Anda di halaman 1dari 24

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1.Hasil penelitian

Peneliti memperoleh data melalui data sekunder (peneliti memperoleh data

rekam hasil kultur bakteriologis dan uji resistensi antibiotik dari laboratorium

mikrobiologi RSUD Dr. Hi. Abdul Moeloek Bandar Lampung tahun 2013).

Telah dilakukan penelitian analisis pola kuman dan pola resistensi antibiotik

dengan menggunakan data resistensi bakteri dan rekam medik. Penelitian diawali

dengan perolehan 1058 sampel dari ruang ICU dan ruang Perinatalogi RSUD Dr

H. Abdul Moeloek Bandar Lampung. Sampel terdiri dari 5, yaitu sampel darah,

pus, urin, sputum dan feses. Pada sampel didapatkan kuman-kuman suspek infeksi

nosokomial, diantaranya Pseudomonas, Staphylococcus, Proteus, Escherichia coli

dan Pseudomonas.

4.1 Karakteristik Berdasarkan Jenis Sampel


47

Presentase Jenis Sampel


2% 0,2%

Darah (796
7,3% )
Urin (165
)
15,6% Sputum (77)
Pus (19)
Feses (2)
75%

Gambar 4.1 Distribusi jenis sampel

Berdasarkan gambar diatas diketahui hasil pemeriksaan menunjukkan

bahwa dari 1059 sampel di ruang ICU dan Perinatalogi RSUD Dr H. Abdul

Moeloek Bandar Lampung sebagian besar terdapat pada sampel darah.

4.2 Karakteristik Sampel Penelitian Berdasarkan Ruangan

Dari hasil yang diperoleh selama penelitian didapatkan sampel dengan

berbagai macam penyebab. Dari jumlah total 1059 sampel yang dikelompokkan

berdasarkan ruangan, yaitu pada ruang ICU dan ruang Perinatalogi yang

ditemukan suatu bakteri dapat dilihat pada gambar 4.2 di bawah ini.
48

Presentase Sampel Ruangan

Keterangan
: (439)
ICU
Peri (620)
(41,5)%
(58,5)%

Gambar 4.2 Distribusi jumlah sampel berdasarkan ruangan

Dari hasil gambar 4.2 di atas bakteri terbanyak terdapat di ruang

Perinatalogi yaitu 620 sampel dengan presentase 58,5 %, dan diikuti dengan

ruangan ICU 439 sampel dengan presentase 41,5 %.

4.3 Positivitas Pertumbuhan Kuman


49

Presentase Pertumbuhan Bakteri

Keterangan :

(649
Ada Pertumbuhan Bakteri )
(38,7 Tidak Ada Pertumbuhan (410
%) Bakteri )

(61,3
%)

Gambar 4.3 Distribusi sampel berdasarkan positivitas pertumbuhan bakteri

Berdasarkan gambar di atas diadapatkan dari hasil pemeriksaan kultur

bakteri pada masing-masing ruangan terdapat pertumbuhan bakteri sebanyak 649

sampel dengan presentase 61,3 % dan yang tidak terdapat pertumbuhan bakteri

atau steril yaitu 410 sampel dengan 38,7 %.

4.4 Karakteistik Jenis Kuman

Dari hasil pemeriksaan kultur bakteri patogen berdasarkan Tabel 4.3

didapatkan sampel 1059 dengan presentase pertumbuhan bakteri 61,3 % yang

didapatkan dari ruang ICU dan ruang Perinatalogi. Beberapa kuman patogen

tersebut dapat dilihat pada tabel 4.4

Tabel 4.1 Distribusi jenis kuman yang temukan pada pasien di ruang ICU

No Jenis Kuman Sampel Jumlah %


50

Darah Pus Urin Sputum Feses


1 Staphylococcus 2 4 2 8 16 6,7
2 Pseudomonas 2 2 4 1,7
3 Alcaligenes 21 17 4 42 17,7
4 Klebsiella 6 5 6 40 57 24,1
5 Enterobacter 12 2 6 4 24 10,1
6 Proteus 24 2 3 20 49 20,7
7 Streptococcus 1 1 0,4
8 Candida 18 18 7,6
9 Escherichia coli 25 1 26 11
Total 68 13 79 77 237 100

Tabel 4.2 Distribusi jenis kuman yang ditemukan pada pasien di ruang
Perinatalogi

Sampel
No Jenis Kuman Jumlah %
Darah Pus Urin Sputum Feses
1 Staphylococcus 9 9 2,2
2 Pseudomonas 47 1 48 11,7
3 Alcaligenes 121 121 29,3
4 Klebsiella 58 2 1 61 14,8
5 Enterobacter 77 1 1 79 19,2
6 Proteus 87 2 89 21,6
7 Streptococcus 2 2 0,5
8 Candida 2 2 0,5
9 Escherichia coli - -
10 Lain-lain 1 1 0,2
Total 402 6 2 2 412 100

Dari tabel diatas berdasarkan hasil pemeriksaan kultur mikrobiologi dari

1059 sampel yang didapat dari ruang ICU dan Perinatalogi terdapat pertumbuhan

bakteri patogen suspek infeksi nosokomial, yaitu Staphylococcus, Pseudomonas,

Klebsiella, Proteus dan Escherichia coli. Pada ruang ICU yaitu Staphylococcus

sebanyak 16 sampel dengan presentase 6,7%, Pseudomonas sebanyak 4 sampel

dengan presentase 1,7%, Klebsiella sebanyak 57 sampel dengan presentase

24,1%, Proteus sebanyak 49 sampel dengan presentase 20,7%, Escherichia coli


51

sebanyak 26 sampel dengan 11%. Sedangkan pada ruang Perinatalogi yaitu

Staphylococcus sebanyak 9 sampel dengan presentase 2,2%, Pseudomonas

sebanyak 48 sampel dengan presentase 11,7%, Klebsiella sebanyak 61 sampel

dengan presentase 14,8%, Proteus sebanyak 89 sampel dengan presentase 21,6%.

