Anda di halaman 1dari 18

TUGAS

PENGELOLAAN LIMBAH B3
Sumber Limbah B3 dari Industri
Farmasi
HERFI RAHMI (1207113629)
Teknik Lingkungan-Universitas Riau

Definisi Limbah B3
Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B-3), adalah sisa
suatu usaha dan/atau kegiatan yang mengandung bahan
berbahaya dan/atau beracun yang karena sifat dan/atau
Konsentrasinya dan/atau jumlahnya, baik secara
langsung maupun tidak langsung dapat mencemarkan
dan/atau merusak lingkungan hidup, dan/atau dapat
membahayakan lingkungan hidup, kesehatan,
kelangsungan hidup Manusia serta Makhluk Hidup
lainnya (PP no. 18 tahun 1999 tentang Limbah B3)

Industri Farmasi
Kelompok industri farmasi terbagi dalam dua
sub kelompok:
sub-kelompok pembuat bahan dasar obat
sub-kelompok formulasi dan pengepakan
obat.
INDUSTRI FARMASI DI INDONESIA
Limbah industri farmasi umumnya berasal dari proses pencucian
peralatan dan produk yang tidak terjual dan kadaluarsa.

Klasifikasi Limbah Industri Farmasi


Limbah hasil kegiatan perindustrian

Limbah
Padat

Limbah

Obat dan Bahan Obat Kadaluarsa


Kegiatan produksi, meliputi: Kegagalan produksi, debu bahan formulasi yang
terkumpul dari dust collector, bekas kemasan bahan baku serta kemasan yang rusak
Kegiatan Laboratorium

Kegiatan produksi
Kegiatan laboratorium
Limbah domestik pencucian

Cair

Limbah
Gas

Kegiatan sarana penunjang : Gas yang berasal dari sisa pembakaran bahan bakar
boiler.
Kegiatan produksi : Debu yang berasal dari kegiatan proses, antara lain dari proses
granulasi, proses pencetakan tablet, proses coating dan proses massa kapsul.

Penanganan Limbah Padat Industri


Farmasi
a. Limbah padat termasuk dalam limbah B-3 diolah
kerjasama dengan pengolah limbah B-3 padat
misalnya PT. Prasada Pamunah Limbah Industri
(PT. PPLI).
b. Limbah diolah dengan cara disterilisasi dengan
alat autoklaf, ditampung dengan wadah tertutup,
kemudian dikirim ke PT. PPLI.

Penanganan Limbah Gas Industri


Farmasi
Limbah gas yang berasal dari mesin-mesin
penunjang seperti diesel dan boiler ditangani
dengan cara dibuang melalui cerobong asap
yang mempunyai ketinggian yang cukup,
sehingga gas tersebut terencerkan oleh udara.

Penanganan Limbah Laboratorium


Limbah laboratorium yang berasal dari suatu
pemeriksaan dengan menggunakan pereaksi
yang mengandung logam berat ditanggulangi
dengan melalui suatu proses pengendapan
sebagai sulfida dan kemudian endapan
tersebut ditanam dalam bak beton.
Sedangkan cairan yang sudah bebas logam
berat disalurkan ke dalam waste water
treatment sebelum dialirkan ke sungai.

Penanganan Limbah Cair Industri


Farmasi
Limbah cair yang berasal dari pencucian
peralatan, mesin tangki, dan lain-lain
ditanggulangi dengan peralatan waste water
treatment plane.

Tahap Proses Pengolahan


Limbah Cair Industri Farmasi
(Waste Water Treatment Plane)
equalisasi

netralisasi

presipitasi

SUNGAI

filtrasi

sedimentasi

kolam aerobfakultatif
dissolved
air
flotation

tempat
lumpur

bak kontrol

equalisasi
Air limbah sebelumnya dilakukan penyaringan
untuk menghilangkan benda-benda kasar dan
minyak, kemudian diendapkan sebentar agar
partikel-partikel awal yang kasar tidak ikut pada
proses selanjutnya tetapi untuk limbah yang
berasal dari antibiotik dilakukan proses
penghilangan racun(detoksifikasi). Penyaringan
ini juga berguna untuk menyaring kandungan
lemak pada air limbah. Setelah itu barulah air
limbah masuk pada tangki ekualisasi, pada proses
ini dilakukan pengadukan agar air limbah yang
berasal dari berbagai sumber tersebut menjadi
sama (homogen).

