Anda di halaman 1dari 81

Metodologi Penelitian

UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS


SISWA PADA MATA PELAJARAN BAHASA
INDONESIA DENGAN MENGGUNAKAN GAMBAR
SERI BAGI SISWA KELAS III MI AR RASYIDIYYAH

Disusun Oleh:
Diyah
Nurhamdiyah
200102539

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF. DR. HAMKA
JAKARTA
2022
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warrahmatullahi Wabaraakatuh


Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat serta hidayah yang telah diberikan oleh-Nya
sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini. Tidak lupa sholawat serta salam kepada junjungan kita Nabi
Muhammad SAW yang telah membawa kita semua umat manusia dari zaman kegelapan menuju zaman yang terang
akan ilmu pengetahuan seperti sekarang ini. Pada kesempatan kali ini peneliti ingin mengucapkan terima kasih kepada
orang tua yang selalu memberikan doa dan dukungannya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS SISWA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA
DENGAN MENGGUNAKAN GAMBAR SERI”.
DAFTAR ISI

HALAMAN KATA PENGANTAR..........................................................................i


DAFTAR ISI................................................................................................................ii
DAFTAR TABEL....................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah...............................................................1
B. Indentifikasi Masalah....................................................................7
C. Batasan Masalah...........................................................................8
D. Rumusan Masalah.........................................................................8
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian.....................................................8
F. Penelitian yang Relevan..............................................................10

BAB II LANDASAN TEORI


A. Konsep Teori Kemampuan Menulis Paragraf Sederhana...........13
1. Pengertian Kemampuan Menulis.........................................13
2. Teori Menulis.......................................................................14
3. Tahapan Pembelajaran Menulis Anak.................................16
4. Menulis Paragraf Sederhana................................................21
a. Pengertian Paragraf..........................................................21
b. Ciri – Ciri Paragraf..........................................................22
c. Fungsi dan Syarat Pembentukan Paragraf........................23
d. Struktur Paragraf..............................................................23
e. Jemis – Jenis Paragraf......................................................24
f. Langkah – Langkah Menulis Paragraf.............................25
B. Konsep Teori Penggunaan Media Gambar Seri..........................26
1. Pengertian Media Pembelajaran..........................................26
2. Pengertian Gambar Seri.......................................................27
3. Hakikat Media Gambar Seri................................................31
4. Kelebihan dan Kekurangan Media Gambar Seri.................32
5. Cara Pemerolehan Gambar untuk Media Gambar Seri.......33
6. Alasan Pemilihan Media Gambar Seri.................................35
7. Langkah Pembelajaran dengan Menggunakan Media
Gambar Seri.........................................................................35
C. Konsep Teori Mata Pelajaran Bahasa Indonesia.........................37
1. Pengertian pembelajaran bahasa Indonesia di SD...............37

2. Kurikulum Pembelajaran Bahasa Indonesia di


Kelas III SD.........................................................................39
3. Tujuan Pelajara Bahasa Indonesia.......................................40
4. Ruang Lingkup Pelajaran Bahasa Indonesia.......................41
5. Silabus Pembelajaran Bahasa Indonesia Kelas 3.................41
6. Materi Menulis Paragraf......................................................42
D. Hipotesis Penelitian.....................................................................44

BAB III METODE PENELITIAN


A. Variabel dan Definisi Operasional Variabel.........................................45
1. Variabel Bebas......................................................................46
2. Variabel Terikat....................................................................47
B. Setting Penelitian..................................................................................48
C. Subjek Penelitian..................................................................................48
D. Prosedur Penelitian...............................................................................49
E. Teknik Pengumpulan Data....................................................................54
F. Instrumen Penelitian.............................................................................56
G. Teknik Analisis Data............................................................................61
H. Indikator Keberhasilan..........................................................................63
DAFTAR TABEL

1. Indikator pembelajaran Bahasa Indonesia................................................47


2. Kisi – kisi lembar observasi kegiatan belajar siswa................................57
3. Kisi – kisi lembar observasi aktivitas siswa............................................58
4. Kisi – kisi soal ranah kognitif siklus I......................................................60
5. Kisi – kisi soal ranah kognitif siklus II....................................................60
6. Data guru dan pegawai............................................................................66
7. Data siswa................................................................................................67
DAFTAR GRAFIK

Halaman

1. Observasi kegiatan pembelajaran dengan menggunakan media gambar


seri siklus I..............................................................................................83
2. Presentase Aktivitas Belajar Siswa Siklus I............................................86
3. Hasil Belajar Siswa Siklus I....................................................................88
4. Hasil Observasi Kegiatan Pembelajaran dengan menggunakan media
gambar seri Siklus II................................................................................99
5. Hasil observasi aktivitas belajar siklus II...............................................101
6. Hasil belajar siswa siklus II....................................................................104
7. Data rata – rata aktivitas belajar siswa pada siklus I & II......................109
8. Perbandingan tingkat ketuntasan hasil pretest postest siklus I & II.......115
9. Tingkat ketuntasan hasil belajar siswa siklus I ke siklus II....................115
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pengajaran bahasa Indonesia selalu diberikan dalam tiap jenjang

pendidikan, dimulai dari tingkatan pendidikan usia dini hingga peguruan

tinggi, dan diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik untuk

berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik secara

lisan maupun tulis, serta menumbuhkan apresiasi terhadap hasil karya

kesastraan manusia Indonesia.

Mata pelajaran bahasa Indonesia berorientasi pada hakikat pengajaran

bahasa, bahwa belajar bahasa adalah belajar komunikasi. Oleh karena itu,

pengajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk membina kemampuan siswa

yaitu berkomunikasi dalam bahasa Indonesia, baik secara lisan maupun

tertulis.

Hal tersebut sesui dengan Depdiknas pada kurikulum KTSP, (2006)


Menyatakan bahwa kompetensi mata pelajaran bahasa Indonesia untuk
bidang studi bahasa terdiri atas empat aspek, yaitu keterampilan
membaca, menulis, menyimak, dan berbicara. Aspek-aspek tersebut
saling berkaitan dan dilaksanakan secara terpadu dengan porsi
pengajaran yang seimbang dibandingkan dengan keterampilan bahasa
lain.2

Menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang dipergunakan

2
Permendiknas_Nomor 22_Tahun_2006 tentang Kurikulum KTSP.
untuk berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara tatap muka dengan

orang lain. Keterampilan menulis sebagai salah satu dari empat keterampilan

berbahasa mempunyai peran penting dalam kehidupan manusia. Dengan

menulis, seseorang tepat mengungkapkan pikiran atau gagasan untuk

mencapai maksud dan tujuan.

Allah SWT memerintahkan kepada kita dalam kehidupan ini untuk

membaca, berpikir dan menulis sebagaimana tertuang dalam Al-Quran surat

Al-alaq yang berbunyi:

                   


          
 

          


 
 

Artinya : Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan (1)


Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah (2) Bacalah dan
Tuhanmulah yang Maha pemurah. (3) Yang mengajar (manusia)
dengan perantara kalam. (4) Dia mengajar kepada manusia apa yang
tidak diketahuinya. (5)3

Demikianlah Al-Quran menjelaskan kepada kita bagaimana

pentingnya untuk selalu belajar baik itu membaca , berfikir dan menulis

karena hal itu sangat penting dalam mendalami keilmuan.

Menulis merupakan tuntutan penting bagi peserta didik. Dengan

menulis memudahkan siswa untuk berpikir kreatif dan aktif, serta mampu

memberikan reaksi positif terhadap perkembangan di lingkungan sekitar yang

3
Departemen Agama RI, Al-Quran Dan Terjemahannya, (Jakarta: Syamil, tt), h, 479
3

selalu dinamis. Melalui kegiatan menulis, siswa dapat melatih kemampuan

mengorganisasikan dan menjernihkan berbagai konsep atau ide, dengan

menulis siswa dapat memunculkan ide baru, dan dengan menulis siswa dapat

terbantu untuk menyerap dan memproses informasi dan membantu untuk

berpikir aktif. Dengan pemunculan ide baru dalam menulis, siswa dapat

mengekspresikan perasaan dalam sebuah paragraf yang akan dapat dijadikan

sebuah karangan.

Depdiknas menyatakan bahwa pelaksanaan pembelajaran menulis di


kelas dua dan tiga didasarkan pada kompetensi sebagaimana tertuang
dalam kurikulum KTSP 2006 sebagai berikut:
1. Menulis permulaan melalui kegiatan melengkapi cerita dan dikte.
Menulis kalimat sederhana yang didektekan guru dengan
menggunakan huruf tegak bersambung dan memperhatikan
penggunaan huruf capital dan tanda titik. (untuk kelas dua)
2. Menulis mengungkapkan pikiran, perasaan, dan informasi dalam
bentuk paragraf dan puisi. Menyusun paragraph berdasarkan bahan
yang tersedia dengan memperhatikan penggunaan ejaan. (untuk
kelas tiga).4

Tujuan pengajaran menulis di sekolah salah satunya adalah

mentradisikan menulis di kalangan pelajar. Menulis digunakan untuk

berkomunikasi dengan menggunakan bahasa tulis. Keterampilan menulis

tidak datang dengan sendirinya, sehingga perlu berlatih dan praktik menulis

secara teratur serta bersungguh-sungguh. Dalam hubungannya dengan

kemampuan berbahasa, kegiatan menulis makin mempertajam kepekaan

terhadap kesalahan-kesalahan baik ejaan, struktur maupun tentang pemilihan

4
Permendiknas_Nomor 22_Tahun_2006 tentang Kurikulum KTSP.
kosa kata.

Dilihat dari aspek menulis, tujuan pengajaran bahasa Indonesia adalah


agar siswa mampu menuangkan pengalaman dan gagasan, mampu
mengumpulkan perasaan secara tertulis dan jelas, mampu pula
menuliskan informasi sesuai dengan pokok bahasan (konteks) dan
keadaan (situasi). Keterampilan menulis merupakan suatu proses
pengembangan yang menuntut pengalaman, waktu, kesempatan,
memerlukan cara berpikir yang teratur, dan mengungkapkannya dalam
bentuk tulisan.5
Berhasil tidaknya pengajaran bahasa Indonesia berkaitan dengan

komponen menulis ditentukan beberapa faktor di antaranya adalah faktor

siswa, dan faktor guru dalam pengajaran yang digunakan. Menulis merupakan

komponen bahasa yang paling kompleks sebab menulis melibatkan aspek

pengolahan gagasan, penataan kalimat, pengembangan paragraf.

pengembangan model karangan serta logika.6 Pelatihan menulis menuntut

peran yang cukup besar bagi guru bahasa Indonesia. Namun, kebanyakan guru

bahasa belum begitu menyadari pentingnya pembinaan pelatihan menulis

narasi tersebut sehingga kebanyakan siswa mempunyai kemampuan menulis

rendah.

Berdasarkan hasil wawancara dengan siswa kelas III di SDN 03

Tempuran Lampung Tengah sebagian besar menyampaiakan bahwa belajar

Bahasa Indonesia itu membosankan, karena hanya belajar membaca dan

menulis dengan hanya mendengarkan guru berbicara.

5
Iskandarwassid, Dadang Sunendar, Strategi Pembelajaran Bahasa, ( Bandung: Rosdakarya,
2013), h.248
6
Ibid., h.250
5

Upaya peningkatan keterampilan menulis paragraf sebenarnya sudah

banyak dilakukan oleh guru tetapi hasil yang diperoleh kurang memuaskan,

karena pengajaran yang disampaikan oleh guru masih berjalan satu arah,

artinya hanya guru yang aktif di dalam kelas. Padahal, dalam proses belajar

mengajar siswa diharuskan lebih aktif selama proses belajar mengajar.

Selain itu perlu adanya media pembelajaran yang efektif agar proses

pembelajaran dapat berjalan dengan baik dan sesuai dengan indikator

pencapaiannya. Dalam hal ini penulis akan menyampaikan penggunaan

gambar seri sebagai alternatif media untuk membantu proses pembelajaran.

Sebagaimana diungkapkan oleh Azhar dalam bukunya


mengungkapkan gambar Seri adalah segala sesuatu yang dapat
digunakan untuk menyalurkan pesan (bahan pembelajaran), yang
berupa tiruan tiruan benda, orang atau pandangan yang dihasilkan
pada permukaan yang rata dengan adanya rangkaian yang berturut-
turut baik itu cerita, buku, peristiwa, dan sebagainya.7
Berdasarkan prasurvei kedua yang dilaksanakan pada tanggal 6

Oktober 2017 pada mata pelajaran Bahasa Indonesia siswa kelas III SD

Negeri 03 Tempuran, diperoleh data hasil belajar siswa yang belum tuntas

atau nilai dibawah KKM Mencapai 47,36 % atau 10 siswa dari 19 siswa.

