Anda di halaman 1dari 30

1

LAPORAN KARYA TULIS ILMIAH

PENERAPAN METODE BERDONGENG UNTUK MENINGKATKAN HASIL


BELAJAR MENYIMAK CERITA RAKYAT PADA SISWA KELAS V
SD INPRES GALANGAN KAPAL I
MAKASSAR

Diusulkan untuk Mengikuti Simposium Guru dan Tenaga Kependidikan


Tingkat Nasional Tahun 2015

Oleh :

AMRUL BITYSI SYAJARI, S.Pd


40312489189003

SD INPRES GALANGAN KAPAL I


KELURAHAN KALUKU BODOA KECAMATAN TALLO
KOTA MAKASSAR
2
3

KATA PENGANTAR

Sebagai manifestasi penghambaan kepada Sang Khalik, sepantasnya setiap


saat penulis mengucapkan puji syukur pada_Nya. Tak terkecuali pada kesempatan
ini, dalam sebuah aktivitas pembelajaranyang penulis lakukan, sehingga penulis
dapat menyelasaikan lapaoran ini dengan baik. Tiada lain tentunya sebuah harapan
semoga apa yang penulis lakukan mendapat rahmat dan hidayah_Nya. Salawat dan
salam tercurahkan kepada Baginda Rasulullah Saw, selaku sosok pendidik yang
selalu mengajarkantentang kebajikan, semoga ajarannya dapat dijadikan refrensi
utama dalam setiap aktivitas kita.
Penulis bekerja keras dan menumpahkan segala kemampuan yang dimiliki
untuk menyelesaikan peenelitian ini. Namun, penulis sangat menyadari bahwa yang
penulis sajikan ini masih banyak kekurangan. Mengingat terbatasnya waktu yang
dimiliki oleh Penulis dalam kegiatan Penulisan ini. Oleh karena itu, dari lubuk hati
terdalam dan tulus, penulis mengharap saran serta kritik yang konstruktif guna
perbaikan penelitian tindakan kelas seperti ini di waktu yang akan datang.
Penulis menyadari bahwa setiap kita melangkah untuk mencapai tujuan,
hambatan dan rintanganpun tak terpisahkan darinya. Namun demikian berkat
rahmat dan petunjuk_Nya kemudian usaha yang keras dan do’a sehingga semua
dapat penulis jalanidan lewati dengan baik. Oleh karena itu sungguh patut
menyampaikan rasa terima kasih yang setinggi-tingginya disampaikan kepada Ibu
Kepala SD Inpres Galangan kapal I, Bapak Ibu Guru serta seluruh staf TU yang
telah banyak memberikan sumbangan selama pelaksanaan penelitian ini. Dan juga
para murid di sekolah ini, yang telah memberikan perhatian dan kerjasamanya
selama penulisan khususnya murid kelas V, keluarga penulis yang telah kehilangan
banyak perhatian selama melaksanakan penulisan.
Sembah sujud dan terima kasih yang tak terhingga dan teristimewa kepada
ayahanda dan ibunda atas segala pengorbanan, do’a, dan cinta yang diberikan
selama ini yang tak dapat penulis lukiskan. Serta kepada semua keluarga atas
segala bantuan dan motivasinya terkhusus kepada kakanda Rahmi Rahad atas
kesediaannya membantu selama proses penyelesaian laporan ini.
Akhirnya penulis memohon kepada Yang Maha Kuasa semoga yang telah
diberikan bernilai ibadah disisi_Nya.
4

Makassar, Oktober 2015

Penulis

Amrul bitysi Syajari, S. Pd


5

ABSTRAK

Amrul Bitysi Syajari, 2014 Penerapan Metode Berdongeng untuk Meningkatkan Hasil
Belajar Menyimak Pada Siswa Kelas V SD. Inpres Galangan Kapal I Makassar. Penelitian
ini merupakan penelitian tindakan kelas ( Classroom action research ) yang bertujuan
untuk meningkatkanhasil belajarmenyimak cerita rakyatpada siswa kelas V SD. Inpres
Galangan Kapal I. Data ini diperoleh melalui tes hasil belajar yaitu tes akhir.

Penelitian ini dilaksanakan dalam satu pekan sebanyak 3 kali pertemuan.Subyek penelitian
ini adalah siswa kelas V pada semester ganjil tahun pelajaran 2012- 2013 pada SD. Inpres
Galangan Kapal I Makassar.Data yang kemudian dianalisis diperoleh dianalisis dan hasil
analisis menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar menyimak cerita rakyatmelalui
penggunaan Metode Berdongeng pada siswa kelas V SD. Inpres Galangan Kapal I. Hal ini
dapat dilihat dari perbandingan skor rata – rata hasil belajar Bahasa Indonesia sebelum
menggunakan metode 61,77 dan berada pada kategori rendah kemudian setelah
penggunaan Metode Berdongeng skor rata - rata menjadi 81,61.
6

DAFTAR ISI

Halaman
Halaman Judul ………………………………………………….. i
Halaman Pernyataan..........…………………………………… ii
Halaman Pengesahan ……………………………………….... iii
Kata Pengantar........................................................................ iv
Abstrak.................................................................................... v
Daftar Isi ………………………………………………………… vi
Daftar Tabel............................................................................ vii
Daftar Foto.............................................................................. viii
Daftar Lampiran...................................................................... ix
BAB I PENDAHULUAN …………………………………. 1
A. Latar Belakang ………………………………. 1
B. Rumusan Masalah ………………………….. 3
C. Tujuan ...............,…………………………….. 4
D. Manfaat ................………………………….... 4
BAB II LANDASAN TEORI....……………………………. 5
A. Konsep / Teori yang Melandasi Karya Inovasi Pembelajaran 5
B. Rancangan Karya Inovasi Pembelajaran ….. 20
BAB III KARYA INOVASI PEMBELAJARAN……………. 24
A. Ide Dasar........ ………………………………... 24
B. Proses Penemuan / Pembaharuan ……….... 25
C. Aplikasi Praktis dalam Pembelajaran……….. 2
D. Data Hasil Aplikasi Inovasi Pembelajaran …. 25
E. Analisis Hasil Aplikasi Praktis Inovasi Pembelajaran 29
F. Desiminasi.............. ………………………….. 31
BAB IV PENUTUP......................................................…… 32
A. Simpulan...............…………………………….. 32
B. Saran.................. …………………………….. 39
BAB V SIMPULAN DAN SARAN.............................. …… 48
A. Kesimpulan.........……………………………….. 48
7

