Anda di halaman 1dari 190

TRADISI MENDIRIKAN RUMAH MELAYU DALAM NASKAH TAJUL

MULUK : KAJIAN FILOLOGI

SKRIPSI

DIKERJAKAN OLEH :

NAMA : KIKI DWI LESTARI

NIM : 140702022

PROGRAM STUDI BAHASA DAN SASTRA MELAYU

DEPARTEMEN SASTRA MELAYU

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2018

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
TRADISI MENDIRIKAN RUMAH MELAYU DALAM NASKAH TAJUL
MULUK : KAJIAN FILOLOGI

Oleh: Kiki Dwi Lestari

ABSTRAK
Skripsi ini mendeskripsikan “Tradisi Mendirikan Rumah Dalam
Naskah Tajul Muluk” ditinjau dari bidang Filologi. Teori yang digunakan dalam
penelitian ini adalah penelitian deskriptif yang dikombinasi dengan penelitian
filologi modern. Sumber penelitian ini yaitu naskah Tajul Muluk yang disimpan di
desa Tangga Bosi Kab.Mandailing Natal. Naskah tersebut merupakan koleksi
pribadi Bapak Malim Hasim Lubis. Metode penelitian dalam penelitian ini
memadukan metode deskripsi dan metode filologi modern. Pengumpulan data
dilakukan dengan inventarisasi naskah, deskripsi naskah, transliterasi teks, kritik
teks dan mendeskripsikan tradisi mendirikan rumah. Teknik analisis data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah teknik deskriptif. Hasil penelitian terhadap
naskah Tajul Muluk dideskripsikan sebagai berikut. Pertama, inventarisasi naskah
dilakukan untuk mengetahui keberadaan naskah. Kedua, deskripsi naskah
menunjukkan bahwa kondisi fisik naskah Tajul Muluk masih dalam keadaan baik
dan dapat terbaca. Ketiga, proses transliterasi dilakukan dengan
mengalihaksarakan, dari aksara Jawi ke dalam aksara Latin sesuai apa adanya.
Keempat, proses krtik teks dilakukan dengan perubahan bacaan yaitu
penambahan, pengurangan, dan panggantian huruf maupun bacaan yang tidak
sesuai dengan konteks kalimat dan tidak mempunyai makna secara jelas.
Kelima, kandungan isi teks Tajul Muluk yaitu tradisi mendirikan rumah Melayu.
Tradisi mendirikan rumah Melayu yang terdapat dalam teks Tajul Muluk dimulai
dari pemilihan kayu, menentukan ukuran, pematah tukang terdahulu, syarat ketika
mendirikan rumah, azimat ketika mendirikan rumah, membuat pintu, melihat
bulan ketika mendirikan rumah, larangan ketika mendirikan rumah dan nasehat
ketika mendirikan rumah.

Kata kunci: Filologi, Naskah Tajul Muluk, Tradisi Mendirikan Rumah

i
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
‫ﻥﻯﻥﺱﻙﻭﺕﺍﺝﻡﻱﻩﻭﻙ ‪ :‬ﻙﺝﻱﺍﻥﻑﻩﻩݢﻱ‬
‫ﺕﺭﺍﺩﺱﻱﻱﻥﺩﺭﻙﻥ ﺭﻭﻱﻭﻱ‪.‬ﻱﻭ ﺩ‬
‫ﺱﺕﺭﻱ‬
‫ﺍﻭﻥﻭ ‪:‬ﻙﻱﻙﻱ ﺩﻭﻱﻥ‬

‫ﺍﺏﺕﺭﻙ‬
‫ﻑﺱﻙ ٍ"ﺕﺭﺍﺩﺱﻱ ﻱُﺩ ﺭٍﻙ ٍ ﺭﻭﻱ ّ ﻱ‪ٍ.‬ﻭ ﺩﺍﻥﻯ َﺱﻙ ّﺕﺍﺝﻭﻝ ﻱﻩﻭﻙ"‬ ‫ﻑﺱﻱ ﺍٍ ﻱُﺩﺱﻙ ﺭٍ‬ ‫ﺱﻙ ﺭٍ‬
‫ﻙﺭﻑﺕﻑ ٍڠ ﺩﻙ ًﺏَُﺱ ﺩڠ ٌﺍ‬ ‫ﺩﺕ َُﺝﺍﻭ ﺩﺭ ً ﺏَﺩڠﻑﻩﻩݢﻱ·ﺕﺍﻭﺭﻯ ٍڠ ﺩݢ ﻭَﺍ ﻙٍ ﺩﺍﻥﻯ ﻑُ ﻩﺕَﺍٌ ﺩﺱ‬
‫ﻑُ ﻩﺕَﺍٌﻑﻩﻩݢﻱ ﻱﺍﻭﺩ ﺭٌ·ﺱًﺏﺭﻑُ ﻩﺕَﺍٌ ﺍٍ ٍﺍٍﺕﻭ َﺱﻙ ّﺕﺍﺝﻭﻝﻱﻩﻭﻙ ٍڠ ﺩﺱ ًﻑٍ ﺩ ﺩﺱﺍﺕڠݢﺍﺏ ﺱٌ‬
‫ﻑﺍﻙ ﻱ ﻩَﻯ ﺡ ﻭﺱٍَ ﻥﻭﺏﺱ·‬ ‫ﻑ ﻙٍ ﻙ ﻩَﻙﺱﻑﺭﺏﺩ ًﺏ‬ ‫ﺭﺱﺏﺕ ﻱﺭﻭ‬ ‫ﻙﺏﻭﻑﺕٍ ﻱُﺩ ٍﺍ ٍﺍڠ َﺍﺕ ﻡ ‪َ٫‬ﺱﻙ ّﺕ‬
‫ﻑﺱ ﺩ ﺍٌﻱﺕﺍﻭﺩ ًﻑﻩﻩݢ ٌ ﻱﺍﻭﺩ ﺭٌ·‬ ‫ﻥﻯ ﻑُ ﻩﺕَﺍٌ ﺍٍ ﻱ ًﺍﺩﻭ ﻙٍﻱﺕﺍﻭﺩ ً ﺩﺱﻙ ﺭٍ‬ ‫ﻱﺕﺍﻭﺩ ً ﻑُ ﻩﺕَﺍٌ ﺩﺍ‬
‫ﺱَﺕﺭ ﺱٌ ﺕَﻙﺱ‪٫‬ﻙﺭٍﺕﻙ‬ ‫ﻑ ﺱٌ َﺱﻙ ّ‪٫‬ﺕ َﺭ ﻩ‬ ‫ﻑُﺕﺭٍﺱ ﺱٌ َﺱﻙ ّ ‪٫‬ﺩﺱﻙﺭ‬ ‫ﻑ ﻩٍ ﺩﺕﺍ ﺩﻥﻙﻭﻙ ٍ ﺩڠ ٍ ﺍَ‬ ‫ﻑڠﻭﻱ‬ ‫َ‬
‫ﻑﺱ ﻙٍﺕﺭﺍﺩ ﺱٌ ﻱُﺩﺭ ﻙٍ ﺭﻭﻱ ّ·ﺕﻙ َُﻙ ﺍَﺍﻥَﺱﺱ ﺩﺕﺍ ٍڠﺩݢ ُﺍ ﻙٍ ﺩﺍﻥﻯﻑُ ﻩﺕَﺍٌ‬ ‫ﻱﺩﺱﻙ ﺭٍ‬ ‫ﺕَﻙﺱ ﺩ ﺍٌ ُ‬
‫ﻑﺱﻙ ٍ‬ ‫ﻙﺭﻑﺕَﻑ· ﺡﺍﺱ ﻡ ﻑُ ﻩﺕَﺍٌﺕﺭﺡﺍﺩﻑ َﺱﻙ ّﺕﺍﺝ ﻡ ﻱﻩﻭﻙ ﺍٍ ﺩﺩﺱﻙ ﺭٍ‬ ‫ﻥﺕﻙ َُﻙ ﺩﺱ‬ ‫ﺍٍ ﺍﺩ ّ‬
‫ﻑُﺕﺭٍﺱ ﺱٌ َﺱﻙ ّ ٍڠ ﺩﻥﻙﻭﻙ ٍ ﺍﻭَﺕﻙ ﻱڠﺍٍﺕﺡﻭﺍ ًﻙﺏﺭﺩﺍ ﺍٌ َﺱﻙ ّ·‬ ‫ﺱﺏݢﺍ ًﺏ ﺭٍﻙﻭﺕ·ﻑﺭﺕ ًﺍ‪ ٫‬ﺍَ‬
‫ﻑ ﺱٌ َﺱﻙ ﻱ ُُﺝﻭﻙ ﻙٍﺏﺡﻭﺍ ﻙﺍ ﻭَﺩ ﺱٌﻑﺱَﻙ َﺱﻙ ّﺕﺍﺝ ﻡ ﻱﻩﻭﻙ ﻱﺱَ ّ ﺩﺍﻥﻯ ﻙَﺍﺩﺍ ﺍٌ‬ ‫ﻙﺩﻭﺍ‪ ٫‬ﺩﺱﻙﺭ‬
‫ﺏﺍٍﻙ ﺩ ﺍٌ ﺩﻑﺍﺕﺕﺭﺏچﺍ·ﻙﺕݢﺍ‪٫‬ﻑﺭﺍﻭﺱﺱﺕﺭَﺱﻩَﺕﺭ ﺱٌ ﺩﻥﻙﻭﻙ ٍ ﺩڠ ٍﻱڠﺍﻥَﺍﻙﺱﺭﺍ ﻙٍ ﺩﺭ ًﺍﻙﺱﺭﺍ‬
‫ﻑﺕ‪٫‬ﻑﺭﺍﻭﺱﺱ ﻙﺭٍﺕﻙﺕَﻙﺱ ﺩﻥﻙﻭ ﻙٍ ﺩڠ ٍ‬ ‫ﺝﻭ ً ﻙٌ ﺩﺍﻥﻯﺍﻙﺱﺭﺍ ﺭﻭﻱﻱ ﺱَﺱﻭﺍ ً ﺍﻑ ﺍﺩﺍڽ· ﻙﺍﻱ‬
‫ﺕﺩﻙ‬ ‫ﻑ ٍﺏچﺍ ﺍٌ ٍڠ َ‬ ‫ﻑڠﺍﻭﺭڠ ﺍٌ‪ ٫‬ﺩ ﺍٌ ﻑَڠݢ ُﺕَﺍٌ ﺡﻭﺭﻑ ﻱﺍﻭ‬ ‫ﻑﺭﻭﺏﺡﺍٌﺏچﺍ ﺍٌ ٍﺍٍﺕﻭ ﻑُ ًﺏﺡﺍٌ‪َ ٫‬‬
‫ﻙﺩﻭڠ ﺍٌﺍﺱ ٌ‬ ‫ﻑ ﻭََﺍ ً ﻱ ﻙُﺍﺱچﺍﺭ ﺝَﻩﺱ· ﻙ ﻩَ ًﺍ‪ُ ٫‬‬ ‫ﺱَﺱﻭﺍ ً ﺩڠ ٍ ﻙُﺕَﻙﺱ ﻙ ﻩَ ًﺕ ﺩ ﺍٌ ﺕَﺩﻙ ﻱ ً‬
‫ﺕَﻙﺱﺕﺍﺝ ﻡ ﻱﻩﻭﻙ ٍﺍٍﺕﻭﺕﺭﺍﺩ ﺱٌ ﻱُﺩﺭ ﻙٍ ﺭﻭﻱ ّ ﻱ‪ٍ.‬ﻭ·ﺕﺭﺍﺩ ﺱٌ ﻱُﺩﺭ ﻙٍ ﺭﻭﻱ ّ يالٍﻭ ٍڠ‬
‫ﺕﺭﺩﻑﺍﺕ ﺩﺍﻥﻯ ﺕَﻙﺱﺕﺍﺝ ﻡ ﻱﻩﻭﻙ ﺩﻱوالﻯ ﺩﺭ ًﻑ ً ﻩَﺡٍ ﻙَﻭ‪ ٫‬ﻱُُﺕﻭﻙ ٍ ﺍﻭﻙﺭ ﺍٌ‪٫‬ﻑًﺍﺕ ّﺕﻙﺍڠ‪٫‬‬
‫ﺵﺭﺍﺕ ﻙﺕَﻙ ﻱُﺩﺭ ﻙٍ ﺭﻭﻱ ّ‪ ٫‬ﺍﺝَ ًﺕ ﻙﺕَﻙ ﻱُﺩﺭ ﻙٍ ﺭﻭﻱ ّ‪ ٫‬ﻱًﺏﻭﺍﺕﻑُﺕﻭ‪٫‬ﺏﻭ ﻥٍ ﺏﺍٍﻙ ﺩﺍ ٌ ﺕَﺍﺩﺍ‬
‫ﺏﺍٍﻙ ﻙﺕَﻙﻱ ُﺩﺭ ﻙٍ ﺭﻭﻱ ّ‪٫‬ﻥﺭﺍڠ ﺍٌﻙﺕَﻙ ﻱُﺩﺭ ﻙٍ ﺭﻭﻱ ّ ‪ ٫‬ﺩﺍ ٌ َﺱَﺡﺍﺕ ﻙﺕَﻙ ﻱُﺩﺭﻙ ٍ ﺭﻭﻱ ّ·‬

‫ﻙﺕﺍ ﻙﻭﻥچﻱ ‪:‬ﻑﻩﻩݢﻱ‪٫‬ﻥﺱﻙﻭﺕﺍﺝﻡﻱﻩﻭﻙ‪٫‬ﺕﺭﺍﺩﺱﻱﻱﻥﺩﺭﻙﻥ ﺭﻭﻱﻭ‬

‫‪ii‬‬
‫‪UNIVERSITAS SUMATERA UTARA‬‬
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa
karena telah memberikan kesehatan dan kekuatan kepada penulis sehingga penulis
dapat menyelesaikan skripsi ini guna memenuhi syarat untuk dapat menempuh
ujian komprehensif untuk memperoleh gelar Sarjana Strata-1 di program studi
Sastra Melayu, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara.

Skripsi ini berjudul “Tradisi Mendirikan Rumah Melayu Dalam Naskah


Tajul Muluk : Kajian Filologi”. Terwujudnya skripsi ini bukanlah semata-mata
jerih-payah penulis sendiri, tetapi tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak.
Maka dalam kesempatan ini, penulis menyampaikan rasa hormat dan terimakasih
yang sebesar-besarnya kepada seluruh pihak yang telah memberikan bantuan
moril maupun material sehingga saya dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.

Agar dapat memperoleh gambaran yang jelas dan menyeluruh dalam isi
skripsi ini, penulis memaparkan rincian sistematika penulisan skripsi ini sebagai
berikut: Bab I merupakan pendahuluan yang mencakup latar belakang masalah,
rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian. Bab II merupakan kajian
pustaka yang mencakup kepustakaan yang relevan dan teori yang digunakan. Bab
III merupakan metode penelitian yang mencakup metode dasar, metode
pengumpulan data, sumber data, dan metode analisis data. Bab IV pembahasan
inventarisasi naskah, deskripsi naskah, transliterasi teks, kritik teks, dan
memaparkan tradisi mendirikan rumah Melayu. Bab V berisikan kesimpulan dan
saran.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini belum sempurna. Untuk itu, dengan
kerendahan hati penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun
dari para pembaca. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca terutama bagi
penulis.

Medan, 28 Mei 2018

Penulis

iii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UCAPAN TERIMA KASIH

Dalam penyusunan skripsi ini tidak terlepas dukungan dari berbagai


pihak. Peneliti secara khusus mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada semua pihak yang telah membantu. Peneliti banyak menerima bimbingan,
petunjuk dan bantuan serta dorongan dari berbagai pihak baik yang bersifat moral
maupun material. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada:
1. Allah SWT dengan segala rahmat serta karunia-Nya yang memberikan
kekuattan bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
2. Ibu Dr.Rozanna Mulyani, M.A, selaku Ketua Jurusan Sastra Melayu, Fakultas
Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara.
3. Ibu Dra.Mardiah Mawar Kembaren, M.A, Ph.D, selaku Dosen Pembimbing
dan Seketaris Jurusan Sastra Melayu, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas
Sumatera Utara, atas bimbingan, saran, dan motivasi yang diberikan.
4. Segenap Dosen Jurusan Sastra Melayu, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas
Sumatera Utara, yang telah memberikan ilmunya kepada penulis.
5. Kepada kedua orang tua tercinta yang selama ini telah membantu peneliti
dalam bentuk perhatian, kasih sayang, semangat, serta doa yang tidak henti-
hentinya mengalir demi kelancaran dan kesuksesan peneliti dalam
menyelesaikan skripsi ini.
6. Teman-teman seperjuangan saya di Jurusan Sastra Melayu 2014, atas semua
dukungan, semangat, serta kerjasamanya.
7. Abangda dan Kakanda seniorer Sastra Melayu
8. Adik-adik junior Sastra Melayu
9. Kepada Perpustakaan Tengku Lukman Sinar yang telah memberikan
kesempatan bagi penulis untuk dapat melangsungkan penelitian dan
memperoleh data.
10. Kepada Ibu Aslina Ritonga yang telah memberikan kesempatan bagi penulis
untuk dapat melangsungkan penelitian dan memperoleh data.
11. Kepada Bapak Malim Husin Lubis yang telah memberikan kesempatan bagi
penulis untuk dapat melangsungkan penelitian dan memperoleh data.

iv
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
12. Serta masih banyak lagi pihak-pihak yang sangat berpengaruh dalam proses
penyelesaian skripsi yang yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.
Semoga Allah subhanahu wata‟ala senantiasa membalas semua kebaikan
yang telah diberikan yang telah diberikan. Semoga penelitian ini dapat
bermanfaat bagi peneliti umumnya kepada para pembaca.

Medan, 28 Mei 2018

Penulis

v
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN SAMPULi

PENGESAHAN

ABSTRAK ............................................................................................................... i

KATA PENGANTAR ........................................................................................... iii

UCAPAN TERIMA KASIH .................................................................................. iv

DAFTAR ISI .......................................................................................................... vi

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................1

1.1 Latar Belakang ...................................................................................................1

1.2 Batasan Masalah.................................................................................................3

1.3 Rumusan Masalah ..............................................................................................3

1.4 Tujuan Penelitian ...............................................................................................3

1.5 Manfaat Penelitian .............................................................................................4

BAB II KEPUSTAKAAN YANG RELEVAN .......................................................5

2.1 Kajian Pustaka ....................................................................................................5

2.2 Teori Yang Digunakan .......................................................................................6

2.2.1 Pengertian Filologi ...................................................................................6

2.2.2 Objek Penelitian Filologi .........................................................................8

vi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2.2.3 Langkah-Langkah Penelitian Filologi ......................................................9

BAB III METODE PENELITIAN.........................................................................13

3.1 Metode Dasar ...................................................................................................13

3.2 Metode Pengumpulan Data ..............................................................................13

3.3 Sumber Data .....................................................................................................14

3.4 Metode Analisis Data .......................................................................................14

BAB IV PEMBAHASAN ......................................................................................15

4.1 Inventarisasi Naskah ........................................................................................15

4.2 Deskripsi Naskah .............................................................................................15

4.3 Transliterasi Teks .............................................................................................22

4.3.1 Pedoman Transliterasi dan Kritik Teks ..................................................22

4.3.2 Hasil Transliterasi Teks dan Kritik Teks ...............................................25

4.4 Tradisi Mendirikan Rumah Melayu Dalam Teks Naskah TM.......................104

4.4.1 Diagram Tradisi Mendirikan Rumah Melayu Dalam Teks Naskah TM.....148

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ...............................................................152

5.1 Kesimpulan ....................................................................................................152

5.2 Saran...............................................................................................................153

Daftar Pustaka ......................................................................................................154

Lampiran ..............................................................................................................155

vii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Warisan budaya masa lalu yang sangat memberi makna pada generasi
kini antara lain yaitu naskah Melayu. Naskah Melayu tersebut merupakan
jembatan yang agung menyingkap ke gemilangan khazanah Melayu masa lalu.
Hal itu tampak dari unsur budaya masyarakat yang dimiliki antara lain sistem
ekonomi, sistem politik, sistem sosial, agama, bahasa, sastra dan kebudayaan yang
terangkum di dalam naskah Melayu tersebut .

Naskah merupakan hasil budaya masa lampau dalam bentuk tulisan


tangan yang memuat unsur kebahasaan, kesastraan dan kebudayaan yang ditulis
pada bahan tulis kertas, lontar, kulit kayu, rotan dan lain-lain (Baried Baroroh,
dkk. 1985:1). Sebagian besar naskah sekarang tersimpan di berbagai pusat
penyimpanan dokumentasi ilmiah di dalam dan luar negeri. Adapun sebagaian
lagi tidak diketahui jumlahnya dengan pasti, masih ada di tangan perorangan.
Tersimpan sebagai warisan keluarga yang turun temurun, dan tidak pernah
terjamah (Sudjiman, 1995:46).

Naskah-naskah peninggalan masa lampau yang masih terlantar atau


belum dikaji secara tuntas perlu dilestarikan karena mengandung banyak
informasi dan pengetahuan di dalamnya (Sudjiman, 1995:11-14). Dalam
perkembangannya, usaha pelestarian dan pembelajaran naskah tradisional
mengalami berbagai hambatan. Salah satu hambatan yang dirasa cukup penting
adalah dalam hal penguasaan bahasa dan aksara naskah tersebut. Oleh sebab itu
diperlukan proses pengalihan aksara. Sebuah teks tradisional dibuat
transliterasinya karena aksara yang digunakan di dalam teks tersebut sudah
semakin asing bagi orang kebanyakan, sedangkan isi teks itu sendiri dianggap
masih relevan dan penting untuk dilestarikan (Sudjiman, 1995:99).

1
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Menurut ragamnya, naskah tradisional memiliki berbagai ragam baik
dari segi bahan, bentuk, isi, bahasa maupun aksara yang digunakan. Dari segi
bahan diantaranya terbuat dari daun lontar, kulit binatang, kulit kayu, buluh,
gading, kayu, kertas, dan kain. Dari segi bentuk , naskah terbagi dalam berbagai
bentuk prosa, puisi, dan drama (Djamaris, 2002:5). Kandungan isi naskah
bervariasi dan mencakup berbagai aspek kehidupan. Kemudian dari segi bahasa
yang digunakan naskah ditulis dalam berbagai bahasa antara lain bahasa jawa,
sunda, aceh, minangkabau, bugis, makasar, banjar, wolio serta melayu (Djamaris,
2002:5).
Penulis membahas salah satu naskah Melayu yang berjudul Tajul
Muluk. Naskah Tajul Muluk (dan selanjutnyan akan disebut Naskah TM).
Menurut Wan Mohd Shaghir Abdullah (dalam Wardani, 2010:89-120) naskah TM
ini dikumpulkan oleh Syekh Ismail Aceh dari beberapa karya yang ditulis oleh
Syekh Abbas. Naskah TM ini mulai disalin oleh Syekh Ismail pada hari sabtu 28
Rabbiul Awal 1306 H/ 1888 M di Makkah. Cetakkan pertama diterbitkan oleh
Mathba‟ah al-Miriyah al-kainah, Makkah 1311 H/1893 M dengan diedit oleh
Syekh Ismail sendiri dan ditelaah ulang oleh gurunya, Syekh Ahmad bin
Muhammad Zainal al-Fathani.
Naskah TM ini terdiri atas 134 bab dan terdiri atas 146 halaman.
Wardani (2010:89-120) mengatakan bahwa isi naskah TM ini membahas tentang
hal-hal yang menyangkut sendi-sendi kehidupan manusia beserta alam sekitarnya,
seperti gerak pada tubuh, tuntunan prilaku serta budi pekerti yang positif,
perbuatan lelaki, peredaran air mani wanita, mengalahkan musuh, doa-doa
berperang, melihat nasib, menentukan musim tanam untuk petani atau melaut
untuk nelayan, mengenai hari baik untuk mengetahui sesuatu hal, mendirikan
rumah, membuka tanah, adzimat, dan pengobatan.

Penulis tertarik meneliti Naskah TM ini karena melalui penelusuran


singkat, diketahui naskah ini merupakan salah satu dari koleksi Perpustakaan
Tengku Lukman Sinar yang belum ditransliterasi. Dari kondisi fisiknya, naskah
TM dinilai cukup mudah untuk dibaca atau diteliti. Alasan yang paling mendasar
adalah naskah tersebut belum pernah diterbitkan dalam bentuk transliterasi
lengkap. Sebagai salah satu hasil sastra masa lampau yang tekenal pada

2
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
zamannya, naskah ini dirasa perlu diperkenalkan agar nilai-nilai yang terkandung
dalam teks bisa sampai kepada masyarakat saat ini. Penulis juga akan
menunjukkan nilai-nilai tradisi mendirikan rumah yang tercermin dalam naskah
TM.
Metode yang sesuai untuk mengungkap isi kandungan suatu naskah
adalah melalui kajian filologi. Filologi merupakan suatu ilmu pengetahuan tentang
sastra-sastra dalam arti luas mencakup bidang kebahasaan, kesastraan, dan
kebudayaan (Baried Baroroh, dkk. 1985:1). Melalui disiplin ilmu filologi, seluk
beluk dan kandungan isi naskah dapat diungkapkan secara lebih jelas dan
terperinci. Adapun cara kerja penelitian filologi meliputi inventarisasi naskah,
deskripsi naskah, transliterasi teks, dan kritik teks.
Kajian ini dititikberatkan pada kajian filologi modren, yaitu bahwa
dalam penelitian ini selain bertujuan untuk mentransliterasi teks agar dapat dibaca
oleh masyarakat juga bertujuan untuk mengungkap kandungan tentang tradisi
mendirikan rumah yang terdapat dalam naskah TM (Baried Baroroh, dkk.
1985:3).

1.2 Batasan Masalah


Kajian ini dibatasi agar terarah dan terfokus pada masalah yang telah
dibatasi saja, sehingga tidak terjadi pembahasan yang terlalu luas. Penulis
membuat batasan masalah sesuai dengan judul dan latar belakang masalah. Fokus
penelitian ini hanya tertuju pada halaman 90-116 yang berisi tentang tradisi
mendirikan rumah Melayu dalam naskah TM.

1.3 Rumusan Masalah


Sesuai dengan uraian latar belakang maka dapat diketahui rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Bagaimana kajian filologi dalam naskah TM yang meliputi inventarisasi
naskah, deskripsi naskah, transliterasi teks dan kritik teks?
2. Bagaimana tradisi mendirikan rumah Melayu dalam naskah TM?

3
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
1.4 Tujuan Penelitian
Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah dan rumusan
masalah, maka kajian ini memiliki beberapa tujuan. Adapun tujuan dari kajian ini
adalah sebagai berikut.
1. Membuat kajian filologi dalam naskah TM yang meliputi inventarisasi
naskah, deskripsi naskah, transliterasi teks dan kritik teks.
2. Mendeskripsikan tradisi mendirikan rumah Melayu dalam naskah TM.

1.5 Manfaat Penelitian


Hasil dari kajian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara
teoritis dan praktis. Adapun manfaat secara teoritis dan praktis dari kajian ini
dapat dijelaskan sebagai berikut.

1.5.1 Manfaat teoritis


1. Kajian ini dapat dijadikan sebagai acuan pustaka bagi penelitian selanjutnya,
khususnya dalam penelitian tentang naskah TM dengan kajian filologi.
2. Kajian ini juga dapat dimanfaatkan sebagai media informasi mengenai naskah
Melayu khususnya naskah TM dalam khazanah sastra klasik.
3. Kajian ini diharapkan dapat memberikan gambaran menyeluruh mengenai
objek yang diteliti yaitu cara mendirikan rumah Melayu dalam naskah TM.

1.5.2 Manfaat praktis


1. Memperkenalkan naskah TM dengan penerapan teori yang meliputi
inventarisasi naskah, deskripsi naskah, transliterasi teks, dan kritik teks dalam
kajian filologi.
2. Membuat transliterasi naskah TM agar dapat membantu pembaca dalam
memahami isi naskah.
3. Mengenali lebih dalam cara mendirikan rumah Melayu dalam naskah T M .

4
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kepustakaan Yang Relevan


Kepustakaan yang relevan atau sering disebut kajian pustaka adalah
salah satu cara untuk mendapatkan referensi yang lebih tepat dan sempurna
tentang informasi/data yang ingin kita teliti. Sedangkan menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia (KBBI), Tinjauan pustaka adalah terbitan berseri, terutama
berisi artikel tentang tinjauan dan ulasan buku baru.
Naskah TM adalah sebuah naskah tradisional yang berasal dari Arab,
dibawa masuk ke Aceh oleh saudagar dan pedagang dari Persia dan Negeri Rum
(Turki) sekitar abad ke-16. Naskah asli dari manuskrip tradisional tersebut
awalnya adalah tulisan tangan dengan menggunakan huruf arab dan bahasa Arab.
Naskah TM ini lahir karena adanya perintah dari raja Aceh yaitu
Sultan Alaiddin Ibrahim Manshur Billah Syah bin as-Sulthan Johor (1857-1870)
kepada penulis istana untuk menulis ramalan hari keberuntungan atau ketidak
beruntungan saat berperang (Wardani, 2010:89-120).
Menurut Wan Mohd Shaghir Abdullah (dalam Wardani, 2010:89-
120), naskah TM ini dikumpulkan oleh Syekh Ismail Aceh dari beberapa karya
yang ditulis oleh Syekh Abbas. Naskah TM ini mulai disalin oleh Syekh Ismail
pada hari sabtu 28 Rabbiul Awal 1306 H/ 1888 M di Makkah. Cetakkan pertama
diterbitkan oleh Mathba‟ah al-Miriyah al-kainah, Makkah 1311 H/1893 M dengan
diedit oleh Syekh Ismail sendiri dan ditelaah ulang oleh gurunya, Syekh Ahmad
bin Muhammad Zainal al-Fathani.
Naskah TM ini terdiri atas 134 bab dan terdiri atas 146 halaman.
Wardani (2010:89-120) mengatakan bahwa isi naskah TM yang membahas
tentang hal-hal yang menyangkut sendi-sendi kehidupan manusia beserta alam
sekitarnya, seperti gerak pada tubuh, tuntunan prilaku serta budi pekerti yang
positif, perbuatan lelaki, peredaran air mani wanita, mengalahkan musuh, doa-doa
berperang, melihat nasib, menentukan musim tanam untuk petani atau melaut

5
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
untuk nelayan, mengenai hari baik untuk mengetahui sesuatu hal, mendirikan
rumah, membuka tanah, adzimat, dan pengobatan.

Penulis mencari referensi pendukung untuk teori dan konsep yang


berhubungan dengan tulisan ini yang dapat dijadikan sebagai acuan dan buku
pedoman penulis terlebih dahulu melakukan tinjauan kepustakaan yang berguna
untuk memudahkan penulis dalam mencari data-data dari buku-buku pendukung
yang relevan dengan judul penulis, ada beberapa kajian mengenai naskah TM
yaitu:
1) Wardani (2010) yang berjudul “Astrologi Dan Pengobatan Melayu : Telaah
Atas Kitab Taj al-Mulk”, membahas tentang identitas kitab Taj al-mulk.
2) Piah (2015) yang berjudul “Ilmu Perobatan Melayu Dari Naskah-Naskah
Lama”, membahas tentang ilmu perobatan Melayu tradisional dari sumber
tertulis yaitu naskah-naskah lama Melayu yang tersimpan dalam berbagai
koleksi dunia.
3) Fadhli (2012) yang berjudul “Sistem Pertanian Tradisional Aceh”, membahas
tentang waktu yang baik untuk menanam dan jenis tanamannya.
4) Ismail (2004) yang berjudul “Falsafah Occultisme dalam Kitab Melayu
Klasik Taj Al-Mulk”, membahas tentang elemen occultisme yang terdapat
dalam kitab melayu klasik taj al-mulk.

Keempat hasil kajian terdahulu seperti pemaparan di atas, tidak


terdapat kesamaan dengan penelitian yang akan dilakukan oleh penulis. Untuk
hasil kajian yang pertama dilakukan oleh Wardani (2010) membahas tentang
identitas kitab Taj al-mulk. Untuk kajian yang dilakukan oleh Piah (2015)
membahas tentang ilmu perobatan Melayu tradisional dari sumber tertulis yaitu
naskah-naskah lama Melayu yang tersimpan dalam berbagai koleksi dunia.
Sedangkan hasil kajian yang ketiga yang dilakukan oleh Fadhli (2012) membahas
tentang waktu yang baik untuk menanam dan jenis tanamannya. Dan yang
keempat dilakukan oleh Ismail (2004) membahas tentang elemen occultisme yang
terdapat dalam kitab melayu klasik taj al-mulk. Hal ini merupakan titik

6
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
perbedaannya karena pada penelitian ini penulis akan meneliti tradisi mendirikan
rumah Melayu dalam naskah TM.
Pemaparan di atas telah jelas mengenai perbedaan penelitian yang akan
dilakukan dengan hasil kajian yang sudah dilakukan. Oleh karena itu kajian yang
berjudul “Tradisi Mendirikan Rumah Melayu Dalam Naskah Tajul Muluk :
Kajian Filologi” dapat dilakukan karena masalah yang akan diteliti bukan
duplikasi dari kajian yang sebelumnya.

2.2 Teori Yang Digunakan


2.2.1 Teori Filologi
Kajian ini penulis menggunakan teori filologi modren yang
dikemukan oleh Baroroh Baried, dkk dalam buku Pengantar Teori Filologi (1985).
Teori filologi modren yang digunakan hendaknya mampu menjadi tumpuhan
seluruh pembahasan untuk menganalisis data-data yang diperlukan sebagai
penunjang keberhasilan analisis ini.

2.2.2 Pengertian Filologi


Naskah merupakan hasil karya tulis pada masa lampau yang
menyimpan berbagai informasi penting di dalamnya. Untuk menggali informasi
yang terkandung di dalam suatu naskah diperlukan suatu disiplin ilmu, yaitu
filologi. Filologi berasal dari bahasa latin yang terdiri atas dua kata philos dan
logos. Philos adalah cinta dan logos adalah kata (ilmu). Jadi, filologi secara
harfiah berarti cinta pada kata-kata (Djamaris, 2002:6). Filologi merupakan studi
tentang seluk beluk teks, suatu pengetahuan tentang sastra dalam arti luas yang
mencakup bidang kebahasan, kesusastraan, dan kebudayaan (Baried Baroroh, dkk.
1985:1). Sedangkan menurut Djamaris (2002:3) berpendapat bahwa filologi ialah
suatu ilmu yang objek penelitiannya berupa naskah-naskah lama.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat diuraikan bahwa filologi
merupakan studi tentang seluk beluk teks, suatu pengetahuan tentang sastra dalam
arti luas mencakup bidang kebahasaan, kesusasteraan, dan kebudayaan dengan
tujuan untuk mengungkapkan informasi masa lampau yang terkandung di dalam
naskah.

7
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Secara jelas dapat dinyatakan bahwa filologi mempunyai tujuan.
Tujuan filologi menurut Djamaris (2002: 9) adalah sebagai berikut:
a . Mentransliterasikan teks dengan tugas utama menjaga keaslian/ciri khusus
penulisan kata dan menterjemahkan teks yang ditulis dalam bahasa daerah ke
bahasa Indonesia.
b . Menyunting teks dengan sebaik-baiknya dengan memperhatikan pedoman
ejaan yang berlaku, penggunaan huruf kapital, tanda-tanda baca, penyusunan
alinea, dan bagian-bagian cerita.
c . Mendeskripsikan kedudukan dan fungsi naskah dan teks yang diteliti supaya
dapat diketahui tempat karya sastra yang diteliti itu dalam kelompok atau jenis
sastra yang mana dan apa manfaat dan gunanya karya sastra itu.
d . Sebagai tambahan, tujuan kritik teks adalah membersihkan teks dari kesalahan
yang terjadi selama penyalinan berulang kali itu, merekontruksi isi naskah,
sehingga naskah telah tersusun kembali seperti semula, dan menjelaskan
bagian-bagian cerita yang kurang jelas sehingga seluruh teks dapat dipahami.

Pandangan terhadap adanya bentuk variasi yang ada dalam berbagai


naskah memunculkan dua aliran filologi, yaitu aliran filologi tradisional dan
modren. Filologi tradisonal memfokuskan pada bacaan yang rusak dan
menyimpang dengan tujuan kerjanya adalah mendapatkan naskah dan teks
mendekati bentuk aslinya (Baried Baroroh, dkk.1985:2). Filologi tradisional
memandang variasi secara negatif yaitu dengan menganggap varian adalah
sebagai bentuk korup. Filologi tradisional bertujuan untuk memperbaiki teks dan
menemukan bentuk asli teks atau bentuk yang paling mendekati teks aslinya.
Filologi modren memfokuskan perbedaan atau variasi pada naskah sebagai suatu
bentuk kreasi dan mengutamakan kerjanya pada perbedaan-perbedaan tersebut
serta memandangnya justru sebagai alternatif yang positif (Baried Baroroh, dkk.
1985:3).
Kajian ini menerapkan langkah filologi modren sebagai dasar kerja
penelitian. Kajian ini membenarkan keaslian teks dan isi yang terkandung di
dalam teks. Pembetulan itu dilihat dari bahasa teks, sastra, dan budaya yang
terkandung dalam teks. Adapun teks yang akan diteliti adalah naskah TM yang

8
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
terdapat pada halaman 90-116 yang membahas tentang cara mendirikan rumah.
Dengan demikian hal tersebut diteliti sesuai dengan isinya untuk relevansi
kehidupan masa kini dengan diterapkan filologi modren.

2.2.3 Objek Penelitian Filologi


Setiap ilmu mempunyai objek penelitian, demikian pula dengan
filologi. Filologi mempunyai objek penelitian berupa naskah dan teks (Baried
Baroroh, dkk. 1985:3).
a. Naskah
Naskah adalah karangan tulisan tangan baik yang asli maupun
salinannya (Baried Baroroh, dkk. 1985:4). Menurut Djamaris (2000:8) Naskah
adalah semua peninggalan tertulis nenek moyang pada kertas, lontar, kulit kayu,
dan rotan. Naskah adalah tulisan tangan yang menyimpan beragai ungkapan
pikiran dan perasaan sebagai hasil budaya bangsa masa lampau (Baried Baroroh,
dkk. 1985:54).
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat diuraikan bahwa naskah
merupakan sebuah karya satra yang karangannya berupa tulisan tangan baik
yang asli maupun salinannya. Isi yang tersimpan dalam naskah berupa
informasi penting mengenai kebudayaan masyarakat di masa lampau.

b. Teks
Teks adalah kandungan atau muatan naskah, sesuatu yang abstrak
yang hanya dapat dibayangkan saja (Baried Baroroh, dkk. 1985:56). Hal ini
sesuai dengan pendapat Baried Baroroh, dkk. (1985:3) bahwa teks merupakan
bentuk abstrak dari naskah dan merupakan isi dari naskah. Teks merupakan
rangkaian kata-kata yang merupakan bacaan dengan isi tertentu atau kandungan
naskah atau muatan naskah atau uraian yang memberi informasi mengenai
kebudayaan suatu bangsa pada masa lampau yang disajikan dalam bentuk lisam
atau tertulis (Baried Baroroh, dkk. 1994:57).
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat diuraikan bahwa teks
adalah kandungan atau muatan naskah berbentuk abstrak dan merupakan isi
kandungan dari naskah yang disajikan dalam bentuk lisan atau tertulis.

9
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2.2.4 Langkah-Langkah Penelitian Filologi
Naskah dapat dipahami isi dan kandungannya melalui langkah kerja
filologi. Adapun langkah-langkah tersebut adalah inventarisasi naskah, deskripsi
naskah, transliterasi teks, dan kritik teks.

a) Inventarisasi naskah
Langkah penelitian filologi yang pertama adalah inventarisasi naskah.
Inventarisasi naskah adalah mendaftarkan semua naskah yang ditemukan, baik
secara studi katalog maupun pengamatan langsung di perpustakan bagian
pernaskahan. Hal itu dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui jumlah dan
keberadaan naskah yang akan dijadikan data penelitian.
Menurut Baried Baroroh, dkk. (1985:67), jika telah menentukan
naskah, maka langkah yang harus dilakukan adalah mencatat naskah dan teks
cetakan yang berjudul sama atau berisi cerita yang sama. Pencatatan tersebut
bertujuan untuk mencari naskah yang termuat dalam katalogus di berbagai
perpustakaan. Selain itu, pengamatan langsug ke tempat-tempat penyimpanan
naskah (perpustakaan) juga diperlukan.
Djamaris (2002:10) menyatakan bahwa pengumpulan data dilakukan
dengan dua cara, yaitu :
1) Metode studi pustaka
Metode studi pustaka, dalam hal ini adalah studi katalog. Pengumpulan data
dalam penelitian ini dilakukan berdasarkan studi katalog, dengan tujuan untuk
menemukan naskah yang akan dijadikan objek penelitian.
2) Metode studi lapangan (field research)
Naskah tidak hanya disimpan di dalam perpustakaan dan museum, tetapi ada
juga yang disimpan oleh perorangan sebagai koleksi pribadi, maka metode
studi lapangan mendukung untuk langkah pengumpulan data.

Berdasarkan beberapa pendapat dapat diuraikan bahwa inventarisasi


naskah adalah tahap pengumpulan data dengan menggunakan dua metode yaitu
metode studi pustaka dan studi lapangan (field research) supaya mengetahui

10
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
jumlah dan keberadaan naskah yang akan diteliti, dalam tahap pengumpulan
data ini naskah TM sebagai sumber data penelitian.

b) Deskripsi naskah
Naskah yang sudah berhasil diperoleh perlu segera diolah sehingga
dapat menghasilkan deskripsi naskah. Deskripsi naskah merupakan langkah
membuat uraian atau gambaran keadaan naskah secara fisik dan non-fisik (teks)
dengan teliti dan diuraikan secara rinci dan sejelas mungkin. Metode yang
digunakan dalam dekripsi naskah adalah metode deskriptif. Semua naskah yang
dideskripsikan dengan pola yang sama, yaitu nomor naskah, ukuran naskah,
keadaan naskah, tulisan naskah, bahasa, kolofon, dan garis besar isi cerita. Hal
tersebut dilakukan untuk memudahkan tahap penelitian selanjutnya, yaitu berupa
pertimbangan (recention), pengguguran (elimination), dan kolasi (collatio), dan
perbandingan naskah (Djamaris, 2002:11-13)

Berdasarkan pendapat di atas dapat diuraikan bahwa deskripsi naskah


adalah uraian atau deskripsi secara terperinci mengenai keadaan naskah dan
sejauh mana isi naskah itu, untuk memlilih naskah mana yang baik untuk
ditransliterasikan.

c) Ttransliterasi Teks
Transliterasi teks merupakan penggantian huruf demi huruf dari abjad
yang satu ke abjad yang lain (alih aksara). Misalnya, teks yang ditulis dengan
huruf atau aksara Jawa dan Arab Pegon dialihtulis atau diganti ke huruf atau
aksara Latin. Transliterasi sebagai alih tulis yang disajikan dengan jenis tulisan
yang berbeda dengan tulisan yang digunakan dalam naskah yang disalin (Baried
Baroroh, dkk. 1994: 63-64) .
Berdasarkan pendapat diatas dapat diuraikan bahwa Transliterasi
adalah mengalihaksarakan teks dari aksara Jawi ke dalam aksara Latin yang
kemudian disesuaikan dengan sistem ejaan yang berlaku tanpa mengubah
bentuk/ciri khas bahasa lama yang terdapat dalam teks. Hasil dari transliterasi
tersebut merupakan dasar untuk melakukan suntingan teks agar teks yang

11
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
dihasilkan dapat memudahkan pembacaan isi naskah bagi pembaca yang kurang
paham terhadap huruf/aksara.
Pentransliterasian teks dalam naskah TM ini, penulis menggunakan
pedoman transliterasi huruf arab ke huruf rumi yang diterbitkan Dewan Bahasa
dan Pustaka dalam melakukan transliterasi teks untuk mempermudah penulis
dalam mentransliterasi teks.

d) Kritik Teks
. Menurut Baried Baroroh, dkk. (1994:61-63) menyatakan bahwa kata
“kritik” berasal dari bahasa Yunani krites yang artinya “seorang hakim” Krinein
berarti “menghakimi”, kriterion berarti “dasar penghakiman”. Kegiatan filologi
disebut juga sebagai studi teks, yaitu sebuah studi yang melakukan kegiatan
dengan mengadakan kritik terhadap teks atau kritik teks. Kritik teks perlu
dilakukan karena adanya tradisi salin menyalin naskah telah mengakibatkan suatu
naskah disalin secara berulang-ulang.
Oleh karena itu tidak menutup kemungkinan dalam sebuah naskah dapat
ditemukan penyimpangan-penyimpangan atau kasus salah tulis. Hal ini
disebabkan karena penyalin kurang memahami bahasa atau pokok permasalahan
naskah yang disalin, tulian kurang jelas, kurang teliti, atau secara disengaja
ataupun tidak disengaja menambah, mengurangi, atau bahkan mengubah naskah.
Tujuan kritik teks adalah untuk menghasilkan teks yang sedekat-dekatnya dengan
teks aslinya (counstitulio textus) (Baried Baroroh, dkk. 1994:61-63).

Berdasarkan pendapat di atas dapat diuraikan bahwa kritik teks adalah


memperbaiki kesalahan yang ada di dalam teks yang meliputi penggantian,
penambahan, dan pengurangan dalam suntingan teks. Tujuan kritik teks itu
sendiri adalah untuk memperbaiki teks agar memperoleh sebuah teks yang
dianggap paling dekat dengan bentuk aslinya.

12
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian


Kajian ini memadukan dua metode penelitian yaitu metode deskriptif
dan metode filologi modren. Metode deskriptif adalah dilakukan untuk mencari
dan menemukan pengetahuan isi yang seluas-luasnya pada teks. Hal itu sesuai
dengan pendapat Dwi Yuniarto (dalam Widodo dan Mukhtar, 2000:15) bahwa
penelitian deskriptif merupakan suatu metode yang digunakan untuk menemukan
pengetahuan yang seluas-luasnya terhadap sumber data penelitian pada suatu saat
tertentu. Metode filologi modern dipergunakan untuk mengungkap dan
mendeskripsikan subjek penelitian yang berupa naskah. Adanya metode filologi
maka teks klasik akan dikenali, diungkap secara sempurna dan selanjutnya dapat
ditempatkan dalam keseluruhan sejarah suatu bangsa (Baried Baroroh, dkk.1985:
5). Pada kajian ini diterapkan ilmu filologi modern, yaitu filologi yang
memandang bahwa naskah merupakan dokumen budaya, sebagai refleksi dari
zamannya (Baried Baroroh, dkk. 1985: 3). Adanya kajian ini, naskah dapat
terungkap kandungan isinya dan direlevansikan dengan kehidupan masa kini.
Dalam memadukan penelitian deskriptif dengan penelitian filologi,
terdapat beberapa langkah yang harus dilakukan yaitu inventarisasi naskah,
deskripsi naskah, transliterasi teks, dan kritik teks.

3.2 Metode Pengumpulan Data


Kajian ini merupakan studi mengenai teks yang termuat dalam naskah.
Karena yang diteliti adalah teks tertulis yang berupa korpus (data yang dipakai
sebagai sumber penelitian), maka metode pengumpulan data dalam kajian ini
menggunakan metode kepustakaan (Library research), yaitu serangkaian kegiatan
yang berkenaan dengan metode pengumpulan data pustaka, membaca dan
mencatat serta mengolah bahan penelitiannya.

13
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
3.3 Sumber Data
Metode kepustakaan (library research) ini, sumber data yang
merupakan bahan tertulis terdiri atas sumber data primer dan sumber data skunder
sebagai berikut:
1) Sumber data primer
Sumber data primer, yaitu data yang diperoleh langsung dari subyek
penelitian sebagai sumber informasi yang dicari. Data ini disebut juga dengan data
tangan pertama atau data yang langsung berkaitan dengan objek riset. Sumber
data kajian ini adalah naskah TM.
2) Sumber data skunder
Sumber data sekunder, yaitu data yang diperoleh lewat pihak lain,
tidak langsung diperoleh oleh peneliti dari subjek penelitiannya. Dalam studi ini
data sekundernya adalah buku-buku, jurnal dan artikel yang mendukung penulis
untuk melengkapi isi dari naskah dari sumber data primer. Dalam hal ini, sumber
data sekunder berupa tulisan-tulisan yang sudah membahas mengenai naskah TM.

3.4 Metode Analisis Data


Teknik analisis data yang dilakukan dalam kajian ini adalah analisis
deskriptif dan analisis filologi modren. Teknik tersebut dipilih karena kajian ini
bertujuan untuk mendeskripsikan dan mengungkap tradisi yang terdapat dalam
teks naskah TM.
Analisis deskriptif merupakaan suatu bentuk analisis yang
memanfaatkan cara penafsiran. Analisis filologi modern dipergunakan untuk
mengungkap dan mendeskripsikan subjek kajian yang terkandung di dalam
naskah. Penelitian deskriptif dan filologi modren bersifat menemukan fakta-fakta
dalam teks secara apa adanya, yaitu berupa kata-kata tertulis dari hasil yang
diamati. Analisis data juga bertujuan untuk memberikan pemahaman serta
penjelasan terhadap tradisi mendirikan rumah melayu dalam teks naskah TM.
Kajian terhadap teks naskah TM dilakukan sesuai dengan langkah-langkah
filologi modren yaitu inventarisasi naskah, deskripsi naskah, transliterasi teks, dan
kritik teks. Selanjutnya, data diklasifikasikan secara sistematis dan objektif.

14
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Inventarisasi Naskah


Inventarisasi naskah ini dilakukan dengan menggunakan dua metode
yaitu studi katalog dan pengamatan langsung. Hasil yang diperoleh dari
inventarisasi naskah adalah ditemukan tiga naskah yang diduga sebagai
varian/versi naskah TM, yaitu naskah TM yang ditemukan di Perpustakaan
Tengku Lukman Sinar yang bernomor koleksi 959.8, naskah TM yang ditemukan
di Kelurahan Labuhan Bilik Kab. Labuhan Batu dan diketahui naskah ini
merupakan koleksi pribadi Ibu Aslina Ritonga, dan naskah TM yang ditemukan di
Desa Tangga Bosi Kab. Mandailing Natal dan diketahui naskah ini merupakan
koleksi pribadi Bapak Malim Husin Lubis.

Berdasarkan hasil iventarisasi penulis memilih naskah TM yang


ditemukan di Desa Tangga Bosi Kab. Mandailing Natal dan naskah ini merupakan
koleksi pribadi Bapak Malim Husin Lubis. Dalam kajian ini dilakukan
pengamatan langsung dilakukan guna keperluan cek dan ricek serta untuk
mengetahui kondisi fisik (naskah) dan nonfisik (teks) naskah TM adalah yang
paling baik, sehingga naskah tersebut dipilih untuk jadikan sebagai sumber data
dalam kajian ini. Secara fisik, naskah tersebut hanya mengalami kerusakan pada
jilidnya. Selain itu, kertas yang digunakan sebagai bahan tulis teks masih baik
karena tidak berlubang dan belum lapuk. Kondisi fisik naskahnya (teks) juga
paling baik dan lengkap isinya. Hal itu disebabkan karena lembar halaman naskah
yang masih lengkap serta tulisannya masih jelas dan mudah dibaca.

