Anda di halaman 1dari 84

PAKAIAN ADAT BATAK PAKPAK DALAM

UPACARA MERBAYO: KAJIAN SEMIOTIK

SKRIPSI SARJANA

Disusun Oleh:
JONNI ARDY MANIK
130703014

PROGRAM STUDI SASTRA BATAK


FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2018

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
segala berkat dan kaunia-Nya, yang melimpah sehingga penulis dapat
menyelesaikan penyusunan skripsi dengan judul Pakaian Adat Batak Pakpak
Dalam Upacara Merbayo: Kajian Semiotik.
Skripsi ini ditulis untuk memenuhi syarat dalam menyelesaikan Studi
pada jenjang Sarjana di Program Studi Sastra Batak, Fakultas Ilmu Budaya,
Universitas Sumatera Utara. Agar memperoleh pemahaman akan isi yang dibahas
dalam skripsi ini, penulis memaparkan rincian sistematika penulisan skripsi ini
sebagai berikut:
Bab I merupakan pendahuluan, pada bab ini di uraiakan latar belakang
masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian. Bab II
,merupakan tinjauan pustaka, yang mencakup kepustakaan yang relevan dan teori
yang digunakan. Bab III merupakan metode penelitian yang terdiri atas : metode
dasar, lokasi penelitian, sumber data penelitian, instrumen penelitian, metode
pengumpulan data, dan metode analisis data. Bab IV merupakan pembahasan
tentang masalah yang ada pada rumusan masalah. Bab V merupakan kesimpulan
dan saran.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini belum sempurna, mengingat waktu


dan kemampuan penulis yang sangat terbatas. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak untuk
penyempurnan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca, bagi
ilmu pengetahuan, terutama bagi penulis.

Medan, Januari 2018


Penulis,

Jonni Ardy Manik


130703014
i

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


RANA PERLEBE

Lias ate penurat dokken mendahi Debata sinisorga kumerna soh


bagendari enggo ibereken kini njuah, dekket pasu-pasu mendahiken penurat
kumerna boi kisidungken skripsi simergerar Pakaian Adat Batak Pakpak Dalam
Upacara Merbayo: Kajian Semiotik.

Skripsi en en isurat imo nalako ki sidungken persikolahen i perkuliahen


nai simerjenjang S-1 ataupe sarjana i Departemen Sastra Batak, Fakultas Ilmu
Budaya, Universitas Sumatera Utara. Asa boi lebih ipahami mengenai skripsi en,
penurat kipaparken piga-piga rumpun mengenai skripsi en imo:

Perjolo, si lot isi pendahuluan imo si lot ibas latar belakang masalah,
rumusen masalah, tujuan deket guna ni penelitian. Peduaken, imo kajien pustaka
imo ibas kepustakaan si ni merhubungken deket pembahasan skripsi penurat.
Peteluken, imo metode penelitian, imo ibas metode dasar, bekas penelitian,
metode pepulungken data dekket metode analisis data. Peempatken, imo
pembahasan mengenai masalah,si lot ibas rumusen masalah nai. Pelimaken,imo
kesimpulan deket saran.

Penurat menadari skripsi en madeng mende kalohon, mengenget waktu


deket kemampun penurat soh ngo terbatasna. Ibas karina i nai penurat
mengidoken rnah deket pedah simerandal nalako kisimpurnaken skripsi en. Asa
skiripsi en merguna mendahi sikibaca, mendahi ilmu pengetun, terlebih mo
mendahi penurat

ii

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Rn prE\lEbe

Lias ate pENrt\ dko\knE\ mnE\dki debt sinisro\g


KmrEn sko\ bgnE\dri a^go IbErekne\ kini n\Jh dkE\ktE\
pS pS mnE\dhiknE\ pENrt\ KmrE\n boI kisiD^knE\
s\k\rpi\si simrE\gErr\ pkyn\ adt\ btk\ pk\pk\
dlm\ Upcr mrE\byo kjiyn\ sEmiaotki\s\k\rpi\si
ane\ ane\ ISrt\ Imo nlko siD^knE\ prE\sikolhne\ I
prE\Kliykne\ ny simrE\jnE\j^ s1 atUpE sr\jn I
ss\t\r btk\ pkL\ts\ ali\M Bdy UniprE\sits\
SmtEr Utr as boI lEbih Ipki mE<n E yi s\k\rpi\si
ane\ pENrt\ kippr\knE\ pigpig rM\pN\ mE<n E yi
s\k\rpi\si ane\ ImoprE\jolo si lto\ Isi
pnE\dKLwn\ Imo si lto\ Ibs\ ltr\ bElk\ mslh
RMsn\ mslh TJwn\ dEktE\ Gn ni pEnElitiyn\ pEDwknE\
Imo kjiane\ pS\tk Imo Ibs\ kEpS\tkan\si ni
mrE\KB^knE\ dEktE\ pmE\bksn\ s\k\rpi\si pENrt\
pEtELknE\ Imo metode dsr\ bEks\ pEnElitiyn\ metode
pEPL^knE\ dt dkE\ktE\ metode anlissi\ dt
pEamE\pt\knE\ Imo pmE\bksn\ mE<n E yi mslh si lto\
Ibs\ RMsn\ mslh nyi pElimknE\ dEktE\ srn\pENrt\
mEndri s\k\rpi\si ane\ mde^ mnE\de klokno\ mE<tE\<tE\
wk\T dEktE\ kEmm\pN\ pENrt\ soh <o trE\bts\n Ibs\
krin I nyi pENrt\ mE<idoknE\ rnh dEktE\ pEgh
simErn\dl\ nlko kismi\pR\nknE\ s\k\rpi\si ane\
as s\k\rpi\si ane\ mrE\Gn mnE\dki sikibc mnE\dki
ali\M pE<tE N\ mo mnE\dki pENrt\

medn\ jNwri 2018

pENrt\

jno\ni ar\d\y\ mnki\

130703014

iii

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


UCAPAN TERIMAKSIH

Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan puji dan syukur serta

terimakasih kepada Tuhan Yang Maha Esa ats segala berkatNya penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini. Penulis juga menyadari dalam dalam penulisan skripsi

ini banyak pihak yang telah memberikan saran, dukungan, dan bantuan baik

secara langsung maupun tidak langsung. Dalam kesempatan ini penulis juga

mengucapkan terimaksih kepada:

1. Bapak Dr. Budi Agustono, M.S. selaku dekan Fakultas Ilmu Budaya

Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Warisman Sinaga, M.Hum. selaku Ketua Program Studi

Sastra Batak Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara yang

telah memberikan semangat dan dorongan kepada penulis baik dalam

perkuliahan maupun menyelesaikan skripsi ini. Terimaksih atas

nasehat, waktu, saran dan pengetahuan yang diberikan kepada penulis

dalam menyelesaikan skripsi ini.

3. Bapak Drs. Flansius Tampubolon, M. Hum. selaku sekretaris Program

Studi Sastra Batak Fakultas Ilmu Budaya Universita Sumatera Utara

yang telah memberikan nasehat, saran dan pengetahuan yang diberikan

kepada penulis dalam mentyelesaikan skripsi ini.

4. Bapak Drs. Ramlan Damanik.M.Hum. selaku dosen pembimbing

penulis, yang telah banyak memberikan

iv

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


tenaga,waktu,nasehat,saran,pengetahuan serta memberiakan

perhatainnya untuk membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi

ini.

5. Bapak dan Ibu dosen Program Studi Sastra Batak tanpa terkecuali,

yang memberikan pengajaran mulai dari semester awal hingga akhir,

serta memberi arahan dan semangat bkepada seluruh mahasiswa.

6. Kedua orang tua penulis Bapak Tiyus Manik, S.pd. dan Ibu Rosianna

br. Berutu (Almh) , Ibu Helen Halaho yang penulis hormatio dan

sayangi yang sudah bersusah payah membesarkan, membimbing,

mendidik. Membiayai, menyayangi dan selalu memberi semangat

kepada penulis hingga dapat menyelesaikan masa perkuliahan.

7. Abang –adik penulis yang saya sayangi dan saya rindukan, abangda

Daries Manik, S.p. abangda Nano Mansyah S.pd. kakak Rosnita

Yulianti br. Manik A.Md.Kep. abangda Edward Evander Manik

S.Pak. abangda Idam Jesriadi Manik, Inovianti br. Manik, Jimmi

Cristover Manik terimaksih telah mendukung penulis terkhususnya

kepada abangda Edward Evander manik yang telah banyak memberi

dorongan, , nasehat, membiayai, dan semangat kepada penulis hingga

dapat menyelesaikan masa perkuliahan.

8. Abang dan kakak ipar penulis yang saya hormati dan saya rindukan,

kakak merdayanti br. Tumangger, S.pd. kakak Ros br .Tumangger, SE

. Abang Pisman Tumangger S.pd. kakak kutteng br. Berutu


v

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


terimakasih telah mendukung dan memberikan semangat penulis

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

9. Kepada Lisken Rosiana angkat S.sn yang telah banyak memberikan

pemikiran, dorongan, semangat dan pengetahuan sehingga penulis

dapat menyelesaikan skripsi ini.

10. Begitu juga kepada seluruh informan yang tidak dapat penulis

sebutkan satu persatu yang telah banyak memberikan informasi

tentang skripsi ini.

11. Kepada sahabat-sahabat terbaikku stambuk 2013, Jonni Martua berutu,

Jamil Berutu , Dewasa Silalahi, Wendi Suweri Harahap, Darmilla

Andriyani, Elen Katrina simamora. Dasa Banjarnahor. Laura Sesil

Sitompul, Michael Saragih, Richardo Nadeak, Dedi Rovindo Capah.

Teo Pilus Purba, Iwan Sihombing, Dodi Sibarani, Jepri Siahan, Herlin

Ruliana Simorangkir, Nurjanah dan juga yang lainnya yang tidak bisa

saya sebutkan satu persatu,kakak dan abang stambuk 2010, 2011,

2012, dan adinda stambuk 2014, 2015. 2016, 2017 dan semua yang

tergabung dalam anggota IMSAD. terimakasih atas waktu dan

kebersamaannya selama masa perkuliahan.

