Disusun oleh :
Kelompok 2 Farmasi VI D
Brendi
1112102000086
Ghiman Dharmawan
1112102000088
Nabilah Urwatul W
1112102000095
1112102000094
Mauliana
1112102000091
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar belakang
Pelayanan kesehatan mempunyai peranan strategis dalam upaya meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat. Pelayanan apotek merupakan
kesehatan di Indonesia. Pelayanan apotek saat ini harus berubah orientasi dan drug
oriented menjadi patien oriented dengan berasaskan pharmaceutical care. Kegiatan
pelayanan farmasi yang tadinya hanya berfokus pada pengolahan obat sebagai komiditi
harus diubah menjadi pelayanan yang komprehensif dan bertujuan untuk meningkatkan
kualitas hidup pasien. Dua puluh lima persen kesembuhan pasien diharapkan diperoleh dari
kenyamanan serta baiknya pelayanan apotek. Sedangkan 75% berasal dari obat yang
digunakan pasien (Aditama, 2002).
Pelayanan yang bermutu selain mengurangi risiko terjadinya medication error, juga
memenuhi kebutuhan dan tuntutan masyarakat sehingga masyarakat akan memberikan
persepsi yang baik terhadap apotek. Telah ada kesepakatan bahwa mutu pelayanan
kesehatan dititikberatkan pada kebutuhan dan tuntutan penggunaan jasa yang berkaitan
dengan kepuasan pasien sebagai konsumen. Pelayanan yang bermutu selain berdasarkan
kepuasan konsumen juga harus sesuai dengan standar dan kode etik profesi
(Ingerani, 2002).
BAB II
LANDASAN TEORI
Pelayanan
jawab kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi dengan maksud mencapai
hasil
yang
pasti
untuk
meningkatkan
mutu
kesehatanpasien
(Depkes,
2009).Pelayanankefarmasian pada saat ini telah bergeser orientasinya dari obat ke pasien
yang mengacu kepada Pharmaceutical Care. Kegiatan pelayanan kefarmasian yang semula
hanya berfokus padapengelolaan obat sebagai komoditi menjadi pelayanan yang
komprehensif yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup dari pasien.Penggunaan
pelayanan kefarmasian tidak hanya digunakan untuk pelayanan resep tapi juga untuk
pengobatan sendiri (swamedikasi) (Guptadkk.,2011).
Sebagai salah satu penyedia layanan kesehatan, apoteker memiliki peran dan
tanggungjawab yang besar pada swamedikasi. Perandan tanggungjawab apoteker ini
didasarkan pada filosofi Pharmaceutical Care, yaitu tanggung jawab apoteker dalam hal
farmakoterapi dengan tujuan untuk mencapai keluaran yang dapat meningkatkan kualitas
hidup pasien. Didasarkan pada filosofi ini, maka tanggung jawab apoteker adalah
mengidentifikasi, memecahkan, dan mencegahterjadinya masalah yang berhubungan
dengan obat (drugrelated problems), sehingga dapat tercapai keluaran terapi yang optimal
(ISFI, 2005).Standar pelayanan kefarmasian di apotek ini meliputi penampilan apotek,
keramahan petugasapotek, pelayanan informasi obat di apotek, ketersediaan obat di apotek,
dan kecepatan pelayanan di apotek (Depkes RI, 2004).
BAB III
PROSEDUR KERJA
Penerimaan Resep
Cek Kelengkapan Resep
Cek Riwayat Pengobatan
Pasien
Datang
Pemeriksaan Akhir
Kesesuaian obat dengan resep
Buat kopi resep
Pentiapan materi informasi
Analisis Rasionalitas
Obat
Tepat indikasi, pasien,
dosis, cara pemakaian
Penyiapan Obat
Penyiapan Etiket
Memasukkan obat dalam wadah
dan pemberian etiket
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 HASIL
a. Resep
Apotek PRODI FARMASI FKIK UIN
Jl. Kertamukti no.100, Ciputat
Telp. 02179432222
SALINAN RESEP
Ciputat,.............
