KABUPATEN SAMOSIR
SKRIPSI SARJANA
DISUSUN OLEH :
RIA LESTARI SINAGA
NIM. 120703021
MEDAN
2019
Ria Lestari. Sinaga, 2016. Judul Skripsi: Analisis Sosiologi Sastra Cerita
Rakyat Batu Hobon Pada Masyarakat Batak Tobadi desa Sarimarrihit,
Kecamatan Sianjur Mula-Mula, Kabupaten Samosir. Terdiri dari 5 bab.
i
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
KATA PENGANTAR
Batu Hobon.Adapun yang menjadi alasan penulis memilih judul skripsi ini adalah
karena judul tersebut merupakan kebudayaan Etnik Batak Toba yang cukup
langka.Cerita Rakyat Batu Hobon juga jarang kita dengar di kalangan masyarakat
di desa Sarimarrihit, dan judul tersebut belum pernah diteliti. Penulis berharap
skripsi ini berguna bagi pembaca dan mengetahui tentang kajian yang akan segera
diselesaikan penulis.
Bab III merupakan metodologi penelitian, yang terdiri dari :metode dasar,
ii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab
itu, dengan kerendahan hati penulis mengharapkan kritik yang membangun dari
Penulis,
Nim: 120703021
iii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
HATA PATUJOLO
Panurat,
Nim. 120703021
iv
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
htpTjolo
mUliatemdipsht\pNrt\TThn\debtIsialasidohto\holo^niThn\debtInm<rmotijl
m^hholo<iSdejlo\mado^peJdL\nis\k\rpi\siano\Imanlissi\sosiaologiss\t\rseritrk\yt\b
Thobno\|
dibhne\pNrt\peJdL\nis\k\rpi\siano\ImalJdLsdUgribtk\tobnsosoml\bedipr\<
oLan\nihlk\btk\tobseritrk\yt\bThobno\soml\dopeIbegedito<to<nimsrkt\dessrimriht
i\jlJdlUano\d^ado^dopenmnelitidip<ni\dohno\pNrt\dosIa^giat\mmrlptn\s\k\rpi\sia
no\dia^knmnjhjlm<nTsiRpnikjian\IImnnI^sipsaeno\nipNrt\|
IaIsinis\k\rip\siano\Imbni\DsdImpne\dHLan\nmrisiltr\belk^mslh\RMsn\ms
lh\TJan\penelitian\dohto\mnfat\penelitian\bni\DDaImkjian\pStknmrisikepStkan\nr
elepn\dohto\teaorindipro\l\Lhno\bni\DtoLImmetodologipenelitian\nmrisimetodeds
r\loksipenelitian\In\s\tRmne\penelitianmetoddohto\tke\nki\pe<MPLn\dtjlmetodea
nlissi\dtbni\Daopt\Impme\bhsnbni\DlimImkesmi\Plndohto\srn\|
dibotopNrt\dos\k\rpi\siano\Hr^si^kpo\dopeIsialnidibgsn\serpe\nirohtmdop
Nrt\m<idok\ri\tki\dohto\srn\sian\hMpn\jhlopsi^kpo\hno\s\k\rpi\siao\
rialEs\trising
n\Im\120703021
v
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UCAPAN TERIMAKASIH
kesehatan dan rahmat-Nya kepada penulis sehingga skripsi ini dapat selesai.
Penulis juga menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini banyak pihak yang
telah memberikan saran, dukungan, dan bantuan baik secara langsung maupun
kepada:
1. Bapak Dr. Budi Agustono, M.S, selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya
Universitas Sumatera Utara, Wakil Dekan I, Wakil Dekan II, dan Wakil
Dekan III, serta seluruh staf maupun pegawai di jajaran Fakultas Ilmu
Budaya.
2. Bapak Drs. Warisman Sinaga, M.Hum., selaku Ketua Program Studi Sastra
Sastra Batak, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara yang selalu
skripsi ini.
vi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
5. Ibu Dra. Rosita Ginting, selaku dosen pembimbing II penulis, yang selalu
Utara. Terimakasih atas waktu, saran dan pengetahuan yang diberikan kepada
tua saya Ayahanda B. Sinaga dan Ibunda T. Tambunan (+) yang telah
yang diberikan tak dapat penulis membalasnya. Begitu juga kepada seluruh
keluarga yang telah memberikan dukungan dan juga doa kepada penulis
8. Terimakasih juga untuk abang Joe Jon Harlen Sinaga dan eda Erika
Lumbantoruan, kakak kandung Lisa J. Sinaga dan abang ipar R. Sianipar dan
yang terakhir adik penulis Arifin Sinaga yang memberikan semangat dan
kesehatan dan rejeki dalam setiap pekerjaan mereka supaya tercapai setiap
9. Begitu juga kepada seluruh informan yang ada di Kecamatan Sianjur Mula-
mula yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah meluangkan
vii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
waktu dan banyak memberikan informasi yang penulis butuhkan untuk
10. Penulis juga berterimakasih kepada abangda Christanto Panjaitan, S.S dan
11. Buat sahabat-sahabat semasa SMP dan SMA yang memotivasi dan selalu
Sarmino Berutu, S.S, Roniuli Sinaga, S.S, Dewi Simanungkalit, S.S, Astina
Tumbur Naibaho, S.S, Hamdani Harahap, Sepran Edo Silitonga, S.S, Olihi
Solin, S.S, Paulus Napitupulu, S.S, dan teman-teman lainnya yang tidak dapat
13. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada kerabat penulis Ito Hutajulu,
Kak Lina, Kak Hana, Kak Lusi, dan Kak Mey yang selalu mengingatkan dan
viii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Akhirnya penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang
telah membantu penulis mulai dari proses perkuliahan hingga skripsi ini dapat
selesai tersusun. Pada kesempatan ini penulis berdoa dan memohon kepada
Tuhan Yang Maha Esa kiranya pertolongan yang mereka berikan, Tuhanlah yang
Penulis,
Nim: 120703021
ix
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR ISI
ABSTRAK…………………….……………………….................................i
x
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
BAB III METODE PENELITIAN ......................................................... 27
xi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 102
xii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
BAB I
PENDAHULUAN
dihuni berbagai suku bangsa, golongan, dan lapisan masyarakat. Mengingat hal
itu, sudah barang tentu menghasilkan berbagai macam budaya, adat istiadat, dan
karya sastra yang berbeda. Namun dengan lahirnya Negara Kesatuan Republik
Indonesia dapat memberikan rasa persatuan dan kesatuan atas budaya, adat
istiadat, bahasa, dan sastra yang berbeda dengan dasar Bhineka Tunggal Ika.
perbedaan yang terdapat dalam suku bangsa itu tetap dijaga dan dipelihara demi
Sastra memiliki nilai budaya yang tercermin dalam pemberian arti aspek
pada berbagai jenis perilaku atau tindakan antar individu maupun golongan secara
masalah kesusastraan daerah, karena sastra daerah adalah salah satu modal untuk
serta untuk membuka jalan kebenaran karena sastra merupakan jalan keempat
2003:1-2).
1
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Pada prinsipnya nilai budaya suatu etnis yang ada di Indonesia dapat
dilihat dari kebudayaan daerah yang memiliki ciri khas tertentu. Kebudayaan
daerah itu dapat diketahui melalui prosa rakyat daerah yang merupakan bagian
foklor.
pemiliknya, karena dianggap sebagai refleksi kehidupannya baik dari dari segi
moral, edukasi, ritual, dan struktur sosialnya. Namun seperti diketahui pada
umumnya cerita prosa rakyat yang ada pada berbagai etnis di Indonesia tidak
Secara garis besar sastra terdiri atas dua bagian yaitu, sastra lisan dan
sastra tulisan. Sastra lisan dalam penyampaiannya adalah disampaikan dari mulut
ke mulut (sastra oral) yang merupakan warisan budaya yang turun-temurun dan
1) Sastra lisan primer, yaitu sastra lisan dari sumber asli, misalnya dari
2
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Sedangkan sastra tulisan dalam penyampaiannya adalah dalam tulisan.
Sastra tulisan ini banyak berasal dari sastra lisan misalnya dongeng yang
mendengarnya. Salah satu contoh sastra tulisan ini adalah pustaha, yaitu tulisan
yang terdapat pada kulit kayu (laklak). Pustaha ini berisikan sejarah, silsilah
(tarombo), mantra, dan lain-lain. Pustaha ini dijumpai di daerah Batak. Namun di
daerah-daerah lain juga terdapat tulisan yang seperti ini, ada yang ditulis di daun,
Sastra lisan sudah banyak yang dibukukan akan tetapi diakui juga masih
ada yang belum dibukukan. Hal itu masuk akal, mengingat keterbatasan yang
dimiliki oleh penulis dalam penelitiannya. Pada kesempatan ini penulis mencoba
“Analisis Sosiologi Sastra Cerita Rakyat Batu hobon Pada Masyarakat Batak
3
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
1.2 Rumusan Masalah
agar pembahasan terarah dan terperinci. Perumusan masalah sangat penting bagi
pembuatan proposal skripsi ini, karena dengan adanya perumusan masalah maka
deskripsi masalah akan terarah sehingga hasilnya dapat dipahami dan dimengerti
oleh pembaca. Masalah merupakan suatu bentuk pertanyaan atau pernyataan yang
2. Nilai-nilai sosiologi sastra apa saja yang terdapat dalam cerita Batu Hobon
di desa Sarimarrihit?
Hobon ?
Kabupaten Samosir.
Batu Hobon.
4
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
1.4 Manfaat Penelitian
latar belakang dan masalah yang dikemukakan, maka manfaat penelitian ini
adalah:
yang diteliti. Arikunto (2014:63) mengatakan “Anggapan dasar adalah suatu hal
yang diyakini kebenarannya oleh peneliti yang akan berfungsi sebagai hal-hal
penelitiannya”. Karena itu, penulis berasumsi bahwa cerita ini masih ada dalam
5
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
1.6 Gambaran Umum Tentang Masyarakat Desa Sarimarrihit
terletak di jantung wilayah Provinsi Sumatera Utara, sejak awal telah dikenal
Kabupaten Samosir dengan luas wilayah ± 206.905 Ha, dan luas daratan ±
144.425 Ha; terdiri dari daratan Pulau Sumatera seluas ± 76.117 Ha disebelah
barat, daratan Pulau Samosir seluas ± 68.117 Ha di sebelah timur, dan perairan
(Sumber BPS Provinsi Sumatera Utara: Sumatera Utara dalam angka tahun 2011),
tahun 2016 dengan jumlah 143.563 jiwa (Dinas Dukcapil Samosir 2016) dengan
Dengan panorama alam yang sangat indah, bukit dan lembah yang mempesona,
danau yang sangat luas dengan iklim yang sangat sejuk dengan temperature
berkisar antara 17ºC - 29ºC serta peninggalan situs-situs dan sejarah budaya Batak
tentang terangkatnya Pulau Samosir dari dasar danau, antara lain terdapat di
Huta Tinggi, Salaon, Huta Sidolon-dolon dan di lokasi lain. Geo Area Samosir
terdiri dari 4 Geosite (Gs) yakni : Gs Pusuk Buhit, Gs Tele, Gs Endapan Danau
samosir) terbagi atas Geopoint (Gp) yakni : Gs Pusuk Buhit – 8 Gp; Gs Tele 4 Gp;
6
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Keterangan Gambar: Tanda panah diatas menunjukkan lokasi Batu Hobon.
Lokasi: Desa Sarimarrihit. Sumber Foto: koleksi pribadi peneliti.
geosite di Kawasan Danau Toba, dan 35 geosite ada di Kabupaten Samosir dan
Pusuk Buhit, Pitu Mual di kaki Pusuk Buhit, dan Tano Ponggol.
7
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
4) Geosite Ambarita Tuktuk Tomok (Amtuto) terdiri dari : Batu
Onanbatu.
8
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
dari pendapat para ahli, empirisme (pengalaman peneliti), dokumentasi, dan nalar
penulis yang berhubungan dengan masalah yang diteliti. Kajian pustaka ini
Secara etimologi, sosiologi berasal dari dua kata yaitu Socius dan Logos.
Socius berarti kawan dan Logos berarti ilmu pengetahuan. Jadi, jika dilihat dari
asal katanya, maka sosiologi itu berarti berbicara tentang masyarakat atau dengan
manusia lainnya yang secara umum disebut masyarakat. Sosiologi di sisi lain
9
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
sebagai ilmu berbicara tentang aspek-aspek kemasyarakatan selalu dapat
sendiri dan diciptakan oleh masyarakat demi terjalinnya hubungan yang harmonis
diciptakan.
