Anda di halaman 1dari 6

NAMA: ANDIKA.

NIM: A201701011

KELAS: C1

TUGAS: KAPITA SELEKTA (MIKROBIOLOGI)

SLIDE 1

Pada gambar di atas menjelaskan mengenai tentang isolasi virus dengan


menggunakan filter membrane, filter membran banyakdigunakan dalam analisis
bakteriologis,. Prinsip mekanismeberdasarkan sel bakteri atau virus yang tertahan di
filter permukaansetelah penyaringan sampel. Dimana apa bila kita menggunakan
filterdengan ukuran penyaringan yang ukuran 5 µm maka organisme lainakan ikut
keluar tetapi apa bila kita menggunakan filter dengan ukuran 0,2 µm maka hanya
meloloskan virus saja. Virion dalam media cair dapat dipisahkan dari sel inang
dengan sentrifugasi atau filtrasi. Manfaat melakukan isolasi virus diantaranya adalah
untuk menemukan agen penyebab penyakit. Disamping itu isolasi virus dapat
dilakukan untuk memperbanyak virus (misalnya untuk bahan pembuatan vaksin).
 Satu virion hidup yang ada dalam spesimen dapat ditanam dalam sel yang
dikultur, sehingga mengembangkannya jutaan kali lipat untuk menghasilkan bahan
yang cukup untuk dikarakterisasi secara antigen.
 Kultur merupakan satu-satunya metode untuk menghasilkan pasokan virus hidup
untuk pemeriksaan lebih lanjut, seperti variasi antigenik.
 Untuk menghasilkan antigen diagnostik dan antibodi monoklonal untuk
didistribusikan ke laboratorium lain.
 Sel primer yang diturunkan dari jaringan janin dari spesies yang sama biasanya
menyediakan substrat kultur sel yang paling sensitif untuk isolasi virus.
 Garis sel berkelanjutan yang berasal dari spesies homolog (Garis sel menawarkan
beberapa keuntungan dan tersedia untuk sebagian besar mamalia domestik).
SLIDE 2

Kultivasi VIRUS

• Virus bersifat parasit intraseluler obligat / hanya bisa hidup pada media yang hidup.

• Berkaitan dengan sifatnya tersebut, virus hanyadapat dibiakan pada sel hidup.

• Pemilihan media yang digunakan tergantung dari jenis virusnya dan organ target
dari virus tersebut

Pada gambar di atas melihatkanPengenceran bertingkat yaitu memperkecil atau


mengurangi jumlah mikroba yang tersuspensi dalam cairan, Penentuan besarnya
atau banyaknya tingkat pengenceran tergantung kepada perkiraan jumlah mikroba
dalam sampel. Digunakan perbandingan 1:9 untuk sampel dan pengenceran
pertama dan selanjutnya, sehingga pengenceran berikutnya mengandung 1/10 sel
mikroorganisme dari pengenceran sebelumnya.