R/Aztrin kap X
Sanmol tab X
Mf pulv no XV
S 3dd 1 pulv
R/Rhinatol Syrup 1
S 3 cth 1
b. Kelengkapan Resep
No
Pro
: Andi
Umur
Alamat
Kelengkapan Resep
Hasil Pemeriksaan
Kelengkapan Resep
Nama dokter
Tidak Ada
SIP dokter
Tidak Ada
Alamat dokter
Tidak Ada
Paraf dokter
Tidak Ada
Ada
Nama pasien
Ada
Alamat pasien
Tidak Ada
Umur pasien
Tidak ada
10
Jenis kelamin
Tidak ada
11
Jumlah sediaan
Ada
12
Signa/aturan pakai
Ada
a. Informasi Obat
No
Nama Obat
Aztrin
Indikasi
Dosis
Efek Samping
Interaksi Obat
Sebagai
Infeksi
Diare, mual,
antibiotik.
saluran
muntah,
untuk Infeksi
pernafasan
kembung, nyeri
saluran
pernafasan
bawah,
dispepsia, sakit
infeksi kulit
kuning
bawah, infeksi
ringan dan
kolestatik.
kulit ringan
sedang : 500
Kemerahan
dan sedang.
mg sebagai
pada kulit,
dosis tunggal
gangguan
pada hari
saluran kemih
pertama,
& kelamin,
-meningkatkan
dilanjutkan
sakit kepala,
kadar Digoksin
dengan 250
vertigo,
mg sebagai
somnolen
dosis tunggal
(ketagihan
untuk 4 hari
tidur/mengantu
berikutnya.
k terus),
-antasida
yang
mengandung
Alumunium
dan
Magnesium,
Warfarin, derivat
Ergot.
-mengganggu
metabolisme
Siklosporin.
kelemahan
2
sanmol
Anak
Penggunaan
Penggunaan
nyeri termasuk
berusia 6-12
jangka lama
bersama alkohol
sakit kepala,
tahun : 3-4
dapat
Meredakan
sakit gigi,
kali sehari 2-
dapat
mengakibatkan
demam yang
4 sendok teh.
menyebabkan
kerusakan hati.
menyertai flu
Anak
kerusakan hati.
dan setelah
berusia 2-5
- Reaksi
imunisasi
tahun : 3-4
hipersensitivita
kali sehari 1-
2 sendok teh.
Bayi :
3-4 kali
sehari 1/2
sendok teh.
Rhinatiol
Mengurangi
syrup
Kaps awal
Gejala tidak
Efek antagonis
nyaman pada
dengan folkodin
sekresi lendir
3/hr.bila
GI dan ruam
saluran
gejala
kulit.
pernafasan
membaik
atau THT
1kaps 4/hr.
Sir dws awal
1 sdm 3x/hr
setelah
membaik
dikurangi
menjadi
sdm 4x/hr.
Sir
bayi&anak
<5th 1sdt 12x/hr . >5th
1sdt 3x/hr
Etiket
a.
a. Salinan Resep
SALINAN RESEP
Nama Dokter
: dr.Bowo
Alamat Dokter
Nama Pasien
: Andi
Alamat Pasien
: Ciputat 10
Tanggal Reseep
: 16 Maret 2015
R/ Aztrin puyer X
S. 3.dd.1................................ det
R/ Sanmol tab X
S. 3. dd. 1................................. det
R/ Rhinathiol syrup I
S. 3. cth. 1...............................det
1. Aztrin
HNA = 2,5 mg x 100 (Rp.111.430)
HJA = Rp.33.500 ((30 tab) + Rp 11.000 + Rp 4450
HJA = Rp.49.000
Harga Resep = Rp.49.000 + Rp 1.000 = Rp 50.000
2. Sanmol
HJA = Rp 34.200 (60 tab)+ Rp 10.300 + Rp 3.500
HJA = Rp 48.000
Harga Resep = Rp 48.000 + Rp 1.000 = Rp 49.000
3. Rhinatiol syrup
HJA = Rp 3600 (15 tab)+ Rp 1100 + Rp 360
HJA = Rp 5.100
Harga Resep = Rp 5.100 + Rp 1.000 = Rp 6.100
c. Percakapan Konseling
1. Percakapan apoteker pasien saat mencari informasi tentang kelengkapan
resep yang kurang
Apoteker
: Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh, saya apoteker di
apotek ini, saya telah menerima resep dari ibu, apakah benar ini .
Pasien
Apoteker
Andi ?
: oh ya, saya Ibu nya Andi.
: Baiklah, ada beberapa informasi terkait pasien yang perlu saya
dapatkan terkait resepnya. Pertama, Ibu beralamat tempat tinggal
Pasien
Apoteker
Pasien
Apoteker
dimana ya bu?
: Ciputat 10
: Baiklah, kemudian umur berapa usia Andi anak ibu?