3) Model yang dipakai karya sastra tersebut sebagai manifestasi dari kondisi
nilai-nilai sosiologi dalam sebuah cerita yang dapat diwujudkan untuk mencapai
pemahaman yang mendalam. Seperti yang diuraikan bahwa dalam mencari nilai-
nilai sosial dalam sebuah cerita dapat digunakan sebuah perspektif yang
dapat digambarkan bagaimana status sosial penulis dalam situasi cerita itu terjadi,
10
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
sehingga dapat menyampaikan nilai-nilai sosial yang harus dipahami oleh
menghasilkan sebuah karya sastra yang memiliki nilai rasa estetis serta
mencerminkan realitas sosial kemasyarakatan. Jika ditinjau dari kata sastra dalam
bahasa Indonesia berasal dari bahasa Sanskerta yaitu akar kata sas dalam kata
Akhiran –tra biasanya menunjukkan alat untuk mengajar, buku petunjuk, buku
Banyak ahli yang mendefinisikan pengertian sastra dapat kita lihat sebagai
berikut :
“Sastra secara kolektif adalah hasil budaya manusia yang secara umum
diwujudkan melalui sistem bahasa, dan bahasa sendiri adalah unsur kebudayaan.
budaya relative bersifat dinamis, sehingga ketika sastra dimediakan oleh bahasa
itu sendiri. Itulah kenapa sastra menjadi disiplin objek kajian budaya sebagai
sosial masyarakat”.
11
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Menurut Saryono (2009: 16-17) mengatakan :
Sastra bukan sekedar artefak (barang mati), tetapi sastra merupakan sosok
yang hidup. Sebagai sosok yang hidup, sastra berkembang dengan dinamis
menyertai sosok-sosok lainnya, seperti politik, ekonomi, kesenian, dan
kebudayaan. Sastra dianggap mampu menjadi pemandu menuju jalan
kebenaran karena sastra yang baik adalah sastra yang ditulis dengan penuh
kejujuran, kebeningan, kesungguhan, kearifan, dan keluhuran nurani
manusia.
Wellek dan Warren (2014:3) juga mengatakan bahwa “sastra adalah suatu
kegiatan kreatif sebuah karya seni.”
sastra adalah karya tulis yang bila dibandingkan dengan tulisan lain terdapat ciri-
mengatakan sastra bukan hanya mengejar bentuk ungkapan yang indah, tapi juga
12
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2.1.3 Pengertian Sosiologi Sastra
karya sastra dan keterlibatan struktur sosialnya.” Pendekatan sosiologi sastra jelas
merupakan hubungan antara sastra dan masyarakat. Hubungan yang nyata antara
sastra dan masyarakat oleh Wellek dan Warren dalam Wiyatmi (2009:98)
yaitu, menelaah latar belakang sosial, status pengarang, dan ideologi pengarang
yang terlibat dari berbagai kegiatan pengarang di luar karya sastra. (2). Sosiologi
Karya Sastra yaitu, menelaah isi karya sastra, tujuan, serta hal-hal lain yang
tersirat dalam karya sastra itu sendiri dan berkaitan dengan masalah-masalah
sosial karya tersebut yakni sejauh mana dampak sosial sastra bagi masyarakat
13
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2.1.4 Hubungan Sosiologi Dengan Sastra
zamannya, tetapi lebih dari itu sifat-sifat sastra juga diteliti oleh masyarakatnya.
samping memiliki ciri khas sebagai kreasi estetis, cipta sastra juga merupakan
Sosiologi pada sisi lain sebagai ilmu yang berbicara tentang aspek-aspek
nilai sosiologi dalam sebuah karya sastra dapat diwujudkan untuk mencapai
harapannya menjadi hal yang menarik dalam penelitian sebuah cipta sastra.
sumber inspirasi dari corak ragam tingkah laku manusia maupun masyarakat.
sastra, salah satu aspek yang membangun keutuhan sebuah cerita adalah
14
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2.1.5 Pengertian Cerita Rakyat
budaya suatu komunitas. Hampir dapat dipastikan bahwa tak ada satu pun
komunitas yang tidak memiliki cerita rakyat, baik yang berupa legenda, mitos,
Cerita rakyat adalah cerita pada masa lampau yang menjadi ciri khas setiap
bangsa yang memiliki budaya yang beraneka ragam mencakup kekayaan budaya
dan sejarah yang dimiliki masing-masing bangsa. Cerita rakyat merupakan cerita
prosa rakyat yang dianggap oleh yang empunya cerita sebagai sesuatu yang benar-
benar terjadi.
cerita rakyat yang hidup di kalangan masyarakat itu memiliki fungsi bermacam-
1) Fungsi hiburan,
15
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
demikian cerita itu pada satu pihak menyebar secara luas di kalangan
masyarakat dalam bentuk dan isi yang relative tetap karena kuatnya si
penutur pada tradisi, tetapi pada lain pihak juga banyak mengalami
rasanya sendiri. Dengan gaya penuturan sendiri pula. Hal yang terakhir
inilah yang menjadi salah satu sebab lahirnya versi-versi baru dari cerita
rakyat. Dan justru perubahan dari para penutur yang kemudian itulah cerita
2) Fungsi cerita rakyat selain sebagai hiburan juga berfungsi sebagai sarana
menyampaikan pesan atau amanat yang dapat bermanfaat bagi watak dan
langsung kepada orang yang hendak dituju sebagai nasehat, maka daya
pukau dari apa yang disampaikan itu menjadi hilang. Jadi pesan atau
nasehat itu akan lebih mudah diterima jika dijalin dalam cerita yang
ajaran-ajaran yang terkandung dalam cerita itu sesuai dengan taraf dan
rakyat tersebut. Itu telah dijelaskan bahwa cerita rakyat lahir di tengah
16
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2.2 Teori yang Digunakan
Secara etimologis, teori berasal dari kata Theoria (Yunani), berarti kebulatan
alam atau realita. Teori diartikan sebagai kumpulan konsep yang telah teruji
Teori merupakan hal yang sangat perlu didalam menganalisis suatu karyas sastra
yang diajukan sebagai objek penelitian, karena teori adalah landasan berpijak.
sesuatu karya sastra yang diajukan sebagai objek penelitian, karena teori adalah
landasan berpijak.
teori struktur dari segi intrinsik dan yang kedua teori sosiologi sastra untuk
Teori merupakan hal yang sangat perlu di dalam menganalisis suatu karya
sastra yang diajukan sebagai objek penelitian. Untuk melihat aspek-aspek atau
Dengan teori struktural diharapkan hasil yang optimal dari karya yang dianalisis.
Menganalisis karya sastra dari unsur struktural merupakan langkah awal untuk
17
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Fananie (2000:116) mengatakan bahwa :
diberikan oleh semua anasir pada keseluruhan makna dalam keterikatan dan
a. Tema
“Tema adalah ide, gagasan, dan pandangan hidup pengarang yang melatar
bisa sangat beragam. Tema bisa berupa persoalan moral, etika, agama,
sosial budaya, teknologi, dan tradisi yang terkait erat dengan masalah
18
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Dari pendapat diatas, jelas terungkap bahwa tema adalah suatu hal yang
penting dalam sebuah karya sastra. Tema adalah apa yang ingin diungkapkan
pengarang.
b. Alur/Plot
“Alur adalah rangkaian peristiwa yang direka dan dijalin dengan seksama
yang menggerakkan jalan cerita melalui rumitan ke arah klimaks dan
selesai”.
Maka dapat disebut alur atau plot adalah struktur deretan kejadian-
kejadian yang dialami oleh pelaku cerita yang pada umumnya dibedakan atas tiga
Keberadaan alur dalam sebuah cerita sangatlah penting, sehingga Lubis (1981:17)
Circumtances)
(Denouement)
19
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
c. Latar / Setting
Dalam sebuah karya sastra latar memainkan peranan yang sangat penting
yang terdapat dalam cerita. Latar adalah halaman rumah (bagian depan),
permukaan dasar warna, keterangan mengenai ruang dan waktu, suasana saat
Latar atau setting yang disebut juga sebagai landasan tumpu, menyaran
pada pengertian tempat, hubungan waktu, dan lingkungan sosial tempat terjadinya
1) Latar Tempat
2) Latar Waktu
Nurgiyantoro (2010:230).
20
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
3) Latar Sosial
Dari kajian setting akan dapat diketahui sejauh mana kesesuaian dan
kolerasi antara perilaku dan watak tokoh dengan kondisi masyarakat, situasi
geografi, struktur sosial juga akan menentukan watak-watak atau karakter tokoh-
tokoh tertentu. Karena itu, fungsi setting dalam sebuah karya sastra tidak bisa
dilepaskan dari masalah yang lain seperti tema, tokoh, bahasa, medium sastra
21
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
d. Perwatakan / Penokohan
disebut dengan penokohan. Para tokoh yang terdapat dalam suatu cerita
peranan penting disebut dengan tokoh inti atau tokoh utama. Sedangkan
sebuah karya sastra harus mampu menggambarkan diri seorang tokoh yang ada
dalam karyanya.
Nilai-nilai sosial dalam sebuah karya sastra adalah iri hati, kejujuran,
mengatakan “iri hati adalah rasa tidak senang jika melihat orang lain mendapatkan
22
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Kejujuran merupakan salah satu sifat terpuji. Setiap manusia mempunyai
sifat kejujuran akan tetapi terkadang untuk jujur saja manusia sangat susah dan
sifat kejujuran itu sangat sering disalahgunakan oleh manusia itu sendiri.
Seseorang yang mampu mengatakan hal yang sebenarnya terjadi itulah yang
memiliki rasa sabar, namun ukuran kesabaran tersebut bagi setiap orang berbeda-
beda. Sifat sabar merupakan salah satu sifat terpuji yang dimiliki manusia.
menimpa dirinya maka dapat dikatakan bahwa dia memiliki tingkat kesabaran
yang tinggi. Daryanto (1997:516) mengatakan, “sabar adalah pemaaf, tidak suka
karya sastra dengan pendekatan sosiologi sastra yang dapat membangun sebuah
karangan atau sebuah karya sastra tanpa menghilangkan unsur-unsur dalam cerita.
23
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2.2.2 Teori Sosiologi Sastra
landasan teori dalam menganalisis cerita rakyat Batu Hobon.Menurut teori ini,
karya sastra dilihat hubungan dengan kenyataannya, di mana karya sastra itu
yang berada diluar karya sastra dan yang diacu oleh sosiologi sastra.
yang terbentuk antara hubungan yang satu dengan yang lainnya. Selanjutnya
yang dikemukakan oleh Ratna (2004:339) model analisis karya sastra dalam
bersifat dialektika.
sastra itu sendiri, kemudian (2) menghubungkan dengan kenyataan yang pernah
terjadi sebelumnya.
24
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Menganalisis masalah-masalah sosial yang terkandung dalam karya sastra.
jalinan masyarakat.
2) Sistem nilai dan ide yaitu sistem yang memberi makna kepada kehidupan
berharga dari yang lain. Sementara sistem ide merupakan pengetahuan dan
3) Peralatan budaya
masyarakat.
25
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
peristiwa–peristiwa yang merupakan proses kemasyarakatan yang timbul dari
Kenyataan atau latar belakang sosial yang tergambar dalam karya sastra
ini yakni:
perkawinan.
3) Kasih sayang ; Kasih sayang adalah suatu perasaan cinta atau sayang dan
kasih sayang tak dapat dilihat tetapi hanya dapat dirasakan kepada
individu tertentu yang mempunyai perasaan itu, kasih sayang adalah sutu
26
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
BAB III
METODE PENELITIAN
kualitatif yang bersifat deskriptif. Alasan penulis menggunakan metode ini karena
dipilih karena data yang digarap adalah kata-kata, gambar dan bukan angka-
angka.
Hobon ini terletak di antara Huta Sagala dan Limbong tepatnya di kaki Dolok
Pusuk Buhit. Batu Hobon dijumpai ke arah perkampungan bagian atau desa
Sarimarrihit.
27
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
3.3 Instrumen Penelitian
suara (recording voice) dengan HP, buku tulis untuk mencatat informasi, foto
untuk dokumentasi gambar, dan video untuk dokumentasi gambar yang bergerak
beserta suara.
1) Metode Observasi
2) Metode Wawancara
3) Metode Kepustakaan
Metode ini dilakukan untuk mendapat sumber acuan penelitian, agar data
mencatat.
28
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
3.5 Metode Analisis Data
Metode analisis data adalah metode atau cara dalam mengolah data
mentah sehingga menjadi data akurat dan ilmiah. Metode yang digunakan penulis
dalam menganalisis data adalah metode intrinsik dan metode ekstrinsik dan
adalah :
cerita.