4.2 Deskripsi Naskah


Deskripsi naskah merupakan daftar uraian singkat mengenai kondisi
suatu naskah. Deskripsi naskah dilakukan untuk memberikan keterangan
mengenai kondisi naskah, baik secara fisik maupun nonfisik secara lengkap.
Adapun deskripsi naskah TM adalah sebagai berikut:

15
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
A. Deskripsi Naskah Secara Umun
1) Tempat penyimpanan naskah : Desa Tangga Bosi Kab.Mandailing Natal
2) Judul naskah : Tajul Muluk
3) Nomor naskah : (tidak diketahui)
4) Jenis naskah : Naskah berbentuk prosa
5) Tanggal penulisan : (tidak diketahui)
6) Tempat penulisan : (tidak diketahui)

B. Bagian buku:
1) Bahan alas : (tidak diketahui)
2) Cap kertas : (tidak diketahui)
3) Warna tinta : Hitam
4) Kondisi naskah : Naskah dalam keadaan utuh dan masih bisa
dibaca
5) Jumlah halaman naskah : 148 Halaman
6) Jumlah baris perhalaman : Naskah tajul muluk memiliki jumlah baris
perhalaman rata-rata 34 baris. Namun terdapat beberapa jumlah baris yang
berbeda seperti halaman 73 berjumlah 35 baris, halaman 146 berjumlah 32
baris, dan beberapa halaman lain yang berbeda jumlah barisnya.
7) Jarak antar huruf : (tidak diketahui)
8) Jumlah halaman yang ditulis : 148 halaman
9) Jumlah lebar pelindung : P x L 28 x 19 cm
10) Jumlah susunan koras : (tidak ada)
11) Ukuran halaman : P x L 24 x 11,5 cm
12) Ukuran pias : (tidak diketahui)
13) Cara penggoresan tinta : Rata kanan kiri
14) Kolom : Pada halaman akhir terdapat kolom
15) Penomoran halaman : Ditulis menggunakan angka arab Melayu
atau Jawi.

16
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
C. Tulisan:
1) Aksara : Arab Melayu
2) Jenis huruf : (tidak diketahui)
3) Jumlah penulis : (tidak diketahui)
4) Tanda koreksi : (tidak ada)
5) Pungtuasi : (tidak ada)
6) Rubrikasi : (tidak diketahui)
7) Hiasan huruf : (tidak diketahui)
8) Iluminasi : Terdapat pada bagian kata pengantar dan
pada halaman 145
9) Ilustrasi : Terdapat tanda kurung yang berukir

D. Penjilidan :
1) Bahasa sampul : (tidak ada)
2) Ukuran sampul : P x L 28 x 19 cm
3) Rusuk : (tidak ada)
4) Pengikat : (tidak ada)
5) Perbaikan : Belum mengalami perbaikan
6) Bahan sampul : Kertas berwarna coklat
7) Motif sampul : Polos

E. Sejarah :
1) Kutipan kolofon : (tidak diketahui)
2) Catat kepemilikan : (tidak diketahui)
3) Kutipan catatan lain : Menurut Bapak Malim Husin Lubis naskah
ini kurang lebih berumur 115 tahun dan penterjemah naskah ini Syekh
Nuruddin bin Ali Janji Al-Dani Al-Syafii.
4) Naskah diperoleh : Naskah ini diperoleh dari Bapak Malim
Husin Lubis Naskah.

17
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
F. Isi :
1) Ringkasan cerita : Naskah ini berjudul Tajul Muluk (Hal.90-
Hal.116) yang terdiri atas cara mendirikan rumah, adzimat tanggal tikus dan
belalang, dan alam perasa hakima‟.

2) Kutipan awal :

Asmaul Kitabil Al-Jawid

{Ini Ilmu Mengesakan Allah Ta‟ala Dan Menyempurnakan Iman}

 Kitab alfun masaAllah min su‟ali abdullah bin salam li rasulullah shallallahu
„alahi wassalam ausul wajawab
 Nasihatul arhami lilduhuli fi amri syarakati al-islam ta‟lifu muhammad hasan
bin kasim
 Miftahu aldini lil mutadai‟ tarjamatu al-syekh muhammad ali bin abdul
muthalib al-haladi
 Mathaliul al-badri min wa mujami‟ al-bahraini al-jami‟ lil akoid aldiniyati wa
tawa hidi wafakihi majehab al-iman al-syafii ta‟lifu al-syekh muhammad bin
ismail daud al-fathani
 Aldaru al-asyamini fi akoid al-mu‟minina ta‟lifu al-syekh daud bin al-syekh
abdullah al-fathani wabiha masahi risalatu nata alako bikalimatin al-imanu wal
ikhlas wa bida‟wati al-haku wal artu wal wasyki tarjamatu al-syekh daud al-
fathani akoid ahlusuna wal jamaah ta‟lifu al-syekh muhammad manhatari bin
radin
 Miftahul al-janah ilmu usuli ta‟lifu al-fadholu muhammad thoyib bin masa‟ud
al-banjari
 Salamun al-mubtadi fi ma‟rifatuh tharikoti al-muhtadi li syekh daud ibnu
almarhumi al-syekh abdullah al-fathani
 Bidabati al-mubtadi wa imadati al-auladi lil alamati al-fadholu al-syekh sholih
al-jawi
 Miftahu al-maridi fi ilmu al-tauhid ta‟lifu zain al-abidin bin muhammad al-
fathani wabiha masahi kitabu muta‟lim

18
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
 Syaroha matan jawahirotu al-tauhid ta‟lifu li syekh ibrahim alalkoni wabiha
masyahi matan al-jawahirotu fala jaroni fi al-tauhid
 Syarojal al-hadi wa‟akidah ahual al-takawi syaroha matan al-barahini ta‟lifu al-
syekh muhammad zainuddin ibnu muhammad badawi alsama bawi wabiha
masyahi „atitu al-rahman fi kuwa i‟du iman
 Usuludin ta‟lifu muhammad muhtabari bin „akoridi al-jawi al-batawi al-
bukhori

{Ini Ilmu Hadis Dan Penjabaran Yang Sepatut Akan Dia}


 Hadis masaroja li syekh haji muhammad bin sholih bin umar samaroni
 Al-yuwakitu walhawa hiru ta‟llifu al-syekh abdul wahab syaaroni daripada
bahasa arab kepada bahasa jawi
 Nafatuh al-awanu tauhid al-qur‟an ta‟lifu al-syekh ismail bin abdul muthalib

{Fikih Majhab Al-Iman Al-Syafii}


 Syabil muhadin li tafakohu li amrudin fi majhab al-iman al-syafii al-syekh
muhammad arsyad bin abdullah al-banjari wabiha masyahi sirathal mustakim
lil alamati al-syekh nuruddin muhammad jailani bin ali haji ibnu muhammad
hamid al-araniri

3) Kutipan akhir :
(Di dalam bingkai)

Karna bermegah-megah ia setengah atas setengahnya atau karna suatu


‫[ ﻍ ﺭ ﺽ‬gharid : tersembunyi atau samar] daripada ghorid dunia seperti hendak
tipu dia dengan dia akan arta segala manusia atau karna menambahi pangkat dan
derajat pada raja-raja orang yang besar-besar atau tiada ia me‟amalkan barang
yang ia ketahui dan jikalau satu ‫[ ﺵ ﺭﻉ‬syara‟ : hukum Islam] sekalipun. Maka
adalah menuntut „alam seperti yang tersebut itu tiada ada bahayanya melainkan
atasnya dan tiada ada padanya melainkan pada dunia jua seperti firman Allah
ta‟ala (wa man kana yuridu harsuddunya nu‟tihi minha wa ma lahu fil akhirati
min nashibin) artinya barang siapa dalam menghendak peri hambanya dunia
niscaya kami datangkan akan dia daripadanya dunia tiadalah baginya di dalam

19
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
akhirat daripada bahagian dan sabda nabi shallallahu „alahi wasallam (man
thalabal ilma liyubahi bihi al-ulama‟i au li yumari bihi as-sufaha‟i au li yusrif
bihi wujuhum nasi ilaihi fahuwa finnari) artinya barang siapa menuntut akan
„alam karna memegah dengan dia akan ‫ﻝ ﻭ ﺍ ء‬ ‫„[ ﻉ‬alamaa‟] atau karna
membantahi dengan dia akan segala orang yang ِ ً ‫[ ﺱ ﻑ‬sufih] atau karna
hendak mempalingkan dengan dia akan segala muka manusia kepadanya. Maka
yaitu di dalam neraka (dan) pada satu riwayat dimasukkan dia oleh Allah ta‟ala di
dalam neraka jahanam dan sabdanya {inna asyaddu an-nasi „adzaban yaumal
qiyamati „alimun la yanfauhu Allahu bi‟ilmihi} artinya bahwasannya yang
terlebih sangat bagi segala manusia itu ‫[ ﺵ ﻙ ﺱ ﺍ‬syakasa] pada hari kiamat yaitu
yang ‫„[ ء ﺍ ﻝ ﻭ‬aalam] yang tiada memberi manfaat akan dia oleh Allah ta‟ala
dengan ilmunya dan lagi sabdanya {wailun liman la ya‟lamu wa la ya‟malu
marratun wa wailun liman „alima wa la ya‟malu sab‟a marratin}artinya celaka
bagi orang yang tiada mengetahui dan tiada meamalkan sekali dan celaka bagi
orang yang mengetahui dan tiada meamal akan dia tujuh kali hingga akhir
beberapa hadis pada mencari akan segala „alamaa‟ alsu‟ dan perkataan
„alamaa‟yang „aamalin ٌ ‫[ ﻭ ﺭ ﺍ ﺩ ﻙ‬meradakan] dan ‫[ ﻭ ﻕ ﺩ ﺍ ﺭ‬mekadar] ini daripada
akhir dan dan perkataan hamdalah bagi orang yang beroleh taufik dan hidayat itu
„alamaa‟ {falhamdulillahi rabbil „alamin awwalan wa akhiran wa bathian wa
zhahiran wastagfirullahu al-azhim li wa li walidayya wa li kuasya ikhi wa li
jami‟i al-muslimina wa liman nazhrafi hadzihi ar-risalati wa liman ashlaha fiha
bil ahshafi wa shallallahu „ala sayyidina muhammadun wa „ala alihi washahbihi
ajmain. Allahuma anfa‟ni bima allamtani wa alimin ma yanfa‟ni majidni „ilman
wal hamdulillahi „ala kulli halim wa a‟udzu billahi min hali ahlinnati subhana
rabbika rabbil „ijzati „amma yashifun wa salamun „ala al-mursalim walhamdu
lillahi rabbil „alamin}telah selesai daripada mata raja mahakan risalah ini oleh
pikir tuan jejauan khasanah ini syekh tuan Ishak Fathafi pada hari jumu‟ah
[jum‟at] pada waktu ‫[ ﺽ ﺡ ﻯ‬dhohi] enam likur hari bulan mahram pada hijrah
nabi serta dua ratus empat puluh sembilan tahun di dalam negeri mikat al-
masripah jadaha Allah ta‟ala syinar pawa karma amin.

20
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
{Yakulu Rozi Ghufran Al-Bari Mushahhihihi Ilyas bin Ya‟kub Al-Azhar}

Ba‟da hamdulillah fil maba‟a waktami ¤ walahu syakaro alal kamal


wal tamam ¤ ba‟na yatahu huwa maliku maluk ¤ telah sempurna mengucap kitab
yang bernama tajul al-muluk ¤ yang melengkapi ia akan beberapa padanya dan
yang terhimpun padanya akan yang indah ¤ daripada yang lurus dan yang eloknya
¤ daripada yang betul dan baik eloknya ¤ dan ada ajaran di dalamnya segala
aja‟ab ¤ dan adzimat dan hikmah dan obatnya yang ghorib ¤

(Di luar bingkai)

Ta‟ala itulah kenyataan kepada kita. (Maka) ujar orang tua itu
sembahyang yang witir dua rakaat itu apa kenyataan pada kita. (Maka)
dijawabnya lubang hidung kita, kedua inilah kenyataan pada kita pada ketika
napas turun naik. (Maka) ujar orang tua itu sembahyang yang witir satu rakaat itu
apa kenyataan kepada kita. (Maka) dijawabnya bahu terima jika katamu demikian
itu mahluklah sembahyang itu. (Maka) dijawabnya mahluklah ialah adanya.
(Maka) ujar orang tua itu hiya bahu terima betapa kemuliaan sembahyang itu.
Maka dijawabnya seperti kemuliaan Allah Subhanahu Wata‟ala. (Maka) ujar
orang tua itu, jika sembahyang kata kamu seperti mahluk itu. Maka sifatkan
olehmu akan daku dan mana kepalanya dan mana tangannya dan mana kakinya
dan mana bahunya dan mana hidungnya dan mana telinganya dan mana nyawanya
dan mana tulangnya dan mana uratnya dan mana isinya dan mana kultnya dan
mana otaknya. (Maka dijawabnya) oleh bahu terima, adapun tubuh sembahyang
itu suci daripada jahar dan batin adapun napas sembahyang itu titah, adapun
nyawa sembahyang itu takbiratul ikhram, adapun kakinya itu berdiri mengadap
kiblat, (adapun) tangaannya itu diangkat tangan tatkala takbiratul ikhram hingga
bahunya, (adapun) kepalanya sembahyang itu membaca fatiha, (adapun) teliganya
sembahyang itu rukuk, (adapun) urat sembahyang itu sujud, (adapun) hidungnya
takbir tatkala rukuk, (adapun) mulut sembahyang yang itu mengucap syahadat,
(adapun kulit sembahyang itu memberi salam kekanan kekiri, (adapun) otak
sembahyang itu doa setelah itu. Maka ujar orang tua itupun berjabat tangan
dengan bahu terima itu orang pelayaran dan orang tua karna bahu terima itu.

21
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Maka bahu terima pun ber ٌ ِ ‫[ ﻭ ﺭ‬murhan] ia lalulah berjalan pada ketika itu
Wallahu „alam.

4.3 Transliterasi Teks


Transliterasi dalam kajian ini, yaitu penggantian jenis tulisan, huruf
demi huruf dari abjad yang satu ke abjad yang lain sesuai apa adanya. Dalam
kajian ini aksara Jawi (aksara Arab Melayu) dialihaksarakan ke dalam huruf
Rumi.
Pedoman transliterasi dan kritik teks dan hasil transliterasi dan kritik
teks TM disajikan di bawah ini sebagai berikut.

4.3.1 Pedoman transliterasi dan kritik teks


Pedoman transliterasi berpedoman pada Pedoman Transliterasi Huruf
Arab Ke Huruf Rumi (1988) dan kritik teks berpedoman pada Kamus Umum
Bahasa Indonesia (1984). Transliterasi dan kritik teks dilakukan untuk
mempermudah pembacaan transliterasi dan kritik teks dalam naskah TM. Adapun
pedoman transliterasi dan kritik teks TM adalah sebagai berikut.

a) Transliterasi teks naskah TM disajikan didalam kolom yang terpisah. Untuk


mempermudah pembacaan dan pemahaman teks tersebut disajikan dengan
memberi warna merah untuk yang didalam bingkai dan warnah hijau untuk
yang diluar bingkai. Berhubung teks yang ada didalam kotak tidak ada
keterkaitan satu sama lain.
b) Penomoran halaman dalam teks ditandai dengan angka Arab tulisan Latin
diapit dengan tanda kurung (…) dan ditulis tebal. Penomoran halaman terjadi
pemindahan halaman, apabila dinomor genap ditulis sebelah kanan serta
diberi warna biru dan ganjil ditulis sebelah kiri serta diberi warna kuning.
cotohnya: …maka (90) sabdanya…terletak pada sebelah kanan .Selanjutnya,
apabila perpindahan halaman pada nomor ganjil, contohnya: …sekalian (91)
kala … terletak pada sebelah kiri. Untuk memperjelas penomoran halaman
penulis memberi warna kuning untuk penomoran halaman yang genap dan
warna biru untuk yang ganjil.

22
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
c) Kesalahan-kesalahn kecil yang berupa kesalahan penulisan atau karena
kekurangan huruf atau tanda titik, langsung diperbaiki dan tulisan aslinya
dicantumkan dalam catatan kaki. Contohnya pada halaman 90.
d) Kata yang menunjukkan ciri ragam bahasa lama, seperti menetak )‫(ﻱُﺕﻙ‬,
mangkin )ٍ َ ‫(ﻱڠک‬, dan mengadap )‫ (ﻱڠﺍﺩﻑ‬dipertahankan bentuk dan
penulisannya tidak disesuaikan dengan Ejaan Yang Disempurnakan supaya
data mengenai bahasa lama dalam naskah itu masih digunakan. Contohnya
pada halaman 90.
e) Lambang yang digunakan dalam teks suntingan adalah sebagai berikut.
i. Lambang {...} menandai awal judul baru didalam teks naskah TM.
Contohnya pada halaman 91.
ii. Lambang (...) menandai bahwa lambang tersebut memang sudah ada
didalam naskah. Contohnya pada halaman 92.
iii. Tanda [...] menandai untuk kata-kata yang sukar dibaca. Contohnya pada
halaman 93..
iv. Huruf miring menandai penulisan bahasa asing seperti bahasa Arab atau
bahasa Inggris. Contohnya pada halaman 90.
v. Huruf kapital digunakan untuk penulisan nama tempat, sesuatu yang
berhubungan dengan Tuhan, nama atau sebutan untuk seseorang.
Contohnya pada halaman 96.
f) Kata ulang dalam teks dirangkaikan dengan tanda penghubung ( - ),
contohnya:
٢ ‫[ ِ ﺏ ﺍ ﻯ‬habai habai] menjadi habai-habai.

g) Penulisan kata yang tidak konsisten distandarkan, contohnya:


- Mententakan, menetapkan menjadi mententakan
Contohnya pada halaman 90.
- Melepaskan, melempaskan menjadi melepaskan
Contohnya pada halaman 102.
h) Transliterasi huruf Arab-Latin (Jawi) itu adalah sebagai berikut.
Fonem konsonan yang didalam tulisan Arab dilambangkan dengan huruf,
dalam transliterasi ini sebagian dilambangkan dengan huruf, sebagian
dilambangkan dengan tanda (apostrof), dan sebagian lagi dengan huruf dan

23
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
tanda (titik) sekaligus. Berikut ini didaftarkan konsonan Arab (Jawi) dan
transliterasinya dalam huruf Latin.

Huruf Arab/Jawi Huruf Latin


‫ﺍ‬ A
‫ﺏ‬ B
‫ﺕ‬ T
‫ﺙ‬ s/ṣ
‫ﺝ‬ J
‫ﺡ‬ h/ḥ
‫ﺥ‬ k/kh
‫ݘ‬ C
‫ﺩ‬ D
‫ﺫ‬ z/ẓ
‫ﺭ‬ R
‫ﺯ‬ Z
‫ﺱ‬ S
‫ﺵ‬ Sy
‫ﺹ‬ s/ṣ
‫ﺽ‬ d/ḍ
‫ﻁ‬ t/ṭ
‫ﻅ‬ z/ẓ
‫ﻉ‬ a/i/u/k/‟
‫ﻍ‬ G
‫ﻑ‬ F
‫ڤ‬ P
‫ﻕ‬ k/q
‫ک‬ K
‫ݢ‬ G
‫ﻝ‬ L
‫ﻭ‬ M

24
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
‫ﻥ‬ N
‫ڽ‬ Ny
‫ﻭ‬ u/w
‫ۏ‬ V
‫ﻯ‬ H
‫ﻱ‬ y/i
‫ﻯ‬ Y

4.3.2 Hasil transliterasi dan kritik teks Halaman 90-116


A. Transliterasi dan kritik teks naskah TM yang didalam bingkai

(90)

Sekalian kuku tangan dan kaki. Maka diambil pucuk pisang kita dan
isi pisang muda dengan sirih selasih dan kapur sedikit. Maka sekalian itu di ً ‫ﻑ‬
‫[ ﻑ ﺱ‬pipis]1 lumat dibubuh pada luka. Maka dibalut dengan perca apit, InsyAllah
ta‟ala. (Sebagi lagi) ambil orang, beri syarat dengan pepati 2 air pinang muda
bubuh luka, mujarab InsyAllah ta‟ala. (Sebagi lagi) obatnya ambil kulit ‫ﻭ ڠ ﻭ ﺱ ﺕ‬
‫[ﺍ‬manggusta]3 dan kulit buah delima. Maka dari buih4 airnya akan pembasah luka
itu. Maka dibubuh pada luka itu, kunyit dengan pinang muda, mujarab5 InsyAllah
ta‟ala.

(Inilah azimat6) tangkal demam disurat pada kertas dipakai 5 5 5 Allah


Muhammad Darusulullah Allah ilahi ِ ‫ً ﺱ ﻭ ﺱ‬ ‫[ ﺍ ﺏ ﺭ ﻝ‬Ibralisamsi] . (Inilah
7
azimat) khasiat 15 perkara {ya Allah ya Allah ya Allah saka Allah Radhiyallah
Laa Ilaaha Muhammad Darusulullah}. (Sebagi lagi) azimat {Laa Ilaha Illallah
Wahadu La Syarikalah, Lahulmulku Wa Lahulhamdu Wahuwa „ala Kuli Sya-in
Qadir, pada barulah Lahaula Wala Quwata Illabillahil Aliyil Adzim. Amiin}.

1 Pipis : “menghaluskan (melumatkan) dengan batu giling” (KUBI : 758)


2 Pepati kemungkinan yang dimaksud pati yang artinya “inti sari” karena sesuai dengan kalimat
sebelum dan sesudahnya (KUBI : 717)
3 Mangistan : “buah manggis” (KUBI : 630)
4 Buih : “gelembung-gelembung kecih pada permukaan barang cair” (KUBI : 158)
5 Mujarab : “manjur” (KUBI : 657)
6 Azimat : “barang (tulisan) yang dianggap mempunyai kesaktian dan dapat melindungi
pemiliknya, digunakan sebagai penagkal penyakit” (KUBI : 69)
7 Perkara : “masalah, persoalan” (KUBI : 741)

25
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
(Inilah azimat) jangan menangis kanak-kanak {Afaman hadza al-hadisi
tu‟ajjibuna watdhakuna wala tabkuna wa antum saamiduna fasjudulillahi
wa‟budu wa asyhadullaha annahu laa ilaha illahua, a‟udzubillahi minas-
syaithanirrajim falamma balagho ma‟ausssa‟ya qoola ya bunayya inni araa fil
manami anni adzbahuka fanzhur maadza tara qoola ya abatif‟al ma tu‟mar
satajiduni insyaAllah minas-shabirina ya qahhar ya qahhar ya qahhar ya qahhar
ya qahhar ya qahhar ya qahhar ya qahhar ya qahhar}8.

Inilah pada tangan belakang kiri

‫ﻋ‬ ‫ﻝ‬
‫ﻝ‬ ‫ﻑﻱ‬
١‫ﻋ‬ ‫ﺡ‬
.‫ﻙ‬ ‫ﻁﺍ‬
‫ﻭ‬ ‫ﻭ‬
‫ﻭ‬ ‫ﻝ‬
9

Inilah pada tangan kiri

‫ﺍﻝ‬

‫ﻉ‬ ‫ﺡ‬ ‫ﺍﺍ‬

‫ﻙﺍ‬ ‫ﻩ‬ ‫ﻭﺹ‬

‫ﻝ‬ ‫ﺍﺍ‬ ‫ﻥﻉ‬


10
‫ﻉ‬

8 Kalimat tersebut bukan merupakan ayat al-qur‟an atau hadist namun menurut penulis kalimat
tersebut merupakan sebuah azimat.
9 Gambar tersebut menurut penulis adalah azimat yang ditulis lalu diletakkan pada tangan
belakang sebelah kiri pada saat anak sedang demam.
10 Gambar tersebut menurut penulis adalah azimat yang ditulis lalu diletakkan pada tangan
sebelah kiri pada saat anak sedang demam.

26
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
11
{Bismillahirrahmanirrahim alhamdulilahhilaji kholaqol-insaana
min sholshoolin kal-fakhkhoor , wa kholaqol-jaaanna mim maarijim min naar13,
12

assamawa ajimatu alaika yanjimatun binti al-ahmar ainama kunnta mim


masarikil ardhi wamaqhrabiha an taufi sama‟ina mari inallah ha rabbil alim anta
wa abuka tawaa aw karaha billaji kola samawati wal ardi ataya aw karahan ha
ko lata ainina thoaa‟in ajibini ya ajmatu binti al-ahmar anta wa ghodama kuwa
ghodam abuka alnaar asyata‟ lata alaikum asyata‟a la wa altahibat alaikum
althahaba ya ajimatu binti al-ahmar buhako al falaq syamsuha ila (wajik qul
huwallohu ahad 14 ) hingga akhirnya (wajik qul a‟uuzu birobbil falaq 15 ) hingga
16
akhirnya (wajik qul a‟uuzu birobbin-naas ) hingga akhirnya (inallaha
yamarukum an taudu ala‟manata ali ahlaha) tiga kali (alwaha) dua kali (al‟ajal)
dua kali (alsa‟at) dua kali (barakallah fikum wa „alaikum).

{Pasal ini nasehat pada pengetahuikan segala hari akan hendak memulai
menetapkan kayu tiang rumah}

(Adapun jika pada hari ahad) memulai menentakkan 17 kayu tiang


rumah itu baik alamatnya sangat sudah rumah itu, tetapi banyak jamuannya yakni
hantu syaiton datang pada rumahnya. (Jika) pada hari isnin, isnin memulai
mententakannya alamat rumah itu lembut, jadi rumah itu. Sebab perempuan
memulai mententakkan kayu tiang rumah, jadi rumah itu. Tetapi empunya rumah
itu tiada senang duduknya sebab kena kumannya. (Jika pada hari rabu) memulai
tentak

11 Bismillahirrahmanirrahim yang artinya “Dengan menyebut nama Allah yang maha pengasih
lagi maha penyayang”
12 kholaqol-insaana min sholshooling kal-fakhkhoor yang artinya “Dia menciptakan manusia dari
tanah kering seperti tembikar” (Q.s Ar-Rahman:14)
13 wa kholaqol-jaaanna mim maarijim min naar yang artinya “dan Dia menciptakan jin dari nyala
api tanpa asap” (Q.s Ar-Rahman:15)
14 qul huwallohu ahad yang artinya “Katakanlah (Muhammad), Dialah Allah, yang maha esa”
(Q.s Al-Ikhlas:1)
15 qul a‟uuzu birobbil falaq yang artinya “Katakanlah, aku berlindung kepada Tuhan yang
menguasai subuh (fajar)” (Q.s Al-Falaq:1)
16 qul a‟uuzu birobbin-naas yang artinya “Katakanlah, Aku berlindung kepada Tuhannya
manusia” (Q.s An-Nas:1)
17 Menentakkan kemungkinan yang dimaksud tetak yang artinya” menetapkan, menentukan”
sesuai dengan kalimat sebelum dan sesudahnya (KUBI : 1065)

27
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
(91)

tiang rumah itu alamat tiada sudah, sebab kekurangan beliung18 atau ‫ﺍ ﻑ ﺍ ﺭ ﺍ ڠ‬
[aparang]19, pahat20 atau jantan21. (Jika pada hari kamis) memulai menentak kayu
itu alamat jadi tetap ada orang mati di rumah itu. Maka sudah rumah itu. (Jika
pada hari jum‟at) memulai menentak kayu rumah itu baik alamatnya sudah rumah
itu. Tetapi ada orang mati di rumah itu. Maka sudah (jika pada hari sabtu) kita
memulai tentak kayu tiang rumah itu pun tiada baik kita, setengah baik. Maka
alamatnya tiada jadi Wallahu a‟lam bil ghaib22.

{Bab ini pada menyatakan melihat kayu}

Pada tatkala hendak menentak kayu tiang rumah, apabila kayu itu
keluar airnya (merah) jangan ‫[ ﺩ ﻙ ﺭ ﺓ‬dikerat]23 dan taruh. Jangan ambil lagi kayu
itu hingga sampai tiga hari. Maka ambillah jika kayu itu terbit 24 airnya (putih)
atau jernih atau (keruh). Maka nanti seketika juga telah. Maka apabila hilang
airnya. Maka tentu ambillah. Jika keluar airnya (berbuih-buih). Maka taruh ambil,
telah sudah ambil taruh bila baik-baik tiang itu alamat25 akan beroleh padi beras
banyak. (Jika) kayu itu tepi ‫[ ﻙ ﻭ ﺏ ڠ‬kubang]26 baik kayu minum air, namanya
rezekinya tiada berputusan. (Jika) kayu itu di dalam kubang tiada baik. Jika di tepi
‫[ ݘ ﺭ ﻕ‬curug]27 baik. Jika kayu tambah duri-duri keliling pohon kayu itu, tiada
baik. (Jika) dilingkar akar pegagah pohonnya alamat beroleh hamba sahaya baik.
(Jika) [benderang]28 ‫ ﺏ ﺩ ﺭ ڠ‬naik kayu baik. Maka ambil kedua petang tiangnya.
Jika sebatang ambilnya tiada baik alamat boleh keji. (Jika) kayu itu ‫ﺏ ﻝ ً ﺱ ﺩ‬

18 Beliung : “perkakas tukang kayu seperti kapak dengan mata melintang” (KUBI : 113)
19 Aparang kemungkinan yang dimaksud parang yang artinya “pisau besar” sesuai dengan kata
sebelumnya yang membahas tentang alat perkakas tukang kayu (KUBI : 712)
20 Pahat :“alat bertukang berupa bilah besi yang tajam pada ujungnya untuk melubangi atau
mengukir kayu” (KUBI : 694)
21 Jantan :“pahat yang laincip dan tajam” (KUBI : 402)
22 Wallahu a‟lam bil ghaib yang artinya “hanya Allah yang maha mengetahui”
23 Kerat : “potongan atau irisan” (KUBI : 488)
24 Terbit : “timbul, naik, keluar” (KUBI : 1060)
25 Alamat : “tanda, pertanda (tanda akan terjadi sesuatu) (KUBI : 28)
26 Kubang : “tanah lekuk yg berisi air dan lumpur” (KUBI : 530)
27 Curug : “air terjun” dalam bahasa Sunda
28 Benderang berarti “terang” dalam bahasa jawa

28
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
[belisad]29 itu pun baik. Jika ٢ ‫[ ﺍ ٌ ﻯ‬anai-anai]30 naik. Maka tatkala itu buat habu
dan anak batu yang seni-seni31 empat butir, sudah taruh. Maka gosok habu itu ‫ﺍ ٌ ﺩ‬
٢ ‫[ ﺭ‬andar-andar]32 tiang itu. Maka batu itu lontarkan pada empat penjuru33 tiang
itu serta diserunya. (Jika) kayu itu sarang ٌ ‫[ ﺕ ﺏ ﻭ ﺍ‬tabuan]34 baik Wa‟allahu
a‟lam pasal ini kota Iskandariyah namanya.

{Bab Ini Jika Ada Kayu Itu Berhantu Sekalipun}

Hendaklah menebang dia pada pagi-pagi hari, jangan tengah naik


tiada baik, jika tengah hari tengah turun atau petang baik menebangnya itu. Jika
akar mati jangan ambil tiada baik kayu itu. Jika kayu itu kerat hendak mati kayu
baik, kayu itu. Maka lihat akar itu jika akar ‫[ ﻭ ﻑ ﻝ ﺱ‬maplas]35 ‫[ ﻙ ﺍ ﺱ ﻑ‬kasap]36
atau maplas ِ ‫ً ﺩ‬ ‫[ ﺕ‬tadah]37 hari mu tiada baik. Jika akar maplas licin tiada
mengapa atau barang akar yang berbuat boleh ambil akan tiang seri 38. Jika ada
kembang39 ً ‫[ ﺏ ﺩ ً ﺩ‬bedidi]40 tiada baik. Jika ada akar bawang putih baik. Jika
akar bawang kuning atau hijau tiada baik. Jika bawangnya merah baik alamatnya.
Maka hendaklah, tetapi segala‫[ ﻑ ﻙ ﺍ ﻭ ﻯ‬pekawi]41 itu daripada matahari hidup
dan tulang rambunga 42 nnya daripada matahari mati. Jika celaka sekalipun
hilanglah dan jika hendak ِ ‫[ ﺏ ﻭ ﺏ‬bubuh]43 tulang rambungan itu hendak dipaling
hujungnya ke matahari jatuh. Jika kayu itu di hulu putus baik, jika di hilir putus

29 Dieja [b-l-y-s-d ; ‫ ] ﺏ ﻝ ً ﺱ ﺩ‬kemungkinan yang dimaksud belisad namun tidak ada makna
didalam kamus.
30 Anai-anai : “semut putih atau rayap” (KUBI : 38)
31 Seni-seni : “halus dan kecil” (KUBI : 916)
32 andar-andar berarti “menguraikan dengan panjang lebar” (KUBI : 41)
33 Penjuru : “sudut” (KUBI : 732)
34 Tabuan kemungkinan yang dimaksud tabuhan yang artinya “sejenis lebah besar biasanya
bersarang dipohon” sesuai dengan kalimat sebelumnya yang membahas tentang binatang (KUBI :
988)
35 Dieja [m-p-l-s ; ‫ ] ﻭ ﻑ ﻝ ﺱ‬kemungkinan yang dimaksud maplas namun tidak ada makna
didalam kamus.
36Kasap : “tidak halus, tidak lembut (jika diraba), kesat, dan kulitnya berbulu (KUBI : 488)
37 Tadah : “barang untuk menampung sesuatu” (KUBI : 989)
38 Seri : “seimbang” (KUBI : 928)
39 Kembang berarti bunga “(dipakai juga untuk menyebut berbagai macam bunga)” (KUBI : 165)
40 Dieja [b-d-y-d-y ; ً ‫ ]ﺏ ﺩ ً ﺩ‬kemungkinan yang dimaksud bedidi namun tidak ada makna
didalam kamus.
41 Dieja [p-k-a-w-y ; ‫ ]ﻑ ﻙ ﺍ ﻭ ﻯ‬kemungkinan yang dimaksud Pekawi namun tidak ada makna
didalam kamus.
42 Rambungan : “pohon karet” (KUBI : 795)
43 Bubuh : “menaruh (meletakkan), memasang (memasukkan) , dan menambahkan sesuatu”
(KUBI : 156)

29
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
tiada baik. Dari matahari jatuh putus tiada baik. Jika ada kayu rubuh sendirinya.
Maka ada kayu kecil-kecil kelilingnya kayu itu baik atau akarnya hidup atau
putusnya atau digerak akarnya baik.

{Bab Ini Pada Menyatakan Mengenal Tiang Yang Sudah Di Taruh ‫ً ﺡ ڠ‬ ‫ﻝ‬
[Licing]44}

Baik juga kita dilihat baik atau jahatnya, tetapi kalau ada rantingnya ‫ﺏ‬
‫[ ﺭ ݘ ﻭ ﺍ ڠ‬bercawang]45. Maka adalah matanya atau bukunya. Maka ranting yang
bercawangan. Maka tiang itu celaka, jangan dia perbuat akan tiang rumah itu.
Butakan ‫[ﺕ ﻙ ﺏ ٽ‬tekabnya]46 boleh demikian itu sebagai pola. Jika ada tiang itu
rantingnya bercawangan sebelah duduk pada sebelah tiang, sebelah ke atas,
sebelah duduk corong47 ke bawah berhadap ke atas tiang. Masing-masing corong
pada tembok corongnya, (adapun) seorang al-hakim 48 pada mengukurkan tiang
rumah hendak dipahat lubang. Maka ‫[ ﺭ ﺍ ﺱ ﻕ‬rasuk]49. Maka ambil tali, diukurkan
sama panjang tiang itu.

(92)

Maka tali itu lipat dua. Maka tanda taruh itulah hati tiang namanya. Jangan
dipahat pada tempat itu terlalu ‫[ ٌ ﺡ ﺱ‬nahas]50. Maka setelah sudah demikian itu.
Maka lipat tiga pula tali itu semuanya. Maka buang dua ambil satu lipat. Maka
satu lipat itu lipat sepuluh. Maka satu lipat. dua ukur, kenalah di bawah ‫ﺕ ٌ ﺕ ﻭ‬
‫[ ﺕ‬tuntut] 51 tiang corong. Maka pilihlah oleh mu akan mana yang baik pada
selokanya. Maka sebagi pula patutlah pada tempat itu dengan lipat ruangan itu
disanalah pahatnya InsyaAllah ta‟ala ialah yang menanggung kebesaran dan

44 Lencang : “lurus arahnya atau jajarannya” (KUBI : 584)


45 Bercawang : “bercabang” (KUBI : 189)
46 Tekabnya kemungkinan tekap yang artinya “penudung (penutup)” sesuai dengan kalimat
sebelum dan sesudahnya (KUBI : 1034)
47 Corong : “bentuknya seperti kerucut” (KUBI : 213)
48 Hakim : “orang yang mengadili perkara” (KUBI : 339)
49 Rasuk : “balok palang yang dipasang diantara tiang rumah untuk menopang lantai pada rumah
panggung” (KUBI : 804)
50 Nahas :“sial, celaka, malang (terutama dihubungkan dengan hari, bulan, dsb yang dianggap
kurang baik menurut perhitungan)” (KUBI : 668)
51 Tuntut : “menuju” (KUBI : 1108)

30
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
kesekian kebajikan rahmat dan nikmat dengan karunia Allah akan yang empunya
rumahnya itu.

(Maka inilah) ukurannya yang pertama-tamanya ukuran tangkal ke


tangkalkan namanya alamat maha suka cita di dalam rumah itu padanya, akan
tertentu atau tangkal ( ‫[ ) ﺍ ﺱ ﻑ ﻙ ﻝ ﻭ ٽ‬isap kalamnya]52 namanya alamat panas
lagi duka cita di dalam rumah itu. Terlalu nahas akan datang kebinasaan atau
tertentu rumah itu padanya. Ketiga ukuran (singa sempurna) namanya maha
kebajikan53 bertambah-tambah rahmat dan selamat diberi Allah Ta‟ala. Keempat
ukuran (anjing kekurangannya) namanya alamat orang di dalam rumah itu perkara
hina lagi kematian dan kepapaan 54 . Kelima ukuran (kuda ketinggian) namanya
alamat suka cita maha kebajikan orang di dalam rumah itu InsyaAllah ta‟ala.
keenam ukuran ( ‫[ ﻙ ﺍ ﻙ ﺓ‬keket]55 kepatuan) namanya maha nahas, setelah terdiri
tiang rumah itu. Maka tuan yang empunya rumah itu pun matilah. Wallahu a‟lam
dengan hukum Allah jua dan rumah itu pun tiada sudah sedia kala menaruh kedua
kain selama-lamanya. Ketujuh ukuran (harimau pahlawan) namanya alamat tuan
empu56nya rumah ditakuti oleh orang sekalian dan adalah seterusnya itu pun malu
dan sopan, jika jadi anak di dalam rumah itu alamat jadi hulubalang 57 atau abdi
lagi diamankan Allah ta‟ala. Kedelapan ukuran (naga ٌ ‫ﻙ ﻑ ﺭ ﺏ ﻭ ﺍ‬
58
[keperibuan] ) namanya alamat rumah itu luput daripada percintaan dari tiada
sampai marabahaya 59 dan tiada sampai dengki khianat bencana orang padanya.
Kesembilan ukuran (neraca timbangan) alamat maha sempurna kebajikan agama,
menjadi orang tuha daripada sama sekampung itu, orang sekalian pun menurut
katanya dan beroleh harta maha banyak dengan hamba sahaya itu suka cita
InsyaAllah ta‟ala. Kesepuluh ukuran (ular citamani) namanya terlalu baik
utamanya bertambah-tambah kebajikan dan janah 60 ‫[ ﺱ ﻙ ﺍ ﺩ ﻕ‬sekadak]61 dan

52 Isap kalam : “memasukkan, menarik perkataan” (KUBI : 387)


53 Kebajikan “sesuatu yang mendatangkan kebaikan (keselamatan, keberuntungan, dsb) kepada
sesama manusia” (KUBI : 77)
54 Kepapaan : “kemiskinan” (KUBI : 710)
55 Keket : “ulat yang tubuh besar” (KUBI : 462)
56 Empunya : “tuannya (pemiliknya)” (KUBI : 273)
57 Hulubalang : “pemimpin” (KUBI : 365)
58 Keperibuan kemungkinan yang dimaksud peribuan yang artinya “perindukan” sesuai dengan
kalimat sebelum dan sesudahnya (KUBI : 368 )
59 Marabahaya : “berbagai bahaya (bencana)” (KUBI : 633)
60 Janah : “surga” (KUBI : 402)

31
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
beroleh lagi kebesarannya dan kekayaan hamba sahaya sampailah seperti sara62
pada orang tuha-tuha, beroleh hamba tiada berbayar dan beroleh arta tiada dicari
sekalian ada datang sendiri selamat sempurna sehat dengan dipelihara akan Allah
Ta‟ala akan dia.

{Pasal ada pun lubang rasuk itu curinya ke atas}

Inilah rumah raja-raja curi ke bawah itu rumah sri tuannya dan ada
pun rumah ‫[ ﺭ ڠ ً ﺓ‬renggat]63 itu buangkan rasuk daripada hati tiang itu ke atas
pahatnya ke bawah hati tempat ¤ Bab yang kesepuluh bilang itu, perlahan-lahan
beroleh laba. Wallahu a‟lam. (Indah seloka 64 nya) yang diukirkan pada tiang
rumah atau pada perahunya, baik demikian juga atau padanya patinya atau pada
hilang atau pada patah. Maka ukurkan olehmu pada selokanya ini supaya
sempurna barang pekerjaannya InsyaAllah ta‟ala

(Adapun) sertanya tatkala hendak mendirikan rumah itu, tatkala


menggali lubang tiangnya itu jangan diberi tertanda bayang-bayang kita, lubang
tiang itu jahat tiada baik baginya.

{Bab pada ‫[ ﻭ ﺭ ﺍ ﺱ ﻯ‬merasi]65 hari dengan ukurannya}

Bermula jika harimau dan singa pada hari ahad mendirikan dia. Jika
lembu hari isnin. Jika naga pada hari selasa. Jika neraca66 (sebermula). Jika jatuh
ukuran kuda kepada hari ahad mendirikan dia. Jika harimau dan naga pada hari
selasa. Jika beroleh ukuran lidah neraca dan ular citamani kepada hari kamis
mendirikan dia.

61 Sekadak kemungkinan yang dimaksud kada yang artinya “ketentuan” sesuai dengan kalimat
sebelum dan sesudahnya (KUBI : 430)
62 Sara : “minta pertimbagan bagaimana baiknya” (KUBI : 872)
63 Renggat : “garis-garis lingkaran pada tanduk batang kayu” (KUBI : 817)
64 Seloka kemungkinan yang dimaksud selokan yang artinya “bendar, serokan, parit” (KUBI :
899)
65 Merasi : “meramalkan nasib, jodoh seseorang dengan menilik perhitungan bintang kelahiran
(mimpi, dsb) (KUBI : 804)
66 Neraca : “alat untuk mengukur berat” (KUBI : 674)

32
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
(93)

Maka jangan dibuang hari itu dengan ukurannya. Maka rasi ukuran dengan
harinya. Maka sempurnanya maha baik dan kebajikan beroleh rahmat negeri akan
Allah ta‟ala. Barang cita peroleh. (Adapun) sekalian hendaklah pada ketika yang
baik-baik juga dan lihat pada cakrawala67nya dan edaran naga surat Rizalil ghaib.
Jika bertemu dengan ketiga dan cakrawalanya. Maka sempurnalah dengan
bertambah-tambah selamat dan berkat dan harkat68 dan kekal InsyaAllah ta‟ala.

{Pasal ini pematah69 tukang yang dahulu kala}

Dibubuh didalam lubang tiang yang dikala itu. Pertama gula dan
kunyit dan arang dan tembikar dan tahi besi dan anak batu dan nasi kunyit.
Sekalian yang tersebut itu semuanya itu dibubuh didalam lubang yang dikala itu
surat dikata Bismillahirahmanirrahim Kaf Ha Ya Ain Sad70 kata tiga kali, berturut
surat Taha turunlah kedalam lubang itu.

{Pasal ini pada menyatakan syarat berbuat tempat bekas rumah}

Supaya jadi sejak dengan yang empunya rumah itu. Pertamanya


dipersucikan dahulu tanah akan tempat rumah itu sudah. Maka ambil gayung
sebuah air ِ ٌ ‫[ ﻑ‬pinah]71 dan bubuh bunga didalam air itu. Maka letakkan pada
sama tengah ruang akan tempat rumah itu. Maka bubuh emas sekeping 72 pada
pintu bunga itu. Maka baca suatu asma73 telah pagi. Maka lihat juga pinah airnya
itu juga baik. Lihat itulah yang utama terlalu baiknya tempat itu. Jika airnya itu
luka suatu tiada baik tempat itu dan emas itu. Jika rubuh daripada tempat itu, sedia
itu pun tiada baik. Jangan duduk disana niscaya rugi dengan haru juga akhirnya
apitnya olehnya Wallahu a‟lam74.

67 Cakrawala : “langit” (KUBI : 180)


68 Harkat : “derajat (kemuliaan dsb), taraf, mutu, nilai, harga” (KUBI : 347)
69 Pematah : “orang yang mematahkan, alat untuk mematahkan” (KUBI : 728)
70 Kaf Ha Ya Ain Sad (Q.s Maryam:1)
71 Pinah : “tanaman semak yang menjalar, tunas dan daun yang muda dapat dibuat lalap dan
disayur, rasanya manis” (KUBI : 755)
72 Sekeping : “sebagian kecil” (KUBI : 484)
73 Asma : “nama (bagi Tuhan)” (KUBI :62)
74 Wallahu a‟lam yang artinya “Allahlah yang maha mengetahui”

33
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
{Pasal ini serta mahalah rumah}

Ada pun barang siapa hendaklah diukurkan semula semuanya tiang itu
serta digerakan kakinya meniang pendek jangan tidak. Jika tiada digeraknya maha
jahat alamat tuan empunya rumah itu, haru-hara 75 . Jika dibuatnya lepas
marabahayanya. Inilah yang dibuatkan oleh segala tukang yang besar-besar
dahulu kalanya Wallahu a‟lam.

{Pasal ini pematah daripada segala tukang yang besar-besar dahulu kala suruh
buat}

Barang siapa hendak mendirikan rumah. Maka ambilah emas tempat


kaca-kaca dan perak tempat kaca-kaca dan besi tempat kaca-kaca. Maka patok
dikala tiang sembilan puntung 76 itu. Patok 77 buat tungku 78 bejarang baik. Jika
bumi itu berhantunya keras sekalipun niscaya hilang InsyaAllah Ta‟ala. Jika tiada
dibuat demikian akhirnya adalah kesusahan padanya. Inilah yang disurat oleh
segala tukang yang besar-besar dahulu kala pematah itu supaya selamat sempurna
diberi Allah Ta‟ala akan empunya rumah itu InsyaAllah Ta‟ala.

{Pasal ini jika bumi itu kata orang sangatlah keras syaitannya}

Maka tatkala sudah atau dari bandulnya. Maka korek79lah tanah sama
tengah, cucuk tengah itu hingga ‫[ ﺱ ﻑ ً ﻝ ﻕ‬sepelek]80. Maka ambilah tanahnya.
Maka kepal81 baik-baik. Maka baca ayat “Dengan menyebut nama Allah Yang
Maha Pengasih dan Penyayang dan apabila mereka menghempaskan kita tiba-
tiba mereka menghempas kita maka Allah yang menghempas”. Maka dilontarkan

75 Huru-hara : “keributan, kerusuhan, kekacauan” (KUBI : 365)


76 Puntung : “sisa kayu yang sudah terbakar sebagian” (KUBI : 778)
77 Patok : “ukuran” (KUBI : 717)
78 Tungku : “batu yang dipasang untuk perapian (dapur)” (KUBI : 1107)
79 Korek : “cukil, cungkil” (KUBI : 523)
80 Dieja [s-p-y-l-k ; ‫ ]ﺱ ﻑ ً ﻝ ﻕ‬kemungkinan yang dimaksud sepelek : “lingkar roda” (KUBI :
726)
81 Kepal : “gumpal (nasi, tanah, dsb) yang ditekan-tekan dengan genggaman tangan” (KUBI :
482)

34
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ke magrib 82 tiga kepal Insya Allah Ta‟ala. Jika ada sangatlah syaitannya pada
malam itu datanglah ia mematai tempat pada kita. Maka janganlah diberinya.

{Pasal ini pada mengetahuikan memilih bumi akan tempat rumah duduk segala
manusia}

Ketahui olehmu hai talib 83 . (Adapun) jika bumi itu rendah ke


masyrik84. Itulah yang beroleh baik dan jika ada bumi itu sangat ke utara. Itulah
yang maha utamanya. (Jika) ada bumi itu sama rata tinggi rendahnya baik. Jika
bumi sangat ke masyrik warnanya putih rasanya manis baunya harum. Itulah yang
terlebih utama rahmatnya. (Jika) bumi itu hijau warnanya lagi kuning masri
warnanya manis rasanya pedas. Barang siapa diam disana alamat beroleh istri baik
bangsawan

(94)

dan artawan datang kepada anak cucunya selamat diam disana. (Jika) bumi perak.
Pertamanya putih, kedua merah, ketiga kuning, keempat kelabu, kelima hijau,
keenam ٌ ‫[ ِ ﻭ ڠ‬hungun]85, ketujuh ‫[ ﻭ ﺹ ﺭ‬mashri]86 warnanya. Itulah yang maha
utama tempat kita diam disana InsyaAllah ta`ala yang memberi berkah.

Adapun tiga perkara yang nahas itu. Pertamanya yang berbukit-


bukit87 tinggi rendah, barang siapa diam disana alamat segala hamba sahayanya
dan anak cucunya durhaka kepada ibu bapaknya dan lari segala hamba sahaya
padanya. (Kedua) perkara jika bumi itu terbasah-basah 88 , barang siapa diam
disana alamat duka cita padanya. (Ketiga) perkara jika bumi itu lambang-
lambang89, itupun maha nahas. Tiada harus diam disana duka cita lagi papa.

82 Magrib : “barat (waktu matahari terbenam)” (KUBI : 619)


83 Talib : “orang yang menuntut kebenaran atau ilmu (seperti orang yang mempelajari agama
dengan sungguh-sungguh)” (KUBI : 1000)
84 Masyrik : “timur” (KUBI : 636)
85 Hungun kemungkinan yang dimaksud ungu sesuai dengan kalimat sebelumnya membahas
tentang warna
86 Dieja [M-sh-r ; ‫ ]ﻭ ﺹ ﺭ‬kemungkinan yang dimaksud mashri namun tidak ada makna didalam
kamus
87 Berbukit-bukit : “mempunyai banyak bukit” (KUBI :160)
88 Terbasah-basah : “mengandung air” (KUBI : 94)
89 Lambang-lambang : “sesuatu sepeti tanda” (KUBI :556 )

35
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
(Adapun) jika bumi itu tinggi kemasyrik rendah kemagrib tiada baik
akhirnya papanya lagi duka citanya. (Jika) bumi itu tinggi kemagrib rendah
kemasyrik, barang siapa diam disana beroleh kemuliaan dan kekayaan datang
kepada anak cucunya. (Jika) bumi itu sangat ke utara, barang siapa diam disana
tiada berputusan mata diberi Allah ta`ala. Jika bumi itu sangat ke magrib, barang
siapa diam disana keturunan lagi kesukaan kematian papa akhirnya. (Jika) bumi
itu warnanya merah, rasanya masam lagi pahit, baunya pedas, barang siapa diam
disana segala keluarganya dan orang sekalianpun banyak tiada kasih akan dia.
(Jika) bumi itu baunya busuk, airnya manis, tiada harus bumi itu, akan tempat
duduk sebarang pekerjaan, tiada jadi duka cita, tiada senang juga. (Jika) bumi itu
sangat dari timur lalu ke tenggara, lalu ke selatan, lalu ke barat daya, lalu ke barat
tempat lalu kebarat laut. Itulah amat jahat lagi celaka janganlah kita diam disana.
(Jika) bumi itu sangat sebelah barat laut, jika kita diam disana alamat beroleh istri
yang baik atau anak laki-laki yang amat baik lagi sangat berbuat bakti kepada
Allah ta`ala. (Jika) bumi itu sangat dibarat laut lalu keutara, lalu ketimur tempat
dan antara tenggara. Itulah yang maha utama baik kita diam disana. (Jika) ada
seperti demikian pilih pula pada tempat yang lebih. Itulah tempat bumi bekas
rumah kita, apabila airnya pedas membelah matahari, mata menikam kelaut. Maka
itulah yang utama tempat rumahnya. (Jika) bumi itu tinggi dari barat daya timur
dengan barat laut. Maka inilah yang utama kita diam disana. (Jika) bumi itu tinggi
dibarat timur dengan tenggara. Itupun terlalu utama kita diam disana. Itupun
dengan perintah Tuhan Wallahu Kholakokum Wama Taklamun.

