Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PRAKTIKUM

MIKROBIOLOGI
BLOK 6.1 KEDOKTERAN TROPIS
Praktikum II
Pengenalan Kultur Bakteri Pada
Pencernaan
Dosen Pengampu: Rizkyana Avissa, S.Si.,
M.Biomed.

Nama : Fahrozi
NIM : 1810015006

Program Studi Pendidikan Dokter


Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Prof.
DR. HAMKA
2021
I. Dasar teori

Media TSIA (Triple Sugar Iron Agar)merupakan medium diferensial yang dapat
digunakan untuk mengidentifikasi spesies bakteri,dan juga termasuk media padat gold
standart yang disarankan dalam penanaman bakteri Salmonella sp. Uji TSIA bertujuan
untuk mengetahui kemampuan bakteri untuk memfermentasi karbohidrat.. Selain
fermentasi karbohidrat, TSIA juga dapat digunakan untuk melihat produksi gas H2S.
Media TSIA dibuat dengan cara dituang miring sehingga akan terbentuk bagian lereng
( slant) dan dasar ( butt ). Dimana bagian slant bersifat aerob sedangkan bagian butt
bersidat anaerob. ). Isolasi bakteri pada media TSIA dilakukan dengan menggunakan ose
jarum yang digoreskan pada bagian slant dan ditusuk pada bagian tengah media. Hasil
isolasi dituliskan dengan cara menyebutkan hasil pada lereng diikuti garis miring ( / ) dan
hasil pada bagian dasar. Komposisi media TSIA : 3 ekstrak daging sapi, ekstrak yeast,
pepton, glukosa, laktosa sukrosa, NaCl, fero sulfat, sodium thiosulfate,phenol red( phenol
red yang dapat mengubah warna dari merah orange menjadi kuning dalam suasana
asam ), dan agar. Dimana fungsi dari komposisi tersebut antara lain,fero sulfat dan
sodium tiosulfatyang berfungsi untuk produksi gas H2. Hasil positif untuk produksi gas
H2S akan terbentuk warna hitam pasa media, phenol red digunakan sebagai indicator ph
dimana akan berwarna kuning jika ph < 6,8 ( TSIA yang belum digunakan berwarna
mera dengan ph 7,4 ). Agar sebagai bahan pemadat media dan tempat tumbuhnya
mikroorganisme. Karbohidrat berfungsi sebagai sumber karbohidrat yang akan
difermentasikan oleh bakteri. Peptone berfungsi sebagai sumber energi/nutrisi bagi
mikroorganisme.
API 20E merupakan metode standar yang sering dilakukan untuk
mengidentifikasi bakteri yang termasuk dalam famili Enterobacteriaceae, gram negatif,
dan bakteri non-fastidious. Keuntungan dari identifikasi menggunakan kit API 20E yaitu
karena tidak membutuhkan waktu yang lama dan mudah untuk dilakukan, namun
diperlukan biaya yang tidak sedikit untuk melakukan identifikasi dengan kit ini jika
dibandingkan dengan identifikasi secara biokimia standar lainnya. API 20E merupakan
sistem identifikasi yang telah distandarkan yang mana menggunakan 20 miniatur tabung
atau sumur untuk uji biokimia mikroorganisme dan sebuah database. Semua data yang
telah didapat pada ke-20 miniatur tabung atau sumur tersebut dimasukkan ke dalam tabel
identifikasi sehingga spesies bakteri dapat diketahui. Percobaan dilakukan dengan
terlebih dahulu biakan sampel diinokulasikan dalam medium yang berisi 5 mL NaCl
0,85%. Strip API 20E terdiri dari 20 mirotabung yang berisikan substrat yang telah
dikeringkan. Strip API bertuliskan beberapa singkatan yang diteteskan suspensi bakteri
dalam NaCl. Singkatan yang bergaris bawah menunjukkan bahwa suspensi bakteri
diteteskan sebanyak setengah dari tinggi sumur dan ditambahkan mineral oil sampai
sumur penuh, yaitu ADH, LDC, ODC. H2¬¬¬S, dan URE. Singkatan yang berada di
dalam kotak menunjukkan bahwa suspensi bakteri diteteskan sampai sumur penuh, yaitu
CIT, VP, dan GEL, sedangkan singkatan yang tidak bergaris bawah maupun tidak berada
di dalam kotak diisi dengan suspensi sampel sebanyak setengah dari tinggi sumur, yaitu
ONPG, TDA, IND, GLU, MAN, INO, SOR, RHA, SAC, MEL, AMY, dan ARA.
Komposisi kit API 20E mengandung substrat kering yang akan menunjukkan hasil dari
aktivitas enzimatis beberapa jenis asam amino dan fermentasi karbohidrat. Hasil
identifikasi diperoleh berdasarkan profil numerik yang terbagi dari 3 kategori angka yaitu
1, 2 dan 4. Angka positif yang dihasilkan kemudian dijumlahkan dan dimasukkan
kedalam software API.