B. Saran..................... …………………………….. 49
Daftar Pustaka
Lampiran
8

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam menyajikan materi pembelajaran bahasa Indonesia seorang pendidik
dituntut memiliki standar keilmuan yang lebih komprehensif. Kompetensi dan kompetisi
kurikulum yang selalu berubah-ubah mengingatkan kepada seorang pendidik untuk tidak
berhenti membaca atau menggali kembali keilmuan yang telah dimiliki. (Nurdin, 2005:93)
Mengajar bukan hanya sekedar mentransfer kadar keilmuan kepada sang murid,
akan tetapi yang lebih penting adalah kemampuan siswa menyerap materi-materi yang
disajikan dalam setiap proses pembelajaran bahasa Indonesia. Pengembangan keterampilan
menyimak inilah merupakan titik nadir yang senantiasa dilatih dan mendapatkan perhatian
dari seorang pendidik agar tujuan akhir dari seluruh proses pembelajaran dapat
terwujudkan.
Menyimak, berbicara, membaca, dan menulis merupakan komponen yang
saling memiliki keterkaitan.Keterampilan menyimak mendahului keterampilan berbicara
dan keterampilan berbicara mendahului keterampilan membaca dan keterampilan
membaca mendahului keterampilan menulis.
Proses pendidikan yang baik adalah jika keempat komponen tersebut dapat
dijadikan acuan untuk dapat meningkatkan kemampuan menyimak. Menyimak, berbicara
dan membaca ketiganya merupakan sarana untuk menerima informasi dalam kegiatan
komunikasi, menyimak juga berhubungan dengan komunikasi lisan sedangkan membaca
berhubungan dengan komunikasi tulisan.
Dalam pengajaran bahasa Indonesia keterampilan berbahasa terbagi dalam
empat aspek yakni keterampilan menyimak, keterampilan berbicara, keterampilan
membaca dan keterampilan menulis. Di antara keempat aspek keterampilan berbahasa
yang menarik untuk dikaji adalah keterampilan menyimak
Keterampilan menyimak yang baik bagi siswa dapat menyerap informasi yang
aktual sehingga siswa berpengetahuan luas, dengan model dasar tersebut siswa tidak akan
memperoleh kendala yang berarti baik dalam menempuh pendidikan maupun dalam
masyarakat.
Peristiwa menyimak selalu diawali dengan mendengarkan bunyi bahasa, baik
secara langsung maupun melalui rekaman radio, televisi dan lain-lainya. Bunyi bahasa
9

yang ditangkap oleh telinga diidentifikasi bunyinya. Pengelompokanya menjadi suku kata,
frasa, klausa, kalimat dan wawancara. (Syamsuri, 2001:4)
Dalam sebuah penelitian yang dilakukan oleh Beery melaporkan bahwa korelasi-
korelasi intelegensi dan kemampuan menyimak berkisar antara 27 sampai 56 %. Hal
serupa juga dikuatkan penelitian yang dilakukan oleh Paul T dan E.Wilt bahwa jumlah
waktu yang dipergunakan anak-anak di sekolah dasar untuk menyimak kira-kira 1 sampai
2 jam sehari.
Demikian urgennya pembelajaran menyimak, maka seorang pendidik tidak
dibenarkan memiliki pemahaman bahwa kemampuan menyimak merupakan kemampuan
alamiah belaka. Sebab, kemampuan meningkatkan menyimak merupakan salah satu alasan
mengapa banyak siswa yang tidak paham terhadap materi yang dibawakan oleh gurunya,
indikator yang terdekat adalah mengajar guru dengan metode seremonial.
Kemampuan profesionalisme guru sangat dituntut dalam pembelajaran bahasa
indonesia, terutama yang menyangkut masalah menyimak pelajaran yang berhubungan
dengan kisah-kisah atau cerita, dari cerita-cerita tersebut, pada dasarnya mencoba untuk
mengambil hikmah atau keteladanan, selain itu dari cerita-cerita yang disimak siswa secara
berkala dapat menemukan apa judul dari kisah tersebut, isi dan pesan yang dapat
diwujudkan dalam kehidupan kepribadianya maupun di lingkungan sekolah dan rumah
tangga.
Jika proses ini diabaikan dan tidak menjadi prioritas pembelajaran menurut
klasifikasinya, pencapaian pembelajaran yang diharapkan oleh pendidik tidak akan
tercapai.
Berdasarkan uraian di atas, penulis terdorong untuk mengadakan penelitian
dengan judul “Penggunaan metode berdongeng untuk meningkatkanhasil belajar
menyimak cerita rakyat pada siswa kelas V SD Inpres Galangan Kapal I Makassar”.
Penulis memilih kelas V, dengan pertimbangan setiap jenjang dan tingkat pendidikan
memiliki hak yang sama untuk diteliti. Di samping itu penulis memilih masalah menyimak
sebagai judul karena masih sangat kurang solusi seperti ini dijadikan dalam sebuah
penelitian.
10

B. Rumusan Masalah
Dalam melakukan kegiatan, masalah merupakan hal yang sangat penting karena
masalah mengarah ke suatu kegiatan ini, maka dirumuskan permasalahan sebagai berikut,
”Bagaimanakah penggunaan metode berdongeng untuk meningkatkanhasilbelajar
menyimak cerita rakyat pada siswa kelas V SD Inpres Galangan Kapal I Makassar?”.

C. Tujuan
Kegiatan ini bertujuan meningkatkan hasil belajar siswa materi mengidentifikasi
cerita rakyat yang didengar melalui penggunaan berdongeng siswa kelas V SD Inpres
Galangan Kapal I Makassar.