{Pasal ini pada menyatakan syarat menuntut 90 tempat rumah itu}

Mau dipilih tempat itu, tatkala sudah melihat pada baik dan jahat
seperti yang dahulunya itu. Maka hendak tentukan tempat lubang tiang rumah itu
supaya ditambahkan Allah kiranya kebajikan yang berutamanya yang memenuhi
Maro al-qulub dan menyampaikan pada barang yang di kehendaknya. (Maka)
pergi galilah lubang tempat tiang. Pada mata hatinya disini, tempat dipedirikan
rumahnya. Maka lalu digalilah didalamnya tiga jari pada sekatip91 puting tiang itu.

90 Menuntut : “meminta, menodong, memohon, mensyaratkan,menempuh” (KUBI : 1108)


91 Seketip : “sepuluh sen” (KUBI : 501)

36
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Janganlah beri bersalahannya maka ambil padi yang putih baik-baik. Maka bubuh
didalam lubang itu. Maka pagi esok lihatlah padi itu, apabila iya bertambah atau
kurangkah atau kenapakah. Maka lebih padi itu yang utamanya. Jika kenapa padi
itu, baik jika kurang tiada boleh duduk pada tempat itu. Jika adalah pula kali pada
tempat lain. Demikian itu juga, perbuatnya apabila sudah kenapalah salah suatu
pada lubang tiang sembilan itu. Maka pendiri juga rumahnya itu baik tempat itu
boleh duduk. Jikalau sama kenapa dengan kurangan itu, sedang juga baiknya
itupun dengan karunia Allah ta`ala. Wallahu a‟lam.

(Jika) padi yang ditanam itu tambahnya lebih daripada sembilan-


sembilan bekas. Itulah tempat tiang seri itu maha dicarinya wana bi khair, tiadalah
pikir lanjutkan itu. Melainkan sama bertambah juga barang sebaginya pangkat,
derajat dan ketinggian dan kemuliaannya.

(95)

Berkat selamat zahir 92 lah daripada kelebihan, daripada dunia ini tersurat pada
tangan orang diam pada tempat bekas rumah InsyaAllah ta‟ala.

(Adapun) padi yang lebih tanam didalam lubang itu, tanam baik- baik
pada tempat itu. Peliharakan supaya berbuah. Maka ambil diperbuatkan kepala
benih harkatlah dengan yang diempunya padi itu, dengan ‫[ ﻭ ً ﺍ‬maya]93 padi itu
bertambah negeri akan Allah ta‟ala. Baik-baik tempat kelebihannya. Jika ada
yang lebih bilangannya.

(Syahdan 94 ) diharuskan pula didalamnya, kemudian daripada itu


tatkala hendak manakala lubang yang tiang itu. Pada ketika orang suci-suci tidur.
Maka galilah lubang itu dengan berpatoklah dalamnya dengan tiang itu. Sehingga
membaik pada esok siangnya. Maka terlihatlah segala yang diperbuat itu suci
orang. Itulah maha utama mustajab dan mujarab, barang yang dihajatkan itu
dikabulkan Allah „azawajala demilkianlah sertanya wallahua‟lam.

92 Zahir : “lahir” (KUBI :1155)


93 Maya : “benih yang jernih” dalam bahasa jawa.
94 Syahdan : “selanjutnya, lalu (biasanya dipakai pada permulaan cerita atau permulaan bab)”
(KUBI : 985)

37
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
(Ini ukuran) tuanku tanah petani yang keramat. Pertama bilangan asap,
dan lembu, dan anjing, dan kuda, dan gagak, dan harimau, dan naga, dan lidah
neraca, dan ular cita mani. Maka diukurkan pada tiang rumah seperti ukuran yang
sepuluh dahulu itu dan setengah hikma‟. Jika mengukurkan pada bandul di dalam
tiang daripada luar tiang. Maka ambil tali sedepa95 panjang empunya dirumah itu.
Maka dilipat tiga. Maka buang satu lipat. Maka diambil dua lipat itu, dilipat lapan.
Maka dibuang tujuh lipat. Maka yang satu lipat diukurkanlah pada bilangan yang
delapan itu. Maka habis. Maka dimulai pula pada bilangannya. Maka dilihat pada
‫[ ﺵ ﺭ ﺡ ٽ‬syarahnya]96. Jika baik pagi, jika jahat buangkan supaya negeri akan
Allah ta‟ala kebajikan mereka bertambah-tambah suka cita padanya. Pertama
ukurannya. Maka alamat rumah itu pindah padanya. Kedua asap alamat beroleh
duka cita didalam rumah itu tiada kebajikan. Ketiga singa namanya alamat rumah
itu lepaslah daripada marabahayanya. Maka yang empunya rumah itu menjadi
pendeta atau hulubalang. Keempat ukuran itu anjing namanya alamat orang diam
rumah itu perkelahian, maha nahas terlalu jahat. Kelima ukurannya lembu
namanya rumah itu, alamat kebajikan bertambah-tambah dan sempurna arta
datang sendirinya. Keenamnya ukuran kuda namanya rumah itu alamatnya akan
hilang artanya, maha nahas duka cita padanya. Ketujuh ukurannya itu gajah
alamat orang didalam rumah itu, akan beroleh kebajikan suka cita sempurna
padanya dengan berkat. Kedelapan ukuran gagak namanya maha nahas setelah
sudah terdiri tiangnya yang empunya rumah itu mati dan rumah itupun tiada akan
sudah padanya wallahu a‟lam.

{Pasal} sebermula. Jika adapun bumi yang jahat- jahat dan nahas yang
tiada harus duka akan tempat itu. Pertamanya hitam, habis masam atau busuk.
Kedua berbelah-belah97. Ketiga bersurut-surut98 tinggi rendah. Keempat berlapuk-
lapuk99 berlubang. Kelima berbukit-bukit tinggi rendah, barang siapa diam disana
segala hambanya dan anaknya durhaka pada ibu dan bapaknya, lagi pun
sahayanya tiada kekal atau durhaka, pada artanya lagi rugi. Keenam bumi itu yang

95 Sedepa : “ukuran sepanjang kedua belah tangan mendepang dari ujung jari tengah tangan kiri
sampai ke ujung jari tengah tangan kanan (empat hasta, enam kaki)” (KUBI : 243)
96 Syarah : “keinginan” (KUBI : 985)
97 Berbelah-belah : “terbagi-bagi” (KUBI : 108)
98 Bersurut-surut : “berkurang” (KUBI : 981)
99 Berlapuk-lapuk : “rusak, buruk” (KUBI : 567)

38
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
terbasah, barang siapa diam disana adalah duka cita100. Ketujuh bumi itu lambang-
lambangan. Itupun maha nahas, tiada harus duduk bumi itu alamat duka cita dan
papa padanya penyakitan. Kedelapan bumi itu bercampur dengan baja ‫ﻙ ﻝ ً ﻙ ﺍ‬
[kelika]101 tiada harus duduk pada tempat itu.

{Pasal ini peri menyatakan tanah laksana yang baik dan jahat}

Adapun tanah yang baik itu, supaya bertambah-tambah kebajikan


dengan seribu kebajikan pada barang pekerjaan yang diperbuat. Seperti buat
rumah atau dusun atau bandang atau negeri. Supaya lepas daripada marabahaya
bala bencana akan dayaku beroleh rahmat dan selamat jika hiduppun.

(96)

Seperti kerbau, lembu, gajah, kambing, biri-biri, hayam, itik. Dan barang
sekalianpun kebajikan di negeri akan Allah subhana wata‟ala, bahagia dengan arta
selamat datang kepada anak cucunya dengan segala hamba sahayanya.
Sekalianpun kasih berhimpun kepadanya.

{Pasal ini ketahui oleh uhuwal itu ahalal taqosir}

Barang siapa mencari akan tempat membuat dusun atau bandang atau
negeri atau rumah. Maka lihatlah olehmu lokasinya bumi itu rendah karena jika ia
di sana alamat kehilangan arta dan penyakitnya. (Jika bumi) itu rendah kemasyrik.
Maka hamba sahaya negeri akan Allah ta‟ala. (Jika) bumi itu tinggi rendah
karenanya. Maka rendah ke utara, ٌ ‫[ ﻑ ﻙ‬pakan]102 mayat namanya, barang siapa
duduk disana alamat beroleh arta dan hamba sahayanya dengan banyak segala
keluarganya di negeri akan Allah ta‟ala. (Jika) bumi itu tinggi kemasyrik rendah
kemagrib, ikan dikendi apa namanya terlalu jahat. Jika diam disana alamat beroleh
duka cita lupa kopiah tuan maha nahas. (Jika) bumi itu rendah ke utara tinggi ‫ﺩ ﻕ‬

100 Duka cita : “kesedihan (hati), kesusahan (hati)” (KUBI : 261)


101 Kelika : “kulit kayu yang keras, biasanya tebal dan kering” (KUBI : 467)
102 Pakan : “pohon yang mencapai 27 meter, kayunya jarang dipakai sebagai bahan bangunan
karena kurang baik” (KUBI : 696)

39
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ٌ ‫[ ﺱ ٌ ﺍ ﻑ ﻙ‬dekat sana pakan] maha utama namanya, maha suka cita 103 atau
dusun atau bandang atau tempat berbuat rumah selamat sempurna.

(Sebermula jika) warna tanah itu putih, dengan manis, pedas, baunya
harum. Bumi itu laksana perak niscaya beroleh arta lagi pun sekalian orang kasih
padanya. (Sebermula) jika bumi itu merah warnanya. Maka rasanya masam kita,
baunya pedas. Barang siapa duduk disana banyak tiada kasih akan dia.
(Sebermula) jika bumi itu hijau, warna kuning masri, warnanya manis pedas.
Barang siapa diam disana alamat beroleh istri maha baik atau bangsawan, dan arta
pun datang kepada anak cucunya. Lagi beroleh masa dan bertanam maha baik,
dan barang kehendaknya pun baik selamat sempurna suka cita senantiasa.
(Sebermula) jika bumi itu hitam, lagi air baunya, lagi masam, rasanya busuk. Jika
duduk disana niscaya barang kerjaannya tiada menjadi. Lagi maha duka cita juga
sediakala. (Sebermula) petala104 bumi itu. Pertamanya putih, kedua merah, ketiga
kuning, keempat kelabu, kelima hijau, keenam mashri. Warnanya itulah yang
utamanya pula terlebih baik segala bumi yang lain akan tempat diam dijadikan
Allah ta‟ala didalam dunia terlalu baik tempat kediamannya ‫[ ﺍ ﺕ ِ ﻯ‬attahi]105.

{Pasal ini azimat angka}

Maka disurat pada perca106 putih. Maka bubuh pemucuk tiang akan
pengalas tiap-tiap tiang alang107 percanya empat persegi menyurat didalam ‫ﺥ ﻝ ﻭ ﺓ‬
[khalwat] 108 surat dengan tertib dan hikma‟ dengan air sembahyang. Maka
sembahyanglah hajat dua rakaat memohonkan berkat pada Allah ta‟ala
menjauhkan sekalian setan dan meluputkan diri daripada marabahaya dan
menolakan baik sekalian kejahatan dan bencana, supaya ditambahkan Allah dari
pada rahmat dan sempurna kebajikan derajat azimat ini daripada ‫ﺵ ً ﺥ ﺍ ﻝ ﺡ ﻙ ً ﻭ‬

103 Sukacita : “suka (hati), girang (hati)” (KUBI : 971)


104 Petala :“lapis, susunan, tingkatan” (KUBI : 748)
105 Attahi : “segala keberkahan” dalam bahasa Arab
106 Perca : “sobekan (potongan) kecil kain sisa dari jahitan dsb” (KUBI : 736)
107 Alang : “sesuatu yang melintang ditaruhnya garis” (KUBI : 28)
108 Khalwat : “mengasingkan diri” (KUBI : 503)

40
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
[sayaholhakim] rahmatuallah „alaih ajma‟in angka yang ‫[ ﻭ ﻉ ﻅ ﻭ‬mengazam]109,
adapun menyurat dengan tertib jangan bersalahan inilah angkanya.

{Pasal} ini adzimat angka ‫[ ﻭ ﻙ ﺭ ﻭ‬mahkram]110. Maka di surat pada


timah putih, empat persegi, surat ‫ٌ ݘ‬ ‫[ ﻙ‬kanca]111 dua belas di dalam khalwat
dengan tobatnya dan rawatib 112 . Maka lipatkan pada tapak kaki tiang yang di
dalam tanah itu, akan jadi tangkal sekalian hantu setan dan iblis serta menolakkan
marabahaya bala bencana diluputkan Allah ta‟ala inilah angkanya.

‫ال‬ ‫ال‬ ‫ﻋﻭ‬ ‫ﻉ‬


‫ءال‬ ‫ﺱ‬ ٧ ‫ءال‬
‫ﺍﺍ‬ ‫ﺍﺍﺍ‬ ‫ﺍﺍ‬ ‫ﺍﺍﺍ‬
‫ﻝ‬ ‫ﻉ‬ ‫ﺍ‬ ‫ءال‬

(97)

{Pasal ini azimat angka jika orang sakit} Maka disurat pada kertas.
Maka ditempelkan dipintu rumah kita, apit 113 olehnya InsyaAllah ta‟ala hantu
setan inilah rajanya.

{Pasal ini pada menyatakan tempat pula turun pada berdirinya rumah}
jangan diberi salahan kata ini, tiada selamat sempurna kebajikan rumah itu. Kata
daripada Syekh al-hakim yang empunya katanya Wallahu A‟lam Bishawab114.

109 Mengazam : “memaksudkan, berniat akan” (KUBI : 69)


110 Makram : “orang (perempuan laki-laki) yang masih termasuk sanak saudara dekat karena
keturunan, sesusunan, atau hubungan perkawinan sehingga tidak boleh menikah di antaranya”
(KUBI : 625)
111 Kanca : “keadaan atau situasi susah (sengsara, perang, sukar)” (KUBI : 440)
112 Rawatib : “shalat sunnah yang dikerjakan sebelum atau sesudah shalat fardhu” (KUBI : 806)
113 Apit : “sesuatu yang terdapat di antara dua benda (orang dsb), alat untuk menghimpit
(menjepit, menindih, dsb)” (KUBI : 54)
114 Wallahu A‟lam Bishawab yang artinya “hanya allah yang maha mengetahui”

41
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
٧ ٨ ٣ ١١

٤ ‫ﺍ‬٧ ‫׀‬ ‫ﻋ‬


‫ﻋ‬
‫ﺀال‬ ‫ﺀال‬ ٧
٦
‫ﺀﻭ‬ ‫ﺀﻭ‬ ‫ﺀال‬

{Bab ini pada menyatakan hendak berbuat pintu rumah baik dan jahatnya}

Dan ambil tali sama panjang bandul 115 dalam itu. Maka dilipat
sembilan tali itu. Maka tariklah kebandul itu. Maka tanda taruh sembilan lipat dan
bandul yang empat keping itu masing-masing ukurannya. Tetapinya, serupa pada
ukurannya yang telah disuruhnya baik dan jahat (dan pada bandul) pendek
matahari naik itu pintu di tepi tiang belah hulu itu akan kesusahannya padanya,
dan keduanya hatinya keras padanya, dan ketiga pintu ini ketika perkelahian
padanya, dan keempat pintu ini akan hatinya rusak daripada bencana padanya, dan
kelima pintu ini akan beroleh kebesaran padanya, dan keenam pintu itu akan
beroleh maha utama mulia suka cita beroleh kebesaran padanya, dan ke tujuh
pintu ini akan beroleh padi banyak padanya, dan kedelapan pintu ini beroleh
kebesaran daripada setaranya miliyader pada orang banyak padanya, dan
kesembilan pintu ini akan beroleh dosa daripada orang lain bersahabat padanya.

۶ ۶ ‫ﺡ‬ ‫ﻋ‬
٨
٢‫ﺡ‬ ١ ‫ﺝ‬
‫ال‬ ٢
٨ ٨ ‫ﻋ‬ ‫ک‬
١ ‫ﻱﻭ‬
‫ﻱۏ‬ ‫ﺡ‬٢ ‫ک‬ ‫ﻱۏ‬
‫ﻱﻭ‬

115 Bandul : “ benda yang digantungkan sebagai pemberat” (KUBI : 84)

42
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
(Dan pada bandul) panjang belah ilir. Pertamanyaa pintu ‫ﺱ ﻭ ﺱ ﺕ‬
116
[susut] tiang belah matahari baik itu beroleh kesusahan padanya, dan kedua
pintu ini beroleh dosa daripada anak perempuan padanya, dan ketiga pintu ini
akan keras hati padanya, dan keempat pintu ini beroleh kebesaran daripada anak
perempuan padanya, dan kelima pintu ini akan beroleh duka cita daripada
kecurian padanya, dan keenam pintu ini akan beroleh maha baik sentosa akan
kebajikan padanya, dan ketujuh pintu ini akan beroleh anak banyak baik padanya,
dan kedelapan pintu ini akan beroleh isteri baik padanya, dan kesembilan pintu ini
alamat akan penyakitnya padanya.

(Dan pada bandul) pendek matahari jatuh pintu surat yang belah ilir
itu tiada beroleh arta akan beroleh penyakitnya dan kesalahan padanya, dan kedua
pintu ini tiada beroleh arta jika ada boleh pula habis padanya, dan yang ketiga
pintu ini akan beroleh jadi berseteru-seteru117 padanya, dan keempat pintu ini akan
beroleh bahagia dan beroleh arta banyak padanya, dan pintu yang kelima ini akan
beroleh kecurian padanya, dan pintu yang keenam itu akan beroleh menang
daripada seteru padanya, dan pintu yang ketujuh ini akan beroleh anak jujur

Ini matahari hidup

rumah rumah Rumah Tempat


perempuan raja mentari
permapan

rumah rumah Rumah Rumah


raja raja saudagar raja

rumah rumah Rumah rumah


fakir kacah hulubalang bahasa

tempat tempat Rumah rumah


rakyat thabib thabib raja

Ini matahari mati

116 Susut : “menjadi berkurang” (KUBI : 984)


117 Berseteru-teru : “mempunyai masalah” (KUBI : 936)

43
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
(98)

banyak, dan kedelapan pintu ini beroleh kesalahan kita, setengah beroleh pada
banyak padanya, dan yang kesembilan pintu ini akan beroleh dengan bahagia
padanya.

(Dan bandul) panjang belah di hulu itu pintu susut tiang. Matahari
jatuh itu akan beroleh istri baik banyak padanya, dan kedua pintu ini akan beroleh
bercerai mati dengan istrinya itu untuknya padanya, dan ketiga pintu ini akan
beroleh harta dan bahagia padanya, dan keempat pintu ini bercerai dengan kekasih
padanya, dan kelima pintu ini beroleh anak cucu yang banyak kita, setengah jadi
perceraian antara kita lagi istri padanya, dan keenam pintu ini akan beroleh duka
cita padanya kita, setengah beroleh anak cucu banyak dan harta banyak, dan
ketujuh pintu ini beroleh utang tiada baik padanya, dan kedelapan pintu ini
beroleh kesusahan padanya, dan kesembilan pintu ini beroleh jadi fakir 118 dan
salah pada raja-raja

{Pasal ini pada menyatakan ukuran menyempit tiang hendak taruhnya}

Maka tangga akan kaki ٌ ً ‫[ ﺯ ﺭ ﻭ‬jari main] 119 hingga dalamnya


tangga jari manis. Maka pula ambil tali ukuran atas ‫[ ﺕ ﻙ ﺓ‬takat]120 kaki jari main
itu. Maka lipat lima. Maka buangkan satu lipat, ambil empat lipat. Maka lantai
atas pucuk tiang. Maka sempitlah tiang itu dan panjang kaki itu tengah tiga
hasta121, tiga jari, dan tangga kaki itu tengah dua tapak kaki jari main itu, dan
ukuran bandul itu tapang122 tiang atas kaki jari main itu juga, dan ukuran tetap
tiang, dan alang ukuran itu juga. Dan lagi kayu panjang, dan kayu kasar jantan,
dan kayu tulang rambungan, dan kayu tumpu kasar ukuran pucuk tiang itu juga,
dan lagi ukuran tunjuk langit. Ambil tapang kaki jari main dan kayu rasuk ukuran
tiga tempat.

118 Fakir : “orang yang sangat berkurangan, orang yang teralu miskin” (KUBI : 279)
119 Dieja [j-r-m-y-n ; ٌ ً ‫ ] ﺯ ﺭ ﻭ‬kemungkinan yang dimaksud jari main
120 Takat : “hingga, sampai” (KUBI : 996)
121 Hasta : “satuan ukuran sepanjang lengan bawah seperempat depa (dari siku sampai ke ujung
jari tengah)” (KUBI : 349)
122 Tapang : “balai-balai dari kayu, dipan” ” (KUBI : 1019)

44
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Pertama tempatnya, dan kedua sama tengah, dan ketiga sama besar
hujung tiang. Dan jika tiada boleh seperti yang tersebut itu, jangan diperbuatkan
rumah itu. Tiada baik dan adapun yang celaka diperbuat rumah bertangga itu.
Tiada boleh yang tersebut ukuran itu dan terus lubang tulang rambungan ke tanah
tembus pahatnya. Tunjuk langit atau alang belaka, dan layangnya pun pendek, dan
tentak, dan lapan, dan kapak, dan lurus dan bujur melintang dan panjang putih
tunjuk langit, dan anak tiga ibu dan lagi segala lubang tiang panjang semuanya.
Inilah yang dikatakan oleh tukang yang dahulu kala itu wallahu‟alam.

{Sebermula} adapun rumah yang bepilih buat sih layang-layang, dan


belidah mama dua ‫[ ﻭ ٌ ﺝ ڠ‬manjung]123, dan tangga kepala rasuk, dan penyumbat,
dan balai lintang matahari naik, dan matahari jatuh itupun. Dan beranak ‫ﻙ ﻝ ﻭ ڠ‬
[keluweng] 124 dan gajah menyusu. Dan pintu rumah atau pintu pagar di bawah
matahari itupun tiada boleh kita duduk niscaya jangan diperolehnya.

{Sebermula} adapun ukuran hendak kali telaga. Maka ambil tali, tarik
sekeliling rumah di kaki tiang itu. Maka suk tiang-tiang ‫[ ﺝ ﺭ ﻭ ڠ‬jurung] 125
matahari jatuh belah hulu. Maka tujukan jurung tiang belah matahari naik belah
hilir. Maka tali yang dikelilingi itu tarik samanya hulu, ke timur. Maka susut tali
itu. Maka telaga pun kalilah pada sama tengah di hujung tali itu, dan adapun
telaganya jurung itu empat. Dan lagi belah timur itu telaga penawar, dan telaga
jurung belah matahari jatuh belah hulu itu telaga perumpun, dan telaga jurung
belah matahari naik itu telaga rajin, dan telaga jurung belah matahari jatuh belah
ilir itu telaga pencuri.

(Dan adapun) pada menyatakan ukuran bahagian bandul itu dengan


serambi itu. Maka ambil tali tarik dalam

123 Manjang kemungkinan yang dimaksud panjang sesuai dengan kalimat sebelum dan
sesudahnya
124 Dieja [k-l-w-n-g ‫ ] ﻙ ﻝ ﻭ ڠ‬kemungkinan yang dimaksud keluweng namun tidak ada makna
didalam kamus
125 Jurung : “anjungan rumah” (KUBI : 427)

45
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
(99)

kekaman bandul pendek itu. Maka dilipat tali tiga tali itu. Maka dibuangkan dua
lipat, diambil satu lipat. Maka dua kiri kenalah sebelah serambi 126 selalu itu. Maka
curi ambil sebelah ibu itu tengah dua batang tiang. (Dan adapun) ukuran panjang
tiang serambi itu. Maka tarik tali sama panjang tiang itu atas enam lubang rasuk
hingga habis buang tiang itu. Maka tali itu dilipat tiga. Maka dibuangkan satu
lipat. Maka ambil dua lipat. Maka dua lipat itu. Maka curi buangkan pula tengah
dua bunga, putuslah tiang serambi selalu itu dan tiang serambi bawah itu tiada
boleh serupa ukurannya itu. Melainkan ‫ً ﻕ‬ ‫ً ﻝ‬ ‫[ ﺕ‬tilik]127 itu dengan bandul
pendeknya itu.

(Dan adapun) ukuran luasnya tali rumah yang besaluran itu, enam
hasta, enam jari luasnya didalam itupun tilik tiang itu juga adanya. (Dan adapun)
ukuran luas rumah yang besaluran dua beranak keluweng itu sebelas hasta, enam
jari. Itupun tiga oleh tukangnya juga halnya. (Dan adapun) ukuran yang buat
rumah kaca menyusuh128 itu, ibunya tiga dan anaknya dua dan serambinya empat
dan salurannya itupun empat juga, dan luas jemuran hadapan itu sepuluh‫ﺱ ﻝ ﻕ‬
[selak] 129 tingkat, dan luas jemuran itu beli lintang dihadapannya dan pemilih
belidah sayatlah yang betingkat rasuk dan penyumbatnya dan beli lintang dibelah
di belakang pemilih belidah 130 sayatlah yang betingkat kepala rasuk dan
penyumbat itu juga itulah amal rumah raja-raja yang asalnya.

{Bab ini pada menyatakan kayu yang asal rumah raja-raja }

Tiada harus diperbuatkan rumah kita papa, dan keturunanya, dan telah
tiada selamat sempurna senantiasa. Pertamanya kayu potok, dan kayu bilim, kayu
kratom, dan kayu krasni, dan kayu tanjung, dan kayu jijir, dan kayu ru, dan kayu
setirbal. Jangan diperbuat jahat tiada baik, jika di perbuatnya diberoleh kesaktian
dan tiada beroleh kebajikan dan selamat dan sempurnanya

126 Serambi : “beranda atau selasar yang agak panjang, bersambung dengan induk rumah
(biasanya lebih rendah daripada induk rumah)” (KUBI : 924)
127 Dieja [t-y-l-y-k ; ‫ ] ﺕ ً ﻝ ً ﻕ‬kemungkinan yang dimaksud tilik namun tidak ada makna
didalam kamus
128 Menyusuh: “mengisap air” (KUBI : 982)
129 Selak : “kayu palang untuk menutup pintu” (KUBI : 891)
130 Belidah : “mempunyai lidah, mempergunakan lidah” (KUBI : 595)

46
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
{Bab ini pada menyatakan nasihat orang hendak menyambut ru semagat rumah}

Yang baharu duduk dan yang berpindah, hendak duduk dan rumah
yang‫[ ﺏ ﺭ ﻙ ٌ ﺝ ﺓ‬berkancah]131. Maka adalah satu-satu kerusakan dirumah itu.
Maka inilah. Maka ceritera yang tersebut itu maka diperbuatlah nasihat tiga jenis,
tiga warna. Kuning dan merah dan putih. Dan ‫[ال ﻭ ﺕ ڽ‬lawatnya]132 telur hayam
tiga butir dibuat kuning dan buat merah dan buat putih. Maka yang tiga jenis itu
bubuh atas nasihat yang tiga warna itu dan pisang pun tiga perkara. Pisang emas,
dan pisang lemak manis, dan pisang kerasa. Dan kayu yang manis yaitu buah
nangka, atau buah kurma atau durian salah satu tiada mengapa. Dan dianya tiga
pucuk itu ‫[ ﻑ ﺡ ﻭ‬pahu]133 beri tiga karung emas bekas tersebut itu, sekalian buah
satu bukus. Maka seorang tabib134 pun lalu dipanggillah hai ‫ٌ ڠ‬ ٌ [nanang]135
karena itu pulanglah ‫[ ﻙ ٌ ﺝ ڠ‬kanjeng]136 setelah marilah makan idanganku ini,
aku hendak anjamu. Mari aku hendak suruh duduk selera ِ ‫[ ﻕ ﺱ ﺍ ﻝ‬kesa lah]137
anjeng setanam, jikalau tak selara kesam138, beri rasuk bisa anjeng setanam ini,
tanggunglah hak aku ini dari dunia datang ke akhirat. Hai sri kuning, sri kemalam.
Naiklah sri mu, pulanglah kanjemg setanam. Jikalau tak pulang, duduk. Jika siang
seperti matahari naik cahayamu, jikalau malam cahayamu seperti penuh punama ِ
٢ ‫[ ﺏ ﺍ ﻯ‬habai-habai] 139 . Jangan tidak barang siapa-barang siapa hendaklah
menyambut rumah yang tersebut itu. Maka lentak pahatlah perkeras supaya
jangan tidak tama al-kalam bil khair „ajmain.

131 Berkancah : “sepemeluk, sependekap” (KUBI : 440)


132 Lawat : “mengunjungi” (KUBI : 572)
133 Pahu kemungkinan yang dimaksud paku yang artinya “benda bulat panjang dari logam yang
berkepala dan berujung runcing (untuk melekatkan satu tiang dengan tiang lain” sesuai dengan
kalimat sebelum dan sesudahnya (KUBI : 697)
134 Tabib : “orang yang pekerjaannya mengobati orang sakit secara tradisional, seperti dukun”
(KUBI : 987)
135 Nanang : “memikirkan sesuatu dalam-dalam, merenung, tafakur” (KUBI : 671)
136 Kanjeng : “pangkat atau gelar yang diberikan oleh Sultan Yogyakarta atau Sunan Surakarta
kepada orang kedudukannya sepangkat Bupati” (KUBI : 441)
137 Dieja [k-s-a-l-h ; ِ ‫ ] ﻕ ﺱ ﺍ ﻝ‬kemungkinan yang dimaksud kesa lah
138 Kesam : “menaruh dendam” (KUBI : 498)
139 Dieja[h-b-a-i-h-b-a-i ; ٢ ‫ ] ِ ﺏ ﺍ ﻯ‬kemungkinan yang dimaksud habai-habai

47
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
{Bab ini pada menyatakan buat pintu papan}

Maka diperkenankan papan jantan belah itu rumah kepala tidur dan
papan bertanah itu belah ilir140 dan papan dalam

(100)

itu papan betinanya belah matahari naik, dan papan jantan belah matahari jatuh
dan lagi. Jangan diberi tapak jurung papa dengan jurung ibunya, itu tiada baik dan
tempat tidur itu. Tuan rumahnya itu menghadap ke matahari naik belah hulu 141,
atau menghadap kiblat, atau kepalanya. Maka sempurnahlah tidur itu tiada boleh
kejahatannya dan lagi hendak diisikan pada rumah itu. Maka diisikan ruang belah
matahari naik. Maka sebenarnya jika boleh matahari jatuh diisikan padinya tiada
boleh kebajikan bukan tempat asalnya, dan lagi tempat dapur itu dari serambi
matahari jatuh itu, dan tempat tepian itu disusur 142 tiang tengah serambi itu,
jangan tiada. Inilah silsilah orang tua-tua dahulu kala sampai pada masa ini itulah
adanya, bohongnya jua

{Bab ini pada menyatakan hendak mula tanda ‫[ ﻭ ٌ ڠ ﻙ ﻭ‬menanggam]143 rumah}

Maka dihastakan sekian panjang tiangnya dan kayu alangnya sekian


panjang. Maka tanda taruh sekat kikisan, totok144 alang keduanya itu. Maka ambil
tali, tarik sekat kikisan, totok alang keduanya itu. Maka tali itu dilipat itu lipat.
Maka tanda pahatlah lubang potong tunjuk langit itu. Maka ambilah, tarik alang
sekat kikisan alang itu. Maka tali itu di lipat tiga. Maka buangkan satu lipat, ambil
dua lipat. Maka tarikanlah, tunjuk langit itu, lalu ke atas. Maka tanda taruhlah
sama tengah, tunjuk langit. Maka ambil kayu kasar jantan. Maka panjang, beri
serong. Maka kasar jantan beri sama tengah sekat tunjuk langit, dan sama tengah
kasar jantan, tunjuk tengah itu. Cuci tiga jari ujung itupun telak 145 batal bilik146
tulang rambungan dan ukuran panjang layangnya itu.

140 Ilir kemungkinan yang dimaksud hilir yang artinya “bagian bawah” (KUBI : 357)
141 Hulu “bagian atas” (KUBI : 364)
142 Susur : “pinggir atau tepi ” (KUBI : 984)
143 Menanggam : “menyambung kayu” (KUBI : 1012)
144 Totok : tutuk yang artinya “mengetuk perlahan-lahan” (KUBI : 1112)
145 Telak : “kena benar, tepat” (KUBI : 1036)
146 Bilik : “ruang” (KUBI : 140)

48
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Ambil tali, tarik sekat kikisan alang, lalu ke tunjuk langit. Maka curi,
ambil tengah dua tapak, lepas tunjuk langit. Maka tali itu tarik sekat tunjuk langit,
lalu ke hujung tulang rambungannya. Maka tanda gerak putuslah dan ukuran
panjang tumpu ibu itu, pendeknya setapang 147 lebar, tunjuk langit dan tumpu
kasar serambi selalu itu, buangkan tapang tunjuk langit gerak putuslah di dalam
jala itupun. Tilik adanya dan ulanya uting-uting tilik tulang rambungnya dengan
tumpu ibu dengan serambi sama-samakan.

Itulah yang ulanya dan ukuran luas tumpu kasar dengan totok alang
itu, empat jari luas dan ukuran tumpu kasar serambi itu luasnya uting-uting
turunkan ke kepala benarnya pendek bandulnya dua jari dan ukuran tumpu kasar
serambi basah itu, luasnya sehasat jari manis dan ulasan panjang tiang serambi
basah itu seukuran dengan serambi itu juga tamat.

{Bab ini pada menyatakan ukuran panjang tiangnya dengan bandulnya itu}

Dan juga tiangnya itu panjangnya tujuh hasta, dan ukuran panjang
bandulnya itu sembilan hasta, dan jika panjang tiangnya sembilan hasta setapak
tangan, dan ukuran panjang bandulnya tengah empat belas hasta panjangnya, dan
juga panjang tiangnya itu empat belas hasta, dan ukuran panjang bandulnya itu
delapan belas hasta panjangnya, dan juga panjang tiangnya itu tengah delapan
belas hasta panjangnya, dan ukuran panjang bandulnya tengah tiga likur148 hasta
panjangnya itupun tidak habis ukurannya tamat.

{Bab ini pada menyatakan kayu hendak buat ‫[ ﺏ ﻝ ٌ ﺩ ﺍ ڠ‬belandang]149 dapur}

Pertamanya kayu jati, dan kayu hanaris, dan kayu jurang, dan kayu
jambu air. Itulah asalnya belandang dapur kita, tiada boleh hangus rumah itu
adanya dan ukuran panjang belandang yang panjang itu lilik air pertah tapaian ini

147 Setapan kemungkinan yang dimaksud setapak yang artinya “beranda di rusuk rumah” (KUBI
: 935)
148 Likur : “sebutan bilangan antara dua puluh tiga puluh” (KUBI : 596)
149 Dieja [b-l-n-d-a-n-g ; ‫ ] ﺏ ﻝ ٌ ﺩ ﺍ ڠ‬kemungkinan yang dimaksud belandang namun tidak ada
makna didalam kamus

49
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
itu, dan belindang yang pendek itu ambil ukuran tapak kaki tapain 150 itu. Inilah
dan jangan tidak tiada diperbuat, tiada selamatnya. Jika diperbuatannya lepas
daripada api makan rumah inilah ceritera daripada zaman dahulu

(101)

kala dan lagi ukurannya pula dapur itu, ambil tali tarik bandul pendeknya didalam
kekam151annya itu, lipat tiga, dibuangkan satu lipat, diambil dua lipat. Maka curi
ambil pun setapan lebarnya pula, lalu gerak putuslah dan tapak pendek belidang
belah bandul panjang ibunya itu, buangkan pendeknya setapan lebar corannya
pun pendek. Inilah ukuran orang tua-tua dahulu kala suruh buat pada masa ini
lepaslah daripada api. Maka dapur itu juga dimakan tiada mengapa larik152nya
habai-habai pakai, jangan tidak juga tiada pakainya boleh jahat hanguslah oleh api
rumah itu adapun bahunya.

{Bab ini pada menyatakan nasihat buat tangga rumah}

Maka ibunya itu panjangnya tengah lima hasta, dan anaknya itu
panjangnya tengah tiga hasta, dan banyak anaknya itu tujuh potong atau lima
potong atau tiga potong genap itu. Jangan diperbuatkan tiada baik, beroleh jahat,
tiada selamat sempurna tangga itu padanya, atau tuan rumahnya jahat, atau gila,
atau jatuh atas tangganya dan lagi tempat kasa tangganya itu belah matahari naik,
jemuran belah hilir sekali itulah asal tempat duduk dia dan alif 153 sebutir tangga
belah hulu itupun baik juga.

150 Tapain kemungkinan yang dimaksud tempayan yang artinya “tempat air yang besar dibuat
dari tanah liat” (KUBI : 1043)
151 Kekam : “buih atau kotoran yang terapung-apung pada permukaan air, kekat” (KUBI : 462)
152 Larik : “membuat bulat dan licin dengan bindu dsb (kayu dsb), membubut, tukang kayu”
(KUBI : 569)
153 Alif : “nama huruf pertama abjad Arab, berbilangan dari esa” (KUBI : 30)

50
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
{Bab ini nasihat gayung}

Jangan di ‫[ ﺕ ﺏ ﻕ ڬ ِ ﺭ ﻭ‬tebak gaharu]154. Maka ditumbuk beri kena


cendok air pertanya tempurung itu, jika tiada kenanya beroleh jahat tiada boleh
kebajikan orang makan air gayung itu.

{Bab ini nasihat buah sendok}

Jangan diberi urat tempurung155 itu, tengah parah itu jahat tiada baik
seharipun tiada diperolehnya. Jika diperbuat padanya beroleh sakit perut selama-
lama tuan rumah yang makan air padanya.

{Bab ini nasihat buat timba}

Jangan diperbuat sampan celaka jangan tidak baik beroleh jahat dan
lagi jangan diikat empat tempat celaka atau enam atau delapan ikatnya tiada
selamat timba itu selama-lamanya. Dan asal yang baik di ikatnya tiga tempat dan
lima tempat dan tujuh tempat dan lebih daripada itu. Jangan diperbuat bukan ada
ikat timba itu tiada baik (dan ikat dama) pun demikian juga. Jangan diikat beri
genap, jika ia padanya berolehkan dama orang rumah itu dan seorangnya itupun.
Jangan ditumbuk dari lubangnya celaka juga melainkan tiga lubangnya juga baik
beroleh rahmat adanya.

{Bab ini nasihat tempat berbuat rumah padi}

Tempat asalnya belah matahari naik belah hulunya atau belah hulu
rumahnya atau belah hulu matahari naik ilir rumahnya itupun. Boleh juga tiada
mengapanya sedikit bukan tempat asalnya rumah itu jika diperbuatkan seperti itu
beroleh kebajikan dan harkat dan derajatnya orang berbuat tempat itu beroleh
harkatnya turun temurun selama-lama hidupnya orang itu.

154 Dieja [tebak gaharu ; ‫ ] ﺕ ﺏ ﻕ ڬ ِ ﺭ ﻭ‬kemungkinan yang dimaksud tebak gaharu namun tidak
ada makna didalam kamus
155 Tempurung : “kulit buah yang keras (seperti kulit buah kelapa dsb), belahan kulit kelapa yang
keras (untuk tempat air dsb)” (KUBI : 1046)

51
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
{Bab ini nasihat orang hendak buat dinding papan itu}

Jangan dibuat semuanya buat papan sebelah bawah ‫ﺱ ﻙ ﺭ ﺍ ﻕ‬


[sekorek]156 sahaja dan sekorek sebelah atas itu. Ikat sekehendak hati bolehpun
bolehlah dan hentipun hentilah dan asal dindingnya dan juga dibuat papan atas
bawah semuanya bukan asal dinding rumah kita asal dinding rumah orang berbuat
ibadah kepada Allah ta‟ala. Jika diperbuatnya beroleh tuli papa, tiada rahmat dan
selamatnya orang itu dan lagi pula jangan diperbuat akan tempat tidur kita. Pintu
besar api berbuat buatan enam tempat itupun, tiada baik boleh papa juga tiada
rahmat dan selamat ibadah tempat ketiduran raja dengan anak istrinya itulah
riwayat silsilah157 orang terdahulu kala sampai masa ini, lagi pula ceritera dari
pada tukang yang tiga beradik itu pada zaman dahulunya.

Jangan diperbuatkan rumah berangin itu berlala yang ditangga itu


berpilih sayat 158 lala yang itupun celaka159 orang duduk rumah itu atau orang yang
naik turun itu semuanya kena celaka juga sebab kena‫ً ﺱ‬ ‫[ ٌ ﻑ‬napis]160 itulah
adalahnya.

(102)

{Bab ini nasehat jangan diam akan dendam buat insan161 peri}

Tiada baik celaka, bubuhlah kerumah itu. Jika dibubuhnya pada tuan
rumahnya itu, hendak sakit atau gila itupun. Wallahu a‟alam.

{Bab ini jika ada mata kayu di atas naga kaki cermin itu empat pada hati}

Baik tiang itu tiada boleh kecurian rumah itu dengan sebab tuannya
juga jikalau itupun demikian itu juga, tiada hangus larak 162 rumah itu juga.
Sebermula jikalau bandul mata kayu empat jurung itupun. Demikian juga

156 Sekorek : “mengkorek atau mengeluarkan sesuatu dari lubang atau dari tempatnya, mencukil”
(KUBI : 523)
157 Silsilah : “asal-usul suatu keluarga berupa bagan, susur galur (keturunan)” (KUBI : 945)
158 Sayat : “potongan kecil, iris” (KUBI : 879)
159 Celaka :“(selalu) mendapat kesulitan, kemalangan, kesusahan, dsb” (KUBI : 193)
160 Dieja [n-p-y-s ; ‫ ] ٌ ﻑ ً ﺱ‬kemungkinan yang dimaksud napis namun tidak ada makna didalam
kamus
161 Insan : “manusia” (KUBI : 383)
162 Larak kemungkinan yang dimaksud lerak yang artinya “rusak tercerai-cerai, sudah lepas”
(KUBI : 591)

52
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
maksudnya, karena tua bandul itu diletakan Allah ta‟ala juga rumah itu.
Sebermula jika ada tiang itu mati. Kayu belubang seperti parut cawan telur di
bawah pahatan lubang rasuk itu, betuah163 tiang itu kunang menanti namanya dan
lagi jikalau ada mata kayu belubang seperti cawan juga di atas pahatnya lubang
rasuk itupun, betuah juga tiang itu namanya cupak 164 menani itulah adanya itulah
adanya.

(Sebermula) jika ada tiang itulah yang di atas sama tengah tiang
sampai ke rasuk itupun, betuah juga tiang itu dan jikalau tiang itu belubang sekat
lubang pahatan rasuk itu, lalu ke bawah kaki tiang itu tiada baik celaka tiang itu.
Jangan diperbuatkan rumah tiang itu, tiada selamat jikalau di kerap 165 butakan
tingkat tiada mengapa keji boleh jangan juga. Sebermula jikalau ada rumah itu
tiada boleh kayu di atas alang itu itupun tiada baik celaka rumah itu. Jika ada
orang hendak membeli jangan dibeli rumah itu tiada baik, kebajikan orang
duduknya tiada sempurna rumahnya, dan sebermula nasehat tulang rambungan
yang bertuah itu mati kayu di hujung belah matahari hidup, dan hujung belah
matahari mati. Itulah tulang rambung rumah raja-raja.

{Bab ini pada menyatakan jika ada tiang itu banyak}

Maka bawah ke dalam air. Maka jika adalah ‫ﺕ ﻭ ﺏ ﻭ ﻝ ﺍ ﺱ‬


[tembulas]166 atau dua tiga lapan daripada itu tatkala semuanya. Maka kayu itu ‫ݘ‬
‫[ ڠ ﻝ‬cengal]167 batu baik tiang itu buatkan tiang seri serasuk ketiganya tiang itu,
tiada putus rezekinya tuan rumahnya itu atau tiada dimakan oleh api rumah itu
juga. Inilah jalan silsilah orang tua-tua zaman dahulu kala katanya yang rangkah
bawahan hingga sampai pada masa ini itulah adanya.

163 Betuah : “mempunyai tuah, sakit keramat, mendatangkan untung (keselamatan dsb)” (KUBI :
1091)
164 Cupak : “struktur berbentuk gelembung” (KUBI : 216)
165 Kerap : “berkali-kali, berulang kali, sering” (KUBI : 489)
166 Dieja [T-m-b-w-l-a-s ; ‫ ]ﺕ ﻭ ﺏ ﻭ ﻝ ﺍ ﺱ‬kemungkinan yang dimaksud Tembulas namun tidak ada
makna didalam kamus
167 Cengal : “jenis pohon yang bagus untuk dibuat perabot” (KUBI : 197)

53
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
{Bab ini pada menyatakan nasehat berbuat doa tepung tawar }

Inilah doanya “aku berlindung kepada Allah dari godaan setan yang
terkutuk, dengan menyebut nama Allah yang maha pengasih lagi maha
penyayang” sana yang berhaluan [al-watir]168 kaum ‫[ ﺕ ﺃ ﺏ ً ڽ‬tabiinya]169 ‫ﺏ ﺍ ﻭ ﺭ‬
‫[ ﺕ‬bairat]170 ‫[ ﺩ ﺍ ﺏ ﺍ ﺝ ﺭ‬di abajar]171 ini mujarab maka lalu dipercikanlah tepung
tawar itu di kaki tiang sampai ke hujung tiang tentak dengan beliung kapuk
dengan jati, pahat dengan memalunya.

Maka tentak di atas tiang seri itu. Maka lalu diambil pegang lepas
serta dikatanya doa ini sekali dengan perkeras inilah katanya cari aku tahukan asal
ciri-ciri besar seri atas sembilan puluh bukan aku melepaskan, cari tukang yang
besar melepaskan cirinya bukan aku yang melepaskan, cari tabib yang besar
melepaskan cirinya bukan aku melepaskan, cari parang yang besar melepaskan
cirinya sana pendahulu daripada laut tiada berikan hutan tiada berorang ‫ﺏ ﻭ ڠ‬
[bamang]172 yang tang perupak, yang tiada bara api pandang yang tiada berdapat
tanah, yang tiada keradang.

Itulah tempat mu jikalau engkau tinggal empat kaki, kembalilah


kepada binatang empat kaki. Jiakalau engkau daripada binatang dua kaki,
kembalilah kepada binatang yang dua kaki. Jikalau engkau datang daripada
binatang yang melata, kembalilah kepada binatang yang melata. Pindah engkau
dari sini jikalau engkau tiada pindah durhakalah engkau kepada Allah, durhakalah
kepada guruk173, durhakalah kepada kusidilah guruk sedia menjadi kepada aku
dengan berkata-kata tiada tuhan selain Allah Muhammad utusan Allah al-muda
emas dua tiga empat lima enam tujuh lepaslah pada tahun ini, pada bulan ini, pada

168 Dieja [A-l-w-t-y-r ; ‫ ] ﺍ ﻝ ﻭ ﺕ ً ﺭ‬kemungkinan yang dimaksud Al-watir namun tidak ada
makna didalam kamus
169 Dieja [T-a-b-y-n-y ; ‫ ] ﺕ ﺃ ﺏ ً ڽ‬kemungkinan yang dimaksud Tabiinya namun tidak ada
makna didalam kamus
170 Dieja [B-a-w-r-t ; ‫ ]ﺏ ﺍ ﻭ ﺭ ﺕ‬kemungkinan yang dimaksud Bairat namun tidak ada makna
didalam kamus
171 Dieja [D-a-b-a-j-r ; ‫ ]ﺩ ﺍ ﺏ ﺍ ﺝ ﺭ‬kemungkinan yang dimaksud Di abajar namun tidak ada makna
didalam kamus
172 Dieja [B-m-n-g ; ‫ ]ﺏ ﻭ ڠ‬kemungkinan yang dimaksud Bamang namun tidak ada makna
didalam kamus
173 Guruk : “binatang buas, lebih besar daripada anjing biasa” (KUBI : 335)

54
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ini, lepaslah-lepaslah, kata tiga kali berturut-turut serta tarik lepas lepas dengan
napas kita sekali. Inilah adanya.

(103)

{Bab ini pada menyatakan nasihat api-api tiada diperoleh naik rumahnya}

Inilah katanya (tu‟ zakat nelan badan terapi milad punya kata keci
makan berjari ang sasyu tahta ang tua tegak kata keci mutlak kelak ketua „ala pada
mengkata keci mi ang ngerasang kabar kelak keci maki ang laku kurkur tang laku
sukma palung mi laa pipin ingkan maha kena kata zakanya pera‟in berapa laba
ruang kata zakat peruan lewat perkena)

(Maka) ambil benang perkeras itu. Maka sepuluh ambil beras bubuh
di atas benang yang disepuluh itu. Maka tiang itu pun sudah ِ ‫[ ﺕ ﺭ ﺍ ﺝ‬terajah]174
semuanya belaka dan lagi tiang itu pun sudah telentak mengadap kepada lubang
kaki tiang semuanya sudah belaka175. Maka lalu diambil ‫[ ﻑ ﺕ ﺱ‬petas]176 tahta177
turun ke dalam lubang itu, sekeping-keping segenap lubang jangan tiada. Maka
tiang itu pun janganlah diberi orang langkah jika dilangkahinya tiada boleh seperti
hajat kita. Inilah adanya dan lagi.

Maka tiang itu pun dirajut buat dengan pahat kepala depan tapak kaki
tiang dan satu lagi pula buat dirajut dengan pahat buat kepala lima dari kaki cara
membelah di dalam tanah itulah harap perbuatnya. Maka rajahlah semuanya
segala tiang itu. Maka tiang perkeras yang disepuluh dibubuh beras itu, lalu di
hempas dua tiga empat lima enam tujuh, dilepas-lepas kata tiga kali berturut, lalu
ditariklah benang itu bolong puluh bagi sedia kala. Maka pun jatuh ke dalam
lubang belaka semuanya itu.

174 Dieja [t-r-a-j-h ; ِ ‫ ]ﺕ ﺭ ﺍ ﺝ‬kemungkinan yang dimaksud terajah namun tidak ada makna
didalam kamus
175 Belaka : “semuanya (tiada kecualinya)” (KUBI : 108)
176 Dieja [p-t-s; ‫ ]ﻑ ﺕ ﺱ‬kemungkinan yang dimaksud petas namun tidak ada makna didalam
kamus
177 Tahta : “kedudukan” (KUBI : 993)

55
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
{Bab pada menyatakan nasihat pula tukang yang tiga beradik}

Itu serupa ketika belapis cirinya barang yang diperbuatkannya atau


pintu barang pintu atau akan gajah atau rumah atau perahu atau burung sekalian
yang diperbuatnya. Inilah katanya (ama ciri, maha ciri, aku tahukan asal ciri seri
atas sembilan pula. bukan akan aku yang melepaskan, tukang yang asal tiga
beradik itulah yang melepaskan cirinya, tukang tua yang melepaskan cirinya,
bukan aku melepaskan cirinya, bukan yang tengah yang melepaskan cirinya,
bukan aku yang melepaskan cirinya, tukang beras yang melepaskan cirinya,
barang sekalian ciri semuanya lepaslah kepada tubuh dan badan segala. Maka
hidung, kaki, tangan, segala nak liang rumah akan ini pulang kepada tempat asal
engkau. Jika dimata aku pulanglah ke matanya. Jika mata pulanglah ke mata
engkau. Jika mata kayu pulanglah ke mata kayu. Jika mata air pulanglah ke mata
air. Jika mata angin pulanglah ke mata angin. Jika dipusat ‫[ ﺕ ﺱ ﺕ‬tasit]178 pulang
ke pusat tasit engkau. Jika engkau tak balik durhaka engkau kepada Allah ta‟ala
dirukiah kepada tukang yang tiga beradik dirukiah kepada kusidilah guru, sedialah
menjadi kepada ku dengan berkat La Ilaha Iallah Muhammad Darusulluallah179.