4.5 Hasil Pemeriksaan Uji Resistensi Antibiotik

Dari hasil uji resistensi yang telah dilakukan di laboratorium Patologi Klinik

RSUD Dr H Abdul moeloek Bandar lampung pada Januari 2014 sampai dengan

Desember 2014, didapatkan data yang dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 4.3 Pola Resistensi Bakteri Staphylococcus pada ruang ICU

No Antibiotik R % I % S % Jml
1 Amoksisilin As Klavulanat 4 100% 4
2 Penisilin 3 75% 1 25% 4
3 Tetracycline 2 50% 2 50% 4
4 Trimetoprim 4 100% 4
5 Kloramfenikol 3 75% 1 25% 4
6 Ceftazidime 2 50% 2 50% 4
7 Cefotaxime 3 75% 1 25% 4
8 Cefoperazone Sulbactam 4 100% 4
9 Cefepime 3 75% 1 25% 4
10 Cefpirome 3 75% 1 25% 4
11 Ceftriaxone 3 75% 1 25% 4
12 Sulbactam-cefpirome 2 50% 2 50% 4
13 Meropenem 1 25% 3 75% 4
Keterangan : - R = Resistant
- I = Intermediate
- S = Sensitive

Pada ruang ICU kuman Staphylococcus memiliki resistensi terhadap

beberapa antibiotik yaitu Penisilin sebanyak 3 sampel dengan presentase 75%,

Trimetoprim sebanyak 4 sampel dengan presentase 100%, Kloramfenikol


52

sebanyak 3 sampel dengan presentase 75%, Cefotaxime sebanyak 3 sampel

dengan presentase 75%, Cefoperazone sulbactam sebanyak 4 sampel dengan

presentase 100%, Cefepime sebanyak 3 sampel dengan presentase 75%,

Cefpirome sebanyak 3 sampel dengan presentase 75%, dan Ceftriaxone sebanyak

3 sampel dengan presentase 75%. Sedangkan antibiotik yang sensitif, yaitu

Amoksisilin As Klavunalat sebanyak 4 sampel dengan presentase 100%, dan

Penisilin sebanyak 4 sampel dengan presentase 100%.

Tabel 4.4 Pola Resistensi Bakteri Pseudomonas pada ruang ICU

No Antibiotik R % I % S % Jml
1 Amoksisilin As Klavulanat 11 68,75% 1 6,25% 4 25% 16
2 Penisilin 16 100% 16
3 Tetracycline 13 81,25% 3 18,75% 16
4 Trimetoprim 14 87,5% 2 12,5% 16
5 Kloramfenikol 9 56,25% 1 6,25% 6 37,5% 16
6 Ceftazidime 10 62,5% 1 6,25% 5 31,25% 16
7 Cefotaxime 14 87,5% 2 12,5% 16
8 Cefoperazone Sulbactam 14 87,5% 2 12,5% 16
9 Cefepime 8 50% 3 18,75% 5 31,25% 16
10 Cefpirome 13 81,25% 3 18,75% 16
11 Ceftriaxone 13 81,25% 1 6,25% 2 12,5% 16
12 Sulbactam-cefpirome 4 25% 12 75% 16
13 Meropenem 5 31,25% 11 68,75% 16

Keterangan : - R = Resistant
- I = Intermediate
- S = Sensitive

Pada ruang ICU kuman Pseudomonas memiliki resistensi terhadap beberapa

antibiotik yaitu Amoksisilin As Klavunalat sebanyak 11 sampel dengan dengan

presentase 68,7%, Penisilin sebanyak 16 sampel dengan presentase 100%,

Tetracycline sebanyak 13 sampel dengan presentase 81,25%, Trimetoprim


53

sebanyak 14 sampel dengan presentase 87,5%, Kloramfenikol dengan 9 sampel

dengan presentase 56,25%, Ceftazidime sebanyak 10 sampel dengan presentase

62,5%, Cefotaxime sebanyak 14 sampel dengan presentase 87,5%, Cefoperazone

sulbactam sebanyak 14 sampel dengan presentase 87,5%, Cefepime sebanyak 8

sampel dengan presentase 50%, Cefpirome sebanyak 13 sampel dengan

presentase 81,25%, dan Ceftriaxone sebanyak 13 sampel dengan presentase

81,25%. Sedangkan antibiotik yang sensitif yaitu Sulbactam cefpirome sebanyak

12 sampel dengan 75%, dan Meropenem sebanyak 11 sampel dengan presentase

68,75%.

