Dosen Pengampu :
Apt. Aisa Dinda Mitra, M.Farm
Kelompok 5 :
Segala puji bagi Allah ta’ala yang hingga saat ini masih memberikan kita nikmat
iman, islam, dan kesehatan, sehingga kami diberi kesempatan yang luar biasa untuk
menyelesaikan tugas penulisan makalah tentang “Penghantar Rute Parenteral." Shalawat serta
salam tidak lupa pula kita haturkan untuk junjungan kita, yaitu Nabi Muhammad yang telah
membawa dan menyampaikan petunjuk dari Allah ta’ala kepada kita semua, yang merupakan
sebuah petunjuk yang paling benar, yaitu syariat Islam yang sempurna dan merupakan satu-
satunya karunia paling besar bagi seluruh alam semesta.
Kami juga menyampaikan rasa terima kasih yang tak terhingga kepada Ibu Apt. Aisa
Dinda Mitra, M.Farm selaku dosen pengampu mata kuliah Sistem Penghantar Obat yang
telah menyerahkan kepercayaannya kepada kami guna menyelesaikan makalah ini dengan
tepat waktu. Semoga makalah ini berguna serta bermanfaat dalam meningkatkan pengetahuan
sekaligus wawasan terkait norma psikometri.
Kami menyadari bahwa dalam makalah ini masih banyak kekurangan serta jauh dari
kesempurnaan. Oleh sebab itu, kami berharap adanya masukan, kritik, dan saran untuk
kemudian dapat kami revisi dan kami tulis dengan benar di masa yang akan datang. Tidak
ada sesuatu yang sempurna tanpa disertai saran yang konstruktif.
Semoga makalah yang sederhana ini dapat dimengerti oleh semua pihak yang
membaca, dapat bermanfaat bagi kita semua, dan mohon maaf sekiranya dalam penulisan
makalah ini terdapat perkataan yang tidak berkenan di hati.
Tim Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
Sediaan parenteral yaitu sediaan yang digunakan tanpa melalui mulut atau
dapat dikatakan obat dimasukkan ke dalam tubuh selain saluran cerna (langsung ke
pembuluh darah) sehingga memperoleh efek yang cepat dan langsung sampai sasaran.
Misalnya suntikan atau insulin. Injeksi dan infus termasuk semua bentuk obat yang
digunakan secara parentral. Injeksi dapat berupa larutan, suspense atau emulsi.
Apabila obatnya tidak stabil dalam cairan, maka dibuat dalam bentuk sediaan kering.
Apabila mau dipakai baru ditambahkan aqua steril untuk memperoleh larutan atau
suspensi injeksi.Injeksi adalah sediaan steril berupa larutan, emulsi, suspensi, atau
serbuk yang harus dilakukan atau disuspensikan lebihdahulu sebelum digunakan
secara parenteral, suntikan dengan cara menembus, atau merobek jaringan ke dalam
atau melalui kulit atau selaput lendir. Pembuatan sediaan yang akan digunakan untuk
injeksi harus hati-hati untuk menghindari kontaminasi mikroba dan bahan asing. Cara
Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) mensyaratkan pula tiap wadah akhir injeksi harus
diamati satu persatu secara fisik. Kemudian, kita harus menolak tiap wadah yang
menunjukkan pencemaran bahan asing yang terlihat secara visual.
PEMBAHASAN
Menurut Farmakope Indonesia Edisi III, injeksi adalah sediaan steril berupa
larutan, emulsi, suspensi atau serbuk yang harus dilarutkan atau disuspensikan
terlebih dahulu sebelum digunakan, yang disuntikkan dengan cara merobek jaringan
ke dalam kulit atau melalui kulit ataumelalui selaput lender, sedangkan menurut
Farmakope Indonesia edisi IV, injeksi adalah injeksi yang dikemas dalam wadah 100
mL atau kurang. Umumnya hanya larutan obat dalam air yang bisa diberikan secara
intravena. Suspensi tidak bisa diberikan karena berbahaya yang dapat menyebabkan
penyumbatan pada pembuluh darah kapiler.
Istilah parenteral berasal dari kata Yunani para dan enteron yang berari
disamping atau lain dari usus. Sediaan ini diberikan dengan cara menyuntikkan obat
di bawah atau melalui satu atau lebih lapisan kulit atau membrane mukosa. Karena
rute ini disekitar daerah pertahanan yang sangat tinggi dari tubuh, yaitu kulit dan
selaput/membrane mukosa, maka kemurniaan yang sangat tinggi dari sediaan harus
diperhatikan. Yang dimaksud dengan kemurnian yang tinggi itu antara lain harus
steril.
Tahun 1616 William Harvey (dokter ahli fisiologi Inggris) mendiskripsikan ttg
sirkulasi darah dlm tubuh manusia, sistem pemberian obat dengan cara penyuntikan
ser bertahap berkembang, kematian akibat gigitan ular beracun tjd km racun
diabsorbsi melalui vena dan disirkulasikan ke seluruh tubuh.
Lapisan ini letaknya persis dibawah kulit, yaitu lapisan lemak (lipoid)
yang dapat digunakan untuk pemberian obat antara lain vaksin, insulin,
skopolamin, dan epinefrin atau obat lainnya. Injeksi subkutis biasanya diberikan
dengan volume samapi 2 ml (PTM membatasi tak boleh lebih dari 1 ml) jarum
suntik yang digunakan yang panjangnya samapi ½ sampai 1 inci (1 inchi = 2,35
cm). Cara formulasinya harus hati-hati untuk meyakinkan bahwa sediaan (produk)
mendekati kondisi faal dalam hal pH dan isotonis. EN (1978) mensyaratkan
larutannya isotoni dan dapat ditambahkan bahan vasokontriktor seperti Epinefrin
untuk molekulisasi obat (efek obat). Cara pemberian subkutis lebih lambat apabila
dibandingkan cara intramuskuler atau intravena. Namun apabila cara intravena
volume besar tidak dimungkinkan cara ini seringkali digunakan untuk pemberian
elektrolit atau larutan infuse iv sejenisnya. Cara ini disebut hipodermoklisis,
dalam hal ini vena sulit ditemukan. Karena pasti terjadi iritasi maka pemberiannya
harus hati-hati. Cara ini dpata dimanfaatkan untuk pemberian dalam jumlah 250
ml sampai 1 liter.
2. Pemberian Intramuskuler
3. Pemberian Intravena
Penyuntikan langsung ke dalam pembuluh darah vena untuk mendapatkan
efek segera. Dari segi kefarmasian injeksi intravena ini merupakan pilihan utama
untuk injeksi yang bila diberikan secara intrakutan atau intramuskuler mengiritasi
karena pH dan tonisitas terlalu jauh dari kondisi fisiologis. Kelemahan cara ini
adalah karena kerjanya cepat, maka pemberian antidotum mungkin mempunyai
waktu yang sedikit lambat. Volume pemberian dapat dimulai Dari 1 ml hingga
100 ml, bahkan untuk infus dapat lebih besar dari 100 ml. Kecepatan penyuntikan
sampai 5 ml diberikan 1 ml/10 detik, sedangkan untuk di atas 5 ml kecepatannya 1
ml 20 detik. Intravena hanya terbatas untuk pemberian larutan air, jika larutan
tersebut merupakan bentuk emulsi harus memenuhi ukuran partikel tertentu. Bila
perlu diusahakan pH dan tonisitas sesuai dengan keadaan fisiologis.
4. Pemberian Intrathekal-Intraspinal
Penyuntikan langsung ke dalam cairan serebrospinal pada beberapa temapt.
Cara ini berbeda dengan cara spinal anastesi. Kedua pemberian ini mensyaratkan
sediaan dengan kemurniaannya yang sangat tinggi, karena dearah ini ada barier
(sawar) darah sehingga daerahnya tertutup. Sediaan intraspinal anastesi biasanya
dibuat hiperbarik yaitu cairannya mempunyai tekanan lebih tinggi dari tekanan
barometer. Cairan sediaan akan bergerak turun karena gravitasi, oleh sebab itu
harus pada posisi pasien tegak.
5. Pemberian Intraperitoneal
Penyuntikan langsung ke dalam rongga perut, dimana obat secara cepat
diabsorbsi. Sediaan intraperitoneal dapat juga diberikan secara intraspinal, im.sc.
dan intradermal
6. Pemberian Intradermal
Cara penyuntikan melalui lapisan kulit superficial, tetapi volume pemberian
lebih kecil dan se, absorbsinya sangat lambat sehingga onset yang dapat dicapai
sangat lambat.
7. Pemberian Intratekal
Digunakan khusus untuk bahan obat yang akan berefek pada cairan
serebrospinal. Digunakan untuk infeksi ssp seperti meningitis, juga untuk anestesi
spinal. Intratekal umumnya diinjeksikan secara langsung pada lumbar spinal atau
ventrikel sehingga sediaan dapat berpenetrasi masuk ke dalam daerah yang
berkenaan langsung pada SSP.
3.1 Kesimpulan
Sediaan parenteral yaitu sediaan yang digunakan tanpa melalui mulut atau
dapat dikatakan obat dimasukkan ke dalam tubuh selain saluran cerna (langsung ke
pembuluh darah) sehingga memperoleh efek yang cepat dan langsung sampai sasaran.
Misalnya suntikan atau insulin. Injeksi dan infus termasuk semua bentuk obat yang
digunakan secara parentral. Injeksi dapat berupa larutan, suspense atau emulsi.
Apabila obatnya tidak stabil dalam cairan, maka dibuat dalam bentuk sediaan kering.
Apabila mau dipakai baru ditambahkan aqua steril untuk memperoleh larutan atau
suspensi injeksi.Injeksi adalah sediaan steril berupa larutan, emulsi, suspensi, atau
serbuk yang harus dilakukan atau disuspensikan lebihdahulu sebelum digunakan
secara parenteral, suntikan dengan cara menembus, atau merobek jaringan ke dalam
atau melalui kulit atau selaput lendir. Pembuatan sediaan yang akan digunakan untuk
injeksi harus hati-hati untuk menghindari kontaminasi mikroba dan bahan asing. Cara
Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) mensyaratkan pula tiap wadah akhir injeksi harus
diamati satu persatu secara fisik. Kemudian, kita harus menolak tiap wadah yang
menunjukkan pencemaran bahan asing yang terlihat secara visual.
DAFTAR PUSTAKA
https://slidetodoc.com/pemberian-obat-secara-parenteral-yayah-karyanah-b-sc
https://id.scribd.com/document/341716261/Parenteral
https://repository.unair.ac.id/65821/