Lalu di atas dua, tiga, empat, lima, enam, tujuh, lepaslah kepada
tuhan ini kepada hari ini kepada masa ini, lepaslah jangan tuntut ‫[ ﺩ ﻉ ﻭ ﻯ‬di
„aui]180 diri di atas sampai ke akhirat serta di tarik lepas itu, lalu di pahat ke dalam
lubang tiang lepas itu serta sholat tiga kali, lalu panjatlah tiang itu ke dalam
lubang segala semuannya jangan diberi jatuh dahulu. Kemudian tiang itu tiada
boleh seperti maksud jatuh kita. Inilah hal adanya tama al-kalam181 pada menyurat
silsilah tukang pada zaman dahulu.

178 Tasit kemungkinan yang dimaksud tasik yang artinya “kawasan air yang luas yang dikelilingi
oleh daratan, danau” sesuai dengan kalimat sebelum dan sesudahnya (KUBI : 1024)
179 La Ilaha Iallah Muhammad Darusulluallah yang artinya “aku bersaksi bahwa tiada sesembah
selain Allah, aku bersaksi bahwa nabi Muhammad adalah utusan Allah”
180 Dieja [d-a-w-i ; ‫ ]ﺩ ﻉ ﻭ ﻯ‬kemungkinan yang dimaksud di „aui namun tidak ada makna didalam
kamus
181 Kalam : “perkataan, kata (terutama bagi Allah)” (KUBI : 435)

56
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
{Bab pada menyatakan nasihat hendak memahat tiang rumah padi}

Maka ambil tali tarik panjang tiang itu dilipat dua. Maka tanda
taruhlah tiang itu hatinya kemudian pula. Maka diambil tali tarik sikit tanda hati
tiang itu lalu kehujungnya. Maka dilipat dua tali itu. Maka ambil ukuran rasuk
rumah

(104)

itu sekat tanda pahat tiang itu belah bawah tapak selebar rasuk rumah padanya itu.
Maka curai182 kebawah tiga rasuk sejari manusia, inilah pahatnya lubang rasak
rumah padanya itu harkat dan berkat oleh selamat kebajikan orang itu tiada
berputusan selamatnya dan adapun ukuran pahat tiang ‫[ ﺝ ال ﻑ ڠ‬jelapung]183 itu
curai pula lima, tapak rasuk turun kebawah pula, pahat kenalah tiang itu jangan
tidak berboleh berkat dan selamatnya sempurna harkat berkat jelapung itu dan
adapun lagi ukuran pahat tiang bawah itu curai pula tujuh, tapak lebar rasuk turun
kebawah pula, lalu dipahatkanlah lubang rasuk itu beroleh kebajikan selama-
lamanya bawa itu sampai pada anak cucunya itu. (Dan kemudian) pada itu pula
ukuran pahat rumah jamban itu curai kebawah pula dua, tiang rasuk turun
kebawah itu pula habai-habai jangan tidak. Jika tiada diperbuatnya beroleh malu
tuan jamban itu.

(Dan sebermula) pada menyatakan ukuran bandul rumah, padanya itu


sembilan hasta dalamnya dan bandul pendeknya itu enam hasta dalamnya dan
ukuran bandul rumah jelapung itu bandul panjangnya sepuluh hasta setapak
tangan panjangnya itu dan ukuran bandul pendeknya enam hasta dalamnya. Jika
panjangnya itu dan lagi pula ukuran bandul bawah itu tiga bisa hasta sejengkal
panjangnya dan ukuran bandul pendeknya itu tujuh hasta dalamnya itulah halnya
perbuatan tukang zaman dahulu kala mengikat sampai kepadanya tempat.

182 Curai : “lepas, tercerai, terurai” (KUBI : 217)


183 Jelapung : “tempat menyimpan padi, lumbung, rengkian” (KUBI : 4110)

57
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
{Bab ini pada menyatakan nasihat hendak memulai menatas bumi atau buat
menggali rumah}

Inilah kata-kata doanya “aku berlindung kepada Allah dari godaan


setan yang terkutuk, dengan menyebut nama Allah yang maha pengasih lagi maha
penyayang, keselamatan atas kamu” wahai syekh itungan ٌ ً ‫[ ﺏ ِ ﻭ‬bahmin]184
syekh aisyah ‫[ ﺍ ﻑ ﻭ ﺍ‬upama] ia bumi aku hendak menyatakan ٌ ً ‫[ ﺏ ِ ﻭ‬bahmin]
sedikit kepada muhi besi kala kipas ku tiada kata kebayangnya matahari kata
kebayangnya aku bukan aku melepaskan balanya syekh ‫[ ﺱ ﺍ ﺭ ﺏ ﻭ‬sribumi]185
yang berlepaskan balanya bukan aku yang melepaskan bayangnya syekh temu
kabar yang melepaskan sekalian bayang-bayangan lepaslah. Jikalau engkau tak
hendak lepas durhakalah engkau kepada Allah ta‟ala durhakalah kepada ku.

{Bab pada menyatakan rumah serambi selalu dua kepala tidur kaki tidur itu}

Janganlah perbuatkan rumah tiada menaggung kita duduknya tiada


sempurna dan tiada boleh kebajikan selama-lamanya dan rumahnya itupun tiada
kekal dengan sa‟ab rumah raja-raja dan rumah tempat orang berbuat amal ibadah
kepada Allah ta‟ala.

{Bab ini nasehat buat rumah tiga ruang atau empat}

Jika rumah kita tiada menanggung dan kepapaan tiada selamat dan
sempurna rumah itu, melainkan rumah raja itulah yang boleh duduknya dan lagi
jangan diperbuat kayu tiada atas ‫[ ﺍ ٌ ﺕ ﺕ‬antat] 186 tulang rambung itu tiada
menanggung juga rumah itu dan lagi pula jangan juga diperbuat bubuh atas
serambi kayu taruh itu juga tiada baiknya juga orang duduk rumah itu dan lagi
jangan diperbuat juga garasi dari papan orang-orang di bawah layang tebal lebar
itu tiada baik juga dan lagi jangan diperbuatkan bandul.

184 Dieja [b-h-m-y-n ; ٌ ً ‫ ]ﺏ ِ ﻭ‬kemungkinan yang dimaksud bahmin namun tidak ada makna
didalam kamus
185 Dieja [s-a-r-b-m ; ‫ ]ﺱ ﺍ ﺭ ﺏ ﻭ‬kemungkinan yang dimaksud sribumi namun tidak ada makna
didalam kamus
186 Dieja [a-n-t-t ; ‫ ]ﺍ ٌ ﺕ ﺕ‬kemungkinan yang dimaksud antat namun tidak ada makna didalam
kamus

58
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Jika diperbuat pada rumah kita duduk boleh bukan asal diperbuatkan
rumah kita duduk asal rumah bandul tempat orang berbuat amal ibadah kepada
Allah ta‟ala lagi pula jangan diperbuat ayam tebarlah air bunga memekar air ً ‫ﻯ ﺭ‬
‫[ ﻙ ال‬kali raya]187 itupun tiada boleh kita duduk juga rumah itu tiada boleh kita
duduk juga rumah itu tiada selamatnya tuan rumah itupun mati atau berpindah
tempatnya dan lagi jangan diperbuatkan sekali-kali tiang lapan persegi tapangnya
sama besar semuanya itu papaan dan keturunan mati tiada lama dan lagi jangan
diperbuatkan tiang empat persegi sama besar keempat tapangnya tiada

(105)

rumah tiang corong188 keempatnya itu pun tiada baik juga tiada selamat. Orang
duduk rumah itu tiada mencekung189 juga dan juga kecil setapang atau dua tapang
atau putus corongnya atau kita beri putus. Sebelah lubang rasuk tiada mengapa
kata orang tua zaman dahulu kala sampai pada masa ini. Maka dirangkah seperti
itu adanya.

{Bab ini pada menyatakan jangan diperbuatkan rumah dua bekait190}

Jemuran ini sama tengah dan rumah matahari jatuh itu lintang pula
dan sebelah jemuran matahari naik lintang pula celaka tiada kebajikan dan selamat
padanya. Orang duduk itu sakit kepala atau mata itulah yang dikatakan rumah
anjeng kakang tulang kapita191 itu namanya rumah itu.

{Bab ini pula jangan diperbuat rumah juga matahari naik dan matahari jatuh}

Sebuah kabar berciri ‫[ ﺭ ڠ ﻙ ڠ‬rangkung] 192 . Maka diperbuat pula


ujung itu lintang pasang sikat pula saluran melintang, celah lintang dua buah itu
jangan diperbuat tiada baik. jahat juga rumah itu perkelahian berbantah tiada

187 Dieja [k-a-l-y-r-y ; ً ‫ ]ﻙ ال ﻯ ﺭ‬kemungkinan yang dimaksud kali raya namun tidak ada makna
didalam kamus

188 Corong : “pipa pembuang asap, cerobong semprong” (KUBI : 213)


189 Cekung : “berlekuk” (KUBI : 192)
190 Kait : “besi (kawat dsb) yang ujungnya melentuk(seperti gancu, seruit, sanggamara)” (KUBI :
433)
191 Kapita : “kepala, jiwa” (KUBI : 542)
192 Dieja [r-n-g-k-n-g ; ‫ ]ﺭ ڠ ﻙ ڠ‬kemungkinan yang dimaksud rangkung namun tidak ada makna
didalam kamus

59
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
seramah belahnya orang itu. Namanya rumah itu anjeng berbuat makannya tulang
tiada selamat padanya.

{Bab ini pula jangan diperbuat pula penyumbat 193 melintang matahari dan
penyumbat jemuran}

Tiada baik jangan diperbuat sekali-kali jahat sangat jika diperbuat


sekali pun tiada baik kepada orang banyak padanya

{Bab ini pada menyatakan nasehat bidang194}

Jangan perbuatkan kelawi tiru 195 tiada baik, sekali-kali jahat bukan
asal dia bidang asalnya tiru itulah asalnya digelarnya.

{Bab ini pula jangan diperbuatkan pintu}

Dibawah sambungan silsilah antara tiada baik perkelahiannya pula


tuan rumah itu padanya.

{Bab ini pula jangan diperbuatkan penyumbat kepada rasuk}

Dan penyumbat serambi itu pun tiada baik juga orang duduk rumah
itu berbantah196 hendak betikam197 selama-lama tuan rumah itu padanya.

{Bab ini pula jangan diperbuat rumah dibubuh alang}

Didalam tiang itu pun tiada baik juga pada hanya rumah itu tiada
senang orang duduknya.

{Bab ini pula jangan diperbuat pula}

Kayu tulang ular tanda kasar itu jangan sepotong keras, beri putus dua
juga. Maka baik jika tiada karenanya tuan rumah itu sakit tiada boleh bergerak di
dalam sendi tulang padanya.

193 Penyumbat : “menjejal, menumpat, menutup, memalam, menampatkan” (KUBI : 974)


194 Bidang : “permukaan yang rata dan tentu batasnya” (KUBI : 137)
195 Tiru : “melakukan sesuatu seperti yang diperbuat orang lain dsb, mecontoh” (KUBI : 1080)
196 Bantah : “pertengkarang” (KUBI : 88)
197 Betikam : “saling menusuk dengan senjata tajam” (KUBI : 1069)

60
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
{Bab ini pula pada menyatakan kayu kasar jantan}

Dan kayu jantan itu beri tanda kasar belah ilir semuanya dengan kasar
jantan sekali jangan tidak habai-habai jangan tidak, jika tiada diperbuatnya
beroleh jahat sekali, tiada berputus selama-lamanya sediakala beroleh duka cita
tuan rumah itu padanya.

{Bab ini pada menyatakan jangan perbuatkan rumah serambi satu kaki tidur}

Tiada baik jahat orang duduk rumah itu. Tiada senang padanya
beroleh duka cita selama-lamanya tuan rumah itu.

{Bab ini pada menyatakan nasihat pula turun buat pendiri rumah}

Jangan beri bersalahnya pula turun pendirinya itu tiada kebajikan dan
selamat pertamanya. Bapaknya, anaknya, dan kakeknya. Pertama-tama bapaknya
pada sebelah matahari naik atau belah kepala tidur itulah yang kebajikan dan
selamat dan sempurna tempat kampung itu. Jangan diberi bersalahan pula turun
duduk inilah sissilah orang tua-tua

(106)

zaman dahulu kala sampai pada zaman itu, itulah adanya. Jika tiada di perbuatnya
tiada selamat derajatnya kaum keluarganya sekalian semuanya. Habis bila ketiada
derajatnya kuat orang itu kekal selama-lamanya. Tama al-kalam bil-khoir
aj‟main.

{Pasal hendak melihat baik dan jahat atau melihat akan lintang matahari atau
hendak beristri dan barang sebagiannya jika kehendak}

Kita ambil pada satu bait. Maka genggam surat diniatkan di dalm hati,
barang kehendak kita. Maka tatkala hendak mengagumkan itu. Maka baca fatiha
sekali dan qul huwallohu ahad tiga kali dan sholat ‫[ ﺙ ال ﺙ ﻭ ﺭ ﺓ‬tsalatsa merah]198.
Maka dibilang lapan-lapan, jika lebih esa baik sempurna barang kehendaknya,
jika lebihnya dua tiada baik barang sesuatu kerjanya akan malas akhirnya dan jika

198 Dieja [ts-a-l—ts-m-r-h ; ‫ ]ﺙ ال ﺙ ﻭ ﺭ ﺓ‬kemungkinan yang dimaksud tsalatsa merah namun tidak
ada makna didalam kamus

61
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
lebih dari empat baik tetapi ada lambat sedikit kehendak hatinya terlalu baik,
tetapi ada susah sedikit.

Kemudian baik selamat beroleh suka cita dan jika lebih enam, lekas199
menjadi barang kehendaknya seperti bulan penuh purnama200 artinya citanya dan
jika lebih tujuh segera sampai barang kehendak, sempurna berolah selamat dan
jika lebih delapan tiada baikk jahatnya jangan sekali-kali diperbuat.

{Pasal orang bertanya pada kita hendak pergi berlayar}

Maka diadakan harap orang berlayar itu dan asma hari datang itu.
Maka himpunkan harap itu. Maka buang doa jika berpergi baik dan jika doa baik
bagaimana perinya perlayaran itu baikkah, jahatkah. Maka himpunkan harap itu.
Maka dibuang tiga-tiga, jika lebih esa baik, doa rugi tiga kecurian atau datang
musuh dan pelayaran itu selamatkah atau tiada. Maka himpunkan harap itu. Maka
buang dua-dua jika lebih esa baik, tetapi sukar jika lebih dua selamat pelayaran.

{Bab ini peri naga mengedari dirinya pada setahun itu empat kali}

Pertamanya bulan (Rabiul awal, Rabiul akhir, Jumadil awal)


kepalanya ke maghrib, ekornya ke masyrik, perutnya ke selatan, belakangnya dan
ke utara. Dan pada bulan (Jumadil akhir, Rajab, Sya‟ban) kepala ke masyrik,
ekornya ke maghrib, perutnya ke utara, belakangnya ke selatan. Pada bulan
(Ramadhan, Syawal, Dzulkaidah) kepalanya ke selatan, ekornya ke utara,
perutnya ke maghrib, belakangnya ke masyrik. Pada bulan (Dzulhijjah,
Muharram, Safar) kepalanya ke utara, ekornya ke selatan, perutnya ke masyrik,
dan belakangnya ke maghrib.

{Bab ini barang siapa berlayar atau berbuat rumah}

Atau naik atau bersesuatu pekerjaan. Pertama turun dari rumahnya,


jangan betul kepalanya supaya selamat barang pekerjaan dilalui maha jahat.
Bermula hendaklah dengan ketahui barang siapa mendirikan rumah maha berkat
dan rahmat. Adapun dimula gerak kena kepalanya, maha penyakit barang yang

199 Lekas : “cepat, segera, tidak berlama-lama” (KUBI : 579)


200 Purnama : “saat bulan bundar benar (tanggal 14 dan 15 kamariah)” (KUBI : 780)

62
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
berbuat tiada hidup lama. Bermula jika kena ekornya, barang hiduppun tiada
lenyap atau mati. Bermula jika kena belakangnya, padanya duka cita rezeki pun
mahal. Berrmula barang siapa berbuat perbuatan yang tiada bermarah niscaya
beroleh berkat dan rahmat di negeri akan Allah ta‟ala dan keberkahan akan Allah
ajja wajalla.

Bermula barang siapa mendirikan rumah pertama geraknya, jika pada


bulan (Rabiul awal 201 , Rabiul akhir202 , Jumadil awal 203 ) dimulai geraknya dari
antara selatan dan maghrib, tiada kena kepalanya. Bermula pada bulan (Jumadil
akhir 204 , Rajab, Sya‟ban) dimulai geraknya antara utara dan timur. Maka baik
tiada kena kejahatan. Bermula pada bulan (Ramadhan, Syawal, Dzulkaidah)
dimulai geraknya antara selatan dan maghrib. Maka baik tiada kena kejahatan.
Bermula pada bulan (Dzulhijjah, Muharram, Safar) dimulai geraknya antara
maghrib dan utara, supaya berkat dan nikmat, tiada berpenyakit barang dicari
lekas beroleh barang siapa memakai dia, Allah memberi berkat dan nikmat.
Kemudian ucapan itu tama al-kalam.

(107)

{Bab ini pada menyatakan hari yang jahat}

Jika kita tiada ketahui supaya boleh kita tahu baik dan diketahui lepas
daripada marabahayanya. Bermula pada hari (Ahad) mara di bumi dan pada hari
itsnayn [senin] mara di jalan dan pada hari. (Selasa) mara daripada angin dan pada
hari (Ar-raabbi) [rabu] mara daripada dusun dan pada hari (khamsatun) [kamis]
mara daripada perbuatan orang dan pada hari (Jumu‟ah) [jum‟at] mara daripada
air dan pada hari (sabtu) mara di hutan.

{Bab ini pada menyatakan nahas kabar daripada bulan}

Pertama-tama, tiga hari bulan nahas dan kedua, lima hari bulan nahas
dan lapan hari bulan nahas dan empat belas hari bulan nahas dan enam belas hari

201 Rabiul awal “bulan arab yang ketiga” (KUBI : 787)


202 Rabiul akhir “bulan arab yang keempat” (KUBI : 787)
203 Jumadi awal “bulan arab yang kelima” (KUBI : 425)
204 Jumadi akhir “bulan arab yang keenam” (KUBI : 425)

63
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
bulan nahas dan selikur hari bulan nahas dan dua likur hari bulan nahas dan lima
likur hari bulan nahas dan lapan likur hari bulan nahas.

{Bab ini menyatakan nahas pada tahun}

Pertama-tamanya, bulan (Muharram205) lapan likur, hari bulan nahas


akbar. (Dan kedua) pada sepuluh hari, bulan Safar206 nahas akbar. (Dan ketiga)
pada bulan Rabiul awal, empat hari bulan nahas akbar dan empat belas hari bulan
nahas akbar. (Dan keempat) pada dua lapan hari, bulan Rabiul akhir nahas akbar.
(Dan kelima) pada dua likur hari, bulan Jumadil awal nahas akbar. Dan (keenam)
pada dua puluh hari, bulan Jumadil akhir nahas akbar. (Dan ketujuh) pada dua
belas hari, bulan Rajab207 nahas akbar. (Dan kedelapan) pada bulan Jumadil akhir
dua likur hari, bukan nahas akbar, sembilan likur hari bulan Sya‟ban nahas akbar.
(Dan kesembilan) pada tujuh likur hari, bulan Ramadhan nahas akbar. (Dan
kesepuluh) pada delapan likur hari, bulan syawal nahas akbar. (Dan kesebelas)
pada dua lapan likur hari, bulan Dzulkaidah nahas akbar. (Dan keduabelas) pada
delapan likur hari, bulan Dzulhijjah nahas akbar.

{Bab ini suatu edaran pula}

Dan jika pada hari (sabtu) dan hari itsnayn [senin] berjalan berhadap
matahari naik karena rijalul gaib208 di sana dan jika pada hari (selasa) dan hari
(Ar-raabbi) [rabu] berhadap utara karena rijalul gaib di sana dan jika pada hari
(Ahad) dan hari Jumu‟ah [jum‟at] berjalan berhadap matahari mati kerana rijalul
gaib di sana dan jika pada hari (khamsatun) [kamis] berjalan berhadap ke selatan
karena rijalul gaib di sana. Maka janganlah tinggal edaran ini, pada barang kerja
pun baik, kepada perang pun baik, kepada berniaga pun baik, mengadap raja
mentri pun baik, InsyaAllah ta‟ala mujarab.

205 Muharram “bulan arab yang pertama” (KUBI : 657)


206 Safar “bulan arab yang kedua” (KUBI : 847)
207 Rajab “bulan arab yang ketujuh” (KUBI : 792)
208 Rijalul gaib yang artinya “mahluk ciptaan Allah yang kasat mata/tidak tampak oleh mata
manusia”. Tugasnya adalah menjalankan perintah Allah dalam membantu manusia memenuhi
segala kebutuhan.

64
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
{Bab pada menyatakan nahas tahun akbar namanya}

(Kedua) nahas bulan yaitu tujuh kali pada sebulan, (ketiga) kala,
(keempat) jikalau, (kelima) nahas hari yaitu tiap-tiap hari nahas setengah.
(Bermula) yang nama nahas akbar yaitu segalalah oleh segala makhluk yang islam
laki-laki dan perempuan bahwa peliharakan diri kita daripada menyesal-menyesal
dan merugi-rugi. Kemudian dan tiada dapat di kerjakan daripada kecil atau besar
atau panjang atau pendek. Jikalau berbuat serang hayam sekalipun pada setahun
itu, sebelas kali nahas akbar namanya jika berlayar niscaya terkalam. Pertama,
bulan (Muharram) itu delapan likur hari, bulan nahas akbar. Tiga hari bulan kena
kala dan dua puluh kala, sepuluh hari bulan kena celaka. (Bermula) pada bulan
(Safar sepuluh) hari bulan itu nahas akbar dan tujuh hari bulan itu kala dan
sepuluh hari bulan pun kala dan dua belas hari bulan kena celaka.

(108)

(Sebermula) pada bulan (Rabiul akhir) itu delapan hari, bulan nahas
akbar. Empat hari kena kala dan empat likur pun kala dan empat kena celaka.
(Sebermula) pada bulan (Jumadil awal) itu dua likur hari, bulan nahas akbar dan
lapan hari bulan kala dan dua puluh hari bulan kala dan dua belas hari bulan kena
celaka. (Sebermula) pada bulan (Jumadil akhir) itu dua puluh hari, bulan nahas
akbar dan dua likur hari bulan kala dan dua belas hari bulan celaka. (Sebermula)
pada bulan (Rajab) itu dua belas hari, bulan nahas akbar dan dua puluh hari bulan
kala dan dua belas hari bulan kala dan tujuh belas hari bulan kenanya lagi.
(Sebermula) pada bulan (Sya‟ban209) itu sembilan likur hari bulan nahas akbar dan
dua belas hari kala dan empat hari pun kala dan empat hari pun kena celaka.
(Sebermula) pada bulan (Ramadhan210) pada tujuh likur hari, bulan nahas akbar
dan pada enam hari kala dan pada delapan hari celaka. (Sebermula) pada bulan
(Syawal211) itu dua likur hari, bulan nahas akbar dan pada empat likur hari kala
dan sebelas hari kala dan dua lapan hari celaka. (Sebermula) pada bulan
(Dzulkaidah212) dua lapan likur hari, bulan nahas akbar dan pada empat hari kala

209 Sya‟ban “bulan arab yang kedelapan” (KUBI : 984)


210 Ramadhan “bulan arab yang kesembilan” (KUBI : 793)
211 Syawal “bulan arab yang kesepuluh” (KUBI : 986)
212 Dzulkaidah “bulan arab yang kesebelas ” (KUBI : 1156)

65
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
dan tujuh likur pun kala dan lapan belas hari kena celaka (sebermula) pada bulan
(Dzulhijjah213) itu dua lapan likur hari nahas akbar dan pada lapan belas kena
celaka.

{Pasal pada menyatakan nahas pada sebulan tujuh kala juga}

(Pertama) pada tiga hari bulan, (kedua) pada lima hari bulan, (ketiga)
pada tiga belas hari, (keempat) pada enam belas hari bulan, (kelima) pada selikur
hari bulan, (keenam) pada empat likur hari bulan, (ketujuh) pada tengah tiga puluh
hari bulan. Maka janganlah memulai segala pekerjaan pada hari itu dan bertanam-
tanaman.

{Bab ini pada menyatakan hendak bertanam-tanam baik dan jahat}

Jika hari Ahad pada sekali yang berbuat pada hari itsnayn [senin] itu
‫[ ﺏ ﺭ ﺱ ﻯ‬berasi]214 di dalam tanah. Pada hari selasa pada yang berjarung. pada
hari Ar-raabbi [rabu] pada segala yang berbunga pada hari khamsatun [kamis]
segala yang berbiji. Pada hari Jumu‟ah [jum‟at] pada segala yang berbuah. Pada
hari sabtu yang berbuat di negeri dan dusun baik dimulai dengan kesudahannya.
Bil Alhamdulillah215 baik.

{Bab ini peri menyatakan segala sri gempa di dalam besar kita}

Alamat baik dan jahat, supaya diketahui pada barang yang pada badan
kita dari pada gerak Allah jua. Maka ia bergerak. (Bermula) jikalau sekalian tubuh
kita bergerak kanan, kiri, atas, bawah, alamat melihat indah-indah suatu pula
hampir ajal atau keruh. (Jika) tengah kepala bergerak, alamat beroleh kebajikan.
(Jika) ubun-ubun, alamat menjadi mentri atau raja-raja atau beroleh harta banyak,
orang pun kasih akan dia. (Jika) kepala kanan, alamat barang pekerjaannya
beroleh laba 216 . (Jika) kepala kiri, alamat akan sakit padanya. (Jika) semua
kepalanya, alamat beroleh sukacita. (Jika) dahinya, alamat beroleh alam lagi
beroleh arta yang halal. (Jika) tengkuk, bergerak alamat banyak orang kaya-kaya

213 Dzulhijjah “bulan arab yang kedua belas” (KUBI : 1156)


214 Dieja [b-r-s-i ; ‫ ]ﺏ ﺭ ﺱ ﻯ‬kemungkinan yang dimaksud berasi namun tidak ada makna didalam
kamus
215 Bil Alhamdulillah yang artinya “ungkapan rasa syukur (segala puji bagi Allah)”
216 Laba : “keuntungan” (KUBI : 547)

66
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
kasih akan dia. (Jika) kening kanan, alamat berbahagia akan datang. jika kening
ya seirama lagi bertemu dengan kekasihnya. Jika kelopak mata kanan yang diatas,
alamat beroleh artanya dibawa oleh keluarganya dari jauh. (Jika) kelopak mata
kiri yang di atas, alamat beroleh arta dibawa keluarganya jauh ia membawa laba.
(Jika) kelopak mata kanan yang bawah, alamat akan menangis. (Jika) kelopak
mata kiri dibawah, alamat lepas daripada marabahaya dirinya dan dukacita atau
berlayar. Jika ekor mata kanan yang diatasnya, alamat lepas daripada penyakit.
Jika ekor mata kiri yang diatas, alamat terlihat dengan orang dikasih. Jika ekor
mata kanan yang dibawah, alamat meihat orang datang dari jauh.

(107)

Jika ekor mata kiri di bawah, alamat sakit ‫[ ﻑ ً ﺭ‬payar]217. Jika juru-juru218 mata
kanan, alamat sakit. Jika juru-juru mata kiri, alamat dikasih orang. Jika biji mata
kanan, alamat menangis akan sakit atau mata. Jika biji mata kiri, alamat sakit.
(Dan jika) hidung kanan, alamat lepas dari pada marabahaya atau daripada
penyakit atau orang memberi rezeki yang halal padanya. Jika hidung kiri, alamat
akan berbahagia lagi bertemu kasih. Jika semua hidungnya, alamat bercium
dengan habibi219nya. (Dan jika) pelipis kanan, alamat mati atau kematian. Pelipis
kiri, alamat nyaman hatinya. (Dan jika) telinga ٌ ً ‫ً ﻭ‬ [yamiin] 220 , alamat
mendengar khabaran yang baik, lagi beroleh suka cita dan menang daripada
seterunya. Jika anak yamiin ‫[ ً ﺱ ﺍ ﺭ‬yasar]221 bergerak, alamat orang datang tetapi
orang itu dari pada sebukit datangnya.

(Dan jika) pipi kanan, alamat panjang umurnya lagi memakai bau-
bauan. Jika pipi yasar, alamat lepas daripada sakit lagi nyaman mata. Jika bibir
yang diatas, alamat akan berkelahi dengan suami laki-laki tetapi segala
keluarganya kasih akan dia. (Dan jika) bibir bawah, alamat demikian juga. Jika
keduanya, alamat makan minum dan memakai jika juru-juru bibir kanan alamat

217 Payar kemungkinan yang dimaksud pair yang artinya “gerakan jatung yang tidak betul”
(KUBI : 695)
218 Juru : “sudut, ujung” (KUBI : 427)
219 Habibi : “kekasih, kesayangan” (KUBI : 336)
220 Dieja [y-m-y-n ; ٌ ً ‫ ] ً ﻭ‬kemungkinan yang dimaksud yamiin artinya “kanan” dalam bahasa
Arab
221 Dieja [y-s-a-r ; ‫ ] ً ﺱ ﺍ ﺭ‬kemungkinan yang dimaksud yasar artinya “kiri” dalam bahasa Arab

67
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
berkelahi. Jika juru-juru kiri, alamat mendengar yang baik lagi beroleh
kirimannya atau ilmu. (dan jika) lidah, alamat makan minum tetapi berkelahi. Jika
anak lidah, alamat huru hara. Dan jika gigi, alamat suka citanya.

(Dan jika) dagu kanan, alamat bertemu dengan orang kaya-kaya. Jika
dagu kiri, alamat beroleh pengetahuan. Jika semuanya dagu itu, alamat beroleh
pekerjaan yang baik-baik atau pekerjaan raja-raja. (Dan jika) leher yamiin alamat
huru hara. jika leher yasar, alamat lepas dari pada penyakit. Jika semuanya leher
itu, alamat itu juga atau pun beroleh kebajikan. (Dan jika) bahu kanan, alamat
oleh arta banyak tetapi berkelahi dahulu. Jika bahu kiri, alamat orang hendak
berbuat jahat tetapi kita dipermulia orang. (Dan jika) lengan kanan bergerak,
alamat beroleh kebajikan. Jika lengan kiri, alamat ‫[ ﺏ ﻝ ﻕ ً ﺕ‬berlekat]222 dengan
sahabat yang baik dan beroleh suka cita. (Dan jika) siku kanan, alamat memegang
emas dan beroleh suka cita. Jika siku kiri, alamat demikian juga kita setengah
alamat dikasih orang. (Dan jika) hati tangan yamiin, alamat memegang emas kita
setengah pula, alamat itu kita dipermulia orang banyak. Jika hati badi kiri, alamat
emas atau beroleh arta lagi beroleh laba.

(Dan jika) ibu tangan kanan, alamat kita mendapat arta orang lagi
dipermulia orang kita lain pula alamat kematian. Jika ibu tangan kiri, alamat jadi
penghulu. Jika telunjuk kanan, alamat berkelahi. Jika ia kepada lima hari bulan
haji, alamat mati atau kematian. Jika telunjuk kiri, alamat dipermulia orang dan
beroleh kebesaran tetapi sakit dahulu. Jika siku jari kanan bergerak, alamat
berkelahi. Jika siku jari kiri bergerak, alamat beroleh kebesaran tetapi sakit
dahulu. Jika jari manis kanan, alamat beroleh arta lagi suka cita. Jika jari manis
kiri, alamat sukar beroleh emas atau perak atau perempuan yang baik paras223.
(Jika belikat224) kanan, alamat barang dicitanya diperoleh. Jika belikat kiri, alamat
akan sengit.

222 Berlekat : “menempel sangat kuat (sehinggah tidak mudah lepas)” (KUBI : 579)
223 Paras : “rupa muka, wajah” (KUBI :712)
224 Belikat : “tulang yang menghubungkan tulang punggung dengan pangkal lengan” (KUBI :
113)

68
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
(Dan jika) Lambung kiri, bergerak alamat percitaan. (Dan jika)
belakang, alamat berbahagia tetapi sakit dahulu. Maka Berbahagia. Jika belakang
yamiin, alamat orang datang. Jika belakang yasar, alamat orang jahat percitaan.
Jika lambung kanan, alamat percitaan. (Dan jika) perut kanan, alamat beroleh
rezeki banyak. (Dan jika) perut kiri, alamat mentri akan datang. (Dan jika)
pinggang kanan, alamat kebajikan datang. Jika pinggang kiri, alamat beroleh anak
atau beroleh arta. (Dan jika) dipersusu 225 kanan, alamat beroleh anak. Jika
dipersusu kiri, alamat beroleh anak atau arta. (Dan jika) diberi, alamat oleh laba
atau beroleh rezeki al-halal padanya. (Dan jika) hati kanan, alamat duka cita. Jika
hati kiri, alamat suka cita. (Dan jika) pusat bergerak, alamat beroleh arta

(110)

Banyak. (Dan jika) jakun kanan bergerak, alamat ‫[ ﻕ ﺭ ً ﺏ‬karib]226 akan berjalan.
Jika jakun kiri, alamat nyaman hati beroleh rahmat. (Dan jika) perut kanan, alamat
ada orang hendak akan kita. Jika perut kiri, alamat nawari orang istrinya atau
berbuat jina. Jika semuanya perut bergerak belakang, alamat istrinya berbuat jina.

(Dan jika) bahu kanan begerak, alamat ia bertemu dengan kekasih dan
lagi beroleh kekayaan. Jika uri-uri bergerak keduanya, alamat beroleh perempuan.
Jika pangkul perut berkeliling, alamat akan beristri atau berbuat jina. Jika pantat
kanan, alamat akan duduk lama orang datang pada kita. Jika pantat kiri bergerak
itupun demikian juga tetapi kita beroleh permainan yang baik. (Dan jika) paha kiri
bergerak, alamat beroleh kebajikan atau orang membawa emas pada kita. Jika
paha kanan, alamat berlekit dengan keluarganya yang jauh atau berjalan jauh.

(Dan jika) lutut kanan bergerak, alamat beroleh diri baik. Jika lutut
kiri, dipermulia orang. (Dan jika) betis, alamat berkelahi sama laki-laki. Jika betis
kiri, beroleh arta. (Dan jika) pergelangan kaki kanan, alamat beroleh diri baik.
Jika pergelangan kaki kiri, alamat tidak laba jangan dicarinya. (Dan jika) gurat-
gurat 227 kaki yamiin, alamat beroleh kebajikan. jika gura kiri berjalan kita

225 Persusu : “perihal susu” (KUBI : 982)


226 Karib : “dekat dan erat” (KUBI : 446)
227 Gurat : “ garit, gores” (KUBI : 334)

69
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
setengah pula sakit. (Dan jika) mata kaki kanan, alamat berlekit228 dengan orang
datang dari jauh. Jika mata kaki kiri, alamat mendengar warta yang baik.

(Dan jika) ibu kaki kanan, alamat mendengar warta229 mati. Jika ibu
kaki yasar, berjauh dengan orang pergi lama akan datang. Jika telunjuk kaki kanan
bergerak, alamat akan sakit. Jika telunjuk kiri, berbahagia. Jika siku jari kaki
kanan, alamat beroleh pekerjaan yang baik tetapi berkelahi dahulu. Jika jari manis
kaki kanan, alamat bertemu dengan orang mencuri benda kita. Jika kelingking jari
berkain baharu atau barang kehendaknya. Jadi, jika keliling kaki yasar, alamat
sakit hati. Jika tumit kanan bergerak, kehilangan. Jika tumit kiri pun demikian
juga dan tapak kaki melihat orang pekerti230an yang baik. Jika hati kaki kanan,
alamat suka cita hati. Jika kaki kiri, alamat berjalan. Wallahu a‟lam.

228 Belekit : “menyakitikan hati” (KUBI : 580)


229 Warta : “kabar” (KUBI : 1149)
230 Pekerti : “akhlak, etik, karakter, kepribadian kesusilaan, moral, perangai, tabiat, tata susila,
watak” (KUBI : 724)

70
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
(111)

Bab ini
Bab ini Bab ini Bab ini Bab ini Bab ini Bab ini Bab ini Bab ini
alamat alamat
alamat alamat alamat alamat alamat alamat alamat
akan
akan akan hina akan hati akan akan akan akan akan
jadi
keras hati tuan rusak dari beroleh beroleh beroleh mulia dari beroleh
sekalian
empunya empunya pada kebesaran kebesaran padi pada uang dosa
tuan
rumah itu. rumah itu belanja padanya. lagi banyak banyak sahabat
empuny
Wallahu padanya wallahu mulia, padanya padanya padanya
a rumah
a‟lam a‟lam suka cita
itu

Bab ini alamat kesalahan lagi Bab ini alamat akan jadi fakir
{sahab al-bait} padanya. Wallahu a‟lam
penyakitan padahanya

Bab ini alamat akan beroleh dosa atau Ketahui oleh mu akan hai sahab Bab ini alamat akan tiada berutang
penyakitan padahanya akan syarat berbuat pintu rumah padanya. Wallahu a‟lam
besar atau kecil, ambil tali
rentangkan daripada rapatnya
Bab ini kerusakan hati sahab al-bait Bab ini alamat akan beroleh utang
bandul itu sebelah. Maka lipat padanya
sembilan. Maka ambil satu lipat.
Maka dua gerakan pada bandul
Bab ini alamat akan beroleh anak itu barang di mana jatuhnya. Bab ini alamat akan beroleh anak
perempuan padanya banyak dan harta pun banyak
Maka dilihatlah di dalam surah
seperti yang tersebut itu.
Bab ini alamat akan kecurian harta Bab ini alamat akan bercerai dengan
padanya istri padahanya

Bab ini alamat maha baik berbuat Bab ini alamat akan keras hati
dia sentosa padanya padahanya

Bab ini alamat akan beroleh anak Bab ini alamat akan beroleh harta
baik padanya baik padanya. Wallahu a‟lam

Bab ini alamat akan beroleh istri


baik padahanya Bab ini alamat bercerai mati dengan
istrinya

Bab ini alamat akan penyakitan Bab ini alamat beroleh istri baik
padanya padanya

Bab ini Bab ini Bab ini Bab ini Bab ini Bab ini Bab ini Bab ini Bab ini
alamat alamat alamat alamat alamat alamat akan akan akan
beroleh akan beroleh beroleh akan menang beroleh beroleh alamat
kesalaha habis akan harta kencuri- dari pada anak padi beroleh
n harta berseteru padanya an harta seterunya yang banyak dengun
padanya padanya padanya padanya padanya cerdik padanya padany
padanya a

71
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
(112)

{Pasal pada menyatakan mendirikan rumah yang baik dan tidak baik}

Maka pada bulan (Muharam) mendirikan rumah tidak baik, niscaya


tuan empunya rumah itu menjadi huru hara. Dan pada bulan (Safar) mendirikan
rumah niscaya tuan empunya rumah itu maha baik, niscaya beroleh rezeki dan
hamba sahaya insyaAllah 231 ta‟ala. Dan pada bulan (Rabiul awal) mendirikan
rumah tidak baik, niscaya empunya rumah itu kesukaran232 tidak beroleh rezeki
atau kematian. Dan pada bulan (Rabiul akhir) mendirikan rumah, niscaya
empunya rumah itu maha baik sentosa lagi cita. Dan pada bulan (Jumadil awal)
mendirikan rumah, niscaya empunya rumah itu maha baik beroleh rezeki lagi ٌ ‫ﺱ‬
‫[ݘ ﻕ‬sencak] 233 . Dan pada bulan (Jumadil akhir) mendirikan rumah, niscaya
empunya rumah itu terlalu jahat lagi perkelahian dan berbantah-bantahan. Dan
pada bulan (Rajab) mendirikan rumah, niscaya empunya rumah itu terlalu jahat
lagi kehilangan.

Dan pada bulan (Sya‟ban) mendirikan rumah, niscaya empunya rumah


itu maha baik, beroleh rezeki dan arta emas perak. Dan pada bulan (Ramadhan)
mendirikan rumah, niscaya empunya rumah itu maha baik, beroleh rezeki dan arta
emas perak lagi berkah. Dan pada bulan (Syawal) mendirikan rumah, niscaya
empunya rumah itu kebakaran rumah itu. Dan pada bulan (Dzulkaidah)
mendirikan rumah, niscaya empunya rumah itu baik, beroleh arta banyak sampai
kepada anak cucunya dan segala kaumnya banyak datang ke rumah. Dan pada
bulan (Dzulhijjah) mendirikan rumah, niscaya empunya rumah itu baik, alamat
beroleh arta dan hamba dan sahaya. Wallahu a‟lam.

231 InsyAllah yang artinya “jika Allah mengijinkan” atau kehendak Allah”
232 Kesukaran : “hal (keadaan dsb) sukar, kesulitan, kesusahan” (KUBI : 971)
233 Dieja [s-n-c-k ; ‫ ] ﺱ ٌ ݘ ﻕ‬kemungkinan yang dimaksud sencak namun tidak ada makna
didalam kamus

72
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
{Bab ini azimat tangkal tikus dan belalang jangan makan padi}

Maka disurat pada kertas. Maka ditanam pada empat jarum huma
inilah yang di suratnya

٠ ١ ١ ١ ٣ ‫ِ ِ ْﺭﺍﻉ ﺭ ﻉ‬ ٢ ٢ ٣ ‫ ﺍ ﺍ ﻭ ﻭ‬١ ١ ٣ ‫ ﺍ‬٢ ٢ ١ ١ ‫ ﺍ ﻝ‬٣ ‫ﺍ ﻉ ﻭ‬٣

{Pindah sebermula adalah pada bulan Muharam itu}

Daripada sehari bulan hingga lima hari bercahayanya. Kemudian lima


hari pula kamu. Kemudian dua lima hari pula bercahaya. Kemudian tiga hari
su‟sah. Kemudian enam hari pula bercahaya. Kemudian tiga hari ‫[ ﺏ ﻁ ﻝ‬batil]234
[antahi]235 ‫ﺍ ٌ ﺕ ِ ﻯ‬. Dan pada bulan Safar itu, daripada sehari bulan hingga tiga
hari kalamnya. Kemudian lima hari bercahaya. Kemudian enam hari batil.
Kemudian enam hari pula bercahaya. Kemudian dua hari su‟sah. Kemudian lima
hari batil. Kemudian tiga hari kelima antahi. Dan pada bulan Rabiul awal itu,
daripada sehari bulan hingga sembilan hari bercahayanya. Kemudian tiga hari
kalam. Kemudian tujuh hari pula bercahaya. Kemudian empat hari su‟sah.
Kemudian tujuh hari pula bercahaya antahi.

Dan pada bulan Rabiul akhir daripada sehari bulan pula. Kemudian
lima hari kalam pula. Kemudian daripada ini sehari batil dan lima hari pula kalam
antahi. Dan pada Jumadi awal daripada sehari bulan hingga empat hari su‟sah.
Kemudian lima hari bercahaya. Kemudian empat hari pula kalam. Kemudian
delapan hari bercahaya pula. Kemudian empat hari batil. Kemudian lima hari
bercahaya pula antahi. Dan pada bulan Jumadil akhir itu daripada sehari bulan
hingga enam hari kalam. Kemudian enam hari pula bercahaya236. Kemudian lima
hari batil. Kemudian enam hari pula bercahaya. Kemudian empat hari pula batil.
Kemudian lima hari batil. Kemudian enam hari pula bercahaya. Kemudian empat
hari pula batil. Kemudian tiga hari kalam pula antahi. Dan pada bulan Rajab al-
asma itu daripada sehari bulan hingga tiga hari kalam. Kemudian lima hari
bercahaya. Kemudian lapan hari kalam

234 Batil : “sia-sia” (KUBI : 97)


235 Antahi kemungkinan yang dimaksud antah yang artinya “gabah (yang terdapat pada beras atau
nasi), sesuatu yang tidak baik” (KUBI : 50)
236 Bercahaya : “memancarkan cahaya” (KUBI : 179)

73
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
(113)

pula. Kemudian empat hari bercahaya. Kemudian empat hari pula batil. Kemudian
lima hari bercahaya pula. kemudian sehari batil pula antahi dan pada bulan
Sya‟ban daripada sehari bulan hingga tiga hari kalam. Kemudian empat hari
bercahaya. Kemudian lima hari batil. Kemudian lapan hari bercahaya pula
kemudian lima hari pula batil. Kemudian tiga hari bercahaya pula. Kemudian dua
hari pula antahi dan pada bulan ramadhan itu daripada sehari bulan hingga tujuh
hari bercahaya. Kemudian tiga hari kalam. Kemudian lima hari bercahaya.
Kemudian dua hari batil. Kemudian enam hari bercahaya pula. Kemudian lima
hari pula kalam. Kemudian dua hari batil pula antahi dan pada bulan syawal itu
daripada sehari bulan hingga dua belas hari bercahaya. Kemudian dua hari kalam.
Kemudian empat hari batil. Kemudian dua hari su‟sah. Kemudian dua lapan hari
cahaya pula. Kemudian dua hari pula batil antahi dan pada bulan dzulkaidah itu
daripada sehari bulan hingga sepuluh hari kalam. Kemudian enam hari su‟sah.
Kemudian lima hari batil. Kemudian sembilan hari bercahaya antahi pada bulan
dzulhijjah itu daripada sehari bulan hingga enam hari kalam. Kemudian tiga hari
bercahaya. Kemudian dua hari batil. Kemudian enam hari bercahaya pula.
Kemudian empat hari su‟sah. Kemudian lima hari bathal. Kemudian empat hari
pula kalam. Demikianlah adanya antahi.

{Pasal pada menyatakan melihat rasi orang hendak berlaku istri mufakat 237 atau
tiada mufakat}

Maka dikira-kira abjad dengan ‫ٌ ﻕ ﻁ ِ ٽ‬ [nakat hanya]238 nama laki-


laki dan perempuan itu disuka-suka keduanya. Maka dibuangkan sembilan-
sembilan. (Jika isi dengan isi dengan) sediakala terlalu baik lagi, suka citanya
dengan sekuat bihari 239 yang serasi tiadalah bersalaman keduanya. (Jika isi
dengan dua) itu pun baik lagi, senantiasa keduanya dan suka cita lagi rezeki halal
berolah anak yang baik, lagi mufakat antara keduanya. (Jika isi dengan tiga) itu
adalah antara keduanya perkelahian, tiada kekal. (Jika isi dengan empat itu)

237 Mufakat : “setuju, seia sekata, sepakat” (KUBI : 663)


238 Dieja [n-k-t-h-n-y ‫] ٌ ﻕ ﻁ ِ ٽ‬kemungkinan yang dimaksud nikatahnya namun tidak ada
makna didalam kamus
239 Bihari : “perasaan cinta kasih antara dua orang yang berlainan jenis kelamin” (KUBI : 123)

74
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
adalah antara keduanya sekutu tanpa bercerai juga akhirnya dan jika diperoleh
anak kekallah keduanya. (Jika isi dengan lima) itu tiadalah baik lagi, akan bercerai
juga akhirnya. (Jika diisi dengan enam) itu baik lagi, serasi dengan berkasih-
kasihan dengan suka citanya. (Dan jika isi dengan tujuh) itu tidak kalah baik
antara kedua berseteru tidak berhati suka senantiasa mencari kehangatan jua
adanya. (Dan jika diisi dengan delapan) itu adalah antara keduanya senantiasa
duka cita lagi papa jika beranak. Maka sebab anak itu jadi kekal tetapi percitaan
jua. (Dan jika isi dengan sembilan) adalah antara keduanya kekal tanpa sedia kala
huru hara keselamatan lagi tidak berhenti sukanya.

(Dan jika dua dengan dua) itu kekal240 orang itu tetapi tidak berkasih-
kasihan 241 dan berlainan hatinya. (Jika dua dengan tiga) itu tiada baik antara
keduanya berlainan hatinya lagi akan bercerai juga kedua-duanya hatinya tidak
lamanya. (Jika dua dengan empat) tidak kekal antara keduanya tidak berkasih-
kasihan cerai juga kesedihannya. (Jika dua dengan lima) itu adalah antara
keduanya berkekalan tetapi papa. (Jika dua dengan enam) itu adalah antara
keduanya papa jika beranak menjadi kejahatan itu bercerailah juga. (Jika dua
dengan tujuh itu) baik antara keduanya lagi sekutu berkasih-kasihan tidak
berkelahi bantah. (Jika dua dengan delapan) itu tidak baik lagi beroleh kesukaran
tidak sekutu perempuan itu keras hatinya. (Jika dua dengan sembilan) itu adalah
antara keduanya itu sekutu lagi istri itu dan berkasihan

(114)

lagi beroleh laba dan nikmatpun banyak dikarunia Allah ta‟ala. (Jika tiga dengan
tiga) itu adalah antara keduanya tidak berkekalan bercerai juga perempuan itu
datang juga kejahatan. (Jika tiga dengan empat) itupun tidak baik juga lagi akan
datang kejahatan tidak lamanya bercerai juga kesudahannya. (Dan jika tiga
dengan lima) itu baik lagi sangat berkasih-kasihan keduanya, tetapi bercerai juga
kesudahannya. (Jika tiga dengan enam) itu adalah antara keduanya lagi kekal
tetapi baik hiranya dengan makrab. (Jika tiga dengan tujuh) itu baik antara
keduanya lagi berkasih-kasihan, lagi berkekalan juga adanya. (Jika tiga dengan

240 Kekal : “tetap (tidak berubah, tidak bergeser, dsb) selama-lamanya, abadi” (KUBI : 462)
241 Berkasih-kasihan : “saling mengasihi, saling mencintai, saling menyayangi” (KUBI : 449)

75
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
delapan) itu baik keduanya dan mencarinya masa dikala berkasihan dengan
sahabatnya. (Jika tiga dengan sembilan) itu tidak baik keduanya bersalahan
barang hiranya seperti air dengan api senantiasa bersalahan juga adanya.

(Jika empat dengan empat) tidak baik tidak sekutu keduanya bercerai
juga kesudahannya. (Jika empat dengan lima) itu adalah antara keduanya
berkasih-kasihan, tetapi bercerai juga kesudahannya. (Jika empat dengan enam)
sangatlah kesukaran antara keduanya sediakala bersalahan hati tidak baik
kediamannya. (Jika empat dengan tujuh) itu adalah antara keduanya tidak sekutu
dan kejahatan jua adanya. (Jika empat dengan delapan) itu adalah antara keduanya
baik mufakat tidak berbantah sekuat amat baik kediamannya. (Jika empat dengan
sembilan) itu tidak baik berbantah senantiasa tidak serasi. (Jika lima dengan lima)
itu bantah hina lagi tidak sekutu hiranya bersalahan hati akhirnya bercerai lagi jua.
(Jika lima dengan enam) itu adalah antara keduanya baik senantiasa tidak
bersalahan bicaranya amat sempurna kediamannya. (Jika lima dengan tujuh) itu
baik antara keduanya, tetapi adalah hati bersalahan inilah jahatnya sedikit. (Jika
lima dengan delapan) itu adalah antara keduanya amat baik lagi berkasih-kasihan
lagi sekutu bicaranya dan lagi kesukaran datang kepada kesudahannya. (Jika lima
dengan sembilan) itu baik jahatpun ada juga antara keduanya.