12. Teman-teman satu organisasi GEMAPALA, seluruh anggota

IKAMPUS, seluruh anggota PERSADA dan juga teman sekampus

lainnya yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu yang telah

vi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


memberikan dorongon dan membantu penulis dalam studi, dan

penyusunan skripsi ini.

Akhirnya penulis mengucapkan terimaksasih kepada semua pihak baik

di dalam kampus maupun diluar kampus yang telah membantu penulis

menyelesaikan studi ini. Pada kesempatan ini penulis memeohon

kepada Tuhan Yang Maha Esa kiranya bantuan material maupun non

material yang telah meraka berikan kepada penulis, hanya Tuhanlah

Yang bisa membalas atas kebaikan yang mereka berikan kepada

penulis.

vii

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .................................................................................... i
RANA PERLEBE………………………………………………………… .. ii
AKSARA………………………………………………………… ................. iii
UCAPAN TERIMA KASIH ......................................................................... iv
DAFTAR ISI ................................................................................................... viii
ABSTRAK ...................................................................................................... x
BAB IPENDAHULUAN ................................................................................ 1
1.1. Latar Belakang Masalah ..................................................................... 1

1.2. Rumusan Masalah ............................................................................... 4

1.3. Tujuan Penelitian ................................................................................ 5

1.4. Manfaat Peneltian ............................................................................... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................... 7


2.1 Kepustakaan Yang Relevan ................................................................. 7

2.2Teori yang digunakan ............................................................................ 8

2.2.1Teori Fungsi ....................................................................................... 12

2.3 Pengertian Pakaian Adat ...................................................................... 13

2.4 Pengertian Upacara Merbayo .............................................................. 13

BAB III METODE PENELITIAN .............................................................. 14


3.1 Metode Dasar ....................................................................................... 14

3.2 Lokasi Penelitian .................................................................................. 14

3.3 Istrumen Penelitian.............................................................................. 15

3.4 Metode Pengumpulan Data .................................................................. 15

3.5 Metode Analisis Data ........................................................................... 17

BAB IV PEMBAHASAN............................................................................... 18
viii

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


4.1 Bentuk Pakaian Adat Batak Pakpak ..................................................... 18

4.1.1 Pakaian Adat Batak Pakpak Laki-laki............................................... 18

4.1.2 Pakaian Adat Batak Pakpak Perempuan ........................................... 19

4.2 Deskripsi Bentuk Pakaian Adat Batak Pakpak……………………….. 20

4.3 Deskripsi Fungsi Pakaian Adat Batak Pakpak…… ............................. 35

4.3.1 Deskrips Fungsi Pakaian Adat Batak Pakpak UntukLaki-laki ......... 35

4.3.2 Deskripsi Fungsi Pakaian Adat Batak Pakpak Untuk Perempuan .... 40

4.4 Deskripsi Makna Pakaian Adat Batak Pakpak .................................... 45

4.4.1 Deskripsi Makna Pakaian Adat Batak Pakpak Untuk Laki-laki....... 45

4.4.2 Deskripsi Makna Pakaian Adat Batak Pakpak Untuk Perempuan..... 53

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................... 62

5.1 Kesimpulan..................................... ..................................................... 62

5.2 Saran ..................................................................................................... 64

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 67

LAMPIRAN

Lampiran 1: Daftar Informan


Lampiran 2: Surat Keterangan Penelitian

ABSTRAK

ix

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Jonni Ardy Manik, 2018 Judul skripsi: Pakaian Adat Batak PakpakDalam
Upacara Merbayo: Kajian Semiotik. Terdiri dari lima bab.
Masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana bentuk, fungsi dan makna
pada pakaian adat Batak Pakpak dalam upacara merbayo yang akan dikaji secara
ilmu semiotik yang mengacu pada teori Charles Sander Peirce.Pakaian adat
Pakpak merupakan suatu ciri yang membedakan pakaian tersebut dengan pakian
yang lainnya.salah satu ciri yang membedakan pakaian tersebut yaitu bentuk dan
warnanya yang terdapat pada pakaian adat tersebut. Pada pelaksanaan merbayo
adapun pakaian pengantin pria dan wanita antara lain. Pakaian adat Pakpak untuk
Pria antara lain:“Baju merapi-api, Celana panjang,abit,Borgot, Sabe-sabe,Rante
abak, Rante abak, Rempu riar, Ucang, Tongket”,dan pakaian adat Pakpak untuk
pengantin wanita antara lain: “ Baju merapi-api, Rok, Saong,Leppa-leppa,Rante
abak,Kancing emas, Rante abak, Uacang, Subang, Rabi munduk.”.Penelitian ini
bertujuan untuk mendeskripsikan bentuk, fungsi dan makna yang terdapat pada
pakaian adat Batak Pakpak dalam upacara merbayo.Metode penelitian yang
dipergunakan penulis dalam menganalisis masalah ini dalam penelitian pakaian
adat Batak Pakpak dalam upacra merbayo adalah metode deskriptif dengan teknik
penelitian kelapangan. Penelitian ini menggunakan teori semiotik yang mengkaji
ilmu tanda dengan panduan teori fungsi dan makna dari objek penelitian tersebut.
Kata kunci: Semiotik, Pakaian Adat Batak Pakpak dalam Upacra Merbayo.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Kebudayaan merupakan manifestasi kelakuan dan karya manusia yang memberikan

sumbangan bagi terwujudnya suatu gaya hidup yang memiliki khas. Hal tersebut di

pertegas oleh S. Edi (1995:25) bahwa “kebudayaan dapat dipandang sebagai latar

belakang suatu tipe manusia, yang bersifat normatif bagi kelompok tertentu dan yang

melahirkan gaya hidup tertentu yang secara tipikal dan bermakna berbeda dengan

kelompok lainnya”.

Masyarakat Indonesia dalam menjalani kehidupannya ada keterkaitan antara suku yang

satu dengan suku yang lainnya, keberagaman tidak menjadikan setiap suku hidup

sendiri, akan tetapi sebagai mahluk sosial manusia tidak dapat hidup sendiri dalam

menjalani kehidupannya. Begitu juga dengan hubungan manusia yang berbeda jenis

laki-laki dan perempuan saling membutuhkan untuk dijadikan pasangan hidup,

disatukan lewat perkawinan sebagai awal kehidupan dalam sebuah keluarga.

Masyarakat Batak terdiri dari beberapa entik yaitu, Toba, Simalungun, Angkola

Mandailing, Karo, dan Pakpak. Namun sekarang, etnik Batak hanya ditujukan kepada

masyarakat Batak Toba. Secara umum, etnik Pakpak digolongkan sebagai bagian dari

entik Batak, seperti halnya Toba, Simalungun, Angkola Mandailing, dan Karo

(Pasaribu, 1978; Bangun, 1980; Celemon, 1983). Pernyataan ini dapat diterima secara

umum dari segi sistem kekerabatan dan struktur sosial terdapat kesaman-kesaman

begitu juga dari segi komunitas, etnis tersebut hidup berdampingan di Sumatra Utara.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Etnik Pakpak dapat diklasifikasikan menjadi lima bagaian berdasarkan wilayah dan

dialek bahasa yang dikenal, yaitu:

1. Pakpak Simsim yakni orang Pakpak yang menetap di wilayah Simsim, berdilek

Simsim memiliki hak ulayat di Simsim. Wilayah Pakpak Simsim dibagi menjadi

delapan kecamatan yaitu: Kecamatan Salak, Pagindar, Sitellu Tali Urang Julu,

Sitellu Tali Urang Jahe, Pergettenggetteng Sengkut, Tinada, Siempat Rube, dan

Kerajaan.

2. Pakpak Pegagan, yakni orang Pakpak yang menetap di wilayah Pegagan,

berdialek Pegagan. Wilayah Pakpak Pegagan dibagi menjadi tiga kecamatan

yaitu: Kecamatan Sumbul, Pegagan hilir dan Tiga Lingga.

3. Pakpak Kelasen, Yakni orang Pakpak yang menetap diwilayah Kelasen,

berdialek Kelasen. Pakpak Kelasen ini berada di Kabupaten Tapanuli .Utara

(Kecamatan Parlilitan dan Pakkat) dan Kabupaten Tapanuli tengah (Kecamatan

Barus).

4. Pakpak Boang, Yakni orang pakpak yang menetap di wilayah Boang, berdialek

Boang. Pakpak Boang ini berda di wilayah Aceh Selatan, khususnya di

kecamatan Simpang Kiri dan Simpang Kanan.

5. Pakpak Keppas, yakni orang Pakpak yang menetap di wilayah Keppas, berdialek

Keppas, memiliki hak ulayat. Wiyah Pakpak Keppas ini dibagi menjadi empat

Kecamatan yaitu: kecamatan Silima Punggapungga, Tanah pinem, Parbuluan

dan Sidikalang (Celemon,1993; Berutu, 1994)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Masyarakat Batak Pakpak mengenal upacara adat yang digolongkan menjadi dua

bagian besar yaitu “ Kerja Baik “ dan “ Kerja Jahat”.

Kerja baik mencakup suka cita, seperti upacara merbayo (perkawinan), upacara

kimasuki sapo rembaru (memasuki rumah baru), dan upaara kitanem page (menanam

padi). Kerja njahat mencakup tiga jenis-jenis upacara yang berhubungan dengan

peristiwa duka cita, seperti upacara kematian dan upacara engkurak tulan (menggali

tulang belulang).

Perkawinan salah satu bagian terpenting dalam kehidupan manusia. Disebabkan

perkawinan bukan hanya peristiwa yang dialami oleh dua individu berlainan jenis.

Sesungguhnya perkawinan merupakan suatu peristiwa yang meilbatkan beban dan

tanggung jawab keluarga,kerabat dan bahkan kesaksian dari anggota masyarakat.