II. Tujuan pratikum

Mahasiswa mampu memahami cara identifikasi bakteri dengan reaksi biokimia


menggunakan cara konvensional dan produk komersial.

III. Alat dan Bahan

A. Alat Uji Biokimia Dengan TSIA


Alat yang digunakan antara lain : Ose ujung lancip, Pembakar Bunsen, Alkohol 70%,
Inkubator 37°C

B. Bahan Uji Biokimia Dengan TSIA


Medium TSI agar dalam bentuk agar miring, Bakteri Enterobacteriaceae dalam medium
agar : Salmonella spp, Escherichia col, Proteus spp, Dll

C. Alat Identifikasi bakteri dengan kit Biomerieux API 20E

Alat yang digunakan ada tabung reaksi steril, Ose ujung bulat, Pembakar Bunsen ,
Inkubator 37°C, Vortex, stopwatch

IV. Cara Kerja

A. Uji Biokoimia dengan TSIA Agar

Pertama Siapkan medium TSIA dalam tabung, terus Sterilisasi jarum ose ujung lancip
dengan menggunakan pembkara Bunsen, selanjutnya ambil koloni dari plate agar yang
telah disediakan, lalu Goreskan ose pada bagian agar yang miring terlebih dahulu dengan
alur zigzag hingga seluruh bagian agar yang miring terlewati oleh sapuan ose. Lakukan
secara aseptis. Selantjutnya tusukkan ose ke dalam agar dengan arah tegak lurus pada
bagian tengah tabung hingga mencapai ¾ kedalam agar. Lakukan secara aseptis. Lalu
dilakukan Inkubasi tabung di incubator dengan suhu 37°C selama 24 jam. Setelah itu
baru Amati perubahan warna yang terjadi. Aspek yang diamati antara lain ; Warna agar
bagian atas, Warna agar bagian bawah, Keberadaan warna hitam di sekitar tusukan,
Terbentuk gas yang menyebabkan agar terbelah

B. Identifikasi bakteri dengan Kit Biomeriux API 20E

1. Persiapan

Pertama Identifikasi bakteri Enterobacteriaceae dengan Kit Biomerieux


API 20E dikerjakan dalam waktu 18-24 jam. Di hari pertama, dilakukan inkubasi
bakteri, semenrtara reaksi lanjutan dilakukan di hari ke dua. Lalu Siapkan kit
biomerieux API20E yang terdiri dari bagian atas chamber, bagian bawah
chamber, dan strip uji yang terdiri dari 20 kolom reaksi ,setelah itu Siapkan
mineral oil, selanjutnyaBersihkan seluruh permukaan meja dan alat yang akan
digunakkan dengan mengunakkan alcohol 70%, lalu Siapkan tempat sampah
biohazard di tempat yang mudah dijangkau.

2. Pembuatan suspense sel bakteri

Pertama Siapkan 5ml NaCL 0,85% di dalam tabung steril. Lalu ambil satu
hingga 4 koloni bakteri di medium yang berumur sekitar 18-24 jam dengan
menggunakan jarum ose ujung bulat secara aspetis. Selanjutnya Larutkan koloni
yang diambil ke dalam Nacl 0,85% yang telah disiapkan,vortex suspense tersebut
bila perlu, hingga suspense tercampur merata dan tidak lagi ada gumpalan koloni
tersisa di larutan.

3. Inokulasi sel bakteri di kit API 20 E

Pertama Masukkan suspense sel bakteri ke kolom uji strip API 20 E


dengan menggunakan pipet Pasteur disposable secara aseptis. Lalu Suspense sel
dimasukkan dengan cara diteteskan perlahan hingga batas bawah cupule,
Kemudian teteskan mineral oil pada kolom LDC,ODC,ADH,H2S,URE hingga
memenuhi seluruh bagian kolom. Hal tersebut berguna untuk meciptakan kondisi
anaerob. Hati-hati saat meneteskan mineral oil, jangan sampai membentuk
gelembung di kolom