5) Membuat kesimpulan.
29
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
BAB IV
4.1.1 Tema
Tema adalah pokok pikiran atau makna yang terkandung dalam sebuah
cerita. Tema juga merupakan gagasan umum yang menopang sebuah karya sastra
Setiap karya sastra harus mempunyai dasar cerita dan tema yang
merupakan sasaran tujauan dalam sebuah cerita. Sebuah karya sastra yang baik
yang tertulis maupun secara lisan pasti mengandung tema, karena sebuah karya
sastra pasti nmempunyai pokok pikiran utama atau isi pembicaraan yang hendak
Di dalam cerita ini, penulis menyatakan tema cerita adalah tentang tempat
persembunyian harta warisan yang diambil alih dan disimpan oleh Tuan Saribu
Raja. Penulis melihat di dalam cerita ini bahwa terjadi rasa iri yang begitu besar
dari Tuan Saribu Raja dan saudara-saudaranya kepada abangnya Raja Biak-Biak
30
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Saribu Raja mambuat angka mas, pustaha batak, dohot angka pustaha na
asing.didok rohani Tuan Saribu Raja nungga mate be Raja Uti ala nungga
leleng dang heabe tarida jala gabe dibuat ma sude artani Guru Tatea
Bulan i. Didok rohana ma muse dung mate Raja Uti imana ma gabe
Terjemahan:
perbuatannya dengan siboru Pareme. Maka, sebelum Tuan Saribu Raja tau
bahwa dia akan diusir dari kampungnya itu dia berencana untuk melarikan
diri membawa harta warisan dari ayahnya Guru Tatea Bulan. Secara diam-
laklak, dan benda pusaka lainnya. Tuan Saribu Raja mengira bahwa
abangnya Raja Uti telah meninggal dunia karena sudah ratusan tahun
lamanya tidak pernah terlihat lagi olehnya ia pun mengambil alih seluruh
harta warisan ayahnya Guru Tatea Bulan. Dia menyimpan harta warisan
31
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
itu di dalam sebuah batu dengan harapan suatu saat dia akan
mengambilnya kembali.”
Istilah alur dalam hal ini sama dengan istilah plot. Alur atau plot
merupakan rentetan peristiwa yang sangat penting dalam sebuah cerita. Tanpa alur
kita tidak tahu bagaimana jalan cerita tersebut, apakah dia alur maju, alur mundur
Alur atau plot dalam cerita legenda Batu Hobon adalah sebagai berikut:
Situasi merupakan tahap awal dari bagian cerita. Setiap awal cerita pembaca
Dalam bagian ini pengarang menceritakan si Raja Batak adalah orang yang
bernama Sianjur Mula-Mula Tompa dan si Raja Batak memiliki dua orang anak.
Mulajadi Nabolon laos toho sahat tu Pussuk Buhit. Dungi dipalima sada
huta disada luat ima nanigoari Sianjur Mula-Mula Tompa. Molo huta i
Buhit, molo dompak hasundutan disima Hariara Pittu. Jala dompak utara
disima Huta Sagala, molo dompak selatan disima Huta Limbong Mulana.
Adong do dua dalan sian darat molo naeng tu Pussuk Buhit. Naparjolo
32
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ima sian Tomok (Habissaran) jala napaduahon ima sian Tele
Guru Tatea Bulan (si Raja Lontung) dohot si Raja Isumbaon (Raja
ngolu si Raja Batak dipuhuti anakna nadua ima mangulahon ulaon na.
Guru Tatea Bulan tongdo tading dihutani si Raja Batak jala si Raja
Terjemahan :
Mula Tompa. Letak perkampungan itu berada di garis lingkar Pusuk Buhit
Limbong, sebelah barat Sagala, sebelah utara Gunung Pusuk Buhit, dan
sebelah selatan Hariara Pintu. Ada dua arah jalan dataran menuju Pusuk
Buhit. Satu dari arah Tomok (bagian Timur) dan satu lagi dari dataran
33
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
1). Guru Tatea Bulan yang sering juga disebut dengan ILONTUNGAN
Wasiat” kepada kedua anaknya Guru Tatea Bulan dan Raja Isumbaon.
Guru Tatea Bulan mendapat “Surat Agung” yang berisi ilmu pendukunan
Nabolon atau Tuhan Yang Maha Esa mengirimkan tujuh gadis dari khayangan ke
Pusuk Buhit untuk diperkenalkan kepada Guru Tatea Bulan, putra dari nenek
Tatea Bulan. Jala ditingki i tarberengni Guru Tatea Bulan halaki maridi
mardalan pat andorang gunung Pussuk Buhit. Dung di ida Guru Tatea
34
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Bulan anak boru namaridi i, laos dihabarinihon rohana do mambuat ulos
ni anak boru i.
halaki mulak tu banua ginjang, ”Beta nunga naeng botari nunga tikkina
alani i dang boi ibana mulak tu banua ginjang. Di dok ibana tu akka
manakko au pe dang boi mulak tu banua ginjang molo so adong abit i..!!”,
alana abit na pe mago ai dang diboto ibana hut ni dang tagam rohana na
nasian banua ginjang i, jala arop do roha ni Guru Tatea Bulan asa boi
tong rap nasida. Dungi diboan Guru Tatea Bulan ma anak boru i tu
bagasna. Jala diajarima anak boru i marhata Batak dohot romangni adat
Batak asa boi songon jolma nasitutu, alai nang pe songoni dang olo Guru
35
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
leleng Guru Tatea Bulan pe mampojolohon dirina naeng mamparsohotton
boru ni homang. Isiala naung mangadati Guru Tatea Bulan dohot siboru
Terjemahan :
“…Pada waktu itu, Mulajadi Nabolon atau Tuhan Yang Maha Esa
diperkenalkan kepada Guru Tatea Bulan, putra dari nenek moyang orang
Batak, si Raja Batak. Ketika itu, Guru Tatea Bulan mendapati mereka
gadis cantik yang sedang mandi, saat itu juga secara diam – diam Guru
Tatea Bulan memberanikan diri untuk mengambil kain milik salah satu
perempuan surgawi itu. Selesai mandi ketujuh gadis khayangan tadi ingin
segera kembali ke langit “Mari, hari sudah beranjak sore sudah waktunya
kita kembali...” kata salah seorang gadis khayangan. Akan tetapi pada
waktu mereka bersiap-siap pulang salah satu gadis dari khayangan itu
kehilangan kain miliknya sehingga dia tidak dapat kembali ke langit. Dia
berkata kepada saudaranya, “kain milikku hilang, aku tidak tau siapa yang
36
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
mengambilnya dan aku tidak dapat kembali ke langit tanpa kain itu..”
dengan sangat berat hati keenam saudaranya itu pun harus kembali. Satu
lagi tinggal di Pusuk Buhit, dia tidak dapat kembali ke asalnya karena kain
miliknya telah diambil dan dia sama sekali tidak tau dan tak menyangka
Guru Tatea Bulan tertarik pada gadis cantik dari khayangan itu dan
dan adatnya agar menjadi orang yang beradab tetapi, dia tidak
Guru Tatea Bulan yang sejak dari awal pertemuan sudah menaruh hati
pada gadis itupun jatuh hati melihat paras cantik juga kesederhanaan yang
dimiliki oleh gadis dari khayangan itu. Di dalam hati Guru Tatea Bulan dia
ingin memperistri gadis itu. Tak butuh waktu lama Guru Tatea Bulan pun
akhirnya mereka pun menikah. Guru Tatea Bulan yang sudah sah menjadi
suami dari gadis khayangan itu memberi nama panggilan untuk istrinya
dengan nama siboru Baso Burning yang artinya putri jadi-jadian (boru ni
37
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
3) Ricking Action (keadaan mulai memuncak)
Pada tahap ini pengarang memunculkan maksud dan tujuan dalam cerita
rakyat ini. Keadaan cerita mulai memuncak ketika siboru Baso Burning
sayang yang berlebih kepada anaknya Raja Biak-Biak dan akibatnya timbul rasa
laho mangula alai molo RajaBiak-Biak dang boi dohot jala tinggal di jabu
ma imana. Ganup ari andorang so lao dope inong nai tu balian dilompa
roha ni inong nai. Gabe sai dipingkiri angka anggina i na boasa sai holan
hami ganup ari tu balian mangurupi damang dohot dainang, hape si Raja
Biak-Biak holan dijabu do jala dang hea mangulahon manang aha, jala
38
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Terjemahan :
Khususnya kepada Raja Biak-Biak yang fisiknya tidak normal. Setiap hari
tubuhnya yang tidak normal membuatnya tetap tinggal di rumah dan tidak
ke ladang ibunya mesti menanak beras yang enak dulu, agar bisa dimakan
adiknya itu berpikir kenapa hanya mereka saja yang setiap pagi pergi ke
laki-laki Raja Biak-Biak ini untuk membunuh abang mereka itu, karena
39
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
jala ro nasopamotoan, dungi diihutton ma tudia lao inong nai naso
Batu Sawan dohot Raja Biak-Biak, jala muruk ma muse anakna opat i.
Sawan, alani biarna diboto angka anak naopati mangolu dope si Raja
Biak-Biak i.
dipasaut ibana gabe Raja isiala imana do anak naumbalga, jala imana do
naikkon saut gabe Raja. Jala dipangidohon Raja Biak-Biak do asa gabe
denggan rupani pamatang nai.Alai didok Raja Biak-Biak ima tu inong nai,
40
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Terjemahan :
berhasil mendapati ibunya yang sedang berada di air terjun Batu Sawan
“Tidak bisa begitu, Nak. Berdosa,” kata istri Guru Tatea Bulan kepada
anak-anaknya. Ibunya sangat sedih dan tak sanggup bila harus membuang
ibunya sengaja untuk tidak menemui si Raja Biak-Biak dulu karena, takut
sudah terjatuh berguling – guling dari Batu Liang. Dia sedih, lalu berdoa,
“Ompu Mulajadi Nabolon, saya sudah tidak sanggup lagi melihat anak
Raja Biak-Biak ingin meminta ijin kepada ibunya untuk pergi ke Pusuk
Buhit demi memohon kepada Mulajadi Nabolon agar boleh dia dijadikan
menjadi raja diantara saudara – saudaranya yang lain karena dia adalah
putra sulung yang pertama keluar dari rahim ibunya jadi pantaslah dia
41
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ibunya, “tapi apa dayaku bu, sebagai seorang yang tidak sempurna sebagai
Peristiwa mencapai puncak terjadi setelah Guru Tatea Bulan dan istrinya
Tuan Saribu Raja dan siboru Pareme yang berbuat cinta terlarang kini siboru
“…Dungi siboru Baso Burning dohot Guru Tatea Bulan alani lungun ni
panagaman tompu ma mago Raja Biak-Biak jala dang tarida imana. Jala
pat, jala dilehon ma muse dohot habang, dohot ihur, jala (sattabi)
42
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
do hasaktion mu. Dang jadi ho matua, dang boi ho mate, alai ho ma na
hubaen ma goarmu Raja Hatorusan manang Raja Uti. Dung sadia leleng
sahalak anggina dioli ibotona, ima Tuan Saribu Raja dioli ma ibotona
siboru Pareme.
Terjemahan :
“…Akhirnya, dia dan suaminya Guru Tatea Bulan dengan berat hati
Selama sehari semalam mereka berdoa di puncak dan tidur disana. Sambil
menangis, Guru Tatea Bulan dan istrinya itu berdoa, “Ompung, bagaimana
pun jadinya kelak anak kami ini, Engkaulah yang tahu. Apakah dia akan
jadi manusia yang normalatau menjadi angin kami pasrahkan dia ke dalam
lagi wujudnya karena diselimuti oleh angin dan dia pun ditinggalkan
43
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
bahkan diberi sayap, ekor, dan mulutnya seperti (maaf) moncong babi.
akan pernah tua, tidak akan mati dan kamu akan menjadi perantara
lewat suara-suara tak berwujud kepada warga di kaki Pusuk Buhit : “Ei,
lakinya pun telah menikah dan beranak cucu. Warga kampung pun
semakin banyak. Akan tetapi, ada yang janggal di antara empat orang
adik laki-laki Raja Uti ada salah seorang adiknya yang mengawini adiknya
kembarannya. Akibat ulah dari Tuan Saribu Raja dan siboru Pareme yang
peristiwa)
Pada tahap penyelesaian ini Tuan Saribu Raja dan siboru Pareme yang
sudah berbuat cinta terlarang akhirnya, dijatuhi hukuman mati oleh warga
kampung. Di sisi lainTuan Saribu Raja juga sudah membuat dan mempersiapkan
peti batu untuk menyimpan harta warisan ayahnya Guru Tatea Bulan.Dengan
harapan suatu saat dia akan mengambilnya kembali. Peti batu tersebut
44
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
dilengkapinya dengan tutup batu di mana pada bagian ujung batu ini berbentuk
seperti “jantung” dengan beberapa “kode” lubang. Di sisi kiri depan terdapat segel
batu yang berfungsi sebagai kunci “rahasia” pembuka yang hanya diketahui oleh
Tuan Saribu Raja. Peti Batu tempat penyimpanan harta pusaka ini dinamakan
Batu Hobon.
