dihasilkan menjadi lebih baik dan layak baca.
Penulis perlu meneliti secara cermat, apakah bukti-bukti yang disampaikan
mendukung pernyataan-pernyataan yang diutarakan, dan seberapa banyak waktu
yang harus digunakan oleh pembaca untuk memahaminya? Segala sesuatu yang
diperkirakan menimbulkan salah,paham agar dihindari dan dihilangkan dari suatu
tulisan ilmiah.
Tulisan ilmiah selalu membawa nama penulisnya. Oleh karena itu, penulis
sebaiknya tidak terlalu cepat puas dengan apa yang pernah ditulisnya. Upayakan,
Contoh:
Rifai, Micn A. (1997). Pegangan Gaya Penulisan, Penyuntingan dan Penerbitan
Karya Ilmiah Indonesia. Cetakan kedua. Yogyakarta: Gadjah Mada Univcrsity
Press.
2.7.4. Praktik Menulis Makalah
Pemahaman terhadap konsep, jenis, dan sistematika makalah tidak menjamin
mahasiswa dapat menulis makalah. Karena itu, mahasiswa perlu dilatih sejak dini
dalam membuat artikel sederhana, bahkan mereka dapat diminta menulis apa yang
cenderung mereka sukai seperti puisi. Setelah kegiatan ini dianggap cukup, barulah
mahasiswa diminta untuk "berbelanja" pengetahuan, gagasan, dan teori dari artikel
dan buku-buku yang dibacanya. Hasil "belanja" mereka perlu diikuti dengan kegiatan
berikutnya, yaitu membuat laporai hasil membaca artikel atau bab dari sebuah buku
seperti yang telah disajikan pada bagian terdahulu.
Sebelum menulis makalah, sebaiknya dibuat jejaring ide. Inti kegiatan ini ialah
mengidentifikasi ide-ide pokok dan ide-ide penunjangnya. Jejaring ide bukan hanya
berguna bagi penulis, tetapi juga bagi pembaca. Melalui jejaring ide, pembaca dapat
USUL
Disampaikan kepada
DEPARTEMEN PERHUBUNGAN
REPUBLIK INDONESIA
untuk
PEMBANGUNAN JALAN RAYA
TRANS SUMATRA
No. 1534/DPJ/Dep./LI/08
disusun oleh
PT GEGAP GEMPITA
Oktober 2008
Evaluasi
1. Buatlah sebuah usul mengenai penelitian yang akan saudara lakukan:
a. penelitian atas kehidupan sebuah desa.
b. penelitian mengenai adat-istiadat sebuah desa.
c. penelitian mengenai bahasa yang dipakai oleh penduduk sebuah desa.
d. penelitian mengenai kesehatan pada sebuah desa.
e. penelitian mengenai aspek kebudayaan pada sebuah desa.
2. Anda ditugaskan untuk menyelenggarakan sebuah perayaan hari ulang tahun
sekolah anda. Buatlah sebuah usul rnongenai pelaksanaan perayaan itu.
Usahakanlah menggunakan kerangka usul formal.
3. Saudara telah menerima sebuah laporan mengenai bencana alam yang
menimpa sebuah daerah. Buatlah sebuah usul untuk menanggulangi bencana
tersebut.
BAB IV
LAPORAN TEKNIS
Sebaliknya, laporan bukan hasil penelitian ilmiah adalah laporan tentang hal
teknispenyelenggaraan kegiatan suatu badan atau instansi, seperti laporan keadaan
personel, laporan keadaan barang/ inventaris, laporan keuangan, laporan perjalanan,
atau laporan pelaksanaan tugas lainnya. Laporan jenis terakhir inilahyang
4.5.2 Lengkap
Walaupun pada bagian 2.5.1 disebutkan bahwa laporan harus ringkas, tidak
berarti bahwa demi mengejar keringkasan, pelapor dapat menghilangkan hal-hal
yang sebenarnya memperkuat simpulan. Bahkan, agar laporan jelas/informatif, selain
data dan informasi pokok, pelapor dapat menambahkan ilustrasi, seperti denah,
grafik, tabel, gambar, dan lampiran data. Selain itu, akan semakin sempurnalah suatu
laporan jika dilengkapi dengan bibliografi atau sumber kepustakaan.