Tabel 4.5 Pola Resistensi Bakteri Klebsiella pada ruang ICU

No Antibiotik R % I % S % Jml
1 Amoksisilin As Klavulanat 37 64,9% 5 8,8% 15 26,3% 57
2 Penisilin 57 100% 57
3 Tetracycline 52 91,2% 5 8,8% 57
4 Trimetoprim 52 91,2% 5 8,8% 57
5 Kloramfenikol 51 89,5% 1 1,8% 5 8,8% 57
6 Ceftazidime 39 68,4% 5 8,8% 13 22,8% 57
7 Cefotaxime 54 94,7% 1 1,8% 2 7,4% 57
8 Cefoperazone Sulbactam 49 86% 3 5,2% 5 8,8% 57
9 Cefepime 28 49,1% 9 15,8% 20 35,1% 57
10 Cefpirome 48 84,2% 2 3,5% 7 12,3% 57
11 Ceftriaxone 49 86% 3 5,3% 5 8,7% 57
12 Sulbactam-cefpirome 5 8,8% 52 91,2% 57
13 Meropenem 8 14% 49 86% 57
Keterangan : - R = Resistant
- I = Intermediate
- S = Sensitive

Pada ruang ICU kuman Klebsiella memiliki resistensi terhadap beberapa

antibiotik yaitu Amoksisilin As Klavunalat sebanyak 37 sampel dengan

presentase 64,9%, Penisilin sebanyak 57 sampel dengan presentase 100%,

Tetracycline sebanyak 52 sampel dengan presentase 91,2%, Trimetoprim


54

sebanyak 52 sampel dengan presentase 91,2%, Kloramfenikol sebanyak 51

sampel dengan presentase 89,5%, Ceftazidime sebanyak 39 sampel dengan

presentase 68,4%, Cefotaxime sebanyak 54 sampel dengan presentase 94,7%,

Cefoperazone sulbactam sebanyak 49 sampel dengan presentase 86%, Cefepime

sebanyak 28 sampel dengan presentase 49,1%, Cefpirome sebanyak 48 sampel

dengan presentase 84,2%, Ceftriaxone sebanyak 49 dengan presentase 86%.

Sedangkan antibiotik yang sensitif, yaitu Sulbactam cefpirome sebanyak 52

sampel dengan presentase 91,2% dan Meropenem sebanyak 49 sampel dengan

presentase 86%.

Tabel 4.6 Pola Resistensi Bakteri Proteus pada ruang ICU

No Antibiotik R % I % S % Jml
1 Amoksisilin As Klavulanat 30 61,2% 1 2% 18 36,8% 49
2 Penisilin 48 98% 1 2% 49
3 Tetracycline 36 73,5% 1 2% 12 24,5% 49
4 Trimetoprim 47 95,9% 2 4,1% 49
5 Kloramfenikol 30 61,2% 19 38,8% 49
6 Ceftazidime 21 42,9% 2 4,1% 26 53% 49
7 Cefotaxime 41 83,6% 4 8,2% 4 8,2% 49
8 Cefoperazone Sulbactam 33 67,3% 6 12,2% 10 20,5% 49
9 Cefepime 22 44,9% 3 6,1% 24 49% 49
10 Cefpirome 36 73,5% 4 8,2% 9 18,3% 49
11 Ceftriaxone 39 79,6% 2 4,1% 8 16,3% 49
12 Sulbactam-cefpirome 13 26,5% 36 73,5% 49
13 Meropenem 18 36,7% 1 2,1% 30 61,2% 49
Keterangan : - R = Resistant
- I = Intermediate
- S = Sensitive

Pada ruang ICU kuman Proteus memiliki resistensi terhadap beberapa

antibiotik yaitu Amoksisilin As Klavunalat sebanyak 30 sampel dengan

presentase 61,2%, Penisilin sebanyak 48 sampel dengan presentase 98%,

Tetracycline sebanyak 36 sampel dengan presentase 73,5%, Trimetoprim


55

sebanyak 47 sampel dengan presentase 95,9%, Kloramfenikol sebanyak 30

sampel dengan presentase 61,2%, Cefotaxime sebanyak 41 sampel dengan

presentase 83,6%, Cefoperazone sulbactam sebanyak 33 sampel dengan

presentase 67,3%, Cefpirome sebanyak 36 sampel dengan presentase 73,5%, dan

Ceftriaxone sebanyak 39 sampel dengan presentase 79,6%. Sedangkan antibiotik

yang sensitif yaitu Ceftazidime sebanyak 26 sampel dengan presentase 53%,

Cefepime sebanyak 24 sampel dengan presentase 49%, Sulbactam cefpirome

sebanyak 36 sampel dengan presentase 73,5%, dan Meropenem sebanyak 30

sampel dengan presentase 61,2%.