Jala nunga tangkas diboto angka anggina i songoni dohot angka dongan
sahuta na. Dungi ala so adat jala dang uhum naniula ni Tuan Saribu
sabulan, ai disi do gok babiat jala didok Limbong Mulana dohot angka
sidiboto Tuan Saribu Raja nanaeng palaonna na ima sian huta i, nungga
mate be Raja Uti ala nungga leleng dang heabe tarida jala gabe dibuat
ma sude artani Guru Tatea Bulan i. Didok rohana ma muse dung mate
45
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
dipature Tuan Saribu Raja inganan ni arta i. Ditabunihon ma angka arta
dohot huta Limbong jala jonok tu gunung Pusuk Buhit. Jala batu i adong
do pintu na, jala pussu ni batu i pe tarsongon rupani jantung adong muse
marlobang do dibagas batu i. Jala batu i ima sada lubang tarsongon goa
angka arta ni Guru Tatea Bulan ima nabinahe ni Tuan Saribu Raja.
poti batu i, lao ma Tuan Saribu Raja sian huta i manopot siboru Pareme
Sabulan.
46
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Terjemahan :
termasuk juga warga kampung. Lalu, adat dan kesepakatan di kampung itu
sebuah hutan di atas Sabulan, salah satu daerah yang dianggap sebagai
Tuan Saribu Raja tau bahwa dia akan diusir dari kampungnya itu dia
Guru Tatea Bulan. Secara diam-diam Tuan Saribu Raja mengambil harta
emas, kitab pustaha laklak, dan benda pusaka lainnya. Tuan Saribu Raja
mengira bahwa abangnya Raja Uti telah meninggal dunia karena sudah
ratusan tahun lamanya tidak pernah terlihat lagi olehnya ia pun mengambil
setelah Raja Uti meninggal dialah yang pantas menjadi anak tertua
menyimpan harta warisan itu di dalam sebuah batu dengan harapan suatu
47
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Peti Batu ini terletak di antara Huta Sagala dan Limbong tepatnya
di kaki Dolok Pusuk Buhit. Peti batu tersebut dilengkapinya dengan tutup
batu di mana pada bagian ujung batu ini berbentuk seperti “jantung”
dengan beberapa “kode” lubang. Di sisi kiri depan terdapat segel batu,
berupa batu berdiameter satu meter dengan bagian bawah berongga. Batu
Guru Tatea Bulan yang disimpan oleh Tuan Saribu Raja. Adapun harta
Haomasan ( Batu gosok emas ), Tintin Sipajadi – jadi ( Cincin ajaib), dan
peninggalan Guru Tatea Bulan itu disimpannya di Peti Batu, lalu Tuan
istrinya siboru Pareme yang tengah hamil yang telah dibuang ke sebuah
48
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
4.1.3 Latar atau Setting
Latar disebut juga istilah setting, yaitu tempat atau terjadinya peristiwa-
peristiwa yang terjadi dalam sebuah karya sastra. Latar atau setting adalah tempat
berlangsungnya peristiwa dalam suatu cerita atau tempat kejadian yang terdapat
dalam sebuah karya sastra. Latar bukan hanya merupakan daerah atau tempat,
memahami latar dalam sebuah karya sastra yang dituangkan menjadi cerita akan
memudahkan pembaca untuk memahami latar dalam sebuah karya sastra yang
dituangkan dalam bentuk cerita.Latar tempat dalam cerita rakyat ini adalah terjadi
- Latar tempat
- Latar waktu
- Latar sosial
1) Latar tempat
Latar tempat dilihat dari sudut geografis, di mana kejadian itu berada yang
menyangkut nama-nama tempat. Cerita Batu Hobon ini dilatarkan dalam enam
tempat yaitu di Sianjur Mula-Mula, Pusuk Buhit, Huta Parik Sabungan, Aek Batu
Mulajadi Nabolon laos toho sahat tu Pussuk Buhit. Dungi dipalima sada
huta di sada luat ima nanigoari Sianjur Mula-Mula Tompa. Molo huta i
49
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
laos toho dipudi ni Pussuk Buhit, jala di holang-holang i huta Sagala
utara disima Huta Sagala, molo dompak selatan disima Huta Limbong
Mulana. Adong do dua dalan sian darat molo naeng tu Pussuk Buhit.
Naparjolo ima sian Tomok (Habissaran) jala napaduahon ima sian Tele
Guru Tatea Bulan (si Raja Lontung) dohot si Raja Isumbaon (Raja
tiga. Dung marujung ngolu si Raja Batak dipuhuti anakna nadua ima
Terjemahan :
Mula Tompa. Letak perkampungan itu berada di garis lingkar Pusuk Buhit
Limbong, sebelah barat Sagala, sebelah utara Gunung Pusuk Buhit, dan
50
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
sebelah selatan Hariara Pintu. Ada dua arah jalan dataran menuju Pusuk
Buhit. Satu dari arah Tomok (bagian Timur) dan satu lagi dari dataran
kepada kedua anaknya Guru Tatea Bulan dan Raja Isumbaon. Guru Tatea
Mulajadi Nabolon atau Tuhan Yang Maha Esa mengirimkan tujuh gadis dari
khayangan ke Pusuk Buhit untuk diperkenalkan kepada Guru Tatea Bulan, putra
Tatea Bulan. Jala ditingki i tarberengni Guru Tatea Bulan halaki maridi
mardalan pat andorang gunung Pussuk Buhit. Dung di ida Guru Tatea
51
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ni anak boru i.Dungkon sae maridi na pitu boru khayangan naeng hatop
tikkina ma hita mulak..”, ninna sada boru khayangan i. Alai tikki naeng
alani i dang boi ibana mulak tu banua ginjang. Didok ibana tu akka
ginjang, alana abit na pe mago ai dang diboto ibana hut ni dang tagam
Terjemahan :
“…Pada waktu itu, Mulajadi Nabolon atau Tuhan Yang Maha Esa
diperkenalkan kepada Guru Tatea Bulan, putra dari nenek moyang orang
Batak, si Raja Batak. Ketika itu, Guru Tatea Bulan mendapati mereka
gadis cantik yang sedang mandi, saat itu juga secara diam – diam Guru
Tatea Bulan memberanikan diri untuk mengambil kain milik salah satu
ingin segera kembali ke langit “Mari, hari sudah beranjak sore sudah
52
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
tetapi pada waktu mereka bersiap-siap pulang salah satu gadis dari
aku tidak tau siapa yang mengambilnya dan aku tidak dapat kembali ke
langit tanpa kain itu..” dengan sangat berat hati keenam saudaranya itu
pun harus kembali. Satu lagi tinggal di Pusuk Buhit, dia tidak dapat
kembali ke asalnya karena kain miliknya telah diambil dan dia sama
sekali tidak tau dan tak menyangka bahwa yang mengambilnya adalah
Setelah mereka menikah Guru Tatea Bulan dan isterinya memilih bermukim di
nasian banua ginjang i, jala arop do roha ni Guru Tatea Bulan asa boi
tong rap nasida. Dungi diboan Guru Tatea Bulan ma anak boru i tu
adat Batak asa boi songon jolma nasitutu, alai nang pe songoni dang
olo Guru Tatea Bulan mangotani anak boru i dijabuna. Ganup ari ma
53
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
sadia leleng Guru Tatea Bulan pe mampojolohon dirina naeng
dipasaut anak boru i gabe parsonduk bolon ni Guru Tatea Bulan di baen
homang. Isiala naung mangadati Guru Tatea Bulan dohot siboru Baso
Sabungan goarna.
Terjemahan :
“…Guru Tatea Bulan tertarik pada gadis cantik dari khayangan itu dan
dan adatnya agar menjadi orang yang beradab tetapi, dia tidak
Guru Tatea Bulan yang sejak dari awal pertemuan sudah menaruh hati
pada gadis itupun jatuh hati melihat paras cantik juga kesederhanaan
yang dimiliki oleh gadis dari khayangan itu. Di dalam hati Guru Tatea
Bulan dia ingin memperistri gadis itu. Tak butuh waktu lama Guru Tatea
itu. Dan akhirnya mereka pun menikah. Guru Tatea Bulan yang sudah
sah menjadi suami dari gadis khayangan itu memberi nama panggilan
untuk istrinya dengan nama siboru Baso Burning yang artinya putri jadi-
jadian (boru ni homang). Setelah mereka menikah Guru Tatea Bulan dan
54
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
isterinya memilih bermukim di Sianjur Mula-Mula tepatnya di Parik
Keempat orang putera Guru Tatea Bulan berencana ingin membunuh abangnya
Raja Biak-Biak karena fisiknya yang tak sempurna.Akan tetapi, ibu mereka
mengetahui niat anak-anaknya itu dan ibunya langsung membawa Raja Biak-Biak
angka anggina i jala dang diboto siboru Baso Burning naung diboto
Raja Biak-Biak i tu aek Batu Sawan. Attar dao ma sian huta Parik
Batu Sawan.
55
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Terjemahan :
Biak-Biak. Sejak saat itu, dia terus ditekan oleh empat putranya untuk
membuang abangnya itu. Kejadian itu, membuat istri Guru Tatea Bulan
arah puncak gunung. Tidak jauh dari air terjun itu terdapat batu berliang
Raja Biak-Biak di Batu Liang. Dia juga memandikan anaknya itu di air
Akibat ulah dari Tuan Saribu Raja dan siboru Pareme yang berbuat cinta terlarang
kini siboru Pareme pun hamil. Kehamilannya pun telah diketahui saudara-
saudaranya yang lain termasuk juga warga kampung. Dia dibuang ke sebuah
hutan di atas Sabulan, salah satu daerah yang dianggap sebagai sarang harimau.
56
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Hal ini dapat dilihat dalam kutipan berikut:
sahalak anggina dioli ibotona, ima Tuan Saribu Raja dioli ma ibotona
dohot angka dongan sahuta na. Dungi ala so adat jala dang uhum
Terjemahan :
pun telah menikah dan beranak cucu. Warga kampung pun semakin
banyak. Akan tetapi, ada yang janggal di antara empat orang adik laki-
laki Raja Uti ada salah seorang adiknya yang mengawini adiknya sendiri
Akibat ulah dari Tuan Saribu Raja dan siboru Pareme yang berbuat cinta
57
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Lalu, adat dan kesepakatan di kampung itu menetapkan hukuman mati
jadi tak boleh dibunuh. Dia dibuang ke sebuah hutan di atas Sabulan,
Tuan Saribu Raja ternyata telah mempersiapkan peti batu untuk menyimpan harta
warisan ayahnya Guru Tatea Bulan. Dia menyimpan harta warisan itu di dalam
sebuah batu dengan harapan suatu saat dia akan mengambilnya kembali. Peti Batu
ini terletak di antara Huta Sagala dan Limbong tepatnya di kaki Dolok Pusuk
Buhit.
toho pas diholang-holang ni huta Sagala dohot huta Limbong jala jonok
tu gunung Pusuk Buhit. Jala batu i adong do pintuna, jala pussu ni batu
batu i ima sada lubang tarsongon goa jala adong hasahatanna huluat na
58
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
asing. Di Batu Hobon i ima tading angka arta ni Guru Tatea Bulan ima
Terjemahan :
harta warisan itu di dalam sebuah batu dengan harapan suatu saat dia
Peti Batu ini terletak di antara Huta Sagala dan Limbong tepatnya
tutup batu di mana pada bagian ujung batu ini berbentuk seperti
segel batu, yang berfungsi sebagai kunci “rahasia” pembuka yang hanya
diketahui oleh Tuan Saribu Raja. Peti Batu tempat penyimpanan harta
pusaka ini dinamakan Batu Hobon karena Hobon artinya peti. Disebut
bagian bawah berongga. Batu ini juga merupakan sebuah lorong yang
59
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
peninggalan harta pusaka Guru Tatea Bulan yang disimpan oleh Tuan
2) Latar waktu
Uraian tentang cerita Batu Hobon merupakan nama-nama tempat dan zaman
terjadinya suatu peristiwa. Latar yang terdapat pada legenda ini menghidupkan
1) Ketika waktu sore hari Mulajadi Nabolon atau Tuhan Yang Maha Esa
diperkenalkan kepada Guru Tatea Bulan, putra dari nenek moyang orang
2) Dan bertahun-tahun lamanya istri Guru Tatea Bulan (siboru Baso Burning)
kembali menemui anaknya yaitu Raja Biak-Biak yang sudah tak berdaya
lagi. Lalu mereka pun memohon kepada Mulajadi Nabolon. Dan Mulajadi
60
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
berlalu Mulajadi Nabolon menyampaikan kabar lewat suara-suara yang tak
berwujud.