SLIDE 3

1. Media Isolasi Virus: Telur Ayam Bertunas


Media yang digunakan untuk isolasi virus antara lain: telur ayam bertunas (TAB),
biakan sel, hewan percobaan maupun hospes alami. Pada modul ini akan dibahas
tentang isolasi virus (sampel uji virus AI dan ND pada pembuatan inokulum point
2.d). Media yang umum digunakan untuk isolasi virus ND dan AI adalah telur ayam
bertunas (TAB). Alasan pemilihan telur ayam bertunas sebagai media isolasi Virus
ND dan AI , antara lain:
a. Mudah diperoleh
b. Relative bebas dari mikroorganisme pathogen
c. Peka terhadap infeksi virus ND dan AI
d. Dapat diberikan tanda (ditulis dengan pensil: kode isolat, asal isolat, tanggal
inokulasi, jenis penyakit). Sebelum digunakan telur diperiksa (candling) terlebih
dahulu dengan menggunakan candler (teropong telur).
2. Candling Telur Ayam Bertunas
Pemeriksaan telur ayam bertunas disebut candling yang dilakukan pada ruangan
gelap untuk mengamati pergerakan embrionya. Teropong telur (candler) dihidupkan
lalu telur diperiksa di depan Canler. Diamati pergerakan ambrio dan pembuluh
darahnya. Telur yang fertile ditandai dengan pergerakan aktif dan darahnya merah.
Sebaliknya telur yang infertile tidak ada pergerakan embrio dan pembuluh darahnya
tampak hitam.
3. Isolasi Virus pada Telur Ayam Bertunas
Jalur inokulasi yang umum dilakukan pada telur ayam bertunas diantaranya adalah:
a. inokulasi melalui ruang alantois
b. inokulaasi melalui membrane korioalantois (Chorioalantoic membrane= CAM)
c. inokulasi kantong kuning telur (Yolk Sac)
d. inokulasi melaui ruang amnion (amnionic cavity)
e. inokulasi melalui otak (intracerebtum)
f. inokulasi melalui pembuluh darah (intra vena)
Pada modul ini akan dijelaskan cara inokulasi virus melalui ruang alantois dan
membrane korioalantois (CAM).
4. Cara inokulasi virus melalui Ruang Alantois
Jalur inokulasi ini dipilih untuk virus: Newcastle Disease, Avian Influenza, Infectious
Bronchitis, Egg Drop Syndrome. Telur yang digunakan biasanya berumur 9-10 hari.
Jalur inokulasi adalah sebagai berikut:
a. Telur di candling untuk menentukan fertilatau tidak
b. Ditandai ruang udaranya dengan menggunakan pensil
c. Kulit telur didesinfeksi dengan alkohol 70%.
d. Dibuat lubang pada cangkang telur dengan menggunakan jarum penusuk
e. Dilakukan inokulasi 0.2 ml inokulum/ butir telur dengan menggunakan spuit
dengan jarum berukuran 1 ml.
f. Lubang tempat suntikan tadi ditutup dengan menggunakan kuteks
g. Diberikan label pada telur tentang isolat yang diisolasikan.
h. Telur diinkubasikan di inkubator bersuhu 37ºC dan diamati setiap hari dengan
cara di canding
i. Kematian telur kurang dari 24 jam diabaikan dan dianggap telur terkontaminasi.
j. Telur yang mati lebih dari 24 jam atau telur dengan embrio yang sudah lemah
selanjutnya dimasukkan ke almari pendingin selama satu malam.
k. Dilakukan pemanenen cairan alantois.
5. Cara Inokulasi Virus Melalui Membrana Korioalantois (CAM)
Inokulasi melalui membrane korioalantois dilakukan untuk mengisolasi virus –virus
yang bersifat epiteliotrofik, misalnya: virus Marek, Gumboro, Distemper, Pox,
Variola, Vaccinia. Biasanya pertumbuhan virus bersifat lambat yang ditandai
dengan pembentukan pox pada CAM. Cara inokulasi CAM:
a. Telur dipilih yang fertile dan berumur 11-13 hari
b. Dilakukan candling dan ditandai ruang udaranya dengan pensil.
c. Dibuat satu tanda (x) dibagian horizontal yang dekat dengan pembuluh darah.
d. Kulit telur didesinfeksi dengan alkohol 70 % kemudian dibuat lubang pada posisi
ruang udara alami dengan menggunakan jarum penusuk steril.
e. ibuat lubang satu lagi di bagian horizontal yang telah diberikan tanda(point c).
f. Udara dihisap keluar dari lubang ruang udara alami (point d) untuk
membuat ruang udara buatan pada lubang (point e)
g. Diinokulasikan 0,1 ml inokulum melalui ruang udara buatan, lalu
lubang tadi didesinfeksi dan ditutup dengan kutek
h. Telur diinkubasikan pada inkubator bersuhu 37ºC dengan posisi
horizontal, dan diamati setiap hari selama maximal 5 hari.
i. Telur dipanen dan dimasukkan ke almari pendingin.
6. Panen Virus
Telur yang sudah diinokulasi virus selanjutnya dikeluarkan dari almari pendingin
untuk dipanen. Sebelum dipanen disediakan alat-alat bedah yang terdiri dari:
gunting, pinset. Disiapkan pula cawan petri, tabung steril, spatula, pipet Pasteur,
sarung tangan dan masker, satu kantong plastik tempat menampung sampah bekas
panen.
7. Cara Panen Cairan Alantois
a. Telur dikeluarkan dari almari pendingin, lalu dipotong cangkang telur pada bagian
ruang udaranya secara melingkar dengan menggunakan gunting.
b. Dikuakkan selaput korioalantoisnya dengan menggunakan pinset sehingga
tampak embrio yang dikelilingi cairan alantois berwarna jernih. Apabila cairan
alantoisnya tampak keruh itu menandakan terjadi kontaminasi bakteri dan tidak
layak untuk diuji.
c. Cairan alantois dipanen dengan cara diisap dengan pipet steril dan ditampung
pada tabung steril. Embrio ditekan dengan spatula untuk mendapatkan cairan yang
bebih banyak, lalu cairan alantois ditampung pada tabung steril kemudian diberi
label untuk di uji HA/HI.
8. Cara Panen CAM
a. Telur dikeluarkan dari almari pendingin, lalukulit telur digunting melingkar secara
horizontal.
b. Embrio dikeluarkan dari cangkang telur dan ditampung pada cawan petri steril
c. Ambil selaput CAM yang menempel pada cangkang telur danditempatkan pada
cawan petri lain yang telah diisi PBS.
d. CAM dicuci dengan PBS, digoyang-goyangkan sampai bersih dan diamati adanya
bentuk pox pada CAM.
e. Bagian CAM yang terinfeksi (bentuk pox) kemudian dipotong dan disimpan untuk
bahan uji pada PCR atau uji AGPT