D. Manfaat
kegiatan ini diharapkan dapat bermanfaat bagi siswa penulis maupun rekan
sejawat.Adapun manfaat dari kegiatan ini sebagai berikut :
1. Memberi sumbangan bagi guru Bahasa Indonesia untuk meningkatkan hasil belajar
siswa khususnya kelas V SD Inpres Galangan Kapal I Makassar;
2. Memberikan masukan kepada guru-guru baik itu guru kelas maupun guru bahasa dan
sastra Indonesia dalam menguasai materi pelajaran menyimak lebih menarik dan
interaktif sehingga siswa menerima pelajaran dengan mudah;
3. Sebagai bahan informasi dan masukan pengembangan pembelajaran Bahasa dan Sastra
Indonesia, dan
4. Memberikan informasi aktual tentang berhasil tidaknya pembelajaran menyimak di SD
Inpres Galangan Kapal I Makassar terutama dalam hal peningkatan mutu pendidikan.
Adapun manfaat lainnya adalah sebagai suatu kemampuan baru yang dapat bermanfaat
bagi siswa jika guru dapat melatih siswa untuk bisa berdongeng karna adanya lomba
Bercerita Tingkat Nasional yang diadakan oleh Perpustakaan Nasional.
11

BAB II
KAJIAN TEORI

A. Konsep / Teori yang Melandasi Karya Inovasi Belajar

1. Pengertian Menyimak
Menyimak termasuk unsur yang sangat penting dan mendasar dalam interaksi
belajar mengajar, sebab dengan menyimak anak didik dapat memahami yang diungkapkan
oleh pembicara. Menurut Russel dan Tarigan (1994: 28) “menyimak bermakna
mendengarkan dengan penuh pemahamam dan perhatian secara apresiasi.
Sedangkan menurut Achsin (1991:89) mengungkapkan pengertian menyimak
sebagai berikut : Menyimak adalah suatu rangkaian proses kognitif mulai dari proses
identifikasi tingkat fonologis, morfologis, sintaksis dan semantik sampai keterampilan
aktif alat panca indera, khususnya alat pendengaran.
Selanjutnya Tarigan (1994:28) mengemukakan pengertian menyimak sebagai
berikut :
“Menyimak adalah suatu proses kegiatan mendengarkan lambang-lambang lisan
dengan penuh perhatian, pemahaman, apresiasi dan interpretasi untuk
memperoleh informasi, menangkap isi atau pesan serta memahami makna
komunikasi yang telah disampaikan oleh pembicara melalui ujaran atau bahasa
lisan”

Berdasarkan pengertian di atas, dapatlah dikatakan bahwa menyimak adalah


mendengarkan dengan penuh pemahaman, perhatian, apresiasi serta interpretasi untuk
memperoleh informasi, menangkap isi pesan yang telah disampaikan oleh pembicara
melalui ujaran atau bahasa lisan.

2. Tahap-tahap Menyimak
Tarigan (1994:29) menyimpulkan ada sembilan tahap menyimak mulai dari yang
tidak berketentuan sampai pada yang amatbersungguh-sungguh. Kesembilan tahap itu
adalah sebagai berikut :
12

a). menyimak berkala, yang terjadi pada saat-saat sang anak merasakan keterlibatan
langsung dalam pembicaraan mengenai dirinya;
b). menyimak dengan perhatian dangkal, karena sering mendapat gangguan dengan
adanya selingan-selingan perhatian kepada hal-hal di luar pembicaraan;
c). setengah menyimak, karena terganggu oleh kegiatan menunggu kesempatan untuk
mengapresiasikan isi hati mengutarakan apa yang terpendam dalam hati sang anak;
d). menyimak serapan, karena sang anak keasyikan menyerap hal-hal kurang penting jadi
merupakan penyaringan pasif yang sesungguhnya;
e.) menyimak sekali-kali, menyimak sebentar-sebentar apa yang disimak memperhatikan
kata-kata sang pembicara menarik hatinya saja;
e). menyimak asosiatif, hanya mengingat pengalaman-pengalaman pribadi secara konstan
yang mengakibatkan sang penyimak benar-benar tidak memberikan reaksi terhadap
kesan yang di sampaikan pembicara;
f). menyimak dengan reaksi berkala terhadap pembicara dengan membuat komentar atau
pengajuan pertanyaan;
g). menyimak secara saksama, dengan sungguh-sungguh mengikuti jalan pikiran sang
pembicara, dan
h). menyimak secara aktif untuk mendapatkan dan menemukan pikiran pendapat, gagasan
sang pembicara.
Perbedaan tahap-tahap menyimak sebenarnya mencerminkan perbedaan taraf
keterlibatan seseorang terhadap isi pembicaraan yang disajikan sang pembicara.

3. Jenis-jenis Menyimak
Menyimak dapat pula didasarkan kepada cara penyimakan bahan simakan. Cara
menyimak isi bahan simakan mempengar kedalaman dan keluasan hasil simakan.
Berdasarkan cara penyimakan dikenal dua jenis menyimak yaitu:
a) Menyimak Ekstensif
Menyimak ekstensif adalah jenis kegiatan menyimak mengenai hal-hal yang
lebih umum, tidak perlu di bawah bimbingan langsung dari seorang guru.
Menyimak ekstensif memberi kesempatan dan kebebasan kepada para siswa
mendengar dan menyimak butir-butir kosa kata dalam struktur yang masih asing atau baru
baginya.Menyimak ekstensif meliputi menyimak sosial, menyimak sekunder, menyimak
estetik dan menyimak pasif.
13

b) Menyimak Intensif
Menyimak intensif lebih diarahkan pada kegiatan menyimak secara lebih bebas
dan lebih umum serta tidak perlu di bawah bimbingan langsung para guru, maka
menyimak intensif diarahkan pada suatu kegiatan yang jauh lebih diawasi, dikontrol
terhadap suatu hal tertentu. Menyimak intensif mencakup menyimak kritis, menyimak
konsentratif, menyimak kreatif, menyimak ekploratif, menyimak interogatif dan menyimak
selektif.