(Jika enam dengan enam) itu adalah keduanya berkekalan lagi


pekerjaan seperti pekerjaan raja-raja dan hatinya mudah, rezekinya murah. (Jika
enam dengan tujuh) itu adalah antara keduanya kekal, tetapi hatinya berlainan
tidak setia caranya. (Jika enam dengan delapan) itu adalah antara keduanya serasi
lagi sebicaranya berkasihan senantiasa dengan suka citanya. (Jika enam dengan
sembilan) itu adalah antara keduanya itu serasi berkekalan tetapi hatinya
berkehendak kepada kejahatan tidak berbuat pekerjaan yang baik. (Jika tujuh
dengan tujuh) itu senantiasa berseteru daripada keduanya tiada berbaikan hatinya
lagi berkelahi bantah. (Jika tujuh dengan delapan) itu adalah antara keduanya
tidak sekutu242, tidak sebicaranya lagi kesudahan bercerai juga adanya. (Jika tujuh
dengan sembilan) itu adalah antara keduanya beroleh kebajikan, tetapi baik dan
jahat itu ada padanya.

242 Sekutu : “rekanan, gabungan” (KUBI : 890)

76
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
(Jika delapan dengan delapan) itu baik antara keduanya berkekalan
lagi beroleh kebajikan di negeri akan Allah ta‟ala beroleh nikmat. (Jika delapan
dengan sembilan) itu adalah keduanya itu sekutu lagi berkasih-kasihan senantiasa
suka cita. (Jika sembilan dengan sembilan) itu adalah berkekalan, tetapi sediakala
perkelahian jua adanya. Wallahu a‟lam.

{Ini jika orang} bertanya siapa kasihan. Maka dihimpunkan nama


laki-laki dan nama perempuan. Maka dibuang enam-enam. Jika esa laki-laki
kasih, dua perempuan kasih, tiga sama-sama kasih, empat laki-laki benci, lima
perempuan benci,

(115)

enam sama-sama benci. Wallahu a‟lam antahi.

{Pasal pada menyatakan} Pada hari ahad malam nahasnya.

Jika hari tengah hari nahasnya. Jika hari rabu zuhur nahasnya. Jika
hari khamsatun [kamis] tengah turun nahasnya. Jika jumu‟ah [jum‟at] tengah naik
nahasnya daripada hari sabtu itulah tangkal nahasnya. Wallahu a‟lam.

{Pasal pada menyatakan ketika malam}

Jika malam ahad kita berjalan hayam naik seorang marah-marah


dikira dan ‫[ ݘ ٌ ﺩ ﺭ ﺍ‬cendera]243 budak244 marah di kanan dan cendera orang tua
baik datang siang. (Jika) malam itsnayn [senin] kita berjalan hayam naik seorang
datang kepada cendera budak baik dan cendera orang tua jangan berjalan tiada
baik dan tengah malam baik sampai siang. (Jika pada malam) selasa kita berjalan
hayam naik seorang jahat dan cendera budak baik dan cendera orang tua jahat dan
tengah malam baik datang siang. (Jika pada malam) raabbi [rabu] kita berjalan
hayam baik seorang baik cendera budak jahat menyimpangkan kanan jangan dan
tengah malam menyimpang ke kiri baik datang siang. (Jika pada malam)
khamsatun [kamis] kita berjalan hayam baik seorang jahat cendera budak jahat

243 Dieja [c-n-d-r-a; ‫ ]ݘ ٌ ﺩ ﺭ ﺍ‬kemungkinan yang dimaksud cendera namun tidak ada makna
didalam kamus
244 Budak : “anak, kanak-kanak” (KUBI : 157)

77
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
cendera orang tua baik datang siang. (Jika pada malam) jumu‟ah [jum‟at] kita
berjalan hayam naik seorang jahat cendera orang tua baik sampai siang. (Jika pada
malam) sabtu kita berjalan hayam naik seorang datang kepada cendera orang tua
jahat, tengah malam baik sampai siang. Wallahu a‟lam.

{Pasal pada menyatakan hendak berjalan}

(Pada hari) ahad ambil air basuh muka. Maka berjalan supaya beroleh
laba. (Pada hari) itsnayn [senin] kita berjalan tidur dahulu supaya beroleh laba.
(Jika pada hari) selasa minum air dahulu. Maka berjalan supaya beroleh laba. (jika
pada hari) raabbi [rabu] makan nasi dahulu. Maka berjalan supaya beroleh laba.
(jika pada hari) khamsatun [kamis] ambil habu tabur dahulunya. Maka berjalan
supaya beroleh laba. (Jika pada hari) jumu‟ah [jum‟at] berguru-guru dahulu. Maka
berjalan supaya beroleh laba. (Jika pada hari) sabtu nafas kita keras di kanan.
Maka berjalan supaya beroleh laba. Wallahu a‟lam

{Tama haja al-kitab wilih fawa‟ad al-nafsih}

(Dan ‫ً ﻝ‬ ‫[ ﺯ ٌ ﺝ ﺏ‬janjabil] 245 ) yaitu hal khasiatnya hangat pada


derajat yang ketiga dan kurang pada derajat yang kedua. Maka faedahnya itu
mengkuatkan syahwat dan mengancurkan makanan dan menghilangkan ‫ﺏ ﻝ ڠ ﻭ‬
[belangmu] 246 dan menambah pengingat. (Dan jua ٌ ‫[ ﻝ ٌ ﺝ ﺍ‬lanjan] 247 ) yaitu
lengkuas khasiatnya kurang pada derajat yang ketiga, faedahnya mengancurkan
angin dan belangmu dan mengancurkan makanan dan memberi kuat akat syahwat.
(Dan ٌ ‫[ ﻙ ﻭ ﻭ‬kemuni]248) yaitu jika putih khasiatnya hangat pada derajat yang
kedua dan kurang pada derajat yang ketiga, faedahnya mengancurkan segala angin
yang didalam tubuh dan memjahan kekurangan dan menghilangkan senak perut.

245 Dieja [j-n-j-b-y-l ; ‫ ]ﺯ ٌ ﺝ ﺏ ً ﻝ‬kemungkinan yang dimaksud janjabil namun tidak ada makna
didalam kamus
246 Dieja [b-l-n-g-m ; ‫ ]ﺏ ﻝ ڠ ﻭ‬kemungkinan yang dimaksud belangmu namun tidak ada makna
didalam kamus
247 Dieja [l-n-j-a-n ; ٌ ‫ ]ﻝ ٌ ﺝ ﺍ‬kemungkinan yang dimaksud lanjan namun tidak ada makna
didalam kamus
248 Dieja k-m-w-n ; ٌ ‫ ] ﻙ ﻭ ﻭ‬kemungkinan yang dimaksud kemuni namun tidak ada makna
didalam kamus

78
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
(‫[ ﺡ ﺏ ِ ﺱ ﻭ ﺩ ﺍ ء‬Hibah suda‟]249) yaitu jika hitam khasiatnya hangat
lagi kurang pada derajat yang kedua, faedahnya mengancurkan segala belangmu
dan angin lagi menghilangkan ٌ ‫ً ﻑ‬ ‫ٌ ﺝ‬ ‫[ ﻙ ﺩ ﻝ ﺍ‬kudil anjipun] 250 dan
mengeluarkan geleng-geleng dan menghilangkan‫[ ﺱ ﻝ ﺱ ﻭ ﺍ‬salasama]251 dan akan
sawab ikut dan lagi banyak mengumpat seperti sabda nabi shallallahu „alaihi
wasallam {al-habah al-suda‟ syafa‟ mana kala da‟ala alsama}.

Bermula jika hitam itu obat tiap-tiap penyakit melainkan mati jua.
(Dan raih) yaitu jika manusia khasiatnya hangat lagi kurang pada derajat kedua
dan faedah252nya menghilangkan sesak perut dan menenangkan mata lagi

(118)

mengeluarkan kemih dan darah haid dan sakit perut. (Dan hila253) yaitu khasiatnya
hangat pada derajat yang kedua dan kurang pada derajat yang pertama, faedahnya
mengancurkan segala yang bengkak-bengkak sedikit hangatnya dan
menambahkan bengkak yang sangat, jika dimasukkan dengan air madu. Maka
dimakan, niscaya dikeluarkannya penyakit yang sahik lagi berdarah dalam dada
dan mengutakan syahwat254 laki-laki dan memberi faedah akan rahim perempuan
dan adalah mengingatnya terlalu banyak tiada dapat dikira-kira seperti sabda nabi
shallallahu „alaihi wasallam {luya‟ lamu alnasa mafi alhalit laa syatiru hawalu
bamasyaliha jahab} artinya jikalau diketahui oleh manusia akan khasiat hilah,
niscaya membeli mereka akan dia dan jikalau setambang emas sekalipun.

(Dan ‫[ ﻙ ﺝ ﺏ ﺭ ﺍ‬kejabara]255) yaitu ketumbar khasiatnya sejak pada


derajat yang pertama dan kurang pada derajat yang ketiga, dan faedahnya
menahan mani datang segala penyakit yang hangat. Maka dipipis lumat-lumat
dicampurkan dengan juga. Maka di bubuh pada penyakit yang hangat niscaya

249 Dieja [H-b-h-s-w-d-a-‟ ; ‫ ]ﺡ ﺏ ِ ﺱ ﻭ ﺩ ﺍ ء‬kemungkinan yang dimaksud Hibah suda‟ namun


tidak ada makna didalam kamus
250 Dieja [k-d-l-a-n-j-y-p-n ; ٌ ‫ ] ﻙ ﺩ ﻝ ﺍ ٌ ﺝ ً ﻑ‬kemungkinan yang dimaksud kudil anjipun
namun tidak ada makna didalam kamus
251 Dieja [s-l-s-m-a ; ‫ ]ﺱ ﻝ ﺱ ﻭ ﺍ‬kemungkinan yang dimaksud salasama namun tidak ada makna
didalam kamus
252 Faedah : “manfaat” (KUBI : 279)
253 Hila : “adat lama yang ditegakan golongan tua-tua” (KUBI : 357)
254 Syahwat : “nafsu atau keinginan bersetubuh, keberahian” (KUBI : 985)
255 Dieja [k-j-b-r-a ; ‫ ]ﻙ ﺝ ﺏ ﺭ ﺍ‬kemungkinan yang dimaksud kejabara namun tidak ada makna
didalam kamus

79
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
„apit. (Dan ‫[ ﺥ ﺭ ﺩ ﻝ‬kharadal]256) yaitu sesuai khasiatnya hangat lagi kurang pada
derajat yang ke empat dan faedahnya itu mengancurkan belangmu dan
menambahkan rambut yang luruh dan menambahkan badan yang bengkak dan
menghilangkan kudil 257 dan segala penyakit sendi-sendi dan menambah kuat
sehat.

(Dan pegal) yaitu mula khasiatnya hangat pada derajat yang ketiga
lagi kurang pada derajat yang keduanya dan faedahnya mengeluarkan belangmu
dan mengancurkan makanan tetapi ia lambat mengancurkan sebab itulah jadi
serawab dan adalah memberi mudarat258 akan kepala dan mata dan kaki. (Dan ‫ﻕ ﺭ‬
‫ٌﻑﻝ‬ [karnaval]259) yaitu bunga cengkeh dan khasiatnya hangat lagi kurang pada
derajat yang ketiga faedahnya memberi manfaat akan hati dan paru-paru. Wallahu
a‟lam bil wahab tama alkalam.

{Bissmillahirahmannirahim}

{Itulah pasal pada menyatakan alam perasa hikma‟} yaitu mengambil


dalil 260 dan kias daripada melihat ihkwal segala tubuh manusia dan daripada
segala anggotanya dan perbuatannya dan kelakuannya dan warnanya. (Adapun
tubuh yang merah) lagi halus itu tanda malunya, dan tubuh yang seperti warna api
itu tanda memang pada pekerjaan, dan amarah lagi kurang akal, dan tubuh yang
warna hijau campur hitam itu tanda jahat perangai 261 , dan tubuh warna putiih
campur merah itu tanda sukar pekerjaan, dan tubuh warna sangat putih itu tanda
tiada baik.

(Adapun rambut) yang kanjar lagi keras itu tanda perkasa sehat otak,
dan rambut yang ikal lagi hitam berkilat-kilat itu tanda akal lagi sempurna
kelakuannya, dan rambut antara merah dan hitam itu tanda kebijakan jua, dan

256 Dieja [kh-r-d-l ; ‫ ]ﺥ ﺭ ﺩ ﻝ‬kemungkinan yang dimaksud kharadal namun tidak ada makna
didalam kamus
257 Kudil : “penyakit kulit yang gatal dan menular” (KUBI : 532)
258 Mudarat : “sesuatu yang tidak menguntungkan, rugi” (KUBI : 657)
259 Dieja [k-r-n-v-l ; ‫ ]ﻕ ﺭ ٌ ﻑ ﻝ‬kemungkinan yang dimaksud karnaval namun tidak ada makna
didalam kamus
260 Dalil : “keterangan yang dijadikan bukti atau alasan suatu kebenaran (terutama berdasarkan
ayat Al-qur‟an)” (KUBI : 224)
261 Perangai “sifat batin manusia yang mempengaruhi segenap pikiran dan perbuatan, watak”
(KUBI : 736)

80
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
rambut yang sederhana itu tanda sifat kebijakan jua, dan rambut yang sangat
hitam itu tanda kebijakan jua, dan rambut yang sangat hitam itu tanda berakal, dan
menyampaikan janji lagi gemar berbuat adil, dan rambut yang lembut itu tanda
penyakit, dan sejak otak lagi kurang akal, dan rambut yang ikal serta merah tanda
bebal lagi tamak, dan rambut yang kuning tanda kurang akal lagi sukar marah,
dan rambut yang sangat lembut itu tanda kurang akal.

(Dan adapun) kepala yang besar tanda tinggi hemat lagi berakal, dan
baik pertahan lagi sempurna bicaranya, dan kepala yang sederhana itu pun tanda
berpengetahuan, dan kebajikan jua, dan kepala yang baik kejadian itu lagi keluar
sedikit kehadapan, dan kebelakang dan kepala yang pipih 262 pada pihak pelipisan
itu tanda kurang akal, dan kepala yang besar tiada sebaur263 dengan lahirnya itu
tanda bebal adakalanya jadi gila, dan kepala pipih pada pihak dahinya dan
kuduk264nya itu tanda bebal dan kepala yang kecil itu tanda kurang akal (kata
hikma‟). Adapun dahi itu cermin hati apabila ia besar lagi luas tanda sempurna
badi bicaranya dan dahi yang sederhana lagi kerat-kerat itu tanda benar dan
berkasih-kasihan lagi berakal.

262 Pipih : “tipis rata” (KUBI : 758)


263 Sebaur : “mencampurkan, mempergaulkan” (KUBI : 99)
264 Kuduk : “bagian leher sebelah belakang, tengkuk” (KUBI : 532)

81
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
B. Transliterasi dan kritik teks naskah TM yang diluar bingkai

(90)

Sabda 265 nya yaitu daripada laut. Maka sembahnya benar, kata tuan
hamba itu ya Rasulullah daripada apa kejadian ombak. Maka (dan) bumi ini apa
yang menetapkan dia. Maka sabdanya yaitu daripada bukit kafa. Maka sembahnya
benar, kata tuan hambah itu ya Rasulullah (dan) bukit kafa itu daripada apa
266
kejadiannya. Maka sabdanya yaitu daripada zamrud yang hijau. Maka
267
sembah nya benar, kata tuan hambah itu ya Rasulullah (dan) beberapa tahun
perjalanan tingginya. Maka sabdanya yaitu lima ratus tahun perjalanan. Maka
sembahanya benar, kata tuan hambah itu ya Rasulullah dan beberapa tahun
perjalanan kelilingnya itu. Maka sabdanya sekira-kira dua ribu tahun perjalanan.

Maka sembahnya benar, kata tuan hambah itu ya Rasulullah (dan


adakah) di belakang bukit kafa itu suatu. Maka sabdanya adalah di belakang bukit
kafa itu tujuh puluh bumi daripada kasturi 268. Maka sembahnya benar, kata tuan
hamba itu ya Rasulullah (dan) apa ada lagi di belakang bumi kasturi itu. Maka
sabdanya tujuh puluh bumi daripada kapur269. Maka sembahnya benar, kata tuan
hambah itu ya Rasulullah (dan) ada pula di belakang bumi kapur itu. Maka
sabdanya tujuh puluh bumi daripada gambir 270. Maka sembahnya benar, kata tuan
hamba itu. Maka sabdanya tujuh puluh bumi daripada emas. Maka sembahnya
benar, kata tuan hamba itu ya Rasulullah (dan) apa

265 Sabda : “kata, perkataan (bagi Tuhan, nabi, raja, dsb)” (KUBI : 844)
266 Zamrud : “batu permata yang berwarna hijau seperti lumut, sebagai mineral terdapat terutama
di lapisan-lapisan kapur di Kolombia” (KUBI : 1155)
267 Sembah : “pernyataan hormat dn khidmat (dinyatakan dengan cara menangkupkan kedua
belah tangan atau menyusun jari sepuluh, lalu mengangkatnya hingga ke bawah dagu atau dengan
menyentuh ibu jari ke hidung)” (KUBI : 904)
268 Kasturi : “pohon yang tumbuh besar, rindang, bijinya mudah tumbuh, berbuah setiap tahun
sekali (pada bulan Oktober-November), buahnya sebesar telur itik, rasanya lezat, manis, berwarna
cokelat tua apabila masak” (KUBI : 449)
269 Kapur : “bahan serbuk yang putih warnanya, diperoleh dari batu putih (sisa-sisa organisme
laut) yang dibakar, digunakan sebagai campuran makan sirih, pemutih dinding, obat-obatan, dsb”
(KUBI : 444)
270 Gambir : “tumbuhan yang membelit, berbatang keras, bertangkai pendek dengan daun
berwarna hijau muda, pada ketiak daun terdapat bunga berbongkol bulat berwarna putih kecil-
kecil, dipakai sebagai obat batuk dan bahan penyamak, ditanam dengan cara menyetek” (KUBI :
292)

82
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
(91)

pula di belakang bumi emas itu. Maka sabdanya tujuh puluh bumi daripada perak.
Maka sabdanya tujuh puluh bumi daripada besi. Maka sembahnya benar, kata
tuan hamba itu ya Rasulullah (dan) adakah di belakang segala bumi apa suatu.
Maka sabdanya ada di belakang segala bumi itu tujuh puluh ribu alam.

Maka tiap-tiap sekalian alam itu berisi dengan malaikat, tiada siapa-
siapa mengetahui banyaknya, hanya ia jua yang mengetahuinya, dan tiada
diketahui mereka kejadian daripada anak Adam, dan kejadian iblis, dan adalah
sekalian mereka mengucap tasbih271 tujuh puluh patah kalimatnya itu yaitu Lailla
ha iallah muhammad darusulallah. Maka sembahnya benar, kata tuan hamba ya
Rasulullah (dan) apa pula di belakang segala alam itu. Maka sabdanya
mengelilingi sekalian alam itu ular. (Maka berdatang sembah) pula ia ya
Rasulullah ceritera ia pula kepada hamba daripada segala yang diam, daripada
bumi itu. Maka sabdanya Nabi shallallahu „alaihi wasallam.

Adapun yang ada daripada bumi yang ke tujuh lapis itu beberapa
daripada segala malaikat (dan) yang ada daripada bumi yang keempat lapis itu
beberapa daripada segala ular (dan) yang yang ketiga lapis itu yaitu beberapa
daripada kala (dan) yang ada daripada bumi yang kedua lapis itu beberapa
daripada segala jin (dan)

(92)

beberapa daripada segala manusia. Maka sembahnya benar, kata tuan hamba itu
ya Rasulullah yang ada daripada bumi yang pertama itu (dan) sekalian bumi itu di
atas apa ia sabdanya nyata, di atas lembu. Maka sembahnya betapa sifat lembu itu.
Maka sabdanya nyata, empat kepalanya dan antara tiap-tiap suatu daripada dua
kepalanya itu kira-kira seratus tahun perjalanan. Maka sembahnya benar, kata
tuan hamba itu ya Rasulullah (dan) lembu itu di atas apa ia. Maka sabdanya di
atas batu yang terhantur. Maka sembahnya benar, kata tuan hamba itu ya
Rasulullah (dan) batu itu di atas apa ia. Maka sabdanya di atas belakang ikan.

271 Tasbih : “isi pembacaan puji-pujian kepada Allah dengan mengucapkan subhanallah „Maha
suci Allah‟ atau subhana rabbiyal „azim (a‟la) „segala kemuliaan bagi Tuhanku yang Maha besar
(Maha tinggi)” (KUBI : 1024)

83
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Maka sembahnya benar, kata tuan hamba itu ya Rasulullah. (Maka) ikan itu atas
apa ia. Maka sabdanya nyata di atas laut dan adalah laut itu kira-kiranya seribu
tahun perjalanan. Maka sembahnya benar, kata tuan hamba itu ya Rasulullah
(dan) air laut itu di atas apa. Maka sabdanya nyata di atas angin. Maka sembahnya
benar kata tuan hamba itu ya Rasulullah. (Kemudian) maka angin itu di atas apa
ia. Maka sabdanya di atas ‫[ ﻅ ﻝ ﻭ ﺓ‬dzolamah]272. Maka sembahnya benar, kata
tuan hamba itu ya Rasulullah. (Kemudian) maka dzolamah itu di atas apa ia.
Maka sabdanya nyata di atas neraka jahanam273. Maka sembahnya benar kata tuan
hamba itu ya Rasulullah (dan) neraka jahanam. Maka

(93)

di atas apa ia. Maka sabdanya di atas turi 274. Maka sembahnya benat kata tuan
hamba itu ya Rasulullah dan adakah di bawah turi itu suatu ya Rasulullah. Maka
sabdanya Nabi shallallahu „alaihi wasallam tiada kamu ini tersalah ia, tiada siapa-
siapa yang mengetahui di bawah turi itu melainkan ia jua dan adapun arta turi itu
yaitu tanah yang basah belum lagi jadi lempar ia aha (kata) ka‟ab al-jabar275 telah
berhimpun segala hawariun yaitu sahabat Nabi Isa „alaihis sallam serta berdatang
sembah mereka ya Nabiyuallah tuan hamba ceritera akan kamu daripada kejadian
bumi dan barang yang didalamnya. Maka sabda Nabiyuallah Isa bahwasannya
selepas bumi yang pertama itu ikan dan di atasnya serta alam.

Maka daripada empat ratus alam yang mengediami daripada darat dan
enam ratus alam yang mendiami daripada laut (kata) Ibnu Abbas radhiyallahu
„anhu bahwasannya di bawah daripada bumi yang pertama itu angin yang
bernama Akim dan adalah baginya tujuh puluh ribu. Maka adalah pada tiap-tiap
suatu tali itu tujuh puluh ribu daripada malaikat dan daripada angin itulah yang
276
dibinasakan Allah subhanahu wata‟ala daripada negeri kaum „ad yang

272 Dieja [dz-l-m-h ; ‫ ] ﻅ ﻝ ﻭ ﺓ‬kemungkinan yang dimaksud dzolamah namun tidak ada makna
didalam kamus
273 Jahanam : “terkutuk, jahat sekali” (KUBI : 393)
274 Turi : “pohon berkayu lunak, tingginya mencapai 12 m, daunnya majemuk menyirip,
digunakan sebagai makanan ternak, bunganya dapat dijadikan sayur, biasa ditanam sebagai
tanaman pelindung” (KUBI : 1109)
275 Al-jabar artinya yang Maha perkasa (Allah) (KUBI : 400)
276 Kaum : “bangsa, bani, etnik, golongan, kabilah, puak, ras, rumpun, suku” (KUBI : 452)

84
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
keluarkan angin itu daripada bumi seperti lubang cacing jua besarnya. Maka
terbanglah segala bukit dan segala kotanya dan segala negerinya dengan angin itu,
tatkala dikehendakinya oleh

(94)

kaum itu seperti firmannya yang tersebut di dalam qur‟an wayas alunaka „ani.
Allah ta‟ala akan membinasakan segala kaum, (Al-jabal fakola ya nilaba fiha rafi
nasafa) artinya ditiadakan akan di kau ya Muhammad daripada binasa segala
bukit. Maka kata oleh mu ya Muhammad dicabutkan Tuhan ku daripada
tempatnya, dan dijadikan akan dia habu, dan adalah yang duduk di bawah bumi
itu suatu kaum bernama ‫[ ﺏ ﺭ ﺱ ﻭ‬bursam] 277 dan adalah mereka ً ‫ﺕ ﻙ ﻝ‬
‫[ﻑ‬takalifa]278 dan diperoleh mereka pahala dan dosanya.

(Dan) adapun bumi yang kedua lapis itu bernama ِ ‫[ ݘ ﻝ ﺩ‬celadah]279


dan adalah pada bumi itu beberapa daripada bagi azab Allah subhanahu wata‟ala
bagi segala isi neraka dan yang adalah kediamannya daripada itu suatu kaum
bernama ‫[ ﻁ ﻭ ﺱ‬thamas]280 dan adalah makanan mereka datang sama sendirinya
dan pada sesuatu riwayat yang ada dikediaman daripada bumi itu jin (dan) adapun
dari pada bumi yang ketiga lapis itu bernama Arafah dan yang ada kediaman
daripada bumi itu beberapa kala yang hitam besarnya seperti ‫[ ﺏ ﻍ ﻝ‬baghil]281 dan
adalah ekornya seperti ekor kambing dan tiap-tiap seekornya itu tiga ratus tahun
bulan dan pada tiap-tiap bulannya itu tiga ratus enam puluh sangat banyak bisa
dan jikalau disangatkan dengan sesuatu daripada bumi ini, niscaya habislah mati.
Dan adalah pada bumi itu suatu kaum bernama isi dan berkat

277 Dieja [b-r-s-m ; ‫ ]ﺏ ﺭ ﺱ ﻭ‬kemungkinan yang dimaksud bursam namun tidak ada makna
didalam kamus
278 Dieja [t-k-l-y-f ; ‫ ]ﺕ ﻙ ﻝ ً ﻑ‬kemungkinan yang dimaksud takalifa namun tidak ada makna
didalam kamus
279 Dieja [c-l-d-h ; ِ ‫ ] ݘ ﻝ ﺩ‬kemungkinan yang dimaksud celadah namun tidak ada makna
didalam kamus
280 Dieja [th-m-s ; ‫ ] ﻁ ﻭ ﺱ‬kemungkinan yang dimaksud thamas namun tidak ada makna didalam
kamus
281 Dieja [b-gh-l ; ‫ ]ﺏ ﻍ ﻝ‬kemungkinan yang dimaksud baghil namun tidak ada makna didalam
kamus

85
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
(95)

akan makanan mereka tanah dan minuman mereka embun dan adapun sekalian.
Kala yang hitam pada hari kiamat. Maka dititahkan Allah subhana wa ta‟ala bagi.
Maka ‫[ ﺝ ﺏ ﺍ ٌ ً ﺓ‬jabanih]282 mengeluarkankan sekaliannya kepada neraka supaya
di sampaikan oleh mereka akan isi neraka (dan) adapun dari pada bumi yang
keempat lapis itu bernama ٌ ‫[ ﺝ ﺭ ً ﺍ‬jarian]283 dan pada suatu riwayat benama ‫ﺝ ﺭ‬
‫[ ً ٌ ﻕ ﺍ‬jarinaka]284. Dan adalah didalamnya tempat kediaman daripada beberapa
ular dan kala yang amat besar seperti bukit dan lagi amat bisa dan adalah tiap-tiap
seekor daripada ular itu, seribu kakinya dan tiap-tiap suatu kakinya itu besarnya
seperti pohon ‫[ ﺥ ﺭ ﻭ‬gharam]285 yang panjang tiap-tiap suatu giginya itu, beberapa
bisa yang hitam.

Maka apabila datang hari kiamat. Maka dititahkan Allah subhanahu


wa ta‟ala bagi. Maka jabanih mengeluarkan sekalian kepada neraka balasan bagi
hambanya yang ‫„[ ﺍ ﺹ ﺡ ﻯ‬ashi] 286 dan adalah pada bumi itu satu kaum yang
bernama ‫[ ﺝ ﻝ ِ ﻭ‬julham]287 dan tiada bagi meraka mata dan kaki dan ada bagi
mereka sayap dan tiada bagi mereka mati hingga sampai kepada tuhannya. (Dan
adapaun) dari pada bumi yang kelima lapis itu bernama ‫ً ﺍ‬ ‫[ ﺝ ﻝ‬jaliya]288 dan
pada suatu riwayat namanya ‫[ ﺩ ﺡ ﻙ ﺍ‬duhaka]289 dan adalah di dalamnya beberapa
banyak daripada batu dan tanah daripada bantah yang di sediakan bagi hambah
yang kafir dan yang durhaka. Maka gantungkan segala batu itu pada lehernya

(96)

282Dieja [j-b-a-n-y-h ; ‫ ]ﺝ ﺏ ﺍ ٌ ً ﺓ‬kemungkinan yang dimaksud jabanih namun tidak ada makna
didalam kamus
283 Dieja [j-r-y-a-n ; ٌ ‫ ]ﺝ ﺭ ً ﺍ‬kemungkinan yang dimaksud jarian namun tidak ada makna
didalam kamus
284 Dieja [j-r-y-n-k-a ; ‫ ]ﺝ ﺭ ً ٌ ﻕ ﺍ‬kemungkinan yang dimaksud jarinaka namun tidak ada makna
didalam kamus
285 Dieja [gh-r-m ; ‫ ]ﺥ ﺭ ﻭ‬kemungkinan yang dimaksud gharam namun tidak ada makna didalam
kamus
286 Dieja [„a-s-h-i ; ‫ ]ﺍ ﺹ ﺡ ﻯ‬kemungkinan yang dimaksud „ashi namun tidak ada makna didalam
kamus
287 Dieja [j-l-h-m ; ‫ ]ﺝ ﻝ ِ ﻭ‬kemungkinan yang dimaksud julham namun tidak ada makna didalam
kamus
288 Dieja [j-l-y-a ; ‫ ]ﺝ ﻝ ً ﺍ‬kemungkinan yang dimaksud jaliya namun tidak ada makna didalam
kamus
289Dieja [d-h-k-a ; ‫ ]ﺩ ﺡ ﻙ ﺍ‬kemungkinan yang dimaksud duhaka namun tidak ada makna didalam
kamus

86
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
diatas dada mereka hingga sampailah nyalanya kepada muka mereka dan lagi
disediakan. Maka dipasangkan batu itu jadi celahlah segala hambanya daripada
bumi itu beberapa rintih dan belenggu dan cengkam akan orang yang isi neraka
adalah pada bumi beberapa kaum yang bernama ‫[ ﺕ ﺡ ﺍ ﻁ‬tahat] 290 dan tiada
terkira-kira banyak mereka dan adalah makanan mereka daging sama sendirinya.

(Adapun) bumi yang keenam lapis itu bernama ٌ ً ‫[ ﺱ ﺝ‬sajin]291 dan


pada suatu riwayat namanya ٌ ‫[ ﺱ ﺝ ﺍ‬sajana]292 dan adalah di dalamnya sekalian
dipetir dari pada segala orang yang isi neraka dan segala amal kejahatan dari pada
mereka dan adalah diatas bumi itu tahta kerajaan iblis laknat Allah dan segala
tentaranya dan syaiton dan yang kediaman daripada bumi itu suatu kaum
bernama ‫[ ﻕ ﻁ ﺍ ﻁ‬khothot] 293 dan adalah rupa mereka seperti rupa ‫ﺍ ڠ ڬ ﺱ‬
[angkasa]294 dan berbuat ibadah mereka akan Allah subhanahu wa ta‟ala dengan
ibadah yang sebenarnya.

(Dan adapun) bumi yang ketujuh lapis itu bernama ‫„[ ﻉ ﺝ ﺏ ﺍ‬azab]295
dan pada suatu tempat dari pada tempat kediamannya iblis dan adalah pada bumi
itu suatu kaum yang bernama hewan dan adalah sifat sekalian mereka hitam, dan
kuku mereka seperti kuku harimau, dan merekalah yang membinasakaan sekalian
kaum ya‟jud ma‟jud. Dan pada suatu riwayat bahwasannya seorang daripada
penghulu mereka yang pasal

290 Dieja [t-h-a-t ; ‫ ]ﺕ ﺡ ﺍ ﻁ‬kemungkinan yang dimaksud tahat namun tidak ada makna didalam
kamus
291 Dieja [s-j-y-n ; ٌ ً ‫ ]ﺱ ﺝ‬kemungkinan yang dimaksud sajin namun tidak ada makna didalam
kamus
292 Dieja [s-j-n-a ; ٌ ‫ ] ﺱ ﺝ ﺍ‬kemungkinan yang dimaksud sajana namun tidak ada makna didalam
kamus
293 Dieja [kh-th-a-t ; ‫ ]ﻕ ﻁ ﺍ ﻁ‬kemungkinan yang dimaksud khothot namun tidak ada makna
didalam kamus
294 Dieja [a-n-g-k-s ; ‫ ]ﺍ ڠ ڬ ﺱ‬kemungkinan yang dimaksud angkasa namun tidak ada makna
didalam kamus
295 Dieja [„a-z-b-a ; ‫ ]ﻉ ﺝ ﺏ ﺍ‬kemungkinan yang dimaksud„azab namun tidak ada makna didalam
kamus

87
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
(97)

membicarakan iblis dan segala tentaranya yang piihan. (Dan) pada suatu riwayat
nama bumi turi dan adalah pada bumi itu, beberapa dari pada malaikat sujud bagi
Allah subhanahu wata‟ala dan tiada mengatakan mereka akan kepalanya hingga
datang pada hari kiamat dan dapat sama tengah bumi itu suatu azab daripada
dzalim dan pada bumi ini suatu penjuru daripada bumi beberapa bisa yang amat
banyak dan disanalah neraka yang bernama saqar.

(Dan) pada suatu riwayat bumi itu tempat neraka yang bernama ‫ﺝ ﻭ ِ ﺭ‬
‫ً ﺭ‬ [jamaharira] 296 dan dibawahnya itu suatu dzalim apabila datanglah hari
kiamat. Maka dititahkan Allah subhanahu wata‟ala akan neraka saqar itu
membukakan tutupnya. Maka keluar apinya. Maka api itulah menghanguskan
neraka jahanam daripada sangat hangatnya (kata Ibnu Abbas radhiyallahu „anhu)
bahwasannya tujuh petala bumi itu belapis dan adalah dijadikan Allah subhannahu
wa ta‟ala pada tiap-tiap lapis itu beberapa daripada mahluk Allah ta‟ala, telah
dijadikan Allah ta‟ala pada tiap-tiap segala bumi itu seorang Adam seperti
Nabiyuallah Adam kita dan Nuh seperti Nabiyuallah Nuh kita dan Ibrahim seperti
Nabiyuallah Ibrahim nabi kita dan Musa seperti Nabiyuallah Musa nabi kita dan
Isa seperti Nabiyuallah Isa nabi kita dan Muhammad seperti nabiyuallah
Muhammad kita shallallahu „alahi wassallam.

{Pasal} pada menyatakan peri kejadian ka‟bah

(98)

Radhiyallahu‟anhu bahwasannya adalah pada tempat sekalian bumi ini air. Maka
tatkala kehendak Allah alharam (kata) ibnu Abbas radhiyallahu „anhu Allah
subhanahu wata‟ala bahwa menjadikan akan dia. Maka bertiuplah angin itu di atas
air muka dijadikan Allah ta‟ala buih. Maka lalu berhimpunlah sekalian buih itu
pada tempat ka‟bah Allah. Maka dijadikan buih itu suatu pusu297 yang hijau dan
adalah dijadikan yang demikian itu pada hari ahad. Maka dititahkan Allah
subhanahu wa ta‟ala daripada dua malaikat berbuat ibadah diatas pusu itu dahulu,

296 Dieja [j-m-h-r-y-r ; ‫ ]ﺝ ﻭ ِ ﺭ ً ﺭ‬kemungkinan yang dimaksud jamaharira namun tidak ada
makna didalam kamus
297 Pusu : “timbunan (longgok), busut” (KUBI : 782)

88
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
daripada dijadikan Allah ta‟ala bumi itu dua ribu tahun lamanya. Maka daripada
pusu itulah dihamparkan Allah ta‟ala daripada bumi ini seperti yang tersebut dari
pada pasal kejadian bumi.

(Syahdan) adalah yang pertama timbul daripada segala bumi ini ‫ﻙ ﺓ ﺍ‬


‫[ ﻭ ﻝ ﻭ ﺵ ﺭ ﻑ ﺓ‬mikat al-masripah]298 yang maha mulia. Maka sebab itulah di nama
akan dia ‫[ ﺃ ﻭ ﺍ ﻝ ﻕ ﺭ ﻯ‬amal qori]299 artinya aib sekalian bumi dan yang pertama-
tama timbul daripada segala bukit itu jabal kafa dan jabal 300 ‫[ ﺍ ﺏ ﻯ ﻕ ﺏ ً ﺱ‬abi
qabis] 301 yaitu ada disisi ka‟bah Allah ta‟ala. Bermula ka‟bah Allah itu sama
tengah bumi seperti sabda Nabi shallallahu „alahi wassallam (inna wasutha ardi
huwal ka‟bah) artinya sama tengah bumi itu ka‟bah Allah ta‟ala. Maka daripada
tanah itulah dijadikan Allah subhanahu wata‟ala akan dada Nabiyuallah Adam
„alaihis sallam. (Ketahui) olehmu bahwasannya yang pertama berbuat ka‟bah
Allah

(99)

ta‟ala itu yaitu segala malaikat dahulu daripada di jadikannya Allah ta‟ala akan
Adam „alaihissalam sekira-kira dua ribu tahun lamanya.

Maka adalah segala malaikat itu senantiasalah meramaikan ka‟bah 302


Allah dengan berbuat ibadah akan Allah ta‟ala dahulu daripada dijadikan Allah
akan nabiyu Allah Adam kemudian. Maka dikehendak Allah Subhanahu wa ta‟ala
bahwa menjadikan Adam „alaihisalam daripada syurga kemudian. Maka
dititahkan Allah ta‟ala suruh turun kepada dunia ini dengan hikmannya. Maka
turunlah nabiyu Allah Adam pada ‫[ ﻑ ﻭ ﻝ ﻭ ﺱ ﺭ ﺍ ٌ ﺩ ﺏ‬pulau sarana diba]303 serta

298 Dieja [m-k-t a-l-m-sy-r-p-h ; ‫ ]ﻭ ﻙ ﺓ ﺍ ﻝ ﻭ ﺵ ﺭ ﻑ ﺓ‬kemungkinan yang dimaksud mikat al-


masripah namun tidak ada makna didalam kamus
299 Dieja [a-m-a-l q-r-i ; ‫ ]ﺃ ﻭ ﺍ ﻝ ﻕ ﺭ ﻯ‬kemungkinan yang dimaksud amal qori namun tidak ada
makna didalam kamus
300 Jabal : “gunung atau bukiy (terdapat di nama)” (KUBI : 400)
301 Dieja [a-b-y q-b-y-s ; ‫ ]ﺍ ﺏ ﻯ ﻕ ﺏ ً ﺱ‬kemungkinan yang dimaksud abi qabis namun tidak ada
makna didalam kamus
302 Kakbah : “bangunan suci yang terletak di Masjidilharam di Mekah, berbentuk kubus,
dijadikan kiblat shalat bagi umat islam dan tempat tawaf pada waktu menunaikan ibadah haji dan
umrah” (KUBI : 428)
303 Dieja [p-w-l-w s-r-a-n d-b ; ‫ ]ﻑ ﻭ ﻝ ﻭ ﺱ ﺭ ﺍ ٌ ﺩ ﺏ‬kemungkinan yang dimaksud pulau sarana
diba namun tidak ada makna didalam kamus

89
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
di karuniai Allah ta‟ala akan dia suatu tingkat daripada syurga. Maka
304
firman nya hai adam berjalanlah engkau. Maka Nabiyu Allah Adam pun
berjalanlah hingga sampai kepada bumi hindia. Maka Nabiyu Allah Adam pun
diamlah disana sekira-kira berapa lamanya dikehendak. Maka kemudian Nabiyu
Allah Adam pun diduka citalah ia. Maka firman Allah subhanahu wa ta‟ala hai
Adam naik hajilah engkau Adam kepada ka‟bah Allah kemudian nabiyu Allah
Adam pun (katanya hai nana‟ keranta mu pulanglah) algha ini dan tiap-tiap yang
seumpamanya setengah daripada perkataan yang semata-mata rangka-rangka 305
hina dan sia-sia yang tiada asal baiknya. Maka sebaik bagi tiap-tiap yang
mempunyai akal bahwa jangan manusia-manusiakan lidahnya dengan bahwa
jangan manusia-manusia kena lidahnya dengan ini bohong-bohong supaya tiada
disertakan. Malaikatnya

(100)

akan daripada tapak kakinya oleh nabiyu Allah Adam itu jadilah negeri dan
dusun. Berjalanlah ia dan barang yang dijejak dan yang tiada mengena daripada
tapak kakinya itu, jadilah ia rimba306 dan padang307 hingga sampailah perjalanan
itu kepada ke Mekkah. Maka bertemulah ia dengan segala malaikat. Maka berkata
sekalian daripada malaikat itu hai Adam berbahagialah haji tuan hamba
bahwasannya adalah kamu naik haji kepada ka‟bah Allah ini dahulu daripada tuan
hamba dua ribu tahun lamanya. maka Nabi Allah Adam pun berkata bagi malaikat
apa ucap tatkala tawaf308 itu. Maka sahabat malaikat itu adalah kamu mengucap
tasbih ini (maha suci Allah dan segala puji bagi Allah dan tiada tuhan selain
Allah Allah maha besar). Maka Nabi Allah Adam pun tawaflah ia pada ka‟bah
Allah itu serta mengucap tasbih akan Allah subhanaha wata‟ala dan adalah Nabi
Allah Adam „alaihissalam naik haji kepada ka‟bah Allah tiap-tiap tahun selama
ada hidupnya itu (kata ibnu Abbas radhiyallahu „anhu) tatkala diturunkan Allah
ta‟ala Nabiyu Allah Adam kepada bumi. Maka firmannya akan dia hai Adam

304 Firman :“kata (perintah), Tuhan, sabda” (KUBI : 282)


305 Rangka : “tulang-tulangan (tubuh,barang, rumah, dsb)” (KUBI : 798)
306 Rimba :“hutan yag lebat (yang luuas dengan pohon yang besar-besar)” (KUBI : 825)
307 Padang : “tanah yang datardan luas (tidak ditumbuhi pohon-pohon yang berkayu besar),
lapangan” (KUBI : 692)
308 Tawaf : “isi (bentuk ibadah dengan) berjalan mengelilingi Kakbah tujuh kali (arahnya
berlawanan dengan jarum jam atau Kakbah ada di sebelah kiri kita) sambil berdoa” (KUBI : 1026)

90
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
perbuat olehmu rumah istanaku. Maka Nabiyu Allah Adam pun perbuat ka‟bah
Allah al-haram dengan surahnya.

Maka adalah batu yang perbuat ka‟bah Allah itu dengan lima buah
bukit pertama bukit tursina, keduanya bukit hira, ketiganya bukit ahad, keempat
bukit judi

(101)

kelima bukit baitul qudus. Maka kakinya daripada ٌ ‫[ ﺩ ً ﺏ ﻭ ﺍ ﻝ‬di bawalnya]309


bukit hira setelah itu. Maka Nabi Adam pun beradakan di dalam syurga. Maka di
turunkan Allah ta‟ala daripada syurga hajar al-aswat310 dan adalah asal daripada
beberapa zuhur311 di dalam syurga lalu di dekapnya supaya berjinak-jinaklah ia
dengan dia dan adalah Adam itu pergi datang ia kepadanya dan diperulangkan
akan ‫ً ﻝ ﻙ ڽ‬ ‫[ ﺕ‬tilaknya]312 kepadanya dan jadilah ia setengah daripada rukun313
ka‟bah seperti sabda Nabi SAW (nadzala haj‟rul aswadu minal jannah wa hu
waabyadu minal mubin wa namasuda khataya Nabiyu Adam wa mashahiba ahlas
syirka wa laula dzalika mama shadhdu dzu‟a ata abra‟) artinya tatkala diturunkan
Allah ta‟ala akan hajar al-aswat itu dari di dalam syurga dan yaitu terlebih sangat
putih daripada susu dan jadi hitamlah ia karna dosa segala manusia dan karna di
kecup segala kafir akan dia dan jikalau tiada yang demikian itu niscaya sembahlah
segala orang yang berpenyakit kata yang empunya ceritera.

Maka tatkala wafatlah Nabiyu Allah Adam. Maka didirilah oleh


segala anak cucunya perbuat akan ka‟bah itu dan adalah mereka senantiasalah
meramaikan ka‟bah Allah itu serta berbuat ibadahlah mereka akan Allah ta‟ala

309 Dieja [d-y b-w-a-l-n-ya ; ٌ ‫ ]ﺩ ً ﺏ ﻭ ﺍ ﻝ‬kemungkinan yang dimaksud di bawalnya namun tidak
ada makna didalam kamus
310310 Hajar al-aswat : “batu hitam yang menempel di sudut Kakbah sebelah tenggara, yang dari
arahnya orang mulai dan mengakhiri tawaf di melaksanakan ibadah haji dan umrah” (KUBI : 338)
311 Zuhur : “waktu tengah hari, waktu shalat setelah matahari tergelincir sampai menjelang
petang” (KUBI : 1156)
312 Dieja [t-y-l-k-n-y ; ‫ ]ﺕ ً ﻝ ﻙ ڽ‬kemungkinan yang dimaksud tilaknya
313 Rukun : “yang harus dipenuhi untuk sahnya suatu pekerjaan” (KUBI : 835)

91
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
hingga datang kepada masa Nabiyu Allah Nuh „alaihissalam. Maka jadi rentahlah
ka‟bah Allah itu karna air bah314 daripada topan

(102)

itu ditaruhkan Allah subhanahu wata‟ala kepada jabal abi qubis dan demikianlah
Nabiyu allah nuh dan adalah hajar al-aswat sughra baitulmu qudus 315 . Maka
tatkala adalah tempat ka‟bah allah itu kemudian daripada topan itu bumi yang rata
dan (pada) suatu riwayat pusu yang sirah lagi benar tiadalah melanggar dia air bah
datang pada tempat itu segala orang yang teraniaya dan minta doa segala orang
yang kena bala di sana dan adalah segala manusia tatkala itu naik haji kepada
tempat ka‟bah tetapi ditutupkan mereka akan tempat disana hanya diketahui
mereka akan tempat ka‟bah itu hingga ratakan allah swt akan tempat itu pada
Nabiyu Ibrahim „alahissalam jua.

Maka tatkala dikehendak Allah ta‟ala meramaikan ka‟bah allah dan


menjaharkan agamanya dan segala tentaranya (dan kata) setengah riwayat tatkala
diperanakkan Nabiyu Allah Ibrahim di dalam haram miqat itu beberapa lamanya,
lalu dititah316kan oleh Allah subhanahu wata‟ala kepada Nabiyu Allah Ibrahim
„alahissalam perbuatkan ia akan ka‟bah Allah. Maka sembah ia Nabiyu Allah
Ibrahim ya tuhan ku nyatakan kiranya akan hambamu akan perbuatkan ka‟bah
Allah itu dititahkan allah subhanahu wata‟ala akan suatu awan yang putih. Maka
berhentilah awan itu berbetulan pada tempat itu serta ia berseru-seru. Demikian
katanya hai ibrahim perbuat

(103)

olehnya di atasnya bayang-bayang ku ini dan jangan lebih dan jangan kurang.
Maka Nabiyu Allah Ibrahim pun perbuatlah akan yang demikian itu dan Nabiyu
Allah Ismail mengucapkan ia akan batu bagi bapaknya hingga sampailah kepada
tempat rukun yaman pi, tiba-tiba kedengaran suara daripada jabal qubis.

314 Bah : “air yang meluap, mengalir deras, dan menggenangi sawah (perkampungan, kota, dsb),
banjir” (KUBI : 73)
315 Baitulmu qudus : “nama mesjid yang terkenal yang menjadi tempat persinggahan Nabi
Muhammad saw pada malam Isra dan Mikraj terletak di Yerusalem (Palestina), rumah suci,
Masjidilaksa” (KUBI : 76)
316 Titah : “amanat, firman, kata, perintah, sabda” (KUBI : 1080)

92
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Demikian katanya hai Ibrahim bahwasannya daripada hamba suatu
pertaruhan daripada tuhan kamu. Maka ambil olehmu akan dia. Maka Nabiyu
Allah Ibrahim pun naiklah ke atas bukit jabal qubis itu tiga kali pergi datang tiada
lihat suatu daripada orang terkatanya melainkan suatu batu itu sahaja kemudian.
Maka diambil akan dia lalu dimasukkan oleh Nabiyu Allah Ibrahim akan hajar al-
aswat itu di dalam buala pada tempat yang ada sekarang ini daripada penjuru
ka‟bah kira-kira dua hasta tingginya.

(Maka tatkala) selesailah Nabiyu Allah Ibrahim „alaihissallam


daripada berbuat akan ka‟bah allah itu. Maka sembah ia hai tuhanku bahwasannya
telah selesailah hamba kamu daripada berbuat ka‟bah Allah ini. Maka diturunkan
Allah subhanahu wata‟ala wahyu kepadanya pada tempat memberi azan317 akan
manusia naik haji318 kepadanya. Maka sembah Nabiyu Allah Ibrahim „alahissalam
hai tuhanku siapa jua yang menyampaikan suara hamba kamu ini kepada mereka.
Maka firmannya hai Ibrahim engkau seru jua dan aku yang semuanya
menyampaikan akan dia. Maka NabiyuAllah Ibrahim pun lalu naiklah ia pada
tempat yang bernama makam Ibrahim,

(104)

tingginya makam ibrahim itu hingga jadi seperti suatu bukit yang tinggi
kemudian. Maka adalah tingginya makam dimasukkan NabiyuAllah ibrahim itu
kedua anak jarinya ke dalam dua telinganya. Maka NabiyuAllah Ibrahim pun lalu
berpaling ke kiri dan ke kanan dan ke hadapan dan ke belakang serta ia berseru-
seru.