Hasil belajar siswa di SD Negeri 03 Tempuran belum seluruhnya mencapai

KKM.

7
Azhar Arsyad, Media Pembelajaran,(Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2011), h.27
Tabel.1
Hasil MID Semester Bahasa Indonesia kelas III
SD Negeri 03 Tempuran
Tahun Pelajaran 2017/2018

No Nilai Kriteria Jumlah siswa Persentase


1. ≥ 70 Tuntas 9 47,36%
2. < 70 Belum Tuntas 10 52,64%
19 100 %

Dari hasil pengamatan peneliti, pembelajaran di dalam kelas tidak

terlepas dari suatu masalah seperti halnya malasnya siswa dalam menulis

paragraf karena pengajaran yang dilakukan guru hanya berorientasi pada teori

dan pengetahuan sehingga siswa kurang berminat dan merasa kesulitan dalam

menulis paragraf .

Usaha untuk meningkatkan keterampilan menulis paragraf sederhana

diperlukan suatu media pengajaran yang efektif dan efisien. Selama ini,

metode ceramah dan penugasan ternyata belum mampu mencapai hasil yang

optimal. Hal ini bukan berarti bahwa metode ceramah tidak baik, melainkan

pada suatu saat siswa akan menjadi bosan apabila hanya guru sendiri yang

berbicara, sedangkan mereka duduk diam mendengarkan.

Melihat kondisi demikian, peneliti tergerak mengadakan penelitian

untuk meningkatkan keterampilan menulis siswa kelas 3 SD Negeri 03

Tempuran tahun ajaran 2016/2017. Peneliti menerapkan media gambar seri

pada pengajaran menulis paragraf sederhana. Melalui media ini, dalam


7

kegiatan siswa diminta mengamati gambar yang ada dipapan tulis kemudian

siswa mendiskusikan gambar dengan guru dan pada akhirnya siswa diminta

menceritakan secara tertulis.

Dengan menggunakan pemilihan media gambar seri ini diarapkan

dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis paragraf sederhana dan

melibatkan siswa secara aktif dalam pembelajaran bahasa Indonesia. Sehingga

siswa lebih mudah dalam menentukan ide atau gagasan pokok dalam menulis

sebuah karya atau tulisan.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka dapat diidentifikasi

beberapa masalah sebagai berikut :

1. Berdasarkan wawancara bersama dengan guru dan siswa, siswa kurang

berminat untuk mengikuti pelajaran bahasa Indonesia, karena kebanyakan

siswa menganggap bahwa pelajaran bahasa Indonesia adalah pelajaran

yang membosankan.

2. Siswa kurang latihan menulis, karena siswa merasa bosan dan merasa sulit

untuk menuangkan idenya kedalam bentuk tulisan.

3. Siswa bingung untuk memulai menulis, karena sebagian besar siswa

kurang mahir merangkai kata-kata menjadi kalimat, kalimat menjadi

paragraf, pemilihan diksi, tanda baca, serta kurangnya penguasan

keterampilan berbahasa.

4. Kurangnya penerapan media didalam proses pembelajaran.


5. Rendahnya hasil belajar bahasa Indonesia, siswa kelas III Tahun Pelajaran

2017/2018.

C. Batasan Masalah

Agar penelitian ini lebih terarah dan dapat dikaji lebih mendalam

maka diperlukan pembatasan masalah. Dalam penelitian ini pembatasan

masalahnya sebagai berikut:

1. Media pembelajaran yang diterapkan adalah media gambar seri.

2. Peningkatan kemampuan menulis paragraf sederhana siswa kelas III di SD

Negeri 03 Tempuran.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah tersebut diatas, maka

dapat dirumuskan masalah penelitiannya adalah :

1. Apakah penerapan media gambar seri dapat meningkatkan kemampuan

menulis paragraf sederhana pada mata pelajaran bahasa Indonesia siswa

kelas III SD Negeri 03 Tempuran Lampung Tengah Tahun Pelajaran

2017/2018 ?

2. Bagaimanakah penerapan media gambar seri untuk meningkatkan

kemampuan menulis paragraf sederhana bagi siswa kelas III SD Negeri

03 Tempuran Lampung Tengah Tahun Pelajaran 2017/2018 ?


9

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Searah dengan rumusan masalah yang diajukan, penelitian ini

memiliki tujuan dan manfaat diantaranya :

1. Tujuan Penelitian

Untuk meningkatkan kemampuan menulis paragraf sederhana dengan

penggunaan media gambar seri bagi siswa kelas III SD Negeri 03

Tempuran pada mata pelajaran bahasa Indonesia.

2. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian tindakan kelas ini diharapkan dapat memberikan

manfaat bagi:

a. Siswa

Melalui penerapan media gambar seri diharapkan dapat meningkatkan

kemampuan siswa dalam menulis paragraf sederhana sehingga dapat

mempermudah menuangkan ide kedalam bentuk tulisan,

b. Guru

Penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan dalam pelajaran

menulis paragraf dengan menggunakan media gambar seri dan dipakai

sebagai alternatif guru untuk menigkatkan mutu pengajaran menulis

dan profesionalisme guru semakin meningkat.


c. Sekolah

Penelitian ini diharapkan dapat mendorong pihak sekolah untuk

meningkatkan kualitas serta mutu sekolah, dan sebagai bahan

informasi bahwa penggunaan media gambar seri dapat meningkatkan

kemampuan menulis paragraf pada mata pelajaran bahasa Indonesia

siswa SD Negeri 03 Tempuran.

d. Bagi Peneliti

Menambah pengetahuan, pengalaman serta wawasan tentang

penelitian tindakan kelas, sehingga nantinya ketika menjadi seorang

guru sudah mampu menjalankan tugas dan kewajibannya dengan

profesional.

F. Penelitian yang Relevan

Penelitian yang relevan digunakan untuk menjelaskan posisi (State Of


Art), perbedaan atau memperkuat hasil penelitian tersebut dengan
penelitian yang telah ada.pengkajian terhadap hasil penelitian orang lain
yang relevan, lebih berfungsi sebagai pembanding dari kesimpulan
berpikir kita sebagai peneliti.8

Beberapa hasil penelitian terdahulu yang terdapat kaitannya dengan

penelitian ini adalah :

1. Ahmad Mu’alim Fatah Zen dalam Peningkatan Keterampilan Menulis

Karangan Narasi Dengan Media Menggunakan Media Gambar Seri Pada

Siswa Kelas VI SD Negeri 03 Klareyan Kecamatan Petarukan Kabupaten

8
Zuhairi, et.al., Pedoman Penulisan karya Ilmiah, (Jakarta: Rajawali Pers, 2016), h. 46.
11

Pemalang Tahun Ajaran 2008/2009. Penelitian ini menggunakan disain

penelitian tindakan kelas dengan dua siklus yang terdiri atas perencanaan,

tindakan, obsevasi, dan refleksi. Subjek penelitian ini adalah

keterampilan menulis karangan narasi siswa kelas III SD Negeri 03

Klareyan Kecamatan Petarukan Kabupaten Pemalang. Variabel penelitian

ini adalah keterampilan menulis karangan narasi dan media gambar seri.

Hasil penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut (1) media gambar

terbukti dapat meningkatkan keterampilan menulis karangan narasi siswa

kelas III SD Negeri 03 Klareyan kecamatan petarukan kabupaten

pemalang. Peningkatan tersebut dapat dilihat dari hasil tes prasiklus yang

memperoleh nilai 52,4, skor rata-rata siklus I 68,5, dan skor rata-rata

siklus II 83,4, (2) berdasarkan analisis data kualitatif dapat diketahui

bahwa siswa merasa senang menulis karangan narasi dengan

menggunakan media gambar seri. Hal ini disebabkan siswa lebih mudah

menuangkan ide dalam bentuk tulisan. Perbedaan penelitian ini dari

penelitian terdahulu yaitu dalam penelitian terdahulu variabel terikatnya

adalah peningkatan keterampilan menulis karangan narasi dan

persamaannya dalam proses pembelajaran menggunakan media gambar

seri.9

9
Ahmad Mu’alim Fatah Zen, “Peningkatan Keterampilan Menulis Karangan Narasi Dengan
Media Menggunakan Media Gambar Seri Pada Siswa Kelas VI SD Negeri 03 Klareyan Kecamatan
Petarukan Kabupaten Pemalang Tahun Ajaran 2008/2009”,dalam
http://jurnal.fbs.unnes.ac.id/index.php/pgsdsolo, diunduh pada 24 Oktober 2016.
2. Kotto, dalam Meningkatkan Kemampuan Menulis Karangan Bebas

Melalui Metode SQ3R Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Kelas V

SD Negeri 1 Nampirejo Kecamatan Batanghari Lampung Timur Tahun

Pelajaran 2013/2014.10 Berkesimpulan bahwa siswa kelas V SD Negeri 1

Nampirejo Kecamatan Batanghari Lampung Timur mengalami

peningkatan dalam menulis karangan bebas pada mata pelajaran bahasa

Indonesia melalui metode SQ3R. Perbedaannya peneliti tidak

menggunakan metode SQ3R tetapi menggunakan media gambar seri

sedangkan persamaanya yaitu variable terikat atau yang diteliti sama

yaitu kemampuan menulis pada mata pelajaran bahasa Indonesia.

10
Kotto dengan judul “Meningkatkan Kemampuan Menulis Karangan Bebas Melalui Metode
SQ3R Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Kelas V SD Negeri 1 Nampirejo Kecamatan
Batanghari Lampung Timur Tahun Pelajaran 2013/2014”.
BAB II

LANDASAN TEORI

A. Konsep Teori Kemampuan Menulis Paragraf Sederhana

1. Pengertian Kemampuan Menulis

Aktifitas menulis merupakan suatu bentuk manifestasi kemampuan

dan keterampilan berbahasa paling akhir dikuasi oleh siswa setelah

kemampuan mendengarkan, berbicara dan membaca, siswa harus mampu

mengkombinasikan kosa kata dengan baik dengan bahasa yang runtun hingga

mudah untuk dimengerti maksud dari tulisan tersebut. Dalam menulis semua

unsur keterampilan berbahasa harus dikonsentrasikan secara penuh agar

mendapat hasil yang benar-benar baik.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, menulis adalah membuat

huruf (angka dan sebagainya) dengan pena (pensil, kapur, dan sebagainya),

anak-anak sedang belajar, melahirkan pikiran atau perasaan (seperti

mengarang, membuat surat).11

Seperti yang diungkapkan oleh Alek Achmad mengemukakan bahwa

menulis merupakan suatu kegiatan untuk menciptakan suatu catatan atau

11
Poerwadarminta, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2002), h.1098
informasi pada suatu media dengan menggunakan aksara, biasa dilakukan

pada kertas dengan menggunakan alat-alat seperti pena atau pensil.12

Kemampuan menulis merupakan perwujudan bentuk komunikasi

secara tidak langsung, tidak langsung bertatap muka dengan orang lain,

sehingga kemampuan menulis merupakan keterampilan yang sangat

kompleks, siswa tidak hanya menuangkan ide, tetapi siswa juga dituntut

untuk menuangkan gagasan, konsep, perasaan dan kemauan.

2. Teori Menulis

Dalam menulis semua unsur keterampilan berbahasa harus

dikonsentrasikan secara penuh agar mendapat hasil yang benar-benar baik

Henry Guntur Tarigan mengemukakan bahwa menulis dapat diartikan

sebagai kegiatan menuangkan ide/gagasan dengan menggunakan bahasa tulis

sebagai media penyampai.13 Mohammad dalam Darmiyati menyatakan

bahwa menulis itu diibaratkan seperti mengendarai sepeda motor yang harus

menjaga keseimbangan, artinya menulis itu bisa dianggap mudah apabila

seseorang sering berlatih menulis dan bisa dianggap sukar bila seorang baru

berlatih menulis hingga tidak tahu harus memulai dari apa.14 Selanjutnya

Slamet menyatakan bahwa menulis merupakan keseluruhan rangkaian

12
Achmad,Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi, (Jakarta:Prenada Media Grup, 2011),
h. 106
13
Tarigan, Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa, (Bandung : Angkasa, 2008), h.
15
14
Darmiyati, Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas Rendah, (Jakarta : Dikjen Dikti,
1999), h 11
15

kegiatan seseorang mengungkapkan gagasan dan menyampaikannya melalui

bahasa tulis kepada pembaca untuk dipahami.15. Menulis juga memiliki

beberapa pengertian yaitu proses mengabadikan bahasa dengan tanda-tanda

grafis, representasi dari kegiatan ekspresi bahasa, dan kegiatan melahirkan

pikiran perasaan dengan tulisan.16

Dari definisi diatas menulis merupakan suatu kegiatan membuat huruf

yang kemudian dirangkai menjadi kata – kata, yang dikembangkan menjadi

sebuah kalimat dan membentuk sebuah paragraf yang mengandung makna

dan juga terdapat informasi dalam bentuk tulisan. Sehingga orang yang

membacanya mengetahui maksud dari tulisan tersebut.