Tabel 4.7 Pola Resistensi Bakteri Escherichia coli pada ruang ICU

No Antibiotik R % I % S % Jml
1 19,2
Amoksisilin As Klavulanat 21 80,8% 5 % 26
2 15,4
Penisilin 22 84,6% 4 % 26
3 26,9
Tetracycline 19 73,1% 7 % 26
4 Trimetoprim 23,1
20 76,9% 6 % 26
5 Kloramfenikol 42,3
14 53,9% 1 3,8% 11 % 26
6 Ceftazidime 16 61,5% 3 11,5% 7 27% 26
7 23,1
Cefotaxime 20 76,9% 6 % 26
8 23,1
Cefoperazone Sulbactam 20 76,9% 6 % 26
9 30,8
Cefepime 16 61,5% 2 7,7% 8 % 26
10 23,1
Cefpirome 18 69,2% 2 7,7% 6 % 26
11 19,2
Ceftriaxone 19 73,1% 2 7,7% 5 % 26
12 57,7
Sulbactam-cefpirome 11 42,3% 15 % 26
13 84,6
Meropenem 2 7,7% 2 7,7% 22 % 26
56

Keterangan : - R = Resistant
- I = Intermediate
- S = Sensitive

Pada ruang ICU kuman Escherichia coli memiliki resistensi terhadap

beberapa antibiotik yaitu Amoksisilin As Klavunalat sebanyak 21 sampel dengan

presentase 80,8%, Penisilin sebanyak 22 sampel dengan presentase 84,6%,

Tetracycline sebanyak 19 sampel dengan presentase 73,1%, Trimetoprim

sebanyak 20 sampel dengan presentase 76,9%, Kloramfenikol sebanyak 14

sampel dengan presentase 53,9%, Ceftazidime sebanyak 16 sampel dengan

presentase 61,5%, Cefotaxime sebanyak 20 sampel dengan presentase 76,9%,

Cefoperazone sulbactam sebanyak 20 sampel dengan presentase 76,9%, Cefepime

sebanyak 16 sampel dengan presentase 61,5%, Cefpirome sebanyak 18 sampel

dengan presentase 69,2%, dan Ceftriaxone sebanyak 19 sampel dengan presentase

73,1%. Sedangkan antibiotik yang sensitif, yaitu Sulbactam cefpirome sebanyak

15 sampel dengan presentase 57,7%, dan Meropenem sebanyak 22 sampel dengan

presentase 84,6%.

Tabel 4.8 Pola Resistensi Bakteri Staphylococcus pada ruang Perinatalogi

No Antibiotik R % I % S % Jml
1 4 55,6
Amoksisilin As Klavulanat 44,4% 5 % 9
2 11,1
Penisilin 7 77,8% 1 11,1% 1 % 9
3 3 66,7
Tetracycline 33,3% 6 % 9
4 Trimetoprim 3 33,3% 6 66,75 9
5 Kloramfenikol 4 55,6
44,4% 5 % 9
6 44,4
Ceftazidime 5 55,6% 4 % 9
57

7 33,3
Cefotaxime 5 55,6% 1 11,1% 3 % 9
8 44,4
Cefoperazone Sulbactam 4 44,4% 1 11,1% 4 % 9
9 55,6
Cefepime 4 44,4% 5 % 9
10 55,6
Cefpirome 4 44,4% 5 % 9
11 44,4
Ceftriaxone 5 55,6% 4 % 9
12 77,8
Sulbactam-cefpirome 2 22,2% 7 % 9
13 88,8
Meropenem 1 11,1% 8 % 9
Keterangan : - R = Resistant
- I = Intermediate
- S = Sensitive

Pada ruang Perinatalogi kuman Staphylococcus memiliki resistensi terhadap

beberapa antibiotik yaitu Penisilin sebanyak 7 sampel dengan presentase 77,8%,

Ceftazidime sebanyak 5 sampel dengan presentase 55,6%, Cefotaxime sebanyak 5

sampel dengan presentase 55,6%, Ceftriaxone sebanyak 5 sampel dengan

presentase 55,6%. Sedangkan antibiotik yang sensitif, yaitu Amoksisilin As

Klavunalat sebanyak 5 sampel dengan presentase 55,6%, Tetracycline sebanyak 6

sampel dengan presentase 66,75%, Trimetoprim sebanyak 6 dengan presentase

66,75%, Kloramfenikol sebanyak 5 sampel dengan presentase 55,6%, Cefepime

sebanyak 5 sampel dengan presentase 55,6%, cefpirome 5 sampel dengan

presentase 55,6%, Sulfactam cefpirome sebanyak 7 sampel dengan presentase

77,8%, Meropenem sebanyak 8 sampel dengan presentase 88,8%.

Tabel 4.9 Pola Resistensi Bakteri Pseudomonas pada ruang Perinatalogi

No Antibiotik R % I % S % Jml
1 Amoksisilin As Klavulanat 37 77 2 4,2 9 18,8 48
58

2 Penisilin 45 93,75 3 6,25 48


3 Tetracycline 32 66,7 3 6,3 13 27 48
4 Trimetoprim 27 56,25 21 43,75 48
5 Kloramfenikol 16 33,3 3 6,3 29 60,4 48
6 Ceftazidime 11 23 37 77 48
7 Cefotaxime 17 35,4 4 8,3 27 56,3 48
8 Cefoperazone Sulbactam 17 35,4 9 18,8 22 45,8 48
9 Cefepime 7 14,6 5 10,4 36 75 48
10 Cefpirome 19 39,6 8 16,7 21 43,7 48
11 Ceftriaxone 17 35,4 4 8,3 27 56,3 48
12 Sulbactam-cefpirome 7 14,6 41 85,4 48
13 Meropenem 8 16,7 2 4,2 38 79,1 48
Keterangan : - R = Resistant
- I = Intermediate
- S = Sensitive