Di dalam upacara perkawinan masyarakat Pakpak juga mengenal adanya pakaian adat

tradisional. Pakaian adat tradisional merupakan salah satu unsur kebudayaan yang

dihasilkan melalui pemikiran manusia. Dalam konteks sosial pakaian adat memberikan

keselarasan, keharmonisan bagi tubuh manusia yang dapat menjelmakan rasa estetis.

Pakaian adat tradisional adalah pakaian yang sudah dipakai secara turun tumurun dan

merupakan salah satu identitas yang dapat dibanggakan oleh sebagian besar pendukung

kebudayaan.

Mengacu pada konsep tersebut, maka pada hakekatnya pakaian adat suku Batak Pakpak

juga merupakan salah satu unsur kebudayaan daerah di wilayah Indoseia. Dalam

upacara merbayo ditemukan pakaian adat Batak Pakpak yang digunakan oleh pengantin

pria maupun wanita yang memiliki fungsi dan makna masing-masing. Busana budaya

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Pakpak yang lazim digunakan kini oleh masyarakat Pakpak adalah busana kebanggaan

yang menggambarkan keagungan, tetapi penuh kesantunan. Pemakaian busana (baju

adat Pakpak) digunakan pada pesta-pesta ( upacara adat) kerja baik maupun kerja

njahat.

Warna dominan pada busana Pakpak adalah hitam, ditambah dengan variasi warna

hitam dan putih. Ketiga warna ini sering disebut “bennang sitellu rupa” dan diyakini

sebagai warna dasar bagi masyarakat Pakpak. Pada pelaksanaan merbayo adapun

pakaian pengantin pria dan wanita adalah demikian.

Pakaian adat Pakpak untuk Pria antara lain: “Baju merapi-api, Celana panjang, abit ,

Borgot, Sabe-sabe, Rante abak, Rante abak, Rempu riar, Ucang, Tongket”, dan

pakaian adat Pakpak untuk pengantin wanita antara lain: “ Baju merapi-api, Rok,

Saong, Leppa-leppa, Rante abak,Kancing emas, Rante abak, Uacang, Sobang, Rabi

munduk.”.

Pada pakaian adat Batak Pakpak banyak dijumpai motif-motif yang banyak

mengandung makna didalamnya, meskipun sudah banyak yang mengetahui akan

pakaian adat Batak Pakpak, namun pada umumnya masyarakat Pakpak belum

mengetahui sepenuhnya akan fungsi dan makna dari pakaian adat Batak Pakpak itu

sendiri.Berdasarkan hal tersebut penulis merasa tertarik untuk meneliti tentang pakaian

adat Batak Pakpak dalam upacara merbayo, dan penulis pun melihat pada zaman

modren ini kurangnya antusias masyarakat dalam menggunakan pakian adat Batak

Pakpak dalam upacara merbayo, maka dari itu penulis ingin mengangkat kembali

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


buadaya Pakpak Khususunya tentang Pakaian adat Batak Pakpak agar tidak tergerus

oleh perkembangan zaman.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis akan membuat rumusan

masalah pada skripsi ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana bentuk pakaian adat pengantin dalam upacara merbayo pada

masyarakat Batak Pakpak?

2. Apa fungsi pakaian adat pengantin dalam upacara merbayo pada Masyarakat

Batak Pakpak?

3. Apa makna pakaian adat pengantin dalam upacara merbayo pada masyarakat

Batak Pakpak?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut

1. .Untuk mengetahui dan mendeskripsikan secara sistematis bentuk pakaian adat

pengantin Pakpak dalam upacara merbayo pada masyarakat Batak Pakpak.

2. .Mendeskripsikan secara sistematis fungsi yang terdapat pada pakaian adat

pengantin Pakpak dalam upacara merbayo pada Masyarakat Batak Pakpak.

3. Mendeskripsikan secara sistematis makna yang terdapat pada pakaian adat

pengantin Pakpak dalam upacara merbayo pada masyarakat Batak Pakpak.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


1.4 Manfaat Penelitian

. Berdasarkan latar belakang masalah dan rumusan masalah yang telah

dijelaskan di atas maka manfaat penelitian ini adalah:

1. Sebagai bentuk pendokumentasian dan bahan literatur dalam Program Studi

Sastra Batak yang berkaitan tentang kebudayaan Pakpak.

2. Sebagai masukan bagi penulis dalam menambah pengetahuan dan wawasan

mengenai teori maupun uraian tentang bentuk penyajian pakaian adat Pakpak

dalam upacara Merbayo.

3. Sebagai penambah wawasan kepada masyarakat pada umumnya dan masyarakat

pendukung khususnya tentang fungsi dan makna pada pakaian adat pengantin

pada masyarakat Pakpak.

4. Memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana S1 Program Studi

Sastra Batak Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kepustakaan yang Relevan

Kajian pustaka dalam setiap skripsi sangat diperlukan dalam menyusun karya ilmiah.

Kajian pustaka adalah paparan atau konsep-konsep yang mendukung pemecahan

masalah dalam penelitian yang semuanya itu bersumber dari pendapat para ahli,

empirisme ( pengalaman peneliti), dokumentasi dan nalar peneliti yang berhubungan

dengan masalah yang di teliti. Kajian pustaka ini menjelaskan tentang kepustakaan yang

relevan dan teori yang digunakan.

Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari pendukung buku-buku yang relevan dengan

judul skripsi ini. Buku-buku yang digunakan dalam pengkajian ini adalah tentang buku-

buku semiotik, salah satunya pendapat Pierce. Adapun buku-buku sumber bacaan lain

yang digunakan dalam memahami dan mendukung penulisan proposal skripsi ini

adalah:

1. Maibang. R (2011) yang berjudul “Merbayo/ Perkawinan I Tanoh Pakpak”,

buku ini menjelaskan tentang upacara adat yang ada pada masyarakat Pakpak.

Salah satunya fungsi dan makna pakaian adat Pakpak.

2. Lister Berutu M.Hum (2013) dengan judul “Mengenal Upacara Adat

Masyarakat Pakpak Di Sumatera Utara” Pusat dan Pengembangan Budaya

Pakpak: Medan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


3. Moyang Keleng Kabeaken (2016) yang berjudul “Fungi Dan Makna Pakaian

Adat Melayu Deli: Kajian Semiotik”. Skripsi ini membahas tentang bentuk,

fungsi, dan makna yang terdapat dalam pakaian adat Melayu Deli

2.2 Teori yang digunakan

Teori yang penulis gunakan dalam menganalisis bentuk fungsi dan makna pakaian adat

Batak Pakpak dalam upacara merbayo yaitu teori semiotik yang mengacu pada teori

Charles Sander Peirce.

Menurut peirce semotika didasarkan pada logika, karena logika mempelajari bagaimana

orang bernalar, sedangkan penalaran menurut peirce dilakukan melalui tanda-tanda.

Tanda-tanda memungkinkan kita berpikir,berrhubungan dengan orang lain dan

memberikan makna pada apa yang ditampilkan oleh alam semesta.

Dalam teori semiotik Peirce, representasi tanda tidak sama kadarnya. Pada tahap awal,

tanda baru hanya dilihat sifatnya saja yakni bahwa itu adalah tanda-tanda disebut

“qualisign”. Pandangan Danesi ini dan Perron ini bersangkutan dengan “tubuh” atau

“semiosis dasar”. Kemudian pada tahap yang lebih lanjut, representasi tanda sudah

berlaku untuk tempat dan waktu tertentu, misalnya, menunjukkan sesuatu dengan jari:

(disini, disana) yang tersebut “sin (gular) sign”. Dalam pandangan Danesi dan Perron

ini sudah berkaitan dengan “pikiran” manusia. Akhirnya sejumlah tanda berfungsi

berdasarkan kovensi dalam suatu masyarakat yang disebut dengan “legisign”, yang

terakhir ini disebut oleh Danesi dan Perron sebagai “the signifying order”. Propses

proses pemaknaan tanda sudah berlaku secara sosial.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Dalam melihat kebudayaan sebagai signifying order, kita dapat membedakan

empat faktor yang berkaitan satu sama lain dan perlu diperhatikan,yaitu:

1. Jenis tanda (ikon, indeks, dan lambing);

2. Jenis sistem tanda (bahasa, musik, gerakan tubuh, dan lukisan);

3. Jenis teks (percakapan, grafik, lagu/lirik, komik, dan lukisan), dan

4. Jenis konteks/situasi yang mempengaruhi makna tanda (psikologis, sosial, historis,

dan kultural).

Ditinjau dari relasinya, Pierce (dalam Hoed, 2011:24) membedakan tanda

sebagai berikut.

1. Ikon (icon), adalah tanda yang ada sedemikian rupa sebagai kemungkinan, tanpa

tergantung pada adanya sebuah donatatum (penanda), tetapi dapat dikaitkan

dengannya atas dasar suatu persamaan secara potensial dimilikinya. Definisi ini

mengimplikasikan bahwa segala sesuatu merupakan ikon, karena semua yang

ada dalam kenyataan dapat dikaitkan dengan suatu yang lain. Sehingga dapat

dipahami ikon juga merupakan tanda yang menyerupai objek (benda) yang

diwakilinya atau tanda yang menggunakan kesamaan ciri-ciri yang sama dengan

yang dimaksudkan.

2. Indeks (index), adalah sebuah tanda yang dalam hal corak tandanya tergantung

dari adanya sebuah denotatum (penanda), dengan kata lain tanda yang sifatnya

tergantung pada suatu keberadaan suatu penanda. Tanda ini memiliki kaitan

sebab-akibat dengan apa yang diwakilinya.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


3. Simbol/Lambang (symbol), adalah tanda dimana hubungan antara tanda dengan

denotatum (penanda) ditentukan oleh suatu peraturan yang berlaku umum atau

kesepakatan bersama (konvensi). Tanda bahasa dan matematika merupakan

contoh simbol. Simbol juga dapat menggambarkan suatu ide abstrak di mana

tidak ada kemiripan antara bentuk tanda dan arti. Kajian ini dilihat berdasarkan

penanndan dan pemaknaan di mana penandaan (konsep Pierce) dikaji lewat jenis

ikon, indeks, dan simbol. Sedangkan berdasarkan konsep Roland Barthes.

Pemaknaan tanda yang dikaji dengan menggunakan:

1. Makna Denotatif

Kata denotative berasal dari kata denotasi (denostation) yang berarti tanda, petunjuk

atau menunjukkan ataupun arti/makna yang langsung dari suatu tanda, yang telah

disepakati bersama atau sudah menjadi pengertian yang sma. Dalam kaitannya dengan

penelitian ini, tanda yang dimaksud adalah tanda-tanda visual, baik yang non-verbal

(garis, bidang, warna, tekstur, dan lain-lain) maupun bersifat verbal atau sudah

berwujud (menggambarkan manusia, binatang, dan bentuk representatif lainnya).

2. Makna Konotatif

Kata konotatif berasal dari kata konotasi (connotation) yang berarti pengertian

tambahan atau arti kedua yang tersirat diluar arti denotatif. Serta konotasi adalah

merupakan istilah yang digunakan Barthes untuk mewujudkan signifikasi tahap kedua.

Hal ini menggambarkan interaksi yang terjadi ketika tanda bertemu dengan perasaan

atau emosi dari pembaca (subjek) serta nilai-nilai dari kebudayaanya.

10

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Berdasarkan objeknya, Pierce merumuskan suatu tanda selalu merujuk pada suatu

acuan. Setiap tanda selalu memiliki fungsi dan memiliki makna yang sesuai dengan

tanda itu sendiri.

Dengan demikian, dalam konsep Pierce symbol diartikan sebagai tanda yang mengacu

pada objek tertentu di luar tanda itu sendiri. Hubungan antara simbol sebagai penanda

dengan sesuatu yang ditandakan (petanda) yang sifatnya konvesional. Berdasarkan

konvensi itu pula masyarakat pemakainya dapat menafsirkan ciri dan hubungan antara

simbol dengan objek yang diacu dan dan menafsirkan ciri dan hubangan antara simbol

dengan objek yang diacu dan menafsirkan maknanya.

Pierce juga membagi klasifikasi symbol menjadi tiga jenis yaitu;

1. Rhematic symbol atau symbolic rheme

Rhematic symbol atau symbolic rheme, yakni tanda yang dihubungkan dengan

objeknya melalui nilai umum. Misalnya, di jalan melihat lampu merah lantas kita

katakana berhenti. Mengapa kita katakana demikian, ini terjadi karena adanya asosiasi

dengan benda yang kita lihat.

2. Dicent symbol atau proposition (proposisi)

Dicent symbol atau proposition (proposisi) adalah tanda yang langsung

menghubungkan dengan objek melalui asosiasi dalam otak. Kalau seseorang

mengatakan “pergi” penafsirakan kita langsung berasosiasi pada otak serta merasa kita

pergi. Padahal dari ungkapan tersebut yang kita kenal hanya kata. Kata-kata yang kita

gunakan membentuk kalimat, semuanya adalah prop[osisi yang mengandung makna

11

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


yang berasosiasi dalam otak. Secara otomatis otak menafsirkan proposisi itu dengan

cepat dan seseorang segera dapat menitipkan pilihan atau sikap.

3. Argumen

Argument, yakni tanda yang merupakan kesamaan seseorang terhadap sesuatu

berdasarkan alasan tertentu.

2.2.1 Teori Fungsi

Di dalam kamus besar bahasa Indonesia dapat di ketahui bahwa ada beberapa

pengertian tentang fungsi, baik secara etimologi maupun secara leksikologi. Fungsi

merupakan sesuatu yang bermanfaat dan berguna bagi kehidupan suatu masyarakat

dimana keberadaan sesuatu tersebut mempunyai arti penting dalam kehidupan sosial

(Koentjaraningrat 1984:29).

Koentjaraningrat juga menyebutkan bahwa konsep fungsi mempunya 3 arti penting

dalam penggunaannya yaitu:

1. Menerangkan adanya hubungan suatu hal dengan tujuan tertentu.

2. Dalam pengertian korelasi adanya hubungan antara satu hal dengan lainnya.

3. Menerangkan adanya hubungan yang terjadi antara satu hal dengan yang lainnya

dalam suatu sistem berinteraksi.

12

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


2.3 Pengertian Pakaian Adat

Pakaian merupakan kebutuhan hidup sehari-hari selain memiliki peran fungsional juga

memiliki suatu keistimewaan baik dari bahan yang digunakan maupun dari segi motif

yang diterapkan.

Menurut Jalins (1990:6), bahwa pakaian melekat pada diri sesorang adalah cermin jiwa

dan watak seseorang.

Menurut Koten (1991:2) pakaian adat merupakan salah satu identitas atau ciri pengenal

masyarakat pemakainya. Pakaian adat itu merupakan suatu kebanggan masyarakat yang

bersangkutan.

2.4 Pengertian Upacara Merbayo

Upacara Merbayo merupakan upacara perkawinan yang ideal, dilaksanakan sesuai

tahap upacara dan kedua belah pihak member persetujuan penuh dan juga semua hak

dan kewajiban adat dipenuhi. Pada umumnya upacara merbayo dilaksanakan di rumah

atau di kediaman orang tua calon pengantin perempuan dan itulah yang ideal menurut

adat Pakpak.

Lister Berutu (2013:35) mengatakan upacara merbayo dilaksanakan di rumah atau

dikediaman orang tua calon pengantin perempuan. Namun sekarang ini sering juga

dilaksanakan di rumah calon pengantin laki-laki berdasarkan kesepakatan kedua belah

pihak.

13

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian adalah suatu cara atau prosedur yang digunakan untuk melakukan

penelitian sehingga mampu menjawab rumusan masalah dan tujuan penelitian. Metode

penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mengumpulkan data dengan

tujuan dan kegunaan tertentu. Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh kebenaran

atau membuktikan kebenaran terhadap objek permasalahan.

3.1 Metode Dasar

Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif .

Tujuan metode deskriptif adalah untuk mengumpulkan informasi aktual secara rinci,

sistematis, akurat mengenai fakta-fakta, dan sifat-sifat daerah tertentu.

3.2 Lokasi Penelitian

Adapun yang menjadi lokasi penelitan ini adalah Desa Ulu Merah Kecamatan Sitellu

Tali Urang Julu, Kabupaten Pakpak Bharat. Pemilihan tempat penelitian ini dikarenakan

masyarakat Kecamatan Sitellu Tari Urang Julu mayoritas suku Pakpak dan tokoh

kebudayaan dan seniman-seniaman mengerti tentang Pakaian Adat Batak Pakpak dalam

Upacara Merbayo.

14

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


3.3 Instrumen Penelitian

Instrument penelitian merupakan alat yang digunakan untuk mendapatkan atau

mengumpulkan data yang diperlukan. Dalam penelitian ini, penulis akan menggunakan:

1. Alat rekam (tape recorder) yang digunakan untuk menyimpan rekaman saat

mewawancarai informan.

2. Kamera, yang digunakan untuk mengambil gambar dari objek penelitian

apabila saat melakukan penelitian.

3. Alat tulis dan kertas, yang digunakan untuk mencatat segala hal yang

dianggap penting yang diterima dari informan dan berhubungan dengan

objek penelitian guna memperoleh kelengkapan data dalam penyelesaian

skripsi ini.

3.4 Metode Pengumpulan data

Metode yang digunakan penulis dalam mpengumpulan data lapangan antara lain:

1. Metode wawancara (deep interview), digunakan untuk memperoleh

gambaran apa makna yang terkandung pada Pakain Adat Batak Pakpak

Dalam Upacara Merbayo. Wawancara ini juga akan menggunakan pedoman

wawancara yang telah dipersiapkan dan telah disusun terlebih dahulu.

Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data dalam melkukan studi

pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti. Arikunto mengatakan

bahwa “wawancara adalah diaolog yang dilakukan seseorang baik secara langsung

maupun tidak langsung untuk mendapatkan informasi yang diperlukan”.

15

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Menurut Koentjaraningrat 1984, yaitu:Wawancara berfokus (Focused

Interview),Wawancara bebas (Free Interview),Wawancara sambil lalu (Casual

Interview). Dalam hal ini penulis terlebih dahulu menyiapkan daftar pertanyaan yang

akan ditanyakan saat wawancara,pertanyaan yang penulis ajukan bisa beralih dari satu

topik ke topik lain secara bebas.

Sedangkan data yang terkumpul dalam suatu wawancara bebas sangat beraneka

ragam,tetapi tetap materinya berkaitan dengan topik penelitian.

Sedangkan menurut Harja W. Bachtiar, wawancara adalah untuk mencatat keterangan-

keterangan yang dibutuhkan dengan maksud agar data atau keterangan tidak ada yang

hilang. Untuk pemotretan dan perekaman penulis menggunakan kamera dan Handphone

untuk mempermudah perekaman dan penyimpanan data, disamping tulisan diatas setiap

keterangan yang diberikan oleh informan. Dari ketiga metode wawawncara di atas

penulis menyimpulkan akan menggunakan metode wawancara Koentjaraningrat dan

Harja W. Bachtiar.

2. Metode kepustakaan (library research( yaitu pengumpulan data melalui

buku-buku yang berhubungan dan berkaitan erat dengan penelitian tersebut.

Metode ini dilakukan untuk mendapatkan sumber acuan penelitian, agar

data yang didapatkan dari lapangan dapat diolah semaksimal mungkin sesuai

dengan tujuan yang diharapkan.

3. Metode observasi yaitu penulis ke lapangan melakukan pengamatan terhadap

objek penelitian.

16

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


3.5 Metode Analisis Data

Metode analisis data adalah metode atau cara-cara si peneliti dalam mengolah data yang

masih mentah sehingga menjadi data yang cermat, atau akurat dan nilmiah.