4. Proses Menyimak
Menyimak adalah suatu kegiatan yang merupakan suatu proses. Dalam tahap
menyimak pun terdapat tahap-tahap, antara lain:
a) Tahap mendengar; dalam tahap ini kita baru mendengar segala sesuatu yang
dikemukakan oleh pembicara dalam ujaran atas pembicaraannya. Jadi, kita masih
berada dalam tahap hearing
b) Tahap memahami; setelah kita mendengar maka ada keinginan bagi kita untuk
mengerti atau memahami dengan baik isi pembicaraan yang disampaikan oleh
pembicara. Kemudian, sampailah kita dalam tahap understanding.
c) Tahap menginterpretasi; penyimak yang baik, yang cermat dan teliti, belum puas kalau
hanya mendengar dan memahami isi ujaran sang pembicara, dia ingin menafsirkan
atau menginterpretasikan isi, butir-butir pendapat yang terdapat dan tersirat dalam
ujaran itu; dengan demikian, sang penyimak telah tiba pada tahap interpreting.
d) Tahap mengevaluasi; setelah memahami serta dapat menafsir atau
menginterpretasikan isi pembicaraan, penyimak pun mulailah menilai atau
mengevaluasi pendapat serta gagasan pembicara mengenai keunggulan danb
kelemahan serta kebaikan dan kekurangan pembicara; dengan demikian, sudah sampai
pada tahap evaluating.
e) Tahap menanggapi; tahap ini merupakan tahap terakhir dalam kegiatan menyimak.
Penyimak menyambut, mencamkan, dan menyerap serta menerima gagasan atau ide
yang dikemukakan oleh pembicara dalam ujaran atau pembicaraannya. Lalu,
penyimak pun sampailah pada tahap menanggapi (responding). (Sahria,2004)

5. Pengertian Metode
14

Beberapa pengertian metode dari pandangan para ahli


a) Koenjaningrat (Arsyam, 2002 : 10) menjelaskan bahwa metode berarti jalan atau
cara yang nantinya akan ditempuh guna lebih mendalami obyek studi.
b) Dr. Mulyanto Sumardi (Arsyam, 2002 : 11) menjelaskan bahwa metode adalah
suatu rancangan menyeluruh untuk menyajikan secara teratur bahan-bahan bahasa,
tidak ada bagian-bagiannya yang saling bertentangan dan semuanya berdasarkan
asumsi pendekatan-pendekatan bersifat alisiomatis dan metode bersifat prosiduril.
c) Slameto (Said, 2007 : 19) menjelaskan bahwa metode merupakan cara atau jalan
yang harus ditempuh untuk mencapai suatu tujuan tertentu, dalam belajar metode
digunakan dengan tujuan mendapatkan pengetahuan, kecakapan dan keterampilan.
Cara-cara yang dipakai itu akan jadi kebiasaan.
d) Nana Sudjana (Susanty, 2008 : 8) menjelaskan bahwa metode mengajar adalah cara
yang dipergunakan guru dalam menggunakan hubungan dengan siswa pada saat
berlangsungnya pengajaran.
Dari pandangan beberapa para ahli yang dikemukakan diatas dapat disimpulkan
bahwa Metode adalah cara yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang
telah disusun tercapai secara optimal. Ini berarti, metode digunakan untuk merealisasikan
strategi yang telah diterapkan.Dengan demikian, metode dalam rangkaian sistem
pembelajaran memegang peran yang sangat penting. Keberhasilan implementasi strategi
pembelajaran sangat tergantung pada cara guru menggunakan metode pembelajaran.
Karena suatu strategi pembelajaran hanya mungkin dapat diimplementasikan melalui
penggunaan metode pembelajaran.
Dalam dunia pendidikan, strategi diartikan sebagai a plan, method, or series of
activities designed to achieves a particular educational goal J.R. David, (Sanjaya, 2006 :
126). Jadi dengan demikian strategi pembelajaran dapat diartikan sebagai perencanaan
yang berisi rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.

7. Metode Berdongeng
a) Metode berdongeng
Metode mendongeng dapat digambarkan sebagai cara menceritakan sebuah
cerita dengan menggambarkan peristiwa yang sebenarnya maupun berupa fiksi dan
dapat disampaikan menggunakan gambar maupun suara.
15

 Pengertian Dongeng
Menurut Wikipedia Dongeng merupakan suatu kisah yang diangkat dari pemikiran
fiktif dan kisah nyata, menjadi suatu alur perjalanan hidup dengan pesan moral yang
mengandung makna hidup dan cara berinteraksi dengan makhluk lainnya. Dongeng juga
merupakan dunia hayalan dan imajinasi dari pemikiran seseorang yang kemudian
diceritakan secara turun-temurun dari generasi ke generasi. Terkadang kisah dongeng bisa
membawa pendengarnya terhanyut ke dalam dunia fantasi, tergantung cara penyampaian
dongeng tersebut dan pesan moral yang disampaikan. Sebuah cerita merupakan refleksi
kehidupan nyata, sehingga memiliki daya tarik tersendiri bagi pendengar dan pembacanya,
termasuk anak-anak.Alur dan tutur cerita memberikan sentuhan emosi yang luar biasa
dalam kesehariaan anak, sehingga cerita memberikan banyak manfaat bagi perkembangan
kepribadian anak.
Kata Dongeng berarti cerita rekaan/tidak nyata/fiksi, seperti: fabel (binatang dan
benda mati), sage (cerita petualangan), hikayat (cerita rakyat), legenda (asal usul), mythe
(dewa-dewi, peri, roh halus), ephos (cerita besar; Mahabharata, Ramayana, saur sepuh, tutr
tinular). Jadi kesimpulannya adalah “Dongeng adalah cerita, namun cerita belum tentu
dongeng”
Berdongeng menuntut si pendongeng untuk mengerahkan segala ekspresinys, baik
melalui suara, gerak tubuh, maupun alat peraga berupa gambar atau boneka.Akibatnya
membuat anak tanpa sadar belajar berekspresi.Strategi pembelajaran melalui dongeng
menekankan pada kreativitas seni penyaji dalam menyampaikan pesan –pesan pendidikan.