Demikian katanya (ya ayyuhannasu innallaha fadaniyata fahahuhu)


hai segala manusia bahwasannya Allah subhanahu wata‟ala menyuruhkan akan
daku berbuat ka‟bah Allah sahnya telah sudahlah ia. Maka naik hajilah kamu
sekaliannya. Maka seru Nabi Ibrahim itu kedengaranlah pada sekalian orang yang
ada antara masyrik dan magrib. Maka sehatlah sekalian mereka yang hidup dan

317 Azan : “seruan untuk mengajak orang melakukan shalat” (KUBI : 69)
318 Haji : “rukun islam yang kelima (kewajiban ibadah) yang harus dilakukan oleh orang islam
yang mampu dengan mengunjungi Kakbah pada bulan haji dan mengerjakan amalan haji, seperti
ihram, tawaf, sai, dan wukuf” (KUBI : 339)

93
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
segala yang di dalalm yang salib bapaknya dan segala yang di dalam rahim ibunya
sekalipun demikian katanya ‫[ ﺍ ﻝ ﺡ ﻭ ﻝ ﺏ ً ﺕ‬alhamlibaiat]319 artinya ya tuhanku
kami junjungkanlah titah kamu. Maka tiada seorang jua pun yang naik haji kepada
baiat Allah itu hingga datang kepada hari kiamat melainkan barang siapa yang
telah menyahut seruan NabiyuAllah Ibrahim itu jua (dan) pada suatu riwayat
bahwasannya barang siapa menyahut seru NabiyuAllah Ibrahim itu sekali. Maka
naik haji ia sekali jua dan barang siapa menyahut seru NabiyuAllah Ibrahim dua
kali. Maka naik haji ia dua kali dan barang siapa menyahut seru NabiyuAllah
Ibrahim terbanyak daripada yang tersebut itu. Maka naik haji

(105)

namun pun demikianlah bahwa (kata Wahab) Ibnu Munbah sekali peristiwa pada
masa dahulu kala didapat orang dikaki di yaumul ka‟bah Allah ini suatu ‫ﻝ ﻭ ﺡ‬
[lawah]320 tersurat didalamnya demikian katanya (ikulli malikin hajaratun lamma
haulahu wa batnun makkata wa fi al-hadisi anna Allaha zu makakata wa ahlaha
jibrani wa immaruha immaru baini wa wa adyan fi wafi kanafi wa amma ni wafi
zamami wa jawari min ummihim faqad istaujaba amani wamin akhafihim faqad
ahamani) artinya adalah bagi tiap-tiap segala raja itu istananya dan dengan
tempatnya dan kelilingnya dan adalah miqat itu istanaku dan akulah Tuhan yang
empunya mikat dan segala isi mikat 321 itu sekampung dengan daku dan akulah
Tuhan yang empunya mikat dan segala isi mikat itu sekampung dengan daku dan
istanaku dan segala yang meramaikan dia dan mengajangkan dia serupa
mengajang akan daku dan didalam peliharaanku, barang siapa memelihara akan
mereka.

319 Dieja [a-l-h-m b-y-t ; ‫ ]ﺍ ﻝ ﺡ ﻭ ﻝ ﺏ ً ﺕ‬kemungkinan yang dimaksud alhamlibait namun tidak
ada makna didalam kamus
320 Lawah kemungkinan yang dimaksud tilawah yang artinya “pembacaan (ayat Al-qur‟an)
dengan baik dan indah” (KUBI : 1070)
321 Mikat : “batas tempat atau waktu bagi seseorang yang akan melaksanakan ibadah haji atau
umrah untuk memulai ihramnya, seperti mulai berihram dari Bukit Yalamlam bagi jemaah yag
datang dari Indonesia” (KUBI : 649)

94
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Maka telah wajiblah padanya peliharaan ku daku dan barangsiapa
ringan akan dia seperti meringan ia akan daku seperti firmannya yang tersebut
didalam hadis qudsi 322 (inna buyuti fi al-ardi al-masajidi wa inna zuwara fiha
„imaruha futuni li‟ammad fatharu fi yannihi summa zarani fi bani fahwa „ala al-
mazuri an yakrama zairahu) artinya bahwasanya segala masjid di bumi itu istana
ku dan segala yang meramaikan dia

(106)

yaitulah yang mengajang akan daku. Maka haruslah pada yang dikanjang 323 itu
muliakan. Dengan berbuat ibadah dimana mereka segala mengajang akan dia.

(Syahdan) adalah bujur ka‟bah itu dua puluh empat hasta, dan
lintangnya dua puluh hasta, dan tingginya dua puluh sembilan hasta, dan yang di
luar tempat tawaf itu sekira-kira sepanah jauhnya daripada tempat tawaf.
(Adapun) hikma‟ Allah subhanahu wata‟ala menjadikan ka‟bah Allah itu supaya
kiblat segala manusia dan segala jin yang ada kediaman daripada bumi seperti
dijadikannya Allah ta‟ala arasy 324 itu akan kiblat segala malaikat dan yang
menanggung dia dan segala yang mengeliling akan dia dan demikian lagi daripada
karsi dan baiat makmur sekalian itu kiblat bagi segala malaikat.

(Adapun) hikma‟ 325 Allah subhanahu wata‟ala menyuruhkan tawaf


mengeliling ka‟bah Allah itu pada pihak kiri karena adalah segala hati manusia
pun dari pada lambang kiri jua. Maka hati orang yang mukmin itu istana Allah
seperti firmannya yang tersebut di dalam hadis qudsi (ma wasu‟ani samai wa la
arda wa lakinna wasu‟ani qalba al-mu‟min) artinya tiada meluaskan akan daku
segala langit ku dan bumi ku dan hiasnya meluaskan akan daku hati segala
mukmin dari kerana itulah terutama martabatnya kepada Allah ta‟ala daripada
ka‟bah Allah karena ia

322 Hadis qudsi : “hadis yang berisi wahyu yang diterima oleh Nabi Muhammad saw, tetapi
dirawikan oleh Nabi dengan kata-kata sendiri, hadis yang berisi firman Allah yang redaksinya
diungkapkan oleh Nabi Muhammad saw” (KUBI : 338)
323 Kanjang : “berkeras hati, gentur, tabah, taman, tekun” (KUBI : 442)
324 Arasy : “tahta Tuhan, surga yang tertinggi tempat tahta Tuhan” (KUBI : 56)
325 Hikmah : “kebijaksanaan (dari Allah)” (KUBI : 356)

95
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
(107)

daripada alam alwasi326 dan ka‟bah Allah itu daripada alam safari327. Maka jadilah
baiat. “yatufu balbaiat” artinya istana itu tawaf sama istananya.

(Adapun) hikmah Allah subhanahu wata‟ala menyuruh mengucap


akan hajar al-aswad pada tiap-tiap tawaf yaitu ia daripada ‫[ ﻭ ﺍ ٌ ﻙ ﻭ‬manakam]328
syurga yang di dalam alwasi dan nyawa itu pun daripada alam alwasi jua supaya
ia berjinak-jinak329 dengan sama alam alwasi seperti sabda Nabi Shallallahu „alahi
wassalam (inna al-hajara al-aswadu yaminu Allahu fi al-ardi) artinya hajar al-
aswad itu tangan kodrat Allah ta‟ala yang kanan di bumi seperti kata segala arafa
ma‟al masalah ini (taabilu „atabatu al-maliki wa yadahu min al-syarfi wa al-
qurabati wa afdalu al-„ibadatu wa al-hajaru al-aswadu yamin Allahu fi al-ardi
yusafihu biha ibadahu) artinya kecupkan segala raja-raja dan ciri tangannya itu
terutama daripada segala martabat yang dima‟fukan kepadanya dan terafdal330 dan
berbuat baktinya akan dia demikian lagi hajar al-aswad tangan kodrat 331 Allah
ta‟ala yang kanan daripada bumi dikecup segala hamba Allah akan dia seperti ini
(taabilu „atabatu al-maliki wa yadahu sababun lihuturi nabatanu wa al-jahu al-
hajaru al-aswadu yaminu a‟lahu fi al-ardi) artinya kecup segala raja-raja dan
segala ini perkataan sebagainya jangan dikatakan supaya tiada tersurat pada ‫ﺹ ﺡ‬
‫[ ً ﻑ ﺓ‬sahifah]332 dua malaikat yang menyurat segala amalan akhir

(108)

‫[ ﺹ ﻝ‬sila]333kan martabat dan kemuliaannya dan dimuliakan lagi hajar al-aswad


itu tangan pada rata Allah ta‟ala jari tangannya itu sebab maha yang kanan di
bumi artinya adalah hajar al-aswad itu tempat tangan segala hambanya (seperti)
kata segala arafa (wa taqbilu al-hajaru nuhillu al-i‟ibarati wa tahyiru minhu
„uqulu al-basyara hahunna yunabbauka al-qurana ya‟ni „an al-hajari) artinya

326 Alwasi : “yang memenuhi seluruhnya (tentang Allah)” (KUBI : 33)


327 Safari : “ekspedisi, perjalanan, petualangan” (KUBI : 847)
328 Dieja [m-a-n-k-m ; ‫ ]ﻭ ﺍ ٌ ﻙ ﻭ‬kemungkinan yang dimaksud manakan
329 Berjinak-jinak : “beramah tamah, bercakap-cakap (bergaul) dengan karib” (KUBI : 420)
330 Afdal : “lebih baik, lebih utama” (KUBI : 18)
331 Kodrat : “kekuasaan (Tuhan)” (KUBI : 515)
332 Sahifah : “lembaran yang bertulis, surat, dokumen, halaman (buku)” (KUBI : 849)
333 Dieja [s-l ; ‫ ]ﺹ ﻝ‬kemungkinan yang dimaksud sila

96
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
kecup hajar al-aswad itu tempat mengambil ‫[ ﻉ ﺏ ﺭ ﺓ‬ibrah] 334 dan hir‟anya
daripadanya segala budi manusia dan sanalah tempat menangis artinya disisi hajar
al-aswad itu yaitu tatkala dikeluarkan Allah ta‟ala akan segala jerit daripada
belakang Nabiyu Allah Adam. Maka firman Allah ta‟ala akan segala jerit itu
(alastu birabbikum qalu bala) artinya bukankah Aku Tuhan kamu. Maka sembah
segala nyawa mukmin bahkan Engkau Tuhan kami.

Maka ikrarlah mereka inilah yang disurat akan pada suatu ‫ً ﺝ ً ﻝ‬ ‫ﺱ‬
[sijil]335 nama segala yang mengikrar tauhid akan Allah ta‟ala inilah segala nyawa
yang berbahagia. Maka dipertaruhkan sijil itu ke dalam mulut hajar al-aswad itu
sebab inilah kecup akan hajar al-aswat itu supaya naik saksi pada hari kiamat
akhir. {Pasal} pada menyatakan peri kejadian bukit kafa, adapun dijadikan Allah
subhanahu wata‟ala daripada jamrud yang hijau dan pada suatu riwayat
bahwasanya dijadikan Allah subhanahu wata‟ala daripada jabar jadi

(109)

yang hijau sebab itulah limpah cahayanya jadi hijaulah warna langit dan demikian
lagi warna laut dan adapun bukit kafa itu mengelilingi bumi ini dan segala aurat
bumi yang berhubung dengan dia dan adalah yang menanggung akan dia bukit
kafa itu seorang dari pada malaikat. Maka apabila dikehendaki Allah ta‟ala
membinasakan seorang kaum mereka. Maka dititahkan Allah subhanahu wata‟ala
ia mengerakkan suatu aurat daripada aurat bumi itu. Maka jadi karamlah bumi itu
dengan segala kaum itu (dan adalah) pada keliling bukit kafa itu tujuh puluh ribu
bumi daripada emas, dan pada keliling bumi emas itu tujuh puluh ribu bumi dari
pada kasturi itu, dan keliling bumi kasturi itu tujuh puluh ribu bumi daripada
perak, dan pada keliling bumi perak itu tujuh ribu dari pada besi, dan pada keliling
bumi besi itu tujuh puluh ribu bumi daripada turi, dan pada keliling bumi turi itu
tujuh puluh ribu bumi pula.

Maka adalah tiap-tiap yang tersebut itu beberapa daripada malaikat


Allah subhanahu wata‟ala hal keadaannya mengucap tasbih sekalian itu akan

334 Dieja [-b-r-h ; ‫ ] ﻉ ﺏ ﺭ ﺓ‬kemungkinan yang dimaksud ibrah namun tidak ada makna didalam
kamus
335 Sijil : “surat gulungan, daftar, registerasi” (KUBI : 944)

97
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Allah subhanahu wata‟ala dan adalah luasnya tiap-tiap suatu dari pada bumi itu
kira-kiranya seribu tahun perjalanan (kata) Wahab Ibnu Munba, bersabda nabi
shallallahu „alahi wassallam sekali peristiwa naik Iskandar Zulkarnain ke atas
bukit

(110)

kafa itu beberapa bukit yang kecil-kecil ia. Maka berkata zulkarnain hai jabal
kafa. Maka dilihat dibawah bukit kafa ceritera 336 akan oleh mu akan daku
daripada kebesaran kodrat Allah subhanahu wata‟ala. Maka sahut jabal kafa itu
bahwasanya kelakuan Tuhan seru sekalian alam itu amat besar perintahnya
bahwasanya adalah dibelakang hamba ini suatu bumi kira-kiranya lima ratus
tahun perjalanan jauhnya dan adalah didalamnya itu lima ratus bukit yang
dijadikan Allah subhanahu wata‟ala dari pada air yang beku jikalau tiada ada
sekalian bukit itu niscaya habislah sekalian hamba Allah yang didalam dunia ini
terbakar oleh neraka jahanam dan hancurlah sekalian isi bumi ini dengan
kekerasan neraka jahanam itu.

{Pasal} pada menyatakan peri kejadian yang menanggungkan tujuh


petala bumi dan adapun yang menanggung337 tujuh petala bumi itu seekor lembu
yang diturunkan Allah subhanahu wata‟ala didalam syurga jannah al-firdaus dan
adalah baginya empat puluh ribu tanduk dan tiap-tiap suatu tanduk antara suatu
tanduk itu lima ratus tahun perjalanan dan pada suatu riwayat lima puluh ribu
tahun perjalanan. Maka adalah baginya empat puluh ribu kaki dan empat puluh
ribu kepala. Demikian lagi telinga dan mulut dan hidung dan lidahnya serta
kepalanya

336 Ceritera “tuturan yang membentangkan bagaimana terjadinya sesuatu hal (peristiwa kejadian
dsb)” (KUBI : 202)
337 Menanggung : “menyangga (bahan yang berat)” (KUBI : 1013)

98
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
(111)

jua banyaknya.

(Syahdan) adalah suatu kepalanya itu sampai kepada pihak syarak338


dan ekornya sampai kepada pihak magrib dan adalah kepada hari kiamat ia
membukakan akan mulutnya tatkala itu. Maka masuklah sekalian air laut dunia ini
di dalam perutnya. Maka jadi kuranglah sekallian air laut itu (dan) adalah lembu
itu berdiri ia di atas suatu batu yang maha besar dan bertitahkan daripada yakut
yang hijau dan adalah sama tengah batu itu tujuh puluh ribu daripada pasaknya
dan pada suatu riwayat ada baginya suatu laut tiada seorang jua pun yang
mengetahui akan kebesaran laut itu dan barang yang dijadikan Allah didalamnya
itu beberapa daripada segala mahluk Allah ta‟ala dan adalah tebal batu itu seperti
tebal tujuh petala langit dan tujuh petala bumi (dan) adalah batu itu dihantarkan di
atas belakang ikan yang maha besar yang bernama bahamut dan kepalanya sampai
kepada bawah petala bumi dan ekornya bertemu di bawah arasyi Allah ta‟ala (dan
adalah) ikan itu di atas laut (dan) laut itu di atas angin (dan) angin itu di atas
kodrat

(112)

yang mengetahuinya hanya Allah subhanahu wata‟ala jua yang mengetahuinya itu
(dan) segala Allah ta‟ala tiada siapa-siapalah peristiwa datang iblis laknatu Allah
kepada lembu itu. Maka katanya hai lembu bahwasannya tiadalah kamu ketahui di
atas belakang kamu itu daripada beberapa manusia mengerjakannya pekerjaan
yang jahat-jahat yaitu meminum arak 339 , dan tuak 340 , dan berbuat jina, dan
menumpah akan darah sama islam dengan tiada sebenarnya. Maka buangkan
olehmu bumi ini supaya binasalah mereka. Maka di buangkanlah lembu itu
daripada kepalanya sebab itulah. Maka turun bukit kafa daripada tingginya dahulu
itu tiga kali kemudian.

338 Syarak : “hukum yang bersendi ajaran islam, hukum islam” (KUBI : 986)
339 Arak : “minuman keras, biasanya dibuat dari beras yang difermentasikan” (KUBI : 56)
340 Tuak : “minuman berakohol yang dibuat dari nira aren (kelapa, siwalan) yang diragikan”
(KUBI : 1091)

99
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Maka dititahkan oleh Allah subhanahu wata‟ala seekor nyamuk suruh
masukkan ke dalam lubang hidung lembu itu. Maka memakanlah nyamuk akan
otak kepalanya. Maka lalu rubuhlah pingsan lembu itu beberapa lamanya
kemudian. Maka di keluarkan Allah subhanahu wata‟ala nyamuk itu. Maka
firmannya hai lembu jangan engkau menurut akan kata iblis yang aku laknat itu.
Maka lembu itupun lalulah ia tobat akan tuhannya serta dijunjung akan bumi itu
seperti adat yang dahulu kala. Maka nyamuk itupun tiada jauh daripada lembu itu
barang kali bergerak nyamuk itu daripada lembu. Maka lembu itupun terkejutlah.
Maka bumi pun gempalah sebab sangat takutnya dan adalah besar nyamuk itu
seperti lalat yang

(113)

didalam di dalam dunia ini besarnya (kata Ahal al-fasarinya) tatkala dijadikan
Allah ta‟ala bumi lalu dibukakan sekalian petalanya. Maka dititahkan Allah
subhanahu wata‟ala akan seseorang malaikat di bawah arasyi bahwa turun ke
bumi. Maka malaikat itulah turunlah ia hingga sampai ia ke bawah tujuh petala
bumi lalu di junjung akan daku. Maka tiadalah tempat bertunjuk dua tapak
kakinya.

Maka turunkan Allah subhanahu wata‟ala di dalam syurga janah al-


firdaus daripada seekor lembu yang ada baginya empat puluh ribu tanduk dan
empat puluh ribu kaki kemudian. Maka jejaklah malaikat itu atas segala tanduk
lembu itu tiada di tapakkan kejejakannya itu hingga dititahkan oleh Allah
subhanahu wata‟ala bagi seorang malaikat bawa turun batu daripada yakut341 yang
hijau anak tangga yang pertama daripada surga janah al-firdaus. Maka adalah
tebalnya sekira-kira lima ratus tahun perjalanan kemudian. Maka dihantarkan batu
itu antara tanduk lembu itu hingga sampai kepada taku‟nya jadi tetaplah kaki
malaikat itu kemudian. Maka dihantarkan bumi di atas tanduk lembu itu bernafas
pada sehari segala apabila bernafas. Maka pasanglah air laut dan tatkala dihila
nafasnya jadi surutlah air itu kemudian. Maka tiada dapat ber pijak kaki lembu itu.
Maka dijadikan Allah subhanahu wata‟aa akan suatu batu yang maha besar dan
tebalnya seperti tujuh petala langit dan

341 Yakut : “batu permata yang berwarna biru atau hijau” (KUBI : 1153)

100
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
(114)

tujuh petala bumi. Maka jadi tetaplah kaki lembu itu dipijak atas batu itu. Maka
tiadalah ketetapan batu itu. Maka dijadikan Allah subhanahu wata‟ala akan seekor
ikan yang maha besar kata Ibnu Abbar bahwasannya nama ikan itu tuna kata
ka‟ab al-habar namanya lutasbah kata syaidina Ali radhiyallahu „anhu namanya
Malihut. Maka dihantarkanlah batu itu di atas belakang ikan adalah ikan itu di atas
laut dan adalah laut itu di atas angin dan adalah angin itu di atas kodrat Allah
ta‟ala.

(Syahdan) jadilah sekalian dunia ini dan segala barang yang isi-
isianya dengan firman Allah ta‟ala dua patah kata jua yaitu (kuna pikuna) hai
dunia jadilah engkau. Maka dunia itu pun jadilah ia (kata Ka‟ab al-habar) segala
peristiwa datang iblis alih laknatulah342 kepada ikan tuna itu hendak khianat ia
serta katanya hai tuna tahukah engkau akan segala barang yang ada di atas
belakang kamu itu daripada segala makhlumat Allah ta‟ala yaitu beberapa
daripada segala binatang dan beberapa daripada pohon kayu dan beberapa
daripada segala bukit dan beberapa daripada segala manusia hal setengah atas.
Maka setengahnya jikalau engkau sengkatka sedikit daripada belakang kamu itu
niscaya gugurlah daripada segala

(115)

yang ada di atas belakang kamu itu. Maka tatkala dikehendak oleh ikan tuna
mengraja kan seperti pengajaran iblis itu. Maka dititahkan Allah seekor binatang
masuk ke dalam hidung. Maka binatang itu pun masuk hingga sampailah kepada
anaknya. Maka ikan itu pun tahu akan kesalahannya kemudian.

Maka dititahkan Allah bagi binatang itu keluarlah binatang itu kata
Ka‟ab al-habar demi tuhan yang yauku di dalam tangan kodrat bahwasannya
adalah ikan itu dan binatang itu senantiasa berpandangan, jikalau dicabut oleh
ikan pun akan mengajar dan iblis itu niscaya masuklah binatang itu ke dalam
hidung seperti dahulu itu (kata) Ka‟ab al- habar radhiallahu „anhu adalah angin itu

342 Laknatulah : “kutuk Allah” (KUBI : 552)

101
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
di atas jelma343 dan adalah jelma itu di atas hijab344 dan adalah hijab itu di atas turi
hingga itulah pengetahuan segala mahluk (kata) suatu riwayat adalah di bawah
turi itu di jadikan Allah subhanahu wata‟ala suatu api yang maha besar yaitu lah
yang menanggung akan sekalian ini daripada sangat huwafnya itu dan dari isinya
itu.

(Pasal) pada menyatakan peri kejadian gempa bumi kata Ka‟ab al-
habar tiada sekali-kali itu bumi bergempa melainkan ada salah suatu darpdanya
dengan tiga sebab sebab yang pertama adakalanya

(116)

dengan tilah Allah subhanahu wata‟ala bumi itu. Maka jadilah gempa ia sebab
sangat takut kepadanya dan keduanya adakalanya sebab ada orang yang kediaman
daripada bumi itu berbuat durhaka. maka jadi gempalah ia sebab di maraknya
Allah subhanahu wata‟ala baginya dan ketiga adakalanya sebab ikan tuna yang
menanggung bumi itu ia gerak.

Maka jadi gempalah bumi itu dengan gerak tusang bumi itu (kata ibnu
abbas radiyaallahuanhu) bahwasanya adalah dijadikan Allah subhanahu wata‟ala
seorang dari pada malaikat disuruhkan padanya segala bumi dan bukit dan aurat
keduaya maka apabila dikehendaki Allah subhanahu wa ta‟ala mengilahkan aurat
bumi itu. Maka jadilah bumi itu dengan menghilah oleh malaikat itu jadi
gempakan ia. Maka terkadang jadi bumi itu gempa sedikit jua sebab perlahan-
lahan dan terkadang jadi gempa itu lama itu sebab lama hilahnya oleh malaikat
dan terkadang bumi itu pecah belah. Maka terbatalah daripada beberapa mata air
jadi karamlah setengah daripada segala alam ini dan terkadang jadi air itu hitam
dan terkadang jadi busuk ia.

343 Jelma : “lahir kembali menjadi manusia, dsb” (KUBI : 411)


344 Hijab : “dinding yang membatasi hati manusia dengan Allah” (KUBI : 356)

102
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
(Pasal) pada menyatakan peri kejadian neraka dan adapun neraka itu
di jadikan Allah subhanahu wata‟ala pada hari ahad yaitu bahwasannya adalah
neraka tujuh lapis yang pertama jahaman dimasukkan Allah ta‟ala ke dalamnya
segala yang berbuat dosa daripada amat nabi kata muhammad shallallahu „alahi
wassallam yang keduanya bernama sa‟ir dan dimasukkan Allah ta‟ala ke
dalamnya segala nasrani dan yang ketiga bernama saqar dan di masukkan Allah
ta‟ala ke dalamnya segala yahudi dan yang keempat bernama jahim dan di
masukkan Allah ta‟ala ke dalamnya segala orang yang takabur 345 dan yang
kelima bernama huthamah dan di masukkan Allah ta‟ala ke dalamnya segala yang
sangat amarah lagi aniaya dan hina dan yang keenam bernama ladza dan di
masukkan Allah ta‟ala ke dalamnya segala yang mendengki akan dirinya
ketahanan dan yang ketujuh bernama hawiyah.

345 Takabur : “merasa diri mulia (hebat, pandai, dsb), angkuh, sombong” (KUBI : 996)

103
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
4.4 Tradisi Mendirikan Rumah dalam Naskah TM
Setelah melalui proses membaca, memahami, dan mencatat dengan
cermat, ditemukan adanya tradisi mendirikan rumah Melayu dalam naskah TM.
Tradisi tersebut adalah sebagai berikut.
Naskah TM memuat berbagai tradisi dalam mendirikan rumah,
khususnya mendirikan rumah dalam naskah TM. Adapun tradisi mendirikan
rumah adalah sebagai berikut :

1) Pemilihan hari untuk meletakkan kayu tiang rumah

Pada hari Ahad [minggu] pengaruh baiknya rumah itu alamat baik dan
pengaruh buruknya hantu, syaitan akan datang pada rumah itu. Pada hari Istnayn
[senin] pengaruh baiknya rumah itu alamat lembut. Jika perempuan yang memulai
menetapkan kayu tiang rumah pengaruh rumah itu tetap berdiri, namun empunya
rumah tiada senang duduk sebab kena kuman. Pada hari Rabu pengaruh baiknya
rumah itu tiada susah dan pengaruh buruknya akan kekurangan alat (perkakas)
tukang kayu. Pada hari kamis untuk memulai menetapkan kayu tiang rumah,
rumahnya tetap jadi namun akan ada yang mati di rumah itu. Pada hari jumat
pengaruh baiknya rumah itu alamat baik dan pengaruh buruknya akan ada yang
mati di rumah itu. Pada hari jumat pengaruhnya rumah itu alamat baik, namun
rumahnya tidak akan jadi.

{Pasal ini nasehat pada pengetahuikan segala hari akan hendak


memulai menetapkan kayu tiang rumah}
(Adapun jika pada hari ahad) memulai menentakkan kayu tiang rumah
itu baik alamatnya sangat sudah rumah itu, tetapi banyak jamuannya
yakni hantu syaiton datang pada rumahnya. (Jika) pada hari isnin,
isnin memulai mententakannya alamat rumah itu lembut, jadi rumah
itu. Sebab perempuan memulai mententakkan kayu tiang rumah, jadi
rumah itu. Tetapi empunya rumah itu tiada senang duduknya sebab
kena kumannya. (Jika pada hari rabu) memulai tentak tiang rumah itu
alamat tiada sudah, sebab kekurangan beliung atau ‫ﺍ ﻑ ﺍ ﺭ ﺍ ڠ‬
[aparang], pahat atau jantan. (Jika pada hari kamis) memulai menentak
kayu itu alamat jadi tetap ada orang mati di rumah itu. Maka sudah
rumah itu. (Jika pada hari jum‟at) memulai menentak kayu rumah itu
baik alamatnya sudah rumah itu. Tetapi ada orang mati di rumah itu.
Maka sudah (jika pada hari sabtu) kita memulai tentak kayu tiang
rumah itu pun tiada baik kita, setengah baik. Maka alamatnya tiada
jadi Wallahu a‟lam bil ghaib. (Hal. 90-91)

104
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2) Melihat kayu.

Jika kayu itu mengeluarkan air berwarna merah, maka jangan


dipotong atau iris, letakkan dan jangan diambil lagi kayu tersebut sampai tiga hari.
Jika kayu itu mengeluarkan air berwarna putih, apabila hilang airnya maka ambil
kayu tersebt. Jika kayu itu mengeluarkan air seperti buih-buih, maka letak kayu
itu, ambil, lalu letak kayu itu dan apabila kayu itu baik-baik maka tiang rumah itu
akan beroleh padi, beras yang banyak. Jika kayu itu di tepi kubang, kayu itu baik
maka tiang rumah itu akan beroleh rezeki yang tiada berkeputusan. Jika kayu itu
di dalam kubang, kayu itu tiada baik. Jika kayu itu di tepi curug, kayu itu baik.
Jika kayu itu terdapat duri-duri yang mengelilingi pohon kayu itu, kayu itu baik.
Jika kayu itu dilingkar akar pegagah pohonnya, tiang rumah itu akan beroleh
hamba sahaya baik. Jika kayu itu diambil ketika benderang naik, kayu itu baik.
Jika kayu itu diambil ketika petang, kayu itu harus diambil dua dan apabila
diambil sebatang tiada baik alamat beroleh keji tiang rumah itu. Jika terdapat
anai-anai yang naik ke pohon, maka dibuat abu dan anak batu yang kecil-kecil
empat, lalu letakkan dan gosok-gosok abu tersebut dengan menguraikan abu
tersebut ke tiang itu, lalu lontarkan pada empat sudut tiang itu serta diserunya.
Jika kayu itu ada sarang lebahnya, kayu itu baik. Jika kayu itu berhantu, maka
tebang kayu tersebut di pagi hari, jangan tengah naik (siang hari) tiada baik, dan
jika petang baik. Jika kayu itu akarnya mati, jagan diambil tiada baik. Jika kayu
itu dipotong akan mati, kayu itu baik. Jika kayu itu akarnya tidak halus atau kesat,
jika bisa diraba, dan bisa menampung air, tiang tumah itu akan beroleh hari-hari
yang tidak baik. Jika kayu itu akarnya ampelas licin, boleh diambil untuk tiang
seri. Jika kayu itu terdapat akar bawang putih, kayu itu tiada baik. Jika kayu itu
terdapat akar bawang kuning atau hijau, kayu itu tiada baik. Jika kayu itu terdapat
akar bawang merah, kayu itu baik, maka ambil, tetapi segala rintangan itu datang
daripada matahari hidup, terbit, tulang rambungannya dan matahari mati
tenggelam. Jika celaka sekalipun kayu itu, maka letakkan tulang rambungan itu
hujungnya ke matahari jatuh. Jika kayu itu di hulu putus, baik kayu itu. Jika kayu
itu di hilir putus, tiada baik kayu itu. Jika kayu itu dari matahari jatuh putusnya,
tiada baik kayu itu. Jika kayu itu rubuh sendiri dan kayu-kayu kecil yang di
keliling, kayu itu baik. Jika kayu itu terdapat ranting yang bercabang itulah

105
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
matanya, tiang itu celaka, jangan diperbuat akan tiang rumah itu, tutup
penutupnya untuk sebagai pola. Jika rantingannya bercabang sebelah duduk pada
sebelah tiang ke atas dan sebelah duduk corong ke bawah berhadap ke atas tiang
dan masing-masing berbentuk corong untuk tiang tersebut.

{Bab ini pada menyatakan melihat kayu}


Pada tatkala hendak menentak kayu tiang rumah, apabila kayu itu
keluar airnya (merah) jangan ‫[ ﺩ ﻙ ﺭ ﺓ‬dikerat] dan taruh. Jangan ambil
lagi kayu itu hingga sampai tiga hari. Maka ambillah jika kayu itu
terbitairnya (putih) atau jernih atau (keruh). Maka nanti seketika juga
telah. Maka apabila hilang airnya. Maka tentu ambillah. Jika keluar
airnya (berbuih-buih). Maka taruh ambil, telah sudah ambil taruh bila
baik-baik tiang itu alamat akan beroleh padi beras banyak. (Jika) kayu
itu tepi ‫[ ﻙ ﻭ ﺏ ڠ‬kubang] baik kayu minum air, namanya rezekinya
tiada berputusan. (Jika) kayu itu di dalam kubang tiada baik. Jika di
tepi ‫[ ݘ ﺭ ﻕ‬curug] baik. Jika kayu tambah duri-duri keliling pohon
kayu itu, tiada baik. (Jika) dilingkar akar pegagah pohonnya alamat
beroleh hamba sahaya baik. (Jika) [benderang] ‫ ﺏ ﺩ ﺭ ڠ‬naik kayu
baik. Maka ambil kedua petang tiangnya. Jika sebatang ambilnya
tiada baik alamat boleh keji. (Jika) kayu itu ‫[ ﺏ ﻝ ً ﺱ ﺩ‬belisad] itu
pun baik. Jika ٢ ‫[ ﺍ ٌ ﻯ‬anai-anai] naik. Maka tatkala itu buat habu dan
anak batu yang seni-seni empat butir, sudah taruh. Maka gosok habu
itu٢ ‫[ ﺍ ٌ ﺩ ﺭ‬andar-andar] tiang itu. Maka batu itu lontarkan pada empat
penjuru tiang itu serta diserunya. (Jika) kayu itu sarang ٌ ‫ﺕ ﺏ ﻭ ﺍ‬
[tabuan] baik Wa‟allahu a‟lam pasal ini kota Iskandariyah namanya.
{Bab Ini Jika Ada Kayu Itu Berhantu Sekalipun}

Hendaklah menebang dia pada pagi-pagi hari, jangan tengah naik


tiada baik, jika tengah hari tengah turun atau petang baik
menebangnya itu. Jika akar mati jangan ambil tiada baik kayu itu. Jika
kayu itu kerat hendak mati kayu baik, kayu itu. Maka lihat akar itu
jika akar ‫[ ﻭ ﻑ ﻝ ﺱ‬maplas] ‫[ ﻙ ﺍ ﺱ ﻑ‬kasap] atau maplas ‫ﺕ ً ﺩ‬
ِ [tadah] hari mu tiada baik. Jika akar maplas licin tiada mengapa atau
barang akar yang berbuat boleh ambil akan tiang seri. Jika ada
kembang ً ‫[ ﺏ ﺩ ً ﺩ‬bedidi] tiada baik. Jika ada akar bawang putih
baik. Jika akar bawang kuning atau hijau tiada baik. Jika bawangnya
merah baik alamatnya. Maka hendaklah, tetapi segala‫ﻑ ﻙ ﺍ ﻭ ﻯ‬
[pekawi] itu daripada matahari hidup dan tulang rambungannya
daripada matahari mati. Jika celaka sekalipun hilanglah dan jika
hendak ِ ‫[ ﺏ ﻭ ﺏ‬bubuh] tulang rambungan itu hendak dipaling
hujungnya ke matahari jatuh. Jika kayu itu di hulu putus baik, jika di
hilir putus tiada baik. Dari matahari jatuh putus tiada baik. Jika ada
kayu rubuh sendirinya. Maka ada kayu kecil-kecil kelilingnya kayu itu
baik atau akarnya hidup atau putusnya atau digerak akarnya baik.

106
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
{Bab Ini Pada Menyatakan Mengenal Tiang Yang Sudah Di Taruh ‫ﻝ‬
‫[ ً ﺡ ڠ‬Lencang] }

Baik juga kita dilihat baik atau jahatnya, tetapi kalau ada rantingnya ‫ﺏ‬
‫[ ﺭ ݘ ﻭ ﺍ ڠ‬bercawang]. Maka adalah matanya atau bukunya. Maka
ranting yang bercawangan. Maka tiang itu celaka, jangan dia perbuat
akan tiang rumah itu. Butakan ‫[ﺕ ﻙ ﺏ ٽ‬tekabnya] boleh demikian itu
sebagai pola. Jika ada tiang itu rantingnya bercawangan sebelah duduk
pada sebelah tiang, sebelah ke atas, sebelah duduk corong ke bawah
berhadap ke atas tiang. Masing-masing corong pada tembok
corongnya. (Hal. 91)

3) Mengukur tiang rumah

Adapun caranya yaitu ambil tali, ukur tiang sama panjang, beri tanda
pada tali itu (tanda itu merupakan hati tiang), jangan dipahat tiang itu, jika dipahat
akan beroleh celaka, lalu buang dua lipat, ambil satu lipat, satu lipat itu dilipat
sepuluh kali, satu lipat itu dua ukuran, maka kenalah di bawah menuju tiang yang
corong tersebut, setelah itu pilih selokan mana yang baik, dan sebagi lagi
dipahatlah.

(Adapun) seorang al-hakim pada mengukurkan tiang rumah hendak


dipahat lubang. Maka ‫[ ﺭ ﺍ ﺱ ﻕ‬rasuk]. Maka ambil tali, diukurkan
sama panjang tiang itu. Maka tali itu lipat dua. Maka tanda taruh
itulah hati tiang namanya. Jangan dipahat pada tempat itu terlalu ‫ٌ ﺡ‬
‫[ ﺱ‬nahas]. Maka setelah sudah demikian itu. Maka lipat tiga pula tali
itu semuanya. Maka buang dua ambil satu lipat. Maka satu lipat itu
lipat sepuluh. Maka satu lipat. dua ukur, kenalah di bawah ‫ﺕ ٌ ﺕ ﻭ ﺕ‬
[tuntut] tiang corong. Maka pilihlah oleh mu akan mana yang baik
pada selokanya. Maka sebagi pula patutlah pada tempat itu dengan
lipat ruangan itu disanalah pahatnya InsyaAllah ta‟ala ialah yang
menanggung kebesaran dan kesekian kebajikan rahmat dan nikmat
dengan karunia Allah akan yang empunya rumahnya itu. (Hal. 91-92)

107
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
4) Ukuran tangkal ke tangkal.

Ukuran tangkal ini digunakan untuk mengetahui ukuran yang


mempunyai pengaruh baik dan buruk untuk mendirikan rumah. Adapun cara
mengetahui ukuran tangkal yang baik dan buruk adalah sebagai berikut. Tangkal
ke tangkal, pengaruhnya akan beroleh suka cita didalam rumah itu. Tangkal isap
kalam, pengaruhnya akan beroleh panas, dukacita, celaka, dan akan datang
kebinasaan dalam rumah itu. Singa sempurna, pengaruhnya akan beroleh
kebaikan serta bertambah rahmat dan selamat yang diberikan Allah ta‟ala untuk
rumah itu. Anjing kekurangan, pengaruhnya akan mendapat masalah, hina,
kematian dan kemiskinan dirumah itu. Kuda ketinggian, pengaruhnya akan
beroleh sukacita dan akan mendapat kebaikan didalam rumah itu. Keket
kepaatuan, pengaruhnya akan beroleh sial ketika tiang rumahnya sudah berdiri,
tuan yang punya rumah akan mati, dan tidak akan mendapat keberkahan selama-
lamanya atas izin Allah ta‟ala. Harimau pahlawan, pengaruhnya akan beroleh tuan
rumah itu akan disegani orang-orang dan anaknya akan menjadi pemimpin. Naga
keperibuan, pengaruhnya akan beroleh cinta, tidak dengki, tidak khianat, dan tuan
rumahnya selalu berbagi bencana kepada orang lain sehingga bencana itu tidak
akan sampai kepada tuan rumah itu. Neraca timbangan, pengaruhnya akan beroleh
sempurna, akan mendapat kebaikan didalam urusan agama, dan menjadi pedoman
di sekeliling rumahnya, serta beroleh harta yang banyak dengan segala hamba dan
sukacita rumah itu. Ular citamani, pengaruhnya akan beroleh baik, akan mendapat
kebaikan, mendapat ketentuan surga, beroleh kebesaran, kekayaan dengan segala
hamba, beroleh harta yang datang dengan sendirinya dan selamat sempurna, sehat
dengan izin Allah ta‟ala akan rumah itu.

(Maka inilah) ukurannya yang pertama-tamanya ukuran tangkal ke


tangkalkan namanya alamat maha suka cita di dalam rumah itu
padanya, akan tertentu atau tangkal ( ‫[ ) ﺍ ﺱ ﻑ ﻙ ﻝ ﻭ ٽ‬isap kalamnya]
namanya alamat panas lagi duka cita di dalam rumah itu. Terlalu
nahas akan datang kebinasaan atau tertentu rumah itu padanya. Ketiga
ukuran (singa sempurna) namanya maha kebajikanbertambah-tambah
rahmat dan selamat diberi Allah Ta‟ala. Keempat ukuran (anjing
kekurangannya) namanya alamat orang di dalam rumah itu perkara
hina lagi kematian dan kepapaan. Kelima ukuran (kuda ketinggian)
namanya alamat suka cita maha kebajikan orang di dalam rumah itu

108
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
InsyaAllah ta‟ala. keenam ukuran ( ‫[ ﻙ ﺍ ﻙ ﺓ‬keket] kepatuan) namanya
maha nahas, setelah terdiri tiang rumah itu. Maka tuan yang empunya
rumah itu pun matilah. Wallahu a‟lam dengan hukum Allah jua dan
rumah itu pun tiada sudah sedia kala menaruh kedua kain selama-
lamanya. Ketujuh ukuran (harimau pahlawan) namanya alamat tuan
empunya rumah ditakuti oleh orang sekalian dan adalah seterusnya itu
pun malu dan sopan, jika jadi anak di dalam rumah itu alamat jadi
hulubalang atau abdi lagi diamankan Allah ta‟ala. Kedelapan ukuran
(naga ٌ ‫[ ﻙ ﻑ ﺭ ﺏ ﻭ ﺍ‬keperibuan]) namanya alamat rumah itu luput
daripada percintaan dari tiada sampai marabahaya dan tiada sampai
dengki khianat bencana orang padanya. Kesembilan ukuran (neraca
timbangan) alamat maha sempurna kebajikan agama, menjadi orang
tuha daripada sama sekampung itu, orang sekalian pun menurut
katanya dan beroleh harta maha banyak dengan hamba sahaya itu suka
cita InsyaAllah ta‟ala. Kesepuluh ukuran (ular citamani) namanya
terlalu baik utamanya bertambah-tambah kebajikan dan janah ‫ﺱ ﻙ ﺍ ﺩ‬
‫[ﻕ‬sekadak] dan beroleh lagi kebesarannya dan kekayaan hamba
sahaya sampailah seperti sara pada orang tuha-tuha, beroleh hamba
tiada berbayar dan beroleh arta tiada dicari sekalian ada datang sendiri
selamat sempurna sehat dengan dipelihara akan Allah Ta‟ala akan dia.
(Hal. 92)

5) Melubangi rasuk dengan curinya ke atas

Cara melubangi rasuk sengan curinya ke atas. Jika rumah itu curinya
ke bawah dan terdapat rumah nyamuk kecil-kecil, maka buangkan rasuk daripada
hati tiang itu ke atas pahatnya kebawah hati tempatnya, buat indah lubangnya
yang diukur pada tiang itu, lalu ukurlah lubangnya supaya sempurna pekerjaannya
dan apabila akan menggali lubang tiang, jangan diberi bayang-bayang kita akan
beroleh tidak baik.

{Pasal ada pun lubang rasuk itu curinya ke atas}

Inilah rumah raja-raja curi ke bawah itu rumah sri tuannya dan ada pun rumah
‫[ ﺭ ڠ ً ﺓ‬rengit] itu buangkan rasuk daripada hati tiang itu ke atas pahatnya ke
bawah hati tempat ¤ Bab yang kesepuluh bilang itu, perlahan-lahan beroleh
laba. Wallahu a‟lam. (Indah selokanya) yang diukirkan pada tiang rumah atau
pada perahunya, baik demikian juga atau padanya patinya atau pada hilang
atau pada patah. Maka ukurkan olehmu pada selokanya ini supaya sempurna
barang pekerjaannya InsyaAllah ta‟ala.

109
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
(Adapun) sertanya tatkala hendak mendirikan rumah itu, tatkala
menggali lubang tiangnya itu jangan diberi tertanda bayang-bayang
kita, lubang tiang itu jahat tiada baik baginya. (Hal. 92)

6) Menentukan ukuran dengan mencocokkan harinya

Jika hari merasinya ahad [minggu], maka ukuran tangkalnya harimau,


singa, dan kuda. Jika hari merasinya senin, maka ukuran tangkalnya lembu. Jika
hari merasinya selasa, maka ukuran tangkalnya naga. Jika hari merasinya rabu,
maka ukuran tangkalnya harimau dan naga. Jika hari merasinya kamis, maka
ukuran tangkalnya neraca dan cintamani. Maka jangan dibuang hari itu dengan
ukurannya. Jika serasi ukuran dengan harinya. Maka sempurna, selamat dan
memperoleh berkat dan rahmat atas izin Allah ta‟ala.

{Bab pada ‫[ ﻭ ﺭ ﺍ ﺱ ﻯ‬merasi] hari dengan ukurannya}

Bermula jika harimau dan singa pada hari ahad mendirikan dia. Jika
lembu hari isnin. Jika naga pada hari selasa. Jika neraca (sebermula).
Jika jatuh ukuran kuda kepada hari ahad mendirikan dia. Jika harimau
dan naga pada hari selasa. Jika beroleh ukuran lidah neraca dan ular
citamani kepada hari kamis mendirikan dia. Maka jangan dibuang hari
itu dengan ukurannya. Maka rasi ukuran dengan harinya. Maka
sempurnanya maha baik dan kebajikan beroleh rahmat negeri akan
Allah ta‟ala. Barang cita peroleh. (Adapun) sekalian hendaklah pada
ketika yang baik-baik juga dan lihat pada cakrawalanya dan edaran
naga surat Rizalil ghaib. Jika bertemu dengan ketiga dan
cakrawalanya. Maka sempurnalah dengan bertambah-tambah selamat
dan berkat dan harkat dan kekal InsyaAllah ta‟ala. (Hal. 92-93)

7) Menentukan orang dan alat pematah ketika turun ke dalam lubang

Hal yang dilakukan tukang pada saat turun ke dalam lubang yang
pertama, letakkan didalam lubang tiang itu gula, kunyit, arang, tembikar, tahi besi,
dan nasi kunyit. Yang kedua, ketika semuanya sudah tersedia letakanlah semua
bahan-bahannya didalam lubang tersebut dengan membaca Bismillahirahman
nirrahim, lalu baca surah Al-maidah:1 (Kaf Ha Ya Ain Sad) tiga kali berturut-
turut. Yang ketiga, membaca surah Taha, lalu turun ke dalam lubang.

110
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
{Pasal ini pematah tukang yang dahulu kala}

Dibubuh didalam lubang tiang yang dikala itu. Pertama gula dan
kunyit dan arang dan tembikar dan tahi besi dan anak batu dan nasi
kunyit. Sekalian yang tersebut itu semuanya itu dibubuh didalam
lubang yang dikala itu surat dikata Bismillahirahmanirrahim Kaf Ha
Ya Ain Sad kata tiga kali, berturut surat Taha turunlah kedalam lubang
itu. (Hal.93)

8) Mengetahui syarat ketika mendirikan rumah yang sudah pernah didirikan


rumah
Adapun syaratnya yaitu pertama, disucikan dahulu tanah yang sudah
pernah didirikan rumah, ambil gayung, ambil air pinah yang sudah diletakkan
bunga didalam air tersebut, letakkan air pada setengah ruangan pada rumah
tersebut, letakkan juga emas sekeping pada pintu itu, lalu bacakan asma telah
pagi, setelah itu lihat air pinah yang disediakan, jika air pinah itu baik maka
baguslah tempat itu, jika air pinah itu terluka maka tiada baik tempat dan emas itu,
jika rubuh tempat itu maka tiada baik tempat itu. Kedua, mengukur semula tiang
rumah, lalu gerakkan kakinya pada tiang itu, jika tidak digerakkan akan beroleh
huru-hara pada tuan yang punya rumah, jika digerakkan maka selamat dari
bencananya.

{Pasal ini pada menyatakan syarat berbuat tempat bekas rumah}

Supaya jadi sejak dengan yang empunya rumah itu. Pertamanya


dipersucikan dahulu tanah akan tempat rumah itu sudah. Maka ambil
gayung sebuah air ِ ٌ ‫[ ﻑ‬pinah] dan bubuh bunga didalam air itu.
Maka letakkan pada sama tengah ruang akan tempat rumah itu. Maka
bubuh emas sekeping pada pintu bunga itu. Maka baca suatu asma
telah pagi. Maka lihat juga pinah airnya itu juga baik. Lihat itulah
yang utama terlalu baiknya tempat itu. Jika airnya itu luka suatu tiada
baik tempat itu dan emas itu. Jika rubuh daripada tempat itu, sedia itu
pun tiada baik. Jangan duduk disana niscaya rugi dengan haru juga
akhirnya apitnya olehnya Wallahu a‟lam.

{Pasal ini serta mahalah rumah}

Ada pun barang siapa hendaklah diukurkan semula semuanya tiang itu
serta digerakan kakinya meniang pendek jangan tidak. Jika tiada
digeraknya maha jahat alamat tuan empunya rumah itu, haru-hara.
Jika dibuatnya lepas marabahayanya. Inilah yang dibuatkan oleh

111
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
segala tukang yang besar-besar dahulu kalanya Wallahu a‟lam. (Hal.
93)

9) Orang dan alat pematah daripada segala tukang

Hal yang dilakukan tukang pada saat ketika hendak mendirikan rumah
yaitu ambil emas, ambil perak, ambil besi, lalu patok dibagian pangkal tiang, lalu
patok lagi buat tungku yang berjarang, jika bumi itu berhantu maka akan hilang,
jika tiada dibuatnya akan beroleh kesusahan padanya, jika dibuatnya akan
selamat, sempurna atas izin Allah ta‟ala.

{Pasal ini pematah daripada segala tukang yang besar-besar dahulu


kala suruh buat}

Barang siapa hendak mendirikan rumah. Maka ambilah emas tempat


kaca-kaca dan perak tempat kaca-kaca dan besi tempat kaca-kaca.
Maka patok dikala tiang sembilan puting itu. Patok buat tungku
bejarang baik. Jika bumi itu berhantunya keras sekalipun niscaya
hilang InsyaAllah Ta‟ala. Jika tiada dibuat demikian akhirnya adalah
kesusahan padanya. Inilah yang disurat oleh segala tukang yang besar-
besar dahulu kala pematah itu supaya selamat sempurna diberi Allah
Ta‟ala akan empunya rumah itu InsyaAllah Ta‟ala. (Hal. 93)

10) Melihat bumi yang berhantu


Adapun cara untuk mengetahui bumi itu berhantu yaitu dengan cara
mengkorek tanah sama tengah hingga sepelek (ke dalam), ambil tanah, lalu kepal
tanah, membaca ayat “Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih dan
Penyayang dan apabila mereka menghempaskan kita tiba-tiba mereka
menghempas kita maka Allah yang menghempas”, lontarkan ke magrib [barat]
sebanyak tiga kepal tanah, jika ada hantunya maka hantu itu akan datang melihat
tempat itu.

{Pasal ini jika bumi itu kata orang sangatlah keras syaitannya}

Maka tatkala sudah atau dari bandulnya. Maka koreklah tanah sama
tengah, cucuk tengah itu hingga ‫[ ﺱ ﻑ ً ﻝ ﻕ‬sepelek]. Maka ambilah
tanahnya. Maka kepal baik-baik. Maka baca ayat “Dengan menyebut
nama Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang dan apabila mereka
menghempaskan kita tiba-tiba mereka menghempas kita maka Allah

112
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
yang menghempas”. Maka dilontarkan ke magrib tiga kepal Insya
Allah Ta‟ala. Jika ada sangatlah syaitannya pada malam itu datanglah
ia mematai tempat pada kita. Maka janganlah diberinya. (Hal. 93)

11) Melihat bumi untuk tempat manusia


Adapun caranya adalah sebagai berikut. Jika bumi itu rendah ke
masyrik, baik. Jika bumi sangat ke utara, pengaruhnya maha utama. Jika bumi
sama rata tinggi rendahnya, baik. Jika bumi sangat ke masyrik, akan beroleh
rahmat dan cirinya berwarna putih, manis dan baunya harum. Jika bumi itu hijau,
akan beroleh istri baik dan dari kalangan bangsawan serta hartanya banyak sampai
pada anak cucunya dan selamat dan cirinya kuning mashri, manis pedas rasanya.
Jika bumi itu perak, maha utama tempat rumah itu dan cirinya putih, merah,
kuning, kelabu, hijau, hungan dan mashri warnanya. Jika bumi itu berbukit-bukit
tinggi dan rendah, akan beroleh segala hamba dan anak cucunya durhaka pada ibu
bapaknya. Jika bumi itu terbasah-basah, akan beroleh duka cita. Jika bumi itu
berlambang-lambang, akan beroleh celaka dan dukacita padanya. Jika bumi itu
tinggi ke ke masyrik dan rendah ke magrib, tiada baik dan durhaka. Jika bumi itu
tinggi ke magrib dan rendah ke masyrik, akan beroleh keuliaan dan kekayaan
sampai kepada anak cucunya. Jika bumi itu sangat ke utara, tiada berkeputusan
rezeki yang berikan Allah ta‟ala. Jika bumi itu sangat ke magrib, akan beroleh
keturunan dan kesusahan seta akan beroleh kematian. Jika bumi itu berawarna
merah, rasanya asam dan pahit, dan baunya pedas, akan beroleh keluarga dan
orang lain tidak berkasih akan dia. Jika bumi baunya busuk dan airnya manis,
akan beroleh tidak memperoleh pekerjaan, dukacita, dan tidak bahagia. Jika bumi
itu sangat dari timur ke utara, ke selatan, ke barat daya, ke barat laut, akan beroleh
jahat dan celaka. Jika bumi itu sangat sebelah barat laut, akan beroleh istri yang
baik, anak laki-laki yang baik dan berbakti kepada orang tua. Jika bumi itu sangat
di barat laut lalu ke utara ke timur dan antara tenggara, maha utama baik. Jika
bumi itu airnya pedas , membelah matahari menikam ke laut, maha utama. Jika
bumi itu tinggi dari barat daya timur dengan barat laut, maha utama. Jika bumi itu
tinggi di barat timur dengan tenggara, maha utama.