Metode analisis data merupakan merupakan proses pengaturan data,

mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori dari suatu uraian dasar. Pada

dasarnya analisis adalah kegiatan yang memanfaatkan data sehingga data diperoleh

untuk mendapat kebenaran yang diperlukan dalam pengolahan hasil penelitian. Di mana

dalam penelitian diperlukan imaginasi dan kretifitas sehingga dapat diuji kemampuan

peneliti dalam mengkaji sesuatu. Adapun langkah-langkah metode analisis data ini

adalah sebagai berikut:

1. Mengeliminasi data yang diperoleh dari lapangan.

2. Data diklasifikasikan sesuai dengan objek yang diteliti.

3. Data yang dianalisis sesuai dengan kajian yang diteliti

4. Membuat kesimpulan.

17

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Bentuk Pakaian Adat Batak Pakpak

4.1.1 Pakaian Adat Batak Pakpak Laki-laki

Bentuk pakain adat Batak Pakpak didominasi oleh warna hitam. Berbahan dasar katun,

dan dibarengi dengan penggunaan oles ( tenunan khas Pakpak) sebagai padanan busana

pakain adat Batak Pakpak, sehingga menghasilkan tampilan yang anggun, modren dan

cantik, dan menjadi ciri khas dari pakaian adat Batak Pakpak.

Gambar 1 Pakaian Adat Batak Pakpak Laki-laki


(Dokumentasi Pribadi)

18

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Bentuk pakaian adat batak Pakpak laki-laki adalah baju lengan panjang dengan kerah

mirip pakain adat mandarin, kemudian ada garis warna merah pada ujung tangan, pada

daerah kancing baju, dan pada daerah lain sebagai tambahan. Untuk penutup kepala

dipakai oles yang mempunyai rambu berwarna merah atau kuning yang dibentuk

sedemikian rupa dengan rambu kearah samping. Celana warna hitam dipakai dengan

mandar (sarung) sebagai penutup celana. Biasanya laki-laki menepatkan rempu riar

(parang) di pinggang sebagai penunjuk status atau kedudukan.

4.1.2 Pakaian Adat Batak Pakpak Perempuan

Gambar 2 Pakaian Adat Batak Pakpak Perempuan


(Dokumentasi pribadi)

19

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Bentuk Pakaian perempuan memakai saong ( penutup kepala) dengan bentuk cudur

(mengerucut) ke bagian belakang. Posisi rambu olesnya berada di depan, bajunya juga

berwarna hitam lengan panjang dengan hiasan berwarna kuning didepan, dibelakang

dan dibagian ujung lengan. Unjtuk rok dipakai ole (sarung) yang berwarna hitam dan

ikat pinggang. Sebagai aksesoris tambahan pada tangan disematkan ucang-ucang (tas

kecil) dan pada dada disematkan hiasan berwarna kuning keemasan.

4. 2 Deskripsi Bentuk Pakaian Adat Batak Pakpak

Hasil dari penelitian yang telah dilakukan pada pakain adat batak Pakpak, ditemukan

beberapa kategori pembagian bentuk fungsi dan makna untuk laki-laki dan perempuan

diantaranya sebagai berikut :

1. Pakaian Adat Batak Pakpak Untuk Laki-laki Antara lain;

No Nama
Bentuk

1. Baju Merapi-api ( baju


berapi-api )

Baju merapi-api adalah baju yang seperti

20

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


baju melayu, leher bulat berwarna hitam

dengan lengan panjang yang dibubuhi

atau atau yang diahiasi dengan manik-

manik (api-api ). Jenis kain yang

digunakan berbahan katun namun

belakangan lebih disesuaikan dengan

model dan jenis kain terbaru.

2. Celana panjang

Celana panjang berwarna hitam, sama

dengan celana panjang pada umumnya.

Ukuran umumnya tidak sampai

menyentuh ujung kaki melainkan berada

pada posisi tanggung, seperti celana yang

biasa digunakan oleh atlit silat atau karate

21

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


3. Bulang- bulang ( peci )

Bulang-bulang adalah penutup kepala

untuk nlaki-laki yang berbentuk peci yang

dibentuk sedemikan rupa dari bahan oles

berwarna hitam dan dibubuhi atau dihiasi

dengan manik manik

4. Abit ( penutup celana)

Abit adalah sarung batak pakpak dengan

tambahan variasi di dalam sarung tersebut

seperti manik-manik. Celana panjang

22

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


hitam kemudian ditutupi oleh abit (

sarung ) secara melingkar, dengan ujung

yang terbuka didepan.

5. Borgot ( kalung laki-laki )

Borgot adalah kalung yang terbuat dari

emas, baik emas murni atau perak dilapisi

emas.Sangat tergantung pada kemampuan

ekonomi pemilik atau penggunya.

Rangkaian emas yang diikat dengan

benang sitellu rupa dan ujungnya terdapat

mata kalung bergambar kepala kerbau.

23

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


6. Sabe- sabe ( slendang )

Sabe-sabe adalah sarung batak pakpak

yang dilipat seperti selendang, yang

berwarna hitam yang dibubuhi atau

dihiasi dengan manik-manik. Diletakkan

pada bahu sebelah kanan terurai dari

belakang hingga kedepan.

24

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


7. Rante Abak (ikat pinggang)

Rante abak adalah kain yang dibentuk

seperti ikat pinggang yang dibubuhi atau

di hiasi dengan manik-manik.Tetapi lazim

pula menggunakan oles atau sarung yang

diikat untuk memperkuat posisi abit yang

dipakai laki-laki

8. Rempuriar ( pisau )

Rempu riar adalah sebuah benda tajam

atau sejenis pisau Pakpak yang

25

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


dibungkus dengan sarung atau sembung.

Yang diselipkan dibagian pinggang

melalui rante abak atau ikat pinggang.

9. Ucang ( tas kecil )

Ucang adalah anyaman daun pandan

berbentuk tas kecil dihiasi dengan manik-

manik dengan tali yang terbuat dari kain

berwarna hitam dan dihiasi dengan

manik-manik.

26

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


10. Tongket ( tongkat )

Tongket yang sering juga dinamai

tongkat, terbuat dari kayu yang

berklualitas tinggi, pada kepala dari

tongkat dibentuk sedemikian rupa dengan

bertujuan supaya nyaman dipegang.

27

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


2 Pakaian adat batak Pakpak untuk perempuan antara lain;

Bentuk
No Nama

1. Baju merapi-api ( baju

berapi-api )

Baju model leher segitiga berwarna hitam

dan dibubuhi atau dihiasi dengan manik-

manik (api-api). Jenis kain yang digunakan

sejenis beludru namun belakanagan ini lebih

disesuaikan dengan model dan jenis kain

terbaru.Berbeda dengan pria kancing yang

digunakan dalam baju ini berbentuk bulat

berlobang dengan ukuran jari-jari tiga cm.

28

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


2. Rok

Rok adalah sejenis pakaian adat batak

Pakpak yang berbentuk pipa atau mengecil

kebawah yang dibubuhi atau atau dihiasi

dengan manik-manik (api-api)

3. Saong ( penutup kepala

untuk perempuan )

Saong adalah tutup kepala yang dibentuk

sedemikian rupa yang terbuat dari kain atau

29

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


oles Pakpak, yang berbentuk lonjong dengan

sudut runcing kebelakang dan dibubuhi atau

dihiasi dengan manik-manik.

4. Leppa-leppa ( kalung untuk

perempuan )]

Leppa-leppa adalah kalung wanita dengan

bentuk dan bahan yang sama dengan pria,

hanya saja yang membedakannya dengan

pria tidak ada mata kalung sebagaimana

yang terdapat pada borgot, jumlah

rangkainnya juga berbeda dan cenderung

lebih pendek dibandingkan dengar kalung

laki-laki atau pun borgot.

30

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


5. Kancing emas

Kancing emas adalah kancing yang

berbentuk bulat berbentuk lingkaran namun

dengan lobang ditengah, yang terbuat dari

emas,perak atau logam yang dilapisi dengan

emas.

6. Rante abak ( ikat pinggang )

31

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Rante abak adalah kain yang dibentuk seperti

ikat pinggang yang dibubuhi atau di hiasi

dengan manik-manik. Sama halnya dengan

rante abak pada pakian adat batak Pakpak

laki-laki, Tetapi lazim pula menggunakan

oles atau sarung yang diikat untuk

memperkuat posisi rok yang dipakai wanita

atau perempuan.

7. Ucang ( tas kecil )

Ucang adalah anyaman daun pandan

berbentuk tas kecil dihiasi dengan manik-

manik dengan tali yang terbuat dari kain

berwarna hitam dan dihiasi dengan manik-

manik.

32

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


8. Sobang (anting-anting )

Sobang sama halnya dengan anting-anting,

dimana sobang adalah perhiasan berbentuk

cincin yang dipasang pada telinga, bahannya

biasa dari emas , logam, perak dan lain

sebagainya. Pada umumnya sobang ini

biasanya digunakan oleh wanita atau

perempuan.

9. Sabe-sabe ( slendang )

33

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Sabe-sabe adalah sarung pakpak yang

dilipat seperti selendang, yang berwarna

hitam yang dibubuhi atau dihiasi dengan

manik-manik. Diletakkan pada bahu sebelah

kanan terurai dari belakang hingga kedepan.

10. Rubi Munduk ( pisau )

Rabi munduk adalah sejenis pisau yang

terbuat dari besi, dan gagangnya terbuat dari

jenis kayu yang berkualitas tinggi

34

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


4.3 Deskripsi Fungsi Pakaian Adat Batak Pakpak

4.3.1 Deskripsi Fungsi Pakaian Adat Batak Pakpak Uuntuk Laki-laki

No Nama
Fungsi

1. Baju Merapi-api ( baju berapi-api Pada umumnya baju merapi-api dalam


)
pakaian adat batak Pakpak tidak jauh

bedanya dengan baju yang digunakan

seperti biasanya oleh manusia. Dimana

fungsinya sebagai menutupi aurat manusia

agar tidak menimbulkan berbagai hal yang

tidak diinginkan terutama bagi lawan jenis,

sebagai pelindung tubuh, dan sebagai

penunjuk identitas seseorang.

2. Celana panjang Celana panjang berwarna hitam, sama

dengan celana panjang pada umumnya.