 Cara Menyampaikan Pesan Melalui Dongeng


Mendongeng yang baik adalah memberikan dongengan dengan memperhatikan
kandungan pesan yang akan disampaikan serta mampu menyampaikan pesan yang
dikandung dalam dongeng tersebut tanpa membuat anak kebingungan. Beberapa teknik
memberikan muatan/pesan moral pada dongeng kita :
1. Pesan moral cukup diselipkan dalam dongeng yang kita bawakan, bisa di awal cerita,
ditengah cerita atau di akhir cerita.
2. Dongeng yang kita bawakan memang sudah bernafaskan nilai-nilai keagamaan
misalnya kisah Nabi/Rasul, kisah sahabat nabi dan sebagainya.
16

3. Pesan moral itu kita tonjolkan melalui dialog para tokoh dalam cerita (usahakan dialog
yang kita bawakan benar-benar hidup dengan membedakan suara karakter tokoh yang
ada, juga intonasi yang baik)
4. Pesan moral dalam bentuk kesimpulan yang kita ambil sendiri.
5. Pesan moral dapat diambil dengan mengajak anak-anak menyimpulkan nilai-nilai /
pesan moral apa saja dari dongeng yang telah selesai kita bawakan.
Agar cerita atau dongeng yang dismpaikan dapat dicerna dan diserap anak, maka
sebaiknya tema-tema yang diangkat adalah tema-tema yang berkaitan erat dengan
kehidupan anak-anak atau yang disukai oleh anak-anak. Misalnya tema tentang : (1)
kehidupan anak dalam keluarga, sekolah atau masyarakat, (2) binatang, seperti binatang
ternak, binatang hidup di air, dll, (3) tanaman, seperti aneka bunga, tanaman pertanian, dll,
(4) peristiwa dalam masyarakat, seperti pasar malam, musim panen, idul fitri, dll, (5)
profesi masyarakat, seperti polisi, petani, nelayan, dll, dan (6) tema-tema lain yang sesuai
dengan situasi dan kondisi.

 Teknik –Teknik Mendongeng


Menurut Moeslichatoen (2004), terdapat beberapa macam teknik yang dapat
digunakan mendongeng:

a) Membaca langsung dari buku


Teknik ini sangat efektif apabila konselor memiliki buku dongeng yang
menarik dan cocok untuk dibacakan kepasa anak. Indicator bahwa dongeng dapat
dipahami anak antara lain pesan-pesan yang disampaikan dapat ditangkap anak, anak
memahami perbuatan itu salah benar, serta kejadian yang didongengkan mengisahkan
sesuatu yang lucu atau menarik.

b) Mendongeng dengan menggunakan ilustrasi dari gambar


Teknik ini efektif bila dongeng yang disampaikan disuguhkan ilustrasi gambar
dari buku yang dapat menarik perhatian anak.Menceritakan dongeng tanpa ilustrasai
gambar dimaksudkan untuk memperjelas pesan-pesan yang dituturkan serta mengikat
perhatian anak pada alur cerita.
17

c) Menceritakan dongeng secara langsung


Merupakan cara tradisional untuk menceritakan suatu kisah lama

d) Mendongeng dengan menggunakan papan flannel


Konselor dapat menggunakan papan flannel dengan melapisi seluas papan
dengan kain flannel yang berwarna netral. Gambar tokoh-tokoh yang mewakili
perwatakan dalam dongeng digunting polanya pada kertas yang belakangnya dilapisi
dengan sesuatu yang bisa digunakan untuk menmpelkan kertas pada papan

e) Mendongeng dengan menggunakan media boneka


Metode ini biasanya tergantung pada usia dan pengalaman anak

 Dramatisasi Suatu Dongeng


Konselor dalam mendongeng memainkan perwatakan tokoh –tokoh dalam suatu
dongeng yang disukai anak –anak dan merupakan daya tarik yang bersifat ubniversal.

 Manfaat dongeng bagi anak –anak


a) Anak dapat mengasah daya pikir dan imajinasinya,Anak dapat membentuk
visualisasinya sendiri dari cerita yang didengarkan. Ia dapat membayangkan seperti
apa tokoh-tokoh maupun situasi yang muncul dari dongeng tersebut. Lama-kelamaan
anak dapat melatih kreativitas dengan cara ini.
b) Melatih daya konsentrasi,
c) Menambah perbendaharaan kata,
d) Menciptakan suasana yang akrab antara guru dan murid
e) Melatih daya tangkap,
f) Mengembangkan aspek kognitif, afektif adan konatif anak
g) Mengembangkan kemampuan berbicara anak
h) Media terapi bagi anak-anak bermasalah
i) Mengembangkan perasaan sosial dan daya sosialisasi anak,
j) Mengembangkan emosi anak,
k) Berlatih mendengarkan,
l) Mengenal nilai-nilai yang positif dan negatif,
18

m) Menambah pengetahuan
Cerita atau dongeng merupakan media yang efektif untuk menanamkan
berbagai nilai dan etika kepada anak, bahkan untuk menumbuhkan rasa
empati.Misalnya nilai-nilai kejujuran, rendah hati, kesetiakawanan, kerja keras,
maupun tentang berbagai kebiasaan sehari-hari seprti pentingnya makan sayur dan
menggosok gigi.Anak juga diharapkan dapat lebih mudah menyerap berbagai nilai
dengan tidak bersikap memerintah atau menggurui, sebaliknya para tokoh cerita dalam
dongeng tersebutlah yang diharapkan menjadi contoh atau teladan bagi anak.
n) Menumbuhkan minat baca anak
Merupakan cara paling baik untuk mendidik tanpa kekerasan, menanamkan
nilai moral dan etika juga kebenaran, serta melatih kedisiplinan. Bercerita atau
mendongeng merupakan cara yang efektif untuk memberikan sentuhan manusiawi
(human touch) dan menumbuhkan sportivitas anak-anak lebih bisa memahami hal
yang perlu ditiru dan yang tidak boleh ditiru melalui cerita yang kita ungkapkan. Hal
ini akan membantu mereka dalam mengidentifikasikan diri dengan lingkungan sekitar,
serta memudahkan mereka menilai dan memposisikan diri di tengah-tengah orang
lain.