KATA PENGANTAR
Setujukah Anda jika paragraf pertama Kata Pengantar di atas, semuanya tidak
diperlukan karena bertele-tele? Bahasa Kata Pengantar itu akan lugas jika dimulai
dengan paragraf kedua. Itu pun dengan dikurangi kata-kata yang bercetak miring
sehingga Kata Pengantar tersebut cukup berbunyi sebagai berikut :
KATA PENGANTAR
RANGKUMAN
EVALUASI
BAB V
JENIS LAPORAN TEKNIS
10. Pendidikan :
a. Formal
1) .............................. di .......................tahun .......................
2) .............................. di .......................tahun .......................
3) .............................. di .......................tahun .......................
4) .............................. di .......................tahun .......................
......................................., .........................20............
.............................................
Nama Terang
SURAT KESEDIAAN
BIRO .................................................
INSTANSI .........................................
Sifat : .............................................................
Mata Acara : .............................................................
Hari / Tanggal : .............................................................
Pemimpin Rapat : .............................................................
Pencatat : .............................................................
Peserta yang Diundang : ................................................... orang
............................... ..........................................
Kepala Biro Pencatat
Rapat diselenggarakan :
pada hari : Senin
tanggal : 4 Juni 2007
pukul : 08.00 - 12.00
tempat : Ruang Rapat Kantor Bangdes
Simpulan Rapat :
RINGKASAN
............................. .......................................
Penyaji Makalah Pencatat
DEPARTEMEN ................................................................................
KANTOR WILAYAH ........................................................................
....................................... ..............................................
Kepala Pelapor / Penyusun
LAPORAN PENELITIAN
PROYEK PENELITIAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA DAN DAERAH
JAKARTA
Bulan :
Judul Penelitian :
1. Tahap Pelaksanaan
Jakarta,........................................2007
Ketua Tim
Formulir kuitansi, formulir wesel pos, formulir pajak, formulir pendaftaran calon
mahasiswa di perguruan tinggi, formulir permintaan Surat Izin Mengemudi (SIM), dan
angket tergolong jenis laporan kelompok formulir. Kaidah penulisannya pun mengikuti
ketentuan yang berlaku pada formulir yang lain.
5.4.2 llustrasi
Ilustrasi adalah bentuk laporan yang tidak banyak menggunakan kata.
Walaupun begitu, ilustrasi dapat memberikan informasi yang jelas dan lengkap.
Ilustrasi merupakan pelengkap laporan yang berbentuk naskah. Dengan
dicantumkannya berbagai ilustrasi dalam laporan, segala tahap kegiatan dan halhal
yang berkaitan dengan pelaksanaan kegiatan akan tergambar jelas. Dengan
demikian, laporan teknis akan lebih "berbicara" bagi pembacanya. Potret, bagan,
denah, peta, tabel, grafik, kurva, dan diagram tergolong bentuk ilustrasi.
Jenis-jenis ilustrasi akan diuraikan secara khusus dalam Bab III, yaitu dalam
"Laporan Bentuk Naskah".
5.4.3 Artikel atau Risalah
Artikel merupakan laporan yang biasanya, memuat jalannya suatu pertemuan,
seperti diskusi, rapat, dan seminar. Isinya berupa pertanggungjawaban si pembuat
atau penyelenggara pertemuan. Oleh karena itu, risalah bersifat mengikat, sebagai
dokumen resmi dari peristiwa/kejadian yang dilaporkan di dalamnya.
Seperti jenis laporan yang lain, risalah berisi tiga bagian, yaitu a)
pendahuluan, b) isi/uraian, dan c) penutup.
a) Pendahuluan berisi 1) judul risalah, hari, tanggal, jam pertemuan, dan peserta
yang hadir; (jika perlu, peserta yang tidak hadir disebutkan).
(Penjelasan lebih lanjut tentang penulisan laporan dalam bentuk, surat dapat Anda
baca dalam buku Penggunaan Bahasa Indonesia dalam Surat Dinas susunan penulis
buku ini).
5.4.5 Laporan Bentuk Naskah
Bentuk laporan jenis ini akan dibicarakan lebih rinci dalam bab berikut.
RANGKUMAN
EVALUASI
BAB VI
LAPORAN TEKNIS BENTUK NASKAH
Sebaiknya, buatlah dulu kertas pola yang akan dijadikan pedoman agar hasil
ketikan tampak rapi. Buatlah garis-garis pembatas pada kertas pola itu dengan
ukuran berikut :
a. pias (pinggir kertas yang kosong) bagian atas 4 cm ;
b. pias bawah 3 cm;
c. pias kiri 4 cm; dan
d. pias kanan 2,5 cm.
