4.1 Hasil
Organ ayam yang digunakan untuk mengidentifikasi virus yaitu otak, limpa
dan pulmo yang telah disediakan oleh Laboratorium Virologi FKH Unair. Organ-
organ tersebut diambil dari ayam yang diduga terinfeksi ND. Penegakan
diagnosa dilakukan dengan menginokulasikan suspensi virus dari sampel organ
yang didapatkan kedalam telur ayam berembrio sebagai media perbenihan virus,
kemudian dilanjutkan dengan pengujian HA dan HI.
4.1.1 Hasil Pemeriksaan Patologi Anatomi Organ Ayam
Sampel organ yang diamati diantaranya yaitu otak, limpa dan pulmo
dengan gambaran patologi anatomi sebagai berikut :
Tabel 4.1. Perubahan Patologi Organ
62
4.2 Hasil Inokulasi dan Identifikasi Virus
4.2.1. Inokulasi Virus pada TAB
Gambar 4.1. Gambar sampel Telur Ayam Berembrio, proses inokulasi cairan
gerusan organ dengan cara memasukkan spuit dengan posisi tegak lurus
dengan telur (dokumentasi pribadi)
63
4.2.2. Hasil Uji Hemaglutinasi (HA)
Telur ayam berembrio dipanen setelah 5 hari pasca inokulasi. TAB
dikeluarkan dari refrigator dan segera dilakukan identifikasi virus dengan uji
HA dan uji HI. Sebelumnya dibuka terlebih dahulu bagian rongga udara pada
TAB dengan cara digunting. Selanjutnya diambil cairan alantois dengan
menggunakan mikropipet sebanyak 0,025ml pada masing-masing TAB dan
dimasukan kedalam mikropipet sesuai dengan label.
64
K Limfa Paru Otak
1 2 3 1 2 3 1 2 3
10-1
10-2
10-3
10-4
10-5
10-6
10-7
10-8
65
Pada gambaran hasil uji HA, aglutinasi terjadi pada sampel limpa 2 di
sumuran 1-5 dan sampel paru 3 di sumuran 1-4 sedangkan sampel lainnya
tidak terjadi aglutinasi (gambar 4.3). Dari hasil tersebut didapati bahwa titer
antigen pada organ limpa 2 dimiliki sebesar 25 = 32 dan pada sampel paru 3
sebesar 24 = 16.
Tabel 4.3. Hasil Uji HA dari cairan Alantois TAB
Titer Hasil HA
Sampel 1 2 3
HA HA HA
Otak 20 20 20
Limpa 20 25 20
Paru 20 20 24
Selanjutnya dilakukan uji Hemaglutinasi Inhibition (HI) dari sampel
limpa 5 dan paru 4, namun karena titer yang diperoleh dari antigen pada cairan
alantois yaitu 25 dan 24, maka dilakukan pengenceran pada cairan alantois
hingga didapatkan 4HA Unit. Pengenceran dapat dilakukan dengan
perhitungan sebagai berikut:
1. Paru 2 = 25 HA dijadikan 4HA Unit
32
25 = = 8 Maka dilakukan pengenceran 1:7 (100µl Ag : 700 µl PZ)
4
66
4.2.3. Hasil Uji Hemaglutinasi Inhibition (HI)
K
Paru
limpa
10-1 10-2 10-3 10-4 10-5 10-6 10-7 10-8 10-9 10-10 10-11
Hasil uji HI pada Gambar 4.4 dapat disimpulkan bahwa hasil uji positif
yang ditandai adanya hambatan pada eritrosit pada sampel yang diuji ND,
dengan hasil yang menunjukkan angka 27 untuk organ paru paru dan 26 untuk
Limpa.
4.3 Pembahasan
4.3.1 Isolasi dan Identifikasi Virus
Mortalitas kasus pada ayam muda (64,29%) lebih tinggi dari pada ayam
dewasa (47,17%). Ayam muda memiliki sistem pertahanan tubuh yang masih
berkembang sehingga rentan terhadap infeksi virus. Ayam yang sakit selama 8
hari berarti penyakit telah berlangsung cukup lama dan bersifat kronis. Secara
umum masa inkubasi ND berkisar antara 2 – 15 hari dengan rata – rata 5 -6
hari (OIE, 2012).
67
Penyebaran virus ND dapat melalui kontak langsung, aerosol, feses,
leleran yang mengandung virus, serta pakan, air dan peralatan kandang yang
tercemar feses (Alexander dan Senne, 2008). Virus yang tercampur dalam
lendir atau feses dan urine mampu bertahan dua bulan, bahkan dalam keadaan
kering tahan labih lama lagi sampai beberapa bulan (Muharam dan Darmianto,
2005).
Isolasi dan Identifikasi virus menggunakan spesimen paru – paru, limpa,
dan otak. Organ digerus dalam PBS hingga konsentrasi 10 – 20% untuk
mengeluarkan virus dari sel inang. Penggerusan harus dilakukan hingga
jaringan benar – benar hancur. Kemudian dilanjutkan dengan sentrifugasi yang
bertujuan untuk mengendapkan sisa organ gerusan. Supernatan dari gerusan
diambil karena virus berada pada supernatan yang disebabkan oleh berat jenis
virus lebih kecil daripada air. Supernatan ditambahkan antibiotika penisilin-
streptomisin untuk membunuh bakteri yang mengkontaminasi, yang
sebelumnya telah diinkubasikan pada 37oC untuk mengaktifkan kerja
antibiotika (Mahardika et al., 2015).
Inokulum diinokulasikan pada TAB umur 9 hari melalui ruang alantois.
Inokulasi bertujuan untuk mengisolasi dan memperbanyak virus. Mengisolasi
dimaksudkan untuk memisahkan virus dari agen lainnya melalui cara inokulasi
(Misalnya : virus ND dapat diinokulasi melalui ruang alantois sehingga tidak
memungkinkan untuk virus Pox tumbuh pada daerah tersebut karena sifat virus
Pox adalah epiteliotrofik). Virus ND memiliki sifat pantrofik sehingga
dilakukan inokulasi pada ruang alantois. Virus lain yang mungkin tumbuh pada
ruang alantois adalah virus IB, AI dan Parvovirus. Memperbanyak virus
dimaksudkan untuk meningkatkan titer virus dengan cara menumbuhkan virus
pada sel hidup. Virus bersifat obligat intraseluler sehingga mutlak
membutuhkan sel hidup untuk proses replikasinya. Selain TAB perbanyakan
virus dapat dilakukan pada hewan percobaan (dalam hal ini unggas) dan biakan
sel. TAB yang telah diinokulasi diamati tiap hari dengan candling untuk
68
menentukan apakah TAB hidup ataukah telah mati. Embrio dipanen pada hari
ke-5 pascainokulasi dan dipanen cairan alantoisnya.
69
ini adalah relatif mudah, murah serta reagen dan RBC yang diperlukan untuk
pengujian dapat dipersiapkan dengan mudah oleh masing masing laboratorium,
sedangkan kekurangannya titrasi antigen harus dilakukan setiap pengujian,
interpretasi hasil uji memerlukan keahlian khusus serta adanya prosedur yang
berbeda dari masingmasing laboratorium dapat memberikan hasil yang berbeda
(Selleck, 2007).
70