 Persiapan-persiapan yang diperlukan ketika mendongeng


Sebelum bercerita, konselor harus memahami terlebih dahulu tentang cerita apa
yang hendak disampaikannya, tentu saja disesuaikan dengan karakteristik anak-ana. Agar
dapat bercerita dengan tepat, pendidik harus mempertimbangkan materi ceritanya.
Pemilihan cerita antara lain ditentukan oleh :
 Rancangan Karya Inovasi Pembelajaran
Metode pembelajaran ini sengaja dirancang tujuannya untuk lebih meningkatkan
kemampuan menyimak siswa pada cerita rakyat dengan metode berdongeng karna metode
mendongeng lebih menarik perhatian anak-anak peserta didik pada cerita rakyat Metode
mendongeng dapat digambarkan sebagai cara menceritakan sebuah cerita dengan
menggambarkan peristiwa yang sebenarnya maupun berupa fiksi dan dapat disampaikan
menggunakan gambar maupun suara.Tentu metode ini lebih baik jika dibandingkan cara
membaca yang biasa saja.
19

BAB III
KARYA INOVASI PEMBELAJARAN

A. Ide Dasar
Ide ini muncul ketika melihat salah satu bintang tamu dilomba Bercerita tingkat
Kota Makassar membawakan sebuah dongeng yang cara pembawannya sangat bagus
sehingga seluruh penonton menyimak dongeng tersebut dengan seksama dan penuh
penghayatanitu dibuktikan pada saat MC dari lomba tersebut bertanya kepenonton
mengenai isi dari cerita tersebut hampir seluruh penonton mampu menjawab pertanyaan
MC tersebut.Sehingga saya berfikir untuk menggunakan cara tersebut menjadi metode
dalam meningkatkan kemampuan menyimak tapi cerita yang saya gunakan adalah cerita
rakyat.

B. Proses Penemuan/Pembaharuan
Metode berdongeng ini terispirasi dari gaya berdongeng salah satu bintang tamu
sekaligus juri diajang Lomba Bercerita tingkat Kota Makassar.Saya sangat tertarik
mempelajari cara-cara berdongeng tersebutuntuk penulis coba terapkan di kelas V dengan
materi mengidentikasi cerita rakyat yang didengar.

C. Aplikasi Praktis dalam Pembelajaran


Metode berdongeng ini mulai penulis coba terapkan pada siswa kelas V SD Inp
Galangan Kapal IV Makassar semester ganjil tahun ajaran 2014/2015 pada materi
mengidentifikasi cerita rakyat yang didengar adapun tahapan-tahapanya sebagai berikut:.
Tahapan-tahapan persiapan yaitu:
1) Guru mencari cerita rakyat yang akan disajikan
2) Guru lalu mempelajari teknik-teknik cara membawakan dengan menggunakan
metode berdongeng
3) Cerita yang akan dibawakan akan lebih menarik jika menggunakan bantuan alat
peraga yang mendukung cerita tersebut seperti : songkok,tongkat,sapu,sarung dan lain
lain
Tahapan-tahapan pelaksanaan yaitu:
1. Peserta didik dibagi menjadi beberapa kelompok
20

2. Setiap kelompok mendefinisikan masing masing pendapatnya mengenai unsur unsur


yang ada dalam sebuah cerita seperti : tema,alur,tokoh,watak,latar dan amanat.
3. Guru lalu menceritakan sebuah cerita rakyat dengan metode berdongeng dengan alat
peraga yang telah guru persiaokan sebelumnya siswa lalu dipersilahkan menyimak
cerita tersebut.
4. Seluruh kelompok mendengarkan cerita rakyat yang disajikan oleh guru
5. Setian kelompok mempresentasikandidepan kelas hasil simakan.
6. Kelompok lain memberikantanggapan

D. Data Hasil Aplikasi Praktis inovasi Pembelajaran

Pada pertemuan pertama, pembelajaran diawali dengan memberikan penjelasan


mengenai menyimak cerita rakyat yang akan diajarkan. Setelah itu, siswa diberikan materi
awal yaitu dengan menyimak cerita rakyat yang dibacakan oleh penulis. Penulis
membacakan cerita rakyat tersebut sebanyak dua kali dengan cara membaca biasa lalu
memberikan pertanyaan-pertanyaan seputar cerita rakyat yang telah didengar kepada
seluruh siswa.
Dalam memberikan pertanyaan-pertanyaan hasil menyimak yang diceritakan oleh
penulis, beberapa dari siswa sudah mengetahui isi ,pesan, tokoh, tempat kejadian, tokoh
dan tema dari cerita rakyat yang dibacakan. Tetapi masih ada sekitar 45% yang belum
memahami maksud isi ,pesan, tokoh, tempat kejadian, sifat tokoh dan tema dari cerita
rakyat tersebut. diakhir pertemuan, penulis menegaskan untuk lebih menarik dalam
kemampuan menyimak, penulis memberikan bekal kepada siswa cara menyimak yang baik
dan benar serta berinovasi dengan memakai metode berdongeng yang sudah dpersiapkan
sebelumnya agar siswa lebih tertarik pada pertemuan berikutnya.
Pada pertemuan kedua proses diawali dengan menanyakan kepada siswa bagian –
bagian yang sulit dari menyimak cerita rakyat. Selanjutnya guru memberikan penjelasan
atau cara-cara menyimak cerita rakyat dengan penuh konsentrasi pada cerita tersebut.
Setelah memberikan penjelasan, peneliti memberikan aturan-aturan di dalam kelas. Aturan
-aturan yang dimaksud adalah siswa tidak boleh keluar ruangan ketika sedang menyimak
cerita rakyat melalui metode berdongeng sehingga konsentrasi teman-temannya tidak
terganggu, agar lebih menarik guru membawakan cerita tersebut dengan alat peraga
21

pendukung cerita sehingga terlihat nyata serta berkarakter sesuai dengan tokoh-tokoh yang
ada dalam cerita, peneliti memberikan pertanyaan seputar cerita rakyat yang didengar.
Selanjutnya penulis memberikan LKS yang berkaitan dengan cerita rakyat tersebut.
Setelah mengerjakan LKS penulis menunjuk salah seorang siswa menjawab pertanyaan
dari LKS tersebut. Di akhir pertemuan penulis menegaskan kembali hal-hal penting yang
berhubungan dengan materi pelajaran menyimak.
Pada pertemuan pertama ini merupakan pertemuan awal dengan menyimak
menggunakan metode berdongeng. Di awal pertemuan tersebut siswa terlihat bersemangat
menyimak cerita rakyat yang disajikan oleh guru ini terbukti ketika guru bertanya secara
lisan mengenai isicerita siswa begitu antusias menjawab pertanyaan bahkan siswa yang
biasanya kurang aktif juga ikut menjawab padahal ertemuan ini merupakan tahap
pengenalan dan penyesuaian kepada siswa terhadap penggunaan metode berdongeng yang
diterapkan. Pada pertemuan selanjutnya guru masih penggunaan metode berdongeng dan
cerita rakyat yang diambil adalah cerita rakyat dari daerah asal mereka yakni Sulawesi
Selatan ini bertujuan untuk lebih mendekatkan siswa pada cerita-cerita rakyat dari
daerahnya.
Kemampuan menyimak pada dasarnya sudah biasa dilakukan oleh penulis pada
pelajaran bahasa Indonesia sebelumnya. Akan tetapi guru yang membacakan langsung
secara konvensional kepada siswa cerita-cerita rakyat yang terdapat pada buku
panduan.Karena itu siswa merasa jenuh dengan hanya mendengarkan langsung dari guru
tersebut tanpa adanya inovasi sehingga banyak siswa yang tidak menyimak cerita dan pada
akhirnya kurangnya siswa yang mengetahui isi dari cerita tersebut.Merujuk pada hal ini
guru kemudian berinovasi dengan penggunaan metode berdongengsiswa lebih tertarik
dalam menyimak cerita-cerita rakyat yang didengarnya. Pada pertemuan ini siswa merasa
senang mengikuti pelajaran bahasa Indonesia bahkan siswa masih ingin mendengarkan
cerita rakyat yang lai
22