Pada ruang Perinatalogi kuman Pseudomonas memiliki resistensi terhadap

beberapa antibiotik yaitu Amoksisilin As Klavunalat sebanyak 37 sampel dengan

presentase 77%, Penisilin sebanyak 45 sampel dengan presentase 93,75%,

Tetracycline sebanyak 32 dengan presentase 66,7%, Trimetoprim sebanyak 27

sampel dengan presentase 56,25%. Sedangkan antibiotik yang sensitif, yaitu

Kloramfenikol sebanyak 29 sampel dengan presentase 60,4%, Ceftazidime

sebanyak 37 sampel dengan presentase 77%, Cefotaxime sebanyak 27 sampel

dengan presentase 56,3%, Cefoperazone Sulbactam sebanyak 22 sampel dengan

presentase 45,8%, Cefepime sebanyak 36 sampel dengan presentase 75%,

Cefpirome sebanyak 21 sampel dengan presentase 43,7%, Ceftriaxone sebanyak

27 sampel dengan presentase 56,3%, Sulbactam cefpirome sebanyak 41 sampel

dengan presentase 85,4%, dan Meropenem sebanyak 38 sampel dengan presentase

79,1%.

Tabel 4.10 Pola Resistensi Bakteri Klebsiella pada ruang Perinatalogi


59

No Antibiotik R % I % S % Jml
1 26 8 13,1 27 44,2
42,6%
Amoksisilin As Klavulanat % % 61
2 Penisilin 59 96,8% 1 1,6% 1 1,6% 61
3 30 31 50,8
49,2%
Tetracycline % 61
4 Trimetoprim 14 23% 33 54% 14 23% 61
5 Kloramfenikol 31 2 28 45,9
50,8% 3,3%
% 61
6 36,1
55,7% 8,2%
Ceftazidime 34 5 22 % 61
7 31,1
60,7% 8,2%
Cefotaxime 37 5 19 % 61
8 11,5 42,6
45,9%
Cefoperazone Sulbactam 28 7 % 26 % 61
9 Cefepime 22 36,1% 3 4,9% 36 59% 61
10 14,8 52,6
32,8%
Cefpirome 20 9 % 32 % 61
11 44,3
47,5% 8,2%
Ceftriaxone 29 5 27 % 61
12 72,1
27,9%
Sulbactam-cefpirome 17 44 % 61
13 85,2
14,8%
Meropenem 9 52 % 61
Keterangan :- R = Resistant
- I = Intermediate
- S = Sensitive
Pada ruang Perinatalogi kuman Klebsiella memiliki resistensi terhadap

beberapa antibiotik yaitu Penisilin sebanyak 59 sampel dengan presentase 96,8%,

Tetracycline sebanyak 30 sampel dengan presentase 49,2%, Kloramfenikol

sebanyak 31 sampel dengan presentase 50,8%, Ceftazidime sebanyak 34 sampel

dengan presentase 55,7%, Cefotaxime sebanyak 37 sampel dengan presentase

60,7%, Cefoperazone sulbactam sebanyak 28 sampel dengan presentase 45,9%,

Ceftriaxone sebanyak 29 sampel dengan presentase 47,5%. Sedangkan antibiotik

yang sensitif, yaitu Amoksisilin As Klavunalat sebanyak 27 sampel dengan

presentase 44,2%, Cefepime sebanyak 36 sampel dengan presentase 59%,

Cefpirome sebanyak 32 sampel dengan presentase 52,6%, Sulbactam cefpirome


60

sebanyak 44 sampel dengan presentase 72,1%, Meropenem sebanyak 52 sampel

dengan presentase 85,2%, dan Antibiotik yang intermediate yaitu Trimetoprim

sebanyak 33 sampel dengan presentase 54%.

Tabel 4.11 Pola Resistensi Bakteri Proteus pada ruang Perinatalogi

No Antibiotik R % I % S % Jml
1 Amoksisilin As Klavulanat 36 40,4% 9 10,1% 44 49,4% 89
2 Penisilin 84 94,4% 5 5,6% 89
3 Tetracycline 39 43,8% 4 4,5% 46 51,7% 89
4 Trimetoprim 76 85,4% 13 14,6% 89
5 Kloramfenikol 41 46,1% 1 1,1% 47 52,8% 89
6 Ceftazidime 57 64,1% 5 5,6% 27 30,3% 89
7 Cefotaxime 52 58,4% 7 7,9% 30 33,7% 89
8 Cefoperazone Sulbactam 49 55,1% 9 10,1% 31 34,8% 89
9 Cefepime 38 42,7% 6 6,7% 45 50,6% 89
10 Cefpirome 37 41,6% 2 2,2% 50 56,2% 89
11 Ceftriaxone 49 55,1% 6 6,7% 34 38,2% 89
12 Sulbactam-cefpirome 40 44,9% 49 55,1% 89
13 Meropenem 15 16,8% 1 1,1% 73 82,1% 89

Keterangan : - R = Resistant
- I = Intermediate
- S = Sensitive

Pada ruang Perinatalogi, kuman Proteus memiliki resistensi terhadap

beberapa antibiotik yaitu Penisilin sebanyak 84 sampel dengan presentase 94,4%,

Trimetoprim sebanyak 76 sampel dengan presentase 85,4%, Ceftazidime

sebanyak 57 sampel dengan presentase 64,1%, Cefotaxime sebanyak 52 sampel

dengan presentase 58,4%, Cefoperazone sulbactam sebanyak 49 sampel dengan

presentase 55,1%, Ceftriaxone sebanyak 49 sampel dengan presentase 55,1%.