Tatea Bulan. Jala ditingki i tarberengni Guru Tatea Bulan halaki maridi
mardalan pat andorang gunung Pussuk Buhit. Dung di ida Guru Tatea
ulos ni anak boru i.Dungkon sae maridi na pitu boru khayangan naeng
nunga tikkina ma hita mulak..”, ninna sada boru khayangan i. Alai tikki
abit na alani i dang boi ibana mulak tu banua ginjang. Di dok ibana tu
Terjemahan :
“…Pada waktu itu, Mulajadi Nabolon atau Tuhan Yang Maha Esa
diperkenalkan kepada Guru Tatea Bulan, putra dari nenek moyang orang
Batak, si Raja Batak. Ketika itu, Guru Tatea Bulan mendapati mereka
61
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
sedang mandi di Tala yang jaraknya sedikit jauh sekitar 30 menit
gadis cantik yang sedang mandi, saat itu juga secara diam – diam Guru
Tatea Bulan memberanikan diri untuk mengambil kain milik salah satu
perempuan surgawi itu. Selesai mandi ketujuh gadis khayangan tadi ingin
segera kembali ke langit “Mari, hari sudah beranjak sore sudah waktunya
kita kembali...” kata salah seorang gadis khayangan. Akan tetapi pada
waktu mereka bersiap-siap pulang salah satu gadis dari khayangan itu
kehilangan kain miliknya sehingga dia tidak dapat kembali ke langit. Dia
berkata kepada saudaranya, “kain milikku hilang, aku tidak tau siapa
yang mengambilnya dan aku tidak dapat kembali ke langit tanpa kain
itu..” dengan sangat berat hati keenam saudaranya itu pun harus kembali.
Terjemahan :
Gunung Pusuk Buhit untuk menemui dan memberi makan anaknya siRaja
62
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Biak-Biak. Namun, dia terkejut melihat Raja Biak-Biak sudah terjatuh
berguling – guling dari Batu Liang. Dia sedih, lalu berdoa, “Ompung
Mulajadi Nabolon, saya sudah tidak sanggup lagi melihat anak saya
ndang mate…”
Terjemahan :
Biak. Ia diberi tangan, kaki, bahkan diberi sayap, ekor, dan mulutnya
63
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
kamu punya keistimewaan, tidak akan pernah tua, tidak akan mati dan
lewat suara-suara tak berwujud kepada warga di kaki Pusuk Buhit : “Ei,
3) Latar Sosial
Latar sosial adalah gambaran kehidupan masyarakat dalam kurun waktu dan
tempat tertentu yang dilakukan dalam cerita. Latar sosial menyarankan kepada
jala naeng mambuat arta ni Guru Tatea Bulan i, alai nanggo apala
halaki, sipata oloma gabe mate tompu. Jala sahat tu saonnari tong do
batu i, jala molo adong be jolma nanaeng marnida batu i ikkon nasian
64
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Terjemahan :
harta pusaka Guru Tatea Bulan, tetapi tidak seorang pun ada yang
Hingga kini Batu Hobon tetap terjaga utuh sebagai situs budaya Batak,
dan belum pernah ada lagi yang mencoba membukanya. Bila orang yang
ingin melihat atau sekedar berkunjung ke tempat Batu Hobon ini baiklah
mereka memiliki hati serta niat yang bersih karena tempat ini begitu
sakral.
65
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
4.1.4 Perwatakan
digambarkan secara langsung dan tidak langsung dari tokoh-tokoh cerita Batu
Hobon. Perwatakan dalam cerita Batu Hobon ini dapat kita bagi berdasarkan sifat-
1. Si Raja Batak,
4. Raja Biak-Biak,
6. Si boru Pareme
Skripsi ini akan membahas watak-watak tokoh cerita Batu Hobon yang
Tompa.Kita dapat melihat bahwa tokoh ini mempunyai sifat yang bijaksana
diteladani.
66
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Hal ini dapat kita lihat pada contoh berikut ini :
sada huta disada luat ima nanigoari Sianjur Mula-Mula Tompa. Molo
dompak utara disima Huta Sagala, molo dompak selatan disima Huta
anakna nadua ima mangulahon ulaon na. Guru Tatea Bulan tongdo
67
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Terjemahan :
Pusuk Buhit, dan sebelah selatan Hariara Pintu. Ada dua arah jalan
dataran menuju Pusuk Buhit. Satu dari arah Tomok (bagian Timur)
dan satu lagi dari dataran tinggi Tele. Si Raja Batak memiliki dua
Wasiat” kepada kedua anaknya itu. Anaknya yang pertama Guru Tatea
68
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
perkampungan si Raja Batak sementara itu adiknya Raja Isumbaon
pergi merantau.
Di dalam cerita ini dapat diketahui bahwa Guru Tatea Bulan adalah putera
pertama dari si Raja Batak yang mempunyai watak ramah, santun kepada
69
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ikkon do mulak. Sada na i tading ma i di pusuk buhit dang boi ibana
nasian banua ginjang i, jala arop do roha ni Guru Tatea Bulan asa boi
tong rap nasida. Dungi diboan Guru Tatea Bulan ma anak boru i tu
adat Batak asa boi songon jolma nasitutu, alai nang pe songoni dang
Terjemahannya :
“…Pada waktu itu, Mulajadi Nabolon atau Tuhan Yang Maha Esa
orang Batak, si Raja Batak. Ketika itu, Guru Tatea Bulan mendapati
gadis-gadis cantik yang sedang mandi, saat itu juga secara diam – diam
beranjak sore sudah waktunya kita kembali...” kata salah seorang gadis
70
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
satu gadis dari khayangan itu kehilangan kain miliknya sehingga dia
milikku hilang, aku tidak tau siapa yang mengambilnya dan aku tidak
dapat kembali ke langit tanpa kain itu..” dengan sangat berat hati
keenam saudaranya itu pun harus kembali. Satu lagi tinggal di Pusuk
Buhit, dia tidak dapat kembali ke asalnya karena kain miliknya telah
diambil dan dia sama sekali tidak tau dan tak menyangka bahwa yang
Guru Tatea Bulan tertarik pada gadis cantik dari khayangan itudan
bahasa dan adatnya agar menjadi orang yang beradab akan tetapi, dia
ma pasu-pasu tu halaki.
71
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Terjemahannya :
persembahan yang telah dijanjikan oleh Guru Tatea Bulan. Guru Tatea
akan tetapi karena kerelaan hati Guru Tatea Bulan yang ikhlas anaknya
Siboru Baso Burning adalah istri dari Guru Tatea Bulan. Watak siboru
Baso Burning dalam cerita Batu Hobon adalah siboru Baso Burning seorang ibu
yang penyayang, baik hati, selalu tekun dalam doa, dan sabar menjalani hidup.
balian laho mangula alai molo RajaBiak-Biak dang boi dohot jala
tading di jabu ma imana. Ganup ari andorang solao dope inong nai tu
72
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
anggina i na boasa sai holan hami ganup ari tu balian mangurupi
Terjemahan :
“…Dungi siboru Baso Burning dohot Guru Tatea Bulan alani lungun
73
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
manang na gabe alogo do hupasahat hami ma tu Ho ale Tuhan…”.
Terjemahan :
“…Akhirnya, dia dan suaminya Guru Tatea Bulan dengan berat hati
Sambil menangis, Guru Tatea Bulan dan istrinya itu berdoa, “Ompung,
bagaimana pun jadinya kelak anak kami ini, Engkaulah yang tahu.
Apakah dia akan jadi manusia yang normalatau menjadi angin kami
Raja Biak-Biak. Ia diberi tangan, kaki, bahkan diberi sayap, ekor, dan
74
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
(4). Raja Biak – Biak
pertamadari Guru Tatea Bulan dan siboru Baso Burning yang mempunyai watak
Nabolon, asa gabe dipasaut ibana gabe Raja isiala imana do anak
Terjemahan :
Raja Biak-Biak ingin meminta ijin kepada ibunya untuk pergi ke Pusuk
dia adalah putra sulung yang pertama keluar dari rahim ibunya jadi
75
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Biak berkata kepada ibunya, “tapi apa dayaku bu, sebagai seorang
yang tidak sempurna sebagai manusia yang selalu dianggap remeh oleh
saudara-saudaraku.”
mate…”
Terjemahan :
Biak. Ia diberi tangan, kaki, bahkan diberi sayap, ekor, dan mulutnya
kamu punya keistimewaan, tidak akan pernah tua, tidak akan mati dan
76
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Ratusan tahun berlalu, Mulajadi Nabolon menyampaikan kabar
Tuan Saribu Raja adalah putera kedua dari Guru Tatea Bulan yang
mempunyai watak yang penurut, sedikit keras, serakah, dan mudah terpengaruh
Tatea Bulan asa dilehon anaknai Tuan Saribu Raja laho diseat huhut
disombahon.
manjua..”
77
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Dungi ujung na dipangoluon Mulajadi Nabolon ma muse laos dilehon
ma pasu-pasu tu halaki.
Terjemahan :
bumi (Sianjur Mula-Mula) dan mencobai iman Guru Tatea Bulan dan
dipersembahkan.
persembahan yang telah dijanjikan oleh Guru Tatea Bulan. Guru Tatea
akan tetapi, karena kerelaan hati Guru Tatea Bulan yang ikhlas
78
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Kutipan cerita berikutnya, hal ini dilihat dalam contoh berikut:
i, adong sahalak anggina dioli ibotona, ima Tuan Saribu Raja dioli ma
songoni dohot angka dongan sahuta na. Dungi ala so adat jala dang
babiat.
Terjemahan :
lakinya pun telah menikah dan beranak cucu. Warga kampung pun
semakin banyak. Akan tetapi, ada yang janggal diantara empat orang
adik laki-laki Raja Uti ada salah seorang adiknya yang mengawini
adiknya sendiri yaitu Tuan Saribu Raja yang menikahi siboru Pareme
kembarannya. Akibat ulah dari Tuan Saribu Raja dan siboru Pareme
79
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
termasuk juga warga kampung. Lalu adat dan kesepakatan di kampung
Saribu Raja nungga mate be Raja Uti ala nungga leleng dang heabe
tarida jala gabe dibuat ma sude artani Guru Tatea Bulan i. Didok
gunung Pusuk Buhit. Jala batu i adong do pintuna, jala pussu ni batu i
80
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
hambiran na i adong do sada tanda nagabe tarsonggon kuncina, jala
Hobon i ima tading angka arta ni Guru Tatea Bulan ima nabinahe ni
Terjemahan :
Tuan Saribu Raja tau bahwa dia akan diusir dari kampungnya itu dia
perhiasan emas, kitab pustaha laklak, dan benda pusaka lainnya. Tuan
Saribu Raja mengira bahwa abangnya Raja Uti telah meninggal dunia
karena sudah ratusan tahun lamanya tidak pernah terlihat lagi olehnya
81
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Guru Tatea Bulan. Dia menyimpan harta warisan itu di dalam sebuah
batu dengan harapan suatu saat dia akan mengambilnya kembali. Peti
Batu ini terletak diantara Huta Sagala dan Limbong tepatnya dikaki
Dolok Pusuk Buhit. Peti batu tersebut dilengkapinya dengan tutup batu
dimana pada bagian ujung batu ini berbentuk seperti “jantung” dengan
beberapa “kode” lubang. Di sisi kiri depan terdapat segel batu, yang
berongga. Batu ini juga merupakan sebuah lorong yang mungkin saja
peninggalan harta pusaka Guru Tatea Bulan yang disimpan oleh Tuan
Saribu Raja.
Siboru Pareme adalah puteri kedua dari Guru Tatea Bulan dan siboru Baso
Raja.Watak dari siboru pareme adalahperempuan yang kuat dan pasrah menjalani
keadaan hidupnya.