Jika laporan teknis akan ditulis dengan menggunakan komputer, pemrogram
tentu akan menyesuaikan ketentuan tadi sehingga hasilnya akan tampak lebih
canggih.
Berikut dicantumkan format pola halaman ketikan.
Perlu ditegaskan di sini bahwa ukuran pias kanan 2,5 cm tidak berarfi bahwa
kita harus mengetik naskah itu lurus. Ini hanya mengingatkan kita agar ujung baris
pada pias kanan sebelah kanan jangan terlalu ke tepi. Dalam kaitan ini, yang perlu
diperhatikan adalah kaidah penyukuan kata pada ujung baris jika terjadi pergantian
baris.
Halaman yang berjudul seperti Ucapan Terima kasih atau Kata Pengantar,
Daftar Isi, Bab 1 Pendahuluan, Bab 2 Uraian Masalah, Bab 3 Simpulan/Penutup,
dan Daftar Pustaka harus dituliskan dengan huruf kapital, dimulai pada kira-kira
seperempat ukuran kertas (kira-kira 7 cm dari atas dikosongkan), dan tidak diberi
tanda baca apa pun (misalnya tanda titik atau garis bawah). Selanjutnya, tajuk
Ucapan Terima Kasih atau Kata Pengantar, Daftar Isi, Bab 1 Pendahuluan, Bab 2
Uraian Masalah, Bah 3 Simpufan/Penutup. dan Daftar Pustaka dituliskan di tengah-
tengah dan simetris.
PRAKATA
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR LAMBANG DAN SINGKATAN SINOPSIS
BABI PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Tujuan
1.3 Kerangka Teori
1.4 Ruang Lingkup
1.5 Sumber Data
1.6 Metode dan Teknik
BAB II ANALISIS/PEMBAHASAN
2.1 ..................
2.2 ..................
2.3 ..................
2.3.1 ........................
2.3.2 ........................
2.4 ..................
2.4.1 ........................
2.4.2 ........................
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
INDEKS
PRAKATA
PIDATO/ARAHAN
DAFTAR ISI
BABI PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Tujuan
1.3 Hasil yang Diharapkan
1.4 Pelaksana
1.5 Penahapan dan Jadwal
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB I
1.1
1.1.1
1.1.2
1.2
BAB II
2.1
2.2
2.3
2.3.1
2.3.2
a.
b.
1)
2)
a)
b)
Jika kita melihat contoh tadi, dapatlah disebutkan bahwa setiap bab dan anak
bab diberi nomor, yaitu tajuk bab menggunakan angka Romawi, seperti I, II, III, dan
IV, dan subbab menggunakan angka Arab dengan sistem digital (1.1; 1.2; 2.1; 2.2;
3.1; 3.2; dan seterusnya). Nomor halaman dibedakan, yaitu untuk Kata Pengantar,
Daftar Isi, dan Daftar Lambang digunakan angka Romawikecil,sedangkan untuk
tajuk-tajuk yang lain digunakan angka Arab. Supaya lebih jelas, perhatikan kembali
contoh pada halaman 44.
Di sana juga terlihat bagaimana cara kita memberikan nomor pada rincian
setelah anak bab, yaitu dengan menggunakan a, b, c, diberi titik, kemudian angka
Arab diberi kurung tutup, lalu a, b, c diberi kurung tutup, dan seterusnya. Rincian
setelah anak bab yang menggunakan a., b., 1), 2), a), b), (1), (2), dan (a), (b) tidak
dicantumkan dalam daftar isi. Penomoran itu hanya digunakan pada uraian di dalam
naskah laporan.
6.3 Ilustrasi
Calon Penabung
Menghubungi
Bank Penyelenggara
Buku Pengambilan
Tabungan Uang
Bank Penyelenggara
Menyiapkan dan
Menyerahkan Buku
Tabungan
....................................... .....................................
Nama Terang / Instansi Nama Terang / Jabatan
A. Buku
Kalau sumber acuan pustaka itu adalah buku, cara menulisnya adalah nama
pengarang, tahun terbit, judul buku, tempat terbit (kota), dan nama penerbit. Di
bawah ini akan dibicarakan hal itu satu persatu.
a) Nama Pengarang
(1) Penulisan nama pengarang dilakukan dengan mencantumkan nama
akhir lebih dahulu, kemudian disusul oleh nama pertama. Kedua unsur
nama itu dipisahkan dengan tanda koma. Contoh:
Moeliono, Anton M.