: 10 tahun
: Apakah sebelumnya Andi sedang mengkonsumsi obat atau obat
Pasien
Apoteker
Pasien
Apoteker
herbal lainnya?
:tidak
: Apakah Andi mengalami riwayat alergi terhadap suatu obat bu?
: Oh, alhamdulillah Andi tidak mengalami alergi terhadap obat.
: Baiklah kalau begitu, terimakasih atas informasinya. Ibu mohon
Pasien
Apoteker
: Baiklah, tadi baru saja ada resep masuk dari klinik anda atas
nama . Andi, namun saya ingin menanyakan tentang beberapa obat,
Dokter
Apoteker
Dokter
dihabiskan.
: Kalo begitu silahkan aztrin dan sanmol dipisah dalam
Apoteker
Dokter
Apoteker
dihabiskan?
: Karena, antibiotik ini istilahnya untuk membunuh kuman di
dalam tubuh, jika tidak teratur dan dihabiskan maka kuman di
dalam tubuh dapat tidak seluruhnya dapat di bunuh, jadi masih ada
kuman yang tersisa dan membuat antibiotik tersebut resisten atau
tidak tahan lagi dalam membunuh kuman, sehingga nantinya ibu
harus menaikkan dosis atau mengganti dengan antibiotik lain yang
Pasien
Apoteker
Pasien
Apoteker
Pasien
Apoteker
Pasien
Apoteker
Pasien
wabarukatuh.
:ya, waalaikumsalam.
4.2 PEMBAHASAN
Resep dapat diartikan sebagai permintaan tertulis seorang doketer, dokter gigi, atau
doketer hewan yang diberi izin berdasarkan perundang-undangan yang berlaku kepada
apoteker pengelola apotek untuk menyediakan dan menyerahkan obat0obatan kepada
penderita. Resep selalu dimulai dengan tanda R/ yang berarti recipe (ambillah). Dibelakang
tanda ini (R/) biasanya bari tertera nama dan jumlah obat (Sitiatava Rizema Putra, 2012).
Resep yang lengkap harus memuat beberapa hal sebagai berikut :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Nama, alamat dan nomor izin praktik dokter, dokter gigi atau dokter hewan.
Tanggal penulisan resep.
Tanda R/ pada bagian kiri setiap penulisan resep (invacatio).
Nama setiap obat dan komposisinya (praescriptio/ordonatio).
Aturan pemakaian obat yang tertulis (signature).
Tanda tangan atau paraf dokter penulis resep sesuai dengan peraturan perundang-
Penerimaan resep.
Analisis rasionalitas obat.
Penyiapan obat.
Pemeriksaan akhir.
Penyerahan obat dan pemberian konseling.
Menurut Permenkes RI, pada saat pelayanan resep, seorang apoteker diharuskan
melakukan skrining resep (pengkajian resep) meliputi :
1. Kajian administratif meliputi nama pasien,umu pasien, jenis kelamin pasien dan
berat badan pasien; nama dokter, nomor Surat Izin Praktik (SIP) dokter, alamat,
nomor telepon dan paraf atau tanda tangan dokter; tanggal penulisan resep.
2. Kajian kesesuaian farmasetik meliputi bentuk dan kekuatan sediaan, stabilitas serta
inkompabilitas.
3. Pertimbangan klinis meliputi ketepatan indikasi; dosis obat; aturan,cara dan lama
pemakaian obat; duplikasi dan/ atau polifarmasi; reaksi obat yang tidak diinginkan
( efek samping, alergi, manifestasi klinis lain); kontraindikasi dan interaksi obat.
Dalam rangka memenuhi syarat 1 pada skrining resep, maka dalam praktikum
farmasi praktis dilakukan analisis atau pemeriksaan kelengkapan resep untuk mengetahui
apakah resep yang kita terima sudah memenuhi syarat administratif dalam pelayanan resep.
Berdasarkan hasil analisa resep asli yang dilakukan, terdapat beberapa syarat yang tidak
dipenuhi dalam resep yang diterima tersebut, yaitu :
1. Tidak terdapat nama dokter penulis resep dan nomor Surat Izin Praktik (SIP)
2.
3.
4.
5.
dokter.
Tanggal penulisan resep.
Komposisi dan dosis setiap obat.
Tanda tangan dokter penulis resep.
Umur, jenis kelamin, alamat dan berat badan pasien.