82
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Hal ini dapat kita lihat pada contoh berikut ini :
sahalak anggina dioli ibotona, ima Tuan Saribu Raja dioli ma ibotona
dohot angka dongan sahuta na. Dungi ala so adat jala dang uhum
Terjemahan :
“…Akan tetapi, ada yang janggal diantara empat orang adik laki-laki
Raja Uti ada salah seorang adiknya yang mengawini adiknya sendiri
Akibat ulah dari Tuan Saribu Raja dan siboru Pareme yang berbuat
cinta terlarang kini siboru Pareme pun hamil. Kehamilannya pun telah
hutan di atas Sabulan, salah satu daerah yang dianggap sebagai sarang
83
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
harimau.Limbong Mulana, dan adik-adiknya lalu berkata, ”Biarlah
sendiri..”
sosiologis tanpa menghilangkan konteks sastra karena tidak terlepas dari unsur-
maka objek bahasannya adalah interaksi dari pada tokoh-tokoh dalam cerita
Dalam cerita Batu Hobon, sistem kekerabatan sangat terlihat jelas dari si
Raja Batak yang memiliki 2 orang anak yaitu, Guru Tatea Bulan dan Raja
sementara itu adiknya Raja Isumbaon pergi merantau. Guru Tatea Bulan menikah
dengan siboru Baso Burning dan mereka dikaruniai 5 orang putera dan 4 orang
puteri.
84
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Hal ini dapat kita lihat pada kutipan berikut ini :
Tatea Bulan (si Raja Lontung) dohot si Raja Isumbaon (Raja Sumba).
85
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Terjemahan :
pergi merantau.
pun menikah. Guru Tatea Bulan yang sudah sah menjadi suami dari
homang).
86
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Dari pernikahan Guru Tatea Bulan dengan istrinya siboru
anak perempuan.
kekerabatan dalam hal ini terlihat pada tutur sapa baik karena pertautan darah,
kekerabatan. Nilai kekerabatan dalam cerita “Batu Hobon” terdiri dari tiga
persitiwa tuturan.
Tatea Bulan dan Raja Isumbaon yang tetap terjalin dan akur.
surgawi yang membuat Guru Tatea Bulan jatuh hati lalu, akhirnya
anak perempuan.
87
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
4.4.2 Tanggung Jawab
Tanggung jawab adalah suatu kesadaran manusia akan tingkah laku atau
tangga Guru Tatea Bulan harus membuat keputusan yang bijak ketika dia
Tatea Bulan asa dilehon anaknai Tuan Saribu Raja laho diseat huhut
disombahon.
manjua..”
88
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Dungi ujung na dipangoluon Mulajadi Nabolon ma muse laos dilehon
ma pasu-pasu tu halaki.
Terjemahan :
bumi (Sianjur Mula-Mula) dan mencobai iman Guru Tatea Bulan dan
dipersembahkan.
persembahan yang telah dijanjikan oleh Guru Tatea Bulan. Guru Tatea
akan tetapi karena kerelaan hati Guru Tatea Bulan yang ikhlas anaknya
89
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
4.2.3 Kasih Sayang
Kasih sayang adalah suatu perasaan cinta atau sayang dan akan
menunjukan rasa perhatian yang mungkin akan berlebihan. Kasih sayang dalam
cerita Batu Hobon terlihat dari siboru Baso Burning yang sangat menyayangi
balian laho mangula alai molo RajaBiak-Biak dang boi dohot jala
tading di jabu ma imana. Ganup ari andorang solao dope inong nai tu
Biak.
Terjemahan :
90
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
sebelum ibunya pergi berangkat ke ladang ibunya mesti menanak beras
yang ditaati, pencipta ketentraman batin. Nilai kasih sayang pada cerita Batu
Hobon terdapat satu peristiwa tutur, yaitu pada saat pagi sebelum ibunya (siboru
Baso Burning) pergi berangkat ke ladang ibunya mesti menanak beras yang enak
4.2.4 Pertentangan
dendam, tidak menerima kondisi, dan keberadaan orang lain. Pertentangan yang
dimaksudkan dalam cerita ini adalah pemberian kasih sayang yang berlebih
kepada Raja Biak-Biak yang dipicu menjadi keirian bagi saudara-saudaranya yang
lain.Secara umum pertentangan itu adalah luapan emosional dari satu orang
91
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
nasida nanaeng pamatehon Raja Biak-Biak i, umbahen dang suman
Terjemahan :
adiknya itu berpikir kenapa hanya mereka saja yang setiap pagi pergi
menjadi orang yang terbuka. Hal ini dapat dipahami, karena hampir tidak ada
92
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
4.3 Pandangan Masyarakat Desa Sarimarrihit Terhadap cerita Batu Hobon
Masyarakat di desa Sarimarrihit sangat menjaga dan taat pada aturan dan
norma adat, hal ini dibuktikan dengan terawatnya semua situs warisan budaya di
Sianjur Mula-Mula yang salah satunya adalah Batu Hobon. Letak Batu Hobon ini
terletak di antara Huta Sagala dan Limbong tepatnya di kaki Dolok Pusuk
Sarimarrihit.
Batu Hobon adalah sebuah cerita rakyat yang sangat relevan bagi
masyarakat tersebut. Hal ini dapat dilihat dari cara pandang masyarakat terhadap
terlepas dengan pola budaya masyarakat dewasa ini. Masyarakat desa Sarimarrihit
ini, di mana jika ingin meminta dan memohon sesuatu kepada Mulajadi Nabolon
permohonan itu.
93
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Batu Hobon ini adalah salah satu tempat yang dikeramatkan oleh
masyarakat setempat hal ini dapat dilihat dari peraturan-peraturan atau persyaratan
1. Jika ingin mengunjungi tempat ini harus memakai pakaian yang sopan.
agar tidak terkena dampak jika masuk dalam sekitar Batu Hobon.
3. Bila peziarah yang datang untuk maksud dan tujuan tertentu baik itu laki-
(persembahan) berupa telur ayam kampung, sirih, dan jeruk purut. Hal ini
bertujuan untuk permisi dan minta berkah supaya dengan berdoa di situ
(cakap kotor).
94
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
BAB V
5.1 Kesimpulan
Cerita Batu Hobon memaparkan secara khusus kisah hidup anak si Raja
Batak yaitu, Guru Tatea Bulan. Dalam cerita iniGuru Tatea Bulan dan istrinya
siboru Baso Burning memiliki 5 orang anak laki-laki dan 4 orang anak
perempuan.
3) Limbong Mulana,
2. Siboru Pareme,
4. Nan Tinjo
Cerita Batu Hobon juga masih sangat relevan terhadap masyarakat desa
kesaktian Batu Hobon,nilai-nilai budaya yang terdapat dalam cerita Batu Hobon
juga tidak terlepas dengan pola budaya yang dianut oleh masyarakat desa
Sarimarrihit.
95
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Nilai-nilai budaya yang ada dalam legenda Batu Hobon masih diterapkan
dalam kehidupan masyarakat desa Sarimarrihit dan itu sebabnya Batu Hobon
Hobon mengajak orang Batak untuk setia kepada nilai – nilai yang diajarkan
kemajuan orang Batak harus bersatu.Sama halnya untuk membuka batu itu.Semua
keturunan Tuan Saribu Raja harus bersatu dalam kebersamaan. Mereka harus
disimbolkan sebagai pusaka orang Batak Toba. Demikian juga dengan pola
budaya yang dianut oleh masyarakat desa Sarimarrihit juga dapat dilihat dari
aspek :
dukun.
96
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Penulis menggunakan pendekatan sosiologi sastra dalam membahas cerita
1) Sosiologi dan sastra mempunyai hubungan yang erat karena lahir dari
4) Perwatakan dalam cerita Batu Hobon ini yaitu : Si Raja Batak, Guru
Tatea Bulan, siboru Baso Burning, Raja Biak-Biak, Tuan Saribu Raja,
5) Adapun nilai-nilai sosiologis yang ada dalam cerita Batu Hobon yaitu,
(4) Pertentangan.
97
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
5.2 Saran
Adapun saran yang penulis simpulkan dari penulisan skripsi ini antara lain
sebagai berikut :
98
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR PUSTAKA
Algesindo.
Ombak.
University Press.
University Press.
Dalam www.inzpirasikuw.blogspot.com/2010/10/fungsi-cerita-rakyat-dalam-
99
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Pustaka Belajar.
Ratna, Nyoman Kutha. 2004. Teori, Metode, Dan Teknik Penelitian Sastra (Dari
Cerita Batu Horbo, Parhutaan, dan Batu Ilik yang terdapat di Desa Sitohang,
Teeuw,A. 2013. Sastra dan Ilmu Sastra: Pengantar Teori Sastra. Bandung:
Pustaka Jaya.
Penerbit Pinus).
100
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
LAMPIRAN
Mulajadi Nabolon laos toho sahat tu Pussuk Buhit. Dungi dipalima sada huta
disada luat ima nanigoari Sianjur Mula-Mula Tompa. Molo huta i laos toho
dipudi ni Pussuk Buhit, jala diholang-holang i huta Sagala dohot huta Limbong
Mulana, molo dompak habissaran disima Pussuk Buhit, molo dompak hasundutan
disima Hariara Pittu. Jala dompak utara disima Huta Sagala, molo dompak
selatan disima Huta Limbong Mulana. Adong do dua dalan sian darat molo
naeng tu Pussuk Buhit. Naparjolo ima sian Tomok (Habissaran) jala napaduahon
ima,
martiga-tiga. Dung marujung ngolu si Raja Batak dipuhuti anakna nadua ima
101
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
mangulahon ulaon na. Guru Tatea Bulan tongdo tading dihutani si Raja Batak
boru sian banua ginjang tu Pussuk Buhit jala dipatandahon ma tu Guru Tatea
Bulan. Jala ditingki i tarberengni Guru Tatea Bulan halaki maridi di Tala, jala
attar dao do inganan paridian i hira-hira satonga jom ma mardalan pat andorang
gunung Pussuk Buhit. Dung diida Guru Tatea Bulan anak boru namaridi i, laos
mulak tu banua ginjang, ”Beta nunga naeng botari nunga tikkina ma hita
mulak..”, ninna sada boru khayangan i. Alai tikki naeng marhobas mulak adong
sada boru na sian khayangan i hamagoan abit na alani i dang boi ibana mulak tu
banua ginjang. Didok ibana tu akka dongan-dongan na, “Abit hu nga mago dang
huboto manang ise na manakko au pe dang boi mulak tu banua ginjang molo so
mulak. Sada na i tading ma i di pusuk buhit dang boi ibana mulak tu banua
ginjang, alana abit na pe mago ai dang diboto ibana hut ni dang tagam rohana
Tarpangan situtu ma rohani Guru Tatea Bulan marnida anak boru nasian
banua ginjang i, jala arop do roha ni Guru Tatea Bulan asa boi tong rap nasida.
Dungi diboan Guru Tatea Bulan ma anak boru i tu bagasna. Jala diajarima anak
boru i marhata Batak dohot romangni adat Batak asa boi songon jolma nasitutu,
alai nang pe songoni dang olo Guru Tatea Bulan mangotani anak boru i
102
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
dijabuna. Ganup ari ma halaki pajumpang, jala sian parjolo marsitandaan bunga
holong rohani Guru Tatea Bulan marnida haulion, haserepon ni anak boru
nasian banua ginjang i. Dibagas rohani Guru Tatea Bulan, marsangkap do imana
nanaeng bahenonna parsonduk bolonna anak boru i. Jala dang sadia leleng Guru
Dung dipasaut anak boru i gabe parsonduk bolon ni Guru Tatea Bulan di
baen ma goar na gabe siboru Baso Burning ima namarlapatan boru ni homang.
Isiala naung mangadati Guru Tatea Bulan dohot siboru Baso Burning gabe
tarsongon ulaon siapari ni Guru Tatea Bulan dohot siboru Baso Burning
mangula do. Mansai gok do juma songoni dohot nang suan-suanan na ima
tarsongon andar, gadong suhat, eme, dohot akka naasing dope. Adong do suan-
suan-suanan naboi dibaen gabe ubat ima pagar, dorma (jimat), dohot sitogu
harihir.Ala ganup ari do halaki mangula di balian i, gabe dipatupama sada sopo-
sopo.
