pada usus yang memiliki gejala seperti sembelit, diare, nyeri pada perut, sendawa
serta kembung. IBD dibagi menjadi 2 subtipe klinis, yaitu Chohns disease (CD) dan
Ulcerative colitis (UC). CD merupakan inflamasi yang terjadi pada lapisan dinding
usus dan bagian saluran pencernaan yang meliputi mulut, esophagus, perut dan usus
halus, sedangkan UC hanya terbatas pada usus besar, rectum dan peradangan terjadi
pada lapisan usus halus (Korpacka et al., 2009). Di seluruh dunia, insiden CD
berkisar antara 0,7 samapai 14,6 individu tiap 100.000 penduduk. Sedangakan UC
dengan kisaran 1,5 sampai 24,5 individu tiap 100.000 penduduk berdasarkan pada
negaranya. Kasus IBD ini semakin meningkat di negara berkembang yaitu pada
Salah satu penyebab dari IBD yaitu penggunaan Non Steroidal Anti
dan osteoarthritis (Scholz et al., 2011). Dalam aksi kerjanya indometasin akan
usus, sehingga permeabilitas pada usus meningkat, dan memudahkan invasi bakteri
pathogen pada permukaan usus (Kaser et al., 2010). Pada tikus, pemberian secara
oral indometasin dengan dosis 15 mg/kg BB dapat menginduksi ulserasi pada
mukosa, edema, perdarahan dan ulserasi dalam usus (Aulanniam et al., 2012).
melepaskan ROS (Reactive Oxygen Species). Produksi ROS yang berlebih dalam sel
Produksi TNF yang berlebih pada sel akan menyebabkan aktivasi neutrofil serta
2012).
Terapi yang digunakan untuk pengobatan IBD antara lain adalah penggunaan
seperti polifenol (Anggawal et al., 2009; Osama et al., 2009; Rahman, 2009).
Pemakaian obat herbal biasanya lebih aman, dan lebih berpotensi untuk
berarti tanaman obat atau obat tardisional tidak memiliki efek samping yang
merugikan bila penggunaannya kurang tepat. Ketepatan itu menyangkut tepat dosis,
cara dan waktu penggunaan serta pemilihan bahan ramuan yang sesuai dengan
akan menimbulkan efek toksik. Toksik ini dapat memberikan efek negative terhadap
organ terpenting dalam tubuh, salah satunya adalah hepar. Hepar merupakan organ
yang berfungsi sebagai detoksikasi sehingga sering menjadi sasaran kerusakan
karena toksik. Sebagian besar bahan toksik masuk ke tubuh melalui sistem
gastrointestinal. Toksik yang diserap akan dibawa oleh vena porta ke hati dan dapat
dapat mengobati beberapa penyakit. Salah satu spesies tanaman dalam famili
Cucurbitaceae yang biasa digunakan untuk mengobati penyakit adalah labu siam
(Sechium edule). Kebanyakan orang mengenal labu siam sebagai sayuran, namun
sejak lama bagian buahnya biasa digunakan untuk mengurangi retensi urin. Hasil
skrining fitokimia menunjukkan bahwa ekstrak etanol buah labu siam (Sechium
Oleh karena itu pada penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana
toksisitas dari perasan buah labu siam berdasarkan profil protein serta gambaran
beberapa permasalahan :
1. Apakah ada perbedaan profil protein pada hepar tikus yang yang terpapar
terpapar indometasin dan yang mendapat terapi perasan buah labu siam?