Kelengkapan resep ini penting diperiksa terlebih dahulu oleh seorang apoteker
dituliskan m.f pulv No. XV, yang artinya campur buat menjadi serbuk sebanyak lima
belas bungkus. Berdasarkan hasil analisa resep tersebut, praktikan yang berperan sebagai
apoteker menyarankan untuk mengubah signatura yang telah dituliskan oleh dokter penulis
resep agar tidak mencampur obat antibiotic dengan antiipiretik sebagaimana tertera dalam
resep. Hal ini dikarenakan, obat antibiotik memiliki aturan pakai yang berbeda dengan obat
antipiretik. Suatu antibiotik harus tidak dapat dihentikan pemakaiannya sebelum habis
sedangkan obat antipiretik dapat dihentikan pemakaiannya ketika gejala penyakit sudah
hilang. Oleh karena itu peresepan kedua obat tersebut (Aztrin dan Sanmol) harus terpisah.
Selain itu, cara dan lama pemakaian antibiotik Aztrin dalam resep ini harus dikurangi dari
tiga kali sehari menjadi satu kali sehari agar tidak melebihi dosis maksimal pada anak-anak
serta sediaannya (Aztrin) dapat dibuat menjadi sirup atau serbuk agar memudahkan pasien
anak-anak dalam pemakaiannya.
Tahap selanjutnya yaitu penyiapan obat atau dispensing. Proses dispensing meliputi :
1. Menyiapakan obat sesuai permintaan resep :
Menghitung kebutuhan jumlah obat sesuai resep.
Mengambil obat yang dibutuhkan pada rak penyimpanan dengan
memperhatikan nama obat, tanggal kadaluarsa dan keadaan fisik obat.
2. Melakukan peracikan obat (bila diperlukan).
3. Memberikan etiket obat sekurang-kurangnya meliputi :
Warna putih untuk obat dalam/oral.
Warna biru untuk obat luar dan suntik.
Menempelkan label kocok dahulu pada sediaan bentuk suspense atau
emulsi.
4. Memasukkan obat ke dalam wadah yang tepat dan terpisah untuk obat yang
berbeda untuk menjaga mutu obat dan menghindari penggunaan yang salah
(PerMenKes, 2014).
Setelah penyiapan obat, dilakukan hal sebagai berikut :
1. Sebelum Obat diserahkan kepada pasien harus dilakukan pemeriksaan kembali
mengenai penulisan nama pasien pada etiket, cara penggunaan serta jenis dan
jumlah Obat (kesesuaian antara penulisan etiket dengan Resep);
2. Memanggil nama dan nomor tunggu pasien;
3. Memeriksa ulang identitas dan alamat pasien;
4. Menyerahkan Obat yang disertai pemberian informasi Obat;
5. Memberikan informasi cara penggunaan Obat dan hal-hal yang terkait dengan Obat
antara lain manfaat Obat, makanan dan minuman yang harus dihindari,
kemungkinan efek samping, cara penyimpanan Obat dan lain-lain;
6. Penyerahan Obat kepada pasien hendaklah dilakukan dengan cara yang baik,
mengingat pasien dalam kondisi tidak sehat mungkin emosinya tidak stabil;
7. Memastikan bahwa yang menerima Obat adalah pasien atau keluarganya;
8. Membuat salinan Resep sesuai dengan Resep asli dan diparaf oleh Apoteker
(apabila diperlukan);
9. Menyimpan Resep pada tempatnya (PerMenKes, 2014).
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
a. Simpulan
Nama Pasien
Umur
: Andi
: 18 tahun
Jenis kelamin
Diagnosa
Obat-obatan:
Aztrin
: laki-laki
: Infeksi saluran pernafasan, batuk
: antibiotik, diminum 1 kali sehari, diminum sebelum makan,
diminum sampai habis walaupun gejala sudah hilang, dosis 500 mg hari
pertama dan 250 mg pada hari kedua dan seterusnya.
Sanmol
: obat penurun panas, diminum 3 kali sehari, diminum satu
jam sebelum makan atau 2 jam setelah makan, pengobatan dihentikan
apabila gejala sudah hilang atau panas sudah turun.
Rhinatiol
: obat batuk, diminum 10 - 15 menit setelah makan
b. Saran
Dokter di sarankan untuk menulis resep yang lengkap sesuai aturan yang
telah di tetapkan
Ketelitian Farmasis sangat di butuhkan untuk kebenaran pemberian obat
kepada pasien
BAB VI
Daftar Pustaka