4. Inkubasi

Pertama Setelah seluruh kolom terisi oleh suspensi sel sesuai prosedur, isi
bagian bawah chamber yang terdiri dari sumur-sumur kecil dengan menggunakan
air steril. Lalu Beri nama pengujian pada chamber sebagai identitas pengujian.
selanjutnya Letakkan strip di chamber yang telah berisi air. Hati-hati, jangan
terlalu banyak memberikan air di dalam chamber agar kolom uji tidak tergenang.
Kemudian tutup chamber dengan bagian atas chamber.terakhir lskuksn Inkubasi
strip di suhu 37°C selama 18-24 jam dengan posisi mendatar

5. Reaksi tambahan

Setelah inkubasi selesai, tambahkan reagen disetiap kolum yang telah


ditentukan untuk ditambahkan regean, 1 tetes TDA reagent ke kolom TDA, 1
tetes james reagent ke kolom IND, 1 tetes reagen VP 1, dilanjutkan dengan tetes
reagen VP 2, 1 tetes NIT 1&2 ke kolom GLU, Diamkan strip selama 10 menit
hingga seluruh reaksi selesai

6. Interpretasi hasil

Amati seluruh perubahan warna yang terjadi ,TDA(+): coklat kemerahan ,


IND(+): merah muda ,VP(+): merah muda atau merah, jika tampak sedikit merah,
GLU(+): kuning, Tunggu hasil selama 10 menit, jika dalam 10 menit tidak
terdapat perubahan warna,maka dianggap negative, Catat hasil pada kertas hasil
yang telah disediakan, selanjutnya Hitung total poin pada masing-masing bagian,
lalu ambil Kesimpulan yang dapat dilihat pada database online yang disediakan
oleh produsen (biomerieux)
V. Hasil
A. Pemeriksaan TSIA

HASIL WARNA H2S GAS

K/A + -

Salmonella sp
K/NC - -

Pseudomonas aeroginosa

A/A - +

E.coli
A/NC + -

Proteus vulgaris

B. Pemeriksaan KIT API 20e


 Kelompok 3
 Kelompok 2 : P .aeruginosa
 Kelompok 4

-
 Kelompok 1

 Kelompok 5
VI. Pembahasan

A. Agar TSIA
Pada pratikum yang dilakukan,didapatkan hasil untuk bakteri E.coli adalah A/A dan H2S
(-), GAS (+). Normalnya hasil dari pengamatan untuk uji TSIA pada E. coli menunjukan hasi
A /A dengan gas positif dan H2S negatif, Warna kuning pada keseluruhan media tersebut
dikarenakan E. coli pada media TSIA dapat memfermentasikan glukosa, laktosa dan sukrosa.
Gas positif dikarenakan gas yang dihasilkan oleh fermentasi karbohidrat akan muncul sebagai
celah di media atau akan mengangkat agar-agar dari bagian bawah tabung.
Pada praktikum yang dilakukan pada bakteri Proteus vulgaris didapatkan A/NC, GAS (+),
H2S (+) . Dimana Normlanya genus Proteus dan Klebsiella memiliki hasil uji TSIA yang
ditandai dengan perubahan warna media yaitu A/A kuning pada butt (dasar) dan kuning
pada slant  (permukaan miring). Perubahan tersebut terjadi karena adanya fermentasi glukosa dan
sukrosa oleh anggota genus Proteus dan Klebsiella. Produksi H2S (+), uji sitrat (+), indol (-) dan
motilitas (+) merupakan karakter anggota genus Proteus dan tidak memproduksi H2S, uji sitrat
(+), indol (-) dan motilitas (-) merupakan karakter anggota genus Klebsiella. pada penelitian kali
ini terjadi perbedaan pada warna butt yan didaptkan berbeda dengan normalnya, hal ini bisa
terjadi karena berbagai macam faktor, bisa karena kesalah dari huma error, sampai ke prosedur
yang salah, dan hasil dari H2S (+) menunjukkan keadaan asam yang berarti hasil yang
seharusnya adalah A/A.
Pada praktikum yang dilakukan untuk bakteri Salmonella, didapatkan hasil K/A, H2S ( + ) ,
GAS ( - ). Untuk pertumbuhan normalnya pada agar TSIA, hasil positif bakteri Salmonella
sp yang tumbuh ditandai adanya warna slant yang terbentuk adalah merah karena tidak ada
perubahan pada media kultur, warna butt yang terbentuk adalah kuning karena produksi asam
dan memproduksi gas serta terbentuk H2S positif membentuk warna kehitaman. Sesuai dengan
Midorikawa dkk (2014) yang menyatakan bahwa media TSIA yang mengandung Salmonella
sp di bagian slant  akan kembali ke warna merah, dengan bagian butt menjadi kuning karena
bakteri di bagian butt kekurangan oksigen sehingga tidak mampu mengoksidase asam amino di
bagian butt. pada bagian dasar berwarna merah karena tidak ada asam yang terbentuk, bagian
permukaan berwarna merah karena tidak ada fermentasi asam, tidak ada bentukan gas didasar
tabung dan tidak ada warna kehitamanan karena tidak terbentuk H2S. dimana pada praktikum ini
terdapat perbedaan untuk hasil yang didapatkan pada praktikum ini, karna bisa dari dari waktu
penilaian dan bisa dari human error dan beberapa factor lainnya.
Pada penelitian terkait pseudomonas aeruginosa menunjjukan slank berwarna merah di mana
menunjukan keadan PH menjadi basa yang akan mengubah warna medium menjadi kemerahan.
Dan untuk bakteri pseudomonas tidak menfermentasikan glukosa,laktosa dan sukrosa, tidak
terdapat H2S ( – ),dan GAS ( -). Dimana Normalnya pada uji TSIA bagian slant berubah menjadi
warna merah atau merah muda karena bakteri bersifat basa, suasana basa menunjukkan glukosa
telah di fermentasi oleh bakteri sebagai sumber energi dan bakteri menggunakan pepton sebagai
sumber energinya