Alek dalam Achmad menjelaskan tentang hal-hal yang perlu


diperhatikan dalam menulis sebagai berikut :
a. Persiapan , yaitu membuat kerangka tulisan; menemukan idiom
yang menarik; dan menemukan kata kunci.
b. Menulis, yaitu mengingatkan diri agar tetap logis; membaca
kembali setelah menyelesaikan dalam satu paragraf ; percaya diri
akan apa yang ditulis.
c. Editing , yaitu memperhatikan kesalahan kata, tanda baca dan
tanda hubung; memperhatikan hubungan antar paragraf, membaca
secara keseluruhan.17

Tulisan yang baik adalah tulisan yang dapat menyampaikan pesan

secara baik dengan pembaca yang ditujukan oleh tulisan itu. Sebagaimana

15
Slamet, Dasar –dasar Keterampilan Berbahasa Indonesia, (Surakarta : UNS Press, 2008),
h. 17
16
Burhan Nurgiyanto, Penilaian Pengajaran Bahasa dan Sastra, (Yogyakarta: BPFE, 2001),
h. 292
17
Achmad,Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi. , h. 107
Morris melalui Tarigan menyampaikan bahwa tulisan yang baik merupakan

komunikasi pikiran dan perasaan yang efektif dan tepat guna.18

Sebagaimana Tarigan menyimpulkan dalam bukunya terdapat empat


ciri tulisan yang baik sebagai berikut:
a. Jelas , pembaca dapat membaca teks dengan cara tetap dan
menangkap maknanya yang dikatakan oleh penulis
b. Kesatuan dan organisasi, pembaca dapat mengikutinya dengan
mudah karena bagian-bagiannya saling berhubungan dan runtut.
c. Ekonomis, kata atau bahasanya tidak berlebihan sehingga waktu
yang digunakan tidak terbuang percuma.
d. Pemakaian bahasa dapat diterima, penulis menggunakan bahasa
yang baik dan benar sehingga mudah diterima.19

Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut, dapat disimpulkan

menulis adalah suatu kemampuan seseorang untuk mengungkapkan gagasan,

pikiran, pengetahuan, dan pengalaman-pengalaman hidupnya melalui bahasa

tulis yang jelas sehingga pembaca mengerti apa yang dimaksud oleh penulis.

3. Tahapan Pembelajaran Menulis Anak

Dalam pembelajaran khususnya belajar menulis, anak tidak secara

langsung mampu menciptakan sebuah tulisan yang baku seperti paragraf

yang baku. Tetapi ada proses tahapan dalam belajar menulis bagi siswa itu

sendiri.

Kurniasih mengungkapkan salah satu aspek perkembangan anakyaitu

perkembangan motorik, yang melatih koordinasi gerakan yang melibatkan

bagian-bagian tubuh. Motorik tersebut dibedakan menjadi dua yaitu motorik

18
Tarigan, Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. , h . 20
19
Ibid,
17

kasar dan motorik halus untuk motorik kasar menekankan pada koordinasi

tubuh yang menekankan pada gerakan otot-otot besar sedangkan motorik

halus menekankan pada koordinasi otot tangan atau kelenturan tangan yang

bersifat keterampilan.

Perkembangan motorik halus juga dapat membantu anak dalam belajar

menulis, karena kemampuan menulis menuntut keterampilan motorik halus

yang melibatkan koordinasi jari.

Adapun tahap perkembangan menulis anak seperti yang diungkapkan


oleh Buncil diantaranya sebagai berikut :
a. Inexperienced Writer yaitu Tahapan menggunakan gambar, tulisan
scribble (coretan/ sketsa) ataupun bentuk lain seperti huruf, dan
sebagainya. Contoh, tulisan anak yang bentuknya baru mirip huruf.
b. Prewiter yaitu Tahapan mencontoh huruf, kata ataupun kalimat
pendek. Anak juga mulai menggunakan huruf-huruf yang
dikenalnya dalam menamakan suatu benda, dan menulis kata-kata
yang pernah dipelajari (pernah terekam dalam memori). Contoh,
tulisan satu kata.
c. Developing Writer yaitu Anak paham bahwa kata-kata yang mereka
ucapkan dapat dituliskan pula; mengerti bahwa kata-kata biasanya
mewakili bunyi-bunyi tertentu. Juga mulai muncul huruf-huruf lain
yang menunjukkan pemahamannya tentang hubungan bunyi
maupun simbol, dan mulai menulis kata demi kata namun spasi
antara kata biasanya belum muncul. Di tahap ini, anak dapat
membaca tulisannya sendiri. Contoh, tulisan dua tiga kata tanpa
spasi.
d. Beginning Writer yaitu Anak dapat menulis kata demi kata, menulis
dengan bimbingan orang dewasa, mulai menggunakan spasi untuk
memisahkan satu kata dengan kata lain, serta mulai menunjukkan
pemahaman tulisan di buku, majalah dan lainnya. Contoh, tulisan 3
kata dengan spasi.
e. Experienced Writer yaitu Di tahap ini, tumbuh kepercayaan diri
anak. Dia mulai bisa menulis mandiri, menggunakan
rancangan/pola/gambaran dari lingkungan sekitarnya sehingga
menjadi kata yang bermakna, memahami penggunaan spasi, dapat
menuliskan ide sederhana tapi cukup komplet, dan bisa mengeja
kata-kata yang cukup sulit.
f. Exceptional Writer yaitu Anak menunjukkan antusiasme yang
tinggi. Dia lebih senang untuk menulis mandiri, menulis kalimat
yang panjang, sudah terlatih menggunakan spasi antarkata, dan lain-
lain. Contoh, tulisan anak SD awal, dimana tekanan tulisan sudah
cukup mantap, dan bisa membuat kalimat.20

Umumnya, kemampuan menulis anak TK (prasekolah) yang mendapat

stimulasi baik, berada pada tahapan 3-4. Ketika anak usia TK sudah mencapai

kemampuan seperti experience (tahap e) ataupun exceptional writer (tahap f),

ini adalah bonus.

Sebagai pendidik, orangtua/guru tidak bisa mengharapkan semua anak

usia prasekolah mencapai keterampilan seperti ini. Dengan stimulasi yang

baik dan berkesinambungan, diharapkan pada usia SD, anak semakin terampil

dan antusias dalam menulis mandiri.

Hal ini seiring dengan peningkatan anak SD pada jenjang pendidikan


kelas rendah 1-3 dengan pengajaran menulis di mulai dari huruf lepas,
dengan langka-langkah sebagai berikut:
1). Menulis huruf.
2). Merangkaikan huruf menjadi suku kata.
3). Merangkaikan suku kata menjadi kata.
4). Menyusun kata menjadi kalimat.21

Jadi, pembelajaran menulis yang akan penulis tekankan adalah

pembelajaran menulis tentang menulis paragraf sederhana sesuai dengan

tahapan perkembangan menulis pada kemampuan siswa SD kelas 3, yakni

20
Buncil, Tahap-tahap Perkembangan Anak dalam Menulis, (wordpress, 2010), h.61
21
Tarigan, Perkembangan Tulisan Siswa Sekolah Dasar, (Bandung: Angkasa, Departemen
Pendidikan Nasional,1982)
19

kemampuannya dalam menyusun kata menjadi sebuah kalimat kemudian

menjadi paragraf.

Siswa sekolah dasar yang telah berada di kelas 3 sampai kelas 6 tentu

saja dipandang sudah melewati masa menulis permulaan dan sudah meguasai

keterampilan membaca dan menulis permulaan. Sejalan dengan hal di atas,

maka diprediksikan tulisan anak pun sudah dapat memasuki tahap menulis

lanjut. Tulisan yang dihasilkan oleh anak sudah mampu menyampaikan pesan

pada suatu khalayak pembacanya.

Oleh karena itu, perkembangan tulisan anak ini akan dibedakan

memjadi dua kelompok, yakni kelas 3, dan kelas 4, 5, dan kelas 6. Adapun

dasar pengelompokannya menggunakan proses menulis yang terdiri dari tiga

tahap, yakni: Pra-menulis, menulis, dan kaji ulang tulisan.

Sebagaimana Farris dalam Usman mengidentifikasi perkembangan


tulisan anak kelas 3 sekolah dasar berdasarkan tiga tahapan di atas
sebagai berikut:
a. Tahap Pramenulis
1) siswa akan membicarakan atau mendiskusikan ide atau
gagasan yang akan ditulisnya dengan orang lain, atau teman-
temannya.
2) ide atau gagasan yang disampaikan lebih terfokus pada
pemecahan masalah.
3) terfokus pada suatau jalan pikiran.
b. Tahap Menulis
1) Memilih hal-hal atau topik-topik yang paling berkesan pada
dirinya sendiri.
2) Pemaparan secara sekuensial.
3) Belum memiliki refleksi/nalar.
c. Tahap Kaji Ulang Tulisan
1) Belum mampu melakukan koreksi secara sendiri.
2) Takut akan membuat atau melakukan koreksi sendiri.22

Sementara itu untuk siswa kelas 4, 5 dan 6, perkembangan tulisan

siswa adalah sebagai berikut :

a. Tahap Pramenulis

1) Telah mampu memfokuskan pada suatu topik dengan berbagai

pandangan

2) Mampu berpikir pada hal-hal yang abstrak, istilah-istilah, dan contoh

yang tidak hadir/dihadirkan.

3) Mampu bertanya pada dirinya sendiri

b. Tahap Menulis

1) Menuliskan masalah, ide, gagasan atau pesan dari berbagai sudut

pandang, cara atau mood.

2) Sudah mampu mempertimbangkan khalayak pembacanya.

3) Mampu mengwali penceritaan dari berbagai bagian tulisan.

4) Mampu menunjukan rasa empati.

5) Mampu mempertimbangkan bagian-bagian untuk tulisan yang baik.

6) Mampu membaca, menulis, dan mengedit tulisan.

c. Tahap Kaji Ulang Tuiisan

1) Mampu mengedit tulisan sendiri.

22
Basyiruddin Usman, Media Pembelajaran. ,h.52
21

2) Mampu mengoreksi dan menghubungkan tulisan dengan unsure

mekanis, berbagai kaidah.

3) Mampu menyadari keberadaan pembantu kaidah.23

Berdasarkan pembagian tahap kemampuan menulis tersebut maka

siswa kelas 3 dirasa telah mampu untuk membuat sebuah tulisan berupa

kalimat yang sederhana dengan latihan dan pembelajaran yang diberikan oleh

guru secara kreatif dengan menggunakan media sebagai upaya untuk

meningkatkan kemampuannya dalam menulis.

4. Menulis Paragraf Sederhana

a. Pengertian Paragraf

Dalam menuangkan ide atau gagasan yang disampaikan melalui

tulisan, sebuah pesan tersebut secara runtut tersusun dalam sekelompok

kalimat yang terdiri dari beberapa kata yang jumlahnya tidak sama.

Membuat sebuah tulisan memerlukan paragraf, kita mengenal paragraf

yaitu tulisan yang menjorok kedalam yang pembuatannya memerlukan

beberapa hal, karena harus terdapat ketrpaduan dan kesepadanan isi

paragraf.

Selanjutnya Finoza dalam Sudirin berpendapat bahwa paragraf

adalah satuan bentuk bahasa yang biasanya merupakan hasil

penggabungan beberapa kalimat.24

23
Ibid,
Achmad dalam bukunya menyatakan beberapa pengertian

paragraf yaitu : (1) paragraf adalah karangan mini, (2) paragraf adalah

satuan bahasa tulis yang terdiri dari beberapa kalimat yang tersusun

secara runtut, (3) paragraf merupakan bagian dari suatu karangan yang

berisi informasi, (4) paragraf yang terdiri atas satu kalimat berarti tidak

menunjukkan ketuntasan.25 Dengan demikian paragraf (alinea) adalah

serangkaian kalimat yang saling bertalian untuk membentuk sebuah

gagasan atau ide, yang dalam hierarki kebahasaan paragraf merupakan

satuan yang lebih tinggi atau lebih luas dari kalimat dapat disebut dengan

wacana mini.26

Berdasarkan beberapa pendapat tersebut maka dapat disimpulkan

bahwa paragraf merupakan komponen kebahasaan yang tersusun dari

beberapa kalimat yang efektif dan runtun sehingga menciptakan sebuah

ide atau gagasan yang disampaikan secara tertulis.

b. Ciri-ciri Paragraf

Untuk mempermudah membuat suatu paragraf, maka siswa juga

harus memahami ciri-ciri dari paragraf agar mudah dicermati sesuai pesan

yang ingin disampaikan.