Alisyahbana, Sutan Takdir
(2) Jika pengarang buku itu ada dua orang, kedua pengarang itu
dicantumkan keduanya dengan membalikkan nama pengarang yang
pertama.
Contoh:
Kalau pengarangnya adalah Marzuki Darusman dan lien Sumini,
menyusunnya adalah Darusman, Marzuki dan Lin Sumini.
(3) Jika pengarang terdiri atas lebih dari dua orang, nama pengarang yang
dituliskan adalah nama pengarang pertama yang disertai dengan
istilah dkk. (dan kawan-kawan).
Contoh:
Luhis, Idrus dkk.
Prawisumantri, Abud dkk.
(4) Jika ada dua buku atau lebih yang diambil dari pengarang yang
sama,penulisan nama pengarang ditulis dua kali.
Contoh :
Karim, Latif.
Karim, Latif.
(5) Kalau buku itu disusun oleh seorang editor, di belakang nama
pengarang ditulis kata editor.
Contoh:
Eneste, Pamusuk (Editor)
B. Majalah
RANGKUMAN
Laporan berbentuk naskah ada 2 macam, yaitu laporan ilmiah dan laporan
teknis.
Laporan ilmiah berisi antara lain hasil penelitian. Laporan teknis berbentuk
naskah berisi informasi tentang pelaksanaan tugasbaik secara perseorangan
maupun tim.
Tahap penyusunan laporan teknis yaitu persiapan pengumpulan bahan
pengorganisasian, pengetikan dan penyerahan laporan.
EVALUASI
BAB VII
7.1 Pidato
7.1.1 Peranan Pidato
Peranan pidato, ceramah, penyajian, penjelasan lisan kepada suatu kelompok
massa merupakan suatu hal yang sangat penting, baik pada waktu sekarang maupun
pada waktu-waktu yang akan datang. Mereka yang mahir berbicara dengan mudah
dapat menguasai massa, dan berhasil memasukkan gagasan mereka sehingga
dapat diterima oleh orang-orang lain. Dalam sejarah umat manusia dapat dicatat
betapa keampuhan penyajian lisan ini, yang dapat mengubah sejarah umat manusia
atau sejarah suatu bangsa.
Seorang, tokoh dalam masyarakat, seorang pemimpin, lebih-lebih lagi seorang
sarjana atau ahli harus memiliki pula keahlian untuk menyajikan pikiran dan gagasan
secara oral.
Sebab itu sebagai seorang calon sarjana, setiap mahasiswa harus
berusaha pula memiliki kemampuan ini, di samping keahlian mengungkapkan
pikirannya secara tertulis. Penyampaianlisan bukan hanya menghendaki
penguasaan bahasa yang baik dan lancar tetapi juga ketenangan sikap di depan
massa, sanggup mengadakan reaksi yang cepat dan tepat, sanggup menampilkan
gagasan secara lancar dan teratur, dan memperlihatkan sikap dan gerak gerik yang
tidak kaku dan canggung.
c. Metode Naskah. Metode ini jarang dipakai, kecuali dalam pidato-pidato resmi
Metode ini lebih banyak memberikan fleksibilitas dan variasi dalam memilih
diksinya. Begitu pu!a pembicaran dapat mengubah nada pembacannya sesuai
dengan reaksi-reaksi yang timbul pada hadirin sementara uraian itu berlangsung.
Sebaliknya bila metode ini terlalu bersifat sketsa, maka hasilnya sama dengan
metode impromptu.
7.1.3 Persiapan Penyampaian Lisan
Dalam garis besar. persiapan-persiapan yang dilakukan untuk sebuah
komposisi lisan sama saja dengan menyiapkan komposisi tertulis. Tetapi dalam hal
ini pembicara biasanya menghadapi suatu massa yang sudah diketahuinya terlebih
dahulu. Sebab itu ada persoalan-persoalaan yan harus mendapat perhatian
pembicara untuk disiapkan dengan baik jauh-jauh sebelumnya.
Persiapan-persiapan untuk penyajian lisan, dapat dilihat melalui ketujuh
langkah berikut:
A. Meneliti Masalah :
1. Menentukan maksud.
2. Menganalisa pendengar dan situasi.
3. Memilih dan menyempitkan topik.
B. Menyusun uraian
RANGKUMAN
EVALUASI
Sharbinie, Ulfy dan Agus Suryono, 2006. Seni Berbicara di Depan Publik. Jakarta:
EDSA Mahkota.