Sedangkan antibiotik yang sensitif, yaitu Amoksisilin As Klavunalat sebanyak 44

sampel dengan presentase 49,4%, Tetracycline sebanyak 46 sampel dengan


61

presentase 51,7%, Cefpirome sebanyak 32 sampel dengan presentase 52,6%,

Kloramfenikol sebanyak 47 sampel dengan presentase 52,8%, Cefepime sebanyak

45 sampel dengan presentase 50,6%, Cefpirome sebanyak 50 sampel dengan

presentase 56,2%, Sulbactam cefpirome sebanyak 49 sampel dengan presentase

55,1%, Meropenem sebanyak 73 sampel dengan presentase 81,1%.

4.6 Pembahasan

4.6.1 Karakteristik Berdasarkan Jenis Sampel

Dari hasil penelitian yang dilakukan dengan uji kultur bakteri di dua

ruangan, yaitu ruang ICU dan ruang Perinatalogi menggunakan beberapa jenis

sampel, yaitu sampel darah, pus, urin, sputum dan Feses. Dari penelitian tersebut

didapatkan sampel darah sebanyak 796 sampel (75,1%), pus 19 sampel (1,8%),

urin 165 sampel (15,6%), sputum 77 sampel (7,3%), dan feses 2 sampel (0,2%).

Jumlah sampel terbanyak yaitu pada sampel darah sebanyak 796 sampel. Dari

keseluruhan sampel didapatkan beberapa jenis bakteri yaitu Pseudomonas,

Staphylococcus, Alcaligenes, Klebsiella sp, Enterobacter, Streptococcus,


62

Escherichia coli, Proteus sp, Candida. Beberapa bakteri tersebut ada yang

merupakan bakteri suspek infeksi nosokomial, yaitu Pseudomonas,

Staphylococcus, Proteus, Klebsiella, dan Escherichia coli.

Pada penelitian ini bakteri gram negatif lebih banyak ditemukan

dibandingkan dengan bakteri gram positif yaitu dengan urutan Pseudomonas,

Proteus, Klebsiella, dan Escherichia coli. Sedangkan bakteri gram positif

ditemukan dalam jumlah kecil yaitu Staphylococcus dan Streptococcus. Hal ini

disebabkan kuman gram positif merupakan penyebab infeksi nosokomial

terbanyak pada masa sebelum penggunaan antibiotik tahun 1940, tetapi setelah

antibiotik digunakan maka penyebab infeksi mengalami perubahan sehingga

kuman gram positif jarang ditemukan.

4.6.2 Karakteristik Sampel Penelitian Berdasarkan Ruangan

Selama penelitian didapatkan 1059 sampel yang dikelompokkan

berdasarkan ruangan ditemukannya yaitu ruang ICU dan ruang Perinatalogi.

Ruang ICU dan ruang Perinatalogi banyak terkena infeksi disebabkan oleh

sumber penularan infeksi yang sering terjadi di kedua ruang ini antara lain adalah

melalui alat bantu pernapasan, kateter dan kadang-kadang alat terapi parenteral

seperti cairan infuse.

Dari data yang didapatkan pada ruang Perinatalogi didapatkan 620 sampel

dengan presentase sebanyak 58,5 %, dan pada ruang ICU dengan presentase
63

41,5%, data didapat dari 5 jenis sampel yaitu sampel darah, pus, urin, sputum,

cairan.

Infeksi yang terdapat di ruang perinatalogi lebih banyak ditemukan

dibandingkan dengan ruang yang lain karena bayi mempunyai pertahanan yang

lemah terhadap infeksi, sistem imun pada bayi masih immatur atau belum

sempurna sehingga mudah mengalami suatu infeksi.

Kemudian Infeksi banyak ditemukan juga pada ruang perawatan Intensive

Care Unit (ICU), karena terkontaminasi dengan sumber bakteri patogen yang

dapat menimbulkan wabah infeksi nosokomial. Pasien-pasien yang dirawat di

ICU yang mempunyai pertahanan tubuh yang rendah, monitoring keadaan secara

invasif, terpapar dengan berbagai jenis antibiotik dan terjadi kolonisasi oleh

bakteri resisten. Mengakibatkan pasien yang dirawat mempunyai potensi yang

lebih besar mengalami infeksi.

Ada 2 faktor yang menyebabkan bakteri dapat menyerang pasien saat berada

di ruangan, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal seperti usia,

penggunaan antibiotik secara berlebihan, kolonisasi flora normal tubuh, personal

hygiene yang rendah dan perilaku personal yang buruk. Usia menjadi salah satu

faktor penyebab terutama pada bayi dan orang lanjut usia lebih rentan terkena

infeksi dikarenakan pertahanan tubuh yang lemah. Penggunaan antibiotik secara

berlebihan dan tidak tepat dapat meningkatkan resistensi antibiotik terhadap

bakteri yang menyebabkan bakteri resisten atau kebal dengan antibiotik tersebut.

Sedangkan faktor eksternal, yaitu lingkungan yang buruk atau kotor, makanan

yang tidak steril, tidak dimasak dan diambil menggunakan tangan yang
64

menyebabkan terjadinya cross infection, peralatan serta instrumen kedokteran

dapat menyebabkan infeksi nosokomial, cairan yang diberikan secara intravena

dan jarum suntik dapat terkontaminasi dengan bakteri jika tidak steril, kelalaian

petugas juga merupakan faktor penyebab terjadinya infeksi nosokomial.