Paragraf memiliki beberapa ciri-ciri sebagaimana diungkapkan


oleh Achmad dalam bukunya yaitu :

24
Sudirin, Bahasa Indonesia Buku Ajar Mahasiswa, (Stain Jurai Siwo metro, 2013), h.60
25
Achmad,Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi. , h. 208
26
Sri Hapsari W et.al., Bahasa Indonesia Penulisan dan Penyajian Karya Ilmiah, (Jakarta:
Raja Grafindo Persada,2013), h. 138
23

1) Kalimat bertakuk (menjorok) ke dalam.


2) Paragraf menggunakan pikiran utama (gagasan utama) yang
dinyatakan dalam kalimat topik.
3) Setiap paragraf menggunakan sebuah kalimat topic dan
selebihnya merupakan kalimat pengembang yang berfungsi
menjelaskan, menguraikan, atau menerangkan pikiran utama.
4) Paragraf menggunakan pikiran penjelas (gagasan penjelas)
yang dinyatakan dalam kalimat penjelas.27
Dengan mengetahui ciri-ciri paragraf tersebut, pemahaman

tentang penulisan paragraf lebih mudah tersampaikan dan bagi pemula

akan membantu mempermudah untuk membedakan antara komponen

bahasa yang satu dan yang lainnya.

c. Fungsi dan Syarat Pembentukan Paragraf

Paragraf di buat oleh pengarang tentunya memiliki beberapa

fungsi yang akan memudahkan pengarang tersebut membuat tulisan.

Adapun fungsi pembentukan paragraf sebagai berikut :

1) Menampung bagian kecil gagasan utama karangan

2) Memudahkan pemahaman jalan pikiran penulis dengan cara

memisahkan pikiran utama yang satu dari yang lainnya

3) Penulis melahirkan pikiran secara sistematis

4) Pembaca mudah mengikuti dan memahami alur pikiran penulis

5) Membentuk penggalan-penggalan pikiran penulis

6) Sebagai tanda pikiran baru dimulai.28

27
Achmad,Bahasa Indonesia. , h. 208
28
Sudirin, Bahasa Indonesia . , h. 61
Membuat paragraf terdapat syarat-syarat pembentukan paragraf,

agar mempermuah penulis dalam menuangkan ide dan gagasannya dalam

penulisan paragraf diantaranya:

1) Kesatuan (dalam satu paragraf hanya berisi satu pikiran utama

2) Kepaduan (hubungan antar kalimat dalam satu paragraf berkaitan)

3) Pengembangan (sebuah kalimat utama dalam sebuah paragraf)

4) Menggunakan bahasa yang baik dan benar.29

d. Struktur Paragraf

Sebelum membuat paragraf sebaiknya menyusun struktur atau

kerangka paragraf. Karena dengan menyusun kerangka paragraf maka

akan mempermudah penulis dalam membentuk sebuah paragraf.

Penyusunan paragraf meliputi : (1) menentukan tema, (2) menentukan ide

pokok dengan menuangkan kalimat yang menjadi ide dasar paragraf, (3)

memberikan detail pendukung untuk mendukung gagasan utama, (4)

menuliskan kalimat penjelas untuk mendukung ide pokok.

e. Jenis-jenis Paragraf

Paragraf dapat dibagi berdasarkan isi dan letak kalimat utamanya.

Berikut adalah jenis-jenis paragraf berdasarkan isi :

1) Narasi, yaitu paragraf yang menceritakan atau mengisahkan suatu

kejadian atau peristiwa bentuk ini mementingkan urutan kejadian, dan

tokoh.
29
Ibid,
25

2) Deskripsi, adalah paragraf yang menggambarkan suatu objek

sehingga pembaca seakan bisa melihat,mendengar, atau merasa objek

yang digambarkan itu. Objek yang dideskripsikan bisa berupa orang,

benda, atau tempat.

3) Eksposisi, adalah paragraf yang menginformasikan suatu teori,

teknik, kiat, atau petunjuk sehingga orang yang membacanya akan

bertambah wawasannya.

4) Argumentasi, adalah paragraf yang mengemukakan suatu pendapat

beserta alasannya.

Jenis-jenis paragraf berdasarkan letak kalimatnya yaitu :

1) Paragraf deduktif, paragraf yang dimulai dengan mengemukakan

persoalan pokok atau kalimat topik kemudian diikuti dengan kalimat-

kalimat penjelas.

2) Paragraf induktif, paragraf yang dimulai dengan mengemukakan

penjelasan-penjelasan kemudian diakhiri dengan kalimat topik.

3) Paragraf campuran, adalah paragraf yang dimulai dengan

mengemukakan persoalan pokok atau kalimat topik kemudian diikuti

kalimat-kalimat penjelas dan diakhiri dengan kalimat topik. Kalimat

topik yang ada pada akhir paragraf merupakan penegasan dari awal

paragraf
f. Langkah – langkah Menulis Paragraf

Menulis paragraf bukanlah pembelajaran yang mudah untuk

dilakukan pada siswa tingkat dasar, oleh karena itu perlu adanya

serangkaian pembelajaran yang mendukung dan perangkat pembelajaran

yang menarik agar siswa mampu meningkatkan pembelajarannya dalam

menulis paragraf.

Berdasarkan pada tujuan pembelajaran keterampilan menulis yang


diungkapakan oleh Burhan dalam bukunya langkah dalam menulis
paragraf yaitu:
1) Menyalin satuan-satuan bahasa yang sederhana.
2) Menulis satuan bahasa yang sederhana.
3) Menulis pernyataan dan pertanyaan yang sederhana.
4) Menulis paragraf pendek.30

Dengan demikian terdapat beberapa langkah mudah yang dapat

dilakukan sebagai upaya dalam menulis paragraf. Dan untuk

mempermudah dalam penulisan atau membuat suatu paragraf perlu

adanya pembelajaran yang efektif dan menarik, serta media yang

mendukung sebagai kelancaran dalam proses pembelajaran.

Oleh karena itu Penulis berupaya untuk melakukan sebuah

penelitian yaitu penggunaan media gambar seri dalam upaya peningkatan

kemampuan menulis.

30
Burhan Nurgiyanto, Penilaian Pengajaran. , h.292
27

B. Konsep Teori Penggunaan Media Gambar Seri

1. Pengertian Media Pembelajaran

Pada hakikatnya proses belajar mengajar adalah proses komunikasi.

Kegiatan belajar mengajar dikelas merupakan suatu dunia komunikasi

tersendiri dimana guru atau dosesn dan siswa/mahasiswanya bertukar pikiran

untuk mengembangkan ide dan pengertian. Dalam berkomunikasi sering

timbul dan terjadi penyimpangan-penyimpangan sehingga komunikasi

tersebut tidak efektif dan efesien. Salah satu usaha untuk mengatasi hal

tersebut adalah penggunaan media dalam pembelajaran.

“Kata media berasal dari bahasa Latin dan merupakan bentuk jamak

dari medium, yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar”. 31 Media

dapat diartikan sebagai “sesuatu yang berisi menyalurkan pesan dan dapat

merangsang pikiran, perasaan, dan kemauan audiens (siswa) sehingga

mendorong terjadinya proses belajar dalam dirinya”.32

Media diartikan sebagai “segala bentuk dan saluran yang digunakan

untuk menyalurkan pesan atau informasi”.33

Berdasarkan definisi tersebut, dapat dikatakan bahwa media

pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk

menyalurkan pesan (bahan pembelajaran), sehingga dapat merangsang

31
Syaiful Bahri dan Aswan Zein, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta:Rineka Cipta, 2006), h.
120
32
Basyiruddin Usman dan Asnawir, Media Pembelajaran, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), h.11
33
Hamzah B. Uno, Profesi Kependidikan, Problema, Solusi dan Reformasi Pendidikan
Indonesia,( Jakarta: Bumi Aksara, 2011), h. 113
perhatian, minat, pikiran, dan perasaan siswa dalam kegiatan belajar untuk

mencapai tujuan belajar.

Secara umum dapat dikatakan media mempunyai kegunaan, antara


lain:
a. Memperjelas pesan agar tidak terlalu verbalitas.
b. Mengatasi keterbatasan ruang, waktu, tenaga dan daya indra.
c. Menimbulkan gairah belajar, interaksi lebih langsung antara murid
dengan sumber belajar.
d. Memungkinkan anak belajar mandiri sesuai dengan bakat dan
kemampuan visual, auditori dan kinestetiknya.
e. Memberi rangsangan yang sama, memperamakan pengalaman dan
menimbulkan persepsi yang sama.
f. Proses pembelajaran mengandung lima kompones komunikasi,
guru (komunikator), bahan pembelajaran.34

2. Pengertian Gambar Seri

Adapun gambar dapat didefinisikan sebagai “representasi visual” dari

orang, tempat atau benda yang diwujudkan diatas kanvas, kertas atau bahan

lain, baik dengan cara lukisan, gambar atau foto.35

Gambar seri diambil dari kata gambar dan seri. Menurut Kamus

Bahasa Indonesia gambar adalah tiruan benda, orang, atau pandangan yang

dihasilkan pada permukaan yang rata. Sedangkan seri adalah rangkaian yang

berturut-turut baik itu cerita, buku, peristiwa, dan sebagainya.36

Sebagaimana diungkapkan oleh Azhar dalam bukunya


mengungkapkan gambar Seri adalah segala sesuatu yang dapat
digunakan untuk menyalurkan pesan (bahan pembelajaran), yang
berupa tiruan tiruan benda, orang atau pandangan yang dihasilkan

34
Basyiruddin Usman dan Asnawir, Media Pembelajaran, . h. 14
35
Hamzah B. Uno, Profesi Kependidikan, . h 113
36
Poerwadarminta, Kamus Besar Bahasa Indonesia, h 292,928
29

pada permukaan yang rata dengan adanya rangkaian yang berturut-


turut baik itu cerita, buku, peristiwa, dan sebagainya.37

Dengan demikian gambar seri merupakan serangkaian gambar yang

terpisah antara satu dengan yang lain tetapi memiliki satu-kesatuan urutan

cerita. Gambar seri akan sulit dipahami ketika berdiri sendiri-sendiri dan

belum diurutkan. Gambar seri akan memiliki makna setelah diurutkan

berdasarkan pola-pola tertentu atau sesuai dengan urutan sebuah cerita.

Gambar seri digunakan sebagai media dalam meningkatkan kemampuan

menulis paragraf.

Penggunaan media gambar dalam proses belajar mengajar dikatakan

menyalurkan pesan, karena ketidakjelasan konsep atau materi yang diajarkan

dapat dibantu dengan media gamabar sebagai perantara. Gambar atau foto

merupakan salah satu media pengajaran yang dikenal didalam setiap kegiatan

pembelajaran yang diproyeksikan melalui kegiatan pengamatan oleh alat

indera.

Baugh dalam Suliman mengemukakan tentang perbandingan peranan


tiap alat indera kita. Semua pengalaman belajar yang dimiliki
seseorang dapat dipresentasikan yaitu : 90 % diperoleh melalui indera
lihat, 5 % melalui indera dengar, dan 5 % melalui indera lain.
Pengalaman belajar manusia sebanyak 75 % diperoleh melalui indera
lihat, 15% melalui indera dengar dan selebihnya indera lain.38

37
Azhar Arsyad, Media Pembelajaran,(Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2011), h.27
38
Akip Efendi,”Hakikat Keterampilan Menulis”, dalam http://akipeffendy.blogspot.com di
unduh pada 26 Desember 2016
Bertolak dari yang dikemukakan oleh para ahli di atas mengenai

pengalaman belajar lebih banyak diperoleh melalui indera lihat, maka dalam

proses belajar mengajar diupayakan penggunaan media visual sebagai alat

bantu penyampaian materi pelajaran.

Dalam kriteria pemilihan media disinggung bahwa media digunakan

harus sesuai dengan taraf berfikir anak didik, adapun kriteria pemilihan

media gambar adalah sebagai berikut :

a. Media yang dipilih hendaknya selaras dan menunjang tujuan

pembelajaran yang telah ditetapkan. Masalah tujuan pembelajaran

merupakan komponen utama yang harus diperhatikan dalam memilih

media.

b. Aspek materi menjadi pertimbangan yang dianggap penting dalam

memilih media.

c. Kondisi audiens (siswa) dari segi subjek belajar menjadi perhatian serius

bagi guru dalam memilih media yang sesuai dengan kondisi anak.

d. Media yang dipilih seharusnya dapat menjelaskan apa yang akan

disampaikan kepada audiens (siswa) secara tepat.

e. Biaya yang akan dikeluarkan dalam pemanfaatan media harus seimbang

dengan hasil yang akan dicapai.