SLIDE 4
kultur jaringan ini selain pembiakan virus dapat juga dilakukan berbagai
macam tindakan, misalnya penemuan berbagai macam virus baru, penelitian sifat
virus dalam jangka panjang dan juga usaha untuk menemukan vaksin terhadap
virus. Terdapat tiga dasar jenis kultur sel hewani yaitu kultur primer dan kultur
sekunder, diploid cell strains dan continuous cell lines CPE adalah suatu perubahan
morfologis sel biakan jaringan monolayer yang semula sel-selnya terbentuk
kumparan dan tersusun teratur kemudian berubah selselnya menjadi bundar-bundar,
berkelompok, sebagian terlepas dari dinding botol, inti membesar, struktur inti
menjadi kasar dan tampak lebih gelap (piknotis). Keadaan ini menunjukkan adanya
pertumbuhan virus.Contohnya adalahbiakan ginjal kera yang ditanami virus Polio,
setelah 4-5 hari kemudian (suhu 37°C) akan menunjukan CPE.Hal yang sama terjadi
pada biakan ginjal kelinci yang ditanami virus Rubella dan pada biakan jaringan
ginjal kera yang ditanami virus Coxsackie B atau kera Hela cell yang ditanami
Coxsackie A. Adanya perubahan metabolisme sel biakan jaringan dan kegagalan
pembentukan asam dari biakan jaringan. Adanya pembentukan antigen dalam
biakan jaringan tergantung dari jenis virusnya, bisa antigen netralisasi, antigen
ikatan komplemen dan antigen hemaglutinin

SLIDE 5
Uji serologi dilakukan untuk mengidentifikasi virus guna menentukan agen penyebab
penyakit. Diagnose demikian disebut diagnose pasti. Caranya dengan menggunakan
serum standar yang sudah diketahui. Prinsip dasar uji serologi adalah terjadinya
ikatan antara antigen dengan antibodi yang homolog untuk membentuk
ikatan antigen-antibodi komplek. Uji serologi juga dapat digunakan untuk mengukur
titer antibodi hewan pascavaksinasi. Darah diambil dari hewan satu atau dua
minggu setelah divaksinas Disamping itu uji serologi juga dapat digunakan untuk
mengetahui munculnya penyakit baru dengan menggunakan serum dan antigen
standar. Untuk penyakit yang sudah endemik, dilakukan pengambilan serum
sepasang (paired sera) yakni serum yang diambil dua kali. Pengambilan pertama
saat penyakit berlangsung akut, sedangkan pengambilan serum yang kedua
dilakukan 2-4 minggu kemudian. Selanjunya dibandingkan titer antibodinya.
Beberapa uji serologi yang dikenal, diantaranya adalah:
 Haemaglutination and Haemaglutination Inhibition Test (HA/HI)
 Enzym-Linked Immunosorbent Assay (ELISA)
 Agar Gel Presititation Test (AGPT)
 Flourescent Antibody Technique (FAT)
 Complement Fixation Test (CFT)
 Radio Immuno Assay (RIA)

Anda mungkin juga menyukai