4.6.3 Positivitas Pertumbuhan Bakteri

Positivitas petumbuhan bakteri dapat dilihat dari hasil pemeriksaan kultur

bakteri yang menunjukkan banyaknya pertumbuhan bakteri dibandingkan dengan

yang steril atau tidak ada pertumbuhan. Pada masing-masing ruangan terdapat

pertumbuhan bakteri sebanyak 649 sampel terdiri dari ruang Perinatalogi 412 dan

ruang ICU 237 dengan presentase 61,3 % dan yang tidak terdapat pertumbuhan

bakteri atau steril yaitu 410 terdiri dari Ruang Perinatalogi 208 dan ruang ICU

202 sampel dengan 38,7 %.

Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Muhamad Wibowo di

RSUP Dr. Kariadi Semarang tahun 2009, dari 169 lembar kultur pasien ICU, 100

(68,63%) kasus yang menunjukkan hasil kultur kuman positif, 53 (31,36%) kasus

menunjukkan hasil negatif (steril), dan 16 kasus tidak dikultur melainkan

langsung dilakukan pengecatan. Dari 100 kasus yang menunjukkan hasil positif

tersebut dapat diketahui bahwa kuman terbanyak penyebab infeksi ditunjukkan

oleh Enterobacter aerogenes (34%), Staphylococcus epidirmidis (17%),

Escherichia coli (15%), Pseudomonas aeruginosa (10%), Candida spp. (9%) dan

Acinobacter spp. (8%).20

4.6.4 Karakteristik Jenis Kuman


65

Pada penelitian ini didapatkan kuman suspek infeksi nosokomial yaitu

Staphylococcus, Klebsiella, Pseudomonas, Proteus dan Escherichia coli.

Staphylococcus sering ditemukan sebagai flora normal pada kulit dan selaput

lendir manusia. Beberapa jenis kuman ini dapat membuat enterotoksin yang

menyebabkan keracunan makanan. Setiap jaringan atau alat tubuh dapat diinfeksi

olehnya dan menyebabkan timbulnya penyakit dengan tanda- tanda yang khas,

yaitu peradangan, nekrosis, dan pembentukan abses. Infeksinya dapat berupa

furunkel yang ringan pada kulit sampai berupa piemia yang fatal.22

Escherichia coli adalah kuman oportunis yang banyak ditemukan di dalam

usus besar manusia sebagai flora normal tubuh. Sifatnya unik karena dapat

menyebabkan infeksi primer pada usus misalnya diare pada anak dan trevelers

diarrhea, seperti juga kemampuannya menimbulkan infeksi pada jaringan tubuh

lain diluar usus.23

Pseudomonas aeruginosa sering dihubungkan dengan penyakit pada

manusia. Organisme ini dapat merupakan penyebab 10-20% infeksi nosokomial.

Sering diisolasi dari penderita dengan neoplastik, luka dan luka bakar yang berat.

Kuman ini juga dapat menyebabkan infeksi pada saluran pernapasan bagian

bawah, saluran kemih, mata dan lain-lainnya.23

Dari pemeriksaan kultur bakteri patogen dari sampel darah, pus, urin,

sputum dan cairan yang didapat dari ruang ICU dan Perinatalogi terdapat

pertumbuhan bakteri patogen suspek infeksi nosokomial sebanyak 359 sampel

bakteri dengan presentase 55,4% dari keseluruhan 649 sampel bakteri yang

ditemukan. Pada ruang ICU yaitu Staphylococcus sebanyak 16 sampel dengan


66

presentase 6,7%, Pseudomonas sebanyak 4 sampel dengan presentase 1,7%,

Klebsiella sebanyak 57 sampel dengan presentase 24,1%, Proteus sebanyak 49

sampel dengan presentase 20,7%, Escherichia coli sebanyak 26 sampel dengan

11%. Sedangkan pada ruang Perinatalogi yaitu Staphylococcus sebanyak 9 sampel

dengan presentase 2,2%, Pseudomonas sebanyak 48 sampel dengan presentase

11,7%, Klebsiella sebanyak 61 sampel dengan presentase 14,8%, Proteus

sebanyak 89 sampel dengan presentase 21,6%. Hal ini sesuai dengan penelitian

yang dilakukan oleh Muhamad Wibowo di ruang rawat intensif (ICU) RSUP Dr.

Kariadi tahun 2009 yang menunjukkan hasil positif bahwa kuman terbanyak

penyebab infeksi ditunjukkan oleh Enterobacter aerogenes (34%),

Staphylococcus epidirmidis (17%), Escherichia coli (15%), Pseudomonas

aeruginosa (10%), Candida spp. (9%) dan Acinobacter spp. (8%).20

4.6.5 Hasil Pemeriksaan Uji Resistensi Antibiotik

Resistensi antibiotik merupakan suatu masalah global di negara maju

maupun di negara berkembang, baik yang terjadi di rumah sakit maupun didalam

komunitas. Infeksi oleh bakteri yang resisten secara merugikan telah

mempengaruhi hasil terapi, biaya terapi, penyebaran penyakit, dan lama sakit.