B. KIT API 20 E
Pada hasil praktikum KIT API-20E, kelompok 1 didapatkan bakteri tidak mampu
memproduksi  – galaktidase, mampu menghidrolisis arginin, mampu menghasilkan enzim
karboksilase terhadap lisin, mampu menghasilkan enzim karboksilase terhadap ornithin, mampu
menggunakan sitrat, mampu menghasilkan H2S, tidak mampu menghidrolisis urea, mampu
memetabolisme tryptophan, tidak mampu produksi reaksi indole, tidak mampu memproduksi
acetoin, tidak mampu memproduksi gelatinase, tidak mampu memfermentasi glukosa, mampu
memfermentasi mannitol, mampu memefermentasi inositol, mampu memfermentasi sorbitol,
mampu memfermentasi rhamnose, tidak mampu memfermentasi sukrosa, mampu
memfermentasi melibiose, tidak mampu memfermentasi amygdalin, mampu memfermentasi
arabinose. Setelah dihitung maka didapatkan kode 6720752 lalu dimasukan ke database dan
didapatkan bakteri Salmonella spp. dengan % ID 99.9 terdapat pula Salmonella enterica ssp
arizonae dengan %ID 0.1.
Pada praktikum KIT API-20E, kelompok 2 tidak ditemukan hasil pada database, karena
bakteri Pseudomonas aeruginosa tidak termasuk kedalam famili enterobacteriaceae dan bukan
jenis gram negatif yang bisa diperiksa di KIT API 20E.
Pada praktikum KIT API-20E, kelompok 3 ditemuka bakteri mampu memproduksi β –
galaktidase, mampu menghidrolisis arginin, mampu menghasilkan enzim karboksilase terhadap
lisin, mampu menghasilkan enzim karboksilase terhadap ornithin, tidak mampu menggunakan
sitrat, tidak mampu menghasilkan H2S, tidak mampu menghidrolisis urea, tidak mampu
memetabolisme tryptophan, mampu produksi reaksi indole, tidak mampu memproduksi acetoin,
tidak mampu memproduksi gelatinase, mampu memfermentasi glukosa, mampu memfermentasi
mannitol, tidak mampu memefermentasi inositol, tidak mampu memfermentasi sorbitol, mampu
memfermentasi rhamnose, tidak mampu memfermentasi sukrosa, tidak mampu memfermentasi
melibiose, tidak mampu memfermentasi amygdalin, mampu memfermentasi arabinose, mampu
memfermentasi glukosa. Setelah dihitung maka didapatkan kode 7144112 lalu dimasukan ke
database dan didapatkan bakteri Escherichia fergusonii dengan % ID 71.2 terdapat pula E.coli 1
dengan %ID 22.7 dan E.coli 2 dengan %ID 5.3.

Pada praktikum KIT API-20E, kelompok 4 ditemukan bakteri tidak mampu memproduksi β
– galaktidase, mampu menghidrolisis arginin, mampu menghasilkan enzim karboksilase terhadap
lisin, mampu menghasilkan enzim karboksilase terhadap ornithin, mampu menggunakan sitrat,
mampu menghasilkan H2S, tidak mampu menghidrolisis urea, tidak mampu memetabolisme
tryptophan, tidak mampu produksi reaksi indole, tidak mampu memproduksi acetoin, tidak
mampu memproduksi gelatinase, tidak mampu memfermentasi glukosa, mampu memfermentasi
mannitol, mampu memefermentasi inositol, mampu memfermentasi sorbitol, mampu
memfermentasi rhamnose, tidak mampu memfermentasi sukrosa, mampu memfermentasi
melibiose, tidak mampu memfermentasi amygdalin, mampu memfermentasi arabinose. Setelah
dihitung maka didapatkan kode 6700752 lalu dimasukan ke database dan didapatkan bakteri
Salmonella spp. dengan % ID 99.8 terdapat pula Salmonella enterica ssp arizonae dengan %ID
0.1.