Bulan hatiha diboto manang umbege barita ia inatta na siboru Baso Burning
nungga mamboantton deba ianakkon na. Dung sia bulan ma lelengna diboatton
103
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
siboru Baso Burning pardenggan dagingngon na jala jumpang ma tingkki na
Dung hipas anak siahaan i Raja Biak-Biak jala dibaen ma muse goarna
Raja Miok-Miok ditingki parsorang nai ro do udan mansai doras dohot haba-
haba, alai dung sorang dakdanak i tarsonggot ma Guru Tatea Bulan dohot siboru
Baso Burning umbahen dang suman parsorang ni Raja Biak-Biak i. Aiso marholi-
holi pamatangna, jala dang adong tangan dohot pat na. Marnina pamatangni
anak siahaan i, naso boi hundul, holan marguling-guling do boi dibahen ma muse
Ia anak paduahon sian Guru Tatea Bulan ima na margoar Tuan Saribu
Raja. Tuan Saribu Raja tubu marpohas dohot ibotona na margoar siboru Pareme.
3. Limbong Mulana
4. Sagala Raja
104
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Angka ianakhon boru :
2. Siboru Pareme
3. Siboru Bidinglaut
4. Nan Tinjo.
imana dang Tuan Saribu Raja dipillit nanaeng seatonna, umbahen i laoma imana
di loas among do diseat Ompung Mulajadi Nabolon au, jala sai hurimang-
rimangi ma molo ikkon au do seaton na, diama ibbar hu tu Saribu Raja. Molo boi
siboru Baso Burning ma tu Guru Tatea Bulan asa ditabunihon si Raja Biak-Biak
tu Pusuk Buhit.
dihataon Guru Tatea Bulan. Guru Tatea Bulan pe mangoloi padanna huhut
105
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
mamboan anak na Tuan Saribu Raja nanaeng i ponggol huhut gabe pelean tu
Mulajadi nabolon alai alana mangoloi do rohana Guru Tatea Bulan na ias
rohana anak na gabe pelean. Tuan Saribu Raja pe dang manjua na ikkon gabe
Raja Biak-Biak mangurupi amang dohot inong na tu balian laho mangula alai
molo RajaBiak-Biak dang boi dohot jala tading di jabu ma imana. Ganup ari
andorang solao dope inong nai tu balian dilompa do indahan natabo, asa adong
lomo rohana marnida holong ni roha ni inong nai. Gabe sai dipingkiri angka
anggina i na boasa sai holan hami ganup ari tu balian mangurupi damang dohot
dainang, hape si Raja Biak-Biak holan dijabu do jala dang hea mangulahon
manang aha, jala sipanganna pe ikkon dipaturedo andorang so lao inong. Dungi
halaki dibege siboru Baso Burning panghataion nihalaki sian pudi ni pintu ni
jabu i, jala langsung ditopotma anakna si Raja Biak-Biak i, jala dipaboa ma sude
rencana ni angka anggina i jala dang diboto siboru Baso Burning naung diboto
anak nai panghataion nai tu Raja Biak-Biak. Ditingki i gabe torusma dimuruhi
anakna naopat i siboru Baso Burning, jala didok asa dibalongkon hahanai
umbahen i gabe diboan siboru Baso Burning ma si Raja Biak-Biak i tu aek Batu
106
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Sawan. Attar dao ma sian huta Parik Sabungan jonok tu Pussuk Buhit. Jala jonok
aek i adong ma batu na marliang, tarsongon baba ni gua, disima i baen Raja
Biak-Biak i jala tinggal ma disi sahalak na. Ganup ari ma siboru Baso Burning
nai lao dang marboa-boa jala ro nasopamotoan, dungi diihutton ma tudia lao
inong nai naso pamotoan ni siboru Baso Burning. Dibereng halaki ma inong nai
di aek Batu Sawan dohot Raja Biak-Biak, jala muruk ma muse anakna opat i.
Gabe didok halaki ma “Dirippu hami do naung di balongkon dainang Raja Biak-
Biak i…”
anakhon na i.
Alana naung tardapot i siboru Baso Burning dibahen anakna naopat i, gabe dang
heabe didapothon si Raja Biak-Biak i tu Batu Sawan, alani biarna diboto angka
Dung martaon-taon leleng na, laho ma muse siboru Baso Burning tu aek
tarsanggot ma siboru Baso Burning i, dung dibereng madabu sian batu liang i si
107
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
asa gabe dipasaut ibana gabe Raja isiala imana do anak naumbalga, jala imana
do naikkon saut gabe Raja. Jala dipangidohon Raja Biak-Biak do asa gabe
denggan rupani pamatang nai.Alai didok Raja Biak-Biak ima tu inong nai,
leasdo rohani angka anggiku marnida au...” Dungi siboru Baso Burning dohot
Guru Tatea Bulan alani lungun ni rohana, diboan ma Raja Biak-Biak tu Pusuk
iluna, sai martamiang do Guru Tatea Bulan dohot siboru Baso Burning,
“Ompung manang boha pe annon anak namion hupasahat hami ma tu ho, molo
mago Raja Biak-Biak jala dang tarida imana. Jala di tadinghon ma sahalakna di
Pusuk Buhit i, hape naung dipasaut Mulajadi Nabolon do sangkapni si Raja Biak-
Biak i. Dilehon ma tangan, pat, jala dilehon ma muse dohot habang, dohot ihur,
adong do hasaktion mu. Dang jadi ho matua, dang boi ho mate, alai ho ma
goarmu Raja Hatorusan manang Raja Uti. Dung sadia leleng dipaboa Mulajadi
Nabolon ma tu angka jolma dohot suara alai dang tarida pamatangna didokma,
108
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
adong do nahurang denggan di anggini si Raja Uti i, adong sahalak anggina dioli
ibotona, ima Tuan Saribu Raja dioli ma ibotona siboru Pareme. Alani
tangkas diboto angka anggina i songoni dohot angka dongan sahuta na. Dungi
ala so adat jala dang uhum naniula ni Tuan Saribu Raja dohot siboru Pareme i
dipalaoma siboru Pareme tu dolokni sabulan, ai disi do gok babiat jala didok
Tuan Saribu Raja na ikkon palaohon ni angka angginai imana (Limbong, Sagala,
Raja nanaeng palaonna na ima sian huta i, nungga adong sangkap na mamboan
akka arta nasian Guru Tatea Bulan. Marbuni-buni do Tuan Saribu Raja mambuat
angka mas, pustaha batak, dohot angka pustaha na asing.didok rohani Tuan
Saribu Raja nungga mate be Raja Uti ala nungga leleng dang heabe tarida jala
gabe dibuat ma sude artani Guru Tatea Bulan i. Didok rohana ma muse dung
mate Raja Uti imana ma gabe anakna umbalga. Jala ditingki i nungga denggan
dibagasan sada batu nabalga, jala hisim rohana naingkon alaponna haduan artai
muse.Ianggo batu toho pas diholang-holang ni huta Sagala dohot huta Limbong
jala jonok tu gunung Pusuk Buhit. Jala batu i adong do pintuna, jala pussu ni
batu i pe tarsongon rupani jantung adong muse lobang na. Disabola hambiran na
i adong do sada tanda nagabe tarsonggon kuncina, jala holan Tuan Saribu Raja
109
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
do naumbotosa i.Ianggo goarni batu inganan ni angka arta i didokma goarna
Batu Hobon, Hobon lapatanna poti. Umbahen didokpe songoni ima ala
marlobang do dibagas batu i. Jala batu i ima sada lubang tarsongon goa jala
adong hasahatanna huluat na asing. Di Batu Hobon i ima tading angka arta ni
Guru Tatea Bulan ima nabinahe ni Tuan Saribu Raja. Molo songon arta tading-
Somba Baho, Piso Solom Debata, Pungga Haomasan, Tintin Sipajadi-jadi, Tawar
dohot aksara Batak. Dung singkop ditabunihon artani Guru Tatea Bulan di poti
batu i, lao ma Tuan Saribu Raja sian huta i manopot siboru Pareme na
Jala najolo sai adong do jolma nanaeng mambuka Batu Hobon i , jala naeng
mambuat arta ni Guru Tatea Bulan i, alai nanggo apala sahalak pe dang adong
naboi mambuat arta i, gabe rodo parsitaonon tu halaki, sipata oloma gabe mate
tompu. Jala sahat tu saonnari tong do denggan diparorot Batu Hobon i, jala dang
olo be jolma mambukka batu i, jala molo adong be jolma nanaeng marnida batu i
110
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
TERJEMAHAN
perkampungan itu berada di garis lingkar Pusuk Buhit di lembah Sagala dan
sebelah utara Gunung Pusuk Buhit, dan sebelah selatan Hariara Pintu. Ada dua
arah jalan dataran menuju Pusuk Buhit. Satu dari arah Tomok (bagian Timur) dan
satu lagi dari dataran tinggi Tele. Si Raja Batak memiliki dua orang anak yaitu,
kepada kedua anaknya itu. Anaknya yang pertama,Guru Tatea Bulan mendapat
“Surat Agung” yang berisi ilmu pendukunan atau kesaktian, pencak silat, dan
“Tumbaga Holing” yang berisi kerajaan (Tatap – Raja), hukum atau peradilan,
persawahan, dagang, dan seni mencipta. Sepeninggal ayahnya si Raja Batak kedua
pertama yaitu, Guru Tatea Bulan memilih tetap tinggal di perkampungan si Raja
111
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Pada waktu itu, Mulajadi Nabolon atau Tuhan Yang Maha Esa
kepada Guru Tatea Bulan, putra dari nenek moyang orang Batak, si Raja Batak.
Ketika itu, Guru Tatea Bulan mendapati mereka sedang mandi di Tala yang
jaraknya sedikit jauh sekitar 30 menit perjalanan kaki sebelum puncak tertinggi
Pusuk Buhit. Melihat gadis-gadis cantik yang sedang mandi, saat itu juga secara
diam – diam Guru Tatea Bulan memberanikan diri untuk mengambil kain milik
salah satu perempuan surgawi itu. Selesai mandi ketujuh gadis khayangan tadi
“Mari, hari sudah beranjak sore sudah waktunya kita kembali...” kata salah
Akan tetapi pada waktu mereka bersiap-siap pulang salah satu gadis dari
khayangan itu kehilangan kain miliknya sehingga dia tidak dapat kembali ke
langit. Dia berkata kepada saudaranya, “kain milikku hilang, aku tidak tau siapa
yang mengambilnya dan aku tidak dapat kembali ke langit tanpa kain itu..”
dengan sangat berat hati keenam saudaranya itu pun harus kembali. Satu lagi
tinggal di Pusuk Buhit, dia tidak dapat kembali ke asalnya karena kain miliknya
telah diambil dan dia sama sekali tidak tau dan tak menyangka bahwa yang
Guru Tatea Bulan tertarik pada gadis cantik dari khayangan itu dan
Bulan membawa gadis itu ke rumahnya. Dia mengajarinya bahasa dan adatnya
agar menjadi orang yang beradab tetapi, dia tidak menahannya di rumahnya.
112
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Hampir setiap hari mereka saling bertemu, Guru Tatea Bulan yang sejak dari awal
pertemuan sudah menaruh hati pada gadis itupun jatuh hati melihat paras cantik
juga kesederhanaan yang dimiliki oleh gadis dari khayangan itu. Di dalam hati
Guru Tatea Bulan dia ingin memperistri gadis itu. Tak butuh waktu lama Guru
Tatea Bulan pun memberanikan diri untuk mempersunting gadis pilihannya itu.
Dan akhirnya mereka pun menikah. Guru Tatea Bulan yang sudah sah menjadi
suami dari gadis khayangan itu memberi nama panggilan untuk istrinya dengan
nama siboru Baso Burning yang artinya putri jadi-jadian (boruni homang).
Setelah mereka menikah Guru Tatea Bulan dan isterinya memilih bermukim di
Sehari-hari pekerjaan yang dilakukan Guru Tatea Bulan dan istrinya siboru Baso
Burning adalah bertani. Mereka mempunyai ladang yang ditanami berbagai jenis
tumbuh-tumbuhan yang dapat dimakan seperti ubi jalar, talas, pisang, dan yang
bonang-bonang, sae-sae, dan tanaman yang bisa dipakai untuk obat yaitu pagar,
dorma (jimat), dan sitogu harihir. Setiap hari Guru Tatea Bulan dan istrinya
mengurus ladangnya mereka pun mendirikan sebuah sopo (rumah kecil tempat
berteduh).