113
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
{Pasal ini pada mengetahuikan memilih bumi akan tempat rumah
duduk segala manusia}
Ketahui olehmu hai talib. (Adapun) jika bumi itu rendah ke masyrik.
Itulah yang beroleh baik dan jika ada bumi itu sangat ke utara. Itulah
yang maha utamanya. (Jika) ada bumi itu sama rata tinggi rendahnya
baik. Jika bumi sangat ke masyrik warnanya putih rasanya manis
baunya harum. Itulah yang terlebih utama rahmatnya. (Jika) bumi itu
hijau warnanya lagi kuning masri warnanya manis rasanya pedas.
Barang siapa diam disana alamat beroleh istri baik bangsawan dan
artawan datang kepada anak cucunya selamat diam disana. (Jika) bumi
perak. Pertamanya putih, kedua merah, ketiga kuning, keempat
kelabu, kelima hijau, keenam ٌ ‫[ ِ ﻭ ڠ‬hungun], ketujuh ‫[ ﻭ ﺹ ﺭ‬masri]
warnanya. Itulah yang maha utama tempat kita diam disana
InsyaAllah ta`ala yang memberi berkah.
Adapun tiga perkara yang nahas itu. Pertamanya yang berbukit- bukit
tinggi rendah, barang siapa diam disana alamat segala hamba
sahayanya dan anak cucunya durhaka kepada ibu bapaknya dan lari
segala hamba sahaya padanya. (Kedua) perkara jika bumi itu terbasah-
basah, barang siapa diam disana alamat duka cita padanya. (Ketiga)
perkara jika bumi itu lambang- lambang, itupun maha nahas. Tiada
harus diam disana duka cita lagi papa.
(Adapun) jika bumi itu tinggi kemasyrik rendah kemagrib tiada baik
akhirnya papanya lagi duka citanya. (Jika) bumi itu tinggi kemagrib
rendah kemasyrik, barang siapa diam disana beroleh kemuliaan dan
kekayaan datang kepada anak cucunya. (Jika) bumi itu sangat ke
utara, barang siapa diam disana tiada berputusan mata diberi Allah
ta`ala. Jika bumi itu sangat ke magrib, barang siapa diam disana
keturunan lagi kesukaan kematian papa akhirnya. (Jika) bumi itu
warnanya merah, rasanya masam lagi pahit, baunya pedas, barang
siapa diam disana segala keluarganya dan orang sekalianpun banyak
tiada kasih akan dia. (Jika) bumi itu baunya busuk, airnya manis, tiada
harus bumi itu, akan tempat duduk sebarang pekerjaan, tiada jadi duka
cita, tiada senang juga. (Jika) bumi itu sangat dari timur lalu ke
tenggara, lalu ke selatan, lalu ke barat daya, lalu ke barat tempat lalu
kebarat laut. Itulah amat jahat lagi celaka janganlah kita diam disana.
(Jika) bumi itu sangat sebelah barat laut, jika kita diam disana alamat
beroleh istri yang baik atau anak laki-laki yang amat baik lagi sangat
berbuat bakti kepada Allah ta`ala. (Jika) bumi itu sangat dibarat laut
lalu keutara, lalu ketimur tempat dan antara tenggara. Itulah yang
maha utama baik kita diam disana. (Jika) ada seperti demikian pilih
pula pada tempat yang lebih. Itulah tempat bumi bekas rumah kita,
apabila airnya pedas membelah matahari, mata menikam kelaut. Maka
itulah yang utama tempat rumahnya. (Jika) bumi itu tinggi dari barat
daya timur dengan barat laut. Maka inilah yang utama kita diam
disana. (Jika) bumi itu tinggi dibarat timur dengan tenggara. Itupun

114
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
terlalu utama kita diam disana. Itupun dengan perintah Tuhan Wallahu
Kholakokum Wama Taklamun. (Hal. 93-94)

12) Menuntut tempat rumah


Syarat menuntut tempat rumah. Adapun syaratnya adalah sebagai
berikut. Jika sudah diketahui baik dan buruknya tempat rumah itu, selanjutnya
menentukan tempat lubang tiang rumah, lalu galilah lubang tempat tiang pada
mata harinya tempat didirikan rumah itu, lalu gali lagi sedalam tiga jari pada
sekatip puting tiang, ambil padi puth, bubuhkan padi itu didalam lubang. Jika
besok pagi padi itu bertambah itu yang utama. Jika tidak bertambah tiada boleh
duduk di tempat itu. Jika terjadi sesuatu pada salah satu tiang sembilan juga
beroleh baik untuk tempat duduk itu. Jika sama hal yang terjadi diantara keduanya
juga beroleh baik dengan karunia Allah ta‟ala. Jika padi yang ditanam bertambah
lebih daripada sembilan-sembilan bekas, tempat tiang seri itulah yang akan
dijadikan tempat. Jika padinya sama bertambahnya akan beroleh pangkat, derajat,
kemuliaan, berkat dan selamat zahir bagi orang yang tinggal di tempat itu. Selain
itu, apabila padi yang ditanam berlebih maka simpan baik-baik padi itu hingga
berbuah, lalu ambil benihnya maka akan beroleh harkatlah tuan yang memiliki
padi itu, selanjutnya apabila ingin menggali lubang tiang dilakukan pada saat
orang-orang suci tidur, galian lubang tiang itupun harus berpatokan didalam tiang
itu, maka esok akan membaik dan akan terlihat suci dengan apa yang telah
diperbuatnya, lalu akan beroleh maha utama, mujarab dan barang yang dihajatkan
akan dikabulkan Allah ta‟ala.

{Pasal ini pada menyatakan syarat menuntut tempat rumah itu}


Mau dipilih tempat itu, tatkala sudah melihat pada baik dan jahat
seperti yang dahulunya itu. Maka hendak tentukan tempat lubang
tiang rumah itu supaya ditambahkan Allah kiranya kebajikan yang
berutamanya yang memenuhi Maro al-qulub dan menyampaikan pada
barang yang di kehendaknya. (Maka) pergi galilah lubang tempat
tiang. Pada mata hatinya disini, tempat dipedirikan rumahnya. Maka
lalu digalilah didalamnya tiga jari pada sekatip puting tiang itu.
Janganlah beri bersalahannya maka ambil padi yang putih baik-baik.
Maka bubuh didalam lubang itu. Maka pagi esok lihatlah padi itu,
apabila iya bertambah atau kurangkah atau kenapakah. Maka lebih
padi itu yang utamanya. Jika kenapa padi itu, baik jika kurang tiada

115
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
boleh duduk pada tempat itu. Jika adalah pula kali pada tempat lain.
Demikian itu juga, perbuatnya apabila sudah kenapalah salah suatu
pada lubang tiang sembilan itu. Maka pendiri juga rumahnya itu baik
tempat itu boleh duduk. Jikalau sama kenapa dengan kurangan itu,
sedang juga baiknya itupun dengan karunia Allah ta`ala. Wallahu
a‟lam.
(Jika) padi yang ditanam itu tambahnya lebih daripada sembilan-
sembilan bekas. Itulah tempat tiang seri itu maha dicarinya wana bi
khair, tiadalah pikir lanjutkan itu. Melainkan sama bertambah juga
barang sebaginya pangkat, derajat dan ketinggian dan kemuliaannya.
Berkat selamat zahirlah daripada kelebihan, daripada dunia ini tersurat
pada tangan orang diam pada tempat bekas rumah InsyaAllah ta‟ala.
(Adapun) padi yang lebih tanam didalam lubang itu, tanam baik- baik
pada tempat itu. Peliharakan supaya berbuah. Maka ambil
diperbuatkan kepala benih harkatlah dengan yang diempunya padi itu,
dengan ‫[ ﻭ ً ﺍ‬maya] padi itu bertambah negeri akan Allah ta‟ala. Baik-
baik tempat kelebihannya. Jika ada yang lebih bilangannya.
(Syahdan) diharuskan pula didalamnya, kemudian daripada itu tatkala
hendak manakala lubang yang tiang itu. Pada ketika orang suci-suci
tidur. Maka galilah lubang itu dengan berpatoklah dalamnya dengan
tiang itu. Sehingga membaik pada esok siangnya. Maka terlihatlah
segala yang diperbuat itu suci orang. Itulah maha utama mustajab dan
mujarab, barang yang dihajatkan itu dikabulkan Allah „azawajala
demilkianlah sertanya wallahu‟aklam. (Hal. 94-95)

13) Ukuran tanah petani yang keramat


Adapun ukurannya adalah sebagai berikut. Ukurannya diawali dengan
bilangan asap, lembu, anjing, kuda, gagak, harimau, naga, lidah, neraca dan ular
citamani, lalu diukurkan tiang rumah dengan ukuran yang sepuluh tersebut, jika
akan mengukur bandul yang ada didalam tiang dapat dilakukan dengan mengukur
melalui bagian luar tiang, ambil tali sedepa, lalu diukurkan sepanjang tempat yang
akan diukur pada rumah itu, lalu dilipat tiga, buangkan satu lipat, ambil dua lipat,
lalu lipat delapan, buangkan tujuh lipat maka tersisa satu lipat, satu lipat itulah
diukurkan pada bilangan delapan maka habislah, lalu dimulai pada bilangannya,
dilihat daripada keinginan, jika pagi baik, jika jahat buatkan supaya beroleh
kebaikan, sukacita atas izin Allah ta‟ala.

116
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
(Ini ukuran) tuanku tanah petani yang keramat. Pertama bilangan
asap, dan lembu, dan anjing, dan kuda, dan gagak, dan harimau, dan
naga, dan lidah neraca, dan ular cita mani. Maka diukurkan pada tiang
rumah seperti ukuran yang sepuluh dahulu itu dan setengah hikma‟.
Jika mengukurkan pada bandul di dalam tiang daripada luar tiang.
Maka ambil tali sedepa panjang empunya dirumah itu. Maka dilipat
tiga. Maka buang satu lipat. Maka diambil dua lipat itu, dilipat lapan.
Maka dibuang tujuh lipat. Maka yang satu lipat diukurkanlah pada
bilangan yang delapan itu. Maka habis. Maka dimulai pula pada
bilangannya. Maka dilihat pada ‫[ ﺵ ﺭ ﺡ ٽ‬syarahnya]. Jika baik pagi,
jika jahat buangkan supaya negeri akan Allah ta‟ala kebajikan mereka
bertambah-tambah suka cita padanya. (Hal. 95)

Pertama ukurannya, pertanda rumah itu akan pindah. Ukurannya asap,


akan beroleh dukacita dan tiada kebajikan rumah itu. Ukurannya singa, orang
yang punya rumah itu akan menjadi pendeta atau pemimpin. Ukurannya anjing,
orang yang tinggal dirumah itu akan selalu berkelahi, celaka dan jahat. Ukurannya
lembu, akan beroleh kebaikan, sempurna dan memperoleh harta yang datang
dengan sendirinya tanpa dicari. Ukurannya kuda, akan kehilangan harta, celaka,
dan dukacita pada yang punya rumah itu. Ukurannya gajah, akan beroleh
kebaikan, sukacita, sempurna, dan memperoleh berkat padanya. Ukurannya
gagak, akan beroleh celaka setelah tiang rumah itu didirikan, tuan rumah itu akan
mati dan rumah itu tidak memperoleh berkah.

Pertama ukurannya. Maka alamat rumah itu pindah padanya. Kedua


asap alamat beroleh duka cita didalam rumah itu tiada kebajikan.
Ketiga singa namanya alamat rumah itu lepaslah daripada
marabahayanya. Maka yang empunya rumah itu menjadi pendeta atau
hulubalang. Keempat ukuran itu anjing namanya alamat orang diam
rumah itu perkelahian, maha nahas terlalu jahat. Kelima ukurannya
lembu namanya rumah itu, alamat kebajikan bertambah-tambah dan
sempurna arta datang sendirinya. Keenamnya ukuran kuda namanya
rumah itu alamatnya akan hilang artanya, maha nahas duka cita
padanya. Ketujuh ukurannya itu gajah alamat orang didalam rumah
itu, akan beroleh kebajikan suka cita sempurna padanya dengan
berkat. Kedelapan ukuran gagak namanya maha nahas setelah sudah
terdiri tiangnya yang empunya rumah itu mati dan rumah itupun tiada
akan sudah padanya wallahu a‟lam. (Hal. 95)

117
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
14) Melihat bumi
Cara melihat bumi yang mempunyai pengaruh baik dan buruk untuk
dijadikan rumah. Adapun caranya adalah sebagai berikut. Jika bumi itu berwarna
hitam, rasanya masam, dan baunya busuk, akan beroleh duka tempat itu. Jika
bumi itu terbagi-bagi, akan beroleh duka tempat itu. Jika bumi itu berkurang, akan
beroleh duka tempat itu. Jika bumi itu rusak atau buruk, akan beroleh duka tempat
itu. Jika bumi itu mempunyai banyak bukit yang tinggi dan rendah, akan beroleh
segala hamba dan anaknya durhaka pada ibu bapaknya, dan hartanya akan
berkurang dari harga beli atau modalnya. Jika bumi itu tanahnya basah, akan
beroleh dukacita. Jika bumi itu tanahnya ada terdapat tanda, beroleh dukacita dan
penyakitan. Jika bumi itu tanahnya bercampur dengan baja besi yang keras dan
tebal, akan beroleh duka yang tinggal ditempat itu.

{Pasal} sebermula. Jika adapun bumi yang jahat- jahat dan nahas yang
tiada harus duka akan tempat itu. Pertamanya hitam, habis masam atau
busuk. Kedua berbelah-belah. Ketiga bersurut-surut tinggi rendah.
Keempat berlapuk-lapuk berlubang. Kelima berbukit-bukit tinggi
rendah, barang siapa diam disana segala hambanya dan anaknya
durhaka pada ibu dan bapaknya, lagi pun sahayanya tiada kekal atau
durhaka, pada artanya lagi rugi. Keenam bumi itu yang terbasah,
barang siapa diam disana adalah duka cita. Ketujuh bumi itu lambang-
lambangan. Itupun maha nahas, tiada harus duduk bumi itu alamat
duka cita dan papa padanya penyakitan. Kedelapan bumi itu
bercampur dengan baja ‫[ ﻙ ﻝ ً ﻙ ﺍ‬kelika] tiada harus duduk pada
tempat itu. (Hal. 95)

15) Memilih tanah


Cara memilih tanah yag baik dan buruk untuk membuat rumah.
Adapun caranya sebagai berikut. Jika tanah itu rendah, akan kehilangan harta dan
mendapat penyakit. Jika tanah itu rendah ke masyrik, tempat segala hamba Allah
ta‟ala. Jika tanah itu rendah ke utara [pakan mayat], akan beroleh harta, dan segala
hamba sahaya, dan beroleh banyak keluarga di tempat itu. Jika tanah itu tinggi ke
masyrik rendah ke magrib [ikan kendi], tanah itu tidak baik untuk dibuat rumah.
Jika tanah itu rndah ke utara tinggi ke pakan, maha utama dan akan beroleh
kebahagian tempat itu akan selamat dan sempurna. Jika tanahnya berwarna putih,
rasanya manis dan pedas serta baunya harum, akan beroleh harta dan semua orang

118
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
akan kasih padanya. Jika tanahnya berwarna merah, rasanya masam dan pedas
serta baunya tidak sedap, akan beroleh tida kasih pada orang yang akan
menempati rumah itu. Jika tanahnya berwarna hijau, kuning mashri, rasanya
manis dan pedas, akan beroleh harta samapai anak cucunya, beroleh masa
bertanam yang baik, barang yang diinginkan terkaabul dan selalu senag bahagia.
Jika tanahnya berwarna hitam, airnya bau, rasanya masam dan baunya busuk,
akan beroleh semua pekerjaan yang dikerjakan sia-sia, tidak senang hati atau
susah hati. Jika tanahnya berwarna putih, merah, kuning, kelabu, hujau dan
mashri, akan beroleh tempat yang maha utama untuk dijadikan rumah.

{Pasal ini peri menyatakan tanah laksana yang baik dan jahat}
Adapun tanah yang baik itu, supaya bertambah-tambah kebajikan
dengan seribu kebajikan pada barang pekerjaan yang diperbuat.
Seperti buat rumah atau dusun atau bandang atau negeri. Supaya lepas
daripada marabahaya bala bencana akan dayaku beroleh rahmat dan
selamat jika hiduppun.
Seperti kerbau, lembu, gajah, kambing, biri-biri, hayam, itik. Dan
barang sekalianpun kebajikan di negeri akan Allah subhana wata‟ala,
bahagia dengan arta selamat datang kepada anak cucunya dengan
segala hamba sahayanya. Sekalianpun kasih berhimpun kepadanya.
{Pasal ini ketahui oleh uhuwal itu ahalal taqosir}
Barang siapa mencari akan tempat membuat dusun atau bandang atau
negeri atau rumah. Maka lihatlah olehmu lokasinya bumi itu rendah
karena jika ia di sana alamat kehilangan arta dan penyakitnya. (Jika
bumi) itu rendah kemasyrik. Maka hamba sahaya negeri akan Allah
ta‟ala. (Jika) bumi itu tinggi rendah karenanya. Maka rendah ke utara,
ٌ ‫[ ﻑ ﻙ‬pakan] mayat namanya, barang siapa duduk disana alamat
beroleh arta dan hamba sahayanya dengan banyak segala keluarganya
di negeri akan Allah ta‟ala. (Jika) bumi itu tinggi kemasyrik rendah
kemagrib, ikan dikendi apa namanya terlalu jahat. Jika diam disana
alamat beroleh duka cita lupa kopiah tuan maha nahas. (Jika) bumi itu
rendah ke utara tinggi ٌ ‫[ ﺩ ﻕ ﺱ ٌ ﺍ ﻑ ﻙ‬dekat sana pakan] maha utama
namanya, maha suka cita atau dusun atau bandang atau tempat berbuat
rumah selamat sempurna.
(Sebermula jika) warna tanah itu putih, dengan manis, pedas, baunya
harum. Bumi itu laksana perak niscaya beroleh arta lagi pun sekalian
orang kasih padanya. (Sebermula) jika bumi itu merah warnanya.
Maka rasanya masam kita, baunya pedas. Barang siapa duduk disana
banyak tiada kasih akan dia. (Sebermula) jika bumi itu hijau, warna
kuning masri, warnanya manis pedas. Barang siapa diam disana

119
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
alamat beroleh istri maha baik atau bangsawan, dan arta pun datang
kepada anak cucunya. Lagi beroleh masa dan bertanam maha baik,
dan barang kehendaknya pun baik selamat sempurna suka cita
senantiasa. (Sebermula) jika bumi itu hitam, lagi air baunya, lagi
masam, rasanya busuk. Jika duduk disana niscaya barang kerjaannya
tiada menjadi. Lagi maha duka cita juga sediakala. (Sebermula) petala
bumi itu. Pertamanya putih, kedua merah, ketiga kuning, keempat
kelabu, kelima hijau, keenam mashri. Warnanya itulah yang utamanya
pula terlebih baik segala bumi yang lain akan tempat diam dijadikan
Allah ta‟ala didalam dunia terlalu baik tempat kediamannya ‫ﺍ ﺕ ِ ﻯ‬
[attahi]. (Hal. 95-96)

16) Azimat
Azimat dan cara penggunaan azimat. Adapun caranya adalah sebagai
berikut. Yang pertama azimat yang digunakan untuk tiang atas, cara
penggunaannya ditulis pada kain putih, lalu diletakkan dipucuk tiang untuk
dijadikan dasar tiap-tiap tiang, kayu yang dipasang melintang pada kain empat
persegi, lalu mengirim surat dalam keadaan sendiri, tertib dan hikmah, lalu
mengambil air wudhu, shalat hajat dua rakaat, lalu memohon keinginan supaya
dijauhkan dari bencana dan diberikan rahmat dan kebaikan akan Allah ta‟ala, lalu
mengirim surat dengan berniat yang baik dan jangan menuis dengan salah
angkanya. Yang kedua azimat yang digunakan untuk tiang bawah, cara
penggunaannya ditulis surat pada timah putih empat persegi, surat ditulis pada
saat keadaan susah dan sendiri, melaksanakan shalat sunnah, lalu lipatkan pada
tapak kaki tiang yang ada didalam tanah, dan azimat itu dibuat untuk menolak
bencana dan dijauhkan dari setan dan iblis. Yang ketiga azimat jika ada yang sakit
dirumah itu, cara penggunaannya ditulis pada kertas, lalu ditempelkan dipintu
rumah, lalu diapit.

{Pasal ini azimat angka}


Maka disurat pada perca putih. Maka bubuh pemucuk tiang akan
pengalas tiap-tiap tiang alang percanya empat persegi menyurat
didalam ‫[ ﺥ ﻝ ﻭ ﺓ‬khalwat] surat dengan tertib dan hikma‟ dengan air
sembahyang. Maka sembahyanglah hajat dua rakaat memohonkan
berkat pada Allah ta‟ala menjauhkan sekalian setan dan meluputkan
diri daripada marabahaya dan menolakan baik sekalian kejahatan dan
bencana, supaya ditambahkan Allah dari pada rahmat dan sempurna
kebajikan derajat azimat ini daripada ‫ﺵ ً ﺥ ﺍ ﻝ ﺡ ﻙ ً ﻭ‬

120
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
[sayaholhakim] rahmatuallah „alaih ajma‟in angka yang ‫ﻭ ﻉ ﻅ ﻭ‬
[mengazam], adapun menyurat dengan tertib jangan bersalahan inilah
angkanya.
{Pasal} ini adzimat angka ‫[ ﻭ ﻙ ﺭ ﻭ‬mahkram]. Maka di surat pada
timah putih, empat persegi, surat‫[ ﻙ ٌ ݘ‬kanca] dua belas di dalam
khalwat dengan tobatnya dan rawatib. Maka lipatkan pada tapak kaki
tiang yang di dalam tanah itu, akan jadi tangkal sekalian hantu setan
dan iblis serta menolakkan marabahaya bala bencana diluputkan Allah
ta‟ala inilah angkanya.
{Pasal ini azimat angka jika orang sakit} Maka disurat pada kertas.
Maka ditempelkan dipintu rumah kita, apit olehnya InsyaAllah ta‟ala
hantu setan inilah rajanya.
{Pasal ini pada menyatakan tempat pula turun pada berdirinya rumah}
jangan diberi salahan kata ini, tiada selamat sempurna kebajikan
rumah itu. Kata daripada Syekh al-hakim yang empunya katanya
Wallahu A‟lam Bishawab. (Hal. 96-97)

17) Membuat pintu rumah


Adapun caranya yaitu ambil tali sama panjang pada bandul dalam itu,
lipat sembilan tali, tarik ke bandul, beri tanda sembilan lipat, dan ukurkan ke
empat bandul itu sama ukurannya. Pengaruhnya akan beroleh kesusahan, hatinya
keras, beroleh perkelahian, hatinya rusak, beroleh kebesaran, beroleh padi yang
banyak, akan menjadi miliyader dan akan beroleh dosa orang lain yaitu
sahabatnya. Jika bandul panjang mengarah ke matahari dan diletakkan di tiang
belah hilir, pengaruhnya akan beroleh kesusahan, dosa daripada anak
perempuannya, keras hati, kebesaran daripada anak perempuannya, dukacita
daripada kecurian, maha baik, sentosa akan kebaikannya, beroleh anak banyak
dan baik, beroleh istri baik, dan mendapat penyakit. Jika bandul pendek mengarah
ke arah matahari jatuh dan diletakkan di belah hilir, pengaruhnya akan beroleh
harta, mendapat penyakit atas kesalahan yang dibuatnya, tiada beroleh harta, jika
adapun akan selalu habis padanya, beroleh musuh, bahagia dan banyak harta
padanya, beroleh kecurian, akan menang daripada musuhnya, beroleh anak jujur
dan banyak, beroleh kesalahan daripada diri kita, dan beroleh kebahagian
padanya. Jika bandul panjang yang diletakkan pada pintu susut tiang di belah
hulu, pengaruhnya beroleh istri yang baik dan banayak, akan bercerai dengan
istrinya, beroleh harta dan bahagia padanya, akan bercerai dengan kekasihnya,

121
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
beroleh anak cucu yang banyak, akan bercerai dengan istrinya, beroleh duka cita,
beroleh cucu banyak, beroleh harta yang banyak, beroleh hutang, akan beroleh
kesusahan, akan beroleh fakir, akan mendapat kesalahan diri kita.

{Bab ini pada menyatakan hendak berbuat pintu rumah baik dan
jahatnya}
Dan ambil tali sama panjang bandul dalam itu. Maka dilipat sembilan
tali itu. Maka tariklah kebandul itu. Maka tanda taruh sembilan lipat
dan bandul yang empat keping itu masing-masing ukurannya.
Tetapinya, serupa pada ukurannya yang telah disuruhnya baik dan
jahat (dan pada bandul) pendek matahari naik itu pintu di tepi tiang
belah hulu itu akan kesusahannya padanya, dan keduanya hatinya
keras padanya, dan ketiga pintu ini ketika perkelahian padanya, dan
keempat pintu ini akan hatinya rusak daripada bencana padanya, dan
kelima pintu ini akan beroleh kebesaran padanya, dan keenam pintu
itu akan beroleh maha utama mulia suka cita beroleh kebesaran
padanya, dan ke tujuh pintu ini akan beroleh padi banyak padanya,
dan kedelapan pintu ini beroleh kebesaran daripada setaranya
miliyader pada orang banyak padanya, dan kesembilan pintu ini akan
beroleh dosa daripada orang lain bersahabat padanya.
(Dan pada bandul) panjang belah ilir. Pertamanyaa pintu ‫ﺱ ﻭ ﺱ ﺕ‬
[susut] tiang belah matahari baik itu beroleh kesusahan padanya, dan
kedua pintu ini beroleh dosa daripada anak perempuan padanya, dan
ketiga pintu ini akan keras hati padanya, dan keempat pintu ini beroleh
kebesaran daripada anak perempuan padanya, dan kelima pintu ini
akan beroleh duka cita daripada kecurian padanya, dan keenam pintu
ini akan beroleh maha baik sentosa akan kebajikan padanya, dan
ketujuh pintu ini akan beroleh anak banyak baik padanya, dan
kedelapan pintu ini akan beroleh isteri baik padanya, dan kesembilan
pintu ini alamat akan penyakitnya padanya.
(Dan pada bandul) pendek matahari jatuh pintu surat yang belah ilir
itu tiada beroleh arta akan beroleh penyakitnya dan kesalahan
padanya, dan kedua pintu ini tiada beroleh arta jika ada boleh pula
habis padanya, dan yang ketiga pintu ini akan beroleh jadi berseteru-
seteru padanya, dan keempat pintu ini akan beroleh bahagia dan
beroleh arta banyak padanya, dan pintu yang kelima ini akan beroleh
kecurian padanya, dan pintu yang keenam itu akan beroleh menang
daripada seteru padanya, dan pintu yang ketujuh ini akan beroleh anak
jujur banyak, dan kedelapan pintu ini beroleh kesalahan kita, setengah
beroleh pada banyak padanya, dan yang kesembilan pintu ini akan
beroleh dengan bahagia padanya.
(Dan bandul) panjang belah di hulu itu pintu susut tiang. Matahari
jatuh itu akan beroleh istri baik banyak padanya, dan kedua pintu ini
akan beroleh bercerai mati dengan istrinya itu untuknya padanya, dan

122
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ketiga pintu ini akan beroleh harta dan bahagia padanya, dan keempat
pintu ini bercerai dengan kekasih padanya, dan kelima pintu ini
beroleh anak cucu yang banyak kita, setengah jadi perceraian antara
kita lagi istri padanya, dan keenam pintu ini akan beroleh duka cita
padanya kita, setengah beroleh anak cucu banyak dan harta banyak,
dan ketujuh pintu ini beroleh utang tiada baik padanya, dan kedelapan
pintu ini beroleh kesusahan padanya, dan kesembilan pintu ini beroleh
jadi fakir dan salah pada raja-raja. (Hal. 97-98)

18) Ukuran menyempit tiang


Adapun caranya adalah sebagai berikut. Cara pengukuran pertama,
ukurannya dari tangga kaki jari main hingga tangga jari manis, ambil tali, ukurkan
tali dari atas hingga kaki jari main, lalu lipat lima, buangkan satu lipat, ambil
empat lipat, maka lantai atas pucuk tiang sempitlah tiang itu, panjang kaki tengah
tiga hasta hingga tiga jari, tangga kaki tengah dua tapak kaki jari main, ukuran
bandul tapang tiang atas kaki, tiang dan alang ukurannya seukuran jari main,
untuk kayu panjang, kayu kasar jantan, kayu tulang rambung, kayu tumpu kasar
dan pucuk tiang berukuran tunjuk langit, maka ambil tapang kaki jari main dan
kayu rasuk berukuran tiga tempat yaitu tempatnya, sama tengah dan sama besar
ujung tiangnya. Jika tidak diperbuat sesuai cara yang diatas, jangan diperbuat
rumah itu karena akan beroleh celaka. Jika diperbuat rumah bertangga itu tiada
boleh juga. Ukuran yang tersebut tadi lubang tulang rambungan ke tanah tembus
pahatnyaa. Ukuran tunjuk langit itu terdapat alang belaka dan layangnya pendek
letak lapan, menggunakan kapak yang lurus, bujur melintang dan kanjang putih ke
arah tunjuk langit dan anak tiga ibu dan lagi segala lubang tiang kanjang itu.
Adapun rumah yang akan dibuat pintu ruma atau pintu pagar adalah sih layang-
layang, belidah mama dua panjang, tangga kepala rasuk, penyumbat belah lintang
matahari naik dan jatuh, beranak keluweng dan gajah menyusu. Apabila pintu
rumah atau pintu pagar dibawah matahari itu tiada baik. Sedangkan untuk
membuat telaga kali ada caranya yaitu ambil tali, lali tarik tali pada sekeliling
rumah rumah ukurkan pada kaki tiang, lalu arahkan suk tiang-tiang jurung ke arah
matahari jatuh di belah hulu, lalu arahkan jurung ke arah matahari naik di belah
hilir, tali yang dikelilingkan tadi ditarik sama ke hulu lalu ke timur maka susut
talinya, kali telaga pun ditarik sama tengah pada hujung talinya, telaga jurung itu

123
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
pun terbagi empat yaitu dari belah timur (telaga penawar), belah matahari jatuh di
belah hulu (telaga perumpun), belah matahari naik (telaga rajin), belah matahari
jatuh di belah hilir (telaga pencuri).

{Pasal ini pada menyatakan ukuran menyempit tiang hendak


taruhnya}
Maka tangga akan kaki ٌ ً ‫[ ﺯ ﺭ ﻭ‬jari main] hingga dalamnya tangga
jari manis. Maka pula ambil tali ukuran atas ‫[ ﺕ ﻙ ﺓ‬takat] kaki jari
main itu. Maka lipat lima. Maka buangkan satu lipat, ambil empat
lipat. Maka lantai atas pucuk tiang. Maka sempitlah tiang itu dan
panjang kaki itu tengah tiga hasta, tiga jari, dan tangga kaki itu tengah
dua tapak kaki jari main itu, dan ukuran bandul itu tapang tiang atas
kaki jari main itu juga, dan ukuran tetap tiang, dan alang ukuran itu
juga. Dan lagi kayu panjang, dan kayu kasar jantan, dan kayu tulang
rambungan, dan kayu tumpu kasar ukuran pucuk tiang itu juga, dan
lagi ukuran tunjuk langit. Ambil tapang kaki jari main dan kayu rasuk
ukuran tiga tempat.
Pertama tempatnya, dan kedua sama tengah, dan ketiga sama besar
hujung tiang. Dan jika tiada boleh seperti yang tersebut itu, jangan
diperbuatkan rumah itu. Tiada baik dan adapun yang celaka diperbuat
rumah bertangga itu. Tiada boleh yang tersebut ukuran itu dan terus
lubang tulang rambungan ke tanah tembus pahatnya. Tunjuk langit
atau alang belaka, dan layangnya pun pendek, dan tentak, dan lapan,
dan kapak, dan lurus dan bujur melintang dan ‫[ ﻙ ٌ ﺝ ڠ‬kajang] putih
tunjuk langit, dan anak tiga ibu dan lagi segala lubang tiang kanjang
semuanya. Inilah yang dikatakan oleh tukang yang dahulu kala itu
wallahu‟alam.
{Sebermula} adapun rumah yang bepilih buat sih layang-layang, dan
belidah mama dua ‫[ ﻭ ٌ ﺝ ڠ‬manjung], dan tangga kepala rasuk, dan
penyumbat, dan balai lintang matahari naik, dan matahari jatuh itupun.
Dan beranak ‫[ ﻙ ﻝ ﻭ ڠ‬keluweng] dan gajah menyusu. Dan pintu rumah
atau pintu pagar di bawah matahari itupun tiada boleh kita duduk
niscaya jangan diperolehnya.
{Sebermula} adapun ukuran hendak kali telaga. Maka ambil tali, tarik
sekeliling rumah di kaki tiang itu. Maka suk tiang-tiang ‫ﺝ ﺭ ﻭ ڠ‬
[jurung] matahari jatuh belah hulu. Maka tujukan jurung tiang belah
matahari naik belah hilir. Maka tali yang dikelilingi itu tarik samanya
hulu, ke timur. Maka susut tali itu. Maka telaga pun kalilah pada sama
tengah di hujung tali itu, dan adapun telaganya jurung itu empat. Dan
lagi belah timur itu telaga penawar, dan telaga jurung belah matahari
jatuh belah hulu itu telaga perumpun, dan telaga jurung belah matahari
naik itu telaga rajin, dan telaga jurung belah matahari jatuh belah ilir
itu telaga pencuri. (Hal. 97-98)

124
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
19) Ukuran bandul dengan serambi
Adapun caranya sebagai berikut. Yang pertama ukuran bandul, cara
mengukurnya ambil tali, lalu tali ditarik ke dalam kekaman bandul pendek, lipat
tali menjadi tiga lipatan, lalu buangkan dua lipat, ambil satu lipat maka dua yang
kekiri kenalah serambi selalu itu, lalu curi sebelah ibu tengah dua batang tiang.
Yang kedua ukuran panjang tiang serambi, cara mengukurnya tarik tali sama
panjang pada tiang atas enam lubang rasuk itu hingga habis, lalu tali dilipat
menjadi tiga, lalu buangkan satu lipat, ambil dua lipat maka yang dua lipat itu
curi, lalu buangkan pulla tengah dua bunga maka putuslah tiang serambi selalu
itu, tiang serambi bawah itu jangan diperbuat, melainkan tilik dengan bandul
pendek. Yang ketiga ukuran luas talu yang bersaluran, cara mengukur ukurannya
berukuran enam hasta atau enam jari luasnya didalam, sama halnya dengan
ukuran tilik tiang. Yang keempat ukuran luas yang bersaluran dua beranak
keluweng, cara mengukur ukurannya berukuran sebelas hasta dan enam jari. Yang
kelima ukuran buat rumah kaca menyusush, cara mengukurnya ibunya tiga,
anaknya dua, serambinya empat dan salurannya empat. Yang keenam ukuran luas
jemuran hadapan, cara mengukur ukurannya berukuran sepuluh selak tingkat.
Yang ketujuh ukuran luas jemuran belah lintang hadapannya pemilihan belidah
sayatlah yang bertingkat rasuk dan penyumbatnya. Yang kedelapan ukuran luas
jemuran belah linttang dibelah belakang pemilihan belidah sayatlah yang
bertingkat kepala rasuk.

(Dan adapun) pada menyatakan ukuran bahagian bandul itu dengan


serambi itu. Maka ambil tali tarik dalam kekaman bandul pendek itu.
Maka dilipat tali tiga tali itu. Maka dibuangkan dua lipat, diambil satu
lipat. Maka dua kiri kenalah sebelah serambi selalu itu. Maka curi
ambil sebelah ibu itu tengah dua batang tiang. (Dan adapun) ukuran
panjang tiang serambi itu. Maka tarik tali sama panjang tiang itu atas
enam lubang rasuk hingga habis buang tiang itu. Maka tali itu dilipat
tiga. Maka dibuangkan satu lipat. Maka ambil dua lipat. Maka dua
lipat itu. Maka curi buangkan pula tengah dua bunga, putuslah tiang
serambi selalu itu dan tiang serambi bawah itu tiada boleh serupa
ukurannya itu. Melainkan ‫[ ﺕ ً ﻝ ً ﻕ‬tilik] itu dengan bandul
pendeknya itu.
(Dan adapun) ukuran luasnya tali rumah yang besaluran itu, enam
hasta, enam jari luasnya didalam itupun tilik tiang itu juga adanya.
(Dan adapun) ukuran luas rumah yang besaluran dua beranak

125
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
keluweng itu sebelas hasta, enam jari. Itupun tiga oleh tukangnya juga
halnya. (Dan adapun) ukuran yang buat rumah kaca menyusuh itu,
ibunya tiga dan anaknya dua dan serambinya empat dan salurannya
itupun empat juga, dan luas jemuran hadapan itu sepuluh‫[ ﺱ ﻝ ﻕ‬selak]
tingkat, dan luas jemuran itu beli lintang dihadapannya dan pemilih
belidah sayatlah yang betingkat rasuk dan penyumbatnya dan beli
lintang dibelah di belakang pemilih belidah sayatlah yang betingkat
kepala rasuk dan penyumbat itu juga itulah amal rumah raja-raja yang
asalnya. (Hal. 98-99)

20) Kayu yang berasal dari rumah raja-raja


Jenis-jenis kayu yang berasal dari rumah raja-raja. Adapun jenisnya
yaitu kayu potok, kayu bilim, kayu kratom, kayu krasni, kayu tanjung, kayu jijir,
kayu ru, kayu setirbal. Kayu tersebut janganlah dibuat jahat tiada baik,jika
diperbuatkannya akan beroleh kesakitan dan tiada kebaikan, selamat dan
sempurna.

{Bab ini pada menyatakan kayu yang asal rumah raja-raja }


Tiada harus diperbuatkan rumah kita papa, dan keturunanya, dan telah
tiada selamat sempurna senantiasa. Pertamanya kayu potok, dan kayu
bilim, kayu kratom, dan kayu krasni, dan kayu tanjung, dan kayu jijir,
dan kayu ru, dan kayu setirbal. Jangan diperbuat jahat tiada baik, jika
di perbuatnya diberoleh kesaktian dan tiada beroleh kebajikan dan
selamat dan sempurnanya. (Hal. 99)

21) Nasehat orang hendak menyambut ru semagat rumah


Adapun nasehatnya yaitu nasehat tiga jenis dan tiga warna,
warna kuning, merah dan putih, lawatnya (telur ayam tiga butir), lalu dibuat
ke warna kuning, merah dan putih, lalu bubuh atas nasehat tiga warna itu,
pisang tiga perkara (emas, lemak manis, dan keras), kayu yang manis
(nangka, kurma, dan durian), lalu tiga pucuk itu dipaku, beri tiga karung
emas bekas sekalian dengan buahnya, lalu dipanggillah seorang tabib maka
dibacalah nasehat untuk menyambut ru semangat rumah.
{Bab ini pada menyatakan nasihat orang hendak menyambut ru
semagat rumah}
Yang baharu duduk dan yang berpindah, hendak duduk dan rumah
yang‫[ ﺏ ﺭ ﻙ ٌ ﺝ ﺓ‬berkancah]. Maka adalah satu-satu kerusakan
dirumah itu. Maka inilah. Maka ceritera yang tersebut itu maka
diperbuatlah nasihat tiga jenis, tiga warna. Kuning dan merah dan
putih. Dan ‫[ال ﻭ ﺕ ڽ‬lawatnya] telur hayam tiga butir dibuat kuning dan
buat merah dan buat putih. Maka yang tiga jenis itu bubuh atas nasihat

126
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
yang tiga warna itu dan pisang pun tiga perkara. Pisang emas, dan
pisang lemak manis, dan pisang kerasa. Dan kayu yang manis yaitu
buah nangka, atau buah kurma atau durian salah satu tiada mengapa.
Dan dianya tiga pucuk itu ‫[ ﻑ ﺡ ﻭ‬pahu] beri tiga karung emas bekas
tersebut itu, sekalian buah satu bukus. Maka seorang tabib pun lalu
dipanggillah hai ‫ٌ ڠ‬ ٌ [nanang] karena itu pulanglah ‫ﻙ ٌ ﺝ ڠ‬
[kanjeng] setelah marilah makan idanganku ini, aku hendak anjamu.
Mari aku hendak suruh duduk selera ِ ‫[ ﻕ ﺱ ﺍ ﻝ‬kesa lah] anjeng
setanam, jikalau tak selara kesam, beri rasuk bisa anjeng setanam ini,
tanggunglah hak aku ini dari dunia datang ke akhirat. Hai sri kuning,
sri kemalam. Naiklah sri mu, pulanglah kanjemg setanam. Jikalau tak
pulang, duduk. Jika siang seperti matahari naik cahayamu, jikalau
malam cahayamu seperti penuh punama٢ ‫[ ِ ﺏ ﺍ ﻯ‬habai-habai]. Jangan
tidak barang siapa-barang siapa hendaklah menyambut rumah yang
tersebut itu. Maka lentak pahatlah perkeras supaya jangan tidak tama
al-kalam bil khair „ajmain. (Hal. 99)

22) Membuat pintu papan

Adapun cara dan pengaruhnya adalah sebagai berikut. Papan jantan


menghadap ke kepala tidur, papan bertanah mengarah belah hilir, papan dalam
atau papan betina mengarah belah matahari naik, papan jantan mengarah belah
matahari jatuh, jangan diberi tapak antara jurung papa dengan jurung ibunya tiada
baik tempat itu, tuan rumahnya menghadap ke matahari naik dibelah hulu atau
menghadap kiblat atau mengarah kepala tidur akan sempurnalah tidurnya dan
jangan diberi kejahatan ketika akan diisikan pada rumah itu, lalu diisikan ruang
belah matahari naik, jika di belah matahari jatuh diisikan padinya tiada boleh
kebaikan tempat asalnya, tempat dapur dari serambi belah matahari jatuh dan
tempat tepian disusur tiang tengah serambi.

{Bab ini pada menyatakan buat pintu papan}


Maka diperkenankan papan jantan belah itu rumah kepala tidur dan
papan bertanah itu belah ilir dan papan dalam itu papan betinanya
belah matahari naik, dan papan jantan belah matahari jatuh dan lagi.
Jangan diberi tapak jurung papa dengan jurung ibunya, itu tiada baik
dan tempat tidur itu. Tuan rumahnya itu menghadap ke matahari naik
belah hulu, atau menghadap kiblat, atau kepalanya. Maka
sempurnahlah tidur itu tiada boleh kejahatannya dan lagi hendak
diisikan pada rumah itu. Maka diisikan ruang belah matahari naik.
Maka sebenarnya jika boleh matahari jatuh diisikan padinya tiada
boleh kebajikan bukan tempat asalnya, dan lagi tempat dapur itu dari

127
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
serambi matahari jatuh itu, dan tempat tepian itu disusur tiang tengah
serambi itu, jangan tiada. Inilah silsilah orang tua-tua dahulu kala
sampai pada masa ini itulah adanya, bohongnya jua. (Hal.99-100)

23) Membuat pintu papan

Adapun caranya yaitu dihastakan panjang tiang dan kayu alangnya


sekian panjang, lalu diberi tanda sekat dengan kikisan, lalu totok alang keduanya,
ambl tali, lalu tarik sekat yang diberi tanda kikisan, totok lagi kedua alangnya, lalu
tali itu dilipat, tanda itu dipahat diberi lubang, dipotong tunjuk langit, ambil, lalu
ditarik alang sekat yang dikikis, tali dilipat tiga, buangkan satu lipat, ambil dua
lipat, lalu tarikanlah tunjuk langit ke atas, taruh tanda sama tengah dan tunjuk
langit, lalu ambil kayu kasar jantan panjangnya beri serong, lalu kasar jantan
diberi sekat sama tengah dan tunjuk langit, curi tiga jari ujung, lalu kenakan pada
batal bilik tulang rambungan dan ukuran panjang layangnya, ambil tali, tarik sekat
kikisan alang, lalu tunjuk langit, ambil tengah dua tapak, lepas tunjuk langit maka
talinya itu ditarik sekat tunjuk langit, lalu ke ujung tulang rambungannya, jika
gerak putuslah ukuran panjang tumpu itu yang pendeknya setapang lebar tunjuk
langit, lalu tumpu kasar serambi selalu itu dibuangkan setapang tunjuk langit, jika
gerak putuslah didalam jala itupun serta tilik yang ada dan ulanya uting-uting tilik
rambungnya dengan tumpu ibu dengan serambi maka ulanya dan ukuran luas
tumpu kasar dengan totok alang itu empat jari luasnya, ukuran tumpu kasar
serambi selalu itu luasnya uting-uting turunkan ke kepala, pendek bandulnya dua
jari, ukuran tumpu kasar serambi basah itu lasnya sehasta jari manis, dan ukuran
ulasan panjang tiang serambi basah itu seukuran dengan serambi.

{Bab ini pada menyatakan hendak mula tanda ‫[ ﻭ ٌ ڠ ﻙ ﻭ‬menanggam]


rumah}
Maka dihastakan sekian panjang tiangnya dan kayu alangnya sekian
panjang. Maka tanda taruh sekat kikisan, totok alang keduanya itu.
Maka ambil tali, tarik sekat kikisan, totok alang keduanya itu. Maka
tali itu dilipat itu lipat. Maka tanda pahatlah lubang potong tunjuk
langit itu. Maka ambilah, tarik alang sekat kikisan alang itu. Maka tali
itu di lipat tiga. Maka buangkan satu lipat, ambil dua lipat. Maka
tarikanlah, tunjuk langit itu, lalu ke atas. Maka tanda taruhlah sama
tengah, tunjuk langit. Maka ambil kayu kasar jantan. Maka panjang,
beri serong. Maka kasar jantan beri sama tengah sekat tunjuk langit,

128
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
dan sama tengah kasar jantan, tunjuk tengah itu. Cuci tiga jari ujung
itupun telak batal bilik tulang rambungan dan ukuran panjang
layangnya itu.
Ambil tali, tarik sekat kikisan alang, lalu ke tunjuk langit. Maka curi,
ambil tengah dua tapak, lepas tunjuk langit. Maka tali itu tarik sekat
tunjuk langit, lalu ke hujung tulang rambungannya. Maka tanda gerak
putuslah dan ukuran panjang tumpu ibu itu, pendeknya setapang lebar,
tunjuk langit dan tumpu kasar serambi selalu itu, buangkan tapang
tunjuk langit gerak putuslah di dalam jala itupun. Tilik adanya dan
ulanya uting-uting tilik tulang rambungnya dengan tumpu ibu dengan
serambi sama-samakan. Itulah yang ulanya dan ukuran luas tumpu
kasar dengan totok alang itu, empat jari luas dan ukuran tumpu kasar
serambi itu luasnya uting-uting turunkan ke kepala benarnya pendek
bandulnya dua jari dan ukuran tumpu kasar serambi basah itu, luasnya
sehasat jari manis dan ulasan panjang tiang serambi basah itu
seukuran dengan serambi itu juga tamat. (Hal. 100)

24) Ukuran panjang tiangnya dengan bandulnya

Dari kutipan di atas dapat diketahui ukuran panjang tiang


dengan bandul. Jika panjang tiang tujuh hasta maka ukuran panjang
bandulnya sembilan hasta. Jika panjang tiang sembilan hasta maka ukuran
panjang bandul setapak tangan. Jika panjang bandul tengah empat belas
hasta maka panjang tiangnya empat belas hasta. Jika panjang bandul
delapan belas hasta maka ukuran panjang tiang tengah delapan belas hasta.
Jika panjang bandul tengah tiga likur hasta maka ukuran panjang tiang itu
maka tidak habis ukurannya.

{Bab ini pada menyatakan ukuran panjang tiangnya dengan bandulnya


itu}
Dan juga tiangnya itu panjangnya tujuh hasta, dan ukuran panjang
bandulnya itu sembilan hasta, dan jika panjang tiangnya sembilan
hasta setapak tangan, dan ukuran panjang bandulnya tengah empat
belas hasta panjangnya, dan juga panjang tiangnya itu empat belas
hasta, dan ukuran panjang bandulnya itu delapan belas hasta
panjangnya, dan juga panjang tiangnya itu tengah delapan belas hasta
panjangnya, dan ukuran panjang bandulnya tengah tiga likur hasta
panjangnya itupun tidak habis ukurannya tamat. (Hal. 100)

129
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
25) Memilih kayu akan dibuat untuk belandang

Adapun caranya yaitu melihat jenis kayu yang akan dibuat seperti
kayu jati, kayu hanaris, kayu jurang, dan kayu jambu air, kayu-kayu tersebutlah
yang akan digunakan untuk membuat belandang dapur supaya tidak hangus rumah
tersebut, ukuran belandang yang panjang ukuran itu lilik pertah tapaian, ukuran
belandang yang pendek itu ukuran tapak kaki tapaian, lalu ukur dapur itu maka
ambil tali, lalu tarik bandul pendek yang didalam kekaman lipat tiga, lalu
buangkan satu lipat maka ambil dua lipat, lalu ambil setapan untuk lebarnya, lalu
gerak maka putuslah tapak pendek belandang belah bandul panjang itu, lalu
buangkan pendeknya setapan lebar maka corannya pun pendek. Inilah ukuran
yang harus diperbuat, jika tiada diperbuat tiada selamat dan jika diperbuat
lepaslah daripada kebakaran.