Perubahan dalam resistensi bakteri terhadap suatu antibiotik dapat

disebabkan oleh beberapa hal. Peningkatan resistensi dapat disebabkan oleh 1)

penggunaan antibiotik yang terlalu sering, tidak rasional, tidak adekuat, dan tidak

didahului oleh uji sensitivitas, 2) terapi antibiotik yang lama, akan memudahkan

timbulnya kolonisasi bakteri yang resisten antibiotik akibat mekanisme selective


67

pressure, 3) perawatan inap yang cukup lama juga dapat mempengaruhi

peningkatan resistensi karena resiko untuk terinfeksi strain bakteri resisten makin

tinggi.

Staphylococcus resisten terhadap penisilin disebabkan karena

staphylococcus memproduksi β-lactamase yang memecahkan cincin β-lactamase

dari penisilin, sehingga penisilin tidak lagi aktif bekerja.22

Pada Pseudomonas tingkat penularan infeksi terjadi pada pasien dengan

kondisi komorbid, sistem kekebalan yang lemah, pasien yang memiliki riwayat

antibiotik broad spectrum atau kemoterapi kanker, dan juga yang memiliki

riwayat inap lama di rumah sakit. Tidak adekuatnya pemberian terapi inisiasi

antibiotik pada pasien dengan infeksi Pseudomonas aeruginosa dapat

meningkatkan mortalitas pasien.

Pada studi yang dilakukan oleh Deurink DO, et al didapatkan bahwa

peningkatan resistensi Escherichia coli lebih sering disebabkan oleh antibiotik

golongan β-laktam. Hal ini dapat diakibatkan oleh resistensi yang diperantarai

oleh plasmid yang terjadi karena dihasilkannya enzim penisilinase dan

menyebabkan antibiotik menjadi inaktif. Penderita tersebut dibuat rentan terhadap

penyakit secara selektif terhadap sumber infeksi dengan mikroorganisme yang

berasal dari lingkungan rumah sakit. Sehingga Penicillin G tidak disarankan untuk

digunakan dalam terapi untuk Escherichia coli. Pemberian cefepime (sefalosporin

generasi keempat) untuk terapi tunggal lebih jarang menyebabkan resisten

dibandingkan dengan penggunaan antibiotik tunggal lain.21


68

Peningkatan resistensi antibiotik seperti antibiotik golongan β-laktam

(Penisilin G, Cefotaxim, dan Ceftazidim), golongan aminoglikosida (Gentamisin)

dapat diakibatkan oleh produksi enzim Extended-spectrum beta lactamase

(ESBL) pada Klebsiella sp. yang dapat menghidrolisis berbagai antibiotik

golongan β-Laktam dan juga dapat berpindah antar strain maupun antar spesies

melalui plasmid sehingga penyebaran resistensi dapat terjadi secara meluas

sehingga penggunaan antibiotik standar pada post operasi maupun profilaksis

seperti Cefotaxim maupun Ceftazidim perlu diperhatikan.21

Dari hasil uji resistensi yang diperoleh dari data resistensi antibiotik,

terdapat beberapa antibiotik yang telah resisten terhadap bakteri Pseudomonas,

Staphylococcus, Proteus, Escherichia coli dan Klebsiella. Pada ruang ICU

antibiotik yang resisten yaitu Amoksisilin As Klavunalat dengan presentase

65,1%, Penisilin dengan presentase 96%, Tetracycline dengan presentase 80,3%,

Trimetoprim dengan presentase 90,1%, Kloramphenikol dengan presentase

71,7%, Ceftazidime dengan presentase 60,5%, Cefotaxime dengan presentase

60,5%, Cefoperazone sulbactam dengan presentase 76,3%, Cefepime dengan

presentase 52%, Cefpirome dengan presentase 77,6%, dan Ceftriaxone dengan

presentase 80,9%, sedangkan antibiotik yang sensitif yaitu Sulbactam cefpirome

dengan presentase 77,5% dan Meropenem sebanyak 75,6%. Pada ruang

Perinatalogi yaitu Amoksisilin As Klavunalat dengan presentase 49,8%, Penisilin

dengan presentase 94,2%, Tetracycline dengan presentase 50,2%, Trimetoprim

dengan presentase 58%, Ceftazidime dengan presentase 51,7%, Cefotaxime

dengan presentase 53,6%, Cefoperazone sulbactam dengan presentase 47,3%, dan


69

Ceftriaxone dengan presentase 48,3%, sedangkan antibiotik yang sensitif yaitu

Kloramfenikol dengan presentase 52,7%, Cefepime dengan 58,9%, Cefpirome

dengan presentase 52,2%, Sulbactam cefpirome dengan presentase 68,1%, dan

Meropenem dengan presentase 82,6%.

Dari data tersebut antibiotik penisilin merupakan antibiotik yang paling

resisten dibandingkan yang lain pada masing-masing ruangan, yaitu ruang ICU

dengan presentase 96% dan pada ruang Perinatalogi dengan presentase 94,2%.

Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Muhamad Wibowo di

RSUP Dr. Kariadi pada tahun 2009, yaitu didapatkan pola resistensi antibiotik

yang menunjukkan bahwa kuman mempunyai resistensi tertinggi terhadap

Ampicillin, Cefotaxime, Tetracycline , Chloramphenicol dan Ciprofloxacin.20

Anda mungkin juga menyukai