Pada praktikum KIT API-20E, kelompok 5 ditemukan bakteri tidak mampu memproduksi β
– galaktidase, tidak mampu menghidrolisis arginin, tidak mampu menghasilkan enzim
karboksilase terhadap lisin, tidak mampu menghasilkan enzim karboksilase terhadap ornithin,
mampu menggunakan sitrat, mampu menghasilkan H2S, mampu menghidrolisis urea, mampu
memetabolisme tryptophan, mampu produksi reaksi indole, mampu memproduksi acetoin, tidak
mampu memproduksi gelatinase, tidak mampu memfermentasi glukosa, tidak mampu
memfermentasi mannitol, tidak mampu memefermentasi inositol, tidak mampu memfermentasi
sorbitol, tidak mampu memfermentasi rhamnose, mampu memfermentasi sukrosa, tidak mampu
memfermentasi melibiose, mampu memfermentasi amygdalin, tidak mampu memfermentasi
arabinose. Setelah dihitung maka didapatkan kode 0671021, lalu dimasukan ke database dan
didapatkan bakteri Proteus vulgaris dengan % ID 99.8 dan terdapat pula Providencia rettgeri
dengan %ID 0.1.

VII. Kesimpulan

Media TSIA (Triple Sugar Iron Agar)merupakan medium diferensial yang dapat
digunakan untuk mengidentifikasi spesies bakteri. Dari praktikum yang dilakukan hasil
dari 4 bakteri yang diperiksa terdapat banyak persamaan dari bakteri tersebut. Dimana
media TSIA untuk mengetahui perubahan warna dari agar TSIA, dan mengetahui
produksi H2S dan GAS.
API 20E merupakan metode standar yang sering dilakukan untuk
mengidentifikasi bakteri yang termasuk dalam famili Enterobacteriaceae, gram negatif,
dan bakteri non-fastidious. Pemeriksaan inii mudah dan tidak perlu memerlukan waktu
lama untuk mengidentifikasi bakteri dengan KIT API 20E ini. Tetapi tidak semua jenis
famili enterobakteriacea bisa diidentifikasi menggunakan KIT API 20E, contoh adalah
bakteri pseudomonas aeruginosa yang tidak bisa diidentifikasi mengguanakan
pemeriksaan tersebut
VIII. Daftar Pustaka

Tiana Milanda, Lisa K. Dewi, Sri A. F. Kusuma. 2014. Deteksi Gen Resistensi
Kloramfenikol (cat) pada Pseudomonas aeruginosa Isolat Klinik dengan Metode
Polymerase Chain Reaction. Jurnal Farmasi Klinik Indonesia. Vol. 3 No. 4

Kristi Dian, Tri Yahya Budiarso, Charis Amarantini. 2017. Deteksi Bakteri Enteropatogenik
Pada Produk Kemasan Kaleng Yang Diperoleh Dari Warung Tradisiolnal Dan Pasar.
Pengembangan Sumber Daya Perdesaan dan Kearifan Lokal Berkelanjutan VII 17-18
November 2017 Purwokerto.

Aulia Rizky, Tri Handayani , Yusma Ye. 2015. Isolasi, Identifikasi Dan Enumerasi Bakteri
Salmonella spp Pada Hasil Perikanan Serta Resistensinya Terhadap Antibiotik. Jurnal
Bioma vol 11, no 1. Universitas Negeri Jakarta

Freshinta Jellia Wibisono. Deteksi Cemara Salmonella sp Pada Ikan Bandeng Dipasar Ikan
Sidoarjo. 2016. Jurnal Kajian Veteriner Volume 5, Nomor 1. Universitas Wijaya
Kusuma Surabaya.

Tiana Milanda, Lisa K. Dewi, Sri A. F. Kusuma. 2014. Deteksi Gen Resistensi Kloramfenikol (cat) pada
Pseudomonas aeruginosa Isolat Klinik dengan Metode Polymerase Chain Reaction. Jurnal
Farmasi Klinik Indonesia. Vol. 3 No. 4. Universitas Padjadjaran.

Anda mungkin juga menyukai