{Bab ini pada menyatakan kayu hendak buat ‫[ ﺏ ﻝ ٌ ﺩ ﺍ ڠ‬belandang]


dapur}
Pertamanya kayu jati, dan kayu hanaris, dan kayu jurang, dan kayu
jambu air. Itulah asalnya belandang dapur kita, tiada boleh hangus
rumah itu adanya dan ukuran panjang belandang yang panjang itu lilik
air pertah tapaian ini itu, dan belindang yang pendek itu ambil ukuran
tapak kaki tapain itu. Inilah dan jangan tidak tiada diperbuat, tiada
selamatnya. Jika diperbuatannya lepas daripada api makan rumah
inilah ceritera daripada zaman dahulu kala dan lagi ukurannya pula
dapur itu, ambil tali tarik bandul pendeknya didalam kekamannya itu,
lipat tiga, dibuangkan satu lipat, diambil dua lipat. Maka curi ambil
pun setapan lebarnya pula, lalu gerak putuslah dan tapak pendek
belidang belah bandul panjang ibunya itu, buangkan pendeknya
setapan lebar corannya pun pendek. Inilah ukuran orang tua-tua
dahulu kala suruh buat pada masa ini lepaslah daripada api. Maka
dapur itu juga dimakan tiada mengapa lariknya habai-habai pakai,
jangan tidak juga tiada pakainya boleh jahat hanguslah oleh api rumah
itu adapun bahunya. (Hal. 100-101)

26) Nasehat buat tangga rumah

Nasehat buat tangga rumah yaitu tangga itu panjangnya tengah lima
hasta, tangga anak panjangnya tengah lima hasta, banyak anaknya tujuh potong,
lima potong, tiga potong, untuk tangga anaknya jangan diperbuat tiada baik akan
beroleh jahat, tiada selamat sempurna tangga itu, tuan rumahnya jahat atau gila,

130
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
dan akan jatuh atas tangganya, tempat kasa tangganya di belah matahari naik,
jemuran di belah hilir.

{Bab ini pada menyatakan nasehat buat tangga rumah}


Maka ibunya itu panjangnya tengah lima hasta, dan anaknya itu
panjangnya tengah tiga hasta, dan banyak anaknya itu tujuh potong
atau lima potong atau tiga potong genap itu. Jangan diperbuatkan tiada
baik, beroleh jahat, tiada selamat sempurna tangga itu padanya, atau
tuan rumahnya jahat, atau gila, atau jatuh atas tangganya dan lagi
tempat kasa tangganya itu belah matahari naik, jemuran belah hilir
sekali itulah asal tempat duduk dia dan alif sebutir tangga belah hulu
itupun baik juga. (Hal. 101)

27) Nasehat buat gayung

Nasehat gayung yaitu jangan ditabuk namun ditumbuk, beri


sendok air dengan tempurung, lalu kenakan antara keduanya, jika tiada kena
akan beroleh jahat dan tidak akan mendapat kebaikan pada orang yang
makan air gayung itu.

{Bab ini nasehat gayung}


Jangan di ‫[ ﺕ ﺏ ﻕ ڬ ِ ﺭ ﻭ‬tebak gaharu]. Maka ditumbuk beri kena
cendok air pertanya tempurung itu, jika tiada kenanya beroleh jahat
tiada boleh kebajikan orang makan air gayung itu. (Hal. 101)

28) Nasehat buah sendok

Nasehat buah sendok yaitu jangan diberi urat tempurung yang tengah
diparut itu, akan beroleh jahat dan tiada baik seharipun. Jika diperbuatnya akan
beroleh sakit perut selama-lamanya tuan rumah yang makan air itu.

{Bab ini nasehat buah sendok}


Jangan diberi urat tempurung itu, tengah parah itu jahat tiada baik
seharipun tiada diperolehnya. Jika diperbuat padanya beroleh sakit
perut selama-lama tuan rumah yang makan air padanya. (Hal. 101)

131
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
29) Nasehat buat timba

Nasehat buat timba yaitu jangan dibuat sampan maka akan celaka dan
jahat, jangan diikat empat tempat maka akan celaka, jangan diikat enam atau
delapan ikat maka tiada selamat tima itu selama-lamanya, yang baik itu diikat
tiga, lima, tujuh tempat atau lebih, jangan diperbuat selain yang disebutkan itu
tiada baik, ikat dama pun demikian juga, jangan diikat dengan bilangan genap
maka akan beroleh dama orang rumah itu, jangan ditumbuk dari lubangnya maka
akan beroleh celaka, diperbuat tiga lubangnya maka akan beroleh rahmat padanya.

{Bab ini nasehat buat timba}


Jangan diperbuat sampan celaka jangan tidak baik beroleh jahat dan
lagi jangan diikat empat tempat celaka atau enam atau delapan ikatnya
tiada selamat timba itu selama-lamanya. Dan asal yang baik di ikatnya
tiga tempat dan lima tempat dan tujuh tempat dan lebih daripada itu.
Jangan diperbuat bukan ada ikat timba itu tiada baik (dan ikat dama)
pun demikian juga. Jangan diikat beri genap, jika ia padanya
berolehkan dama orang rumah itu dan seorangnya itupun. Jangan
ditumbuk dari lubangnya celaka juga melainkan tiga lubangnya juga
baik beroleh rahmat adanya. (Hal. 101)

30) Nasehat tempat berbuat rumah padi

Nasehat tempat berbuat rumah padi yaitu tempat asalnya sebelah


matahari naik disebelah hulu atau sebelah hulu rumahnya atau sebelah hulu
matahari naik sebelah hilir rumahnya. Jika diperbuat seperti itu baik maka akan
beroleh kebaikan, harkat, derajat pada orang yang berbuat tempat itu dan beroleh
harkat turun temurun selama hidup orang itu.

{Bab ini nasehat tempat berbuat rumah padi}


Tempat asalnya belah matahari naik belah hulunya atau belah hulu
rumahnya atau belah hulu matahari naik ilir rumahnya itupun. Boleh
juga tiada mengapanya sedikit bukan tempat asalnya rumah itu jika
diperbuatkan seperti itu beroleh kebajikan dan harkat dan derajatnya
orang berbuat tempat itu beroleh harkatnya turun temurun selama-
lama hidupnya orang itu. (Hal. 101)

132
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
31) Nasehat orang hendak buat dinding papan

Nasehat orang hendak buat dinding papan itu. Adapun nasehatnya


yaitu jangan dibuat semuanya dari pohon, sebelah bawah sekarak dan sekarak
sebelah atas, lalu ikat sekehendak hati, juga dibuat papan atas bawah semuanya,
bukan asal dindin rumah orang yang berbuat ibadah kepada Allah ta‟ala, jika
diperbuatnya akan beroleh tuli, tiada rahmat dan selamat orang itu dan jangan
diperbuat untuk tempat tidur kita, pintu besar api berbuat buatan enam tempat,
tiada baik, tiada rahmat dan selamat ibadah. Itulah tempat tidur raja dengan istri
serta anak-anaknya, jangan diperbuat rumah berlala pada tanggga yang berpilih
sayat lala maka akan beroleh celaka pada orang yang duduk dirumah itu atau
orang yang naik turun juga akan kena celaka sebab kena napis.

{Bab ini nasehat orang hendak buat dinding papan itu}


Jangan dibuat semuanya buat papan sebelah bawah ‫ﺱ ﻙ ﺭ ﺍ ﻕ‬
[sekorek] sahaja dan sekorek sebelah atas itu. Ikat sekehendak hati
bolehpun bolehlah dan hentipun hentilah dan asal dindingnya dan juga
dibuat papan atas bawah semuanya bukan asal dinding rumah kita asal
dinding rumah orang berbuat ibadah kepada Allah ta‟ala. Jika
diperbuatnya beroleh tuli papa, tiada rahmat dan selamatnya orang itu
dan lagi pula jangan diperbuat akan tempat tidur kita. Pintu besar api
berbuat buatan enam tempat itupun, tiada baik boleh papa juga tiada
rahmat dan selamat ibadah tempat ketiduran raja dengan anak istrinya
itulah riwayat silsilah orang terdahulu kala sampai masa ini, lagi pula
ceritera dari pada tukang yang tiga beradik itu pada zaman dahulunya.
Jangan diperbuatkan rumah berangin itu berlala yang ditangga itu
berpilih sayat lala yang itupun celaka orang duduk rumah itu atau
orang yang naik turun itu semuanya kena celaka juga sebab kena ‫ٌ ﻑ‬
‫[ ً ﺱ‬napis] itulah adalahnya. (Hal. 101)

32) Nasehat diam akan dendam buat insan peri

Nasehat diam akan dendam buat insan peri yaitu jika mempunyai
dendam tiada baik dan beroleh celaka maka taruhlah ke rumah itu. Jika ditaruhnya
pada tuan rumahnya itu akan beroleh sakit atau gila.

133
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
{Bab ini nasehat jangan diam akan dendam buat insan peri}
Tiada baik celaka, bubuhlah kerumah itu. Jika dibubuhnya pada tuan
rumahnya itu, hendak sakit atau gila itupun. Wallahu a‟alam. (Hal.
102)

33) Mata kayu di atas naga kaki cermin itu empat pada hati

Mata kayu di atas naga kaki cermin itu empat pada hati yaitu tiang dan
tuan rumah tiada boleh kecurian dan tiada boleh hangus atau rusak rumah itu. Jika
bandul mata kayu empat jurung. Jika ada tiang itu mata, kayu yang belubang
seperti parut cawan telur dibawah pahatan lubang rasuk itu dan betuah tiang itu
bernama kunang menanti. Jika kayu berlubang seperti parut cawan telur diatas
pahatan lubang rasuk itu dan bertuah tiang itu bernama cupak menanti. Jika tiang
di atas sama tengah sampai ke rasuk dan bertuah tiang itu. Jika tiang itu belubang
sekat lubang pahatan rasuk itu, lalu ke bawah kaki tiang itu maka akan beroleh
celaka tiang itu, jangan diperbuat tiang rumah itu, tiada selamat dan beroleh keji.
Jika ada rumah tiada boleh kayu di atas alang akan beroleh celaka. Jika ada orang
yang akan membeli, jangan dibeli rumah rumah itu tiada baik, dan tiada kebaikan
pada orang yang duduk dan tiada sempurna rumahnya. Adapun nasehat tulang
rambung rumah raja-raja, tulang rambung yang bertuah itu mati dihujung belah
matahari hidup dan hujung belah matahari mati.

{Bab ini jika ada mata kayu di atas naga kaki cermin itu empat pada
hati}
Baik tiang itu tiada boleh kecurian rumah itu dengan sebab tuannya
juga jikalau itupun demikian itu juga, tiada hangus larak rumah itu
juga. Sebermula jikalau bandul mata kayu empat jurung itupun.
Demikian juga maksudnya, karena tua bandul itu diletakan Allah
ta‟ala juga rumah itu. Sebermula jika ada tiang itu mati. Kayu
belubang seperti parut cawan telur di bawah pahatan lubang rasuk itu,
betuah tiang itu kunang menanti namanya dan lagi jikalau ada mata
kayu belubang seperti cawan juga di atas pahatnya lubang rasuk
itupun, betuah juga tiang itu namanya cupak menani itulah adanya
itulah adanya.
(Sebermula) jika ada tiang itulah yang di atas sama tengah tiang
sampai ke rasuk itupun, betuah juga tiang itu dan jikalau tiang itu
belubang sekat lubang pahatan rasuk itu, lalu ke bawah kaki tiang itu

134
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
tiada baik celaka tiang itu. Jangan diperbuatkan rumah tiang itu, tiada
selamat jikalau di kerap butakan tingkat tiada mengapa keji boleh
jangan juga. Sebermula jikalau ada rumah itu tiada boleh kayu di atas
alang itu itupun tiada baik celaka rumah itu. Jika ada orang hendak
membeli jangan dibeli rumah itu tiada baik, kebajikan orang duduknya
tiada sempurna rumahnya, dan sebermula nasehat tulang rambungan
yang bertuah itu mati kayu di hujung belah matahari hidup, dan
hujung belah matahari mati. Itulah tulang rambung rumah raja-raja.
(Hal. 102)

34) Jika ada tiang itu banyak

Jika ada tiang itu banyak maka bawah ke dalam air, jika tembus dua
tiga lapan, maka kayu itu cengal, batu untuk tiang itu dibuatkan tiang seri serasuk
ketiganya, maka tiada putus rezeki tuan rumahnya atau tidak akan kebakaran
rumah itu

{Bab ini pada menyatakan jika ada tiang itu banyak}


Maka bawah ke dalam air. Maka jika adalah ‫[ ﺕ ﻭ ﺏ ﻭ ﻝ ﺍ ﺱ‬tembulas]
atau dua tiga lapan daripada itu tatkala semuanya. Maka kayu itu ‫ݘ ڠ ﻝ‬
[cengal] batu baik tiang itu buatkan tiang seri serasuk ketiganya tiang
itu, tiada putus rezekinya tuan rumahnya itu atau tiada dimakan oleh
api rumah itu juga. Inilah jalan silsilah orang tua-tua zaman dahulu
kala katanya yang rangkah bawahan hingga sampai pada masa ini
itulah adanya. (Hal. 102)

35) Nasehat berbuat doa tepung tawar

Nasehat berbuat doa tepung tawar. Adapun nasehatnya yaitu mulanya


dipercikanlah tepung tawar itu dikaki tiang samapai ujung tiang, letak beliung,
kapak, jati, lalu pahat dengan cara memalunya di atas tiang seri itu, ambil dan
dipegang, lalu dilepas serta diucapkan doanya, cari taukan aku akan asal ciri-ciri
besar seri atas sembilan puluh, bukan aku melepaskan, cari thabib yang besar
untuk melepaskan cirinya bukan aku yang melepaskan, cari parang yang besar
untuk melepaskan, cari sana pendahulu daripada laut berikan hutan tiada berorang
bamang yang tang perupak yang tiada bara api pandang yang tiada berdapat tanah
yang tiada keradang itulah tempatmu, jikalau enggaku tinggal empat kaki, lalu
hitung dua, tiga, empat, lima, enam, tujuh, lepaslah pada tahun ini, bulan ini, hari

135
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ini, lepaslah-lepaslah diucapkan tiga kali berturut-turut serta tarik lepas, lepas
dengan napas kita sekali.

{Bab ini pada menyatakan nasehat berbuat doa tepung tawar }


Inilah doanya “aku berlindung kepada Allah dari godaan setan yang
terkutuk, dengan menyebut nama Allah yang maha pengasih lagi
maha penyayang” sana yang berhaluan [al-watir] kaum ‫ﺕ ﺃ ﺏ ً ڽ‬
[tabiinya] ‫[ ﺏ ﺍ ﻭ ﺭ ﺕ‬bairat] ‫[ ﺩ ﺍ ﺏ ﺍ ﺝ ﺭ‬di abajar] ini mujarab maka
lalu dipercikanlah tepung tawar itu di kaki tiang sampai ke hujung
tiang tentak dengan beliung kapuk dengan jati, pahat dengan
memalunya.
Maka tentak di atas tiang seri itu. Maka lalu diambil pegang lepas
serta dikatanya doa ini sekali dengan perkeras inilah katanya cari aku
tahukan asal ciri-ciri besar seri atas sembilan puluh bukan aku
melepaskan, cari tukang yang besar melepaskan cirinya bukan aku
yang melepaskan, cari tabib yang besar melepaskan cirinya bukan aku
melepaskan, cari parang yang besar melepaskan cirinya sana
pendahulu daripada laut tiada berikan hutan tiada berorang ‫ﺏ ﻭ ڠ‬
[bamang] yang tang perupak, yang tiada bara api pandang yang tiada
berdapat tanah, yang tiada keradang.
Itulah tempat mu jikalau engkau tinggal empat kaki, kembalilah
kepada binatang empat kaki. Jiakalau engkau daripada binatang dua
kaki, kembalilah kepada binatang yang dua kaki. Jikalau engkau
datang daripada binatang yang melata, kembalilah kepada binatang
yang melata. Pindah engkau dari sini jikalau engkau tiada pindah
durhakalah engkau kepada Allah, durhakalah kepada guruk,
durhakalah kepada kusidilah guruk sedia menjadi kepada aku dengan
berkata-kata tiada tuhan selain Allah Muhammad utusan Allah al-
muda emas dua tiga empat lima enam tujuh lepaslah pada tahun ini,
pada bulan ini, pada ini, lepaslah-lepaslah, kata tiga kali berturut-turut
serta tarik lepas lepas dengan napas kita sekali. Inilah adanya. (Hal.
102)

36) Nasehat api-api tiada diperoleh naik rumahnya

Nasehat api-api tiada diperolah naik rumahnya. Adapun nasehatnya


inilah katanya (tu‟ zakat nelan badan terapi milad punya kata keci makan berjari
ang sasyu tahta ang tua tegak kata keci mutlak kelak ketua „ala pada mengkata
keci mi ang ngerasang kabar kelak keci maki ang laku kurkur tang laku sukma
palung mi laa pipin ingkan maha kena kata zakanya pera‟in berapa laba ruang kata
zakat peruan lewat perkena), lalu ambil benang lalu perkeras sepuluh, ambil beras

136
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
letakkan di atas benang yang di sepuluh itu, maka tiang itu terajah semua belaka
dan terletak menghadap pada pada lubang kaki semuanya, lalu ambil petas tahta
turun ke dalam lubang, tiang itu pun jangan diberi orang melangkahi jika
diperbuatnya tidak akan terjdi hajat kita, lalu tiang itu dirajut denagan pahat, yang
akan dipahat yaitu kepala depan kaki tiang dan kepala lima dari kaki dan cara
membelah di dalam tanah juga diperbuat, maka rajahlah semua tiang itu,tiang
perkeras yang di sepuluh diletakkan beras itu, lalu ditarik benang itu, maka
bolonglah sedia kala, maka jatuh ke dalam lubang belaka semuanya.

{Bab ini pada menyatakan nasehat api-api tiada diperoleh naik


rumahnya}

Inilah katanya (tu‟ zakat nelan badan terapi milad punya kata keci
makan berjari ang sasyu tahta ang tua tegak kata keci mutlak kelak
ketua „ala pada mengkata keci mi ang ngerasang kabar kelak keci
maki ang laku kurkur tang laku sukma palung mi laa pipin ingkan
maha kena kata zakanya pera‟in berapa laba ruang kata zakat peruan
lewat perkena)

(Maka) ambil benang perkeras itu. Maka sepuluh ambil beras bubuh
di atas benang yang disepuluh itu. Maka tiang itu pun sudah ‫ﺕ ﺭ ﺍ ﺝ‬
ِ [terajah] semuanya belaka dan lagi tiang itu pun sudah telentak
mengadap kepada lubang kaki tiang semuanya sudah belaka. Maka
lalu diambil ‫[ ﻑ ﺕ ﺱ‬petas] tahta turun ke dalam lubang itu, sekeping-
keping segenap lubang jangan tiada. Maka tiang itu pun janganlah
diberi orang langkah jika dilangkahinya tiada boleh seperti hajat kita.
Inilah adanya dan lagi.

Maka tiang itu pun dirajut buat dengan pahat kepala depan tapak kaki
tiang dan satu lagi pula buat dirajut dengan pahat buat kepala lima dari
kaki cara membelah di dalam tanah itulah harap perbuatnya. Maka
rajahlah semuanya segala tiang itu. Maka tiang perkeras yang
disepuluh dibubuh beras itu, lalu di hempas dua tiga empat lima enam
tujuh, dilepas-lepas kata tiga kali berturut, lalu ditariklah benang itu
bolong puluh bagi sedia kala. Maka pun jatuh ke dalam lubang belaka
semuanya itu. (Hal. 103)

137
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
37) Nasehat pula tukang yang tiga beradik

Nasehat tukang yang tiga beradik. Adapun nasehatnya yaitu inilah


katanya “ maha ciri, maha ciri, aku tahukan asal ciri seri atas sembilan puluh
bukan aku yang melepaskan tukang yang melepaskan tukang yang asal tiga
beradik, tapi yang melepaskan cirinya tukang tua yang melepaskan cirinya bukan
aku yang melepaskan cirinya, lalu dihitung dua, tiga empat, lima, enam, tujuh,
lepaslah pada tahun ini, hari ini, dan masa ini, lepaslah jangan tuntut doa diri di
atas sampai ke akhirat serta ditarik lalu dilepas, lalu dipahat ke dalam lubang tiang
lalu lepas serta sholat tiga kali, lalu panjatlah tiang itu ke dalam lubang dan jangan
diberi jatuh dahulu.

{Bab pada menyatakan nasehat pula tukang yang tiga beradik}


Itu serupa ketika belapis cirinya barang yang diperbuatkannya atau
pintu barang pintu atau akan gajah atau rumah atau perahu atau
burung sekalian yang diperbuatnya. Inilah katanya (ama ciri, maha
ciri, aku tahukan asal ciri seri atas sembilan pula. bukan akan aku
yang melepaskan, tukang yang asal tiga beradik itulah yang
melepaskan cirinya, tukang tua yang melepaskan cirinya, bukan aku
melepaskan cirinya, bukan yang tengah yang melepaskan cirinya,
bukan aku yang melepaskan cirinya, tukang beras yang melepaskan
cirinya, barang sekalian ciri semuanya lepaslah kepada tubuh dan
badan segala. Maka hidung, kaki, tangan, segala nak liang rumah akan
ini pulang kepada tempat asal engkau. Jika dimata aku pulanglah ke
matanya. Jika mata pulanglah ke mata engkau. Jika mata kayu
pulanglah ke mata kayu. Jika mata air pulanglah ke mata air. Jika mata
angin pulanglah ke mata angin. Jika dipusat ‫[ ﺕ ﺱ ﺕ‬tasit] pulang ke
pusat tasit engkau. Jika engkau tak balik durhaka engkau kepada Allah
ta‟ala dirukiah kepada tukang yang tiga beradik dirukiah kepada
kusidilah guru, sedialah menjadi kepada ku dengan berkat La Ilaha
Iallah Muhammad Darusulluallah.
Lalu di atas dua, tiga, empat, lima, enam, tujuh, lepaslah kepada
tuhan ini kepada hari ini kepada masa ini, lepaslah jangan tuntut ‫ﺩ ﻉ ﻭ‬
‫[ ﻯ‬di „aui] diri di atas sampai ke akhirat serta di tarik lepas itu, lalu di
pahat ke dalam lubang tiang lepas itu serta sholat tiga kali, lalu
panjatlah tiang itu ke dalam lubang segala semuannya jangan diberi
jatuh dahulu. Kemudian tiang itu tiada boleh seperti maksud jatuh
kita. Inilah hal adanya tama al-kalam pada menyurat silsilah tukang
pada zaman dahulu. (Hal. 103)

138
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
38) Nasehat hendak memahat tiang rumah padi

Nasehat akan memahat tiang rumah padi . adapun nasehatnya yaitu


ambil tali, lalu tarik panjang itu dan dilipat dua, letak tanda pada hasil tiang itu,
ambil tali, lalu tarik sedikit tanda hati itu ke ujungnya, lalu lipat dua tali itu, ambil
ukuran rasuk itu,sekat tanda pahat tiang itu belah bawah tapak selebar rasuk
rumah, maka curai ke bawah tiga rasuk sejari manusia, inilah pahatnya rasuk
rumah, jika diperbuat akan beroleh harkat dan berkat dan selamat orang itu.

Ukuran pahat tiang jelapang. Adapun ukurannya bermula curi pula


lima, tapak rasuk turun ke bawah dan pahat, maka kenalah tiang itu, jika diperbuat
akan beroleh berkat dan selamat, sempurna harkat dan berkat jelapung itu. Ukuran
pahat tiang bawah. Adapun ukurannya bermula curi pula tujuh, tapak lebar rasuk
turun ke bawah, lalu pahat lubang rasuk itu, jika diperbuat akan beroleh kebaikan
selama-lamanya sampai pada anak cucunya. Ukuran pahat rumah jamban. Adapun
ukurannya bermula curi ke bawah pula dua tiang, rasuk turun ke bawah pula
habai-habai, jika tidak diperbuat akan beroleh malu tuan jamban itu. Ukuran
bandul rumah. Adapun ukurannya bermula sembilan hasta dalamnya, bandul
pendek enam hasta dalamnya, ukuran bandul rumah jelapung itu panjangnya
sepuluh hasta setapak tangan panjangnya, bandul pendeknya enam hasta
dalamnya, ukuran bandul bawah tiga hasta sejangkal panjangnya, ukuran bandul
pendeknya tujuh hasta dalamnya

{Bab pada menyatakan nasehat hendak memahat tiang rumah padi}


Maka ambil tali tarik panjang tiang itu dilipat dua. Maka tanda
taruhlah tiang itu hatinya kemudian pula. Maka diambil tali tarik sikit
tanda hati tiang itu lalu kehujungnya. Maka dilipat dua tali itu. Maka
ambil ukuran rasuk rumah itu sekat tanda pahat tiang itu belah bawah
tapak selebar rasuk rumah padanya itu. Maka curai kebawah tiga rasuk
sejari manusia, inilah pahatnya lubang rasak rumah padanya itu harkat
dan berkat oleh selamat kebajikan orang itu tiada berputusan
selamatnya dan adapun ukuran pahat tiang ‫[ ﺝ ال ﻑ ڠ‬jelapung] itu
curai pula lima, tapak rasuk turun kebawah pula, pahat kenalah tiang
itu jangan tidak berboleh berkat dan selamatnya sempurna harkat
berkat jelapung itu dan adapun lagi ukuran pahat tiang bawah itu curai
pula tujuh, tapak lebar rasuk turun kebawah pula, lalu dipahatkanlah
lubang rasuk itu beroleh kebajikan selama-lamanya bawa itu sampai
pada anak cucunya itu. (Dan kemudian) pada itu pula ukuran pahat

139
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
rumah jamban itu curai kebawah pula dua, tiang rasuk turun kebawah
itu pula habai-habai jangan tidak. Jika tiada diperbuatnya beroleh
malu tuan jamban itu.
(Dan sebermula) pada menyatakan ukuran bandul rumah, padanya itu
sembilan hasta dalamnya dan bandul pendeknya itu enam hasta
dalamnya dan ukuran bandul rumah jelapung itu bandul panjangnya
sepuluh hasta setapak tangan panjangnya itu dan ukuran bandul
pendeknya enam hasta dalamnya. Jika panjangnya itu dan lagi pula
ukuran bandul bawah itu tiga bisa hasta sejengkal panjangnya dan
ukuran bandul pendeknya itu tujuh hasta dalamnya itulah halnya
perbuatan tukang zaman dahulu kala mengikat sampai kepadanya
tempat. (Hal. 103-104)

39) Nasehat hendak memulai menatas bumi atau buat menggali rumah

Memulai menatas bumi atau buat menggali rumah. Adapun


nasehatnya yaitu Inilah katanya“aku berlindung kepada Allah dari godaan setan
yang terkutuk, dengan menyebut nama Allah yang maha pengasih lagi maha
penyayang, keselamatan atas kamu”. Wahai syekh itungan bahmin, syekh aisyah
upama ia bumi aku hendak menyatakan bahmin sedikit kepada muhi besi kala
kipas ku tiada kata kebayangnya matahari kata kebayangnya aku, bukan aku
melepaskan balanya, syekh sribumi yang berlepaskan balanya, bukan aku yang
melepaskan bayangnya, syekh temu kabar yang melepaskan sekalian bayang-
bayangan lepaslah. Jikalau engkau tak hendak lepas durhakalah engkau kepada
Allah ta‟ala durhakalah kepada ku.

{Bab ini pada menyatakan nasehat hendak memulai menatas bumi


atau buat menggali rumah}

Inilah kata-kata doanya “aku berlindung kepada Allah dari godaan


setan yang terkutuk, dengan menyebut nama Allah yang maha
pengasih lagi maha penyayang, keselamatan atas kamu” wahai syekh
itungan ٌ ً ‫[ ﺏ ِ ﻭ‬bahmin] syekh aisyah ‫[ ﺍ ﻑ ﻭ ﺍ‬upama] ia bumi aku
hendak menyatakan ٌ ً ‫[ ﺏ ِ ﻭ‬bahmin] sedikit kepada muhi besi kala
kipas ku tiada kata kebayangnya matahari kata kebayangnya aku
bukan aku melepaskan balanya syekh ‫[ ﺱ ﺍ ﺭ ﺏ ﻭ‬sribumi] yang
berlepaskan balanya bukan aku yang melepaskan bayangnya syekh
temu kabar yang melepaskan sekalian bayang-bayangan lepaslah.
Jikalau engkau tak hendak lepas durhakalah engkau kepada Allah
ta‟ala durhakalah kepada ku. (Hal. 104)

140
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
40) Rumah serambi selalu dua kepala tidur kaki tidur

Rumah serambi selalu dua kepala tidur kaki tidur itu. Adapun rumah
itu jangan memperbuat rumah yang menanggung kata tinggal disana tiada yang
sempurna dan tiada boleh kebaikan selama-lamanya, dan rumah itu pun tiada
kekal dengan sa‟ab rumah raja-raja dan rumah tempat orang berbuat amal ibadah
kepada Allah ta‟ala.

{Bab pada menyatakan rumah serambi selalu dua kepala tidur kaki
tidur itu}

Janganlah perbuatkan rumah tiada menaggung kita duduknya tiada


sempurna dan tiada boleh kebajikan selama-lamanya dan rumahnya
itupun tiada kekal dengan sa‟ab rumah raja-raja dan rumah tempat
orang berbuat amal ibadah kepada Allah ta‟ala. (Hal. 104)

41) Nasehat buat rumah tiga ruang atau empat

Nasehat membuat rumah tiga atau empat ruang. Adapun nasehatnya


jika rumah kita tiada menanggung dan kepapaan tiada selamat dan sempurna
rumah itu, melainkan rumah rajalah yang boleh duduknya dan lagi jangan
diperbuat kayu diatas antar tulanng rambung tiada menanggung rumah dan,
jangan diperbuat seramb kayu diletak atas tiada baik orang yang duduk dirumah
itu dan, jangan di buat garasi dari papaan orang-orang di bawah layang tebal dan
lebar tiada baik, jangan diperbuat bandul, jka diperbuat pada rumah kita duduk
boleh, tapi bukan asal diperbuatkan rumah kita duduk, asal rumah bandul tempat
orang berbuat amal ibadah kepada Allah ta‟ala, jangan diperbuat ayam, tebarlah
air bunga memekar air kali raya itu pun tiada boleh kita duduk dirumah itu dan
tiada selamat tuan rumah itu, akan mati atau berpindah tempat, jangan
diperbuatkan sekali-kali tiang lapan persegi tapangnya sama besar semua, jika
diperbuat akan beroleh mati dan tiada keturunan, jangan diperbuatkan tiang empat
persegi sama besar, keempat tapangnya tiada tiang corong rumah keempatnya
tiada baik dan tiada selamat orang duduk, rumah itu tiada mencekung, juga kecil
setapang atau dua tapang atau putus corongnya atau beri putus sebelah lubang
rasuk.

141
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
{Bab ini nasehat buat rumah tiga ruang atau empat}
Jika rumah kita tiada menanggung dan kepapaan tiada selamat dan
sempurna rumah itu, melainkan rumah raja itulah yang boleh
duduknya dan lagi jangan diperbuat kayu tiada atas ‫[ ﺍ ٌ ﺕ ﺕ‬antat]
tulang rambung itu tiada menanggung juga rumah itu dan lagi pula
jangan juga diperbuat bubuh atas serambi kayu taruh itu juga tiada
baiknya juga orang duduk rumah itu dan lagi jangan diperbuat juga
garasi dari papan orang-orang di bawah layang tebal lebar itu tiada
baik juga dan lagi jangan diperbuatkan bandul.
Jika diperbuat pada rumah kita duduk boleh bukan asal diperbuatkan
rumah kita duduk asal rumah bandul tempat orang berbuat amal
ibadah kepada Allah ta‟ala lagi pula jangan diperbuat ayam tebarlah
air bunga memekar air ً ‫[ ﻙ ال ﻯ ﺭ‬kali raya] itupun tiada boleh kita
duduk juga rumah itu tiada boleh kita duduk juga rumah itu tiada
selamatnya tuan rumah itupun mati atau berpindah tempatnya dan lagi
jangan diperbuatkan sekali-kali tiang lapan persegi tapangnya sama
besar semuanya itu papaan dan keturunan mati tiada lama dan lagi
jangan diperbuatkan tiang empat persegi sama besar keempat
tapangnya tiada rumah tiang corong keempatnya itu pun tiada baik
juga tiada selamat. Orang duduk rumah itu tiada mencekung juga dan
juga kecil setapang atau dua tapang atau putus corongnya atau kita
beri putus. Sebelah lubang rasuk tiada mengapa kata orang tua zaman
dahulu kala sampai pada masa ini. Maka dirangkah seperti itu adanya.
(104-105)

42) Jangan diperbuatkan rumah dua bekait

Dalam mendirikan rumah jangan diperbuatkan rumah dua berkait.


Apabila jemuran sama tengah sebelah rumah matahari jatuh itu lintang, sebelah
jemuran matahari naik lintang pula, jika diperbuatkan anak beroleh celaka dan
tiada kebaikan dan selamat padanya, yang duduk dirumah itu akan sakit keplala
atau sakit mata, nama rumah itu anjeng kakang tulang kapita.

{Bab ini pada menyatakan jangan diperbuatkan rumah dua bekait}


Jemuran ini sama tengah dan rumah matahari jatuh itu lintang pula
dan sebelah jemuran matahari naik lintang pula celaka tiada kebajikan
dan selamat padanya. Orang duduk itu sakit kepala atau mata itulah
yang dikatakan rumah anjeng kakang tulang kapita itu namanya
rumah itu. (Hal. 105)

142
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
43) Jangan diperbuat rumah juga matahari naik dan matahari jatuh

Dalam mendirikan rumah jangan diperbuatkan rumah sebelah


matahari naik dan jatuh. Apabila diperbuat pula ujung itu lintang dan pasang pula
pada saluran melintang, celah lintang dua buah jangan diperbuat tiada baik dan
jahat rumah dan akan ada perkelahian yang berbanta dan tiada baiknya orang itu,
nama rumah itu anjeng berbuat dan makanannya tulang.

{Bab ini pula jangan diperbuat rumah juga matahari naik dan matahari
jatuh}
Sebuah kabar berciri ‫[ ﺭ ڠ ﻙ ڠ‬rangkung]. Maka diperbuat pula ujung
itu lintang pasang sikat pula saluran melintang, celah lintang dua buah
itu jangan diperbuat tiada baik. jahat juga rumah itu perkelahian
berbantah tiada seramah belahnya orang itu. Namanya rumah itu
anjeng berbuat makannya tulang tiada selamat padanya. (Hal. 105)

44) Jangan diperbuat pula penyumbat melintang matahari dan penyumbat


jemuran

Dalam mendirikan rumah jangan diperbuat penyumbat melintang


matahari dan penyumbat jemuran, jika diperbuat sekali-kali akan beroleh jahat
dan jangan diperbuat tiada baik, jika diperbuat tiada baik untuk orang lain dan
padanya.

{Bab ini pula jangan diperbuat pula penyumbat melintang matahari


dan penyumbat jemuran}
Tiada baik jangan diperbuat sekali-kali jahat sangat jika diperbuat
sekali pun tiada baik kepada orang banyak padanya. (Hal. 105)

45) Nasehat bidang

Dalam mendirikan rumah terdapat nasehat bidang. Adapun nasehatnya


jangan diperbuat kelawi tiru tiada baik, jika sekali-kali diperbuat akan beroleh
jahat, yang diperbuatnya bukan asal bidangnya

143
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
{Bab ini pada menyatakan nasehat bidang}
Jangan perbuatkan kelawi tiru tiada baik, sekali-kali jahat bukan asal
dia bidang asalnya tiru itulah asalnya digelarnya. (Hal. 105)

46) Jangan diperbuatkan pintu

Dalam mendirikan rumah jangan diperbuatkan pintu. Jika diperbuat


pintu di bawah sambungan, jika diperbuat tiada baik dan akan ada perkelahian
pada tuan rumah itu.

{Bab ini pula jangan diperbuatkan pintu}

Dibawah sambungan silsilah antara tiada baik perkelahiannya pula


tuan rumah itu padanya. (Hal. 105)

47) Jangan diperbuatkan penyumbat kepada rasuk

Dalam mendirikan rumah jangan diperbuatkan penyumbat pada rasuk


. jika penyumbat rasuk dan penyumbat searmbi itu diperbuat tiada baik orang
yang duduk dirumah itu akan timbul perkelahian yang berbanntah dan bertikam
selama-lamanya tuan rumah itu

{Bab ini pula jangan diperbuatkan penyumbat kepada rasuk}


Dan penyumbat serambi itu pun tiada baik juga orang duduk rumah
itu berbantah hendak betikam selama-lama tuan rumah itu padanya.
(Hal. 105)

48) Jangan diperbuat rumah dibubuh alang

Dalam mendirikan rumah jangan diperbuat rumah yang ditaruh alang.


Jika diperbuat di dalam tiang itu tiada baik pada rumah itu dan tiada senang orang
yag duduk dirumah itu

144
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
{Bab ini pula jangan diperbuat rumah dibubuh alang}
Didalam tiang itu pun tiada baik juga pada hanya rumah itu tiada
senang orang duduknya. (Hal. 105)

49) Jangan diperbuat pula kayu tulang ular

Dalam mendirikan rumah jangan diperbuatkan rumah kayu tulang


ular. Jika diperbuat pula kayu tulang ular tunda kasar itu, jangan potong keras dan
beri putus dua, jika diperbuat tuan rumah itu sakit dan tiada bergerak sendi-sendi
tulangnya

{Bab ini pula jangan diperbuat pula}

Kayu tulang ular tanda kasar itu jangan sepotong keras, beri putus dua
juga. Maka baik jika tiada karenanya tuan rumah itu sakit tiada boleh
bergerak di dalam sendi tulang padanya. (Hal. 105)

50) Jangan diperbuat kayu kasar jantan

Dalam mendirikan rumah jangan diperbuat kayu jantan itu beri tanda
kasar belah ilir semuanya dengan kasar jantan sekali jangan tidak habai-habai
jangan tidak, jika tiada diperbuatnya beroleh jahat sekali dan tiada berputus
selama-lamanya, dan beroleh duka cita tuan rumah itu padanya.

{Bab ini pula pada menyatakan kayu kasar jantan}


Dan kayu jantan itu beri tanda kasar belah ilir semuanya dengan kasar
jantan sekali jangan tidak habai-habai jangan tidak, jika tiada
diperbuatnya beroleh jahat sekali, tiada berputus selama-lamanya
sediakala beroleh duka cita tuan rumah itu padanya. (Hal. 105)

51) Jangan perbuatkan rumah serambi satu kaki tidur

Dalam mendirikan rumah jangan diperbuatkan rumah serambi satu


kaki tidur . Jika diperbuat tiada baik dan tiada senang orang yang duduk dirumah
itu dan beroleh duka cita selama-lamanya tuan rumah itu

145
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
{Bab ini pada menyatakan jangan perbuatkan rumah serambi satu kaki
tidur}
Tiada baik jahat orang duduk rumah itu. Tiada senang padanya
beroleh duka cita selama-lamanya tuan rumah itu. (Hal. 105)

52) Nasehat pula turun buat pendiri rumah

Adapun nasehatnya jangan diberi salahan ketika turun pendirinya, jika


diperbuat tiada kebaikan dan selamat bapak, anak dan kakeknya, bapaknya
sebelah matahari naik atau sebelah kepala tidur itulah yang baik, selamat dan
sempurna tempat itu, jangan diberi jalanan ketika turun duduk, jika tiada
diperbuatnya tiada selamat derajat keluarga semuanya dan habis tiada derajat
orang itu kekal selama-lamanya.

{Bab ini pada menyatakan nasihat pula turun buat pendiri rumah}
Jangan beri bersalahnya pula turun pendirinya itu tiada kebajikan dan
selamat pertamanya. Bapaknya, anaknya, dan kakeknya. Pertama-
tama bapaknya pada sebelah matahari naik atau belah kepala tidur
itulah yang kebajikan dan selamat dan sempurna tempat kampung itu.
Jangan diberi bersalahan pula turun duduk inilah sissilah orang tua-tua
zaman dahulu kala sampai pada zaman itu, itulah adanya. Jika tiada di
perbuatnya tiada selamat derajatnya kaum keluarganya sekalian
semuanya. Habis bila ketiada derajatnya kuat orang itu kekal selama-
lamanya. Tama al-kalam bil-khoir aj‟main. (Hal. 105-106)

53) Bulan baik dan tidak baik dalam mendirikan rumah

Dalam mendirikan rumah terdapat pada bulan (Muharam) mendirikan


rumah tidak baik dan tuan rumah itu menjadi huru hara. Pada bulan (Safar)
mendirikan rumah dan tuan rumah itu maha baik akan beroleh rezeki dan hamba
sahaya. Pada bulan (Rabiul awal) mendirikan rumah tidak baik dan tuan rumah itu
kesukaran tidak beroleh rezeki atau kematian. Pada bulan (Rabiul akhir)
mendirikan rumah dan tuan empunya rumah itu maha baik sentosa lagi cita. Pada
bulan (Jumadil awal) mendirikan rumah dan tuan rumah itu maha baik beroleh
rezeki lagi sencak. Pada bulan (Jumadil akhir) mendirikan rumah dan tuan rumah
itu terlalu jahat lagi perkelahian dan berbantah-bantahan. Pada bulan (Rajab)

146
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
mendirikan rumah dan tuan rumah itu terlalu jahat lagi kehilangan. Pada bulan
(Sya‟ban) mendirikan rumah dan tuan rumah itu maha baik, beroleh rezeki dan
arta emas perak. Pada bulan (Ramadhan) mendirikan rumah dan tuan rumah itu
maha baik, beroleh rezeki dan arta emas perak lagi berkah. Pada bulan (Syawal)
mendirikan rumah dan tuan rumah itu kebakaran rumah itu. Pada bulan
(Dzulkaidah) mendirikan rumah dan tuan rumah itu baik, beroleh arta banyak
sampai kepada anak cucunya dan segala kaumnya banyak datang ke rumah. Pada
bulan (Dzulhijjah) mendirikan rumah dan tuan rumah itu baik, alamat beroleh arta
dan hamba dan sahaya. Wallahu a‟lam.

{Pasal pada menyatakan mendirikan rumah yang baik dan tidak baik}
Maka pada bulan (Muharam) mendirikan rumah tidak baik, niscaya
tuan empunya rumah itu menjadi huru hara. Dan pada bulan (Safar)
mendirikan rumah niscaya tuan empunya rumah itu maha baik,
niscaya beroleh rezeki dan hamba sahaya insyaAllah ta‟ala. Dan pada
bulan (Rabiul awal) mendirikan rumah tidak baik, niscaya empunya
rumah itu kesukaran tidak beroleh rezeki atau kematian. Dan pada
bulan (Rabiul akhir) mendirikan rumah, niscaya empunya rumah itu
maha baik sentosa lagi cita. Dan pada bulan (Jumadil awal)
mendirikan rumah, niscaya empunya rumah itu maha baik beroleh
rezeki lagi ‫[ ﺱ ٌ ݘ ﻕ‬sencak]. Dan pada bulan (Jumadil akhir)
mendirikan rumah, niscaya empunya rumah itu terlalu jahat lagi
perkelahian dan berbantah-bantahan. Dan pada bulan (Rajab)
mendirikan rumah, niscaya empunya rumah itu terlalu jahat lagi
kehilangan.
Dan pada bulan (Sya‟ban) mendirikan rumah, niscaya empunya rumah
itu maha baik, beroleh rezeki dan arta emas perak. Dan pada bulan
(Ramadhan) mendirikan rumah, niscaya empunya rumah itu maha
baik, beroleh rezeki dan arta emas perak lagi berkah. Dan pada bulan
(Syawal) mendirikan rumah, niscaya empunya rumah itu kebakaran
rumah itu. Dan pada bulan (Dzulkaidah) mendirikan rumah, niscaya
empunya rumah itu baik, beroleh arta banyak sampai kepada anak
cucunya dan segala kaumnya banyak datang ke rumah. Dan pada
bulan (Dzulhijjah) mendirikan rumah, niscaya empunya rumah itu
baik, alamat beroleh arta dan hamba dan sahaya. Wallahu a‟lam. (Hal.
112)

147
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
4.4.1 Diagram Tradisi Mendirikan Rumah Dalam Naskah TM

1. Pemilihan kayu 2. Menentukan Ukuran


: :

 Pemilihan hari untuk  Ukuran tiang rumah


meletakkan kayu tiang rumah

 Melihat kayu dan pengaruhnya  Ukuran menyempit tiang

 Memilih kayu yang akan  Ukuran tangkal (penolak bala)


dibuat untuk belandang dapur dengan pengaruhnya

 Kayu yang berasal dari rumah  Ukuran tangkal (penolak bala)


raja-raja dengan mencocokan harinya

 Ukuran bandul dengan serambi

 Ukuran panjang tiang dengan


bandul

148
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
4. Syarat Ketika
3. Pematah Tukang Mendirikan Rumah

 Orang dan alat pematah  Syarat ketika mendirikan


daripada segala tukang
rumah yang sudah pernah
didirikan rumah

 Orang dan alat pematah ketika


turun ke dalam lubang
 Memilih tanah

 Melihat bumi (tanah) yang


mempunyai pengaruh baik dan
buru untuk dijadikan rumah

 Melihat bumi (tanah) yang


berhantu

 Melihat bumi (tanah) untuk


tempat manusia

 Menuntut tempat rumah

 Ukuran tanah yang keramat

149
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
5. Azimat Ketika 8. Larangan Ketika Mendirikan Rumah
Mendirikan Rumah

 Jangan diperbuatkan rumah dua berkait


 Azimat angka

 Jangan diperbuat rumah yang mengarah


 Azimat makram ke matahari naik naik dan matahari jauh

 Jangan diperbuat penyumbat melintang


 Azimat orang sakit yang mengarah ke matahari dan
penyumbat jemuran

6. Membuat pintu  Jangan diperbuatkan pintu


Ketika Mendirikan

 Jangan diperbuatkan penyumbat kepada


rasuk
 Membuat pintu rumah

 Jangan diperbuatkan rumah dibubuh


alang
 Membuat pintu rumah


 Jangan diperbuatkan kayu tulang ular
7. Melihat Bulan Ketika
Mendirikan
 Jangan diperbuatkan kayu kasar jantan

 Bulan baik dan tiada  Jangan diperbuatkan rumah serambi satu


baik ketika mendirikan kaki
rumah

150
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
9. Nasehat Ketika
Mendirikan Rumah

 Nasehat orang hendak menyambut ru  Nasehat berbuat doa tepung tawar


semangat rumah

 Nasehat api-api tiada diperoleh naik


rumahnya
 Nasehat buat tangga rumah

 Nasehat tukang tiga beradik


 Nasehat buat gayung

 Nasehat hendak memahat tiang


 Nasehat buat sendok rumah padi

 Nasehat buat timba  Nasehat hendak memulai menatas


bumi atau menggali rumah

 Nasehat tempat berbuat rumah padi


 Nasehat buat rumah tiga ruang atau
empat

 Nasehat oranng hendak buat dinding


papan
 Nasehat bidang

 Nasehat diam akan dendam buat


insan peri  Nasehat turun buat pendiri rumah

151
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Hasil penelitian dan pembahasan terhadap naskah TM telah diuraikan
dalam bab IV. Berdasarkan pembahasan tersebut, dapat diambil simpulan sebagai
berikut.

Inventarisasi naskah dilakukan dengan studi katalog dan studi


lapangan. Hasil yang diperoleh dari inventarisasi naskah adalah ditemukan tiga
naskah TM, yaitu naskah TM yang ditemukan di Perpustakaan Tengku Lukman
Sinar, naskah TM yang ditemukan di Kelurahan Labuhan Bilik Kab. Labuhan
Batu, dan naskah TM yang ditemukan di Desa Tangga Bosi Kab. Mandailing
Natal. Naskah TM disimpan di desa Tangga Bosi Kab. Mandailing Natal sebagi
koleksi pribadi Bapak Malim Husin Lubis. Keadaan naskah masih utuh, jilidan
sudah berlepasan. Meskipun demikian, tidak mengganggu pembacaan terhadap
teks naskah TM. Jenis bahan naskah adalah kertas yang tidak jauh berbeda dengan
kertas tulis pada saat ini, berukuran panjang 24 cm dan lebar 11,5 cm. Warna
kertas kecoklat-coklatan. Transliterasi dalam kajian ini adalah penggantian jenis
tulisan, huruf demi huruf dari abjad satu ke abjad yang lain sesuai apa adanya.
Transliterasi dalam kajian ini adalah mengganti tulisan beraksara Jawi kedalam
aksara Latin. Kritik Teks dalam kajian ini memperbaiki kesalahan yang ada
didalam teks yang meliputi penggantian, penambaha, dan pengurangan dalam
suntingan teks. Naskah TM memuat teks yang menguraikan tentang tradisi
mendirikan rumah. Adapun tradisi yang terdapat di dalam naskah yaitu pemilihan
kayu, menentukan ukuran, pematah tukang, syarat ketika mendirikan rumah,
azimat ketika mendirikan rumah, membuat pintu ketika mendirikan rumah,
melihat bulan ketika mendirikan rumah, larangan ketika mendirikan rumah dan
nasehat ketika mendirikan rumah.

152
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat
disampaikan saran-saran. Saran-saran tersebut adalah sebagai berikut.
1. Naskah Melayu merupakan hasil karya nenek moyang terdahulu yang perlu
diperhatikan dan dilestarikan karena memuat berbagai hal yang bermanfaat dalam
kehidupan. Dengan demikian, maka penelitian terhadap naskah Melayu perlu
dilakukan.
2. Penelitian lebih lanjut yang dapat dilakukan terhadap naskah TM, yaitu
mengenai kejadian langit dan bumi yang terdapat di luar bingkai di dalam naskah.

153
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR PUSTAKA

Sumber Buku:
Baried, Siti baroroh. dkk. (1985). Pengantar Teori Filologi. Jakarta: Pusat
pembinaan dan pengembangan bahasa.
Baried, Siti baroroh. dkk. (1994). Pengantar Teori Filologi. Yogyakarta: Badan
Penelitian dan Publikasi Fakultas (BPPF) Seksi Filologi, Fakultas Sastra
Universitas Gadjah Mada.
Djamaris, Edwar. (2002). Metode Penelitian Filologi. Jakarta: CV Manasco.
------------------. (1988). Pedoman Transliterasi Huruf Arab Ke Huruf Rumi. Kuala
Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka.
Poerwadarminta, W.J.S. (1984). Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: PN Balai
Pustaka
Sumber internet:
Fadhli, Mulkan. (2012). Sistem Pertanian Tradisional Aceh. Di ambil dari :
https://www.slideshare.net/orbitech/tajul-muluk-pada-sistem-pertanian.html. Diakses 5
November 2017 pukul 10.31.
Ismail, Indriaty. 2004. Falsafah Occultisme dalam Kitab Melayu Klasik Taj Al-
Mulk. 1133-1148. Diambil dari: https://kupdf.com/queue/kitab-tajul-
muluk59f39019e2b6f56a7db7b2pdf?queueid=-1.html. Diakses 10 Desember 2017
pukul 10.24.
------------------. Kamus Besar Bahasa Indonesia. [Online]. Di ambil dari:
http://bahasa.kemdiknas.go.id/kbbi/index.php.html. Diakses 4 November 2017
pukul 13.20.

Piah, Mat Harun. 2015. Ilmu Perubatan Melayu Tradisional dari Naskhah-
Naskhah Lama. International Jurnal Of Malay World and Civilisation (IMAN).
Vol 3 No 3. 3-17. Diambil dari: http://dx.doi.org/10.17576/IMAN-2015-0303-
01.html. Diakses 4 November 2017 pukul 12.00.
Wardani. 2010. Astrologi dan Pengobatan Melayu : Telaah Atas kitab Taj Al-Mulk. Vol 9
No 1, Januari. 89-120. Diambil dari:
https://www.academia.edu/26829051/ASTROLOGI_DAN_PENGOBATAN_MELAY
DALAMKITABTAJAL-MULK?auto=download.html. Diakses 4 November 2017 pukul
11.20.

154
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Lampiran
Naskah Tajul Muluk

155
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
156
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
157
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
158
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
159
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
160
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
161
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
162
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
163
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
164
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
165
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
166
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
167
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
168
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
169
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
170
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
171
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
172
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
173
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
174
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
175
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
176
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
177
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
178
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
179
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
180
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
181
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Anda mungkin juga menyukai