Nabolon memberikan mereka karunia secepat itu. Betapa bahagianya hati Guru
Tatea Bulan ketika tau dan mendengar kabar bahwa istrinya siboru Baso Burning
113
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Pada saat kelahiran putra sulung/pertama mereka yaitu Raja Biak-Biak,
dengan nama Raja Miokmiok, kelahirannya disertai guruh, hujan lebat, dan angin
puting beliung, namun setelah lahir betapa terkejut dan kecewanya Guru Tatea
Bulan dan istrinya siboru Baso Burning, karena anaknya Raja Biak-Biak lahir
tidak sempurna sebagai manusia. Tubuhnya tidak memiliki tulang, tidak punya
tangan, dan kaki. Ukurannya kecil. Karena kondisi tubuhnya itu si sulung tidak
bisa duduk hanya bisa berguling-guling, karena itu Raja Biak-Biak dinamai juga
Tuan Saribu Raja adalah nama putra kedua dari Guru Tatea Bulan. Dia dan
Dari pernikahan Guru Tatea Bulan dengan istrinya siboru Baso Burning,
3) Limbong Mulana
4) Sagala Raja
2) Siboru Pareme
114
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
3) Siboru Biding laut
4) Nan Tinjo
(Sianjur Mula-Mula) dan mencobai iman Guru Tatea Bulan dan siboru Baso
dari Tuhan (Mulajadi Nabolon Debata Natolu), kalau Mulajadi Nabolon meminta,
Raja yang sempurna, dia merasa dirinya tidak ada harganya maka dengan tergesa-
Dia berkata pada ibunya : “Oh, Ibu! Ku dengar bapak menginjinkan salah
satu dari kami untuk dibunuh/dipotong Ompunta Mulajadi Nabolon, maka dalam
hatiku aku berpikir kalau akulah yang mau dibunuh, apalah aku dibandingkan
Saribu Raja yang tidak cacat itu. Kalau boleh permintaanku suruhlah bapak
Pusuk Buhit.
115
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Tibalah saatnya Mulajadi Nabolon datang dan meminta persembahan yang
telah dijanjikan oleh Guru Tatea Bulan. Guru Tatea Bulan pun menepati janjinya
dengan membawa anaknya Tuan Saribu Raja untuk dipotong dan dipersembahkan
kepada Mulajadi Nabolon akan tetapi karena kerelaan hati Guru Tatea Bulan yang
ikhlas anaknya dijadikan persembahan dan Tuan Saribu Raja pun tidak menolak
Khususnya kepada Raja Biak-Biak yang fisiknya tidak normal. Setiap hari adik-
adiknya Raja Biak-Biak selalu ikut membantu ibu dan bapaknya pergi ke ladang
normal membuatnya tetap tinggal di rumah dan tidak melakukan kegiatan apapun.
Setiap pagi sebelum ibunya pergi berangkat ke ladang ibunya mesti menanak
beras yang enak dulu, agar bisa dimakan oleh Raja Biak-Biak.
Keempat orang adik laki-laki Raja Biak-Biak pun merasa cemburu melihat
perlakuan ibunya yang sangat berbeda kepada mereka. Adik-adiknya itu berpikir
kenapa hanya mereka saja yang setiap pagi pergi ke ladang untuk membantu
rumah dan tidak melakukan kegiatan apapun bahkan, makanannya saja harus
dipikiran keempat orang adik laki-laki Raja Biak-Biak ini untuk membunuh abang
116
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Setibanya mereka di rumah mereka langsung mengatur rencana untuk
membunuh abangnya tersebut. Tetapi dari balik pintu rumah secara tak sengaja
Raja Biak-Biak lalu menceritakan kembali semua apa yang didengarkannya tadi.
juga telah diketahui oleh keempat orang anak-anaknya yang ingin membunuh
Raja Biak-Biak. Sejak saat itu, dia terus ditekan oleh empat putranya untuk
membuang abangnya itu. Kejadian itu, membuat istri Guru Tatea Bulan akhirnya
membawa Raja Biak-Biak ke lokasi air terjun Batu Sawan yang terletak sekitar
satu kilometer dari kampung Parik Sabungan ke arah puncak gunung. Tidak jauh
dari air terjun itu terdapat batu berliang seperti, mulut gua dan disanalah Raja
mengantarkan nasi untuk Raja Biak-Biak di Batu Liang. Dia juga memandikan
yang semakin hari semakin mencurigai. Mereka berpikir mengapa setiap hari
ibunya selalu pergi tanpa pamit. Lalu, terlintaslah dipikiran keempat orang
putranya untuk mengikuti setiap jejak kemana pun ibunya akan pergi secara diam-
diam.
berhasil mendapati ibunya yang sedang berada di air terjun Batu Sawan bersama
abangnya si Raja Biak-Biak. Melihat kejadian itu keempat orang putranya pun
117
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Mereka berkata “kami kira ibu sudah membuang abang.”
“Tidak bisa begitu, Nak. Berdosa,” kata istri Guru Tatea Bulan kepada anak-
anaknya. Ibunya sangat sedih dan tak sanggup bila harus membuang darah
dagingnya sendiri.Setelah kejadian itu untuk waktu yang lama ibunya sengaja
untuk tidak menemui si Raja Biak-Biak dulu karena, takut nanti anak-anaknya
Gunung Pusuk Buhit untuk menemui dan memberi makan anaknya si Raja Biak-
Biak. Namun, dia terkejut melihat Raja Biak-Biak sudah terjatuh berguling –
guling dari Batu Liang. Dia sedih, lalu berdoa, “Ompung Mulajadi Nabolon, saya
sudah tidak sanggup lagi melihat anak saya tersiksa seperti ini selama hidupnya.”
Sebagai keturunan yang pertama dari Ompu Guru Tatea Bulan, Raja Biak-
Biak ingin meminta ijin kepada ibunya untuk pergi ke Pusuk Buhit demi
memohon kepada Mulajadi Nabolon agar boleh dia dijadikan menjadi raja
diantara saudara – saudaranya yang lain karena dia adalah putra sulung yang
pertama keluar dari rahim ibunya jadi pantaslah dia yang menjadi raja. Raja Biak-
Raja Biak-Biak berkata kepada ibunya, “tapi apa dayaku bu, sebagai seorang yang
tidak sempurna sebagai manusia yang selalu dianggap remeh oleh saudara-
saudaraku.”
Akhirnya, dia dan suaminya Guru Tatea Bulan dengan berat hati
sehari semalam mereka berdoa di puncak dan tidur disana. Sambil menangis,
118
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Guru Tatea Bulan dan istrinya itu berdoa, “Ompung, bagaimana pun jadinya kelak
anak kami ini, Engkaulah yang tahu. Apakah dia akan jadi manusia yang
Uti pun seketika menghilang dan tak kelihatan lagi wujudnya karena diselimuti
oleh angin dan dia pun ditinggalkan sendirian di puncak tertinggi Gunung Pusuk
diberi tangan, kaki, bahkan diberi sayap, ekor, dan mulutnya seperti (maaf)
moncong babi.
sempurna seperti manusia biasa, tetapi kamu punya keistimewaan, tidak akan
pernah tua, tidak akan mati dan kamu akan menjadi perantara manusia yang akan
suara-suara tak berwujud kepada warga di kaki Pusuk Buhit : “Ei, manisia,
Setelah kejadian hilangnya Raja Uti, keempat orang adik laki-lakinya pun
telah menikah dan beranak cucu. Warga kampung pun semakin banyak. Akan
tetapi, ada yang janggal diantara empat orang adik laki-laki Raja Uti ada salah
seorang adiknya yang mengawini adiknya sendiri yaitu, Tuan Saribu Raja yang
menikahi siboru Pareme kembarannya. Akibat ulah dari Tuan Saribu Raja dan
siboru Pareme yang berbuat cinta terlarang kini siboru Pareme pun hamil.
119
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
warga kampung. Lalu, adat dan kesepakatan di kampung itu menetapkan
hukuman mati bagi mereka berdua. Namun karena siboru Pareme tengah
mengandung jadi tak boleh dibunuh. Dia dibuang ke sebuah hutan di atas Sabulan,
salah satu daerah yang dianggap sebagai sarang harimau.Limbong Mulana dan
adik-adiknya lalu berkata, ”biarlah harimau itu yang membunuhnya, kalau bukan
perbuatannya dengan siboru Pareme. Maka, sebelum Tuan Saribu Raja tau bahwa
dia akan diusir dari kampungnya itu dia berencana untuk melarikan diri membawa
harta warisan dari ayahnya Guru Tatea Bulan. Secara diam-diam Tuan Saribu
berupa perhiasan emas, kitab pustaha laklak, dan benda pusaka lainnya. Tuan
Saribu Raja mengira bahwa abangnya Raja Uti telah meninggal dunia karena
sudah ratusan tahun lamanya tidak pernah terlihat lagi olehnya ia pun mengambil
Raja Uti meninggal dialah yang pantas menjadi anak tertua dikeluarganya. Tuan
Saribu Raja ternyata telah mempersiapkan peti batu untuk menyimpan harta
warisan ayahnya Guru Tatea Bulan. Dia menyimpan harta warisan itu di dalam
sebuah batu dengan harapan suatu saat dia akan mengambilnya kembali.
Peti Batu ini terletak diantara Huta Sagala dan Limbong tepatnya di kaki
Dolok Pusuk Buhit. Peti batu tersebut dilengkapinya dengan tutup batu dimana
pada bagian ujung batu ini berbentuk seperti “jantung” dengan beberapa “kode”
120
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
lubang. Di sisi kiri depan terdapat segel batu, yang berfungsi sebagai kunci
batu berdiameter satu meter dengan bagian bawah berongga. Batu ini juga
merupakan sebuah lorong yang mungkin saja di dalamnya berbentuk seperti goa
dan punya tembusan ke berbagai tempat lain. Di dalam BatuHobon inilah terdapat
Tuan Saribu Raja. Adapun harta pusaka tersebut adalah Gondang Saparangguan (
Somba Baho ( Tombak bertuah ), Piso Solom Debata ( Pedang bertuah ), Pungga
Haomasan ( Batu gosok emas ), Tintin Sipajadi – jadi ( Cincin ajaib), dan Tawar
Busuk ( Obat yang mampu menghidupkan yang sudah mati, serta menyegarkan
kembali yang telah busuk). Setelah semua peninggalan Guru Tatea Bulan itu
disimpannya di Peti Batu, lalu Tuan Saribu Raja pun pergi meninggalkan
kampung kelahirannya itu menyusul istrinya siboru Pareme yang tengah hamil
121
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Konon katanya, beberapa kali oknum tertentu secara tidak sah berupaya
Tatea Bulan, tetapi tidak seorang pun ada yang berhasil, bahkan mereka terkena
“Tulah” meninggal secara tidak wajar. Hingga kini BatuHobon tetap terjaga utuh
sebagai situs budaya Batak, dan belum pernah ada lagi yang mencoba
membukanya. Bila orang yang ingin melihat atau sekedar berkunjung ke tempat
BatuHobon ini baiklah mereka memiliki hati serta niat yang bersih karena tempat
122
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Lampiran 2:
Daftar Gambar Hasil Penelitian
123
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Gambar 1.2 Perkampungan Si Raja Batak di desa Sigulatti, Kecamatan Sianjur
Mula – Mula.
124
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Gambar 1.4 Batu Hobon
125
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Gambar 1.5.1 Peneliti dengan informan di desa Sarimarrihit.
126
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Gambar 1.5.2 Peneliti dengan beberapa informan masyarakat desa Sarimarrihit
127
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
128
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Lampiran 4 : Daftar Informan
1. Nama : AniusLimbongMulana
Umur : 63 Tahun
J. Kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Wiraswasta
Bahasa : Bahasa Toba, bahasa Indonesia
Agama : Kristen Protestan
Tempat Tinggal : Desa Limbong
2. Nama : ParulianLimbong
Umur : 54 Tahun
J. Kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Wiraswasta
Bahasa : Bahasa Toba, bahasa Indonesia
Agama : Kristen Protestan
Tempat Tinggal : Desa Limbong
3. Nama : SintongSagala
Umur : 45 Tahun
J. Kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Wiraswasta
Bahasa : Bahasa Toba, bahasa Indonesia
Agama : Kristen Protestan
Tempat Tinggal : Desa Sagala
129
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
4. Nama : HaposanLimbongMulana
Umur : 55 Tahun
J. Kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Wiraswasta
Bahasa : Bahasa Toba, bahasa Indonesia
Agama : Kristen Protestan
Tempat Tinggal : Desa Limbong
5. Nama : TogapPangihutanSagala
Umur : 59 Tahun
J. Kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Wiraswasta
Bahasa : Bahasa Toba, bahasa Indonesia
Agama : Kristen Protestan
Tempat Tinggal : Desa Sarimarrihit
6. Nama : MartinSagala
Umur : 56 Tahun
J. Kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Wiraswasta
Bahasa : Bahasa Toba, bahasa Indonesia
Agama : Kristen Protestan
Tempat Tinggal : Desa Sarimarrihit
130
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
131
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
132
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA