Anda di halaman 1dari 2

SUMMARY BLOK 1

Nama : Meitria Cita


NIM : 17811170
Kel :J
Skenario 1 Profesionalisme Apoteker
Tujuan Belajar
1. Mampu memahami dan menjelaskan sumpah apoteker
2. Mampu memahami dan menjelaskan kode etik apoteker
3. Mampu memahami dan menjelaskan Standar Kompetensi apoteker
4. Mampu memahami dan menjelaskan regualasi terkait obat psikotropik
5. Mampu memahami dan menjelaskan dasar hukum al-quran dan hadits tentang
memperoleh rizki yang halal dan berkah.
Dalam naskah Sumpah Apoteker memiliki 6 bait yang berisi tentang
membaktikan hidup dalam bidang kesehatan, merahasiakan segala sesuata yang
diketahui, tidak akan mempergunakan pengetahuan kefarmasian untuk sesuatau yang
bertentangan dengan hukum, menjalankan tugas dengan sebaik-baiknya, berikhtiar dan
bersungguh-sungguh tidak terpengaruh oleh pertimbangan keagamaan, kebangsaan,
kesukuan, kepartaian, atau kedudukan sosial. (1) Dan seorang apoteker itu sendiri
memiliki suatu pedoman yang disebut kode etik apoteker Indonesia. Kode etik itu sendiri
terdiri dari 5 bab dan 15 pasal. Dimanan Bab 1 berisi 8 pasal mengenai kewajiban umum.
8 pasal tersebut menjelaskan bahwa seorang apoteker harus mengamalkan sumpah
apoteker, mengamalkan kode etik apoteker, menjalankan profesinya sesui kompetensi
apoteker, aktif memperbarui ilmunya, menjauhkan diri dalam hal mencari keuntungan
diri semata, sebagai contoh yang baik dan sumber informasi dan aktif dalam
perkembangan dibidang kesehatan. Bab 2 berisi 1 pasal mengenai kewajiban apoteker
terhadap pasien, bab ini menjelaskan bahwa apoteker harus mengutamakan
kepentingan masyarakat/pasien. Bab 3 berisi 3 pasal mengenai kewajiban apoteker
terhadap teman sejawat. Bab tersebut menjelaskan bahwa sesama apoteker harus
saling menghormati, mengingatkan, menasehati dan bekerja sama dengan baik. Dan
yang terakhir Bab 4 berisi 2 pasal mengenai kewajiban apoteker terhadap petugas
kesehatan lain. Bab ini menjelaskan bahwa apoteker harus menghindari hal yang dapat
menjatuhkan petugas kesehatan di mata masyarakat dan selalu menjaga kerja sama
yang baik dengan petugas kesehatan. Bab 5 sebagai penutup menjelaskan bahwa
apoteker harus melaksanakan kode etik apoteker dengan baik. (2)
Apoteker sendiri memliki 9 standar kompetensi apoteker Indonesia dimana
pada poin 1 dan 2 yang menjelaskan bahwa apoteker mampu melakukan praktik
kefarmasian secara profesional dan etik dimana pada poin ini apoteker diharuskan
menjalankan peraturan dan norma yang sudah ditetapkan. (3) Pada poin 2 berbunyi
apoteker mampu menyelesikan masalah terkait dengan penggunaan sediaan farmasi.
Standar pelayanan psikotropika telah diatur oleh UU no. 5 tahun 1997 pasal 14 ayat 4
menjelaskan bahwa penyerahan psikotropika oleh apotek, rumah sakit, puskesmas dan
balai pengobatan, puskesmas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan
berdasrkan resep dokter.(4) UU No. 36 tahun 2009 pasal 58 dan pasal 108, dimana pasal
58 berisi pelayanan kesehatan harus sesuai profesi, prosedur, dan etika dan pada pasal
108 terkait pelayanan kefarmasian atas resep dokter hanya dilakukan oleh tenaga
kesehatan yang memiliki keahlian dan wewenang dengan ketentuan UU. (5) Dan yang
terakhir PP No. 51 tahun 2009 pasal 21 yang menyatakan bahwa penyerahan dan
pelayanan obat berdasarkan resep dokter harus dilaksanakan oleh apoteker. (6) Dan
penyaluran psikotropika telah diatur oleh Permenkes 3 tahun 2015 pasal 9 ayat 1 dan 4.
Ayat 1 berbungi penyaluran narkotika, Psikotrropika, dan Prekursor Farmasi hanya dapat
dilakukan berdasarkan surat pesann dan pada ayat 4 berbunyi surat pesanan
psikotropika atau Prekursor Farmasi hanya dapat digunakan untuk 1 (satu) atau
beberapa jenis Psikotropika atau Prekursor Farmasi. (7)
“Dan makanlah makanan yang halal lagi baik dari apa yang Allah telah rezekikan
kepadamu dan bertakwalah kepada Allah yang kamu beriman kepada-Nya. (Al-Maidah :
88)
“Maka makanlah yang halal lagi baik dari rezeki yang telah diberikan Allah
kepadamu dan syukurilah nikmat Allah jika kamu hanya kepada-Nya saja menyembah.
(An-Nahl : 114)
“Sesungguhnya tidak akan masuk surga daging yang tumbuh dari harta yang
haram. Neraka lebih pantas untuknya”. [HR Ahmad dan Ad Darimi].
“Jauhi olehmu penghasilan yang haram, karena kami mampu bersabar atas rasa
lapar tapi kami tak mampu bersabar atas neraka.” (Mukhtashar Minhajul Qashidin).
Kedua Ayat dan Hadist tersebut menjelaskan bahwa manusia harus mencari rezeki yang
halal dan syukuri nikmat Allah yang telah diberikan.

Daftar Pustaka
1. Anonim, 1962, Lafal Sumpah/ Janji Apoteker, Jakarta
2. ISFI, 2009, Kode Etik Apoteker, Kongres Nasional Jakarta.
3. Anonim, 1997, Undang-Undang No.5 tahun 1997 tentang psikotropik, DepKes RI,
Jakarta.
4. Anonim, 2011, Standar Kompetensi Apoteker Indonesia, Pusat Ikatan Apoteker
Indonesia, Jakarta
5. Anonim, 2009, Undang-Undang No.36 tahun 2009 tentang kesehatan, DepKes RI,
Jakarta.
6. Anonim, 2009, Peraturan Pemerintah No. 51 tahun 2009 tentang Pekerjaan
Farmasi, DepKes RI, Jakarta
7. Anonim, 1993, Peraturan Menteri Kesehatan No. 3 tahun 2015, Depkes RI, Jakarta

Anda mungkin juga menyukai