Ukuran umumnya tidak sampai menyentuh

ujung kaki melainkan berada pada posisi

tanggung, seperti celana yang biasa

digunakan oleh atlit silat atau karate.

35

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


3. Bulang- bulang ( peci ) Pada dasarnya fungsi bulang-bulang pada

pakaian adat batak Pakpak tidak jauh

bedanya dengan peci, hanya saja yang

memebedakan bulang-bulang dengan peci

ialah dari segi bentuk,dan bahannya.

Dimana bulang-bulang di tambah variasi

diluarnya seperti manik-manik. Dimana

kegunaan nya ialah sebagai penutup

kepala, dan melindungi kepala dari

matahari dan sebagainya.

4. Abit ( penutup celana ) Dalam pakain adat batak Pakpak fungsi

abit sebagai penutup celana panjang yang

dipake oleh laki-laki, ditutupi secara

melingkar dengan ujung yang terbuka

didepan dengan bertujuan untuk lebih

mudah bergerak bebas, dan hal ini menjdi

ciri khas dari pakaian adat Pakpak

5. Borgot ( kalung untuk laki-laki ) Pada umumnya Borgot sama halnya

dengan kalung, dimana borgot ialah

sebuah perhiasan melingkar yang dikaitkan

atau digantungkan pada leher seseorang.

36

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Dimana fungsinya sebagai penambah

keindahan dalam berpenampilan atau

kelengkapan kebesaran dalam berpakaian,

dan sebagai penunjuk iderntitas

penggunanya atau untuk menunjukkan

status kedudukan pemakainya.

6. Sabe- sabe ( slendang ) Didalam pakaian adat Pakpak sabe-sabe

adalah sarung Pakpak yang berbentuk

selendang, yang berfungsi sebagai

mengikat kesatuan antara laki-laki dan

perempuan. dan sebagai penununjuk

status atau kedudukan seseorang.

7. Rante Abak ( ikat pinggang ) Didalam pakaian adat batak Pakpak rante

abak adalah kain yang dibentuk seperti

ikat pinggang yang yang berfungsi sebagai

pengikat abit yang dililitkan untuk

menutupi celana panjang..Dan fungsi rante

abak lainnya ialah untuk memperindah

penampilan, serta menggambarkan

kewibawaan dan keberadaan penggunanya.

37

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


8. Rempuriar ( pisau ) Didalam masyarakat batak Pakpak rempu

riar adalah sebuah benda tajam sama

halnya dengan pisau, hanya saja rempuriar

ukurannya lebih besar dari pada pisau

biasa. Dimana rempuriar digunakan

sebagai senjata bagi masyarakat Pakpak

atau sebagai alat pemotong sebuah benda,

dan lain sebagainya.

9. Ucang ( tas kecil ) Pada umumnya ucang sama halnya dengan

tas kecil yang dibentuk sedemikian rupa

yang terbuat dari daun pandan dan dihiassi

dengan manik-manik. Berfungsi sebagai

tempat penyimpanan barang-barang kecil

seperti rokok, korek api, dompet dan

sesuai dengan peralatan pemakainya..

38

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


10. Tongket ( tongkat ) Pada umumnya tongket atau tongket

adalah sepotong kayu atau rotan yang

dibentuk sedemikian rupa yang berfungsi

sebagai penopang atau pegangan kita saat

berjalan. Didalam konteks pakaian adat

Pakpak tongket berfungsi sebagai

penunjuk status atau kedududukan dari

pemakaianya

39

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


4.3.2 Deskripsi Fungsi Pakaian Adat Batak Pakpak Untuk Perempuan

No Nama
Fungsi

1. Baju Merapi-api (baju berapi-api ) Pada umumnya baju merapi-api dalam

pakaian adat Batak Pakpak tidak jauh

bedanya dengan baju yang digunakan

seperti biasanya oleh manusia. Dimana

fungsinya sebagai menutupi aurat manusia

agar tidak menimbulkan berbagai hal yang

tidak diinginkan terutama bagi lawan jenis,

sebagai pelindung tubuh, dan sebagai

penunjuk identitas seseorang, dan sebagai

perhiasan manusia .

2. Rok Pada dasarnya rok didalam pakain adat

Batak Pakpak sama halnya dengan rok

biasa pada umumnya yang cara

pemakainnya dimulai dari pinggang dan

menutupi sebagian atau seluruh bagian

kaki. Berfungsi sebagai menutup dan

melindungi tubuh bagian bawah dari

sengatan matahari, udara dingin, debu dan

untuk memenuhi syarat kesusilaan

40

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


3. Saong (penutup kepala untuk Dalam konteks pakaian adat batak Pakpak

perempuan ) saong berfungsi sebagai penutup kepala

dari matahari, selain berfungsi sebagai

penutup kepala saong juga berfungsi

sebagai menambah keanggunan pengantin

wanita yang menggunakannya.

4. Leppa-leppa ( kalung perempuan ) Dalam pakaian adat Pakpak leppa-leppa

adalah sebuah perhiasan wanita yang

berbentuk melingkar dikaitkan atau

digantungkan pada leher ,Dimana fungsinya

sebagai penambah keindahan dan

keanggunan dalam berpenampilan atau

kelengkapan kebesaran dalam berpakaian,

dan sebagai penunjuk iderntitas

penggunanya atau untuk menunjukkan

status kedudukan pemakainya.

41

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


5. Kancing emas Dalam konteks pakaian adat batak Pakpak

kancing emas berfungsi sebagai hiasan , dan

menutupi kancing sebenarnya. Arti

umumnya tidak berfungsi sebagai kancing

dalam artian yang sebenarnya, hanya

merupakan assesoris semata.

6. Rante abak ( ikat pinggang ) Rante abak adalah kain yang dibentuk

seperti ikat pinggang yang dibubuhi atau di

hiasi dengan manik-manik. Sama halnya

dengan rante abak pada pakian adat batak

Pakpak laki-laki, Tetapi lazim pula

menggunakan oles atau sarung yang diikat

untuk memperkuat posisi rok yang dipakai

wanita atau perempuan.

42

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


7. Ucang ( tas kecil ) Pada umumnya ucang sama halnya dengan

tas kecil yang dibentuk sedemikian rupa

yang terbuat dari daun pandan dan dihiassi

dengan manik-manik. Berfungsi sebagai

tempat penyimpanan barang-barang kecil

seperti , alat kecantikan perempuan dompet

dan sesuai dengan peralatan pemakainya.

8. Sobang ( anting-anting ) Sobang sama halnya dengan anting-anting,

dimana sobang adalah perhiasan berbentuk

cincin yang dipasang pada telinga,

bahannya biasa dari emas , logam, perak

dan lain sebagainya. Pada umumnya sobang

ini biasanya digunakan oleh wanita atau

perempuan.

9. Sabe-sabe ( slendang ) Didalam pakaian adat batak Pakpak sabe-

sabe adalah sarung batak Pakpak yang

berbentuk selendang, yang berfungsi

sebagai mengikat kesatuan antara laki-laki

dan perempuan. dan sebagai penununjuk

status atau kedudukan seseorang.

43

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


10. Rabi Munduk ( pisau ) Didalam masyarakatbatak Pakpak rabi

munduk sama halnya dengan rempu riar

dimana rabi munduk adalah sebuah benda

tajam sama halnya dengan pisau, hanya saja

rabi munduk ukurannya lebih besar dari

pada pisau biasa. Dimana rabi munduk

digunakan sebagai senjata wanita, dan

sebagai alat pemotong sebuah benda, dan

lain sebagainya.

44

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


4.4 Deskripsi Makna Pakaian Adat Batak Pakpak

4.4.1 Deskripsi Makna Pakaian Adat Batak Pakpak Untuk Laki-laki

No Nama
Makna

1. Baju Merapi-api ( baju berapi- Dalam konteks upacara pernikahan adat


api)
batak Pakpak baju merapi-api merupakan

pakaian adat khas Pakpak yang sudah ada

dari dulu.Warna baju merapi-api hampir

keseluruhan berwarna hitam,dan adanya

variasi warna merah dan putih. Dengan

warna hitam dan di bubuhi dengan manik-

manik menjadi ciri khas pakaian adat

Pakpak.Warna hitam dalam baju merapi-api

bermakna sebagai lambang keberanian,

kegagahan dan kebijakan. Warna merah

melambangkan kekuatan dalam pekerjaan

dan kehidupan.dan warna putih

melambangkan kesucian, dalam

menjalankan kehidupan. Sedangkan warna

kuning keemasan melambangkan betapa

kayanya suku Pakpak dari hasil pertanian

dan peternakan semua hasilnya ditukar

45

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


menjadi emas sebagai tabungan. Dengan

adanya variasi tambahan seperti manik-

manik (api-api) melambangkan semangat

juang yang tinggi

2. Celana panjang Dalam konteks pakaian adat batak Pakpak

celana panjang berwarna hitam mempunyai

makna tersendiri oleh masyarakat Pakpak.

Dimana warna hitam sudah menjadi ciri khas

dari pakaian masyarakat Pakpak, dan warna

hitam ini bermakna sebagai lambang dari

keberanian, kegagahan dan kebijakan.

Ukuran umumnya tidak sampai menyentuh

ujung kaki melainkan berada pada posisi

tanggung, seperti celana yang biasa

digunakan oleh atlit silat atau karate.

3. Bulang- bulang ( peci ) Didalam masyarakat Pakpak bulang-bulang

diyakini menjadi salah satu lambang

kebaikan bagi pemakainya. Seseorang yang

mengenakannya sama halnya dengan ia

sedang membawa pesan kebaikan,

kesantunan dalam tindakan dan teladan

46

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


dalam segala hal yang ia perbuat.. Makna

simbol manik-manik ( apai-apai ) yang

terdapat dalam bulang-bulang merupakan

lambang semangat yang berapi- api dari

pemakainya.

4. Abit ( penutup celana ) Dalam konteks pakaian adat batak Pakpak

abit melambangkan keanggunan, kesopan

santunan yang dimiliki oleh pemakainya.