Berikut data hasilaplikasi inovasi pembelajaran sebelum penggunaan


metode dan setelah penggunaan metode.
DATA AWAL SEBELUM PENGGUNAAN METODE

No Skor
Skor YangDiperoleh
Nomor Soal
1 2 3 4 5 6 7 8
100
Bobot Soal 10 10 10 10 10 10 20 20
Nama Siswa
1 Ridwan 10 5 10 5 5 5 10 0 55
2 Suparmin 10 10 5 5 5 5 5 5 50
3 Ali Akbar 10 - 10 10 5 10 15 5 65
4 Arham Fajar Arifin 10 10 10 - 10 10 20 20 60
5 Ismail Bakri 10 - 5 0 5 5 5 0 30
6 M.alif Rifki 5 10 10 0 5 10 10 0 50
7 M.Q.Dwi Rangga 10 10 10 5 10 10 20 10 85
8 Ramadhan Wendes 5 10 - 5 5 10 15 0 60
9 Riky Syamsuddin 10 10 10 5 5 0 20 10 70
10 Takbir Aco 5 5 10 10 10 0 10 0 50
11 M.Rifai A 5 5 10 0 0 10 10 5 45
12 M.Armin Amin 10 10 10 0 10 10 20 20 90
13 M.Gunawan 10 5 0 10 10 0 10 10 55
14 M.Arsyam Ramadhan 10 5 10 0 10 10 10 - 55
15 Hildayanti 5 5 10 0 5 10 10 10 55
16 Evi Afrida 10 0 10 5 5 10 15 0 55
17 Indriyani 5 0 10 10 10 10 20 10 65
18 Mulia S 10 5 0 5 5 10 10 0 45
19 Harbia 5 - 10 0 10 10 0 - 35
20 Nuranita 10 10 10 5 10 10 20 10 65
21 Nurfadillah Sangkala 5 - 10 10 0 10 10 20 65
22 Daniah 10 0 10 10 10 10 20 20 60
23 Nurwahyuni 5 10 5 5 10 10 15 0 70
24 Nuryasmin Savitri 5 10 10 10 10 10 20 0 85
25 Surya Prihatiningsih 10 5 5 5 10 10 10 10 50
26 Irmawati 5 10 5 10 10 10 15 0 65
27 Isya Bella 10 15 10 5 10 15 20 10 75
28 Eka Nurkhafifah 10 10 10 5 10 10 20 20 80
29 Indah Putri Lestari 10 10 10 5 10 10 20 10 80
30 Rismayanti Dewi 10 - 10 10 10 10 10 0 80
31 Nurlina 5 10 5 10 10 10 15 - 65
1915
Jumlah rata-rata
61,77
23

DATA HASIL TES SETELAH PENGGUNAAN


METODE BERDONGENG

No Skor
Skor YangDiperoleh
Nomor Soal
1 2 3 4 5 6 7 8
100
Bobot Soal 10 10 10 10 10 10 20 20
Nama Siswa
1 Ridwan 10 10 10 10 10 10 10 5 75
2 Suparmin 10 10 10 10 10 10 5 5 70
3 Ali Akbar 10 10 10 10 10 10 10 10 80
4 Arham Fajar Arifin 10 10 10 10 10 10 20 15 95
5 Ismail Bakri 10 10 10 10 10 10 0 15 75
6 M.alif Rifki 10 10 10 10 10 10 10 10 80
7 M.Q.Dwi Rangga 10 10 10 10 10 10 20 20 100
8 Ramadhan Wendes 10 10 10 5 10 10 5 - 60
9 Riky Syamsuddin 10 10 10 10 10 10 20 5 85
10 Takbir Aco 10 5 10 10 10 10 10 10 75
11 M.Rifai A 10 10 10 10 10 5 10 10 75
12 M.Armin Amin 10 10 10 10 10 10 20 20 100
13 M.Gunawan 10 5 10 5 10 10 20 5 75
14 M.Arsyam Ramadhan 10 10 10 5 10 10 15 0 70
15 Hildayanti 10 10 10 0 10 10 15 5 70
16 Evi Afrida 10 10 10 5 5 10 15 10 75
17 Indriyani 10 10 0 5 10 5 20 10 70
18 Mulia S 10 10 10 5 10 10 10 5 70
19 Harbia 10 5 10 10 10 10 - 5 60
20 Nuranita 10 10 10 10 10 10 20 20 100
21 Nurfadillah Sangkala 10 10 10 10 10 10 10 20 90
22 Daniah 10 10 10 10 10 10 20 20 100
23 Nurwahyuni 10 10 10 10 10 10 20 20 100
24 Nuryasmin Savitri 10 10 5 10 10 10 20 10 85
25 Surya Prihatiningsih 10 10 5 10 10 10 20 20 95
26 Irmawati 10 10 10 10 10 10 10 10 80
27 Isya Bella 10 10 10 5 10 10 - 10 65
28 Eka Nurkhafifah 10 10 10 10 10 10 20 20 100
29 Indah Putri Lestari 10 10 10 10 10 10 20 20 100
30 Rismayanti Dewi 10 - 10 10 10 10 20 10 80
31 Nurlina 10 10 5 10 10 10 5 10 75
2530
Jumlah rata-rata
81,61
24