Mencermati uraian di atas, dapat dipahami bahwa dalam pelajaran

menulis di SD penggunaan media gambar seri dirasakan sangat tepat untuk

membantu siswa dalam kemampuan menulis. Kriteria tersebut merupakan


31

prinsip dasar dalam pemilihan suatu media gambar dalam hal ini yaitu media

gambar seri sebagai alat bantu pembelajaran.

Dengan melihat gambar, siswa dapat menarik isi kesimpulan dari

gambar tersebut, kemudian dapat menguraikan dalam bentuk tulisan. Oleh

sebab itu berkaitan dengan penggunaan media gambar, Purwanto dan Alim

mengemukakan bahwa “penggunaan media gambar untuk melatih anak

menentukan pokok pikiran yang mungkin akan menjadi sebuah karangan

dalam bentuk paragraf-paragraf.39 Dalam hal ini Tarigan juga

mengemukakan bahwa mengarang melalui gambar seri berarti melatih dan

mempertajam daya imajinasi siswa.40

Dari uraian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa penggunaan media

dalam pembelajaran khususnya media gambar seri akan sangat membantu

mempercepat pemahaman atau pengertian dari murid sebagai peserta didik

khususnya pada mata pelajaran Bahasa Indonesia dengan materi menulis

paragraf.

3. Hakekat Media Gambar Seri

Ditinjau dari semantiknya, gambar seri berasal dari gambar dan seri,

gambar berarti tiruan barang yang berupa orang, binatang, tumbuh-tumbuhan,

dan sebagainya. Sedangkan seri berarti rangkaian cerita yang berturut-turut.

39
Purwanto, Alim, Metodologi Pengajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar, (Jakarta:
Rosda Jaya Putra,1997), h. 63
40
Henry Guntur Tarigan, Menulis Sebagai, . h.210
Jadi gambar seri berarti gambar turut-turut. media gambar seri disebut juga

flow chart atau gambar susun.

Menurut Soeparno media ini terbuat dari kertas manila berukuran lebar

yang berisi beberapa gambar. Gambar tersebut berhubungan satu sama

lainnya sehingga merupakan rangkaian cerita/ peristiwa. Setiap gambar diberi

nomor urut sesuai dengan urutan-urutan ceritanya.41

Penampilan media gambar seri tentang serangkaian peristiwa yang

berturut-turut dapat diperindah dengan menggunakan alat bantu lain seperti

proyektor, dan dimodifikasi dengan menggunakan software tertentu sehingga

penyajiannya lebih menarik. Bentuk item diusahakan agar anak memperoleh

tanggapan yang tepat tentang obyek dalam gambar, misalnya gambar dalam

majalah, surat kabar, dan sebagainya.42

Gambar seri dapat memenuhi fungsinya sebagai media pembelajaran

untuk memotivasi dan membantu siswa menafsirkan dan mengingat isi

pelajaran khususnya bahasa Indonesia yang terkandung dalam rangkaian

gambar tersebut.

4. Kelebihan dan Kelemahan Media Gambar Seri

Media gambar atau media grafis terdiri atas gambar, bagan diagram,

grafik, poster, media dan komik. Diantara media grafis gambar adalah media

yang umum dipakai.Untuk lebih lanjutnya terdapat kelebihan dan juga

41
Soeparno, Media Komunikasi Pendidikan,(Jakarta: Intan Pariwara, 1998), h.18
42
Basyiruddin Usman, Asnawir, Media Pembelajaran. , h. 49
33

kekurangan dalam model pembelajaran tipe ini seperti halnya yang

dikemukakan oleh Imas Kurniasih dalam Soeparno yaitu:

a. Kelebiahan

1) Dapat menerjemahkan ide-ide abstrak kedalam bentuk yang lebih


nyata.
2) Banyak tersedia dalam buku-buku, majalah, koran, katalog, atau
kalender.
3) Gambar sangat mudah dipakai karena tidak membutuhkan
peralatan.
4) Gambar tidak relatif mahal.
5) Dapat digunakan semua tingkat pengajaran dan bidang studi.43

b. Kekurangan

1) Kadang-kadang terlalu kecil untuk dipertunjukan di kelas yang


besar.
2) Gambar mati adalah gambar dua dimensi. Untuk menujukan
dimensi yang ketiga (kedalam benda), harus di gunakan satu seri
gambar dari objek yang sama tetapi dari sisi yang berbeda.
3) Tidak dapat menujukan gerak.
4) Anak tidak selalu “membaca” (menginterprestasikan) gambar.44

Berdasarkan uraian di atas dapat di pahami bahwa dalam pembelajaran

media gambar seri terdapat beberapa kelebihan dan juga kelemahan agar

lebih memepermudah dalam memahami situasi ketika proses pembelajaran

berlangsung.

Adapun manfaat yang diperoleh dari media gambar seri dalam

hubungannya dengan kegiatan belajar mengajar adalah sebagai berikut:

a. Mudah dimanfaatkan dalam kegiatan belajar mengajar, karena


praktis tanpa memerlukan perlengkapan apa-apa.

43
Soeparno, Media Komunikasi. , h. 22
44
Ibid.
b. Harganya relatif lebih murah dari pada jenis-jenis media
pengajaran lainnya, dan cara memperolehnya mudah tanpa
memerlukan biaya, dengan memanfaatkan majalah, surat kabar dan
bahan-bahan grafis lainnya.
c. Gambar dapat dipergunakan dalam banyak hal, untuk berbagai
jenjang pengajaran dan berbagai disiplin ilmu. Mulai dari TK
hingga Perguruan Tinggi.
d. Dapat menerjemahkan konsep atau gagasan yang abstrak menjadi
lebih realistik.45

5. Cara Pemerolehan Gambar untuk Media Gambar Seri

Dizaman yang serba canggih ini banyak peralatan yang dapat

digunakan untuk memperoleh gambar cetakan. Dengan demikian guru akan

memperoleh kemudahan dalam mendapatkan gambar-gambar yang

diperlukan. Adapun peralatan yang dimaksud banyak ragamnya. Banyaknya

biaya yang diperlukan juga bervariasi, ada yang murah dan ada yang mahal,

ada sederhana dan tradisional dan ada pula yang mutahir. Pemilihan media

yang akan digunakan tergantung banyak faktor, termasuk diantaranya adalah

dana yang disediakan oleh tiap-tiap sekolah.

Sebagaimana Soeparno mengungkapkan pemerolehan gambar pada

media gambar seri dapat dilakukan dengan menggambar sendiri, mencari

gambar pada media cetak, dengan hasil pemotretan, dan aplikasi.46

Menggambar sendiri, cara ini dapat dilakukan apabila guru bahasa

yang bersangkutan memang memiliki bakat dan kemampuan dibidang

45
Nana Sudjana, Ahmad Rivai,Media Pengajaran,(Bandung: Sinar Baru Bandung, 1990),
h.71
46
Soeparno, Media Komunikasi. , h. 10
35

menggambar, atau setidak-tidaknya bisa membuat gambar yang dapat

dipahami maksudnya oleh siswa. Selain merupakan cara yang paling

sederhana untuk mengadakan gambar seri, mengambar sendiri pun

membutuhkan biaya yang relatif cukup murah. Dengan peralatan yang cukup

sederhana sudah tercipta sebuah media yang baik. Keuntungan yang lain

adalah bahwa gambar yang dibuat dapat disesuaikan dengan tema yang akan

dibahas dalam pengajaran menulis.

Mencari gambar pada media cetak, apabila guru yang bersangkutan

ternyata tidak memiliki keahlian menggambar, maka masih ada cara lain

untuk memperoleh gambar yaitu dengan cara mencari referensi dari media

cetak, misalnya majalah, koran, brosur, dan artikel-artikel yang didalamnya

terdapat gambar-gambar. Cara pemerolehan gambar ini sangat mudah, yaitu

tema yang akan diajarkan disiapkan lebih dahulu. Kemudian gambar yang

sesuai dengan tema diambil dengan cara mengguntingnya.

Media gambar seri hendaknya ditujukan untuk tujuan-tujuan penajaran

yang spesifik, yaitu dengan cara memilih gambar tertentu yang akan

mendukung penjelasan inti pelajaran atau pokok-pokok pelajaran. Tujuan

khusus tersebut yang mengarahkan minat siswa kepada pokok-pokok

pelajaran. Bila tujuan instruksional yang ingin dicapai adalah kemampuan

siswa dalam menulis atau membuat suatu paragraf sederhana, maka gambar-

gambar yang harus disediakan adalah serangkaian gambar berupa suatu

kegiatan atau peristiwa yang memperhatikan urutan – urutannya agar siswa


mampu menguraikan makna dan menuangkan ide dalam gambar tersebut.

6. Alasan Pemilihan Media Gambar Seri

Alasan Penulis memilih media gambar seri yaitu karena dengan

menggunakan media ini siswa akan mengembangkan daya imajinasinya dalam

menghayati gambar-gambar yang tersusun , karena sebelum menuangkan ide

dan gagasannya dalam sebuah paragraf siswa ikut merasakan alur gambar

yang tersedia.

Media ini dapat menarik siswa dalam mendalami gambar tersebut,

siswa akan turut merasakan runtutan peristiwa sebagaimana yang tersajikan

dalam gambar tersebut. Media ini menuntut keaktifan siswa untuk mencari

sumber, data-data atau referensi yang dibutuhkan sebelum siswa menuangkan

ide gagasannya dalam sebuah paragraf. Selain itu dalam pembelajaran yang

lebih mendalam siswa juga akan termotivasi untuk menciptakan sebuah

ilustrasi atau menciptakan gambar sendiri sesuai dengan peristiwa yang

diinginkan.

7. Langkah Pembelajaran Dengan Menggunakan Media Gambar Seri

Dalam proses pembelajaran media gambar seri siswa diberikan

kesempatan untuk berfikir secara nalar dan kreatif dalam menuangkan ide dan

gagasannya. Adapun langkah – langkah pembelajaran dengan menggunakan

media gambar seri menurut Basyiruddin Usman dan Asnawir dalam model

pembelajaran contoh dari kasus adalah sebagai berikut :


37

a. Langkah Pertama : Persiapan


Guru mempersiapkan gambar – gambar yang disesuaikan
dengan tujuan pembelajaran, penentuan tema dan topik paragraf yang
akan di buat oleh siswa.
b. Langkah Kedua : Publishing
Selanjutnya guru menempelkan gambar di papan tulis atau
ditayangkan melalui OHP (Proyektor).
c. Langkah Ketiga : Analisa Gambar
Kemudian guru memberi petunjuk dan memberi kesempatan
kepada siswa untuk memperhatikan atau menganalisis gambar yang di
tampilakan, dan menuliskan hasil analisanya secara individu atau
kelompok untuk dicatat dalam ketrtas.
d. Langkah Keempat : Berbagi
Melalui diskusi bersama, siswa diberi kesempatan untuk
meyampaikan hasil analisanya secara bergiliran.
e. Langkah Kelima : Penyampaian Tujuan dan Penugasan
Mulai dari komentar atau diskusi siswa, guru memulai
menjelaskan materi sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.
Selanjutnya guru meminta siswa membuat paragrafnya.47

Berdasarkan pendapat diatas, maka langkah – langkah Pembelajaran

dengan menggunakan media gambar seri menurut penulis adalah sebagai

berikut :

a. Guru memberikan pemahaman terlebih dahulu tentang menulis paragraf

sederhana.

b. Guru memberikan contoh gambar dalam ukuran besar yang kemudian di

tempel di papan tulis.

c. Guru mengajak siswa untuk memperhatikan gambar tersebut secara

bersama – sama dan dengan seksama

47
Basyiruddin Usman, Asnawir,Media Pembelajaran., h. 52
d. Guru menunjuk siswa secara bergiliran untuk menyampaikan apa saja

yang siswa lihat dalam gambar tersebut.

e. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mencatat hasil

analisanya dalam buku tulis.

f. Guru memberikan motivasi kepada siswa untuk aktif dalam merangkai

kata – kata dan mendiskusikannya dengan siswa lain.

g. Guru mengajarkan siswa untuk membuat kata – kata berdasarkan gambar

yang dilihatnya yang kemudian di satukan menjadi sebuah kalimat.

h. Siswa secara bersama – sama menyusun kalimat tersebut sehingga

menjadi sebuah paragraf berdasarkan gambar yang ada.

i. Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap

hasil pemecahan masalah yang telah mereka diskusikan.