netralisasi
Setelah air limbah sudah homogen karakteristiknya
maka dilakukan neutralisasi. Neutralisasi
bertujuan agar pH air limbah berada pada kondisi
netral sehingga mudah untuk diolah. pH yang
diinginkan sekitar 6,5-8,5 agar pada saat proses
aerobik pH tersebut optimal bagi
mikroorganisme. Netralisasi diberikan larutan
kimia tergantung pH awal limbah, jika asam maka
ditambahkan NaOH dan jika basa ditambah
H2SO4. Namun pada proses ini terbentuk
endapan yang akan langsung dialirkan pada bak
sludge untuk kemudian dikelola lebih lanjut.

Presipitasi
Air limbah kemudian masuk kedalam bak
presipitasi. Pada bak ini air limbah diberikan
penambahan bahan kimia lime(kombinasi dari
kalsium klorida, magnesium klorida,
alumunium klorida, dan garam-garam besi).
Hal ini bertujuan untuk mengurangi bahanbahan terlarut organik dan kandungan logam
berat seperti sulfat, flourida dan fosfat dengan
cara mengendapkan limbah. Kemudian
dilanjutkan pada bak sedimentasi.

Sedimentasi
Proses pengendapan limbah setelah melalui
proses presipitasi. Air limbah didiamkan
minimal delapan jam agar limbah bnar-benar
terpisah dari lumpurnya. Pengendapan limbah
dengan penambahan koagulan dan flokulan.
Kemudian lumpur tersebut dialirkan ke bak
sludge dan air limbah dialirkan lagi untuk
proses selanjutnya, yaitu aerob-fakultatif.

Aerob-Fakultatif
Pada kolam ini dibuat dengan kedalaman
dengan massa penahanan 20 hari atau
lebih. Kolam ini diberikan mikroorganisme
untuk merombak limbah tersebut. Sumber
oksigen berasal dari ganggang yang berada
diatas perairan. Proses ini digunakan juga
sebagai stabilisasi.

Bak Kontrol
Pada bak kontrol ini berfungsi sebagai
pengecekan kualitas limbah sebelum dibuang
ke sungai. Pengecekan limbah dimaksudkan
agar limbah cair tersebut memenuhi baku
mutu limbah cair kegiatan industri farmasi.
Jika belum memenuhi maka limbah
dikembalikan kepada proses IPAL.

Pengolahan Lumpur
Lumpur yang berasal dari bak lumpur kemudian
dilakukan dissolved air flotation ,tahapan ini
bertujuan untuk mengurangi volume lumpur
yang akan diolah dengan cara meningkatkan
kandungan padatan. Kemudian selanjutnya
lumpur tersebut melewati tahapan filtration
yang bertujuan untuk menghilangkan atau
mengurangi kandungan air dan sekaligus
mengurangi volume lumpur. Setelah itu lumpur
tersebut dibakar pada insinerator.

BAKU MUTU LIMBAH CAIR UNTUK


INDUSTRI FARMASI

Sistem pengolahan limbah akan diperiksa berkala oleh


Kementrian Lingkungan Hidup untuk diberikan penilaian berupa :
1) Proper Hitam : Harus dilakukan penegakan hukum,
karena ada indikasi kesengajaan terkait
kelalaian yang dapat membahayakan
lingkungan.
2) Proper Merah : Dilakukan pembinaan, karena ada
kekurangan terkait pengelolaan limbah
3) Proper Biru
: Pengolahan limbah cukup bagus tapi
masih ada kekurangan.
4) Proper Hijau : Pengolahan limbah disertai CSR
(Coorporate Social Responsibility).
5) Proper Emas : Pengolahan limbah sudah sangat baik.
PROPER(Program Penilaian Peringkat Kinerja)

Anda mungkin juga menyukai