E. Analisis Hasil Aplikasi Praktis Inovasi Pembelajaran

Berdasarkan data hasil evaluasi dengan menggunakan metode berdongeng dapat


disimpulkan sebagai berikut:
1. Hasil belajar menyimak cerita rakyat dIkelas V SD Inpres Galangan Kapal I
Makassar ketika masih menggunakan cara membaca biasa hasilnya masih rendah
namun setelah mengadakan proses pembelajaran melalui metode berdongeng
berada pada rata-rata tinggi. Hal ini terlihat pada skor rata-rata yang diperoleh
seluruh siswa pada pertemuan terakhir adalah 81,61.
2.Dari segi perbandingan peningkatan hasil belajar siswa kelas V SD Inpres
Galangan kapal I Makassar, pada saat masih menggunakan cara membaca
biasa hasil belajar siswa rata–rata 61,77 dan setelah penggunaan metode
berdongenghasi belajar siswa rata–rata 81,61ini membuktikan bahwa
penggunaan metodeberdongeng dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas
V mengidentifikasi cerita rakyat yang didengar.

Grafik persentase peningkatan hasil belajar menyimak pada pertemuan terakhir

90
81,61
80

70
61,77
60

50

40 DATA AWAL

30

20
MENGGUNAKAN
10 METODE

0
MENGGUNAKAN METODE DATA AWAL

Bagan perbandingan hasil belajar siswa


25

F. Desiminasi

Setelah metode ini berhasil diterapkan didalam kelas guru mulai


menerapkannyapada rekan sejawat di sekolah yang sama dan ternyata hasilnya sama
terjadi peningkatan yang signifikan setelah penggunaan metode berdongeng.Metode ini
mulai diskusikan pada rekan sejawat di KKG Gugus IV Kec Tallo dengan tujuan metode
ini dapat diterapkan di kelas.
Sebelumnya saya mensimulasikan dulu metode berdongeng ini di KKG
sehingga guru-guru dapat mengomentari apa kekurangan dari metode ini dan bagaimana
cara menerapakan metode ini didalam kelas .
Pembelajaran Bahasa Indonesia akan sangat bermakna dan lebih menarik jika
menggunakan metode berdongeng penulis berharap metode ini dapat digunakan seterusnya
dalam kegiatan belajar mengajar.

Foto 2
Kegiatan simulasi metode berdongengpada rekan sejawat di KKG Gugus IV Kec Tallo
26

BAB IV
SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa:
1. Dengan menggunakan metode berdongeng skor rata-rata yang diperoleh siswa
setelah mengikuti tes mengalami peningkatan hasil belajar, yaitu dari 61,77
meningkat menjadi 81,61.
2. Pembelajaran dengan metode menyimak menjadikan pembelajaran Bahasa
Indonesiaberkesan dan lebih bermakna bagi siswa.
B. Saran
Hasil penelitian mengarahkan adanya peningkatan hasil belajar siswa dengan
menggunakan metode berdongeng materi menyimak cerita rakyat beberapa saran
sebagai berikut:
1. Penerapan pembelajaran menyimak melalui metode berdongeng pada siswa
hendaknya dilakukan demi peningkatan hasil belajar bahasa Indonesia
2. Demi terciptanya proses pembelajaran mandiri secara efektif, hendaknya guru
menggunakan metode ini agar proses pembelajaran dapat bervariasi.
3. Penggunaan metode ini sangat mudah karna tidak membutuhkan banyak biaya dan
banyak bahan hanya memanfaatkan bahan dan alat yang ada disekitar seperti sapu
, songkok, topi, sarung, kain dan lain-lain.
4. Metode ini dapat juga lebih muda jika menggunakan LCD Proyektor dengan
terlebih dahulu merekam kegiatan berdongeng dihari sebelumnya atau
mendownload video cerita rakyat yang ada banyak di internet (Youtube).
5. Metode berdongeng ini dapat diajarkan kepada siswa agar mereka dapat mengikuti
Lomba Bercerita yang diadakan oleh Perpustakaan Nasional setiap tahunnya.
27

Lomba bercerita tingkat Kota Makassar tahun 2014


28

DAFTAR PUSTAKA

Achsin, 1991.Pengajaran Menyimak. Ujung Pandang: CV Ingkan Patuh.

Arikunto, Suharsimi, 1992. Prosedur Penelitian. Jakarta: Gunung Agung

Daryanto,2011.Penelitian Tindakan Kelas dan Penelitian Tindakan Sekolah.


Yogyakarta : Gava Media

Kaduppa, Rahmijah. 2002 Pengajaran Berbicara.Diktat.Makassar : Unismuh

Kosasi, 2010 Pendekatan, Metode dan teknik pembelajaran bahasa Indonesia


Bandung : Genesindo

Nurdin, Ade.dkk 2002.Intisari Bahasa dan Sastra Indonesia, Bandung: CV Pustaka Setia.

Nurkancana, 1986. Metode Statistik. Bandung: Tarsito

Sahriah, 2004.Kemampuan Menyimak Cerpen Kuli Kontrak Karya Muchtar Lubis Siswa
Kelas II SMK Neg.I Palangga Kab.Gowa.Skripsi Makassar. Unismuh

Sudjana, 1999.Tuntunan Penyususnan Karya Imiah. Bandung: Sinar Baru

Sudjana, Nana dan Ahmad Rivai. 2001. Media Pengajaran. Bandung: Sinar Baru
Algensindo.

Sukidin, Basrowi, Suranto, 2010. Manajemen Penelitian Tindakan Kelas.


Jakarta : Insan Cendikia

Syamsuri, Andi Sukri, 2001. Pengajaran Menyimak. Diktat: Makassar.

Tarigan, Henry, Guntur, 1987. Menyimak Sebagai Suatu KeterampilanBerbahasa,


Bandung: Angkasa.

Tarigan, Djago dan Hendy, Guntur. 1994. Menyimak Sebagai Suatu Keterampilan,
Bandung: Angkasa.

Tim Penyusunan FKIP Unismuh, 2012. Pedoman Penulisan PTK


Diktat : Makassar
29

LAMPIRAN

SILABUS
dan
RPP
30

Anda mungkin juga menyukai