C. Konsep Teori Mata Pelajaran Bahasa Indonesia

1. Pengertian pembelajaran bahasa Indonesia di SD

Pada dasarnya bahasa adalah alat yang digunakan oleh lebih dari satu

orang untuk berkomunikasi. Bahasa juga bisa dijadikan sebuah lambang pada

suatu negara untuk di akui oleh negara yang lainnya.

Sebagai alat komunikasi, bahasa dipakai untuk menghubungkan

perbedaan, persamaan serta berbagai peradaban dari zaman dahulu hingga


39

sekarang. Bahasa timbul dari kesewenang-wenangan suatu kelompok

masyarakat dimana mereka menyetujui akan bahasa yang timbul tersebut.48

Ada dua macam bahasa, yaitu bahasa lisan adalah bahasa yang kita

ucapkan dengan mulut atau lisan dan tulisan yaitu bahasa yang ditulis pada

sebuah media, seperti kertas, batu, dan lainnya. Kebanyakan masyarakat lebih

sering menggunakan bahasa lisan, karena sebagian dari mereka ada yang

tidak bisa membaca dan menulis.

Menurut Oka yang dikutip dalam buku karangan Masnur Muslich,


Bahasa Indonesia adalah mata pelajaran yang wajib yang diberikan
dari jenjang sekolah dasar sampai dengan perguruan tinggi. Hal itu
karena Bahasa Indonesia merupakan bahasa nasional sekaligus bahasa
negara di Indonesia.49

Berdasarkan pengertian di atas cukup jelas bahwa bahasa Indonesia

adalah pelajaran yang sangat penting bagi peserta didik mulai dari sekolah

dasar hingga perguruan tinggi bahkan tidak hanya itu, sekolah non formal

dan masyarakat di luar pendidikan pun harus bisa berbahasa Indonesia karena

melihat fungsi bahasa Indonesia itu sendiri.

Bahasa memiliki dua fungsi, yang terbagi ke dalam fungsi umum dan

fungsi khusus, fungsi umum terdiri dari sebagai alat untuk mengungkapkan

48
Aunurahman,Belajar Dan Pembelajaran,(Bandung: Alfabeta, 2012), h. 29
49
Masnur Muslich, Melaksanakan PTK itu Mudah, (Jakarta : Bumi Aksara , 2011), h.108
perasaan atau mengekspresikan diri, sebagai alat komunikasi, sebagai alat

berintegrasi dan beradaptasi sosial, serta sebagai alat kontrol sosial. 50

Adapun fungsi khusunya adalah mengadakan hubungan dalam

pergaulan sehari-hari, mewujudkan seni sastra, mempelajari bahasa-bahasa

kuno, dan mengeksploitasi iptek.51

Di dalam kedudukannya sebagai bahasa nasional, sebagaimana


diungkapkan oleh Mulyanto bahasa Indonesia berfungsi sebagai :
lambang kebanggaan nasional, lambang identitas nasional, alat
pemersatu berbagai masyarakat yang berbeda-beda latar belakang
sosial budaya dan bahasanya, dan alat perhubungan antar budaya dan
daerah.52

Dalam pelajaran bahasa Indonesia di SD, guru mengupayakan

membentuk kompetensi siswa mendengarkan atau menyimak, berbicara,

mambaca dan menulis sebagai 4 aspek bahasa yang saling berkaitan. Dalam

praktek pembelajaran, guru mengutamkan pada salah satu aspek saja,

sedangkan ketiga aspek yang lainnya sebagai pembelajaran terpadu. Menulis

merupakan sebuah proses kreatif menuangkan gagasan dalam bentuk bahasa

tulis. Hasil dari proses kreatif ini biasa disebut dengan istilah karangan atau

tulisan.

50
Sudirin, Bahasa Indonesia, . h. 19
51
Ibid
52
Mulyanto Widodo, Mata Kuliah Umum Bahasa Indonesia, (Bandar Lampung: Universitas
Lampung), h. 6-7
41

2. Kurikulum Pembelajaran Bahasa Indonesia di Kelas III SD

Pembelajaran Bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan

kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi dalam Bahasa Indonesia

dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun tertulis, serta

menumbuhkan apresiasi terhadap hasil karya kesastraan manusia Indonesia.

Selanjutnya, Standar Kompetensi mata pelajaran Bahasa Indonesia

merupakan kualifikasi kemampuan minimal siswa yang menggambarkan

penguasaan pengetahuan, keterampilan berbahasa, dan sikap positif terhadap

bahasa dan sastra indonesia. Standar kompetensi ini merupakan dasar bagi

peserta didik untuk memahami dan merespon situasi lokal, regional, nasional,

dan global.

Dengan standar kompetensi mata pelajaran Bahasa Indonesia dalam

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) diharapkan:

a. Siswa dapat mengembangkan potensinya sesuai dengan kemampuan,


kebutuhan, dan minatnya, serta dapat menumbuhkan penghargaan
terhadap hasil karya kesastraan dan hasil intelektual bangsa sendiri.
b. Guru dapat memusatkan perhatian kepada pengembangan
kompetensi bahasa siswa dengan menyediakan berbagai kegiatan
berbahasa dan sumber belajar.
c. Guru lebih mandiri dan leluasa dalam menentukan bahan ajar
kebahasaan dan kesastraan sesuai dengan kondisi lingkungan sekolah
dan kemampuan siswanya.
d. Orang tua dan masyarakat dapat secara aktif terlibat dalam pelaksanaan
program kebahasaan dan kesastraan disekolah.
e. Sekolah dapat menyusun program pendidikan tentang kebahasaan dan
kesastraan sesuai dengan keadaan siswa dan sumber belajar yang
tersedia.
f. Daerah dapat menentukan bahan dan sumber belajar kebahasaan dan
kesastraan sesuai dengan kondisi dan kekhasan daerah dengan tetap
memperhatikan kepentingan nasional.53

3. Tujuan Pelajaran Bahasa Indonesia

Secara rinci dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

Mata Pelajaran Bahasa Indonesia bertujuan agar siswa SD memiliki

kemampuan sebagai berikut:

a. Berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang berlaku,
baik secara lisan maupun tulis.
b. Menghargai dan bangga menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa
pemersatu dan bahasa negara.
c. Memahami bahasa Indonesia dan menggunakannya dengan tepat dan
kreatif untuk berbagai tujuan.
d. Menggunakan bahasa Indonesia untuk menigkatkan kemampuan
intelektual, serta kematangan emosional dan sosial.
e. Menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas wawasan,
memperluas budi pekerti, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan
berbahasa.
f. Menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai khazanah budaya
dan intelektual manusia Indonesia.54

4. Ruang Lingkup Pelajaran Bahasa Indonesia

Ruang lingkup pelajaran Bahasa Indonesia mencakup komponen

kemampuan berbahasa dan kemampuan bersastra yang meliputi aspek-aspek

sebagai berikut:

a. Keterampilan menyimak/mendengarkan
b. Keterampilan berbicara
c. Keterampilan membaca
d. Keterampilan menulis. 55

Depdiknas,Kurikulum 2007 Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah Mata Pelajaran


53

Bahasa Indonesia,(Jakarta: Dirjen Disdasmen Depdiknas)


54
Ibid,
43

5. Silabus pembelajaran Bahasa Indonesia kelas III SD Negeri 03


Tempuran

Silabus merupakan suatu rancangan pembelajaran yang berisi rencana

bahan ajar mata pelajaran tertentu pada jenjang dan kelas tertentu, sebagai

hasil dari seleksi, pengelompokan, pengurutan dan penyajian materi

kurikulum yang dipertimbangkan berdasarkan ciri dan kebutuhan daerah

setempat.

Silabus dalam penelitian tindakan kelas ini, maka peneliti mengambil

materi tentang “Menulis Paragraf” pada kelas III tahun pelajaran 2017/2018.

6. Materi Menulis Paragraf

Dalam penelitian ini, peneliti mengambil materi sebagai bahan ajar

guna melaksanakan proses pembelajaran dengan menggunakan media

gambar seri, yaitu tentang “Menulis Paragraf”

Menulis

Kamu diajak untuk menyusun paragraf dengan memperhatikan


penggunaan ejaan.
Menulis karangan itu sangat mudah. Apakah kamu pernah mencoba
membuat karangan ? karangan terdiri atas paragraf-paragraf. Dalam
paragraf itu sendiri, terdiri atas kalimat-kalimat yang terpadu.

1. Kalimat
Kalima adalah susunan dari beberapa kata yang menimbulkan
arti. Dalam wujud lisan, kalimat diiringi alunan titinada, dijeda
dan di akhiri oleh intonasi selesai. Dalam wujud tulisan, kalimat

55
Henry Guntur Tarigan, Menulis Sebagai Keterampilan Berbahasa,(Bandung:
Angkasa,2008, h.1
dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik (.),
tanda tanya (?), tanda seru (!). contoh:
Rini berangkat ke sekolah naik
sepeda. Rini berangkat ke sekolah
naik apa ? Cepat berangkakt !

2. Tanda Baca
a. Tanda titik (.)
Tanda titik (.) digunakan untuk mengakhiri kalimat.
Contoh: Rio pergi bermain
b. Tanda koma (,)
Tanda koma (,) digunakan untuk memisahkan unsur dari suatu
perincian, memisahkan nama orang dari gelar akademik yang
mengiringinya, memisahkan anak kalimat yang mendahului
induk kalimat, dan mengapit keterangan tambahan.
Contoh: Ibu pergi ke pasar membeli terong, kacang, dan ayam.
c. Huruf kapital
Huruf kapital digunakan untuk mengawali kalimat, nama kota,
hal-hal keagamaan, nama bangsa, suku dan bahasa.
Contoh: rini dan Rio pergi ke Bandung. Mereka mengunjungi
Rima, teman lamanya.

3. Kalimat Sederhana
Berdasarkan kelngkapannya, kalimat dibedakan menjadi dua
yaitu :
a. Kalimat sempurna
Kalimat sempurna adalah kalimat yang memiliki unsur pokok
subjek dan predika
Contoh: Rini bermain sepeda.
S P O
Andi rajin belajar
S P O
b. Kalimat tak Sempurna
Kalimat tak sempurna adalah kalimat yang tidak lengkap unsur
pokoknya.
Contoh: Rini selalu rajin.
Pergi!
45

4. Paragraf
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, paragraf adalah
bagian bab dalam suatu karangan yang mengandung satu ide
pokok dan dimulai penulisannya dengan garis baru atau alinea.
Contoh :
Asyiknya Bermain Layang-layang
Setiap pulang sekolah, aku selalu bermain layang-layang. Aku
bermain dengan teman-teman. Aku dan teman-teman biasanya
bermain layang-layang dilapangan dekat sawah. Aku sangat
senang bermain layang-layang. Layang-layang dapat diadu.
Anak-anak berlarian dan berebut layang-layang yang putus.56

MENYUSUN PARAGRAF
Paragraf adalah bagian bab di dalam suatu karangan yang
biasanya mengandung satu ide pokok. Penulisannya dimulai dengan
garis baru. Antara paragraf yang satu dengan yang lainnya harus saling
berhubungan. Isi paragraf tidak bolah melompat-lompat. Dengan
demikian, bacaan akan mudah dibaca. Setiap paragraf memiliki
pikiran pokok. Pikiran pokok adalah ide atau gagasan utama dalam
sebuah paragraf atau karangan.
Perhatikanlah contoh paragraf di bawah ini!
Aku dibelikan celengan berbentuk ayam jago oleh ayah. Setiap hari
aku mengisi celengan itu dengan sisa uang jajanku. Semakin hari
celenganku semakin berat. Kadang-kadang aku membawanya ketika
aku pergi tidur. Aku suka mengelus-ngelus celengan itu. Aku sangat
berterima kasih kepada ayah karena membelikanku benda yang
bermanfaat.
Pikiran pokok paragraf di atas adalah: Aku dibelikan celengen
berbentuk ayam jago oleh ayah.
Ayo Berlatih:
Buatlah tiga buah paragraf berdasarkan bahan berikut ini! Bahan
berikut merupakan pokok pikiran untuk setiap paragraf.
1. Paman pergi ke bengkel.
2. Bibi pergi ke pasar.
3. Bibi dan Paman pulang ke rumah.

56
Umri Nur Aini, Indriyani, Bahasa Indonesia untuk Sekolah Dasar Kelas III,(Jakarta: Pusat
Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional, 2008), h. 9-11
Menyusun paragraf dapat melatih kemampuan menulis
karangan. Semakin baik menyusun paragraf, karangan mu akan
semakin bagus dan mudah dibaca.57

D. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan bahwa hipotesis penelitiannya

adalah “Penggunaan Media Gambar Seri Dapat Meningkatkan Kemampuan

Menulis Paragraf Sederhana Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Bagi Siswa

Kelas III SD Negeri 03 Tempuran Tahun Pelajaran 2016/2017”

57
Yeti Nurhayati, Aku Bisa Bahasa Indonesia,(Jakarta: PT Leuser Cipta Pustaka, Departemen
Pendidikan Nasional, 2009), h. 39-40
45

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Variabel dan Definisi Operasional Variabel

Variabel merupakan suatu pengamatan yang dilakukan oleh peneliti

guna mendapatkan suatu informasi dari apa yang diteliti sehingga peneliti

mampu mengambil suatu kesimpulan berdasarkan informasi penelitian yang

didapatnya.

Variabel adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, objek atau

kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk

dipelajari dan ditarik kesimpulannya.58

Menurut Sumardi Suryabrata variabel adalah suatu definisi yang

didasarkan pada sifat-sifat hal yang didefinisikan yang dapat diamati

(diobservasi).59

Menurut Kidder menyatakan bahwa variabel adalah suatu kualitas

(qualities) dimana peneliti mempelajari dan menarik kesimpulan dari hasil

penelitian tersebut.60

Definisi operasional variabel adalah suatu definisi mengenai variabel

yang dirumuskan berdasarkan karakteristik-karakteristik variabel tersebut

58
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan R&D,
(Bandung:Alfabeta, 2011), h. 61.
59
Sumardi Suryabrata, Metodologi Penelitian, (Jakarta:PT RajaGrafindo Persada, 2008)
h. 29.
60
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung :
Alfabeta,2009) h.61.
46

yang dapat diamati.61

Berdasarkan pemaparan diatas dapat dipahami bahwa definisi

oprasional variabel adalah penjabaran lebih lanjut terhadap suatu objek

penelitian yang dilakukan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga dapat

diperoleh informasi mengenai sesuatu yang dijadikan objek penelitian

tersebut. Dalam penelitian ini variabel yang akan diteliti sebagai objek

tindakan yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Adapun penjelasannnya

adalah sebagai berikut:

1. Variabel Terikat (Dependent)

Variabel terikat adalah variabel yang menjadi akibat atau yang

dipengaruhi.62 Berdasarkan pengertian tersebut variabel terikat dalam

penelitian ini adalah peningkatan kemampuan menulis paragraf sederhana

mata pelajaran bahasa Indonesia khususnya kelas III SD N 3 Tempuran

Lampung Tengah, yang diperoleh dari hasil pembelajaran yang diberikan

guru setelah selesai mempelajari suatu kompetensi dasar atau materi

pokok bahasa Indonesia dengan indikator keberhasilan belajar materi

pembelajaran.

Kemampuan menulis paragraf bagi siswa kelas tiga berupa

kemampuannya untuk membuat suatu kalimat dan menyusunnya menjadi

sebuah paragraf dengan teliti dan dapat di ukur dengan nilai sesuai kriteria

aspek penulisan yang telah ditentukan hingga mencapai ketuntasan

minimum.
61
Saifudin Azwar, Metode Penelitian, (Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2010), h. 74
.
62
Ibid.,
47

Tabel 2
Indikator Pembelajaran Bahasa Indonesia kelas III

No Indikator Pembelajaran Bahasa Indonesia Kelas III


1 Membuat kalimat sesuai gambar ilustrasi
2 Mengurutkan gambar dan membuat paragraf
Memahami dan menulis kalimat dengan menggunakan ejaan
3
yang benar
4 Menyusun kalimat puisi secara berurutan
5 Menulis amanat puisi yang telah di tulis siswa

2. Variabel Bebas (Independent)

Variabel bebas merupakan suatu variabel yang variasinya dapat

mempengaruhi atau yang terjadi sebab timbulnya variabel lainnya (terikat). 63

Menurut Muh Kasiran variabel bebas yaitu variabel yang menjadi sebab atau

yang mempengaruhi variabel terikat.64

Berdasarkan pengertian tersebut variabel bebas dalam penelitian ini

adalah penggunaan Media Gambar Seri sebagai upaya untuk mencapai tujuan

pembelajaran yaitu sebagai salah satu penunjang keberhasilan siswa dalam

menulis paragraf sederhana pada mata pelajaran bahasa Indonesia kelas III.

Dengan karakteristik media gambar seri yaitu dapat menyampaiakan

pesan atau ide tertentu, memberi kesan kuat dan menarik perhatian,

63
Sugiyono, Metode Penelitian . , h. 68
64
Muh, Kasiran, Metodologi Penelitian kualitatif-kuantitatif, (Malang: UIN-Maliki),h. 254.
merangsang orang yang melihat untuk mengungkapkan tentang objek – objek

dalam gambar, dan ilustrasi sedikit sehingga mudah di pahami.

Adapun indikator media gambar seri sebagai berikut :

a. Media gambar seri dapat membantu guru dalam menyampaikan

pelajaran dan membantu siswa dalam belajar.

b. Media gambar seri dapat membantu siswa mengekspresikan nalar

kritisnya melalui daya ingat dan imajinasi dalam membuat suatu

kalimat.

c. Kronologis atau urutan kejadian peristiwa pada media gambar seri dapat

medmudahkan siswa untuk menuangkan idenya dalam kegiatan

bercerita.

d. Dengan media gambar seri secara bertahap siswa akan mampu membuat

sebuah paragraf dengan menyampaikan ide dan gagasan – gagasan dari

dalam diri siswa.

B. Setting Lokasi Penelitian

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dilaksanakan di SDN 3 Tempuran,

Jl. Proklamator No.13a Tempuran 12b Kecamatan Trimurjo Kabupaten Lampung

Tengah.
49

C. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas III SDN 3 Tempuran tahun

pelajaran 2017/2018 dengan jumlah siswa sebanyak 19 orang siswa. Terdiri dari

13 orang siswa laki-laki dan 6 orang siswa perempuan.

Dengan berbagai macam latar belakang, penelitian ini dilaksanakan

secara kolaboratif antara peneliti dengan guru kelas terkhusus pada mata

pelajaran Bahasa Indonesia.

D. Prosedur Penelitian

Penelitian ini termasuk ke dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK).


Kunandar dalam bukunya yang berjudul Langkah Mudah Penelitian Tindakan
Kelas Sebagai Pengembangan Profesi Guru mendefinisikan PTK atau
(Classroom Action Research) sebagai penelitian tindakan yang dilakukan dengan
tujuan untuk memperbaiki mutu praktik pembelajaaran di kelas. Tujuan utama
PTK adalah untuk memecahkan permasalahan nyata yang terjadi di kelas dan
meningkatkan kegiatan nyata guru dalam kegiatan pengembangan profesinya.65

Menurut Wina Sanjaya, PTK adalah proses berfikir yang sistematik.

Dengan demikian pelaksanaannya harus dirancang sedemikian rupa agar hasilnya

bermanfaat untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.66

Dari pendapat diatas penulis dapat kembangkan bahwa PTK merupakan

penelitian yang dilakukan oleh guru didalam kelasnya sendiri secara terencana

dengan tujuan untuk memperbaiki mutu pembelajaran dan meningkatkan kinerja

guru.

65
Kunandar, Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan Profesi
Guru, (Jakarta: Rajawali Pers, 2013), h.45.
66
Wina Sanjaya, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: Kencana, 2009), h.63.
Pada penelitian tindakan kelas ini direncanakan 2 siklus, tiap siklusnya

terdiri dari 3 kali pertemuan. Penelitian ini mengaplikasikan model yang

dikembangkan oleh Suharsimi Arikunto yang tiap siklusnya terdiri dari empat

kegiatan yaitu : perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi.

Adapun model yang dikembangkan oleh Suharsimi Arikunto tertera pada

gambar 3.1 berikut : 67

Gambar 1
Penelitian tindakan kelas oleh Suharsimi Arikunto

Perencanaan

Refleksi SIKLUS I Pelaksanaan

Pengamatan
Perencanaan

Refleksi SIKLUS II Pelaksanaan

Pengamatan
?

”Model yang dikembangkan oleh Suharsimi Arikunto”

67
Suharsimi Arikunto, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta : Rineka Cipta), h.16.
51

Seperti yang telah diuraikan di atas, bahwa penelitian ini dilakukan dalam

dua siklus dengan tahapan sebagai berikut :

Siklus I

a. Perencanaan Tindakan

Sebelum Peneliti melakukan tindakan terlebih dahulu Peneliti

merencanakan suatu hal yang akan dilakukan setelah mengetahui masalah

yang ada, maka Penulis merancang seluruh pembelajaran, yaitu dengan

menyusun desain pembelajaran, menyusun RPP, dan silabus, membuat

jadwal pertemuan, dan instrument.

Adapun tahap-tahap dalam perencanaan tindakan ini adalah sebagai

berikut :

1) Guru peneliti menetapkan satu kali pertemuan dengan waktu 70 menit.

Menetapkan materi yang akan disajikan yaitu menulis paragraf

sederhana.

2) Guru peneliti bersama mitra membuat scenario dan perangkat

pembelajaran berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan

menggunakan media gambar seri.

3) Guru membuat instrument penelitian berupa lembar pengamatan

kegiatan siswa dan lembar pengamatan kegiatan siswa dan lembar

pengamatan kegiatan guru.

4) Guru membuat perangkat evaluasi


b. Pelaksanaan Tindakan

1) Kegiatan Pendahuluan

a) Guru memberi salam dan berdo’a sebelum memulai pelajaran

b) Apersepsi dan motivasi, guru menanyakan materi yang dipelajari

minggu lalu dan membahas materi yang akan dipelajari

c) Menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.

2) Kegiatan

Inti

Eksplorasi

a) Guru meminta siswa untuk membuka buku pada halaman yang

sedang dipelajari.

b) Guru menjelaskan materi tentang menulis dan melengkapi paragraf

sederhana

c) Guru menempelkan contoh gambar seri di papan tulis dan meminta

siswa untuk mengamati gambar tersebut

d) Dengan gambar seri tersebut siswa mengidentifikasikan unsur-unsur

peristiwa yang terjadi

Elaborasi

a) Guru memberikan selembaran kertas yang berisi runtutan gambar

berupa gambar seri dengan tema tertentu kepada masing-masing

siswa.
53

b) Guru meminta siswa untuk menulis paragraf sesuai gambar yang

telah diidentifikasi oleh siswa dengan menggunakan kalimat yang

efektif.

c) Guru meminta beberapa siswa untuk menyampaikan hasil

paragrafnya di depan kelas, dan siswa yang lain menyimak

Konfirmasi

a) Guru bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui siswa.

b) Guru bersama siswa mengevaluasi hasil kerja siswa.

3) Penutup

Dalam kegiatan penutup:

a) Guru memberikan kesimpulan mengenai materi yang telah dipelajari.

b) Guru memberikan evaluasi berupa tugas individu.

c) Salam penutup.

c. Pengamatan (Observasi)

Tahap ini adalah mengamati hasil atau dampak dari tindakan-tindakan

siswa dalam belajar menulis paragraf sederhana menggunakan media gambar

seri.

Observasi dapat diartikan sebagai alat pengumpul data yang dilakukan

dengan cara mengamati dan mencatat secara sistematik gejala-gejala yang

terjadi.68

Dalam observasi ini diungkap segala peristiwa yang berhubungan


68
Cholid Narbuko, Abu Achmadi, Metodologi Penelitian, (Jakarta:Bumi Aksara), h. 70
dengan pengajaran maupun respons terhadap media pengajaran yang

digunakan, yaitu gambar seri. Pengamatan hasil belajar dapat diamati melalui

daftar nilai tugas post tes pada akhir siklus siswa kelas III SDN 3 Tempuran

Lampung Tengah. Tujuan dari pengamatan ini adalah untuk mengetahui

kemampuan siswa dalam menulis paragraf sederhana.

d. Refleksi

Refleksi merupakan kegiatan menganalisis, mengevaluasi, membuat

perbaikan berdasarkan pengamatan dan catatan lapangan. Refleksi bertujuan

untuk mengetahui tingkat keberhasilan dan tingkat kegagalan dalam

pembelajaran dengan menggunakan media gambar seri. Apabila sudah

mencapai target yang diinginkan maka siklus tindakan dapat berhenti, tetapi

jika belum maka siklus tindakan dilanjutkan ke siklus II dengan

memperbaiki tindakan.

Siklus II

Pelaksanaan siklus II berdasarkan hasil dari refleksi siklus I. Oleh

karenanya hasil observasi dijadikan bahan untuk refleksi dan hasil refleksi pada

siklus I akan dijadikan acuan perbaikan pembelajaran pada siklus II. Apabila

proses pembelajaran siklus I kurang memuaskan dimana antusias dan hasil

belajar masih kurang optimal maka siklus II harus dilaksanakan untuk

memperbaiki kelemahan-kelemahan yang terjadi pada siklus.


55

E. Teknik Pengumpulan Data

Data adalah informasi tentang sebuah gejala yang harus dicatat, lebih

tepatnya data tentu saja merupakan “rasion d’entre” seluruh proses pencatatan.69

Jenis data yang dikumpulkan adalah data kualitatif dan kuantitaif. Teknik

pengumpulan data yang digunakan yaitu :

1. Tes

Tes instrumen pengumpulan data digunakan untuk mengukur

kemampuan siswa dalam ranah kognitif, atau tingkat penguasaan materi

pembelajaran.

Menurut Nana Sudjana, Tes sebagai alat penelitian adalah


pertanyaan-pertanyaan yang diberikan kepada siswa untuk mendapat
jawaban dari siswa dalam bentuk lisan (tes lisan), dalam bentuk tulisan (tes
tulisan) atau dalam bentuk perbuatan (tes tindakan). Tes umumnya
digunakan untuk menilai dan mengukur hasil belajar kognitif berkenaan
dengan penguasaan bahan pengajaran sesuai dengan tujuan pendidikan dan
pengajaran.70

Tes dilakukan diawal siklus (pre test) guna mengetahui kemampuan

awal siswa dan diakhir siklus (post test) guna mengetahui peningkatan

kemampuan menulis siswa setelah diterapkannya media gambar seri dengan

standar hasil belajar sesuai dengan Kriteria Ketuntasan Minimal yaitu ≥ 70.

69
Ahmad Tanzeh, Metodologi Penelitian Praktis, (Yogyakarta: Teras), h. 79
70
Nana Sujana, Penilaian Hasil Belajar Mengajar, (Bandung: Remaja Rosdakarya), h.35
2. Observasi

“Observasi diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara

sistematik terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian”.71 Observasi

atau pengamatan sebagai alat penilaian banyak digunakan untuk mengukur

tingkah laku individu ataupun proses terjadinya suatu kegiatan yang dapat

diamati, baik dalam situasi yang sebenarnya atau situasi buatan. Observasi ini

di gunakan untuk mengetahui tingkah laku dan aktivitas siswa selama

pengajaran berlangsung,

Dengan kata lain, observasi dapat mengukur atau menilai proses

belajar, tingkah laku guru pada waktu mengajar, kegiatan kelompok siswa

dan partisipasi siswa dalam metode yang diterapkan.

3. Dokumentasi

Dokumentasi adalah metode yang digunakan untuk memperoleh

informasi dari sumber tertulis atau dokumen-dokumen baik berupa buku-

buku, majalah, peraturan-peraturan, notulen rapat, catatan harian dan

sebagainya.72 Dalam penelitian ini, dokumentasi menjadi hal penting utuk

menunjang dalam mendapatkan informasi tentang data sejarah berdirinya

SDN 3 Tempuran, lokasi, keadaan guru dan siswa serta saat berlangsungnya

proses pembelajaran.

Dokumentasi foto yang digunakan sebagai laporan yang berupa

71
Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), h. 158
72
Edi Kusnadi, Metodologi Penelitian Aplikasi Praktis,(Jakarta : Ramayana Press, 2005), h.
119.
57

gambar aktivitas siswa selama mengikuti pengajaran.

F. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian merupakan alat atau fasilitas yang digunakan peneliti

dalam mengumpulkan data yang diperlukan dalam penelitian. Instrumen

penelitian yang digunakan untuk pengumpulan data dalam penelitian tindakan

kelas ini yaitu instrumen tes dan nontes. Instrumen tes digunakan mengungkap

tingkat kemampuan menulis paragraf sederhana siswa. Sedangkan nontes

(lembar observasi, wawancara, dokumentasi, dan foto) digunakan untuk

mengungkap perubahan tingkah laku siswa selama pengajaran menulis paragraf

sederhana. Suharsimi Arikunto mengemukakan bahwa instrumen penelitian

adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam kegiatannya

mengumpulkan data agar kegiatan tersebut menjadi sistematis dan menjadi

mudah.73

Adapun Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut :

a. Kisi-kisi lembar observasi kegiatan pembelajaran

1) Kisi-kisi lembar observasi kegiatan guru

Lembar observasi kegiatan guru merupakan pedoman bagi peneliti

untuk mengamati hal-hal yang berkaitan dengan proses pembelajaran.

Dalam hal ini observer akan dinilai oleh wali kelas dengan cara

73
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Model Praktik, (Jakarta: Rineka Cipta,
2010), h. 101.
memberikan skor berdasarkan pengamatan. Kegiatan ini dilakukan untuk

mengetahui peningkatan kemampuan mengajar peneliti dalam

menerapkan media gambar seri.

Tabel 3
Tabel Kisi-kisi Lembar Observasi Kegiatan Pembelajaran
Bahasa Indonesia pada Siswa Kelas III SDN 3 Tempuran
dengan Penerapan Media Gambar Seri
No Aspek yang dinilai Skor
1. Kegiatan Awal
1.Mengondisikan siswa untuk belajar
2.Memberikan apersepsi untuk menggali pengetahuan
awal siswa
3. Memberikan motivasi
4. Menyampaikan tujuan pembelajaran sesuai indikator
2. Kegiatan Inti
5.Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan
kompetensi (tujuan) yang ingin di capai dengan
menggunakan penerapan media pembelajaran gambar
seri
6. Melaksanakanakan pembelajaran secara runtut
7. Menguasai kelas
8. Melaksanakan pembelajaran sesuai alokasi waktu
yang direncanakan.
9. Penguasaan materi pelajaran
10.Menggunakan media yang efektif dan efisien
11.Melibatkan siswa dalam pemanfaatan media
12.Menunjukkan sikap terbuka dan respon siswa
13.Memantau proses belajar siswa
3. Kegiatan Penutup
14. Melakukan refleksi atau membuat rangkuman
dengan melibatkan siswa
15. Melakukan refleksi atau membuat rangkuman
dengan melibatkan siswa
. 16..Melaksanakan tindak lanjut dengan memberikan
arahan, atau kegiatan atau tugas sebagai bagian
pengayaan.
Jumlah Skor
Nilai rata-rata
Predikat
59

Observer memberikan skor sesuai dengan kemampuan yang ditampilkan guru.


Adapun kriteria penskoran sebagai berikut :
80 – 100 (sangat baik)
70 – 79 (baik)
60 – 69 (cukup)
50 – 59 (kurang)74

Selanjutnya nilai dihitung dengan rumus:75

Skor Nilai = (X = ∑ x : n)

2) Kisi – kisi Lembar Observasi aktivitas siswa

Tabel 4
Tabel Kisi-kisi Lembar Observasi Aktivitas Siswa dalam Kegiatan
Pembelajaran Bahasa Indonesia pada Siswa Kelas III SDN 3
Tempuran dengan Menggunakan Media Gambar Seri

Aktivitas yang

Predikat
Jumlah
dinilai
Skor

Nilai
No. Nama Siswa
1 2 3 4 5

1.

2.

Jumlah

Presentase

Berilah tanda Check list (√) jika siswa yang bersangkutan aktif.

a) Indikator penilaian sebagai berikut :

1. Memperhatikan guru saat menerangkan.

2. Dapat menjawab atau bertanya kepada guru dengan rasa percaya diri

74
Muhibin Syah, Psikologi Pendidikan, (Bandung : Rosdakarya, 2013), h.151
75
Zainal Asril, Micro Teaching, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2012), h. 25.
3. Bertanggung jawab dalam melaksanakan tugas yang diberikan oleh

guru.

4. Berdiskusi dalam kelompok

5. Mempresentasikan hasil diskusi di depan kelas.

b) P % = (Presentase ketuntasan siswa)


P = F x 100%
N
Keterangan :
P = Presentase
F = Jumlah
N = Jumlah Siswa
c) Skor
5 = Memuaskan 3 = Baik 1 = Kurang
4 = Sangat Baik 2 = Cukup

b. Kisi-kisi lembar tes hasil belajar

Dalam penelitian ini digunakan tes untuk memperoleh data hasil

belajar siswa. Tes ini menggunakan butir soal atau instrumen untuk mengukur

hasil belajar siswa berdasarkan indikator dan kompetensi dasar yang

diterapkan. Adapun kisi-kisi soal dapat dilihat pada tabel 5 berikut:


61

Tabel 5
Kisi-kisi Soal pada Ranah Kognitif
Siklus I

Standar Kompetensi : Mengungkapkan pikiran, perasaan, dan informasi


dalam bentuk paragraf dan puisi
Kompetensi Dasar : Menyusun paragraf berbagai topik sederhana dengan
memperhatikan penggunaan ejaan

Soal Tingkat Kesukaran


NO Indikator Ranah
No
Mudah Sedang Sukar
1 Mengemukakan
kalimat sesuai isi C2 1, 8 
gambar ilustrasi
2 Menulis kalimat C3 2,10 
dengan
menggunkan C3 3,6 
ejaan yang benar
3 Mengurutkan C1 4,9 
gambar dan
membuat C1 5,7 
paragrafnya
Jumlah 10 2 4 4
Tabel 6
Kisi-kisi Soal pada Ranah Kognitif
Siklus II

Standar Kompetensi : Mengungkapkan pikiran, perasaan, dan informasi


dalam bentuk paragraf dan puisi
Kompetensi Dasar : Menulis Puisi Berdasarkan Gambar dengan Pilihan
Kata yang Menarik

Soal Tingkat Kesukaran


NO Indikator Ranah
No
Mudah Sedang Sukar
1 Menyusun
kalimat puisi
C3 1,9  
secara berurutan

2 Menulis amanat
puisi yang sudah C1 2,6 
ditulis oleh siswa
C1 3,7 
3 Mengubah puisi
C5 4,10  
yang sudah
ditulis ke dalam
C5 5,8 
bentuk prosa
Jumlah 10 2 5 3

c. Dokumentasi

Dokumentasi digunakan peneliti untuk memperoleh data tentang standar

kompetensi, kompetensi dasar, silabus yang digunakan dalam pembelajaran,

jumlah guru dan karyawan, jumlah peserta didik, profil sekolah, denah lokasi

serta data sarana dan prasarana sekolah.


63

G. Teknik Analisis Data

1. Data Kuantitatif

Analisis data kuantitatif dilakukan untuk menguji perbedaan dari hasil

postes dan penelitian. Analisis data ini dihitung dengan menggunakan rumus

statistik berikut ini :

a. Untuk menghitung nilai rata-rata, digunakan rumus :


∑K
X=
𝑁

Keterangan:
X = Nilai rata-rata kelas
∑x = Jumlah nilai tes siswa
N = Jumlah siswa yang mengikuti tes
b. Untuk menghitung presentase ketuntasan belajar, dapat diperoleh dengan

rumus:
∑X
P= × 100%
𝑛

Keterangan :
P = Presentase
𝑥̅ = nilai rata-rata kelas
n = jumlah peserta didik yang mengikuti tes
∑X = jumlah nilai tes peserta didik

2. Data kualitatif

Analisis kualitatif ini dilakukan untuk memperoleh data dari proses

pembelajaran melalui observasi. Hasil observasi ini dicatat secara rinci yang

akan dilaporkan dalam bentuk presentasi peningkatan kemampuan belajar


siswa dalam hal menulis paragraf sederhana. Untuk menghitung presentase

digunakan rumus :76

P =
f
x 100%
N

Keterangan :
P = persentase
f = jumlah siswa yang meningkat
N = jumlah siswa

H. Indikator Keberhasilan

Penelitian tindakan kelas ini dikatakan berhasil apabila pada setiap siklus

dalam kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan terjadi perubahan yang

ditunjukkan dengan adanya peningkatan kemampuan menulis paragraf sederhana

dengan indikator kenaikan nilai tes. Indikator keberhasilan dalam penelitian ini

adalah jika lebih dari 75% siswa mendapatkan nilai nilai lebih dari atau sama

dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditentukan oleh SDN 3

Tempuran. Adapun Kriteria ketuntasan Minimal (KKM) yang ditentukan oleh

SDN 3 Tempuran dalam mata pelajaran bahasa Indonesia kelas III yaitu jika

siswa mendapatkan nilai ≥ 70.

76
Anas Sudijono, Pengantar Statistik., h. 43.
143

Anda mungkin juga menyukai