Makna simbol manik-manik ( apai-apai )

yang terdapat dalam abit atau sarung

merupakan lambang semangat yang berapai

api dari pemakainya. Warna hitam dalam

abit bermakna sebagai lambang keberanian ,

kegagahan dan kebijakan.warna biru

melambangkan kedamaian, dalam kehidupan

pasti ada masalah yang harus diselesaikan

dengan baik antara hubungan sesama

manusia, manusia dengan alam dan manusia

dengan Tuhannya. Maka makna dari biru ini

adalah menetralkan. Warna merah

melambangkan kekuatan dalam pekerjaan

47

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


dan kehidupan.dan warna putih

melambangkan kesucian, dalam

menjalankan kehidupan. Sedangkan warna

kuning keemasan melambangkan betapa

kayanya suku Pakpak dari hasil pertanian

dan peternakan semua hasilnya ditukar

menjadi emas sebagai tabungan. Dengan

adanya variasi tambahan seperti manik-

manik (api-api) melambangkan semangat

juang yang tinggi

5. Borgot ( kalung untuk laki-laki) Pada umumnya borgot merupakan kalung

yang terbuat dari emas dan diikat dengan

benang sitellu rupa, dan ujungnya terdapat

mata kalung bergambar kepala

kerbau.Dalam konteks pakaian adat Pakpak

borgot bermakna sebagai penanda status

atau kedudukan dari pemakainya .Dan

benang sitellu rupa merupakan warna dasar

bagi masyarakat Pakpak. Dimana makna

simbol kepala kerbau kerbau melambangkan

kesabaran, keberanian, dan melambangkan

tingginya kedudukan, sosial dan kekuasan

48

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


atau kepemimpinan pemakainya. Warna

hitam dalam borgot bermakna sebagai

lambang keberanian, kegagahan dan

kebijakan. Sedangkan warna kuning

keemasan melambangkan betapa kayanya

suku Pakpak dari hasil pertanian dan

peternakan semua hasilnya ditukar menjadi

emas sebagai tabungan

6. Sabe- sabe ( slendang ) Dalam konteks pakaian adat batak Pakpak

sabe-sabe bermakna sebagai penghangat

jiwa dan raga supaya lebih sehat-sehat dan

panjang umur bagi pemakainya. Warna

hitam dalam sabe-sabe bermakna sebagai

lambang keberanian, kegagahan dan

kebijakan sedangakan warna kuning

keemasan melambangkan betapa kayanya

suku Pakpak dari hasil pertanian dan

peternakan . Dan adanya variasi tambahan

seperti manik-manik (api-api)

melambangkan semangat yang tinggi

49

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


7. Rante Abak ( ikat pinggang ) Dalam konteks pakaian adat batak Pakpak

rante abak mengandung makna pengukuh

atau pengikat adat dan ajaran ajaran agama.

Dan dengan adanya variasi tambahan

didalam rante abak melambangkan

keanggunan, semangat, keberanian

memperindah penampilan serta

menggambarkan keberadaan penngunanya.

Warna hitam dalam rante abak bermakna

sebagai lambang keberanian, kegagahan dan

kebijakan. Warna putih melambangkan

kesucian, dalam menjalankan kehidupan.

Sedangkan warna kuning keemasan

melambangkan betapa kayanya suku Pakpak

dari hasil pertanian dan peternakan semua

hasilnya ditukar menjadi emas sebagai

tabungan

50

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


8. Rempuriar ( pisau ) Dalam konteks pakaian adat batak Pakpak

rempu riar melambangakan bentuk

kesiapan dan keberanian dari seorang laki-

laki dalam kondisi apapapun.dan di selipkan

dibagian pinggang melalui rante abak atau

ikat pinggang, dan sembung atau sarung

melambangkan hukum yang melakukan

pembatasan dari hal yang

menjerumuskannya kepada perbuatan yang

dapat merugikan orang lain.

9. Ucang ( tas kecil ) Dalam konteks pakaian adat batak Pakpak

ucang bermakna sebagai tempat

penyimpanan peralatan yang dibutuhkan

bagi pemakainya.dan dengan adanya

variasai tambahan seperti manik-manik yang

melambangkan bentuk keistimewaan dan

bentuk keindahan dari ucang itu sendiri.

Warna merah dalam ucang melambangkan

bentuk kekuatan dalam pekerjaan dan

kehidupan.dan warna putih melambangkan

kesucian, dalam menjalankan kehidupan.

Sedangkan warna kuning keemasan

51

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


melambangkan betapa kayanya suku Pakpak

dari hasil pertanian dan peternakan semua

hasilnya ditukar menjadi emas sebagai

tabungan.

10. Tongket ( tongkat ) Didalam konteks pakaian adat batak Pakpak

tongket melambangkan jiwa kepemimpinan

seorang laki-laki yang nantinya akan

membina rumah tangga baru, bisa menjadi

seorang pemimpin yang baik, pemimpin

yang bertanggung jawab , dan seorang

pemimpin yang bisa memberikan contoh

teladan bagi orang banyak terlebih di

keluarganya sendiri.

52

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


4.2.2 Deskripsi Makna Pakaian Adat Batak Pakpak Untuk Perempuan

No Nama
Makna

1. Baju Merapi-api (baju berapi- Dalam konteks upacara pernikahan adat


api)
batak Pakpak baju merapi-api merupakan

pakian khas Pakpak yang sudah ada dari

dulu.Warna baju merapi-api hampir

keseluruhan berwarna hitam, dengan

warna hitam dan di bubuhi dengan manik-

manik menjadi ciri khas pakaian adat

Pakpak. Pada umumnya baju merapi-api

perempuan sama halnya dengan baju

merapi-api laki-laki hanya saja yang

membedakannya yaitu dari bentuk

kancing yang digunakan terbuat dari emas

atau perak yang artinya sebagai hiasan dan

asesoris semata. . Warna hitam dalam baju

merapi-api bermakna sebagai lambang

keberanian, kegagahan dan kebijakan.

Warna merah melambangkan kekuatan

dalam pekerjaan dan kehidupan.

Sedangkan warna kuning keemasan

53

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


melambangkan betapa kayanya suku

Pakpak dari hasil pertanian dan peternakan

semua hasilnya ditukar menjadi emas

sebagai tabungan. Dengan adanya variasi

tambahan seperti manik-manik (api-api)

melambangkan semangat juang yang

tinggi

2. Rok Dalam konteks pakaian adat batak Pakpak

rok merupakan busana khusus wanita

mulai dari batas pinggang kebawah

melalui panggul sampai panjang yang

diinginkan, rok bermakna sebagai bentuk

dari kesopanan dan syarat kesusilaan bagi

pemakainya dan dengan adanya variasai

tambahan seperti manik-manik

melambang bentuk keindahan dan

semangat yang berapi-api dari

pemakainya.Warna hitam dalam rok

bermakna sebagai lambang keberanian,

kegagahan dan kebijakan.Warna biru

melambangkan kedamaian, dalam

kehidupan pasti ada masalah yang harus

54

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


diselesaikan dengan baik antara hubungan

sesama manusia, manusia dengan alam dan

manusia dengan Tuhannya. Maka makna

dari biru ini adalah menetralkan. Warna

merah melambangkan kekuatan dalam

pekerjaan dan kehidupan.dan warna putih

melambangkan kesucian, dalam

menjalankan kehidupan. Sedangkan warna

kuning keemasan melambangkan betapa

kayanya suku Pakpak dari hasil pertanian

dan peternakan semua hasilnya ditukar

menjadi emas sebagai tabungan. Dengan

adanya variasi tambahan seperti manik-

manik (api-api) melambangkan semangat

juang yang tinggi

3. Saong (penutup kepala untuk Didalam perkawinan adat batak Pakpak

perempuan ) saong merupakan tutup kepala yang

dibentuk sedemikian rupa yang terbuat dari

kain atau oles Pakpak yang berbentuk

lonjong dengan sudut runcing kebelakang

ditempatkan pada tempat yang terhormat

yaitu di kepala. Saong tersebut juga

55

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


menambah keanggunan pengantin wanita

yang menggunakannya.Dalam pernikahan

adat Pakpak saong bermakna sebagai

bentuk keindahan dari pakaian adat Pakpak

dan sebagai ciri khas dari pakain adat

Pakpak wanita atau perempuan. .Warna

hitam dalam saong bermakna sebagai

lambang keberanian, kegagahan dan

kebijakan. Warna merah melambangkan

kekuatan dalam pekerjaan dan kehidupan

Warna kuning keemasan melambangkan

betapa kayanya suku Pakpak dari hasil

pertanian dan peternakan semua hasilnya

ditukar menjadi emas sebagai tabungan.

Dengan adanya variasi tambahan seperti

manik-manik (api-api) melambangkan

semangat juang yang tinggi

56

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


4. Leppa-leppa ( kalung perempuan Dalam konteks pakaian adat batak Pakpak

) leppa-leppa bermakna sebagai penamabah

penampilan, keanggunan, keindahan,

kecantikan dan penanda status atau

kedudukan pemakainya. Disamping

sebagai penambah keindahan leppa-leppa

juga menjadi simbol kebesaran dari

pakaian adat batak Pakpak

5. Kancing emas Dalam konteks pakain adat batak Pakpak

kancing emas bermakna sebagai

penamabah penampilan bermakna sebagai

penambah penampilan, keanggunan,

keindahan, kecantikan dan penanda status

atau kedudukan pemakainya

57

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


6. Rante abak ( ikat pinggang ) Dalam konteks pakaian adat batak

Pakpak rante abak mengandung makna

pengukuh atau pengikat adat dan ajaran-

ajaran agama. Dan dengan adanya variasi

tambahan didalam rante abak

melambangkan keanggunan, semangat,

keberanian, dan memperindah penampilan

serta menggambarkan keanggunan dan

keberadaan penngunanya. Warna hitam

dalam rante abak bermakna sebagai

lambang keberanian, kegagahan dan

kebijakan. Warna putih melambangkan

kesucian, dalam menjalankan kehidupan.

Sedangkan warna kuning keemasan

melambangkan betapa kayanya suku

Pakpak dari hasil pertanian dan peternakan

semua hasilnya ditukar menjadi emas

sebagai tabungan

58

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


7. Ucang ( tas kecil ) Dalam konteks pakaian adat batak Pakpak

ucang bermakna sebagai tempat

penyimpanan peralatan yang dibutuhkan

bagi pemakainya.dan dengan adanya

variasai tambahan seperti manik-manik

yang melambangkan bentuk keistimewaan

dan bentuk keindahan dari ucang itu

sendiri. Dan juga melambangkan bentuk

semangat yang tinggi dari pemaikainya.

Warna merah dalam ucang

melambangkan bentuk kekuatan dalam

pekerjaan dan kehidupan.dan warna putih

melambangkan kesucian, dalam

menjalankan kehidupan. Sedangkan warna

kuning keemasan melambangkan betapa

kayanya suku Pakpak dari hasil pertanian

dan peternakan semua hasilnya ditukar

menjadi emas sebagai tabungan

59

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


8. Sobang ( anting-anting ) Dalam pakaian adat Pakpak sobang

bermakna sebagai penambah penampilan,

keanggunan, keindahan, kecantikan dan

penanda status atau kedudukan

pemakainya

9. Sabe-sabe ( slendang ) Dalam konteks pakaian adat batak Pakpak

sabe-sabe bermakna sebagai penghangat

jiwa dan raga supaya lebih sehat-sehat dan

panjang umur bagi pemakainya. Warna

hitam dalam sabe-sabe bermakna sebagai

lambang keberanian, kegagahan dan

kebijakan sedangakan warna kuning

keemasan melambangkan betapa kayanya

suku batak Pakpak dari hasil pertanian dan

peternakan . Dan adanya variasi tambahan

seperti manik-manik (api-api)

melambangkan semangat yang tinggi

60

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


10. Rabi Munduk (pisau) Dalam konteks pakaian adat batak Pakpak

rabi munduk melambangakan bentuk

kesiapan dan keberanian dari seorang

wanita dalam kondisi apapapun.dan di

selipkan dibagian pinggang melalui rante

abak atau ikat pinggang

61

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian dan uraian mengenai pakaian adat Pakpak ditinjau dari segi

semiotik yang dikemukakan dalam skripsi ini dapat diambil beberapa kesimpulan

diantaranya sebagai berikut:

1. Kekayaan bangsa Indonesia terletak pada keanekaragaman budaya dan

tradisi disetiap daerah, salah satunya adalah keberadaan pakaian adat

tradisional. Pakaian adat tidak hanya digunakan sebagai kain penutup tubuh

saja, namun pakaian adat juga memiliki jejak sejarah, pemikiran, dan juga

keyakinan yang melambangkan norma adat yang berlaku serta

mencerminkan karakter suatu kelompok sosial tertentu.

2. Pakaian adat Pakpak merupakan suatu ciri yang membedakan pakaian

tersebut dengan pakian yang lainnya.salah satu ciri yang membedakan

pakaian tersebut yaitu bentuk dan warnanya yang terdapat pada pakaian

adat tersebut.. Begitu juga bentuk jenis, warna penempatan, dan makna

simbolik yang terdapat pada pakain adat tersebut.

3. Beberapa perlengkapan pakaian adat Pakpak untuk laki-laki dan perempuan

yaitu: 1.Pakaian adat Pakpak untuk laki-laki antara lain: Baju merapi-api,

Celana panjang, abit , Borgot, Sabe-sabe, Rante abak, Rante abak, Rempu

62

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


riar, Ucang, Tongket, 2. Pakaian adat Pakpak untuk pengantin wanita

antara lain: Baju merapi-api, Rok, Saong, Leppa-leppa, Rante

abak,Kancing emas, Rante abak, Uacang, Subang, Rabi munduk.

4. Warna hitam dalam pakaian adat Pakpak bermakna sebagai lambang

keberanian, kegagahan dan kebijakan.warna biru melambangkan kedamaian,

dalam kehidupan pasti ada masalah yang harus diselesaikan dengan baik

antara hubungan sesama manusia, manusia dengan alam dan manusia dengan

Tuhannya. Maka makna dari biru ini adalah menetralkan. Warna merah

melambangkan kekuatan dalam pekerjaan dan kehidupan.dan warna putih

melambangkan kesucian, dalam menjalankan kehidupan. Sedangkan warna

kuning keemasan melambangkan betapa kayanya suku Pakpak dari hasil

pertanian dan peternakan semua hasilnya ditukar menjadi emas sebagai

tabungan.

5. Asesoris yang digunakan dalam pakaian adat Pakpak melambangkan

keanggunan, keindahan, kelengkapan kebesaran dalam berpakain dan

sebagai penanda status atau kedudukan pemakainya.

63

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


5.2 Saran

Adapun saran yang ingin penulis sampaikan adalah sebagai berikut:

1. Penelitian terhadap budaya Pakpak perlu ditingkatkan lagi sebab budaya

Pakpak termasusk budaya yang hampir punah disebabkan oleh perkembangan

zaman.

2. Perlunya kesadaran masyarakat Pakpak agar tetap memelihara dan menjaga

serta mengembangkan dan melestarikan bentuk ornamen tradisional Pakpak

yang merupakan ciri khas daerah agar tidak tergerus oleh perkembangan

zaman.

3. Perlunya pemerintah mendirikan suatu museum Pakpak, sebagai tempat

berbagai peninggalan suku Pakpak yang digunakan pada zaman dahulu yang

sudah mulai hilang dan tidak mudah ditemuka, maupun sebagai contoh untuk

menambah ilmu pengetahuan pada masyarakat pakpak khususnya pada

generasi muda masa kini sebagai penerus bangsa nantinya.

4. Perlunya pelestarian budaya dengan cara melakukan setiap tradisi dan upacara

adat dari setiap suku yang memiliki budaya sendiri sehingga tercermin

kehidupan yang mempunyai kebudayaan yang tinggi. Inilah harapan sekaligus

saran penulis yang penulis sampaikan agar dapat menggugah hati generasi

muda masa kini sebagai penerus bangsa agar lebih peduli terhadap kebudayaan

untuk dikembangkan ditengah-tengah masyarakat. Sehingga budaya kita tetap

64

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


terjaga sehingga terdapat rasa persaudaraan dan saling menghormati antara

satu suku yang lain yang ada di Negara yang kita cintai ini.

5. Dengan adanya penelitian ini kita semua berharap agar dapat lebih memahami

tentang bentuk fungsi dan makna pakaian adat Pakpak.

65

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR PUSTAKA

Arikunto,2009. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.


Bachtiar,Harja W. 1990. Pengamatan Sebagai Suatu Metode Penelitian. Jakarta:
Gramedia.
Bangun, P. 1980. Kebudayaan Batak, dalam Koentjaraningrat (Ed) Manusia dan
Kebudayaan di Indonesia, Jakarta, PT. jembatan.
Berutu, Lister. 2013. Mengenal suku Pakpak di Sumatera Utara. Pusat penelitian dan
pengembangan Budaya Pakpak: Medan

Celemon, R. Driffin. 1983. The vilag es As a Category of Pakpak Batak Desceri, dalam
rita and Richard Kipp (ed) Beyod Samosir; RecentStudies of the Batak People of
Sumatera, Athens Ohio, Center GorInternasional Studies OhioUniversity.

Edi. S.1995 Kebudayaan Sunda suatu pendekatan Sejarah. Jakarta : Pustaka Jaya

Jalins. 1990: Unsur-unsur pokok dalam Seni Berpakain. Jakarta: Misuar

Kabeaken, Moyang Keleng. 2016. Fungsi dan Makna Pakaian Adat Melayu Deli.:
Kajian Semiotik. Medan : Skripsi Sarjana Sastra Daerah FIB.

Koentjaraningrat, 1984. Kebudayaan Jawa. Jakarta: PN Balai Pustaka.

Koten. dkk. 1991. Pakaian adat tradisional Daerah., Propinsi NTT. Yogyakarta:
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Maibang , 2011. Merbayo/Sijahe I Tanoh Pakpak. (laporan penelitian). Pakpak:


Lembaga Adat Budaya Pakpak.

Pasaribu, Rudolf H. 1978. Mengenal Beberapa Aspek Kebudayaan Batak Pakpak,


dalam majalah Dalihan Na Tolu & Jakarta.

66

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Peirce, Ch.S. 1940. The Philosophy of Peirce: Selected Writings. Ed.J. Buchler. New
York: harcout.

Pradopo, Rahmat Djoko. 1995. Beberapa Teori Sastra, Metode Kritik, dan
Penerapannya. Yokyakarta: Pustaka Pelajar.

Subagyo P. Joko, 1991. Metode Penelitian Dalam Teori dan Praktek. PT Rineka Cipta,
Jakarta.

Zoe Van Art. 1993. Semiotik: Tentang Tanda, Cara Kerjanya dan apa yang kita
lakukan dengannya. Jakarta: Yayasan Sumber Agung.

67

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Kutipan dari internet

http:// adat-tradisional. Blogspot.com/2016/08/34-pakaian adat indonesia-gambar-nama.

Diakses pada tanggal 6 Januari 2018.

https://id.m.wikipedia.org/wiki/ Suku-Batak-Pakpak.Diakses pada tanggal 6 Januari

2018

http://googleweblight.2014.Arifbudi.Pemaknaan tanda.Lecture.ub.ac.id. Diakses pada

tanggal 6 januari 2018.

68

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Daftar informan

1. Nama : Monang Berutu

Umur : 50 tahun

Status : Menikah

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Petani

Bahasa yang dikuasai : bahasa Indonesia, bahasa daerah Batak Pakpak

2. Nama : Listua Padang, S. Pak

Umur : 66 tahun

Status : Menikah

Pendidikan : Sarjana

Pekerjaan : Petani

Bahasa yang dikuasai : bahasa Indonesia, bahasa daerah Batak Pakpak

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


1

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Anda mungkin juga menyukai